Profil kesiapsiagaan kabupaten bantul

39
1 PROFIL KESIAPSIAGAAN KABUPATEN/KOTA MENGHADAPI RESIKO BENCANA TSUNAMI 1. Gambaran Umum Wilayah 1.1. Peran dan Fungsi Wilayah Terdampak Kabupaten Bantul merupakan bagian integral wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang meliputi empat kabupaten dan satu kota. Berdasarkan posisi geografisnya, wilayah Kabupaten Bantul merupakan salah satu wilayah paling selatan di Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 07°44'04" - 08°00'27" LS dan 110°12'34" - 110°31'08" BT dengan luas 506,85 km2 dan batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara : Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman - Sebelah Selatan : Samudera Indonesia - Sebelah Barat : Kabupaten Kulonprogo dan Kabupaten Sleman - Sebelah Timur : Kabupaten Gunungkidul Apabila dilihat dari bentang alamnya, wilayah Kabupaten Bantul terdiri dari daerah dataran yang terletak pada bagian tengah dan daerah perbukitan yang terletak pada bagian timur dan barat, serta kawasan pantai di sebelah selatan. Kondisi bentang alam tersebut relatif membujur dari utara ke selatan. Gambar 1 Peta Administratif Kabupaten Bantul

description

bencana

Transcript of Profil kesiapsiagaan kabupaten bantul

Page 1: Profil kesiapsiagaan kabupaten bantul

1

PROFIL KESIAPSIAGAAN KABUPATEN/KOTA MENGHADAPI RESIKO BENCANA TSUNAMI

1. Gambaran Umum Wilayah

1.1. Peran dan Fungsi Wilayah Terdampak

Kabupaten Bantul merupakan bagian integral wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang meliputi

empat kabupaten dan satu kota. Berdasarkan posisi geografisnya, wilayah Kabupaten Bantul merupakan

salah satu wilayah paling selatan di Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 07°44'04" -

08°00'27" LS dan 110°12'34" - 110°31'08" BT dengan luas 506,85 km2 dan batas-batas wilayah sebagai

berikut :

- Sebelah Utara : Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman

- Sebelah Selatan : Samudera Indonesia

- Sebelah Barat : Kabupaten Kulonprogo dan Kabupaten Sleman

- Sebelah Timur : Kabupaten Gunungkidul

Apabila dilihat dari bentang alamnya, wilayah Kabupaten Bantul terdiri dari daerah dataran yang terletak

pada bagian tengah dan daerah perbukitan yang terletak pada bagian timur dan barat, serta kawasan

pantai di sebelah selatan. Kondisi bentang alam tersebut relatif membujur dari utara ke selatan.

Gambar 1

Peta Administratif Kabupaten Bantul

Page 2: Profil kesiapsiagaan kabupaten bantul

2

Kabupaten Bantul secara administratif terdiri dari 17 kecamatan, 75 desa dan 933 pedukuhan. Desa-desa

di Kabupaten Bantul dibagi lagi berdasarkan statusnya menjadi desa pedesaan (rural area) dan desa

perkotaan (urban area). Kecamatan Dlingo mempunyai wilayah paling luas, yaitu 55,87 Km2. Sedangkan

jumlah desa dan pedukuhan yang terbanyak terdapat di Kecamatan Imogiri dengan delapan desa dan 72

pedukuhan.

Berdasarkan RDTRK [Rencana Detil Tata Ruang Kabupaten] dan Perda mengenai batas wilayah kota,

maka status desa dapat dipisahkan sebagai desa perdesaan dan perkotaan. Secara umum jumlah desa

yang termasuk dalam wilayah perkotaan sebanyak 41 desa, sedangkan desa yang termasuk dalam

kawasan perdesaan sebanyak 34 desa. Wilayah yang terpapar tsunami termasuk wilayah perdesaan.

Tabel 1

Kecamatan, Desa dan Dusun Terancam Tsunami di Pesisir Kabupaten Bantul

Kecamatan Desa Dusun Lokasi Khusus

1. Kretek 1. Tirtohargo 1. Baros

2. Muneng

3. Gegunung

4. Gunungkunci

5. Kalangan

6. Karang

2. Parangtritis 1. Mancingan Pantai Parangtritis

2. Grogol Pantai Parangkusumo

3. Depok, Sono, Samiran Pantai Depok

2. Sanden 1. Srigading 1. Ngepet (Samas) Pantai Samas

2. Tegal Rejo

3. Soge Sanden

4. Cetan-Karangsuwung

2. Gadingsari 1. Demangan Pantai Pandansari

2. Wonoroto Pantai Gua Cemara

3. Patehan

4. Wonorejo 1 - 2

3. Gadingharjo 1. Karanganyar

3. Srandakan 1. Poncosari 1. Ngentak Pantai Pandansimo Baru

2. Babakan Pantai Kuwaru

3. Karang

4. Kuwaru

5. Bodowaluh

6. Jopaten

7. Cangkring Sumber : Kabupaten Bantul dalam Angka 2013

Page 3: Profil kesiapsiagaan kabupaten bantul

3

1.2. Topografi Secara topografis, Kabupaten Bantul terbagi menjadi daerah dataran, daerah perbukitan serta daerah

pantai. Secara garis besar, satuan fisiografi Kabupaten Bantul sebagian besar berada pada dataran aluvial

(Fluvio Volcanic Plain), perbukitan di sisi barat dan timur serta fisiografi pantai. Adapun pembagian satuan

fisiografi yang lebih rinci di Kabupaten Bantul adalah sebagai berikut:

a. Daerah di bagian Timur merupakan jalur perbukitan berlereng terjal dengan kemiringan lereng

dominan curam (>70%) dan ketinggian mencapai 400 meter dari permukaan air laut, Daerah ini

terbentuk oleh formasi Nglanggran dan Wonosari,

b. Daerah di bagian Selatan ditempati oleh gisik dan gumuk-gumuk pasir (fluviomarine) dengan

kemiringan lereng datar-landai, Daerah ini terbentuk oleh material lepas dengan ukuran pasir

kerakal,

c. Daerah di bagian tengah merupakan dataran aluvial (Fluvio Volcanic Plain), yang dipengaruhi oleh

Graben Bantul dan terendapi oleh material vulkanik dari endapan vulkanik Merapi,

d. Daerah di bagian Barat merupakan perbukitan rendah dengan kemiringan lereng landai-curam dan

ketinggian mencapai 150 meter dari permukaan air laut, Daerah ini terbentuk oleh formasi Sentolo

Gambar 2

Peta Topografi Kabupaten Bantul

Page 4: Profil kesiapsiagaan kabupaten bantul

4

Ketinggian Wilayah Ketinggian tempat di Kabupaten Bantul dibagi menjadi empat kelas. Hubungan kelas ketinggian dengan

luas sebarannya dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4. Dari kedua tabel tersebut dapat diketahui bahwa

kelas ketinggian Kabupaten Bantul yang memiliki penyebaran paling luas terletak pada elevasi antara 25-

100 meter (27.709 ha atau 54,67%) yang terletak pada bagian utara, bagian tengah, dan bagian Tenggara

Kabupaten Bantul. Wilayah yang mempunyai elevasi rendah (elevasi kurang dari 7 meter) seluas 3.228 Ha

(6,37%) terdapat di Kecamatan Kretek, Sanden, dan Srandakan.

Berdasarkan elevasi lahan daratan dari permukaan air laut ketinggian tempat atau elevasi dapat

ditentukan, dimana permukaan air laut dianggap mempunyai elevasi 0 meter (dpl) Ketinggian tempat

Kabupaten Bantul dibagi menjadi empat kelas dan hubungan kelas ketinggian dengan luas sebarannya

secara spasial ditunjukan pada Peta Ketinggian Tempat . Kelas ketinggian tempat yang dimiliki Kabupaten

Bantul penyebaran paling luas adalah elevasi antara 25 100 meter (27.709 Ha atau 54,67%) yang terletak

pada bagian utara, bagian tengah, dan bagian tenggara Kabupaten Bantul.

Wilayah yang mempunyai elevasi rendah (elevasi <7 meter) seluas 3.228 Ha (6,37%) terdapat di

Kecamatan Kretek, Kecamatan Sanden, dan Kecamatan Srandakan. Wilayah dengan elevasi rendah

umumnya berbatasan dengan Srandakan dan Sanden merupakan daerah terendah di antara kecamatan-

kecamatan lain di Kabupaten Bantul, yaitu berkisar dari 0 sampai 25 meter dari permukaan laut, mencakup

areal seluas 4.161 Ha (8,2% dari seluruh luas kabupaten).

Tabel 2 Kelas Ketinggian dan Luas Wilayah Kabupaten Bantul

No Kelas Ketinggian (dpl) m Luas (ha) (%)

1 0 – 7 3.228 6,37

2 7 – 25 8.948 17,65

3 25 – 100 27.709 54,67

4 100 - 500 10.800 21,31

5 > 500 - -

Jumlah 50.685 100 Sumber: Kantor Pertanahan Kabupaten Bantul, 2013

Tabel 3

Luas Wilayah Kecamatan Terdampak Menurut Ketinggian dari Permukaan Laut di Kabupaten Bantul

No Kecamatan Luas (Ha) dan Ketinggian Tempat (dpl)

Jumlah 0-7m 7-25m 25-100m 100-500m >500m

1 Srandakan 1.058 776 - - - 1.834

2 Sanden 1.246 1.081 - - - 2.327

3 Kretek 924 1.335 190 101 - 2.550

Sumber: Kantor Pertanahan Kabupaten Bantul, 2013

Page 5: Profil kesiapsiagaan kabupaten bantul

5

Kemiringan Lahan Klasifikasi kemiringan lahan di Kabupaten Bantul dibagi menjadi enam kelas dan hubungan kelas

kemiringan/lereng dengan luas sebarannya. Wilayah Kabupaten Bantul pada umumnya berupa daerah

dataran (kemiringan kurang dari 2%) dengan penyebaran di wilayah selatan, tengah, dan utara dari

Kabupaten Bantul dengan luas sebesar 31,421 Ha (61,96%). Untuk wilayah timur dan barat umumnya

berupa daerah yang mempunyai kemiringan 2,1 40,0% dengan luas sebesar 15.148 Ha (30%).

Sebagian kecil wilayah timur dan barat seluas 4.011 Ha (8%) mempunyai kemiringan lereng di atas 40,1%.

