PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN …eprints.ums.ac.id/54245/11/NAS.pdf · 2017. 8....

15
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS DELAYED DEVELOPMENT DI YAYASAN PENDIDIKAN ANAK CACAT SURAKARTA Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Diploma III Pada Jurusan Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh : DENOK SURYANILUH ANOSA J100140039 PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

Transcript of PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN …eprints.ums.ac.id/54245/11/NAS.pdf · 2017. 8....

  • PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI

    PADA KASUS DELAYED DEVELOPMENT

    DI YAYASAN PENDIDIKAN ANAK CACAT SURAKARTA

    Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program

    Diploma III Pada Jurusan Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan

    Oleh :

    DENOK SURYANILUH ANOSA

    J100140039

    PROGRAM STUDI FISIOTERAPI

    FAKULTAS ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

    2017

  • i

    HALAMAN PERSETUJUAN

    PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI

    PADA KASUS DELAYED DEVELOPMENT

    DI YAYASAN PENDIDIKAN ANAK CACAT SURAKARTA

    PUBLIKASI ILMIAH

    Oleh :

    DENOK SURYANILUH ANOSA

    J100140039

    Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh :

    Dosen Pembimbing

    Arif Pristianto, SST .Ft., M.Fis

    NIK : 100. 1672

  • ii

    HALAMAN PENGESAHAN

    PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI

    PADA KASUS DELAYED DEVELOPMENT

    DI YAYASAN PENDIDIKAN ANAK CACAT SURAKARTA

    OLEH

    DENOK SURYANILUH ANOSA

    J100140039

    Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

    Fakultas Ilmu Kesehatan

    Universitas Muhammadyah Surakarta

    Pada hari Rabu, 5 Juli 2017

    Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

    Dewan Penguji:

    1. Arif Pristianto, SST .Ft., M.Fis ( )

    (Ketua Dewan Penguji)

    2. Edy Waspada, S.Fis, M.Kes ( )

    (Anggota I Dewan Penguji)

    3. Dwi Rosella Komalasari, S.Fis. M.Fis ( )

    (Anggota II Dewan Penguji)

    Dekan,

    (Dr. Mutalazimah, SKM., M.Kes)

    NIK. 789/ NIDN. 061711730

  • iii

    PERNYATAAN

    Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak

    terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar Diploma III di suatu

    perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat atau

    pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis

    diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

    Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas,

    maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

    Surakarta, 5 Juli 2017

    Penulis

    DENOK SURYANILUH ANOSA

    J100140039

  • 1

    PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA

    KASUS DELAYED DEVELOPMENT

    DI YAYASAN PENDIDIKAN ANAK CACAT SURAKARTA

    ABSTRAK

    Latar Belakang : Delayed developement merupakan bagian dari

    ketidakmampuan mencapai perkembangan sesuai usia dan didefinisikan sebagai

    keterlambatan dalam dua bidang atau lebih perkembangan motorik kasar/motorik

    halus, bicara/berbahasa, kognisi, personal/sosial dan aktivitas sehari-hari. Keluhan

    yang sering muncul berupa kelemahan otot dan keterlambatan kemampuan

    fungsional anak.

    Tujuan : Untuk mengetahui penatalaksanaan fisioterapi pada kondisi Delayed

    developement menggunakan Neurostructure (NS), stimulasi, dan fasilitasi dalam

    meningkatkan kekuatan otot dan meningkatkan kemampuan fungsional.

    Hasil : Setelah dilakukan terapi selama 6 kali didapatkan hasil belum ada

    peningkatan kekuatan otot, dan belum ada peningkatan kemampuan fungsional.

    Kesimpulan : Neurostructure (NS), stimulasi, dan fasilitasi belum dapat

    meningkatkan kekuatan otot dan belum dapat meningkatkan kemampuan

    fungsional hal ini dikarenakan keterbatasan waktu penulis dalam memberikan

    terapi dan tidak dilaksanakannya terapi serta home program dengan baik.

    Kata kunci : Delayed development, Neurostructure (NS), stimulasi, fasilitasi.

