Program Magister Arsitektur

18
USULAN PENELITIAN POLA PEMANFAATAN RUANG PUBLIK DI KORIDOR JALAN TEUKU UMAR KADEK BAYU DWI LAKSANA PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015

description

pola pemanfaatan

Transcript of Program Magister Arsitektur

Page 1: Program Magister Arsitektur

USULAN PENELITIAN

POLA PEMANFAATAN RUANG PUBLIK DI KORIDOR JALAN TEUKU UMAR

KADEK BAYU DWI LAKSANA

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015

Page 2: Program Magister Arsitektur

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………… i

HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………. ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………….. iii

HALAMAN PERNYATAAN…..………………………………….…… iv

KATA PENGANTAR ………………………………….………………. v

DAFTAR ISI ……………………………….…………………………… viii

DAFTAR TABEL ………………………………………………………. xii

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………… xiii

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………… xvii

ARTI SINGKATAN …………………………………………………… xviii

INTISARI ………………………………………………………………. xix

ABSTRACT…………………………………………………………….. xx

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ……………………………………………………. 1

1. Rumusan masalah ……………………………………………… 4

2. Keaslian penelitian …………………………………………….. 4

3. Urgensi penelitian ……………………………………………… 5

B. Tujuan Penelitian …………………………………………………. 6

Page 3: Program Magister Arsitektur

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANGSebuah kota merupakan tempat bagi manusia untuk beraktifitas dan bermukim.

Kota yang merupakan suatu sistem jaringan kehidupan yang ditandai dengan

kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang

heterogen (Bintarto,1989:36), dimana pada akhirnya akan membawa pengaruh pada

proses pertumbuhan dan perkembangan kota itu sendiri secara fisik. Konsepsi kota

moderen yang muncul belakangan ini, menegaskan bahwa ruang-ruang kota (urban

space) terdiri dari organisasi ruang –ruang privat dan publik dimana masyarakatnya

memiliki konsepsi urbanitas yang setara, memiliki tujuan sama untuk hidup berbagi

secara bersama (Santoso, 2006). Lebih lanjut perbedaan antara publik dan privat dapat

terlihat jelas dari cara meterjemahkan dan menginterpretasi organisasi sosial, politik

dan spasial dalam sebuah kota (Madanipour,1996). Bagaimana ruang-ruang kota yang

bersifat publik dan privat diorganisasikan merupakan manifestasi dari sistem nilai

yang dianut masyarakatnya. Pada konteks ini kita bisa melihat dimana proses-proses

pembelajaran hidup berkota akan dimulai, pada saat masyarakat kota melakukan

konsensus atau kesepakatan-kesepakatan dalam mengatur penggunaan ruang

komunalnya, dengan demikian menjadi jelas bagi kita bahwa melalui ruang publik

kita dapat meneropong sejauh mana taraf masyarakat kota kita telah menemukan

konsepsi urbanitas nya, konsepsi mengenai hidup bersama dalam satu wilayah.

Ruang publik secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu ruang yang

terbentuk atau didesain sedemikian rupa sehingga ruang tersebut dapat menampung

Page 4: Program Magister Arsitektur

sejumlah besar orang (publik) dalam melakukan aktivitas-aktivitas yang bersifat

publik sesuai dengan fungsi ruang publik tersebut. Ruang publik pada umumnya

sering digunakan masyarakat untuk berinteraksi, berolahraga, dan sebagai sarana

rekreatif. Keberadaan ruang terbuka juga bermanfaat dari segi ekonomi, sosial, dan

fisik di samping juga bertujuan untuk menjaga ketersediaan lahan sebagai kawasan

resapan air. Secara garis besar ruang publik merupakan ruang yang menjadi milik

bersama, dikelola bersama, digunakan untuk kepentingan bersama masyarakat. Dalam

perspektif perancangan kota sebuah ruang publik memiliki beberapa karakter –

karakternya, sebagai contoh misalnya saat ini semakin banyak ruang-ruang publik

kota yang terprivatisasi atau sebaliknya semakin banyak ruang-ruang milik privat

yang membuka akesnya bagi publik, dan fenomena ini terus berlanjut (Ikaputra, 2004;

Lang, 2005). Perubahan ideologi, politik dan budaya menjadi beberapa faktor perubah

status kepemilikan ruang publik, meskipun demikian, dalam konteks perubahan ini

pun tetap dapat ditarik kesimpulan bahwa ruang yang didedikasikan untuk

kepentingan dan kebutuhan publik dapat didefinisikan sebagai ruang publik.

Penekanan ruang publik sebagai sebuah ruang dimana terdapat kebebasan ekspresi

dan aktualisasi diri dan kelompok, meski demikian bukan kebebasan tanpa batas.

