Program Bimbingan Di Sekolah Dan Peranan Guru Dalam Pelaksnaannya

36
1 PROGRAM BIMBINGAN DI SEKOLAH DAN PERANAN GURU DALAM PELAKSNAANNYA Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah PROFESI KEPENDIDIKAN Dosen pembimbing: Novitawati S.Psi Disusun oleh kelompok 7 Arif Rahman Prasetyo A1E307909 Dede Dewantara A1E307905 Ita A1E307926 Maida Mustika A1E307907 Marietna T.M A1E307961 M.Hidayatullah A1E307942 Nurliani A1E307930 UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN S1 PGSD TERINTEGRASI BANJARBARU 2009

Transcript of Program Bimbingan Di Sekolah Dan Peranan Guru Dalam Pelaksnaannya

Page 1: Program Bimbingan Di Sekolah Dan Peranan Guru Dalam Pelaksnaannya

1

PROGRAM BIMBINGAN DI SEKOLAH DAN PERANAN GURU

DALAM PELAKSNAANNYA

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah

PROFESI KEPENDIDIKAN

Dosen pembimbing:

Novitawati S.Psi

Disusun oleh kelompok 7

Arif Rahman Prasetyo A1E307909

Dede Dewantara A1E307905

Ita A1E307926

Maida Mustika A1E307907

Marietna T.M A1E307961

M.Hidayatullah A1E307942

Nurliani A1E307930

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

S1 PGSD TERINTEGRASI

BANJARBARU

2009

Page 2: Program Bimbingan Di Sekolah Dan Peranan Guru Dalam Pelaksnaannya

2

KATA PENGANTAR

Assalamualikum. Wr. Wb.

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat,

taufik, dan hidayahNya jualah, makalah yang berjudul “Sistem pemberian Layanan

Pendidikan” dapat diselesaikan. Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas Profesi

Kependidikan.

Terimakasih kepada Novitawati S.Psi selaku dosen mata kuliah Profesi

Kependidikan atas bimbingan dan arahannya sehingga makalah ini dapat diselesaikan.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, dimana masih

banyak kekurangan baik dari segi materi pelajaran maupun cara pengungkapannya.

Semua ini tidak terlepas dari keterbatasan baik dari segi pengetahuan, keterampilan,

kemampuan dan pengalaman. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan adanya pendapat,

kritik dan saran yan membangun dari semua pihak demi perbaikan laporan ini agar

dapat dijadikan pedoman demi kesempurnaan di masa yang akan datang.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat

terutama bagi saya sebagai penulis maupun pembaca. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb

Banjarbaru, Oktober 2009

Penulis

Page 3: Program Bimbingan Di Sekolah Dan Peranan Guru Dalam Pelaksnaannya

3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 1

A. Latar Belakang...................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2

C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 2

D. Metode Penulisan ................................................................................. 2

BAB II ISI ................................................................................................................. 3

A. Program bimbingan di sekolah ............................................................ 3

Peran Guru Khusus Untuk Anak Berkebutuhan Khusus ...................... 7

Hubungan Orang Tua dan Guru ........................................................... 13

Program Bimbingan dan Pelatihan Orang Tua .................................... 17

Program Bimbingan Bagi Orang Tua .................................................... 17

A. Peranan guru dalam pelaksanaan bimbingan di sekolah .................... 18

BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 20

A. Kesimpulan .......................................................................................... 20

B. Saran-saran .......................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: Program Bimbingan Di Sekolah Dan Peranan Guru Dalam Pelaksnaannya

4

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Proses kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan

sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat

menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa

mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit pula siswa yang

justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan belajar

siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk

mencapai hasil belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun

fisiologis, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar

yang dicapainya berada di bawah semestinya.

Aktivitas belajar bagi setiap anak, tidak selamanya dapat berlangsung

secara wajar, kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak, kadang-kadang

dapat cepat menangkap apa yang dipelajari, kadang-kadang terasa amat

sulit. Dalam hal semangat terkadang semangatnya tinggi, tetapi terkadang

juga sulit untuk mengadakan konsentrasi.

Demikian kenyataan yang sering kita jumpai pada setiap anak didik

dalam kehidupan sehari-hari dalam kaitanya dengan aktivitas belajar,

Setiap individu memang tidak ada yang sama. Perbedaan individual ini

pulalah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar dikalangan

anak didik. “Dalam keadaan dimana anak didik/siswa tidak dapat belajar

sebagaimana mestinya, untuk itu di perlukan program bimbingan yang

dapat membantu siswa dalam mengatasi hambatan-hambatan yang dialami

siswa ketika belajar.

Dalam pelakasanaan bimbingan ini bukan hanya dilakukan oleh guru

kelas saja namun juga harus dilakukan oleh semua tenaga pendidik yang

ada di sekolah terutama dalam pembentukan sikap.

Page 5: Program Bimbingan Di Sekolah Dan Peranan Guru Dalam Pelaksnaannya

5

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengetian program bimbingan belajar?

2. Bagaimana langkah-langkah penyusunan program bimbingan ?

3. Bagaimana program bimbingan menurut jenjang pendidikan ?

4. Siapa saja tenaga bimbingan di sekolah beserta fungsi dan peranannya?

C. TUJUAN PENULISAN

Tujuan yang akan dicapai dalam pembahasan ini, yaitu :

1. Mampu memahami pengertian, langkah, variasi, ketenagaan, struktur

organisasi serta implementasi program bimbingan di sekolah.

2. Mampu memahami peranan guru dalam pelaksanaan program

bimbingan dan konseling di sekolah.

D. METODE PENULISAN

Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah

metode ke perpustkaan dan literature dari internet.

Page 6: Program Bimbingan Di Sekolah Dan Peranan Guru Dalam Pelaksnaannya

6

BAB III

ISI

PROGRAM BIMBINGAN DI SEKOLAH DAN PERANAN

GURU DALAM PELAKSANAANNYA

A. Program Bimbingan di Sekolah

1. Pengertian Program Bimbingan

Menurut pendapat Hotch dan Costor yang dikutip oleh Gipson dan

Mitchell (1981) program bimbingan dan konseling adalah suatu program

yang memberikan layanan khusus yang dimaksudka untuk membantu

individu dalam mengadakan penyesuaian diri. Program bimbingan itu

menyangkut dua factor, yaitu : (1) faktor pelaksana atau orang yang akan

memberikan bimbingan dan (2) factor-faktor yang berkaitan dengan

perlengkapan, metode, bentuk layanan siswa-siswa, dan sebagainya, yang

mempunyai kaitan dengan kegiatan bimbingan (Abu Ahmadi, 1977).

Rochman Natawidjaja dan Moh. Surya (1985) menyatakan bahwa

program bimbingan yang disusun dengan baik dan rinci akan

memberikan banyak keuntungan, seperti:

a) Memungkinkan para petugas menghemat waktu, usaha, biaya

dengan menghindari kesalahan-kesalahan, dan usaha coba-coba yang

tidak menguntungkan;

b) Memungkinkan siswa untuk mendapatkan layanan bimbingan secara

seimbang dan menyeluruh, baik dalam hal kesempatan, ataupun

dalam jenis layanan bimbingan yang diperlukan;

c) Memungkinkan setiap petugas mengetahui dan memahami

peranannya msaing-masing dan mengetahui bagaimana dan di mana

mereka harus melakukan upaya secara tetap; dan

d) Memungkinkan para petugas untuk menghayati pengalaman yang

sangat berguna untuk kemajuannya sendiri dan untuk kepentingan

siswa yang dibimbingnya.

