PROGRAMMAGISTERPSIKOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA …eprints.ums.ac.id/60108/14/NASKAH PUBLIKASI...
Transcript of PROGRAMMAGISTERPSIKOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA …eprints.ums.ac.id/60108/14/NASKAH PUBLIKASI...
ii
KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF GURU PEGAWAI NEGRI SIPIL NON
SERTIFIKASI DI DAERAH TERPENCIL DI KABUPATEN BIMA
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata II pada
Jurusan Magister Sains Psikologi
Oleh:
IMANUDDIN
S300150005
PROGRAMMAGISTERPSIKOLOGISEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA2018
ii
KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF GURU PEGAWAI NEGRI SIPIL NON
SERTIFIKASI DI DAERAH TERPENCIL DI KABUPATEN BIMA
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata II pada
Jurusan Magister Sains Psikologi
Oleh:
IMANUDDIN
S300150005
PROGRAMMAGISTERPSIKOLOGISEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA2018
ii
KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF GURU PEGAWAI NEGRI SIPIL NON
SERTIFIKASI DI DAERAH TERPENCIL DI KABUPATEN BIMA
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata II pada
Jurusan Magister Sains Psikologi
Oleh:
IMANUDDIN
S300150005
PROGRAMMAGISTERPSIKOLOGISEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA2018
iii i
ii
iii
1
KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF GURU PEGAWAI NEGRI SIPIL NON
SERTIFIKASI DI DAERAH TERPENCIL DI KABUPATEN BIMA
AbstrakTujuan penelitina ini untuk mendiskripsikan kesejahteraan subjektif gurupegawai negeri sipil di daerah terpencil di Kabupaten Bima dan faktor-faktoryang mempengaruhi kesejahteraan subjektif. Jenis penelitian ini adalah kualitatiffenomenologis, melibatkan informan sebanyak 3 orang laki-laki dan 1 orangperempuan. Metode pengambilan data wawancara sedangkan ktredibilitas datadalam penelitian ini adalah menerapkan strategi member ceckin,teknik analisisdata deskriptif naratif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesejahteraansubjektif guru PNS non sertifikasi daerah terpencil di Kabupaten Bima terpenuhidengan baik, meskipun pada awal masa bertugas merasakan kesejahteraan yangrendah ditandai dengan munculnya rasa sedih, kecewa dan kurangmenyenangkan. Namun dengan berjalannya waktu kesejahteraan guru semakinmeningkat dengan terpenuhinya aspek-aspek kesejahteraan subjketif yaitu puaskarena cita-citanya tercapai, memiliki pekerjaan, bisa mengabdi padamasyarakat, berdakwah dan beribadah kepada Allah. Afek positif yaitu adanyarasa tertarik, senang, bangga dan nyaman serta merasa sejahteraan dan bahagia.Faktor yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif guru PNS non sertifikasididaerah terpencil yaitu: (1) Pemaknaan pekerjaan. (2) Religiusitas. (3)Demografi.
Kata kunci: Kesejahteraan Subjektif, Pegawai Negeri Sipil, Non Sertifikasi Di,Kabupaten Bima.
AbstractThis study aimed to describe and know the factors that subjective well being ofNon-certification Civil Servant teachers in remote areas of the regency of Bima.This type of study is qualitative phenomenology that involved informants asmuch as 3 men and 1 woman. This study used interview data. While datacredibility in this study applied member checking. Technique of data analysiswas narrative descriptive. The results showed that subjective well being of Non-certification Civil Servant teachers in remote areas of the regency of Bima isfulfilled well although at the beginning of the period of duty to feel the lowwelfare that marked with the emergence of sadness, disappointed, and less fun.But over time, the welfare of teachers is increasing with the fulfillment of aspectsof subjective well-being that is satisfied because his ideals are achieved, have ajob, bias serve the community, and preach and worship to Allah SWT. Positiveaffect is the sense of interest, happy, happy and comfortable and feel prosperous.Factors affecting subjective wellbeing of non-certification PNS teachers inremote areas are: (1) job definition (2) religiosity (3) demographics.
2
Keywords: Subjective Well being, Civil Servant, Non-Certification, Regency ofBima
1. PENDAHULUAN
Profesi guru umumnya merujuk pada pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
ditempati oleh pegawai negeri sipil. Dengan kata lain, guru merupakan pegawai
negeri sipil yang berprofesi sebagai pendidik. Persoalan guru tersebut di atas
menggambarkan bahwa tugas guru baik di sekolah maupun dalam kehidupan
nyata cukup berat. Terlebih guru yang melaksanakan tugas pada daerah-daerah
terpencil menghadapi berbagai kendala, terutama jangkauan untuk menuju
daerah tersebut sangat sulit karena jalan yang masih belum diaspal, transportasi,
sarana dan prasarana yang terbatas serta cuaca yang tidak menentu sehingga
terkadang di saat musim hujan guru sering mengalami keterlambatan.