    ABSTRACT

    Background : Delayed development is part of the inability to achieve age-

    appropriate development and is defined as delays in two or more areas of gross

    motor development, speech / language, cognition, personal / social and daily

    activities. Complaints that often arise in the form of muscle weakness and delay in

    functional ability of children.

    Purpose : To know the management of physiotherapy under Delayed

    development conditions using Neurostructure (NS), stimulation, and facilitation in

    increasing muscle strength and improve functional ability.

    Result : After 6 weeks of therapy there were no improvements in muscle strength,

    and no functional improvement.

    Conclusion : Neurostructure (NS), stimulation, and facilitation have not been able

    to increase muscle strength and have not been able to improve functional ability

    this is due to limited time author in giving therapy and not implemented therapy

    and home program well.

    Keyword : Delayed development, Neurostructure (NS), stimulation, facilitation.

    1. PENDAHULUAN

    Anak mengalami proses tumbuh kembang yang dimulai sejak dari dalam

    kandungan, masa bayi, dan balita. Istilah tumbuh kembang sebenarnya

    mencangkup dua peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan

  • 2

    sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan

    (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar jumlah, ukuran

    atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan

    ukuran berat, ukuran panjang, umur tulang, dan keseimbangan metabolik.

    Sedangkan perkembangan (developmental) adalah bertambahnya skil dalam

    struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan

    dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematang (Marimbi, 2010). Setiap

    tahapan proses tumbuh kembang anak mempunyai ciri khas tersendiri,

    sehingga jika terjadi masalah pada salah satu tahapan tumbuh kembang

    tersebut akan berdampak pada kehidupan selanjutnya. Periode penting dalam

    tumbuh kembang anak adalah masa balita. Dalam perkembangan anak

    terdapat masa kritis, dimana diperlukan rangsangan/stimulasi yang berguna

    agar potensi berkembang, sehingga perlu mendapat perhatian. Kurangnya

    perhatian dalam masa perkembangan anak dapat menimbulkan berbagai

    gangguan. Delayed development merupakan bagian dari ketidakmampuan

    mencapai perkembangan sesuai usia dan didefinisikan sebagai keterlambatan

    dalam dua bidang atau lebih perkembangan motorik kasar/motorik halus,

    bicara/berbahasa, kognisi, personal/sosial dan aktivitas sehari-hari

    (Tjandrajani dkk., 2012). Gangguan perkembangan anak dapat berupa

    hambatan dalam berbicara atau hambatan dalam berjalan.

    Dari data penelitian dekriptif retrospektif dari rekam medik pada pasien

    baru berusia 0-5 tahun dengan keterlambatan perkembangan di Klinik Khusus

    Tumbuh Kembang (KKTK) RSAB Harapan Kita. Pada Januari 2008 sampai

    dengan Desember 2009 terdapat 187 (30,9%) pasien baru dengan

    keterlambatan perkembangan dan 94 (50,3%) kasus adalah keterlambatan

    perkembangan tanpa penyakit penyerta. Keluhan utama pasien keterlambatan

    perkembangan tanpa penyakit penyerta adalah gangguan bicara 46,8%,

    perkembangan gerak terlambat 30,9%, dan tanpa keluhan 12,8% (Tjandrajani,

    2012). Sedangkan menurut Amaliah dkk. (2016) di Kelurahan Jaticempaka,

    Kecamatan Pondok Gede, Kota Bekasi, dari 95 anak berumur 6-23 bulan.

    Terdapat 50 anak (57,9%) yang terlambat perkembangannya serta 45 anak

    (42,1%) yang normal baik pertumbuhan ataupun perkembangannya.

  • 3

    Gangguan akibat terjadinya delayed development adalah adanya

    kelemahan otot dan penurunan tonus postural yang menyebabkan gangguan

    fungsi gerak misalnya jongkok, merangkak, berdiri dan berjalan. Beberapa

    intervensi fisioterapi yang dapat digunakan dalam kasus ini antara lain

    neurostructure, stimulasi motorik, play exercise serta fasilitasi. Peran

    fisioterapi dalam kasus ini bersifat rehabilitatif yang bertujuan untuk

    meningkatkan kemampuan fungsional agar pasien dapat mandiri tanpa

    ketergantungan orang lain. Selain itu fisioterapis dalam kasus delayed

    development juga berperan dalam peningkatan kekuatan otot dan kemampuan

    motorik.