Page 7: Program Bimbingan Di Sekolah Dan Peranan Guru Dalam Pelaksnaannya

7

2. Langkah-Langkah Penyusunan Program Bimbingan

Dikemukakan oleh Miller yang dikutip oleh Rochman Natawidjaja dan

Moh. Surya (1985) seperti berikut:

a) Tahap persiapan. Langkah ini dilakukan melalui survei untuk

menginventarisasi tujuan, kebutuhan dan kemampuan sekolah, serta

kesiapan sekolah yang bersangkutan untuk melaksanakan program

bimbingan.

b) Pertemuan-pertemuan permulaan dengan para konselor yang telah

ditunjuk oleh pemimpin sekolah. Tujuannya unutk menyamakan

pemikiran tentang perlunya program bimbinga, serta merumuskan

arah program yang akan disusun.

c) Pembentukan panitia sementara untuk merumuskan program

bimbingan.

d) Pembentukan panitia penyelenggara program.

Langkah-langkah penyusunan program program bimbingan

urutannya cukup sederhana yaitu:

a) Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan sekolah terutama yang ada

kaitannya dengan kegiatan bimbingan.

b) Setelah data terkumpul perlu dilakukan penentuan urutan prioritas

kegiatan yang akan dilakukan, dan sekaligus menyusun konsep

program bimbingan yang akan dilakukan dalam kurun waktu

tertentu.

c) Konsep program bimbingan dibahas bersama kepala sekolah bila

perlu dengan mengundang personel sekolah untuk memperoleh

balikan guna penyempurnaan program tersebut.

d) Pelaksanaan program yang telah direncanakan.

e) Dari hasil evaluasi program tersebut kemudian dilakukan

penyempurnaan (revisi) untuk program berikutnya.

3. Variasi Program Bimbingan Menurut Jenjang Pendidikan

Page 8: Program Bimbingan Di Sekolah Dan Peranan Guru Dalam Pelaksnaannya

8

Winkel (1991)memberikan rambu-rambu yang perlu diperhatikan dalam

menyusun program bimbingan di tingkat pendidikan tertentu, yaitu:

a) Menyusun tujuan jenjang pendidikan tertentu, seperti yang telah

dirumuskan.

b) Menyusuntugas-tugas perkembangan dan kebutuhan-kebutuhan

peserta didik pada tahap perkembangn tertentu.

c) Menyusun pola dasar yang dipedomani dalam memberikan layanan.

d) Menentukan komponen-komponen bimbingan yang diprioritaskan.

e) Menentukan bentuk bimbingan yang sebaiknya diutamakan, seperti

bimbingan kelompok atau bimbingan individual, bimbingan pribadi,

bimbingan akademik atau bimbingan karir, dan sebagainya.

f) Menentukan tenaga-tenaga bimbingan yang dapat dimanfaatkan.

g) Berdasarkan rambu-rambu tersebut, program bimbingan untuk

masing-masing jenjang pendidikan dapat dirumuskan dengan tepat

sesuai dengan karakteristiknya. Selain itu, program bimbingan

hendaknya disesuaikan dengan keadaan individu yang akan dilayani.

a. Pendidikan Taman Kanak-Kanak

Pendidikan formal terendah adalah sekolah dasar (SD).

Meskipun demikian menurut Winkel (1991) tenaga-tenaga

pendidik di taman kanak-kanak juga dituntut untuk memberikan

layanan bimbingan. Hal ini, dikuatkan dalam Pedoman dan

Penyuluhan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

tahun 1980 Buku III C, dalam rangka pelaksanaan kurikulum

taman kanak-kanak 1976.

Layanan bimbingan dan konseling di taman kanak-kanak,

hendaknya ditekankan pada:

a) Bimbingan yang berkaitan dengan kemandirian da

keharmonisan dalam menjalin hubungan social dengan

teman-teman sebayanya.

b) Bimbingan pribadi, seperti pemupukan disiplin diri dan

memahami perintah.

Page 9: Program Bimbingan Di Sekolah Dan Peranan Guru Dalam Pelaksnaannya

9

b. Program Bimbingan di Sekolah Dasar

Program kegiatan bimbingan dan konseling untuk siswa-siswa

sekolah dasar lebih menekankan pada usaha pencapaian tugas-

tugas perkembangan mereka antara lain mengatur kegiatan-

kegiatan belajarnya dengan bertanggung jawab; dapat berbuat

dengan cara-cara yang dapat diterima oleh orang dewasa serta

teman-teman sebayanya, mengembangkan kesadaran moral

berdasarkan nilai-nilai kehidupan dengan membentuk kata hati

(Winkel, 1991). Program bimbingan hendaknya mengacu

kepada tujuan umum di SD yaitu memiliki sifat-sifat dasar

sebagai warga negara yang baik, menikmati kesehatan jasmani

dan rohani, memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap dasar

yang diperlukan untuk melanjutkan pelajaran, bekerja di

masyarakat, dan mengembangkan diri sesuai dengan asas

pendidikan seumur hidup.

Berkenaan dengan penyusunan program bimbingan di sekolah

dasar, Gibson dan Mitchell (1981) mengemukakan beberapa

factor yang harus dipertimbangkan, seperti:

a) Kegiatan bimbingan di SD hendaknya lebih menekankan

pada aktivitas-aktivitas belajar.

b) Di SD masih menggunakan sistem guru kelas sehingga

seandainya ada anak yang tidak disenangi oleh guru, maka

akan lebih fatal akibatnya.

c) Adanya kecenderungan seorang anak bergantung kepada

teman sebayanya.

d) Minat orang tua dominan mempengaruhi nilai kehidupan

anak.

e) Masalah-masalah yang timbul di tingkat SD, tidak terlalu

kompleks.

c. Program Bimbingan di Sekolah Lnjutan Tingkat Pertama

Page 10: Program Bimbingan Di Sekolah Dan Peranan Guru Dalam Pelaksnaannya

10

Program bimbingan dan konseling untuk siswa SLTP

hendaknya berorientasi kepada pencapaian tugas-tugas

perkembangannya. Winkel (1992) mengemukakan tugas-tugas

perkembangan untuk siswa/anak pada tingkat SLTP antara lain:

menerima peranannya sebagi pria atau wanita, memperjuangkan

taraf kebebasan yang wajar dari orang tua dan orang-orang

dewasa lainnya, menambah bekal pengetahuan dan pemahaman

untuk pendidikan lanjutan, serta mengembangkan kata hati

sesuai dengan nilai-nilai kehidupan.

Hambatan dari pencapaian tugs-tugas perkembangan tersebut

antara lain: kurang kepercayaan diri, kurangnya kepekaan

perasaan, sering timbulnya kegelisahan, dan kurangnya

semangat kerja keras.

