Profil-Profil Propinsi di Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi

19
Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Aceh Nilai-nilai budaya yang paling menonjol adalah nilai religi yang berkaitan dengan pengaruhnya terhadap hukum-hukum adat yang ada di di dalam suku tersebut dalam hal ini adalah syari’at Islam. Semisal penggunaan jilbab oleh wanita dipandang wajib, perkawinan adalah hal yang dinilai sangat wajib dilakukan bila pria ataupun wanita sudah dinilai akil baliq, namun terdapat beberapa persyaratan dalam memilih jodoh. Pertama, dalam pemilihan jodoh di daerah Aceh haruslah diserahkan kepada orang tua masing- masing anak. Persyaratan kedua adalah pemilihan jodoh harus dipilih lewat latar belakang anak dan keluarganya. Nilai budaya menonjol yang lain adalah nilai sosial yang berkaitan dengan gotong royong. Gotong royong dilaksanakan dengan frekuensi yang cukup rutin, biasanya setiap desa di daerah Aceh melaksanakan gotong royong bersih desa pada hari Jum’at sebelum Shalat Jum’at dimulai Gayo Nilai-nilai budaya yang menonjol adalah nilai sosial yang berkaitan dengan tolong-menolong dan harga diri individu, setiap individu dalam masyarakat harus Profil Propinsi-Propinsi di Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi By: Darundiyo Pandupitoyo, S. Sos.

Transcript of Profil-Profil Propinsi di Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi

Page 1: Profil-Profil Propinsi di Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi

Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam

Aceh

Nilai-nilai budaya yang paling

menonjol adalah nilai religi yang

berkaitan dengan pengaruhnya

terhadap hukum-hukum adat yang

ada di di dalam suku tersebut

dalam hal ini adalah syari’at Islam.

Semisal penggunaan jilbab oleh

wanita dipandang wajib,

perkawinan adalah hal yang dinilai

sangat wajib dilakukan bila pria

ataupun wanita sudah dinilai akil

baliq, namun terdapat beberapa persyaratan dalam memilih jodoh. Pertama, dalam pemilihan

jodoh di daerah Aceh haruslah diserahkan kepada orang tua masing-

masing anak. Persyaratan kedua adalah pemilihan jodoh harus dipilih

lewat latar belakang anak dan keluarganya. Nilai budaya menonjol

yang lain adalah nilai sosial yang berkaitan dengan gotong royong.

Gotong royong dilaksanakan dengan frekuensi yang cukup rutin,

biasanya setiap desa di daerah Aceh melaksanakan gotong royong

bersih desa pada hari Jum’at sebelum Shalat Jum’at dimulai

Gayo

Nilai-nilai budaya yang menonjol adalah nilai sosial

yang berkaitan dengan tolong-menolong dan harga

diri individu, setiap individu dalam masyarakat harus

Profil Propinsi-Propinsi di Pulau Sumatera, Kalimantan, dan SulawesiBy: Darundiyo Pandupitoyo, S. Sos.

Page 2: Profil-Profil Propinsi di Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi

bisa menjaga harga diri nya masing-masing. Orang yang mempunyai harga diri disebut dengan

mukemel yang arti secara harfiahnya adalah orang yang memiliki rasa malu dan sebutan untuk

orang yang tak mempunyai harga diri adalah gere mukemel atau secara harfiah berarti orang

yang tidak mempunyai rasa malu. Gere mukemal sangat dipandang rendah dalam masyarakat

adat di Gayo, karena harga diri adalah nilai utama disana. Banyak faktor yang menyebabkan

individu dusebut sebagai gere mukemel, faktor yang utama adalah karena melanggar hukum adat

semisal yang berkaitan dengan pelecehan terhadap orang lain, merusak ketertiban, ataupun

hukum agama (dalam hal ini adalah agama Islam) semisal tidak melaksanakan Shalat atau kaya

namun tidak berzakat. Tolong menolong antar sesama sangat ditekankan demi menjaga

persatuan dan kesatuan dalam suku dan juga merupakan amanah dari Rasulullah SAW yang

menganjurkan sesama umat Islam agar saling tolong menolong.

Alas

Nilai-nilai budaya yang paling menonjol

adalah nilai religi yang berkaitan dengan

magi dan nilai sosial yang berkenaan

dengan kekeluargaan, karena

masyarakat Alas masih sangat percaya

kepada hal-hal yang bersifat ghaib dan

kekuatan sakti yang tedapat dalam benda

pusaka. Kekeluargaan sangat ditekankan

pada keakraban dalam nuclear family

atau keluarga inti saja.

