PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR JURUSAN TEKNIK SIPIL ...lib.unnes.ac.id/30866/1/5112410005.pdf ·...

99
i TUGAS AKHIR SEKOLAH MODE ( FASHION ) DI SEMARANG DENGAN PENDEKATAN DESAIN ARSITEKTUR FEMINISME LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Disusun Oleh : Muhammad Yusuf Bakhtiar NIM 5112410005 PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017

Transcript of PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR JURUSAN TEKNIK SIPIL ...lib.unnes.ac.id/30866/1/5112410005.pdf ·...

i

TUGAS AKHIR

SEKOLAH MODE ( FASHION ) DI SEMARANG DENGAN PENDEKATAN DESAIN ARSITEKTUR FEMINISME

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Disusun Oleh : Muhammad Yusuf Bakhtiar

NIM 5112410005

PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2017

ii

iii

iv

v

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur dipanjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat

menyelesaikan Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur

(LP3A) Tugas Akhir Sekolah Mode (Fashion) di Semarang dengan Pendekatan

Desain Arsitektur Feminisme ini dengan baik dan lancar tanpa terjadi suatu

halangan apapun yang mungkin dapat mengganggu proses penyusunan LP3A.

LP3A ini disusun sebagai salah satu syarat untuk kelulusan akademik di

Universitas Negeri Semarang serta landasan dasar untuk merencanakan desain

Sekolah Mode (Fashion) nantinya. Judul Proyek Akhir yang penulis pilih adalah ”

Sekolah Mode (Fashion) di Semarang dengan Pendekatan Desain Arsitektur

Feminisme”.

Dalam penulisan LP3A ini tidak lupa penulis untuk mengucapkan

terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu, membimbing serta

mengarahkan sehingga penulisan LP3A ini dapat terselesaikan dengan baik.

Ucapan terimakasih saya tujukan kepada :

1. Allah SWT, yang telah memberikan kemudahan, kelancaran, serta

kekuatan sehingga dapat menyelesaikannya dengan baik.

2. Bapak Prof. Dr. Fathur Rokhman M.Hum, selaku Rektor Universitas

Negeri Semarang.

3. Bapak Dr. Nur Qudus, M.T., selaku Dekan Fakultas Teknik Uniersitas

Negeri Semarang.

4. Ibu Dra. Sri Handayani, MPd, selaku Ketua Jurusan teknik Sipil

Universitas Negeri Semarang.

5. Bapak Teguh Prihanto, S.T., M.T., selaku Koor. Prodi Teknik

Arsitektur Universitas Negeri Semarang.

6. Bapak Ir. Eko Budi Santoso, M.T., selaku dosen pembimbing 1 yang

memberikan masukan, arahan, bimbingan, masukan dan persetujuan

dalam penyusunan Tugas Akhir ini dengan penuh keikhlasan dan

ketabahan dalam membantu memperlancar Tugas Akhir.

vi

7. Bapak Ir. Moch Husni Dermawan, M.T., selaku dosen pembimbing 2

yang memberikan masukan, arahan, bimbingan, masukan dan

persetujuan dalam penyusunan Tugas Akhir ini dengan penuh

keikhlasan dan ketabahan dalam membantu memperlancar Tugas

Akhir.

8. Ibu Wiwit Setyowati, S.T., M.Sc, selaku dosen penguji yang

memberikan masukan dalam penyusunan Tugas Akhir.

9. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Program Studi Teknik Arsitektur

Universitas Negeri Semarang yang memberikan bantuan arahan

dalam penyusunan Tugas Akhir.

10. Kedua orang tua, adik, kerabat dan saudara saya terima kasih untuk

semua perhatian dan kesabarannya dalam menyikapi semua tingkah

penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir.

11. Semua teman-teman keluarga mahasiswa Arsitektur UNNES 2010-

2016 yang telah memberikan dukungan.

Penulis menyadari bahwa Laporan Perancangan Arsitektur ini masih

mempunyai banyak kekurangan. Sehingga penulis mengharapkan masukan

berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan Laporan

Perancangan Arsitektur ini. Semoga Laporan Perancangan Arsitektur ini berguna

bagi pihak yang membutuhkan. Akhir kata penulis sampaikan terima kasih.

Semarang, 15 Juni 2017

Penulis

vii

PERSEMBAHAN

Dengan penuh syukur atas kehadirat Allah SWT, hasil LP3A Tugas Akhir “Sekolah Mode (Fashion) di Semarang dengan Pendekatan Arsitektur Feminisme” ini penulis dipersembahkan kepada :

1. Kedua orang tua saya Bapak Kastari dan Ibu Srikatun yang telah rela

berkorban, sabar dan yang selalu memberikan dorongan semangat yang

besar dan kasih sayangnya beserta doa tulusnya yang tak pernah putus

kepada anaknya.

2. Adik saya Muhammad Hanafi dan Mamluatul Hikmah yang selalu

memberikan semangat dan doa.

3. Teman - teman satu angkatan mahasiswa Teknik Arsitektur Angkatan

2010, terimakasih atas bantuan dan dukungan serta semangat dari kalian selama ini, “Kalian Luar Biasa Teman”.

4. Adik - adik tingkat keluarga besar mahasiswa arsitektur UNNES angkatan

2011 - 2016 terimakasih banyak atas bantuannya.

5. Teman – teman satu kos-kosan, terimakasih atas dukungan semangat

dan doanya, kalian luar biasa.

Pihak-pihak lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, saya ucapkan terimakasih atas dukungan serta bantuannya selama ini.

viii

ABSTRAK

SEKOLAH MODE (FASHION) DI SEMARANG (Dengan Pendekatan Arsitektur Feminisme)

Oleh : Muhammad Yusuf Bakhtiar Dosen Pembimbing : Ir. Eko Budi Santoso, M.T.; Ir. Moch Husni Dermawan, M.T.

Prodi S1 Teknik Arsitektur, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik UNNES

Kebutuhan pakaian tidak hanya dipandang sebagai kebutuhan dasar

manusia selain kebutuhan pangan dan rumah tinggal, tetapi juga sebagai identitas diri/sosial dan trend mode (estetis). Perkembangan jaman ikut mempengaruhi perkembangan mode dan waktu ke waktu. Peminat mode juga tidak hanya dari golongan remaja tetapi juga golongan dewasa baik pria maupun wanita. Bahkan anak – anak pun sekarang ini makin banyak mengikuti dan mengerti mode yang sedang trend.

Semarang sebagai ibukota Jawa Tengah memiliki potensi sebagai pusat

industri mode karena memiliki berbagai macam fasilitas pusat perbelanjaan baik besar maupun kecil yang menyediakan berbagai macam busana yang dapat menjadi trend fashion terbaru. Semarang juga mampu meramaikan dunia fashion di Indonesia, terbukti dengan adanya pagelaran busana pada tanggal 23 November 2012 yang diadakan oleh Asosiasi Perancang dan Pengusaha Mode Indonesia (APPMI Jawa Tengah) dengan tema Virtual Luxe Fashion Tendance 2013 di Krakatau Grand Ballroom, Hotel Horison Semarang yang menampilkan 160 koleksi dari 20 desainer yaitu diantaranya, Elkana Gunawan, Soese Asmadhi, Gregorius Vici, Pinky Hendarto, Tedjo Laksmono, Rio Suharsa, Christine Wibowo, Lily Yuwono, Dana Rahardja, Inge Chu, Ave Sanjaya, Vincent Lee, Devy Ros, Ina Priyono, Agustienna Siswanto, Kesdik Tur Wiyono, David Yan, Zikin, Angela Chung, dan Bramanta Wijaya. (Sumber : Fashion Pro Magazine 2012).

Pada Tugas Akhir objek perancangan Sekolah Mode ini memiliki jenis

bangunan edukasi sehingga dalam perencanaan pada kawasan kota termasuk dalam peruntukkan fasilitas pendidikan. Seperti yang telah kita ketahui bahwa dengan adanya Sekolah Mode (Fashion) di Semarang diharapkan dapat mendukung kemajuan pendidikan khususnya di bidang mode sebagai wadah yang tidak hanya melahirkan desainer dan model yang berkualitas dan professional dan juga untuk membantu meningkatkan perkembangan mode di Indonesia.

ix

Le feminisme est un ensemble d’idees politiques, philosophiques et sociales cherchant a promouvoir les droits des femmes et leurs interest dans la societe civile. Feminisme merupakan paduan dari politik, filosofi dan sosial yang mengemukakan hak serta peranan kaum wanita dalam sebuah lingkungan sosial. Sumber : dictionnaire le petit robert1, 1995:291).

Tampilan pada Sekolah Mode (Fashion) di Semarang menggunakan

tampilan bangunan Feminisme. Tampilan bangunan disesuaikan dengan filosofi kearifan lokal dari filosofi wanita dan juga dari pengaruh letak site yang berada di area pendidikan yang memiliki nilai edukatif, karena kembali dengan fungsi semula yang merupakan fasilitas pendidikan yang condong ke arah mode sebagai wadah yang tidak hanya melahirkan desainer dan model yang berkualitas dan professional juga untuk membantu meningkatkan perkembangan mode di Indonesia Kata kunci : Sekolah, Mode, Semarang, Feminisme

x

DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................ i

Halaman Persetujuan ..................................................................................... ii

Halaman Pengesahan .................................................................................... iii

Halaman Pernyataan ...................................................................................... iv

Kata Pengantar ............................................................................................... v

Persembahan ................................................................................................. vii

Abstrak ........................................................................................................... viii

Daftar Isi ......................................................................................................... x

Daftar Gambar ................................................................................................ xv

Daftar Tabel .................................................................................................... xix

Daftar Diagram ............................................................................................... xx

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1

I.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

I.2 Permasalahan............................................................................................... 2

I.2.1 Permasalahan Umum ............................................................................ 2

I.2.2 Permasalahan Khusus .......................................................................... 2

I.3 Tujuan Dan Sasaran ..................................................................................... 2

I.3.1 Tujuan ................................................................................................... 2

I.3.2 Sasaran ................................................................................................. 3

I.4 Manfaat......................................................................................................... 3

I.4.1 Subjektif ................................................................................................ 3

I.4.2 Objektif .................................................................................................. 3

I.5 Lingkup Pembahasan ................................................................................... 3

I.5.1 Ruang Lingkup Substansial ................................................................... 3

I.5.2 Ruang Lingkup Spasial.......................................................................... 4

xi

I.6 Metode Pembahasan .................................................................................... 4

I.7 Sistematika Pembahasan ............................................................................. 5

I.8 Alur Pikir ....................................................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 8

2.1 Tinjauan Sekolah ......................................................................................... 8

2.1.1 Pengertian Sekolah ............................................................................ 8

2.1.2 Jalur Pendidikan ................................................................................ 9

2.1.3 Pendidikan Non Formal ..................................................................... 15

2.1.3.1 Pengertian Pendidikan Non Formal ............................................ 15

2.1.3.2 Tujuan Pendidikan Non Formal .................................................. 16

2.2 Tinjauan Mode (Fashion) ............................................................................. 17

2.2.1 Pengertian Fashion ............................................................................ 17

2.2.2 Sejarah Perkembangan Fashion ........................................................ 18

2.2.3 Sifat Fashion ..................................................................................... 22

2.2.4 Pelaku dan Kegiatan Fashion ........................................................... 23

2.3 Tinjauan Pendidikan Mode ........................................................................... 25

2.3.1 Pengertian Pendidikan Mode ............................................................. 25

2.3.2 Bentuk – bentuk Pendidikan Mode ..................................................... 25

2.4 Sekolah Mode (Fashion) .............................................................................. 27

2.4.1 Struktur Kurikulum Sekolah Mode (Fashion) ...................................... 28

2.4.2 Pengelompokan Pelaku Sekolah Mode .............................................. 28

2.4.3 Struktur Organisasi Sekolah Mode (Fashion) .................................... 30

2.5 Studi Banding .............................................................................................. 30

2.5.1 ALVERA Fashion and Creative .......................................................... 30

2.5.2 Totok Shahak Modelling School ......................................................... 34

2.5.3 ADANA Fashion Design and Modeling School ................................... 38

2.6 Tinjauan Arsitektur Feminisme. .................................................................... 41

2.6.1 Pengertian Feminisme. ...................................................................... 41

xii

2.6.2 Latar Belakang Feminisme. .............................................................. 42

2.6.3 Pergerakan Feminisme. ..................................................................... 43

2.6.4 Tokoh Aliran Feminisme..................................................................... 45

2.6.5 Tujuan Feminisme.............................................................................. 46

2.6.6 Ciri Arsitektur Feminisme ................................................................... 46

2.6.7 Wanita dan Feminisme. ..................................................................... 47

2.6.8 Studi Preseden. ................................................................................. 47

2.6.9 Penerapan Pada Desain. ................................................................... 50

BAB III TINJAUAN LOKASI ............................................................................... 52

3.1 Tinjauan Kota Semarang ............................................................................. 52

3.1.1 Kedudukan Grafis dan Wilayah Administrasi ...................................... 52

3.1.2 Tinjauan Kebijakan Pemanfaatan Tata Ruang Kota ........................... 54

3.1.3 Wilayah Pengembangan Kota ........................................................... 59

3.2 Tinjauan Lokasi Perencanaan Sekolah Mode (Fashion) di Semarang .... 60

3.2.1 Kriteria Lokasi Bangunan ................................................................... 60

3.2.2 Pendekatan Pemilihan Lokasi ............................................................ 61

3.3 Tinjauan Tapak .......................................................................................... 66

3.3.1 Kriteria Pemilihan Tapak ................................................................... 66

3.3.2 Alternatif Tapak .................................................................................. 68

3.3.3 Pembobotan Tapak .......................................................................... 78

3.3.4 Tapak Terpilih .................................................................................... 81

BAB IV PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ...... 87

4.1 Dasar Pendekatan ....................................................................................... 87

4.2 Pendekatan Fungsional .............................................................................. 87

4.2.1 Pendekatan Kelompok Kegiatan ........................................................ 88

4.2.2 Pendekatan Pelaku dan Aktivitas ....................................................... 89

xiii

4.2.3 Pendekatan Kebutuhan Ruang .......................................................... 91

4.2.4 Pendekatan Besaran Ruang ............................................................. 93

4.2.5 Pendekatan Hubungan Ruang dan Organisasi Ruang ...................... 100

4.2.6 Studi Kapasitas dan Besaran Ruang .................................................. 103

4.3 Pendekatan Aspek Kontekstual ................................................................. 110

4.3.1 Lokasi Tapak .................................................................................... 110

4.3.2 Analisa Existig Tapak ........................................................................ 112

4.4 Pendekatan Aspek Arsitektural .................................................................. 117

4.4.1 Gaya Arsitektur ................................................................................ 117

4.4.2 Penataan Ruang Luar ....................................................................... 118

4.5 Pendekatan Peruangan ............................................................................. 118

4.5.1 Pencahayaan Dalam Bangunan ......................................................... 118

4.5.2 Penghawaan Dalam Bangunan .......................................................... 122

4.6 Pendekatan Aspek Teknis .......................................................................... 125

4.7 Pendekatan Aspek Kinerja ........................................................................... 129

4.7.1 Sistem Jaringan Listrik ....................................................................... 129

4.7.2 Sistem Jaringan Air Bersih ................................................................. 130

4.7.3 Sistem Jaringan Air Kotor................................................................... 131

4.7.4 Sistem Pemadam Kebakaran ............................................................. 132

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SEKOLAH MODE DAN FASHION .................................................................................................. 137

