Profil Wilayah Metropolitan Kedung Sapur

47
E-1 Bab E Profil Wilayah Metropolitan Kedung Sapur E.1. Kendal E.1.1. Profil Wilayah Kabupaten Kendal, dengan luas wilayah 1.002,23 Km² terbagi menjadi 19 kecamatan, Kabupaten Kendal memiliki topografi dataran tinggi, dataran rendah berikut pantainya yang memiliki garis pantai pada pantai utara jawa sepanjang ± 41 km membujur arah timur ke barat. Kabupaten Kendal terkenal dengan sebutan Kota Santri , dimana banyak terdapat Pondok Pesantren dan Tempat Pendidikan Ilmu Agama Islam khusus di Kecamatan Kaliwungu menjadikan salah satu daerah tujuan wisata khususnya wisata rokhani di Jawa Tengah. Selain itu obyek wisata andalan Curugsewu, Pantai Sendang Sikucing, Goa Kiskendo, Air Panas Gonoharjo, dan banyak obyek wisata rintisan yang mulai dikembangkan. Sedangkan wilayah Kabupaten Kendal bagian Selatan yang merupakan daerah perbukitan dan pegunungan dengan ketinggian antara 10 2.579 meter di atas permukaan laut, meliputi Kecamatan Plantungan, Sukorejo, Patean, Pageruyung, Limbangan, Singorojo dan Boja. Adapun keseluruhan desa dan kelurahan yang berada di Kabupaten Kendal sebanyak 285 desa/kelurahan. Disamping potensi lautnya yang merambah eksport ke mancanegara, banyak komoditas unggulan lainnya disektor pertanian, seperti padi, palawija, buah durian, pisang. Bidang peternakan banyak dijumpai peternakan ayam ras petelur, sapi kereman. Bidang perikanan yang menjadi primadona adalah udang dan teri nasi selain rajungan, ikan panggang, maupun ikan olahan lainnya. Sektor industri dan perdagangan menjadikan prospek kedepan mengingat Kendal berdekatan dengan Semarang. Kawasan Industri berat seperti Texmaco, Kayu Lapis Indonesia, Rimba Partikel, Indogas, Tensindo, Tossa Sakti Indonesia, terdapat di Kaliwungu. Sementara industri dan UKM banyak terdapat diseluruh wilayah Kabupaten Kendal sesuai dengan karakteristik masing-masing

description

Pertumbuhan di Indonesia saat ini masih cenderung terjadi pada kota-kota besar khususnya di kota metropolitan. Hal tersebut telah menyebabkan kota metropolitan menjadi generator aktivitas yang mendorong munculnya pusat pertumbuhan baru dan berkembang menjadi kota-kota baru di sekitarnya. Dengan tinggginya dinamika yang ada di kota metropolitan, pembangunan yang direncanakan tentunya harus tetap memperhatikan daya dukung yang dimiliki oleh kota tersebut. Adanya keterbatasan daya dukung, keterkaitan pola tata ruang dan jaringan infrastruktur yang menghubungkan antar kota, serta keterkaitan aktivitas ekonomi dan aliran barang dan jasa antar kota menyebabkan perlu adanya kerjasama yang sinergis untuk memenuhi supply dan demand masing-masing kota terkait. Seiring dengan pertumbuhan aktivitas dan jumlah penduduk di kota metropolitan, semakin meningkat pula kebutuhan akan permukiman, namun keterbatasan lahan untuk permukiman baru di kota metropolitan mengakibatkan kecenderungan arah pengembangan permukiman baru saat ini adalah ke pinggiran kota, bahkan meluas hingga ke kota-kota pendukung yang berbatasan dengan kota metropolitan sehingga menyebabkan terjadinya penglaju. Oleh karena itu untuk menjaga arah pengembangan kota metropolitan sebaiknya dilandasi dengan perencanaan yang terintegrasi, yaitu turut mempertimbangkan adanya keterkaitan dan perlunya kerjasama dengan kota-kota pendukung di sekitarnya khususnya dalam penyediaan permukiman baru karena permukiman merupakan elemen pembentuk kota yang memberi pengaruh terhadap arah pengembangan kota supaya tetap sesuai dengan rencana tata ruang kota.

Transcript of Profil Wilayah Metropolitan Kedung Sapur

Page 1: Profil Wilayah Metropolitan Kedung Sapur

E-1

Bab E Profil Wilayah Metropolitan Kedung Sapur

E.1. Kendal

E.1.1. Profil Wilayah

Kabupaten Kendal, dengan luas wilayah 1.002,23 Km² terbagi menjadi 19 kecamatan, Kabupaten Kendal memiliki topografi dataran tinggi, dataran rendah berikut pantainya yang memiliki garis pantai pada pantai utara jawa sepanjang ± 41 km membujur arah timur ke barat. Kabupaten Kendal terkenal dengan sebutan Kota Santri , dimana banyak terdapat Pondok Pesantren dan Tempat Pendidikan Ilmu Agama Islam khusus di Kecamatan Kaliwungu menjadikan salah satu daerah tujuan wisata khususnya wisata rokhani di Jawa Tengah. Selain itu obyek wisata andalan Curugsewu, Pantai Sendang Sikucing, Goa Kiskendo, Air Panas Gonoharjo, dan banyak obyek wisata rintisan yang mulai dikembangkan. Sedangkan wilayah Kabupaten Kendal bagian Selatan yang merupakan daerah perbukitan dan pegunungan dengan ketinggian antara 10 2.579 meter di atas permukaan laut, meliputi Kecamatan Plantungan, Sukorejo, Patean, Pageruyung, Limbangan, Singorojo dan Boja. Adapun keseluruhan desa dan kelurahan yang berada di Kabupaten Kendal sebanyak 285 desa/kelurahan.

Disamping potensi lautnya yang merambah eksport ke mancanegara, banyak komoditas unggulan lainnya disektor pertanian, seperti padi, palawija, buah durian, pisang. Bidang peternakan banyak dijumpai peternakan ayam ras petelur, sapi kereman. Bidang perikanan yang menjadi primadona adalah udang dan teri nasi selain rajungan, ikan panggang, maupun ikan olahan lainnya.

Sektor industri dan perdagangan menjadikan prospek kedepan mengingat Kendal berdekatan dengan Semarang. Kawasan Industri berat seperti Texmaco, Kayu Lapis Indonesia, Rimba Partikel, Indogas, Tensindo, Tossa Sakti Indonesia, terdapat di Kaliwungu. Sementara industri dan UKM banyak terdapat diseluruh wilayah Kabupaten Kendal sesuai dengan karakteristik masing-masing

Page 2: Profil Wilayah Metropolitan Kedung Sapur

E-2

wilayah distrik setempat.

Gambar E.1 Peta Kedungsapur

Sumber: http://regionalinvestment.com

Unggulan perkebunan Kabupaten Kendal adalah Kelapa dalam, kopi, kapok, cengkeh, tembakau, dan teh. Tembakau mempunyai luas areal tebesar yaitu seluas 6.843.255 ha dengan produksi sebesar 5.605.310 ton. Sedangkan komoditas perkebunan lain seperti: aren, jahe, jambu mete, kakao, kapas, karet, lada,panili, tebu dan sebagainya.

E.1.2. Geografis

Kabupaten Kendal terletak pada 109°40' - 110°18' Bujur Timur dan 6°32' - 7°24' Lintang Selatan. Batas wilayah administrasi Kabupaten Kendal meliputi : 1. Utara : Laut Jawa. 2. Timur : Kota Semarang. 3. Selatan : Kabupaten Semarang dan Kabupaten Temanggung. 4. Barat : Kabupaten Batang.

Page 3: Profil Wilayah Metropolitan Kedung Sapur

E-3

Jarak terjauh wilayah Kabupaten Kendal dari Barat ke Timur adalah sejauh 40 Km, sedangkan dari Utara ke Selatan adalah sejauh 36 Km.

Kabupaten Kendal mempunyai luas wilayah sebesar 1.002,23 Km² yang terbagi menjadi 20 Kecamatan dengan 265 Desa serta 20 Kelurahan.

Gambar E.2 Peta Kabupaten Kendal

Sumber: http://regionalinvestment.com

E.1.3. Topografi

Secara umum, wilayah Kabupaten Kendal terbagi menjadi 2 (dua) daerah dataran, yaitu daerah dataran rendah (pantai) dan daerah dataran tinggi (pegunungan). Wilayah Kabupaten Kendal bagian utara merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 0 - 10 meter dpl, yang meliputi Kecamatan : 1. Weleri. 2. Rowosari. 3. Kangkung. 4. Cepiring. 5. Gemuh. 6. Ringinarum.

7. Pegandon. 8. Ngampel. 9. Patebon. 10. Kendal. 11. Brangsong. 12. Kaliwungu.

Wilayah Kabupaten Kendal bagian selatan merupakan daerah

Page 4: Profil Wilayah Metropolitan Kedung Sapur

E-4

dataran tinggi yang terdiri atas tanah pegunungan dengan ketinggian antara 10 - 2.579 meter dpl, meliputi Kecamatan : 1. Plantungan. 2. Pageruyung. 3. Sukorejo. 4. Patean.

5. Boja. 6. Limbangan. 7. Singorojo. 8. Kaliwungu Selatan.

E.1.4. Kondisi Iklim dan Curah Hujan

Mengingat wilayah Kabupaten Kendal yang terbagi menjadi 2 (dua) daerah dataran, maka kondisi tersebut memengaruhi kondisi iklim wilayah Kabupaten Kendal. Wilayah Kabupaten Kendal bagian utara yang didominasi oleh daerah dataran rendah dan berdekatan dengan Laut Jawa, maka kondisi iklim di daerah tersebut cenderung lebih panas dengan suhu rata-rata 27 °C. Sedangkan wilayah Kabupaten Kendal bagian selatan yang merupakan daerah pegunungan dan dataran tinggi, kondisi iklim di daerah tersebut cenderung lebih sejuk dengan suhu rata-rata 25 °C.

E.1.5. Pembagian Administratif

Kabupaten Kendal terdiri atas 20 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah 265 desa dan 20 kelurahan. Pusat pemerintahan berada di Kecamatan Kendal. Di samping Kendal, kota-kota kecamatan lainnya yang cukup signifikan adalah Kaliwungu dan Weleri. Kaliwungu (BasisKeagamaan). Kota ini tak pernah sepi dari kehidupan keislaman. Banyak pesantren dengan santri dari berbagai kota dari berbagai wilayah negeri. Kota ini selalu khas dengan berlalulalangnya orang-orang yang berpakaian muslim, dengan sarung dan penutup kepala (peci atau kerudung) dengan Al Quran dan atau kitab-kitab tertentu ditangan. Selain itu alunan ayat-ayat suci Al Quran senantiasa menggema sepanjang hari di hampir setiap sudut kotanya. Weleri (Basis Perdagangan), kota paling barat Kabupaten ini memang tak pernah sepi dari perdagangan. Kota ini menjadi transit dan tujuan dari para pedagang dari seluruh penjuru Kabupaten bahkan Wilayah Indonesia. Dengan fasilitas transportasi (adanya 2 terminal dan 1 Stasiun KA)dan fasilitas komunikasi yang lebih lengkap dari pada kecamatan lainnya, Weleri berkembang menjadi sebuah kota yang ramai dan mudah untuk diakses. Selain itu, secara sosial, dengan adanya para pedagang dari Klaten-Solo yang membentuk suatu perkampungan khusus (Kampung Solo),perkampungan tersebut terletak di dukuh Kedonsari Kelurahan

Page 5: Profil Wilayah Metropolitan Kedung Sapur

E-5

Penyangkringan. Dari pengaruh perubahan sosial inilah menjadikan weleri sebagai kecamatan yang perkembangan perdagangan semakin pesat dengan ditandai banyaknya pasar tradisonal, sampai saat ini terdapat 3 pasar besar yang terletak dijantung Kecamatan Weleri

E.1.6. Transportasi

Kendal berada di jalur pantura yang sangat ramai. Angkutan umum antarkota pada umumnya dilayani oleh bus. Kendal juga dilintasi jalur kereta api, ada tiga stasiun (Weleri, Kalibodri dan Kaliwungu) dengan stasiun terbesarnya Weleri. Kebanyakan kereta api jarak jauh tidak singgah di stasiun ini .