Kondisi yang dihadapi guru saat ini sangat kompleks sehingga berdampak
pada gejala psikologis, terutama yang berkaitan dengan kesejahteraan subyektif.
Diener (2009), menyatakan bahwa kesejahteraansubyektif merupakan sejauh
mana individu mengevaluasi kehidupan yang dialaminya. Kesejahteraan
subyektifmelibatkan evaluasi pada dua komponen, yaitu kognitif dan afektif.
Kesejahteraan subyektif yang tinggi ditandai dengan adanya evaluasi kognitif,
yaitu berupa tingginya kepuasan hidup (life satisfaction) serta evaluasi afektif
berupa tingginya afek positif (positive affect), dan rendahnya afek negatif
(negative affect).
3
Kemiskinan adalah sebuah pandangan masyarakat yang tak memiliki tujuan
kualitas hidup yang baik. Dari penelitian ini banyaknya kondisi masyarakat yang
terancam dari kesehatannya, subjek pada penelitian di ambil dari 44 guru, 55
masyarakat biasa hasilnya mereka mengalami tingkat kekhawatiran yang cukup
tinggi mengigat kondisi wilayah geografis yang rawan dengan penyakit menular.
Maka kondisi kualitas kehidupan masyarakat terutama para guru tersebut
mengalami ketidak sejahteraan para guru. Sedangkan kebijakan pemerintah
masih ambisius dengan fasilitas dan tunjangan hidup layak untuk para tenaga
guru yang bertugas di wilayah tertinggal. (Catherine, Louise, & dll, 2016)
Sebagai elemen kunci dalam sistem pendidikan, maka peningkatan
kesejahteraan subyektif merupakan hal yang pokok dalam menjalankan tugas.
Oleh sebab itu, peningkatan kualitas hidup pribadi yang sehat sangat diperlukan
oleh setiap manusia. Utami (dalam, Pavot & Diener, 2004) menyatakan bahwa,
Individu dengan tingkat kesejahteraan subyektif yang tinggi lebih baik dalam
menjalin relasi, dalam pekerjaan, dan koping stress.
Hasil penelitian, Diener & Chan (2011) menunjukkan bahwa,
kesejahteraansubjektifjuga berpengaruh terhadap tingkat kesehatan. Rendahnya
tingkat kesejahteraan subyektifdapat mengakibatkan rendahnya kualitas
kesehatan. Rendahnya tingkat kesejahteraan subjektif dapat menyebabkan
penyakit darah tinggi. Eddington dan Shuman (2005), mengemukakan beberapa
faktor yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif yaitu jenis kelamin, usia,
pendidikan, pendapatan, pernikahan, kepuasan kerja, kesehatan, dan religiusitas.
Faktor demografis tersebut mempengaruhi kinerja guru PNS non sertifikasi
4
terutama yang bertugas mengajar di daerah terpencil. Profesi guru yang
semestinya juga sebagai ajang untuk meningkatkan karir serta kemampuan
individu, terhalang oleh kondisi demografis terutama dalam hal kepuasan kerja
dan pendapatan. Pada aspek karir, guru yang mengajar di daerah terpencil tidak
akan dapat berkembang karena hanya bergulat pada situasi dan keadaan
lingkungan sekolah yang tidak berkembang.
Kondisi diatas, sesuai dengan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti
tentang kesejahteraan subjektif pada guru PNS Non sertifikasi di Kec.
Soromandi Kab. Bima. Guru PNS Non Sertifikasi tetap menjalankan tugas
sebagaimana guru yang lain, meskipun keadaan daerah terpencil, terdapat
berbagai kendala, diantaranya; (a) sarana transportasi yang tidak mendukung
(terbatas dan hanya melalui darat dan laut), (b) menggunakan moda transportasi
sendiri seperti sepeda motor, hal inipun tetap mendapatkan hambatan seperti;
pada saat musim hujan karena jalan menuju sekolah masih berupa tanah liat,
apabila turun hujan, jalan tersebut berubah seperti sungai dan licin, dan (c)
terkadang biaya yang harus dikeluarkan menggunakan moda transportasi ini
cukup tinggi. Satu sisi guru dituntut untuk melaksanakan segala keputusan dari
pemerintah sesuai dengan sumpah jabatannya.