Apabila dilihat per wilayah kecamatan terlihat bahwa wilayah kecamatan yang paling luas memiliki lahan

miring terletak di Kecamatan Dlingo dan Imogiri, sedangkan wilayah kecamatan yang didominasi oleh

lahan datar terletak di Kecamatan Sewon dan Banguntapan.

Tabel 4 Luas Wilayah Kecamatan Terdampak Tsunami

Berdasarkan Kemiringan Tanah di Kabupaten Bantul

No Kecamatan Luas Kemiringan Tanah/Lereng (Ha)

Jumlah 0,2 % 2-8 % 8-15 % 15-25 % 25-40 % >40 %

1 Srandakan 1.680 154 - - - - 1.834

2 Sanden 2.100 227 - - - - 2.327

3 Kretek 1.756 288 - 27 11 468 2.550

Sumber: Kantor Pertanahan Kabupaten Bantul, 2013

1.3 Penggunaan Lahan Tabel 5

Penggunaan Lahan di Wilayah Kecamatan Terdampak Tsunami (Ha)

No Kecamatan Permukiman Sawah Tegalan Kebun

Campuran Hutan

Tanah Tandus

Tambak Lain-lain

Jumlah

1 Srandakan 75,32 484,46 53,00 693,88 0 99 30 398,34 1,834

2 Sanden 51,64 836,08 123,00 896,00 0 119 0 301,28 2,327

3 Kretek 39,32 953,84 209,45 470,00 0 302 0 575,48 2,550

Sumber : Kecamatan Bantul dalam Angka 2013

1.4. Rencana Tata Ruang Wilayah

Berdasarkan Perda Kabupaten Bantul Nomor 4 Tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Bantul Tahun

2010-2030 Rencana pola ruang Kabupaten Bantul terdiri atas:

1. Kawasan Lindung Kabupaten

Rencana pengembangan Kawasan Lindung Kabupaten meliputi;

a. Kawasan hutan lindung

Page 6: Profil kesiapsiagaan kabupaten bantul

6

Penyebaran kawasan hutan lindung meliputi Desa Dlingo, Desa Mangunan, Desa Muntuk,

Desa Jatimulyo, Desa Temuwuh, Desa Terong Kecamatan Dlingo, Desa Wonolelo Kecamatan

Pleret, Desa Wukirsari Kecamatan Imogiri, dan Desa Srimulyo Kecamatan Piyungan.

b. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya

Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya yaitu kawasan

resapan air.

c. Kawasan perlindungan setempat

Kawasan perlindungan setempat adalah kawasan sempadan sungai, kawasan sempadan

pantai, kawasan sekitar mata air, dan ruang terbuka hijau perkotaan kabupaten.

d. Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya

e. Kawasan rawan bencana

Kawasan rawan bencana meliputi kawasan rawan gempa bumi, kawasan rawan longsor,

kawasan rawan banjir, kawasan rawan gelombang pasang, dan kawasan rawan kekeringan.

2. Kawasan Budidaya Kabupaten

Rencana pengembangan kawasan budidaya Kabupaten terdiri atas:

a. Kawasan peruntukan hutan rakyat

Kawasan peruntukan kehutanan (hutan rakyat) direncanakan seluas kurang lebih 8.545 Hektar

atau 16,86% dari luas wilayah Kabupaten Bantul.

b. Kawasan peruntukan pertanian

Kawasan peruntukan pertanian meliputi kawasan pertanian lahan basah, kawasan pertanian

lahan kering, dan kawasan peternakan. Kawasan pertanian lahan basah di Kabupaten

direncanakan seluas kurang lebih 13.324 Hektar atau 26,29%. Kawasan pertanian lahan

kering di Kabupaten direncanakan seluas kurang lebih 5.247 Hektar atau 10,35% dari luas

wilayah Kabupaten Bantul. Kawasan peternakan di Kabupaten direncanakan sebagai berikut:

1) Peternakan itik di Kecamatan Kretek, Kecamatan Bantul, dan Kecamatan Sanden;

2) Peternakan sapi perah di Kecamatan Srandakan, Kecamatan Banguntapan, Kecamatan

Jetis, dan Kecamatan Sedayu;

3) Peternakan sapi potong tersebar di hampir seluruh kecamatan;

4) Peternakan babi di Kecamatan Srandakan dan Kecamatan Kasihan;

5) Peternakan kambing tersebar di hampir seluruh kecamatan;

6) Peternakan kerbau di Kecamatan Sanden dan Kecamatan Banguntapan;

7) Peternakan kelinci di Kecamatan Sanden

c. Kawasan peruntukan perikanan

d. Kawasan peruntukan pertambangan

e. Kawasan peruntukan industri

f. Kawasan peruntukan pariwisata

g. Kawasan peruntukan permukiman

h. Kawasan peruntukan lainnya

Page 7: Profil kesiapsiagaan kabupaten bantul

7

1.5 Potensi Wilayah

Secara geografis dan administratif Kabupaten Bantul memiliki potensi pengembangan, hal ini berdasarkan:

1. Batas wilayah yang tidak berbatas secara fisik, meski terdapat ring road namun perkembangan

saat ini telah melewati batas tersebut,

2. Topografi kawasan yang relatif datar,

3. Tidak terdapat kendala terhadap kawasan resapan air,

4. Banyaknya daerah wisata yang belum tergarap secara optimal untuk pengembangan sektor hotel

dan restoran.

Sesuai Perda Kabupaten Bantul Nomor 4 Tahun 2011 Tentang RTRW Kabupaten Bantul Tahun 2010

2030, potensi pengembangan kawasan di Kabupaten Bantul dilakukan dengan penetapan kawasan

strategis kabupaten yang meliputi kawasan strategis ekonomi, kawasan strategis sosio-kultural, dan

pengembangan kawasan strategis lingkungan hidup.

1. Kawasan strategis ekonomi kabupaten meliputi:

a. Kawasan Strategis Kawasan Perkotaan Yogyakarta (KPY);

b. Kawasan Strategis Bantul Kota Mandiri (BKM);

c. Kawasan Strategis Pantai Selatan,Pengembangan Pesisir dan Pengelolaan Hasil Laut Pantai

Depok, Pantai Samas, Pantai Kuwaru, dan Pantai Pandansimo;

d. Kawasan Strategis Industri Sedayu; dan

e. Kawasan Strategis Industri Piyungan.

2. Kawasan strategis sosio-kultural kabupaten meliputi Kawasan Strategis Desa Wisata dan

Kerajinan Gabusan-Manding-Tembi (GMT) dan Kasongan-Jipangan-Gendeng-Lemahdadi

(Kajigelem).

3. Kawasan strategis lingkungan hidup kabupaten meliputi:

a. Kawasan Strategis Agrowisata di Kecamatan Dlingo dan Agropolitan di Kecamatan Sanden,

Kecamatan Kretek, Kecamatan Pundong, Kecamatan Imogiri, dan Kecamatan Dlingo; dan

b. Kawasan Strategis Gumuk Pasir Parangtritis yang berfungsi untuk pengembangan ilmu

pengetahuan dan penelitian.

1.6 Sejarah Kejadian Bencana Kabupaten Bantul

Kabupaten Bantul merupakan salah satu wilayah yang memiliki ancaman bahaya gempa bumi cukup

tinggi. Tingginya ancaman gempabumi di Kabupaten Bantul telah dibuktikan dengan terjadinya gempabumi

pada tanggal 27 Mei 2006. Bencana tersebut telah mengakibatkan lebih dari 5.760 orang meninggal dunia,

lebih dari 40.000 orang luka-luka, dan lebih dari 1.000.000 orang kehilangan tempat tinggalnya (Bappenas,

2006). Gempabumi 2006 selain mengakibatkan korban jiwa juga mengakibatkan kerusakan dan kerugian

di sektor perumahan, sosial, infrastuktur, sektor produktif, dan lintas sektor. Total kerugian dan kerusakan

yang dialami akibat bencana tersebut di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah

diperkirakan mencapai Rp 29,1 triliyun.

Kabupaten Bantul selain rawan gempabumi juga rawan terhadap ancaman tsunami. Tahun 2006 tsunami

Pangandaran terjadi. BMKG menyebutkan tsunami tersebut dipicu oleh gempa bumi di dasar samudera

Page 8: Profil kesiapsiagaan kabupaten bantul

8

dengan magnitudo 7.1 SR, berpusat di 293 km barat daya Cilacap atau 10.010 LS dan 107.690 BT.

Gempabumi tersebut terjadi pada tanggal 17 Juli 2006 pukul 03.06 WIB dan memicu gelombang tsunami.

Ketinggian gelombang tsunami yang terpantau di kawasan pantai selatan Kabupaten Bantul mencapai 1-

3,4 meter. Fenomena alam tersebut memang tidak menelan korban jiwa dan harta benda di Kabupaten

Bantul, namun cukup untuk menunjukkan bahwa kawasan pesisir selatan Kabupaten Bantul memiliki

ancaman multi bahaya gempa bumi dan tsunami yang sama tingginya dengan pesisir selatan pulau Jawa

yang lainnya.

Berdasarkan catatan kejadian bencana oleh DIBI dan BPBD Kabupaten Bantul teridentifikasi 6 (enam)

jenis bencana yang pernah terjadi di Kabupaten Bantul. Bencana yang pernah terjadi ini berpotensi terjadi

kembali di Kabupaten Bantul jika tidak ada penanganan yang serius terhadap potensi bencana.

Banjir Di Kabupaten Bantul banjir terjadi bukan hanya akibat tingginya curah hujan, Banjir terjadi juga akibat akumulasi air yang mengalir dari wilayah utara Kota Jogja dan Bantul wilayah utara, meliputi Kecamatan Kasihan, Sewon, dan Banguntapan.

Pada bulan Mei 2011, curah hujan yang cukup besar mengakibatkan meluapnya Kali Code

sehingga merendamkan beberapa rumah di dusun Sorogenen, Timbulharjo, Kabupaten Bantul.

Pada Bulan Januari 2012 BPBD Kabupaten Bantul melangsir akibat banjir Winongo 770 jiwa

terpaksa mengungsi, 15 di antaranya harus dievakuasi oleh tim SAR. Pengungsi tersebar di

beberapa titik antara lain Jogonalan kidul ada empat RT, Jogonalan Lor ada dua RT dan Glondong

dua RT, semuanya berada di Kasihan, Bantul dan berada di bantaran Kali WInongo. Selain itu

banjir juga berdampak di Dusun Pandeyan , Bangunharjo, Sewon. Akibat kerugian banjir besar di

Kabupaten Bantul mencapai Rp 29 miliar.

