PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …repository.utu.ac.id/438/1/BAB I_V (2).pdf ·...

55
HUBUNGAN TUGAS KESEHATAN KELUARGA DENGAN PENCEGAHAN DIARE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIMPANG JAYA KABUPATEN NAGAN RAYA TAHUN 2013 SKRIPSI OLEH LIZA SALVIANA NIM : 08C10104147 PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH 2013

Transcript of PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …repository.utu.ac.id/438/1/BAB I_V (2).pdf ·...

Page 1: PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …repository.utu.ac.id/438/1/BAB I_V (2).pdf · kemukiman yang sehat. Hal tersebut dapat dicapai melalui perilaku masyarakat Indonesia

HUBUNGAN TUGAS KESEHATAN KELUARGA DENGAN

PENCEGAHAN DIARE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIMPANG JAYA

KABUPATEN NAGAN RAYA TAHUN 2013

SKRIPSI

OLEH

LIZA SALVIANA NIM : 08C10104147

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH

2013

Page 2: PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …repository.utu.ac.id/438/1/BAB I_V (2).pdf · kemukiman yang sehat. Hal tersebut dapat dicapai melalui perilaku masyarakat Indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang ingin dicapai melalui

pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara, yang ditandai

penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku hidup sehat, memiliki

kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan

merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya diseluruh

wilayah Republik Indonesia. Gambaran keadaan masyarakat Indonesia di masa

depan atau visi yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan tersebut

dirumuskan sebagai Indonesia sehat 2015 (Depkes, 2010).

Dengan adanya rumusan visi tersebut, maka lingkungan yang diharapkan

pada masa yang akan datang adalah lingkungan yang bebas dari polusi,

tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan

kemukiman yang sehat. Hal tersebut dapat dicapai melalui perilaku masyarakat

Indonesia sehat 2010 yaitu perilaku proaktif untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman

penyakit serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat (Depkes,

2010).

Secara statistik penderita diare yang memeriksakan diri ke Puskemas didata

hanya 25 dari per 1.000 penduduk. Namun berdasar survei yang dilakukan Depkes

(Departemen Kesehatan) melalui survei kesehatan rumah tangga, ternyata

1

Page 3: PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …repository.utu.ac.id/438/1/BAB I_V (2).pdf · kemukiman yang sehat. Hal tersebut dapat dicapai melalui perilaku masyarakat Indonesia

2

penderita diare berjumlah 300 per 1.000 penduduk, bahkan lebih (Hening Darpito,

2008).

Setiap Tahun 100.000 anak meninggal karena diare, di Indonesia

terjadi kasus diare, Januari-Oktober 2006 mencapai 149.639 kasus yang terdiri

dari 141.070 kasus ditemukan di sarana kesehatan dan 8.569 kasus ditemukan

oleh kader kesehatan. Dari segi umur lebih banyak terjadi pada anak-anak di

bawah 4 tahun yaitu sebesar 71.378 kasus dan di atas 5 tahun sebanyak 69.692

kasus. Kebanyakan kasus diare tersebut disebabkan faktor kebersihan termasuk

kurangnya kesadaran mencuci tangan (Hening Darpito, 2008).

Penyebab utama tingginya kematian anak karena diare di Indonesia terkait

dengan minimnya perilaku hidup bersih masyarakat dan sanitasi yang buruk.

Namun banyak orang cenderung meyakini bahwa penyebab diare tidak terkait

dengan perilaku bersih dan sanitasi dimana banyak orang yang masih

beranggapan penyebab diare adalah keracunan makanan, musim, tanda-tanda

pertumbuhan bagi bayi dan faktor- faktor klinik, keadaan ini telah menyebabkan

banyak orang yang mengabaikan bagaimana sebenarnya menjaga lingkungan dan

personal hygiene yang baik (Suprajitno, 2004).

di Kota Banda Aceh secara keseluruhan dilaporkan pada tahun 2011

mencapai 16432 kasus diare yang terjadi terutama pada musim hujan dan hampir

rata-rata yang menjadi korban adalah anak-anak (Dinkes Kota Banda Aceh,

2011).

Sedangkan menurut data dari Dinas Kesehatan Nagan Raya didapatkan

Jumlah kasus diare tahun 2011 yang terdiri Puskesmas Simpang Jaya 662 kasus,

Page 4: PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …repository.utu.ac.id/438/1/BAB I_V (2).pdf · kemukiman yang sehat. Hal tersebut dapat dicapai melalui perilaku masyarakat Indonesia

3

Puskesmas Uteun Pulo 345 kasus, Puskesmas Muko 159 kasus, Puskesmas Alue

Bilie 583 kasus, Puskesmas Padang Panyang 281 Kasus, Puskesmas Beutong 440

kasus, Puskesmas Suka Mulia 174 kasus. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa

kasus yang paling banyak terdapat di Simpang Jaya (Profil Dinkes Nagan Raya,

2011).

Keluarga sebagai suatu unit terkecil dari masyarakat memegang peranan

penting dalam upaya untuk menjamin kesehatan dari anggota keluarganya.

Apabila setiap keluarga mempunyai prilaku yang baik dalam memperlakukan

lingkungan, makanan yang di konsumsi, personal hygiene dan buang air besar

tidak di sembarang tempat, maka selain menyehatkan keluarganya sendiri juga

desa tempat tinggalnya (Nursalam, 2003).

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti terhadap keluarga-keluarga yang ada

di wilayah kerja Puskesmas Simpang Jaya, banyak di temukan kasus di mana

lingkungan tempat tinggal yang tidak bersih, seperti sampah yang berserakan,

banyaknya air tergenang, buang air besar di sungai dan minum air mentah. hal ini

menunjukkan masih kurangnya pengetahuan keluarga dalam rangka menjaga

lingkungan atau mencegah setiap anggota keluarga mengalami diare. Berdasarkan

keadaan tersebut peneliti tertarik untuk melihat lebih lanjut bagaimanakah upaya-

upaya yang dapat dilakukan oleh keluarga dalam usaha mencegah terjadinya diare

pada anggota keluarganya.

Page 5: PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …repository.utu.ac.id/438/1/BAB I_V (2).pdf · kemukiman yang sehat. Hal tersebut dapat dicapai melalui perilaku masyarakat Indonesia

4

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi permasalah

pada penelitian ini adalah bagaimanakah upaya pencegahan diare ditinjau dari

tugas kesehatan keluarga di wilayah kerja Puskesmas Simpang Jaya tahun 2013.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui upaya pencegahan diare ditinjau dari tugas kesehatan

keluarga di wilayah kerja Puskesmas Simpang Jaya tahun 2013.

1.3.2 Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui upaya pencegahan diare ditinjau dari kemampuan

keluarga mengenal masalah kesehatan.

b. Untuk mengetahui upaya pencegahan diare ditinjau dari kemampuan

keluarga membuat keputusan yang tepat.

c. Untuk mengetahui upaya pencegahan diare ditinjau dari kemampuan

keluarga memberikan perawatan kesehatan.

d. Untuk mengetahui upaya pencegahan diare ditinjau dari kemampuan

keluarga mempertahankan suasana lingkungan rumah yang sehat.

e. Untuk mengetahui upaya pencegahan diare ditinjau dari kemampuan

keluarga menggunakan fasilitas kesehatan.

Page 6: PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …repository.utu.ac.id/438/1/BAB I_V (2).pdf · kemukiman yang sehat. Hal tersebut dapat dicapai melalui perilaku masyarakat Indonesia

5

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Bagi peneliti, menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti dalam

melakukan penelitian serta dapat dijadikan sebagai bekal dalam melakukan

penelitian dimasa yang akan datang.

2. Pemberi pelayanan di Puskesmas Simpang Jaya sebagai bahan kajian

keilmuan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dan sebagai

bahan masukan untuk meningkatkan mutu pelayanan dalam mengatasi

masalah yang berhubungan dengan penanganan dan pencegahan diare.

3. Institusi Pendidikan, khususnya Program Studi Ilmu Kesehatan

Masyarakat UTU Meulaboh, sebagai bahan tinjauan keilmuan sehingga

dapat meningkatkan pengetahuan peserta didik dalam setiap melakukan

peran profesionalnya.

4. Bagi anggota keluarga yang menjadi responden, dapat menjadi bahan

tambahan wawasan kesehatan dalam usaha mencegah terjadinya diare pada

setiap anggota keluarga.

5. Bagi peneliti lain, dapat menjadi sebagai bahan rujukan untuk melakukan

pelitian ulang yang lebih lanjut.

1.4.2 Manfaat Praktis

Sebagai rujukan atau pedoman dalam pelaksanaan pemberantasan penyakit

diare di wilayah kerja Puskesmas Simpang Jaya.

Page 7: PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …repository.utu.ac.id/438/1/BAB I_V (2).pdf · kemukiman yang sehat. Hal tersebut dapat dicapai melalui perilaku masyarakat Indonesia

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Konsep sehat

2.1.1 Definisi Sehat

Sehat merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit

akan tetapi juga meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek

fisik, emosi, sosial dan spiritual. Menurut Word Health Organization (WHO)

tahun 1947 dalam Notoatmodjo (2003), Sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa

suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak

hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.

Definisi Word Health Organization tentang sehat mempunyai karakteristik

berikut yang dapat meningkatkan konsep sehat yang positif :

a. Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh.

b. Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan

eksternal.

c. Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.

Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan

menyatakan bahwa Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan

sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam

pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh

terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa

merupakan bagian integral kesehatan.

6

Page 8: PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …repository.utu.ac.id/438/1/BAB I_V (2).pdf · kemukiman yang sehat. Hal tersebut dapat dicapai melalui perilaku masyarakat Indonesia

7

Dalam pengertian yang paling luas sehat merupakan suatu keadaan yang

dinamis dimana individu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan

lingkungan internal (psikologis, intelektual, spiritual dan penyakit) dan eksternal

(lingkungan fisik, social, dan ekonomi) dalam mempertahankan kesehatannya.

2.1.2 Model sehat sakit

a. Model Rentang Sehat-Sakit

Sehat dalam suatu rentang merupakan tingkat kesejahteraan klien pada

waktu tertentu, yang terdapat dalam rentang dan kondisi sejahtera yang optimal,

dengan energi yang paling maksimum, sampai kondisi kematian yang

menandakan habisnya energi total” (Perry, 2007)

Jadi menurut model ini sehat adalah keadaan dinamis yang berubah secara

terus menerus sesuai dengan adaptasi individu terhadap berbagai perubahan pada

lingkungan internal dan eksternalnya untuk mempertahankan keadaan fisik,

emosional, inteletual, sosial, perkembangan, dan spiritual yang sehat.