Sedangkan pada penelitian yangdilakukan oleh Narges Hasanmoradi, dari
hasil tersebut bahwa menghabiskan lebih banyak waktu di tempat kerja. sebagai
respons terhadap pekerjaan ketidakyamanan, tuntutan kerja, kebutuhan karir
yang dirasakan, tekanan keuangan, dan sebagainya. Temuan ini menghasilkan
evaluasi bahwa ketidak sejahteraan para tenaga pengajar karena terbatas dengan
5
jarak, fasilitas negara serta akses untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat
mengenai kepusan hidup.(Narges & Hasanmoradi, 2011)
Disisi lain dari penelitian yang dilakukan Serkan Perkmen dari hasil
penelitian tersebut bahwa menjadi profesi guru sangatlah menguntungkan
karena memiliki masa depan yang cerah khususnya guru di bidang seni.
Indikator dari kepuasannya ialah dukungan pemerintah serta ruang untuk guru
sangat didukung oleh masyarakat. (Serkan, 2012 )
Berbeda dengan guru profesi modern, yang memiliki akses pusat informasi
serta diberikanya fasilitas seperti tunjangan hidup, dan di ikut sertakan dalam
setiap pelatihan agar memiliki kemampuan dan skill yang memadai sehingga
dalam proses belajar mengajar mampu menerapkan dari hasil pelatihan tersebut.
profesi guru modern dari penelitian ini menjadi indikator sebuah keberhasilan
atau pengangkatan kualitas hidup khususnya di dunia pengajaran. (Lawn,
Radical, & Brooklyn, 1996)
Sedangkan penelitian lain yang menyajikan dari hasil sebuah proyek
penelitian bertempat di wilayah kaitannya dengan asumsi menjadi profesi guru
adalah sebuah pekerjaan yang membentuk identitas individu menjadi lebih baik,
terutama dalam kesenjangan dalam memenuhi kebutuhan pokok. penelitian ini
dilakukan dengan 39 siswa dari Science Teacher Program Pendidikan (LCN) di
Sa'o Paulo University (USP) School of Arts, Sciences, dan Humaniora (EACH)
di Brasil.Data yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan dari narasi yang
ditulis oleh siswa di mana mereka memberikan alasan untuk memilih program
LCN dan untuk memilih menjadi profesi guru. (Celi Rodrigues & Luciana, 2015)
6
Penelitian ini mengenai profesional guru pada bidang bahasa inggris
bertempat di negara china tepatnya pada pedesaan,jumlah guru yang tercatat di
pelosok sangat banyak, serta memiliki motivasi, visi dan misi yang berbeda-
beda. Ada yang memiliki latar belakang yang sama sekali tidak memiliki
pengalam hidup di desa, bahkan ada yang menolak ketika diberikan perintah
untuk mengajar di pedesaan china. Beberapa faktor yang mendasari guru terlibat
mengajar di pelosok: ikut membantu pembangunan SDM pemerintah, serta
mewujudkan masyarakat yang maju, bahkan beberapa gurru merasa tidak
memiliki kepusan hidup ketika berada di desa seperti administrasi pendidikan
yang sangat tertinggal, sarana dan lokasi yang tak memadai. (Xuesong & Gao,
2014). Menyebutkan bahwa individu yang memiliki tingkat kesejahteraan
psikologis yang positif berkaitan tentang adannya kemampuan dalam menerima
keadaan hidup yang dijalaninya. Individu yang memiliki kesejahteraan
psikologis ditandai dengan terpenuhinya kebutuhan jasmaniah dan rohaniah
dalam menjalani kehidupannya sehari-hari. (Ryff, 1989)
Tingkat kepuasan dan motivasi kerja yang dilaporkan sendiri diukur dengan
survei. Sedangkan jumlah sampel 286 guru. Dengan menggunakan kerangka
pilihan diskriptif, penelitian ini mencoba menilai relevansinya indikator yang di
gunakan pada penelitian ini meliputi dari (demografi, sosial, motivasi) dalam
pengajaran secara keseluruhan kepuasan kerja. Temuan ini memberikan bukti
bahwa kepuasan kerja berkorelasi secara signifikan dengan tingkat gelar
universitas yang dipegang oleh guru, jenis sekolah menengah dimana guru
terdaftar, pendapatan, dan gaji-tugas kecukupan. Ini penting bagi orang Rumania
7
ekonomi, karena sistem pendidikan ini diharapkan bisa memberikan sumber daya
manusia masa depan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
gambaran tentang motivasi staf pengajar. Sebuah studi masa depan yang
mencakup analisis lintas negara dapat memberikan gagasan yang lebih luas
faktor motivasi staf pengajar di negara berkembang. (Mihai & Mieilă, 2015)
Keadaan guru PNS Non sertifikasi diatas menjadi tantangan tersendiri, akan
tetapi guru tersebut tetap bertahan dalam menghadapi kondisi yang dilematis
karena pada kenyataannya masih ada sejumlah guru yang mengalami kesulitan
kenaikan pangkat, dan belum bersertifikasi. Hasil rangkuman pada table 1 di
bawah ini menunjukkan kondisi guru non sertifikasi yang bertugas di daerah
terpencil.