Secara garis besar program bimbingan dan konseling di SLTP

hendaknya berorientasi kepada:

a) Bimbingan belajar, karena cara belajar din SLTP berbeda

dengan di SD.

b) Bimbingan tentang muda-mudi, karena pada usia ini mereka

mulai mengenal hubungan cinta kasih (Gibson dan

Mitchell).

c) Pada usia ini mereka mulai membentuk kelompok

sebaya(peer group), maka program bimbingan belajar

hendaknya juga menangani masalah-masalah yang

berkaitan dengan hubungan social.

d) Bimbingan yang berorientasi pada tugas-tugas

perkembangan anak usia 12-15 tahun.

e) Bimbingan karir baik yang menyangkut pemahaman

tentang dunia pendidikan ataupun pekerjaan.

d. Program Bimbingan di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

Page 11: Program Bimbingan Di Sekolah Dan Peranan Guru Dalam Pelaksnaannya

11

Cole (1959) mengemukakan beberapa tugas perkembangan

pada usia remaja (usia SLTA) yaitu bertujuan untuk mencapai:

(1) kematangan emosional, (2) kemantapan minat terhadap

lawan jenis, (3) kematangan sosial, (4) kebebasan diri dari

kontrol orang tua, (5) kematangan intelektual, (6) kematangan

dalam pemilihan pekerjaan, (7) efisiensi pemanfaatan waktu

luang, (8) kematangan dalam memahami falsafah hidup, dan (9)

kematangan dalam kemamp[uan mengidentifikasi diri.

Pogram bimbingan di SLTA hendaknya berorientasi kepada:

a) Hubungan muda-mudi/hubungan social.

b) Pemberian informasi pendidikan dan jabatan.

c) Bimbingan cara belajar.

e. Program Bimbingan di Perguruan Tinggi

Program bimbingan di perguruan tinggi hendaknya

berorientasi kepada:

1) Bimbingan belajar di perguruan tinggi atau bimbingan yang

bersifat akademik.

2) Hubungan sosial dan hubungan muda-mudi.

4. Tenaga Bimbingan di Sekolah Beserta Fungsi dan Peranannya

Pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah menjadi tanggung

jawab bersama antar personel sekolah, guru-guru, wali kelas, dan petugas

lainnya (Rochman Natawidjaja dan Moh. Surya,1985). Pekerjaan

konselor merupakan salah satu dari pekerjaan professional di sekolah

(Gibson dan Mitchell, 1981). Semua personel sekolah terkait dalam

pelaksanaan program bimbingan, karena bimbingan merupakan salah

satu unsure dari system pendidikan. Kegiatan bimbingan mencakup

banyak aspek dan saling kait-mengait, sehingga tidak memungkinkan

jika layanan bimbingan dan konseling hanya menjadi tanggung jawab

konselor saja.

Page 12: Program Bimbingan Di Sekolah Dan Peranan Guru Dalam Pelaksnaannya

12

Koestoer, P. (1982) mengemukakan sejumlah personalia/konselor di

sekolah terdiri dari :

a) Konselor sekolah.

b) Guru konselor/guru pembimbing.

c) Tenaga khusus/psikolog sekolah, pekerja sosial sekolah, dokter dan

juru rawat.

Dalam kurikulum SMA 1975 Buku III C tentang Pedoman

Bimbingan dan Penyuluhan dikemukakan bahwa konselor di sekolah

terdiri dari: (a) kepala sekolah, (b) penyuluh pendidikan (konselor

sekolah), (c) guru penyuluh atau wali kelas, (d) guru, dan (e) petugas

administrasi.

a. Kepala Sekolah

Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah, kepala

sekolah mempunyai tugas sebagai berikut:

1) Membuat rencana/program sekolah secara menyeluruh.

2) Mendelegasikan tanggung jawab tertentu dalam pelaksanaan

bimbingan dan penyuluhan.

3) Mengawasi pelaksanaan program.

4) Melengkapi dan meyediakan kebutuhan fasilitas bimbingan dan

penyuluhan.

5) Mempertanggungjwabkan program tersebut baik ke dalam

(sekolah) maupun ke luar (masyarakat).

6) Mengadaka hubungan dengan lembaga-lembaga di luar sekolah

dalam rangka kerja sama pelaksanaan bimbingan.

7) Mengkoordinasi kegiatan bimbingan dengan kegiatan-kegiatan

lainnya.

b. Penyuluh Pendidikan (Konselor Sekolah)

Peranan dan tugas konselor sekolah dalam kegiatan bimbingan dan

konseling adalah:

1) Menyusun program bimbingan dan konseling bersama kepala

sekolah.

Page 13: Program Bimbingan Di Sekolah Dan Peranan Guru Dalam Pelaksnaannya

13

2) Memberikan garis-garis kebijaksanaan umum mengenai

kegiatan bimbingan dan konseling.

3) Bertanggung jawab terhadap jalannya program.

4) Mengkoordinasikan laporankegiatan pelaksanaan program

sehari-hari.

5) Memberikan laporan kegiatan kepada kepala sekolah.

6) Membantu untuk memahami dan mengadakan penyesuaian

kepada diri sendiri, lingkungan sekolah, dan lingkungan social

yang makin lama makin berkembang.

7) Menerima dan mengklarifikasikan informasi pendidikann dan

informasi lainnya yang diperoleh dan meyimpannya sehingga

menjadi catatan komulatif siswa.

8) Menganalisis dan menafsirkan data siswa untuk menetapkan

suatu rencana tindakan positif terhadap siswa.

9) Menyelenggarakan pertemuan staf.

10) Melaksanakan bimbingan kelompok dan konseling individual.

11) Memberikan informasi pendidikan dan jabatan kepada siswa-

siswa dan menafsirkannya untuk keperluan pendidikan dan

jabatan.

12) Mengadakan konsultasi dengan instansi-instansi yang

berhubungan dengan program bimbingan dan konseling dan

memimpin usaha survey dalam masyarakat sekitar sekolah

untuk mengetahui lapangan-lapangan kerja yang terbuka.

13) Bersama guru membantu siswa memilih pengalaman atau

kegiatan-kegiatan ko-kurikuler yang sesuai dengan minat, staf,

bakat, dan kebutuhannya.

14) Membantu guru menyusun pengalaman belajar dan membuat

penyesuaian metode mengajar yang sesuai dengan dan dapat

memenuhi sifat masalah masing-masing siswa.

15) Mengadakan penelaahan lanjutan terhadap siswa-siswa tamatan

sekolahnya dan terhadap siswa putus sekolah serta melakukan

Page 14: Program Bimbingan Di Sekolah Dan Peranan Guru Dalam Pelaksnaannya

14

usaha penilaian lain yang berhubungan dengan program

bimbingan secara tetap.

16) Mengadakan konsultasi dengan orang tua siswa dan

mengadakan kunuungan rumah (home visit).

17) Menyelenggarakan pembicaraan kasus (case conference).

18) Mangadakan wawancara latihan bagi para petugas bimbingan.

19) Menyelenggarakan program latihan bagi para petugas

bimbingan.

20) Melakukan alih tangan (referal) masalah siswa kepada lembaga

atau ahli lain yang berwenang.

c. Guru Pembimbing/Wali Kelas

Berkenaan dengan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah

peran dan tanggung jawab wali kelas adalah:

1) Mengumpulkan data tentang siswa.

2) Menyelenggarakan bimbingan kelompok.

3) Meneliti kemajuan dan perkembangan siswa (akademik, sosial,

fisik, pribadi).

4) Mengawasi kegiatan siswa sehari-hari.

5) Mengobservasi kegiatan siswa di rumah.

6) Mengadakan kegiatan orientasi.

7) Memberikan penerangan.

8) Mengatur dan menempatkan siswa.

9) Memantau hubungan sosial siswa dengan individu lainnya dari

berbagai segi.

10) Bekerja sama dengan konselor dalam membuat sosiometri dan

sosioprogram.

11) Bekerja sama dengan konselor dalam mengadakan pemeriksaan

kesehatan psikologis oleh tim ahli.