Page 3: Profil-Profil Propinsi di Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi

Propinsi Sumatra UtaraKaro

Nilai-nilai budaya yang menonjol adalah nilai sosial

yang berkenaan dengan gotong royong dan

kekerabatan. Masyarakat Karo mempunyai sistem

gotong royong kuno dalam hal bercocok tanam yang

disebut raron yang merupakan suatu pranata, dan

keanggotaanya sukarela dan lamanya berdiri suatu

kelompok raron tergantung

persetujuan para anggotanya.

Untuk masalah kekerabatan

hampir keseluruhan sub suku

Batak mementingkannya, karena klen sangatlah berpengaruh dalam

kehidupan sosial mereka seperti misal sebagai penentu jodoh dalam

pernikahan. Klen-klen mereka menganut sistem patrilineal, baik besar dan

kecil. Klen-klen ini biasa disebut marga, dan nama dari marga biasanya

terletak di belakang nama seseorang.

Toba

Nilai-nilai budaya yang menonjol adalah

nilai sosial dalam bentuk kekerabatan

yang sangat kuat diantara mereka, karena

didalam sistem kekerabatan mereka

terdapat aturan dan norma yang senantiasa

menjadi pattern for behaviour bagi

anggota adat. Ditambah lagi dengan faktor

pendukung yaitu lingkungan geografis

Page 4: Profil-Profil Propinsi di Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi

yang secara sosial mengisolir mereka dari sub-suku batak yang lain, karena pusat persebaran

mereka terdapat di pulau Samosir yang terletak di tengah danau Toba dan mereka juga ada di

sekitar danau Toba, sehingga dengan keadaan lingkungan seperti itu menyebabkan perasaan

senasib sepenanggungan membuat kekerabatan mereka sangat erat. Nilai religi

dan nilai seni juga lumayan menonjol, karena mereka masih begitu

menghormati roh nenek moyang beserta petuah-petuahnya tentang bagaimana

hubungan sosial dan menyeimbangkannya dengan alam. Nilai seni menonjol

karena tenun ulos mereka (yang sebenarnya terdapat di semua sub-suku Batak)

namun ternyata bila lebih didalami lagi, masing sub-suku Batak mempunyai

simbologi masing-masing di setiap motif dan warna tenun ulos termasuk Batak Toba.

Mandailing

Nilai budaya yang menonjol adalah

kekerabatan, adat istiadat yang

merepresentasikan kekerabatan adalah

Dalihan Na Tolu merupakan adat

istiadat yang mengatur dan berkaitan

erat dengan sistem kekerabatan batak

mandailing. Di dalamnya terdiri dari tiga

unsur, yaitu pihak semarga, pihak yang

menerima istri dan yang memberi istri.

Sistem ini mempunyai fungsi yang

disebut pati dohan holong, yang artinya menunjukkan kasih sayang di antara sesama sengan

penuh sopan santun karena ketiga unsur tersebut telah diatur agar seimbang dan berjalan menuju

keharmonisan.

Page 5: Profil-Profil Propinsi di Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi

Nias

Nilai budaya yang menonjol adalah nilai pengetahuan

lokal masyarakat Nias yang berkaitan dengan

penciptaan budaya sendiri yang tidak terpengaruh oleh

budaya Hindu dan Islam pada zaman dahulu, budaya

itu adalah budaya megalithik. Nilai menonjol lainnya

yaitu nilai seni dan nilai religi yang terdapat di dalam

pesta-pesta yang digelar oleh masyarakat Nias,

terdapat tiga jenis pesta di Nias yang berkaitan dengan

adat dan kepercayaan yaitu: pesta yang berkenaan dengan daur hidup(lahir,

dewasa, menikah), pesta antar desa seketurunan untuk menghormati leluhur, dan pesta yang

disebut dengan fondrako, digelar tujug tahun sekali untuk peneguhan norma-norma adat.

Umumnya pesta dilaksanakan dengan menari dan menyanyi hoho.

