PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET …...Surakarta” ini adalah karya ilmiah saya...
Transcript of PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET …...Surakarta” ini adalah karya ilmiah saya...
i
HUBUNGAN STADIUM RISSER SIGN DENGAN UMUR
KRONOLOGIS, BESAR SUDUT DAN INDEKS FLEKSIBILITAS
PASIEN ADOLESCENT IDIOPATHIC SCOLIOSIS DI RS
ORTHOPAEDI PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA
Tesis
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Kedokteran Keluarga
Minat Utama Biomedik
Oleh :
Helmi Baedlowi
S500109023
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2015
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
HUBUNGAN STADIUM RISSER SIGN DENGAN UMUR
KRONOLOGIS, BESAR SUDUT DAN INDEKS FLEKSIBILITAS
PASIEN ADOLESCENT IDIOPATHIC SCOLIOSIS DI RS
ORTHOPAEDI PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA
Tesis
Helmi Baedlowi
S500109023
Komisi Nama Tanda Tangan Tanggal Pembimbing Pembimbing I dr. Ismail Mariyanto, SpOT(K) ........................ ............. NIP.19570907198410100 Pembimbing II Dr. Hari Wujoso, dr. SP. F, MM ........................ .............. NIP. 196210211995031001
Mengetahui
Ketua Program Studi Kedokteran Keluarga
Program Pascasarjana UNS
Dr. Hari Wujoso, dr. Sp.F, MM
NIP : 196210221995031001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Akhir
dengan judul:
HUBUNGAN STADIUM RISSER SIGN DENGAN UMUR KRONOLOGIS,
BESAR SUDUT DAN INDEKS FLEKSIBILITAS PASIEN ADOLESCENT
IDIOPATHIC SCOLIOSIS DI RS ORTHOPAEDI PROF. DR. R. SOEHARSO
SURAKARTA
Karya Akhir ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memenuhi sebagian
persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Kedokteran Keluarga Minat
Utama Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
Karya Akhir ini tidak akan selesai tanpa dukungan dari berbagai pihak, baik
berupa dukungan moril maupun materiil. Penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. dr Dr. Hari Wujoso, dr. Sp.F, MM selaku KPS dan pembimbing yang telah
memberikan kesempatan dan saran selama penyusunan karya akhir ini.
2. dr. Ismail Mariyanto, Sp.OT(K) selaku pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu, memberikan saran, nasehat, perhatian dan pengarahan
selama penyusunan karya akhir ini
3. Seluruh staf Magister Program Studi Kedokteran Keluarga Minat Utama
Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
4. Istriku, bapak dan ibu serta seluruh keluarga besar kami yang telah
memberikan dukungan dan semangat serta doa sehingga bisa menyelesaikan
penulisan karya akhir ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
5. Seluruh rekan – rekan residen Orthopaedi & Traumatologi FK UNS yang
selama ini bersama dalam suka dan duka
6. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah
membantu baik secara langsung maupun tidak langsung
Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita
semua. Kami berharap kary akgir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak agar
dapat memberikan pelayanan yang lebih baik bagi pasien. Amin. Terima kasih
Hormat kami,
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PERNYATAAN ORISINIL DAN PUBLIKASI ISI TESIS
Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa :
1. Tesis yang berjudul : “ Hubungan Stadium Risser Sign dengan Umur
Kronologis, Besar Sudut dan Indeks Fleksibilitas Pasien Adolescent
Idiophatic Scoliosis di RS Orthopaedi Prof. Dr. R. Soeharso
Surakarta” ini adalah karya ilmiah saya sendiri dan bebas plagiat, serta
tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk
memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara
tertulis digunakan sebagai acuan serta daftar pustaka. Apabila
dikemudian hari terbukti terdapat plagiat di karya ilmiah ini, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan ( Permendiknas No. 17, tahun 2010 )
2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada jurnal atau forum
ilmiah lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai
author dan PPs UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu
sekurang-kurangnya satu semester (enam bulan sejak pengesahan tesis )
saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau keseluruhan Tesis ini,
maka prodi Biosains PPs UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal
ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi Biosains PPs UNS. Apabila saya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia
mendapatkan sanksi akademik yang berlaku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .……………………………………………...... i
LEMBAR PENGESAHAN................................................................. ii
KATA PENGANTAR ........................................................................ iv
DAFTAR ISI........................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ...……………………………...…….………... x
DAFTAR TABEL ............................................................................... xi
DAFTAR GRAFIK ............................................................................... xii
DAFTAR SINGKATAN……………………………………………. xiii
BAB I PENDAHULUAN …....………..…………………………... 1
1.1. Latar Belakang...............……..………………………………... 1
1.2. Perumusan Masalah ..…………………...…………………..... 4
1.3. Tujuan Penelitian ...…………………………………………… 5
1.4. Manfaat Penelitian ...…………………………………………... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....…..………….………………… 7
2.1. Definisi Scoliosis ..…….……..………………………………… 7
2.2. Idiophatic Scoliosis...............….……......………………………. 7
2.3. Adolescent Idiophatic Scoliosis…....…….....……....................… 8
2.3.1. Jenis Kelamin ………...….....……............................................… 9
2.3.2. Sisa Pertumbuhan…..…….....……............................................… 9
2.3.3. Besar Sudut.………....................................................................... 12
2.4. Pemeriksaan Radiologi……………......................................... 13
2.4.1. Cara Mengukur Besar Sudut.………............................................. 16
2.4.2. Indeks Fleksibilitas.......….....……............................................... 18
2.5. Klasifikasi AIS.……………………............................................. 20 2.6. Treatment....……………........……………..…..……………….. 24
2.7. Kerangka Konsep.......................................................................... 27
2.8. Hipotesis....…………………….………………………………... 28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
BAB III METODE PENELITIAN..………………......……………. 29
3.1. Jenis Penelitian…………….……..........…………..……....…...... 29
3.2. Cara Pengambilan Data..…….……..……………....………….… 29
3.3. Obyek Penelitian ….……...….…………………...…………...… 29
3.4. Besar Sampel ………...….……...……………………………...... 30
3.5. Variabel Penelitian…....………………………………….............. 31
3.6. Definisi Operasional Variabel ….…………………………......... 31
3.7. Langkah Pengolahan Data ….…..………..…….…...…………... 32
3.8. Kerangka Operasional................................................................... 33
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................... 34
4.1. Hasil Penelitian.................................................................................... 34
4.2. Pembahasan.......................................................................................... 42
BAB V SIMPULAN DAN SARAN………………......……………..... 46
5.1. Simpulan…………….……..........…………..……....…................ 46
5.2. Saran..…….……..……………....………….….............................. 47
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 : Risser Sign......................……….......................................................... 10
Gambar 2.2 : Peak Height Velocity…….........................……………….…............. 11
Gambar 2.3 : Roentgen Spine PA View …………………………………................ 14
Gambar 2.4 : Goniometer………………………………............................................. 16
Gambar 2.5 : Pengukuran Cobb Angle…………………………………..................... 17
Gambar 2.6 : Rontgen Side-bending lateral view ......................................................... 19
Gambar 2.7 : Klasifikasi King’s..……...........................…............................................ 21
Gambar 2.8 : Lumbar Spine Modifier dan Thoracic Sagittal modifier……….......... 23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 : Stadium Risser Sign berdasar Usia Kronologis menurut Scholes….. 10
Tabel 2.2 : Probabilitas Progresivitas Kurva berdasarkan Stadium Risser Sign.. 11
Tabel 2.3 : Klasifikasi Lenke et al....................................................................... 22
Tabel 2.4 : Guidelines Terapi Pasien Idiopathic Scoliosis.................................. 24
Tabel 4.1: Deskripsi karakteristik jenis kelamin, besar sudut....….................... 34
Tabel 4.2: Deskripsi karakteristik stadium risser sign stage berdasarkan umur .. 36
Tabel 4.3: Deskripsi karakteristik Besar Sudut berdasarkan Stadium Risser ...... 38
Tabel 4.4: Deskripsi karakteristik Indeks Fleksibilitas berdasarkam Risser ….. 40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1. Stadium Risser Sign Berdasarkan Umur Kronologis dan Jenis.......
Grafik 4.2. Stadium Risser Sign Berdasarkan Umur Kronologis.......................
Grafik 4.3. Besar Sudut berdasarkan Stadium Risser Sign dan Jenis Kelamin...
Grafik 4.4. Besar Sudut berdasarkan Stadium Risser Sign................................
Grafik 4.5. Indeks Fleksibilitas berdasarkan Risser dan Jenis Kelamin..............
36
37
38
39
40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR SINGKATAN
AIS : Adolescent Idiopathic Scoliosis
PHV : Peak High Velocity
TRC : Tri Radiate Cartilage
PA : Postero Anterior
CSVL : Central Sacral Vertical Line
MT : Main Thoracic
DT : Double Thoracic
DM : Double Major
TM : Triple Major
TL/L : ThoracoLumbar/Lumbar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
HUBUNGAN STADIUM RISSER SIGN DENGAN UMUR KRONOLOGIS, BESAR SUDUT DAN INDEKS FLEKSIBILITAS PASIEN ADOLESCENT
IDIOPATHIC SCOLIOSIS DI RS ORTHOPAEDI PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA
(Tesis)
Helmi Baedlowi*, Ismail Maryanto**, Hari Wujoso*** *Mahasiswa Program Studi Magoster Kedokteran Keluarga – Minat Utama Biomedik,Pasac Sarjana Universitas Sebelas Maret,
Surakarta **Staff Pengajar Departemen Orthopaedi & Traumatologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret – RSO
Prof.DR.R.Soeharso,Surakarta ***Staff Pengajar Program Studi Magister Kedokteran Keluarga, Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta
ABSTRAK
Latar Belakang : Saat ini kita masih menggunakan literatur orang Eropa untuk menilai stadium Risser’s sign berdasarkan umur kronologis pasien adolescent idiopathic scoliosis. Belum diketahui bahwa standar tersebut sesuai untuk orang Indonesia yang hidup di daerah tropis. Begitu juga belum ada penelitian tentang hubungan stadium risser sign dengan besar sudut dan indeks fleksibilitas pasien adolescent idiopathic scoliosis orang indonesia Metode : Studi observasional analitik dengan menggunakan rancangan retrospektif. menilai hubungan stadium risser sign dengan umur kronologis, besar sudut dan indeks fleksibilitas pasien adolescent idiophatic scoliosis di Rumah Sakit Orthopaedi Surakarta mulai 1 Januari 2014 sampai 31 Desember 2014. Hasil Penelitian : Dari 104 pasien yang memenuhi kriteria inklusi, didapatkan jumlah perempuan sebanyak 97 pasien dan laki-laki sebanyak 7 pasien dengan perbandingan 13:1. Rata-rata umur kronologis pasien laki-laki 15,44 tahun dan perempuan 14,33 tahun. Dengan menggunakan uji regresi didapatkan bahwa stadium risser sign berhubungan secara signifikan dengan umur kronologis dengan nilai signifikansi 0,000 (< 0,05) dan koefisien regresi 0,673. Tidak didapatkan hubungan yang signifikan antara stadium risser sign dengan Cobb Angle (besar sudut), dengan nilai signifikansi 0,188 (> 0,05) dan koefisien regresi 1,985. Stadium risser sign berhubungan negatif dengan indeks fleksibilitas dengan nilai signifikansi 0,000 (< 0,05) dan koefisien regresi -0,062. Kesimpulan : Terdapat hubungan positif stadium risser sign dengan umur kronologis dan hubungan negatif stadium risser sign dengan indeks fleksibilitas. Tidak didapatkan hubungan stadium risser sign dengan besar sudut pasien AIS di RSO surakarta. Kata kunci : Stadium Risser Sign, Umur Kronologis, Besar Sudut, Indeks Fleksibilitas, Adolescent Idiopathic Scoliosis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
CORRELATION RISSER SIGN STAGE WITHCHRONOLOGICAL AGE, CURVE MAGNITUDE AND FLEXIBILITY INDEXS OF
ADOLESCENT IDIOPHATIC SCOLIOSIS PATIENTS IN ORTHOPAEDIC HOSPITAL SURAKARTA
(Thesis) Helmi Baedlowi*, Ismail Maryanto**, Hari Wujoso*** *Postgraduate student, Biomedic Programme, Sebelas Maret University
**Department of Orthopaedic & Traumatology Faculty of Medicine, Soeharso Orthopaedic Hospital, Solo ***Postgraduate Department, Sebelas Maret University
ABSTRACT
Background: Recently, We are still used Europe literature to evaluate risser sign stage based on chronological age in adolescent idiopathic scoliosis patients. Therefore, it is unclear whether this standart appropriate for Indonesian people who live in tropic area. Likewise there is no study about correlation risser sign stage with curve magnitude and flexibility indexs in adolescent idiopathic scoliosis patients in Indonesia. Methods: Observasional analitic retrospective study that determine correlation risser sign stage with chronological age, curve magnitude and flexibility indexs in adolescent idiophatic scoliosis patients at Orthopaedic Hospital Surakartafrom Januari 1st 2014 to December 31st 2014. Result: The study consisted of 104 patients who met inclusion criteria (97 female, 7 male) with the ratio of females to males is 13:1. The mean chronological age in male patients 15,44 years and female 14,33 years. Regression analysis showed that risser sign stage was significantly correlated to chronological age with significance value 0,000 (less than 0,05) and regression coefficient 0,673. Risser sign stage was no significant correlated to cobb angle (curve magnitude), with significance value 0.188 (greater than 0,05) and the regression coefficient 1,985. Risser sign stage was negatively correlated to flexibility indexs with significance value of 0.000 (less than 0.05) and the regression coefficient -0,062. Conclusion: Risser sign stage had positive correlation with chronological age and negative correlation with flexibility indexs. No correlation Risser sign stage with curve magnitude of AIS patients in Orthopaedic Hospital Surakarta. Keyword : Risser Sign stage, Chronological Age, Curve Magnitude, Flexibility Indexs, Adolescent Idiopathic Scoliosis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
Idiophatic scoliosis merupakan penyebab deformitas vertebra paling
banyak, 80 % semua kasus scoliosis adalah idiophatic scoliosis. Prevalensi
infantil dan juvenile idiophatic scoliosis lebih rendah dibanding adolescent
idiophatic scoliosis. Infantil scoliosis banyak ditemukan di daerah Eropa,
prevalensinya sekitar 1 % kasus idiophatic scoliosis. Sedangkan juvenile
idiophatic scoliosis sebesar 10-20 % kasus, lainnya sekitar 80-90 % kasus
adalah adolescent idiophatic scoliosis. Pada adolescent idiophatic scoliosis
prevalensi besar sudut >10°, perempuan lebih banyak dibanding laki-laki
dengan perbandingan 4:1. Pada kurva yang lebih besar yaitu > 30°
perbandingan perempuan dibanding laki-laki sebesar 10:1 (Rothman-simeon,
2011).