    Berdasarkan uraian diatas Penulis berkesimpulan untuk mengambil judul

    penatalaksanaan fisioterapi pada kasus delayed development di Yayasan

    Pendidikan Anak Cacat Surakarta dengan terapi latihan. Terapi latihan yang

    digunakan pada kasus ini meliputi fasilitasi, stimulasi, dan neurostructure

    (NS).

    2. METODE

    2.1 Neurostructure

    Neurostructure merupakan modalitas terapeautik dan non invansif

    yang bertujuan untuk memperbaiki perkembangan, keterlambatan dan

    fungsi sistem saraf pusat pada anak dengan berbagai masalah kasus

    perkembangan. Metode ini memfokuskan pada mekanisme perkembangan

    dan pembelajaran gerakan secara natural. Tujuan neurostructure dibagi

    menjadi dua yaitu tujuan secara umum dan kusus. Tujuan neurostructure

    secara umum dapat memfasilitasi motor program bawaan yaitu program

    anti-stress dan pro perkembangan (Takarini, 2015). Neurostructure secara

    kusus bertujuan untuk:

    2.1.1 Mendukung ketrampilan motorik dan kognitif yang alami dan

    khusus.

    2.1.2 Mengoptimalkan motor dan sensori motor integration.

    2.1.3 Mengaktifkan brain body mekanisme integrasi yang dapat

    mempengaruhi perkembangan gerak.

  • 4

    2.1.4 Mengaktifkan motor program yang alami dan genetik dan seluruh

    mekanisme perkembangan gerak.

    2.1.5 Menghilangkan stress pada saat belajar.

    2.1.6 Meningkatkan kemampuan agar terjadi perubahan positif pada

    struktur, postur dan, gerak tubuh yang terkoordinasi.

    2.1.7 Mengaktifkan kerja reseptor yang berhubungan dengan sentuhan

    dalam dan tekanan.

    2.1.8 Merilekskan ketegangan otot di seluruh tubuh.

    2.2 Stimulasi

    Stimulasi merupakan rangsangan kemampuan dasar anak yang berasal

    dari luar tubuh. Manfaat dari stimulasi bagi perkembangan anak yaitu

    sebagai penguat yang bermanfaat bagi perkembangan anak, mengaktifkan

    kelompok otot lemah yang tidak dapat berkontraksi, meningkatkan reaksi

    keseimbangan, mengaktifkan pola sinergis dari fungi otot pada rangsangan

    sekelompok otot-otot tertentu dan meningkatkan kemampuan sikap tubuh

    untuk melawan gravitasi. Macam-macam stimulasi yaitu aproksimasi dan

    tapping yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak. Stimulasi yang

    tepat pada tahap perkembangan akan mengoptimalkan perkembangan

    anak (Kholifah dkk., 2014).

    2.3 Fasilitasi

    Pada kasus ini teknik fasilitasi yang digunakan yaitu neuro

    developmental treatment. Neuro developmental treatment merupakan

    suatu metode latihan yang bertujuan untuk merangsang mekanisme

    neuromuskuler melalui stimulasi propioseptor. Pendekatan neuro

    developmental treatment berfokus pada normalisasi otot hypertone dan

    hypotone. Intervensi penanganan neuro developmental treatment melatih

    reaksi keseimbangan, gerak anak, dan fasilitasi (Hazmi, 2013). Fasilitasi

    merupakan upaya untuk mempermudah reaksi-reaksi automatif dan gerak

    motorik yang benar. Dengan menggunakan teknik key point of control

    yang bertujuan untuk memperbaiki tonus postural yang normal,

    memelihara serta mengembalikan kualitas tonus yang normal, dan

    memudahkan gerakan-gerakan yang disengaja yang diperlukan untuk

  • 5

    aktifitas sehari-hari. Fasilitasi meliputi fasilitasi berguling, duduk,

    merangkak, berdiri dan berjalan. Pemberian fasilitasi yang sesuai pada

    tahap perkembangan akan mengoptimalkan perkembangan anak

    (Waspada, 2010).