5.1 Konsep Fungsional ...................................................................................... 137

5.1.1 Pelaku, Aktivitas dan Kebutuha Ruang .............................................. 137

5.1.2 Kelompok, Sirkulasi, dan Hubungan Ruang ....................................... 141

5.1.3 Besaran Ruang .................................................................................. 144

5.2 Konsep Kontekstual ..................................................................................... 150

5.2.1 Lokasi Site ......................................................................................... 150

xiv

5.2.2 Output Analisa Site ............................................................................ 151

5.3 Konsep Program Perancangan .................................................................... 152

5.3.1 Konsep Aspek Arsitektural ................................................................ 152

5.3.2 Konsep Bentuk Bangunan ................................................................. 152

5.3.3 Konsep Interior dan Eksterior ............................................................. 153

5.3.4 Konsep Sirkulasi ................................................................................ 154

5.3.5 Pencahayaan Dalam Bangunan ......................................................... 154

5.3.6 Penghawaan Dalam Bangunan .......................................................... 155

5.4 Aspek Teknis ............................................................................................... 157

5.4.1 Sistem Jaringan Listrik ...................................................................... 157

5.4.2 Sistem Pemadam Kebakaran ........................................................... 158

5.4.3 Sistem Air Kotor ................................................................................ 160

5.4.4 Sistem Air Bersih ............................................................................... 161

Daftar Pustaka ................................................................................................... 163

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Jalur Pendidikan............................................................................. 9

Gambar 2.2 Pendidikan Formal ......................................................................... 10

Gambar 2.3 Pendidikan Non Formal .................................................................. 12

Gambar 2.4 Pendidikan Informal ....................................................................... 13

Gambar 2.7 Fashion .......................................................................................... 18

Gambar 2.8 Peta ALVERA Fashion & Creative ................................................. 31

Gambar 2.9 Ruang Staff .................................................................................... 33

Gambar 2.10 Ruang Pimpinan ........................................................................... 33

Gambar 2.11 Ruang Jahit .................................................................................. 34

Gambar 2.12 Ruang Desain Baju ...................................................................... 34

Gambar 2.13 Ruang Catwalk ............................................................................. 34

Gambar 2.14 Ruang Makan Siswa .................................................................... 34

Gambar 2.15 Ruang Belajar Mengajar ............................................................... 34

Gambar 2.16 Peta Totok Shahak Modelling School ........................................... 35

Gambar 2.17 Totok Shahak Modelling School ................................................... 37

Gambar 2.18 Ruang Catwalk ............................................................................. 37

Gambar 2.19 Fitting Baju ................................................................................... 37

Gambar 2.20 Ruang Kantor ............................................................................... 37

Gambar 2.21 ADANA Jogjakarta ....................................................................... 40

Gambar 2.22 ADANA Jogjakarta ....................................................................... 40

Gambar 2.23 Resepsionis ................................................................................. 40

Gambar 2.24 Butik ............................................................................................. 40

Gambar 2.25 Ruang Penyimpan Baju ................................................................ 40

Gambar 2.26 Ruang Menjahit ............................................................................ 40

Gambar 2.27 Ruang Pattern Making .................................................................. 41

Gambar 2.28 Ruang Desain .............................................................................. 41

xvi

Gambar 2.29 Ruang Modelling .......................................................................... 41

Gambar 2.30 Ruang Studio Foto ....................................................................... 41

Gambar 2.31 Park Guell .................................................................................... 47

Gambar 2.32 Ornamen 1 ................................................................................... 48

Gambar 2.33 Ornamen 2 ................................................................................... 48

Gambar 2.34 Eksplorasi Bentukan Plastis ......................................................... 49

Gambar 2.35 Sitting Group ................................................................................ 49

Gambar 2.36 Aplikasi Dinding Mozaik ............................................................... 49

Gambar 2.37 Rumah Gaudi di Park Guell .......................................................... 50

Gambar 2.38 Aplikasi Bentukan Plastis ............................................................. 51

Gambar 2.39 Aplikasi Bentukan Plastis ............................................................. 51

Gambar 2.40 Aplikasi Bentukan Plastis ............................................................. 51

Gambar 2.41 Aplikasi Bentukan Plastis ............................................................. 51

Gambar 3.1 Peta Bagian Wilayah Kota (BWK) Kota Semarang ......................... 54

Gambar 3.2 Peta Kecamatan Tembalang .......................................................... 63

Gambar 3.3 Peta Kecamatan Gajah Mungkur dan Candisari ............................. 64

Gambar 3.4 Peta Kecamatan Banyumanik ........................................................ 66

Gambar 3.5 Alternatif Tapak I Jalan Banjarsari Barat, Kec. Tembalang ............. 68

Gambar 3.6 Batasan Tapak Alternatif I .............................................................. 69

Gambar 3.7 Alternatif Tapak II Jalan S.Parman, Kec. Gajah Mungkur ............... 71

Gambar 3.8 Batasan Tapak Alternatif II ............................................................. 72

Gambar 3.9 Alternatif Tapak III Jalan Setiabudi, Kec. Banyumanik ................... 75

Gambar 3.10 Alternatif Site III. Jalan Setiabudi, Kec. Banyumanik .................... 75

Gambar 3.11 Batasan Tapak Alternatif III .......................................................... 76

Gambar 3.12 Alternatif Tapak I,Jalan Banjarsari Barat Kec. Tembalang ............ 81

Gambar 3.13 Batasan Tapak Alternatif I ............................................................ 82

Gambar 3.14 Aksesibilitas Tapak Terpilih .......................................................... 83

Gambar 3.15 Kebisingan Tapak terpilih ............................................................. 84

xvii

Gambar 3.16 Orientasi Tapak Terpilih ............................................................... 85

Gambar 3.17 Kepadatan Bangunan Tapak terpilih ............................................ 86

Gambar 4.1 Lokasi Tapak 1 Jalan Banjarsari Barat Kec. Tembalang ................ 111

Gambar 4.2 Rona Lingkungan Tapak ................................................................ 112

Gambar 4.3 Analisa Aksesibilitas ...................................................................... 112

Gambar 4.4 Output Aksesibilitas ........................................................................ 113

Gambar 4.5 Analisa kebisingan Lokasi Tapak ................................................... 114

Gambar 4.6 Output Kebisingan Lokasi tapak ..................................................... 115

Gambar 4.7 Arah Matahari dan Angin ................................................................ 116

Gambar 4.8 Analisa Klimatologi ......................................................................... 116

Gambar 4.9 Output Klimatologi Lokasi Tapak .................................................... 116

Gambar 4.10 Pencahayaan Alami ..................................................................... 120

Gambar 4.11 General Lighting ........................................................................... 120

Gambar 4.12 Task Lighting ................................................................................ 121

Gambar 4.13 Decorative/ Accent Lighting .......................................................... 121

Gambar 4.14 Ventilasi Silang............................................................................. 123

Gambar 4.15 AHU ............................................................................................. 123

Gambar 4.16 AC Slit .......................................................................................... 124

Gambar 4.17 Exhaust Fan ................................................................................. 125

Gambar 4.18 Kipas Angin .................................................................................. 125

Gambar 4.19 Pondasi Footplat .......................................................................... 127

Gambar 4.20 Skema Listrik ............................................................................... 129

Gambar 4.21 Sistem Up Feed ........................................................................... 130

Gambar 4.22 Sistem Down Feed ....................................................................... 131

Gambar 4.23 Sistem Jaringan Air Kotor ............................................................. 132

Gambar 4.24 Smoke Detector ........................................................................... 133

Gambar 4.26 Portable Fire Exitinghauser .......................................................... 134

Gambar 4.27 Spinkler Sisitem ........................................................................... 135

xviii

Gambar 4.28 Hydrant Box ................................................................................ 135

Gambar 4.29 Fire Hydrant ................................................................................. 136

Gambar 5.1 Analisa Sirkulasi Siswa .................................................................. 142

Gambar 5.2 Analisa Sirkulasi Pengelola ............................................................ 143

Gambar 5.3 Analisa Sirkulasi Servis .................................................................. 143

Gambar 5.4 Site Sekolah Mode ......................................................................... 151

Gambar 5.5 Zoning Akhir ................................................................................... 151

Gambar 5.6 Sirkulasi ke Bangunan ................................................................... 154

Gambar 5.7 Skylight .......................................................................................... 155

Gambar 5.8 Bukaan pada Bangunan ................................................................. 155

Gambar 5.9 Penghawaan Alami ........................................................................ 156

Gambar 5.10 AC Central ................................................................................... 157

Gambar 5.11 Skema Listrik ............................................................................... 158

Gambar 5.12 Skema Sistem Pemadam Kebakaran Otomatis ............................ 158

Gambar 5.13 Skema Sistem Pemadam Kebakaran Otomatis ............................ 158

Gambar 5.14 Smoke Detector ........................................................................... 159

Gambar 5.15 Portable Fire Extinnghuser ........................................................... 159

Gambar 5.16 Sistem Jaringan Air Kotor ............................................................. 161

Gambar 5.17 Sistem Ground Tank .................................................................... 161

Gambar 5.18 Sistem Roof Tank ......................................................................... 162

xix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbandingan Pendidikan Formal, Non Formal, Informal ................... 13

Tabel 2.2 Sekolah Mode di Indonesia ................................................................ 26

Tabel 3.1 BWK Kota Semarang ......................................................................... 55

Tabel 3.2 Fungsi BWK Kota Semarang ............................................................. 57

Tabel 3.3 Pembobotan Alternatif tapak I, II, III ................................................... 78

Tabel 4.1 Kelompok Kegiatan ............................................................................ 88

Tabel 4.2 Kelompok Kegiatan Utama ................................................................. 91

Tabel 4.3 Kelompok Kegiatan Penunjang .......................................................... 91

Tabel 4.4 Kelompok Kegiatan Pendukung Pendidikan ....................................... 92

Tabel 4.5 Kelompok Kegiatan Servise ............................................................... 93

Tabel 4.6 Pendekatan Besaran Ruang .............................................................. 93

Tabel 4.7 Studi Besaran Ruang Fasilitas Parkir ................................................. 99

Tabel 4.8 Pendekatan Besaran ruang ................................................................ 103

Tabel 5.1 Aktivitas dan Kebutuhan Ruang Utama .............................................. 139

Tabel 5.2 Aktivitas dan Kebutuhan Ruang Penunjang ....................................... 139

Tabel 5.3 Aktivitas dan Kebutuhan Ruang Pengelola ........................................ 140

Tabel 5.4 Aktivitas dan Kebutuhan Ruang Pengelola ........................................ 141

Tabel 5.5 Tabel Kelompok Ruang ...................................................................... 141

Tabel 5.6 Pendekatan Besaran Ruang pada Sekolah Mode .............................. 144

Tabel 5.7 Studi Besaran Ruang Fasilitas Parkir ................................................. 149

xx

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 2.1 Struktur Organisasi Sekolah Mode ( Fashion) di Semarang .......... 30

Diagram 2.2 Struktur Organisasi ALVERA Fashion & Creative .......................... 33

Diagram 2.3 Struktur Organisasi Totok Shahak Modelling School ..................... 37

Diagram 2.4 Femnisme Dalam Desain .............................................................. 47

Diagram 4.1 Hubungan Antar Ruang ................................................................. 101

Diagram 4.2 Organisasi Ruang Area Fashion dan Penunjang ........................... 102

Diagram 4.3 Organisasi Ruang Area Mode dan Pengelola ................................ 102

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kebutuhan pakaian tidak hanya dipandang sebagai kebutuhan

dasar manusia selain kebutuhan pangan dan rumah tinggal, tetapi juga

sebagai identitas diri/sosial dan trend mode (estetis). Perkembangan

jaman ikut mempengaruhi perkembangan mode dan waktu ke waktu.

Peminat mode juga tidak hanya dari golongan remaja tetapi juga golongan

dewasa baik pria maupun wanita. Bahkan anak – anak pun sekarang ini

makin banyak mengikuti dan mengerti mode yang sedang trend.

Semarang sebagai ibukota Jawa Tengah memiliki potensi sebagai

pusat industri mode karena memiliki berbagai macam fasilitas pusat

perbelanjaan baik besar maupun kecil yang menyediakan berbagai

macam busana yang dapat menjadi trend fashion terbaru. Semarang juga

mampu meramaikan dunia fashion di Indonesia, terbukti dengan adanya

pagelaran busana pada tanggal 23 November 2012 yang diadakan oleh

Asosiasi Perancang dan Pengusaha Mode Indonesia (APPMI Jawa

Tengah) dengan tema Virtual Luxe Fashion Tendance 2013 di Krakatau

Grand Ballroom, Hotel Horison Semarang yang menampilkan 160 koleksi

dari 20 desainer yaitu diantaranya, Elkana Gunawan, Soese Asmadhi,

Gregorius Vici, Pinky Hendarto, Tedjo Laksmono, Rio Suharsa, Christine

Wibowo, Lily Yuwono, Dana Rahardja, Inge Chu, Ave Sanjaya, Vincent

Lee, Devy Ros, Ina Priyono, Agustienna Siswanto, Kesdik Tur Wiyono,

David Yan, Zikin, Angela Chung, dan Bramanta Wijaya. (Sumber : Fashion

Pro Magazine 2012).

Disisi lain, peminat dunia mode pun tidak pernah berhenti dan

terus meningkat, terbukti dengan banyak munculnya sekolah model di

Indonesia. Model, sekarang menjadi salah satu profesi impian di kalangan

masyarakat. Tidak jarang tujuan orang mengikuti sekolah modeling bukan

2

untuk professional saja, namun untuk meningkatkan kepercayaan diri dan

mempunyai selera berbusana yang baik.

Oleh karena itu, dengan adanya Sekolah Mode (Fashion) di

Semarang diharapkan dapat mendukung kemajuan pendidikan khususnya

di bidang mode sebagai wadah yang tidak hanya melahirkan desainer dan

model yang berkualitas dan professional dan juga untuk membantu

meningkatkan perkembangan mode di Indonesia khusunya di Semarang.

1.2 PERMASALAHAN

1.2.1 PERMASALAHAN UMUM

Bagaimana merancang sebuah Sekolah Mode (fashion) di

Semarang ini menarik bagi pengunjung, melahirkan desainer dan

model yang berkualitas dan professional sehingga dapat

meningkatkan perkembangan mode di Kota Semarang.

1.2.2 PERMASALAHAN KHUSUS Permasalahan khusus yang ada pada Sekolah Mode (fashion)

di Semarang yaitu Membentuk ruang yang dapat mendukung dan

menumbukan kreativitas, sehingga mendukung kegiatan pendidikan di

dalamnya, sekaligus sebagai wadah bagi aktivitas fashion di Kota

Semarang. Dengan penekanan arsitektur feminisme pada konsep

perancangan Sekolah Mode (fashion) di Semarang.