12) Mengidentifikasikan siswa yang memerlukan bantuan.

13) Ikut serta atau menyelenggarakan sendiri pertemuan kasus (case

conference).

d. Guru/Pengajar

Page 15: Program Bimbingan Di Sekolah Dan Peranan Guru Dalam Pelaksnaannya

15

Adapun tugas dan tanggung jawab guru dalam bimbingan dan

konseling adalah:

1) Turut serta aktif dalam membantu melaksanakan kegiatan

program bimbingan dan konseling.

2) Memberikan informasi tentang siswa kepada staf bimbingan dan

konseling.

3) Memberikan layanan instruksional (pengajaran).

4) Berpartisipasi dalam pertemuan kasus.

5) Memberikan informasi kepada siswa.

6) Meneliti kesulitan dan kemajuan siswa.

7) Menilai hasil kemajuan belajar siswa.

8) Mengadakan hubungan dengan orang tua siswa.

9) Bekerja sama dengan konselor mengumpulkan data siswa dalam

usaha untuk mengidentifikasikan masalah yang dihadapi siswa.

10) Membantu memecahkan masalah siswa.

11) Mengirimkan (referral) masalah siswa yang tidak dapat

diselesaikan kepada konselor.

12) Mengidentifikasikan, menyalurkan, dan membina bakat

e. Petugas Administrasi

Tugas dan tanggung jawab petugas administrasi dalam kegiatan

konseling adalah:

1) Mengisi kartu pribadi siswa.

2) Menyimpan catatan-catatan dan data lainnya.

3) Menyelesaikan laporan dan pengumpulan data tentang siswa.

4) Mengirim dan menerima surat panggilan dan surat

pemberitahuan.

5) Menyiapkan alat-alat atau formulir-formulir pengumpulan data

siswa, seperti angket, observasi wawancara, riwayat hidup,

sosiometri dan sosiogram, kunjungan rumah, panggilan orang

tua, pemeriksaan kesehatan, dan pemeriksaan psikologis.

5. Struktur Organisasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Page 16: Program Bimbingan Di Sekolah Dan Peranan Guru Dalam Pelaksnaannya

16

Dalam kurikulum SMA tahun 1975 buku IIIC dinyatakan bahwa

kepala sekolah berperan langsung sebagai coordinator bimbingan dan

berwenang untuk menentukan garis kebijakasanaan bimbingan,

sedangkan konselor merupakan pembantu kepala sekolah yang

bertanggung jawab kepada kepala sekolah.

6. Mekanisme Implementasi Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah

a. Komponen Pemrosesan Data

Kegiatan layanan bimbingan dan konseling meliputi beberapa

aspek, yaitu: (1) pengumpulan data, (2) pengklasifikasian, (3)

pendokumentasian, (4) penyimpanan, (5) penyediaan dat, dan (6)

penafsiran. Data yang perlu diproses adalah data tentang keadaan

siswa di sekolah yang meliputi: (a) kemampuan skolastik (bakat

khusus, hasil belajar, kepribadian, intelegensi, riwayat pendidikan),

(b) cita-cita, (c) hubungan social, (d) minat terhadap mata pelajaran,

(e) kebiasaan belajar, (f) kesehatan fisik, (g) pekerjaan orang tua, dan

(h) keadaan keluarga.

b. Komponen Kegiatan Pemberian Informasi

Komponen ini terdiri dari: (1) pemberian orientasi kehidupan

sekolah kapada siswa baru. (2) pemberian informasi tentang program

studi kepada siswa yang dipandang memerlukannya. (3) pemberian

informasi jabatan kepada siswa yang diperkirakan tidak dapat

melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan (4)

pemberian informasi pendidikan lanjutan.

c. Komponen Kegiatan Konseling

Konseling dilakukan terhadap siswa yang mengalami masalah

yang sifatnya pribadi. Jika ada masalah yang tidak dapat diatasi oleh

petugas yang bersangkutan, perlu dialihtangankan kepada pihak lain

yang lebih ahli.

d. Komponen Pelaksana

Page 17: Program Bimbingan Di Sekolah Dan Peranan Guru Dalam Pelaksnaannya

17

Pelaksana jenis kegiatan tersebut adalah konselor sekolah, konselor

bersama guru bidang studi dan juga kepala sekolah sesuai dengan

fungsi dan peranannya masing-masing.

e. Komponen Metode/Alat

Alat yang dipakai untuk melaksanakan kegiatan yang telah

direncanakan itu dapat berupa: tes psikologis, tes hasil belajar,

dokumen, angket, kartu pribadi, brosur/poster, konseling, dan

sebagainya.

f. Komponen Waktu Kegiatan

Jadwal kegiatan layanan dapat dilakukan pada awal tahun ajaran,

secara periodic, bilamana perlu (insidental), akhir masa sekolah,

awal semester atau waktu lain tergantung dari jenis/macam kegiatan

yang akan dilakukan sesuai dengan tujuan yang diharapkan .

g. Komponen Sumber Data

Data yang diperlukan dapat diperoleh dari siswa bersangkutan;

guru, orang tua, teman-teman siswa, sekolah, masyarakat ataupun

instansi.

7. Penyusunan Program Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah

Kegiatan penyusunan program bimbingan dan penyuluhan di

sekolah, perlu dipersiapkan dengan baik. Persiapan penyusunan program

bimbingan dan penyuluhan di sekolah merupakan seperangkat kegiatan

yang dilakukan melalui berbagai bentuk survey, untuk menginventarisasi

tujuan, kebutuhan, kemampuan sekolah, serta persiapan sekolah untuk

melaksanakan program bimbingan dan penyuluhan. Tahap persiapan

penyusunan program ini mempunyai arti yang penting untuk menarik

perhatian dan minat dalam kegiatan bimbinagn dan penyuluhan di

sekolah, serta menentukan tolak ukur program bimbingan dan

penyuluhan. Tahap persiapan adalah seperangkat kegiatan

mengumpulkan berbagi hal yang dibutuhkan untuk penyusunan program

dan pengadaan kelengkapannya. Dalam tahap persiapan penyusunan

Page 18: Program Bimbingan Di Sekolah Dan Peranan Guru Dalam Pelaksnaannya

18

program bimbingan dan penyuluhan ini, butir-butir kegiatan yang

dilakukan dapat dirinci sebagai berikut:

1. Studi Kelayakan

Studi kelayakan adalah seperangkat kegiatan dalam

mengumpulkan berbagai informasi tentang hal-hal yang dibutuhkan

untuk penyusunan program bimbingan dan penyuluhan di sekolah.

Dalam studi kelayakan ada beberapa aspek yang dapat

dipertimbangkan, antara lain: sarana dan prasarana yang kemungkinan

bisa untuk digali, pengendalian pelaksanaan program, pembiayaan

kegiatan secara keseluruhan yang menunjang pelaksanaan program, dan

berbagai aspek lainnya yang bias digali.

Pengkajian aspek-aspek tersebut akan menghasilkan beberapa

kesimpulan yaitu:

a. Suatu kegiatan sangat layak untuk dilaksanakan

b. Suatu kegiatan layak untuk dilaksanakan

c. Kegiatan kurang layak untuk dilaksanakan.

d. Kegiatan tidak layak untuk dilaksanakan.