Adolescent idiopathic scoliosis merupakan deformitas struktural tiga
dimensi yang terjadi pada pasien selama masa pubertas, dimana penyebab
pastinya tidak diketahui. Pada pasien tertentu, AIS dapat berkembang secara
progresif sehingga menyebabkan gangguan kosmetik (kedua bahu dan
panggul tidak simetris) bahkan gangguan fungsi organ (cardiorespiratory)
karena pergeseran volume rongga dada. Untuk mencegah progresivitas maka
kita harus mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi progresivitas
scoliosis tersebut serta dapat mendeteksi AIS secara dini melalui program
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
screening sehingga pilihan tindakan untuk observasi, bracing maupun surgery
dapat ditentukan secara cepat dan tepat ( Tachdjian, 2008).
Resiko terjadinya progresivitas kurva ditentukan oleh jenis kelamin,
umur (skeletal maturity/sisa pertumbuhan) dan besar sudut awal serta
bentuk kurva itu sendiri. Jenis kelamin perempuan memiliki resiko 8 kali
lipat lebih tinggi untuk terjadinya deformitas lebih lanjut dibandingkan laki-
laki. Begitu juga dengan bentuk double kurva, memiliki resiko lebih tinggi
untuk terjadinya progresivitas dibandingkan single kurva ( Tachdjian, 2008).
Besar sudut pada pemeriksaan awal juga merupakan indikator penting
untuk progresivitas kurva. Semakin besar sudut scoliosis pada saat ditemukan
semakin tinggi pula resiko terjadinya progresivitas. Semakin muda umur
pasien saat diketemukannya deformitas (time of onset), semakin tinggi resiko
terjadinya progresivitas kurva. Progresivitas paling cepat ditemukan pada saat
growth spurts. Khususnya tahun terakhir sebelum menarche, progresivitas
kurva bisa mencapai 10-15° per tahun (Rothman-simeon, 2011).
Pasien dengan skeletal immature (premenarche, Risser grade 0) dengan
besar sudut lebih dari 20° memiliki resiko peningkatan deformitas sebesar
68%. Pasien dengan skeletal immature dengan kurva 30-50° memiliki resiko
menjadi progresif dengan peningkatan sudut sebesar 10-15° pertahunnya.
Sehingga pada pasien immature dengan kurva 25°-40° direkomendasikan
untuk menggunakan orthose dan dievaluasi setiap 6 bulan sekali untuk
melihat progresivitas besar sudutnya, sedangkan pasien immature dengan
kurva > 40° sudah merupakan indikasi untuk dilakukan operasi. Pada tulang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
yang sudah matur (Risser sign 5), kurva thoracic > 50° akan bertambah berat
sebesar 1° tiap tahunnya (Rothman-simeon, 2011).
Skeletal maturity dapat dilihat dari sudah menutupnya growth plate,
sedangkan growth plate pada spine ini tidak mudah untuk dilihat dari
gambaran radiologi. Pada tahun 1958 untuk pertama kalinya Joseph C. Risser
menjelaskan tentang Risser sign, merupakan tanda untuk menggambarkan
tingkat ossifikasi iliac apophysis. Joseph C. Risser menemukan bahwa
ossifikasi iliac apophysis terjadi bersamaan dengan spinal skeletal maturity,
sehingga tingkat ossifikasi iliac apophysis dapat digunakan sebagai indikasi
bahwa pertumbuhan spine telah berhenti atau belum. Tanda ini merupakan
informasi penting dalam manajemen adolescent scoliosis (Risser JC, 1958).
Hasil penelitian scholes menyatakan pada jenis kelamin perempuan lebih
cepat matur dibandingkan jenis kelamin laki-laki. Hasil penelitian lain
menyatakan bahwa pubertas perempuan yang hidup menjauhi garis
khatulistiwa ( > 25° Lintang Utara) terjadi lebih lambat dibandingkan dengan
yang hidup didaerah tropis. Kemungkinan hubungan letak geografis terhadap
pathogenesis idiopathic scoliosis masih diperdebatkan. Letak garis lintang
memiliki pancaran cahaya matahari yang berbeda mempengaruhi produksi
melatonin dan memodifikasi umur pematangan ( Theodoros B et al, 2006).
Literatur tentang Risser’s sign berdasarkan umur kronologis pada pasien
AIS saat ini menggunakan standar penelitian orang Eropa yang hidup di
daerah subtropis. Belum diketahui bahwa standar tersebut sesuai untuk
diterapkan pada orang Indonesia yang hidup di daerah tropis. Belum ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
penelitian yang membahas hubungan stadium Risser sign dengan umur
kronologis pada pasien AIS orang Indonesia. Begitu juga dengan hubungan
stadium risser sign dengan besar sudut dan indeks fleksibilitas pasien AIS
orang Indonesia.
Pada penelitian ini, penulis akan membahas tentang hubungan stadium
risser sign dengan umur kronologis, besar sudut dan indeks fleksibilitas
melalui gambaran radiologis pelvis AP, spine AP dan spine lateral bending
view pada pasien Adolescent Idiophatic Scoliosis laki-laki dan perempuan
yang datang ke RSO Surakarta.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Dengan memperhatikan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan
masalah penelitian sebagai berikut:
1. Apakah ada hubungan stadium riser sign dengan umur kronologis pada
pasien AIS di RSO Surakarta?
2. Apakah ada hubungan stadium risser sign dengan besar sudut pada pasien
AIS di RSO Surakarta?
3. Apakah ada hubungan stadium risser sign dengan indeks fleksibilitas pada
pasien AIS di RSO Surakarta?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
1.3. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan stadium riser sign dengan umur
kronologis pada pasien AIS di RSO Surakarta?
2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan stadium risser sign dengan besar
sudut pada pasien AIS di RSO Surakarta?
3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan stadium risser sign dengan
indeks fleksibilitas pada pasien AIS di RSO Surakarta?
1.4. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat teoritik :
Diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai hubungan
antara stadium risser sign dengan umur kronologis, besar sudut dan indeks
fleksibilitas kurva pasien adolescent idiopathic scoliosis di RSO surakarta
2. Manfaat praktis :
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar mengenai
hubungan stadium risser sign dengan umur kronologis pasien AIS
di RSO Surakarta
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengetahui hubungan
stadium risser sign dengan besar sudut pasien AIS di RSO
Surakarta
c. Hasil penelitian diharapkan membantu praktisi dalam
memperkirakan indeks fleksibilitas kurva berdasarkan stadium
risser sign pasien AIS orang indonesia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
d. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi
epidemiologi mengenai umur kronologis, stadium risser sign, besar
sudut dan jenis kurva berdasar klasifikasi Lenke pasien AIS laki-
laki dibandingkan perempuan orang Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI SCOLIOSIS
Istilah scoliosis pertama kali digunakan oleh Galen (131-201 AD),
merupakan istilah dari yunani “crooked “ yang berarti melengkung. Pada
tahun 1741, Andre menggunakan crooked spine sebagai simbol orthopaedic.
Saat ini scoliosis diartikan sebagai deviasi ke lateral spine dari garis vertikal
normal dimana gambaran radiologi terdapat deviasi > 10°. Deformitas pada
scoliosis terjadi karena gerakan abnormal pada tiga bidang: 1) Ekstensi
intervertebral pada bidang sagital, menjadikan lordosis pada segmen scoliosis;
2) Tilting lateral intervertebral pada bidang frontal ; dan 3) komponen rotasi
pada bidang axial. Jika deformitas bertambah berat , perubahan struktural bisa
terjadi pada vertebra dan tulang rusuk. Hubungan antara organ intrathorak dan
abdomen menjadi berubah, bahkan bisa mengakibatkan gangguan fungsi
organ walapun jarang terjadi ( Rothman-Simeon, 2011)
2.2. IDIOPATHIC SCOLIOSIS
Disebut sebagai Idiophatic scoliosis karena penyebab definitif
deformitas tidak diketahui, merupakan jenis yang paling banyak , kurang lebih
80 % pasien dengan struktural scoliosis. Diagnosis idiophatic scoliosis ini
ditegakkan setelah dari pemeriksaan fisik dapat menyingkirkan penyebab dari
neurologic atau syndrome lain (seperti, neurofibromatosis) dan dari analisis
radiologi menyingkirkan kemungkinan kelainan kongenital. Berdasar umur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
idiopathic scoliosis dibagi menjadi 3 onset. Infantile idiopathic scoliosis,
scoliosis ditemukan pada pasien < 3 tahun. Istilah juvenile idiophatic scoliosis
digunakan pada pasien antara 3-10 tahun. Dan adolescent idiopathic scoliosis
digunakan bila deformitas terjadi setelah anak berusia > dari 10 tahun tetapi
sebelum terjadi skeletal maturity . Scoliosis yang ditemukan setelah terjadi
skeletal maturity disebut sebagai “adult scoliosis”. Adolescent idiopathic
scoliosis merupakan yang paling sering dari ketiga jenis diatas (Rothman
Simeon, 2011).