E.1.7. Pendidikan

Sektor pendidikan di Kabupaten Kendal terdiri dari berbagai macam. Dari mulai pendidikan formal, informal, dan non formal. Hampir disetiap Kecamatan terdapat sarana dan prasarana pendidikan. Terkait dengan pendidikan fomalnya, di Kabupaten ini telah memiliki ratusan TK dan Sekolah Dasar atau yang sederajat. Demikian pula dengan SMP atau yang sederajat, semua kecamatan di kabupaten ini terdapat SMP atau yang sederajat. Demikian pula dengan pendidikan menengah. Di Kabupaten kendal pada awal tahun 2008 memiliki 30 SMA yang terdiri dari 14 SMA Negeri dan 16 SMA Swasta. Berdasarkan program yang dibuka dari 30 sekolah terdapat 3 sekolah yang memiliki program lengkap IPA, IPS dan Bahasa adalah : (1) SMA 1 Kendal, (2) SMA 1 Boja, dan (3) SMA 1 Weleri. Sedangkan pendidikan menengah kejuruan (SMK) memiliki 22 SMK yang terdiri dari 5 SMK Negeri dan 13 SMK Swasta dan 2 SMK kelas jauh di Pondok pesantren.

E.1.8. Kependudukan

Penduduk Kabupaten Kendal adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Kabupaten Kendal selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan untuk menetap.

Jumlah penduduk Kabupaten Kendal Tahun 2004 sebanyak 899.211 jiwa, yang terdiri dari 443.974 (49,34%) penduduk laki-laki dan sebanyak 455.237 (50,66%) penduduk perempuan.

1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Komponennya

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mengukur capaian suatu

Page 6: Profil Wilayah Metropolitan Kedung Sapur

E-6

daerah dalam tiga dimensi dasar pembangunan manusia : lamanya hidup, pengetahuan dan standar kehidupan yang layak. Indeks ini diukur dengan angka harapan hidup, capaian pendidikan dan tingkat pendapatan per kapita yang telah disesuaikan menjadi paritas daya beli. Dengan demikian, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu ringkasan dan bukan merupakan ukuran komprehensif dari pembangunan manusia. Pembangunan Manusia dirumuskan sebagai perluasan pilihan bagi penduduk (enlarging the choice of people), yang dapat dilihat sebagai proses upaya ke arah perluasan pilihan sekaligus sebagai taraf yang akan dicapai dari upaya tersebut (UNDP, 1990).

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kendal tahun pada 2008 mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2007 yaitu dari 68.91 menjadi 69.40 di tahun 2008, namun demikian meski mengalami peningkatan, urutan IPM tersebut turun satu peringkat dari urutan 30 menjadi 31 se Jawa Tengah. Bukan capaian rangking yang diutamakan, namun out put dari program pembangunan itu sendiri yang diprioritaskan, sehingga sasaran dan tujuan dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang terjadi adalah memproduksi kualitas dengan kuantitas.

Dari ketiga komponen yang membentuk Indeks Pembangunan Manusia (IPM), diketahui bahwa :

a. Angka Harapan Hidup / Usia Harapan Hidup (eo) mengalami peningkatan, dari tahun 2007 sebesar 67,40 tahun dan tahun 2008 menjadi 67,77 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa derajat kesehatan penduduk di Kabupaten Kendal meningkat, secara rata-rata kenaikan untuk menikmati hidup bertambah sebesar 0,37 tahun.

b. Salah satu komponen pembentuk indeks pendidikan yaitu Angka Melek Huruf (AMH), tidak mengalami perubahan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yakni 88,93 % kondisi ini mengartikan bahwa jumlah penduduk Kabupaten Kendal yang mampu membaca dan menulis huruf latin, huruf arab serta huruf lainnya belum mengalami perubahan, meskipun target dari UNDP adalah 100% penduduk suatu wilayah adalah sudah mampu baca tulis. Sementara untuk rata-rata lama sekolah (MYS) masih sama dengan tahun sebelumnya yakni 6,69 tahun atau secara rata-rata

Page 7: Profil Wilayah Metropolitan Kedung Sapur

E-7

penduduk Kabupaten Kendal usia 15 tahun keatas masih menduduki setingkat kelas satu SMP ( kelas 7 ). Kondisi ideal rata-rata lama sekolah yang digariskan oleh UNDP adalah 15 tahun, apabila diuraikan 15 tahun tersebut antara lain 6 tahun pertama untuk pendidikan jenjang sekolah dasar, setelah lulus 3 tahun berikutnya menempati jenjang sekolah lanjutan pertama hingga tamat SLTP kemudian jenjang sekolah SLTA selama 3 tahun dan setelah tamat diharapkan mampu meneruskan sekolah lagi selama 3 tahun sampai lulus setara dengan pendidikan Diploma III.

c. Secara umum daya beli penduduk Kabupaten Kendal tahun 2008 mengalami peningkatan tidak terlalu besar, bila dilihat dari sisi pengeluaran per kapita, yakni dari Rp. 627.910 menjadi Rp. 631.640. Untuk capaian daya beli masyarakat/penduduk disuatu wilayah, angka ideal setiap tahun mengalami penyesuaian riel.

2. IPM Kabupaten Kendal dibanding dengan Kabupaten/Kota Sekitarnya.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Kendal pada tahun 2008 ada pada peringkat 31 dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah. Peringkat tersebut mengalami penurunan 1 tingkat bila dibandingkan dengan keadaan tahun sebelumnya, dari peringkat 30 pada tahun 2007 ke urutan 31 pada tahun 2008. Begitu pula bila dibandingkan dengan IPM dari wilayah sekitarnya, seperti Kabupaten Demak, Batang, Temanggung, Semarang dan Kota Semarang.

Tabel E.1 Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Kendal

dan Wilayah Sekitarnya Tahun 2006 – 2008

Kabupaten Kendal dan sekitarnya

Indeks Pembangunan Manusia

Ranking

2006 2007* 2007** 2008 2007 2008 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Kab. Demak 70.3 72,26 71,05 71,56 16 16 2. Kab. Semarang 71,9 74,09 72,93 73,34 7 7 3. Kab. Temanggung 71,8 74,21 73,08 73,43 6 6 4. Kab. Kendal 68,2 70,06 68,91 69,4 30 31

Page 8: Profil Wilayah Metropolitan Kedung Sapur

E-8

Kabupaten Kendal dan sekitarnya

Indeks Pembangunan Manusia

Ranking

2006 2007* 2007** 2008 2007 2008 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

5. Kab. Batang 68,4 69,8 68,64 69,23 32 32 6. Kota. Semarang 75,9 77,24 76,11 76,54 2 2

Jawa Tengah 70,3 71,58 70,92 71,6 14 14 Sumber : Susenas tahun 2006 – 2008Ket : * angka lama** angka diperbaiki

Tabel E.2 Angka Harapan Hidup di Kabupaten Kendal dan Wilayah Sekitarnya

Tahun 2005 – 2008

Kabupaten / Kota Angka Harapan Hidup Perubahan Eks Karesidenan 2005 2006 2007* 2007** 2008 2005-2008

(1) (2) (3) (4) (5) (60 (7) 1. Kab. Demak 69,5 70 72,48 70.31 70.69 01/01/19 2. Kab. Semarang 72,1 72,2 74,3 72.21 72.33 0.23 3. Kab. Temanggung 72 72,1 74,19 72.16 72.32 0.32 4. Kab. Kendal 66,7 67,1 69,46 67.4 67.77 01/07/10 5. Kab. Batang 69,1 69,2 72,67 69,38 69,66 0.55 6. Kota. Semarang 71,8 71,9 73,93 71.9 72.01 0.21

Jawa Tengah 68,1 68 72,1 70.9 71.1 01/03/00 Sumber : Susenas tahun 2005 – 2008 Ket : * Angka lama** angka diperbaiki

Tabel E.3 Persentase Penduduk Kabupaten Kendal

Menurut AMH dan MYS Tahun 2008

Provinsi / Kabupaten Tahun

AMH (persen) MYS (tahun) 2007* 2008 2007* 2008

(1) (2) (3) (4) (5) 1. Kab Demak 90,82 90,82 7,00 7,00 2. Kab Semarang 93,51 93,51 7,10 7,15 3. Kab Temanggung 95,93 95,93 6,70 6,70 4. Kab Kendal 88,93 88,93 6,69 6,69 5. Kab Batang 87,01 87,62 5,97 6,02

Jawa Tengah 88,62 89,24 6,8 6,86 Sumber:Susenas tahun 2007 – 2008 Ket: * Termasuk kabupaten / kota pemekaran

Page 9: Profil Wilayah Metropolitan Kedung Sapur

E-9

Tabel E.4 Rata-Rata Pengeluaran Per Kapita

di Kabupaten Kendal dan Sekitarnya Tahun 2007 – 2008

Kabupaten / Kota Tahun 2008 (Rp.) 2007 (Rp.)

(1) (2) (3) 1. Kab Demak 626280 630130 2. Kab Semarang 626280 632180 3. Kab. Temanggung 627370 630820 4. Kab. Kendal 627910 631640 5. Kab. Batang 627910 626020 6. Kota. Semarang 638780 643550

Jawa Tengah 628530 633590 Sumber : Susenas Tahun 2007, 2008

E.1.9. Perhubungan dan Transportasi

Sektor transportasi dan perhubungan merupakan sektor pendukung yang sangat mutlak keberadaannya sekarang ini. Sebagai media pemindah suatu barang maupun kegiatan dari suatu tempat ke tempat lain. Tanpa dukungan sektor perhubungan dan transportasi aktivitas apapun sulit berkembang dan akan mengalami stagnasi. Wilayah yang tidak terjangkau oleh perhubungan dengan baik seringkali mengalami isolasi karena lokasinya yang menjadi terpencil. Kabupaten Kendal sebagian besar wilayahnya merupakan daratan sehingga sistem transportasi dan perhubungan darat menjadi sarana/alat interaksi sebagian penduduk yang sangat penting.

Transportasi darat di Kabupaten Kendal dilayani oleh 3 unit terminal, masing-masing satu buah Kelas B berlokasi di Kecamatan Weleri dan tiga buah Kelas C berada di Kecamatan Sukorejo dan Boja.

Page 10: Profil Wilayah Metropolitan Kedung Sapur

E-10

E.1.10. Pos dan Telekomunikasi

Pelayanan dibidang jasa pos di Kabupaten Kendal dilayani oleh 19 Kantor Pos, yang terdiri dari satu Kantor Pos Induk yang berlokasi di Kecamatan Kota Kendal dan 18 Kantor Pos Pembantu di setiap kecamatan.

