Program Daya Sehat Sejahtera: Pemberdayaan Kesehatan ... · Layanan Konsultasi & Kesehatan dan...

4
Program Daya Sehat Sejahtera: Pemberdayaan Kesehatan Program Daya Sehat Sejahtera: Pemberdayaan Kesehatan Program Daya Sehat Sejahtera: Pemberdayaan Kesehatan Program Daya Sehat Sejahtera: Pemberdayaan Kesehatan Komunitas Nasabah Purna Bakti Komunitas Nasabah Purna Bakti Komunitas Nasabah Purna Bakti Komunitas Nasabah Purna Bakti Kemitraan antara Bank Tabungan Pensiunan Nasional/BTPN dan Perhimpunan Dokter Umum Indonesia/PDUI RINGKASAN Program Daya Sehat Sejahtera (DSS) adalah kemitraan antara Bank Tabungan Pensiunan Nasional/BTPN dengan Perhimpunan Dokter Umum Indonesia/PDUI. DSS dimulai sejak tahun 2010 hingga 2013 dengan kemungkinan untuk diperpanjang. Program DSS bertujuan untuk memberdayakan kondisi kesehatan nasabah purna bakti (pensiunan) yang berusia di atas 55 tahun. Kegiatan utama DSS adalah (1) Layanan Konsultasi & Kesehatan dan pengobatan simptomatis, (2) Dialog Interaktif, berupa kegiatan penyuluhan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat, (3) Pemberdayaan Kader Kesehatan yang bertugas untuk memberikan informasi kesehatan dan rujukan bagi nasabah jika diperlukan, dan (4) Monitoring dan Evaluasi, untuk pengembangan program. PDUI mengembangkan prosedur Layanan Konsultasi & Kesehatan, materi edukasi dan membangun sistem layanan kesehatan; melakukan dialog interaktif dan menjadi nara sumber pelatihan Kader. Sedangkan BTPN di antaranya menyediakan ruang/tempat kegiatan di kantor cabang, materi edukasi, serta biaya operasional bagi para Kader Kesehatan. Kemitraan ini memberikan keuntungan bagi kedua pihak. PDUI mendapatkan kesempatan untuk menjalankan misi organisasi dalam merevitalisasi pelayanan kesehatan primer di Indonesia melalui kantor cabang BTPN. Sedangkan BTPN mendapatkan keuntungan dengan peningkatan status kesehatan nasabah yang pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas nasabah dalam usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Sejak 2010 hingga 2013, kemitraan ini telah mengembangkan 250 klinik Layanan Konsultasi & Kesehatan dan melakukan Dialog Interaktif di 403 kantor cabang dengan total penerima dilaksanakan. 1 Kemiskinan dan Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals/MDGs) Banyak masalah kesehatan yang diakibatkan langsung oleh kemiskinan. Masyarakat miskin memiliki akses yang rendah terhadap pelayanan kesehatan, sanitasi dan air bersih. Mereka juga mempunyai kemampuan yang sangat rendah untuk mendapatkan pangan yang dibutuhkan dalam jumlah dan kualitas yang memadai. Banyak anak dari keluarga miskin menderita stunting (kurang tinggi badan) karena asupan makanan yang kurang gizi. Laporan pe- merintah menunjukkan bahwa terdapat 36,8% anak balita yang mengalami masalah gizi yang berasal dari keluarga miskin. Fakta ini sesuai dengan data dari asupan kalori yang menunjukkan bahwa 60% rumah tangga berpenda- patan rendah mengkonsumsi kalori di bawah kebutuhan minimum 2.000 Kkal per hari. 1 Walau proporsi penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan nasional terus berkurang, yaitu dari 15% pada tahun 1990 menjadi 12,5% pada tahun 2011, namun angka tersebut masih di bawah target Tujuan Pembangunan Milenium tahun 2015 yaitu sebesar 7,5%. 2 Banyak masyarakat miskin bekerja di sektor informal sebagai pekerja di Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Pemerintah telah memberikan prioritas bagi investasi yang pro- masyarakat miskin, menciptakan lapangan kerja, memperbaiki lingkungan usaha, pembangunan infrastruktur, memperkuat pendidikan, pelayanan kesehatan, penyediaan air dan sanitasi. Upaya ini untuk memutus lingkaran kemiskinan melalui penguatan akses terhadap pendidikan dan pelayanan kesehatan serta perlindungan sosial bagi masyarakat miskin. Sejumlah peserta lanjut usia melakukan senam massal untuk mencegah berbagai penyakit yang menyertai penuaan seperti osteoporosis dan darah tinggi (© BTPN 2013)