2. Penyusunan Program Bimbingan dan Penyuluhan

Tahap penyusunan program hendaknya perlu memperhatikan

beberapa pertimbangan, diantaranya:

a. Masalah yang dihadapi oleh siswa

b. Masalah yang dihadapi oleh guru pembimbing

c. Masalah yang dihadapi oleh kepala sekolah.

Penyusunan program bimbingan dan penyuluhan hendaknya

dirimiskan dengan jelas tujuan yang ingin dicapai, bentuk-bentuk

kegiatan, waktu pelaksanaannya, sasarannya, serta anggaran biaya

yang diperlukan.

3. Konsultasi Usulan Program Bimbingan dan Penyuluhan

Beberapa kegiatan yang bias dilakukan dalam kosultasi ini antara

lain:

a. Pertemuan-pertemuan permulaan

Page 19: Program Bimbingan Di Sekolah Dan Peranan Guru Dalam Pelaksnaannya

19

Tujuan utama dari pertemuan ini adalah untuk menanamkan

pengertian bagi para peserta pertemuan, staf administrasi

bimbingan, dan personel lainnya.

b. Pembentukan Panitia Sementara

Kegiatan ini bertujuan untuk merumuskan program bimbingan.

c. Pembentukan Panitia Penyelenggara Program

Terbentuknya panitia penyelenggara bimbingan dan penyuluhan

ini, mempunyai tugas-tugas diantaranya: mempersiapkan

pelaksanaan program layanan bimbingan dan penyuluhan,

mempersiapkan pelaksanaan system pencacatan, dan

mempersiapkan pelaksanaan pelatihan bagi para pelaksana

program bimbingan.

4. Penyediaan Fasilitas

a. Fasilitas fisik

1) Ruang bimbingan dan penyuluhan

Ruang kerja penyuluh

Ruang pertemuan

Ruang administrasi/ tata usaha bimbingan

Ruang penyimpanan data

Ruang tunggu

2) Ruangan alat-alat perlengkapan

Meja dan kursi-kursi

Tempat penyimpana catatan

Papan tulis dan papan pengumuman

b. Fasilitas teknis

Fasilitas teknis yang dimaksud adalah alat-alat pengumpul

data seperti: angket, tes dan inventori.

5. Pengadaan Anggaran Biaya

Kelancaran program bumbingan memerlukan anggaran biaya

yang memadai untuk biaya-biaya dalam pos sebagai berikut:

a. Bembiayaan personel

Page 20: Program Bimbingan Di Sekolah Dan Peranan Guru Dalam Pelaksnaannya

20

b. Pengadaan dan pengembangan alat-alat teknis

c. Biaya operasional

d. Biaya penelitian atau riset

6. Pengorganisasian

Bimbingan dan penyuluhan tidak dapat dilaksanakan secara

berdaya guna dan berhasil kalau tidak diimbangi dengan organisasi

yang baik. Tanpa organisasi itu, berarti tidak adanya suatu

koordinasi, perencanaan, sasaran yang cukup jelas, control, serta

kepemimpinan ynag berwibawa, tegas, dan bijkasana. Agar

pengorganisasian kegiatan bimbingan dan penyuluhan dapat

mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan bimbingan dan penyuluhan di

sekolah, maka beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya:

a. Semua personel sekolah

b. Mekanisme kerja, pola kerja, atau prosedur kerja bimbingan

c. Tugas-tugas, tanggung jawab, dan wewenang dari masing-

masing petugas yang terlibat.

7. Kriteria Penilaian Keberhasilan Program Bimbingan dan Penyuluhan

Criteria penilaian keberhasilan program bimbingan dan

penyuluhan di sekolah didasarkan atas:

a. Ada tidaknya jenis program:

Bimbingan pribadi

Bimbinagn emosional

Bimbingan social

Bimbingan belajar

Bimbingan jabatan atau karier

b. Ketepatan program yang memang dibutuhkan oleh siswa dalam

sekolah pada semester yang bersangkutan atau ketepatan prioritas

program yang dipilih.

c. Kelengkapan isi tiap jenis program yaitu:

Materi yang terici

Pendekatan atau metode

Waktu

Page 21: Program Bimbingan Di Sekolah Dan Peranan Guru Dalam Pelaksnaannya

21

Audience

8. Pelaksanaan Program Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah

1) Layanan Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam rangka pelaksanaan program

bimbingan di sekolah ialah merupakan suatu usaha untuk

memperoleh keterangan sebanyak mungkin dan selengkap mungkin

tentang diri individu siswa beserta lingkungannya.

a. Jenis-jenis data yang dikumpulkan tentang individu siswa dan

lingkungannya

Jenis-jenis data yang dikumpulkan tentang individu siswa

antara lain:

Kemampua dan bakat

Aspek-aspek keprbadian

Minat

Prestasi belajar

Sejarah persekolahan siswa

Keadaan kesehatan

Penggunaan waktu senggang

Penyesuaian social dan emosional

Cita-cita atau kegemaran

Jenis-jenis data yang dikumpulkan tentang lingkungan individu

siswa:

Lingkungan keluarga siswa lingkungan teman sebaya

Lingkungan sekolah

Lingkungan pekerjaan

Sumber pelayanan di luar sekolah

b. Sumber data individu dan lingkungan siswa

Sumber data individu siswa

Individu siswa sendiri

Keluarga siswa sendiri

Page 22: Program Bimbingan Di Sekolah Dan Peranan Guru Dalam Pelaksnaannya

22

Anggota kelompok sebaya

Lembaga-lembaga pelayanan diluar sekolah

Sekolah yang pernah diikuti sebelumnya

Lembaga kerja yang pernah dihuni sebelumnya

Sumber data tentang lingkungan siswa

Keluarga siswa sendiri

Kelompok teman sebaya

Departemen Tenaga Kerja

Sekolah-sekolah yang lain

Lembaga-lembaga atau individu-individu yang

menyelenggarakan pelayanan di luar sekolah.

Industry dan kantor-kantor

c. Alat-alat pengumpul data

Tes atau inventori

Tes intelegensi

Tes bakat khusus

Tes bakat sekolah

Tes kepribadian

Tes minat

Tesprestasi

Non-Tes

Observasi

Catatan anekdot

Daftar cek

Daftar cek masalah

Skala penilaian

Alat-alat mekanis

Wawancara

Angket

Page 23: Program Bimbingan Di Sekolah Dan Peranan Guru Dalam Pelaksnaannya

23

Biografi

Sosiometri

Kartu pribadi

d. Kriteria penilaian keberhasilan layanan pengumpulan data

Kriteria penilaian keberhasilan layanan pengumpulan data,

dapat dilakukan apabila:

Data tentang individu siswa dan lingkungan telah dapat

dikumpulkan secara lengkap, dengan menggunakan cara

dan alat-alat yang tepat

Telah dapat menyusun, memilih dan mengembangkan alat-

alat pengumpul data, sesuai dengan data yang ingin

diperoleh.

2) Layanan Penyuluhan

Penyuluhan adalah suatu upaya bantuan yang dilakukan

secara empat mata atau tatap muka antara penyuluh dank lien

yang berisi usaha yang laras, unik, dan manisiawi, yang dilakukan

dalam suasana keahlian dan yang didasarkan atas norma-norma

yang berlaku, agar klien memperoleh konsep diri dan kepercayaan

diri sendiri dalam memperbaiki tingkah lakunya pada saat ini dan

mungkin masa yang akan datang.

Perlu ditekankan di sini bahwa dalam usaha penyuluhan

unsur norma-norma tidak boleh diabaikan, melainkan harus

mewarnai keseluruhan isi dan proses hubungan penyuluhan itu.