1.3 TUJUAN DAN SASARAN

1.3.1 TUJUAN

Mendapatkan landasan konseptual perencanaan dan

perancangan sebuah bangunan Sekolah Mode (Fashion) di

Semarang sebagai wadah yang mengakomodasi para siswa untuk

menjadi seorang model dan designer yang berkualitas.

1.3.2 SASARAN

3

Terwujudnya suatu pedoman perancangan bangunan

Sekolah mode (Fashion) di Semarang.

1.4 MANFAAT

1.4.1 SUBJEKTIF Memenuhi salah satu persyaratan mengikuti Tugas Akhir di

Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang

dan sebagai acuan untuk melanjutkan ke dalam proses Studio

Grafis Tugas Akhir yang merupakan bagian tak terpisahkan dari

proses penyelesaian Tugas Akhir.

1.4.2 OBJEKTIF Sebagai pegangan dan acuan selanjutnya dalam

perancangan Sekolah Mode (Fashion) di Semarang. Selain itu,

diharapkan dapat bermanfaat sebagai tambahan pengetahuan baik

bagi mahasiswa yang akan menempuh Tugas Akhir maupun

mahasiswa arsitektur lainnya dan masyarakat umum.

1.5 LINGKUP PEMBAHASAN

1.5.1 RUANG LINGKUP SUBSTANSIAL Lingkup pembahasan dalam Sekolah Mode (Fashion) di

Semarang adalah membuat sebuah bangunan yang nantinya akan

menjadi pusat untuk mewadahi aktivitas pendidikan dan aktivitas

non pendidikan di bidang mode, yang dapat mencitrakan ativitas

kreatif di dalamnya, yaitu dengan menerapkan konsep-konsep

fashion pada bangunan, diantaranya : proporsi, fashion ready to

wear dan fashion sebagai suatu proses perancangan dan

perencanaan Sekolah Mode (Fashion) di Semarang.

1.5.2 RUANG LINGKUP SPASIAL

Sekolah Mode (Fashion) ini terletak di Kota Semarang.

1.6 METODE PEMBAHASAN

4

Metode pembahasan yang digunakan dalam penyusunan program

dasar perencanaan dan konsep perancangan arsitektur dengan judul

Sekolah Mode (Fashion) di Semarang adalah metode deskriptif. Metode

ini memaparkan, menguraikan, dan menjelaskan mengenai design

requirement (persyaratan desain) dan design determinant (ketentuan

desain) terhadap perencanaan dan perancangan Sekolah Mode (Fashion)

di Semarang.

Berdasarkan design requirement dan design determinant inilah

nantinya akan ditelusuri data yang diperlukan. Data yang terkumpul

kemudian akan dianalisa lebih mendalam sesuai dengan kriteria yang

akan dibahas. Dari hasil penganalisaan inilah nantinya akan didapat suatu

kesimpulan, batasan dan juga anggapan secara jelas mengenai

perencanaan dan perancangan Sekolah Mode (Fashion) di Semarang.

Hasil kesimpulan keseluruhan nantinya merupakan konsep dasar

yang digunakan dalam perencanaan dan perancangan Sekolah Mode

(Fashion) di Semarang ini sebagai landasan dalam Desain Grafis

Arsitektur.

Dalam pengumpulan data, akan diperoleh data yang kemudian akan

dikelompokkan ke dalam 2 kategori yaitu:

a. Data Primer

� Dilakukan dengan cara pengamatan langsung di wilayah

lokasi dan tapak perencanaan dan perancangan Bioklimatik

Library ini dan studi banding.

b. Data Sekunder

� Studi literatur melalui buku dan sumber-sumber tertulis

mengenai perencanaan dan perancangan Sekolah Mode

(Fashion), serta peraturan-peraturan yang berkaitan dengan

studi kasus perencanaan Sekolah Mode (Fashion).

1.7 SISTEMATIKA PEMBAHASAN

5

Secara garis besar, sistematika dalam penyusunan Landasan Program

Perencanaan dan Perancangan Sekolah Mode (Fashion) di Semarang

adalah

BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan tentang latar belakang, tujuan dan sasaran, manfaat,

ruang lingkup, metode pembahasan, sistematika pembahasan, serta alur

bahasan dan alur pikir.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Membahas mengenai literatur tentang definisi fashion, definisi

mode, definisi sekolah Mode da Fashion, serta studi banding sekolah

mode (fashion) yang sudah ada.

BAB III TINJAUAN LOKASI Membahas tentang tinjauan kota Semarang berupa data-data fisik

dan nonfisik seperti letak geografis, luas wilayah, kondisi topografi, iklim,

data kependudukan, dan kebijakan tata ruang wilayah kota Semarang.

Selain itu juga membahas mengenai potensi sekolah mode (fashion) di

Indonesia serta faktor-faktor yang mendukung perencanaan dan

perancangan Sekolah Mode (Fashion) di Semarang.

BAB IV PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SEKOLAH MODE (FASHION)

Bab ini menjelaskan tentang uraian dasar-dasar pendekatan konsep

perencanaan dan perancangan awal dan analisis mengenai pendekatan

fungsional, pelaku dan aktivitasnya, kebutuhan jenis ruang, hubungan

kelompok ruang, sirkulasi, pendekatan kebutuhan , Sekolah Mode

(Fashion) di Semarang pendekatan kontekstual, optimaliasi lahan,

pendekatan tipe ruang pamer, pendekatan besaran ruang, serta analisa

pendekatan konsep perancangan secara kinerja, teknis dan arsitektur

6

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SEKOLAH MODE (FASHION) DI SEMARANG

Berisi tentang program perencanaan dan perancangan Sekolah

Mode (Fashion) yang ditarik berdasarkan analisis yang telah dilakukan.

7

1.8 ALUR PIKIR

Konsep Dasar dan Program Perencanaan dan Perancangan Sekolah Mode (Fashion) di

Semarang

Studi Lapangan

� Tinjauan Kota Semarang

� Tinjauan Lokasi dan Tapak

Latar Belakang Aktualita

- Perkembangan mode dan fashion di Kota Semarang sangat pesat. - Menjadi alternatif baru yang berkaitan dengan pendidikan mode di Semarang.

Urgensi Dibutuhkan sarana pendidikan dalam bidang mode yang tidak hanya melahirkan para desainer dan model berkualitas dan profesional serta mampu mengembangkan dunia mode.

Originalitas Perencanaan dan Perancangan Sekolah Mode (Fashion) dengan pendekatan Arsitektur Feminisme sebagai wadah yang dapat mendukung pendidikan mode di Semarang.

Tujuan pembahasan

Mendapatkan landasan konseptual perencanaan dan perancangan sebuah bangunan Sekolah Mode (Fashion) di Semarang sebagai wadah yang mengakomodasi para siswa untuk menjadi seorang model dan designer yang berkualitas.

Sasaran pembahasan

Tersusunnya usulan langkah-langkah dasar perencanaan dan perancangan Sekolah Mode (Fashion) di Semarang, berdasarkan aspek-aspek panduan perancangan.

Studi Pustaka :

��Landasan Teori ��Standar perencanaan dan perancangan

Studi Banding

��ALVERA Surabaya ��ADANA Yogjakarta

Analisis

Analisis antara tinjauan pustaka dan data untuk memperoleh pendekatan aspek fungsional ,kontekstual ,teknis dan kinerja program perencanaan dan citra (konsep) perancangan Sekolah Mode (Fashion) di Semarang.

8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Sekolah

2.1.1 Pengertian Sekolah

Kata sekolah berasal dari Bahasa Latin yaitu: skhole, scola,

scolae atau skhola yang memiliki arti: waktu luang atau waktu

senggang, dimana ketika itu sekolah adalah kegiatan di waktu

luang bagi anak-anak di tengah-tengah kegiatan utama mereka,

yaitu bermain dan menghabiskan waktu untuk menikmati masa

anak-anak dan remaja. Kegiatan dalam waktu luang itu adalah

mempelajari cara berhitung, cara membaca huruf dan mengenal

tentang moral (budi pekerti) dan estetika (seni). (

https://edukasimedia.wordpress.com) Sedangkan berdasarkan Undang – Undang no 2 tahun 1989

sekolah adalah satuan pendidikan yang berjenjang dan

berkesinambungan untuk menyelenggarakan kegiatan belajar

mengajar.

Di Indonesia, sekolah menurut statusnya dibagi menjadi 2 macam

yaitu:

1. Sekolah negeri, yaitu sekolah yang diselenggarakan oleh

pemerintah, mulai dari sekolah dasar, sekolah menengah

pertama, sekolah menengah atas, dan perguruan tinggi.

2. Sekolah swasta, yaitu sekolah yang diselenggarakan

oleh non-pemerintah/swasta, penyelenggara berupa badan

berupa yayasan pendidikan yang sampai saat ini badan hukum

penyelenggara pendidikan masih berupa rancangan peraturan

pemerintah.

9

2.1.2 Jalur Pendidikan Menurut Pasal 1 ayat 7, UndangUndang Nomor 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang dimaksud dengan

jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk

mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang

sesuai dengan tujuan pendidikan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata

wahana mempunyai definisi kendaraan, alat pengangkut, alat atau

sarana untuk mencapai suatu tujuan. Jadi dapat ditarik kesimpulan

bahwa jalur pendidikan adalah alat atau sarana yang dilalui peserta

didik untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses

pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan dan untuk

mencapai tujuan pendidikan itu sendiri.

1. PENDIDIKAN FORMAL

Sesuai dengan Pasal 1 ayat 11 UndangUndang Nomor 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, diperjelas dengan

Pasal 1 ayat 6 Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang

Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, menyebutkan bahwa

yang dimaksud dengan PENDIDIKAN FORMAL adalah jalur

Gambar 2.1 jalur pendidikan Sumber : wahabkhoter.blogspot.com

10

pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas

pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

Dasar penyelenggaraan pendidikan formal juga telah diatur

melalui Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang

Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010

tentang Pengelolaan Dan Penyelenggaraan Pendidikan, khususnya

Pasal 60 ayat 1 yang menyebutkan bahwa penyelenggaraan

pendidikan formal meliputi : pendidikan anak usia dini jalur formal

berupa Taman KanakKanak (TK) dan Raudhatul Athfal (RA),

pendidikan dasar (contohnya : SD, MI, SMP, MTs), pendidikan

menengah (SMA, MA, SMK, MAK), dan pendidikan tinggi

(contohnya : Diploma, Sarjana, Magister, Spesialis, Doktor).

2. PENDIDIKAN NON FORMAL

Definisi pendidikan non formal menurut Pasal 1 ayat 12

UndangUndang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, yang diperkuat dengan terbitnya Peraturan Pemerintah

Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan

Pendidikan, khususnya Pasal 1 ayat 31 menyebutkan bahwa

PENDIDIKAN NON FORMAL adalah jalur pendidikan di luar

Gambar 2.2 pendidikan formal Sumber : wahabkhoter.blogspot.com

11

pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan

berjenjang.

Penyelenggaraan pendidikan nonformal diatur di dalam

Pasal 26 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, dan juga Pasal 100 ayat 1 Peraturan

Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan

Penyelenggaraan Pendidikan, meliputi : penyelenggaraan satuan

pendidikan non formal dan penyelenggaraan program pendidikan

non formal. Selanjutnya, lebih spesifik penyelenggaraan satuan

pendidikan nonformal diatur di dalam Pasal 100 ayat 2, sedangkan

penyelenggaraan program pendidikan nonformal diatur di dalam

Pasal 100 ayat 3.

- Penyelenggaraan satuan pendidikan non formal meliputi satuan

pendidikan : Lembaga kursus dan lembaga pelatihan,

Kelompok belajar, Pusat kegiatan belajar masyarakat, Majelis

taklim, Pendidikan anak usia dini jalur non formal.

- Penyelenggaraan program pendidikan non formal meliputi :

Pendidikan kecakapan hidup, Pendidikan anak usia dini

(contohnya : Kelompok bermain, Taman penitipan anak),

Pendidikan kepemudaan (Organisasi keagamaan, Organisasi

pemuda, Organisasi kepanduan/kepramukaan, Organisasi

palang merah, Organisasi pecinta alam & lingkungan,

Organisasi kewirausahaan, Organisasi masyarakat, Organisasi

seni dan olahraga, Organisasi lain yang sejenis), Pendidikan

pemberdayaan perempuan, Pendidikan keaksaraan, Pend.

ketrampilan & pelatihan kerja, Pendidikan Kesetaraan (Program

paket A setara SD/MI, Program paket B setara SMP/MTs,

Program paket C setara SMA/MA, Paket C Kejuruan setara

SMK/MAK).

12

3. PENDIDIKAN INFORMAL

Di dalam Pasal 1 ayat 13 Undang Undang Nomor 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, telah dituliskan secara

gamblang apa yang dimaksud dengan pendidikan informal.

PENDIDIKAN INFORMAL adalah jalur pendidikan keluarga dan

lingkungan. Lalu, bagaimana bentuk penyelenggaraan pendidikan

informal?? Penyelenggaraan kegiatan pendidikan informal telah

tertuang pada Pasal 27 UndangUndang Nomor 20 Tahun 2003, dan

juga Pasal 116 Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010.

Pendidikan informal dilakukan oleh keluarga dan lingkungan yang

berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Salah satu contoh

pendidikan informal adalah pendidikan anak usia dini. Pendidikan

anak usia dini pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan

keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.

Pendidikan yang dilakukan oleh keluarga adalah salah satu dasar

yang akan membentuk watak, kebiasaan, dan perilaku anak di masa

depannya nanti.

Gambar 2.3 pendidikan non formal Sumber : wahabkhoter.blogspot.com

13

Tabel 2.1 Perbandingan Pendidikan Formal, Non Formal, Informal

Pendidikan Formal Pendidikan non formal Pendidikan informal

Tempat pembelajaran

di gedung sekolah

Tempat pembelajaran

bisa di luar gedung

Tempat pembelajaran

bisa di mana aja

Ada persyaratan

khusus untuk menjadi

peserta didik

Kadang tidak ada

persyaratan khusus

Tidak ada persyaratan

Kurikulumnya jelas Umumnya tidak memiliki

jenjang yang jelas

Tidak berjenjang

Materi pembelajaran

bersifat akademis

Adanya program

tertentu yang di tangani

khusus

Tidak ada program

yang direcanakan

secara formal

Proses pendidikannya

memakan waktu yang

lama

Bersifat praktis dan

khusus

Tidak ada materi

tertentu yang harus

tersaji secara formal

Ada ujian formal Pendidikannya

berlangsusng singkat

Tidak ada ujian

Penyelenggara Terkadang ada ujian Tidak ada lembaga

Gambar 2.4 pendidikan informal Sumber : wahabkhoter.blogspot.com

14

Dari semua subsistem ini berkaitan dan saling menopang antara

satu dengan yang lainnya. Setiap subsistem memiliki kedudukan yang

sama dalam sistem pendidikan nasional.