Sedangkan Sakit merupakan proses dimana fungsi individu dalam satu

atau lebih dimensi yang ada mengalami perubahan atau penurunan bila

dibandingkan dengan kondisi individu sebelumnya.

Karena sehat dan sakit merupakan kualitas yang relatif dan mempunyai

tingkatan sehingga akan lebih akurat jika ditentukan sesuai titik-titik tertentu pada

skala Rentang Sehat-Sakit.

Page 9: PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …repository.utu.ac.id/438/1/BAB I_V (2).pdf · kemukiman yang sehat. Hal tersebut dapat dicapai melalui perilaku masyarakat Indonesia

8

2.2 Konsep Keluarga

2.2.1 Pengertian

Keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat mempunyai peran dan

fungsi di bidang kesehatan untuk terciptanya keadaan kesehatan yang baik, dapat

meningkatkan kualitas hidup dan umur harapan hidup secara individu maupun

masyarakat. Setiap individu harus memelihara dan meningkatkan kesehatan, salah

satunya melalui pencegahan dan pemberantasan penyakit (Depkes, 2009).

Menurut Baylon dan Maglaya (1989) dikutip Effendi (2008), keluarga

adalah sebagai dua orang atau lebih dari dua individu yang tergabung karena

hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup

dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya

masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan.

Secara tradisional keluarga dikelompokkan dalam 2 (dua) bagian

(Suprajitno, 2004), yaitu:

a. Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari

ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau

keduanya.

b. Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah anggota

keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek,

paman-bibi).

2.2.2 Fungsi Keluarga

Secara umum fungsi keluarga menurut Friedman (2004) adalah :

Page 10: PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …repository.utu.ac.id/438/1/BAB I_V (2).pdf · kemukiman yang sehat. Hal tersebut dapat dicapai melalui perilaku masyarakat Indonesia

9

a. Fungsi afektif, yaitu fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan

segala sesuatu dalam mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan

orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial

anggota keluarga.

b. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi, adalah fungsi

mengembangkan dan tempat melatih anak untuk kehidupan social sebelum

meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.

c. Fungsi reproduksi, adalah fungsi untuk mempertahankan generalisasi dan

menjaga kelangsungan keluarga.

d. Fungsi ekonomi, yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan

keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu

meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

e. Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan, yaitu fungsi untuk

mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki

produktifitas tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang

kesehatan.

Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas

di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan yaitu mengenal masalah

kesehatan keluarga, memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga,

merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan, memodifikasi

lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga, dan memanfaatkan

fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga (Suprajitno, 2004).

Page 11: PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …repository.utu.ac.id/438/1/BAB I_V (2).pdf · kemukiman yang sehat. Hal tersebut dapat dicapai melalui perilaku masyarakat Indonesia

10

2.2.3 Tugas kesehatan keluarga

Keluarga merupakan suatu sistem tempat individu anggota keluarga

berinteraksi di dalam keluarga. Perilaku dan sikap anggota keluarga dibentuk oleh

hubungannya dengan anggota keluarga yang lain. Setiap perubahan pada salah

satu anggota keluarga akan mempengaruhi anggota keluarga yang lain. Terdapat

dua fungsi dasar keluarga yaitu guna memenuhi kebutuhan fisik dan kesejahteraan

psikososial.

Keluarga mempunyai cara-cara tertentu untuk mengatasi masalah

kesehatan. Kegagalan dalam mengatasinya akan mengakibatkan penyakit atau

sakit terus menerus dan keberhasilan keluarga untuk berfungsi sebagai satu

kesatuan akan berkurang. Dalam perawatan kesehatan keluarga, kata-kata

”mengatasi dengan baik”, diartikan sebagai kesanggupan ke luarga untuk

melaksanakan tugas pemeliharaan kesehatannya sendiri. Tugas kesehatan

keluarga menurut Friedman (2004) adalah:

1. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarga. Ini

ada hubungannya dengan kesanggupan keluarga untuk mengenal masalah

kesehatan pada setiap anggota keluarga.

2. Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat.

3. Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit, yang tidak

dapat membantu diri karena cacat atau usianya terlalu muda.

4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan untuk kesehatan

dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.

Page 12: PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …repository.utu.ac.id/438/1/BAB I_V (2).pdf · kemukiman yang sehat. Hal tersebut dapat dicapai melalui perilaku masyarakat Indonesia

11

5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga-

lembaga kesehatan. Ini menunjukkan pemanfaatan dengan baik akan

fasilitas-fasilitas kesehatan.

Keluarga dengan Kepemilikan Sarana sanitasi Dasar terdiri dari :

1. Persediaan Air Bersih

Air bersih memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia

karena diperlukan untuk memenuhi sebagian besar kebutuhan hidup

manusia. Oleh karena itu air bersih harus selalu tersedia dalam jumlah

yang cukup dan memenuhi syarat kesehatan (syarat fisik, kimiawi, dan

bakteriologi).

2. Jamban

Keberadaan jamban keluarga sangat penting dalam sebuah

keluarga. Pengelolaan sebuah jamban yang memenuhi syarat kesehatan

diperlukan sebagai upaya untuk mencegah terjadinya penularan penyakit.

3. Pengelolaan Air Limbah

Dalam upaya mendukung terwujudnya kualitas lingkungan yang

sehat diperlukan pengelolaan air limbah yang sesuai standar dan memenuhi

syarat kesehatan. Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) adalah suatu

bangunan yang digunakan untuk membuang air buangan kamar mandi,

tempat cuci, dapur dan lain- lain bukan dari jamban atau peturasan. Saluran

Pembuangan Air Limbah yang sehat hendaknya memenuhi persyaratan

sebagai berikut :

1) Tidak mencemari sumber air bersih (jarak dengan sumber air bersih

minimal 10 meter

2) Tidak menimbulkan genangan air yang dapat dipergunakan untuk

sarang nyamuk (diberi tutup yang cukup rapat)

Page 13: PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …repository.utu.ac.id/438/1/BAB I_V (2).pdf · kemukiman yang sehat. Hal tersebut dapat dicapai melalui perilaku masyarakat Indonesia

12

3) Tidak menimbulkan bau (diberi tutup yang cukup rapat)

4) Tidak menimbulkan becek atau pandangan yang tidak menyenangkan

(tidak bocor sampai meluap)

Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan (8) pokok sebagai berikut :

1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya

2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.

3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya

masing-masing.

4. sosialisasi antara anggota keluarga.

5. Pengaturan jumlah anggota keluarga.

6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.

7. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarkat yang lebih luas.

8. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga (Effendi,

2008).

2.3 Konsep diare

2.3.1 Sejarah diare

Dari kebudayaan yang paling luas yakni Babylonia, Mesir, Yunani dan

Roma telah tercatat bahwa manusia telah melakukan usaha untuk menanggulangi

masalah-masalah kesehatan masyarakat dan penyakit. Telah ditemukan pula

bahwa pada zaman tersebut tercatat dokumen-dokumen tertulis, bahkan peraturan-

peraturan tertulis yang mengatur tentang pembuangan air limbah atau drainase

pemukiman pembangunan kota, pengaturan air minum, dan sebagainya.

Page 14: PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …repository.utu.ac.id/438/1/BAB I_V (2).pdf · kemukiman yang sehat. Hal tersebut dapat dicapai melalui perilaku masyarakat Indonesia

13

Pada zaman ini juga diperoleh catatan bahwa telah dibangun tempat

pembuangan kotoran (latrin) umum, meskipun alasan dibuatnya latrine tersebut

bukan karena kesehatan. Dibangunnya latri umum pada saat itu bukan karena tinja

atau kotoran manusia dapat menularkan penyakit tetapi tinja menimbulkan bau tak

enak dan pandangan yang tidak menyedapkan (Suprajitno, 2004).

Demikian juga masyarakat membuat sumur pada waktu itu dengan alasan

bahwa minum air kali yang mengalir sudah kotor itu terasa tidak enak, bukan

karena minum air kali dapat menyebabkan penyakit. Dari dokumen lain tercatat

bahwa pada zaman Romawi kuno telah dikeluarkan suatu peraturan yang

mengharuskan masyarakat mencatatkan pembangunan rumah, melaporkan adanya

binatang-binatang yang berbahaya, dan binatang-binatang piaraan yang

menimbulkan bau, dan sebagainya.

Bahkan pada waktu itu telah ada keharusan pemerintah kerajaan untuk

melakukan supervisi atau peninjauan kepada tempat-tempat minuman (public

bar), warung makan, tempat-tempat prostitusi dan sebagainya. Kemudian pada

permulaan abad pertama sampai kira-kira abad ke-7 kesehatan masyarakat makin

dirasakan kepentingannya karena berbagai macam penyakit menular mulai

menyerang sebagian besar penduduk dan telah menjadi epidemi bahkan di

beberapa tempat telah menjadi endemi (Purnawan, (2008)..

Penyakit diare dan kolera telah tercatat sejak abad ke-7 menyebar dari Air

Susu Ibu khususnya Timur Tengah dan Asia Selatan ke Afrika. India disebutkan

sejak abad ke-7 tersebut telah menjadi pusat endemi kolera. Disamping itu lepra

juga telah menyebar mulai dari Mesir ke Asia dan Eropa melalui para emigrant.

Page 15: PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …repository.utu.ac.id/438/1/BAB I_V (2).pdf · kemukiman yang sehat. Hal tersebut dapat dicapai melalui perilaku masyarakat Indonesia

14

Upaya-upaya untuk mengatasi epidemi dan endemi penyakit-penyakit

tersebut, orang telah mulai memperhatikan masalah lingkungan, terutama hygiene

dan sanitasi lingkungan. Pembuangan kotoran manusia (latrin), pengusahaan air

minum yang bersih, pembuangan sampah, ventilasi rumah telah tercatat menjadi

bagian dari kehidupan masyarakat pada waktu itu (Marlyn, 2004)..

Dari catatan-catatan tersebut di atas dapat dilihat bahwa masalah kesehatan

masyarakat khususnya penyebaran-penyebaran penyakit menular sudah begitu

meluas dan dahsyat, namun upaya pemecahan masalah kesehatan masyarakat

secara menyeluruh belum dilakukan oleh orang pada zamannya .