Jaringan telepon di Kabupaten Kendal secara umum sudah terpasang dan dapat dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat Kabupaten Kendal maupun wilayah sekitarnya. Pelayanan telepon pada wilayah Kabupaten Kendal dilayani oleh beberapa kantor cabang telekomunikasi, yaitu di Kecamatan Sukorejo, Boja, Weleri dan Kendal. Dengan keempat kantor cabang tersebut, PT Telkom telah mampu meningkatkan pelayanannya terhadap kebutuhan masyarakat di bidang telekomunikasi. Sampai dengan pertengahan tahun 2009 sudah tercatat sebanyak 13.000 pelanggan dengan kapasitas terpasang sebanyak 15.300 SST. Jumlah wartel meningkat dari tahun 2005 ke tahun 2006 dari 675 menjadi 915 unit. Namun jumlahnya kemudian berkurang hingga menjadi 474 unit pada tahun 2009. Dilain pihak pelayanan telepon dengan sistem koin maupun kartu semakin menurun, bahkan pada tahun 2007 sudah tidak ada telepon koin, sementara telepon kartu tinggal 15 unit pada tahun 2009 karena masyarakat lebih suka menggunakan telepon seluler. Penyediaan jaringan internet (ISP) yang dilaksanakan oleh PT Telkom Kabupaten Kendal sampai dengan tahun 2008 sebanyak 121 buah, kondisi tersebut berbeda jauh dengan tahun 2007 yang hanya 35 buah, angka tersebut meningkat sangat tajam lebih dari 200%. Hal yang demikian tersebut menunjukkan adanya peningkatan akses penggunaan fasilitas internet, yang dapat berarti kemajuan pemanfaatan teknologi informasi di Kabupaten Kendal pada khususnya sangat menggembirakan.

E.1.11. Perumahan dan Pemukiman

Masyarakat Kabupaten Kendal masih membutuhkan rumah cukup banyak. Kebutuhan akan rumah dari tahun ke tahun semakin meningkat dari 1.628 unit pada tahun 2005 menjadi 1.667 unit pada tahun 2009 .

Kebutuhan rumah tersebut dipenuhi baik melalui perumnas dan KPR/BTN maupun dengan perorangan. Penyediaan rumah meningkat paling banyak yang melalui perumnas, yaitu dari 407 unit di tahun 2005 menjadi 1.338 di tahun 2009. Sedangkan penyediaan

Page 11: Profil Wilayah Metropolitan Kedung Sapur

E-11

perorangan justru mengalami penurunan dari 506 unit tahun 2005 menjadi 35 unit di tahun 2008. Status kepemilikan rumah dibagi menjadi dua yaitu rumah milik sendiri dan rumah sewa. Dari tahun 2005 hingga tahun 2009, status kepemilikan rumah sewa meningkat tajam hingga dua kali lipat dari 115 unit menjadi 250 unit. Status berupa rumah milik sendiri juga meningkat dari 180.896 unit menjadi 186.209 unit. selengkapnya dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel E.5 Status Kepemilikan Rumah di Kabupaten Kendal

Perumahan Kabupaten Kendal Tahun 2005 – 2009 Perumahan Satuan 2005 2006 2007 2008 2009

Status Kepemilikan Rumah Rumah Milik Sendiri

Unit 180896 181959 183042 184114 186209

Rumah Sewa Unit 115 117 209 228 250 Penyediaan Rumah Perumnas Unit 407 538 1100 1210 1338 KPR/BTN Unit 154 390 400 490 364 Real Estate Unit 561 Perorangan Unit 506 57 35 Kebutuhan Rumah

Unit 1628 1638 1647 1667 1667

E.1.12. Perekonomian

Berdasarkan perhitungan BPS Kabupaten Kendal Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)atas dasar harga berlaku Kabupaten Kendal tahun 2009 mencapai 8.716.113,65 Juta rupiah dan atas dasar harga konstan sebesar 4.806.891,86 juta rupiah. Selama 5 (lima) tahun terakhir baik PDRB menurut harga berlaku maupun harga konstant mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel E.6.

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kendal pada tahun 2008 secara agregat cukup dinamis yaitu diatas 3 persen. Selama periode 2004 sampai 2008, perekonomian Kabupaten Kendal menunjukkan adanya peningkatan dari tahun ke tahun yaitu tumbuh berkisar antara 2 - 4 persen.

Page 12: Profil Wilayah Metropolitan Kedung Sapur

E-12

Tabel E.6 PDRB Kabupaten Kendal Tahun 2004 – 2008

Tahun

Pdrb Atas Dasar Harga Berlaku

Pdrb Atas Dasar Harga Konstan 2000

Juta Rp Pertumbuhan (%) Juta Rp Pertumbuhan

(%) 2004 5.505,722,10 5,54 4.167,626,20 2,61 2005 6.062,457,28 9,62 4.277,605,54 2,64 2006 6.914,938,92 14,21 4.434,408,16 3,67 2007 7.705,181,53 10,64 4.625,437,33 4,31 2008 8.716,113,65 14.74 4.806,891,86 3,92

Sumber : BPS Kabupaten Kendal Tahun 2009.

Tabel E.7 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kendal Tahun 2004 – 2008

Tahun Pertumbuhan Ekonomi (persen/tahun)

2003 - 2004 2.61 2005 2.64 2006 3.67 2007 4.31 2008 3.92

E.1.13. Struktur Ekonomi Kabupaten Kendal

Dalam kurun 5 tahun terakhir, sektor industri pengolahan masih merupakan sektor yang menjadi andalan terbesar di Kabupaten Kendal. hal ini ditandai dengan sumbangannya terhadap total PDRB Kabupaten Kendal yaitu berkisar di atas 34 persen, paling tinggi dibanding dengan sektor lain. Selanjutnya yang memberikan kontribusi terbesar berasal dari lapangan usaha industri pengolahan yang rata-rata pertahun menyumbang 35,26%, sedangkan penyumbang terkecil berasal dari sektor pertambangan dan penggalian yang rata-rata mencapai 1,37%. Hal ini disebabkan karena sektor pertambangan belum tergarap secara optimal. Lapangan usaha yang setiap tahun mengalami kenaikan adalah sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dengan kontribusi rata-rata 2,89%, hal ini menggambarkan adanya suatu asumsi

Page 13: Profil Wilayah Metropolitan Kedung Sapur

E-13

bahwa lapangan usaha pada sektor tersebut diKabupaten Kendal semakin meningkat walaupun dalam skala yang relatif masih kecil. Secara keseluruhan, dalam lima tahun terakhir tidak terjadi pergeseran struktur ekonomi yang berarti, masing-masing sektor masih dalam posisi yang sama.

Gambar E.3 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kendal Tahun 2004 – 2008

Tabel E.8 Pertumbuhan Sektor Ekonomi Kabupaten Kendal Tahun 2005 – 2008

Lapangan Usaha 2004 2005 2006 2007*) 2008**) Pertanian 4.85 0.02 5.08 -0.88 2,63 Pertambangan & Penggalian 1.74 3.98 9.63 13.47 17.94 Industri Pengolahan 1.71 4.59 2.32 6.45 3.04 Listrik, Gas & Air Minum -11.37 1.29 6.33 16.77 3.20 Bangunan -4.65 -5.54 9.42 2.71 2.11 Perdagangan, Hotel & Restoran

2.43 3.70 2.87 4.80 2.12

Pengangkutan Dan Komunikasi 1.50 3.06 4.74 11.04 8.67

Page 14: Profil Wilayah Metropolitan Kedung Sapur

E-14

Lapangan Usaha 2004 2005 2006 2007*) 2008**) Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan

7.77 5.90 4.86 5.06 7.94

Jasa-Jasa 4.77 0.63 4.28 3.91 10.25 Produk Domestik Regional Bruto (Pdrb)

2.61 2.64 3.67 4.31 3.93

Gambar E.4 Pertumbuhan Sektor Ekonomi Kabupaten Kendal Tahun 2008

Tabel E.9

PDRB Kabupaten Kendal

Lapangan Usaha 2004 2005 2006 2007 2008 Pertanian 23.92 23.41 24.90 24.77 24.23 Pertambangan & Penggalian 1.00 1.05 1.11 1.20 1.37 Industri Pengolahan 37.52 37.59 35.56 35.58 35.26 Listrik, Gas & Air Minum 1.38 1.48 1.55 1.71 1.69 Bangunan 3.83 3.72 3.92 3.70 3.64 Perdagangan, Hotel & Restoran

17.68 17.69 17.23 17.35 17.20

Page 15: Profil Wilayah Metropolitan Kedung Sapur

E-15

Lapangan Usaha 2004 2005 2006 2007 2008 Pengangkutan Dan Komunikasi

2.72 2.88 3.26 3.29 3.39

Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan

2.70 2.77 2.81 2.84 2.89

Jasa-Jasa 9.25 9.41 9.67 9.56 10.32 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber : BPS Kabupaten Kendal 2009

E.1.14. Budaya Dan Adat

Kabupaten Kendal kaya dengan kegiatan budya baik yang bersifat tradisional maupun agamis seperti Syawalan Kaliwungu (event ini sudah terkenal hampir diseluruh Pulau Jawa), Sedekah Laut Tanggul Malang, Pesta Laut Tawang dan Pantai Bandengan. Disamping itu terdapat beberapa makam dari tokoh-tokoh adat maupaun penyebar Agama Islam diantaranya adalah Makam Pangeran Djuminah, Kyai Asyari, Sunan Katong, Paku Wojo yang terletak di Kecamatan Kaliwungu, Makam Pangeran Benowo di Kecamatan Pegandon dan Makam Kyai Seapu di Kecamatan Boja. Di cepiring juga ada pasar cepiring dan berbagai macam padagang di antara toko sepeda BMS yang dari dulu sudah ada di sana.

E.1.15. Pariwisata

Salah satu obyek wisata terkenal di Kabupaten Kendal adalah Curug Sewu, yakni air terjun tiga tingkat setinggi 80 meter, terletak di Kecamatan Patean (perbatasan dengan Kabupaten Temanggung).

Beberapa obyek pariwisata lain di Kabupaten Kendal: 1. Pemandian air panas Gonoharjo Nglimut di lereng Gunung

Ungaran 2. Pantai Jomblom di Kecamatan Cepiring 3. Pantai Sendang Sekucing di Kecamatan Rowosari. 4. Agrowisata kebun teh Medini di Kecamatan Limbangan, dimana

tampak pemandangan Kota Semarang dari atas di Gunung Ungaran yang berketinggian 2.100 meter

5. Goa Kiskendo di Kecamatan Singorojo; goa ini mempunyai legenda tentang kera putih Anoman

6. Kolam Renang Boja di Kecamatan Boja. Di tempat ini ada tersedia dua kolam yaitu kolam olympic dan kolam untuk anak

Page 16: Profil Wilayah Metropolitan Kedung Sapur

E-16

anak. Wisata ini .berada di pusat Kecamatan Boja. 7. Agrowisata Sekatul. Terletak di Kecamatan Limbangan, sekitar

30 km ke arah selatan dari Kendal. Terdapat perkebunan buah stroberi dan buah-buahan lainnya, pemancingan, serta taman bermain untuk anak anak.

8. Srendeng Agrowisata. Terletak di Desa Curugsewu, Kecamatan Patean, merupakan wisata Agro berbasis pendidikan terdiri dari Wisata Kebun, Peternakan, Pertanian, Outbound, Mebel dan village tour.

Kabupaten Kendal juga memiliki potensi pariwisata yang belum banyak digarap. Namun kalau dilihat dari kedekatan wilayah Kabupaten Kendal dengan Semarang serta dilewati jalur lini 1, potensi ini layak untuk dikembangkan antara lain :

1. Pendukung obyek wisata curug sewu Patean, misalnya: penginapan, hotel, lapangan tenis, gedung pertemuan, kebun satwa dan gardu pandang.