Pendidikan nasioanal membina dan mengembangkan subsistem

pendidikan formal, non formal, dan informal. Pendidikan non formal

menurut The South East Asian Ministery of Education Organization (

melalui Sudjana, 2004: 46 ), adalah setiap upaya pendidikan dalam arti

luas yang di dalamnya terdapat komunikasi yang teratur dan terarah,

diselenggarakan di luar subsistem pendidikan formal, sehingga seseorang

atau kelompok memperoleh informasi, latihan, dan bimbingan sesuai

dengan tingkatan usia dan kebutuhan hidupnya. Tujuannya adalah untuk

mengembangkan pengetahuan, sikap, keterampilan dan nilai – nilai yang

memungkinkan bagi seseorang atau kelompok untuk berperan serta

secara efisien dan efektif dalam lingkungan keluarganya, pekerjaannya,

masyarakat, dan bahkan negaranya.

Adapun acuan mengenai pendidikan non formal seperti sekolah

model dijelaskan dalam UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, pasal 26 ayat (4) satuan pendidikan non formal terdiri atas

lembaga kursus, lembaga pelatihan kelompok belajar, pusat kegiatan

belajar masyarakat, dan majelis taklim serta satuan pendidikan yang

sejenis, ayat (5) Kursus dan Pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat

yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup,

pendidikan adalah

pemerintah atau

swasta

sebagai penyelenggara

Tenaga pengajar

memiliki klasifikasi

tertentu

Sumber : http://radityapenton.blogspot.co.id/2012/11/pendidikan-formal-informal-dan-nonformal.

15

dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja,

usaha mandiri, dan atau melanjutka pendidikan ke jenjang yang lebih

tinggi.

2.1.3 Pendidikan Non Formal 2.1.3.1 Pengertian Pendidikan Non Formal

Pendapat para pakar pendidikan non formal mengenai

definisi pendidikan non formal cukup bervariasi. Philip H.Coombs

berpendapat bahwa pendidikan non formal adalah setiap kegiatan

pendidikan yang terorganisir yang diselenggarakan diluar system

formal, baik tersendiri maupun merupakan bagian dari suatu

kegiatan yang luas, yang dimaksudkan untuk memberikan layanan

kepada sasaran didik tertentu dalam mencapai tujuan-tujuan

belajar.

Menurut Soelaman Joesoef, pendidikan non formal adalah

setiap kesempatan dimana terdapat komunikasi yang terarah di luar

sekolah dan seseorang memperoleh informasi, pengetahuan,

latihan maupun bimbingan sesuai dengan tingkat usia dan

kebutuhan hidup, dengan jutuan mengembangkan tingkat

keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang memungkinkan

baginya menjadi peserta-peserta yang efesien dan efektif

dalam lingkungan keluarga, pekerjaan bahkan lingkungan

masyarakat dan negaranya. Soelaman Joesoef, Konsep Dasar

Pendidikan non formal. (Jakarta: Bumi Aksara. 1992) hal 50.

Pendidikan non formal sudah ada sejak dulu dan menyatu

di dalam kehidupan masyarakat lebih tua dari pada keberadaan

pendidikan sekolah. Para Nabi dan Rasul yang melakukan

perubahan mendasar terhadap kepercayaan, cara berfikir, sopan

santun dan cara-cara hidup di dalam menikmati kehidupan dunia ini,

16

berdasarkan sejarah, usaha atau gerakan yang dilakukan bergerak

di dalam jalur pendidikan non formal sebelum lahirnya pendidikan

sekolah. Gerakan atau dahwah nabi dan Rosul begitu besar

porsinya pembinaan yang ditujukan pada orang-orang dewasa dan

pemuda. Para Nabi dan Rosul berurusan dengan pendidikan dan

pembangunan masyarakat melalui pembinaan orang

dewasa dan pemuda yang berlangsungnya diluar sistem

persekolahan. Sanapiah Faisal. Pendidikan non formal Di dalam Sistem

Pendidikan dan Pembangunan Nasional.(Surabaya: Usaha Offset Printing.

1981) Hal 80.

2.1.3.2. Tujuan Pendidikan Non Formal

Ditinjau dari faktor tujuan belajar/pendidikan, pendidikan non

formal bertanggung jawab menggapai dan memenuhi tujuan-tujuan

yang sangat luas jenis, level, maupun cakupannya. Dalam kapasitas

inilah muncul pendidikan non formal yang bersifat multi purpose.

Ada tujuan-tujuan pendidikan non formal yang terfokus pada

pemenuhan kebutuhan belajar tingkat dasar (basic education)

semacam pendidikan keaksaraan, pengetahuan alam, keterampilan

vokasional, pengetahuan gizi dan kesehatan, sikap sosial

berkeluarga dan hidup bermasyarakat, pengetahuan umum dan

kewarganegaraan, serta citra diri dan nilai hidup.

Ada juga tujuan belajar di jalur pendidikan non formal yang

ditujukan untuk kepentingan pendidikan kelanjutan setelah

terpenuhinnya pendidikan tingkat dasar, serta pendidikan perluasan

dan pendidikan nilai-nilai hidup. Contoh program pendidikan non

formal yang ditujukan untuk mendapatkan dan memaknai nilai-

nilai hidup misalnya pengajian, sekolah minggu, berbagai

latihan kejiwaan, meditasi, “manajemen kolbu”, latihan pencarian

makna hidup, kelompok hoby, pendidikan kesenian, dan

17

sebagainya. Dengan program pendidikan ini hidup manusia

berusaha diisi dengan nilai-nilai keagamaan, keindahan, etika dan

makna. Ishak Abdulhak, Ugi Suprayogi, Penelitian Tindakan Dalam

Pendidikan Non Formal, (Jakarta: PT Raja Grafindo Pustaka. 2012) hal 44.

2.2. Tinjauan Mode (Fashion) 2.2.1 Pengertian Fashion

Kata fashion berasal dari bahasa Inggris yang artinya cara,

gaya ataupun kebiasaan. Fashion selalu identik dengan sesuatu

yang baru dan ‘ up to date ‘ dan berubah seiring berjalannya waktu.

Fashion yang dalam kehidupan sehari – hari disebut dengan

mode, dapat diterapkan pada berbagai hal, seperti pakaian,

perabotan, dekorasi atau barang – barang elektronik. Namun dalam

perkembangan selanjutnya, fashion cenderung digunakan untuk

menunjukkan gaya berpakaian pada suatu masa tertentu.

Menurut The Contemporary English Indonesian oleh Drs.

Peter Salim (1985) fashion berarti mode, gaya, cara, busana

pakaian, bentuk, jenis, macam, pembuatan.

Menurut The American Heritage Dictionary of English

language, olehHoughton Mifflin Company (2004) . fashion

didefinisikan sebagai :

- Gaya / kebiasaan untuk seperti berperilaku atau berpakaian.

- Sesuatu seperti pakaian yang merupakan gaya sekarang.

- Karakteristik dari golongan atas, gaya atau mode, jalan atau

cara.

- Sesuatu yang pribadi, seringkali berkenaan dengan tabiat

seseorang.

- Jenis atau variasi, macam

- Bentuk atau wujud.

Sedangkan dalam industry kreatif di Indonesia, fashion di

definisikan sebagai kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi

18

desain pakaian, desain alas kaki, dan desain aksesoris mode

lainnya, produksi pakaian mode dan aksesorisnya, konsultasi lini

produk fashion serta distribusi produk fashion. (Dep.

Perdagangan/Indonesia Design Power).

2.2.2 Sejarah Perkembangan Fashion Mode berkembang sejalan dengan perkembangan

kebudayaan manusia. Masing – masing masa mempunyai bentuk

mode busana yang berbeda. Munculnya suatu kebudayaan baru

secara otomatis menyebabkan mode (gaya berpakaian)

berkembang pesat mengikuti budaya baru tersebut.

Sejarah perkembangan fashion dunia terbagi menjadi

beberapa jaman, yaitu :

1) Jaman Primitif

Hidup di gua –gua batu karang. Melukis dan merajah tubuh pada

jaman ini sudah dianggap sebagai pakaian.

2) Jaman Neolitikum

Pada jaman ini masyarakat telah memakai pakaian dari kulit dan

juga menghiasi diri dengan perhiasan. Seni menenun merupakan

kebudayaan berharga yang diwariskan oleh jaman ini.

3) Jaman Mesir

Gambar : 2.7 fashion Sumber: www.kusuka.com

19

Bangsa mesir memiliki peradapan yang sangat tinggi. Mereka

telah mengenal seni menenun dan peralatan kecantikan. Busana

bangsa Mesir cenderung sebagai busana formal.

Bahan pakaiannya adalah bahan tenun yang terbuat dari

linaen yang sangat halus. Sampai sekarang kain linen terkenal

sebagai kain bangsa Mesir. Pada jaman ini, pakaian

menunjukkan kekayaan dan kedudukan seseorang.

Busana kaum pria : shenti dan rok transparan berbentuk

pyramid.

Busana kaum wanita : busana pas badandari linen, kalasiri

(jubah semi transparan).

4) Jaman Mesopotamia

Terdiri dari bangsa Babylonia, Assyria, Cretan. Busana

jaman ini hanya berupa potongan kain yang terbuat dari bulu

bulu binatang berbentuk persegi panjang, dililitkan dan diikat

pada pinggang sepanjang lutut. Mode pada jaman Mesopotamia

berpengaruh pada mode selanjutnya, terlihat dari dtirunya mode

pakaian mereka oleh bangsa Eropa berupa pakaian dari wol,

jumbai – jumbai pada gaun, lengan dan ponco.

5) Jaman Byzantium

Busana yang dikenakan kaya ornamen dan warna. Bahan yang

digunakan adalah sutera, taveta, bahan – bahan mengkilap,

brokat, dan tapestri.

Busana kaum pria : tunik pendek, celana selutu / bracae.

Busana kaum wanita : tunik, delmatica (jubah panjang), dan kain

segitiga yang disampirkan di bahu kanan.

6) Jaman Pertengahan – abad 5 s/d 9 M

� Awal (abad 5 s/d 9 M)

20

Busana kaum pria : Celana yang disilangkan denga tali dari

bahan yang sama. Atasannya memakai tunik dan sagum /

jubah.

Busana kaum wanita : Atasan berupa tunik lengan panjang

dirangkap dengan tunik lengan pendek sebatas siku,

ditambah dengan pallium / mantel.

� Romanesque (abad 10 s/d 12 M)

Mode Byzantium mempengaruhi pakaian abad ini. Berbagai

bahan mahal mulai diperkenalkan.

Busana kaum pria : Tunik selutut, sabuk di pinggang, gunna,

serta hose / celana rajutan. Sepatunya berupa boot dengan

tinggi selutut.

Busana kaum wanita : Tunik pas tubuh, korset, sabuk di

pinggang, gunna dengan panjang di bawah lutut, serta hose /

celana rajutan. Alas kaki berupa sepatu pointed.

� Gotic (abad 12 s/d 14 M)

Busana kaum pria : cyclas (sejenis tunik dengan bukaan di

samping) dan hose (celana rajutan).

Busana kaum wanita : bilaud (atasan panjang dengan lengan

panjang tergantung dan potongan pinggul rendah) dan

cotehardie (pakaian panjang ketat, dengan ujung lengan

yang barenda).

� Ahir (abad 15 M)

Kekayaan pada abad ini berimbas pada dunia mode yang

ada, terlihat dari pakaian yang megah dan berlebihan.

Busana kaum pria : Doublet (busana dasar dengan kerah

tinggi sampai kedagu) dan houppelande (jaket seperti gaun

panjang dengan belahan samping dan hasan bulu pada

pinggirannya).

21

Busana kaum wanita : Kirtle ( busana dasar yang ketat),

bodice / top dengan kancing depan/samping, dan

houppelande. Bawahannya berupa rok panajang hingga ke

lantai.

Di era ini Prancis memgang pimpinan di dunia mode,

pakaian para bangsawan dan pelengkapnya di beri

Sulaiman. Tatanan rambut yang disebut Hennin

menunjukkan tingkatan si pemakai. Makin tinggi tatanan

rambut makin tinggi pula kedudukan bangsawan tersebut.

7) Jaman Reanaissance – abad 16 M

Mode pada jaman ini sudah semakin modern. Tiap negara

memiliki corak tersendiri, tetapi semuanya menunjukkan

kemewahan yang berlebihan. Mode di Italia cenderung lembut,

Spanyol menunjukkan keagungan dan sifat lemah gemulai,

sedang Jermnan menunjukkan corak khusus seperti gunting –

guntingan. Menggembung, dan penggunaan kulit.

Busana kaum pria : Kemeja pourpoint, waistcoat / sepinggang

tanpa lengan, sepatu tinggi.

Busana kaum wanita : Gaun dan rok panjang yang di lengkapi

rangka, sepatu tinggi, dan aksesoris seperti sarung tangan dan

dompet.

Pada tahun 1776, pertama kali diakuinya Rose Bertin sebagai

perancang busana (designer) pertama Perancis yang mendesain

untuk Ratu Marie Antoinette, pada Pemerintahan Napoleon dan

Louis Hippolyte Leroy yang mendesain untuk Ratu Josephine.

8) Abad ke 17 – 19 M

Selama tiga abad ini Perancis memegang peranan yang sangat

besar didunia mode. Perhiasan yang sangat berlebihan di abad

16 ditinggalkan. Pada jaman ini kualitas lebih diutamakan dari

pada banyaknya jumlah perhiasan.

22

Pada tahun 1858, seorang berkebangsaan Inggris, Charles

Federick Worth, mendirikan rumah mode pertama sebagai

peletak dasar industri mode di Perancis.

9) Jaman Modern (Abad 20)

Busana pada jaman ini lebih mengarah pada kepraktisan. Salah

satunya busana olahraga yang menjadi popular di Amerika.

Wanita mulai menggunakan pakaian katun untuk dirumah, sutera

untuk musim semi dan wol untuk musim dingin.

Tahun 1910, Paul Poiret yang dikenal sebagai pendobrak

busana wanita memperkenalkan busana bergaya oriental dan

rok lurus. Pada tahun 1920, Coco Chanel mengganti rancangan

eksotik karya Paul Poiret, menjadi setelan dan gaun yang

simpel.Sejak saat itulah mulai dikenal rok pendek.

2.2.3 Sifat – Sifat Fashion 1) Bebas, kreatif, penuh surprises

Karena sifat fashion yang selalu berubah – ubah setiap saat,

maka fashion selalu memberikan kejutan – kejutan baru bagi

pemerhatinya.

2) Dinamis, tidak monoton

Berarti fashion merupakan sesuatu yang selalu berkembang

variatif, inivatif.

3) Menonjolkan diri

Seringkali fashion dimanfaatkan untuk menarik perhatian

orang lain, dengan berbagai cara sehingga bisa lebih

menonjol di bandingkan yang lainnya.

4) Berputar / perulangan dan mengalir

Suatu gaya yang sudah lama dapat menjadi in lagi pada

suatu masa, sehingga fashion merupakan siklus yang selalu

berputar.