Kontrol norma, aturan dan regulasi tetap ada dan disepakati bersama. Meskipun pada

beberapa pendapat mendeskripsikan ruang publik harus bebas biaya (Purwanto, 2004;

Danisworo, 2004), pada kenyataannya dimensi fiskal selalu menjadi aspek penting

dalam pengelolaan ruang publik. Sebuah ruang publik – demi menjaga daya

dukungnya - memerlukan biaya dalam pengadaan dan pemeliharaannya, meskipun

dimiliki oleh instansi publik. Komponen pembiayaan bisa bersifat langsung melalui

tiket masuk atau retribusi, atau berupa pajak masyarakat. (Gaventa, 2006; Lang, 2005)

Pada perkembangannya saat ini pun baik institusi publik maupun swasta melihat

Page 5: Program Magister Arsitektur

ruang publik sebagai komoditi investasi, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Jika dilihat berdasarkan teori klasik ruang kota, morfologi ruang publik menurut

Spreiregen (1965) yang mendefinisikan bahwa ruang-ruang kota terbentuk dari

permukaan kota sebagai lantainya dan fasad bangunan sebagai pelingkup (enclosure)

nya. Purwanto (2007) mendefinisikannya sebagai ruang antara yang dibatasi oleh

pelingkup yang membentuk suatu place yang berada dalam situasi kehidupan

perkotaan. Sedangkan bentuk-bentuk ruang publik kota tradisional secara umum

adalah street dan square (Krier, 1979).

Carr dkk (1992) menyusun tipologi ruang publik secara komprehensif berdasar

seluruh penggunaan publik pada ruang-ruang kota sepanjang sejarah di Eropa dan

Amerika Serikat. Pada tipologi yang dipaparkan oleh Carr, tidak terlihat penekanan

dari segi bentuk geometrisnya. Klasifikasi Carr lebih menekankan kepada karakter

kegiatan, lokasi dan proses pembentukannya. Carr dkk membagi tipologi ruang publik

menjadi 11 tipe yaitu, taman publik, plaza, memorial, pasar, jalan, taman bermain,

ruang terbuka komunitas, jalur hijau, perbelanjaan dalam ruang, ruang spontan dalam

lingkungan hunian, dan yang terakhir tepi air.

Sebagai sebuah ruang publik, jalan berperan sebagai sebuah wilayah umum yang

dapat dilalui oleh berbagai kelompok dan segmen masyarakat (Yovita, 2010).

Menurut Widiangkoso (2002, dalam Wanda, 2010), jalan sebagai koridor ruang

terbuka kota tidak hanya berfungsi sebagai ruang terbuka dan media sirkulasi, akan

tetapi juga suatu lingkungan yang sangat menarik dan memiliki karakteristik yang

didukung dan dibentuk oleh elemen-elemen pembentuk aktivitas masyarakatnya.

Sehingga, kondisi eksisting sebuah koridor jalan perlu mendapatkan perhatian yang

lebih demi mendukung fungsinya sebagai penghubung antara dua kawasan maupun

mengembangkan potensi yang ada di dalamnya.

Page 6: Program Magister Arsitektur

Koridor jalan adalah jalan umum yang terdapat pada suatu kota atau kawasan

dengan berbagai jenis kegiatan yang terjadi di dalamnya. Koridor jalan juga memiliki

definisi sebagai ruang-ruang yang berada diantara dua muka bangunan (façade) yang

saling berseberangan. Jalan termasuk dalam ruang publik yang memiliki definisi

sebagai suatu ruang yang dapat diakses secara bebas dan terbuka oleh semua orang

atau masyarakat dalam melakukan kegiatan baik itu berkelompok maupun

perorangan. Pada pemahaman diatas, koridor jalan didefinisikan sebagai ruang publik

atau suatu jalan umum dengan berbagai macam kegiatan seperti kehidupan dan

interaksi sosial yang bebas dan terbuka serta sangat mempengaruhi keberadaan suatu

kota. Akan tetapi, fungsi jalan pun semakin berkembang dan perkembangan fungsi

jalan saat ini tidak hanya fokus pada ruang pergerakan, khususnya pada pergerakan

kendaraan bermotor. Fungsi jalan sebagai tempat kegiatan dan interaksi sosial pun

mulai menghilang, sedangkan fungsi tersebut merupakan fungsi yang mempengaruhi

keberadaan suatu kota dengan menggambarkan kehidupan kota berdasarkan kegiatan

dan interaksi masyarakat di dalamnya.