Transcript of Program Daya Sehat Sejahtera: Pemberdayaan Kesehatan ... · Layanan Konsultasi & Kesehatan dan...

Program Daya Sehat Sejahtera: Pemberdayaan Kesehatan Program Daya Sehat Sejahtera: Pemberdayaan Kesehatan Program Daya Sehat Sejahtera: Pemberdayaan Kesehatan Program Daya Sehat Sejahtera: Pemberdayaan Kesehatan Komunitas Nasabah Purna BaktiKomunitas Nasabah Purna BaktiKomunitas Nasabah Purna BaktiKomunitas Nasabah Purna Bakti

Kemitraan antara Bank Tabungan Pensiunan Nasional/BTPN dan Perhimpunan Dokter

Umum Indonesia/PDUI

RINGKASAN

Program Daya Sehat Sejahtera (DSS) adalah kemitraan antara

Bank Tabungan Pensiunan Nasional/BTPN dengan

Perhimpunan Dokter Umum Indonesia/PDUI. DSS dimulai

sejak tahun 2010 hingga 2013 dengan kemungkinan untuk

diperpanjang. Program DSS bertujuan untuk memberdayakan

kondisi kesehatan nasabah purna bakti (pensiunan) yang

berusia di atas 55 tahun. Kegiatan utama DSS adalah (1)

Layanan Konsultasi & Kesehatan dan pengobatan simptomatis,

(2) Dialog Interaktif, berupa kegiatan penyuluhan mengenai

perilaku hidup bersih dan sehat, (3) Pemberdayaan Kader

Kesehatan yang bertugas untuk memberikan informasi

kesehatan dan rujukan bagi nasabah jika diperlukan, dan (4)

Monitoring dan Evaluasi, untuk pengembangan program. PDUI mengembangkan prosedur Layanan Konsultasi &

Kesehatan, materi edukasi dan membangun sistem layanan

kesehatan; melakukan dialog interaktif dan menjadi nara

sumber pelatihan Kader. Sedangkan BTPN di antaranya

menyediakan ruang/tempat kegiatan di kantor cabang, materi

edukasi, serta biaya operasional bagi para Kader Kesehatan.

Kemitraan ini memberikan keuntungan bagi kedua pihak.

PDUI mendapatkan kesempatan untuk menjalankan misi

organisasi dalam merevitalisasi pelayanan kesehatan primer di

Indonesia melalui kantor cabang BTPN. Sedangkan BTPN

mendapatkan keuntungan dengan peningkatan status

kesehatan nasabah yang pada akhirnya akan meningkatkan

produktivitas nasabah dalam usaha mikro, kecil dan menengah

(UMKM).

Sejak 2010 hingga 2013, kemitraan ini telah mengembangkan

250 klinik Layanan Konsultasi & Kesehatan dan melakukan

Dialog Interaktif di 403 kantor cabang dengan total penerima

dilaksanakan.