5) Beradaptasi

23

Walaupun pada dasarnya sama, namun fashion sangat

beragam karena selalu beradaptasi dengan waktu dan

tempat. Sumber : pusat informasi mode (fashion center), Ummu Khasanah

1996

2.2.4 Pelaku dan Kegiatan Fashion Fashion dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang

memiliki pelaku kegiatan, dapat juga diartikan sebagai hasil

dari sebuah proses. Fashion dapat berubah dan

berkembang sesuai dengan kondisi, terdapat beberapa

faktor yang mempengaruhi perubahan dan perkembangan

tersebut.

Fashion selalu berubah dan berkembang sesuai

dengan kondisi, dimanapelaku fashion adalah salah satu

unsure yang mempengaruhinya. Pelaku mode adalah semua

orang yang turut mempengaruhinya dunia mode, baik secara

langsung maupun tidak langsung, diantaranya :

1. Pemikir, yaitu negarawan, pemuka – pemuka adat dan

kaum rohaniawan / ulama. Pemikir adalah orang – orang

yang menentukan jenis – jenis pakaian tertentu pada

situasi dan tempat tertentu. Contohnya dapat di lihat pada

penggunaan seragam dalam kesatuan – kesatuan

tertentu, seperti seragam sekolah, seragam militer, dll.

2. Perancang dan Penata

Perancang adalah orang – orang yang membuat desain

pakaian, berupa konsep dasar dengan tema tertentu,

sedangkan penata adalah orang yang mengembangkan

rancangan dengan tidak merubah konsep ataupun tema

yang dibuat oleh perancang.

24

3. Produsen / Pembuat

Produsen adalah orang atau lembaga yang memproduksi

pakaian dalam skala besar maupun kecil. Contohnya

perusahaan konveksi ataupun butik – butik khusus.

4. Penyelenggara

Penyelenggara adalah unsure dunia mode yang

mengadakan kegiatan – kegiatan promosi dan

pemasaran. Unsur ini menjadi perantara antara unsur

perancang dan pembuat dengan unsur pemakai dan

pengamat.

5. Pemakai

Pemakai adalah orang yang menggunakan pakaian karya

perancang ataupun hasil prduksi produsen. Pemakai ini

berpengaruh besar pada perkembangan fashion karena

usia, kondisi budaya, sosial ekonomi pemakai yang

sangat beragam.

6. Pengamat

Pengamat yang dimaksud adalah siapa saja yang

mengikuti perkembangan mode, seperti penulis mode

atau bahkan orang awam. Informasi mengenai fashion

tersebut dapat diperoleh dengan berbagai media. Sumber : pusat informasi mode (fashion center), Ummu

Khasanah 1996.

25

2.3 Tinjauan Pendidikan Mode 2.3.1 Pengertian Pendidikan Mode

Pendidikan fashion atau pendidikan mode adalah

pendidikan yang mengajarkan pengetahuan tentang mode

dan memberikan latihan – latihan keterampilan yang cukup

sehingga melahirkan lulusan yang terampil dan professional

untuk mengisi kebutuhan industri mode.

Pendidikan mode berperan untuk menyiapkan sumber daya

manusia (SDM) berkualitas yang berlatar belakang

pendidikan mode untuk berkecimpung dalam industry mode

sebagai perancang, piñata gaya/stylist, fashion

mercchandisier, piñata display, fashion ilustator dan

pengamat/penulis mode.

2.3.2 Bentuk – bentuk Pendidikan Mode Pendidikan mode yang berkembang di Indonesia

sekarang sudah sangat beragam yang dapat dikategorikan

menjadi dua macam, yaitu :

1. Kursus Mode

Jenis pendidikan inicenderung bersifat non formal dan

praktis dengan usia dan latar belakang peserta

bervarisi. Biasanya dibagi menjadi 3 tingkatan, yaitu

tingkat dasar, tingkat terampil, dan tingkat mahir.

Pendidikan diselenggarakan dalam waktu yang

relative pendek dibandingkan jenis pendidikan mode

lainnya.

2. Pendidikan Kejuruan

Pendidikan ini sifatnya cenderung formal dalam suatu

wadah atau lembaga yang formal juga. Usia peserta

relative homogeny. Materi yang diajarkan tidak hanya

26

materi keterampilan tetapi juga materi – materi

pelajaran umum.

3. Akademi Seni Rupa dan Desain / Akademi Fashion

Dalam akademi ini pendidikan mode termasuk dalam

pendidikan desain atau dapat juga berdiri sendiri.

Akademi ini mengutamakan pendidikannya pada seni,

keterampilan dan kreativitas. Sebagai pendidikan

profesi, pendidikan jenis ini banyak memberikan paket

– paket latihan dan keterampilan dalam proses belajar

mengajarnya. Karena tujuan pendidikan ini adalah

menghasilkan lulusan yang siap terjun ke masyarakat

maupun dunia industry terkait.

Di Indonesia sudah banyak berkembang sekolah mode, baik

sekolah formal maupun non formal. Diantara sekolah – sekolah

tersebut ada yang merupakan sekolah lokal, dengan metode

kursus maupun formal.

Tabel 2.2 Sekolah Mode di Indonesia

No Nama Kota Nama Sekolah

1 Jakarta Esmod Jakarta

Lasalle College Internasioanl Jakarta

LPTB Susan Budiardjo Jakarta

Bunka School of Fashion Jakarta

Phalie Studio

Sekolah Mode Poppy Dharsono

27

Sekolah Tinggi Desain Interstudi

Lembaga Kursus Tata Busana Wiwi

IKKIS Sekolah Privat Mode & Tehnik

Menjahit Busana Halus

2 Bandung Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI)

Sekolah Tinggi Seni Rupa & Desain

Indonesia (STISI)

3 Surabaya Arva School of Fashion

Lasalle College Internasional

Surabaya

Bunka School of Fashion Surabaya

LPTB Suasan Budiardjo Surabaya

4 Medan Dolling School of Fashion Design

Medan

5 Semarang LPTB Susan Budiardjo Semarang

6 Bali LPTB Susan Budiardjo Bali

Sumber : analisa pribadi

2.4 Sekolah Mode (Fashion) “ Tujuan utama adanya pendidikan mode adalah membantu program

pemerintah dan memperbaiki kursus – kursus yang ada, serta dapat

mempertanggungjawabkan hasilnya” (Poppy Darsono, www.kompas.com)

28

Dengan adanya alasan itulah sekolah mode diperlukan

oleh dunia mode. Sekolah mode dianggap sebagai jembatan yang

bisa menghubungkan desainer dengan kata lain sekolah mode

diharapkan melahirkan desainer yang menguasai segala aspek

baik desain maupun industry. Peluang – peluang seperti itu juga

dilihat oleh lembaga pendidikan tinggi dalam negeri. Bila selama ini

sekolah mode hanya diselenggarakan dalam bentuk kursus, maka

dalam waktu satu dua tahun ke depan perguruan tinggi negeri juga

menjajaki kemungkinan membuka jurusan mode.

Tujuan pendidikan mode adalah mencetak tenaga –

tenaga ahli di bidang mode. Hasil didikan dari pendidikan ini dapat

menjadi tenaga pendidik di bidang mode, seorang wiraswastawan,

dan bila berbakat menjadi desainer, konsultan mode, stylist, editor

mode dari suatu penerbitan, peninjau hasil industry pakaian jadi,

buyer dari perusahaan garmen, dan lain – lain.

2.4.1 Struktur Kurikulum Sekolah Mode (Fashion) Sistem pendidikan yang dajarkan di Sekolah Mode

dan Fashion ini ditekankan pada pengetahuan dan

keterampilan dibidang fashion desain, yang mencakup

mengenai desain busana, konstruksi pola, dan teknik jahit,

fashion bussines, English for fashion serta pengaplikasian

menggunakan computer.

2.4.2 Pengelompokan Pelaku Sekolah Mode

Para pelaku yang terlibat di dalam Sekolah Mode dan

Fashion ini adalah :

� Siswa sekolah mode

Terdiri dari kalangan masyarakat dengan latar

belakang pendidikan minimal lulus Sekolah Menengah

Atas atau sederajat. Rentang umur 17 – 30 tahun.

29

� Pendidik / pengajar / instruktur

Kelompok pemberi pengajaran mengenal mode

kepada para siswa selama proses belajar megajar.

Pengajar terbagi menjadi dua yaitu : pengajar tetap

dan pengajar tidak tetap atau pengajar tamu. Para

pengajar merupakan tenaga kerja professional yang

berkompeten di dunia mode dan fashion.

� Pengelola dan Karyawan

Kelompok pelaku yang bertugas mengelola jalannya

Sekolah Mode dan Fashion, yang berhubungan

dengan pengelolaan administrasi, fasilitas, sarana –

prasarana, serta yang berhubungan dengan fisik

bangunan lainnya.

� Tamu / pengunjung

Merupakan kelompo pelaku yang mencintai dan

mengikuti perkembangan dunia mode dan dating

untuk membeli rancangan para desainer.

30

2.4.3 Struktur Organisasi Sekolah Mode dan Fashion

Diagram 2.1 Struktur Organisasi Sekolah Mode ( Fashion) di Semarang

2.5 Studi Banding 2.5.1 ALVERA fashion & creative

Awal mula berdirinya Alvera fashion and creative yaitu

tanggal 4 Januari 2015 yang di ketuai oleh Soedarjono ini

mewujudkan keinginan untuk menjadi profesional Fashion Designer

dan berkompeten di bidang industri tata busana yang berkembang

pesat di Indonesia.

Dipandu oleh para guru berpengalaman, Alvera fashion and

creative memberikan metode mudah dan praktis dengan

PEMILIK

KEPALA SEKOLA

H

Devisi Adm. &

M k i

Kepala Bid. Adm &

Marketing

Staf Adm. &

Staff Humas

Staff Personalia

Front Pemeliharaa

Divisi Riset dan

Pengembangan

Staff Pengaja

Wakil Kepala Bid. Akademik

Devisi Akademik

Staff Koleksi

Staff Perawat

Petugas

Devisi Perpustakaa

Kepala Perpustakaa

Divisi Fashion Show

Kepala Bagian

Staff

31

pengajaran semi prifat yang akan memandu para murid secara

personal untuk mengembangkan kreasinya sendiri, dimana

akhirnya para murid akan terlatih agar lebih cepat memproduksi

busana. Pilihan menjadi fashion designer adalah profesi individual

untuk para murid dengan berbagai program pendidikan terbaru

yang sudah disesuiakan dengan tuntutan dunia fashion.

� Program Studi Alvera Fashion & Creative

1. Full Program : mengikuti pendidikan lengkap dalam

waktu 1 tahun.

2. Short Course : pendidikan singkat dengan pilihan

materi tertentu.

3. Private Course : pendidikan khusus perorangan.

� Materi Pendidikan

a. POLA & JAHIT - Pattern Making : mulai rok, blouse, dress, celana,

kemeja, jas wanita, bridal, kebaya, bustier.

Gambar : 2.8 Peta ALVERA Fashion & Creative

Sumber : google earth

32

- Magic Pattern : membuat baju tanpa pola.

- Pop Cutting

b. KONSEP FASHION DESIGN

- Basic design, Anatomi hingga Estetika Busana dan

warna.

- Fashion History & Fashion Research untuk

mempelajari trend mode ke depan.

- Design Concept, Fashion Merchandising mulai konsep

bisnis dan iklan, label.

c. TEXTILE

- Mengenal aneka bahan, bahan pelapis hingga

konstruksi kain.

- Tye Die : teknik pencelupan kain.

d. DETAIL

- Texmo : aplikasi baju

- Dropping : aplikasi baju tanpa jahitan memilin.

- Beading ( teknik payet ), Embrodery ( teknik sulam )

hingga Hand painting.

ALVERA SHORT COURSE CLASS

- FUN & EASY SEWING : kelas singkat untuk pecah pola

jahit.

- CREATIVE CLASS : kelas singkat untuk teknik payet

dan Magic Pattern ( teknik membuat baju tanpa pola ).

33

� Fasilitas - Ruang pimpinan - Ruang menjahit

- Ruang desain - Ruang makan siswa

- Ruang catwalk - Ruang belajar mengajar

� Struktur Organisasi ALVERA Fashion & Creative

KETUA

SOEDARJONO

PIMPINAN Dra. RATNA

ADMINISTRASI

PROMOSI DAN

PEMASARAKOPERA

SI KURIKULUM

DAN PENGEMBANG

SIE ACARA

GURU

DESAIN JAHIT

Diagram : 2.2 Struktur Organisasi ALVERA Fashion & Creative

Sumber : analisa pribadi

Gambar : 2.9 Ruang Staff Sumber : dokumen pribadi

Gambar : 2.10 Ruang Pimpinan Sumber : dokumen pribadi

34

2.5.2 Totok Shahak Modelling School Berawal di garasi seluas 2x3 meter di daerah Karang

Wulang, Mataram, Kota Semarang, Totok Shahak membuka

sekolah model pada tahun 1991. Untuk sekolah yang mengusung

label Totok Shahak Modelling School itu, pria kelahiran 19 Maret

1956 tersebut mencari sendiri siswa yang akan di latih. Terkadang

setelah bekerja memeras otak dan keringat, hanya ucapan terima

Gambar : 2.12 Ruang Desain Baju Sumber : dokumen pribadi

Gambar : 2.11 Ruang Jahit Sumber : dokumen pribadi

Gambar : 2.13 Ruang Catwalk Sumber : dokumen pribadi

Gambar : 2.14 Ruang Makan Siswa Sumber : dokumen pribadi

Gambar : 2.15 Ruang Belajar Mengajar Sumber : dokumen pribadi

35

kasih yang dia dapat sebagai balasan. Sekolah yang telah berumur

23 tahun itu pun sudah menelurkan model – model kenamaan.

Sebut saja Oka Sugawa dan Mungky, serta Paula Verhoeven yang

melebarkan sayap di dunia model Asia.

Sebelumnya sama sekali tidak pernah terbesit keinginan

menekuni dunia ini. Beliau hanya ingin memiliki pekerjaan,

sementara ijazah yang beliau punya hanya tingkat SMP. Untuk

pekerjaan lain rata – rata yang dibutuhkan ijazah SMA. Kebetulan

ada temannya yang mengajak bantu – bantu di modeling school

milik almarhum Yos Surman di Semarang tahun 1988. Dari situlah

pergaulannya di dunia model terbuka. Beliau mengenal beberapa

praktisi modeling dari Jakarta, misalnya Jamal Hasan yang sering

melibatkan Totok Shahak dalam beberapa proyek sebagai fashion

koreografer, sehingga banyak belajar dan menambah ilmu. Selain

itu juga banyak mengikuti seminar dan workshop. (

http://jateng.tribunnews.com )

Gambar : 2.16 Peta Totok Shahak Modelling School Sumber : google earth

36

Program Studi Modelling School Pada program studi ini mahasiswa diarahkan

untuk dapat menjadi seorag model berbakat yang

mempunyai konsep matang, kreatif dan tentunya

diimbangi dengan kemampuan teknik yang memadai

untuk dapat menghasilkan karya yang sesuai dengan

tren modelling yang ada.