Koridor Jalan Teuku Umar merupakan salah satu ruas jalan dengan panjang

kurang lebih sekitar 1.3 km di Kota Denpasar yang memiliki fungsi sebagai jaringan

jalan kolektor primer provinsi. Koridor Jalan Teuku Umar memiliki berbagai macam

kegiatan di dalamnya, seperti pendidikan, komersial, dan perumahan. Pasal 15 ayat 2b

peraturan daerah Kota Denpasar juga menjelaskan bahwa koridor jalan Teuku Umar

sebagai tempat pusat-pusat pelayanan kegiatan sosial ekonomi. Dengan intensitas

kegiatan yang cukup tinggi membuat kondisi koridor Jalan Teuku Umar saat ini

menjadi sangat tidak teratur, terhambatnya pergerakan pengendara dan pejalan, tidak

berjalan sesuai dengan fungsinya, fasilitas dan ruang publik yang tidak

mengakomodasi pengguna, khususnya pada kawasan kegiatan yang menarik berbagai

Page 7: Program Magister Arsitektur

kepentingan pemanfaatan seperti kawasan kegiatan komersial dan kesehatan. Belum

adanya penataan dan penanganan koridor jalan secara khusus yang

mempertimbangkan jalan sebagai ruang publik menyebabkan timbulnya berbagai

macam persoalan di dalam koridor Jalan Teuku Umar. Selain itu, kondisi ruang

koridor yang terbatas untuk menangani persoalan juga merupakan salah satu faktor

yang memperburuk kinerja koridor Jalan Teuku Umar.

Koridor Jalan Teuku Umar memiliki berbagai macam fungsi bangunan di

dalamnya, seperti perhotelan, perdagangan dan jasa, perumahan, dan rumah sakit.

Masing-masing fungsi bangunan memiliki karakteristik kegiatan tersendiri yang akan

mempengaruhi kondisi koridor jalan. Kegiatan perdagangan dan jasa memiliki jumlah

pengguna kegiatan yang tinggi. Pengguna kegiatan perdagangan dan jasa memiliki

karakteristik membawa kendaraan pribadi, berjalan kaki. Pergerakan kendaraan

pribadi dari dan menuju kawasan kegiatan sangat tinggi. Kondisi lahan yang terbatas

serta kondisi fasilitas pejalan (trotoar) yang kurang memadai menyebabkan para

pejalan memanfaatkan ruang lain untuk berjalan kaki. Pemanfaatan ruang yang tidak

sesuai dengan fungsinya akan menyebabkan konflik dan persoalan yang pada

akhirnya mengganggu serta menghambat keberlangsungan kegiatan lainnya. Selain

itu, karakteristik pengguna lainnya adalah karakteristik pengendara yang akan parkir

di badan jalan apabila lahan parkir sudah penuh akibat dari terbatasnya lahan parkir.

Parkir di badan jalan akan mengurangi lebar efektif jalan yang dapat menghambat

pergerakan kendaraan. Kegiatan jasa city hotel yang sedang marak di korodor jalan

Teuku Umar memiliki jumlah pengunjung yang cukup besar dan memiliki

karakteristik pengunjung datang menggunakan kendaraan pribadi, berjalan kaki, atau

dengan angkutan umum. Pergeseran penggunaan ruang luar bangunan dan trotoar

yang tidak digunakan sesuai fungsi awal, namun digunakan oleh sektor informal

Page 8: Program Magister Arsitektur

(PKL, warung, kedai menjajakan dagangannya), tempat parkir, serta tempat bongkar

muat barang. Bahkan pada penggal jalan tertentu jalur pedestrian tidak disediakan,

sehingga pejalan kaki menggunakan sebagian badan jalan untuk berjalan. Kondisi

fasilitas dan ruang publik yang kurang memadai, serta ruang yang terbatas

menyebabkan pemanfaatan ruang lain yang dapat menimbulkan konflik. Oleh sebab

itu, penelitian ini bertujuan menggali upaya-upaya untuk memaksimalkan fungsi

koridor Jalan Teuku Umar dengan mengembangkan konsep penataan baru sebagai

upaya meningkatkan kualitas koridor jalan Teuku Umar.

1.2 RUMUSAN PERMASALAHANLatar belakang permasalahan di atas menunjukkan bahwa koridor jalan Teuku

Umar memiliki berbagai potensi yang belum maksimal dari berbagai aspek yaitu

aspek ekonomi, sosial, dan budaya. Sehingga didapatkan rumusan masalah sebagai

berikut :

1. Bagaimanakah bentuk – bentuk ruang publik di koridor jalan Teuku Umar ?

2. Bagaimanakah status ruang publik di koridor jalan Teuku Umar ?

3. Fungsi – Fungsi apakah yang dapat di tampung di ruang – ruang publik di

koridor jalan Teuku Umar ?

4. Faktor – Faktor apakah yang menyebabkan adanya ruang publik di koridor

jalan Teuku Umar ?