2. Pengembangan pantai Sendang Sikucing Rowosari.

3. Pengembangan pemandian Air Hangat Gonoharjo Limbangan.

4. Pengembangan obyek wisata Goa Kiskendo Singorojo.

5. Rencana Pemanfaatan kawasan di desa Pakis dan Gondang Kecamatan Limbangan untuk Taman Safari Belantara Indonesia, dimana telah dilaksanakan study kelayakan oleh Pemda Kabupaten Kendal bekerjasama dengan pihak ketiga. Sementara masih menunggu investor pelaksana.

6. Pengembangan usaha ecotourism di kawasan kebun teh Medini di Desa Ngesrep Balong Kecamatan Limbangan sekaligus pembenahan Goa Jepang (Cave), dan Candi Promasan sebagai maskot wisatanya.

7. Rencana pengembangan Obyek Wisata Air Terjun Curug Terong dan Pangleburgongso di Sukorejo dan Limbangan, Semawur Plantungan.

8. Wisata Outbond dan Kulineri Sekatul di Margosari Limbangan.

9. Rencana pengembangan Obyek Wisata rintisan oleh investor lokal, yakni Pantai Muara Kencan di Desa Pidodo Kulon Kecamatan Patebon.

10. Rencana pengembangan Obyek Wisata Taman Rekreasi Citra

Page 17: Profil Wilayah Metropolitan Kedung Sapur

E-17

Asri di Kecamatan Limbangan.

11. Wisata Religi berupa obyek wisata untuk kebutuhan rohani peziarahan di tempat petilasan (makam) para Aulia/ Wali Allah di Kec. Kaliwungu, dan Gua Bunda Maria Ratu di Sidomukti Weleri, selain itu Tradisi Nyadran dan Sedekah Laut pada waktu 1 Muharram (Tahun Baru Islam) di Tanggul Malang Patebon maupun Rowosari.

Page 18: Profil Wilayah Metropolitan Kedung Sapur

E-18

E.2. Demak

E.2.1. Geografi

Kabupaten Demak adalah salah satu Kabupaten di Jawa Tengah yang terletak pada 6º43'26" - 7º09'43" LS dan 110º48'47" BT dan terletak sekitar 25 km di sebelah timur Kota Semarang. Demak dilalui jalan negara (pantura) yang menghubungkan Jakarta-Semarang-Surabaya-Banyuwangi. Kabupaten Demak memiliki luas wilayah seluas ± 1.149,77 km², yang terdiri dari daratan seluas ± 897,43 km², dan lautan seluas ± 252,34 km². Sedangkan kondisi tekstur tanahnya, wilayah Kabupaten Demak terdiri atas tekstur tanah halus (liat) dan tekstur tanah sedang (lempung). Dilihat dari sudut kemiringan tanah, rata-rata datar. Dengan ketinggian permukaan tanah dari permukaan air laut (sudut elevasi) wilayah Kabupaten Demak terletak mulai dari 0 M sampai dengan 100 M.

Gambar E.5 Peta Kabupaten Demak

Sumber: http://regionalinvestment.com

Beberapa sungai yang mengalir di Demak antara lain: Kali Tuntang,

Page 19: Profil Wilayah Metropolitan Kedung Sapur

E-19

Kali Buyaran, dan yang terbesar adalah Kali Serang yang membatasi Kabupaten Demak dengan Kabupaten Kudus dan Jepara. Kabupaten Demak mempunyai pantai sepanjang 34,1 Km, terbentang di 13 desa yaitu desa Sriwulan, Bedono, Timbulsloko dan Surodadi (Kecamatan Sayung), kemudian Desa Tambakbulusan Kecamatan Karangtengah, Desa Morodemak, Purworejo dan Desa Betahwalang (Kecamatan Bonang) selanjutnya Desa Wedung, Berahankulon, Berahanwetan, Wedung dan Babalan (Kecamatan Wedung). Sepanjang pantai Demak ditumbuhi vegetasi mangrove seluas sekitar 476 Ha.

E.2.2. Pertanian

Jambu Air Merah Delima merupakan buah khas yang tumbuh tersebar di Kecamatan Wonosalam, Mijen, Guntur, Wedung dan Demak Kota. Kekhasan dari jambu air ini adalah rasa manis dan buahnya tebal

E.2.3. Pembagian Administratif

Kabupaten Demak terdiri atas 14 kecamatan yaitu kecamatan Demak, Wonosalam, Karang Tengah, Bonang, Wedung, Mijen, Karang Anyar, Gajah, Dempet, Guntur, Sayung, Mranggen, Karang Awen dan Kebon Agung, yang dibagi lagi atas sejumlah 249 desa dan kelurahan terdiri dari 243 desa dan 6 kelurahan. Pusat pemerintahan berada di Kecamatan Demak.

E.2.4. Sosial

Menurut data dari Dinas Kesejahteraan Sosial tahun 2008, jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial sebanyak 107.088 orang. Adapun jumlah Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial terdiri dari 247 Karang Taruna, 1.232 orang Pekerja Sosial Masyarakat dan 51 Organisasi Sosial berupa 46 Panti Sosial Asuhan Anak, 1 Panti Sosial Tresna Wredha, 2 Panti Sosial Psikotik, 1 Panti Sosial Bina Rungu Wicara dan 1 Panti Sosial Pamardi Putra. Dilihat dari banyaknya pemeluk agama, penduduk Kabupaten Demak mayoritas beragama Islam yaitu mencapai 98,82 persen dari total penduduk, sisanya terbagi penduduk beragama Kristen, Katolik, Hindu dan Budha.

E.2.5. Ekonomi

Pertanian masih menjadi andalan perekonomian daerah ini dengan hasil utama berupa bahan tanaman pangan yaitu padi. Demak

Page 20: Profil Wilayah Metropolitan Kedung Sapur

E-20

sendiri merupakan penghasil beras keempat terbesar di Jateng yang kemudian disalurkan ke berbagai daerah lain. Komoditi lain yang dihasilkan wilayah ini adalah kacang hijau dan bawang merah. Kabupaten demak termasuk daerah rawan banjir, kondisi geografis kabupaten menjadi muara banyak sungai, kondisi ini mangancam areal persawahan. Pabrik-pabrik besar disepanjang jalan Semarang-Demak di Kecamatan Sayung memproduksi mebel, moulding, rantai baja, serta pakaian jadi dikirimkan ke Amerika Serikat, Jepang, Hongkong, Australia, Korea, Kuawit, dan negara-negara di Eropa. Disamping komoditas pertanian tanaman pangan dan industri kecil, Demak yang terkenal dengan obyek wisata Masjid agung Demak dan makam Sunan Kalijaga, berharap potensi ekonominya tergali lewat laut.

E.2.6. Infrastruktur

Pada tahun 2008 terdapat 1 unit Rumah Sakit Umum Pemerintah, 2 unit Rumah Sakit Swasta, 35 unit Balai Pengobatan dan 15 unit Balai Persalinan. Di samping itu sarana kesehatan lain yang mendukung adalah tersedianya Puskesmas yang tersebar di semua kecamatan sejumlah 26 (duapuluh enam) unit. Fasilitas kesehatan lainnya adalah apotik dan toko obat.

Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan pada tahun 2008 diketahui ada 571 (lima ratus tujuhpuluh satu) Sekolah Dasar (SD), 63 (enampuluh tiga) SMP, 45 (empat puluh lima) SMA dan SMK baik negeri maupun swasta serta 1 (satu) Perguruan Tinggi. Di bidang Pendidikan Keagamaan, jumlah Madrasah Negeri maupun Swasta untuk tingkat MI (Madrasah Ibtidaiyah) berjumlah 108 lembaga, tingkat MTs (Madrasah Tsanawiyah) berjumlah 106 lembaga dan tingkat MA (Madrasah Aliyah) berjumlah 47 lembaga.

Banyaknya tempat peribadatan di Kabupaten Demak tahun 2008 mencapai 4.493 buah, berupa masjid/ musholla sebanyak 4.463 buah, gereja sebanyak 26 buah, maupun kelenteng sebanyak 1 buah.

Di Kabupaten Demak, pemerintah menunjuk perum perumnas untuk pembangunan rumah sederhana dan menetapkan BTN sebagai lembaga penyalur Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Selain itu peran swasta untuk membangun perumahan sederhana juga ditingkatkan. Pada umumnya kebutuhan rumah di kabupaten ini sebagian besar dimiliki oleh masyarakat sendiri. Sedangkan penyediaan perumahan

Page 21: Profil Wilayah Metropolitan Kedung Sapur

E-21

melalui perumnas sampai dengan tahun 2008 semester II hanya mampu menyediakan rumah 152.087 unit, KPR / BTN 3.500 unit dan real estate 86 unit.

Sumber data dari Dinas Kimpraswil Kabupaten Demak ukuran panjang pada tahun 2008 tidak mengalami perubahan, yaitu dengan status Jalan Nasional sepanjang 38,210 km, Jalan Propinsi 54 km dan Jalan Kabupaten 426,510 km. Sedangkan panjang dan jumlah jembatan yang ada di Kabupaten Demak sampai dengan tahun 2008 jumlah jembatan sebanyak 186 buah dengan panjang 2,54 km.

Di Kabupaten Demak dari data Dinas Kimpraswil untuk pengairan teknis meliputi jaringan primer sepanjang 66,266 m, sekunder sepanjang 513,235 m, dan tersier sepanjang 41,2 m. Sedangkan untuk pengairan non-teknis sepanjang 51,64 m. Sementara itu transportasi darat yang ada di Kabupaten Demak terdiri dari 1 (satu) unit terminal Kelas B dan Kelas C sebanyak 2 (dua) unit.

Page 22: Profil Wilayah Metropolitan Kedung Sapur

E-22

E.3. Ungaran

E.3.1. Profil Wilayah

Kota Ungaran merupakan Ibukota Kabupaten Semarang. Adapun batas-batas wilayah administrasinya adalah : 1. Sebelah Utara : Kec. Gunungpati 2. Sebelah Selatan : Kec. Klepu 3. Sebelah Timur : Kec. Kedungjati 4. Sebelah Barat : Kec. Limbangan dan Kec. Boja

Gambar E.6 Peta Kabupaten Semarang

Sumber: http://regionalinvestment.com

E.3.2. Penduduk

Berdasarkan data sekunder dikatahui bahwa jumlah penduduk Kota Ungaran pada tahun 2003 adalah sebesar 112.251 jiwa. Kota ini terletak tepat di sebelah selatan Kota Semarang. Wilayah perkotaan Ungaran meliputi kecamatan Ungaran Barat dan Ungaran Timur. Sebagian wilayah Kota, merupakan daerah padat penduduk yaitu disekitar sepanjang jalan utama (protokol) Jln Jend. Gatot Subroto dan jalan "asmara" (Jl. Ahmad Yani) yaitu tempat rumah dinas Bupati

Page 23: Profil Wilayah Metropolitan Kedung Sapur

E-23

Semarang dan masjid Kabupaten berada. Kota Ungaran memiliki peninggalan berupa gedung-gedung, misalnya Gedung Kuning dan Benteng Diponegoro. Kota ini juga merupakan sentra industri skala besar dan menengah.

E.3.3. Geografi

Luas wilayah Kabupaten Semarang 95.020.674 Ha atau 2,92% dari luas Propinsi Jawa Tengah. terdiri dari 24.822,50 Ha tanah sawah (26,12%), tanah kering 70.198.125,50 Ha (73,88%). Secara geografis terletak pada 110 0 14' 54,75" sampai dengan 110 0 39' 3" Bujur Timur dan 7 0 30' Lintang Selatan.