Kurikulum yang diajarkan meliputi :

- Materi dasar seputar menjadi model. Mulai basic langkah di atas catwalk, blocking, cara membawakan busana berbagai tema, mulai gaun malam, busana kasual, untuk kerja dan gaun pengantin.

- Kemudian, ekspresi dan penjiwaan, serta arah pandangan. Agar busana yang dibawakan terlihat menarik, seluruh anggota tubuh harus berbicara. Bahkan, kami memperhitungkan seberapa tinggi dagu terangkat dan bagaimana tangan melambai.

Fasilitas :

- Ruang Catwalk

- Ruang Fitting Baju

- Ruang Kantor

37

Struktur Organisasi Totok Shahak Modelling School

Diagram 2.3 Struktur Organisasi Totok Shahak Modelling School

Sumber : analisa pribadi

Ketua

Asisten 1

Asisten 2

Asisten 3

Gambar 2.17 Totok Shahak Modelling School

Sumber : dokumen pribadi 2015

Gambar 2.18 Ruang Catwalk Sumber : dokumen pribadi 2015

Gambar 2.19 Ruang Fitting Baju Sumber : dokumen pribadi 2015

Gambar 2.20 Ruang Kantor Sumber : dokumen pribadi 2015

38

2.5.3 ADANA Fashion Design and Modeling School

1. Lokasi ADANA Fashion Design and Modeling School adalah

lembaga pelatihan desain busana dan modeling yang

terletak di Jalan Mawar No. 5 Baciro, Yogyakarta.

2. Informasi Singkat ADANA Fashion Design and Modeling School ini berdiri

sekitar tahun 2008 di bawah naungan Bapak Adikarang

Samawi sebagai designer.

Tujuan dari didirikannya ADANA adah harapan agar

para calon – calon desainer muda di Yogyakarta

mendapatkan pengetahuan serta keterampilan yang

ideal dan memadai untuk dapat berkarya dan

memajukan dunia mode dan fashion.

Fasilitas yang tersedia untuk menunjang kegiatan belajar

mengajar di ADANA antara lain :

� Ruang Modelling

� Ruang Desain

� Ruang Menjahit

� Butik

Struktur Organisasi ADANA Fashion Design and Modeling

School

� Ketua : Adikarang Samawi

� Admin : Ria Riyada Sianturi

� Pengajar Modeling : Taufik Efendi

� Pengajar Desain Gambar : Uswatun Khasanah

� Pengajar Desain Fabric : Nur Laila Latifah

� Pengajar Privat Jahit Desain : Mariyati

39

Program – program yang diajarkan adalah :

- Teknik dasar dan praktek dlam merancang busana

melalui sejarah mode

- Technical drawing

- Ilustrasi mode

- Drawing teknik computer

- Pengenalan macam – macam tekstil/fabric

- Menganalisa susunan warna

- Teknik dasar dan praktek pola dan menjahit busana

wanita, pria dan anak – anak.

- Pecah pola teknik menjahit

- Finishing

Kelebihan :

- Lokasi di tengah kota

- Kursus diampu oleh designer ternama di Jogjakarta

- Hasil desain siswa diikutkan dalam acara tahunan

Jogja Fashion Week.

- Magang di pabrik garmen atau batik ternama

- Kunjungan lapangan berupa fashion research ke

sentra – sentra garmen, seperti workshop batik, tenun

dan lain – lain.

40

Gambar 2.21 ADANA Yogyakarta Sumber : dokumen pribadi 2015

Gambar 2.22 ADANA Yogyakarta Sumber : dokumen pribadi 2015

Gambar 2.23 Resepsionis Sumber : dokumen pribadi 2015

Gambar 2.24 Butik Sumber : dokumen pribadi 2015

Gambar 2.25 Ruang penyimpan baju Sumber : dokumen pribadi 2015

Gambar 2.26 Ruang menjahit Sumber : dokumen pribadi 2015

41

2.6 Tinjauan Arsitektur Feminisme

2.6.1 Pengertian Feminisme

Feminisme berasal dari kata laton femina yang berarti

memiliki sifat keperempuanan. Kata feminisme dicetuskan pertama

kali oleh aktivis sosialis utopis, Charles Fourier pada tahun 1837.

Pengertian feminisme menurut beberapa sumber :

- Le feminisme est une doctrine, mouvement qui preconise

I’extension des droits du role de la femme dans la societe.

Feminisme merupakan doktrin, gerakan yang membela perluasan

Gambar 2.27 Ruang pattern making Sumber : dokumen pribadi 2015

Gambar 2.28 Ruang desain Sumber : dokumen pribadi 2015

Gambar 2.29 Ruang modeling Sumber : dokumen pribadi 2015

Gambar 2.30 Ruang studio foto Sumber : dokumen pribadi 2015

42

hak-hak dan peran perempuan dalam masyarakat. (dictionnaire le

petit robert1, 1995:291).

- Le feminisme est un ensemble d’idees politiques, philosophiques

et sociales cherchant a promouvoir les droits des femmes et leurs

interest dans la societe civile. Feminisme merupakan paduan dari politik, filosofi dan sosial yang mengemukakan hak serta peranan kaum

wanita dalam sebuah lingkungan sosial. Sumber : dictionnaire le petit

robert1, 1995:291).

2.6.2 Latar Belakang Feminisme

Feminisme merupakan salah satu paradigma yang terdapat dalam

arsitektur postmodern. Aliran feminisme lahir karena didasari rasa

ingin mendapatkan persamaan kedudukan dengan kaum pria dalam

aspek sosial, politik, hkum, dan pendidiakn diamana wanita

diharapkan lebih berperan dalam arsitektur dari pada hanya

dieksploitasi keindahan tubuhnya dijadikan patokan dalam represi

makna ruang interior.

Dalam arsitektur postmodern kebanyakan pria lebih memegang

peranan penting dalam perubahan dunia arsitektur, melihat hal ini

para arsitek-arsitek wanita menuntut persamaan kedudukan melalui

gerakan feminisme. Mereka menyadari bahwa selama ini tubuh dan

kemolekan mereka dijadikan objek dalam arsitektur (diikutsertakan)

terutama dalam penataaan interior ruang tanpa adanya kesempatan

ikut serta sendiri dalam berarsitektur. Selain itu juga memperjuangkan

persamaan kedudukan dalam hal upah kerja, persamaan hukum, dan

pendidikan. Paradigma feminisme merupakan sebuah penalaran

akan adanya kebebasan pengakuan dalam status sosial, gender, dan

sebagainya.

43

2.6.3 Pergerakan Feminisme

� Gelombang Pertama

� Abad 15 : Christine de Pizan menulis ketidakadilan yang

dialami perempuan dan laki-laki itu sama. Menuntut

perubahan kebijakan dengan melibatkan perempuan duduk

sebagai pengambilan kebijakan.

� Feminisme Radikal

Memfokuskan pada permasalahan ketertindasan perempuan

( hak untuk memilih adalah slogan mereka ). Aliran ini

menawarkan ideologi “perjuangan separatisme perempuan”.

Muncul sejak pertengahan tahun 1970 sebagai reaksi atas

kultur seksisme/dominasi sosial berdasarkan jenis kelamin.

� Feminisme Marxis / Sosialis

Aliran Marxis menawarkan pada masalah kelas sebagai

penyebab perbedaan fungsi dan status perempuan.

Sedangkan aliran sosialis yang muncul sebagai kritik

terhadap aliran marxis menekankan pada penindasan

gender dan kelas.

� Gelombang Kedua

� Feminisme Eksistensial

Melihat ketertindasan perempuan dari beban reproduksi

yang ditanggung perempuan, sehingga tidak mempunyai

posisi yang sama dengan laki-laki.

� Feminisme Gynisentris

44

Melihat ketertindasan perempuan dari perbedaan fisik antara

laki-laki dan perempuan yang menyebabkan perempuan

lebih inferion dibanding laki-laki.

� Gelombang Ketiga

a) Feminisme Postmodern

Postmodern menggali persoalan alienasi perempuan secara

seksual, psikologi, dan sastra dengan bertumpu pada bahasa

sebagai sebuah sistem.

b) Feminisme Multikultural

Melihat ketertindasan perempuan sebagai “satu defisi”, dan

tidak melihat ketertindasan terjadi dari kelas dan ras,

preferensi sosial, umur, agama, pendidikan, kesehatan, dan

lain-lain.

c) Feminisme Global

Menekankan ketertindasan wanita dalam konteks perdebatan

antara feminisme di dunia yang sudah maju dan feminisme di

dunia sedang berkembang.

d) Ekofeminisme

Berbicara tentang ketidak adilan perempuan dalam lingkungan

berangkat dari adanya ketidakadilan yang dilakukan manusia

terhadap non manusia atau alam. Ekofiminisme menawarkan

cara pandang yang holistik, pluralis, dan inklusif yang lebih

memungkinkan lelaki dan perempuan membangun relasi

setara, untuk mencegah kekerasan, menentang perang, dan

menjaga alam-lingkungan dimana mereka hidup.

45

2.6.4 Tokoh Aliran Feminisme

a. Foucault

Meskipun ia adalah tokoh yang terkenal dalam feminisme,

namun Faucault tidak pernah membahas tentag wanita. Hal

yang diadopsi oleh feminisme dari Fault adalah bahwa ia

menjadikan ilmu pengetahuan “dominasi” yang menjadi milik

kelompok-kelompok tertentu dan kemudian “dipaksakan”

untuk diterima oleh kelompok-kelompok lain, menjadi ilmu

pengetahuan yang ditaklukan. Dan hal tersebut mendukung

bagi perkembangan feminisme.

b. Naffine

Kita dipaksa meng-iya-kan sesuatu atas adanya kuasa atau

power. Kuasa bergerak adalam relasi- relasi dan efek kuasa

didasarkan bukan oleh orang yang dipaksa meng “iya” kan

keinginan orang lain, tapi dirasakan melalui ditentukannya

pikiran dan tingkah laku. Hal ini mengarah bahwa individu

merupakan efek dari kuasa.

c. Derrida (Derridean)

Mempertajam fokus pada bekerjanya bahasa (semiotika)

dimana bahasa membatasi cara berfikir kita dan juga

menyediakan cara-cara perubahan. Menekankan bahwa kita

selalu berada dalam teks ( tidak hanya tulisan dikertas, tapi

juga termasuk dialog sehari-hari) yang mengatur pikiran-

pikiran kita dan merupakan kendaraan untuk

mengekspresikan pikiran-pikiran kita tersebut. Selain itu juga

penekanan terhadap dilakukannya “dekontruksi” terhadap

kata yang merupakan intervens ke dalam bekerjanya bahasa

46

dimana setelah melakukan dekontruksi tersebut kita tidak

dapat lagi melihat istilah yang sama dengan cara yang

sama.

2.6.5 Tujuan Feminisme

� Membuka sesuatu persamaan perlakuan dalam pebedaan

jenis kelamin sebagai pengontrol sosial.

� Muncul untuk membela hak-hak dan peran serta wanita

dalam masyarakat seiring berkembangnya kultur dan struktur

masyarakat yang semakin membedakan wanita dan laki-laki.

� Keseimbangan dan interelasi gender.

2.6.6 Ciri Arsitektur Feminisme

� Adanya pembatasan ruang yang jelas

� Memiliki bentukan arsitektur yang lembut, halus dan ramping

� Ornamennya banyak mengadopsi bentuk tanaman, burung,

dan bunga sebagai perwujudan sifat lembut seorang wanita.

� Adanya hubungan antar ruang yang erat

� Berupa arsitektur ramah lingkungan

� Pola ruang luar yg hijau dan penggunaan bahan-bahan

alami.

47

2.6.7 Wanita dan Feminisme

Diagram 2.4 Femnisme Dalam Desain Sumber : dokumen pribadi

2.6.7 Studi Preseden

� Park Guell

Gambar 2.31 Park Guell

Sumber : http://travelgot.com/wp-content/uploads/2016/10/barcelona-park-guell-6.jpg Merupakan sebuah karya dari seorang arsitek Antoni Gaudi

yang berupa sebuah taman multifungsi. Taman seluas 17 Ha,

WANITA

� Lemah lembut dan halus � Suka keindahan � Selalu ingin menonjol � Terbuka tetapi ingin privasi

ARSITEKTUR

� Kelembutan desain - Garis : lengkung - Bentuk : lingkaran, minim sudut - Warna : cerah

� Keindahan desain - Inerior : perabot plastis dan soft - Ornamen : dekorasi khas wanita

� Penonjolan desain - Gubahan massa : point of interest - Eksterior : sculpture

� Keterbukaan desain - Ruang : kejelasan privat dan public - Lingkungan : bukaan, interaksi ruang dalam dan ruang luar

48

yang berada di Barcelona, Spanyol ini mulai dibangun pada

tahun 1900-1901. Park Guell sendiri berfungsi sebagai ruang

terbuka untuk umum, tempat perayaan khusus, tempat untuk

bersantai, sekaligus juga sebagai tempat tinggal. Lokasinya

yang stategis di tengah kota menjadikan Park Guell ramai

dikunjungi.

Konsep dasar yang diusung Gaudi adalah keindahan, dimana

Gaudi menyelaraskan antara bentuk dan alam menjadi suatu

makna tersendiri. Mekna tersebut disampaikan pada setiap

simbol, detail, facade, hingga struktur dari taman.

Eksplorasi bebentuk plastik sangat terlihat, menjadikan Park

Guell menjadi lebih dinamis. Bentukan plastis tidak hanya

diterapkan pada bangunan melainkan juga dengan elemen-

elemen taman sperti dinding pembatas dan juga sitting group.

Hal lain yang di lakukan Gaudi adalah pemilihan wara yang

atraktif yang diaplikasikan pada dinding mozaik.

Gambar 2.33 Sumber :

https://ca.wikipedia.org/wiki/Fitxer:Parc_G%C3%BCell,_plaf%C3%B3_d

e_trencad%C3%ADs.jpg

Gambar 2.32 Ornamen 1 Sumber :

https://ca.wikipedia.org/wiki/Fitxer:Parc_G%C3%BCell,_plaf%C3%B3_d

e_trencad%C3%ADs.jpg

49

Park Guell juga memiliki rumah kecil di taman tersebut dimana

Gaudi tinggal. Rumah tersebut kini diubah menjadi museum

dan berisi furniture menarik yang juga dirancang oleh Gaudi.

Gambar 2.34 Eksplorasi bentukan plastis Sumber : http://il3.picdn.net/shutterstock/videos/5131037/thumb/9.jpg

Gambar 2.35 Sitting Group Sumber :

http://www.vakantiewegwijzer.com/barcelona/park-guell-

barcelona.jpg

Gambar 2.36 Aplikasi dinding mozaik

Sumber : http://2.bp.blogspot.com/-Z_v62d0bDHM/UZe6WVaMTNI/AAAAAAAAAQ0/gtYDUUrndks/s1600/

IMG_1792.JPG

50

Kompleks taman yang dulunya diperuntukkan untuk

perumahan elit ini sekarang menjadi tempat tujuan para

wisatawan karena keindahannya yang sangat terkenal.

