Prolaps Tali Pusat

59
1 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prolaps tali pusat merupakan salah satu kasus kegawatdaruratan dalam bidang obstetri. Prolaps tali pusat merupakan penyulit di dalam persalinan. Prolaps tali pusat adalah keadaan darurat obstetrik langka yang terjadi ketika tali pusat turun di samping atau di luar bagian presentasi janin. Hal ini dapat mengancam jiwa janin karena aliran darah melalui pembuluh pusar tidak mampu mengkompromi kompresi tali pusar diantara janin dan rahim, leher rahim, atau leher panggul. Keadaan ini membuat janin dapat mengalami hipoksia yang dapat berakibat pada asfiksia. Myles melaporkan hasil penelitiannya dalam kepustakaan dunia bahwa angka kejadian prolaps tali pusat berkisar antara 0,3% sampai 0,6% persalinan atau sekitar 1: 3000 kelahiran, tali pusat menumbung kira- kira 1: 200 kelahiran. Keadaan prolaps tali pusat mungkin terjadi pada mal presentasi atau mal posisi janin, antara lain: presentasi kepala 0,5% , letak sungsang 5%, presentasi kaki 15%, dan letak lintang 20%. Prolaps tali pusat juga sering terjadi jika tali pusat panjang dan jika plasenta letak rendah.

description

prolaps tali pusat

Transcript of Prolaps Tali Pusat

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Prolaps tali pusat merupakan salah satu kasus kegawatdaruratan dalam bidang obstetri. Prolaps tali pusat merupakan penyulit di dalam persalinan. Prolaps tali pusat adalah keadaan darurat obstetrik langka yang terjadi ketika tali pusat turun di samping atau di luar bagian presentasi janin. Hal ini dapat mengancam jiwa janin karena aliran darah melalui pembuluh pusar tidak mampu mengkompromi kompresi tali pusar diantara janin dan rahim, leher rahim, atau leher panggul. Keadaan ini membuat janin dapat mengalami hipoksia yang dapat berakibat pada asfiksia.Myles melaporkan hasil penelitiannya dalam kepustakaan dunia bahwa angka kejadian prolaps tali pusat berkisar antara 0,3% sampai 0,6% persalinan atau sekitar 1: 3000 kelahiran, tali pusat menumbung kira-kira 1: 200 kelahiran. Keadaan prolaps tali pusat mungkin terjadi pada mal presentasi atau mal posisi janin, antara lain: presentasi kepala 0,5% , letak sungsang 5%, presentasi kaki 15%, dan letak lintang 20%. Prolapstali pusat juga sering terjadi jika tali pusat panjang dan jika plasenta letak rendah. Prolaps tali pusat terjadi ketika tali pusat melewati leher rahim pada saat yang sama atau di muka dari bagian presentasi janin. Tali kemudian rentan terhadap kompresi antara bagian janin presentasi dan jaringan lunak sekitarnya atau panggul tulang, dapat menyebabkan terhentinya perfusi fetoplasenta yang dapat mengakibatkan hipoksia pada janin yang juga dapat berujung pada mortalitas janin.Menurut beberapa refrensi diketahui bahwa prolaps tali pusat merupkan keadaan kegawatdaruratan yang membutuhkan penanganan segera. Beberapa cara dapat dilakukan dalam mengatasi keadaan tersebut seperti memposisikan ibu, mengembalikan tali pusat pada posisi semula atau pilihan untuk dilakukan prosedur operasi caesar untuk menyelamatkan janin.

1.2 Tujuan1.2.1 Tujuan UmumAdapun tujuan umum dari penulisan makalah ini yaitu agar mahasiswadapat mengetahui tentang asuhan keperawatan pada prolaps tali pusat1.2.2 Tujuan Khusus1. Untuk mengetahui tinjauan teoritis prolaps tali pusat.2. Untuk mengetahui Pengkajian pada prolaps tali pusat.3. Untuk mengetahui Diagnosa keperawatan pada prolaps tali pusat.4. Untuk mengetahui Intervensi keperawatan pada pada prolaps tali pusat.5. Untuk mengetahui Implementasi keperawatan pada pada prolaps tali pusat. 6. Untuk mengetahui Evaluasi keperawatan pada pada prolaps tali pusat

1.3 Implikasi KeperawatanProlaps tali pusat merupkan keadaan kegawatdaruratan yang membutuhkan penanganan segera. Hal tersebut dapat membahayakan nyawa janin. Beberapa cara dapat dilakukan dalam mengatasi keadaan tersebut seperti memposisikan ibu, mengembalikan tali pusat pada posisi semula atau pilihan untuk dilakukan prosedur operasi caesar untuk menyelamatkan janin. Oleh karena itu dengan adanya makalah ini diharapkan perawat dapat menaambah pengetahuan tentang prolaps tali pusat agar dapat membantu menurunkan angka mortalitas dan meningkatkan kesehatan masyarakat.