Penyelidikan dan upaya-upaya kesehatan masyarakat secara ilmiah mulai

dilakukan pada tahun 1832 di Inggris. Pada waktu itu sebagian besar rakyat

Inggris terserang epidemi (wabah) kolera, terutama terjadi pada masyarakat yang

tinggal di perkotaan yang miskin. Kemudian parlemen Inggris membentuk komisi

untuk penyelidikan dan penanganan masalah wabah kolera ini (Suprajitno, 2004).

2.3.2 Definisi

Diare sesuai dengan definisi Hippocrates, maka diare adalah buang air

besar dengan frekwensi yang tiidak normal (meningkat) dan konsistensi tinja

yang lebih lembek atau cair. (Nellson dkk, 1969 dan Morley, 1973 dalam

Suryono, 2009), berpendapat bahwa istilah gastroenteritis hendaknya

dikesampingkan saja, karena memberikan kesan terdapatnya suatu radang

sehingga selama ini penyelidikan tenang diare cenderung lebih ditekankan pada

penyebabnya.

Page 16: PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …repository.utu.ac.id/438/1/BAB I_V (2).pdf · kemukiman yang sehat. Hal tersebut dapat dicapai melalui perilaku masyarakat Indonesia

15

Diare ialah suatu keadaan bertambahnya kekerapan dan keenceran buang

air besar. Kekerapan yang dianggap masih normal adalah sekitar 1– 3 kali dan

banyaknya 200 – 250 gram sehari, beberapa penderita mengalami peningkatan

kekerapan dan keenceran buang air besar walaupun jumlahnya kurang dari 250

gram dalam kurun waktu sehari. Sedangkan Diare akut didefinisikan sebagai

keluarnya Buang Air Besar sekali atau lebih yang berbentuk cair dalam satu hari

dan berlangsung kurang dari 14 hari (Mansjoer, 2002)

Faktor lingkungan yang dimaksud adalah kebersihan lingkungan dan

perorangan, faktor gizi misalnya tidak diberikannya makanan tambahan meskipun

anak telah berusia 4–6 bulan, faktor pendidikan yang utama adalah pengetahuan

ibu tentang kesehatan. Faktor kependudukan menunjukkan bahwa insiden diare

lebih tinggi pada penduduk perkotaan yang padat dan miskin atau kumuh.

Sedangkan faktor perilaku orang tua dan masyarakat misalnya adalah kebiasaan

tidak mencuci tangan sebelum makan, menyiapkan makan, setelah Buang Air

Besar atau membuang tinja anak. Kesemua faktor tersebut diatas terkait erat

dengan ekonomi masing-masing keluarga (Mansjoer, 2002).

2.3.3 Etiologi

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya diare diantaranya

lingkungan gizi kependudukan, pendidikan, sosial ekonomi dan perilaku

masyarakat.

Sedangkan penyebab terjadinya diare adalah :

a. Peradangan usus oleh agen penyebab seperit bakteri, virus, parAir Susu

Ibut (jamur, cacing, protozoa)

Page 17: PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …repository.utu.ac.id/438/1/BAB I_V (2).pdf · kemukiman yang sehat. Hal tersebut dapat dicapai melalui perilaku masyarakat Indonesia

16

b. Keracunan makanan/minuman yang disebabkan oleh bakteri maupun

bahan kimia

c. Kurang gizi

d. Alergi terhadap susu

e. Immuno defesiensi

2.3.4 Patogenesis.

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbul Diare adalah :

a. Gangguan osmotik.

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak diserap akan

menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi sehingga

terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus

yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga

timbul diare.

b. Gangguan sekresi.

Akibat rengsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus

akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus

dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

c. Gangguan motilitas usus.

Hyperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan

untuk usus menyerap makanan sehinggga timbul diare. Sebaliknya bila

pristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan

dan selanjutnya dapat menimbulkan diare (Mansjoer, 2002).

2.3.5 Patofisiologi

Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih factor dibawah ini :

Page 18: PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …repository.utu.ac.id/438/1/BAB I_V (2).pdf · kemukiman yang sehat. Hal tersebut dapat dicapai melalui perilaku masyarakat Indonesia

17

a. Pengurangan atau penghambatan ion-ion dan perangsangan dan sekresi

aktif ion- ion pada usus (secretory diarrhea).

Penghambatan penyerapan ion- ion serta perangsangan sekresi ion-ion

bersama-sama dengan alasan kebanyakan hormone dan toksin akan

merangsang sekresi aktif serta menghambat penyerapan ion- ion. Penderita

ini terkadang terbangun waktu pagi berhubung meningkatnya pergerakan

usus halus dan usus besar akibat meningkatnya sekresi aktif cairan

kedalam usus halus oleh factor infeksi, peradangan dan pasca reseksi

ileum, pasca reseksi ileum dinamakan juga diare post prandial yang

biasanya diare pada pagi hari, sehubungan dengan mengalirnya garam

empedu ke usus pada pada pagi hari sesudah makan dan juga penumpukan

garam empedu terbanyak pada pagi hari.

b. Terdapatnya zat yang sukar diabsorbsi atau cairan dengan tekanan osmotic

yang tinggi pada usus.

Terdapat zat-zat yang sulit diserap atau cairan dengan tekanan

osmotic yang tinggi dalam jumlah yang berlebihan pada usus akan

menyebabkan diare yang disebut diare osmotic yaitu :

1) Larutan yang sulit diserap seperti obat pencahar/laksansia

2) Penyimpangan pencernaan makanan (maldigestion)

3) Kegagalan pengangkutan makanan non elektrolit yang mempunyai

tekanan osmotic yang tinggi misalnya glukosa yang biasanya diserap

dengan mekanisme tertentu.

Karena tekanan osmotic yang tinggi, larutan yang sulit diserap

ini menahan/menarik air dan garam kedalam usus sehingga terjadi

diare. Secara klinis diare osmotic dapat dibedakan dengan kenyataan

bahwa diare ini akan berhenti bila penderita berhenti makan makanan

yang menjadi sebabnya (puasa). Contoh makanan tesebut adalah;

Page 19: PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …repository.utu.ac.id/438/1/BAB I_V (2).pdf · kemukiman yang sehat. Hal tersebut dapat dicapai melalui perilaku masyarakat Indonesia

18

sorbitol, silitol (pemanis palsu), juga susu pada penderita defisiens i

lactase dan makanan yang mengandung banyak karbohidrat pada

penderita piloroplasti, gastroenterostomi, atau pasca gastrektomi

dimana cairan makanan seperti dicurahkan kedalam usus halus

(dumping diarrhea). Pada sindrom malabsorbsi bukan hanya diare

tetapi juga malnutrisi terjadi pada penderita.

c. Perubahan pergerakan dinding usus.

Perubahan pergerakan dinding usus, disini dikenal 3 proses :

1) Penurunan pergerakan usus/pristaltik yang menyebabkan

bertambahnya perkembangan bakteri dalam rongga usus.

2) Meningkatnya pergerakan usus yang menyebabkan berkurangnya

waktu kontak antara makanan dengan permukaan usus halus sehingga

makanan cepat masuk kedalam lumen kolon.

3) Pengosongan kolon secara premature disebabkan isi kolon atau proses

peradangan kolon atau sindrom iritable kolon yang akan

mempersingkat waktu kontak, sehingga volume dan keenceran tinja

akan bertambah.

Penyakit yang termasuk dalam perubahan pergerakan usus ini

antara lain sindrom irritable colon, sindrom keganasan karsinoid, diare

post vagotomi, diare akibat penyakit endokrin seperti neuropati

diabetic, dan thirotoxicosis.

Page 20: PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …repository.utu.ac.id/438/1/BAB I_V (2).pdf · kemukiman yang sehat. Hal tersebut dapat dicapai melalui perilaku masyarakat Indonesia

19

2.3.6 Gejala klinis

Penderita diare kronik mempunyai gejala umum disamping gejala

khusus yang sesuai dengan penyakit penyebabnya. Gejala umum berupa

diare yang dapat berlangsung lama, berminggu-minggu atau berbulan-

bulan, baik secara menetap atau berulang, kadang-kadang bercampur darah,

lender, lemak dan berbuih, rasa sakit diperut, rasa kembung dan kadang-

kadang disertai demam.atau dapat disebutkan :

a. Konsistensi faeses cair dan frekwens defikasi semakin sering

b. Pada bayi, cengeng dan gelisah

c. Demam

d. Kram abdomen, tenesmus

e. Membrane mucosa kering

f. Berat badan menurun

g. Malaise (Mansjoer, 2002)

7. Pengobatan Diare

Penyebab diare akut/diare mendadak tersering adalah virus, maka

tidak ada pengobatan yang dapat menyembuhkan, karena biasanya akan

sembuh dengan sendirinya setelah beberapa hari. Maka pengobatan diare ini

ditujukan untuk mengobati gejala yang ada dan mencegah terjadinya

dehidrAir Susu Ibu atau kurang cairan.

Yang terpenting diperhatikan pada kasus diare mendadak ini adalah:

a. Menghentikan diare virus dengan obat bukanlah jalan terbaik. Tetapi

jangan menjadi bingung bila diare tetap ada sampai beberapa hari.

Page 21: PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …repository.utu.ac.id/438/1/BAB I_V (2).pdf · kemukiman yang sehat. Hal tersebut dapat dicapai melalui perilaku masyarakat Indonesia

20

Karena biasanya berlangsung beberapa hari dan sembuh, tergantung dari

keadaan kesehatan anak dan banyaknya cairan yang masuk.

b. Pengatasan diare adalah dengan memperhatikan adanya tanda-tanda

dehidrasi

c. Penanganan yang terbaik adalah tetap memberikan makanan dan minum

(Air Susu Ibu) seperti biasa. Bila sudah disertai muntah, untuk

pengantian cairan anda dapat memberikan pedialyte (oralit untuk anak-

anak dengan beberapa rasa).

d. Kurangi makanan yang mengandung terlalu banyak gula. Ingat memang

tidak mudah memberikan anak cairan yang agak terasa Air Susu Ibu ini,

bahkan beberapa anak akan menolaknya. Tapi bersabarlah dan tetap

berusaha mencari jalan supaya anak dapat meminum cairan ini.

e. Dan yang paling terpenting adalah Membuat anak kembali kemakanan

padatnya (dan/atau susu formulanya/Air Susu Ibu) karena ini adalah

yang terbaik untuk mengobati diarenya. Karena sel-sel usus yang

dirusak oleh virus memerlukan nutrisi untuk pembentukan kembali.

Penelitian menyatakan bahwa pemberian makanan seperti biasanya

akan memperpendek masa waktu gejala dari diare ini.