2.6.8 Penerapan pada Desain.

- Konsep dinamis, luwes, tidak kaku dengan bentukan massa

menggunakan bidang – bidang lengkung.

- Atraktif, gaya, kreatif yang dilakukan dari pengolahan fasade

misalnya permainan bentuk dan ukuran jendela, permainan

warna dan material.

- Tidak statis, berkembang, berinovasi terlihat dari permainan

warna dan material.

- Pemilihan warna lembut pada interior ruang

- Penambahan ornament yang berhubungan dengan wanita

seperti burung, garis – garis lengkung, bunga dan lain – lain.

- Pemilihan furniture yang plastis, soft, tidak menimbulkan

kesan keras.

- Bangunan memiliki elemen yang dapat ditonjolkan sebagai

point of interest misalnya schluptre.

- Adanya batasan yang jelas antara ruang privat dengan ruang

publik.

Gambar 2.37 Rumah Gaudi di Park Guell Sumber : http://www.welcome-to-barcelona.com/wp-content/uploads/2012/10/Parc-Guell-Barcelona.jpg

51

- Terdapat interaksi antara ruang dalam dan ruang luar.

Gambar 2.38 aplikasi bentukan plastis Sumber :

https://harianto.files.wordpress.com/2009/05/gbr3.jpg?w=500%h=375

Gambar 2.39 aplikasi bentukan plastis Sumber :

https://ruanghijau.files.wordpress.com/2008/11/assyafaah-7-struktur-

lengkung.jpg

Gambar 2.40 aplikasi bentukan plastis

Sumber :

https://mazgun.files.wordpress.com/20

08/10/orna018-kreispng

Gambar 2.41 aplikasi bentukan plastis

Sumber : https://1.bp.blogspot.com/-

A9TYun4muoA/Ti_Ov3Lzy9I/AAAAAA

AAAGE/9dJNM-q4oGw/s1600/glass-

closeup2jpg

137

BAB V

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

5.1 Konsep Fungsional 5.1.1 Pelaku, Aktivitas dan Kebutuhan Ruang

Pelaku yang terdapat dalam Sekolah Mode dapat

dikelompokan menjadi beberapa bagian, diantaranya :

A. Pengelola

2. Kepala Sekolah

� Memimpin dan mengkoordinasi bagian lain di dalam

menjalankan sistem yang ada.

� Bertanggung jawab atas segala kegiatan yang terjadi di

sekolah

2. Wakil Kepala Sekolah

� Membantu kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya.

3. Guru

� Mendidik dan mengajar serta fasilitator agar dapat belajar dan

mengembangkan potensi dan kemampuan secara optimal di

sekolah.

4. Sekretaris

� Merupakan sebuah profesi administratif yang bersifat asisten

atau mendukung

5. Bendahara

138

� Menerima, menyimpan, membayar dan atau menyerahkan

uang atau surat berharga.

� Mengatur pemasukan dan pengeluaran biaya dari segala

keperluan sekolah.

6. Karyawan

� Karyawan tata usaha berhubungan langsung dengan

administrasi kesiswaan.Karyawan Perpustakaan mengatur

dan mengelola aktivitas ruang perpustakaan.

B. Siswa

� Melaksanakan kegiatan belajar mengajar

C. Servis

� Teknisi, mengatur dan mengurus masalah – masalah yang

bersifat teknis.

� Cleaning servis, menjaga kebersihan lingkungan sekolah.

� Satpam, menjaga keamanan dan informasi masuk

lingkungan sekolah.

Aktivitas atau kegiatan yang dilakukan pelaku pada Pusat Wayang Kulit

antara lain sebagai berikut :

139

Tabel 5.1 Aktivitas dan Kebutuhan Ruang Utama Pelaku Kegiatan Kebutuhan Ruang

Siswa Desain baju Ruang desain

Pembuatan pola Ruang pembuatan pola

Menjahit baju Ruang jahit

Peragaan busana Ruang catwalk

Belajar mengajar Ruang kelas

Merias wajah Ruang make up dan hair

style

Mengepas Gudang bahan

Seminar Ruang seminar

Mengelola data Ruang komputer

Membaca, referensi Ruang perpustakaan

Sumber : Analisa Pribadi, 2016

Tabel 5.2 Aktivitas dan Kebutuhan Ruang Penunjang Pelaku Kegiatan Kebutuhan ruang

Pengunjung Menyimpan,

memamerkan baju

Ruang galeri butik

Rekreasi Ruang serbaguna

Rekreasi Fashion cafe

Tata rias Beauty salon

Informasi Ruang konsultasi

Semua penghuni

sekolah

Ibadah Ruang sholat

Ruang wudlu

Toilet

Sumber : Analisa Pribadi, 2016

SIT

140

Tabel 5.3 Aktivitas dan Kebutuhan Ruang Pengelola Pelaku Kegiatan Kebutuhan ruang

Kepala Sekolah Mengkordinir semua

kegiatan di sekolah

Ruang Kepala Sekolah

Wakil Kepala

Sekolah

Membantu Kepala

Sekolah

Ruang Wakil Kepala Sekolah

Guru Mempersiapkan bahan

ajar

Ruang pengajar

Pengelola Menyampaikan

informasi

Ruang informasi

Pengurusan

administrasi

Ruang administrasi

Rapat Ruang rapat

Membantu

administrasi sekolah

Ruang staff

Menerima tamu Ruang tamu

Menyimpan arsip Ruang arsip

Mencetak, mengopi

berkas

Ruang percetakan

Memfasilitasi

perlengkapan di

sekolah

Ruang perlengkapan

Office boy Membuat makanan

dan minuman

Pantry

Parkir Kepala

Sekolah

Parkir Tempat parkir

Sumber : Analisa Pribadi, 2016

141

Tabel 5.4 Aktivitas dan Kebutuhan Ruang Pengelola Pelaku Kegiatan Kebutuhan ruang

Siswa, pengunjung Parkir Area parkir motor, mobil dan

bus

Security Menjaga keamanan Pos satpam

Petugas teknisi Maintenance R. Kontrol

R. Panel

R. Genset

R. Pompa

Lavatory

Sumber : Analisa Pribadi, 2016

5.1.2 Kelompok, Sirkulasi, dan Hubungan Ruang a. Kelompok Ruang

Tabel 5.5 Tabel Kelompok Ruang

Kelompok Kegiatan Kegiatan

Aktivitas Utama

Desain Pembuatan pola Menjahit Catwalk Belajar mengajar Merias Membaca komputerisasi Mengepas Diskusi / berkumpul Seminar

Aktivitas Penunjang Mode

Menyimpan baju, mengoleksi baju Fashion café Beauty salon Konsultasi desain Menerima informasi, seminar,

142

diskusi Ibadah

Aktivitas Pendukung Pendidikan

Pengelolaan Informasi Adminstrasi Rapat

Aktivitas Servis

Parkir Menjaga keamanan Maintenance

Sumber : Analisa Pribadi, 2016

b. Sirkulasi Ruang Berikut sirkulasi ruang sesuai dengan kelompok pelaku yang ada di

Sekolah Mode (Fashion) di Semarang, yaitu antara lain :

1. Siswa

Gambar 5.1 Analisa Sirkulasi Siswa Sumber : Analisis Pribadi, 2016

143

2. Pengelola

Gambar 5.2 Analisa Sirkulasi Pengelola

Sumber : Analisis Pribadi, 2016

3. Servis

Gambar 5.3 Analisa Sirkulasi Servis Sumber : Analisis Pribadi, 2016

144

5.1.3 Besaran Ruang Berikut studi besaran ruang yang dibutuhkan dalam perencanaan dan

perancangan bangunan Sekolah Mode, antara lain :

Tabel 5.6 Pendekatan Besaran Ruang pada Sekolah Mode

FASILITAS PENDIDIKAN MODE

Jenis Ruang Kapasitas Luas/unit (m²)

Luas total(m²)

Ruang Kelas Teori Kapasitas 40 orang

siswa

6 unit kelas

72 432

Studio Desain Kapasitas 30 orang

siswa

2 unit studio

72 144

Studio Pembuatan Pola Kapasitas 40 orang

siswa

20 manequin

72 120

Studio Jahit Kapasitas 20 orang

siswa

18 mesin, 5 meja

setrika

200 200

Studio Catwalk Kapasitas 30 orang

siswa

2m²/siswa

60 60

Studio Make Up dan Hair

Stylist

Kapasitas 20 orang

siswa

5 100

Gudang Bahan Rak penjualan

Rak perlengkapan jahit

Rak perlengkapan

make up

Rak perlengkapan

240 240

145

rambut

Ruang bongkar dan

pengepakan

Ruang Seminar Kapasitas 1 siswa, 3

penguji, 10 penonton

4 ruang

40 160

Jumlah 1456

Sirkulasi 30 % 436,8

Total 1892,8

Ruang Komputer Kapasitas 40 siswa 2 80

4 staff 5 20

Perpustakaan Ruang baca 60 60

Ruang koleksi buku

Kapasitas 8 rak buku

32 32

Ruang koleksi bahan

(busana, rambut)

5 5

Ruang koleksi kostum

300 volume

100 100

Ruang Diskusi /

Berkumpul

Kapasitas 5-10 siswa

10 ruang

Ruang diskusi bersama

4 ruang

10 100

Ruang Loker Kapasitas 200 siswa

8 kabinet

50 50

Cafeteria Kapasitas 50 orang 120 120

Jumlah 567

Sirkulasi 30 % 170,1

Total 737,1

FASILITAS ADMINISTRATIF – PENGELOLA Ruang Kepala Sekolah Kapasitas 1 orang

1 set meja kerja

1 ruang tamu kecil

24 24

Ruang Wakil Kepala Kapasitas 1 orang 20 20

146

Sekolah 1 set meja kerja

Ruang Staff Pengajar Kapasitas 20 pengajar 100 100

Ruang Tata Usaha Kapasitas 4 orang

pegawai

Peralatan kantor

50 50

Ruang Rapat Kapasitas 20 orang 40 40

Ruang Pendaftaran Ruang duduk

1 set meja kerja

20 20

Ruang Arsip Kapasitas 2 orang 15 15

Ruang Fotocopy 2 mesin fotokopi 9 9

Jumlah 278

Sirkulasi 30 % 83,4

Total 361,4

Ruang tunggu / ruang

tamu

Kapasitas 6 orang 16 16

Ruang Pimpinan Kapasitas 1 orang

1 set meja kerja

1 ruang tamu kecil

24 24

Ruang Wakil Pimpinan Kapasitas 1 orang

1 set meja kerja

20 20

Ruang Sekretaris Kapasitas 1 orang

1 set meja kerja

20 20

Ruang Humas Kapasitas 2 orang 20 20

Ruang Staff

- Staff administrasi

- Staff tata usaha

- Staff publikasi

- Staff maintenance

Kapasitas 20 orang

Masing-masing 1 set

meja kerja

Rak

120 120

Ruang Personalia Kapasitas 2 orang 12 12

Ruang Kabag Pagelaran Kapasitas 1 orang

1 set meja kerja

1 ruang tamu kecil

20 20

Ruang Kabag Komersil Kapasitas 1 orang

1 set meja kerja

20 20

PE

NG

ELO

147

1 ruang tamu kecil

Ruang Administrasi / TU Kapasitas 4 orang

Peralatan kantor

40 40

Ruang Arsip Kapasitas 2 orang 12 12

Ruang Percetakan Kapasitas 2 orang 12 12

Ruang Rapat Direksi Kapasitas 25 orang 50 50

Ruang Keamanan Kapasitas 2 orang 8 8

Toilet 15 15

Jumlah 397

Sirkulasi 30% 119,1

Total 516,1

FASILITAS FASHION

Fashion Cafe

Ruang makan Kapasitas 50 orang 80 80

Mini catwalk 10 orang berdiri 28 28

Pantry dan

dapur

30 30

Kasir 1 orang 2 2

Gudang

basah dan

kering

20 20

Toilet pria 1 wc, 2 wastafel, 2

urinoir

6 6

Toilet wanita 3 wc, 2 wastavel 8 8

Jumlah 174

Sirkulasi 30% 52,2

Total 226,2

Beauty Salon

Ruang tunggu 6 orang 20 20

Counter / kasir 1 orang 20 2

Shampoo 4 buah 16 16

Dressing table 8 meja 40 40

Ruang

perawatan

3 orang 15 15

Ruang ganti 2 unit 2 4

Gudang 9 9

Jumlah 106

148

Sirkulasi 30 % 31,8

Konsultasi

Desainer

Total 137,8

Ruang display 4 unit 20 80

Ruang

konsultasi

5 unit 20 100

Ruang ganti 8 orang 12 12

Jumlah 192

Sirkulasi 30% 57,6

Total 249,6

Gallery

Boutique

Ruang pamer 200 200

Ruang

peminjaman

gaun pesta

dan pengantin

60 60

Ruang duduk 8 orang 12 12

Ruang ganti

(fitting room)

4 buah 3 12

Gudang 6 6

Kasir 2 2

Jumlah 292

Sirkulasi 30 % 87,6

Total 379,6

Ruang

Serbaguna

Ruang utama Kapasitas 200 orang 300 300

Ruang make

up

100 100

Backstage 80 80

Ruang

operator

30 30

Toilet 40 40

Jumlah 500

Sirkulasi 30 % 150

Total 650

FASILITAS SERVIS – UMUM

149

Ruang keamanan 16 16

Loker dan toilet

karyawan

30 30

Ruang genset 70 70

Ruang ME 80 80

Ruang pompa 35 35

Kantin karyawan 50 50

Musholla Ruang sholat + wudlu 50 50

Ruang CCTV 20 20

Gudang 12 12

Loading dock 40 40

Jumlah 403

Sirkulasi 30 % 120,9

Total 523,9

Sumber : Analisis Pribadi, 2016

Jadi total luas kebutuhan ruang Fashion Desain and Modeling School

yaitu : 5674,5m² Tabel 5.7 Studi Besaran Ruang Fasilitas Parkir

Fasilitas Parkir

Pelaku Mobil (5mx2,5m) Motor (2mx1m) Bus (12mx2,5m)

Siswa 20 161

Pengelola 7 67

Pengunjung butik 6 14

Pengunjung cafe 5 19

Pengunjung fashion

show

17 53 1

Pengisi acara fashion

show

13 1

Jumlah 68

(5x2,5)x68=850 m²

314

(2x1)x314=628 m²

2

(12x2,5)x2=60m²

Sirkulasi 100% Sirkulasi 100% Sirkulasi 100%

Total 1700m² 1256m² 120m²

Total kebutuhan lahan parkir 3076m²

Sumber : Analisis Pribadi, 2016

SER

VIS

150

5.2 Konsep Kontekstual 5.2.1 Lokasi Site

Lokasi tapak berada di BWK II (Gajahmungkur, Candisari), BWK VI

(Tembalang), dan BWK VII (Banyumanik). Kota Semarang,

Kecamatan Gajah Mungkur (BWK II) merupakan kawasan yang

digunakan untuk lahan pemukiman, perdagangan dan jasa, perguruan

tinggi, Campuran perdagangan dan jasa, olahraga dan rekreasi. BWK

II ( Gajahmungkur dan Candisari) mempunyai pontensi sebagai salah

satu koridor kawasan segitiga emas perdagangan dan jasa Kota

Semarang, merupakan jalan yang cukup penting sebagai gerbang

masuk atau penghubung antara Kampus UNDIP dengan daerah

Tembalang yang umumnya memiliki konektivitas dan aktivitas yang

cukup tinggi dengan wilayah – wilayah di sekitarnya.