BAB 2. TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian

Prolaps tali pusat adalahpenurunan tali pusat ke dalam vagina mendahului bagian terendah janin yang mengakibatkan kompresi tali pusat di antara bagian terendah janin dan panggul ibu (Prawiroharjo,2012). Prolapse tali pusat merupkanan keadan dimana tali pusat berada di samping atau melewati bagian terendah janin dalam jalan lahir sebelum ketuban pecah yang mengakibatkan kompresi (Stright, 2004). Prolaps tali pusat adalah tali pusat berada di samping atau melewati bagian terendah janin dalam jalan lahir sebelum ketuban pecah. (Mansjoer Arif, 2000). Prolaps tali pusat adalah keadaan darurat obstetrik langka yang terjadi ketika tali pusat turun di samping atau di luar bagian presentasi janin. Hal ini dapat mengancam jiwa janin karena aliran darah melalui pembuluh pusar tidak mampu mengkompromi kompresi tali pusar diantara janin dan rahim, leher rahim, atau leher panggul. Keadaan ini membuat janin dapat mengalami hipoksia yang dapat berakibat pada asfiksia (Phelan, 2013). Dari beberapa definisi tersebut disimpulkan bahwa prolapse tali pusat adalah letak tali pusat yang berada di samping atau dibagian terendah yaitu jalan lahir janin yang dapat menyebabkan kompresi pada tali pusat sehingga fungsi tali usat menjadi terganggu.

Sumber: www.google.comGambar 2.1. Gambar Prolaps Tali Pusat2.2 KlasifikasiProlaps Tali pusat dapat dibedakan menjadi 3 derajat yaitu : 1. Occult prolapsed, jika tali pusat terletak di samping kepala atau di dekatpelvistapi tidakdalam jangkauan jari pada pemeriksaan vagina.2. Tali pusat terdepan (tali pusat terkemuka), jika tali pusat berada disamping bagian besar janin dapat teraba padakanalis servikalis,atau lebih rendah dari bagian bawah janin sedangkan ketuban masih intek atau belum pecah.3. Tali pusat menumbung (prolapsus funikuli), jika tali pusat teraba keluar atau berada disamping dan melewati bagian terendah janin di dalam jalan lahir, tali pusat dapatprolapske dalamvaginaatau bahkan di luar vaginasetelah ketuban pecah. (Winkjosastro, 2005).

Sumber: www.google.comGambar 2.2 Klasifikasi Prolaps Tali Pusat

2.3 Epidemiologi Myles melaporkan hasil penelitiannya dalam kepustakaan dunia bahwa angka kejadian prolaps tali pusat berkisar antara 0,3% sampai 0,6% persalinan atau sekitar 1: 3000 kelahiran, tali pusat menumbung kira-kira 1: 200 kelahiran, tetapi insiden dari occult prolapse 50 % tidak diketahui. Keadaan prolaps tali pusat mungkin terjadi pada mal presentasi atau mal posisi janin, antara lain: presentasi kepala 0,5% , letak sungsang 5%, presentasi kaki 15%, dan letak lintang 20%. Prolapstali pusat juga sering terjadi jika tali pusat panjang dan jika plasenta letak rendah. (Sodikin, 2008) 2.4 Etiologi1. Etiologifetala. Presentasi yang abnormal seperti letak lintang, letak sungsang, presentasi bokong, terutama presentasi kaki.b. Prematuritas. Seringnya kedudukan abnormal pada persalinanprematur, yang salah satunya disebabkan karena bayi yang kecil sehingga kemungkinan untuk aktif bergerak.c. Gemeli dan multiple gestasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi meliputi gangguan adaptasi, frekuensi presentasi abnormal yang lebih besar, kemungkinan prwsentasi yang tidak normal.d. Polihidramnion, sering dihubungkan dengan bagian terendah janin yang tidak engage.e. Ruptur membran anion spontan. Keadaan ketuban pecah dini tersebut membawa sejumlah besar cairan mengalir ke luar dan tali pusat hanyut ke vagina.2. Etiologi Maternala. Disproporsikepala panggulDisproporsiantara panggul dan bayi menyebabkan kepala tidak dapat turun dan pecahnya ketuban dapat diikuti tali pusat menumbung.b. Bagian terendah yang tinggiTertundanya penurunan kepala untuk sementara dapat terjadi meskipun panggul normal.3. Etiologi dari tali pusat dan plasentaa. Tali pusat yang panjangSemakin panjang tali pusat, maka semakin mudah menumbung.b. Plasenta letak rendahJika plasenta dekatserviksmaka akan menghalangi penurunan bagian terendah. Disamping itu insersi tali pusat lebih dekatserviks.