Batas-batas Kabupaten Semarang adalah sebelah utara berbatasan dengan Kota Semarang dan Kabupaten Demak. Sebelah timur ber-batasan dengan Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Boyolali. Se-belah selatan berbatasan dengan Kabupaten boyolali dan Kabupaten Magelang. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Magelang dan Kabupaten Kendal.

Ketinggian wilayah Kabupaten Semarang diantara 318 m - 1.450 m diatas permukaan laut. Daerah dengan ketinggian terendah terletak di Kecamatan Ungaran 318 m dan tertinggi terletak di Kecamatan Getasan 1.450 m, dengan suhu udara berkisar antara 23 - 26 derajat Celcius dan kelembaban udara berkisar 80 - 81%. Tinggi tempat rata-rata 607 m dari permukaan laut, rata-rata curah hujan 1.979 mm dan banyaknya hari hujan adalah 104. Kondisi ini terutama dipenga-ruhi oleh letak geografis Kab.Semarang yang dikelilingi oleh pegu-nungan dan sungai diantaranya : 1. Gunung Ungaran, letaknya meliputi wilayah Kecamatan Unga-

ran, Bawen, Ambarawa dan Sumowono. 2. Gunung Telomoyo, letaknya meliputi wilayah Kecamatan Banyu-

biru, Getasan. 3. Gunung Merbabu, letaknya meliputi wilayah Kecamatan Getasan

dan Tengaran. 4. Pegunungan Sewakul terletak di wilayah Kec.Ungaran. 5. Pegunungan Kalong terletak di wilayah Kec.Ungaran. 6. Pegunungan Pasokan, Kredo, Tengis terletak di Wilayah

Kec.Pabelan. 7. Pegunungan Ngebleng dan Gunung Tumpeng terletak di wilayah

Kec.Suruh. 8. Pegunungan Rong terletak di wilayah Kec.Tuntang. 9. Pegunungan Sodong terletak di wilayah Kec.Tengaran.

Page 24: Profil Wilayah Metropolitan Kedung Sapur

E-24

10. Pegunungan Pungkruk terletak di Kec.Bringin. 11. Pegunungan Mergi terletak di wilayah Kec.Bergas. 12. Perairan darat berupa sungai/kali dan danau/rawa di Kab.

Semarang diantaranya : 13. Kali Garang, yang melalui sebagian wilayah Kec.Ungaran dan

Bergas. 14. Rawa Pening meliputi sebagian dari wilayah Kecamatan Jambu,

Banyubiru, Ambarawa, Bawen, Tuntang dan Getasan. 15. Kali Tuntang, yang melalui sebagian dari wilayah Kecamatan

Bringin, Tuntang, Pringapus dan Bawen. 16. Kali Senjoyo, melalui sebagian wilayah Kecamatan Tuntang,

Pabelan, Bringin, Tengaran dan Getasan

E.3.4. Sumber Daya Alam

Secara umum Kabupaten Semarang mempunyai sumber daya alam yang sangat mendukung untuk pengembangan industri, pertanian dan pariwisata. Potensi sumber bahan galian golongan C yang dapat dimanfaatkan antara lain : andesit sebesar 64,48 juta ton dengan luas 174,48 Ha dan batu Basalt sebesar 3,12 juta ton dengan luas 62,25 Ha yang tersebar di Kecamatan Ungaran, Pringapus, Bergas, Bawen, Tuntang dan Bringin. Tanah liat sebesar 82,82 juta ton de-ngan luas 166,95 Ha tersebar di kecamatan Ungaran, Pringapus, Bergas, Ambarawa, Bawen, Suruh, Susukan dan Bringin. Trass sebesar 43,57 juta ton seluas 224,5 Ha, tersebar di kecamatan Ungaran dan Bringin. Zeolite sebesar 15,79 juta ton, seluas 40,5 Ha di kecamatan Jambu. Bentonit sebesar 84,3 juta ton, seluas 843 Ha di kecamatan Susukan dan Bringin, serta pasir batu sebesar 9,22 juta ton dengan luas 68,08 Ha di kecamatan Ungaran, Bergas, Ambarawa dan Banyubiru.

Sedangkan bahan galian golongan B terutama berupa gambut terdapat di rawapening dengan potensi sebesar 10 juta ton. Rawa-pening dengan luas kurang lebih 2.700 Ha, selain mengandung potensi bahan galian golongan B, dimanfaatkan sebagai sumber air untuk pengairan, pembangkit tenaga listrik, perikanan dan pertanian di lahan pasang surut rawa. Disamping itu memiliki pemandangan alam yang cukup indah, sehingga sangat potensial untuk pengem-bangan obyek wisata.

Page 25: Profil Wilayah Metropolitan Kedung Sapur

E-25

E.3.5. Kependudukan

Jumlah penduduk Kabupaten Semarang pada akhir tahun 2002 mencapai 841.137 jiwa, terdiri dari 416.693 jiwa laki-laki dan 424.444 jiwa perempuan, dengan kepadatan rata-rata 885,21 jiwa/km². Kepa-datan terendah terdapat di Kecamatan Bancak dengan kepadatan rata-rata 485,15 jiwa/km², sedangkan kepadatan tertinggi terdapat di kecamatan Ungaran dengan kepadatan rata-rata 1.557,12 jiwa/km². Jumlah penduduk usia produktif sebesar 540.675 jiwa dan usia tidak produktif sebanyak 300.462 jiwa. Hingga tahun 2008, berdasar data yang tercatat pada Kantor Catatan Sipil dan Kependudukan, jumlah penduduk Kabupaten Semarang mencapai 978.253 jiwa, terdiri dari 490.616 (50,15%) jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 487.637 (49,91%) jiwa berjenis kelamin wanita. Tingkat kepadatan penduduk rata-rata sebesar 1029 jiwa/km² dengan distribusi penduduk sebagai berikut : 1. Kecamatan Getasan = 47.033 jiwa. 2. Kecamatan Tengaran = 62.202 jiwa. 3. Kecamatan Susukan = 51.253 jiwa. 4. Kecamatan Suruh = 65.680 jiwa. 5. Kecamatan Pabelan = 45.299 jiwa. 6. Kecamatan Tuntang = 64.270 jiwa. 7. Kecamatan Banyubiru = 45.223 jiwa. 8. Kecamatan Jambu = 40.436 jiwa. 9. Kecamatan Sumowono = 30.905 jiwa. 10. Kecamatan Ambarawa = 58.709 jiwa. 11. Kecamatan Bawen = 53.737 jiwa. 12. Kecamatan Bringin = 48.077 jiwa. 13. Kecamatan Bergas = 55.014 jiwa. 14. Kecamatan Pringapus = 49.951 jiwa. 15. Kecamatan Bancak = 24.477 jiwa. 16. Kecamatan Kaliwungu = 32.523 jiwa. 17. Kecamatan Ungaran Barat = 87.909 jiwa. 18. Kecamatan Ungaran Timur = 66.451 jiwa. 19. Kecamatan Bandungan = 49.188 jiwa. 20. WNA = 6 jiwa

E.3.6. Perekonomian

1. Produk Domestik Regional Bruto

Nilai Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang pa-da tahun 2002 berdasarkan harga konstan 1993 adalah sebesar

Page 26: Profil Wilayah Metropolitan Kedung Sapur

E-26

Rp. 1.124.598.825,- sedangkan berdasarkan harga berlaku se-besar Rp. 3.252.081.784,-. Pendapatan regional tahun 2002 ber-dasarkan harga konstan tahun 1993 adalah Rp. 993.722.466,- dan harga berlaku Rp. 3.353.081.784,-. PDRB perkapita tahun 2002 berdasarkan harga konstan tahun 1993 adalah Rp. 1.339.586,- dan harga berlaku sebesar Rp. 4.235.630,-. Laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2002 terjadi kenaikan dari sebesar 3,34% pada tahun 2001 menjadi 3,90% pada tahun 2002, sedang angka inflasi turun dari 11,49% menjadi10,02%.

Sebagian besar penduduk Kabupaten Semarang bekerja di sektor pertanian (48,28%), namun demikian proporsi sumbangan sektor pertanian terhadap PDRB masih relatif kecil, hanya 20,59%. Sebaliknya sektor industri yang hanya menyerap tenaga kerja 13,20% mempunyai sumbangan dalam proporsi terbesar sebesar 40,70%.Sektor lain yang berperan cukup baik terhadap sumbangan PDRB adalah sektor perdagangan, Rumah makan dan jasa akomodasi sebesar 17,60% dan jasa-jasa lain 11,36%.

Sistem tata niaga yang efisien dan efektif dapat mendorong kelancaran arus barang dan jasa di pasar dengan harga yang layak bagi produsen dan terjangkau oleh daya beli konsumen. Kelancaran arus barang dan jasa serta meluasnya pasar untuk produk dalam negri akan memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Seiring dengan lajunya pertumbuhan ekonomi daerah, sarana perdagangan yang tumbuh di wilayah Kabupaten Semarang selain pasar tradisional dan swalayan, dikembangkan juga pasar kulakan sayur / terminal kulakan sayur di desa Jimbaran Keca-matan Bawen dan Jetis Kecamatan Ambarawa. Terminal kula-kan sayur ini diadakan untuk menampung hasil produksi sayur mayur yang melimpah di Kabupaten Semarang. Adanya pasar kulakan sayuran ini pedagang-pedagang besar bertransaksi langsung dengan petani dengan harga murah. Potensi sayuran di Kabupaten Semarang disamping untuk memenuhi kebutuhan pulau jawa juga di luar pulau jawa.

Keberadaan Eksportir produsen sebanyak 56 perusahaan dengan komoditas unggulan tekstil, mebel, kayu olahan, sepatu, karung plastik, pakaian jadi, sarung tangan kulit, mempunyai kontribusi Neraca Pembayaran Luar Negri pertumbuhan ekonomi yang cukup besar (Produk Nasional Bruto). Nilai ekspor tahun

Page 27: Profil Wilayah Metropolitan Kedung Sapur

E-27

2002 di Kabupaten Semarang adalah US$ 520.300.224 dengan negara tujuan Amerika, Eropa, Jepang, Korea dll.

2. Hasil Produksi Kabupaten Semarang

a. Pertanian dan Perkebunan

1) Sayur mayur (kubis, kentang, lombok, tomat, wortel, daun bawang, seledri dan petai)

2) Tanaman hias dan bunga potong (Gladiol, Krisan, Aster dan bunga Sedap Malam)

3) Buah-buahan (Durian, Rambutan, Kelengkeng, Pisang) 4) Empon-empon (Jahe, Temulawak, Kunir, Kapulaga,

Kencur) 5) Kayu Albasia 6) Kopi dan Kakao

b. Perikanan dan Peternakan

Ikan Nila, Gurami, Sapi dan susu sapi, Ayam Potong dan telur ayam ras.

c. Industri

Kayu olahan, Tekstil, Garmen, Meubel, Pecah belah, Plastil, Minuman Ringan, Makanan ringan, Kerajinan tangan, Kera-mik.

3. Prasarana Pendukung Pemasaran Hasil Produksi

a. Pasar

1) Pasar Swalayan 6 buah 2) Pasar Tradisional 57 buah 3) Pasar bunga 1 buah 4) Pasar hewan 2 buah 5) Pasar sayur sebanyak 2 buah 6) Toko dan kios sebanyak + 5000 buah

b. Terminal Bus dan SPBU

1) Terminal bus sebanyak 3 buah3. Hotel sebanyak 141 buah 4. Grosir sebanyak 9 buah

2) Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum sebanyak 12 buah.