Dengan memperhatikan Rencana Detail Tata Ruang Kota

(RDTRK) Kota Semarang tahun 2011-2031, maka BWK II sudah

diatur dengan ketentuan intensitas lahan sebagai berikut :

6) Kondisi Eksisting Lahan

(p) Luas Tapak = 11.100 m2 (1,1

Ha)

(q) Koefisien Dasar Bangunan ( KDB ) = 60%

(r) Koefisien Lantai Bangunan ( KLB ) = 3.0 atau 5 lantai

(s) Garis Sempadan Bangunan ( GSB ) = 3 meter

(t) Lebar Area Jalan Tapak = 6 meter

7) Batasan Tapak

(m) Utara : UNPAD Semarang

(n) Timur : Rumah Penduduk

(o) Selatan : Tanah Kosong

(p) Barat : Tanah Kosong

151

Gambar 5.4 Site Sekolah Mode Sumber : survey lokasi 2017

5.2.2 Output Analisa Site a. Zoning Ruang

Gambar 5.5 Zoning Akhir

Sumber : Analisis Pribadi, 2016

152

5.3 Konsep Program Perancangan 5.3.1 Konsep Aspek Arsitektural Sekolah Mode dan Fashion ini menggunakan penekanan desain

arsitektur feminisme, diharapakan dapat merubah persepsi

masyarakat tentang sekolah sebagai tempat yang tidak

membosankan, menjadi sebuah bangunan yang menarik dan menjadi

salah satu tujuan edukasi yang diminati.

Dengan penekanan desain arsitektur feminisme diharapkan

bangunan sekolah menjadi bangunan yang nyaman bagi siswa dan

pengelola sekolah, selain itu juga diharapkan bangunan sekolah ini

tidak hanya mencakup dalam bidang edukasi akan tetapi juga

meningkatkan kreasi siswa.

5.3.2 Konsep Bentuk Bangunan - Konsep dinamis, luwes, tidak kaku dengan bentukan massa

menggunakan bidang – bidang lengkung.

- Atraktif, gaya, kreatif yang dilakukan dari pengolahan fasade

misalnya permainan bentuk dan ukuran jendela, permainan

warna dan material.

- Tidak statis, berkembang, berinovasi terlihat dari permainan

warna dan material.

- Pemilihan warna lembut pada interior ruang

- Penambahan ornament yang berhubungan dengan wanita

seperti burung, garis – garis lengkung, bunga dan lain – lain.

- Pemilihan furniture yang plastis, soft, tidak menimbulkan kesan

keras.

- Bangunan memiliki elemen yang dapat ditonjolkan sebagai

point of interest misalnya schluptre.

153

- Adanya batasan yang jelas antara ruang privat dengan ruang

public.

- Terdapat interaksi antara ruang dalam dan ruang luar.

5.3.3 Konsep Interior dan Eksterior 1. Konsep Interior Penataan ruang yang kegiatannya dianggap dapat bersinergi atau

berkesinambungan dapat dijadikan dalam satu wadah/ruang yang

multifungsi sesuai dengan parameter pembentuk ruang belajar semi

formal. Dalam sekolah mode dan fashion ini kegiatan yangdapat dijadikan

dalam satu wadah yang berkesinambungan adalah ruang pertunjukan,

ruang kelas terbuka, diskusi, pameran, dan hall.

2. Konsep Eksterior a) Ruang Terbuka

� Menyediakan cahaya dan sirkulasi

� Sebagai area rekreasi dengan bentuk aktivitas yang spesifik

� Memberikan bentuk solid void pada keseluruhan bangunan.

b) Tata hijau

� Sebagai elemen estetis

� Sebagai peneduh

� Sebagai pereduksi kebisingan

� Sebagai pengarah

154

5.3.4 Konsep Sirkulasi

Konsep sirkulasi ke bangunan sekolah mode dan fashion meliputi

pergerakan siswa dan pengelola dalam mencapai bangunan.

Perencanaan zona parkir perlu mempertimbangkan kepentingan pelaku

yang bersangkutan agar sirkulasi kendaraan yang berjalan lancar :

5.3.5 Pencahayaan dalam bangunan 1. Pencahayaan alami

Pada perancangan sekolah mode dan fashion pencahayaan alami

dapat diterapkan pada pagi hingga siang hari dan dalam keadaan

cuaca yang baik. Pemanfaatan pencahayaan alami dapat diterapkan

melalui :

Sekolah mode

fasilitas mode

parkir entrance

administrasi

Kantor pengelola

Pendukung dan servis

Gambar 5.6 Sirkulasi ke bangunan Sumber : analisa pribadi 2016

155

c) Bukaan pada atap dengan sistem skylight.

d) Bukaan pada dinding dengan adanya bukaan berupa

jendela,

lubang angin, maupun pintu (Pemanfaatan cahaya matahari dan

terang langit melalui optimalisasi lubang cahaya).

5.3.6 Penghawaan dalam bangunan

1) Penghawaan alami

Sistem pengahawaan alami dapat menggunakan sistem

ventilasi silang. Tidak pada semua ruangan menggunakan penghawaan

alami, namun tetap harus diperhatikan. Karena

Gambar 5.7 skylight Sumber : Google.com/Skylight.2016

Gambar 5.8 skylight Sumber : Google.com/Skylight.2016

156

penghawaan alami yang baik dapat mengurangi beban energy yang

diterima oleh bangunan. Peletakkan tata massa juga turut berpengaruh

dalam penghawaan alami.

Beberapa ruangan yang memanfaatkan penghawaan alami yaitu sebagian

ruang pengelola, kafe, km/wc, ruang reparasi dan lainnya yang tidak

sangat membutuhkan perlakuan khusus untuk penghawaan pada ruang.

Gambar 5.9 Penghawaan alami

Sumber : Google.com/Penghawaan alami.2016

2) Penghawaan buatan

Benda koleksi di galeri butik yang sangat rawan dengan kerusakan,

hanya tahan terhadap tingkat suhu tertentu. Pada tingkat suhu yang tidak

sesuai dapat mengakibatkan kerusakan pada benda koleksi. Untuk itu

solusi yang tepat adalah dengan memberikan panghawaan buatan, yang

mana dapat diatur tingkat suhunya sesuai yang diharapkan. Beberapa

ruangan yang menggunakan penghawaan buatan antara lain adalah

ruang pameran, perpustakaan, dan lain-lain. Dengan menggunakan AC

sentral.

157

Gambar 5.10 AC sentral

Sumber : http://www.airkonindo.com/wp-content/uploads/2015/02/system-ac.jpg

5.4 Aspek Teknis

5.4.1 Sistem Jaringan Listrik

Kebutuhan listrik pada bangunan di suplai dari PLN dan untuk

keadaan tertentu ketika suplai PLN terhenti akan digunakan tenaga

cadangan dari genset (generator set). Listrik dari PLN dan genset

dihubungkan dengan sebuah Automatic Transfer dengan sistem ATS yaitu

suatu alat transfer yang secara otomatis akan menjalankan genset apabila

aliran dari PLN terhenti.

158

5.4.2 Sistem Pemadam Kebakaran

Kebakaran terjadi, alarm berbunyi otomatis, diketahui letak

kebakaran, pintu darurat terbuka otomatis, kipas darurat bekerja, AHU

mati, dan exhausfan bekerja. Sistem operasional pemadaman dibagi

menjadi dua yaitu :

a) Sistem semi otomatis

Gambar 5.12 skema sistem pemadam kebakaran otomatis

Sumber : Poerbo Hartono. 1998. Utilitas bangunan. Jakarta. Djambatan.

b) Sistem otomatis

Gambar 5.13 skema sistem pemadam kebakaran otomatis

Sumber : Poerbo Hartono. 1998. Utilitas bangunan. Jakarta. Djambatan.

PLN TRAFO

GENSET AUTOMATIC TRANSFER

SWITCH

PANEL SEKUNDER

PANEL UTAMA

PANEL SEKUNDER

DISTRIBUSI

DISTRIBUSI

API ALAT

DETEKSI PANEL ALARM

MANUSIA SISTEM START

ALAT PEMADAM

AKTIF

API ALAT

DETEKSI PANEL ALARM

SISTEM START

ALAT PEMADAM AKTIF

Gambar 5.11 skema listrik Sumber : analisa pribadi 2016

159

Adapun alat pendukung dalam sistem pemadam kebakaran adalah:

3. Deteksi awal api

a) Alat deteksi asap (smoke detector)

Mempunyai kepekaan yang tinggi dan akan memberikan alarm bila

muncul asap diruang tempat alat itu terpasang.

Gambar 5.14 Smoke detector

Sumber : http://www.horseshoe-bay-tx.gov/ImageRepository/Document?documentID=5172015

b) Alat deteksi panas (heat detector)

Mempunyai kepekaan yang tinggi dan akan memberikan alarm bila terjadi

perbedaan kenaikan temperatur (panas) yang terjadi didalam ruangan.

c) Alat deteksi nyala api (Flame detector)

Dapat mendeteksi adanya nyala api yang tidak terkendali dengan

cara menangkap sinar ultra violet yang dipancarkan nyala api tersebut.

4. Sistem pemadam kebakaran

� Portable fire extinghuser

Adalah alat pemadam kebakaran yang mudah di bawa-bawa. Umumnya

diletakkan pada radius jarak 25 meter.

160

Gambar 5.15 Portable fire extinnghuser

Sumber : Google.com/ Portable fire extinnghuser.2015

5.4.3 Sistem Air Kotor

Sistem jaringan air kotor dibagi menjadi dua bagian yaitu :

1) Jaringan air kotor padat (tinja dan lavatory)

2) Jaringan air kotor cair (air hujan, roof garden, wastafel,

tempat wudhu, dan dapur).

Sistem atau cara pengolahan air kotor dibagi menjadi dua yaitu :

1) Sistem Individual

Buangan tinja dari unit WC langsung disalurkan kedalam lubang

penampung dan diolah atau diuraikan secara Anaerobik.

2) Sistem Komunal

Baungan rumah tangga disalurkan ke jaringan saluran kota dan berakhir

pada Instalasi pengolahan air buangan, untuk kemudian air yang telah

memenuhi syarat dibuang ke badan air penerima.

161

Gambar 5.16 Sistem jaringan air kotor Sumber : Googele.com/ Sistem jaringan air kotor. 2015

5.4.4 Sistem Air Bersih

Penggunaan sumur artesisi sebagai sumber air utama

dipertimbangkan berdasar pada nilai ekonomis dan mampu menyediakan

air dalam jumlah banyak dan penggunaan air PDAM sebagi cadangan

sumber air ketika ada hal – hal tertentu dipertimbangkan berdasarkan

mampu menyediakan air yang relative konstan.

Ada dua cara pendistribusian air, yaitu:

a) Up Feet Distribution

Dari sumber disimpan dalam ground reservoir dipompa keatas untuk

digunakan.

Gambar 5.17 Sistem ground tank Sumber : Googele.com/ Sistem ground tank. 2015

b) Down Feet Distribution

162

Dari sumber air dipompa keatas, ditampung dalam roof tank

dikonsumsi di level bangunan.

Gambar 5.18 Sistem roof tank

Sumber : Google.com/ Sistem roof tank. 2015

Pemakaian sistem Down Feet Distribution lebih baik karena air tidak

terus menerus di pompa ke atas, tetapi ditampung dalam tangki-tangki air

yang diletakkan diatas beberapa menara kemudian di distribusikan.

DAFTAR PUSTAKA

LITERATUR

Ching, Francis D. K. 2000. Arsitektur : Bentuk, Ruang dan Tatanan. Jakarta : Erlangga.

Khasanah, Umu. 1996. Pusat Informasi Mode (Fashion Center). Pra Tugas Akhir. Yogyakarta : UGM.

Cinintia, Mutiara. 2012. Gelanggang Remaja di Yogyakarta dengan Pendekatan Versabilitas Ruang untuk Menciptakan Interaksi Pengguna Ruang. Pra Tugas Akhir. Yogyakarta : UGM

Perkins, Lawrence B. and Cocking, Walter D. 1951. Schools. New York : Reinhold Publishin Corporation

Nugrahini, Dyah Cipta Purwa. 2003. Sekolah Desain Komunikasi Visual di Yogyakarta PerwujudanEkspresi Seni Pada Bangunan. Pra Tugas Akhir. Yogyakarta : UGM

Dober, Richard P. 1992. Campus Design. New York : John Wiley and Sons, Inc.

Ernawati. 2008. Tata Busana untuk SMK Jilid 2 / oleh Ernawati, Izwerni, Weni Nelmira. Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jendaral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.

P. H. Van Moerkerken J. R dan R. Noordhoof. 1992. Atlas Gambar – gambar Akan Dipakai Oentoek Pengadjaran Ilmoe Boemi. Amsterdam-S.L. van Looy : Balai Pustaka.

Architect’s Data Third Edition, Ernst and Peter Neufert (Ebook)

Time Saver Standards for Building Types (Ebook)

DOKUMEN

Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 14 Tahun 2011 Tentang Tata Ruang Wilayah Kota Semarang Tahun 2011 – 2031 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010 – 2015

INTERNET

Ekonomi Kreatif http://indonesiakreatif.net/ Gelombang Ekonomi Kreatif http://arifh.blogdetik.com/ekonomi-kreatif/ Ekonomi Kreatif di Indonesia http://indonesiakreatif.net/uncategorized/peran-ekonomi-kreatif-secara-nasional/ Fashion itu Penting http://berita.indah.web.id/kompas_female/read/2012/11/06/20230723/Marie.Elka.Fashion.it Profesionalitas Desainer Mode http://jakarta.okezone.com/read/2012/09/22/198/693613/luasnya-pekerjaan-di-dunia-mode-indonesia Urgensi Sekolah Talenta http://menkokesra.go.id/content/menparekraf-minta-mendikbud-dirikan-sekolah-talenta Pentingnya Sekolah Mode http://lifestyle.okezone.com/read/2009/08/17/29/248678/sekolah-mode-tetap-krusial Sekolah Mode di Jakarta http://beforehangout.com/index.php?option=com_content&view=article&id=132&catid=1&Itemid=50 Pendidikan http://id.wikipedia.org/wiki/Pedidikan Mode http://id.wikipedia.org/wiki/Mode Regenerasi Mode http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/513012/ Batik Semarang http://www.batiksemarangindah.blogspot.com/