Table 1. Rangkuman hasil Wawancara dengan Guru yang bertugas di
Daerah Terpencil di Kabupaten Bima
No Pertanyaan Subjek 1 Subjek 21 Apa yang
melatarbelakangi andamenjadi guru
ingin mengajarkanilmu kepadamasyarakat
Ingin mengabdikan diri padamasyarakat karena guru itu pekerjaanmulia dan bernilai ibadah
Menurut anda hal apayang dirasamenyenangkan
Senang bisa beebagiilmu dengan oranglain
guru bagi saya sangat menyenangkansekali karena di saya memilikipekerjaan tetap saya juga dapatberbagi ilmu dengan masyarakat
Hal apa yang tidakmenyenangkan selamajadi guru
Saat pergi sekolahtapi ditengah jalanhujan, trus jalannyabecek
Tidak senangnya ya..karna jaraknyajauh dan transpotrasu yang sulit
Apa kendala yang dialami selama ini
Ya.karna jaraknyajauh dan sulitnyainformasi
Kendalanya ya..transpotrasi danakses informasi saja sih
Bagaimana andamemaknai kehidupananda saat ini
Saya bersyukur jadiguru karna bisaberbagi ilmu dgorang lain
Merasa bersyukur kepada Allahkarena dengan menjadi Guru PNSsaya memiliki pekerjaan tetap
2 apakah anda merasapuas dengan hidupanda saat ini
Saya merasa karnabisa bisa memberikanhal yang bermanfaatbagi orang lain
Ya merasa puas karna punyapekerjaan dan bisa melakukansesuatu untuk orang banyak danberguna bagi bangsa dan Negara
8
Hasil hasil riset awal yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan
bahwa meskipun banyak kendala yang dihadapi oleh subjek dalam menjalankan
tugas sebagai guru non sertifikasi di daerah terpencil seperti dihadang hujan di
jalan dan jarak yang jauh dari Kota Bima, serta kesulitan lain yang selalu
dihadapi oleh kedua subjek, namun kesejahteraan subjektifsubjek cukup baik.
Hal ini ditandai dengan adanya afek positif dan kepuasan yang dirasakan oleh
informan yakni perasaan senang karena memiliki pekerjaan tetap dan berbagi
ilmu dengan orang lain, selain itu informan merasa puas karna bisa bermanfaat
bagi orang banyak dan bersyukur punya pekerjaan tetap Dengan demikian
berdasarkan fenomena diatas, penelititertarik untuk mengadakan penelitian
tentang “Kesejahteraan subjektif guru PNS non sertifikasi di daerah terpencil di
kabupaten bima
2. METODE
Ditinjau dari jenis datanya pendekatan penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif fenomenologis. Adapun
metode analisis data dalam penelitian ini adalah deskriptif naratif. yaitu
penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada
sekarang berdasarkan data-data. Tehnik pemilihan informan menggunakan
teknik “purposive sampling” karena ada pertimbangan tertentu dan peneliti
sendiri yang menentukan sampel. Lokasi penelitian dan pemilihan informan
dilaksanakan Kabupaten Bima.Metode pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah wawancara dan dilanjutkan dengan analisis data
9
melalui empat tahap yaitu pengumpulan data, reduksi data, display data dan
menarik kesimpulan.
3. HASILDAN PEMBAHASAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan Kesejahteraan
subjektifGuru pegawai negeri sipil non sertifikasi di daerah terpencil dan
faktor-apa saja yang mempengaruhinya. Informan dalam penelitian ini
sebanyak 4 orang dan masih berstatus sebagai guru PNS non sertifikasi.
Seluruh nama yang digunakan adalah inisial untuk menjaga kerahasiaan
identitas informan. Informan dalam penelitian ini dijelaskan pada tabel 2 di
bawah ini.
Table 3. Karakteristik Demografi InformanInforgender
Pedterakhir
Usia
status Jumlahanak/pend
Pekerjaan/tempat mengabdi
Masa mengbdpendapatan
FRM/L S1 32Thn
menikah 1 orgTK
SDN KawindaNa,E kec.Tambora
7Thn/Rp.2.800.000
HSN/L SPG 42Thn
Menikah 3 orgS1 = 2 orgSMA= 1 org
SDN Impres SaiKec. Soromandi
9 Thn/ Rp2.700.000
NRH/P D2 52Thn
Menikah Blm punyaanak
SDN sowa kec.Soromandi
11 Thn/ Rp.2.800000
AHM/L D2 55Thn
Menikah 4 = orang
S1= org
Kuliah = 1 org
Guru PNS di
SMP N 2 Kec.
Soromandi
15 Thn/Rp
3.450.000
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka pembahasan
10
selanjutnya akan menjawab pertanyaan penelitian mengenai “ Bagaimana
gambaran kesejahteraan subjketif guru PNS non setifikasi yang bertugas di
daerah terpencil. Adapun gambaran kesejahteraan subjektif guru PNS non
sertifikasi di daerah terpencil dapat dilihat berdasarkan aspek dan dimensi
kesejahteraan subjektif antara lain: afek dan kepuasan. Afek terbagi menjadi
dua yaitu afek positif dan afek negatif.
1. Karakteristik Kesejahteraan subjektif Guru PNS Non Sertifikasi di
Daerah Terpencil
Gambaaran kesejahteraan subjketif pada informan FRM. Informan
merasa bangga menjadi guru karena merupakan cita-cita sejak kecil dan
dengan status tersebut, informan mendapatkan gaji terlebih berstatus
sebagai guru PNS. Meskipun tidak bersertifikasi, informan mendapat gaji
tunjangan karena bertugas di daerah terpencil. Pendapatan berupa gaji
meskipun belum cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup informan dan
keluarga namun informan merasa puas dan bersyukur karena informan
memaknai pekerjaan guru bukan hanya soal gaji tapi juga pengabdian,
pekerjaan yang membawa kebaikan, dakwah, ibadah, sehingga tumbuh
perasaan sabar, iklas dan kebersyukuran.
Gambarak kesejahteraan subjektif Informan HSN. Menjadi guru
merupakan cita-cita sejak kecil. Selama bertugas didaerah terpencil
informan merasa bangga dan senang karena dapat membangun hubungan
yang baik dengan masyarakat. Informan juga merasa bangga dengan
mejadi guru yang bertugas di daerah terpencil mendapatkan penghasilan
11
meskipun penghasilan tersebut belum dapat sepenuhnya mencukupi biaya
hidup informan namun informan merasa puas karena apa yang
didapatkannya merupakan kehendak Allah yang harus
dipertanggungjawabkan. Sampai saat ini informan belum menjadi guru
yang bersertifikasi karena terkendala oleh strata pendidikan.
Gambaran kesejahteraan subjeketif NRH.Merasa sejahtera sebagai
seorang guru meskipun bertugas di daerah terpencil. Hal ini tidak terlepas
dari cita-cita sejak kecil ingin menjadi seorang guru. informan merasa puas
dengan capainnya sebagai guru pegawai negeri sipil mendapat gaji rutin
setiap bulan walaupun belum mencukupi kebutuhan hidupnya. Pekerjaa
sebagai guru yang bertugas didaerah terpencil dimaknai oleh informan
sebagai suatu ibadah, sehingga merasa senang dan tidak memiliki beban.
Gambran kesejahteraan subjektif AHM. Informan merasa menjadi
guru bernilai ibadah karena dapat berbagi ilmu dengan siswa-siswa yang
diajar. Informan berstatus sebagai guru PNS dan telah bertugas di daerah
terpencil selama ± 15 tahun. Masa itu dirasakan informan sebagai suatu
kebahagiaan karena dengan bertugas di daerah terpencil selain
mendapatkan gaji sebagai PNS juga mendapatkan gaji tunjangan.
Meskipun gaji tersebut belum dapat mencukupi kebutuhan hidup keluarga,
namun informan merasa cukup puas karena menganggap bahwa guru
sebagai pengabdian kepada masyarakat dan ibadah kepada Allah. Perasaan
bangga juga dirasakan oleh informan karena dapat menyekolahkan anak-
anaknya sampai sarjana .
12
Berdasarkan pemaparan tentang gambaran kesejahteraan subjeketif
guru PNS non sertifikasi di daerah terpencil maka gambaran umum
kesejahteraan subjketif guru PNS di daerah terpencil dapat jelaskan sebagai
berikut:
(a). Afek positif. (1) Hal yang membuat tertarik. Menunjukkan adanya
ketertarikan menjadi guru karena kesenangan dan cita-cita, memiliki
pekerjaan, membantu suami mencari nafkah, dukungan orang tua,
dorongan teman, memberikan ilmu pada orang lain, pekerjaan mulia,
ibadah. (2) Hal yang menyenangkan. Menunjukkan adanya hal yang
menyenangkan karena diangkat jadi PNS, impian terwujud, berbagi ilmu,
bertemu siswa, prestasi belajar siswa, ada ilmu dan pengalaman,
mengajar didaerah sendiri, memiliki teman baru, bisa berdakwah, siswa
bisa baca Alqur’an, dukungan kepala sekolah. (3) Hal yang membuat
nyaman. Menunjukkan adanya rasa nyaman karena posisi sudah PNS,
hilangnya berbagai kesulitan, dekat dengan keluarga, masyarakat yang
baik dan ramah, satu daerah dan satu suku, alamnya yang sejuk, warga
sangat kekeluargaan, dekat dengan guru-guru. betah seperti kampung
sendiri, akrab dengan masyarakat, adanya dukungan istri. (4). Hal yang
membauat bangga. Menunjukkan adanya hal yang membuat bangga
karena capaian hidup yaitu menjadi guru pegawai negeri sipil tidak
mudah, prestasi siwa, mendapat kepercayaan menjadi pembina olahraga,
bisa menyekolahkan anak-anak. (5) Kesejahteraan. Menunjukkan adanya
kesejahteraan karena merasa ada ketenangan dan tidak memiliki beban
hidup karena memiliki pendapatan meskipun pendapatan tersebut belum
cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup namun informan merasa cukup
13
dan selalu besyukur. (6) Kebahagaiaan. Menunjukkan adanya
kebahagiaan karena merasa hidup lebih tenang, nyaman, hilangnya beban
hidup, dan tidak adanya kecemasan dan kekhawatiran dalam hidup,
memiliki rumah, memiliki pendapatan walaupun belum bisa menutupi
biaya hidu, bisa menyekolahkan anak-anak sampai sarjana, kehidupan
keluarga baik-baik dan terhindar dari masalah. Merasa puas dan bersykur
kepada Allah.
(b). Afek negatif. (1) Hal yang kurang menyenangkan. Adanya hal yang
kurang menyenangkan yang dirasakan oleh informan disebakan karena
sulitnya trasportasi, jarak tempuh yang jauh, menyediakan makanan
sendiri, jalan yang becek karena hujan dan banjir. (2) Hal yang membuat
kecewa. Adanya hal yang membuat kecewa dirasakan oleh informan
disebabkan karena. Semangat belajar siswa yang kurang sehigga Prestasi
belajar kurang memuaskan dan dukungan orang tua yang sangat minim.
(3) Hal yang mebuat sedih adanya perasaan sedih yang dirasakan oleh
indorman karena daerah yang jauh, meninggalkan keluarga, orang tua
meninggal sehingga belum sempat menikmati apa yang didapatkan.
(c). Kepuasan. Merasa puas karena cita-citanya tercapai, puas karena
memiliki pendapatan meskipun pendapatan belum sepenuhnya memenuhi
biaya hidup, puas karna dapat menyekolahkan anak-anak sampai sarjana,
bisa berbagi dengan keluarga, bisa mengabdi pada masyarakat, puas
karena memaknai pekerjaan sebagai pekerjaan yang mulia, amanah dari
Allah, dakwah dan ibadah dan ridho Allah
Sedangkan faktor–faktor yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif yaitu;
(1). Pemaknaan status kerja (2) Religiusitas (3). Rentang usia
2. Kesejahteraan Subjektif beradasarkan pemaknaan pekerjaan
14
Kesejahteraan subjektif berdasarkan pemaknaan pekerjaan
menunjukan gejala yang sama, seperti memaknai pekerjaan sebagai
amanah dari allah yang harus dijalani dengan iklas dan sabar, memkaqnai
pekerjaan sebagai ibadah kepada Allah sehingga harus
dipertanggungjawabkan serta tidak merasa menyesal ataupun putus asa.
3. Kesejahteraan Subjektif berdasarkan Religiusitas
Guru yang bertugas di daerah terpencil dalam penelitin ini
menjalankan tugas karena didorong oleh keyakinan bahwa apa yang
dilakukannya adalah beribadah dan mendapatkan balasan dari Allah
sehingga tidak mengeluh dan merasa kecil hati. Selain itu guru merasa ada
ketenangan dan kebahagiaan karena yakin apa yang dilakukannya sangat
diridhoi oleh Allah.
4. Kesejahteraan Subjektif berdasarkan Rentang Usia
Informan dalam penelitian ini berdasarkan faktor usia yang
terendah berusia 32 tahun (FRM) sedangkan secara umum dari ketiga usia
informan antara 42-55 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia
termuda informan FRM menunnjukkan rasa bangga dan senang bertugas
di daerah terpencil, karena meskipun jauh dengan keluarga informan
mendapatkan pengalaman keagamaan. Informan merasa semakin dekat
dengan nilai-nilai agama yang dianut. Masyarakat juga menerima dengan
baik keberadaan informan, sehingga tidak ada niat untuk pindah dari
tempat bertugas saat ini, kecuali ada keputusan lain dari pemerintah.
Hasil penelitian dengan ketiga informan dengan rentang usia 42-55
tahun menunjukkan bahwa meskipun pada awal tugas dirasa cukup berat
15
karena harus berpisah dengan keluarga, namun ketiga informan dapat
beradaptasi dengan lingkungan. Masyarakat menerima dengan baik ketiga
ifnorman pada wilayah kerja masing-masing dan hal ini membuat
informan merasa bangga sebagai seorang guru. Ketiga informan tidak
mempunyai keinginan untuk pindah ke kota karena sudah merasa menyatu
dengan tugas dan masyarakat serta berkeinginan untuk menyelesaikan
tugas di tempat tugas masing-masing.
Sampai penelitian ini dilakukan, keempat informan tidak lolos
sebagai guru bersertifikasi karena terkendala oleh faktor ketertinggalan
informasi serta tidak lulus pendidikan yang diselenggarakan oleh dinas
pendidikan setempat. Selama bertugas di daerah terpencil, seluruh
informan pada awal menyatakan berat dan sulit, namun demikian dengan
berjalannya waktu dan adanya tunjangan bagi guru yang bertugas di
daerah terpencil, maka hambatan tersebut dapat diselesaikan dengan baik.
Kondisi ini menunjukkan bahwa meskipun bertugas di daerah terpencil
dan bukan berstatus sebagai guru bersertifikasi, informan merasa nyaman
dan bangga karena mendapatkan gaji tunjangan.
Keempat informan merasa puas dengan kehidupan yang telah
dijalani sebagai seorang guru yang bertugas di daerah terpencil. Informan
juga merasa senang ditandai dengan prestasi yang telah dicapai, adanya
penerimaan masyarakat yang baik serta mendapatkan gaji tunjangan
daerah terpencil meskipun gaji tersebut belum mampu mencukupi biaya
hidup sehari-hati informan.
16
Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara pendapatan dengan kepuasan hidup yang telah dilakukan.
Informan merasa puas dengan gaji sebagai seorang PNS dan gaji
tunjangan guru yang bertugas di daerah terpencil meskipun gaji tersebut
belum cukup untuk memenuhi kebutu.tuhan hidup informan.
Hasil penelitian di atas sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Judge dan Locke (dalam Russel, 2008) menemukan hubungan saling
mempengaruhi antara kepuasan kerja dengan kesejahteraan subjektif pada
perawat. Penyebabnya adalah kesejahteraan yang dirasakan oleh individu
mempengaruhi mereka dalam mengumpulkan dan merecall informasi
tentang pekerjaan mereka. Individu yang bahagia cenderung menyimpan,
mengevaluasi, dan merecall informasi dengan cara yang berbeda
dibanding dengan individu yang tidak bahagia. Di sisi lain, kepuasan kerja
juga mempengaruhi tingkat kesejahteraan seseorang karena pekerjaan
adalah sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan seseorang dan
mereka menghabiskan sebagian besar waktunya di situ.
Hasil penelitian ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh
Natasya (2013) yang menunjukkan hasil cukup beragam pada tingkat
Kesejahteraan subyektif. Penelitian Natasya menunjukkan bahwa masih
ada beberapa guru yang kurang merasa puas pada berbagai ranah
kehidupannya dan memiliki afek negatif yang tinggi. Beberapa
permasalahan yang ditemukan antara lain stres, jenuh, dan kecewa dengan
sikap siswa. Selain itu guru berusia dewasa madya juga memberikan les
17
tambahan di luar sekolah hingga berjualan online shop untuk menambah
penghasilan.Hal ini menunjukkan bahwa secara finansial guru masih
merasa kurang cukup untuk memenuhi berbagai kebutuhan seperti
kebutuhan keluarga Faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan
subjketif bagi informan secara umum dipengaruhi oleh faktor pemakanan
pekerjaan dan religiusitas. Faktor religiusitas mendorong informan untuk
melakukan sesuatu yang hal itu belum tentu dapat dilakukan oleh
kebanyakan orang. Situasi dan kondisi wilayah kerja yang jauh dari
perkotaan, susah sarana transportasi serta resiko keamanan yang dapat
menimpa informan menjadikan faktor agama sebagai pendorong untuk
tetap melaksanakan tugas sebagai guru.
Sifat ikhlas dan sabar sekaligus menerima segala sesuatu dianggap
oleh informan sebagai sesuatu keputusan Allah yang harus dijalankan
dengan ikhlas. Faktor agama juga mendorong seorang informan lebih
merasa dekat dengan Allah ketika bertugas di daerah terpencil. Sifat
kepasrahan inilah yang menjadikan informan ingin menghabiskan masa
tugasnya di wilayah kerja sekarang meskipun hal itu sesuatu yang cukup
berat.
Hal ini sejalan dengan pendapat Diponegoro (2009) yang
mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi Kesejahteraan subyektif
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor eksternal dan internal.