Page 28: Profil Wilayah Metropolitan Kedung Sapur

E-28

Tabel E.10 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum di wilayah Kabupaten Semarang

E.3.7. Infrastruktur

Pada bidang Pekerjaan Umum, yang menjadi tolok ukur utama adalah kondisi infrastruktur jalan. Kewenangan dalam pembangunan dan pemeliharaan jalan, meliputi jalan kabupaten, perkotaan, dan jalan tertentu yang karena fungsinya memiliki peran strategis. Kondisi jalan di wilayah Kabupaten Semarang ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel E.11 Panjang Jalan Dalam Kondisi Baik

No. Status Panjang (km) 1 Jalan Kabupaten 749.3 2 Jalan Provinsi 82.51 3 Jalan Nasional 47.554

Sumber : Dinas PU Kab. Semarang

Distribusi ruas jalan antar wilayah di Kabupaten Semarang untuk Jalan Kabupaten relatif merata. Ruas jalan terbanyak terdapat di wilayah kecamatan Susukan sebanyak 12 ruas dan terkecil terdapat di kecamatan Bancak sebanyak 1 ruas.

Kesenjangan kondisi jaringan jalan lebih mencolok pada jenis jalan perkotaan. Sebanyak 144 ruas jalan perkotaan, hanya terdapat di tiga wilayah perkotaan yaitu Ungaran, Ambarawa, dan Bergas, dengan demikian wilayah perbatasan dan perdesaan memiliki akses jalan yang lebih sedikit.

Kuantitas dan kualitas saluran irigasi relatif sulit dipertahankan untuk

Page 29: Profil Wilayah Metropolitan Kedung Sapur

E-29

mendorong produktifitas pertanian. Hal ini disebabkan selama kurun waktu lima tahun terakhir, kemampuan pemeliharaan rata-rata per meter saluran hanya mencapai Rp. 50.000, sementara nilai ideal untuk pemeliharaan sekitar Rp. 150.000 per meter. Selain kemam-puan pemeliharaan, ancaman terhadap prasarana pengairan juga berasal dari peralihan fungsi lahan, dari lahan pertanian menjadi non pertanian. Untuk mencegah kemerosotan kualitas prasarana peng-airan, dilakukan upaya pemeliharaan berkala.

E.3.8. Pariwisata, Pos, Telekomunikasi dan Informatika

Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor unggulan dalam pembangunan di Kabupaten Semarang. Hal ini tentunya tidak terlepas dari letak wilayah Kabupaten Semarang yang berada pada posisi strategis Yogyakarta – Solo - Semarang (JOGLOSEMAR). Hal tersebut juga ditunjang dengan pertunjukkan seni tradisional yang sampai dengan saat ini terbina dengan baik eksistensinya.

Jumlah kunjungan wisatawan yang berkunjung di Kabupaten Semarang pada tahun 2007 - 2008 dirinci pada tabel berikut :

Tabel E.12 Kunjungan Wisatawan Pada Objek Wisata

Wisatawan 2007 2008 Nusantara 660.152 405.408 Mancanegara 4.624 2.110 Jumlah kunjungan wisatawan 664.776 407.518

Sumber: Dipertabud Kab. Semarang

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa terjadi penurunan kunjungan wisatawan, hal tersebut dikarenakan keadaan krisis ekonomi global yang berdampak pada sektor pariwisata daerah.

E.3.9. Perhubungan dan Transportasi

Letak geografis Kabupaten Semarang yang strategis menyebabkan tingginya lalu lintas yang melalui jalan-jalan utama di Kabupaten Semarang. Survey tahun 2004 menunjukkan bahwa 45% lalu lintas di wilayah ini bersifat melintas atau tidak ada keterkaitan dengan Kabupaten Semarang. Disisi lain pergerakan lokal juga cukup tinggi terutama pada simpul-simpul kegiatan industri dan perdagangan sehingga munculnya beberapa jalur rawan macet. Kemacetan dan potensi macet terjadi di Ungaran - Bawen, Kota Ambarawa, Bawen -

Page 30: Profil Wilayah Metropolitan Kedung Sapur

E-30

Salatiga, Tengaran dan Pringapus. Jalur-jalur ini memiliki tingkat pelayanan jalan E atau F dengan V/C ratio 0,81=1,00. (pde/w)

E.3.10. Perekonomian

Nilai Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang pada tahun 2002 berdasarkan harga konstan 1993 adalah sebesar Rp. 1.124.598.825,- sedangkan berdasarkan harga berlaku sebesar Rp. 3.252.081.784,-. Pendapatan regional tahun 2002 berdasarkan har-ga konstan tahun 1993 adalah Rp. 993.722.466,- dan harga berlaku Rp. 3.353.081.784,-. PDRB perkapita tahun 2002 berdasarkan harga konstan tahun 1993 adalah Rp. 1.339.586,- dan harga berlaku sebesar Rp. 4.235.630,-. Laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2002 terjadi kenaikan dari sebesar 3,34% pada tahun 2001 menjadi 3,90% pada tahun 2002, sedang angka inflasi turun dari 11,49% menjadi 10,02%.

Pelaksanaan program pembangunan pendidikan di Kabupaten Se-marang telah menunjukkan peningkatan, terlihat dari makin ber-kembangnya suasana belajar mengajar di berbagai jenis dan jenjang pendidikan. Dengan dilaksanakannya program pembangunan, pela-yanan pendidikan telah dapat menjangkau semua wilayah di Kabupaten Semarang, untuk jumlah tenaga pengajar SLTP dan SLTA Negeri terjadi peningkatan dari 1.282 orang pengajar SLTP pada tahun 2007 menjadi 1.436 orang pengajar di tahun 2008. Sedangkan tenaga pengajar SLTA pada tahun 2007 451 orang pengajar menjadi 498 orang pengajar di tahun 2008

Sisi lain yang sangat penting dalam pelaksanaan sektor pendidikan adalah tingkat partisipasi masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan di Kabupaten Semarang sebagai berikut: 1. Jenjang TK/RA/BA mencapai 80% disebabkan TK Negeri di

Kabupaten Semarang hanya 1 sekolah, 2. Jenjang SD/MI/SDLB Partisipasi masyarakat pada jenjang

pendidikan ini hanya 10% disebabkan oleh adanya bantuan Pemerintah berupa Bantuan Operasional Sekolah (BOS),

3. Jenjang SMP/MTS mencapai 50% alasannya masyarakat berse-dia memberikan bantuan operasional sekolah maupun sumbang-an pengembangan institusi meskipun sudah ada Bantuan Ope-rasional Sekolah (BOS) dari pemerintah,

4. Jenjang SMA/SMK/MA mencapai 75% alasanya tidak ada Ban-tuan Operasional Sekolah dari Pemerintah, dan kegiatan pening-katan mutu sekolah sebagian besar dibebankan pada sekolah.

Page 31: Profil Wilayah Metropolitan Kedung Sapur

E-31

E.4. Salatiga

E.4.1. Profil Wilayah

Salatiga adalah kota kecil di propinsi Jawa Tengah, mempunyai luas wilayah ± 56,78 km 2, terdiri dari 4 kecamatan, 22 kelurahan, ber-penduduk 176.795 jiwa. Terletak pada jalur regional Jawa Tengah yang menghubungkan kota regional Jawa Tengah yang menghu-bungkan kota Semarang dan Surakarta, mempunyai ketinggan 450-800 meter dai permukaan laut dan berhawa sejuk serta dikelilingi oleh keindahan alam berupa gunung (Merbabu, Telomoyo, Gajah Mungkur). Kota Salatiga dikenal sebagai kota pendidikan, olah raga, perdagangan, dan transit pariwisata. Kota Salatiga secara geo-grafis terletak diantara 110° 28' 37.79" - 110° 32' 39.79" BT. Kota ini terdiri atas 4 Kecamatan yang berbatasan langsung dengan Kabupa-ten Semarang di sebelah selatan, timur, barat dan utara.

Gambar E.7 Peta Kota Salatiga

Sumber: http://regionalinvestment.com

Kota Salatiga terdiri dari 3 bagian : 1. Daerah Bergelombang (65%) terdiri dari Kelurahan Dukuh,

Ledok, Kutowinangun, Salatiga, Sidorejo Lor, Bugel, Kumpulrejo dan Kauman Kidul.

Page 32: Profil Wilayah Metropolitan Kedung Sapur

E-32

2. Daerah Miring (25%) terdiri dari Kelurahan Tegalrejo, Mengun-sari dan Sidorejo Lor, Sidorejo Kidul, Tingkir Lor, Pulutan, Kecan-dran, Randuacir, Tingkir Tengah dan Cebongan.

3. Daerah Datar (10%) terdiri dari : Kelurahan Kalicacing, Noborejo, Kalibening dan Blotongan.

E.4.2. Kota Pendidikan

Salatiga sebagai kota pendidikan, dikarenakan salatiga memiliki 4 perguruan tinggi, yaitu Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) , Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE AMA), Sekolah Tinggi Bahasa Asing (STIBA) dan Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), khusus untuk UKSW dijuluki sebagai "Indonesia mini" dikarenakan mahasiswanya terdiri dari berbagai suku di Indonesia ada disana dan beragam budaya nusantara sering menjadi kegiatan rutin tahunan dilaksanakan oleh UKSW.

E.4.3. Bangunan Kuno

Sejak Jaman Belanda Kota Salatiga sudah digunakan sebagai daerah peristirahatan, karena memang salatiga berhawa sejuk, sehingga banyak bangunan kuno peninggalan belanda terdapat di Salatiga dan sampai sekarang masih berdiri kokoh. sebagai upaya dalam melestarikan bangunan tersebut, Pemerintah Kota Salatiga meanfaatkan sebagai gedung perkantoran (Kantor Walikota), Rumah Dinas CPM, dll.

E.4.4. Makanan Khas

Jika berkunjung ke Salatiga, jangan lupa untuk membawa buah tangan berupa makanan khas, yaitu : enting-enting gepuk, abon sapi dan masih banyak lagi. Bila sore hari sepanjang jalan jendral sudirman jangan lewatkan pula wedang ronde khas Salatiga yang dapat menghangatkan badan sekaligus dapat menghilangkan masuk angin. Demikian juga bila akan ke semarang dari arah salatiga, disepanjang jalan fatmawati (blotongan) banyak terdapat rumah makan yang menyediakan menu khas sate kambing.

E.4.5. Transit Pariwisata

Kota Salatiga dikenal sebagai kota transit pariwisata disamping sebagai kota pendidikan dan olah raga, karena kota Salatiga terletak di tengah-tengah kabupaten semarang dan dikelilingi Gunung Merbabu, Gunung Telomoyo, Pegunungan Gajah Mungkur dan Gunung Ungaran, sehingga para wisatawan domestik diharapkan

Page 33: Profil Wilayah Metropolitan Kedung Sapur

E-33

akan singgah di Salatiga.