Tahun 2013 Lebih dari 200 ha lahan pertanian di Kabupaten Bantul terendam akibat hujan deras.

Lahan pertanian yang tergenang air ini meliputi Kecamatan Pundong, Bambanglipuro, Pandak,

Kretek, dan Sanden. Banjir tak hanya karena tinginya debit hujan, tapi juga karena banyaknya

aliran air.

Angin Puting Beliung Tahun 2011 Puting Beliung melanda Kecamatan Piyungan dan mengakibatkan 54 rumah rusak.

Kerusakan paling banyak terjadi di Dusun Sitimulyo yaitu 35 rumah rusak ringan. Kerusakan akibat

Putting Beliung tersebut sekitar Rp. 28 Juta.

Tahun 2013 Puluhan pohon tumbang akibat Cuaca Ekstrim menimpa Kecamatan Jetis, Kabupaten

Bantul. Hal ini menimpa belasan rumah tertipa pohon tumbang dan mengakibatkan 1 orang luka

ringan. Selain di Kecamatan Jetis, banyaknya pohon tumbang juga menimpa Kecamatan Imogiri,

dan Kecamatan Sewon.

Gelombang Pasang (Rob) dan Abrasi Tahun 2011 Gelombang Pasang melanda pantai Kuwaru di Kecamatan Srandakan Kabupaten

Batul. Gelombang pasang ini merusakan tanaman, puluhan bangunan bahkan aspal jalan di bibir

pantai Kuwaru. Gelombang ini terjadi faktor alam yang sering melanda di wilayah tersebut

Page 9: Profil kesiapsiagaan kabupaten bantul

9

Tahun 2013 Gelombang Pasang dan Abrasi terjadi di pantai Samas Kecamatan Sanden, hal ini

mengakibatkan perumahan yang berjarak 200 m dari tepi air laut harus diungsikan. Kejadian ini

merugikan puluhan kepala rumah tangga, sekitar 12 rumah ditinggal mengungsi, 6 diantaranya

rusak.

Gempa Bumi Tahun 2006 Gempa bumi tektonik dengan skala 5,9 SR telah menghancurkan wilayah Kabupaten

Bantul. Berdasarkan data Satkorlak DIY korban tewas dari kabupaten Bantul adalah 3.082 orang,

luka berat 2.700 orang dan luka ringan 3.100 orang. Sekitar 33.616 rumah penduduk rusak parah.

Sedangkan kerugian yang kerugian yang dirilis Pemprov DIY mencapai Rp. 2.8 triliun.

Kekeringan Tahun 2011 Kekeringan melanda 95 ha lahan sawah di kecamatan Sedayu dan Kecamatan

Piyungan, Kabupaten Bantul mengakibatkan gagal panen. Hal ini terjadi karena kemarau yang

cukup panjang, sehingga debit air di irigasi semakin kecil.

Tahun 2012 Dampak dari kemarau panjang mengakibatkan kekeringan terjadi di beberapa

kecamatan, diantaranya Kecamatan Dlingo, Piyungan, Imogiri, Pleret, Kretek dan Pajangan.

Namun tidak seluruh kecamatan yang terkena dampaknya, hanya beberapa titik saja.

Tanah Longsor Tahun 2012 Akibat hujan deras telah terjadi tanah longsor di Desa Mojosari, Kecamatan Piyungan

kabupaten bantul. Hal ini mengakibatkan 1 rumah rusak dan beberapa rumah yang lain beresiko

terkena tanah longsor.

Tahun 2013 Tanah longsor terjadi di Desa Sriharjo Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul,

mengakibatkan dua rumah rata dengan tanah. Hal ini terjadi karena hujan deras yang cukup lama.

Selain dua rumah tersebut, tanah longsor ini menyebabkan 11 KK harus mengungsi karena

rumahnya sudah tidak dapat dihuni.

Tabel 6 Sejarah Kejadian Bencana Kabupaten Bantul Tahun 2003-2012

No Jenis Bencana Jumlah Kejadian

Total 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

1 Banjir 1 1 1 2 3 2 10

2 Angin Puting Beliung

1 6 4 10 9 8 38

3 Gelombang Pasang dan Abrasi

1 1 2

4 Gempa Bumi 1 2 1 4

5 Kekeringan 1 1 1 1 4

6 Tanah Longsor 1 3 15 4 1 12 9 46

7 Tsunami 0 Sumber : Data & Informasi Bencana Indonesia (DIBI) Tahun 2012

Page 10: Profil kesiapsiagaan kabupaten bantul

10

2 Kajian Resiko Bencana Tsunami Kabupaten Bantul

2.1 Kajian Resiko Bencana

Kajian risiko bencana tsunami terdiri atas 3 komponen yaitu komponen bahaya, kerentanan dan

kapasitas. Komponen ini digunakan untuk menghitung tingkat risiko bencana dan membuat peta

resiko bencana tsunami di wilayah Kabupaten Bantul. Tingkat risiko bencana di suatu daerah bergantung

pada tingkat bahaya kawasan, tingkat kerentanan kawasan yang terancam, dan tingkat kapasitas

kawasan yang terancam. Untuk membangun perspektif tingkat risiko bencana suatu kawasan,

hubungan antara bahaya, kerentanan dan kapasitas digambarkan melalui pendekatan berikut:

Keterangan:

R = Risiko Bencana Tsunami

H = Ancaman

V = Kerentanan

C = Kapasitas

Pendekatan di atas digunakan untuk memperlihatkan hubungan antara ancaman, kerentanan dan

kapasitas yang membangun perspektif tingkat risiko bencana suatu kawasan. Berdasarkan

pendekatan tersebut, terlihat bahwa tingkat risiko bencana amat bergantung pada tingkat ancaman

kawasan, tingkat kerentanan kawasan yang terancam, dan tingkat kapasitas kawasan yang terancam.

Pengkajian risiko bencana tsunami ini diharakan mampu menjadi dasar yang memadai bagi daerah di

Kabupaten Kebumen untuk menyusun kebijakan penanggulangan bencana tsunami di kabupaten

tersebut. Pengkajian risiko bencana tsunami dilaksanakan dengan menggunakan metode pada

Gambar 4.

Page 11: Profil kesiapsiagaan kabupaten bantul

11

Gambar 4

Metode Kajian Resiko Bencana

Sumber: Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 02 Tahun 2012

2.2. Tingkat Ancaman

Berdasarkan catatan Data dan Informasi Bencana Indonesia (DIBI) tingkat ancaman bencana di

Kabupaten Bantul dapat dilihat dari bencana yang pernah terjadi serta kajian risiko bencana yang

berpotensi terjadi. Sejarah kejadian bencana dapat diketahui dari DIBI yang dipadukan dengan data

catatan kejadian bencana di Kabupaten Bantul (DIBI, BNPB tahun 2012, dan BPBD Kabupaten Bantul

tahun 2012). Berdasarkan data tersebut, terdapat 9 jenis bencana yang mengancam Kabupaten Bantul.

Ancaman tersebut antara lain banjir, gelombang ekstrim dan abrasi, gempa bumi, kekeringan, cuaca

ekstrim, tanah longsor, tsunami, kebakaran hutan dan lahan, serta epidemi dan wabah penyakit.

Dalam menentukan tingkat ancaman bencana dapat dilakukan dengan menggunakan matriks tingkat

ancaman yang dipadukan dengan indeks ancaman pada lajur dengan indeks penduduk terpapar pada

kolom. Tingkat ancaman merupakan titik pertemuan antara indeks ancaman dengan indeks penduduk

terpapar. Untuk skala indeks ancaman dapat dibagi menjadi 3 kategori yaitu:

Indeks Rendah : (0,0 – 0,3)

Indeks Sedang : (>0,3 – 0,6)

Indeks Tinggi : (>0,6 – 1,0)

Sedangkan untuk skala indeks penduduk terpapar juga dapat dibagi menjadi kategori rendah, sedang, dan

tinggi, dengan ketentuan nilai indeksnya adalah:

Page 12: Profil kesiapsiagaan kabupaten bantul

12

• Indeks Rendah : Apabila kepadatan jumlah penduduk terpapar kurang dari 500

jiwa/km2, dan jumlah penduduk kelompok rentan kurang dari 20%.

• Indeks Sedang : Apabila kepadatan jumlah penduduk terpapar 500 – 1000 jiwa/km2

dan jumlah penduduk kelompok rentan 20% – 40%.

• Indeks Tinggi : Apabila kepadatan jumlah penduduk terpapar lebih dari 1000

jiwa/km2 , dan jumlah penduduk kelompok rentan lebih dari 40%.

Untuk melihat tingkat ancaman di Kabupaten Bantul berdasarkan jenis bencana yang berpotensi pada

skala ancaman masing-masing jenis bencana dan skala penduduk terpapar

Gambar 5

Matriks Penentuan Tingkat Ancaman Bencana di Kabupaten Bantul

Berdasarkan Gambar 5 di atas, diketahui bahwa tingkat ancaman setiap bencana yang berpotensi di

Kabupaten Bantul adalah:

1. Tingkat ancaman RENDAH, dengan indeks ancaman SEDANG dan indeks penduduk terpapar

RENDAH berpotensi disebabkan oleh bencana gelombang ekstrim dan abrasi.

2. Tingkat ancaman SEDANG, dengan indeks ancaman RENDAH dan indeks penduduk terpapar

TINGGI berpotensi disebabkan oleh bencana epidemi dan wabah penyakit. Sedangkan untuk

indeks ancaman SEDANG dan indeks penduduk terpapar SEDANG berpotensi disebabkan

oleh bencana banjir.

3. Tingkat ancaman TINGGI, dengan indeks ancaman SEDANG dan indeks penduduk terpapar

TINGGI berpotensi disebabkan oleh bencana cuaca ekstrim, gempabumi, dan tanah longsor.

Page 13: Profil kesiapsiagaan kabupaten bantul

13

Untuk indeks ancaman dan indeks penduduk terpapar TINGGI berpotensi disebabkan oleh

bencana kebakaran hutan dan lahan, kekeringan, dan tsunami.

Penentuan tingkat ancaman dapat disusun berdasarkan komponen kemungkinan terjadinya suatu

ancaman dan komponen besarnya dampak yang pernah tercatat dari bencana tersebut. Indeks ancaman

disesuaikan dengan standar parameter yang telah ditentukan oleh BNPB dengan merujuk kepada peta

bahaya setiap bencana di Kabupaten Bantul.

2.3. Tingkat Kerugian

Bencana tsunami merupakan salah satu bencana yang berpotensi di Kabupaten Bantul. Bencana ini akan

berdampak pada masyarakat yang tinggal dan beraktifitas di kawasan terancam. Indeks kerugian akibat

bencana tsunami terlihat sebanyak 159,67 miliar rupiah, dan indeks kerusakan lingkungan dari bencana

tsunami di Kabupaten Bantul dari hasil pengkajian risiko bencana terlihat bahwa kerusakan lingkungan

sebesar 527 Ha. Maka sesuai dengan hasil analisa kajian risiko bencana Kabupaten Bantul, tingkat

kerugian bencana tsunami adalah TINGGI. Hal ini karena tingkat ancaman bencana tsunami di Kabupaten

Bantul adalah TINGGI dan indeks kerugian yang ditimbulkan adalah TINGGI.

2.4. Tingkat Kapasitas

Tingkat kapasitas merupakan kemampuan individu maupun kelompok dalam rangka menghadapi bahaya

atau bencana. Aspek kemampuan antara lain kebijakan, kesiapsiagaan, dan partisipasi masyarakat.

Penilaian kemampuan dilakukan pada sumberdaya orang per orang, rumah tangga, dan kelompok untuk

mengatasi suatu bencana atau bertahan atas dampak dari sebuah bahaya bencana. Pengukurannya dapat

dilakukan berdasarkan aspek kebijakan, kesiapsiagaan, dan peran serta masyarakat. Kajian ini diukur

pada aspek kelembagaan berdasarkan kuesioner HFA dan kesiapsiagaan masyarakat. Berdasarkan

matriks penentuan tingkat kapasitas, diketahui bahwa tingkat kapasitas Kabupaten Bantul terhadap

bencana gelombang ekstrim dan abrasi adalah SEDANG. Sedangkan untuk bencana banjir, epidemi dan

wabah penyakit, cuaca ekstrim, gempabumi, kebakaran hutan dan lahan, kekeringan, tanah longsor, dan

tsunami, tingkat kapasitas Kabupaten Bantul adalah RENDAH.

2.5. Tingkat Resiko Bencana Untuk mengetahui tingkat risiko setiap jenis bencana yang berpotensi di Kabupaten Bantul diperoleh

berdasarkan penggabungan tingkat kerugian dan tingkat kapasitas Kabupaten Bantul yang dilakukan

melalui matriks penentuan tingkat risiko, kesimpulan dari tingkat risiko bencana di Kabupaten Bantul dapat

dilihat pada Tabel berikut ini.

Tabel 7 Tingkat Risiko Bencana di Kabupaten Bantul

No Jenis Bencana Tingkat Risiko

1. Banjir TINGGI

2. Gelombang Ekstrim dan Abrasi SEDANG

3. Gempabumi TINGGI

4. Kekeringan TINGGI

5. Cuaca Ekstrim TINGGI

Page 14: Profil kesiapsiagaan kabupaten bantul

14

No Jenis Bencana Tingkat Risiko

6. Tanah Longsor TINGGI

7. Tsunami TINGGI

8. Kebakaran Hutan dan Lahan TINGGI

9. Epidemi dan Wabah penyakit TINGGI Sumber : RPB Kabupaten Bantul 2013-2017

Gambar 6

Peta Bahaya Tsunami Kabupaten Bantul

Page 15: Profil kesiapsiagaan kabupaten bantul

15

2.6. Data Kependudukan Wilayah Terdampak

Berdasarkan data hasil proyeksi Sensus Penduduk Tahun 2010, jumlah penduduk Kabupaten Bantul tahun

2012 adalah 930.276 jiwa yang tersebar di 75 Desa dan 17 Kecamatan. Dari jumlah tersebut, 464.049 jiwa

adalah laki-laki dan 466.227 jiwa adalah perempuan. Dengan luas wilayah 506,85 km2, kepadatan

penduduk Kabupaten Bantul tahun 2012 adalah 1.835 jiwa per km2 dan kepadatan tertinggi berada di

Kecamatan Banguntapan yakni 4.383 jiwa per km2 sedangkan Kecamatan Dlingo memiliki kepadatan

penduduk terendah yang dihuni rata-rata 641 jiwa per km2. Jumlah penduduk di 3 (tiga) Kecamatan di

bagian selatan adalah Kecamatan Kretek 29.470 jiwa, Kecamatan Sanden 29.814 jiwa, dan Kecamatan

Srandakan 28.755 jiwa

Tabel 8

Resiko Jiwa Terpapar Bencana Tsunami Kabupaten Bantul

No Kecamatan Jumlah

Penduduk

Perkiraan Lokasi Terdampak Dan Jumlah Jiwa Terpapar

Ket

Desa Jumlah

Peduduk

1 Kretek 29,470 Tirtohargo 3006

Parangtritis 4985

2 Sanden 29,814

Srigading 3131

Gadingsari 3444

Gadingharjo 1455

3 Srandakan 28,755 Poncosari 4708 Sumber: Sensus Penduduk 2010; http://www.bantulkab.go.id

2.7. Potensi Ekonomi Kecamatan Terdampak

Tabel 9

Kerugian Per Sektor Akibat Bencana Tsunami

No Sektor Produksi Hasil

Produksi Jumlah Produksi Jumlah (Rp) Ket

1 Pertanian

2 Perkebunan

3 Perikanan

4 Peternakan

5 Perdagangan

6 Industri

2.8 Rekapitulasi Per-Aspek Untuk Kecamatan Terdampak Berdasarkan Rencana Kontijensi

Tsunami Bantul Tahun 2014.

Pemerintah Kabupaten Bantul mewujudkan tanggung jawab terhadap penyelenggaraan penanggulangan

bencana, salah satunya adalah dengan melakukan perencanaan kontinjensi untuk mengantisipasi

terjadinya ancaman, mengkoordinasikan dan mobilisasi sumberdaya masyarakat dan swasta untuk

Page 16: Profil kesiapsiagaan kabupaten bantul

16

melakukan tindakan antisipatif. Apabila tsunami terjadi di pesisir Bantul, maka semua pihak telah

dipersiapkan untuk melakukan tindakan-tindakan strategis pengurangan risiko ancaman beserta

dampaknya, termasuk di dalamnya upaya tanggap darurat secara terpadu dan terkoordinasi.

2.8.1 Aspek Kependudukan

Tabel 10

Asumsi Dampak Aspek Kependudukan

No Kecamatan Jumlah

Penduduk

Perkiraan Penambahan Penduduk di Siang Hari

Jumlah Total Penduduk di Siang Hari

Jiwa Terancam

% Jumlah Jumlah % Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8

1 Kretek 7991 1604 9595 8635

2 Sanden 8030 2134 10164 9148

3 Srandakan 4708 850 5558 5003

Jumlah Total 20729 4588 25317 22786

No Kecamatan Meninggal Hilang Pindah Pengungsi

% Jumlah % Jumlah % Jumlah Jumlah

1 2 9 10 11 12 13 14 15

1 Kretek 131 215 46 8243

2 Sanden 137 231 103 8674

3 Srandakan 75 127 86 4716

Jumlah 343 573 235 21633

No Kecamatan

Keadaan Pengungsi

Luka Ringan Luka Berat Non Perawatan

% Jumlah % Jumlah Jumlah

1 2 16 17 18 19 20

1 Kretek 2474 167 5602

2 Sanden 2503 176 5995

3 Srandakan 1416 95 3205

Jumlah 6393 438 14802

Page 17: Profil kesiapsiagaan kabupaten bantul

17

Tabel 11

Asumsi Dampak Aspek Kependudukan Menurut Kelompok Rentan

No Kecamatan Jumlah

Penduduk

Laki-laki Perempuan

WUS Non WUS

% Jumlah % Jumlah % Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Kretek 7991 3909 4010 72

2 Sanden 8030 3564 4241 225

3 Srandakan 4708 2203 2475 30

Jumlah 20729 9676 10726 327

No Kecamatan Hamil Menyusui Cacat

% Jumlah % Jumlah % Jumlah

1 2 10 11 12 13 14 15

1 Kretek 18 95 6

2 Sanden 54 101 278

3 Srandakan 26 70 29

98 266 313

No Kecamatan Bayi Balita 10-14 th 15-19 Th Lansia

% Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah

1 2 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

1 Kretek 95 233 276 3098 754

2 Sanden 87 291 646 155 538

3 Srandakan 41 170 92 355 423

223 694 1014 3608 1715

Sumber : Rencana Kontijensi Tsunami Kab. Bantul 2014

2.8.2. Aspek Sarana dan Prasarana

Tabel 12

Asumsi Dampak Pada Aspek Sarana dan Prasarana

No Jenis

Tingkat Kerusakan Lama

Gangguan Fungsi

Layanan (Hari)

Kecamatan

Ringan Berat

1 Listrik Berat 21 Kretek

2 Komunikasi Berat 7 Kretek

3 Transportasi Berat Kretek

- Jembatan Berat 60 Kretek

- Jalan Berat 180 Kretek

4 Pasar (tradisional, TPI) Berat 366 Kretek

Page 18: Profil kesiapsiagaan kabupaten bantul

18

No Jenis

Tingkat Kerusakan Lama

Gangguan Fungsi

Layanan (Hari)

Kecamatan

Ringan Berat

5 Pendidikan Berat 180 Kretek

6 Sarana ibadah Berat 14 Kretek

7 Puskesmas, Pustu, Klinik Pengobatan Berat 7 Kretek

8 Kantor pemerintah (kecamatan, kelurahan, Polsek, Koramil, ranting dinas pendidikan)

Berat 7 Kretek

9 Rumah Berat 30 Kretek

10 Pertanian dan peternakan (saluran irigasi, gudang, kandang ternak, kolam ikan)

Berat 366 Kretek

11 Laboratorium geospasial Berat 1830 Kretek

12 Landasan aerosport Berat 732 Kretek

13 Perbankan Berat 14 Kretek

Bendung Samas Berat 30 Sanden

2 Dam Bugel Waru 1 30 Sanden

3 Dua makam, Kreteg Senggol 1 30 Sanden

4 Gedung udang galah i unit 1 90 Sanden

5 Gudang bawah merah 1 7 Sanden

6 Jalan desa 7 km 90 Sanden

7 Jalan nas 2 km 90 Sanden

8 Jalan prop 2 km 90 Sanden

9 Jalan kampung 10 km 90 Sanden

10 Jembatan Merah 1 14 Sanden

11 Jembatan 2 3 Sanden

12 Jembatan Senggol Samas 1 14 Sanden

13 Jembatan Songgo Lelono 1 7 Sanden

14 Kantor pemerintah - - - Sanden

15 Komunikasi radio/telepon 1 7 Sanden

16 Manara Pantau Patean 1 Sanden

17 Masjid 4 5 Sanden

18 Masjid Gede Karanganyar 1 Sanden

19 Masjid Mutagim 1 90 Sanden

20 Masjid Samas Pranasakti 1 90 Sanden

21 Menara mesjid 2 Sanden

22 Menara seluler [BTS] 1 Sanden

23 Mesjid Almubarok 1 7 Sanden

24 PAUD dan TK masing-masing dusun 1 14 Sanden

25 perahu tempel 27 90 Sanden

26 Perumahan Dishub 7 90 Sanden

27 Poskamling 2 3 Sanden

28 Posko AL 1 60 Sanden

29 Rumah sakit/ puskesmas - - - Sanden

30 Rumah warga 215 525 90 Sanden

31 Rumah warga 65 Sanden

Page 19: Profil kesiapsiagaan kabupaten bantul

19

No Jenis

Tingkat Kerusakan Lama

Gangguan Fungsi

Layanan (Hari)

Kecamatan

Ringan Berat

32 Sekolah 2 4 7 Sanden

33 Sekolah Dasar Gadingharjo 2 unit 1 14 Sanden

34 Sekolah Dasar Gadingsari 3 unit 1 14 Sanden

35 Semua perumahan warga di Samas 1 90 Sanden

36 SMK Kelautan,SMP 1 14 Sanden

37 Tambatan perahu 1 unit 1 60 Sanden

38 TK 2 2 Sanden

39 TK ABA Tegalrejo 1 7 Sanden

40 TK Masyittoh 1 7 Sanden

41 TPR 1 30 Sanden

42 Transportasi angkutan umum 1 1 Sanden

43 Jembatan 3 Sanden

44 Jalan aspal 5 km Sanden

45 Jalan cor 5 km Sanden

1 TK Berat 180 Poncosari

2 SMK Berat 180 Poncosari

3 SMP Berat 180 Poncosari

4 Puskesmas Berat 180 Poncosari

5 Pustu Berat 90 Poncosari

6 Kantor pemerintahan Desa Berat 180 Poncosari

7 Pasar Jeragan Berat 120 Poncosari

8 Pasar Bodowaluh Berat 120 Poncosari

9 Jalan kabupaten Berat 360 Poncosari

10 Irigasi Berat 360 Poncosari

11 Instalasi listrik + PLTA Berat 90 Poncosari

12 PDAM Berat 90 Poncosari

13 13 Masjid Berat 365 Poncosari

14 Kantor SAR Berat 360 Poncosari

15 Pos Polisi Air Udara Berat 360 Poncosari

16 Jembatan Kuwaru Berat 360 Poncosari

17 Jembatan Ngentak Berat 360 Poncosari

18 TPI Pantai Baru Berat 180 Poncosari

19 TPI Kuwaru Berat 180 Poncosari Sumber : Rencana Kontijensi Tsunami Kab. Bantul 2014

2.8.3. Aspek Sosial Ekonomi

Tabel 13

Asumsi Dampak Pada Aspek Sosial Ekonomi

No Jenis Tingkat Kerusakan Lama

Gangguan Fungsi (Hari)

Kecamatan Berat Ringan

1 Pasar Tradisional berat 30 Kretek

2 Lahan Pertanian, Perkebunan, Industri, Perbankan berat 90 Kretek

Page 20: Profil kesiapsiagaan kabupaten bantul

20

No Jenis Tingkat Kerusakan Lama

Gangguan Fungsi (Hari)

Kecamatan Berat Ringan

3 Hasil Pertanian berat 180 Kretek

4 Ternak berat 180 Kretek

5 Industri rumah tangga berat 180 Kretek

A Pasar Tradisional Sanden

1 Pasar Agrowisata Tpr Samas 1 7 Sanden

2 Pasar Batuliman 1 7 Sanden

3 Warung Dan Rumah Makan 89 30 Sanden

B Lahan Pertanian, Perkebunan, Industri, Perbankan Sanden

1 Hutan Cemara 10 ha 60 Sanden

2 Lahan Buah Naga 7 ha 30 Sanden

3 Lahan Ketela 30 ha 30 Sanden

4 Lahan Padi 30 ha 60 Sanden

5 Lahan Pertnian 5 ha Sanden

6 Lahantegalan 5 ha Sanden

7 Pabrik Pupuk Organik 1 Sanden

8 Rumah Penangkaran Penyu 1 30 Sanden

9 Tambak Udang Galah 1 30 Sanden

10 Tpi Patehan 1 15 Sanden

D Ternak Sanden

1 Kandang Ayam Klpk 15 kdg 60 Sanden

2 Kandang Kambing Kelompok 5 klp 60 Sanden

3 Kolam Lele 25 kolam 15 Sanden

4 Perikanan Grameh 4000 Sanden

5 Perikanan Lele 5000 Sanden

6 Peternakan Ayam 2000 Sanden

7 Peternakan Kambing 130 Sanden

8 Peternakan Sapi 40 ekor Sanden

9 Udang Galah, Utara Jembatan 1 60 Sanden

A Pasar Tradisional berat 120 Poncosari

B Lahan Pertanian dan Perkebunan berat 360 Poncosari

C Hasil Pertanian berat 360 Poncosari

D Ternak berat 360 Poncosari

E Tambak berat 720 Poncosari

F Normalisasi pemerintahan desa berat 30 Poncosari

G Layanan kesehatan berat 30 Poncosari

H Layanan pendidikan berat 30 Poncosari

I Kegiatan kemasyarakatan (SPP, KWT, Kel. Ternak, Karang Taruna dll)

berat 180 Poncosari

J Normalisasi layanan Polairud dan SAR berat 30 Poncosari

K Pariwisata Pantai Baru berat 30 Poncosari

L Pariwisata Pantai Kuwaru berat 30 Poncosari

M Perikanan (rusaknya perahu nelayan) berat 360 Poncosari

N Industri kecil berat 360 Poncosari

O Hunian warga berat 360 Poncosari

P Aset warga berat 360 Poncosari Sumber : Rencana Kontijensi Tsunami Kab. Bantul 2014

Page 21: Profil kesiapsiagaan kabupaten bantul

21

2.8.4. Aspek Lingkungan

Tabel 14 Asumsi Dampak Pada Aspek Lingkungan

No Jenis Tingkat Kerusakan

Keterangan Lokasi Berat Ringan

1 Pencemaran Air Berat Suplai air bersih

2 Pencemaran Udara Berat Butuh masker, pengendalian ISPA

3 Pencemaran Tanah Berat Normalisasi material sampah

4 Penyakit Berat Fogging, sterilisasi wabah, pengobatan massal

5 Kerusakan Hutan Dan Lahan (Mangrove, Cemara)

Berat Reboisasi

6 Pencemaran Lingkungan Berat Di pengungsian, pemukiman, fasilitas umum

1 Air Sumur Tercemar 1 30

A Pencemaran (Air Dan Tanah) Berat 180 Sumber : Rencana Kontijensi Tsunami Kab. Bantul 2014

3. Penguatan Mata Rantai Peringatan Dini Tsunami Kabupaten Bantul

3.1. Sistem Peringatan Dini Tsunami Kabupaten Bantul

Penguatan mata rantai peringatan dini perlu difokuskan untuk memastikan bahwa peringatan dini dari

BMKG dapat diterima oleh pihak berkepentingan semua tingkatan dan masyarakat secara luas.

Permasalahan utama dalam mata rantai peringatan dini ini terkait dengan peralatan, sistem komunikasi,

sumber daya manusia, prosedur tetap, serta beroperasinya Pusdalops BPBD secara 24/7.

Kabupaten Bantul saat ini telah memiliki Pusat Peringatan Dini Daerah (Pusdalops) bertempat di Kantor

Kesbanglinmas Kabupaten Bantul, beberapa alat untuk peringatan dini, diantaranya adalah alat Pendeteksi

Gempa dan juga CPU yang terkoneksi langsung dengan BMKG untuk mengetahui adanya gempa dan

potensi Tsunami di seluruh Indonesia.

Alat pedeteksi Gempa dan Tsunami semuanya berpusat di PUSDALOPS Kabupaten Bantul dan Paska

Tsunami Pangandaran, pada tahun 2006 Pemerintah Kabupaten Bantul, didukung oleh Pemerintah

Propinsi DI Yogyakarta, memasang 1 unit repeater sentral dan pengeras suara/sirine yang dapat

dikendalikan jarak jauh di 8 (delapan) titik di Pantai Parangtritis, Pandansimo, Samas Parang Kusumo,

Depok, Tirtohargo dan Pandasari. Sirine dapat dinyalakan oleh PUSDALOPS yang sebelumnya

berkoordinasi dengan BPBD dan SEKDA Kabupaten Bantul.

Page 22: Profil kesiapsiagaan kabupaten bantul

22

Gambar 7

Pusdalops Kabupaten Bantul

Tabel 15

Data kondisi Sistem Peringatan Dini dan Penanggulangan Bencana Tsunami

Kabupaten Bantul Tahun 2014

No

Jenis Fasilitas dan Peralatan

Instansi Pengelola

Status

Kondisi

Uji Coba

Ada Tidak Ada

Jumlah Baik Kurang Tidak

Berfungsi Sudah

Berapa X

Belum

1 Sistem Peringatan Dini BPBD

2 Sirine Utama 10 Menit BPBD

Page 23: Profil kesiapsiagaan kabupaten bantul

23

No

Jenis Fasilitas dan Peralatan

Instansi Pengelola

Status

Kondisi

Uji Coba

Ada Tidak Ada

Jumlah Baik Kurang Tidak

Berfungsi Sudah

Berapa X

Belum

3 Sirine Peringatan Dini dengan Teknologi Sederhana

BPBD 7

4 Sistem Pemantauan Pasang Surut

BPBD, BMKG

1

5 Sapras Informasi dan Peringatan Dini

BPBD

Radio Komunikasi

1

6 Shelter Evakuasi

Tempat Evakuasi

Sementara (TES) BPBD

9

Tempat Evakuasi Akhir

(TEA) BPBD

11

7 Greenbelt Mitigasi Tsunami

Dinas Kelautan dan Perikanan

8 Sapras Lapangan Terbang

Dinas Perhubungan

9 Penelitian Kebencanaan

10 Pengembangan Teknologi Instrumen

11 Prototype Dan Ujicoba Instrumen

12 Peraturan, Pedoman Dan Juknis

BPBD

13 Peta Jalur Evakuasi BPBD 3

14 Pembangunan Jalur dan Tangga Evakuasi

15 Rambu Evakuasi dan

BPBD 50 Unit

Page 24: Profil kesiapsiagaan kabupaten bantul

24

No

Jenis Fasilitas dan Peralatan

Instansi Pengelola

Status

Kondisi

Uji Coba

Ada Tidak Ada

Jumlah Baik Kurang Tidak

Berfungsi Sudah

Berapa X

Belum

Papan Peringatan

16 Sosialisasi dan Desiminasi TES

17

Rencana Penanggulangan Bencana Dan Kontijensi Berbasis Komunitas

2

18 Pengembangan Desa Tangguh

3

19 Relawan Penanggulangan Bencana

20 Logistik Dan Peralatan Penanggulangan Bencana

1. Mobil Logpal 1

2. Mobil Pick Up 2

3. Motor Trails

21 Pemenuhan Peralatan Penanggulangan Bencana

22 Pembangunan Dan Penguatan Pusdalops

Modular Office

Ruangan 6 X 4 M 1

23 Pedoman Pelaksanaan Penguatan Kapasitas Kesiapsiagaan

24 Tot Fasilitator/ Pelatihan

25 Sosialisasi

Page 25: Profil kesiapsiagaan kabupaten bantul

25

Tabel 16

Peralatan dan Logistik Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Bantul

No Nama Barang

Jumlah Yang

Dibutuhkan

Jumlah Ketersediaan

Kondisi

Baik Sedang Rusak

1 Tikar 232 Lembar

2 Selimut 250 Buah

3 Kompor Serbaguna/Biomassa 20 Buah

4 Peralatan Dapur 30 Paket

5 Kelambu 5 Lembar

6 Paket Dapur Keluarga 9 Paket

7 Gelas 29 Buah

8 Piring 343 Buah

9 Tempat Nasi 339 Buah

10 Panci Ekonomi/Soblok 328 Buah

11 Panci Soblok Besar 8 Buah

12 Teko/Ceret 230 Buah

13 Wajan 146 Buah

14 Sothil/Serok 233 Buah

15 Matras Alas Tidur 33 Lembar

16 Masker 1000 Lembar

17 Seng 95 Lembar

18 Asbes 40 Lembar

19 Tenda Gulung/Terpal/Terpaulin 78 Lembar

20 Cangkul 12 Buah

21 Sekop 20 Buah

22 Ganco/Garuk 2 Buah

23 Tempat Sampah 19 Buah

24 Angkong 13 Buah

25 Linggis 1 Buah

26 Bendo/Arit 30 Buah

27 Karung Plastik/Sak 540 Lembar

28 Tambang Plastik 100 Meter

29 Senggrong 5 Buah

30 Mobil Rescue+Ht 1 Unit

31 Motor Trail Rescue 2 Unit

32 Perahu Karet 10 Dan 12 Orang 2 Unit

33 Mesin Perahu 18 Pk 1 Unit

34 Ht 1 Unit

35 Rig 1 Unit

36 Vhf Transceiver 1 Unit

37 Antena Hygain V2r 1 Unit

38 Dc Power Suplay 1 Unit

39 40 M Coaxial Cable 1 Unit

40 Ssb 1 Unit

Page 26: Profil kesiapsiagaan kabupaten bantul

26

No Nama Barang

Jumlah Yang

Dibutuhkan

Jumlah Ketersediaan

Kondisi

Baik Sedang Rusak

41 Hf/Ssb Icom.M 700 1 Unit

42 Wipe Antena Turner 1 Unit

43 Automatic Antena Turner 1 Unit

44 Dc Power Suplay 30 Amp 1 Unit

45 40m Coaxial Cable Rg8+Conector 1 Unit

46 Cable Tunner 30 M 1 Unit

47 Lampu Senter Hid 1 Unit

48 Genset 5 Kva 2 Unit

49 Water Treatment Portable 1 Set

50 Papan Rambu Tsunami 50 Unit

51 Gergaji Mesin Stihll 2 Unit

52 Kompas 5 Buah

53 Topi Lapangan 5 Buah

54 Pisau Lipat Multitool 5 Buah

55 Safety Helmet/Helm Keselamatan 5 Buah

56 Tas Ransel Punggung 5 Buah

57 Sarung Tangan 5 Pasang

58 Sepatu Lapangan/ Sepatu Safety 1 Pasang

59 Sepatu Banjir 4 Pasang

60 Masker Karbon 5 Buah

61 Rompi Pelampung 5 Buah

62 Matras Alas Tidur 5 Lembar

63 Kantong Tidur 5 Buah

64 Botol Minum 5 Buah

65 Laptop 1 Unit

66 Printer Portable 1 Unit

67 External Portable 1 Unit

68 Camera Digital 1 Unit

69 Handycam 1 Unit

70 Telephone Satelit 1 Unit

71 Gps 1 Unit

72 Printer Multifungsi 1 Unit

73 Radio Komunikasi Ssb 1 Unit

74 Modem Internal Internet 1 Buah

75 Ups 1 Buah

76 Proyektor 1 Unit

77 Tenda Terpal / Terpaulin/Gulung 110 Unit

78 Tenda Posko 3x3m 8 Unit

79 Tenda Pleton 5 Unit

80 Tenda Regu 6 Unit

81 Tenda Keluarga 20 Unit

82 Velbed 6 Unit

83 Kantong Mayat 3 Buah

Page 27: Profil kesiapsiagaan kabupaten bantul

27

No Nama Barang

Jumlah Yang

Dibutuhkan

Jumlah Ketersediaan

Kondisi

Baik Sedang Rusak

84 Mantol / Jas Hujan 5 Buah

85 Jas Hujan Ponco 14 Buah

86 Sarung Tangan 25 Pasang

87 Senter 9 Buah

88 Pompa Air Honda 1 Unit

89 Selang Spiral 2 " 100 Meter

90 Trimport 1 Unit

91 Lampu Sorot 2 Unit

92 Megaphone Toa 1 Unit

Sumber : BPBD Bantul Tahun 2014

3.3. Pembiayaan (Sumber Alokasi PendanaanAPBN, APBD Provinsi dan APBD Kabupaten/Kota

dalam Kegiatan Penanggulangan Bencana Tsunami)

Tabel 17 Sumber Pendanaan dan Realisasi

Kegiatan Penangulangan Resiko Bencana Tsunami

No Tahun

Anggaran Jenis Kegiatan

Sumber Pendanaan Realisasi Serapan Dana Nilai

Proyek Alokasi( Jutaan )

Kab Prov APBN Loan/Grant APBD APBN

1

2013

2 2014

3.4. Sarana dan Prasarana Tempat Evakuasi Sementara (TES) dan Tempat Evakuasi Akhir (TEA)

Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul saat ini telah menyusun Peta dan Strategi Evakuasi Tsunami untuk

mengatur proses evakuasi warga masyarakat dari area-area berisiko tsunami menuju Tempat Evakuasi

Akhir (TEA) dan Tempat Evaluasi Sementara (TES) melalui jalur-jalur evakuasi tertentu dan dipandu

dengan rambu-rambu evakuasi. Cara-cara evakuasi juga telah dikembangkan untuk mangatur prosesi

evakuasi secara teratur dan aman. Berikut panduan pengingat :

1. Warga diharapkan mengambil inisiatif untuk melakukan evakuasi mandiri berdasarkan

pertimbangan terjadinya fenomena tanda-tanda peringatan alam sesuai kesepakatan bersama dan

peringatan dini resmi pemerintah.

Page 28: Profil kesiapsiagaan kabupaten bantul

28

2. Semua warga berisiko dihimbau untuk evakuasi menuju TEA, apabila tidak memungkinkan dapat

berlindung sementara di TES.

3. Mengarahkan proses evakuasi warga sesuai jalur-jalur evakuasi menuju 10 TES dan 8 TEA, lihat

Peta Evakuasi Tsunami.

4. Membantu penentuan tempat-tempat pengungsian mandiri di luar TES dan TEA yang telah

ditetapkan.

5. Mengarahkan agar strategi evakuasi yang telah disepakati warga dilaksanakan.

6. Semua pihak, termasuk perangkat desa, relawan, TRC, Polisi, TNI, melaksanakan perannya untuk

membantu proses evakuasi oleh warga masyarakat.

Gambar 8

Peta Jalur Evakuasi Kabupaten Bantul

Page 29: Profil kesiapsiagaan kabupaten bantul

29

Tabel 18 Asal dan Tempat Tujuan Evakuasi Tsunami Kabupaten Bantul

Lokasi Asal Tempat Evakuasi Sementara [TES] Tempat Evakuasi Akhir [TEA]

Desa Parangtritis

TES 09 [warga yang sedang di Parangkusumo]

TEA 02 Lapangan Bulak Mabul TEA 03 Balai Desa Parangtritis TEA 04 Lapangan Kecamatan Kretek

Desa Tirtohargo

TES 04 Pasar Petung dan TES 07 Balai Desa Tirtosari TES 06 [warga yang sedang di Baros dan Muneng]

TEA 06 Lapangan Tirtomulyo TEA 08 Lapangan Srigading

Desa Srigading

TES 12 SD Tegalsari [warga yang sedang di Ngepet/ Samas, Tegal, Tegalsari]

TEA 08 Lapangan Srigading

TES 12 SD Tegalsari dan TES 06 Pasar Sangkeh [Warga yang sedang di Soge Sanden]

TEA 08 Lapangan Srigading

Warga yang sedang di Cetan Karangsuwung TEA 08 Lapangan Srigading

Desa Gadingharjo

- TEA 08 Lapangan Srigading

Desa Gadingsari

TES 01 SD Koripan TES 02 SD Rojoniten

TEA 01 Lapangan Sorobayan

Desa Poncosari

TES 01 SD Koripan TES 02 SD Rojoniten

TEA 01 Lapangan Sorobayan

Tabel 19 Kesiapan Lahan Untuk Lokasi Jalur Evakuasi, Sapras TES dan TEA

No Jenis Sarana Prasarana Status

Kepemilikan Luas Lahan

Surat Peruntukan

Surat Hibah

Page 30: Profil kesiapsiagaan kabupaten bantul

30

Gambar 9 Lokasi TES dan TEA Kabupaten Bantul

ES Bulak Makbul TEA Lapangan Kretek TES Lapangan Srigading

TES Lapangan Srimulyo TEA Parangtritis TEA Pasar Celeb

TEA Maulana Maghribi TES Petung TES Samas

Page 31: Profil kesiapsiagaan kabupaten bantul

31

4. Kondisi Kelembagaan Penanggulangan Bencana

4.1. Struktur Organisasi Penanggulangan Bencana Kabupaten Bantul

Dalam rangka penanggulangan bencana di Kabupaten Bantul, Pemerintah Kabupaten Bantul telah

membentuk BPBD yang dituangkan dalam Peraturan Bupati Nomor 06 Tahun 2010 tentang Organisasi dan

Tata Kerja BPBD Pemerintah Kabupaten Bantul.

Susunan Organisasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah, terdiri atas :

a. Kepala;

b. Unsur Pengarah, terdiri atas :

1. Pejabat Pemerintah Daerah Terkait; dan

2. Anggota Masyarakat Profesional dan Ahli.

c. Unsur Pelaksana, terdiri atas :

1. Kepala Pelaksana

2. Sekretaris

3. Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan

4. Seksi Kedaruratan dan Logistik

5. Seksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi

6. Kelompok Jabatan Fungsional Tertentu

Tugas BPBD Kabupaten Bantul - Menetapkan pedoman dan pengarahan terhadap usaha Penanggulangan Bencana yang

mencakup pencegahan bencana, penanganan darurat, rehabilitasi, serta rekonstruksi secara

adil dan setara.

- Menetapkan standarisasi serta kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan bencana

berdasarkan peraturan perundang-undangan.

- Menyusun, menetapkan, dan menginformasikan peta rawan bencana.

- Menyusun, menetapkan, prosedur tetap penanggulangan bencana.

- Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada Bupati setiap bulan sekali

dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi darurat bencana.

- Mengendalikan pengumpulan dan penyaluran uang dan barang.

- Mempertanggung jawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah.

- Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Fungsi

- Perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi

dengan bertindak cepat dan tepat, efektif dan efisien.

- Pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara terencana,

terpadu dan menyeluruh.

Page 32: Profil kesiapsiagaan kabupaten bantul

32

Di dalam BNPB dan BPBD ada dua unsur, yaitu Unsur Pengarah dan Unsur Pelaksana. Unsur Pelaksana

PB menyelenggarakan fungsi koordinasi, komando dan pelaksana. Dalam masa tanggap darurat, Deputi

Bidang Penanganan Darurat menyelenggarakan fungsi komando pelaksanaan penanggulangan bencana.

Fungsi komando dilaksanakan melalui pengerahan sumber daya manusia (SDM), peralatan / logistik, TNI

dan Polri.

1. BPBD Kabupaten Bantul memiliki total personel sebanyak 142 orang dengan memiliki berbagai

keahlian, yaitu 28 personel PNS, 13 personel Pusdalops, 22 personel Pemadam Kebakaran dan

79 personel Tim SAR

2. Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul memiliki total 1.748 orang yang tersebar di Rumah Sakit,

Puskesmas dan Poliklinik di Kabupaten Bantul.

3. PMI Kabupaten Bantul 150 personil yang siap untuk membantu pelayanan kesehatan dan

Penanggulangan Bencana

4. Dinas Sosial Kabupaten Bantul memiliki TAGANA yang sebanyak 85 personel yang selalu siap

dan siaga untuk usaha dalam membantu Tugas Dinas Sosial dalam Penanggulangan Bencana

5. TNI Kabupaten Bantul KODIM 0729 berperan aktip dalam penanggulan bencana di Kabupaten

Bantul, selalu siap siaga untuk membantu dalam penangulangan bencana

6. POLRES Kabupaten Bantul melibatkan personel sebanyak orang dalam penanggulangan

bencana. Jumlah ini tersebar di Polres dan seluruh Polsek di Kab. Bantul

7. KESBANGPOLINMAS Kabupaten Bantul memiliki personel sekitar 5000 yang selalu siap dan

siaga dalam membantu penanggulangan bencana

Organisasi Masyarakat Dalam Penanggulangan Bencana

1. Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB)

Kabupaten Bantul mempunyai beberapa Forum/Relawan/LSM, diantaranya FPRB, yaitu

Peranan Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) dalam pra bencana antara lain

pembuatan jalur evakuasi, pembuatan rambu bencana alam, pembuatan saluran air,

sosialisasi tentang mitigasi bencana dan simulasi terjadinya bencana alam. Peranan dan

pelaksanaan program Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) sudah mendekati

maksimal dilihat dari upaya sosialisasi dan mitigasi masyarakat sadar akan bencana alam

serta berbagai manfaat yang diperoleh dengan adanya Forum Pengurangan Risiko bencana

(FPRB) adalah masyarakat. yang sadar dan waspada akan bencana alam, contoh nya ialah

FPRB di Desa Gadingharjo. Mereka selalu siap membantu masyarakat dalam hal

kesiapsiagaan terhadap bencana, hal ini dilakukan karena Desa Gadingharjo salah satu desa

rawan bencana dan sudah terbentuknya forum tersebut.

2. Gabungan Organisasi Wanita Peduli Bencana Melihat pentingnya pengetahuan tentang

bencana, Srikandi-Srikandi Bantul yang tergabung dalam Gabungan Organisasi Wanita

(GOW) Kabupaten Bantul berusaha meningkatkan ilmu tentang kebencanaan. Dalam

pertemuan rutin yang dilaksanakan di Rumah Kampung, Bakalan, sebanyak 40 anggota GOW

menjadikan moment tersebut untuk menggali dan berbagi ilmu tentang kebencanaan.

Page 33: Profil kesiapsiagaan kabupaten bantul

33

4.2. Peraturan Daerah Terkait Dalam Kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana Tsunami

Peraturan Daerah Kabupaten bantul No 01 Tahun 2013 tentang Kesiapsiagaan dan Peringatan Dini dalam

Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana dimana dalam penyelenggaraannya Tanggung jawab

Pemerintah Daerah pada pelaksanaan kesiapsiagaan dan peringatan dini dalam penyelenggaraan

penanggulangan bencana dilakukan dengan cara :

a. membentuk kelompok fungsional atau satuan tugas yang melaksanakan kesiapsiagaan dan

peringatan dini;dan

b. membangun sistem peringatan dini baik struktural maupun non struktural

Untuk penyelenggaraan kesiapsiagaan dan peringatan dini Kepala Pelaksana BPBD membentuk kelompok

fungsional atau satuan tugas yang disebut Pusdalops PB.

a. Pusdalops PB bertanggungjawab kepada Kepala Pelaksana BPBD.

b. Personalia pusdalops PB terdiri dari :

1. PNS; dan

2. Pegawai harian lepas

c. Dalam upaya mendukung pelaksanaan kesiapsiagaan dan peringatan dini BPBD memberdayakan

lembaga/organisasi yang sudah ada atau membentuk lembaga/organisasi di tingkat kecamatan

dan atau desa.

d. Mekanisme pembentukan dan peran serta lembaga/organisasi yang terlibat dalam pelaksanaan

kesiapsiagaan dan peringatan dini akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati

Pusdalops PB bertugas :

a. mencari dan/atau menerima informasi resmi mengenai kejadian Bencana dan potensi bencana

dari Kementerian, Lembaga, Dinas, Instansi Pemerintah dan Lembaga-Lembaga resmi serta

kontak person yang dipercaya;

b. melakukan prosedur analisa atas data dan informasi yang diperoleh untuk selanjutnya melakukan

pengambilan keputusan;

c. meneruskan hasil pengambilan keputusan perlunya evakuasi atau tidak maupun tindakan lain

yang perlu terhadap ancaman yang muncul kepada Bupati melalui Kepala Pelaksana BPBD;

d. memberikan informasi dan arahan kepada masyarakat sesuai hasil pengambilan keputusan

menggunakan peralatan-peralatan peringatan dini dan tata cara yang baku dengan bahasa yang

mudah dipahami oleh masyarakat;

e. meneruskan hasil pengambilan keputusan perlunya evakuasi atau tidak terhadap ancaman yang

muncul kepada institusi terkait lainnya untuk diteruskan kepada masyarakat; dan

f. mengatur dan mengawasi penerapan sistem peringatan dini.

g. Institusi terkait lainnya bertugas membantu menyebarluaskan informasi peringatan dini

berdasarkan informasi dan arahan dari Pusdalops PB dan informasi dari lembaga pemerintah

kepada masyarakat.

Page 34: Profil kesiapsiagaan kabupaten bantul

34

4.3. Mekanisme Tanggap Darurat Penanggulangan Bencana Tsunami

Pemerintah menetapkan status darurat bencana sesaat setelah kejadian bencana atau satu jam setelah

informasi tsunami dari BMKG, sesuai dengan SOP Penetapan Status Tanggap Darurat Bencana Tsunami.

Penetapan status bencana tersebut diikuti dengan penunjukan Komandan Tanggap Darurat untuk

melaksanakan komando tanggap darurat. Komandan Tanggap Darurat selanjutnya segera menyusun

Rencana Operasi.

Prosedur pelaksanaan Rencana Operasi Tanggap Darurat dilakukan melalui tahapan :

Tahap 1 – Kejadian Bencana Tsunami

Keputusan untuk mengevakuasi warga masyarakat dilakukan oleh BPBD

Kabupaten Bantul berdasarkan peringatan dini tsunami yang diterima dari BMKG

Pusat di Jakarta dan SOP pengambilan keputusan evakuasi

Tsunami dikonfirmasi telah terjadi di wilayah pesisir kabupaten Bantul

Tim Reaksi Cepat (TRC) melakukan kajian cepat dampak tsunami

Tahap 2 – Penetapan Status Darurat

Bupati/Kepala Badan menerima laporan kejadian tsunami dan hasil penilaian cepat

dampak bencana di wilayah terlanda tsunami

Berdasarkan pertimbangan Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bantul dan hasil

penilaian cepat TRC, Bupati/Kepala Badan menetapkan Status Tanggap Darurat

Bencana dengan mengeluarkan Surat Keputusan Status Tanggap Darurat Bencana

Tsunami

Berdasarkan laporan skala dampak bencana, Bupati/Kepala Badan menunjuk

Komandan Tanggap Darurat dengan mengeluarkan Surat Keputusan Penugasan

dan Penunjukan

Tahap 3 – Penyusunan Rencana Operasi Tanggap Darurat

Komandan Tanggap Darurat yang ditunjuk mengundang para Koordinator Klaster

untuk rapat koordinasi menyusun Rencana Operasi Tanggap Darurat berdasarkan

kebutuhan darurat dari laporan skala dampak bencana dan sumberdaya yang

tertera dalam Rencana Kontinjensi

Komandan Tanggap Darurat bersama Koordinator Klaster mengembangkan

Struktur Organisasi Tanggap Darurat (SKTD) sebagai pelaksana Rencana Operasi

Tanggap Darurat yang disusun

Koordinator Klaster membuat Surat Pengaktivan Klaster untuk memobilisasi

sumberdaya lembaga anggota klaster masing-masing

Tahap 4 – Pelaksanaan Rencana Operasi Tanggap Darurat

Komandan Tanggap Darurat membuat Surat Perintah Opersai kepada seluruh

Klaster

Lembaga anggota klaster melaksanakan tugas di bawah koordinasi masing-masing

Koordinator Klaster

Pelaksanaan rapat koordinasi SKTD untuk memastikan operasi tanggap darurat

Page 35: Profil kesiapsiagaan kabupaten bantul

35

berjalan tepat sasaran, tepat waktu dan terkoordinasi

SKTD membuat laporan tertulis rutin kepada Bupati/Kepala Badan

Tahap 5 – Pengakhiran Rencana Operasi Tanggap Darurat

Berdasarkan berakhirnya masa operasi tanggap darurat sesuai dengan Surat

Keputusan Status Tanggap Darurat Bencana Tsunami dan penilaian di lapangan,

operasi tanggap darurat dapat diakhiri (atau diperpanjang sesuai kesepakatan dan

kebutuhan)

Keputusan tersebut dinyatakan dalam Surat Keputusan Bupati/Kepala Badan

SKTD dan Komandan Tanggap Darurat bersama jajarannya dibubarkan dengan

Surat Keputusan oleh Bupati/Kepala Badan

Gambar 10

Skema Pengambilan Keputusan Evakuasi

4.4. Sistem Informasi Kebencanaan Kabupaten Bantul

Pemerintah Kabupaten Bantul saat ini telah mengembangkan sistem peringatan dini tsunami yang

menghubungkan antara Pusdalops BPBD Kabupaten Bantul dengan Pusat Peringatan Dini Tsunami

Nasional di BMKG di Jakarta dan dengan masyarakat di seluruh wilayah pesisir berisiko tsunami di

Kabupaten Bantul. Berikut adalah butir-butir pengingat.

Page 36: Profil kesiapsiagaan kabupaten bantul

36

1) Sistem peringatan dini tsunami kabupaten Bantul merujuk pada kebijakan Pengambilan Keputusan

Perintah Evakuasi oleh Pusdalos Bantul.

2) Peringatan dini tsunami bersumber pada alam berupa getaran gempa bumi, air laut surut, dll.

3) Peringatan dini tsunami resmi pemerintah daerah bersumber dari Pusdalops BPBD Kabupaten

Bantul yang disebarluaskan kepada masyarakat melalui pengeras suara/sirine (EWS), dan dari

pemerintah pusat melalui siaran Televisi, radio siaran, dll.

4) Peringatan dini tsunami bersumber dari atau berbasis masyarakat disebarluaskan melalui

kenthongan, Handy Talky yang terhubung ke Jaring Komunikasi SAR Selatan-Selatan, RAPI dan

ORARI.

Skema Peringatan Dini Tsunami berikut menggambarkan Alur Peringatan Dini Tsunami di Kabupaten Bantul.

Gambar 11 Skema Aliran Informasi Peringatan Dini

Selain itu untuk Sarana Informasi dan Komunikasi, Kabupaten Bantul mempunyai Sistem Radio yang

digunakan untuk komunikasi dengan semua pihak yang terkait untuk bersiap siaga apabila terjadi atau

akan terjadi bencana. Dimana Pusdalops Kabupaten melakukan migrasi Warning Receiver System WRS

dari DVB-Based Connection (One-way) ke IP-Based Connection (Two-ways) sebagai moda komunikasi

untuk memperoleh informasi tentang gempa bumi, tsunami, cuaca dan sebagainya dari BMKG.

Page 37: Profil kesiapsiagaan kabupaten bantul

37

Berdasarkan pengalaman selama ini, dengan menggunakan fasilitas teknologi Warning Receiver System

WRS dari DVB-Based Connection (One-way) tidak mampu memberikan konfirmasi balik ke BMKG secara

otomatis jika informasi yang diberikan oleh BMKG tersebut telah diterima, sehingga memerlukan konfirmasi

melalui sms yang diterima oleh petugas BMKG. Akan tetapi, dengan menggunakan moda baru kali ini

konfirmasi tentang telah diterima atau tidak informasi dari BMKG dilakukan secara otomatis.

Gambar 12

Rantai Komunikasi Peringatan Dini Tsunami Kabupaten Bantul

4.5. Pelatihan dan Sosialisasi

1. Pelatihan Penggunaan Perangkat Lunak dan Komunikasi Bergerak untuk Operator

Pusdalops PB.

Pelatihan ini diadakan di Hotel Saphir Yogyakarta dari tanggal 2 - 6 November 2010,

dan diikuti oleh operator dari semua PUSDALOPS Propinsi maupun Kabupaten/Kota. Materi yang

disuguhkan dalam pelatihan kali adalah, bagaimana operator PUSDALOPS

dapat menjalankan Komunikasi Bergerak (KOMODO) dan apklikasi On-line Daun

(DISASTER ACTION UPDATE NETWORK) dan Sistem Informasi Manajemen Bencana

(DMIS:Disaster Management Information System),dalam Pelatihan yang diadakan oleh Croix-

Rouge Francaise (Palang Merah Perancis) ini diharapkan operator PUSDALOPS dapat melakukan

manajemen informasi secara ONLINE, dan nantinya informasi yang telah disimpan secara

Page 38: Profil kesiapsiagaan kabupaten bantul

38

ONLINE dapat mendukung dengan adanya Proses Penanggulangan Bencana di seluruh wilayah

Yogyakarta, yang meliputi 4 Kabupaten dan 1 kota madya. Sementara itu, dari Pusdalops Bantul

mengirimkan peserta yaitu Nur Eta Efendi dan Hari Andana. Maksud dan tujuan dari pelatiha ini

adalah memberikan pelatihan DAUN dan DMIS, sehingga dapat membantu para operator

PUSDALOPS PB.

2. Pelatihan Disaster Management Pusdalops Provinsi DIY

Pelatihan yang di adakan di Disaster Oasis, Kaliurang Km 21.5 ini diadakan selama 4 hari, mulai

dari tanggal 19 – 22 Juni 2010. Penyelenggara dari acara ini adalah CRF( Palang Merah

Perancis), PSMB UPN Veteran dan PMI dengan fasilitator Kesbangpollinmas Provinsi DIY.

Peserta yang mengikuti acara pelatihan ini adalah dari Kesbangpollinmas Prov. DIY,

Kesbangpollinmas Sleman, Kesbangpollinmas Kulon Progo, Kesbangpollinmas Bantul dan

Kesbang pollimas Gunung Kidul serta SAR LINMAS PROV DIY, PMI PROV DIY, RAPI, PMI

Kabupaten Bantul . Untuk Kantor Kesbangpollinmas Bantul sendiri mengirimkan 3 peserta.

Peserta diharapkan dapat memperoleh dan memahami atas tujuan dari acara pelatihan ini. Mulai

dari peserta mengetahui dan memahami tentang kebijakan PB, Peserta mengetahui dan

memahami tentang Pembaharuan mendasar UU 24/2007 dan Peserta mampu menjelaskan sistem

nasional PB dan lain seterusnya. Pemateri acara tersebut antara lain dari BNPB, PMI, CRF, PUS

ESDM dan PSMB UPN veteran serta dari Kesbangpollinmas DIY.

3. Pelatihan Penanganan Bencana

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul,, mengadakan pelatihan penanganan

bencana yang diikuti oleh puluhan peserta yang terdiri dari Pemadam Kebakaran (PBK), Tim

Reaksi Cepat (TRC), dan Search and Rescue (SAR). Kegiatan pelatihan pengoprasian perahu

dilakukan tidak lain bertujuan untuk meningkatkan kapasitas bagi petugas BPBD Kabupaten Bantul

dalam penggunaan/ pengoprasian perahu karet sebagai salah satu peralatan Penanggulangan

Bencan (PB), dengan demikian diharapkan dengan kegiatan tersebut dapat meningkatkan

kemampuan SDM dan berperan aktif secara teknis dalam pengguna sarana evakuasi korban

bencana di perairan.

4. Simulasi penanganan becana gempa bumi dan tsunami warga Kretek, Bantul

simulasi penanganan becana gempa bumi dan tsunami warga Kretek, Bantul, yang diadakan pada

11-12 Desember 2010 simulasi yang dilangsungkan merupakan agenda Hospital and Community

Preparedness for Disaster Management (HCPDM) bersama warga Bantul terutama masyarakat

Kretek, tujuan utama dari diadakannya simulasi ini adalah untuk meningkatkan kapasitas tim DMC

PKU Bantul dalam menangani bencana di lapangan, serta menciptakan kesiapsiagaan masyarakat

dan memberikan pembelajaran langsung tentang prosedur evakuasi dan transportasi serta

manajemen pendirian posko. Dalam simulasi tersebut RS PKU Bantul berkerjasama dengan, Polisi

Kretek, Koramil Kretek, PMI Bantul, Puskesmas Kretek, BP PKU Muhammadiyah Parangtritis,

Page 39: Profil kesiapsiagaan kabupaten bantul

39

Relawan Siaga Bencana Muhammadiyah Kretek, Dinas Sosial, SAR Parangtrtitis, dan Relawan

Muhammadiyah Srandakan.

5. Tsunami Drill

Kantor Kesbangpollinmas bekerja sama dengan GTZ menyelenggarakan Tsunami drill.

Acara tersebut yang diadakan pada tanggal 25 November 2010 di Pantai Samas, dengan

melibatkan 3 Dusun, yaitu Dusun Ngepet, Karang anyar dan Tegal rejo.

Ibu Bupati Bantul langsung terjun langsung di lapangan memimpin jalannya drill Tsunami tersebut.

Salah satu tujuan diadakan Tsunami Drill ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kesiapsiagaan

masyarakat, aparat pemerintah daerah, serta personnel stakeholder terkait dalam menghadapi

bencana gempabumi dan tsunami.