Meskipun tujuan penyuluhan pada dasarnya adalah

membahagiakan klien, namun norma-norma yang berlaku tidak

boleh dikorbankan. Klien yang sedang menjalani penyuluhan itu

hendaknya mampu meraih kebahagiaan dalam kaitannya dengan

norma-norma yang ada.

Berikut ini merupakan bebepara langkah-langkah penyuluhan:

a. Langkah Analisis

Page 24: Program Bimbingan Di Sekolah Dan Peranan Guru Dalam Pelaksnaannya

24

Langkah analisis adalah langkah memahami kehidupan

individu siswa, yaitu dengan mengumpulkan data dari berbagai

sumber. Alat-alat keperluan analisis ini antara lain berupa: tes

prestasi belajar, kartupribadi siswa, pedoman wawancara,

riwayat hidup, cacatan anekdot, tes psikologi, inventori, daftar

cek masalah, kuesioner, sosiometri, dan daftar cek.

b. Langkah Sintesis

Sintesis adalah langkah yang menghubungkan dan merangkum

data. Ini berarti bahwa dalam langkah sintesis, penyuluh

mengorganisasikan dan merangkum data sehingga tampak

dengan jelas gejala-gejala, atau keluhan-keluhan siswa

c. Langkah Diagnosis

Diagnosis adalah langkah menemukan masalahnya atau

mengidentifikasi masalah. Langkah ini mencakup proses

interpretasi data dalam kaitannya dengan gejala-gejala

masalah, kekuatan, dan kelemahan siswa. Dalam proses

penafsiran data dalam hubungannya dengan perkiraan

penyebab masalah, penyuluh haruslah menentukan penyebab

masalah yang paling mendekati kebenaran atau

menghubungkan sebab akibat yang paling logis dan rasional.

d. Langkah Prognosis

Prognosis adalah langkah mengenai alternative bantuan yang

dapat atau mungkin diberikan kepada siswa sesuai dengan

masalah yang dihadapi sebagaimana ditemukan dalam langkah

diagnosis.

e. Langkah Penyuluhan

Bentuk-bentuk bantuan yang dapat dilakukan untuk

memecahkan masalah melalui penyuluhan ini antara lain:

memperkuat diri dalam lingkungan, mengubah lingkungan,

memilih lingkungan yang memadai, mempelajari keterampilan

yang diperlukan, dan mengubah sikap. Pemberian bantuan

melalui penyuluhan ini biasa dilakukan dengan menggunakan

Page 25: Program Bimbingan Di Sekolah Dan Peranan Guru Dalam Pelaksnaannya

25

teknik-teknik penyuluhan seperti: menciptakan hubungan baik,

membantu siswa meningkatkan pemahaman diri, memberikan

nasihat atau merencanakan program kegiatan, membantu siswa

dalam melaksanakan keputusan atau rencana kegiatan yang

dipilih, dan merujuk kepihak lain.

f. Tindak Lanjut

Langkah tindak lanjut adalah suatu langkah penentuan efektif

tidaknya suatu usaha penyuluhan yang telah dilaksanakan.

Alat pengumpul data dalam penyuluhan

a. Teknik Observasi

Daftar cek

Catatan anekdot

b. Teknik Komunikasi

Wawancara

Daftar cek masalah

Kuesioner

Sosiometri

Tes psikologi

c. Teknik Studi Dokumentasi

Buku raport

Legger

Catatan kesehatan

Rekaman

Ada tiga macam cara kehadiran(siswa) atau klien, diantaranya:

a. Dating sendiri atau dating secara sukarela.

b. Dipanggil oleh penyuluh berdasarkan hasil analisis data

c. Dirujuk oleh wali kelas, guru mata pelajaran atau oleh kepala

sekolah.

Suatu proses bantuan melalui penyuluhan dikatakan berhasil

apabila:

Page 26: Program Bimbingan Di Sekolah Dan Peranan Guru Dalam Pelaksnaannya

26

a. Dapat menggunakan alat pengumpul data dan sumber data secara

tepat dan dapat memadukannya sesuai dengan tujuan.

b. Siswa atau klien sudah mampu mengatasi atau memecahkan

masalahnya sendiri secara mandiri.

c. Secara kuantitatif jumlah masalah yang ada baik dating secara

sukarela, dipanggil, maupun dirujuk oleh pihak-pihak lain

semuanya telah memperoleh layanan dari penyuluh.

3) Layanan Orientasi dan Penyajian Informasi

a Tujuan layanan orientasi dan penyajain informasi

Agar para siswa dapat mengorientasikan dirinya kepada

kehidupannya diwaktu yang akan dating, terutama pada

masa yang segera akan ditempuhnya, setelah masa

pendidikan di sekolah yang bersangkutan selesai.

Agar para siswa mengetahui sumber-sumber yang

bermakna untuk memperoleh informasi yang

diperlukannya.

Agar para siswa dapat mempergunakan sarana kegiatan

kelompok sebagai sarana untuk memperoleh informasi

yang diperlukannya.

Agar para siswa dapat memilih dengan tepat kesempatan-

kesempatan yang ada dalam lingkungannya sesuai dengan

minat dan kemampuannya.

b. Macam-macam layanan orientasi

Orientasi kehidupan sekolah

Orientasi kehidupan di perguruan tinggi

Informasi tentang cara belajar

Informasi tentang sekolah sambungan

Informasi tentang pemilihan jurusan.

c. Langkah-langkah penyajian informasi

Langkah persiapan yang meliputi:

Page 27: Program Bimbingan Di Sekolah Dan Peranan Guru Dalam Pelaksnaannya

27

Menetapkan tujuan dan isi informasi termasuk alas an-

alasannya.

Mengidentifikasi sasaran yang akan menerima informasi.

Mengetahua sumber-sumber informasi.

Menetapkan teknik penyampaian informasi.

Menetapkan jadwal dan waktu kegiatan.

Menetapkan ukuran keberhasilan

Langkah pelaksanaan, yang perlu diperhatikan antara lain:

Usahakanlah tetap menarik minat dan perhatian para siswa.

Berikan informasi secara sistematis dan sederhana sehingga

jelas isi dan manfaatnya.

Berikan contoh yang berhubungan denagn kehidupan

siswa.

Bila menggunakan teknik siswa mendapatkan sendiri

informasi, persiapkan sebaik mungkin sehingga setiap

siswa mengetahui apa yang harus diperhatikan, apa yang

harus dicatat, dan apa yang harus dilakukan.

Bila menggunakan teknik langsung atau tak langsung

usahakan tidak terjadi kekeliruan. Informasi yang keliru

dan diterima siswa, sukar untuk mengubahnya.

Usahakanlah selalu bekerjasama dengan guru bidang studi

dan wali kelas, agar informasi yang diberikan guru, wali

kelas, dan guru pembimbing tidak saling bertentangan

Langkah evaluasi, yang bermanfaat sebagai berikut:

Guru pembimbing mengetahui hasil pemberian informasi.

Guru pembimbing mengetahui efektifitas suatu teknik.

Guru pembimbing mengetahui apakah persiapannya sudah

cukup matang atau masih banyak kekurangannya.

Guru pembimbing mengetahui kebutuhan siswa akan

informasi lain atau informasi yang sejenis.