Propinsi Sumatra Barat

Minangkabau

Nilai budaya yang

menonjol adalah nilai

religi dan kekerabatan,

karena hukum adat di

Minangkabau sangat

identik atau berasal dari

hukum (syari’at) Islam,

karena sebagian besar masyarakat Minangkabau memeluk agama Islam, dan suatu keganjilan

bila terdapat amggota masyarakat Minangkabau bukan pemeluk agama Islam. Untuk

Page 6: Profil-Profil Propinsi di Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi

kekerabatan, Seperti kita tahu bahwa kebanyakan suku bangsa di Indonesia menganut sistem

kekerabatan Patrilineal atau penarikan keturunan dari garis ayah, namun di Minangkabau ini

ternyata menganut sistem kekerabatan matrilineal atau penarikan garis keturunan dari garis ibu,

begitu juga dalam sistem kekeluargaan bersifat matriarkhat atau wanita yang lebih mendominasi.

Mentawai

Nilai budaya yang menonjol adalah nilai religi dan

ikatan kekerabatan. Masyarakat Mentawai yakin

bahwa semua benda di alam mempunyai roh, dan

kekuatan alam yang terselubung secara keseluruhan

yang mereka sebut Kina Alau. Kekuatan terselubung

dalam sebuah benda bisa mengganggu manusia yang

biasa disebut Bajao, karena itu dalam waktu tertentu

diadakan upacara-upacara pembersihan. Satu kerabat

yang bisa terdiri dari beberapa keluarga inti biasanya hidup di satu rumah adat besar yang

disebut Uma.

Propinsi Jambi

Anak Dalam (Kubu)

Nilai budaya yang menonjol adalah nilai sosial beruoa

kebersamaan dan tolong menolong, masyarakat Kubu

memenuhi kebutuhan makan dengan

berburu, dan bila ada salah satu dari

Page 7: Profil-Profil Propinsi di Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi

anggota suku mendapatkan buruan besar maka dia akan membagi-bagikan hasil buruannya

kepada anggota suku yang lain. Ikatan sosial intern kelompok mereka cukup erat karena

kehidupan mereka yang nomaden atau berpindah-pindah mencari daerah baru yang mereka

anggap layak huni.

Propinsi Lampung

Lampung

Nilai budaya yang menonjol adalah

nilai religi, karena masyarakat

Lampung terkenal sebagai pemeluk

Islam yang taat, namun disamping

itu mereka juga tidak mau

meninggalkan begitu saja

kepercayaan yang dianut sejak

zaman nenek moyang mereka. Salah satu contoh manifestasi

kepercayaan kuno disana adalah masih adanya pelaksanaan upacara-

upacara adat yang berbau magi yang berhubungan dengan proses daur

hidup manusia.

Propinsi Riau

Sakai

Nilai budaya yang menonjol adalah nilai ekonomi yang

berkaitan dengan penghindaraan diri mereka untuk

Page 8: Profil-Profil Propinsi di Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi

berpoligami dengan alasan menambah beban hidup mereka, nilai budaya lain yang cukup

menonjol adalah nilai sosial yang berkaitan dengan kebersamaan dalam

penggarapan ladang dalam satu ketetangan ladang, yaitu satu komunitas yang

terdiri dari empat sampai lima keluarga inti yang masing-masing memiliki ladang

namun tetap saling tolong menolong dalam pengerjaannya.

Propinsi Bengkulu

Enggano

Nilai budaya yang menonjol adalah nilai religi lokal

yang secara tidak langsung membuat semacam aturan-

aturan tidak tertulis yang mengharuskan masyarakat

mematuhinya atau roh-roh penjaga pulau Enggano akan

memberikannya rasa sakit atau kutukan dalam bentuk

lain. Aturan-aturan ini baik secara langsung maupun

tidak langsung ikut mengatur terjalinnya hubungan

harmonis antara manusia satu dengan manusia yang lain seperti contohnya bila sedang makan,

kemudian ada orang yang lewat di depannya, maka orang yang makan harus menawarinya, kalau

tidak dilakukan akan mendapat siksaan dari roh-roh penjaga Enggano dan hubungan harmonis

antara manusia dengan alam semisal larangan kencing di sembarang tempat terutama di dekat

sumber air, bila tidak mengindahkannya akan mendapat kutukan dari roh penjaga Enggano

berupa kemaluan yang bengkak.

Page 9: Profil-Profil Propinsi di Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi

Propinsi Kalimantan Timur

Kenyah

Nilai budaya yang menonjol adalah nilai

sosial yang berkaitan dengan kebersamaan

yang mereka letakkan dalam konsep yang

bernama tiga, konsep ini menganjurkan

manusia untuk mengutamakan kesetiaan,

kesetiakawanan dan gotong royong. Orang

yang tidak bisa mengaplikasikan hal tersebut

maka akan terkucilkan dari pergaulan

masyarakat Kenyah.