1

Kemiskinan dan Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

Banyak masalah kesehatan yang diakibatkan langsung oleh kemiskinan. Masyarakat miskin memiliki akses yang

rendah terhadap pelayanan kesehatan, sanitasi dan air bersih. Mereka juga mempunyai kemampuan yang sangat

rendah untuk mendapatkan pangan yang dibutuhkan dalam jumlah dan kualitas yang memadai. Banyak anak dari

keluarga miskin menderita stunting (kurang tinggi badan) karena asupan makanan yang kurang gizi. Laporan pe-

merintah menunjukkan bahwa terdapat 36,8% anak balita yang mengalami masalah gizi yang berasal dari keluarga

miskin. Fakta ini sesuai dengan data dari asupan kalori yang menunjukkan bahwa 60% rumah tangga berpenda-

patan rendah mengkonsumsi kalori di bawah kebutuhan minimum 2.000 Kkal per hari.1

Walau proporsi penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan nasional terus berkurang, yaitu dari 15% pada

tahun 1990 menjadi 12,5% pada tahun 2011, namun angka tersebut masih di bawah target Tujuan Pembangunan

Milenium tahun 2015 yaitu sebesar 7,5%.2 Banyak masyarakat miskin bekerja di sektor informal sebagai pekerja di

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Pemerintah telah memberikan prioritas bagi investasi yang pro-

masyarakat miskin, menciptakan lapangan kerja, memperbaiki lingkungan usaha, pembangunan infrastruktur,

memperkuat pendidikan, pelayanan kesehatan, penyediaan air dan sanitasi. Upaya ini untuk memutus lingkaran

kemiskinan melalui penguatan akses terhadap pendidikan dan pelayanan kesehatan serta perlindungan sosial bagi

masyarakat miskin.

Sejumlah peserta lanjut usia melakukan senam massal untuk mencegah

berbagai penyakit yang menyertai penuaan seperti osteoporosis dan

darah tinggi (© BTPN 2013)

manfaat lebih dari 600 ribu nasabah setiap tahun dimana

hampir 70% nya menyatakan puas dengan kegiatan yang

dilaksanakan. Lokasi kegiatan DSS tersebar di 32 provinsi di

Indonesia.

PARA MITRA

Bank BTPN (www.btpn.com) adalah

bank umum nasional yang

berkantor pusat di Jakarta dan

didirikan pada tahun 1986. Awalnya

BTPN adalah bank yang berfokus

terhadap bisnis pensiunan dan

sebagai bank pembayar pensiunan pegawai negeri sipil dan

Tentara Nasional Indonesia (TNI). Dalam perjalanannya konsep

tersebut kemudian berubah menjadi sebuah bank umum bagi

nasabah mass market seperti komunitas pensiunan, pelaku

usaha mikro & kecil, serta komunitas pra-sejahtera produktif.

BTPN mempunyai 1.200 cabang di seluruh Indonesia.

Program Corporate Social Responsibility (CSR) BTPN, diberi nama

Daya, bertujuan untuk memberdayakan nasabah baik dari segi

kesehatan maupun ekonomi. Program Daya dimulai sejak

tahun 2008 dan hingga saat ini masih berlangsung. Daya terdiri

dari tiga pilar utama yaitu “Daya Sehat Sejahtera” (DSS) untuk

meningkatkan kesehatan nasabah, “Daya Tumbuh Usaha” untuk

pemberdayaan usaha mikro, dan “Daya Tumbuh Komunitas”

untuk mengembangkan keterampilan usaha dan kesehatan

dalam komunitas. Dengan prinsip “Peluang sekaligus Panggil-

an”, (atau “Do Good Do Well”), BTPN berkeyakinan bahwa

pemberdayaan nasabah akan berdampak positif terhadap

pertumbuhan kinerja BTPN. Dengan demikian, Daya sebagai

misi sosial merupakan bagian yang tak terpisahkan dari bisnis

BTPN. Hingga tahun 2012, program Daya telah menjangkau

lebih dari 1,2 juta penerima manfaat di 900 kantor cabang di

seluruh Indonesia.