2.3. ADOLESCENT IDIOPATHIC SCOLIOSIS
Beberapa penelitian berdasarkan screening program di sekolahan,
terdapat hubungan yang berarti antara jenis kelamin dengan besar sudut
idiopathic scoliosis. Perbandingan antara perempuan dengan laki-laki dengan
kurva 6-10° adalah 1:1, pada deformitas dengan kurva 11-20° 1,4:1 dan kurva
>20° tetapi tidak memerlukan terapi sebesar 5,4:1 dan yang memerlukan
intervensi orthopaedi sebesar 7,2 : 1. Angka kejadian berdasarkan jenis
kelamin sama pada kurva < 10° dengan peningkatan lebih banyak terjadi pada
perempuan dengan bertambah besarnya kurva (Rothman Simeon, 2011).
Beberapa pasien mild idiopathic scoliosis tidak pernah menimbulkan
masalah karena deformitasnya. Beberapa literatur menyebutkan bahwa kurva
< 20° tanpa terapi memiliki resiko yang rendah untuk bertambah berat. Tetapi
pada beberapa pasien kurva dapat bertambah berat tiap tahunnya dan bahkan
dapat mengakibatkan masalah. Sehingga penting bagi kita untuk mengetahui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
faktor yang berperan terhadap progresivitas kurva, yaitu antara lain jenis
kelamin pasien, sisa pertumbuhan, besar deformitas kurva dan bentuk kurva
(Weinstein SL et al. 2003). Tidak ada konsensus dalam literatur yang
menyebutkan tentang definisi progresi kurva. Kesepakatan terbaru
menyatakan definisi progresi adalah terjadinya pertambahan besar sudut
sebesar 5o atau 6o dari besar sudut awal.
2.3.1. Jenis Kelamin
Sebagian besar pasien yang mengalami progresivitas kurva dan
akhirnya memerlukan tindakan adalah pada jenis kelamin perempuan.
Walaupun alasan pasti dari fenomena ini tidak diketahui, pengaruh hormonal
masih menjadi dugaan.
2.3.2 Umur Kronologis
Pasien muda yang masih memiliki sisa pertumbuhan biasanya diukur
dari dua indikator maturitas : Risser’s Sign (Skeletal marker) dan pada
perempuan, status menarche ( physiologic marker).
Risser sign merupakan ukuran radiologi berdasarkan ossifikasi iliac
apofisis, dimana dibagi menjadi empat kuadran. Ossifikasi dimulai dari bagian
lateral iliac apofisis dan berkembang ke bagian medial. Risser’s sign dimulai
dari grade 0 yang artinya belum ada ossifikasi sampai grade 4 dimana pada
semua keempat kuadran apofisis memperlihatkan ossifikasi “Capping”.
Ketika apofisis ilium sudah fusi secara lengkap (Risser’s grade 5)
artinya skeletal maturity pada pasien sudah lengkap. Pasien dengan Risser’s
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
grade 0 atau 1 memiliki resiko paling besar untuk terjadinya progression
kurva karena sejumlah spinal growth masih tersisa secara signifikan.
Gambar 2.1 Risser Sign dimulai dari Grade 0 ( tidak ada ossifikasi) sampai dengan grade 4 (keempat kuadran memperlihatkan osifikasi iliak apofisis). Ketika osifikasi apofisis sudah menutup (fusi) secara lengkap pada semua crista iliaka (Risser grade 5), pasien mengalami skeletal maturity.
Tabel 2.1 Stadium Risser Sign berdasar Usia Kronologis menurut Scholes.
(year) (year)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Status menarche merupakan patokan klinis yang hanya dapat
diterapkan pada perempuan. Seorang anak perempuan pre-menarche artinya
masih dalam periode pertumbuhan aktif. Setelah menarche, dia memasuki fase
penurunan kecepatan pertumbuhan, sehingga kurva pertumbuhannya
berkurang ( Tachdjian’s, 2008).
Gambar 2.2 Skema height velocity. Penutupan Triradiate cartilage (TRC) terjadi setelah periode Peak Height Velocity (PHV) dan sebelum menarche atau Risser sign grade 1 (Modified from sanders JO, Little DG, Richards BS: Prediction of the crankshaft phenomenon by peak height velocity. Spine 1997;22:1352)
Peak Height Velocity (PHV) merupakan pertumbuhan skeletal
maksimum yang tejadi selama growth spurts. Nilai PHV dihitung dari
perubahan tinggi pasien dalam beberapa waktu, dan dilaporkan pada beberapa
literatur nilainya sebesar 8,0 cm pertahun untuk perempuan dan 9,5 cm
pertahun pada laki-laki. PHV pada perempuan Amerika utara kira-kira terjadi
pada umur 11,5 tahun. penutupan triradiate cartilage terjadi setelah PHV dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
sebelum Risser grade 1 dan menarche. Pada anak laki-laki penggunaan PHV
digunakan untuk memprediksi sisa pertumbuhan lebih superior dibandingkan
penggunaan Risser sign atau usia kronologis dan PHV pada laki-laki
diperkirakan terjadi saat penutupan triradiate cartilage
2.3.3 Besar sudut
Ukuran atau besar sudut pada saat skoliosis ditemukan akan membantu
memperkirakan progresi kurva. Kombinasi dari faktor ini dan penilaian
tentang sisa pertumbuhan digunakan untuk memprediksi natural history pada
pasien skoliosis. Pasien imatur (premenarche, Risser grade 0) dengan kurva
lebih dari 20° memiliki resiko untuk terjadi pertambahan kurva. Pada pasien
imatur dengan kurva antara 25°-30° dipercaya secara signifikan dapat terjadi
progresi kurva, sehingga disarankan untuk menggunakan orthose pada saat
awal evaluasi ( Tachdjian’s, 2008).
Tabel 2.2 Probabilitas Progresivitas Kurva berdasarkan Risser Sign dan Besar sudut (1)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Risser sign ini juga digunakan untuk memperkirakan resiko terjadinya
progresivitas kurva. Ketika stadium Risser sign 0 atau 1 resiko untuk
terjadinya progresivitas kurva mencapai 60-70 %, tetapi pada Risser stage 3
resiko menurun menjadi hanya 10 % ( Morrissy et al 2006).
2.3.4 Bentuk Kurva
Bentuk kurva juga berguna untuk memperkirakan terjadinya progresi
kurva. Kurva doubel dan thoracic kurva paling sering terjadi pertambahan
deformitas, diikuti oleh thoracolumbar kurva. Sedangkan lumbar skoliosis
dilaporkan paling sedikit pertambahannya.
Secara umum, progresion rate skoliosis pada dewasa (adult) lebih
lambat dibandingkan pada puber (adolescence) dan bergantung pada ukuran
kurva. Tanpa memperhatikan bentuk kurva, kurva kurang dari 30° pada pasien
matur jarang terjadi progresi. Sebaliknya, kurva lebih dari 50° akan
bertambah, thoracic kurva akan berkembang 1° tiap tahunnya. Skoliosis
thoracic 50°- 60° akan bertambah dan secara potensial dapat mengakibatkan
gangguan fungsi paru. Lumbal kurva, khususnya lebih 50° akan meningkat
juga dan menyebabkan osteoarthritis.
2.4. PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Pemeriksaan awal pada skoliosis meliputi posteroanterior (PA) dan
lateral view dari spine. Pada PA view akan tampak bentuk kurva secara
keseluruhan, tipe skoliosis (kongenital atau idiopatik), skeletal maturity
(ditandai oleh Risser sign, triradiate cartilage). Lateral view digunakan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
menilai kontur sagital secara menyeluruh dari thoracic dan lumbal,
menentukan adanya dan besar hipokifosis thoracic, dan skreening
spondilolisis dan spondilolisthesis. Pada pasien dengan umur 10 tahun atau
lebih, radiografer harus menanyakan periode menstruasi terakhir dan
kemungkinan hamil, jika hamil maka pemeriksaan radiologi harus ditunda.
Gambar 2.3 Rontgen posteroanterior view memperlihatkan dua end vertebra dari jenis thoracic kurva yaitu pada T6 dan L1, dimana apex vertebra pada T10.
End vertebra adalah vertebra paling miring terhadap garis horizontal,
neutral vertebra adalah vertebra paling proksimal dimana pedikelnya tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
terjadi rotasi, sedangkan stable vertebra adalah vertebra paling proksimal yang
dibagi menjadi dua oleh garis central sacral vertical line (CSVL). CSVL
digambar secara vertikal dari pertengahan sacrum. Landmark ini penting saat
menentukan level untuk terapi bedah (Morrissy et al, 2006).
Setelah evaluasi radiologi awal dilakukan, usaha untuk mengurangi
komplikasi dari radiasi dilakukan dengan membatasi follow up film
berikutnya. Selama melakukan follow up hanya proyeksi PA yang dilakukan.
Tidak ada batasan waktu yang tetap untuk melakukan evaluasi radiologis.
Evaluasi tergantung pada kematangan pasien dan besar sudut. Sebagai contoh,
pasien premenarche Risser grade 0 umur 11 tahun dengan besar sudut thoracic
25° harus kembali untuk melakukan pemeriksaan radiologi setelah 4 bulan,
sedangkan pasien 2 tahun postmenarche Risser grade 4 umur 14 tahun dengan
besar sudut 30° dapat kembali melakukan pemeriksaan radiologis setelah 1
tahun. Kebanyakan kasus rentang evaluasi radiologis dilakukan 4-6 bulan.
Pemeriksaan radiologi dilakukan pasien berdiri tegak dengan lutut lurus dan
kedua kaki rapat. Pasien tanpa menggunakan alas kaki tetapi jika ekstremitas
bawah pasien diduga tidak sama, diberi alas kaki pada kaki yang pendek
supaya sama. Pada pasien yang tidak bisa berdiri dapat dilakukan dengan
duduk. Pada proyeksi lateral, bahu pasien fleksi kedepan dengan siku fleksi
penuh dan tangan menggenggam di atas clavicula. Posisi ini memungkinkan
keseimbangan fungsi sagital pasien tetap terjaga dan gambaran radiologis
lateral spine bisa didapat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
2.4.1 Cara Mengukur Besar sudut
Metode Cobb merupakan standart untuk menentukan besar sudut.
Pengukuran dilakukan dengan menentukan end vertebra yang merupakan
vertebra paling miring. Superior end vertebra merupakan vertebra teratas
paling miring sedangkan inferior end vertebra merupakan vertebra terbawah
paling miring. Spatium intervertebra pada sisi konkaf kurva selalu lebih lebar
pada daerah superior end vertebra dan semakin menyempit kearah bawah
sampai apek vertebra kemudian melebar lagi hingga spatium intervertebral ini
paling lebar pada daerah inferior end vertebra. Dengan menggunakan
goniometer plastik transparan, pemeriksa membuat garis tegak lurus
permukaan superior end vertebra dan permukaan inferior end vertebra. Sudut
yang terbentuk dari perpotongan kedua garis disebut sebagai Cobb angle. Jika
kurva kedua terletak dibawah kurva primer, inferior end vertebra kurva primer
menjadi superior end vertebra pada kurva kedua, dan garis yang sama yang
melewati permukaan inferior end vertebra tetap digunakan.