Kutai

Nilai budaya yang menonjol adalah

nilai seni yang berkaitan dengan

warisan kerajaan tertua di Nusantara,

Kutai Kartanegara. Salah satu tradisi

yang diwariskan adalah seni sastra

yang disebut dengan tarsulan yang

dibawakan dengan bernyanyi.

Kamudian ada seni ibetingkilan, yang

berbentuk pantun berbalas khas

melayu sambil diiringi musik

tradisional gambus.

Page 10: Profil-Profil Propinsi di Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi

Propinsi Kalimantan SelatanBanjar

Nilai budaya yang menonjol adalah nilai sosial yang berkaitan

dengan stratifikasi sosial, di dalamnya terdapat golongan

tertinngi disebut golongan tutus yang merupakan keturunan

raja, dibawahnya terdapat golongan jaha atau yang bukan

keturunan raja / darah biru. Terdapat satu kepercayaan yang

terkenal dari sana yaitu yang sering kita dengar sebagai

Kaharingan walaupun bukan mayoritas disana, namun

kepercayaan ini mempengaruhi kegiatan-kegiatan adat disana.

Propinsi Sulawesi Selatan

Makassar

Nilai budaya yang menonjol adalah nilai seni

dalam arsitektur tradisional mereka yang

berhubungan dengan masalah religi, sistem

kekerabatan mereka ditarik dengan pedoman

bilateral, artinya garis keturunan ayah dan

garis keturunan dari ibu dianggap sama-sama

pentingnya. Pasangan suami istri yang baru

menikah mempunyai adat menetap utrolokal,

yaitu pasangan baru tersebut berhak memilih

Page 11: Profil-Profil Propinsi di Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi

untuk menetap di kerabat suani atau menetap di kerabat istri. Orang Makassar juga dikenal

berwatak keras dalam pergaulannya sehari-hari.

Bugis

Nilai budaya mereka yang paling menonjol nilai sosial

yang berkaitan dengan rasa malu dan nilai pengetahuan

yang berkaitan dengan kreatifitas, rasa malu atau harga

diri dalam bahasa lokal disebut sirri. Nilai ini

mendorong manusia untuk lebih bekerja keras dan lebih

menjaga harga dirinya agar tidak dianggap gagal dalam

kehidupan. Kreatifitas dalam hal ini

adalah melihat betapa hebatnya mereka dalam membuat perahu Pinisi dan

kehebatannya dalam navigasi laut yang mengantar mereka mengarungi

samudra dan menjadikan mereka pelaut-pelaut yang dikenal handal.

Bontoramba-Gowa

Nilai budaya yang menonjol adalah nilai sosial dalam bentuk stratifikasi

klas yang di dalamnya beriklim kompetitif, cenderung selalu ada

persaingan dalam hubungan sesama saudara laki-laki, sedangkan antar

ikatan kekerabatan yang besar terdapat persaingan untuk mendapat

tampuk kepemimpinan dalam suku.

Page 12: Profil-Profil Propinsi di Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi

Bajau

Nilai budaya yang menonjol adalah nilai

pengetahuan mereka akan kelautan karena

kehidupan suku bajau berada di atas

wilayah laut atau di tepi-tepi laut, jadi

otomatis mereka menggantungkan

hidupnya dari laut semisal mereka hidup

dengan menangkap iken di laut sampai

mendirikan rumah di atas air. Mereka

merasa bangga hidup di laut karena tidak

merasa direpotkan oleh berbagai macam urusan seperti di darat dengan segala kekacauan dan

kebisingannya.

Persebaran di daerah lain: Maluku Utara, Kalimantan Selatan, Jambi, Malaysia dll.

To Pembuni

Nilai budaya yang menonjol adalah nilai religi, yaitu kepercayaan mereka

terhadap banda-banda besar yang mereka anggap mempunyai kekuatan sakti

(animisme) dan mereka percaya bahwa dewa tertinggi yang menciptakan

seluruh isi bumi berada di pohon beringin besar di daerah hulu sungai

Salundeang.