8. Pencegahan Diare untuk seluruh anggota keluarga

a. Teruskan Pemberian Air Susu Ibu (ASI)

b. Perhatikan kebersihan dan gizi yang seimbang untuk pemberian

makanan pendamping Air Susu Ibu setelah bayi berusia 4 bulan.

c. Karena penularan kontak langsung dari tinja melalui tangan/serangga,

maka menjaga kebersihan dengan menjadikan kebiasaan mencuci tangan

Page 22: PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …repository.utu.ac.id/438/1/BAB I_V (2).pdf · kemukiman yang sehat. Hal tersebut dapat dicapai melalui perilaku masyarakat Indonesia

21

untuk seluruh anggota keluarga. Cucilah tangan sebelum makan atau

menyediakan makanan untuk sikecil.

Segera bawa ke Rumah Sakit, bila:

- Diare disertai Darah perlu pengobatan spesifik dengan antibiotika.

- Adanya tanda-tanda dehidrasi (tidak ada air mata ketika menangis,

kencing berkurang atau tidak ada kencing dalam 6-8 jam, mulut

kering)

- Adanya panas tinggi (38.5 0C) yang tidak turun dalam 2 hari.

- Muntah terus menerus - tidak dapat masuk makanan /Air Susu Ibu.

- Adanya sakit perut kolik pada bayi akan menangis kuat dan biasanya

menekuk kaki, keringatan dan gelisah.

- Ingat untuk menjaga kebersihan dari makanan atau minuman yang kita

makan. Juga kebersihan perabotan makan ataupun alat bermain si

kecil.

9. Pencegahan diare untuk Balita

Tujuan pencegahan adalah untuk tercapainya penurunan angka

kesakitan, terutama pada balita. Upaya kegiatan pencegahan diare, dari hal

penelitian terakhir menunjukkan bahwa cara pencegahan yang benar dan

efektif yang dapat dilakukan yakni dengan memberikan Air Susu Ibu,

memperbaiki makanan pendamping Air Susu Ibu. Menggunakan air bersih

yang cukup. Mencuci tangan sebelum beraktivitas. Menggunakan jamban,

membuang tinja bayi yang benar, memberikan imunisasi campak.

a. Pemberian Air Susu Ibu adalah makanan paling baik untuk bayi.

Komponen zat makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan

Page 23: PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …repository.utu.ac.id/438/1/BAB I_V (2).pdf · kemukiman yang sehat. Hal tersebut dapat dicapai melalui perilaku masyarakat Indonesia

22

seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi. Air Susu

Ibu saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai umut 4-6

bulan. Tidak ada makanan lain yang dibutuhkan selama masa ini.

b. Air Susu Ibu steril, berbeda dengan sumber susu lain seperti susu

formula atau cairan lain disiapkan dengan air atau bahan-bahan yang

terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian Air Susu Ibu saja,

tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa menggunakan botol

menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan organisme lain yang akan

menyebabkan diare. Keadaan seperti ini disebut disusui secara penuh.

c. Bayi harus disusui secara penuh sampai mereka berumur 4-6 bulan.

Setelah 6 bulan dari kehidupannya, pemberian air susu ibu harus

diteruskan sambil ditambahkan dengan makanan lain (proses

menyapih).

d. Air Susu Ibu mempunyai khasiat buat preventif secara imunologik

dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. Air Susu

Ibu turut memberikan perlindungan terhadap diare. Pada bayi yang

baru lahir, pemberian Air Susu Ibu secara penuh mempunyai daya

lindung 4 lebih besar terhadap diare daripada pemberian Air Susu Ibu

yang disertai dengan susu botol. Flora usus pada bayi-bayi yang

disusui mencegah tubuhnya bakteri penyebab diare.

e. Pada bayi yang tidak diberi Air Susu Ibu secara penuh, pada 6 bulan

pertama kehidupan risiko mendapat diare adalah 30 kali lebih besar.

Pemberian susu formula merupakan cara lain dari menyusui.

Page 24: PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …repository.utu.ac.id/438/1/BAB I_V (2).pdf · kemukiman yang sehat. Hal tersebut dapat dicapai melalui perilaku masyarakat Indonesia

23

Penggunaan botol untuk susu formula biasanya menyebabkan risiko

tinggi terkena diare sehingga mengakibatkan terjadinya gizi buruk.

f. Makanan pendamping Air Susu Ibu. Pemberian makanan pendamping

Air Susu Ibu adalah saat bayi secara bertahap mulai dibiasakan dengan

makanan orang dewasa. Pada masa tesebut merupakan masa yang

berbahaya bagi bayi sebab perilaku pemberian makanan pendamping

Air Susu Ibu dapat menyebabkan meningkatkan resiko terjadinya diare

ataupun penyakit lain yang menyebabkan kematian.

g. Perilaku pemberian makanan pendamping Air Susu Ibu yang baik

meliputi perhatian terhadap kapan, apa dan bagaimana (Suprajitno,

2004).

Page 25: PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …repository.utu.ac.id/438/1/BAB I_V (2).pdf · kemukiman yang sehat. Hal tersebut dapat dicapai melalui perilaku masyarakat Indonesia

24

2.4 Kerangka Teori

Kerangka teori penelitian ini mengacu pada konsep keperawatan dan teori

yang di kemukakan oleh Bailon & Maglaya, (1996) dalam Friedman (2004)

tentang tugas kesehatan keluarga.

Kemampuan mengenal masalah

kesehatan

Pencegahan Diare

Kemampuan membuat keputusan tindakan

kesehatan yang tepat.

Kemampuan memberi perawatan pada

anggota keluarga yang sakit

Kemampuan mempertahankan

suasana lingkungan rumah yang sehat

Kemampuan

menggunakan fasilitas

kesehatan yang ada di masyarakat

Makanan Pendamping

yang sesuai

Minum air bersih

Cuci tangan sebelum makan

Buang air besar di jamban

Pemberian Asi

Gambar. 3.1. Kerangka Teori

Page 26: PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …repository.utu.ac.id/438/1/BAB I_V (2).pdf · kemukiman yang sehat. Hal tersebut dapat dicapai melalui perilaku masyarakat Indonesia

25

2.5 Kerangka Konsep

Sedangkan konsep upaya pencegahan diare diadopsi dari konsep

(Mansjoer, 2002). Untuk gambaran yang lebih jelasnya dapat dilihat pada

skema sistematis di bawah ini ;

Pencegahan Diare

Variabel Independen Variabel Dependen

Kemampuan mengenal masalah kesehatan

Kemampuan membuat keputusan tindakan kesehatan

yang tepat.

Kemampuan memberi perawatan pada anggota

keluarga yang sakit

Gambar. 3.2. Kerangka konsep

Kemampuan mempertahankan suasana

lingkungan rumah yang sehat

Kemampuan menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di

masyarakat

Page 27: PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …repository.utu.ac.id/438/1/BAB I_V (2).pdf · kemukiman yang sehat. Hal tersebut dapat dicapai melalui perilaku masyarakat Indonesia

26

2.6 Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan yang antara kemampuan mengenal masalah kesehatan

dengan pencegahan diare.

2. Ada hubungan yang antara kemampuan membuat keputusan kesehatan

yang tepat dengan pencegahan diare.

3. Ada hubungan yang antara kemampuan memberikan perawatan kepada

anggota keluarga dengan pencegahan diare.

4. Ada hubungan yang antara kemampuan mempertahankan suasana rumah

yang sehat dengan pencegahan diare.

5. Ada hubungan yang antara kemampuan menggunakan fasilitas kesehatan

yang ada di masyarakat dengan pencegahan diare.

Page 28: PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …repository.utu.ac.id/438/1/BAB I_V (2).pdf · kemukiman yang sehat. Hal tersebut dapat dicapai melalui perilaku masyarakat Indonesia

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan yaitu Analitik dengan pendekatan cross

sectional yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan untuk membuat gambaran

atau untuk mendeskripsikan tentang suatu keadaan secara objektif di masa sekarang

(Notoatmodjo, 2008).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Wilayah kerja Puskesmas Simpang Jaya

Kecamatan Tadu Raya Kabupaten Nagan Raya.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada tanggal 4 april sampai dengan 11 april tahun 2013

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Kepala Keluarga yang ada dalam

wilayah kerja Puskesmas Simpang Jaya sebanyak 3.674 KK dari 22 desa.

27

Page 29: PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …repository.utu.ac.id/438/1/BAB I_V (2).pdf · kemukiman yang sehat. Hal tersebut dapat dicapai melalui perilaku masyarakat Indonesia

28

3.3.2 Sampel

Penentuan besar sampel dalam penelitian ini didasarkan pada rumus Slovin

sebagai berikut:

RUMUS SLOVIN n = ___N___ 1 + N (d ) ²

n = Jumlah Sampel

N = Jumlah populasi

d² = Presisi ( diambil 10% = 0,1 )

Berdasarkan rumus Slovin diatas maka jumlah sampel yang diambil adalah sebagai berikut:

3.674

n = ___________ 1+ 3.674. (0,1) ²

3.674 n = _____________ = 97

1+ 3.674 . (0,01) Jumlah sampel 97.

Pengambilan sampel ini dilakukan secara random sampling. Karena jumlah

desanya 22, maka ada 21 desa yang sampelnya 4 orang, serta 1 desa dengan sampel 5

orang.

Page 30: PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …repository.utu.ac.id/438/1/BAB I_V (2).pdf · kemukiman yang sehat. Hal tersebut dapat dicapai melalui perilaku masyarakat Indonesia

29

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan

kuesioner, untuk mencari informasi dari responden tentang kesehatan keluarga

dalam wilayah kerja Puskesmas Simpang Jaya Kecamatan Tadu Raya

Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013.

3.4.2 Data sekunder

Data sekunder yaitu data pendukung yang dibutuhkan peneliti yang

berupa data Gambaran Umum, Lokasi penelitian, dan laporan tahunan Jumlah

pasien pasien diare.

3.5 Definisi Operacional

No Variabel Keterangan

Variabel Independen

1 Kemampuan

mengenal masalah kesehatan

Definisi

Cara ukur Alat Ukur

Hasil Ukur

Hasil ukur

Kecakapan keluarga untuk

mengetahui permasalahan kesehatan yang timbul dalam

keluarganya. Wawancara Kuesioner

1. Baik 2. Kurang

Ordinal

2 Kemampuan keluarga membuat keputusan

Definisi

Cara ukur Alat Ukur

Hasil Ukur Skala ukur

Tindakan yang di ambil apabila terjadi kasus diare pada anggota keluarganya.