Gambar 2.4 Goniometer Plastik tranparan yang digunakan untuk mengukur sudut (Courtesy of Medtronic Sofamor Danek, Memphis Tenn)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Gambar 2.5 Pengukuran Cobb Angle. Vertebra paling miring dinilai sebagai end vertebra. Dibuat garis tegak lurus superior dan inferior end plate vertebra. Sudut yang dibentuk dari perpotongan kedua garis merupakan Cobb Angle
Walaupun metobe Cobb memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi,
kadang-kadang terjadi perbedaan besar sudut pengukuran pada saat
pemeriksaan waktu yang berbeda. Rata-rata perbedaannya 2-7 °. Kesalahan
ini terjadi karena variasi kedua gambar radiologi akibat posisi dan postur
pengambilan gambar dan kesalahan akibat perbedaan pengukuran sudut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Penemuan ini menarik dan harus menjadi perhatian karena beberapa
penelitian menggunakan indikator perubahan kurva hanya sebesar 5-6° untuk
menentukan sukses atau gagalnya terapi brace pada skoliosis. Informasi ini
penting sehingga kita harus cermat dalam membuat garis untuk mendapatkan
ukuran yang tepat.
2.4.2 Indeks Fleksibilitas Kurva
Penilaian tentang fleksibilitas kurva merupakan langkah penting dalam
proses pengambilan keputusan terapi bedah. Dari fleksibilitas seoarang ahli
bedah dapat menentukan jenis kurva termasuk struktural atau nonstruktural,
untuk menentukan level fusi secara tepat sebelum operasi, menghindari
dekompensasi, dan membantu memperkirakan besar koreksi yang dapat
dilakukan selama pembedahan. Untuk saat ini Gold Standar penentuan
fleksibilitas ditentukan berdasarkan rontgen supine side-bending view
(Morissy et al. 2006)
Dari rontgen AP view kita dapat menentukan mayor dan minor kurva
dan besar nilai cobb angle. Dari rontgen supine side-bending view ini kita
dapat menentukan jenis kurva tersebut struktural atau nonstruktural. Struktural
apabila dengan rontgen side-bending besar sudut >25°. Dalam klasifikasi
Lenke , mayor kurva biasanya selalu struktural dan minor kurva bisa
struktural atau non struktural ( Winiarski et al 2005).
Untuk menghitung persentase / indeks fleksibilitas kurva, kita
mengurangi besarnya Cobb angle dengan besarnya bending Cobb angle dan
kemudian membaginya dengan besar Cobb angle dikalikan 100%. Kita
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
menggunakan bending view terutama untuk menentukan level fusi sebelum
operasi.
Gambar 2.6 Rontgen PA, Lateral dan Side –bending view, Laki-laki 15 tahun dengan AIS Atas : preoperatif standing PA dan lateral view Bawah : Supine left dan right bending view
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
2.5. KLASIFIKASI AIS
Tujauan klasifikasi Adolescent idiopathic Scoliosis adalah untuk
mengelompokkan kedalam bentuk berbeda sehingga mudah dalam
komunikasi, membantu penanganan, dan memprediksi hasil atau prognosis.
2.5.1. Klasifikasi King’s
Dikelompokkan berdasarkan bentuk kurva, besar dan fleksibilitas skoliosis.
King et al menjelaskan klasifikasi mereka pada tahun 1983, umumnya dikenal
sebagai King’s Classification System for Adolescent Idiophatic Scoliosis
(Gambar 2.7 )
1 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
3 4
5
Gambar 2.7 Klasifikasi King’s
1. Thoracic dan lumbar, lumbar curve lebih besar dan lebih rigid
2. Thoracic dan lumbar, Thoracic curve lebih besar dan lebih rigid
3. Single thoracic tanpa lumbar curve 4. Long thoracic curve dengan L4 tilted
kedalam curve 5. Double thoracic curve
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
2.5.2. Klasifikasi Lenke
Lenke dan coworkers mengembangkan sistem klasifikasi baru untuk
adolescent idiopathic scoliosis pada tahun 1997. Dalam sistem klasifikasi baru
lebih komprehensif, dapat menentukan level instrumentasi dan fusi kurva
scoliosis yang harus dilakukan, memungkinkan analisis scoliosis secara tiga
dimensi dan mendapatkan reliabilitas intraobserver dan interobserver yang
lebih baik. Sistem klasifikasi Lenke bergantung dari pengukuran kurva baik
dibidang frontal maupun sagittal. Sangat komprehensif (42 bentuk kurva
berbeda dapat diturunkan) namun memungkinkan ahli bedah belajar secara
cepat. Tiga variable utama yang perlu dievaluasi adalah jenis kurva, lumbar
spine modifiers, and thoracic sagittal modifiers (Gambar 8).
Tabel 2.3. Klasifikasi Lenke et al. (1997) Sistem klasifikasi komprehensif untuk scoliosis menilai tiga variable jenis kurva, lumbar spine modifier, and thoracic sagittal modifier.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Gambar 2.8 Lumbar Spine Modifier A: Central sacral vertical line diantara pedikel apek vertebra lumbal B: Central sacral vertical line menyentuh tepi corpus vertebra (apek vertebra lumbal) C: Central sacral vertical line di medial dari corpus vertebra ( apek vertebra lumbal) Klasifikasi ini berguna untuk komunikasi dan menentukan prognosis serta
panduan dalam menentukan terapi. Jika ada indikasi terapi bedah , maka level
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
fusi ditentukan mulai dari 1 level diatas upper end vertebra di bagian atas
sampai dengan neutral atau stable vertebra dibagian bawah menggunakan
instrumen Harrington rod. Direkomendasikan hanya melakukan fusi thoracic
untuk klasifikasi king’s type II. King’s klasifikasi diterima secara luas dan
digunakan sebagai guidline dalam penentuan level fusi menggunakan
instrumentasi distraksi harrington yang mulai dipakai sebagai standar operasi
idiophatic scoliosis sejak awal tahun 1980-an (Risser JC 1958).
2.6. TREATMENT
Kebanyakan adolescent idiopathic scoliosis tidak memerlukan terapi
karena kemungkinan progresi kurva kecil. Terapi hanya dianjurkan pada
pasien dimana secara subsansial beresiko mengalami peningkatan besar sudut
dan pasien dengan penampakan besar sudut yang berat. Pengetahuan tentang
faktor resiko sudah didiskusikan diatas dalam bab natural history dan berguna
untuk menentukan apakah pasien memerlukan terapi brace, surgery atau
cukup diobservasi.
Tabel 2.4 Guidelines Terapi Pasien Idiopathic Scoliosis
Dalam menentukan terapi, dokter harus menentukan potensi sisa
pertumbuhan, berat atau besar sudut saat diagnosis, bentuk dan lokasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
skoliosis. Pertimbangan kosmetik dan faktor sosial juga harus menjadi
pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Pasien dewasa muda yang
sedang tumbuh aktif ( Risser grade 2 atau dibawahnya) dengan kurva 30-45°
harus mulai menggunakan brace pada saat awal terdiagnosis. Pada pasien
immature ( Risser grade 0 dan premenarche pada perempuan) dengan kurva
lebih dari 25 ° , bracing juga harus segera dipakai sesegera mungkin. Pada
kebanyakan kasus, pasien adolescent dengan kurva 45-50 ° memerlukan
operasi stabilisasi karena jenis terapi yang lain tidak efektif dalam mengontrol
dan mengoreksi skoliosis. Pasien dengan skeletal matur lebih dari 50-55° juga
memiliki resiko pertambahan besar sudut dan merupakan indikasi terapi
surgery.
Tujuan terapi surgery pada pasien adolescent idiopathic scoliosis
adalah untuk menghentikan deformitas yang progresif, mengoreksi
deformitas dengan tetap mempertahankan keseimbangan spine secara baik
diatas pelvis dibidang coronal maupun sagital (Morrissy et al, 2006).
Idealnya sistem instrumentasi yang digunakan harus aman , handal,
dan tidak patah atau rusak, dapat menahan tekanan dari semua arah tanpa
bantuan dari eksternal support (brace), mudah digunakan dalam waktu opersi
yang pendek, dapat mengembalikan kontur spine dibidang coronal, sagital dan
tranversal, serta tidak menimbulkan deformitas baru saat digunakan. Sistem
tersebut juga harus cost effektif. Tidak ada satu alatpun yang memenuhi
semua kriteria diatas, jadi seorang ahli bedah harus memilih alat yang ideal
untuknya. Pada tahun 1962, Harrington memperkenalkan sistem instrumentasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
yang efektif untuk scoliosis. Penggunaan distraksi harrington rod ini
dikombinasi dengan arthrodesis posterior dan immobilisasi dengan cast atau
brace selama 6-9 bulan post-operasi. Insidensi gangguan neurologis dengana
alat ini kurang dari 1% dan pseudoarthrosis kurang dari 10% ( canale S. Terry
et al, 2007).
Prinsip harrington rod sistem ini adalah kekuatan distraksi pada sisi
konkaf dan kompresi sisi konvek kurva dengan hook atau pedikel screw.
Perbaikan bidang coronal dari hasil distraksi harrington rod seringkali
menyebabkan hipokifosis thoracic dan flattening lumbar spine (flat back
deformity). Sehingga modifikasi konsep harrington yaitu dengan
menggunakan sublaminar wire untuk membentuk vertebra sesuai kontur rod
(mempertahankan kifosis thorak dan lordosis lumbal) dan mencegah rotasi
rod. Sublaminar wire ini berguna sekali terutama di apek vertebra dan
sekitarnya untuk menarik daerah tersebut sesuai kontur rod yang dibentuk.
Semakin rigid kurva semakin penting peran sublaminar wire tersebut.
Keberhasilan operasi scoliosis dalam jangka waktu lama ditentukan
oleh hasil spinal arthrodesis saat fusi anterior atau posterior dengan
menggunakan graft (canale S. Terry et al, 2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
2.7. KERANGKA KONSEP
Progresifitas Kurva
Umur Kronologis
Besar Sudut Indeks Fleksibilitas
Stadium Risser Sign
Adolescent Idiophatic Scoliosis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
2.8. HIPOTESIS
1. Ada hubungan stadium risser sign dengan umur kronologis pada pasien AIS
di RSO Surakarta.
2. Ada hubungan stadium risser sign dengan besar sudut pada pasien AIS di
RSO
3. Ada hubungan stadium risser sign dengan indeks fleksibilitas pada pasien AIS
di RSO
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. JENIS PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan
menggunakan rancangan retrospektif, dengan menilai hubungan antara
stadium Risser sign dengan umur kronologis, besar sudut dan fleksibilitas
kurva pasien Adolescent Idiophatic Scoliosis laki-laki dan perempuan di
Rumah Sakit Orthopaedi Prof.Dr.R.Soeharso Surakarta.
3.2 CARA PENGAMBILAN DATA
Data diambil secara retrospektif dengan melihat rekam medis dan
rontgen spine standing AP view , spine side-bending lateral view dan pelvis
AP view pasien AIS di Rumah Sakit Orthopaedi Prof.Dr.R.Soeharso
Surakarta, mulai 1 Januari 2014 sampai 31 Desember 2014 yang memenuhi
kriteria inklusi.
3.3 OBYEK PENELITIAN
Obyek penelitian yang digunakan adalah pasien Adolescent Idiophatic
Scoliosis laki-laki dan perempuan di Poliklinik Rumah Sakit Orthopedi Prof.
Dr. R. Soeharso Surakarta.
Dengan kriteria inklusi:
1. Pasien dengan Adolescent idiopathic scoliosis dengan besar sudut > 25 °
2. Usia antara 10-20 tahun
3. Gambaran radiologis spine standing PA view pre-op, side-bending lateral
view dan pelvis AP view jelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Kriteria Eksklusi:
1. Pasien dengan kelainan kongenital ( Hemivertebra, wedge vertebra,
failure of segmentation)
2. Pasien dengan gangguan pertumbuhan (Achondroplasia,
Neurofibromatosis, osteogenesis imperfekta, marfan syndrome)
3. Pasien dengan degenerative neuromuscular (spina bifida, cerebral palsy,
muscular dystrofi)
4. Secondary scoliosis ( tumor, infeksi)
5. Gambar radiologi tidak jelas
3.4. BESAR SAMPEL
Sampel diambil pada semua pasien AIS yang ditangani di Klinik Spine
Rumah Sakit Orthopaedi Prof.Dr.R.Soeharso Surakarta, mulai 1 Januari 2014
sampai 31 Desember 2014 yang memenuhi kriteria inklusi.