2.5 Tanda dan Gejalaa. Tali pusat kelihatan menonjol keluar dari vagina.b. Tali pusat dapat dirasakan atau diraba dengan tangan didalam bagian yang lebih sempit dari vagina.c. Keadaan jalan lahir yang berbahaya mungkin terjadi sebagai mana tali pusat ditekan antara bagian presentase dan tulang panggul.d. Auskultasi terdengar jantung janin iregulere. Terdapat bradikardia janin ( DJJ 50 mmHg menurunkan atau menggangu oksigenasi3. Kadang kadang prosedur sederhana meningkatkan sirkulasi darah juga oksigen ke uterus dan plasenta serta dapat mencegah atau memperbaiki hipoksida janin .4. Prolaps tali pusat lebih mungkin terjadi pada presentasi bokong karena bagian presentasi tidak menonjol keluar juga tidak secara total memblok tulang seperti pada presentasi verteks.5. Infeksi asendens dan spesis disertai dengan takikardi dapat tarjadi pada pada pecah ketuban lama.6. Kontraksi yang terjadi setiap 2 menit atau kurang tidak memungkinkan oksigenasi adekuat.7. Menentukan baringan janin, posisi dan presenatsi dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang memperberat disfungsional persalinan.8. Resiko cedera atau kematian janin meningkat dengan melahirkan pervaginam bila presentasi selain perteks.9. Mencegah atau mengatasi infeksi asendens dan akan melindungi janin juga.10. Melahirkan pervaginam dari bokong dihubungkan dengan cedera pada vertebra janin, sutura otak, klavikula dan meningkan mortalitas dan morbiditas janin. Risiko hipoksia karena stimulasi vegina lama dapat dicegah dan intervensi bedah segera dilakukan.

3.Risiko infeksi b/d terpaparnya tali pusat dengan udara luar

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam resiko infeksi pada janin tidak terjadi dengan kreiteria hasil: Tidak ada tanda infeksi seperti terdapat cairan amniotic pekat berbau pada vagina Suhu 36 37oC Nadi dan RR dalam rentang normal

1. Lakukan pemeriksaan vagina awal.2. Tekankan pentingnya mencuci tangan yang baik dan tepat.3. Gunakan tekhnik aseptik selama pemeriksaan vagina.4. Pantau dan gambarkan karakter cairan amniotik.5. Pantau suhu, nadi, pernapasan dan sel darah putih.6. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi

0. Pengulangan pemeriksaan vagina berperan dalam infeksi saluran asendens.0. Menurunkan resiko yang memerlukan/ menyebarkan agen.0. Membantu mencegah pertumbuhan bakteri, membatasi kontaminasi dari pencapaian ke vagina.0. Pada infeksi, cairan amniotik menjadi lebih kental dan kuning pekat dan bau dapat dideteksi.0. Dalam 1 jam setelah ruptur membran aminion, insiden koriamnionitis meningkat secara progresif sesuai waktu ditunjukan dengan peningkatan tanda- tanda vital dan leukosit0. Antibiotik diberikan sebagai profilaksis, mencegah terjadinya infeksi akibat prolaps tali pusat yang disertai pecahnya ketuban

4.4.2 Pada IbuNoDxTujuan dan Kriteria HasilIntervensiRasional

1.Risiko infeksi b/d adanya pemeriksaan vagina, prosedur invasive

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, infeksi tidak terjadi dengan kriteria hasil:a. Tidak tampak tanda-tanda infeksib. Tidak terjadi luka parah pada kulit yang telah dilakukan tindakan invasive1. Bersihkan daerah sebelum dan sesudah melakukan prosedur invasive, pemeriksaan vagina dengan cairan antibakteri.2. Pastikan alat yang digunakan steril, gunakan teknik aseptik untuk melakukan tindakan invasif, gunakan teknik steril bila melakukan secsio caesar3. Kolaborasikan dengan tenaga medis lain dalam pemberian obat antibiotic.4. Anjurkan klien untuk menghabiskan obat antibiotik yang telah diberikan1. Membantu mencegah pertumbuhan bakteri, membatasi kontaminasi dari pencapaian ke vagina.2. Menghindari sekecil mungkin kemungkinan kontaminasi patogen penyebab infeksi 3. Memperkuat pertahanan tubuh terhadap bakteri/agen asing yang mungkin masuk selama prosedur invasive4. Menghindari bakteri kebal terhadap antibiotik

2.