Perhimpunan Dokter Umum Indonesia

(PDUI) (www.pdui.or.id) adalah

organisasi profesi bagi dokter umum

yang didirikan di Jakarta pada tahun

2009 dan berada di bawah naungan

Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Anggota

PDUI sudah mencapai lebih dari 30 ribu

orang yang tersebar di 29 provinsi di

Indonesia. PDUI mengusung kepenting-

an dokter umum yang diharapkan mampu merevitalisasi

pelayanan program kesehatan primer sebagai ujung tombak

sistem pelayanan kesehatan di Indonesia.

PDUI mempunyai berbagai kerja sama dengan sektor bisnis di

antaranya adalah dengan perusahaan farmasi untuk penye-

lenggaraan simposium; dan dengan General Electric (GE) untuk

berbagai pelatihan keterampilan penggunaan alat kesehatan.

Kerja sama dengan BTPN adalah merupakan satu-satunya

kemitraan yang dilakukan dalam jangka panjang dan men-

jangkau hampir ke seluruh wilayah di Indonesia.

MEMULAI KEMITRAAN

Berdasarkan inisiatif beberapa cabang, pada tahun 2008 BTPN

mulai membuka klinik kecil di kantor cabang yang menyediakan

layanan kesehatan nasabah yang bersifat kuratif dalam bentuk

pemeriksaan dan pengobatan. Saat itu kantor cabang bekerja

sama dengan dokter umum dan atau Puskesmas setempat

dalam menyediakan layanan tersebut. Pelayanan disediakan

setiap awal bulan, pada saat para nasabah biasanya datang dan

berkumpul untuk mengambil uang pensiun. Namun BTPN

menilai bahwa layanan kesehatan kuratif bagi nasabah tidak

terlalu efektif. Masalah kesehatan nasabah yang sering muncul

karena proses penuaan dan diikuti oleh menurunnya fungsi-

fungsi tubuh (seperti diabetes, darah tinggi, ginjal) seringkali

sudah ditangani oleh dokter spesialis. Sedangkan pemberian

informasi yang bersifat preventif dan promotif berupa konsul-

tasi masih jarang tertangani. Selain itu, BTPN juga melihat

bahwa pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh kantor cabang

masih belum bisa terukur keberhasilannya dan belum

mempunyai standar.

Berdasarkan pembelajaran tersebut, di akhir tahun 2009 BTPN

menghubungi salah satu presidium PDUI untuk membicarakan

kemungkinan bermitra dalam program DSS. Setelah 6 bulan

berkomunikasi, akhirnya BTPN dan PDUI sepakat untuk

menuangkan kerja sama dalam bentuk Nota Kesepahaman

yang ditandatangani pada bulan Agustus tahun 2010. Kerja

sama ini menghasilkan perubahan konsep program DSS yang

lebih bersifat preventif dan promotif; serta membuat layanan

informasi dan kesehatan menjadi lebih terstandar dan terukur.

Tujuan utama program DSS adalah memberdayakan nasabah

pensiunan BTPN dalam bidang kesehatan sehingga mereka

mampu menjaga kesehatan fisik dan mental agar tetap

produktif di usia lanjut.

Kemitraan antara BTPN dan PDUI dilandasi pada pertimbangan

bahwa kegiatan yang dilaksanakan memberikan keuntungan

bagi masyarakat/nasabah. BTPN menyadari bahwa kesehatan

nasabah terkait erat dengan produktivitas dan pertumbuhan

kinerja bisnis; namun sebagai bank umum, BTPN tidak mem-

punyai kompetensi untuk memberikan layanan dan informasi

kesehatan yang diperlukan. Sedangkan PDUI melihat kemitraan

ini sejalan dengan tujuan organisasi yaitu memberikan layanan

kesehatan dasar bagi masyarakat sebagai bagian dari

pengabdian profesi dokter umum.