E.4.6. Olah Raga

Kota Salatiga dikenal juga sebagai Kota Olah Raga, hal ini dibuktikan dengan seringnya atlet-atlet Salatiga mendominasi kejuaraan baik tingkat nasional maupun internasional

E.4.7. Pembagian Wilayah

Secara administratif Kota Salatiga terbagi menjadi 4 kecamatan dan 22 kelurahan. Kecamatan itu meliputi : 1. Kecamatan Sidorejo 2. KecamatanTingkir 3. Kecamatan Sidomukti 4. Kecamtan Argomulyo

Dari masing-masing kecamatan tersebut terdiri dari kelurahan-kelu-rahan. Untuk Kecamatan Sidorejo terdiri dari kelurahan Blotongan, Sidorejo Lor, Salatiga, Bugel, Kauman Kidul dan Kelurahan Pulutan. Untuk Kecamatan Tingkir terdiri dari Kelurahan Kutowinangun, Gendongan, Sidorejo Kidul, Kalibening, Tingkir Lor dan Kelurahan Tingkir Tengah. Kecamatan Argomulyo terdiri dari Kelurahan Nobo-rejo, Ledok, Tegalrejo, Kumpulrejo, Randuacir, Cebongan. Untuk Kecamatan yang terakhir adalah Kecamatan Sidomukti yang terdiri dari Kelurahan Kecandran, Dukuh, Mangunsari, Kalicacing.

Pada awalnya Kota Salatiga hanya terdiri dari satu kecamatan saja yaitu Kecamatan Salatiga. Seiring dengan adanya pemekaran wila-yah, kota salatiga mendapatkan beberapa tambahan daerah yang berasal dari Kabupaten Semarang. Hingga sekarang Kota Salatiga terdiri dari 4 Kecamatan dan 22 Kelurahan.

E.4.8. Infrastruktur

1. Jalan Raya

Jalan merupakan prasarana pengangkutan darat yang penting untuk memperlancar kegiatan perekonomian. Dengan makin meningkatnya usaha pembangunan maka akan menuntut peningkatan pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dari suatu daerah ke daerah lain.

Page 34: Profil Wilayah Metropolitan Kedung Sapur

E-34

Panjang jalan di seluruh wilayah Kota Salatiga pada tahun 2007 menurut Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Salatiga mencapai 484.641,50 meter.

2. Angkutan Darat

Kendaraan bermotor dan Kereta Api merupakan angkutan darat utama. Pada tahun 2007, jumlah kendaraan bermotor wajib uji di Kota Salatiga mencapai 5.702 kendaraan, naik 5.30 persen dari

Page 35: Profil Wilayah Metropolitan Kedung Sapur

E-35

tahun sebelumnya.

3. Pos & Telekomunikasi

PT. Pos Indonesia keberadaannya semakin diperlukan dalam era informasi sebagai sarana perhubungan dan komunikasi. Kegiatan operasional instansi tersebut pada tahun 2007 antara lain telah mengirim surat ke dalam negeri sekitar 296.317 surat dan yang diterima sebanyak 43.474 surat. Surat yang dikirim ke luar negeri ada sebanyak 4.898 surat dan menerima surat dan menerima sebesar 16.517 surat dari luar negeri. Selain itu, instansi tersebut juga melayani kegiatan wesel pos, paket pos, tabanas serta penjualan benda pos.

E.4.9. Kependudukan

Pada Tahun 2008, Julmlah Penduduk Kota Salatiga sebesar 167.033 jiwa (sumber : Salatiga Dalam Angka 2008). Perbandingan jumlah penduduk perempuan dengan laki-laki, jumlah penduduk perempuan lebih besar dibandingkan jumlah penduduk laki-laki. Hal tersebut ditunjukkan oleh rasio jenis kelamin (rasio jumlah penduduk laki-laki terhadap jumlah penduduk perempuan) sebesar 97,69.

Penduduk Kota Salatiga belum menyebar secara merata di seluruh wilayah. Umumnya, penduduk banyak menempati daerah perkotaan. Secara rata-rata kepadatan penduduk Kota Salatiga tercatat sebesar 2,703 jiwa setiap kilometer persegi.

E.4.10. Ekonomi

Terdapat tiga jenis industri besar yang bergerak dalam bidang perstekstilan, ban, dan pemotongan hewan di Kota Salatiga. Begitu pula dengan dunia kewirausahaan seperti industri kecil dan rumah tangga, tampak dalam berbagai bentuk barang produksi. Di kota ini industri konveksi mencapai 126 buah. Selain konveksi, industri kecil lainnya juga ikut meramaikan ekonomi Salatiga adalah industri makanan, dendeng, abon dan keripik paru. Berkembangnya sektor industri ikut memacu kegairahan dunia perdagangan, letaknya di persimpangan jalan menuju Kota Semarang, Solo, dan Yogyakarta, makin menguntungkan sektor perdagangan Salatiga.

Page 36: Profil Wilayah Metropolitan Kedung Sapur

E-36

E.5. Purwodadi

E.5.1. Letak Geografis

Purwodadi adalah ibu kota dan sebuah kecamatan di Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah bagian timur. Kabupaten Grobo-gan sendiri berbatasan dengan Kabupaten Blora di timur; Kabupaten Ngawi (Jawa Timur), Kabupaten Sragen, dan Kabupaten Boyolali di selatan; Kabupaten Semarang di barat; serta Kabupaten Demak, Kabupaten Kudus, dan Kabupaten Pati di utara. Purwodadi berada di jalan provinsi yang menghubungkan Semarang-Surabaya lewat Cepu.

Gambar E.8 Peta Kabupaten Grobogan

Sumber: http://regionalinvestment.com

Secara geografi, wilayah Purwodadi berbentuk lembah yang diapit oleh dua pegunungan kapur, yaitu Pegunungan Kendeng di bagian selatan dan Pegunungan Kapur Utara di bagian utara. Dua pegu-nungan tersebut terdiri dari hutan jati, mahoni dan campuran yang memiliki fungsi sebagai resapan air hujan disamping juga sebagai lahan pertanian meskipun dengan daya dukung tanah yang rendah. Lembah yang membujur dari barat ke timur merupakan lahan per-tanian yang produktif, yang sebagian telah didukung jaringan irigasi. Lembah ini selain dipadati oleh penduduk juga terdapat banyak

Page 37: Profil Wilayah Metropolitan Kedung Sapur

E-37

aliran sungai, jalan raya dan jalan kereta api.

Secara administratif Kecamatan Purwodadi terdiri dari 17 Desa, 890 RT, dan 159 RW dengan ibukota berada di Kelurahan Purwodadi. Kecamatan ini mempunyai luas 77.65 km² dengan jumlah penduduk pada tahun 2009 sebanyak 126.668 jiwa, seperti terlihat dalam tabel dibawah ini. Kecamatan Purwodadi sebagaimana kecamatan lain terbentuk bersama-sama dengan terbentuknya Kabupaten Grobogan yaitu berdasarkan UU No. 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten di lingkungan Propinsi Jawa Tengah.

Desa/kelurahan di Kelurahan Purwodadi adalah sebagai berikut : 1. Candisari 2. Cingkrong 3. Danyang 4. Genuksuran 5. Kalongan 6. Kandangan

7. Karanganyar 8. Kedungrejo 9. Kuripan 10. Nambuhan 11. Ngembak 12. Nglobar

13. Ngraji 14. Pulorejo 15. Purwodadi 16. Putat 17. Warukaranganyar 18. Kemloko

E.5.2. Kependudukan

Kecamatan ini mempunyai luas 77.65 km² dengan jumlah penduduk tahun 2009 sebanyak 126.668 jiwa, terlihat dalam tabel di bawah ini.

Tabel E.13 Jumlah Penduduk Purwodadi Tahun 2009

No Desa/Kelurahan Luas

Wilayah (Km²)

Jumlah Penduduk

Jumlah RT

Jumlah RW

1 Purwodadi 3,91 25042 135 23 2 Kuripan 5,20 13034 97 23 3 Putat 4,90 4485 37 9 4 Pulorejo 3,97 3376 33 5 5 Cingkrong 6,00 6825 56 8 6 Ngembak 4,45 6459 57 7 7 Genuksuran 3,48 4233 40 6 8 Danyang 3,23 6939 54 9 9 Kalongan 3,12 7465 53 10

10 Ngraji 5,66 9301 65 8 11 Kandangan 4,83 6217 42 12 12 Nambuhan 6,69 9015 50 11

Page 38: Profil Wilayah Metropolitan Kedung Sapur

E-38

No Desa/Kelurahan Luas

Wilayah (Km²)

Jumlah Penduduk

Jumlah RT

Jumlah RW

13 Warukaranganyar 4,46 4405 38 5 14 Kedungrejo 4,70 4585 29 7 15 Karanganyar 3,24 5453 42 7 16 Nglobar 4,42 4844 23 3 17 Candisari 5,39 4990 39 6

Jumlah 77,65 126668 890 159 Sumber: Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan Prov.Jateng Tahun 2010.

E.5.3. Ekonomi

Tahun 2009, Produksi pertanian terbesar di Kecamatan ini adalah komoditas Padi yang mencapai 54.048 ton, diantara produksi pertanian yang lain. Produksi padi di kecamatan ini mencapai 7,61% dari total produksi di Kabupaten Grobogan yang mencapai 710.091 ton. Produksi perikanan dari produksi perairan umum lebih tinggi dibandingkan kolam, yang mencapai 36.849 Kg. Sementara produksi dari kolam mencapai 21.815 Kg. Sedangkan untuk peternakan, jumlah ternak kambing mencapai 8.514 ekor, sapi potong mencapai 13.800 ekor.

Industri yang berkembang masih didominasi industri rumah tangga yang mencapai 909 unit, industri kecil mencapai 130 unit, industri sedang sebanyak 10 unit. Sedangkan untuk Industri besar belum berkembang di kecamatan ini. Selanjutnya dapat dilihat pada Tabel E.14 di bawah ini.

E.5.4. Kependudukan

Penduduk Kabupaten Grobogan mengalami pertambahan sebesar 34.867 jiwa dari Tahun 2006 sebanyak 1.378.461 jiwa sampai Tahun 2010 menjadi sebesar 1.413.328 jiwa, dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 0,63%. Sedangkan sex ratio penduduk Kabupaten Grobo-gan Tahun 2006 sampai dengan 2010 sebesar 98%, yang berarti setiap 100 jiwa penduduk perempuan terdapat 98 jiwa penduduk laki-laki. Untuk lebih jelas, data perkembangan penduduk Kabupaten Grobogan Tahun 2005 sampai dengan pertengahan Tahun 2010, dapat dilihat dalam tabel berikut :

Page 39: Profil Wilayah Metropolitan Kedung Sapur

PT Jakarta Konsultindo 39

Page 40: Profil Wilayah Metropolitan Kedung Sapur

Dokumen Teknis Masukan Teknis Penyusunan Pedoman Pengembangan Permukiman Melalui

Kerjasama Antar Kota Metropolitan Dengan Kota Pendukungnya

PT Jakarta Konsultindo E-40

Tabel E.14 Hasil Produksi di Kecamatan Purwodadi

No Sektor Jumlah 1 Pertanian Produksi Padi (ton) 54048 Produksi Jagung (ton) 25949 Produksi Kacang Kedelai (ton) 393 Produksi Kacang Hijau (ton) 537

2 Perikanan Produksi Perairan Umum (Kg) 36849 Produksi Kolam (Kg) 21815

3 Peternakan Jumlah Ternak Sapi Potong 13800 Jumlah Ternak Kambing 8514 Jumlah Ternak Domba 2255

4 Industri Jumlah Industri Besar Jumlah Industri Sedang 10 Jumlah Industri Kecil 130 Jumlah Industri Rumah Tangga 909

Sumber : Diolah dari Grobogan Dalam Angka 2010.