Besar sampel yang dibutuhkan sesuai rumus ukuran sampel ( Lameshow et. al
1990)
n = (Z 1-α/2)2 p.q dengan:
d2
n = Besar sampel
p = Prevalensi variabel dependen pada populasi
q = 1-p
Z 1-α/2 = statistik Z (misalnya Z=1.96 untuk α=0.05)
d = delta, presisi absolut atau margin of error yang diinginkan di
kedua sisi proporsi (misalnya +/- 5%)
n = (1,96)2 0,02(0,98)
(0,05)2
= 3,84x0,02x0,98
0,0025
= 30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
3.5. VARIABEL PENELITIAN
No Variabel Bebas Variabel Terikat 1 Stadium Risser sign Umur kronologis 2 Stadium Risser sign Besar Sudut 3 Stadium Risser sign Indeks Flexibilitas
3.6. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL
1. Umur kronologis adalah usia berdasarkan tanggal, bulan dan tahun
dihitung dari kelahiran
Alat ukur : Akte kelahiran
Satuan: tahun
Skala data: ratio
2. Risser Sign
Definisi : merupakan tanda untuk menggambarkan tingkat ossifikasi
apophysis iliaka dilihat dari rontgen pelvis AP view digunakan untuk
menilai tingkat kematangan tulang dan waktu yang masih tersisa dari
pertumbuhan tulang skeletal (skeletal growth).
Alat ukur : Rontgen Pelvis AP view dan meteran
Satuan : Persen
Skala data :
- Kategori Ordinal
1. Derajat 1 : jika penulangan sampai dengan 25%
2. Derajat 2 : jika penulangan sampai dengan 50 %
3. Derajat 3 : jika penulangan sampai dengan 75 %
4. Derajat 4 : jika penulangan sampai dengan 100%
5. Derajat 5 : jika terjadi fusi
3. Besar Sudut diukur dengan menggunakan metode cobb angle yaitu sudut
yang terbentuk dari perpotongan kedua garis tegak lurus permukaan
superior dan inferior end vertebra
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Alat ukur : Rontgen Spine AP view dan Goniometer
Satuan: Derajat
Skala data : Ratio
4. Indeks Fleksibilitas adalah persentase besar sudut yang terkoreksi pada
rontgen lateral bending view terhadap besar sudut awal.
Indeks fleksibilitas = besar sudut awal – besar sudut lateral-bending x 100%
besar sudut awal
Alat ukur : Rontgen spine AP dan Lateral-bending View dan Goniometer
Satuan : Persen
Skala data : Ratio
3.7. ANALISIS STATISTIK
Menggunakan uji hubungan / korelasi pearson jika distribusi data normal. Jika
distribusi tidak normal dilakukan uji rank spearman.
3.8. LANGKAH PENGOLAHAN DATA
1. Data pasien adolescent idiopathic scoliosis dicatat identitas meliputi
nama, nomer rekam medik, umur, jenis kelamin, alamat dan usia
menarche pada perempuan
2. Data radiologis rontgen Spine standing AP, Spine side-bending lateral
dan Pelvis AP view pasien dijadikan data penelitian
3. Dari gambaran radiologis Pelvis AP view dinilai Stadium Risser sign
berdasarkan umur kronologis baik pada pasien laki-laki maupun
perempuan.
4. Dari gambaran radiologis Spine AP dan side-bending lateral view dinilai
besar sudut dan indeks flexibilitas kurva
5. Dilakukan analisa data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
2.8. KERANGKA OPERASIONAL
Spine AP/Lat view
Cobb angle Indek Fleksibilitas
Besar Sudut
Fleksibilitas kurva
Spine side-bending lateral view
Surgery Brace Observasi
Out Come
Indek Fleksibilitas
Stadium Risser Sign
Pilihan Terapi
Spine AP/Lat view
Pelvis AP view
Cobb angle
Besar dan Jenis kurva
Umur Kronologis
Indeks Fleksibilitas
Spine bending lateral view
Surgery Brace Observasi
Out Come
Adolescent Idiophatic Scoliosis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL PENELITIAN
Data dari 144 pasien dengan diagnosis adolescent idiopathic scoliosis
yang datang ke RSO Surakarta selama periode waktu 1 Januari 2014 sampai
dengan 31 Desember 2014 didapatkan 104 pasien memenuhi kriteria inklusi.
Sedangkan sebanyak 40 pasien di drop out karena gambaran radiologis tidak
jelas, data kurang lengkap dan usia dibawah 10 tahun.
Tabel 4.1 Deskripsi Karakteristik Jenis Kelamin pasien, Besar Sudut dan Jenis Kurva berdasarkan Klasifikasi Lenke Pasien AIS
Parameter Kelompok
Laki-laki (mean) Perempuan (mean)
Jumlah Pasien 7 97
Umur (tahun) 15,44 14,33
Besar Sudut 51,00 59,72
Klasifikasi Lenke 1 Jumlah pasien (%)
51,0 7 (100 %)
61,2 68 (70 %)
Lenke 2 Jumlah pasien (%)
- 58,8 6 (6 %)
Lenke 3 Jumlah pasien (%)
- 62,0 14 (14 %)
Lenke 4 Jumlah pasien (%)
- -
Lenke 5 Jumlah pasien (%)
- 32,8 6 (6 %)
Lenke 6 Jumlah pasien (%)
- 71,6 3 ( 3%)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Deskripsi karakteristik jumlah sampel, umur kronologis, jenis kelamin,
besar sudut dan jenis kurva berdasarkan klasifikasi Lenke pasien yang
memenuhi kriteria inklusi dapat dilihat pada tabel 4.1. Jumlah sampel yang
memenuhi kriteria inklusi sebanyak 104 pasien, 7 laki-laki dan 97 perempuan.
Umur rata-rata kronologis pasien laki-laki 15 tahun 5 bulan (15,44) dan pasien
perempuan 14 tahun 4 bulan (14,33). Besar sudut rata-rata untuk jenis kelamin
laki-laki sebesar 51º dengan besar sudut paling kecil sebesar 38º dan terbesar
70º, sedangkan pada jenis kelamin perempuan besar sudut rata-rata sebesar
59,72º dengan besar sudut paling kecil sebesar 25º dan terbesar 105 º. Dari
104 pasien yang memenuhi kriteria inklusi dapat dinilai hubungan antara
stadium risser sign dengan umur kronologis. Sedangkan untuk menilai
hubungan stadium risser sign dengan besar sudut dan indeks fleksibilitas ,
peneliti melakukan homogenisasi data dengan mengambil sampel hanya pada
pasien AIS lenke 1, yaitu sebanyak 75 pasien.
Karakteristik Stadium Risser Sign berdasarkan Umur Kronologis
pasien adolescent idiophatic scoliosis laki-laki dan perempuan dapat dilihat
pada tabel 4.2. Hasil tersebut menyatakan bahwa rata-rata stadium risser sign
jenis kelamin laki-laki memiliki umur kronologis yang lebih besar
dibandingkan jenis kelamin perempuan yaitu 15,44 tahun pada jenis kelamin
laki-laki dan 14,33 tahun pada jenis kelamin perempuan. Pada risser sign
stadium 1 rata-rata umur kronologis pasien laki-laki adalah 13,5 tahun
sedangkan perempuan 12,0 tahun; risser sign stadium 2 laki-laki 14,8 tahun
sedangkan perempuan 13,0 tahun ; risser sign stadium 3 laki-laki 15,0 tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
sedangkan perempuan 13,6 tahun ; risser sign stadium 4 laki-laki 15,7 tahun
sedangkan perempuan 15,0 tahun; risser sign stadium 5 laki-laki 17,2 tahun
sedangkan perempuan 15,7 tahun. Secara keseluruhan dapat dilihat risser sign
stadium 1 rata-rata umur kronologis 12,22; risser 2 rata-rata umur kronologis
13,18; risser 3 rata-rata umur kronologis 13,66; risser 4 rata-rata umur
kronologis 15,05; risser 5 rata-rata umur kronologis 15,84.
Tabel 4.2 Deskripsi karakteristik Stadium Risser Sign berdasarkan Umur Kronologis (tahun) pasien AIS
Laki-laki Perempuan Total
Risser 1 13.5 12.0 12.2
Risser 2 14.8 13.0 13.2
Risser 3 15.0 13.6 13.7
Risser 4 15.7 15.0 15.1 Risser 5 17.2 15.7 15.8
Rata-rata 15.44 14.34 14.41
Grafik 4.1 Stadium Risser Sign Berdasarkan Umur Kronologis dan Jenis Kelamin
Risser
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Grafik 4.2 Stadium Risser Sign Berdasarkan Umur Kronologis
Setelah dilakukan analisis mengenai hubungan antara stadium risser
sign dengan umur kronologis menggunakan uji regresi didapatkan bahwa
stadium risser sign berhubungan secara signifikan dengan umur kronologis
dengan nilai signifikansi 0,000 (lebih kecil dari 0,05) dan koefisien regresi
0,673. Dari uji tersebut dapat dinyatakan bahwa semakin besar umur
kronologis, memiliki stadium risser sign yang semakin tinggi, atau sebaliknya.
Peneliti melakukan analisis data tentang hubungan antara stadium
risser sign dengan besar sudut hanya pada pasien AIS lenke 1 sehingga data
yang diperoleh bersifat homogen. Peneliti melakukan proses eksklusi pada
pasien dengan klasifikasi lenke 2 sampai dengan 5 sehingga didapatkan 75
dari 104 pasien yang diteliti. Dari 75 pasien yang sejenis yaitu Lenke 1
Risser
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
dilakukan analisis data, karakteristik besar sudut berdasarkan stadium risser
sign ini dapat dilihat pada tabel 4.3
Tabel 4.3 Deskripsi karakteristik Besar Sudut berdasarkan Stadium Risser Sign
Risser/ Besar Sudut
Laki-laki Perempuan Total
Risser 1 38,00 51,00 49,00
Risser 2 66,50 51,75 60,93
Risser 3 40,00 60,00 60,00
Risser 4 46,00 61,25 58,77
Risser 5 50,00 59,38 64,47
Rata-rata 51,00 61,03 60,09
Grafik 4.3 Besar Sudut berdasarkan Stadium Risser Sign dan Jenis kelamin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Grafik 4.4 Besar Sudut berdasarkan Stadium Risser Sign
Dari data tersebut diatas dapat dilihat bahwa pada risser sign stadium 1
memiliki besar sudut rata-rata sebesar 49º; pada risser sign stadium 2 sebesar
60,9 º; Risser sign stadium 3 sebesar 60 º; Risser sign stadium 4 sebesar 58,7 º
dan Risser sign stadium 5 sebesar 64,5 º. Rata-rata besar sudut tidak
bertambah sesuai dengan kenaikan stadium risser sign. Dan setelah dilakukan
pengolahan data dengan uji regresi didapatkan bahwa tidak ada hubungan
yang signifikan antara stadium risser sign dengan besar sudut, dengan nilai
signifikansi 0,188 (lebih besar dari 0,05) dan koefisien regresi 1.985.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Dari 75 pasien yang memiliki bentuk kurva sejenis yaitu pasien AIS
Lenke 1 dilakukan analisis data untuk mengetahui hubungan antara stadium
risser sign dengan indeks fleksibilitas. Hasil dapat dilihat pada tabel 4.4
Tabel 4.4 Deskripsi karakteristik Indeks Fleksibilitas berdasarkam Risser pasien AIS
Grafik 4.5 Indeks Fleksibilitas berdasarkan Risser dan Jenis Kelamin
Dari data tersebut diatas dapat dilihat bahwa pada risser sign stadium 1
lebih fleksibel dibandingkan dengan dengan stadium Risser sign diatasnya
baik pada kelompok jenis laki-laki maupun perempuan dan risser sign stadium
5 memiliki indeks fleksibilitas paling rigid dibandingkan stadium risser sign
dibawahnya. Setelah dilakukan pengolahan data dengan uji regresi didapatkan
Risser/ Indeks fleksibilitas
Laki- Laki Perempuan Total
Risser 1 0.54 0.67 0.64
Risser 2 0.52 0.53 0.53
Risser 3 0.37 0.45 0.44
Risser 4 0.32 0.43 0.42
Risser 5 0.30 0.36 0.35
Rata-rata 0,41 0,45 0,45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
bahwa stadium riser sign berhubungan negatif dengan indeks fleksibilitas
dengan nilai signifikansi 0,000 (lebih kecil dari 0,05) dan koefisien regresi -
0,062. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi stadium
risser sign memiliki indeks fleksibilitas semakin rendah dan sebaliknya.