MENJALANKAN KEMITRAAN

Segera setelah nota kesepahaman ditandatangani, BTPN dan

PDUI melakukan serangkaian persiapan lapangan berupa: (1)

melakukan analisa kebutuhan dengan diskusi kelompok terarah

(FGD) ke nasabah pensiunan untuk mengetahui masalah

2

Salah seorang dokter umum dari PDUI sedang melakukan kegiatan penyu-

luhan (Dialog Interaktif) bagi nasabah BTPN di cabang Kebayoran Baru (©

BTPN 2013)

3

kesehatan yang sering dihadapi dan bagaimana mereka

mengatasinya, (2) berkordinasi dengan cabang masing-masing

pihak untuk melakukan persiapan; (3) menyusun materi edukasi;

dan (4) menyiapkan tim pelaksana serta (5) mengidentifikasi

kebutuhan sumber daya sesuai dengan kapasitas masing-

masing pihak. Sumber daya yang dimaksud bagi BTPN adalah

menyediakan lokasi/tempat pelaksanaan program; sedangkan

bagi PDUI adalah mengembangkan pedoman, materi edukasi

dan mengidentifikasi anggotanya yang akan dilibatkan sebagai

tenaga medis di wilayah intervensi.

Program DSS mempunyai empat kegiatan utama yaitu(1)

Layanan Konsultasi & Kesehatan (2) Dialog Interaktif, (3)

Pemberdayaan Kader Kesehatan, dan (4) Monitoring dan

Evaluasi.

Layanan Konsultasi & Kesehatan adalah kegiatan pelayanan

individual nasabah berupa pemeriksaan tekanan darah,

pengobatan simptomatis (seperti flu, batuk, sakit kepala), dan

konsultasi kesehatan seperti saran Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat (PHBS). PDUI menyelenggarakan Layanan Konsultasi &

Kesehatan pada empat hari pertama setiap bulan, meman-

faatkan kesempatan dimana sekitar seribu hingga dua ribu

nasabah BTPN datang ke kantor cabang untuk mengambil uang

pensiun.

Sedangkan kegiatan Dialog Interaktif adalah kegiatan

penyuluhan tentang topik kesehatan fisik dan mental dengan

nara sumber dari PDUI yang dilakukan satu kali setiap bulan di

setiap cabang BTPN. PDUI menyediakan nara sumber dokter

umum yang akan melakukan penyuluhan mengenai berbagai

topik kesehatan usia lanjut berdasarkan pedoman yang

dikembangkan oleh PDUI. Di hari berikutnya, nasabah

mendapat informasi lewat pemutaran video kesehatan DSS di

banking hall (ruang tunggu pelayanan bank). BTPN

mengembangkan dan mendistribusikan video di seluruh

cabang yang terlibat dalam program DSS. Selain video, BTPN

juga mengembangkan dan menyebarkan media edukasi-

edukasi pendukung lainnya seperti poster dan leaflet yang

menyampaikan 34 topik kesehatan berbeda seperti kolesterol,

pola makan sehat, olah raga untuk usia lanjut, tips mencegah

stress, dan bagaimana mengatasi rasa cemas. BTPN

mengembangkan topik edukasi yang berbeda setiap bulan

sesuai dengan tema dalam Dialog Interaktif.

Pada kegiatan Kader Kesehatan, BTPN melakukan proses seleksi

ketat dengan melibatkan Fakultas Psikologi Universitas

Indonesia/FPsi-UI. Proses rekrutmen yang dilakukan adalah: (1)

Kantor cabang BTPN membuka lowongan bagi nasabah untuk

menjadi Kader, (2) kemudian dilanjutkan dengan seleksi awal

kapasitas/potensi melalui biodata, dan (3) wawancara oleh tim

yang terdiri dari perwakilan FPsi-UI, PDUI dan BTPN untuk

melihat motivasi dan kemampuan menjadi Kader Kesehatan.