Page 28: Program Bimbingan Di Sekolah Dan Peranan Guru Dalam Pelaksnaannya

28

Bila dilakukan evaluasi, siswa meras perlu memperhatikan

lebih serius, bukan sambil lalu. Dengan demikian timbul

sikap positif dan menghargai isi informasi yang

diterimanya.

d. Criteria penilaian keberhasilan layanan penyajian informasi

Layanan penyajian informasi dikatakan berhasil dengan

criteria, yaitu:

Jika para siswa telah dapat menyesuaikan diri sebaik

mungkin dengan lingkingannya yang baru.

Jika para siswa telah memperoleh sebanyak mungkin

sumber informasi tentang: cara belajar, informasi sekolah

sambungan, dan informasi pemilihan jurusan.

4) Layanan Penempatan

a. Tujuan layanan penempatan

Agar setiap siswa dapat menempati posisi yang sesuai

dengan kemampuan dan minat-minatnya, baik dalam

kegiatan belajar di sekolah maupun dalam kegiatan-kegiatan

persiapan menunjuk dunia kerja.

Agar setiap siswa dapat menempati posisi yang sesuai

dengan motivasi baik dalam kegiatan belajar di sekolah

maupun dalam kegiatan persiapan menuju dunia kerja.

Agar setiap siswa dapat menempati posisi yang sesuai

dengan tingkat perkembangan, baik dalam kegiatan belajar

di sekolah maupun dalam kegiatan-kegiatan persiapan

menuju ke dunia kerja.

b. Jenis-jenis layanan pendidikan

Pembentukan kelompok belajar.

Penempatan dalam kelas atau program pilihan.

Penempatan dalam studi sambungan.

c. Kriteria penilaian keberhasilan layanan penempatan

Page 29: Program Bimbingan Di Sekolah Dan Peranan Guru Dalam Pelaksnaannya

29

Jika para siswa telah dapat ditempatkan dalam kelompok

belajar yang tepat dan telah dapat mencapai hasil yang

cukup memadai dalam kelompoknya.

Jika para siswa dapat ditempatkan dalam kelas/jurusan atau

program yang sesuai dengan minat dan kemampuannya.

Jika para siswa telah memilih studi sambungan yang akan

dimasukinya.

5) Layanan Rujukan

a. Tujuan layanan rujukan

Layanan rujukan bertujuan untuk membantu melimpahkan siswa

yang menghadapi masalah tertentu kepada petugas di dalam

sekolah sendiri atau lembaga layanan rujukan di luar sekolah

disebabkan karena keterbatasan kemampuan dan wewenang yang

dimilikinya maupun karena keterbatasan sumber manusiawi dan

alat.

b. Lembaga-lembaga rujukan

Rumah sakit, puskesmas, atau dokter praktek umum.

Lembaga Layanan Psikologis

Lembaga Kepolisian.

Lembaga-lembaga penyelenggara tes.

Lembaga penempatan tenaga.

c. Persyaratan layanan rujukan

Rujukan harus disertai dengan data yang lengkap berkaitan

dengan masalah yang dihadapi siswa yang bersangkutan.

Rujukan harus menggunakan surat pengantar atau rekomendasi

yang menjelaskan tujuan rujukan itu.

Rujukan harus disetujui ileh siswa yang bersangkutan.

Layanan rujukan itu harus tetap menjadi tanggung jawab

sekolah.

Pihak yang dirujuk harus diminta untuk menyampaikan laporan

terinci mengenai hasil upaya rujukan itu kepada sekolah.

Page 30: Program Bimbingan Di Sekolah Dan Peranan Guru Dalam Pelaksnaannya

30

d. Proses layanan rujukan

Rujukan dapat dimulai dengan inisiatif pihak tertentu yang

menemukan siswa yang mengalami ksulitan.

Wali kelas memperkirakan kesulitan macam apa yang dihadapi

siswa.

Wali kelas mengajukan rujukan ini kepada kepala sekolah.

Kepala sekolah menunjuk terlebih dahulu diadakannya

pemeriksaan fisik.

Siswa tersebut bersama dengan hasil pemeriksaan kesehatan

dirujuk kepada penyuluh.

Apabila penyuluh tidak bisa menangani sendiri, siswa tersebut

dirujuk pada ahli psikologi.

Apabila hasil psikolog menunjukkan bahwa sebenarnya siswa

tersebut tidak memerlukan pembahasan kasus dan tidak

memerlukan layanan testing, maka psikolog tersebut

memberikan rekomendasi tentang status siswa tersebut sebagai

balikan kepada sekolah. Maka layanan rujukan hanya berakhir

sampai disini.

Apabila dari hasil pemeriksaan itu ternyata siswa tidak

memerlukan layanan pembahasan kasus, tetapi membutuhkan

layanan testing, maka siswa tersebut dirujuk kepada lembaga

penyelenggara tes untuk dilengkapi dengan data dari

wawancara dengan orang tua pihak lain yang dibutuhkan.

Berdasarkan hasil testing dan hasil wawancara itu disusun

rekomendasi untuk dikembalikan kepada sekolah, maka

rujukan berakhir disini.

Apabila dari hasil pemerisaan psikolog ternyata siswa

memerlukan pembahasan kasus yang lebih luas dengan

berbagai pihak, maka diselenggarakan pembahasan kasus yang

melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan .

Dari hasil pembahasan kasus diberikan rekomendasi sesuai

dengan status siswa tersebut.

Page 31: Program Bimbingan Di Sekolah Dan Peranan Guru Dalam Pelaksnaannya

31

e. Kriteria penilaian keberhasilan layanan rujukan

Jika pelimpahan kasus kepada huru di dalam sekolah seendiri

atau kepada lembaga/layanan rujukan telah disertai dengan

data/informasi kasus yang diperlukan.

Jika rujukan dapat diakhiri dengan pemecahan masalah kasus

dan diberikan rekomendasi tentang masalah kasus pada

sumber rujukan

B. Peranan Guru Dalam Pelaksanaan Bimbingan di Sekolah

1. Tugas Guru Dalam Layanan Bimbingan di Kelas

Rohman Natawidjaja dan MOh. Surya (1985) menyatakan bahwa fungsi

bimbingan dalam proses mengajar mengajar itu merupakan salah satu

kompetensi guru yang terpadu dalam keseluruhan pribadinya. Perwujudan

kompetensi ini tampak dalam kemampuannya untuk menyesuaikan diri

dengan karakteristik siswa dan Suasana belajar.

Rohman Natawidjaja dan Moh. Surya (1985) mengemukakan beberapa

hal yang harus diperhatikan guru dalam proses belajar mengajar sesuai

dengan fungsinya sebagai guru dan pembimbing , yaitu:

a) Perlakuan terhadap siswa didasarkan atas keyakinan bahwa sebagai

individu, siswa memiliki potensi untuk berkembang dan maju serta mampu

mengarahkan dirinya sendiri untuk mandiri.

b) Sikap positif dan wajar terhadap siswa.

c) Perlakuan terhadap siswa secara hangat, ramah, rendah hati,

menyenangkan.

d) Pemahaman siswa secara empatik.

e) Penghargaan terhadap martabat siswa sebagai individu.

f) Penampilan diri secara asli (genuine) tidak berpura-pura, didepan siswa.

g) Kekonkretan dalam menyatakan diri.

h) Penerimaan siswa secara apa adanya.

i) Perlakuan terhadap siswa secara permissive.

j) Kepekaan terhadap perasaan yang dinyatakan oleh siswa dan membantu

siswa untuk menyadari perasaanya itu.