Tabel 4.5 Deskripsi karakteristik hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat
No Variabel Bebas Variabel Terikat Koefisien Regresi
Signifikansi
1 Umur kronologis Stadium Risser sign
0,673 0,000
2 Stadium Risser sign Besar Sudut 1,985 .188
3 Stadium Risser sign Indeks Flexibilitas 0,062 .000
Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari hubungan antara stadium
risser sign dengan umur kronologis, besar sudut dan indeks fleksibilitas pada
pasien AIS di RSO yang hasil analisis datanya dapat dilihat pada tabel 4.5.
dimana stadium risser sign ini berhubungan secara signifikan dengan umur
kronologis dan indeks fleksibilitas , tetapi tidak memiliki hubungan secara
signifikan dengan besar sudut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
4.2. PEMBAHASAN
Dari 104 sampel yang memenuhi kriteria inklusi, didapatkan jumlah
sampel perempuan sebanyak 97 pasien dan laki-laki sebanyak 7 pasien
dengan perbandingan 13:1. Perbandingan jumlah sampel pada pasien
adolescent idiopathic scoliosis ini sesuai dengan prevalensi AIS yang ditulis
oleh Asher M, Beringer GB, Orrick J dalam J Kans Med Soc 1980 tentang “A
six-year report: Spinal deformity screening in Kansas school children”,
dimana pada pasien adolescent idiopathic scoliosis dengan kurva >21º jenis
kelamin perempuan memiliki prevalensi yang lebih banyak dibandingkan
jenis kelamin laki-laki dengan perbandingan 10:1.
Dari penelitian ini didapatkan data epidemiologi tentang umur
kronologis, besar sudut dan jenis kurva dan indeks fleksibilitas pasien
adolescent idiopathic scoliosis yang datang ke RSO. Umur rata-rata pasien
laki-laki adalah 15,44 tahun dengan umur perempuan 14,33 tahun. Besar
sudut rata-rata untuk jenis kelamin laki-laki sebesar 51º, sedangkan pada jenis
kelamin perempuan sebesar 59,72º.
Hipotesis untuk penelitian ini adalah terdapat hubungan antara
stadium risser sign dengan umur kronologis pasien Adolescent Idiophatic
Scoliosis di RSO surakarta. Dari hasil data didapatkan rata-rata stadium risser
sign jenis kelamin laki-laki memiliki umur kronologis yang lebih tinggi
dibandingkan jenis kelamin perempuan. Hasil analisis menggunakan uji
regresi didapatkan bahwa stadium Riser sign berhubungan secara signifikan
dengan Umur kronologis dengan nilai signifikansi 0,000 (lebih kecil dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
0,05) dan koefisien regresi 0,673. Dari uji tersebut dapat dinyatakan bahwa
semakin besar umur kronologis, memiliki stadium risser sign yang semakin
tinggi, atau sebaliknya . Hasil ini sesuai dengan Risser’s atlas yang
dikemukakan oleh Risser JC. (1958). The Iliac Apophysis; an invaluable sign
in the management of scoliosis.
Walaupun demikian secara keseluruhan stadium risser sign baik laki-
laki maupun perempuan pasien yang datang ke RSO memiliki karakteristik
umur kronologis yang lebih muda dibandingkan Risser’s atlas. Hal ini sesuai
dengan penelitian Theodoros B Grivas, Elias Vasiliadis tentang “Hubungan
antara prevalensi adolescent idiophatic scoliosis dan umur saat menarche
pada lintang geografi yang berbeda” dimana dari hasil penelitiannya
didapatkan masa pubertas lebih lambat pada perempuan yang hidup di daerah
subtropis (> 25º LU). Kemungkinan hubungan letak geografis terhadap
pathogenesis idiopathic scoliosisi masih diperdebatkan, dimana letak garis
lintang yang berbeda memiliki pancaran cahaya matahari yang berbeda yang
mempengaruhi produksi melatonin dan memodifikasi umur pematangan.
Data tentang hubungan antara stadium risser sign dengan umur
kronologis pasien AIS di RSO ini penting untuk memperkirakan umur
kronologis pasien AIS terutama untuk tujuan legal di indonesia. Selama ini
kita menggunakan Risser Atlas untuk menentukan tindakan observasi, brace,
atau pembedahan. Risser Atlas ini datanya diambil dari sampel orang eropa
sehingga data tersebut perlu dimodifikasi. Penelitian tentang hubungan risser
sign dengan umur kronologis ini perlu dilakukan di center pendidikan lain di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Indonesia sehingga kumpulan datanya dapat dijadikan referensi Standar
Risser Atlas Indonesia.
Hipotesis kedua pada penelitian ini adalah terdapat hubungan antara
stadium risser sign dengan besar sudut pada pasien AIS di RSO. Dari data
tersebut diatas dapat dilihat bahwa rata-rata besar sudut tidak bertambah
sesuai dengan kenaikan stadium risser sign. Dan setelah dilakukan pengolahan
data dengan uji regresi didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
antara stadium risser sign dengan Cobb Angle (besar sudut), dengan nilai
signifikansi 0,188 (lebih besar dari 0,05) dan koefisien regresi 1.985. jadi
hipotesis kedua dalam penelitian ini tidak terbukti.
Rothman-simeon menyatakan bahwa pasien dengan Risser sign
stadium 1-2 dengan besar sudut lebih dari 20° memiliki resiko peningkatan
deformitas sebesar 68% atau pasien dengan besar sudut 30-50° memiliki
resiko terjadi peningkatan sudut sebesar 10-15° pertahunnya. Dalam
penelitian ini stadium risser sign tidak berhubungan dengan besar sudut,
diperlukan penelitian berbentuk kohort retrospektif untuk menilai bahwa
stadium risser sign mempengaruhi progresifitas besar sudut sesuai yang di
kemukakan oleh Rothman-simeon.
Hipotesis yang ketiga dari penelitian ini adalah terdapat hubungan
antara stadium risser sign dengan indeks fleksibilitas pada pasien AIS di RSO.
Dari data diatas dapat dilihat bahwa pada risser sign stadium 1 lebih fleksibel
dibandingkan dengan dengan stadium Risser sign diatasnya baik pada
kelompok jenis laki-laki maupun perempuan dan risser sign stadium 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
memiliki indeks fleksibilitas paling rigid dibandingkan stadium risser sign
dibawahnya. Setelah dilakukan pengolahan data dengan uji regresi didapatkan
bahwa stadium riser sign berhubungan negatif dengan indeks fleksibilitas
dengan nilai signifikansi 0,000 (lebih kecil dari 0,05) dan koefisien regresi -
0,062. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi stadium
risser sign memiliki indeks fleksibilitas semakin rendah dan sebaliknya.
Hasil ini sesuai dengan hipotesis awal dan sesuai dengan prediksi
fleksibilitas yang dikemukakan oleh Vedat Deviren bahwa umur pasien
merupakan prediktor utama terhadap fleksibilitas kurva. Vedat Deviren dalam
penelitiannya “ Predictor of Flexibility and Pain Pattern in Thoracolumbar
and Lumbar Idiopathic Scoliosis” mengemukakan bahwa setiap 10 tahun
peningkatan usia akan menurunkan indeks fleksibilitas kurva struktural
sebesar 5 %.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 SIMPULAN
Terdapat hubungan stadium risser sign dengan umur kronologis dan
indeks fleksibilitas, dan tidak didapatkan hubungan stadium risser sign dengan
besar sudut pasien AIS di RSO surakarta. Hubungan stadium risser sign
dengan umur kronologis memiliki korelasi positif. Semakin tinggi umur
kronologis memiliki stadium risser sign yang semakin besar. Hasil ini sesuai
dengan Risser’s atlas yang dikemukakan oleh Risser JC. (1958). The Iliac
Apophysis; an invaluable sign in the management of scoliosis.
Hubungan stadium risser sign dengan indeks fleksibilitas memiliki
korelasi negatif. Semakin tinggi stadium risser sign memiliki indeks
fleksibilitas semakin rendah dan sebaliknya. Hasil penilaian fleksibilitas pada
penelitian ini sesuai dengan prediksi fleksibilitas yang dikemukakan oleh
Vedat Deviren bahwa umur pasien merupakan predictor utama terhadap
fleksibilitas kurva. Risser stage 1 lebih fleksibel dibandingkan dengan dengan
Risser stage diatasnya dan Risser stage 5 memiliki indeks fleksibilitas paling
rigid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
5.2 SARAN
Penilaian ini memiliki jumlah sampel dalam rentang waktu satu tahun,
sehingga tidak memiliki jumlah sampel yang cukup banyak pada pasien jenis
kelamin laki-laki dan tidak ditemukan bentuk kurva jenis Lenke 4 maka
diperlukan penelitian dalam jangka waktu yang lebih lama sehingga
didapatkan jumlah sampel lebih banyak untuk lebih menguatkan
efektifitasnya.
Dalam penelitian ini stadium risser sign tidak berhubungan dengan
besar sudut, diperlukan penelitian berbentuk kohort retrospektif untuk menilai
bahwa stadium risser sign mempengaruhi progresifitas besar sudut sesuai
yang di kemukakan oleh Rothman-simeon.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
DAFTAR PUSTAKA
Tachdjian’s. (2008). Scoliosis. In: Pediatric Orthopaedics ( 4th edition).
Philadelphia, Saunders Elsevier: 265-338.
Rothman-Simeon. (2011). Idiophatic Scoliosis. In: The Spine. ( Sixth edition).
Philadelphia,Saunders Elsevier: 2011, 368-98.
Theodoros B Grivas, elis Vasiliadis. (2006). Association between Adolescent
Idiopathic Scoliosis Prevalence and Age at Menarche in Different
Geographic Latitudes. Scoliosis 2006, 1:9 doi:10.1186/1748-7161-1-9
Vedat Deviren, MD, Sigurd Berve. (2002). Predictor of Flexibility and Pain
Pattern in Thoracolumbar and Lumbar Idiopathic Scoliosis. Spine.
Volume 27, number 21, pp 2346-2349
Morrissy, Raymond T. Weinstein, Stuart L. (2006). Idiopathic Scoliosis. In:
Lovell & Winter’s Pediatric Orthopaedics, 6 th Edition. Lippincott
Williams & Wilkins: 694- 762
Canale S. Terry, james H. Beaty. (2007). Posterior Surgeries for Idiopathic
Scoliosis. In: Cambell’s Operative Orthopaedics. (Eleventh Edition).
Philadelphia : Elsevier.
Winiarski A, Zarzycki D, Koniarski A, Kalicinski M. (2005). The Natural
History of Idiopathic Scoliosis. Orthop Traumatol Rehabil :1-7.
Risser JC. (1958). The Iliac Apophysis; an invaluable sign in the management
of scoliosia. Clin Orthop Relat Res;11:111-119.