Ansietas b/d situasi tali pusat di luar vagina, ancaman yang dirasakan oleh ibu ataujanin

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan klien dapat mengontrol kecemasannya dengan kriteria hasil:a. Klien merasa nyamanb. Klien memahami tindakan yang akan dilakukan padanyanyac. Klien mengatakan kecemasannya berkurang, d. TTV dalam rentang normale. Respon verbal non verbal tidak menunjukkan kecemasan

1. Diskusikan situasi dan pemahaman tentang situasi urgensi dan kemungkinan dilakuakan secsio caesar dengan klien dan pasangan.2. Pantau respon verbal dan non verbal klien/ pasangan.3. Libatkan klien dalam perencanaan dan berpartisipasi dalam perawatan sebanyak mungkin.4. Dengarkan masalah klien secara aktif.5. Jelaskan setiap prosedur arti dari setiap gejala.6. Berikan informasi dalam bentuk verbal dan tertulis dan beri kesempatan klien untuk mengajukan pertanyaan, serta jawab pertanyaan dengan jujur.7. Anjurkan klien teknik distraksi relaksasi seperti nafas dalam atau berdoa8. Lakukan pemeriksaaan TTV sebelum dilakukan tindakan secsio caesar 1. Memberikan informasi tentang reaksi individu terhadap apa yang terjadi.2. Menandakan rasa cemas yang sedang dialami klien/ pasangan/ keluarga.3. Menjadi mampu melakukan sesuatu untuk membantu mengontrol situasi, sehingga dapat menurunkan rasa cemas.4. Memberikesempatan pada klien untuk menemukan solusi sendiri.5. Pengetahuan dapat membantu menurunkan rasa cemas dan meningkatkan rasa kontrol terhadap situasi.6. Pengetahuan akan membantu klien mengatasi apa yang sedang terjadi dengan lebih efektif. Informasi tertulis memungkinkan klien untuk meninjau ulang informasi karena akibat tingkat stres, klien tidak dapat mengasimilasi informasi. Jawaban yang jujur dapat meningkatkan pemahaman dengan lebih baik serta menurunkan rasa cemas.7. Nafas dalam dan berdoa dapat mengurangi rasa cemas8. Mengetahui apakah klien mengalami kecemasan atau tidak

4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam, diharapkan pengetahuan klien bertambah dengan kriteria hasil1. Klien memehami kondisi yang dialami2. Klien mengerti dan dapat memilih tindakan yang akan dilakukan padanya

1. Diskusikan situasi dan pemahaman tentang situasi urgensi dan kemungkinan dilakuakan secsio caesar dengan klien dan pasangan.2. Libatkan klien dalam perencanaan dan berpartisipasi dalam perawatan sebanyak mungkin.3. Jelaskan setiap prosedur arti dari setiap gejala.4. Berikan informasi dalam bentuk verbal dan tertulis dan beri kesempatan klien untuk mengajukan pertanyaan, serta jawab pertanyaan dengan jujur.

1. Memberikan informasi tentang reaksi individu terhadap apa yang terjadi.2. Memberikesempatan pada klien untuk menemukan solusi sendiri.3. Pengetahuan dapat membantu menurunkan rasa cemas dan meningkatkan rasa kontrol terhadap situasi.4. Pengetahuan akan membantu klien mengatasi apa yang sedang terjadi dengan lebih efektif. Informasi tertulis memungkinkan klien untuk meninjau ulang informasi karena akibat tingkat stres, klien tidak dapat mengasimilasi informasi. Jawaban yang jujur dapat meningkatkan pemahaman dengan lebih baik serta menurunkan rasa cemas.

4.Resiko gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahaSetelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, tidak terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dengan kriteria hasil:a. Tidak terdapat kehilangan darah/ cairan berlebihb. TTV berada pada rentang normalc. Kondisi cairan dan elktrolit normal

1. Kaji dan pantau kehilangan cairan berlebihan seperti perdarahan2. Kaji tanda-tanda vital misalnya dengan periksa nadi, tekanan darah,warna kulit, turgor kulit, tingkat kesadarandan suhu.3. Berikan cairan parenteral sesuai indikasi.4. Pantau pemeriksan lab seperti kondisi elektrolit

1. Kehilangan banyak darah dapat mengakibatkan syok hipovolemi2. Kehilangan cairan yang banyak dapat mengakibatkan syok baik syok hipovolemik. Dapatdimanifestasikan oleh peningkatan nadi, penurunan tekanan darah, cianosis,disorientasi,peka rangsang dan penurunan kesadaran3. Menggantikan kehilangan cairan.4. Mencegah gangguan cairan dan elektrolit dari larutan hipotonik / hipertonik