Dari 453 pelamar, terseleksi 70 Kader kesehatan yang

selanjutnya mendapatkan pelatihan selama tiga minggu. PDUI

menyediakan tenaga pelatih; BTPN membiayai kegiatan

pelatihan di cabang terkait dan memberikan penggantian uang

transport untuk para Kader. Tugas para Kader adalah

memberikan konseling kesehatan nasabah; melakukan

pemeriksaan tanda-tanda vital seperti tekanan darah dan

pengukuran suhu; dan memberikan panduan perawatan

mandiri yaitu informasi mengenai tindakan apa saja yang bisa

dilakukan nasabah secara mandiri untuk mengurangi dampak

sakit. Untuk keluhan yang tidak bisa ditangani, Kader akan

merujuk nasabah ke dokter umum di kantor cabang terdekat.

Lokasi kegiatan Kader tersebar di 33 kantor cabang BTPN yang

berada di provinsi Banten, Jawa Barat dan Jawa Timur

berdasarkan pada kapasitas kantor cabang mengelola kegiatan

ini.

Tim BTPN melakukan monitoring secara berkala (setiap 3 bulan)

untuk melihat apakah pelayanan yang diberikan sudah sesuai

dengan daftar tilik (check list) standar/panduan, menilai

peningkatan pengetahuan/perilaku sehat dan mengukur

kepuasan nasabah. Dalam melakukan monitoring dan evaluasi

tersebut, tim BTPN menggunakan standar/panduan yang

dikembangkan oleh PDUI yang mencakup sepuluh indikator

hidup sehat dan lima indikator hidup sejahtera.i Indikator sehat

mencakup aktivitas fisik, nutrisi, mengatasi stress, menghindari

kebiasaan buruk, menjalani hidup baik dan benar, mengetahui

tindakan pertolongan pertama, menjalani hidup sehat dan

teratur, mematuhi anjuran kesehatan, memahami penggunaan

produk/obat, dan menjaga lingkungan sekitar. Indikator hidup

sejahtera diukur dari dimensi emosional, intelektual, fisik, sosial

dan spiritual.

Hasil dari survey dan evaluasi kemudian digunakan oleh PDUI

dalam meningkatkan layanan kesehatan dan mengembangkan

topik materi edukasi berikutnya.

TANTANGAN/PELAJARAN BERHARGA

BTPN dan PDUI menilai bahwa keberhasilan kemitraan ini

didasarkan pada perbedaan kapasitas masing-masing organisasi

yang saling melengkapi dan bersifat saling menguntungkan.

PDUI membawa keahlian dalam aspek pelayanan dasar dan

jaringan anggota yang tersebar hampir di seluruh provinsi di

Indonesia. Para anggota PDUI mendapatkan kesempatan dan

tempat untuk menjalankan misi organisasi dalam merevitalisasi

pelayanan kesehatan primer di Indonesia melalui kantor cabang

BTPN. Sedangkan BTPN mendapatkan keuntungan dengan

peningkatan status kesehatan nasabah yang pada akhirnya

akan meningkatkan produktivitas nasabah utamanya dalam

usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Hal ini sejalan

dengan visi BTPN yaitu menjadikan BTPN sebagai bank mass

market yang berfokus pada komunitas pensiunan, pelaku usaha

pinjaman mikro, serta komunitas pra-sejahtera produktif.

Kedua mitra sepakat bahwa pelayanan kesehatan secara

promotif dan preventif harus memiliki standar dan disesuaikan

dengan kebiasaan dan gaya hidup masyarakat setempat.

Standar layanan yang bisa menjamin bahwa informasi dan

Salah satu alat peraga yang digunakan oleh dokter umum untuk mem-

bantu menyebarkan informasi bagi nasabah pensiunan dalam kegiatan

Layanan Konsultasi & Kesehatan (© BTPN 2013)

Standar layanan yang bisa menjamin bahwa informasi dan

pelayanan yang diberikan mempunyai kualitas yang sama dan

bisa diukur secara obyektif.