Tabel E.15 Infrastruktur di Kecamatan Purwodadi

No. Sektor Jumlah 1 Pendidikan Jumlah TK 54 Jumlah SD 74 Jumlah SLTP 11 Jumlah SLTP Terbuka 2 Jumlah SMA 7 Jumlah SMK 6

2 Kesehatan Jumlah Rumah Sakit 3 Jumlah Puskesmas 2 Jumlah Puskesmas Pembantu 4 Jumlah Posyandu 124

Page 41: Profil Wilayah Metropolitan Kedung Sapur

Dokumen Teknis Masukan Teknis Penyusunan Pedoman Pengembangan Permukiman Melalui

Kerjasama Antar Kota Metropolitan Dengan Kota Pendukungnya

PT Jakarta Konsultindo E-41

No. Sektor Jumlah 3 Kondisi Jalan Baik (Km) 51439 Sedang (Km) 25991 Rusak (Km) 18675 Rusak Berat (Km) 3085

Tabel E.16 Perkembangan Jumlah Penduduk Tahun 2005-2010

Sumber : Dispendukcapil dan BPS Kabupaten Grobogan.

Seperti nampak dalam Grafik di bawah, pergerakan tingkat pertum-buhan penduduk dari Tahun 2005 sampai akhir Tahun 2010 meng-alami fluktuasi. Namun bila dilihat dari sisi perkembangan terjadi ke-naikan jumlah penduduk secara absolut.

Gambar E.9 Perkembangan Jumlah penduduk dan Pertumbuhan Tahun 2005-2010

Page 42: Profil Wilayah Metropolitan Kedung Sapur

Dokumen Teknis Masukan Teknis Penyusunan Pedoman Pengembangan Permukiman Melalui

Kerjasama Antar Kota Metropolitan Dengan Kota Pendukungnya

PT Jakarta Konsultindo E-42

E.5.5. Kepadatan Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Grobogan terbanyak dari Tahun 2006 sampai dengan 2010 terdapat di Kecamatan Purwodadi sebesar 131.094 jiwa, sedangkan kecamatan dengan jumlah penduduk terendah di Kecamatan Klambu yaitu sejumlah 35.444 jiwa. Lebih jelas sebaran jumlah penduduk menurut kecamatan dapat dilihat dalam tabel jumlah penduduk per kecamatan berikut :

Tabel E.17 Jumlah Penduduk per kecamatan Tahun 2006-2010

Sumber : Dispendukcapil dan BPS Kabupaten Grobogan Tahun 2010.

Angka kepadatan penduduk adalah rata-rata jumlah penduduk yang mendiami tiap satuan luas wilayah (jiwa/Km2). Kepadatan penduduk Kabupaten Grobogan cenderung bertambah, dilihat dari data kepadatan Tahun 2006 sebanyak 698 jiwa/km2 sampai pertengahan Tahun 2010 mengalami perubahan menjadi sebanyak 715 jiwa/km2. Secara spasial di Kabupaten Grobogan mulai Tahun 2006 sampai Tahun 2010, kecamatan yang mempunyai kepadatan tertinggi adalah Purwodadi, sedangkan yang terendah adalah Kedungjati. Seperti yang terlihat dalam tabel di bawah ini. Untuk lebih jelasnya tentang kepadatan penduduk secara spasial dapat dilihat pada Tabel E.10 berikut.

Page 43: Profil Wilayah Metropolitan Kedung Sapur

Dokumen Teknis Masukan Teknis Penyusunan Pedoman Pengembangan Permukiman Melalui

Kerjasama Antar Kota Metropolitan Dengan Kota Pendukungnya

PT Jakarta Konsultindo E-43

Tabel E.18 Kepadatan Penduduk Kabupaten Grobogan Tahun 2006-2010

Sumber : Dispendukcapil dan BPS Kabupaten Grobogan Tahun 2010

Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa kepadatan penduduk di Kabupaten Grobogan termasuk dalam 2 kategori yaitu Kepadatan tinggi dan rendah. Beberapa kecamatan yang termasuk kategori kepadatan penduduk tinggi antara lain : kecamatan Purwo-dadi, Brati, Klambu, Godong, Gubug, Tegowanu, Penawangan, To-roh, Pulokulon dan Kradenan. Sedangkan 9 Kecamatan lainnya ma-suk dalam kategori kepadatan rendah. Penilaian kepadatan pendu-duk pada tabel di atas menurut Kasnawi dan Mangunrai (1996: 126) bahwa : 1. Kepadatan Tinggi : di atas kepadatan wilayah atasnya 2. Kepadatan Sedang : sama dengan kepadatan wilayah atasnya 3. Kepadatan Rendah : di bawah kepadatan wilayah atasnya

E.5.6. Jenis Pekerjaan Penduduk

Mata pencaharian penduduk Kabupaten Grobogan dari Tahun 2006 sampai dengan 2010, dominan pada jenis mata pencaharian pertanian, diikuti perdagangan. Namun demikian dalam kurun waktu 5 tahun terakhir lapangan pekerjaan di bidang pertanian cenderung

Page 44: Profil Wilayah Metropolitan Kedung Sapur

Dokumen Teknis Masukan Teknis Penyusunan Pedoman Pengembangan Permukiman Melalui

Kerjasama Antar Kota Metropolitan Dengan Kota Pendukungnya

PT Jakarta Konsultindo E-44

menurun, tetapi sebaliknya pada lapangan pekerjaan perdagangan cenderung meningkat.

Gambar E.10 Peta Kepadatan Penduduk Kabupaten Grobogan Tahun 2010

Adapun yang dimaksud penduduk usia kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun ke atas. Berikut disajikan data mata pencaharian penduduk umur 15 tahun keatas di Kabupaten Grobogan pada Tahun 2006 - 2010, sebagaimana Tabel E.19 berikut.

Perkembangan angkatan kerja sampai akhir Tahun 2010 mencapai sebanyak 751.475 orang, dengan penyerapan lapangan kerja atau penempatan tenaga kerja sebanyak 718.296 orang. Adapun perkem-bangan angkatan kerja dan penyerapannya pada Tahun 2005 sam-pai akhir Tahun 2010 di Kabupaten Grobogan dapat dilihat pada Tabel E.20 berikut.

E.5.7. Prioritas Pembangunan

Dua Strategi Pokok (Grand Strategy) dimaksud kemudian dijabarkan menjadi strategi-strategi khusus (prioritas) pembangunan daerah Kabupaten Grobogan sebagai berikut :

1. Grand Strategi I (Pertama), yakni: ”Penataan Kembali Manaje-men Pemerintah Daerah Kabupaten Grobogan” dijabarkan menjadi strategi-strategi khusus pembangunan sebagai berikut: a. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia aparatur

pemerintah, agar kinerja dapat profesional, jujur, mampu

Page 45: Profil Wilayah Metropolitan Kedung Sapur

Dokumen Teknis Masukan Teknis Penyusunan Pedoman Pengembangan Permukiman Melalui

Kerjasama Antar Kota Metropolitan Dengan Kota Pendukungnya

PT Jakarta Konsultindo E-45

memimpin dan memecahkan permasalahan ekonomi, sosial dan memberikan perhatian serta pelayanan yang terbaik kepada masyarakat, sehingga tercipta pemerintahan yang bersih dan berwibawa.

b. Meningkatkan peran serta masyarakat di dalam pemba-ngunan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan penga-wasan, untuk menjamin agar program pembangunan dilak-sanakan sesuai dengan ketentuan dan kebutuhan yang paling diperlukan oleh masyarakat.

Tabel E.19 Komposisi Penduduk Kabupaten Grobogan Umur 15 Tahun keatas

Menurut Mata Pencaharian Tahun 2006-2010

Sumber : BPS Kabupaten Grobogan

2. Grand Strategi II (kedua) ”Pembangunan daerah yang dinamis untuk membangun Kabupaten Grobogan” dijabarkan ke dalam strategi-strategi khusus sebagai berikut: a. Peningkatan Pembangunan perekonomian daerah melalui

peningkatan produk unggulan, peningkatan kualitas tenaga kerja, peningkatan daya saing, pengembangan jaring distribusi pemasaran produk unggulan daerah.

b. Mengoptimalkan potensi wilayah dengan prioritas pertanian tanaman pangan, peternakan, perkebunan dan perikanan.

c. Peningkatan dunia usaha melalui Usaha Kecil Menengah

Page 46: Profil Wilayah Metropolitan Kedung Sapur

Dokumen Teknis Masukan Teknis Penyusunan Pedoman Pengembangan Permukiman Melalui

Kerjasama Antar Kota Metropolitan Dengan Kota Pendukungnya

PT Jakarta Konsultindo E-46

(UKM), Industri Kecil Menengah (IKM), Pariwisata, dengan membuang peluang investasi untuk sektor industri menengah dan sektor pertambangan.

d. Meningkatkan kualitas pengelolaan pendidikan dan kesehatan sesuai dengan kemampuan keuangan daerah dan biaya yang terjangkau.

e. Menggali berbagai potensi sumber pendanaan, untuk membiayai program pembangunan di Kabupaten Grobogan terutama infrastruktur jalan, jembatan, sarana irigasi, sarana perdagangan, pendidikan, dan kesehatan.

f. Pengembangan dan pengendalian penggunaan kawasan pertanian, hutan produksi, perkebunan dan pertambangan.

g. Koordinasi dan kerja sama antar Kabupaten di sekitar Kabupaten Grobogan dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah ( RTRW).

h. Pengembangan wilayah perbatasan dan pembangunan pusat desa pertumbuhan. Strategi yang ditonjolkan adalah mengembangkan dan mengendalikan kawasan strategis.

Tabel E.20 Perkembangan Angkatan Kerja dan Penyerapan

serta Prediksi Jumlah Penganggur (Lebih dari 15 tahun ke atas)

Sumber : BPS Kabupaten Grobogan.

3. Berkaitan dengan prioritas pembangunan diatas, disusun sasaran pokok (sasaran strategi) pembangunan Kabupaten Grobogan adalah sebagai berikut: a. Meningkatnya kualitas sumber daya manusia aparatur

pemerintah, agar kinerja dapat profesional, jujur mampu memimpin dan memecahkan permasalahan ekonomi, sosial dan memberikan perhatian serta pelayanan yang terbaik kepada masyarakat, sehingga tercipta pemerintah yang

Page 47: Profil Wilayah Metropolitan Kedung Sapur

Dokumen Teknis Masukan Teknis Penyusunan Pedoman Pengembangan Permukiman Melalui

Kerjasama Antar Kota Metropolitan Dengan Kota Pendukungnya

PT Jakarta Konsultindo E-47

bersih dan berwibawa. b. Meningkatnya peran serta masyarakat di dalam

pembangunan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan, untuk menjamin agar program pembangunan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan kebutuhan yang paling diperlukan oleh masyarakat.

c. Peningkatan pembangunan perekonomian daerah melalui peningkatan produk unggulan, peningkatan kualitas tenaga kerja, peningkatan daya saing, pengembangan jaring distribusi pemasaran produk unggulan daerah.

d. Mengoptimalkan potensi wilayah dengan prioritas pertanian tanaman pangan, peternakan, perkebunan dan perikanan.

e. Peningkatan dunia usaha melalui Usaha Kecil Menengah (UKM), Industri Kecil Menengah (IKM), pariwisata, dengan membuang peluang investasi untuk sektor industri menenga dan sektor pertambangan.

f. Meningkatnya kualitas pengelolaan pendidikan dan kesehatan sesuai dengan kemampuan keuangan daerah dan biaya yang terjangkau.

g. Menggali berbagai potensi sumber pendanaan untuk membiayai program pembangunan di Kabupaten Grobogan terutama infrastruktur jalan, jembatan, sarana irigasi, sarana perdagangan, pendidikan dan kesehatan.