Weinstein SL, Dolan LA, Spratt KF, et a.l. (2003) . Health and function of
patients with untreated idiopathic scoliosis: A 50-year natural history
study. JAMA ; 289: 559–67.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Rogala EJ, Drummond DS, Gurr J. (1978). Scoliosis: incidence and natural
history. A prospective epidemiological study. J Bone Joint Surg Am .
60(2):173-6.
Asher M, Beringer GB, Orrick J : A six-year report: Spinal deformity screening
in Kansas school children. J Kans Med Soc 1980; 81:568
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Hubungan Stadium Risser Sign berdasarkan Umur kronologis
Descriptive Statistics
Dependent Variable:Umur Kronologis (Tahun)
Risser Sex Mean Std. Deviation N
1 Laki-Laki 13.5000 . 1
Perempuan 11.9660 .58162 5
Total 12.2217 .81414 6 2 Laki-Laki 14.7900 .41012 2
Perempuan 12.9853 .65999 17 Total 13.1753 .84872 19
3 Laki-Laki 15.0000 . 1
Perempuan 13.5962 .69371 21 Total 13.6600 .74020 22
4 Laki-Laki 15.6700 . 1
Perempuan 15.0349 .67500 35 Total 15.0525 .67366 36
5 Laki-Laki 17.1650 1.18087 2
Perempuan 15.7016 .87433 19 Total 15.8410 .97545 21
Total Laki-Laki 15.4400 1.43579 7
Perempuan 14.3366 1.33197 97 Total 14.4109 1.36045 104
Correlations
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
Umur (Tahun) 14.3145 1.45885 75 Risser 3.4267 1.22114 75
Correlations
Umur (Tahun) Risser
Umur (Tahun) Pearson Correlation 1 .804**
Sig. (2-tailed) .000
N 75 75 Risser Pearson Correlation .804** 1
Sig. (2-tailed) .000 N 75 75
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Riser berhubungan dengan Umur dengan nilai signifikansi 0,000 (lebih kecil dari 0,05) dan koefisien korelasi 0,804.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Regression Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .804a .647 .642 .73063 1.952 a. Predictors: (Constant), Umur (Tahun) b. Dependent Variable: Risser
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 71.378 1 71.378 133.713 .000a
Residual 38.968 73 .534 Total 110.347 74
a. Predictors: (Constant), Umur (Tahun) b. Dependent Variable: Risser
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -6.210 .838 -7.414 .000
Umur (Tahun) .673 .058 .804 11.563 .000 a. Dependent Variable: Risser Riser berhubungan dengan Umur kronologis dengan nilai signifikansi 0,000 (lebih kecil dari 0,05) dan koefisien regresi 0,673. Tanda (+) menunjukkan semakin besar umur, reser semakin tinggi, atau sebaliknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Hubungan Stadium Risser Sign terhadap Besar Sudut Descriptive Statistics
Dependent Variable:Cobb Angle (Besar Sudut) Sex Risser Mean Std. Deviation N
Laki-Laki 1 38,0000 , 1
2 66,5000 4,94975 2
3 40,0000 , 1
4 46,0000 , 1
5 50,0000 14,14214 2
Total 51,0000 13,05118 7 Perempuan 1 51,7500 15,45693 4
2 60,0000 18,39960 12 3 61,2500 10,61131 16 4 59,3810 14,67473 21 5 66,4000 19,78744 15 Total 61,0294 15,81891 68
Total 1 49,0000 14,73092 5 2 60,9286 17,14402 14 3 60,0000 11,49456 17 4 58,7727 14,60245 22 5 64,4706 19,61542 17 Total 60,0933 15,77988 75
Correlations
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
Risser 3.4267 1.22114 75 Cobb Angle (Besar Sudut) 60.0933 15.77988 75
Correlations
Risser
Cobb Angle (Besar Kurva)
Risser Pearson Correlation 1 .154 Sig. (2-tailed) .188
N 75 75 Cobb Angle (Besar Sudut) Pearson Correlation .154 1
Sig. (2-tailed) .188 N 75 75
Riser tidak berhubungan dengan Cobb Angle (besar sudut) dengan nilai signifikansi 0,188 (lebih besar dari 0,05) dan koefisien korelasi 0,154.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Regression Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .154a .024 .010 15.69908 1.821 a. Predictors: (Constant), Risser b. Dependent Variable: Cobb Angle (Besar Kurva)
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 434.692 1 434.692 1.764 .188a
Residual 17991.654 73 246.461 Total 18426.347 74
a. Predictors: (Constant), Risser b. Dependent Variable: Cobb Angle (Besar Kurva)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 53.292 5.433 9.810 .000
Risser 1.985 1.494 .154 1.328 .188 a. Dependent Variable: Cobb Angle (Besar Kurva) Riser tidak berhubungan dengan Cobb Angle (besar sudut) dengan nilai signifikansi 0,188 (lebih besar dari 0,05) dan koefisien regresi 1,985.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Hubungan Stadium Risser Sign berdasarkan Indeks fleksibilitas Descriptive Statistics
Dependent Variable:Fleksibility Index Lenke 1 Sex Risser Mean Std0, Deviation N
Laki-Laki 1 0,5400 0,00 1
2 0,5150 0,07778 2
3 0,3700 0,00 1
4 0,3200 0,00 1
5 0,3000 0,07071 2
Total 0,4086 0,11824 7 Perempuan 1 0,6700 0,18037 4
2 0,5325 0,13451 12 3 0,4500 0,02422 16 4 0,4286 0,09598 21 5 0,3620 0,15396 15 Total 0,4515 0,13508 68
Total 1 0,6440 0,16667 5 2 0,5300 0,12576 14 3 0,4453 0,03044 17 4 0,4236 0,09649 22 5 0,3547 0,14655 17 Total 0,4475 0,13346 75
Correlations
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
Risser 3.4267 1.22114 75 Fleksibility Index .4475 .13346 75
Correlations
Risser Fleksibility Index
Risser Pearson Correlation 1 -.564**
Sig. (2-tailed) .000
N 75 75 Fleksibility Index Pearson Correlation -.564** 1
Sig. (2-tailed) .000 N 75 75
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Riser berhubungan dengan fleksibilitas dengan nilai signifikansi 0,000 (lebih kecil dari 0,05) dan koefisien korelasi 0,564.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Regression Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .564a .318 .308 .11098 2.018 a. Predictors: (Constant), Risser b. Dependent Variable: Fleksibility Index
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .419 1 .419 34.012 .000a
Residual .899 73 .012 Total 1.318 74
a. Predictors: (Constant), Risser b. Dependent Variable: Fleksibility Index
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) .659 .038 17.149 .000
Risser -.062 .011 -.564 -5.832 .000 a. Dependent Variable: Fleksibility Index Riser berhubungan negatis dengan fleksibilitas dengan nilai signifikansi 0,000 (lebih kecil dari 0,05) dan koefisien regresi - 0,062. Tanda (-) artinya semakin tinggi riser, fleksibilitas semakin rendah atau sebaliknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
No Nama Jenis kelamin
Umur No RM Risser’s
Cobb Angle
Cobb bending (R)
Cobb bending (L)
Fleksibility index
AIS Lenke/ King
Keterangan
1. Nn. Ranum Caesar Pratiwi
P 14 thn 2 bln
230261 3 48 27
25 8
0,47 0,7
Lenke 3 King 2
Th6-Th12 (Th9) Th12-L4
2. Sdr. Nugroho Budi Santoso
L 15 thn 227643 3 40 25 0,37 Lenke 1 King 3
Th5-Th12(Th8)
3. Nn. Asita Delyana Devi
P 12 thn 191293 1 60 28
0,53 Lenke 1 King 3
Th4-L1 (Th9)
4. Nn. Lidia Anita
P 15 thn 24819 4 30 15 0,5 Lenke 1 king 2
Th5-Th12 (Th9)
5. Nn. rida Annisa Tazkhiya
P 13 thn 206794 2 58 35 0,4 Lenke 1 king3
Th6-Th12 (th9)
6. Nn. Aisiyah Herdianti
P 14 thn 8 bln
219568 3 45 36
25 16
0,44 0,55
Lenke 3 king2
Th5-Th12 (Th8) Th12-L4
7. Nn. Febriyanti
P 13 th 2bln 236052 4 37 25 0,37 Lenke1 King3
Th4-Th11 (Th7)
8. Sdr. Nurul huda
L 15 th8 bln 236308 4 46 31 0,32 Lenke 1 King3
Th5-Th12(Th8)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
9. Nn. Anis fadila
P 15 th 7 bln
236313 4 52 30 0,42 Lenke 1 king3
Th5-Th12(Th8)
10. Nn.Dewi Nopita
P 12 thn 8 bln
236303 3 67 35 0,48 Lenke 1
Th5-Th12(Th8)
11. An. Amalia Ragil
P 13 thn 3 bln
222153 3 65 35 0,46 Lenke 1
Th4-Th11(Th7)
12. An. Maharani Wisnu
P 13 thn 6 bln
205294 2 64 30 0,53 Lenke 1
Th5-Th12(Th8)
13. Nn. Anggih Dewisartika
P 13 thn 6 bln
215503 3 77 40 0,48 Lenke 1
Th5-Th12(Th8)
14. Nn. Anita setyaningrum
P 14 thn 3 bln
201887 4 75 45 0,4 Lenke 1
Th6-Th12 (Th9)
15. Nn. Septiana Putrining Suci
P 14 thn 6 bln
233071 4 60 38
34 18
0,43 0,52
Lenke 3 king 2
Th5-Th12 (Th8) Th12-L4
16. Nn. Erin Nurhayati
P 14 thn 9 bln
213262 4 70 40 0,43 Lenke 1
Th5-Th12(Th8)
17. Nn. Fajarini Nurul
P 16 thn 158995 5 70 40 0,43 Lenke 1
Th5-Th12(Th8)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
18. Nn. Hasna Rosyida
P 11 thn 8 bln
223111 3 58 30 0,48 Lenke 1
Th4-Th12(Th8)
19. Nn. Indah Saptianti
P 16 thn 10 bln
223106 5 55 35 0,36 Lenke 1
Th5-Th12(Th8)
20. Nn. Melisa Vicky
P 16 th 2 bln
222060 4 50 50