4.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Hari/tanggal/waktu DiagnosaImplementasiEvaluasiParaf & Nama Perawat

(diisi tanggal dan waktu tindakan diberikan)Gangguan pertukaran gas b/d perubahan aliran darah melalui tali pusat (prolaps)

1. Memperhatikan maturasi janin berdasarkan riwayat ibu dan pengukuran uterus. Dengan hasil usia janin 37 minggu.2. Melakukan manuver Leupold dan pemeriksaan vaginal steril, serta memperhatikan presentasi dan posisi janin. Dengan hasil posisi tali pusat berada di samping bayi dengan presentasi bokong.3. Memberikan posisi pada ibu telentang dengan bagian kepala ibu lebih rendah dari panggul ibu yang dipotong dengan bantal (trendelenburg).S: Klien mengatakan gerakan janin lebih aktif dari sebelumnyaO: tali pusat masih berada di luarA: masalah teratasi sebagianP: lanjutkan intervensi dengan kolaborasi tim kesehatan untuk mempersiapkan proses persalinan daruratNs. Desi

(diisi tanggal dan waktu tindakan diberikan)Risiko infeksi b/d terpaparnya tali pusat dengan udara luar

1. Menggunakan tekhnik aseptik selama pemeriksaan vagina.2. Memantau karakter cairan amniotik.3. Memantau suhu, nadi, pernapasan dan sel darah putih.4. Melakukan kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi

S: Klien mengatakan gerakan janin lebih aktif dari sebelumnyaO: tali pusat masih berada di luarA: masalah teratasi sebagianP: lanjutkan intervensi dengan kolaborasi tim kesehatan untuk mempersiapkan proses persalinan daruratNs. Desi

(diisi tanggal dan waktu tindakan diberikan)Ansietas b/d situasi tali pusat di luar vagina, ancaman yang dirasakan oleh ibu ataujanin

1. Mendiskusikan situasi dan pemahaman tentang situasi urgensi dan kemungkinan dilakuakan secsio caesar dengan klien dan pasangan.2. Memantau respon verbal dan non verbal klien/ pasangan.3. Menjelaskan setiap prosedur arti dari setiap gejala.4. Memberikan informasi dalam bentuk verbal dan tertulis dan beri kesempatan klien untuk mengajukan pertanyaan, serta jawab pertanyaan dengan jujur.5. Menganjurkan klien teknik distraksi relaksasi seperti nafas dalam atau berdoa

S: klien mengatakan kecemasannya berkurang, klien sip menjalani operasiO: TTV dalam rentang normal, klin terlihat tenangA: masalah keperawatan teratasiP: hentikan intervensiNs. Desi

BAB 5. PENUTUP

5.1 KesimpulanProlaps tali pusat adalah letak tali pusat yang berada di samping atau dibagian terendah yaitu jalan lahir janin dan tulang pelvis ibu yang menyebabkan kompresi tali pusat. Prolaps tali pusat terjadi akibat beberapa faktor salah satunya adalah letak janin yang berubah sehingga menyebabkan tali pusat terjepit oleh janin dan berubah tempat hingga menutupi jalan lahir. Komplikasi yang terjadi pada janin adalah hipoksia janin, bila tidak tertangani maka dapat menyebabkan kematian janin.

5.2 SaranBagi perawat, untuk mengurangi komplikasi akibat prolaps tali pusat harus dapat mengkaji dengan cermat gejala yang dapat ditimbulkan pada prolaps tali pusat tersebut. Bagi mahasiswa perawat belajarlah memahami materi ini dengan baik

DAFTAR PUSTAKA

Arif, Mansjoer. 2000. Kapita Selekta Kedoktera Edisi 3. Jakarta: Medica Aesculpalus FKUICunningham, F. Gary, dkk. 2006.Obstetri Williams. Jakarta: EGC.NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC.Phelan, T. Sharon dkk. 2013. Umbilical Cord Prolaps. http://contemporaryobgyn.modernmedicine.com/contemporary-obgyn/content/tags/bradley-holbrook-md/umbilical-cord-prolapse?page=full dikases pada 18 Februari 2015 pukul 19.00Prawirohardjo, Sarwono. 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono PrawirohardjoSodikin. 2009. Buku Saku Perawatan Tali Pusat. Jakarta: EGC.Stright, Barbara R. 2004. Panduan Belajar: Keprerawatan Ibu-Bayi Baru Lahir. Jakarta: EGC.Winkjosastro, Hanifa. 2005.Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: YBBSP.