Page 32: Program Bimbingan Di Sekolah Dan Peranan Guru Dalam Pelaksnaannya

32

k) Kesadran bahwa tujuan mengajar bukan terbatas pada penguasaan siswa

terhadap bahan pengajaran saja, melainkan menyangkut pengembangan

siswa menjadi individu yang lebih dewasa.

l) Penyesesuaian diri terhadap keadaan yang khusus.

Abu Ahmadi (1977) mengemukakan peran guru sebagai pembimbing

dalam melaksanakan proses belajar mengajar, sebagai berikut :

a) Menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan setiap siswa merasa

aman, dan berkeyakinan bahwa kecakapan dan prestasi yang dicapainya

mendapat penghargaan dan perhatian.

b) Mengusahakan agar siswa-siswa dapat memahami dirinya, kecakapan-

kecakapan, sikap, minat, dan pembawanya.

c) Mengembngkan sikap-sikap dasar bagi tingkah laku social yang baik.

d) Menyediakan kondisi dan kesempatan bagi setiap siswa untuk memperoleh

hasil yang lebih baik.

e) Membantu memilih jabatan yang cocok, sesuai dengan bakat, kemampuan,

dan minatnya.

Guru juga dapat melakukan tugas-tugas bimbingan dalam proses

pembelajaran seperti berikut :

a. Melaksanakan kegiatan diagnostic kesulitan belajar. Guru mencari atau

mengidentifikasi sumber-sumber kesulitan belajar yang dialami oleh

siswa, dengan cara :

1) Menandai siswa yang diperkirakan mengalami masalah, dengan

jalan melihat prestasi belajarnya yang paling rendah atau berada

dibawah nilai rata-rata di kelas.

2) Mengidentifikasi mata pelajaran di mana siswa mendapat nilai

rendah (di bawah rata-rata kelas).

3) Menelusuri bidang atau bagian di mana siswa mengalami kesulitan

yang menyebabkan nilainya rendah.

Page 33: Program Bimbingan Di Sekolah Dan Peranan Guru Dalam Pelaksnaannya

33

4) Melaksanakan tindak lanjut, apakah perlu pelajaran tambahan,

dengan bimbingan guru secara khusus, atau tindakan-tindakan

lainnya.

b. Guru dapat memberikan bantuan sesuai dengan kemampuan dan

kewenangannya kepada murid dalam memecahkan masalah pribadi.

2. Tugas Guru Dalam Operasional Bimbingan di Luar Kelas

Tugas guru dalam layanan bimbingan tidak terbatas dalam kegiatan proses

belajar mengajar atau dalam kelas saja, tetapi juga kegiatan-kegiatan

bimbingan di luar kelas. Tugas-tugas bimbingan itu antara lain :

a) Memberikan pengajaran perbaikan (remedial teaching).

b) Memberikan pengayaan dan pengembngan bakat siswa.

c) Melakukan kunjungan rumah (home visit).

d) Menyelenggarakan kelompok belajar, yang bermanfaat untuk :

1) Membiasakan anak untuk bergaul dengan teman-temannya,

bagaimana mengemukakan pendapatnya dan menerima pendapat

dari teman lain.

2) Merealisasikan tujuan pendidikan dan pengajaran melalui belajar

secara kelompok.

3) Mengatasi kesulitan-kesulitan, terutama dalam hal pelajaran secara

bersama-sama.

4) Belajar hidup Membiasakan anak untuk bergaul dengan teman-

temannya, bagaimana mengemukakan pendapatnya dan menerima

pendapat dari teman lain.

5) Memupuk rasa kegotongroyongan.

C. Kerja Sama Guru Dengan Konselor dalam Layanan Bimbingan

Ada beberapa pertimbangan, mengapa guru juga harus melaksanakan

kegiatan bimbingan dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini, Rochman

Natawidjaja dan Moh. Surya (1985) mengutip pendapat Miller yang

mengatakan bahwa :

a) Proses belajar akan menjadi sangat efektif, apabila bahan yang dipelajari

dikaitkan langsung dengan tujuan-tujuan pribadi siswa.

Page 34: Program Bimbingan Di Sekolah Dan Peranan Guru Dalam Pelaksnaannya

34

b) Guru yang memahami siswa dan masalah – masalah yang dihadapinya,

lebih peka terhadap hal-hal yang dapat memperlancar dan mengganggu

kelancaran kegiatan kelas.

c) Guru dapat memperhatikan perkembangan masalah atau kesulitan siswa

secara lebih nyata.

Layanan bimbingan di sekolah akan lebih efektif bila guru dapat bekerja

sama dengan konselor sekolah dalam proses pembelajaran. Adanya

keterbatasan – keterbatasan dari kedua belah pihak (guru dan konselor)

menunutut adanya kerja sama tersebut.

Konselor mempunyai keterbatasan dalam hal yang berkaitan dengan :

a) Kurangnya waktu untuk bertatap muka dengan siswa, hal ini karena tenaga

konselor masih sangat terbatas, sehingga pelayanan siswa dalam jumlah

yang cukup banyak tidak bias dilakukan secara intensif.

b) Keterbatasa konselor sehingga tidak mungkin dapat memberikan semua

bentuk layanan seperi memberikan pengajaran perbaikan untuk bidang

studi tertentu, dan sebagainya.

Menurut Koestor Partowisastro (1982) keterbatasan – keterbatasan guru

tersebut antara lain :

a) Guru tidak mungkin lagi menangani masalah – masalah siswa yang

bermacam – macam, karena guru tidak terlatih untuk melaksanakan semua

tugas itu.

b) Guru sendiri sudah berat tugas mengajarnya, sehingga tidak mungkain lagi

ditambah tugas yang lebih banyak untuk memecahkan berbagai macam

masalah siswa.

Page 35: Program Bimbingan Di Sekolah Dan Peranan Guru Dalam Pelaksnaannya

35

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bimbingan dan konseling di skolah merupakan kegiatan bersama. Semua

personel sekolah (kepala sekolah, guru, konselor, tenaga administrasi)

mempunyai peran masing-masing dalam pelaksanaan program bimbingan dan

konseling.

Untuk dapat menyukseskan misi bimbingan dan konseling diperlukan

program yang komprehensif dan mantap. Program ini harus disusun dengan

tepat dan sesuai dengan identifikasi masalah.

Oleh karena itu, program bimbingan di setiap jenjang pendidikan berbeda

satu sama lain sesuai dengan masalah yang dihadapi siswa pada masing-

masing kelompok umur itu.

B. Saran

Adapun saran dari penulis adalah sebagai berikut:

1. Hendaknya orang tua dan sekolah dapat bekerja sama dalam membantu

pelaksanaan bimbingan belajar.

2. Sekolah perlu mengembangkan layanan bimbingan belajar bagi siswa yang

mengalami kesulitan belajar.

3. Terbentuknya kerjasama antara guru dan konselor dalam memberikan

bimbingan untuk siswa

Page 36: Program Bimbingan Di Sekolah Dan Peranan Guru Dalam Pelaksnaannya

36

DAFTAR PUSTAKA

Prayitno. 1999. Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling di

Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Sukardi, Dewa Ketut. 1993. Proses Bimbingan dan Penyuluhan. Jakarta: Rineka

Cipta.

Sukardi, Dewa Ketut. 1996. Pengentar Pelaksanaan Program Bimbingan dan

Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Djumiran, dkk. 2009. Profesi Keguruan. Dirjen Dikti Depdiknas.