Penghasilan, kesehatan, bentuk tubuh, dan faktor demografis (usia, jenis
kelamin dan pendidikan) merupakan faktor eksternal. Tempramen, nilai-
18
nilai hidup yang ada pada diri manusia dan kepribadian merupakan faktor
internal.
4. PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat
disimpulkan bahwa kesejahteraan subjektif guru PNS non sertifikasi daerah terpencil
di Kabupaten Bima terpenuhi dengan baik, meskipun pada awal masa bertugas
merasakan kesejahteraan yang rendah ditandai dengan munculnya rasa sedih, kecewa
dan kurang menyenangkan. Namun dengan berjalannya waktu kesejahteraan guru
semakin meningkat dengan terpenuhinya aspek-aspek kepuasan hidup yaitu puas
karena cita-citanya tercapai, memiliki pekerjaan, bisa mengabdi pada masyarakat,
berdakwah dan beribadah kepada Allah. Afek positif yaitu adanya rasa tertarik,
senang, bangga dan nyaman serta merasa sejahteran dan bahagia. Faktor yang
mempengaruhi kesejahteraan subjektif guru PNS non sertifikasi didaerah terpencil
yaitu: (1) Pemaknaan pekerjaan. (2) Religiusitas. (3) Demografi.
DAFTARPUSTAKA
Catherine, C., Louise, A., & dll. (2016). Can Schools Support HIV/AIDS -Affected Children? Exploring the ‘Ethic of Care’amongst RuralZimbabwean Teachers. International Journal , Vol 1-22.
Celi Rodrigues, C., & Luciana, M. (2015). Professional choices and teacheridentities in the Science Teacher Education Program at EACH/USP.International Journal , Vol 10:1189–1213.
Diener, (1999). Subjective well-being: Three Decades of Progress. PsychologicalBulletin, vol.125, no.2.
Diener,1993. The Relationship Between Income and Subjective Well-Being:Relative or Absolute?. Netherlands: Kluwer Academic Publisher.
Diener, Ed., Lucas, Richard E & Oishi, Shigero. 2003. Personality, culture, andsubjective well being: emotional and cognitive evaluation of life.International Journal, AnnuaReviews. Vol 54, 403-426.
19
Diener, Ed .2000. Januari. Subjective Well-being: the science of happiness and aproposal for the national index. American Psyychologycal Association,Vol.55, 34-43.
Diener, Scollon, Christie & Lucas, Richard E. 2003.The evolving concept ofsubjective well being: the multifaceted nature of happiness. Article inpress: advances in cell aging and gerontology. Vol 15, 187 – 219.
Eddington, N dan Shuman, R (2005). Subjective well-being (happiness).Continuing psychology education: 6 continuing education hours.Diunduh pada 7 maret 2015 dari (http://www.texcpe.com/cpe/PDF/ca-happiness.pdf.).
Lawn, M., Radical, T., & Brooklyn, I. (1996). Reforming England: The Declineof the Modern Teacher and the Rise of the Flexible Worker. InternationalJournal , Vol 1-8.
Mihai, & Mieilă, C. P. (2015). Modelling Discrete Choice Variables in Assessment ofTeaching Staff Work Satisfaction. International Journal, Vol April : 1-15.
Narges, & Hasanmoradi. (2011). Relationship Between The Quality Of WorkLife And Job Satisfaction Among The Teachers Of Public AndNonpublic. International Journal , Vol 1944-6934.
Nabila, A.Z. 2011. Hubungan Antara Sense Of Humor dan Tipe KeribadianEkstrovert dengan Subjective well-Being pada Karyawan Biasa MadyaPT Telkom Distel Jokjakarta. Skripsi. (Tidak diterbitkan). FakultasPsikologi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Ryff, C. (1989). Happiness is Everything or is it? Explorations on the meaning ofpsychology Well-Being. . International Journal , Vol 69 N0 4 .
Poerwandari, EK. (1998.) Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi.Jakarta: LPSP3 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
Putri dan Kwartarini. 2011. Orientasi Kebahagiaan Siswa SMA, TinjauanPsikologi Indigenous pada Siswa Laki-laki dan Perempuan. Journal ofHumanitas. Vol. VIII No. 2 Agustus 2011.
Ryff. C. & Keyes. C. 2005. The Ryff Scales of Psychological Well-Being.International journal of Personality and Social Psychology. Vol 69. No.4
Serkan, P. (2012 ). Pre-service music teachers’ satisfaction person–environmentfit approach. International Journal , Vol 371–385.
Xuesong, & Gao. (2014). The dilemma of being English teachers: Interpretingmotivation to teach and professional commitment hinterland regions.International Journal , Vol. 18(2) 152–.
20