Wawancara Kuesioner

1. Baik 2. Kurang Ordinal

Page 31: PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …repository.utu.ac.id/438/1/BAB I_V (2).pdf · kemukiman yang sehat. Hal tersebut dapat dicapai melalui perilaku masyarakat Indonesia

30

3. Kemampuan memberi perawatan

pada anggota keluarga yang sakit

Definisi

Cara ukur

Alat Ukur Hasil Ukur

Skala ukur

Kesigapan dan reaksi keluarga dalam mengatasi permasalahan

kesehatan keluarganya. Wawancara

Kuesioner 1. Baik 2. Kurang

Ordinal

4. Kemampuan mempertahankan

suasana lingkungan rumah yang sehat

Definisi

Cara ukur Alat Ukur

Hasil Ukur Skala ukur

Keadaan tempat tinggal keluarga yang bersih dan asri

Wawancara Kuesioner

1. Baik 2. Kurang Ordinal

5.

Kemampuan

menggunakan fasilitas kesehatan

Definisi

Cara ukur Alat Ukur Hasil Ukur

Skala ukur

Tindakan keluarga yang selalu

memanfaatkan tempat pelayanan kesehatan terdekat.

Wawancara Kuesioner 1. Baik

2. Kurang Ordinal

Variabel Dependen

6 Upaya pencegahan diare ditinjau dari

tugas kesehatan keluarga

Definisi

Cara ukur Alat Ukur

Hasil Ukur

Skala ukur

Usaha atau tindakan keluarga dalam mencegah anggota

keluarganya terkena penyakit diare Wawancara Kuesioner

1. Baik 2. Kurang

Ordinal

3.6 Aspek Pengukuran

Pada penelitian ini digunakan kuesioner yang meliputi pertanyaan tertulis yang

digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam laporan tentang

Page 32: PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …repository.utu.ac.id/438/1/BAB I_V (2).pdf · kemukiman yang sehat. Hal tersebut dapat dicapai melalui perilaku masyarakat Indonesia

31

pribadinya atau hal-hal yang diketahui. Alat yang digunakan adalah lembar

kuesioner.

Adapun penjelasan dari hasil ukur pada definisi operasional adalah sebagai berikut:

1. Kemampuan Mengenal Masalah Kesehatan:

Untuk kepentingan analisis skala dikatagorikan menjadi:

1. Baik = Apabila nilai skor > 11

2. Kurang = Apabila nilai skor ≤ 11

(sumber : Guttman 2005)

2. Kemampuan Membuat Keputusan Kesehatan Yang Tepat

Untuk kepentingan analisis skala dikatagorikan menjadi:

1. Baik = Apabila nilai skor > 11

2. Kurang = Apabila nilai skor ≤ 11

(sumber : Guttman 2005)

3. Kemampuan Memberikan Perawatan Kepada Anggota Keluarga

Untuk kepentingan analisis skala dikategorikan menjadi:

1. Baik = Apabila nilai skor > 11

2. Kurang = Apabila nilai skor ≤ 11

(sumber : Guttman 2005)

4. Kemampuan Mempertahankan Suasana Rumah Yang Sehat

Untuk kepentingan analisis skala dikategorikan menjadi:

1. Baik = Apabila nilai skor > 11

2. Kurang = Apabila nilai skor ≤ 11

(sumber : Guttman 2005)

Page 33: PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …repository.utu.ac.id/438/1/BAB I_V (2).pdf · kemukiman yang sehat. Hal tersebut dapat dicapai melalui perilaku masyarakat Indonesia

32

5. Kemampuan Menggunakan Fasilitas Kesehatan Yang Ada Di Masyarakat

Untuk keperluan analisis skala dikategorikan menjadi :

1. Baik = Apabila nilai skor > 11

2. Kurang = Apabila nilai skor ≤ 11

(sumber : Guttman 2005)

6. Pencegahan Diare

Untuk keperluan analisis skala dikategorikan menjadi :

1. Baik = Apabila nilai skor > 11

2. Kurang = Apabila nilai skor ≤ 11

(sumber : Guttman 2005)

3.7 Pengolahan Data

Data yang telah dikumpul diolah secara manual, dengan langkah sebagai berikut :

1. Editing adalah pemeriksaan atau pengecekan kelengkapan data melalui

kuesioner yang telah dikumpulkan.

2. Coding adalah proses untuk memberikan kode pada jawaban-jawaban

responden dan atau ukuran-ukuran yang diperoleh dari unit analisis sesuai

dengan rancangan awalnya.

3. Scoring adalah pemberian skor dimana setiap jawaban yang benar diberi skor

2 dan yang salah skor 1, hasil jawaban responden yang telah diberikan

pembobotan dijumlahkan dan dibandingkan dengan jumlah skor kemudian

dipresentasikan dengan jumlah dikali 100%. Kuesioner atau angket yang

Page 34: PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …repository.utu.ac.id/438/1/BAB I_V (2).pdf · kemukiman yang sehat. Hal tersebut dapat dicapai melalui perilaku masyarakat Indonesia

33

digunakan dalam penelitian ini menggunakan pertanyan tertutup dengan

alternative yang telah ditentukan.

4. Tabulating adalah menyajikan data dalam bentuk tabel.

3.8 Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

perhitungan statistic sederhana yaitu persentase atau proporsi. (Eko Budiarto, 2001).

Analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis dengan menentukan

hubungan variabel independen dengan variabel dependen melalui uji chi square (x²)..

Pengolahan data akan dilakukan dengan bantuan komputerisasi. Untuk memperoleh

jawaban apakan dua variabel saling berhubungan atau tidak.

Adapun ketentuan SPSS adalah sebagai berikut:

1. Pada tabel 2x2 nilai yang di ambil adalah pearson chi-square pada kolom

Asimp sig 2 side.

2. Bila tabel lebih dari 2x2 nilai yang di ambil adalah pearson chi-square

pada kolom Exact sig 2 side.

3. HO gagal ditolak jika p value > ά, artinya tidak ada hubungan antara

variabel independent dengan variabel dependen.

4. HO di tolak = jika p value < ά, artinya ada hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen.

Page 35: PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …repository.utu.ac.id/438/1/BAB I_V (2).pdf · kemukiman yang sehat. Hal tersebut dapat dicapai melalui perilaku masyarakat Indonesia

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dari tanggal 27 Maret s/d 05

April Tahun 2013 di Wilayah kerja Puskesmas Simpang Jaya Kecamatan Tadu

Raya Kabupaten Nagan Raya terhadap 97 orang Responden didapatkan hasil

sebagai berikut.

4.1. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan data responden dan

variabel penelitian secara tunggal. Variabel penelitian terdiri dari kemampuan

mengenal masalah kesehatan, kemampuan keluarga membuat keputusan,

kemampuan memberi perawatan pada keluarga yang sakit, kemampuan

mempertahankan suasana rumah yang sehat, kemampuan menggunakan fasilitas

kesehatan dan upaya pencegahan diare di tinjau dari tugas kesehatan keluarga.

4.1.1. Variabel Penelitian

Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan kemampuan mengenal

masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Simpang Jaya

Kecamatan Tadu Raya Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013.

No Kemampuan Mengenal

Masalah Kesehatan

Frekuensi %

1 Baik 62 63,9

2 Kurang 35 36,1

Jumlah 97 100

Sumber : Data Primer Diolah 2013

34

Page 36: PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …repository.utu.ac.id/438/1/BAB I_V (2).pdf · kemukiman yang sehat. Hal tersebut dapat dicapai melalui perilaku masyarakat Indonesia

35

Berdasarkan Tabel 4.1 diatas terlihat bahwa kebanyakan dari responden

mempunyai kemampuan mengenal masalah kesehatan yang baik, yaitu sebanyak

62 orang (63,9%), selebihnya berkategori kurang sebanyak 35orang (36,1%).

Tabel 4.2 Distribusi responden berdasarkan kemampuan keluarga

membuat keputusan di wilayah kerja Puskesmas Simpang

Jaya Kecamatan Tadu Raya Kabupaten Nagan Raya Tahun

2013.

No Kemampuan keluarga

membuat keputusan yang

tepat

Frekuensi %

1 Baik 60 61,9

2 Kurang 37 38,1

Jumlah 97 100

Sumber : Data Primer Diolah 2013

Berdasarkan Tabel 4.2 diatas terlihat bahwa kebanyakan dari responden

mempunyai kemampuan yang baik dalam membuat keputusan yaitu sebanyak 60

orang (61,9%), selebihnya mempunyai kemampuan yang kurang sebanyak 37

orang (38,1%).

Tabel 4.3. Distribusi responden berdasarkan kemampuan memberi

perawatan pada anggota keluarga yang sakit di wilayah kerja

Puskesmas Simpang Jaya Kecamatan Tadu Raya Kabupaten

Nagan Raya Tahun 2013.

No Kemampuan memberi

perawatan pada anggota

keluarga yang sakit

Frekuensi %

1 Baik 56 57,7

2 Kurang 41 42,3

Jumlah 97 100

Sumber : Data Primer Diolah 2013

Page 37: PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …repository.utu.ac.id/438/1/BAB I_V (2).pdf · kemukiman yang sehat. Hal tersebut dapat dicapai melalui perilaku masyarakat Indonesia

36

Berdasarkan Tabel 4.3 diatas terlihat bahwa kebanyakan dari responden

mempunyai kemampuan yang baik dalam memberikan perawatan pada anggota

keluarga yang sakit yaitu sebanyak 56 orang (57,7%), .selebihnya mempunyai

kemampuan yang kurang sebanyak 41 orang (42,3%).

Tabel 4.4. Distribusi responden berdasarkan kemampuan

mempertahankan suasana rumah yang sehat di wilayah kerja

Puskesmas Simpang Jaya Kecamatan Tadu Raya Kabupaten

Nagan Raya Tahun 2013.

No Kemampuan

mempertahankan suasana

rumah yang sehat

Frekuensi %

1 Baik 70 72,2

2 Kurang 27 27,8

Jumlah 97 100

Sumber : Data Primer Diolah 2013

Berdasarkan Tabel 4.4 diatas terlihat bahwa kebanyakan dari responden

mempunyai kemampuan yang baik dalam mempertahankan suasana rumah yang

sehat yaitu sebanyak 70 orang (72,2%), selebihnya mempunyai kemampuan yang

kurang sebanyak 27 orang (27,8%).

Tabel 4.5. Distribusi responden berdasarkan kemampuan menggunakan

fasilitas kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Simpang Jaya

Kecamatan Tadu Raya Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013.

No Kemampuan Menggunakan

Fasilitas Kesehatan

Frekuensi %

1 Baik 77 79,4

2 Kurang 20 20,6

Jumlah 97 100

Sumber : Data Primer Diolah 2013

Page 38: PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …repository.utu.ac.id/438/1/BAB I_V (2).pdf · kemukiman yang sehat. Hal tersebut dapat dicapai melalui perilaku masyarakat Indonesia

37

Berdasarkan Tabel 4.5 diatas terlihat bahwa kebanyakan dari responden

mempunyai kemampuan yang baik dalam menggunakan fasilitas kesehatan yaitu

sebanyak 77 orang (79,4%), selebihnya mempunyai kemampuan yang kurang

sebanyak 20 orang (20,6%).

Tabel 4.6. Distribusi responden berdasarkan upaya pencegahan diare di

tinjau dari tugas kesehatan keluarga di wilayah kerja

Puskesmas Simpang Jaya Kecamatan Tadu Raya Kabupaten

Nagan Raya Tahun 2013.

No Upaya Pencegahan Diare Di

Tinjau Dari Tugas Kesehatan

Keluarga

Frekuensi %

1 Baik 75 77,3

2 Kurang 22 22,7

Jumlah 97 100

Sumber : Data Primer Diolah 2013

Berdasarkan Tabel 4.6 diatas terlihat bahwa kebanyakan dari responden

mempunyai kemampuan yang baik dalam upaya pencegahan diare yaitu sebanyak

75 orang (77,3%), selebihnya mempunyai kemampuan yang kurang yaitu

sebanyak 22 orang (22,7%).

4.2. Analisis Bivariat

Analisis Bivariat menggunakan uji Chi Square χ² terhadap significansi

0,05 yaitu melihat variabel kemampuan mengenal masalah kesehatan,

kemampuan keluarga membuat keputusan, kemampuan memberi perawatan pada

keluarga yang sakit, kemampuan mempertahankan suasana rumah yang sehat,

kemampuan menggunakan fasilitas kesehatan dengan upaya pencegahan diare di

tinjau dari tugas kesehatan keluarga.

Page 39: PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …repository.utu.ac.id/438/1/BAB I_V (2).pdf · kemukiman yang sehat. Hal tersebut dapat dicapai melalui perilaku masyarakat Indonesia

38

4.2.1 Kemampuan mengenal masalah kesehatan

Tabel 4.7 Hubungan antara kemampuan mengenal masalah kesehatan

dengan upaya pencegahan diare di tinjau dari tugas kesehatan

keluarga di wilayah kerja Puskesmas Simpang Jaya Kecamatan

Tadu Raya Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013.

Kemampuan Mengenal Masalah Kesehatan

Upaya Pencegahan Diare Di Tinjau

Dari Tugas Kesehatan Keluarga

Total

Baik Kurang

n % N % F %

Baik 48 77,4 14 22,6 62 100%

Kurang 27 77,1 8 7,9 35 100%

Jumlah 75 77,3 22 22,7 97 100%

df= 1,ά = 0,05 < p value (1,000). OR (1,016)

Tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa dari 97 responden yang di

wawancarai, 48 orang (77,4%) mempunyai kemampuan mengenal masalah

kesehatan serta melakukan pencegahan diare dalam rumah tangga dengan baik

dan 14 orang (22,6%) dengan kemampuan mengenal masalah kesehatan secara

baik tapi kurang dalam melakukan pencegahan diare dalam rumah tangga. Pada

responden yang mempunyai kemampuan yang kurang dalam mengenal masalah

kesehatan serta melakukan upaya pencegahan diare dengan baik sebanyak 75

orang (77,1%) serta 22 orang (22,7%) dengan kemampuan pencegahan diare yang

kurang.

Dari hasil perhitungan Chi Square pada derajat kemaknaan 95 % (ά=0,05)

diketahui bahwa nilai p value adalah 1,000(> alfa). Oleh karena itu Ho gagal di

tolak sehingga tidak ada hubungan antara kemampuan mengenal masalah

kesehatan dengan upaya pencegahan diare di tinjau dari tugas kesehatan keluarga.

Page 40: PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …repository.utu.ac.id/438/1/BAB I_V (2).pdf · kemukiman yang sehat. Hal tersebut dapat dicapai melalui perilaku masyarakat Indonesia

39

Nilai odds rasio dalam penelitian ini adalah 1,016. yang berarti responden

yang mengenal masalah kesehatan dalam rumah tangga mempunyai kemampuan

1,016 lebih baik dalam melakukan pencegahan diare.

4.2.2 Kemampuan keluarga membuat keputusan

Tabel 4.8 Hubungan antara Kemampuan keluarga membuat keputusan

dengan upaya pencegahan diare di tinjau dari tugas kesehatan

keluarga di wilayah kerja Puskesmas Simpang Jaya Kecamatan

Tadu Raya Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013.

Kemampuan Keluarga Membuat Keputusan

Upaya Pencegahan Diare Di Tinjau Dari Tugas Kesehatan Keluarga

Total

Baik Kurang

n % N % F %

Baik 51 85,0 9 15,0 60 100%

Kurang 24 64,9 13 35,1 37 100%

Jumlah 75 77,3 22 22,7 97 100%

df= 1,ά = 0,05 > p value (0,040). OR (3,069)

Tabel 4.8 di atas menunjukkan bahwa dari 97 responden yang di

wawancarai, 51orang (85,0%) mempunyai kemampuan membuat keputusan serta

melakukan pencegahan diare dalam rumah tangga dengan baik dan 24 orang

(64,9%) dengan kemampuan yang baik dalam membuat keputusan tapi kurang

dalam melakukan pencegahan diare dalam rumah tangga. Pada responden yang

mempunyai kemampuan yang kurang dalam mengenal membuat keputusan serta

melakukan upaya pencegahan diare dengan baik sebanyak 24 orang (77,3%) serta

13 orang (35,1%) dengan kemampuan pencegahan diare yang kurang.

Dari hasil perhitungan Chi Square pada derajat kemaknaan 95 % (ά=0,05)

diketahui bahwa nilai p value adalah 0,040 (< alfa). Oleh karena itu Ho gagal

Page 41: PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …repository.utu.ac.id/438/1/BAB I_V (2).pdf · kemukiman yang sehat. Hal tersebut dapat dicapai melalui perilaku masyarakat Indonesia

40

sehingga ada hubungan antara kemampuan membuat keputusan dengan upaya

pencegahan diare di tinjau dari tugas kesehatan keluarga.

Nilai odds rasio dalam penelitian ini adalah 3,069 yang berarti responden

yang bisa membuat keputusan mempunyai kemampuan lebih baik 3,069 dalam

melakukan pencegahan diare.

4.2.3 Kemampuan memberi perawatan pada keluarga yang sakit

Tabel 4.9 Hubungan antara Kemampuan memberi perawatan pada

keluarga yang sakit dengan upaya pencegahan diare di tinjau

dari tugas kesehatan keluarga di wilayah kerja Puskesmas

Simpang Jaya Kecamatan Tadu Raya Kabupaten Nagan Raya

Tahun 2013.

Kemampuan Memberi Perawatan pada

Keluarga yang Sakit

Upaya Pencegahan Diare Di Tinjau Dari Tugas Kesehatan Keluarga

Total

Baik Kurang

n % N % F %

Baik 42 75,0 14 25,0 56 100%

Kurang 33 80,5 8 19,5 41 100%

Jumlah 75 77,3 22 22,7 97 100%

df= 1,ά = 0,05 < p value (0,695). OR (0,727)

Tabel 4.9 di atas menunjukkan bahwa dari 97 responden yang di

wawancarai, 42 orang (75,0%) mempunyai kemampuan memberi perawatan pada

anggota keluarga yang sakit serta melakukan pencegahan diare dalam rumah

tangga dengan baik dan 14 orang (25,0%) dengan kemampuan yang baik tapi

kurang dalam melakukan pencegahan diare dalam rumah tangga. Pada responden

yang mempunyai kemampuan yang kurang dalam mengenal masalah kesehatan

serta melakukan upaya pencegahan diare dengan baik sebanyak 33 orang (80,5%)

serta 8 orang (19,5%) dengan kemampuan pencegahan diare yang kurang.

Dari hasil perhitungan Chi Square pada derajat kemaknaan 95 % (ά=0,05)

diketahui bahwa nilai p value adalah 0,695 (> alfa). Oleh karena itu Ho gagal di

Page 42: PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …repository.utu.ac.id/438/1/BAB I_V (2).pdf · kemukiman yang sehat. Hal tersebut dapat dicapai melalui perilaku masyarakat Indonesia

41

tolak sehingga tidak ada hubungan antara kemampuan memberi perawatan pada

anggota keluarga yang sakit dengan upaya pencegahan diare di tinjau dari tugas

kesehatan keluarga.

Nilai odds rasio dalam penelitian ini adalah 0,727 yang berarti responden

yang mampu memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit mempunyai

kemampuan 0,727 lebih baik dalam melakukan pencegahan diare.

4.2.4 Kemampuan mempertahankan suasana rumah yang sehat

Tabel 4.10 Hubungan antara Kemampuan mempertahankan suasana

rumah yang sehat dengan upaya pencegahan diare di tinjau dari

tugas kesehatan keluarga di wilayah kerja Puskesmas Simpang

Jaya Kecamatan Tadu Raya Kabupaten Nagan Raya Tahun

2013.

Kemampuan

Mempertahankan Suasana Rumah Yang

Sehat

Upaya Pencegahan Diare Di Tinjau

Dari Tugas Kesehatan Keluarga

Total

Baik Kurang

n % N % F %

Baik 59 84,3 11 15,7 70 100%

Kurang 16 59,3 11 40,7 27 100%

Jumlah 75 77,3 22 22,7 97 100%

df= 1,ά = 0,05 > p value (0,018). OR (3,688)

Tabel 4.10 di atas menunjukkan bahwa dari 97 responden yang di

wawancarai, 59 orang (84,3%) mempunyai kemampuan mempertahankan suasana

rumah yang sehat serta melakukan pencegahan diare dalam rumah tangga dengan

baik dan 11 orang (15,7%) dengan kemampuan mempertahankan suasana rumah

yang sehat tapi kurang dalam melakukan pencegahan diare dalam rumah tangga.

Pada responden yang mempunyai kemampuan yang kurang dalam

mempertahankan suasana rumah yang sehat serta melakukan upaya pencegahan

Page 43: PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …repository.utu.ac.id/438/1/BAB I_V (2).pdf · kemukiman yang sehat. Hal tersebut dapat dicapai melalui perilaku masyarakat Indonesia

42

diare dengan baik sebanyak 16 orang (59,3%) serta 11 orang (40,7%) dengan

kemampuan pencegahan diare yang kurang.

Dari hasil perhitungan Chi Square pada derajat kemaknaan 95 % (ά=0,05)

diketahui bahwa nilai p value adalah 0,018 (< alfa). Oleh karena itu Ho gagal

sehingga ada hubungan antara kemampuan mempertahankan suasana rumah yang

sehat dengan upaya pencegahan diare di tinjau dari tugas kesehatan keluarga.

Nilai odds rasio dalam penelitian ini adalah 3,688. yang berarti responden

yang mampu membertahankan suasana rumah yang sehat mempunyai

kemampuan 3,688 lebih baik dalam melakukan pencegahan diare.

4.2.5 Kemampuan menggunakan fasilitas kesehatan

Tabel 4.11 Hubungan antara Kemampuan menggunakan fasilitas kesehatan

dengan upaya pencegahan diare di tinjau dari tugas kesehatan

keluarga di wilayah kerja Puskesmas Simpang Jaya Kecamatan

Tadu Raya Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013.

Kemampuan Menggunakan Fasilitas

Kesehatan

Upaya Pencegahan Diare Di Tinjau

Dari Tugas Kesehatan Keluarga

Total

Baik Kurang OR

n % N % F %

Baik 64 83,1 13 16,9 77 100%

Kurang 11 55,0 9 45,0 20 100%

Jumlah 75 77,3 22 22,7 97 100%

df= 1,ά = 0,05 > p value (0,014) OR (4,028)

Tabel 4.11 menunjukkan bahwa dari 97 responden yang di wawancarai, 17

orang (77,3%) mempunyai kemampuan menggunakan fasilitas kesehatan serta

melakukan pencegahan diare dalam rumah tangga dengan baik dan 5 orang

(22,7%) dengan kemampuan yang baik dalam menggunakan fasilitas kesehatan

tapi kurang dalam melakukan pencegahan diare dalam rumah tangga. Pada

responden yang mempunyai kemampuan yang kurang dalam menggunakan

Page 44: PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …repository.utu.ac.id/438/1/BAB I_V (2).pdf · kemukiman yang sehat. Hal tersebut dapat dicapai melalui perilaku masyarakat Indonesia

43

fasilitas kesehatan serta melakukan upaya pencegahan diare dengan baik sebanyak

5 orang (6,7%) serta 70 orang (93,3%) dengan kemampuan pencegahan diare

yang kurang.

Dari hasil perhitungan Chi Square pada derajat kemaknaan 95 % (ά=0,05)

diketahui bahwa nilai p value adalah 0,014 (< alfa). Oleh karena itu Ho gagal

sehingga ada hubungan antara kemampuan menggunakan fasilitas kesehatan

dengan upaya pencegahan diare di tinjau dari tugas kesehatan keluarga.

Nilai odds rasio dalam penelitian ini adalah 4,028. yang berarti responden

yang mampu menggunakan fasilitas kesehatan mempunyai kemampuan 4,028

lebih baik dalam melakukan pencegahan diare.

4.3. Pembahasan

4.3.1 Kemampuan mengenal masalah kesehatan

Mengenal masalah kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak

boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak berarti dan karena

kesehatanlah seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Orang tua

perlu mengenal keadaan sehat dan perubahan-perubahan yang dialami anggota

keluarganya. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara

tidak langsung akan menjadi perhatian dari orang tua atau pengambil keputusan

dalam keluarga (Suprajitno, 2004).

Mengenal menurut Notoadmojo (2003) diartikan sebagai pengingat

sesuatu yang sudah dipelajari atau diketahui sebelumnya. Sesuatu tersebut adalah

sesuatu yang spesifikdari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang

Page 45: PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …repository.utu.ac.id/438/1/BAB I_V (2).pdf · kemukiman yang sehat. Hal tersebut dapat dicapai melalui perilaku masyarakat Indonesia

44

telah diterima. Dalam mengenal masalah kesehatan keluarga haruslah mampu

mengetahui tentang sakit yang dialami pasien

Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan sejak tanggal 27

Maret sampai dengan 5 April Tahun 2013. Terhadap 97 Responden Dari 22 Desa

diwilayah Kerja Puskesmas Simpang Jaya Kecamatan Tadu Raya Kabupaten

Nagan Raya Tahun 2013. Didapatkan Hasil bahwa manyoritas responden

memiliki” kemampuan mengenal masalah kesehatan” terhadap pencegahan diare

dalam keluarga masih sudah lumanyan baik yaitu sebanyak 62 orang (63,9%),

selebihnya berkatagori kurang sebanyak 35 orang (36,1%).

Hal ini bearti bahwa pengenalan masalah kesehatan responden atau

keluarga terhadap upaya pencegahan diare sudah lumanyan baik,namun harus

ditingkatkan lagi, kerena masih ada yang kurang mampu dalam mengenal masalah

kesehatan terhadap pencegahan diare.

Dalam penelitian ini berdasarkan hasil pengujian secara statistik tidak di

temukan adanya hubungan antara kemampuan mengenal masalah kesehatan

dengan upaya pencegahan diare di tinjau dari tugas kesehatan keluarga. Hasil

penelitian ini sama seperti penelitian Taufiq di Desa Meunasah Lam Ujoeng

Kecamatan Krueng Barona Jaya Kabupaten Aceh Besar tahun 2010.

4.3.2 Kemampuan keluarga membuat keputusan

Berdasarkan pengamatan peneliti di wilayah kerja Puskesmas Simpang

Jaya Kecamatan Tadu Raya Kabupaten Nagan Raya, pengambilan keputusan

mayoritas di lakukan oleh kepala keluarga (ayah). Dimana kemampuan keluarga

dalam membuat keputusan yang tepat sudah lumanyan baik yaitu sebanyak 60

Page 46: PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …repository.utu.ac.id/438/1/BAB I_V (2).pdf · kemukiman yang sehat. Hal tersebut dapat dicapai melalui perilaku masyarakat Indonesia

45

responden (61,9%), selebih nya adalah 37 responden mempunyai kemampuan

kurang dalam membuat keputusan yang tepat. Namun harus ditingkatkan lagi

karena masih ada yang kurang mengenai kemempuan membuat keputusan yang

tepat dalam pencegahan diare. Dalam penelitian ini di temukan ada hubungan

yang bermakna antara kemampuan keluarga memberi keputusan yang tepat

dengan upaya pencegahan diare di tinjau dari tugas kesehatan keluarga.

Memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga Peran ini merupakan

upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan

keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai

keputusan untuk memutuskan tindakan yang tepat (Suprajitno,2004

Ini perlu mendapatkan perhatian khusus dari keluarga terutama dalam

upaya pencegahan diare dan ini juga menjadi masukan kepada petugas memberi

pelayanan kesehatan terutama yang bekerja diwilayah puskesmas simpang jaya

Kecamatan Tadu Raya Kabupaten Nagan Raya.agar memberikan informasi –

informasi kesehatan penting pada anggota keluarga yang pendidikan

rendah,menyangkut tentang upaya pencegahan diare dalam keluarga.

4.3.3 Kemampuan memberi perawatan pada keluarga yang sakit

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dari tanggal 27 Maret

sampai dengan 5 april Tahun 2013 mendapatkan hasil bahwa manyoritas

responden yang memiliki kemampuan yang sudah lumanyan baik dalam

memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit terhadap pencegahan

diare yaitu sebanyak 56 responden atau (61,9%),selebihnya memiliki kemampuan

yang kurang sebanyak 41 responden atau (38,1%). Namun harus ditingkatkan lagi

Page 47: PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …repository.utu.ac.id/438/1/BAB I_V (2).pdf · kemukiman yang sehat. Hal tersebut dapat dicapai melalui perilaku masyarakat Indonesia

46

karena masih ada yang kurang mengenai kemempuan membuat keputusan yang

tepat dalam pencegahan diare.

Beberapa keluarga akan membebaskan orang yang sakit dari peran atau

tangung jawabnya secara penuh, Pemberian perawatan secara fisik merupakan

beban paling berat yang dirasakan keluarga. Suprajitno (2004) menyatakan bahwa

keluarga memiliki keterbatasan dalam mengatasi masalah perawatan keluarga.

Dirumah keluarga memiliki kemampuan dalam melakukan pertolongan pertama.

Dalam penelitian ini di temukan tidak ada hubungan yang bermakna antara

kemampuan memberi perawatan pada keluarga yang sakit dengan upaya

pencegahan diare di tinjau dari tugas kesehatan keluarga.

Ini perlu mendapatkan perhatian khusus dari keluarga terutama dalam

upaya pencegahan diare dan ini juga menjadi masukan kepada petugas memberi

pelayanan kesehatan terutama yang bekerja diwilayah puskesmas simpang jaya

Kecamatan Tadu Raya Kabupaten Nagan Raya.agar memberikan informasi –

informasi kesehatan bagi keluarga yang memiliki pengetahuan rendah.

4.3.4 Kemampuan mempertahankan suasana rumah yang sehat

Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan sejak tanggal 27 Maret

sampai dengan 5 April Tahun 2013. Terhadap 97 Responden Dari 22 Desa

diwilayah Kerja Puskesmas Simpang Jaya Kecamatan Tadu Raya Kabupaten

Nagan Raya Tahun 2013. Didapatkan Hasil bahwa manyoritas responden

memiliki” kemampuan mempertahankan suasana rumah yang sehat” terhadap

pencegahan diare dalam keluarga sudah lumanyan cukup yaitu sebanyak 70 orang

responden (72,2%), selebihnya berkatagori kurang sebanyak 27 orang responden

(27,8%).

Page 48: PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …repository.utu.ac.id/438/1/BAB I_V (2).pdf · kemukiman yang sehat. Hal tersebut dapat dicapai melalui perilaku masyarakat Indonesia

47

Hal ini bearti bahwa kemampuan responden atau keluarga dalam

mempertahankan suasana rumah yang sehat terhadap upaya pencegahan diare

sudah lumanyan baik, Namun harus ditingkatkan lagi karena masih ada yang

kurang mengenai kemempuan membuat keputusan yang tepat terhadap

pencegahan diare dalam keluarga.lam penelitian ini berdasarkan pengujian secara

statistik ada hubungan yang bermakna antara kemampuan keluarga membuat

keputusan yang tepat dengan pencegahan diare ditinjau dari tugas kesehatan

keluarga.

Menurut Suprajitno (2004), dalam mempertahankan suasana rumah yang

sehat di perlukan adanya pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki

disekitar lingkungan rumah, pengetahuan tentang pentingnya sanitasi lingkungan

dan manfaatnya dan kebersamaan dalam meningkatkan dan memelihara

lingkungan rumah yang menunjang kesehatan.

Ini perlu mendapatkan perhatian khusus dari keluarga terutama dalam

upaya pencegahan diare dan ini juga menjadi masukan kepada petugas memberi

pelayanan kesehatan terutama yang bekerja diwilayah puskesmas simpang jaya

Kecamatan Tadu Raya Kabupaten Nagan Raya.agar memberikan informasi –

informasi kesehatan penting pada anggota keluarga yang pendidikan

rendah,menyangkut tentang upaya pencegahan diare dalam keluarga.

4.3.5 Kemampuan menggunakan fasilitas kesehatan

Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan sejak tanggal 27

Maret sampai dengan 4 April Tahun 2013. Terhadap 97 Responden Dari 22 Desa

diwilayah Kerja Puskesmas Simpang Jaya Kecamatan Tadu Raya Kabupaten

Nagan Raya Tahun 2013. Didapatkan Hasil bahwa manyoritas responden

Page 49: PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …repository.utu.ac.id/438/1/BAB I_V (2).pdf · kemukiman yang sehat. Hal tersebut dapat dicapai melalui perilaku masyarakat Indonesia

48

memiliki” kemampuan menggunakan fasilitas kesehatan” terhadap pencegahan

diare dalam keluarga sudah lumnyan baik yaitu sebanyak 77 orang responden

(79,4%), selebihnya berkatagori kurang sebanyak 20 orang responden (20,5%).

Hal ini bearti bahwa kemampuan responden dalam menggunakan fasilitas

kesehatan sudah lumanyan baik terhadap upaya pencegahan diare, namun harus

ditingkatkan lagi karena masih ada responden yang kurang dalam menggunakan

fasilitas kesehatan.

Menurut Effendy (2008), Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan pada

keluarga tertentu bila ada anggota keluarga yang sakit dapat di lihat dengan

adanya keengganan untuk membawa ke puskesmas atau rumah sakit, tapi ke

mantri atau dukun. Untuk mengetahui kemampuan keluarga dalam memanfaatkan

sarana kesehatan di pengaruhi oleh beberapa hal yaitu: Pengetahuan keluarga

tentang fasilitas kesehatan yang dapat dijangkau keluarga, keuntungan dari adanya

fasilitas kesehatan, Kepercayaan keluarga terhadap fasilitas kesehatan yang ada

dan apakah fasilitas kesehatan dapat terjangkau oleh keluarga.

Hasil penelitian ini di temukan adanya hubungan yang bermakna antara

kemampuan menggunakan fasilitas kesehatan dengan upaya pencegahan diare di

tinjau dari tugas kesehatan keluarga. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian

Maulana di Klaten tahun (2009).

Ini perlu mendapatkan perhatian khusus dari keluarga terutama dalam

upaya pencegahan diare dan ini juga menjadi masukan kepada petugas memberi

pelayanan kesehatan terutama yang bekerja diwilayah puskesmas simpang ja ya

Kecamatan Tadu Raya Kabupaten Nagan Raya.agar memberikan informasi –

Page 50: PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …repository.utu.ac.id/438/1/BAB I_V (2).pdf · kemukiman yang sehat. Hal tersebut dapat dicapai melalui perilaku masyarakat Indonesia

49

informasi kesehatan penting pada anggota keluarga yang pendidikan

rendah,menyangkut tentang upaya pencegahan diare dalam keluarga..

Page 51: PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …repository.utu.ac.id/438/1/BAB I_V (2).pdf · kemukiman yang sehat. Hal tersebut dapat dicapai melalui perilaku masyarakat Indonesia

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil dan pembahasan yang telah dijelaskan dapat dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Tidak ada hubungan yang bermakna antara kemampuan mengenal masalah

kesehatan dengan upaya pencegahan diare di tinjau dari tugas kesehatan

keluarga dengan p value (1,000).

2. ada hubungan yang bermakna antara kemampuan keluarga membuat

keputusan dengan upaya pencegahan diare di tinjau dari tugas kesehatan

keluarga dengan p value (0,040).

3. Tidak ada hubungan yang bermakna antara kemampuan memberi

perawatan pada keluarga yang sakit dengan upaya pencegahan diare di

tinjau dari tugas kesehatan keluarga dengan p value (0,627).

4. Ada hubungan yang bermakna antara kemampuan mempertahankan

suasana rumah yang sehat dengan upaya pencegahan diare di tinjau dari

tugas kesehatan keluarga dengan p value (0,018).

5. Ada hubungan yang bermakna antara kemampuan menggunakan fasilitas

kesehatan dengan upaya pencegahan diare di tinjau dari tugas kesehatan

keluarga dengan p value (0,014).

50

Page 52: PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …repository.utu.ac.id/438/1/BAB I_V (2).pdf · kemukiman yang sehat. Hal tersebut dapat dicapai melalui perilaku masyarakat Indonesia

51

5.2. Saran

Dari kesimpulan yang telah diambil peneliti memberi saran sebagai

berikut :

1. Kepada petugas kesehatan di Puskesmas Simpang Jaya maupun Dinas

Kesehatan Kabupaten Nagan Raya agar meningkatkan program

penyuluhan tentang kesehatan lingkungan sehingga timbulnya kesadaran

masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan untuk menghindari

penyakit yang timbul akibat lingkungan seperti diare. meningkatkan

pengetahuan masyarakat sehingga dapat di ambil tindakan yang tepat bila

terjadinya kasus diare dalam keluarga.

2. Kepada masyarakat supaya ikut berperan aktif dalam menjaga lingkungan

tempat tinggalnya agar tetap bersih dan sehat, minum air yang bersih dan

sudah di masak serta aktif mencari informasi yang berkaitan dengan

pencegahan maupun penanggulangan diare.

Page 53: PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …repository.utu.ac.id/438/1/BAB I_V (2).pdf · kemukiman yang sehat. Hal tersebut dapat dicapai melalui perilaku masyarakat Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek..PT Aneka: Cipta,jakarta

Arikunto, S. (2005). Manajemen Penelitian. Rineka Cipta : jakarta

BKKBN. (2002). Efektifitas peran pendidik sebaya dan konselor sebaya.

http://hqweb01.bkkbn.go.id/hqweb/ceria/ss10bab1.html”\1”top” dibuka pada tanggal 05-04-2006.

BKKBN. (2004). Siapa Peduli, Terhadap Remaja.

http://www.bkkbn.go.id/article_detail.php?aid=246 di buka pada tanggal 05-04-2006.

BKKBN. (2005). Kalangan Remaja Kurang Peroleh Informasi Seks Tuntas.

http://www.bkkbn.go.id./article_detail.php?aid=266 dibuka pada tanggal 05-04-2006.

Buku panduan dan pedoman pelatihan pendidik sebaya (PS) dan konselor sebaya

(KS). http://www.hqweb01.bkkbn.go.id/hqweb/ceria/mp5panduanpendidik.html#top dibuka pada tanggal 03-03-2006.

Delyuzar, dkk. (2000). Pendidikan Kesehatan Reproduksi, Gender Dan Hak-Hak Perempuan, Panduan Bagi Siswa SMU/SMK. Medan: Pusat kajian dan perlindungan anak (PKPA) bekerja sama dengan AusAID.

Dianawati, A. (2003). Pendidikan Seks Untuk Remaja. Kawan pustaka: jakarta

Fauzan, F dan Betty A.Sirait. (2002). Pendidikan Seks Bagi Remaja.

http://www.hqweb01.bkkbn.go.id/hqweb/ceria/map58pendidikan.html dibuka pada tanggal 03-03-2006.

Page 54: PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …repository.utu.ac.id/438/1/BAB I_V (2).pdf · kemukiman yang sehat. Hal tersebut dapat dicapai melalui perilaku masyarakat Indonesia

Juliandi dan Lita S.A (2001). Pengaruh Peer Education Terhadap Pengetahuan Dan

Sikap Mahasiswa Dalam Menanggulangi HIV/AIDS Di USU. Ringkasan/abstrak hasil penelitian USU Tahun 1999/2000-2001. Medan

Monks, J.F, dkk. (1998). Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai

Bagiannya. Yogyakarta: UGM Press.

Mu’tadin, Z. (2002). Pendidikan Seks Pada Remaja. www.e-

psikologi.com/remaja/100702.htm dibuka pada tanggal 25-02-2006.

Nargis, dkk. (2004). Hubungan Struktur Dan Fungsi Keluarga Dengan Perilaku Seksual Pranikah Remaja SMU Di Wilayah Ujungberung Bandung. Sains Kesehatan, volume 18, No.1, Januari 2005,147-161.

Notoatmodjo, S. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip-Prinsip Dasa.: Rineka cipta: jakarta

Nugroho, B.A. (2005). Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan

SPSS. Penerbit Andi:yogyakarta

Nursalam. (2003). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Rineka cipta : jakarta

Sarwono, W.S. (2005). Psikologi remaja. Raja Grafindo: jakarta

Sipayung, LSJ. (2004). Perbedaan antara hasil ceramah sehari kesehatan reproduksi dan peer education pada pengetahuan serta sikap siswa SLTA di Berastagi untuk pencegahan HIV/AIDS dan penyakit menular seksual. Jurnal Mutiara

Kesehatan Indonesia, vol.1, No. 1, Edidi Juni 2005.

Sudjana. (1992). Metoda Statistika. Edisi ke 5. Tarsito:bandung

Tanjung, B.N dan Ardial. (2005). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Proposal,

Skripsi Dan Tesis) Dan Mempersiapkan Diri Menjadi Penulis Artikel Ilmiah. Kencana: kencana

Page 55: PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …repository.utu.ac.id/438/1/BAB I_V (2).pdf · kemukiman yang sehat. Hal tersebut dapat dicapai melalui perilaku masyarakat Indonesia

Thalib, A. (2000). Ilmu Fiqih. Medan: Firma Islamyah.

Utamadi, G.(2001). Peer Education.

http://hqweb01.bkkbn.go.id/hqweb/ceri/map5per.html dibuka pada tanggal 23-03-2006.

Wulandari, A.R. (2000). Hubungan Sosial Remaja Sekaitan Dengan Kesehatan

Reproduksi. http://hqweb01.bkkbn.go.id/hqweb/ceria/ma54hubungan.html dibuka pada tanggal 25-02-2006.