30 27
0,4 0,44
Lenke 3 King 2
Th4-Th11 (Th8) Th12-L4
21. Nn. Nur Halimah
P 15 th 8 bln
223020 5 30 18 0,73 Lenke 5 King 4
Th11-L4 (L1)
22. Nn. Resia Perwirani
P 16 th 1 bln
222261 5 68 45 0,33 Lenke 1
Th5-Th12(Th8)
23. Nn. Retno Ambarsari
P 15 thn 8 bln
202587 4 70 40 0,43 Lenke 1
Th5-Th12(Th8)
24. NN. Lusi Dyah Utami
P 13 th 10 bln
210373 5 100 82 0,18 Lenke 1 king 3
Th5-Th12(Th8)
25. Nn. Matsna suraya
P 14 thn 11 bln
194631 5 55 35 0,36 Lenke 1
Th5-Th12(Th8)
26. Nn. Agnes Astari Lilian
P 12 th 230838 2 80 35 0,56 Lenke 1 king 3
Th6-L1 (Th8-9)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
27. Nn. Safira Ochieta
P 11 th 222663 1 30 2 0,93 Lenke 1 King 3
Th6-Th12 (Th8)
28. Nn. Tasana Adila
P 15 th 1 bln
185405 5 60 38 0,36 Lenke 1 king 3
Th5-Th12(Th8)
29. Nn. Shinta Sesotya
P 13 th 2 bln
222599 3 48 26 0,45 Lenke 1 king 3
Th5-Th12(Th8)
30. Nn. Tiffany Noveliagina
P 16 thn 222252 4 85 50 0,41 Lenke 1 king 3
Th5-Th12(Th8)
31. Nn. Titania Ramadhanti
P 15 th 6 bln
205516 4 60
34
0,43
Lenke 1 king 3
Th5-Th12(Th8)
32. Ny. Endah Sejati
P 15 thn 223245 5 95 78 0,17 Lenke 1 king 3
Th4-Th12(Th8)
33. Sdr. hendro Prakoso
P 14 th 6 bln
222649 3 65
40
0,38
Lenke 1 king 3
Th5-Th12(Th8)
34. Winona Mihaela Chrestella
P 13 thn 223123 3 68 35 0,48 Lenke 1 king 3
Th5-Th12(Th8)
35. Sdr. Fauzan teguh Handoyo
P 16 thn 223340 4 54 35 0,35 Lenke 1 king 3
Th6-Th12(Th9)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
36. Sdr. Doni Prasetyo
P 17 thn 223128 5 68 45 0,33 Lenke 1 king 3
Th5-Th12(Th8)
37. sdr.Muhammad Syukur Kurniawan
P 15 th 8 bln
223130 4 50 34 0,32 Lenke 1 king 3
Th5-Th12(Th8)
38. Nn. Allya Innaz Mahardika
P 13 th 4 bln
219781 3 55 48
30 26
0,45 0,46
Lenke 1 king 3
Th4-Th12(Th8)
39. Nn.Anisa Nurmalitasari
P 13 th 2 bln
220521 3 55 30 0,45 Lenke 1 king 3
Th5-Th12(Th8)
40. Nn Desi Fani Astuti
P 15 th 2 bln
221048 4 78 45 0,42 Lenke 1 king 3
Th5-Th12(Th8)
41. Sdr. Achmad Ilfan Rifai
L 16 th 4 bln
220923 5 40 26 0,35 Lenke 1 King3
Th5-L1 (Th8)
42. Nn.Monica Melsa
P 14 th 9 bln
220151 4 103 52
90
25
0,12 0,52
Lenke 3 king2
Th5-Th12 (Th9) Th12-L4
43. Nn. Nadia Pradnya Paramitha
P 12 th 10 bln
216884 2 58 27 0,53 Lenke 1 king 3
Th5-Th12(Th8)
44. Nn. Input dwi S
P 15 th 3 bln
220755 4 65 38 0,41 Lenke 1 king 3
Th5-Th12(Th8)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
45. Nn. Eva Oktarina
P 13 th 6 bln
220491 2 50 25 0,5 Lenke 1
Th5-Th12(Th8)
46. Nn. Gita Astyka Rahmanda
P 14 th 6 bln
220582 4 90 48
76 27
0,16 0,44
Lenke 3 King 2
Th5- Th11 (Th8) Th12-L4
47. sdr. Brian Evan
P 15 thn 213538 5 60 40 0,33 Lenke 1 king 3
Th5-Th12(Th8)
48. Nn. Matilda Stella
P 16 th 5 bln
220615 5 65 40 0,38 Lenke 1 king 3
Th5-Th12(Th8)
49. Nn. Peni Lastri Hapsari
P 13 th 7 bln
220237 3 55 30 0,45 lenke 1
Th5-Th12(Th8)
50. Nn Aprilia Ria Kasanah
P 14 th 6 bln
220441 4 45 28 0,37 Lenke 1 King 2
Th5-Th12 (Th9)
51. Nn. Annisa Chateliana P
P 14 thn 218095 3 70 40 0,43 Lenke1
Th5-Th12(Th8)
52. Sdr. bayu Aditya Purbandaru
L 14 th 6 bln
220270 2 63 27 0,57 Lenke1 King 3
Th5-Th12 (Th9) Th12-L4
53. Nn. Oktaria Stya Dewi
P 13 thn 219773 2 55 26 0,52 lenke1 Th5-Th12(Th8)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
54. Sdr. Andreas Bambang
P 14 th 8 bln
220217 3 60 36 0,4 Lenke 1 king 3
Th5-Th12(Th8)
55. Nn. Anindhita Praba Kirana
P 13 th 3 bln
210852 2 60 34 0,43 Lenke 1 king 3
Th4-Th12(Th8)
56. Nn. Auliana P 14 thn 2134444
3 58 44
30
28
0,48 0,36
Lenke 2
Th5-Th12(Th8) Th1-Th5
57. An. Maudy Amalia Safitri
P 12 th 6 bln
220235 1 65 28 0,57 Lenke 1 king 3
Th4-Th11(Th7)
58. Nn. Rochimah Farida
P 14 th 10 bln
103260 4 68 40 0,41 Lenke 1 king 3
Th4-Th12(Th8)
59. nn. Agata Sekar Rumaras
P 14 thn 205141 3 52 28 0,46 Lenke 1 king 3
Th5-Th12(Th8)
60. Sdr. Collin Powel Silitonga
P 15 th 2 bln
220174 4 60 40 0,33 Lenke 1 king 3
Th5-Th12(Th8)
61. NN. Hana Nisrina Rahmawati
P 13 thn 211540 2 25 2 0,93 Lenke 1 King 3
Th4-Th11 (th8)
62. Nn. Ailsa Dewanti Eka Putri
P 12 th 6 bln
219775 2 85 45 0,47 Lenke 1 King3
Th5-L1 (Th9)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
63. Nn. Dixerillia Aurora Bilqis
P 14 thn 212571 3 85 50 0,41 Lenke 1 king 3
Th5-Th12(Th8)
64. Sdr. Faizul Muin Arafat
P 14 th 6 bln
201746 2 65 40
36
30
0,45 0,25
Lenke 2
Th6-L1(Th8) Th1-Th6 (Th4)
65. Sdr. Khoirul fatoni
P 15 th 2bln 219800 4 66 45
42
32
0,36 0,29
Lenke 2
Th6-L1(Th8) Th1-Th6 (Th3)
66. Nn. Nancy Tamoni
P 15 thn 185359 4 50 35
30
24
0,4 0,31
Lenke 2
Th6-Th12 (Th7) Th1-Th5 (Th3)
67. Nn. Novia Murwaningsih
P 12 th 4bln 200397 1 58 30
26
18
0,55 O,4
Lenke 2
Th6-L1(Th8) Th1-Th5 (Th3)
68. Nn. Riana Andandewi
P 13 thn 194341 2 65 35 0,46 Lenke 1
Th4-Th11 (th8)
69. Nn. dita kumalasari
P 14 th 6 bln
194000 4 65 40 0,38 Lenke 1 king 3
Th4-Th11 (th8)
70. Nn. Adella putri
P 13 th 6 bln
236040 3 45 25 0,44 Lenke 1 king 3
Th4-Th11 (th8)
71. Nn. Nafiatul imtiyaz
P 15 thn 219816 4 66 40 0,39 Lenke 3 King2
Th5-Th12 (th8) Th12-L4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
72. Nn. Rika Atmatus
P 15 th 6 bln
244796 5 Th50 L 45
40
26
0,12 0,42
Lenke3 King2
Th6-L1 (th9) L1-L4
73. Nn. Alya rini Rahma
P 13 thn 245397 2 50 25 0,5 Lenke 1 king 3
Th4-Th11 (th8)
74. nn. Krismanda jatiningsh
P 15 thn 245088 4 70 40 0,43 Lenke 1 king 3
Th4-Th11 (th8)
75. Nn. Novia Murwaningsih
P 14 thn 200397 2 56 38
30
22
0,46 0,42
Lenke2
Th6-L1 (Th9) Th1-Th6 (Th3)
76. Nn. Rika Riyana
P 12 thn 244774 1 52 18 0,65 Lenke 1 King3
Th5-Th12 (th9)
77. Nn. Ahsana Syifaun Niswah
P 17 th 243500 5 88 60 0,32 Lenke 1 king 3
Th5- L1 (Th9)
78. Sdr. Bayu Aditya Purbandaru
L 15 tn 10 bln
220270 2 70 38 0,46 Lenke 1 king 3
Th5-Th12(Th8)
79. Nn Ilham Esa Tiffani
P 12 th 8 bln
227988 2 60 48
30
28
0,5 0,42
Lenke3
Th6-Th12 (Th9) Th12-L4
80. Nn. Rochima Farida
P 14 th 6 bln
103260 4 76 37 0,51 Lenke 1 king 3
Th6-Th12 (T9)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
81. Nn Janice Michele Handoko
P 14 th 8 bln
243752 4 42 14 0,67 Lenke 1 king 3
Th5-L1 (Th8)
82. Nn. Agnes Clorinda Cleosa
P 15 thn 239143 4 60 95
30 78
0,5 0,18
Lenke6 king 1
Th1-Th11(Th7) Th11-L4
83. NN. Nurhasanah
P 15 thn 227736 4 30 8 0,73 Lenke 5 king 1
Th12-L4
84. Nn. Nurul Arfina
P 15 th 2 bln
203930 4 40 14 0,65 Lenke 5 King 1
Th12-L4
85. Sdr Daffa Argya Tsany
L 18 thn 239648 5 60 45 0,25 Lenke 1 King 3
Th5-th12 (th8)
86. Nn. Agnes Clorinda Cleosa
P 15 th 6 bln
239143 4 105 90 0,14 Lenke1 King 3
Th5-L1 (th9)
87. Nn. Jelvi Febrina AnjalinFika
P 15 thn 239139 5 80 49 0,38 Lenke 1 King 3
Th5-L1 (Th9)
88. Nn. Syella Telyvia Tania
P 15 th 6 bln
239059 4 35 10 0,71 Lenke 5 king 2
Th12-L4
89. Nn. Annisa Jingga R
P 13 th 6 bln
217428 3 65 36 0,45 Lenke 1 king3
Th5-Th12(Th8)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
90. Nn. Cici Marantina
P 15 th 6 bln
178522 5 32 10 0,69 Lenke 1 king 4
Th5-L3 (Th10)
91. Sdr Faisal Praditya
L 13 th 6 bln
238905 1 38 17 0,54 Lenke 1 king4
Th5-L3 (Th10)
92. Kartika Ega Zerlina
P 12 th 8 bln
338937 2 37 10 0,73 Lenke 5 King 1
Th11-L4 (L2)
93. Nn. Noni Widya Margaretha
P 15 th 6 bln
238897 4 52 34 0,35 Lenke 1 King 3
Th5-Th12 (Th9)
94. Nn Salsabila Mellia Putri
P 13 th 6 bln
226942 3 55 30 0,43 Lenke 1 King 3
Th5-Th12(Th8)
95. Nn. Nurhasanah
P 14 thn 237130 4 45 14 0,69 Lenke 1 king 4
T5-L3 (Th9)
96. Nn. Hasna Rosyida
P 16 thn 223111 5 88 50
76 28
0,14 0,44
Lenke 3 king2
TH4-Th11 (T8) Th12-L4
97. Nn. nadya Ratih Marinka
P 13 th 8 bln
238461 3 50 76
20 50
0,6 0,34
Lenke 6 king 2
Th5-Th12(Th8)
98. Nn Meilinda Asrining
P 12 th 10 bln
222246 2 80 35 0,56 Lenke 1 king 3
Th5 –L1 (T8)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
99. Nn. Zaneta Mustofa
P 13 thn 206353 2 25 28
15 1
0,4 0,96
Lenke 3 King1
Th5-Th12 (Th9) L1-L4
100. Nn. yulia Rini Pujiastuti
P 14 th 6 bln
229772 4 25 2 0,92 Lenke 5 king1
Th12-L4
101. Nn. Emita Dewi Lilis
P 17 thn 247609 5 70
60 0,14 Lenke 1 King 3
Th6-L1 (Th9)
102. Nn. Nurul Aini
P 15 th 6 bln
245804 4 58 35 0,4 Lenke 1 King3
Th5- Th12 (Th9)
103. Nn. Septiana Putriningsuciadi
P 15 th 6 bln
233071 5 58 50
39 25
0,33 0,5
Lenke 3 King2
Th6-Th12 (Th9) Th12-L4
104. Nn. Sriverawati
P 15 thn 239381 5 30 10 0,67 Lenke 1 King3
Th5-th12 (T9)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user