Kerja sama dengan Puskesmas juga merupakan aspek penting

bagi keberhasilan program. PDUI sebagai mitra selalu

melakukan koordinasi dengan Puskesmas setempat untuk

membantu tugas mereka dalam aspek promotif dan preventif

berdasarkan pemahaman bahwa beban kerja staf puskesmas

untuk melayani pasien sudah terlalu berat.

RENCANA DAN HARAPAN

Ke depan, BTPN dan PDUI akan melakukan koordinasi dengan

posyandu lanjut usia (Poswindu) yang merupakan salah satu

program nasional Kementerian Kesehatan. BTPN dan PDUI akan

mempertimbangkan untuk menambah topik kesehatan bagi

nasabahnya berdasarkan pemahaman bahwa nasabah pensiun-

an adalah panutan bagi anak dan keluarganya. Selain itu para

nasabah mempunyai potensi untuk menyebarluaskan informasi

mengenai kesehatan kepada lingkungan tempat tinggalnya.

Salah satu topik yang menjadi pertimbangan adalah keluarga

berencana (KB).

Perihal kesinambungan program DSS, baik BTPN maupun PDUI

berpendapat bahwa kesinambungan program terletak pada

tingginya demand dari nasabah pensiunan untuk mendapatkan

pelayanan dan informasi tentang kesehatan usia lanjut.

Sementara itu, angka harapan hidup usia lanjut terus

meningkat, sehingga layanan kesehatan bagi pensiunan masih

dan akan terus dibutuhkan.

HASIL DAN DAMPAK

Sejak 2010 hingga Mei 2013, kemitraan ini telah (1)

mengembangkan 250 klinik Layanan Konsultasi Kesehatan, (2)

melaksanakan kegiatan Dialog Interaktif di 403 kantor cabang

BTPN, (3) menjangkau lebih dari 600 ribu nasabah target peserta

setiap tahun dimana hampir 70% nya menyatakan puas dengan

kegiatan yang dilaksanakan, dan (4) meluncurkan 70 kader

kesehatan terlatih untuk melakukan kegiatan penyuluhan di 33

kantor cabang BTPN. Lokasi kegiatan DSS tersebar di 32

provinsi di Indonesia.

© CCPHI, Agustus 2013.

4

Tentang Studi Kasus Ini

Studi kasus ini merupakan salah satu dari rangkaian studi kasus berdasarkan presentasi oleh para mitra dalam sesi Health and Business Round Table Indonesia

(HBRI). HBRI merupakan salah satu kegiatan Company-Community Partnerships for Health in Indonesia (CCPHI), sebuah proyek yang didanai oleh Ford

Foundation.

Studi kasus ini berdasarkan presentasi oleh Yosafat Erie Setianto, Program Development Head Daya Sehat Sejahtera/DSS dan Dyah Agustina Waluyo, Presidium

Nasional PDUI pada pertemuan HBRI ke-21. Dian Rosdiana, CCPHI Communication Officer, mempersiapkan studi kasus ini, berkonsultasi dengan BTPN dan PDUI.

Referensi

1. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional / Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS). Peta Jalan Percepatan Pencapaian Tujuan

Pembangunan Milenium di Indonesia. Jakarta. 2010

2. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional / Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS). Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan

Milenium di Indonesia 2011. Jakarta, 2012.

Catatan Kaki

i. Bahan rujukan indikator tersebut diadaptasi dari Corbin, C, et al. “Concepts of Fitness And Wellness; A Comprehensive Lifestyle Approach". McGraw-Hill.

Boston. 2009

Untuk informasi lainnya mengenai Proyek CCPHI dan Health & Business Roundtable Indonesia

Silakan hubungi Kemal Soeriawidjaja, CCPHI Executive Director, di [email protected]

atau Dian Rosdiana, CCPHI Communication Officer, di [email protected],

atau kunjungi kami di www.ccphi.org

Kader Kesehatan BTPN sedang melakukan pemeriksaan tanda vital bagi

salah seorang nasabah di wilayah Bekasi, Jawa Barat (© BTPN 2013)