To Seko

Nilai budaya yang paling menonjol adalah nilai pengetahuan dalam hal

kreatifitas dalam pembuatan rumah. Rumah dari masyarakat To Seko berada

di atas pohon, hal ini dibuat agar mereka tidak mudah ditemukan oleh orang

luar yang memasuki hutan, dan juga merupakan konsep purba bahwa

pemukiman yang baik adalah pemukiman yang terletak di daerah yang

lebih tinggi agar mudah mengawasi keadaan di bawahnya

Page 13: Profil-Profil Propinsi di Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi

Propinsi Sulawesi Tengah

Tajio

Nilai budaya yang paling menonjol adalah nilai

pengetahuan mereka akan astrologi atau ilmu

perbintangan. Mereka mengenal beberapa bintang

yang mereka nilai mempunyai pengaruh terhadap

kehidupan mereka sehari-hari. Beberapa bintang

tersebut adalah temangkafu, koronya, woonya,

ikunye, manutadia.

Toraja

Nilai budaya yang menonjol adalah nilai pengetahuan yang berkaitan

dengan cara-cara tradisional penguburan mayat atau dalam bahasa lokal

disebut rambu solo. Jenazah tidak langsung dilmakamkan, melainkan

disemayamkan terlebih dahulu di rumah duka dalam waktu yang variatif,

antara lima sampai ada yang satu bulan disemayamkan. Pada waktu itu

jenazah sengaja diawetkan dengan cara dimandikan lalu dibalsem dan dibakut dengan kain kafan

rapat-rapat. Setelah itu terdapat upacara penyembelihan kerbau dan babi yang dagingnya dibagi-

bagikan pada penduduk setempat. Nilai budaya menonjol lainnya adalah nilai religi, masyarakat

Toraja menganut sistem kepercayaan yang berasal dari leluhurnya bernama Aluk to dolo atau

alukta yang memuja kekuatan-kekuatan tersembunyi pada alam.

Page 14: Profil-Profil Propinsi di Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi

Propinsi Sulawesi Tenggara

To Landale

Nilai budaya yang menonjol adalah nilai sosial yang berkaitan dengan

gotong royong dan kebersamaan. Gotong royong adalah bagian dari

pranata sosial yang sudah tua dalam masyarakat To Landale yang hingga

sekarang masih saja dipertahankan. Gotong royong ini dalam hal

mengerjakan sawah, ladang, bersih desa dsb.

Tolaki

Nilai budaya mereka yang menonjol

adalah nilai pengetahuan yang berkaitan

dengan originalitas dan keunikan

pemakaian bahasa. Orang Tolaki memiliki

bahasa sendiri, yakni bahasa Tolaki. A.C.

Kruyt menggolongkan bahasa Tolaki

dalam lingkup keluarga bahasa Bungku

Laki sedangkan S.J. Esser menggolongkan

bahasa ini ke dalam keluarga bahasa

Bungku bersama bahasa-bahasa lain seperti bahasa Mapute, Landawe, Moronene dsb. Bahasa

tolaki dibagi dalam tiga dialek yaitu dialek Konawe, Mekongga, dan Laiwui.

Page 15: Profil-Profil Propinsi di Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi

Propinsi Sulawesi Utara

Minahasa

Nilai budaya yang menonjol adalah nilai sosial yang

berkaitan dengan gotong royong dan kebersamaan. Hal

tersebut diwujudkan dalam sistem gotong royong tradisional

yang bernama Mapalus yang arti secara harfiahnya adalah

saling memberi. Mapalus ini bisa diterapkan dalam berbagai

kegiatan semisal pembangunan fasilitas umum, panen sawah

dsb.

Bolaang Mongondow

Nilai budaya yang paling menonjol adalah nilai pengetahuan

tentang pembuatan rumah adat. Yang penuh dengan simbologi

tradisional semisal: motif hias yang berbentuk ular hitam yang

melambangkan kewaspadaan, motif yang berbentuk burung

Manguni yang dapat meramalkan berbagai macam gejala

alam.

Darundiyo pandupitoyo

0700417391

Page 16: Profil-Profil Propinsi di Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi

Daftar Pustaka

Adithia, Maitigor Pardamean. 2005 Bugis. Paper dipresentasikan di diskusi Etnografi Indonesia, Surabaya, Indonesia, 20 Oktober.

Ashari, Intan Fidiya. 2005 Bontoramba-Goa. Paper dipresentasikan di diskusi Etnografi Indonesia, Surabaya, Indonesia, 20 Oktober.

Bahry, Syaiful Anwar. 2005 Kutai. Paper dipresentasikan di diskusi Etnografi Indonesia, Surabaya, Indonesia, 6 Oktober.

Budi, Dwiratna. 2005 Banjar. Paper dipresentasikan di diskusi Etnografi Indonesia, Surabaya, Indonesia, 6 Oktober.