    3. HASIL DAN PEMBAHASAN

    3.1 Hasil dan penelitian

    Pasien atas nama An. A, umur 1 tahun 3 bulan dengan diagnosa medis

    delayed development diperoleh problematika fisioterapi. Adapun

    problematika fisioterapi yaitu abnormalitas tonus otot berupa hipotonus

    dan gangguan aktivitas fungsional meliputi merangkak, berdiri dan

    berjalan.

    3.1.1 Hasil pemeriksaan kekuatan otot dengan XOTR

    Tabel 1 Evaluasi Kekuatan Otot

    Ekstremitas T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6

    AGA kanan R R R R R R R

    AGA kiri R R R R R R R

    AGB kanan R R R R R R R

    AGB kiri R R R R R R R

    Kriteria penilaian kekuatan otot sebagai berikut: X: bila ada

    kontraksi dan gerakan yang terjadi cukup kuat; 0: bila tidak ada

    kontraksi; T: bila ada kontraksi namun tidak terjadi gerakan; R: bila

    gerakan yang terjadi merupakan reaksi reflek.

    Setelah melakukan tindakan fisioterapi dengan menggunakan

    neurostructure serta stimulasi meliputi aproksimasi dan tapping

    dengan frekuensi latihan yang diberikan enam kali terapi dalam tiga

    minggu belum mempunyai pengaruh bagi peningkatan otot anak.

    3.1.2 Hasil penilaian kemampuan fungsional dengan DDST

    Tabel 2 evaluasi kemampuan fungsional

    Sektor T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6

    Personal sosial 2 2 2 2 2 2 2

    Adaptif-motorik halus 2 2 2 2 2 2 2

    Bahasa 3 3 3 3 3 3 3

    Motorik kasar 5 5 5 5 5 5 5

  • 6

    Setelah melakukan tindakan fisioterapi menggunakan fasilitasi

    dengan frekuensi latihan yang diberikan enam kali terapi dalam tiga

    minggu belum mempunyai pengaruh bagi perkembangan

    kemampuan funsional anak.

    3.2 Pembahasan

    3.2.1 Kekuatan otot

    Berdasarkan tabel 1 menunjukkan belum ada peningkatan

    kekuatan otot pada pasien atas nama An. A, setelah melakukan

    tindakan fisioterapi dengan menggunakan neurostructure serta

    stimulasi meliputi aproksimasi dan tapping dengan frekuensi latihan

    yang diberikan enam kali terapi dalam tiga minggu belum

    mempunyai pengaruh bagi peningkatan otot anak. Menurut Hazmi

    dkk. (2014) kekuatan otot dapat meningkat apabila terapi dilakukan

    secara rutin dan terkoordinir. Namun keluarga pasien tidak

    melakukan terapi dengan rutin. Pada anak dengan hipotonus

    memiliki otot yang lambat untuk memulai kontraksi melawan

    kekuatan luar, dan tidak dapat mempertahankan kontraksi otot

    dengan durasi yang lama. Jika terapi dilakukan secara terus menerus

    secara rutin otot akan beradaptasi dengan meningkatkan

    kemampuannya untuk melakukan gerakan atau mempertahankan

    suatu posisi. Sedangkan menurut Moonik dkk. (2015) faktor tingkat

    keberhasilan dari stimulasi untuk peningkatan kekuatan otot yaitu

    deteksi dini dan intervensi sejak dini yang dilakukan secara rutin

    dengan kurun waktu lebih dari tiga minggu. Semakin dini dan

    semakin sering stimulasi diberikan maka kualitas perkembangan otot

    dan kekuatan otot akan lebih baik.

    3.2.2 Kemampuan fungsional

    Berdasarkan tabel 2 menunjukkan belum ada peningkatan

    kemampuan fungsional pada pasien atas nama An. A, setelah

    melakukan tindakan fisioterapi menggunakan fasilitasi dengan

    frekuensi latihan yang diberikan enam kali terapi dalam tiga minggu

  • 7

    belum mempunyai pengaruh bagi perkembangan motorik anak.

    Fisioterapis juga telah memberikan edukasi berupa melakukan

    fasilitasi merangkak, berdiri, dan berjalan. Namun keluarga pasien

    tidak melakukan terapi dengan rutin dan tidak melakukan home

    program dengan baik. Menurut Fitriani dan Oktobriani (2017) faktor

    pemicu keberhasilan fasilitasi adalah deteksi dini, intervensi dini,

    serta motivasi keluarga pasien. Home program yang dilaksanakan

    dengan teratur dan motivasi yang tinggi dari keluarga akan

    memberikan dampak positif bagi kemajuan perkembangan anak.

    Namun walaupun evaluasi terakhir belum mendapatkan peningkatan,

    tetapi pemberian terapi latihan dengan metode fasilitasi mampu

    memberikan pengaruh yang positif misalnya mencegah terjadinya

    kontraktur pada kedua tungkai dan usaha penanaman motorik yang

    baik sejak dini. Keberhasilan dari tindakan fisioterapi tidak hanya

    terjadi peningkatan yang signifikan pada peningkatan perkembangan

    motorik anak, namun dapat berupa peningkatan kesehatan umum dan

    kondisi anak yang tidak semakin memburuk misalnya emosional

    anak. Sedangkan menurut Hati dan Lestari (2016) stimulasi

    (fasilitasi untuk meningkatkan kemampuan fungsional) yang

    diberikan orang tua akan memiliki peluang 3,37 kali untuk

    meningkatkan perkembangan anak usia 1-3 tahun. Stimulasi harus

    diberikan secara rutin dan berkesinambungan dengan kasih sayang,

    metode bermain, dan lain-lain, sehingga perkembangan anak akan

    berjalan optimal. Kolerasi kemampuan fungsional dengan stimulasi

    ini juga berkaitan dengan periode emas (golden period), jendela

    kesempatan (window opportunity), serta masa kritis (critical period)

    perkembangan otak anak pada masa usia 1-4 tahun. Semakin dini

    stimulasi yang diberikan, maka perkembangan anak akan semakin

    baik. Semakin banyak stimulasi yang diberikan maka pengetahuan

    anak akan menjadi luas sehingga perkembangan anak semakin

    optimal. Jaringan otak anak yang banyak mendapat stimulasi akan

    berkembang mencapai 80% pada usia kurang dari empat tahun.

  • 8

    Namun jika anak tidak pernah atau tidak rutin diberikan stimulasi

    maka jaringan otak akan mengecil sehingga fungsi otak akan

    menurun. Hal inilah yang menyebabkan perkembangan anak tidak

    mengalami peningkatan yang signifikan.

    4. PENUTUP

    4.1 Simpulan

    Delayed development merupakan keterlambatan perkembangan secara

    signifikan pada fisik, motorik kasar/motorik halus, kemampuan kognitif,

    personal/sosial dan aktifitas sehari-hari pada anak bila dibandingkan

    dengan anak normal seusianya. Problematika yang muncul pada kasus

    delayed development yaitu abnormalitas tonus otot berupa hipotonus dan

    gangguan kemampuan fungsional meliputi merangkak, berdiri dan

    berjalan.

    Pelaksanaan fisioterapi pada pasien atas nama An. A, umur 1 tahun 3

    bulan dengan kondisi delayed development dilakukan sebanyak enam kali

    dengan menggunakan neurostructure, stimulasi, dan fasilitasi didapatkan

    hasil:

    4.1.1 Belum ada peningkatan kekuatan otot pada anggota gerak atas dan

    anggota gerak bawah.

    4.1.2 Belum ada peningkatan kemampuan fungsional.

    4.2 Saran

    Setelah pasien dengan kasus delayed development mendapatkan

    tindakan fisioterapi dengan menggunakan Neurostructure, stimulasi, dan

    fasilitasi penulis menyampaikan saran sebagai berikut:

    4.2.1 Kepada orang tua pasien

    4.2.1.1 Orang tua pasien disarankan untuk sering melatih

    merangkak, berdiri dan berjalan seperti yang dicontohkan

    fisioterapi di rumah.

    4.2.1.2 Orang tua pasien disarankan untuk semangat dan disiplin

    menjalankan terapi di YPAC Surakarta.

  • 9

    4.2.1.3 Orang tua pasien disarankan untuk menambah asupan makan

    dan meningkatkan mutu gizi anak.

    4.2.2 Kepada fisioterapi

    Untuk selalu belajar dan melanjutkan latihan agar apa yang

    ditargetkan meliputi tujuan jangka pendek dan jangka panjang dapat

    tercapai.

    4.2.3 Kepada masyarakat

    Disarankan kepada masyarakat lebih cermat dalam

    memperhatikan tumbuh kembang anak agar sedini mungkin

    mendapatkan penanganan yang sesuai untuk meminimalisir kelainan

    tumbuh kembang anak sehingga kelainan dapat dicegah.

  • 10

    PERSANTUNAN

    Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang

    telah memberikan kekuatan, kesabaran dan kesehatan untuk saya dalam

    menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Dengan segala kerendahan hati karya tulis

    ilmiah ini saya persembahkan untuk orang tua saya dan keluarga besar saya,

    terimakasih telah mendukung dan senantiasa mendoakan sehingga telah

    terselesaikan salah satu syarat kelulusan. Untuk dosen pembimbing saya bapak

    Arif Pristianto yang telah sabar membimbing saya, serta terimakasih teman-teman

    seperjuangan mahasiswa fisioterapi angkatan 2014 atas kesediaanya telah

    membantu menjadi bagian pembuatan karya tulis ini.

  • 11

    DAFTAR PUSTAKA

    Amaliah, A., Sari, K., dan Suryaputri, I.Y. 2016. Panjang Badan Lahir Pendek

    Sebagai Salah Satu Faktor Determinan Keterlambatan Tumbuh Kembang

    Anak Umur 6-23 Bulan Di Kelurahan Jaticempaka, Kecamatan Pondok

    Gede, Kota Bekasi. Jurnal Ekologi Kesehatan. Vol 15. No: 1.

    Fitriani, I.S. dan Oktobriariani, R.R. 2017. Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini

    Orang Tua Terhadap Pencegahan Penyimpangan Pertumbuhan dan

    Perkembangan Anak Balita. Indonesian Journal for Health Sciences. Vol

    1. No: 1.

    Hati, F.C. dan Lestari, P. 2016. Pengaruh Pemberian Stimulasi pada

    Perkembangan Anak Usia 12-36 Bulan di Kecamatan Sedayu, Bantul.

    Journal Ners And Midwifery Indonesia. Vol 4. No: 1.

    Hazmi, D.F.D.K.A., Tirtayasa, K., dan Irfan, M. 2014. Kombinasi Neuro

    Developmental Treatment dan Sensory Integration Lebih Baik Daripada

    Hanya Neuro Developmental Treatment untuk Meningkatkan

    Keseimbangan Berdiri Anak Down Syndrome. Sport And Fitness Journal.

    Vol 2. No: 1.

    Kholifah, S.N., Fadillah, N., As’ari, H., dan Hidayat, T. 2014. Perkembangan

    Motorik Kasar Bayi Melalui Stimulasi Ibu di Kelurahan Kemayoran

    Surabaya. Jurnal Sumber Daya Manusia Kesehatan. Vol 1. No: 1.

    Marimbi, H. 2010. Tumbuh Kembang, Status Gizi dan Imunisasi Dasar pada

    Balita. Yogyakarta: Nuha Medika. Hal: 73-77.

    Moonik, P., Hesti, H.L., dan Wilar, R. 2015. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

    Keterlambatan Perkembangan Anak Taman Kanak-Kanak. Jurnal E-

    Clinic. Vol 3. No: 1.

    Takarini, N. 2015. Konsep Pendekatan Neuro Senso Motor Reflek integration

    (NSMRI). http://fisiofirman.blogspot.com. Diakses pada tanggal 27 Mei.

    Tjandrajani, A., Dewanti, A., Burhany, A.A., dan Widjaja, J.A. 2012. Keluhan

    Utama pada Keterlambatan Perkembangan Umum di Klinik Khusus

    Tumbuh Kembang RSAB Harapan Kita. Sari Pediatri. Vol 13. No: 6.

    Waspada, E. 2010. FT. Pediatri II. Surakarta: Universitas Muhammadiyah

    Surakarta Prodi Fisioterapi.