1.3 TUJUAN DAN SASARANTujuan penelitian ini adalah merumuskan prinsip-prinsip perancangan yang

mengoptimalkan kondisi koridor Jalan Teuku Umar saat ini yang berada pada lingkup

ruang publik, Kota Denpasar. Tujuan penelitian tersebut akan dicapai dengan sasaran

Page 9: Program Magister Arsitektur

penelitian sebagai berikut :

1. Merumuskan kriteria-kriteria dengan indikator dalam prinsip perancangan

koridor jalan berdasarkan dengan definisi, karakteristik, bentuk dan kebijakan

koridor jalan dalam lingkup ruang publik.

2. Mendeskripsikan persoalan-persoalan serta konflik yang timbul di wilayah

studi saat ini berdasarkan pada kondisi dan kebutuhan akan ruang publik.

3. Merumuskan aspek-aspek yang dipertimbangkan dan komponen-komponen

yang perlu diatur di dalam perancangan berdasarkan pada persoalan-persoalan

dan konflik di koridor Jalan Teuku Umar.

1.4 RUANG LINGKUPRuang lingkup dalam penelitian ini di bagi menjadi dua yaitu ruang lingkup

wilayah studi dan ruang lingkup materi.

1.4.1 RUANG LINGKUP WILAYAH STUDI

Ruang lingkup wilayah untuk penelitian ini adalah koridor jalan Teuku Umar

yang panjangnya ±1,3 km dan terletak di kota Denpasar, Kecamatan Denpasar

Barat, Provinsi Bali. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1.1.

Page 10: Program Magister Arsitektur

Gambar 1.1

Penelitian dilakukan di sepanjang koridor jalan Teuku Umar dan membaginya

menjadi 3 bagian. Dapat lebih jelas dilihat pada gambar 1.1.

1.4.2 RUANG LINGKUP MATERI

1. Pemahaman tentang karakteristik, bentuk dan kebijakan koridor jalan

dalam lingkup ruang publik.

2. Pertimbangan mengenai aspek ekonomi serta aktivitas sosial yang

mempengaruhi konsep penataan koridor pada wilayah sentra perdagangan

sebagai salah satu elemen penting dalam sebuah kota.

3. Penerapan teori perancangan kota terhadap konsep penataan baru koridor

Jalan Teuku Umar.

1.5 MANFAAT PENELITIANDiharapkan hasil penulisan ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dalam

mempertajam wawasan serta memberikan masukan berupa rekomendasi bagi berbagai

pihak, antara lain :

Page 11: Program Magister Arsitektur

a) Terhadap ilmu pengetahuan terutama dalam perancangan kota, memberikan

masukan secara teoritis berkaitan dengan perubahan fungsi ruang publik

(koridor jalan Teuku Umar).

b) Penilitian ini diharapkan bisa menjadi acuan dan arah pengembangan,

penataan koridor jalan Teuku Umar sebagai salah satu pusat pertumbuhan di

kawasan pusat kota oleh Pemerintah Kota Denpasar.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA , KONSEP , LANDASAN TEORI ,

DAN MODEL PENELITIAN

2.1 TINJAUAN PUSTAKA

Kota terbentuk dari kumpulan bangunan dan orang (Kostof, 1991) sementara Nas

(1986, dalam Zaidulfar, 2002) memberi lima aspek utama sebuah kota : suatu

lingkungan material buatan manusia, sebuah pusat produksi, komunitas sosial,

komunitas budaya, dan suatu masyarakat terkontrol. Maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa terdapat aspek fisik ruang dan komunitas sebagai pembentuk kota.

Ruang – ruang kota (urban space) terdiri dari ruang pubik dan ruang privat.

2.2 KERANGKA BERPIKIR

Page 12: Program Magister Arsitektur

2.3 LANDASAN TEORI

2.4 MODEL PENELITIAN

DAFTAR PUSTAKACarr, S., Francis, Mark., Rivlin, Leanne G. & Stone, Andrew M. 1992. Public Space, Cambridge University Press. Cambridge.

Santoso, J. 2006. [Menyiasati] Kota Tanpa Warga. Kepustakaan Populer Gramedia – Centropolis, Universitas Tarumanagara, Jakarta.

Santoso, J. 2008. Arsitektur – Kota Jawa, Kosmos, Kultur & Kuasa, Centropolis,

Page 13: Program Magister Arsitektur

Universitas Tarumanagara, Jakarta.

Santoso, J. 2010. Proses Urbanisasi dalam Konteks Globalisasi : Surabaya, Beberapa Pemikiran Mengenai Kemandirian dan Keanekaragaman Kultural, Paper Seminar pada Seminar Nasional tentang Arsitektur (di) Kota “Hidup dan Berkehidupan di Surabaya”, Jurusan Arsitektur, FTSP, Universitas Kristen Petra, Surabaya, 27 Mei.

Lang, J.2005. Urban Design, A Typology of Procedures and Products. Architectural Press.

Madanipour, Ali. 1996, Design of Urban Space: An Inquiry into a Socio-spatial Process. John Wiley & Sons Ltd. Chichester.