Cahyadi, Rahmat. 2005 Minangkabau. Paper dipresentasikan di diskusi Etnografi Indonesia, Surabaya, Indonesia, 6 Oktober.

Dewi, Fitrika Atlita. 2005 Enggano. Paper dipresentasikan di diskusi Etnografi Indonesia, Surabaya, Indonesia, 29 September.

Donoseputro, Agung Gempar. 2005 Anak Dalam (Kubu). Paper dipresentasikan di diskusi Etnografi Indonesia, Surabaya, Indonesia, 6 Oktober.

Feryudha. 2005 Tolaki. Paper dipresentasikan di diskusi Etnografi Indonesia, Surabaya, Indonesia, 17 November.

Handrio, Mellyna.2005 Mandailing. Paper dipresentasikan di diskusi Etnografi Indonesia, Surabaya, Indonesia,

22 September.

Hidayah, Zulyani.1997 Ensiklopedi suku bangsa di Indonesia. Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia.

Kusumasari, Widya. 2005 Bolaang Mongondow. Paper dipresentasikan di diskusi Etnografi Indonesia, Surabaya, Indonesia, 17 November.

Page 17: Profil-Profil Propinsi di Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi

Lupito, Dudung. 2005 Iban. Paper dipresentasikan di diskusi Etnografi Indonesia, Surabaya, Indonesia, 6 Oktober.

Marwati, P. Dian2005 Karo. Paper dipresentasikan di diskusi Etnografi Indonesia, Surabaya, Indonesia, 22 September.

Melalatoa, M Junus.1995 Ensiklopedi Suku bangsa di Indonesia. Jakarta: Depertemen Pendidikan dan kebudayaan.

Nuryani, Ika Maya. 2005 Bajau. Paper dipresentasikan di diskusi Etnografi Indonesia, Surabaya, Indonesia, 20 Oktober.

Pandupitoyo, Darundiyo.2005 Toba. Paper dipresentasikan di diskusi Etnografi Indonesia, Surabaya, Indonesia, 22 September.

Paramita, Natalia Dian2005 Aceh. Paper dipresentasikan di diskusi Etnografi Indonesia, Surabaya, Indonesia, 15 September.

Perdana, Kircoff Satria. 2005 Tajio. Paper dipresentasikan di diskusi Etnografi Indonesia, Surabaya, Indonesia, 17 November.

Puspita, Amelia Nur. 2005 Bugis-Makassar. Paper dipresentasikan di diskusi Etnografi Indonesia, Surabaya, Indonesia, 20 Oktober.

Rahayu, Suci. 2005 Lampung. Paper dipresentasikan di diskusi Etnografi Indonesia, Surabaya, Indonesia, 29 September.

Rahmawati, Amalia Alfi. 2005 Paper dipresentasikan di diskusi Etnografi Indonesia, Surabaya, Indonesia, 15 September.

Rahmawati, Yeyen. 2005 To Landale. Paper dipresentasikan di diskusi Etnografi Indonesia, Surabaya, Indonesia, 17 November.

Page 18: Profil-Profil Propinsi di Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi

Saifullah, Irfan. 2005 Minahasa. Paper dipresentasikan di diskusi Etnografi Indonesia, Surabaya, Indonesia, 17 November.

Setyoputro, Yudho. 2005 Toraja. Paper dipresentasikan di diskusi Etnografi Indonesia, Surabaya, Indonesia, 20 Oktober.

Sholekha, Nisrina.2005 To Pambuni & To Seko. Paper dipresentasikan di diskusi Etnografi Indonesia, Surabaya, Indonesia, 17 November.

Susanti, Tri. 2005 Kenyah. Paper dipresentasikan di diskusi Etnografi Indonesia, Surabaya, Indonesia, 6 Oktober.

Sutanto, Lusyanna.2005 Alas. Paper dipresentasikan di diskusi Etnografi Indonesia, Surabaya, Indonesia, 15 September.

Vironica, S. Luciana.2005 Nias. Paper dipresentasikan di diskusi Etnografi Indonesia, Surabaya, Indonesia, 22 September.

Wahyuni, Sri.2005 Mentawai. Paper dipresentasikan di diskusi Etnografi Indonesia, Surabaya, Indonesia,

22 September.

Wanitaningtyas, Cahyani. 2005 Sakai. Paper dipresentasikan di diskusi Etnografi Indonesia, Surabaya, Indonesia, 29 September.

Page 19: Profil-Profil Propinsi di Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi