Profil Kepulauan Riau 2007

218

description

Seputar propinsi riau tahun 2007

Transcript of Profil Kepulauan Riau 2007

Page 1: Profil Kepulauan Riau 2007
Page 2: Profil Kepulauan Riau 2007

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nyalah

sehingga Profil Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 ini dapat diselesaikan.

Profil Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau adalah jendela untuk melihat gambaran

situasi kesehatan di Kepulauan Riau. Profil Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau tahun

2007 ini merupakan lanjutan dari Profil kesehatan sebelumnya yang diterbitkan setiap

tahun sejak tahun 2004.

Informasi yang lengkap akan mempermudah pengambilan keputusan yang tepat

guna dan tepat sasaran dalam menentukan arah dan kebijakan pembangunan

kesehatan sehingga sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kebutuhan akan

ketersediaan data yang lengkap dan akurat semakin dirasakan pada saat ini. Menyadari

hal ini, Departemen Kesehatan RI dengan jelas menyatakannya dengan menjadikan

satu dari empat sasaran utama pembangunan kesehatan adalah surveilans, monitoring

dan sistem informasi kesehatan. Berbagai upaya terus dilakukan untuk mewujudkan hal

tersebut antara lain dengan pembenahan pada sistem informasi yang saat ini terus

dikembangkan dengan pemanfaatan perkembangan di bidang teknologi dan informasi.

Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) on-line dengan

pembangunan jaringan sampai tingkat kabupaten/kota telah mulai dilaksanakan oleh

Depkes RI sejak tahun 2007. Salah satu bentuk keluaran dari pengelolaan sistem

informasi kesehatan adalah tersusunnya buku profil kesehatan yang memuat data-data

dan informasi kesehatan secara komfrehensif.

Profil Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau memuat data tentang kesehatan dan

data pendukung lain yang berhubungan dengan kesehatan antara lain data

kependudukan, keluarga berencana, dan kondisi geografis yang diketahui berkaitan

erat dengan kesehatan. Data yang disajikan kemudian dianalisis dengan analisis

sederhana dan dijabarkan secara deskriptif dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan

grafik. Profil kesehatan Provinsi Kepulauan Riau ini diterbitkan dalam rangka

menyediakan sarana untuk perencanaan, pemantauan dan mengevaluasi pencapaian

pembangunan kesehatan di Provinsi Kepulauan Riau yang mengacu kepada Visi

Provinsi Kepulauan Riau Sehat 2010 serta Rencana Strategi Dinas Kesehatan Provinsi

Kepulauan Riau. Tingkat pencapaian pembangunan kesehatan yang telah dilakukan

akan menjadi dasar tolak ukur untuk menyusun rencana pembangunan berikutnya.

i

Page 3: Profil Kepulauan Riau 2007

Profil Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau tahun 2007 disusun dengan format

baru berdasarkan revisi form lampiran Pedoman Penyusunan Profil Kesehatan dari

Depkes RI Tahun 2008. Data yang digunakan dalam proses penyusunan profil

kesehatan bersumber dari berbagai sektor baik sektor kesehatan maupun sektor di luar

kesehatan. Agar data yang diperoleh valid dan akurat, maka terhadap data yang telah

dikumpulkan dilakukan pemutakhiran data dengan mengundang perwakilan para

penanggung jawab/pengelola profil kesehatan kabupaten/kota dan pengelola data pada

masing-masing pemegang program Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau.

Selanjutnya diharapkan saran dan kritik yang membangun serta partisipasi dari

semua pihak khususnya dalam upaya mendapatkan data/informasi yang akurat, tepat

waktu dan sesuai dengan kebutuhan. Kepada semua pihak yang telah membantu dan

berkontribusi dalam penyusunan buku profil kesehatan ini diucapkan terima kasih yang

sebanyak-banyaknya. Akhirnya, besar harapan kami semoga data dan informasi yang

tercantum dalam buku ini dapat bermanfaat baik untuk instansi pemerintah maupun

swasta, serta pengguna data lainnya dalam pengambilan keputusan yang berbasis data

atau untuk referensi data dan informasi di bidang kesehatan.

Tanjungpinang, November 2008

KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU MUNZIR PURBA NIP. 140 135 403

ii

Page 4: Profil Kepulauan Riau 2007

PREFACE

Praise and thanks to Allah SWT for the mercy and blessing so that Health Profile

of Riau Islands Province of Year 2007 can be finished. Health Profile of Riau Islands

Province is a window to see picturing situation of health in Riau Islands. This Health

Profile of Riau Islands in year 2007 is an advance of health profile before which is

published every year since in year 2004.

Complete information will easier in making decision effectively and efficiently in

directing purposes and wisdom of health development so that precisely to society

needs. The need of supplying completes and accurate data are importance on this

recent day. Realizes on this case, Health Department Republic of Indonesia clearly

mentions that by integrating one of four main targets of health development are

surveillances, monitoring and health information system. Many efforts are done

continuously to create this case such as by improving information system which

developing in this recent days continuously by using development in information and

technology fields. National Health Information System Development on – line to net

working development in regencies/cities level have already implemented by Health

Department Republic of Indonesia since 2007. One of the out form of health information

system management is managed the health profile book which contents of health data

and information comprehensively.

Health Profile of Riau Islands Province contents data about health and other

supporting data which relates to health such as demography data, family planning, and

known geographic condition which relates to health. Preparing data will analyzed by

using simple analyze and described descriptively and appeared in list and graphic form.

The health profile of Riau Islands Province published in preparing facilities to planning,

controlling, and evaluating achievement of health development in Riau Islands Province

which refers to Vision of Healthy Riau Islands Province 2010 and also Health

Department Strategy Plan of Riau Islands Province. Level of achievement of health

development which has been done will be a basic of measuring rod to manage next

development plan.

Health Profile of Riau Islands Province year 2007 managed by new format base

upon revision form of enclosures Guidance of Health Profile management from Health

Department Republic of Indonesia year 2008. Data used in managing process of health

iii

Page 5: Profil Kepulauan Riau 2007

profile sourced from many sectors, health sectors and beyond health sectors. In order to

get accurate and valid data, so the collected data is done the most up to date data by

inviting manager heath profile of regencies/ cities and data manager on each programs

of health department Riau Islands province.

For the next, developing criticism and suggestions are needed and also

participations of all elements especially in efforts of getting accurate, effective and

efficient data/Information. Thank you to all elements who help and for their contributions

in managing this health profile. Last, we hope that the data and information in this book

can be useful for government instances and private sectors, and also all other data

users in making decision by data or to data and information references in health fields.

Tanjungpinang, November 2008

HEALTH DEPARTMENT CHIEF OF RIAU ISLANDS PROVINCE MUNZIR PURBA NIP. 140 135 403

iv

Page 6: Profil Kepulauan Riau 2007

……

……

……

……

……

LIST OF CONTENTS

Page

PREFACE iLIST OF CONTENTS vLIST OF TABLES viiLIST OF FIGURES ixLIST OF ANNEX TABLES xi

CHAPTER 1 : INTRODUCTION 11.1 Background ………………………………....……………… 11.2 Objective …………………………………………………… 61.3 Writing Systematic ………………………………………… 7

CHAPTER 2 : GENERAL DESCRIPTION 112.1 Geographic ………………………………………………… 112.2 Demography ……………………………………………… 14

CHAPTER 3 : HEALTH DEVELOPMENT PROGRAM 233.1 Vision ……………………………………………………… 233.2 Mission……………………………………………………… 243.3 Programs and Activities…… …………………………… 27

CHAPTER 4 : HEALTH PROGRAM ACHIEVEMENT 384.1 Mortality Rate……………………………………………… 384.2 Morbidity Rate……………………………………………… 574.3 The Status of Nutrition…………………………………… 96

CHAPTER 5 : HEALTH RESOURCES SITUATION 1085.1 Health Facility……………………………………………… 1085.2 Health Manpower………………………………………… 1205.3 Health Budgeting…………………………………………… 130

CHAPTER 6 : CONCLUSION 136

APPENDIX

vi

Page 7: Profil Kepulauan Riau 2007

DAFTAR TABEL LIST OF TABLES

Tabel Table

2.1 :

Indeks Pembangunan Manusia Menurut Kabupaten/ Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005-2007 Human Development index According to Districts/Cities Of Riau Islands Province In Year 2005-2007

Tabel Table

4.1 :

Angka Harapan Hidup Masyarakat Kepulauan Riau Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005-2007 Life Expectation Of Society In Riau Islands According To Districts/Cities Of Riau Islands Year 2005-2007

Tabel Table

4.2 :

Gambaran/Pola 10 Penyakit Terbanyak Berdasarkan Kunjungan Puskesmas Provinsi Kepulauan Riau Pada Tahun 2007 Picturing/10 Most Diseases Pattern Base Upon Visiting Of Society Health Center In Riau Islands Province In Year 2007

Tabel Table

4.3 :

Gambaran/pola 10 Penyakit Terbanyak Berdasarkan Kunjungan Rumah Sakit Baik Rawat Jalan Maupun Rawat Inap di Rumah Sakit Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Picturing 10 Most Diseases Pattern Base Upon Visiting Hospitals (Hospitalized And Home Medical Care) In Riau Islands Province Hospitals Year 2007

Tabel Table

4.4 :

Proporsi dan Peringkat ISPA/Sistem Pernafasan sebagai Penyebab Kematian Bayi dan Balita Berdasarkan Hasil SKRT 1986, 1992, dan 1995, serta Surkesnas 2001 Proportion and Level Number Of Respiratory Infections/Respiratory System As A Caused Of Infant Mortality and Under five Years Mortality Base Upon Result of SKRT 1986,1992, and 1995, and also National Health Survey 2001

Tabel Table

4.5 :

Proporsi dan Peringkat Penyakit Diare sebagai Penyebab Kematian Bayi dan Balita, Tahun 1986, 1992, 1995, dan 2001 Proportion And level Of Diarrea As A Caused Of Infant Mortality And Under Five Years Mortality Rate Year 1986, 1992,1995, and 2001

vii

Page 8: Profil Kepulauan Riau 2007

Tabel Table

4.6

:

KLB Diare Menurut Jumlah Provinsi Dengan KLB, Jumlah Kasus, Meninggal, dan CFR Tahun 1999 – 2003 Diarrhea of Un Usual Insidence refers to number of Provinces with Un Usual Insidence, Number of cases,died and CFR Year 1999 – 2003

Tabel Table

4.7 :

Sepuluh Penyakit Utama Penyebab Kematian Berdasarkan Kunjungan Rumah Sakit Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 10 Main Caused Disease Base Upon Hospital Visiting In Riau Islands Province Year 2007

Tabel Table

5.1 :

Jumlah Puskesmas Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2004-2007 Number of Health Centers According to Districts/Cities In Riau Islands Province Year 2004 - 2007

Tabel Table

5.2 :

Distribusi Puskesmas, Puskesmas Pembantu (Pustu), dan Puskesmas Keliling (Pusling) di kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Distribution of Health Center, Sub Health Center, and Mobile Health Center in Districts/Cities Riau Islands Province Year 2007

Tabel Table

5.3 :

Distribusi Sarana Farmasi di Kepulauan Riau Tahun 2007 Distribution of Pharmacy Facilities in Kepulauan Riau Year of 2007

viii

Page 9: Profil Kepulauan Riau 2007

DAFTAR GAMBAR LIST OF FIGURES

Gambar Picture

2.1 :

Peta Provinsi Kepulauan Riau Kepulauan Riau Province Map

Gambar Picture

4.1 :

Gambaran Angka Kematian Bayi Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2004 – 2007 Picturing Number Of Infant Mortality Rate (IMR) to Districts/Cities In Riau Islands Province Year 2004 - 2007

Gambar Picture 4.2 :

Persentase Penyebab Kematian Bayi Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Percentage Caused Of Infant Mortality Rate (IMR) In Riau Islands Province Year 2007

Gambar Picture 4.3 :

Tingkat Kematian Balita di Indonesia, 1991 – 2007 Level Of Under Five Years Mortality Rate In Indonesia, 1991 – 2007

Gambar Picture 4.4 :

Penyebab Kematian Ibu Maternal di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Caused Of Maternal Mortality Rate (MMR) In Riau Islands Province Year 2007

Gambar Picture 4.5 :

Perkembangan Jumlah Pengidap HIV yang Terdeteksi di Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau sampai Tahun 2007 Developing Number Of HIV Detected In Districts/Cities Of Riau Islands Provinces Until Year 2007

Gambar Picture 4.6 :

Perkembangan Jumlah Penderita AIDS di Kabupaten/ Kota Provinsi Kepulauan Riau Sampai Tahun 2007 Developing Number Of AIDS People In Districts/Cities Of Riau Islands Province Until Year 2007

Gambar Picture 4.7 :

Jumlah Penderita HIV/AIDS yang Meninggal di Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Sampai Tahun 2007 Number Of HIV/AIDS People Who Died In Districts/ Cities of Riau Islands Provinces Until Year 2007

ix

Page 10: Profil Kepulauan Riau 2007

Gambar Picture

4.8 :

Perkembangan Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2004 – 2007 Developing Cases Of Dengue Haemorrogic Fever (DHF) Of Districts/Cities In Riau Islands Province Year 2004 – 2007

Gambar Picture

5.1 :

Distribusi Tenaga Kesehatan di Kepulauan Riau Tahun 2007 Percentage Kinds of Health Manpower In Riau Islands Province 2007

x

Page 11: Profil Kepulauan Riau 2007

DAFTAR TABEL LAMPIRAN LIST OF ANNEX TABLES

Tabel Table 1 :

Luas Wilayah, Jumlah Desa/Kelurahan, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga, dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Region Area, Total Village, Population, Total Household, and Density of Population by District/City in Kepulauan Riau Province Year 2007

Tabel Table 2 :

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Kelompok Umur, Rasio Beban Tanggungan, Rasio Jenis Kelamin, dan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Population by Sex, Age Groups, Dependency Ratio, Sex Ratio, and District/City Kepulauan Riau Province Year 2007

Tabel Table 3 :

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Population Based on Sex and Age Groups by District/City in Kepulauan Riau Year 2007

Tabel Table 4 :

Persentase Penduduk laki-laki dan Perempuan Berusia 10 Tahun ke Atas Dirinci Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Percentage of Male and Female Population 10 Years and Over Specified According to the Highest Level of Education Accomplished and District/City Kepulauan Riau Province Year 2007

Tabel Table 5 :

Persentase Penduduk berumur 10 Tahun ke Atas yang Melek Huruf Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Percentage of Population 10 Years and Over Able to Read and Write in Kepulauan Riau Province Year 2007

Tabel Table 6 :

Jumlah Kelahiran dan Kematian Bayi dan Balita Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Number of Births and Deaths' Infant and Underfive by District/City Kepulauan Riau Province Year 2007

Tabel Table 7 :

Jumlah Kematian Ibu Maternal Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Number of Maternal Mortality by District/City Kepulauan Riau Province

Tabel Table 8 :

Jumlah Kejadian Kecelakaan Lalu Lintas dan Rasio Korban Luka dan Meninggal Terhadap Jumlah Penduduk Dirinci Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Total of Traffic Accident and Ratio of the Wound and Died againt Population Specipied by District/City Kepulauan Riau Province Year 2007

xi

Page 12: Profil Kepulauan Riau 2007

Tabel Table 9 :

AFP Rate, % TB Paru Sembuh, dan Pneumonia Balita Ditangan Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 AFP Rate, % of TB Lungs Cured, and Underfive Pneumonia Treated by District/City in Kepulauan Riau Province Year 2007

Tabel Table 10 :

HIV/AIDS, Infeksi Menular Seksual, DBD Ditangani dan Diare pada Balita Ditangani Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau HIV/AIDS, Sexual Transmitted Disease, DHF, and Underfive with Diarrhea Treated by District/City in Kepulauan Riau Province Year 2007

Tabel Table 11 :

Persentase Penderita Malaria Diobati Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Percentage of the Cured Malaria Sufferer by District/City in Kepulauan Riau Province Year 2007

Tabel Table 12 :

Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Percentage of Leprae Sufferer Complete Medication by District/City Kepulauan Riau Province Year 2007

Tabel Table 13 :

Kasus Penyakit Filariasis Ditangani menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Case of Filariasis Disease Treated by district/City in Kepulauan Riau Province Year 2007

Tabel Table 14 :

Jumlah Kasus dan Angka Kesakitan Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Number of Case and Morbidity of Communicable Disease That Can be Prevented with Immunization by District/City in Kepulauan Riau Year 2007

Tabel Table 15 :

Cakupan Kunjungan Neonatus, Bayi dan Bayi BBLR yang Ditangani Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Coverage of Neonatus Visits, Babies and LBW Babies Treated by District/City in Kepulauan Riau Year 2007

Tabel Table 16 :

Status Gizi Balita dan Jumlah Kecamatan Rawan Gizi Menurut Kabuapten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Under Five Years Nutritional Status and Number of Sub District with Nutritional Lack by District/City in Kepulauan Riau Province Year 2007

Tabel Table

17

:

Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K4), Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan dan Ibu Nifas Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Coverage of Pregnant Women Visite (K4) and Delivery Helped by Medical Staff and New-delivery Women by District/City in Kepulauan Riau Province year 2007

xii

Page 13: Profil Kepulauan Riau 2007

Tabel Table 18 :

Cakupan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Balita, Pemeriksaan Kesehatan Siswa SD/SMP/SMU Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Early Detection Coverage of Underfive Growth, Health Check-up for Primary/Junior and High School By District/City In Kepulauan Riau Province Year 2007

Tabel Table 19 :

Jumlah PUS, Peserta KB, Peserta KB Baru, dan KB Aktif Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Number of Reproductive Aged Couple, Family Planning (FP) Acceptor , New FP Acceptor and Active FP Acceptor by District/City Kepulauan Riau Province Year 2007

Tabel Table 20 :

Jumlah Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Number of Family Planning Acceptor by Contraception Type by District/City in Kepulauan Riau Province Year 2007

Tabel Table 21 :

Pelayanan KB Baru Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 New Family Planning Service by District/City in Kepulauan Riau Province Year 2007

Tabel Table 22 :

Persentase Cakupan Desa/Kelurahan UCI Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Percentage of UCI Village Coverage by District/City in Kepulauan Riau Province Year 2007

Tabel Table 23 :

Persentase Cakupan Imunisasi Bayi Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Percentage of Infant Immunization Coverage by District/City in Kepulauan Riau Province Year 2007

Tabel Table 24 :

Cakupan Bayi, Balita yang Mendapat Pelayanan Kesehatan Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Coverage of Infant, Underfive Accessable Medical Service by District/City in Kepulauan Riau year 2007

Tabel Table 25 :

Jumlah Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet Fe1, Fe3, Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Number of Pregnant Woman Get Fe1, Fe3 by District/City in Kepulauan Riau Year 2007

Tabel Table 26 :

Jumlah Wanita Usia SUbur Dengan Status Imunisasi TT Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Number of Reproductive Women with TT Immunization by District/City in Kepulauan Riau Province Year 2007

Tabel Table 27 :

Persentase Akses Ketersediaan Darah untuk Bumil dan Neonatus yang Dirujuk Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Percentage of Blood Supply Access for Pregnant woman and Neonatus Referred by District/City in Kepulauan Riau Province year 2007

xiii

Page 14: Profil Kepulauan Riau 2007

Tabel Table 28 :

Jumlah dan Persentase Ibu Hamil dan Neonatal Risiko Tinggi/Komplikasi Ditangani Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Number and Percentage of High Risk/Complication Pregnant Woman and Neonatal Treated by District/City in Kepulauan Riau Province year 2007

Tabel Table 29 :

Persentase Sarana Kesehatan Dengan Kemampuan Gawat Darurat Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Percentage of Health Facility with Intensive Care Unit Ability by District/City in Kepulauan Riau Province Year 2007

Tabel Table 30 :

Jumlah dan Persentase Desa/kelurahan Terkena KLB yang Ditangani < 24 Jam Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Number and Percentage of Outbreak Village Treated Less than 24 Hours by District/City in Kepulauan Riau Province year 2007

Tabel Table 31 :

Jumlah Penderita dan kematian serta Jumlah Kabupaten/Kota dan dan Desa Terserang KLB Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Number of Sufferers and Deaths, District/City and Village Got Outbreak in Kepulauan Riau, 2007

Tabel Table 32 :

Jumlah Bayi yang Diberi ASI Eksklusif 6 Bulan Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Number of Infant Given Exclusive Breast Feeding for 6 Months by District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

Tabel Table 33 :

Persentase Desa/Kelurahan Dengan Garam Beryodium yang Baik Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Percentage of Village with Good Iodized Salt by District/City in Kepulauan Riau year 2007

Tabel Table 34 :

Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Dental and Mouth Service in Health Centre by District/City in Kepulauan Riau year 2007

Tabel Table 35 :

Jumlah Kegiatan Penyuluhan Kesehatan Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Number of Health Elucidation by District/City in Kepulauan Riau Province year 2007

Tabel Table 36 :

Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Pre-paid Health Assurance Coverage by District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

Tabel Table 37 :

Cakupan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Coverage of The Poor Health Service by District/City In Kepulauan Riau year 2007

xiv

Page 15: Profil Kepulauan Riau 2007

Tabel Table 38 :

Persentase Pelayanan Kesehatan Kerja pada Pekerja Formal Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Percentage of Labor Health Service for Formal Employee by District/City in Kepulauan Riau Province year 2007

Tabel Table 39 :

Cakupan Pelayanan Kesehatan Pra Usila dan Usila Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Health Service Coverage to Pre Elderly and Elderly by District/City In Kepulauan Riau Province year 2007

Tabel Table 40 :

Cakupan Wanita Usia Subur (WUS) Mendapat Kapsul Yodium menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Coverage of Reproductive Aged Women (WUS) Receive Iodine by District/City in Kepulauan Riau Province year 2007

Tabel Table 41 :

Persentase Donor Darah Skrining Terhadap HIV/AIDS Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Percentage of Blood Donor Screening to HIV/AIDS by District/City in Kepulauan Riau Province year 2007

Tabel Table 42 :

Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap, Pelayanan Gangguan Jiwa di Sarana Pelayanan Kesehatan Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Number of Outpatient Visit, Inpatient, Mental Disorder Service at Health Facility by District/City in Kepulauan Riau Province year 2007

Tabel Table 43 :

Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Menurut Kemampuan Labkes dan Memiliki 4 Spesialis Dasar Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Number of Health Facilities by Medical Laboratory Capability and Having 4 Basic Specialists by District/City in Kepulauan Riau Province year 2007

Tabel Table 44 :

Ketersediaan Obat Sesuai dengan Kebutuhan Pelayanan Kesehatan Dasar Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Avaibility of Medicines According to Basic Health Service Need in Kepulauan Riau Province year 2007

Tabel Table 45 :

Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Percentage of Household Live Clean and Healthy by District/City in Kepulauan Riau Province Year 2007

Tabel Table 46 :

Jumlah dan Persentase Posyandu Menurut Strata dan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Number and Percentage of Integrated Service Post (Posyandu) by Strata and District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

Tabel Table 47 :

Persentase Rumah Sehat Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Percentage of Healthy House by District/City in Kepulauan Riau Province year 2007

xv

Page 16: Profil Kepulauan Riau 2007

Tabel Table 48 :

Persentase Keluarga Memiliki Akses Air Bersih Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Percentage of Families Have Access to Clean Water by District/City in Kepulauan Riau Province year 2007

Tabel Table 49 :

Keluarga Dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Families with Basic Sanitation Facilities Ownership by District/City in Kepulauan Riau Province year 2007

Tabel Table 50 :

Persentase Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) Sehat Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Percentage of Healthy Public Place and Food Handling (TPUM) by District/City in Kepulauan Riau Province year 2007

Tabel Table 51 :

Persentase Institusi Dibina Kesehatan Lingkungannya Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Percentage of Institution Being Built for Environment Health by District/City in Kepulauan Riau Province year 2007

Tabel Table 52 :

Persentase Rumah/Bangunan yang Diperiksa Jentik Nyamuk Aedes Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Percentage of House/Building Checked and Free of Aides Larva by District/City in Kepulauan Riau Province Year 2007

Tabel Table 53 :

Persebaran Tenaga Kesehatan Menurut Unit Kerja Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 The Distribution of Health Personnel by Work Unit in Kepulauan Riau Province year 2007

Tabel Table 54 :

Jumlah Tenaga Kesehatan di Sarana Pelayanan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Number of Health Personnel at Health Service Facilities in Kepulauan Riau Province year 2007

Tabel Table 55 :

Jumlah Tenaga Medis di Sarana Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Number of Medical Personnel at Health Facilities in Kepulauan Riau Province, 2007

Tabel Table 56 :

Jumlah Tenaga Kefarmasian dan Gizi di Sarana Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Number of Pharmacist and Nutritionist at Health Facilities in Kepulauan Riau Province, 2007

Tabel Table 57 :

Jumlah Tenaga Keperawatan di Sarana Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Number of Nursing Personnel at Health Facilities in Kepulauan Riau Province, 2007

xvi

Page 17: Profil Kepulauan Riau 2007

Tabel Table 58 :

Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Sanitasi di Sarana Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Number of Public Health and Sanitarian Personnel at Health Facilities in Kepulauan Riau Province, 2007

Tabel Table 59 :

Jumlah Tenaga Teknis Medis di Sarana Pelayanan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Number of Medical Technique Personnel at Health Facilities in Kepulauan Riau Province, 2007

Tabel Table 60 :

Anggaran Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Health Budgeting in Kepulauan Riau Province, 2007

Tabel Table 61 :

Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Public Health Service Facilities by District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

Tabel Table 62 :

Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Number of Community-Based Health Effort (UKBM) Facilities by District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

Tabel Table 63 :

Indikator Pelayanan Rumah Sakit Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Indicators of Hospitals Service by District/City in Kepulauan Riau Province year 2007

xvii

Page 18: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan

merupakan bagian integral dari

pembangunan nasional. Konsep

pembangunan nasional harus

berwawasan kesehatan yaitu dengan

memperhitungkan dengan seksama

berbagai dampak positif maupun

negatif setiap kegiatan terhadap

kesehatan masyarakat. Pembangunan

kesehatan diarahkan untuk

meningkatkan mutu sumber daya

manusia yang sehat, cerdas dan

produktif, serta mampu memelihara

dan meningkatkan kesehatan

masyarakat dengan komitmen yang

tinggi terhadap kemanusiaan dan

etika, dan dilaksanakan dengan

semangat pemberdayaan dan

kemitraan yang tinggi.

Penyelenggaraan pelayanan

kesehatan baik oleh pemerintah

maupun masyarakat termasuk swasta

harus diselenggarakan secara adil

dan merata. Sebagaimana

diamanatkan dalam amandemen UUD

1945 pasal 28 H ayat 1 bahwa setiap

orang berhak hidup sejahtera lahir dan

1.1 Back Ground

Health Development is

integral part of National

Development. National Developing

Concept should have perception of

health, which is by estimating

accurately many positives and

negatives impact on every activity

to society health. Health

Development purposed to improve

quality of human resources which

health, smart, and productive, and

also able in keeping and improve

society health by high commitment

to humanity and ethics and

implemented by spirit of high

motivation and partnership.

Implementation of good

health services should be done

fairly and smoothly by government,

society including private sectors.

As stated on Amendment UUD

1945, Section 28 H, Article 1 that

every people has a rights for

prosperous life, better place for

BAB I PENDAHULUAN INTRODUCTION

1Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 19: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab I Pendahuluan

bathin, bertempat tinggal, dan

mendapat lingkungan hidup yang baik

dan sehat serta berhak memperoleh

pelayanan kesehatan. Jaminan

pemeliharaan kesehatan

dikembangkan terus untuk menjamin

terselenggaranya pemeliharaan

kesehatan yang lebih merata dan

bermutu, serta dengan harga yang

terkendali.

Pembangunan kesehatan di

Indonesia terus ditingkatkan dengan

melaksanakan berbagai upaya dalam

rangka meningkatkan kesehatan dan

kesejahteraan masyarakat. Reformasi

bidang kesehatan terus digalakkkan

untuk meningkatkan pelayanan

kesehatan yang bermutu, efektif,

efisien dan terjangkau masyarakat.

Berbagai terobosan baru dilaksanakan

pemerintah baik di Pusat maupun

Daerah dengan mengarahkan

pembangunan kesehatan yang

langsung membidik sasaran yang

menjadi permasalahan kesehatan.

Pelayanan langsung yang menyentuh

kebutuhan masyarakat menjadi

perhatian utama. Hal ini dapat kita

lihat dengan program-program

pemerintah yang memberi jaminan

pelayanan kesehatan kepada semua

lapisan masyarakat khususnya

masyarakat dengan kemampuan

ekonomi kurang mampu dengan

living, and live in good and health

environment and also has a rights

to get good health services. Health

care guarantee is continue

developed in order to guarantee

the implementation of quality,

smoothly and controllable price of

health care.

Health Development in

Indonesia should improved

continuously by doing many efforts

in improving health and prosperity

of society. Reformation in health

department should improve quality,

effective, efficient, and affordable

of health services continuously.

Many new penetrations is done by

central and regional government

by pointing health development

directly to the main problem of

health. Direct services which touch

society need is the main attention.

In this case, we can see from

government programs which

guarantee service of health to all

aspects of societies especially

society in low standard of

economic by giving them Health

Insurance System for poor people

which called Society Health

Guarantee. And also in some

region, Regional Government give

2Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 20: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab I Pendahuluan

sistem asuransi kesehatan

masyarakat miskin yang saat ini

namanya menjadi jaminan kesehatan

masyarakat (jamkesmas). Begitu juga

beberapa pemerintah daerah yang

memberikan pelayanan kesehatan

gratis bagi masyarakatnya sebagai

bukti kepedulian pemerintah untuk

menyediakan pelayanan kesehatan

yang terjangkau.

Namun demikian, walaupun

sudah dicapai banyak kemajuan tetapi

bila dibandingkan dengan beberapa

negara tetangga, keadaan kesehatan

masyarakat Indonesia masih

tertinggal. Angka kematian ibu dan

bayi misalnya, Indonesia berada

diurutan atas di antara negara-negara

anggota South East Asia Medical

Information Center (SEAMIC).

Indikator yang digunakan

dalam menilai pencapaian Indonesia

Sehat 2010 dan juga Kepulauan Riau

Sehat meliputi (1) Indikator derajat

kesehatan sebagai Hasil Akhir, yang

terdiri atas indikator-indikator untuk

mortalitas, morbiditas, dan nutritional

gizi; (2) Indikator Hasil Antara, yang

terdiri atas indikator-indikator untuk

Keadaan Lingkungan, Perilaku Hidup,

Akses dan Mutu Pelayanan

Kesehatan; serta (3) Indikator Proses

dan Masukan, yang terdiri atas

indikator-indikator untuk pelayanan

free health services for people as a

proof that government care to

prepare affordable health services.

However, even many good

achievements are reached but if

we compare to our neighbor

country, condition of Indonesian

health is left behind. For example:

Mortality Rate mother and baby in

Indonesia stay on the top among

South East Asia Medical

Information Center (SEAMIC).

Indicator used in

evaluating achievement of

Indonesia Health 2010 and also

Riau Islands Health are (1)

indicator status of health as a last

result, which consists of indicators

for mortality, morbidity, and

nutritionals nutritional; (2) Indicator

result in between, which consists

of indicators for environment

condition, life behavior, access and

quality of health services; and (3)

Indicators of process and

incoming, which consists of

3Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 21: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab I Pendahuluan

kesehatan, sumber daya kesehatan,

manajemen kesehatan, dan kontribusi

sektor terkait.

Evaluasi pencapaian

pelaksanaan untuk mengetahui

perkembangan derajat kesehatan

masyarakat perlu dilakukan setiap

tahunnya. Hal ini selain untuk

mengetahui manfaat dan dampak dari

penyelenggaraan program dan

kegiatan pembangunan kesehatan

juga untuk menentukan arah, program

dan kegiatan pembangunan

kesehatan yang tepat guna dan tepat

sasaran. Selain untuk evaluasi hasil,

juga dapat diketahui faktor-faktor yang

mempengaruhi dan menghambat

pencapaian hasil pembangunan

kesehatan yang diharapkan.

Peranan data dan informasi

dalam bidang kesehatan semakin

memegang peranan penting.

Informasi yang tepat waktu akan

memungkinkan untuk dapat

mengambil keputusan dan kebijakan

yang tepat waktu dan tepat sasaran.

Informasi yang kurang akurat dan

lambat dapat dipastikan akan

memperlambat pengambilan

keputusan. Akibatnya permasalahan

kesehatan akan semakin menumpuk

dan berbagai penyakit sudah

menyebar luas di masyarakat.

indicators for health services,

health resources, health

management, and contribution of

related sectors.

Evaluation achievement of

implementation to know about

developing health status of people

is needed to be done every year.

In this case, beside to know the

advantages and the impacts of

programs and activity of health

development is to directing

programs and make effective and

main objectives the activity of

health development. And it also to

know influenced and disturbances

factors in achieving result of health

development.

Information and data in

health department hold an

important role. Accurate and recent

information will possible to take

decisions and wisdoms right on

time. Un accurate and slow

information can be sure late

decision making. As a result,

health problem will pile up and

many diseases spread out in

society. The importance of data

and this information is cleared in

main strategy of health

development, where one of it is

4Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 22: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab I Pendahuluan

Pentngnya data dan informasi ini

ditegaskan dalam strategi utama

pembangunan kesehatan, dimana

salah satunya adalah peningkatan

sistem surveilens, monitoring dan

informasi kesehatan. Profil Kesehatan

Provinsi Kepulauan Riau sebagai

salah satu sarana yang dapat

digunakan sebagai jendela untuk

melihat pencapaian derajat kesehatan

Provinsi Kepulauan Riau dan

penyelenggaraan pelayanan

kesehatan sesuai dengan Standar

Pelayanan Minimum (SPM) bidang

kesehatan. Profil Kesehatan Provinsi

Kepulauan Riau disajikan dalam

bentuk tabel dan grafik serta

dilengkapi dengan analisis diskriptif.

Keterbatasan dalam menganalisis ini

sebagian besar karena kesulitan

memperoleh data yang akurat dan

konsisten.

Sistematika penyusunan Profil

Kesehatan provinsi Kepulauan Riau

ini mengacu pada Pedoman

Penyusunan Profil Kesehatan yang

diterbitkan Depkes RI tahun 2004 dan

SKN yang meliputi aspek (1)

demografi dan geogarfi; (2) derajat

kesehatan meliputi angka kematian,

kesakitan, dan nutritional gizi

masyarakat; (3) penyelenggaraan

sistem kesehatan, meliputi upaya

kesehatan, pembiayaan kesehatan,

improving surveillance, monitoring,

and health information systems.

Health profile of Riau Islands

Province as a one of facility which

is used as a window to see

achievement status of health

according to Health Minimum

Serves Standard. Health profile of

Riau Islands Province is prepared

in list and graphic form and also

completed by descriptive analyzes.

Most of the limitation in this

analyze is inconsistent and un

accurate data informed.

Systematical Management

Health Profile of Riau Islands

Province is based on Management

Guidance Health profile which

issued by Republic of Indonesia

Health department Year 2004 and

SKN which involve aspects of : (1)

demography and geography, (2)

status of health including Mortality

Rate, Morbidity Rate, and

nutritional nutritional of society, (3)

implementation of health system,

5Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 23: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab I Pendahuluan

sumber daya manusia kesehatan,

obat dan perbekalan kesehatan,

pemberdayaan masyarakat dan

manajemen kesehatan.

1.2 Tujuan 1.1.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penyusunan

Profil Kesehatan Provinsi Kepulauan

Riau Tahun 2007 adalah diperolehnya

gambaran derajat kesehatan

masyarakat Kepulauan Riau yang

merupakan keluaran dari pelaksanaan

pembangunan kesehatan di Provinsi

Kepulauan Riau sampai tahun 2007.

1.1.2 Tujuan Khusus 1. Diperolehnya gambaran umum

keadaan geografis,

kependudukan, tingkat

pendidikan, dan lingkungan di

Provinsi Kepulauan Riau tahun

2007.

2. Diketahuinya Visi, Misi, Kebijakan

serta Program - program

Pembangunan Kesehatan di

Provinsi Kepulauan Riau tahun

2006.

3. Diketahuinya pencapaian

pembangunan kesehatan di

Provinsi Kepulauan Riau tahun

2007.

4. Diketahuinya situasi sumber daya

including efforts of health, health

financing, human resource health,

medicine and supplies of health,

motivation of people and health

management.

1.2. Aim

1.1.1 General Aim

General aim of managing

Health profile of Riau Islands

Province 2007 is to get a picture

about health status of Riau Islands

society which come out from

implementation of health

development in Riau islands

Province Year 2007.

1.3.2 Special Aim

1. To get general picture of

geographic conditions,

demography, and environment

in Riau Islands Province Year

2007.

2. Known the vision, mission,

wisdom and Health

development Programs in Riau

Islands Province Year 2006.

3. Known the achievement of

Health Department in Riau

Islands Province Year 2007.

4. Known the situation of Health

6Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 24: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab I Pendahuluan

kesehatan di Provinsi Kepulauan

Riau tahun 2007.

5. Diketahuinya permasalahan-

permasalahan yang dihadapi

dalam penyelenggaraan

pembangunan kesehatan di

Provinsi Kepulauan Riau tahun

2007.

6. Terdokumentasikannya data dan

informasi derajat kesehatan

masyarakat Provinsi Kepulauan

Riau tahun 2007.

1.3 Sistematika Penulisan

Sistematika penyajian Profil

Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Tahun 2007 ini mengacu kepada

Buku Pedoman Penyusunan Profil

Kesehatan yang diterbitkan oleh Pusat

Data dan Informasi Departemen

Kesehatan RI. Adapun susunan

penulisannya adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi penjelasan tentang

maksud dan tujuan penyusunan Profil

Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

tahun 2007 dan sistematika dari

penyajiannya.

Resources in Riau Islands

Province Year 2007.

5. Known the problems in

implementing of health

development in Riau Islands

Province Year 2007.

6. Documented data and status

of health society information in

Riau Islands Province Year

2007.

1.4 Systematical Writing

This systematical

preparation Health Profile of Riau

islands Province Year 2007 based

on Guidance Management of

Health Profile Book which issued

by Central Data and Information of

Health Department Republic of

Indonesia. And the systematical

writing as follows :

CHAPTER I INTRODUCTION

This chapter contents explanation

of intents and aims of Health

profile Riau Islands Province Year

2007 and systematic preparation.

7Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 25: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab I Pendahuluan

BAB II GAMBARAN UMUM Bab ini menyajikan tentang gambaran

umum Provinsi Kepulauan Riau.

Selain uraian tentang letak geografis,

administratif dan informasi umum

lainnya, bab ini juga mengulas faktor-

faktor yang berpengaruh terhadap

kesehatan dan faktor-faktor lainnya

meliputi kependudukan, pendidikan,

sosial budaya dan keadaan

lingkungan.

BAB III PROGRAM KESEHATAN Bab ini menguraikan tentang visi, misi,

arah kebijakan, program dan kegiatan

pokok serta target yang direncanakan

oleh Provinsi Kepulauan Riau untuk

menuju Provinsi Kepulauan Riau

Sehat 2010.

BAB IV SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Bab ini menguraikan tentang derajat

kesehatan yang merupakan dampak

dari pelaksanaan program dan

kegiatan yang dilakukan Provinsi

Kepulauan Riau dalam

menyelenggarakan pelayanan

kesehatan kepada masyarakat yang

meliputi angka mortalitas (meliputi

angka kematian bayi, angka kematian

ibu, angka kematian balita), angka

CHAPTER II GENERAL

PICTURES

This chapter describes about

general pictures of Riau Islands

Province. Beside the explanation

about geography, administrative,

and other general information, this

chapter also describes influence

factors to health and other factors

such as demography, education,

social – culture, and environment

condition.

CHAPTER III HEALTH

PROGRAMS

This chapter describes about

vision, mission, direct wisdoms,

programs and main activities and

also planning target by Riau

islands Province towards Province

of Riau Islands Health 2010.

CHAPTER IV SITUATION OF

HEALTH STATUS

This chapter describes about

status of health which has impact

from implementation programs and

activity which has been done by

Riau islands Province in

implementing health services to

society including number of

mortality (consists of mortality rate

babies, maternal mortality rate,

and under five years mortality

8Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 26: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab I Pendahuluan

morbiditas beberapa penyakit yang

menjadi perhatian utama baik pada

tataran Daerah, Nasional dan

Internasional, serta nutritional gizi

masyarakat khususnya untuk

kelompok yang rentan terhadap

permasalahan gizi seperti anak balita,

bayi, wanita usia subur dan ibu hamil.

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

Bab ini berisi uraian tentang keadaan

sumber daya kesehatan di Provinsi

Kepulauan Riau tahun 2007 yang

meliputi sarana kesehatan, sumber

daya tenaga kesehatan, dan sumber

daya biaya untuk pembangunan

kesehatan.

BAB VI KESIMPULAN Bab ini diisi dengan sajian tentang hal-

hal penting yang perlu disimak dan

ditelaah lebih lanjut dari profil

Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

tahun 2006. Selain keberhasilan-

keberhasilan yang perlu dicatat, bab

ini juga mengemukakan hal-hal yang

dianggap masih kurang dalam rangka

upaya menuju Provinsi Sehat.

death), morbidity number of some

diseases as a main attention of

regional, national, and

international, also society

nutritionals nutritional especially for

a susceptible group of nutritional

problems such as children under

five years old, babies, productive

women, and pregnant women.

CHAPTER V SITUATION OF

HEALTH RESOURCES

This chapter contents condition of

Health Resources in Riau Islands

Province Year 2007 which consists

of health facilities, health human

resources, and budget resources

to health development.

CHAPTER VI CONCLUSION

This chapter contents about

importance things which need to

understand and further stepped on

from Health profile of Riau Islands

Province Year 2006. Beside

achievements noted, this chapter

also describes many weakness

towards Health Province.

9Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 27: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab I Pendahuluan

LAMPIRAN Lampiran profil kesehatan Provinsi

Kepulauan Riau tahun 2007 mengacu

kepada pada data lampiran yang

disusun oleh Pusat Data dan

Informasi Departemen Kesehatan RI

dimana pada tahun 2008 ini

mengalami revisi kembali.

ENCLOSURE

Enclosure of Health Profile Riau

Islands Province Year 2007 based

on enclosure data which managed

by central information and data

Health Department Republic of

Indonesia which has revised in

year 2008.

10Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 28: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab II Gambaran Umum

BAB II GAMBARAN UMUM GENERAL DESCRIPTION

2.1 Geografis 2.1 Geography Provinsi Kepulauan Riau dibentuk

pada tahun 2002 yang didasarkan pada

UU Nomor 25 tahun 2002 dan secara

defenitif berjalan sejak tahun 2004.

Provinsi Kepulauan Riau merupakan

provinsi yang ke-32 di Indonesia.

Secara administratif sampai dengan

tahun tahun 2007, Provinsi Kepulauan

Riau terdiri dari 4 kabupaten dan 2 kota,

304 desa/kelurahan, dan 45 kecamatan.

Nama-nama kabupaten/kota tersebut

yaitu (1) Kabupaten Bintan ibukotanya

Bintan Bunyu; (2) Kabupaten Karimun

dengan ibukotanya Tanjung Balai

Karimun; (3) Kabupaten Natuna

ibukotanya Ranai; (4) Kabupaten Lingga

ibukotanya Daik; (5) Kota Tanjung

Pinang ibukotanya Tanjungpinang, dan

(6) Kota Batam ibukotanya Batam.

Riau Islands Province

established in year 2002 based on

Law Number 25 Year 2002 and

definitively walked on since 2004.

Riau Islands Province is a 32nd

Province in Indonesia.

Administratively until 2007, Riau

Islands Province consists of 4

Districts and 2 Cities, 304 Political

District Administration/Villages, and

45 Sub Districts. Names of these

Districts/Cities are : (1) Bintan

Regency and its capital regency is

Bintan Bunyu; (2) Karimun Regency

and its capital regency is Tanjung

Balai Karimun; (3) Natuna regency

and its capital regency is Ranai; (4)

Lingga Regency and its capital

regency is Daik; (5) Tanjungpinang

City and its capital city is

Tanjungpinang; (6) Batam City and

its capital city is Batam.

Secara geografis Provinsi

Kepulauan Riau terletak pada 07

Geographically Riau Islands

Province placed on 0719’ North

Latitude and 04’ South Latitude and

also between 103 3’ east longitudinal

until 110 00’ east longitudinal.

o19’

Lintang Utara dan 0040’ Lintang Selatan

serta antara 10303’ Bujur Timur sampai

dengan 110000’ Bujur Timur.

11

Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 29: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab II Gambaran Umum

12Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

- Sebelah utara - Northern

: Berbatasan dengan Negara Vietnam dan Kamboja Borders on Vietnam and Cambodia

- Sebelah selatan - Southern

: Berbatasan dengan Provinsi Bangka Belitung dan Provinsi Jambi Borders on Bangka belitung Province and Jambi Province

- Sebelah barat - Western

: Berbatasan dengan negara Singapura, Malaysia dan Provinsi Riau Borders on Singapore, Malaysia, and Riau Province

- Sebelah timur - Eastern

: Berbatasan dengan Negara Malaysia Timur dan Provinsi Kalimantan Barat. Borders on East Malaysia and West Kalimantan Province

Peta wilayah administrasi Provinsi

Kepulauan Riau, dapat dilihat pada

gambar 2.1 berikut ini :

Map of territorial administration of Riau

Islands Province, can see from

picture 2.1 below :

Provinsi Kepulauan Riau

merupakan daerah kepulauan yang

terdiri atas pulau besar dan kecil kurang

lebih 2.408 buah. Pulau yang berhasil

diidentifikasikan berdasarkan

kepemilikian kabupaten/ kota baru

sebanyak 1.795 pulau, sisanya

diperkirakan pulau-pulau yang belum

bernama dan belum berpenghuni. Luas

total wilayah Provinsi Kepulauan Riau

adalah 251.810,71 km2 terdiri dari luas

lautan 241.215,30 km2 (95,79%), dan

luas daratan 10.595,41 km2 (4,21%).

Batas-batas wilayah Provinsi Kepulauan

Riau meliputi yaitu :

Riau Islands Province is an

archipelago which contents 2.408 big

and small islands. Identified islands

based on Districts/Cities owner is

about 1.795 islands, the rest is

unidentified and un inhabitant. The

total large of territorial Riau Islands

Province is 251.810.71 km2 which

consists of wide ocean 241.215,30

km2 (95,79%) and wide of land is

10.595.41 km2 (4,21%). Territorial

borders of Riau Islands Province are:

Page 30: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab II Gambaran Umum

13Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Gambar Peta Provinsi Kepulauan Riau 2.1 : Map of Kepulauan Riau Province Figure

Page 31: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab II Gambaran Umum

14Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

2.2 Kependudukan 2.2 Demography

Penduduk selain menjadi objek

tetapi juga sekaligus subjek dari

pelaksanaan pembangunan. Penduduk

yang tangguh, mandiri, dan berkualitas

tentu akan menjadi pelaku

pembangunan yang handal yang dapat

mewujudkan tujuan pembangunan

nasional yaitu tercapainya masyarakat

yang adil, sejahtera, aman dan makmur.

Dalam upaya mewujudkan hal tersebut,

keadaan masyarakat yang sehat akan

menjadi salah satu prasyarat untuk

dapat menghasilkan sumber daya

manusia yang cakap dan kompeten

dalam melaksanakan berbagai

pembangunan di seluruh elemen

masyarakat yang secara

berkesinambungan akan meningkatan

perekonomian masyarakat.

People or society is an object but

it also being a subject of

implementation development. Tough

society, autonomous, and qualified

will be good in playing development

role in goal National Development.

That is reached the fairly society,

prosperous, safety, and prosperity.

On efforts of it, conditions of health

society will be one of condition to

create smart and competence human

resource in implementing many kinds

of development in all aspects of

societies continuously and will

improve economics society it self.

2.2.1 Jumlah Penduduk 2.2.1 Number of people

Jumlah penduduk Provinsi

Kepulauan Riau dari tahun ke tahun

menunjukkan adanya peningkatan. Hal

ini dimungkinkan karena beberapa

kabupaten/kota di Provinsi Kepualuan

Riau merupakan daerah industri dan

pertambangan sehingga menjadi salah

satu daerah tujuan utama para pencari

kerja dari seluruh Indonesia. Jika

Number of people in Riau Islands

Province increasing every year. This is

because some of Districts/Cities in

Riau Islands Province is an industrial

and mining areas. So that it will be a

main target of job finder from all over

Indonesia. Number of people in year

2006 is 1.337.863 life, in year 2007

become 1.392.918 life. It means

Page 32: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab II Gambaran Umum

15Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

dibandingkan dengan jumlah penduduk

pada tahun 2006 yang berjumlah

1.337.863 jiwa maka pada tahun 2007

jumlah penduduk menjadi 1.392.918

jiwa. Hal ini berarti terjadi pertambahan

penduduk sebesar 4,12%. Pertambahan

penduduk pada tahun 2007 ini jika

dibandingkan dengan tahun 2006

tergolong relatif menurun dimana terjadi

pertambahan penduduk sebesar 9,5%

dari tahun 2005 ke tahun 2006.

Penurunan ini kemungkinan sebagai

hasil dari semakin ketatnya peraturan

kependudukan yang diterapkan oleh

Kota Batam yang memang merupakan

kota tujuan utama pencari kerja di

Provinsi Kepulauan Riau. Data jumlah

penduduk yang lebih rinci dapat dilihat

pada tabel lampiran 1.

2.2.2 Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio)

Rasio Jenis Kelamin adalah

perbandingan jumlah penduduk laki-laki

dengan jumlah penduduk perempuan

per 100 penduduk perempuan. Data

mengenai rasio jenis kelamin berguna

untuk pengembangan perencanaan

pembangunan yang berwawasan

gender, terutama yang berkaitan

dengan perimbangan pembangunan

laki-laki dan perempuan secara adil.

Misalnya, karena adat dan kebiasaan

increasing about 4,12%. If we compare

growth of people in year 2007 and

year 2006 is relatively low. While in

year 2005 to year 2006, number of

people increased 9,5%. This

decreased may be as a result of tight

demography regulation made by

Batam City that is main aim of job

finder in Riau Islands Province.

Number of data people, specifically can

see on the list of enclosure 1.

2.2.2 Sex Ratio

Sex Ratio is comparison number

of male and female per 100 female.

Data about sex ratio is used to

developing plan of development

gender, especially relates to

balancing of male and female

development averagely. Such as,

traditionally and conventionally male

should get higher education than

female, then in developing of

education of gender we must count

Page 33: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab II Gambaran Umum

16Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

jaman dulu yang lebih mengutamakan

pendidikan laki-laki dibanding

perempuan, maka pengembangan

pendidikan berwawasan gender harus

memperhitungkan kedua jenis kelamin

dengan mengetahui berapa banyaknya

laki-laki dan perempuan dalam umur

yang sama. Informasi tentang rasio jenis

kelamin juga penting diketahui untuk

perencanaan pembangunan kesehatan

untuk meningkatkan peran perempuan

dalam pembangunan kesehatan.

Komposisi penduduk Provinsi

Kepulauan Riau pada tahun 2007 jika

dilihat berdasarkan jenis kelamin (sex

ratio) menunjukkan bahwa jumlah

penduduk perempuan lebih banyak dari

jumlah penduduk pria (sex ratio = 96).

Kabupaten/kota yang jumlah penduduk

perempuan lebih banyak dibandingkan

dengan jumlah laki-laki adalah Kota

Batam (sex ratio = 84). Komposisi

penduduk yang lebih banyak jumlah

penduduk perempuan ini kemungkinan

disebabkan bahwa mayoritas industri di

Provinsi Kepulauan Riau khususnya

Kota Batam bergerak di bidang

elektronika dan garmen yang banyak

mempekerjakan karyawan wanita.

Rincian data rasio jenis kelamin menurut

kabupaten/kota dapat dilihat pada tabel

lampiran 2.

the balancing number of male and

female. Information about Sex Ratio

is importance to know to plan health

development for improving

participation of female in health

development.

Composition of Riau Islands

Province population in year 2007, if

we look from sex ratio point of view

shows that number of female is more

than number of male (sex ratio=96).

Districts/Cities which have more

number of female than number of

male is Batam city (sex ratio=84).

Composition number of female is

more than number of male in Riau

Islands Province especially in Batam

City is caused by majority industries

in that area are electronics and

garments. Detail data of Sex Ratio

refers to Districts/Cities can be seen

on list of enclosure 2.

Page 34: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab II Gambaran Umum

17Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

2.2.3 Rasio Beban Tanggungan

Penduduk muda berusia di bawah

15 tahun umumnya dianggap sebagai

penduduk yang belum produktif karena

secara ekonomis masih tergantung

pada orang tua atau orang lain yang

menanggungnya. Selain itu, penduduk

berusia diatas 65 tahun juga dianggap

tidak produktif lagi sesudah melewati

masa pensiun. Penduduk usia 15-64

tahun, adalah penduduk usia kerja yang

dianggap sudah produktif. Atas dasar

konsep ini dapat digambarkan berapa

besar jumlah penduduk yang tergantung

pada penduduk usia kerja. Meskipun

tidak terlalu akurat, rasio

ketergantungan semacam ini

memberikan gambaran ekonomis

penduduk dari sisi demografi. Rasio

ketergantungan dapat digunakan

sebagai indikator yang secara kasar

dalam menunjukkan keadaan ekonomi

suatu negara apakah tergolong negara

maju atau negara yang sedang

berkembang. Semakin tingginya

persentase rasio ketergantungan

menunjukkan semakin tingginya beban

yang harus ditanggung penduduk yang

produktif untuk membiayai hidup

penduduk yang belum produktif dan

tidak produktif lagi. Sedangkan

persentase rasio ketergantungan yang

2.2.3 Burden Ratio

Young people under 15 years

old, generally is taken as

unproductive people. In

economically, they are depend on

their parents or some one else as a

care taker of them. Beside that,

retired persons above 65 years old

are also called unproductive. People

between 15-64 years old is called

productive age. Base upon this

concept can get the pictures of how

big number of burdens people to

productive age. Thus, un accurately

burden ratio picturing economic from

demography point of view. Burden

Ration can be used as indicator

roughly in showing condition

economic of a country whether

develop or developing countries. The

higher Burden ratio shows the higher

burden of productive age in spending

the un productive and haven’t

productive people yet.

Page 35: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab II Gambaran Umum

18Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

semakin rendah menunjukkan semakin

rendahnya beban yang ditanggung

penduduk yang produktif untuk

membiayai penduduk yang belum

produktif dan tidak produktif lagi.

Berdasarkan data yang diperoleh

dari BPS Provinsi Kepulauan Riau

dilihat bahwa rasio beban tanggungan di

Provinsi Kepulauan Riau adalah

sebesar 45%. Hal ini berarti bahwa

setiap 100 orang yang bekerja

mempunyai beban tanggungan sekitar

45 orang yang tidak bekerja. Sementara

itu beban rasio tanggungan nasional

pada tahun 2005 dilaporkan adalah

sebesar 53%. Hal ini menunjukkan

bahwa beban rasio Provinsi Kepulauan

Riau kemungkinan besar dibawah

angka nasional. Beban rasio menurut

kabupaten/kota dapat dilihat pada tabel

lampiran 2.

2.2.4 Persebaran Penduduk

Persebaran penduduk atau disebut

juga distribusi penduduk menurut

tempat tinggal. Distribusi penduduk

dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu

persebaran penduduk secara geografis

dan persebaran penduduk secara

administratif, disamping itu ada

persebaran penduduk menurut

Base upon data gets from

Statistic Central Department of Riau

Islands Province seen that burden

ratio of every 100 people who work

burden about 45 unoccupied people

while National Burden Ratio in year

2005 is reported about 53%. This

case shows that the possibilities of

burden ratio in Riau Islands Province

is under National number. Burden

Ratio refers to Districts/Cities can be

seen on list of enclosure 2.

2.2.4 Distribution Of Population

Spread out population or also

mentioned as a distribution of

population is according to where they

live. Distribution of population is

divided into 2 categories, they are:

distribution of population

geographically and distribution of

population administratively.

Page 36: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab II Gambaran Umum

19Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

klasifikasi tempat tinggal yakni desa dan

kota. Secara Naisonal permasalahan

yang sering dihadapi berkaitan dengan

persebaran penduduk secara geografis

sejak dahulu hingga sekarang adalah

persebaran atau distribusi penduduk

yang tidak merata. Persebaran

penduduk ini berkaitan erat dengan

kepadatan penduduk di suatu wilayah.

Tingginya kepadatan penduduk di suatu

wilayah berkaitan erat dengan daya

dukung suatu wilayah.

Tingkat kepadatan penduduk di

Provinsi Kepulauan Riau pada tahun

2007 sebesar 131 jiwa/km2. Angka ini

menunjukkan adanya peningkatan jika

dibandingkan dengan kepadatan

penduduk pada tahun 2006 yang hanya

126 jiwa/km2. Permasalahan persebaran

penduduk yang dihadapi di Provinsi

Kepulauan Riau tidak jauh berbeda

dengan permasalahan Nasional yaitu

persebaran penduduk yang tidak

merata. Kota Batam dan Kota

Tanjungpinang merupakan daerah

dengan tingkat kepadatan tertinggi yaitu

masing-masing sebesar 903 jiwa/km2

dan 743 jiwa/km2. Dibandingkan

dengan kepadatan penduduk pada

tahun 2006, Kota Batam menunjukkan

adanya peningkatan kepadatan

penduduk yang cukup signifikan yaitu

dari 852 jiwa/km2 menjadi 903 jiwa/km2,

Classifying distribution of population

according to where they live; villages

and cities. Nationally, problems faced

in this recent days related to

distribution of population

geographically, they spread out

unfairly.

Distribution of population relates

to population density in a territorial.

The high of population density in a

territorial relates to the supporting

facilities of a territorial. Level of

population density in Riau Islands

Province year 2007 is 131 life/km2.

This number shows that there is an

improvement if compare to

population density in year 2006 that’s

only 126 life/km2. Distribution of

population problems which faced by

Riau Islands Province is not different

with National problems that’s unfairly

distribution of population. Batam City

and Tanjungpinang City is the higher

region about 903 life/km2 and 743

life/km2 compare to population

density in year 2006, Batam City

shows there is an increasing in

population density significantly that is

Page 37: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab II Gambaran Umum

20Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

demikian juga halnya dengan Kota

Tanjungpinang walaupun peningkatan

kepadatan penduduk tidak setajam Kota

Batam yaitu dari 721 jiwa/km2 menjadi

743 jiwa/km2 pada tahun 2007. Tingkat

kepadatan penduduk yang paling

rendah adalah Kabupaten Natuna dan

Lingga yaitu masing-masing 35 jiwa/km2

dan 41 jiwa/km2.

2.2.5 Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia

(IPM) adalah pengukuran perbandingan

dari harapan hidup, melek huruf,

pendidikan dan standar hidup untuk

semua negara seluruh dunia. IPM

digunakan untuk mengklasifikasikan

apakah sebuah negara adalah negara

maju, negara berkembang atau negara

terbelakang dan juga untuk mengukur

pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi

terhadap kualitas hidup. Batasan untuk

klasifikasi negara maju adalah nilai IPM

diatas 0.800. Pada tahun 2005,

Indonesia menempati urutan 110 dari

177 negara, dengan indeks 0.697, turun

dari posisi sebelumnya di urutan 102

dengan indeks 0.677 pada tahun 1999.

Posisi ini cukup jauh dibandingkan

negara-negara tetangganya, seperti

Malaysia (urutan 61/0.796), Thailand

(urutan 73/0.778), Filipina (urutan

from 852 life/km2 become 903

life/km2, as same as Tanjungpinang

City, even the increasing of

population density not as shape as

Batam City that is from 721 life/km2

become 743 life/km2 in year 2007.

The lower level of population density

is in Natuna and Lingga Districts;

35 life/km2 and 41 life/km2 of each.

2.2.5 Human Development Index

Human Development Index is

measurement comparison of

expecting life, un illiteracy, education

and standard of living for all countries

in the world. HDI is used to classified

whether develop, developing or un

developing countries. And also to

measure influences of economic

wisdoms for quality of life. Limitation

to classify develop country is the HDI

above 0,800. In year 2005, Indonesia

at the position number 110 of 177

countries with the HDI 0,697, stay

lower from the position before that is

at the position number 102 with HDI

0,677 in year 1999. This position is

far enough compare to our neighbor

countries likes Malaysia (61/0,796),

Thailand (73/0,778), Philippine

(84/0,758) and Vietnam (108/0,704)

in positions and their HDI. In year

Page 38: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab II Gambaran Umum

21Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

84/0.758) dan Vietnam (urutan

108/0.704). Pada tahun 2006 Indonesia

mengalami kemajuan dengan angka

IPM mencapai 0.711 dan berada

diurutan 108. Kecenderungan dari

angka IPM Indonesia adalah terus-

menerus naik (0.677 pada 1999, 0.697

pada 2005, dan 0.711 pada 2006) dan

semakin mempersempit ketinggalannya

dibanding negara-negara lain. Pada

tahun 2007 berdasarkan laporan yang

dikeluarkan oleh UNDP pada 27

November 2007 angka IPM Indonesia

kembali naik menjadi 0.728, dan

Indonesia berada pada peringkat 108.

Pemerintah bersama dengan

seluruh masyarakat berupaya terus

untuk meningkatkan indeks

pembangunan masyarakat Indonesia

secara umum dan masyarakat

Kepulauan Riau Khususnya. Hasil

pembangunan manusia masyarakat

Kepulauan Riau menunjukkan

peningkatan yang bermakna. Hal ini

terlihat dari data yang dikeluarkan oleh

BPS Pusat (Jakarta, 2008) yang

menunjukkan bahwa IPM Kepulauan

Riau meningkat dari 72,2 pada tahun

2005 menjadi 72,8 pada tahun 2006

yang secara Nasional IPM Kepulauan

Riau menduduki posisi ketujuh dari 33

provinsi, dan angka ini terus meningkat

dimana IPM Kepulauan Riau pada tahun

2006 Indonesia has an improvement

by HDI reached 0.711 and at position

number 108. The tends of HDI

Indonesia is continuously increased

(0.677 in year 1999, 0.697 in year

2005, and 0.711 in year 2006 ). Base

upon reported which issued by UNDP

on 27 of November 2007, number of

Indonesia HDI increased and

became 0.728, and Indonesia at the

position number 108 position.

Government together with all

Indonesian keep continue trying to

increase the development index of

Indonesia generally and Riau Islands

Province people especially result of

human development of Riau Islands

Province people shows meaningful

increasing. This case shown from

data issued by Statistic Central

Department in Jakarta, 2008 shows

that HDI of Riau Islands Province

increasing from 72.7 in year 2005

become 72.8 in year 2006 which

nationally HDI of Riau Islands

Province at the position number 7

among 33 provinces, and this

number increasing. Where in year

2007, HDI of Riau Islands Province is

Page 39: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab II Gambaran Umum

22Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Indeks Pembangunan Manusia Menurut Kabupaten/ Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005-2007 Tabel

Table 2.1 : Human Development index According to Districts/Cities Of Riau Islands Province In Year 2005-2007

2005 2006 2007

No. Kab/Kota Districts/

Cities IPMHDI

Peringkat Level

IPM HDI

Peringkat Level

IPM HDI

PeringkatLevel

1 Karimun 71.7 101 72.0 116 72,4 124 2 Bintan 70.9 137 71.6 134 73,0 97 3 Natuna 68.4 239 69.0 244 69,4 252 4 Lingga 69.4 193 69.9 207 70,3 212 5 Batam 76.5 8 76.7 9 76,7 12 6 Tanjungpinang 72.7 79 72.9 83 73,5 84

Provinsi Province 72.2 7 72.8 7 73,7 6

Sumber : BPS, Indeks Pembangunan Manusia 2005-2007, Jakarta 2008 Source: Statistic Center Department, Human Development Index 2005-2007, Jakarta 2008

2007 menjadi 73,7 dan secara Nasional

menempati urutan keenam. IPM

kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan

Riau yang tertinggi ditempati oleh Kota

Batam dengan nilai 76,8 dan secara

Nasional menduduki peringkat ke-12

dari 465 kabupaten/kota di Indonesia.

Penduduk yang sehat bukan saja akan

menunjang keberhasilan program

pendidikan, tetapi juga akan mendorong

peningkatan produktivitas dan

pendapatan penduduk. Data lebih rinci

mengenai perkembangan IPM Provinsi

Kepulauan Riau tahun 2005-2007

menurut kabupaten/kota dapat dilihat

pada tabel 2.1 berikut :

become 73.7 and nationally at the

position number 6. The higher of HDI

Districts/Cities in Riau Islands

Province is Batam City with 76.8

and nationally at the position number

12 among 465 Districts/Cities in

Indonesia. Health people are not only

support the success of education

programs, but also to motivate

improvement of productivity and

income of people. Detail data about

developing of HDI in Riau Islands

Province in Year 2005-2007

according to Districts/Cities, can be

seen on list 2.1 below :

Page 40: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab III Program Pembangunan Kesehatan

BAB III PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2007 HEALTH DEVELOPMENT PROGRAM OF KEPULAUAN RIAU PROVINCE YEAR OF 2007

Provinsi Kepulauan Riau dibentuk

berdasarkan UU No. 25 tahun 2002 dan

secara berbagai perangkat kerja telah

dibentuk dengan tujuan untuk

mempercepat pelaksanaan

pembangunan di segala bidang. Dinas

Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

merupakan salah satu dinas yang

dibentuk di lingkungan Pemerintahan

Provinsi Kepulauan Riau mengemban

tugas untuk melaksanakan

pembangunan bidang kesehatan.

3.1 VISI

Visi Dinas Kesehatan Provinsi

Kepulauan Riau adalah terwujudnya Kepulauan Riau Sehat. Perumusan visi

ini didasarkan pada (1) Dasar-dasar

pembangunan kesehatan sebagaimana

tercantum dalam Rencana

Pembangunan Kesehatan Menuju

Indonesia Sehat 2010 dan Rencana

Strategis Departemen Kesehatan 2005-

2009 yaitu : (a) Perikemanusiaan; (b)

Pemberdayaan dan Kemandirian; (c)

Adil dan Merata; (d) Pengutamaan dan

Manfaat; (2) Rencana Pembangunan

Riau Islands Province

established base upon Law No.25

Year 2002 and many frames of work

are formed by means to run the

implementation of development in

many fields. Health deparment of

Riau Islands Province is one of

Department which is established in

environment of Riau Islands Province

Government to implementing

development in health field.

3.1 Vision

Vision of Riau Islands Province

Health Department is to create a

healthy Riau Islands. Formulation of

this vision base upon (1) Basic of

health department as stated in Health

Development Plan towards Healthy

Indonesia 2010 and Health

Department Strategy 2005-2009,

those are: (a) humanity; (b)

effectiveness; (c) fairly and smoothly;

(d) priority and useful; (e) Regional

Middle Periods Development Plan of

Riau Islands Province Year 2005 –

23Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 41: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab III Program Pembangunan Kesehatan

Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005-

2010. Dengan visi ini diharapkan Dinas

Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

dapat menjadi penggerak pembangunan

kesehatan untuk terwujudnya

Kepulauan Riau Sehat dan mampu

membina, mengembangkan serta

melaksanakan pembangunan kesehatan

sesuai tugas pokok dan fungsinya.

Definisi Kepulauan Riau Sehat

adalah suatu kondisi yang merupakan

gambaran masyarakat Provinsi

Kepulauan Riau di masa depan, yang

ditandai dengan penduduknya yang

dapat menjangkau dan memanfaatkan

pelayanan kesehatan yang bermutu,

merata, dan berkeadilan, berperilaku

hidup bersih dan sehat, hidup dalam

lingkungan yang sehat, serta memiliki

derajat kesehatan yang setinggi-

tingginya.

3.2 MISI Dalam rangka mewujudkan Visi

tersebut, Dinas Kesehatan Provinsi

Kepulauan Riau memiliki misi yaitu :

1. Meningkatkan Kinerja dan Mutu Pelayanan Kesehatan Peningkatan kinerja dan mutu

pelayanan kesehatan dilakukan

melalui pengembangan kebijakan

2010. By this vision hopes that

Health Department of Riau Islands

Province can be motivator of Health

Department to create a Healthy Riau

Islands and can afford to develop and

implementing health development

according to its main functions.

Definition of a Healthy Riau

Islands is one of condition picturing

societies in Riau islands Province for

the future, signed by the people

which can afford and using good

quality health services; fairly and

justice, hygienic behavior, live in a

healthy environment, and also has

the highest level of health.

3.2 Mission

In creating the vision, Health

Department of Riau Islands Province

have mission, as follows :

1. Improving Work and Quality of

Health Services

Improving work and quality of

health services are done by doing

development of managerial

24Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 42: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab III Program Pembangunan Kesehatan

manajerial dan teknis serta pedoman

dan prosedur kerja yang dapat

dijadikan landasan bertindak

setempat. Di samping itu dilakukan

pula fasilitasi pengembangan sarana

prasarana dan sumber daya

kesehatan baik tenaga, biaya

maupun obat dan perbekalan

kesehatan bagi para pelaku

pembangunan kesehatan.

Dengan peningkatan kinerja dan

mutu pelayanan kesehatan

diharapkan upaya kesehatan dapat

terselenggara dengan baik, dapat

dicapai (accesible) dan dapat

dijangkau (affordable) oleh segenap

kalangan masyarakat serta terjamin

mutunya (quality).

2. Memberdayakan Masyarakat dalam Bidang Kesehatan Dengan melakukan pemberdayaan

diharapkan masyarakat termasuk

swasta dapat berpartisipasi aktif

dalam melayani (to serve),

melaksanakan advokasi (to

advocate), serta mengkritisi (to

watch) pembangunan kesehatan

baik secara individu, kelompok

maupun bersama masyarakat luas.

Dinas kesehatan provinsi juga

memfasilitasi kabupaten/kota dalam

rangka pengembangan kapasitas

wisdom and techniques, guidance

and work procedures which can

be based to act. Other than that,

in developing facilities and health

resources whether budget or

medicine and all supplies of health

for health man power. By

improving work and quality of

health services hope that health

ability can well implemented,

accessible and affordable by all

people and quality guaranteed.

2. Efficient Use of People in

Health Fields

By doing efficient use of people

and private sectors hopes that

they will active participate to

serve, to advocate, and to watch

the health development

individually, group and open wide

societies. Health Department of

Riau Islands Province also

facilitates the Districts/Cities in

capacity building, Health System

Building, Region Health System

Building and Health Resources

25Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 43: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab III Program Pembangunan Kesehatan

(capacity building), pengembangan

sistem kesehatan daerah dan

dukungan sumber daya kesehatan.

3. Melaksanakan Pembangunan

Kesehatan Berskala Provinsi Di samping berperan dalam

pembinaan dan pengembangan

pembangunan kesehatan, Dinas

Kesehatan Provinsi melakukan pula

pembangunan kesehatan berskala

provinsi seperti : pelayanan

kesehatan bagi penduduk miskin,

penanggulangan masalah kesehatan

akibat bencana, penanggulangan

penyakit menular dan gangguan gizi,

promosi kesehatan, kesehatan

rujukan dan pelayanan kesehatan di

daerah terpencil, tertinggal, daerah

perbatasan dan pendayagunaan

tenaga kesehatan.

4. Menyelenggarakan Manajemen

Kesehatan yang Efektif Dengan terciptanya manajemen

yang dinamis dan akuntabel

diharapkan fungsi-fungsi administrasi

kesehatan dapat terselenggara

secara efektif dan efisien yang

didukung oleh sistem informasi serta

hukum kesehatan.

supporting.

3. Implementing Province

Periodically Health

Development

Other than play role in Health

Development Building, Riau

Islands Province also

implementing Province

Periodically Health Department

likes health serve for poor people,

disaster prevention, mal nutritional

and epidemic prevention, health

promotion, Health reconciliations

and health services in hinterland,

border areas and make efficient

use of health man powers.

4. Implementing effective health

management

By creating dynamic and

accountable management hopes

that the health administration

functions can work efficiently and

effectively that supported by

Health Law and Information

Systems.

26Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 44: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab III Program Pembangunan Kesehatan

3.3 PROGRAM DAN KEGIATAN Berdasarkan visi dan misi, maka

disusunlah program dan kegiatan yang

hendak dicapai Dinas Kesehatan

Provinsi Kepulauan Riau tahun 2007

sebagai berikut:

3.3.1 Peningkatan Upaya Kesehatan Masyarakat

Tujuan program ini adalah

meningkatkan jumlah, pemerataan, dan

mutu pelayanan kesehatan dasar di

puskesmas dan jaringannya meliputi

puskesmas pembantu, puskesmas

keliling, dan bidan di desa/polindes.

Sasaran yang hendak dicapai oleh

program ini adalah :

a. Meningkatnya cakupan rawat jalan

menjadi sekurang-kurangnya 13%

penduduk.

b. Meningkatnya cakupan persalinan

yang ditolong oleh tenaga kesehatan

menjadi 75%.

c. Meningkatnya cakupan pelayanan

antenatal (K1) 90%, cakupan

kunjungan neonatus (KN2) menjadi

90%, dan cakupan kunjungan bayi

menjadi 90%.

d. Terselenggaranya pelayanan

kesehatan bagi penduduk miskin

secara gratis di puskesmas.

3.3 PROGRAMS AND ACTIVITIES

Base upon vision and mission

above the programs managed and

the activities reached by Health

Department of Riau Islands Province

year 2007 as follows ;

3.3.1 Improving Affordability Of

Society Health

Aim of this program is to

increasing number, average and

basic quality of health serve in

Society health Center including

Society Health Center Assistant,

Mobile Society Health Center, and

midwife in villages/village policlinics.

Aims of these programs are :

a. Increasing health care for 13%

people

b. Increasing of giving birth which

helped by health man power for

75%

c. Increasing Antenatal Serves (KI)

90%, neonatal visiting (KN2)

become 90%, and baby visiting

become 90%.

d. Implementing free health services

for poor people

27Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 45: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab III Program Pembangunan Kesehatan

3.3.2 Peningkatan Upaya Kesehatan Perorangan dan Rujukan

Tujuan program ini adalah

meningkatkan akses keterjangkauan

dan mutu pelayanan kesehatan

perorangan dan rujukan. Sasaran dari

penyelenggaraan program ini adalah :

a. Terselenggaranya pelayanan

kesehatan bagi penduduk miskin

secara gratis di puskesmas dan

rumah sakit kelas III sebesar 100%

b. Meningkatnya cakupan rawat inap

menjadi sekurang-kurangnya 1,3%

penduduk.

c. Meningkatnya jumlah rumah sakit

yang melaksanakan pelayanan

gawat darurat menjadi 90%, jumlah

rumah sakit yang melaksanakan

pelayanan obstetri dan neonatal

emergensi komprehensif (PONEK)

menjadi 80%, dan jumlah rumah

sakit yang terakreditasi menjadi

75%.

Kegiatan pokok dan kegiatan

indikatif program ini meliputi:

a. Pembangunan dan pengembangan

sarana prasarana rumah sakit.

b. Pelayanan kesehatan penduduk

miskin yang dirawat inap Kelas III

Rumah Sakit

c. Peningkatan mutu pelayanan rawat

inap Kelas III Rumah Sakit

3.3.2 Increasing Affordability Of

Reconciliation and

Individual Health

Aim of this program is to

increase affordable access and

reconciliation and individual health

service quality. Target of this

programs are :

a. Implemented health services for

poor people freely in Society

Health Center and Hospital at

third class for 100%.

b. Increasing hospitalized at least

1,3% people

c. Increasing number of hospitals

which having Emergency Room

for 90%, obstetric and neonatal

emergency comprehensive for

80% and accredited hospital for

75%

Main activities and indicative

activities of this programs includes:

a. Build and develop facilities of

hospitals

b. Health services for poor people

who hospitalized at third class

c. Improving quality services of

hospitalized services at third class

28Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 46: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab III Program Pembangunan Kesehatan

3.3.3 Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak

Tujuan program adalah mendukung upaya menurunkan angka

kematian ibu melahirkan, angka

kematian bayi dan balita. Sasaran

program ini adalah :

a. Meningkatnya cakupan persalinan

yang ditolong oleh tenaga kesehatan

menjadi 75%.

b. Meningkatnya cakupan pelayanan

antenatal (K1) 90% , cakupan

kunjungan neonatus (KN2) menjadi

90%, dan cakupan kunjungan bayi

menjadi 90%.

Kegiatan pokok dari program ini

meliputi :

a. Peningkatan ketrampilan tenaga

pengelola kesehatan ibu dan anak

b. Pengadaan dan Peningkatan sarana

pelayanan KIA

c. Peningkatan kualitas pelayanan

kesehatan ibu dan anak

3.3.4 Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

Tujuan Program adalah memberdayakan individu, keluarga, dan

masyarakat agar mampu menumbuhkan

perilaku hidup bersih dan sehat, serta

mengembangkan upaya kesehatan

bersumber kesehatan. Sasaran program

3.3.3 Improving Mother and

Children Health

Aim of this program is to

support an effort in decreasing

number of death mother give birth,

number of baby and children under

five years old death. Target of this

programs are :

a. Increasing scope of give birth

helped by health man power

become 75%

b. Increasing scope of Antenatal

services (K1) become 90%, scope

of neonatal visiting (KN2) become

90%, and scope of baby visiting

for 90%.

Main activities of this programs

includes :

a. Increasing life skill of man power

who manage mother and child

b. Increasing and supplying facilities

KIA services

c. Increasing quality services of

mother and child

3.3.4 Health Promotion And

Efficient Use Of Society

Aim of this program is efficient

use of individual, family, and society

in order to grow health and clean

behavior, also developing health

building sourced health.

Target of these programs are :

29Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 47: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab III Program Pembangunan Kesehatan

ini adalah :

a. Terwujudnya komitmen semuja

stakeholder pembangunan

kesehatan di semua tingkatan

b. Terselenggaranya promosi

kesehatan berskala provinsi dalam

rangka pemberdayaan masyarakat.

c. Meningkatnya rumah tangga

berperilaku hidup bersih dan sehat

menjadi 40%.

Kegiatan yang dilakukan dalam program

ini meliputi :

a. Peningkatan pelatihan tenaga

penyuluh kesehatan

b. Pengembangan media promosi dan

informasi perilaku hidup bersih dan

sehat

c. Pengembangan upaya kesehatan

bersumberdaya masyarakat

d. Peningkatan pendidikan kesehatan

kepada masyarakat e. Monitoring, evaluasi dan pelaporan

3.3.5 Perbaikan Gizi Masyarakat Tujuan Program adalah

meningkatkan kesadaran gizi keluarga

dalam upaya meningkatkan status gizi

masyarakat terutama kepada ibu hamil,

bayi dan balita serta usia produktif.

a. Creating commitment to

stakeholders in health

development for all level

b. Implemented Province

Periodically Health Promotion in

efficient use of society.

c. Increase the clean and healthy life

of house behavior become 40%.

Activities of these programs includes:

a. Increasing health elucidation

training

b. Media promotion building and

information of health and clean

behavior

c. Health efforts building sourced

people affordable

d. Health education improvement

for people

e. Monitoring, evaluation, and

report.

3.3.5 Nutritional Upgrading of

people

Aim of this program is to

increase the importance of family

nutritional in increasing nutritional

status of society especially to

pregnant woman, baby, and children

under five year’s old and productive

age.

30Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 48: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab III Program Pembangunan Kesehatan

Sasaran dari program ini ádalah :

a. Meningkatnya persentase ibu hamil

yang mendapat tablet Fe menjadi >

80%;

b. Meningkatnya persentase Bayi Yang

Mendapat ASI eksklusif menjadi

62%;

c. Meningkatnya Balita yang

mendapatkan vitamin A menjadi

80%;

d. Meningkatnya Balita gizi kurang dan

gizi buruk yang ditangani menjadi

100%;

e. Meningkatnya Ibu hamil Kurang

Energi Kronis (KEK) yang ditangani

menjadi 100%.

Kegiatan pokok yang dilakukan

oleh program ini meliputi: a. Penyusunan peta informasi

masyarakat kurang gizi;

b. Penanggulangan KEP, Anemia Gizi

Besi, Kekurangan Vitamin A dan

kekurangan zat mikro lainnya;

c. Pemberdayaan masyarakat untuk

pencapaian keluarga sadar gizi.

3.3.6 Peningkatan Lingkungan Sehat Tujuan program adalah mewujudkan mutu lingkungan hidup

Target of These programs are :

a. Increasing percentage of

pregnant women who get Fe

tablet become > 80%

b. Increasing percentage of an

exclusive Breast Feeding Baby

become 62%

c. Increasing the children under five

years old who get vitamin A

become 80%

d. Increasing prevention for bad

and mal nutritional children under

five years old for 100%.

e. Increasing preventing Chronics

Energy Less of pregnant woman

for 100%.

Main activities of these programs are:

a. Managing information map of

mal nutritional society

b. Prevention of KEP, Anemia,

lack of vitamin A and other

micro substances.

c. Efficient use of people to

reach nutritional family

awareness.

3.3.6 Increasing Health

Environment

Aim of this program is to create

quality of healthy life through

31Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 49: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab III Program Pembangunan Kesehatan

yang sehat melelui peningkatan dan

pembinaan serta penggalangan

kemitraan untuk menggerakkan

pembangunan berwawasan kesehatan.

Sasaran dari program ini ádalah :

a. Meningkatnya persentase keluarga

menghuni rumah yang memenuhi

syarat kesehatan menjadi 80%,

persentase keluarga menggunakan

air bersih : 85 % dan persentase

keluarga menggunakan jamban

memenuhi syarat kesehatan 80%.

b. Meningkatnya persentase tempat-

tempat umum (TTU) yang memenuhi

syarat kesehatan menjadi 80%.

Kegiatan pokok program ini

meliputi :

a. Peningkatan penyediaan sarana air

bersih dan sanitasi dasar

b. Pemantauan kualitas lingkungan

c. Peningkatan upaya pengawasan

penyehatan makanan dan minuman

d. Peningkatan wilayah sehat

3.3.7 Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit

Tujuan program ini adalah

menurunkan angka kesakitan, kematian

dan kecacatan akibat penyakit menular

dan penyakit tidak menular. Prioritas

penyakit menular yang ditanggulangi

adalah Malaria, DBD, TB. Paru, Diare,

improvement and guidance and

partnership to motivate building of

health. Target of these programs are:

a. Increasing percentage of healthy

house family become 80%,

percentage of using clean water

for 85% and percentage family of

using healthy toilet is 80%.

b. Increasing percentage of general

places which fulfill health

condition become 80%.

Main activities of these programs are:

a. Increasing supplies of clean water

and basic sanitary.

b. Monitoring quality of environment

c. Increasing of health control for

food and beverages

d. Increasing healthy territorial

3.3.7 Prevention of Diseases

Aim of this program is to

decrease number of sickness, death,

and paralysis by epidemic and un

epidemic. Disease priorities are;

Malaria, DBD, TB, Lungs, Diarrhea,

Polio, HIV/AIDS, pneumonia, and all

32Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 50: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab III Program Pembangunan Kesehatan

Polio, HIV/AIDS, Pneumonia, penyakit-

penyakit yang dapat dicegah dengan

imunisasi. Sedangkan penyakit tidak

menular dan degeneratif yang prioritas

ditanggulangi adalah penyakit jantung

dan gangguan sirkulkasi darah, diabetes

mellitus, dan penyakit-penyakit lainnya.

Sasaran yang hendak dicapai adalah :

a. Persentase desa yang mencapai

Universal Child Imunization (UCI)

menjadi di atas 80%.

b. Meningkatnya Angka Penemuan

Penderita (Case Detection Rate)

penyakit TB menjadi 70% dan angka

keberhasilan pengobatan (Cure

Rate) TB menjadi di atas 85%

c. Meningkatnya Angka

PenemuanAcute Flaccid Paralysis

(AFP) menjadi 2/100.000 anak usia

kurang dari 15 tahun

d. Meningkatnya penderita Demam

Berdarah Dengue (DBD) yang

ditangani menjadi 80%

e. Meningkatnya penderita Malaria

yang diobati menjadi 100%

f. Menurunnya Case Fatality Rate

(CFR) Diare pada saat Kejadian Luar

Biasa (KLB) 1,2%

g. Meningkatnya ODHA (Orang

Dengan HIV/AIDS) mendapat

pengobatan ART menjadi 100%

Kegiatan pokok dan kegiatan

indikatif progaram ini meliputi :

diseases that prevented by

immunization. Non epidemic

diseases and degenerative priorities

which prevented are heart, blood

circulation disturbances, diabetes

mellitus, and other diseases. Target

should be achieved are:

a. Percentage villages which get

universal child immunization

(UCI) are above 80%.

b. Increasing number of Case

Defection Rate of TB to 70%

and number of Cure Rate of

TB is above 85%.

c. Increasing number of Acute

Flaccid Paralysis become

2/100.000 children less of 15

years old.

d. Increasing number of Dengue

Hemorragic Fever (DHF)

patient handling for 80%

e. Increasing number of malaria

patient curing for 100%

f. Decreasing case fatality rate

diarrhea at un usual incidence

at 1,2%

g. Increasing people with

HIV/AIDS who get ART

Therapy for 100%

Main activities and indicatives

activities of these programs are:

33Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 51: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab III Program Pembangunan Kesehatan

1. Peningkatan imunisasi

2. Pencegahan dan pemberatasan

penyakit malaria

3. Pencegahan dan pemberatsan

penyakit DBD

4. Pencegahan dan Pemberatasan

penyakit TBC

5. Pencegahan dan Pemberatasan

penyakit IMS (Infeksi Menular

Seksual)/Penyakit Menular Seksual

(PMS).

6. Pencegahan dan Pemberantasan

penyakit diare

7. Pencegahan dan Pemberatasan

penyakit ISPA/Pneunomia

8. Peningkatan Surveilens Epidemologi

dan Penanggulangan Wabah/KLB

9. Pencegahan dan Pemberatasan

penyakit degeneratif

3.3.8 Farmasi dan Makanan

Tujuan Program adalah

melindungi masyarakat dari

penyalahgunaan pemakaian sedíaan

farmasi dan alat-alat kesehatan, serta

produk makanan dan minuman yang

beredar di masyarakat, sarana

kefarmasian, serta pelayanan swasta

lainnya. Sasaran dari program ini

adalah:

a. Ketersediaan obat esensial generik

di sarana pelayanan kesehatan

1. Increase immunization

2. Prevent malaria disease

3. Prevent Dengue Hemorragic

Fever (DHF) disease

4. Prevent TBC

5. Prevent Sexual infection

disease

6. Prevent diarrhea

7. Prevent pneumonia

8. Increasing epidemic

surveillance and epidemic

prevention

9. Degenerative disease

prevention

3.3.8 Pharmacy and Food

Aim of this program is to

protect people from misusing of

pharmacy and health tools, foods and

beverages products which distribute

in society environment, pharmacy

facilities and other private sectors.

Target of these programs are:

a. Availability of essential generic

medicine in health service

34Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 52: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab III Program Pembangunan Kesehatan

menjadi 90%

b. Anggaran obat esensial generik di

sektor Publik setara 2

USD/kapita/tahun

Kegiatan pokok program ini meliputi :

a. Peningkatan Penyediaan obat

pelayanan dasar

b. Peningkatan pengawasan peredaran

dan pemakaian sediaan farmasi,

obat-obatan, obat tradisional, alat

kesehatan serta makanan dan

minuman.

3.3.9 Sumber Daya Kesehatan Tujuan program adalah

meningkatkan jumlah, mutu, dan

penyebaran tenaga kesehatan sesuai

dengan kebutuhan pembangunan

kesehatan. Sasaran program ini ádalah :

a. Tenaga Bidan dan Perawat

ditingkatkan pendidikannya minimal

strata D3

b. Pengiriman tugas belajar S1 dan S2

berbagai jurusan sesuai kebutuhan

c. Pendidikan dan Pelatihan Teknis dan

Manajemen

d. Penempatan tenaga kesehatan

strategis ke fasilitas kesehatan yang

membutuhkan

facilities become 90%

b. Budgeting generic essential

medicine in public sectors is 2

USD/capita/year.

Main activities of these programs are:

a. Increasing availability of basic

service medicines

b. Increasing control of

distribution and availability of

using pharmacy, medicine,

traditional medicine, health

tools and also foods and

beverages.

3.3.9 Health Resources

Aim of this program is to

increase number, quality, and

distributing of health man power

according to the needs of health

development. Target of these

programs are:

a. Increasing level education of

midwifes and nurses until D3

b. Further study to get S1 or S2

for all fields.

c. Education and techniques and

management training

d. Placed on the health man

powers to the health facilities

needs.

35Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 53: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab III Program Pembangunan Kesehatan

Kegiatan pokok progaram ini meliputi :

a. Perencanaan kebutuhan tenaga

kesehatan

b. Peningkatan ketrampilan dan

profesionalisme tenaga kesehatan

c. Pendidikan tenaga kesehatan dan

pelatihan tenaga kesehatan

d. Pembinaan tenaga kesehatan

termasuk pengembangan karir

tenaga kesehatan dan PNS

3.3.10 Kebijakan dan Manajemen Tujuan program ádalah

mengembangkan kebijakan dan

manajemen pembangunan kesehatan

guna mendukung penyelenggaraan

sistem kesehatan guna mendukung

penyelenggaraan sistem kesehatan

daerah dan sistem kesehatan nasional.

Sasaran program ini ádalah :

a. Tersusunnya Rencana Strategis

b. Tersusunnya Rencana Kerja (Renja)

dan Rencana Kerja dan Angaran

(RKA).

c. Tersusunnya Profil Kesehatan

d. Tersusunnya Laporan Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

e. Tersusun dan tersosialisasinya

regulasi sektor kesehatan

f. Terwujudnya koordinasi jajaran

kesehatan di berbagai tingkatan.

Main activities of these programs are:

a. Planning of health man power

needs

b. Improving professionalism and life

skill of health man powers

c. Education and Training of health

man powers

d. Guidance of health man powers

including carrier building of health

man power and public servant.

3.3.10 Management and Wisdoms

Aim of this program is to

developing wisdoms and

management to support

implementation of health system in

supporting implementation of regional

and national health system. Target of

these programs are :

a. Managed strategic planning

b. Managed work plan and

budgeting work plan

c. Managed health profile

d. Managed work accountability

report of government

instances

e. Managed and socialized

regulation of health sectors

f. Created coordination of health

department at all level

36Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 54: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab III Program Pembangunan Kesehatan

Kegiatan pokok dan kegiatan

indikatif program ini meliputi :

a. Penyusunan perencanaan dan

penganggaran pembangunan

kesehatan

b. Pengembangan sistem informasi

kesehatan (SIK)

c. Peningkatan jaminan pembiayaan

kesehatan masyarakat secara

kapitasi dan pra upaya terutama bagi

penduduk miskin yang berkelanjutan.

3.3.11 Penelitian dan Pengembangan Tujuan progaram ini adalah untuk

meningkatkan penelitian dan

pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi kesehatan sebagai masukan

dalam perumusan kebijakan dan

program pembangunan kesehatan.

Sasaran program ini ádalah

terlaksananya survei kesehatan daerah

sesuai kebutuhan

Kegiatan pokok program ini ádalah : a. Penelitian dan pengembangan

b. Pengembangan tenaga, sarana dan

prasarana penelitian

c. Penyebarluasan dan pemanfatan

hasil penelitian dan pengembangan

kesehatan.

Main activities and indicative

activities of these programs includes:

a. Managing plan and budgeting

health development

b. Developing health information

system

c. Increasing guarantee of health

society budget capitalized and

as a pre efforts especially to all

poor people

3.3.11 Research and Developing

Aim of this program is to

increase research and developing of

health technology and knowledge as

a income in formulating wisdom and

health development programs. Target

of this program is implemented the

region health survey according to the

needs.

Main activities of these programs are:

a. Research and developing

b. Developing man power, facilities

and research facilities

c. Wide open distributing and using

result of research and health

development.

37Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 55: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

BAB IV PENCAPAIAN PROGRAM KESEHATAN HEALTH PROGRAM ACHIEVEMENT

Situasi derajat kesehatan

masyarakat di Provinsi Kepulauan Riau

dapat dilihat dari beberapa indikator

yang meliputi situasi mortalitas,

morbiditas, dan status gizi masyarakat.

Situation of health level in Riau

Islands Province can be seen from

some indicators which involves

mortality, morbidity, and society

nutrients situation.

4.1 MORTALITAS 4.1 Mortality

Mortalitas atau kematian dapat

menimpa siapa saja, tua, muda, kapan

dan dimana saja. Banyak faktor yang

menyebabkan terjadinya kejadian

kematian. Kasus kematian terutama

dalam jumlah banyak berkaitan dengan

masalah sosial, ekonomi, adat istiadat

maupun masalah kesehatan lingkungan.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

mendefinisikan kematian sebagai suatu

peristiwa menghilangnya semua tanda-

tanda kehidupan secara permanen, yang

bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran

hidup. Indikator kematian berguna untuk

memonitor kinerja pemerintah pusat

maupun lokal dalam peningkatan

kesejahteraan masyarakat.

Mortality happened to every body,

even young and old. And it happened

everywhere at anytime. Many factors

cause the death. Death cases in great

number relate to social, economics,

traditional culture, and environment

health problems. Definition of death

according to WHO; death is an event

which no signed of life permanently.

Death indicator is used to monitoring

work of region and central government

in increasing prosperity of people.

Kematian dewasa umumnya

disebabkan karena penyakit menular,

penyakit degeneratif, kecelakaan atau

gaya hidup yang beresiko terhadap

Adults death generally caused by

infection disease, degenerative

disease, accident or high risk life style

to death. Baby and under five years

38Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 56: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

kematian. Kematian bayi dan balita

umumnya disebabkan oleh penyakit

sistim pernapasan bagian akut (ISPA)

dan diare. Faktor gizi buruk juga

menyebabkan anak-anak rentan

terhadap penyakit menular, sehingga

mudah terinfeksi dan menyebabkan

tingginya kematian bayi dan balita di

suatu daerah. Faktor sosial ekonomi

seperti pengetahuan tentang kesehatan,

gizi dan kesehatan lingkungan,

kepercayaan, nilai-nilai, dan kemiskinan

merupakan faktor individu dan keluarga,

mempengaruhi mortalitas dalam

masyarakat (Oetomo, 1985).

mortality generally caused by

respiratory system disease and

diarrhea. Bad nutrients also caused

the children susceptible to infection

disease, so that easy infected and

caused higher baby and under five

years mortality in a region. Social,

economics, likes knowledge about

health, nutrients and environment

health, belief, norms, and poverty are

family and individual factors and

influences mortality in society

(Oetomo, 1985).

Angka kematian dapat digunakan

sebagai salah satu indikator dalam

penilaian keberhasilan pelayanan

kesehatan serta menggambarkan

perkembangan derajat kesehatan

masyarakat. Berikut yang akan

dijabarkan meliputi angka kematian bayi

(AKB), angka kematian balita (AKABA),

dan angka kematian ibu maternal.

Mortality can be used as a one

indicator in evaluating success of

health services and also picturing the

developing society health level. We

will describes maternal mortality rate

(MMR), on below :

4.1.1 Angka Kematian Bayi (AKB) 4.1.1 Infant Mortality Rate Kematian bayi adalah kematian

yang terjadi antara saat setelah bayi

lahir sampai bayi belum berusia tepat

satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan

dengan kematian bayi. Secara garis

besar, dari sisi penyebabnya, kematian

bayi ada dua macam yaitu endogen dan

Infant mortality is a death

happened at the birth, after birth, and

before baby reach one year old. Many

factors related to infant mortality .

Generally, from caused side point of

view, infant mortality divided into two:

endogen and exogenous. Endogen

39Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 57: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

eksogen. Kematian bayi endogen atau

yang umum disebut dengan kematian

neonatal yaitu kematian bayi yang terjadi

pada bulan pertama setelah dilahirkan.

Umumnya disebabkan oleh faktor-faktor

yang dibawa anak sejak lahir, yang

diperoleh dari orang tuanya pada saat

konsepsi atau didapat selama

kehamilan. Kematian bayi eksogen atau

kematian post neo-natal adalah kematian

bayi yang terjadi setelah usia satu bulan

sampai menjelang usia satu tahun yang

disebabkan oleh faktor-faktor yang

bertalian dengan pengaruh lingkungan

luar.

infant mortality or called neonatal

death is infant mortality at the first

month of birth, usually caused by

internal factors which get from the

parents at conception or from

pregnancy periods. Exogenous infant

mortality or post neonatal death is

infant mortality happened after one

month until one year old and caused

by external factors.

Angka Kematian Bayi merupakan

indikator penting untuk mencerminkan

keadaan derajat kesehatan di suatu

masyarakat karena bayi yang baru lahir

sangat sensitif dengan keadaan

lingkungan tempat tinggal orangtua si

bayi tinggal dan sangat erat kaitannya

dengan keadaan sosial ekonomi

orangtua si bayi. Angka kematian bayi

selain berguna untuk memantau dan

mengevaluasi keberhasilan program di

bidang kesehatan, juga dapat

dimanfaatkan sebagai alat ukur situasi

demografi dan sebagai masukan dalam

melakukan perhitungan proyeksi

penduduk. Juga dapat dimanfaatkan

untuk pengembangan perencanaan

misalnya adalah berbeda program dan

Infant mortality is an

importance factors which shows

situation level of health people in

society. New born baby is very

sensitive to the situation of parents life

and related to the social-economics of

the parents. infant mortality is used to

monitoring and evaluating success of

the programs in health fields, also

used to measure demography

situation and as a income in doing

calculation of people projection. It is

also used to developing plan likes

different activities and programs

between neonatal death and other

infant mortality . Neo natal death

caused by endogen factors which

related to pregnancy, so the programs

40Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 58: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

kegiatan antara kematian neo-natal dan

kematian bayi yang lain. Karena

kematian neo-natal disebabkan oleh

faktor endogen yang berhubungan

dengan kehamilan maka program-

program untuk mengurangi angka

kematian neo-natal adalah yang

bersangkutan dengan program

pelayanan kesehatan Ibu hamil,

misalnya program pemberian pil besi dan

suntikan anti tetanus.

to decrease number of neo natal

infant mortality is related to health

services programs of pregnant

mother, such as program giving an

anti tetanus serum injection and iron

tablet.

Secara nasional angka kematian

bayi telah banyak mengalami penurunan

yang cukup besar. Pada tahun 1995

AKB diperkirakan sebesar 55 per 1.000

kelahiran hidup, kemudian turun menjadi

52 pada tahun 1997, dan turun lagi

menjadi 44 per 1.000 kelahiran hidup

pada tahun 2000. AKB menurut hasil

Surkesnas/Susenas berturut-turut pada

tahun 2001 sebesar 50 per 1.000

kelahiran hidup dan pada tahun 2002

sebesar 45 per 1.000 kelahiran hidup.

Sedangkan AKB menurut hasil SDKI

2002-2003 terjadi penurunan yang cukup

besar, yaitu menjadi 35 per 1.000

kelahiran hidup pada tahun 2002-2003.

Laporan Pengembangan Pembangunan

Manusia tahun 2004 menyebutkan AKB

tahun 2002 sebesar 43,5 per 1.000

kelahiran hidup.

Nationally, infant mortality rate

is more decrease. In 1995 infant

mortality rate is 55 per 1.000 life born,

and then decrease to 52 in 1997, and

et lower until 44 per 1.000 life born in

2000. Infant mortality rate according to

National Census rapidly in 2001 is 50

per 1.000 life born and in 2002 is 45

per 1.000 life born. While according to

SDKI results in 2002-2003, infant

mortality rate decrease to 35 per

1.000 life born. Human Development

Building report in 2004 mentioned that

infant mortality rate in 2002 is 43.5 per

1.000 life born.

41Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 59: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

Dalam hal kematian, Indonesia

mempunyai komitmen untuk mencapai

sasaran Millenium Development Goals

(MDGs) untuk menurunkan Angka

Kematian Anak sebesar dua per tiga dari

angka di tahun 1990 atau menjadi 20 per

1000 kelahiran bayi pada tahun 2015.

Untuk mencapai tujuan ini diperlukan

usaha yang sungguh-sungguh dari

berbagai instansi terkait, mulai dari

pemerintah baik pusat maupun daerah,

LSM dan masyarakat pada umumnya.

Pada tahun 2007, jumlah persalinan di

Provinsi Kepulauan Riau sebanyak

37.234 persalinan. Dari persalinan

tersebut terjadi persalinan lahir mati

sebanyak 278 persalinan (0,75%).

Sedangkan dari yang lahir hidup

dilaporkan bahwa sebanyak 186 bayi

meninggal. Jika dikonversikan secara

langsung dengan penghitungan angka

kematian bayi diketahui bahwa

gambaran angka kematian bayi di

Provinsi Kepulauan Riau tahun 2007

sebesar 5, 03 per 1.000 kelahiran hidup.

Jika dibandingkan dengan keadaan

tahun 2006 dapat dilihat bahwa jumlah

yang lahir mati secara angka absolut

mengalami peningkatan yaitu dari 188

orang pada tahun 2006 menjadi 278

orang pada tahun 2007, namun secara

persentase justru mengalami penurunan

yaitu 0,78% pada tahun 2006 menjadi

In death cases, Indonesia has

a commitment to reach the Millennium

Development Goals (MGDs) to

decrease infant mortality rate at two

third of number in 1990 or become 20

per 1.000 baby born in year 2015. To

achieve this aim is needed some

efforts from many related instances,

central and regional Government,

private sectors, and the society. In

year 2007, number of baby born in

Riau Islands Province is 37.234. From

this birth reported about 278 (0.75%)

was death at the time and 186 babies

died after born. If we converted

directly to Infant Mortality Rate known

that picturing Infant Mortality Rate in

Riau Islands Province year 2007 is

5.03 per 1.000 life born. If we

compare to the situation in year 2006

can be seen that infant mortality rate

born by numbering is increased from

188 people in 2006 become 278

people in 2007, but decrease in

percentage that is from 0.78% in 2006

become 0.75% in 2007. Base upon

result of SDKI 2007, Infant Mortality

Rate nationally is 34 per 1.000 life

born. Infant mortality rate in Riau

Islands Province is below it. By

reminding that this number is just from

mortality data reported, so it is not

picturing the real situation. Probability

42Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 60: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

0,75% pada tahun 2007. Berdasarkan

hasil SDKI 2007, angka kematian bayi

secara nasional adalah sebesar 34 per

1.000 kelahiran hidup. AKB Provinsi

Kepulauan Riau sudah jauh di bawah

angka ini. Namun mengingat angka ini

baru hanya dari data angka kematian

yang dilaporkan tentunya belum

menggambarkan keadaan yang

sesungguhnya. Kemungkinan angka

kematian bayi lebih besar dari angka

yang dilaporkan. Distribusi jumlah

kematian bayi menurut kabupaten/kota

Provinsi Kepulauan Riau tahun 2007

dapat dilihat pada lampiran tabel 6.

Gambaran angka kematian bayi Provinsi

Kepulauan Riau menurut kabupaten/kota

tahun 2004-2007 dapat dilihat pada

gambar 4.1 berikut :

Infant Mortality Rate is bigger than

reported number. Distribution infant

mortality rate according to

Districts/Cities of Riau Islands

Province in year 2007 can be seen on

the enclosure list. 6. Picturing about

Infant Mortality Rate in Riau Islands

Province according to Districts/cities in

year 2004-2007 can be seen on this

pictures 4.1, as follows :

43Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 61: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

Gambaran Angka Kematian Bayi Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2004 - 2007

Gambar

0

5

10

15

20

25

AKB

per 1

.000

KH

Karimun Bintan Natuna Lingga Batam Tg.Pinang Provinsi

Kabupaten/Kota

2004 2005 2006 2007

4.1 :

Pictures Picturing Number Of Infant Mortality Rate (IMR) to Districts/Cities In Riau Islands Province Year 2004 - 2007

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2004-2005, Prov. Kepri Source : Health Profile of Districts/Cities Year 2004-2005, Riau Islands Province

Dari gambar di atas dapat dilihat

bahwa angka kematian bayi secara

provinsi cenderung mengalami

penurunan walau pada tahun 2005

sempat mengalami peningkatan.

Sedangkan kalau diperhatikan menurut

kabupaten/kota akan dapat dilihat

adanya angka kematian bayi yang

berfluktuatif seperti di Kabupaten

Karimun, Kabupaten Lingga dan Kota

Tanjungpinang. Hal ini juga dapat

dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk

memperbaiki sistem pelaporan.

From the above picture can be

seen that Infant Mortality Rate in

province tends to decrease, even in

year 2005 is increased. If we look

closely according to Districts/Cities

Infant Mortality Rate is fluctuated likes

in Karimun Regency, Lingga Regency

and Tanjungpinang City. This case

can be used for evaluation to fix the

reporting system.

Pada tahun 2007, penyebab

kematian bayi utama di Provinsi

Kepulauan Riau masih sama dengan

In year 2007, main caused of

infant mortality in Riau Islands

Province was the same as year 2008

44Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 62: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

45

penyebab kematian bayi pada tahun

2006 yaitu disebabkan oleh kejadian bayi

baru lahir rendah (BBLR). Kejadian

BBLR yang menyebab kematian bayi

sebesar 48%. Penyebab lainnya yaitu

adalah kejadian asfiksia yaitu sebesar

21%, sedangkan kejadian lainnya yang

tidak jelas diuraikan penyebabnya

sebesar 31% yang meliputi kemungkinan

adanya kejadian infeksi, pneumoni, diare

dan faktor lainnya. Gambaran

persentase penyebab kematian bayi

Provinsi Kepulauan Riau tahun 2007

dapat dilihat pada gambar 4.2, berikut :

that lower baby just born happened.

Lower baby just born caused infant

mortality about 48%. Other caused is

asphyxias about 21a%, other factors

are 31% includes infections,

pneumonia, diarrhea. Pictures of

caused percentage infant mortality in

Riau Islands Province 2007 can be

seen on pictures 4.2, as follows :

Persentase Penyebab Kematian Bayi Gambar

Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

BBLR 48%

Asfiksia21%

Lain-lain31%

Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 4.2 :

Pictures Percentage Caused Of Infant Mortality Rate (IMR) In Riau Islands Province Year 2007

Gambar 3. Persentase Penyebab Kematian Bayi

Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007

Sumber : Seksi Kesehatan Keluarga, Dinkes Prov. Kepri, 2008 Source : Family Health Section, Health Department Of Riau Islands Province,2008

Page 63: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

Masalah bayi BBLR merupakan

masalah yang serius yang perlu

mendapat perhatian khusus karena

BBLR dapat menyebabkan anak

bersangkutan mengalami gangguan

perkembangan fisik dan mental pada

masa mendatang. Tingginya angka

kejadian BBLR sebagai penyebab utama

kematian bayi perlu mendapat perhatian

yang lebih serius dari semua pihak.

Kejadian BBLR merupakan suatu

indikator derajat kesehatan masyarakat.

Salah satu faktor penyebab kejadian

BBLR adalah kondisi gizi ibu pada saat

hamil yang banyak dipengaruhi oleh

faktor seperti ekonomi keluarga, tingkat

pendidikan ibu, ketersediaan pangan di

masyarakat, sosial budaya, dan lain-lain.

Pada tahun 2007, angka kejadian BBLR

terdapat sebesar 2,04% (755 kasus).

Tingginya angka kejadian BBLR ini perlu

mendapat perhatian khususnya program-

program dan kegiatan yang berkaitan

dengan kesehatan ibu hamil. Data lebih

rinci tentang kejadian BBLR dapat dilihat

pada tabel lampiran 15.

Lower Baby Born Weight

problem is a serious problem and

need to have special attention

because the baby will have a problem

in mentally and physically for the

future. Higher number of Lower baby

born weight is main caused of infant

mortality and need to have special

attention from all parties. This is one

of health indicators of society. One of

the factor of lower baby born weight is

condition of nutrition mother during

pregnancy that influenced by many

factors likes family economics,

education level of mother, supplies

food in society, social-culture, and so

on. In year 2007, number of lower

baby born weight is 2,04% (755

cases). Higher number of this

problem needs to have special

attention especially programs and

activities related to the health of

pregnant woman. Detail data about

lower baby born weight can be seen

list enclosure 15.

4.1.2 Angka Kematian Balita

(AKABA) 4.1.2 Under Five Years Mortality

Rate (U5MR)

Angka Kematian Balita adalah

jumlah kematian anak berusia 0-4 tahun

selama satu tahun tertentu per 1.000

Under five years mortality rate

(U5MR) is number of children death

between 0-4 years old in a certain

46Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 64: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

anak umur yang sama pada pertengahan

tahun itu (termasuk kematian bayi).

Angka Kematian Balita dapat berguna

untuk mengembangkan program

imunisasi, serta program-program

pencegahan penyakit menular terutama

pada anak-anak, program penyuluhan

tentang gizi dan pemberian makanan

sehat untuk anak dibawah usia 5 tahun.

year per 1.000 same age of children

in the middle of the year (including

infant mortality ). Under five years

mortality rate (U5MR) is used to

developing immunization programs

and infection disease prevention

programs for children, elucidation

programs about nutrition and healthy

food given to children under five

years old.

Hasil SDKI secara Nasional terus

menunjukkan penurunan. Jika pada

thaun 1991, AKABA Nasional berada

pada kisaran 97 per 1.000 kelahiran

hidup, namun berdasarkan hasil SDKI

2007 diketahui bahwa AKABA Nasional

menjadi 44 per 1.000 kelahiran hidup.

Gambaran perkembangan AKABA pada

tahun 1991–2007 di Indonesia disajikan

pada gambar 4.3, berikut:

Result of SDKI Nationally

decrease continuously. If in year

1991, National Under five years

mortality rate (U5MR) stay on 97 per

1.000 life born, thus base upon result

of SDKI 2007 known that National

Under five years mortality rate

(U5MR) become 44 per 1.000 life

born. Pictures about developing

number of children under five years

old in 1991-2007 in Indonesia,

prepared on pictures 4.3, as follows:

47Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 65: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

Tingkat Kematian Balita di Indonesia, 1991 - 2007 Gambar

97

81

58

46 44

0

20

40

60

80

100

120A

KA

BA

Nas

iona

l (pe

r 1.0

00 K

H)

1991 1994 1997 2002-2003 2007

4.3 : Level Of Under Five Years Mortality Rate (U5MR) In

Indonesia, 1991 – 2007 Pictures

Gambar 4. Tingkat Kematian Balita di Indonesia, 1991 - 2007

Sumber : Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007 Source : Demoraphy Survey Indonesia Health 2007

Hasil survei yang dilakukan pada

SKRT 1995 dan Surkesnas 2001 tentang

penyebab utama kematian Balita

menunjukkan bahwa penyakit infeksi

merupakan penyebab kematian yang

terbanyak. Pada tahun 2001, kematian

Balita yang tertinggi disebabkan oleh

Pneumonia (4,6 per 1.000 Balita),

disusul oleh kematian akibat diare (2,3

per 1.000 Balita).

Result of survey which is done

on SKRT 1995 and National Health

Survey 2001 about main caused of

under five years mortality shows that

infection disease is the main caused.

In 2001, higher of under five years

mortality is caused by pneumonia ( 46

per 1.000 children under five years

old) followed by diarrhea (2.3 per

1.000 children under five years old).

48Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 66: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

Kejadian kematian anak balita di

Provinsi Kepulauan Riau menunjukkan

adanya penurunan kasus. Jika pada

tahun 2006 jumlah anak balita yang

meninggal dilaporkan sebanyak 88 orang

(AKABA 3,66 per 1.000 kelahiran hidup),

namun pada tahun 2007 jumlah anak

balita yang meninggal seluruhnya

menjadi 48 orang. Jika dibandingkan

dengan hasil SDKI 2007 dimana secara

nasional angka kematian balita sebesar

44 per 1.000 kelahiran hidup, maka

kondisi angka kematian balita di Provinsi

Kepulauan Riau sudah jauh dibawah

angka nasional. Kondisi ini perlu

dipertahankan dan ditingkatkan lebih

baik lagi mengingat masa balita

merupakan masa pertumbahan emas

(golden age growth) karena pada masa

ini pertumbuhan dan pembentukan

organ-organ vital anak mengalami

pertumbuhan yang pesat termasuk

pertumbuhan otak. Jika kondisi

kesehatan anak pada masa balita ini

dapat terpelihara dengan baik maka

kemungkinan besar generasi yang akan

dihasilkan adalah generasi bangsa yang

adekuat secara fisik dan inteligensia.

Under five years mortality rate

(U5MR) in Riau Islands Province

shows decreasing cases. If in 2006

under five years mortality rate

(U5MR) reported 88 children (Under

five years mortality rate (U5MR) 3, 66

per 1.000 life born), hence in 2007

whole under five years mortality rate

(U5MR) become 48 children. If we

compare to the result of SDKI 2007

which nationally under five years

mortality rate (U5MR) is 44 per 1.000

life born, so condition under five years

mortality rate (U5MR) in Riau Islands

Province is below national number.

This condition need to stay on and

well increased, reminds that children

under five years old periods are a

golden age growth, because at this

periods vital organs growth rapidly

include brain growth. If the condition

of children under five years old well

kept in this periods so that probability

to adequate generation physically and

good intelligences will proved.

4.1.3 Angka Kematian Ibu Maternal (AKI)

4.1.3 Maternal Mortality Rate

(MMR) Angka Kematian Ibu (AKI) maternal

adalah banyaknya kematian perempuan

Maternal Mortality Rate (MMR)

is many women death in pregnancy

49Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 67: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

pada saat hamil atau selama 42 hari

sejak terminasi kehamilan tanpa

memandang lama dan tempat

persalinan, yang disebabkan karena

kehamilannya atau pengelolaannya, dan

bukan karena sebab-sebab lain, per

100.000 kelahiran hidup. Angka

Kematian Ibu Maternal merupakan salah

satu indikator yang digunakan untuk

melihat tingkat kesejahteraan suatu

daerah atau negara. Hal ini didasarkan

bahwa kondisi kesehatan ibu pada waktu

hamil akan menjadi penentu

keselamatan ibu pada proses persalinan

dan masa nifas. Faktor-faktor yang

mempengaruhi derajat kesehatan ibu

hamil antara lain tingkat kesadaran

perilaku hidup sehat, status gizi dan

kesehatan ibu, kondisi kesehatan

lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan

terutama untuk ibu hamil, ibu waktu

melahirkan dan masa nifas.

periods or in 42 days since pregnancy

termination without looking too long

and birth place, which caused of the

pregnancy and not other factors, per

100.000 lives born. Maternal mortality

rate (MMR) is one of indicator used to

see level of prosperity in a territorial

or a country. This case base upon

that condition of mother health in

pregnancy periods will become main

point of mother safety on birth

process and after birth periods.

Influenced factors level health of

pregnant woman is level of healthy

life awareness behavior, nutrients

status and mother health,

environment health condition, level

health services especially for

pregnant women, birth time and after

birth periods.

Penghitungan AKI sulit dilakukan

karena untuk menghitung AKI

dibutuhkan sampel yang besar. Angka

Kematian Ibu sampai saat ini baru

diperoleh dari survei-survei terbatas

seperti penelitian dan pencatatan. Dari

beberapa hasil survei dan penelitian

terlihat bahwa angka kematian ibu

maternal secara nasional secara

konsisten menunjukkan penurunan dari

waktu ke waktu. Menurut hasil SKRT

Counting maternal mortality rate

(MMR) is difficult because it’s need

big sample. Maternal mortality rate

(MMR) is taking from limited sample

likes notes and researches. From

some survey and research shows that

maternal mortality rate (MMR)

nationally and consistently shows

decrease from time to time. According

to the result of SKRT year 1992

maternal mortality rate (MMR) is 425

50Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 68: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

tahun 1992 angka kematian ibu sebesar

425 per 100.000 kelahiran hidup, hasil

Survei Demografi Kesehatan Indonesia

(SDKI) tahun 1994 menunjukkan angka

390 per 100.000 kelahiran hidup,

sedangkan pada hasil SKRT 1995 angka

kematian ibu Maternal menurun menjadi

373 per 100.000 kelahiran hidup. Dari

hasil SDKI pada tahun 2002-2003

kejadian AKI menurun lagi menjadi 307

per 100.000 kelahiran hidup.

per 100.000 life born, and result of

Indonesia Health Demography

Survey year 1994 shows 390 per

100.000 life born, while result of

SKRT year 1995 shows maternal

mortality rate (MMR) decrease to 373

per 100.000 life born. And result of

Indonesia Health Demography

Survey year 2002-2003, maternal

mortality rate (MMR) decrease to 307

per 100.000 life born.

Angka kematian ibu di Indonesia

jika dibandingkan dengan negara-negara

anggota ASEAN Indonesia menduduki

peringkat pertama dengan AKI tertinggi.

Estimasi AKI di Indonesia pada tahun

2006 yang dihitung berdasarkan tren

penurunan AKI diperoleh angka sebesar

226 per 100.000 kelahiran hidup. Angka

ini masih jauh dari target Indikator

Indonesia Sehat 2010 dimana

diharapkan AKI menjadi 125 per 100.000

kelahiran hidup. Begitu juga dengan

target MDGs yang sangat concern untuk

menurunkan angka kematian ibu

sebesar 75% dari keadaan awal atau

menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup

pada tahun 2015.

Mortality mother in Indonesia if

compare to ASEAN countries,

Indonesia is the highest maternal

mortality rate (MMR). Estimation

mortality mother in 2006 counted

base upon decrease trends, and it is

226 per 100.000 life born. This

number is far from indicators target of

Healthy Indonesia 2010. And the

maternal mortality rate (MMR)

decrease to 125 per 100.000 life

born. MGDs target also concern to

decrease maternal mortality rate

(MMR) to 75% or 102 per 100.000 life

born in 2015.

Tingginya kematian ibu merupakan

cerminan dari ketidaktahuan masyarakat

mengenai pentingnya perawatan ibu

hamil dan pencegahan terjadinya

komplikasi kehamilan. Informasi

High maternal mortality rate

(MMR) shows that knowledge of

people about how to care during

pregnancy of pregnant woman and

pregnancy complicated prevention is

51Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 69: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

mengenai tingginya AKI akan

bermanfaat untuk pengembangan

program peningkatan kesehatan

reproduksi, terutama pelayanan

kehamilan dan membuat kehamilan yang

aman bebas risiko tinggi (making

pregnancy safer), program peningkatan

jumlah kelahiran yang dibantu oleh

tenaga kesehatan, penyiapan sistim

rujukan dalam penanganan komplikasi

kehamilan, penyiapan keluarga dan

suami siaga dalam menyongsong

kelahiran, yang semuanya bertujuan

untuk mengurangi Angka Kematian Ibu

dan meningkatkan derajat kesehatan

reproduksi.

less. Information about high number

of MMR will use to developing

reproduction health programs,

especially pregnancy services and

making pregnancy safer. Increasing

number of born programs helped by

health worker, reconciliation system

preparation in prevent pregnancy

complication, preparing family and

stand by husband in born preparation.

These all used to decrease maternal

mortality rate (MMR) and increase

level of reproduction health.

Pada tahun 2007 berdasarkan data

yang diperoleh dari Kabupaten/Kota

diketahui jumlah kematian ibu maternal

(ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas) di

Provinsi Kepulauan Riau dari 36.956

persalinan hidup dilaporkan sebanyak 29

orang meninggal dunia. Angka ini jika

dikonversikan langsung dengan

menggunakan rumus penghitungan AKI

maka diperoleh AKI Provinsi Kepulauan

Riau secara kasar adalah sebesar 79 per

100.000 kelahiran hidup. Secara absolut

terjadi penambahan kasus dari jumlah

kematian ibu pada tahun 2006 yang

hanya berjumlah 26 orang, namun

setelah dikonversi dapat dilihat bahwa

AKI tahun 2007 mengalami penurunan

In 2007 base upon data gets

from Districts/Cities know that

maternal mortality rate (MMR)

(pregnant woman, birth mother, and

after birth mother) in Riau Islands

Province from 36.956 life birth

reported 29 mother died. This number

converted directly using formula

maternal mortality rate (MMR) and

found that maternal mortality rate

(MMR) in Riau Islands Province is 79

per 100.000 life born roughly.

Absolutely increase maternal

mortality rate (MMR) cases in 2006 is

26 women. After converted seen that

maternal mortality rate (MMR) in 2007

decrease significantly compare to

52Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 70: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

yang signifikan jika dibandingkan dengan

AKI 2006 yang besarnya 108 per

100.000 kelahiran hidup. Jika ditilik

kondisi AKI di Provinsi Kepulauan Riau

ini sudah sangat menggembirakan

karena sudah jauh berada di bawah

angka nasional. Namun hal ini tetap

perlu diwaspadai karena data ini hanya

merupakan data kematian yang

dilaporkan. Keadaan pencatatan

registrasi vital yang belum berjalan

dengan baik, memungkinkan adanya

kematian ibu maternal yang tidak

terlaporkan khususnya ibu-ibu yang

meninggal tidak di sarana pelayanan

kesehatan.

maternal mortality rate (MMR) in 2006

about 108 per 100.000 lives born. If

we looked back condition maternal

mortality rate (MMR) in Riau Islands

Province is satisfied and below

national. But should be aware

because this is a reported data. Vital

registration note conditions haven’t

work well. There are possibilities un

reported maternal mortality rate

(MMR) especially who are died at out

of health services facilities.

Berbagai penelitian yang telah

dilaksankan mengenai faktor-faktor yang

menyebabkan kematian ibu maternal

diketahui bahwa sekitar 90% kematian

ibu disebabkan oleh pendarahan,

teksemia gravidarum, infeksi, partus

lama dan komplikasi abortus. Kematian

ini paling banyak terjadi pada masa

sekitar persalinan yang sebenarnya

dapat dicegah. Hal ini tidak jauh berbeda

dengan penyebab kematian ibu maternal

di Provinsi Kepulauan Riau,

sebagaimana ditunjukkan dalam gambar

4.4 berikut :

Many researches have been

done about factors which influences

maternal mortality rate (MMR), and

known that 90% maternal mortality

rate (MMR) caused by blooding,

toxsemias gravidum, infection, old

partus, and abortion complications.

These deaths always happened after

birth and actually it can be prevented.

This case is not different from caused

of mother death in Riau Islands

Province, as shown in pictures 4.4, as

follows:

53Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 71: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

Lain-lain; 10; 34%

Komplikasi Abortus; 2;

7%

Infeksi; 2; 7%

Eklamsi; 3; 10%

Perdarahan; 12; 42%

Penyebab Kematian Ibu Maternal Gambar di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007

: 4.4 Pictures Caused Of Maternal Mortality Rate (MMR)

In Riau Islands Province Year 2007

Sumber : Seksi Kesehatan Keluarga, Dinkes Prov.Kepri, 2008 Source: Family Health Section, Health Department of Riau Islands Province, 2008

Berdasarkan gambar 5 di atas

dapat dilihat bahwa penyebab kematian

ibu maternal yang paling banyak adalah

perdarahan yaitu sebanyak 12 orang

(42%), yan diikuti oleh eklamsi sebanyak

3 orang (10%), infeksi 2 orang (7%) dan

komplikasi abortus sebanyak 2 orang

(7%). Sementara itu faktor lain tercatat

cukup banyak yaitu sebanyak 10 kasus

(34%). Ketidakjelasan penyebab

kematian ini perlu diperhatikan untuk

lebih memperbaiki sistem pencatatan

dan pelaporan karena dengan

mengetahui penyebab kematian akan

mempermudah penentuan program

pencegahan kematian ibu maternal.

Base upon pictures 5 above is

seen that caused of the most

maternal mortality rate (MMR) is

blooding about 12 women (42%)

followed by exclaims for 3 women

(10%), infection 2 women (7%) and

abortion complication is 2 women

(7%).While other factor is 10 cases

(34%) unclear caused of this death

need to attended for more better

fixing in reporting and noting system.

By knowing that will easier to make

maternal mortality rate (MMR)

prevention programs.

54Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 72: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

4.1.4 Umur Harapan Hidup Waktu Lahir (UHH)

4.1.4 Life Expectation

Keberhasilan program kesehatan

dan program pembangunan sosial

ekonomi pada umumnya dapat dilihat

dari peningkatan usia harapan hidup

penduduk dari suatu negara.

Meningkatnya perawatan kesehatan

melalui Puskesmas, meningkatnya daya

beli masyarakat akan meningkatkan

akses terhadap pelayanan kesehatan,

mampu memenuhi kebutuhan gizi dan

kalori, mampu mempunyai pendidikan

yang lebih baik sehingga memperoleh

pekerjaan dengan penghasilan yang

memadai, yang pada gilirannya akan

meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat dan memperpanjang usia

harapan hidupnya. Angka harapan hidup

merupakan alat untuk mengevaluasi

kinerja pemerintah dalam meningkatkan

kesejahteraan penduduk pada

umumnya, dan meningkatkan derajat

kesehatan pada khususnya. Angka

harapan hidup yang rendah di suatu

daerah harus diikuti dengan program

pembangunan kesehatan, dan program

sosial lainnya termasuk kesehatan

lingkungan, kecukupan gizi dan kalori

termasuk program pemberantasan

kemiskinan.

The success of health programs

and social-economics developing

programs generally can be seen from

people life expectation age increase

in a country. The increases of health

cares in society health center and

society affordable will increase

access to health services; efforts to

fulfill nutrition needs and calories,

better education, makes easier to get

good job with good salaries, and it will

improve health level of society and

increase life expectation. Life

expectation is a tool to evaluate

government work in increasing people

prosperity generally, and increasing

level of health especially the lower life

expectation in a region must followed

by health developing programs, and

other social programs including

environment health, enough calories

nutrition and its all included in poverty

prevention programs.

Berdasarkan data dari BPS, Jakarta

(2008) dilaporkan bahwa angka harapan

Base upon Statistic Central

Department, Jakarta (2008 reported

55Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 73: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

hidup masyarakat Kepulauan Riau dari

tahun ke tahun menunjukkan

peningkatan walaupun pertambahannya

relatif kecil. Pada tahun 2005 angka

harapan hidup Kepulauan Riau berkisar

69,5 tahun, pada tahun 2006 meningkat

menjadi 69,6 tahun dan pada tahun 2007

angka ini tetap yaitu 69,6 tahun. Angka

harapan hidup lebih rinci menurut

kabupaten/kota dapat dilihat pada tabel

4.1 berikut:

that life expectation in Riau Islands

Province from year to year increase

even in small addition relatively. In

2005 life expectation in Riau Islands

is 69.6 years, and in 2006 increase to

69.9 years and in 2007 this number

constant at 69.6 years. Life

expectation according to

Districts/cities can be seen at list 4.1

specifically, as follows :

Angka Harapan Hidup Masyarakat Kepulauan Riau Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005-2007 Tabel 4.1 : Table Life expectation Of Society In Riau Islands According To Districts/Cities Of Riau Islands Year 2005-2007

No. Kab/Kota 2005 2006 2007

69,8 1 Karimun 69.5 69.7 69,6 2 Bintan 69.3 69.5 68,0 3 Natuna 67.5 67.9 69,7 4 Lingga 69.2 69.6 70,6 5 Batam 70.5 70.6 69,4 6 Tanjungpinang 69.1 69.4

Provinsi 69.5 69.6 69,6 Sumber : Badan Pusat Statsitik, Indeks Pembangunan Manusia 2005-2007, Jakarta 2008 Source : Statistic Central Department, Huma Development Index 2005-2007, Jakarta 2008 4.2 Angka Morbiditas (Angka

Kesakitan) 4.2 Morbidity Rate

Angka kesakitan merupakan salah

satu indikator kesehatan yang paling

sensitif di samping angka kematian dan

angka harapan hidup. Angka kesakitan

dapat diketahui baik dari survey,

pencatatan dan pelaporan sarana

Morbidity rate is one of the

sensitive health indicators beside

mortality and life expectation. Number

of sickness knew that from survey,

nothing and reporting health facilities

and base upon society report. The

56Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 74: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

kesehatan dan berbasis laporan

masyarakat. Gambaran/pola 10 penyakit

terbanyak berdasarkan kunjungan

puskesmas Provinsi Kepulauan Riau

pada tahun 2007 dapat dilihat pada tabel

4.2 berikut :

picturing 10 most disease pattern

base upon visiting of society health

central Riau Islands Province in 2007

seen on list 4.2, as follows:

Gambaran/Pola 10 Penyakit Terbanyak Berdasarkan Kunjungan Puskesmas Provinsi Kepulauan Riau Pada Tahun 2007 Tabel 4.2 : Table Picturing/10 Most Diseases Pattern Base Upon Visiting Of Society Health Center In Riau Islands Province In Year 2007

Jenis Penyakit Jumlah No Kinds of Disease Total

1 ISPA / Respiratory Infection 186.619

2 Hypertensi / Hypertention 28.811

3 Diare dan GE / Diarrhea And GE 25.442

4 Reumatik / Rheumatic 22.332

5 Penyakit kulit alergi / Allergic 19.134

6 Penyakit kulit infeksi / Skin Infection 16.236

7 ISPA Akut lainnya / Other Accut Respiratory Infection 15.173

Peny pulpa dan jaringan peripikal / Pulpa and Peripikal

Disturbances 14.7218

9 Malaria / Malariae 7.161

10 Penyakit mata lainnya / Other Eyes Disease 6.098

Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan, Dinkes Prov. Kepri, 2008 Source:Health Services Section, Health Department Riau Islands Province, 2008

Sedangkan gambaran/pola 10

penyakit terbanyak berdasarkan

kunjungan rumah sakit baik rawat jalan

maupun rawat inap di rumah sakit

Provinsi Kepulauan Riau dapat dilihat

pada tabel 4.3 berikut:

While picturing 10 most

diseases pattern base upon visiting

hospital (hospitalized and out medical

care) in Riau Islands Province

Hospitals seen on list 4.3, as follows:

57Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 75: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

Gambaran/pola 10 Penyakit Terbanyak Berdasarkan Kunjungan Rumah Sakit Baik Rawat Jalan Maupun Rawat Inap di Rumah Sakit Tabel Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 4.3 : Table Picturing 10 Most Diseases Pattern Base Upon Visiting Hospitals (Hospitalized And Home Medical Care) In Riau Islands Province Hospitals Year 2007

No Penyakit pada Rawat

Jalan Jumlah Kasus

Penyakit pada Rawat Inap

Jumlah Kasus

Home medical care disease

Total Hospitalized Total disease

1 ISPA / 24.270 Diare & GE 2.831Respiratory Infection Diarrhea & GE

2 Diare & GE 7.507 DBD 1.923Diarrhea & Ge DBD/Dengue

3 Faringitis Akut / 7.219 Malaria Klinis 1.105Accute Faringitis Clinics Malariae

4 Peny Pulpa & jar.peripikal /

6.593 ISPA 953Respiratory infection

Pulpa & Peripikal Disturbances

5 Demam dg sebab tidak diketahui /

5.429 Gastritis 583

Unknown Fever Caused 6 Peny Kulit / 3.514 Demam tipoid & Paratipoid 473

Skin Disease Tipoid Fever & Paratipoid 7 Gastritis & Duodemitis 3.075 Cedera ytd 468

Wound 8 Konjungtivitis / 2.612 Demam ytd 459

Conjungtivitis Fever 9 Gangguan Refraksi / 2.098 Appendiks 446

Refraktion Disturbances 10 Peny. Gusi / 1.821 Pneumonia 360

Gums Disease Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan, Dinkes Prov. Kepri, 2008 SourceHealth Services Section, Health Department Riau Islands Province, 2008

Dari dua tabel di atas (tabel 4.2

dan tabel 4.3) dapat dilihat bahwa

penyakit yang mayoritas diderita

masyarakat yang dilihat berdasarkan

kunjungan masyarakat ke sarana

pelayanan kesehatan baik di pelayanan

dasar (Puskesmas) maupun pelayanan

kesehatan rujukan (rumah sakit) adalah

penyakit ISPA. Jumlah total penderita

ISPA selama tahun 2007 adalah 210.889

From the list 2 above (list 4.2

and list 4.3) seen that the majority

disease of people who visiting the

society health center and

reconciliation health services is

respiratory infection. Total number of

respiratory infections in 2007 is

210.889. Respiratory infection is the

main caused of baby and children

under five years old in Indonesia.

58Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 76: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

penderita. ISPA masih merupakan

penyakit utama penyebab kematian bayi

dan balita di Indonesia. Dari beberapa

hasil SKRT diketahui bahwa 80% - 90%

dari seluruh kasus kematian akibat ISPA,

disebabkan oleh pneumonia. Pneumonia

merupakan penyebab kematian pada

balita dengan peringkat pertama hasil

Surkesnas 2001. ISPA sebagai

penyebab utama kematian pada bayi

dan balita diduga karena pneumonia

merupakan penyakit yang akut dan

kualitas penatalaksanaan masih belum

memadai. Upaya dalam rangka

pemberantasan penyakit infeksi saluran

pernapasan akut lebih difokuskan pada

upaya penemuan dini dan tatalaksana

kasus yang cepat dan tepat terhadap

penderita pneumonia balita yang

ditemukan.

From SKRT results known that 80%-

90% of respiratory infection death

cases is pneumonia, results of

National Health Survey 2001 shows

that pneumonia is the first and the

main caused of children under five

years old death. Respiratory

infections are the main caused of

baby and under five years mortality

and estimated that pneumonia is one

of acute disease and quality of its

implementation is un adequate. The

efforts of preventing acute respiratory

infection disease disease is focused

to the early detection and do the fast

and right actions.

Sementara itu penyakit yang

berhubungan erat dengan sanitasi dan

higiene pribadi terlihat masih cukup

tinggi seperti penyakit diare dan GE,

penyakit kulit infeksi, penyakit tipoid,

dimana jenis penyakit ini diakibatkan

oleh tingkat kebersihan yang rendah

termasuk ketersediaan air bersih.

Pembenahan dan perbaikan sanitasi

lingkungan dan higiene pribadi akan

meminimalisir jumlah penderita penyakit

ini. Promosi perilaku hidup bersih dan

sehat perlu terus digalakkan untuk

While the disease related to

private hygienic and sanitation is still

higher likes diarrhea and GE, skin

infections, typhoid, and all this

disease caused by lower level of

health including clean water supplies.

By fixing of environment sanitation

and private hygienic will minimalist

number of disease. Clean healthy life

behavior promotion have to built to

change society behavior. All this

efforts will reach optimally if the

balancing system of clean water

59Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 77: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

merubah perilaku masyarakat menjadi

perilaku hidup yang mendukung

terwujudnya perilaku hidup sehat.

Semua upaya ini akan tercapai secara

optimal jika diimbangi dengan

ketersediaan sarana pendukung seperti

ketersediaan air bersih dan sistem

pengelolaan sampah dan limbah

masyarakat.

supplies and rubbish managing

system is good.

Dari tabel di atas juga terlihat

bahwa saat ini masyarakat menanggung

beban ganda penyakit yaitu penyakit

infeksi dan penyakit degeneratif. Bahkan

beberapa penyakit baru (new emerging

diseases) juga sedang menjangkiti

masyarakat seperti SARS, Cikungunya,

dan bahkan penyakit lama yang telah

diproklamirkan sudah lenyap dari

masyarakat ditemukan muncul kembali

seperti penyakit polio. Namun penyakit

infeksi masih merupakan penyakit yang

paling banyak diderita masyarakat

seperti ISPA (kasus terbanyak), diare,

malaria, dan penyakit kulit. Berikut ini

akan diuraikan beberapa situasi penyakit

menular yang perlu mendapat perhatian,

termasuk situasi penyakit menular yang

dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I),

penyakit potensial wabah/KLB, situasi

penyakit tidak menular.

From the list above shows that

people in this recent days burden

double diseases those are infections

and degenerative. Even some new

emergency disease likes SARS,

cikungunya, and even polio. But

infection disease is the most disease

found in society likes respiratory

infection (most cases), diarrhea,

malaria, and skin infections. Later will

describe about some situation of

contamination disease that need to

have attention, including disease that

prevented by immunization (PD31),

epidemic, un infection disease

situation.

60Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 78: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

4.2.1 Penyakit Menular 4.2.1 Communicable disease

Penyakit menular masih merupakan

jenis penyakit yang dominan diderita

masyarakat. Berikut ini akan diuraikan

beberapa penyakit menular yang

mendapat perhatian lebih karena

mempunyai dampak yang luas di

masyarakat dan juga karena adanya

komitmen secara nasional dan

internasional dalam pengendalian

penularan penyakit, yang meliputi

penyakit malaria, TB Paru, HIV/AIDS,

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA),

Kusta, Penyakit yang dapat dicegah

dengan Imunisasi (PD3I).

Communicable disease is a

dominant disease in society. Some

communicable disease will describes

later which need to get more attention

on it because it will give wide impacts

to the society, and also there is a

commitment of national and

international in preventing

contaminates disease such as:

malaria, lungs TB, HIV/AIDS,

respiratory infections, leprosis, and

prevented disease by immunizations,

a. Penyakit Malaria a. Malaria

Malaria adalah penyakit yang

menyerang manusia, burung, kera dan

primata lainnya, hewan melata dan

hewan pengerat, yang disebabkan oleh

infeksi protozoa dari genus Plasmodium

dan mudah dikenali dari gejala meriang

(panas dingin menggigil) serta demam

berkepanjangan. Pertumbuhan

penduduk yang cepat, migrasi, sanitasi

yang buruk, serta daerah yang terlalu

padat, membantu memudahkan

penyebaran penyakit ini. Pembukaan

lahan-lahan baru serta perpindahan

penduduk dari desa ke kota (urbanisasi)

Malaria is a disease which

attacks human, birds, monkey, and

other primate, crawl animal and

caused by protozoa infection from

plasmodium genus and easily

recognized (long fever). Growth of

people rapidly, migration, bad

sanitation and rapid region will help to

distribute this disease. Opening new

lands and urbanization makes

possibilities for mosquito and human

contact in that region.

61Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 79: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

telah memungkinkan kontak antara

nyamuk dengan manusia yang bermukim

di daerah tersebut.

Dengan munculnya program

pengendalian yang didasarkan pada

penggunaan residu insektisida,

penyebaran penyakit malaria telah dapat

diatasi dengan cepat. Sejak tahun 1950,

malaria telah berhasil dibasmi di hampir

seluruh Benua Eropa dan di daerah

seperti Amerika Tengah dan Amerika

Selatan. Namun penyakit ini masih

menjadi masalah besar di beberapa

bagian Benua Afrika dan Asia Tenggara.

Sekitar 100 juta kasus penyakit malaria

terjadi setiap tahunnya dan sekitar 1

persen diantaranya fatal. Seperti

kebanyakan penyakit tropis lainnya,

malaria merupakan penyebab utama

kematian di negara berkembang.

By appearing the preventing

programs base upon insecticides

residue uses, malaria disease

distribution will be handled faster and

precisely. In 1950, malaria is defected

in all Europe continent and in mid and

south America. But this disease is a

main problem in Africa continent and

Southern Asia about 100 millions of

malaria cases happened every year

and 1% is fatal. Just like other tropical

disease, malaria is a main caused of

death in developing country.

Kondisi geografis Kepulauan Riau

dimana sebagian besar wilayahnya

merupakan wilayah perairan/rawa-rawa

menyebabkan semua kabupaten/kota di

wilayah ini merupakan daerah endemis

malaria. Banyaknya kasus malaria yang

terdeteksi di Provinsi Kepulauan Riau

pada tahun 2007 sebanyak 31.325 kasus

malaria klinis dengan angka kesakitan

20.67 per 1.000 penduduk dan 2.534

malaria positif dengan angka kesakitan

1,82 per 1.000 penduduk. Jika

dibandingkan dengan kondisi tahun

Geographic condition of Riau

Islands which most of its territorial is

water or mangroves caused all

Districts/cities in this territorial as a

malaria endemic region. Many

malaria cases detected in Riau

Islands Province in 2007 about

31.325 cases with morbidity rateing

20.67 per 1.000 people and 2.534

positively malaria with morbidity rate

1.82 per 1.000 people. If we compare

the condition in year 2006 shows that

number of malaria sickness year

62Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 80: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

2006, terlihat bahwa angka kesakitan

malaria tahun 2007 mengalami

penurunan dimana pada tahun 2006

angka kesakitan malaria sebesar 26,11

per 1.000 penduduk. Sama dengan

keadaan pada tahun 2006, pada tahun

2007 terjadi KLB malaria di Kabupaten

Bintan dengan jumlah penduduk yang

terancam sebanyak 2.452 orang, namun

tidak menimbulkan korban jiwa.

Persebaran kasus malaria menurut

kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan

Riau pada tahun 2007 dapat dilihat pada

lampiran tabel 11.

2007 decrease and in 2006 number

of malaria is 26.11 per 1.000 people.

Same like condition in 2006, and year

2007 happened un usual malaria

disease in Bintan regency by number

of people in danger is 2.452 people,

but there is no death case.

Distribution of malaria cases

according to Districts/cities in Riau

Islands Province in 2007 can be seen

on enclosure list 11.

Faktor lain selain faktor

lingkungan alam yang memegang

peranan terhadap penyebaran penyakit

malaria adalah lingkungan buatan

manusia seperti adanya bekas galian

tambang yang dibiarkan terbuka,

selokan-selokan yang menggenang akan

menjadi tempat perkembangbiakan

nyamuk anopeles yang merupakan

vektor penyebaran penyakit ini. Gerakan

seluruh elemen masyarakat untuk

perbaikan sanitasi lingkungan perlu

ditingkatkan agar dapat menekan angka

kejadian malaria di masyarakat.

Other factors beside natural

environment factor play role in

distributing this disease, human made

environment likes open drilled mining,

gagged drainage, will be a good

fertilization of anopheles mosquito

that is vector of this disease. Society

movement to fix environment

sanitation is increased to emphasized

number of malaria in society.

b. Penyakit TB Paru b. Tuberculose

Penyakit tuberculosis (TB) adalah

penyakit infeksi menular yang

Tuberculose (TB) is a

contaminated infection which caused

63Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 81: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

disebabkan oleh kuman Mycobacterium

tuberculosis. Penyakit tuberkulosis

adalah penyakit yang sangat epidemik

karena kuman mikrobakterium

tuberkulosa telah menginfeksi sepertiga

penduduk dunia. Program

penaggulangan secara terpadu baru

dilakukan pada tahun 1995 melalui

strategi DOTS (directly observed

treatment shortcourse chemoterapy),

meskipun sejak tahun 1993 telah

dicanangkan kedaruratan global penyakit

tuberkulosis. Kegelisahan global ini

didasarkan pada fakta bahwa pada

sebagian besar negara di dunia, penyakit

tuberkulosis tidak terkendali, hal ini

disebabkan banyak penderita yang tidak

berhasil disembuhkan, terutama

penderita menular (BTA positif).

by mycobacterium tuberculose

bacteria. Tuberculose is a disease

which endemic because of

mycobacterium bacteria. Tuberculose

has infected two third of people in the

world. Integrated prevention program

has been done in 1995 by DOT

(Directly Observed Treatment Short

Course Chemotherapy) programs,

therefore since 1993 is established

global emergency of tuberculose

disease. Nervousness of this disease

base upon facts that most of big

country in the world, tuberculose

disease is uncontrolled this is

because many of tuberculose patient

is uncured, especially contaminated

people (BTA positive).

Pada tahun 1995, diperkirakan

setiap tahun terjadi sekitar sembilan juta

penderita dengan kematian tiga juta

orang (WHO, 1997). Di negara-negara

berkembang kematian karena penyakit

ini merupakan 25% dari seluruh

kematian, yang sebenarnya dapat

dicegah. Diperkirakan 95% penyakit

tuberkulosis berada di negara

berkembang, 75% adalah kelompok usia

produktif (15-50 tahun). Tuberkulosis

juga telah menyebabkan kematian lebih

banyak terhadap wanita dibandingkan

dengan kasus kematian karena

In 1995, estimated that every

year almost nine millions of people

with TB and 3 millions are died

(WHO, 1997). In developing

countries, death caused by this

disease is 25% from all death, that

exactly can be prevented, 95% TB in

developing countries 75% is a group

of productive age (15-50 years old).

TB also has caused death more

death woman compare to death

because of pregnancy, birth and after

birth periods.

64Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 82: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

kehamilan, persalinan dan nifas.

Di indonesia pada tahun yang

sama, hasil survey kesehatan rumah

tangga (SKRT) menunjukkan bahwa

penyakit tuberkulosis merupakan

penyebab kematian nomor tiga setelah

penyakit jantung dan penyakit infeksi

saluran pernapasan pada semua

kelompok usia, dan nomor satu dari

golongan penyakit infeksi. WHO

memperkirakan setiap tahun menjadi

583.000 kasus baru tuberkulosis dengan

kematian sekitar 140.000. secara kasar

diperkirakan setiap 100.000 penduduk

Indonesia terdapat 130 penderita baru

tuberkulosis dengan BTA positif.

In Indonesia at the same year,

the result of house health survey

shows that TB is one of caused death

number 3 after heart attack and

respiratory infections for all ages, and

number one from all infected disease

group. WHO estimates every year

there are 583.000 new TB cases

followed by death about 140.000.

Roughly estimation every 100.000

people of Indonesia there are 130

new people with TB (BTA Positive).

Pada tahun 2007 jumlah kasus TB

paru di Kepulauan Riau tercatat

sebanyak 4.041 kasus TB klinis dan 707

kasus dengan BTA (+), jumlah yang

menjalani pengobatan sebanyak 1.353

penderita dengan jumlah yang sembuh

575 (42,50%). Jika dibandingkan dengan

tahun 2006 dapat dilihat bahwa

persentase angka kesembuhan

penderita mengalami peningkatan dari

36,24% menjadi 42,50%. Namun

peningkatan ini masih jauh dari target

angka kesembuhan nasional dimana

angka kesembuhan BTA(+) ditargetkan

mencapai 85% pada tahun 2010.

Pencapaian angka kesembuhan yang

paling rendah terdapat di Kabupaten

In 2007, number cases of TB

lungs in Riau Islands note about

4.041 case TB clinics and 707 cases

with BTA(+), number of doing medical

about 1.353 people with TB and

number of cure 575 (42.50%) if we

compare in 2006 can be seen that

percentage number of cure increase

from 36.24% become 42.50%. But

this increasing is below from target

number of national cure where cure

BTA (+) is targeted reach 85% in

2010. Lowest number curing

achievement is in Natuna Regency

that is 3.03% and Batam City 29.77%.

Detail data about distribution of TB

Lungs people refers to Districts/cities

65Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 83: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

Natuna yaitu 3,03% dan Kota Batam

29,77%. Data lebih rinci mengenai

distribusi penderita TB paru menurut

kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan

Riau dapat dilihat pada tabel lampiran

in Riau Islands Province can be seen

on list of enclosure.

Dewasa ini penyakit TB telah bisa

disembuhkan dengan baik.

Permasalahan yang sering dijumpai

yang menyebabkan rendahnya cakupan

angka kesembuhan BTA (+) berkaitan

dengan status sosial ekonomi

masyarakat mengakibatkan rendahnya

tingkat kesadaran masyarakat dalam

berobat TB dan adanya anggapan

masyarakat bahwa Tb merupakan

penyakit kutukan yang tidak bisa

disembuhkan. Hal ini membawa dampak

seorang penderita dalam menjalankan

pengobatan sering setengah-setengah

sehingga hasilnya tidak maksimal.

Padahal jika seorang menderita tidak

melakukan pengobatan secara tuntas

sampai enam bulan dan tidak konsisten

dalam mengkonsumsi obat akibatnya

kuman TB akan menjadi resisten (kuman

menjadi kebal) dan bila tidak

disembuhkan seorang penderita TB akan

menularkan penyakitnya ke sepuluh

sampai lima belas orang lainnya.

Penularan kuman TB sangat cepat saat

ini terkait dengan semakin merebaknya

HIV/ AIDS. Untuk mendukung

pengobatan sampai tuntas perlu

Now days TB disease has been

cured very well. The problems often

found which caused lower of scope

number of cure BTA(+) relates to

society social-economics status and

caused lower level society awareness

in curing TB and there is suggestion

in society that TB is a caused disease

an un cured, the impact of TB people

is unserious doing medical cure of TB

and the result is not maximal. TB

people has curing periods for 6

months continuously and if stop

consumes tablet given the TB

bacteria become resistant, and if not

cure it will infected 10 or 15 other

people. Contamination of TB bacteria

is very fast in this recent day, relates

to more HIV/AIDS to support in curing

TB needs medical drink controller to

help patient more discipline in taking

medicines. Medicine Drink Controller

is needed and usually come from

close family.

66Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 84: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

Pengawas Minum Obat (PMO) untuk

membantu pasien berdisplin minum obat.

PMO ini sangat diperlukan dan biasanya

berasal dari keluarga terdekat.

c. Penyakit Kusta c. Leprosis

Penyakit kusta adalah penyakit

menahun yang disebabkan oleh kuman

kusta (Mycobacterium leprae). Penyakit

tersebut sering menyerang syaraf tepi

dan kulit. Penularan kusta secara pasti

belum diketahui. Sebagian besar ahli

berpendapat kusta dapat menular

melalui udara dan dengan adanya

kontak kulit dengan kulit penderita yang

berlangsung lama. Kusta yang menular

adalah kusta tipe basah yang belum

mendapat pengobatan. Masa

inkubasinya berlangsung lama, rata-rata

2-5 tahun bahkan bisa mencapai 40

tahun.

Leprosis is acute disease

which caused by leprosis bacteria

(Mycobacterium Leprous).This

disease often attack side nerves and

skin. Leprosis contaminated is

unknown. Many scientist said that

leprosis can be contaminated through

the air and touch skin with leprosis

people in long time periods.

Contaminated leprosis is wet leprosis

which hasn’t touched by medicine

and medical treatment. An incubation

period takes long time, and the

average is 2-5 years even 40 years.

Penyakit ini merupakan penyakit

yang sudah lama ada di dunia. Rasa

takut kusta masyarakat sangat tinggi

karena penderita kusta tanpa

pengobatan mengakibatkan cacat yang

mengerikan. Penyakit kusta merupakan

salah satu penyakit menular yang

mendapat perhatian serius dari

pemerintah. Proses penularannya

berlangsung lama, namun penyakit ini

bisa disembuhkan tergantung dari tipe

This is an old disease in the

world society afraid of this disease is

higher because leprosis people

without medical treatment can caused

horrible physical defect. Leprosis

disease is one of communicable

disease which get serious attention

from government. Infected or

contaminated periods take a long

time, but this disease can be cured

depend on type and new innovations.

67Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 85: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

penyakit dan cepatnya penemuan. Ada

dua jenis penyakit kusta yaitu

Paucibacillary (PB) dan Multibacillary

(MB). Jenis PB memerlukan waktu

pengobatan 6 bulan sedangkan MB

memerlukan waktu pengobatan 12

bulan. Bila kasus ditemukan masih

dalam keadaan dini maka

pengobatannya mudah dan sembuh

tanpa cacat fisik. Penyakit kusta timbul

karena masyarakat kurang

memperhatikan pentingnya menjaga

kebersihan lingkungan. Melalui pola

hidup sehat, penyakit ini bisa dihindari.

Penyakit kusta dapat disembuhkan

setiap tahap penyakit.

There are two types of leprosis:

paucibacillarry (PB) and Multibacillary

(MB), PB types need 6 months for

curing and MB types take 12 months

for curing. If the case found earlier so

it’s easier to cure and no physical

defect. Leprosis appears for less

attention in keeping clean

environment society. By healthy life

pattern, this disease is prevented

leprosis can be cured on every stage.

Untuk mencapai Eliminasi Kusta

dari seluruh provinsi pada tahun 2005

dan kabupaten pada tahun 2007/2008 di

Indonesia dan untuk mencegah

meluasnya penyakit kusta, telah

dilakukan upaya penjaringan penderita

secara aktif dengan melakukan

pengecekan secara langsung ke

lapangan. Upaya ini dilakukan agar para

penderita kusta mudah dideteksi. Namun

demikian, upaya mendeteksi penyakit

kusta dirasakan sangat sulit sebab

sebagian besar warga merasa malu

karena adanya anggapan masyarakat

bahwa penyakit ini dinilai sebagai

penyakit kutukan.

To reach leprosis elimination of

all provinces in 2005 and Districts in

2007/2008 in Indonesia and to

prevent expand of leprosis, have

been done efforts to get leprosis

people actively by doing check up in

the field. This effort is done in order

for leprosis people easy to defect.

Therefore, defected effort is still

difficult because most of people

shame on this disease as a curse

disease.

Secara Nasional, Indonesia telah Nationally, Indonesia has

68Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 86: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

mencapai Eliminasi Kusta sejak Juni

2000. Artinya secara Nasional, angka

prevalensi kusta di Indonesia lebih kecil

dari 1 per 10.000 penduduk. Namun

untuk tingkat provinsi dan kabupaten

sampai akhir tahun 2002 masih ada 13

provinsi dan 111 kabupaten yang angka

prevalensinya diatas 1 per 10.000

penduduk.

reached leprosis elimination since

June 2000, means nationally, leprosis

prevalence number in Indonesia

lower from 1 per 10.000 people. But

to province and Districts level until

2002 there are 13 provinces and 111

Districts that prevalence number is

above 1 per 10.000 people.

Meskipun Kepulauan Riau bukan

termasuk salah satu kantong

penyebaran penyakit kusta, namun

kasus kusta masih dijumpai di

Kepulauan Riau. Sampai tahun 2007

tercatat sebanyak 113 penderita yang

terdiri dari 68 penderita PB (RFT PB

sebanyak 38 penderita) dan 45 penderita

MB (RFT MB sebanyak 27 penderita).

Jika dibandingkan dengan tahun 2006,

terlihat adanya penambahan kasus

sebanyak 7 kasus. Distribusii penderita

penyakit kusta menurut kabupaten/kota

dapat dilihat pada tabel lampiran 12.

However, Riau Islands is not

including one of distributing leprosis

disease but leprosis cases still find in

Riau Islands. Until 2007 noted that

113 people consists of 68 PB people

(RFT PB is 38 people) and 45 MB

people (RFT MB is 27 people). If

compare to 2006, seen that there is

increasing case about 7 cases.

Leprosis disease distribution refers to

Districts/cities can be seen on list

enclosure 12.

Secara nasional berbagai upaya

percepatan (akselerasi) pemberantasan

penyakit kusta telah dilakukan antara lain

melalui kampanye eliminasi kusta,

Special Action Project for the Elimination

of Leprosis (SAPEL) di daerah yang sulit

dicapai karena kondisi geografis, Rapid

Village Survey (RVS) untuk menemukan

dan mengobati penderita yang

tersembunyi, dan kerjasama dengan

Nationally, many efforts in

acceleration of leprosis prevention

has done by leprosis elimination

campaign, Special Action Project for

The Elimination of Leprosis (SAPEL)

in difficult region or un reached

region by geography condition. Rapid

Village Survey (RVS) to find and cure

hidden people in leprosis and work

together to Indonesia skin specialist

69Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 87: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

Persatuan Dokter Spesialis Kulit

Indonesia (Perdoski) dalam penemuan

dan pengobatan penderita.

Doctor Organization in innovations

and medical people.

d. Penyakit HIV/AIDS d. HIV/AIDS

Salah satu aspek kesehatan yang

pada akhir abad ke-20 merupakan suatu

bencana bagi manusia adalah timbulnya

penyakit yang disebabkan oleh suatu

virus yaitu HIV (Human

Immunodeficiency Virus) yang dapat

menimbulkan AIDS (Aquarired

Immunodeficiensy Syndrome). Kasus

HIV/AIDS menunjukkan kecenderungan

meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan

saat ini dapat dikatakan bahwa kasus

HIV/AIDS sudah termasuk kategori

mengkhawatirkan karena penyakit ini

tidak hanya terjadi pada sub populasi

tertentu (concentrated) bahkan sudah

mulai memasuki populasi umum

(generalized). Kasus HIV/AIDS tidak saja

hanya masalah kesehatan namun lebih

cenderung menjadi isu sosial. Hal ini

terkait dalam pola penyebaran penyakit

yang banyak dipengaruhi oleh perilaku

hidup sosial masyarakat seperti

penyalahgunaan zat psikoterapika serta

perilaku seks menyimpang dan tak aman

akibat pergaulan yang terlampau bebas.

One of health aspect in this

recent 20 centuries is one of disaster

to human being, appealing of this

disease caused by a virus called HIV

(Human Immunodeficiency

Syndrome). HIV/AIDS cases shows

tends to increasing from year to year.

Even in this recent days mentioned

that HIV/AIDS cases already included

worry category. This disease not only

happen in a concentrated Population,

even in generalized population.

HIV/AIDS case is not only a health

problem but tends o social issue. This

is related in distribution pattern of

disease that more influences by

society social life behavior likes using

psychotropic substances and free

sex.

Kasus HIV/AIDS pertama sekali

ditemukan di Provinsi Kepulauan Riau

HIV/AIDS cases first time

found in Riau Islands Province in

70Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 88: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

pada tahun 1992 dengan 1 kasus.

Sedangkan kasus AIDS dari laporan

rumah sakit pertama sekali ditemukan

pada tahun 1998 dengan 4 kasus.

Berdasarkan data yang diperoleh dari

SSA WHO (2005) diketahui bahwa

jumlah kasus baru HIV/AIDS sepanjang

tahun 2006 di Kepulauan Riau sebanyak

340 HIV (+) dan 101 AIDS, sehingga

secara kumulatif jumlah penderita

sampai tahun 2006 adalah sebanyak

1.068 kasus HIV (+) dan 434 kasus AIDS

dengan jumlah penderita yang telah

meninggal sebanyak 197 penderita.

Sementara itu untuk data jumlah

penderita HIV/AIDS tahun 2007

dilaporkan terdapat 1.352 kasus. Jumlah

kasus ini kemungkinan lebih banyak lagi

di masyarakat mengingat jumlah

penderita HIV/AIDS digambarkan

sebagai fenomena gunung es (iceberg

phenomena) dan juga adanya

keterbatasan dana untuk melakukan

surveilans secara aktif.

1992 by 1 case, while AIDS case

from hospital reported, first time found

in 1998 with 4 cases. Base upon data

which get from SSA WHO (2005)

known that new cases of HIV/AIDS

for all the year 2006 in Riau Islands

15.340 HIV(+) and 101 AIDS. So

cumulative number of HIV/AIDS

people until 2006 is 1.068 cases HIV

(+) and 434 cases AIDS with number

of HIV/AIDS people died is 197

people. Meanwhile, number of data

HIV/AIDS 2007 reported there are

1.352 cases. Number of this case

may be more in society reminding

that number of HIV/AIDS people

drawn as a iceberg phenomena and

also limited budget to surveillance

actively.

Pada tahun 2005-2006, Dinas

Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

mendapat bantuan hibah dari Global

Fund (GF-ATM) yang mempunyai

program focus dalam penanganan

kasus AIDS, TB dan Malaria. Bantuan ini

dirasakan sangat bermanfaat dalam

menyelenggarakan berbagai kegiatan

yang berkaitan langsung dalam

In year 2005-2006, Health

Department of Riau Islands Province

get fund from Global Fund (GF-ATM)

which have focus programs in

preventing AIDS cases, TB and

Malaria. This fund very useful in

implementing many activities directly

related in decreasing number of

HIV/AIDS include surveillance. But in

71Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 89: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

menurunkan angka kejadian HIV/AIDS

termasuk dalam surveilans. Namun pada

tahun 2007, kegiatan GF-ATM di seluruh

Indonesia termasuk Provinsi Kepulauan

Riau dibekukan. Trend perkembangan

jumlah penderita HIV/AIDS dapat dilihat

pada gambar 4.6 berikut :

2007, activities of GF-ATM in

Indonesia included Riau Islands

Province is freezed. Developing

trends number of HIV/AIDS can be

seen on pictures 4.6, as follows :

Perkembangan Jumlah Pengidap HIV yang Terdeteksi di Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau sampai Tahun 2007

Gambar

050

100150200250300350400

Jum

lah

Peng

idap

HIV

+

Batam 97 29 32 50 102 244 259 193

Karimun 1 1 20 16 38 46 32 53

Tanjungpinang 0 0 0 16 27 9 49 62

Provinsi 98 30 52 82 167 299 340 308

<2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

:

4.5 Pictures Developing Number Of HIV Detected In Districts/Cities Of Riau Islands Provinces Until Year 2007

Sumber : Bidang P2-PL Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau,2008 Source: P2-PL Fields, Health Department of Riau Islands Province, 2008

72Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 90: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

Perkembangan Jumlah Penderita AIDS di Kabupaten/ Kota Provinsi Kepulauan Riau Sampai Tahun 2007 Gambar

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Jml P

engi

dap

HIV

/AID

Syg

Men

ingg

al

Batam 7 7 8 11 21 24 8 35

Karimun 1 1 16 12 17 14 5 15

Tanjungpinang 0 0 4 3 9 15 14 20

Provinsi 8 8 28 26 47 53 27 70

<2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

0

20

40

60

80

100

120

140Ju

mla

h Pe

nder

ita A

IDS

Batam 9 8 14 26 46 62 48 63

Karimun 1 1 20 16 38 33 24 23

Tanjungpinang 0 0 0 16 27 16 29 39

Provinsi 10 9 34 58 111 111 101 125

<2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

:

4.6 Pictures Developing Number Of AIDS People In Districts/Cities Of Riau Islands Province Until Year 2007

Sumber : Bidang P2-PL Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau,2008 Source: P2-PL Fields, Health Department of Riau Islands Province, 2008

Jumlah Penderita HIV/AIDS yang Meninggal di Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Sampai Tahun 2007

Gambar :

4.7 Pictures Number Of HIV/AIDS People Who Died In Districts/ Cities of Riau Islands Provinces Until Year 2007

Sumber : Bidang P2-PL Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau,2008 Source: P2-PL Fields, Health Department of Riau Islands Province, 2008

73Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 91: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

Menyikapi peningkatan kasus

HIV/AIDS yang berkembang terus dari

tahun ke tahun dan beban yang akan

dipikul oleh pemerintah dan masyarakat

akibat penyakit HIV/AIDS ini pemerintah

Provinsi Kepulauan Riau mengambil

langkah serius dalam upaya

pemberantasan penyakit HIV/AIDS

dengan membentuk Komisi

Pemberantasan AIDS Daerah (KPAD)

Provinsi Kepulauan Riau yang secara

aktif beroperasional sejak tahun 2007.

Berbagai kegiatan telah dilakukan untuk

meningkatkan pengetahuan dan

kesadaran masyarakat tentang bahaya

HIV/AIDS yang sebenarnya penyakit ini

dapat dicegah dengan menghindari

perilaku yang beresiko terhadap

penularan.

Refers to increasing of

HIV/AIDS cases which continue

develop from year to year and

abandoned by Government and

Society. Result of HIV/AIDS disease,

Riau Islands Province must take a

serious action in preventing HIV/AIDS

by established Regional AIDS

Prevention Commission of Riau

Islands Province which actively

operationed since year 2007. many

activities have done to improve

knowledge and society awareness

about the danger of HIV/AIDS, that

actually this disease can be

prevented by not doing high risk

behavior.

e. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

e. Acute Respiratory Infection

Disease

ISPA masih merupakan masalah

kesehatan yang penting karena

menyebabkan kematian bayi dan balita

yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4

kematian yang terjadi. Setiap anak

diperkirakan mengalami 3-6 episode

ISPA setiap tahunnya. 40%-60% dari

kunjungan di puskesmas adalah oleh

penyakit ISPA. Dari seluruh kematian

yang disebabkan oleh ISPA mencakup

Acute respiratory infection

disease is one of health problem

which important because it’s caused

higher baby and under five years

mortality about 1 of 4 death

happened. Every child is estimated

having 3 – 6 episodes of acute

respiratory infection disease every

year. 40-60% of society health center

visitor is acute respiratory infection

74Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 92: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

20%-30%. Kematian yang terbesar

umumnya adalah karena pneumonia dan

pada bayi berumur kurang dari 2 bulan.

Menurut hasil SKRT dan Surkesnas

bahwa penyakit ISPA dan Sistem

Pernafasan merupakan penyebab utama

kematian bayi dan balita. Dari Surkesnas

2001 diketahui bahwa 80%-90% dari

seluruh kasus kematian ISPA

disebabkan olah pneumonia dan

pneumonia merupakan penyebab

kematian balita peringkat pertama.

Dalam tabel berikut disajikan proporsi

penyebab kematian bayi dan Balita yang

disebabkan oleh penyakit sistem

pernafasan.

diseases. From all death caused by

respiratory infections, scoped 20% -

30% death which most of it generally

caused by pneumonia to a baby at

less than 2 months ages. According

to SKRT and National Health Survey

results that respiratory infection and

respiratory system disease is one of

main caused of baby and children

under five years old death. From

National Health Survey 2001 known

that 80% - 90% of all death cases of

respiratory infection caused by

pneumonia and pneumonia is main

caused of death children under five

years old and stay at the first place. In

following list derived that proportion

caused of baby and under five years

mortality is caused by respiratory

system disease.

75Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 93: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

Proporsi dan Peringkat ISPA/Sistem Pernafasan sebagai Penyebab Kematian Bayi dan Balita Berdasarkan Hasil SKRT 1986, 1992, dan 1995, serta Surkesnas 2001 Tabel 4.4 : Proportion and Level Number Of Respiratory Infections/Respiratory System As A Caused Of Infant Mortality and Under Five Years Mortality Base Upon Result of SKRT 1986,1992, and 1995, and also National Health Survey 2001

Table

Penyebab Kematian Balita Penyebab Kematian Bayi Caused of Under five years mortality Caused of Infant Mortality Tahun

SKRT/ Surkesnas Penyakit Proporsi Peringkat Penyakit Proporsi Peringkat

Level Level Disease Proportion Disease Proportion Penyakit Sistem Pernafasan / SKRT 1986 Respiratory system

12.40% IV

Penyakit Sistem Pernafasan / 22.88% I Respiratory system

Penyakit Sistem Pernafasan / SKRT 1992 Respiratory system

36.00% I

Penyakit Sistem Pernafasan / 18.20% I Respiratory system

Penyakit Sistem Pernafasan / SKRT 1995 Respiratory system disturbances

29.50% I

Penyakit Sistem Pernafasan / 38.80% I Respiratory system disturbances

Sistem Pernafasan / Surkesnas

2001 Respiratory System

27.60% II

Sistem Pernafasan / 22.80% I Respiratory System

Sumber : Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2003 Source :Health Profile Of Indonesia Year 2003

Pada kurun tahun 2006, kasus

ISPA tercatat menempati urutan pertama

dari 10 pola penyakit berdasarkan

kunjungan puskesmas dengan jumlah

kasus sebanyak 99.058 kasus.

Sementara itu jumlah kasus pneumonia

pada balita terdapat sebanyak 208 kasus

(data dari 4 kabupaten/kota).

In 2006, respiratory infection

cases noted and place on the first

number of 10 disease pattern base

upon society health center visiting

with 99.058 cases. Meanwhile

number of pneumonia cases on

children under five years old is 208

cases ( data from 4 Districts/cities).

76Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 94: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

f. Diare f. Diarrhea

Penyakit diare atau berak mencret

merupakan salah satu penyakit yang

sering mengenai bayi dan balita.

Penyakit diare masih sering

menimbulkan KLB seperti halnya Kolera

dengan jumlah penderita yang banyak

dalam waktu yang singkat. Faktor yang

mempengaruhi diare antara lain :

lingkungan, gizi, kependudukan,

pendidikan sosial ekonomi, dan prilaku

masyarakat. Penyebab terjadinya diare

antara lain oleh bakteri, virus, parasit

(jamur, cacing , protozoa), keracunan

makanan/minuman yang disebabkan

oleh bakteri maupun bahan kimia,

kurang gizi, alergi terhadap susu, dan

immuno defesiensi.

Diarrhea is one of disease

which always happen to babies and

children under five years old. This

disease often appear un usual

incidence same likes cholera in shot

of time and most people

contaminated, factors which

influences diarrhea such as:

environment, nutrient, in habitant

education of social-economics, and

society behavior. Caused of diarrhea

are: virus, parasite (fungi, worm,

protozoa), food and beverages

poisoning which caused by bacteria

or chemistry substances, mal-

nutrient, milk allergic, and

immunodeficiency.

Infeksi oleh agen penyebab terjadi

bila mengkonsumsi makanan/minuman

yang terkontaminasi tinja/muntahan

penderita diare. Penularan langsung juga

dapat terjadi bila tangan tercemar

dipergunakan untuk menyuap makanan.

Minimnya sarana air bersih, keadaan

sanitasi lingkungan yang buruk, tingkat

pendidikan dan sosial ekonomi

penduduk yang rendah, dan lingkungan

dengan penduduk yang padat

merupakan faktor utama yang

memegang peranan dalam penyebaran

penyakit diare. Muntaber atau diare

Infection by caused agent

happens if we consume contaminated

food/beverage vomit/feces of diarrhea

people. Direct infection also

happened if contaminated hand is

used to feed. Minimum of clean water

facilities, bad environment, sanitation

condition, lower level education and

social-economics, and rapid

environment habitat are main factors

of holding role in diarrhea disease

distribution. Diarrhea can attack

anybody and knowing no ages.

77Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 95: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

dapat menyerang siapa saja tanpa kenal

usia.

Penyakit diare merupakan salah

satu penyakit yang merupakan penyakit

endemis di Indonesia, artinya terjadi

secara terus-menerus di semua daerah,

baik di perkotaan maupun di pedesaan

termasuk di Kepulauan Riau. Pada tahun

2006 terjadi KLB diare di Kabupaten

Karimun dengan jumlah penderita

sebanyak 21 orang dan jumlah

penduduk yang terancam sebanyak

4.021 orang, namun pada tahun 2007

tidak ada laporan adanya KLB diare.

Penderita diare menempati urutan

ketiga sebagai pengunjung tertinggi di

puskesmas setelah kasus ISPA dan

hipertensi dengan jumlah penderita

sebanyak 25.442 orang. Sementara itu

untuk rawat jalan di rumah sakit

penderita diare dan GE menempati

urutan kedua dengan jumlah 7.507

penderita dan merupakan penderita

terbanyak yang dirawat di rumah sakit

dengan total penderita 2.831 orang.

Diarrhea is one of disease

which an endemic disease in

Indonesia, means continuously

happen in all over regions, in the city

or village included in Riau Islands. In

year 2006, un usual incidence occurs

in karimun regency by 21 persons

and number of people in danger is

4.021 people, but in 2007 no

reporting of diarrhea un usual

incidence. Diarrhea at third position

in society health visiting after

respiratory infection cases and

hypertension is 25.442 people.

Meanwhile for home medical care in

the hospital, diarrhea and GE at

second position with 7.507 people

and the most hospitalized patient in

the hospital with 2.831 people.

Menurut hasil SKRT dalam

beberapa survei dan Surkesnas 2001,

penyakit Diare masih merupakan

penyebab utama kematian bayi dan

balita seperti terlihat dalam tabel berikut :

Refers to SKRT result in

many surveys and 2001 National

Health Survey, diarrhea still main

caused of babies and under five

years mortality as seen in list, as

follows :

78Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 96: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

Proporsi dan Peringkat Penyakit Diare sebagai Penyebab Kematian Bayi dan Balita, Tahun 1986, 1992, 1995, dan 2001 Tabel

Sumber : Profil Kesehatan Indonesia tahun 2004 Source: Profile of Indonesia Health, Year 2004

4.5 : Table Proportion And level Of Diarrhea As A Caused Of Infant Mortality And Under Five Years Mortality Rate (U5MR) Year 1986, 1992,1995, and 2001

Penyebab Kematian

Bayi Penyebab Kematian Balita Caused of infant

mortality Caused of U5MR

Tahun Survei Year of Survey Proporsi Peringkat Proporsi Peringkat

Proportion Level Proportion Level SKRT 1986 15,5% 3 - -

SKRT 1992 11% 2 - -

SKRT 1995 13,9% 3 15,3% 3

Surkesnas 2001 9,4% 3 13,2% 2

Sumber : Profil Kesehatan Indonesia tahun 2004 Source : Health Profile Of Indonesia Year 2004

Pada tahun 2003, secara nasional

diare merupakan penyakit dengan

frekuensi KLB kedua terbanyak setelah

DBD. Perkembangan KLB diare tahun

1999 – 2003 dapat dilihat pada tabel

berikut:

In year 2003, Nationally diarrhea

is one of disease with second most of

un usual incidence frequency after

DBD. Developing diarrhea of un usual

incidence year 1999 – 2003 can be

seen on list, as follows :

KLB Diare Menurut Jumlah Provinsi Dengan KLB, Jumlah Kasus, Meninggal, dan CFR Tahun 1999 – 2003 Tabel 4.6 : Diarrhea of Un Usual Insidence refers to number Table of Provinces with Un Usual Insidence, Number of cases,died and CFR Year 1999 - 2003

Jumlah Provinsi

dengan KLB Jumlah Kasus Meninggal Tahun CFR (%) Number of

Provinces with un usual insidence

Number of cases

Died Year

1999 9 5.159 76 1,47 2000 16 5.68 109 1,92 2001 12 4.428 100 2,26 2002 15 5.789 94 1,62 2003 - 3.865 113 2,92

79Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 97: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

80Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

g. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)

Penyakit Demam Berdarah atau

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah

penyakit yang disebabkan oleh virus

dengue yang ditularkan melalui gigitan

nyamuk Aedes aegypti dan Aedes

albopictus. Kedua jenis nyamuk ini

terdapat hampir di seluruh pelosok

Indonesia, kecuali di tempat-tempat

ketinggian lebih dari 1000 meter di atas

permukaan air laut. Morbiditas penyakit

DBD menyebar di negara-negara Tropis

dan Subtropis. Di setiap negara penyakit

DBD mempunyai manifestasi klinik yang

berbeda.

Penyakit DBD pertama kali

ditemukan di Indonesia di Surabaya

pada tahun 1968. Jumlah kasus dari

waktu ke waktu menunjukkan

kecenderungan meningkat baik dalam

jumlah maupun luas wilayah yang

terjangkit dan secara sporadis selalu

terjadi KLB setiap tahun. KLB DBD

terbesar terjadi pada tahun 1998,

dengan Incidence Rate (IR) = 35,19 per

100.000 penduduk dan CFR = 2%. Pada

tahun 1999 IR menurun tajam sebesar

10,17%, namun tahun-tahun berikutnya

IR cenderung meningkat yaitu 15,99

tahun 2000; 21,66 tahun 2001; 19,24

tahun 2002; dan 23,87 tahun 2003.

g. DBD (Dengue)

Dengue or Dengue Hemorrhagic

Fever (DHF) is a disease caused by

dengue virus which infected by

Aides Aegypty and Aides Albopictus

Mosquito bite. Both of this mosquito

have in all over Indonesia except in

the place of 1000 m up level height

of the sea. Morbidity of dengue

spread over tropical and subtropical

countries. In every country dengue

has different clinics manifestation.

Dengue at the first time found

in Surabaya, Indonesia in 1968.

Number of Cases are tending to

increase from time to time. In

number and wide of territorial

infected sporadically every year.

The biggest dengue by un usual

incidence happened in 1998, with

incidence rate (IR) is 35.19 per

100.000 people and CFR is 2%. In

1999 IR sharply decrease at

10,17%, but the following year IR

increase continuously is 15.99 in

year 2000; 21.66 in year 2001;

19.24 in year 2002 and 23.87 in

year 2003.

Page 98: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

81Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Kejadian DBD di Provinsi

Kepulauan Riau dari tahun ke tahun juga

menunjukkan adanya peningkatan

jumlah. Jumlah kasus sejak tahun 2004

sampai tahun 2006 berturut-turut tercatat

342 kasus, 1.077 kasus, dan 1.318

kasus. Namun pada tahun 2007

dilaporkan kasus DBD yang tercatat

adalah 989 kasus dengan angka

kesakitan 69,31 per 100.000 penduduk.

Angka ini menunjukkan adanya

penurunan kasus. Sama dengan

keadaan tahun 2006, kejadian DBD pada

tahun 2007 masih tercatat hanya berasal

dari 4 kabupaten/kota (Kota Batam, Kota

Tanjung Pinang, Kabupaten Karimun,

dan Kabupaten Bintan) sementara

Kabupaten Lingga dan Natuna belum

ada terdeteksi adanya kejadian DBD.

Diharapkan kondisi di dua daerah ini

dapat terus dipertahankan sehingga

penyakit DBD tidak semakin menyebar.

Kasus DBD terbanyak pada tahun 2007

adalah Kota Batam dengan banyak

kasus 718. erkembangan kasus DBD

tahun 2004-2006 dapat dilihat pada

gambar 4.8 berikut :

Dengue incidence in Riau

Islands Province from year to year

shows that increasing in number.

Number of cases in 2004 – 2006

noted 342 cases, 1.07 cases and

1318 cases repetitively. But in year

2007 reported that dengue case is

989 cases with sickness number

69.31 per 100.000 people. This

number shows there is a decrease

case. Same as year 2006, dengue

cases in year 2007 noted come from

4 district/cities ( Batam City,

Tanjungpinang City, Karimun

District, and Bintan District) while in

Lingga and Natuna District haven’t

detected yet. Hope in this both

region, dengue will not spread out

and always keep clean from it. The

most cases of dengue in year 2007

is in Batam city for 718 cases.

Developing of dengue cases in 2004

-2006 can be seen on pictures 4.8,

as follows:

Page 99: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

82

Perkembangan Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2004 – 2007

Gambar Pictures

4.8

: Developing Cases Of Dengue Haemorrogic Fever (DHF) Of Districts/Cities In Riau Islands Province Year 2004 – 2007

0

200

400

600

800

1000

1200

1400JU

MLA

H KA

SUS

DBD

Karimun 54 217 171 99

Bintan 23 60 59 71

Natuna 0 0 0 0

Lingga 0 0 0 0

Batam 148 370 996 718

Tanjungpinang 117 430 92 101

Provinsi 342 1077 1318 989

2004 2005 2006 2007

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Prov. Kepri, 2004-2007 Source : Health Profile of District/Cities In Riau Islands Province, 2004-2007

Peningkatan kasus DBD perlu

diwaspadai mengingat angka kematian

(CFR) yang ditimbulkannya tergolong

dalam kategori tinggi. Berdasarkan

Laporan Ditjen P2PL Depkes RI jumlah

penderita DBD di seluruh Indonesia pada

tahun 2005 sebanyak 81.399 kasus

dengan angka kematian (CFR) sebesar

1,36% dan angka insiden rate sebesar

39,1 per 100.000 penduduk. Walaupun

insiden rate menunjukkan adanya

peningkatan kasus namun CFR

menunjukkan penurunan yang berarti

Increasing number of dengue

cases need to controlled reminds

that number of death (CFR) appear

is in high category. Base upon P2PL

Ditjend of Health Department

Republic of Indonesia reports,

number dengue patient in all over

Indonesia in year 2005 is 81.399

cases with CFR is 1.36% and

Incidence Rate Number is 39.1 per

100.000 people. Even the IR shows

there is an increasing case but CFR

shows decreasing means number of

Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 100: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

83Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

jumlah korban yang meninggal oleh DBD

menurun, hal ini terkait semakin

meningkatnya kewaspadaan dini

masyarakat dan kesiapsiagaan fasilitas

kesehatan.

Salah satu cara memerangi DBD

yaitu dengan memberantas sarang

nyamuk (PSN) dan program menguras,

menutup dan mengubur atau (program

3M). Upaya lainnya dengan melakukan

pengasapan (fogging) di beberapa

daerah yang dikategorikan rawan

demam berdarah. Penanganan masalah

demam berdarah tidak lepas dari

partisipasi masyarakat. Beberapa upaya

yang dapat dilakukan yaitu melalui

perbaikan sanitasi lingkungan melalui

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN),

pengelolaan sampah padat, modifikasi

tempat perkembangbiakan nyamuk hasil

samping kegiatan manusia, perbaikan

desain rumah, penaburan ikan pemakan

jentik (ikan adu/ikan cupang),

pengasapan/fogging, dan memberikan

bubuk abate pada tempat-tempat

penampungan air seperti, gentong air,

vas bunga, kolam, dan lain-lain. Selain

itu tindakan pencegahan dapat dilakukan

dengan menggunakan kelambu pada

waktu tidur, memasang kasa,

menyemprot dengan insektisida,

menggunakan repellent, memasang obat

nyamuk, dan memeriksa jentik berkala.

death people is decrease, this is

related to more careful and early

awareness of society and always

ready for health facilities.

One of the way in preventing

dengue is by eliminating mosquito

nest and drainage programs, dig

and cover or we called it 3M

programs. Other effort is by doing

fogging in many places which

dengue sensitive area category.

Solving problems of dengue is

related to society participation.

Some efforts which have been done

likes environment sanitation fixing

through mosquito nest prevention,

garbage recycling, modification of

mosquito fertilization made by

human, house design fixing, keeping

kissing fish which eat the mosquito,

fogging and giving abate powder in

water tank, vase, pool, and so on.

Other than that prevention action

can be done by using net when

sleeping, put kasha, spray

insecticide, using repellent, using

mosquito lotion, and so on.

Page 101: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

84Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

h. Acute Flaccid Paralysis (AFP)

Upaya pemberantasan polio

global yang diprakarsai oleh The Global

Polio Eradication Initiative yang

diluncurkan tahun 1988 telah mampu

mengurangi banyaknya kasus penyakit

lumpuh dari 350,000 tiap-tiap tahun pada

tahun 1988 menjadi 1,267 kasus pada

tahun 2004. Namun belum seluruh dunia

bebas dari penyakit ini. Di seluruh dunia

masih terdapat 6 negara endemis polio

yaitu India, Sudan, Nigeria, Afghanistan,

Mesir dan Pakistan. Menurut data WHO

(2005) negara yang paling banyak kasus

polio adalah Nigeria dengan jumlah

kasus lebih dari 500 dan di posisi kedua

Yaman dengan lebih dari 400 kasus.Dan

pada tahun 2004 dan awal tahun 2005,

beberapa negara yang sudah bebas

polio seperti Chad dan Yaman terserang

kembali oleh virus polio liar yang berasal

dari negara yang masih endemis polio.

Pada tahun 2005 dengan

ditemukannya kasus virus polio liar di

Sukabumi Jawa Barat, pemerintah

Indonesia dan dunia internasional

(WHO) menyatakan bahwa terjadi wabah

penyakit polio di Indonesia. Hal ini

menyadarkan kita bahwa ternyata

penyakit yang ditandai dengan gejala

demam dan lumpuh mendadak (walau

tidak permanent) ini ternyata masih

h. Acute Flaccid Paralysis (AFP)

The Global Polio Eradication

Initiative established in year 1988

with effort to decrease many

paralysis cases from 350.000 every

year until1988 and in 2004 become

1.26 cases. But not all countries free

from this disease. In the world there

are countries that not free from

polio; India, Sudan, Nigeria,

Afghanistan, Egypt, and Pakistan.

Refers to WHO data (2005) the

country which the most has polio is

Nigeria with more than 500 cases,

and the second place is Yemen with

more than 400 cases. In 2004 and

beginning of year 2005 many

countries have already free from

polio likes Chad and Yemen but re

attacked by this dangerous virus

which come from endemic polio.

In year 2005, by found wild polio

virus case in Sukabumi, East Java,

Indonesia Government and WHO

declared that there is an endemic of

polio in Indonesia. This case make

realized that this disease signed by

high fever and paralyze suddenly

(not permanent) and it’s not

eliminated yet in our country.

Indonesia at the third position of

Page 102: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

85Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

belum tereliminasi dari negeri kita.

Jumlah kasus polio liar di Indonesia

menempati nomor tiga terbanyak di

dunia dan Secara global Indonesia

menyumbang 20 persen dari seluruh

kasus polio liar di dunia.

Pada April 2006 tercatat sebanyak

305 kasus polio di Indonesia. Kejadian

AFP pada saat ini diproyeksikan sebagai

indikator untuk menilai keberhasilan

program Eradikasi Polio (Erapo).

Penyakit polio tidak ada obatnya namun

penyakit yang dapat menyebabkan

kematian dan kecacatan seumur hidup

ini hanya dapat dicegah dengan

imunisasi. Adanya KLB virus liar di

Sukabumi mengakibatkan pemerintah

menyelenggarakan PIN sebanyak 5

putaran pada tahun 2005-2006.

Untuk memerangi virus polio liar

yang paling dibutuhkan adalah komitmen

pemerintah dan dukungan serta

mobilitas masyarakat. Upaya

pemantauan terhadap keberhasilan

Erapo dilakukan melalui kegiatan

surveilans secara aktif yang bertujuan

untuk menemukan kasus AFP sebagai

upaya mendeteksi secara dini

munculnya virus polio liar yang

kemungkinan ada di masyarakat agar

dapat segera dilakukan

penanggulangannya dan mencegah

penularan yang lebih luas. Pada tahun

having wild polio case number in the

world and globally Indonesia funds

20% of wild polio case in the world.

On April 2006 noted that there

are 305 polio cases in Indonesia.

AFP incidence in this recent day is

projected as indicator to evaluate

ERAPO( Polio Eradication

Programs). This disease is un cured

but it can prevent by immunization.

Wild Polio Virus un usual incidence

in Sukabumi caused Government

implemented PIN for 5 times in 2005

– 2006.

To eliminate wild polio virus

is needed government commitment

and all supporting from society.

Controlling to ERAPO succeeding is

done by surveillance actively

activities to find AFP case as an

effort to defect earlier appearing of

wild polio virus which in society and

to prevent infected widely. In year

2007 there is an increasing of AFP

cases in Riau Island Province from 7

cases (2006) to 14 cases in 2007

(sickness number 3.14 per

100.000). The most is in Batam City

Page 103: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

86Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

2007 terjadi peningkatan peningkatan

kasus AFP di Provinsi Kepulauan Riau

dari 7 kasus pada tahun 2006 menjadi

14 kasus pada tahun 2007 (angka

kesakitan 3,14 per 100.000). Kasus

terbanyak di Kota Batam sebanyak 6

orang, Natuna 5 orang, Karimun 2 kasus

dan Lingga 1 kasus. Angka ini jauh

melebihi prediksi dimana diperkirakan

bahwa angka kesakitan AFP di

masyarakat sebesar 1 orang per 100.000

penduduk usia <15 tahun. Peningkatan

jumlah kasus AFP ini memberikan dua

kemungkinan. Pertama, cakupan

imunisasi di Kepulauan Riau rendah

sehingga masyarakat tidak kebal

terhadap virus polio dan hal ini perlu

diwaspadai. Kemungkinan kedua yaitu

bahwa surveilans aktif AFP berjalan

dengan baik yang ditandai pertambahan

penemuan kasus di masyarakat.

i. Campak

Penyakit campak merupakan

penyakit menular yang sering

menyebabkan kejadian Luar Biasa (KLB)

dan dapat menyebabkan cacat dan

kematian yang diakibatkan oleh

komplikasi seperti radang paru

(pneumonia), berak-berak (diare),

radang telinga (otitis media) dan radang

otak (ensefalitis) terutama pada anak

for 6 cases, Natuna District 5 cases,

Karimun 2 cases and Lingga 1 case.

This number is over prediction

where estimated that number of

AFP sickness in society/person per

100.000 people < 15 years ages.

The increase of this AFP cases give

two possibilities. First, immunization

scope in Riau Islands province is

lower so that society is immune to

this polio virus and this should be

aware. Second, AFP active

surveillance well run signed by

increasing new case found in

society.

i. Measles

Measles disease is an

communicable disease which often

caused un usual incidence,

paralyzes and death. This is caused

by complication likes pneumonia,

diarrhea, otitis media, and ensefalitis

especially to children with bad

nutrient. Until this recent day

measles is still the main caused of

Page 104: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

87Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

dengan gizi buruk. Hingga kini penyakit

campak masih menjadi penyebab utama

kematian anak di bawah umur 1 tahun

dan Balita umur 1 – 4 tahun di Indonesia.

Diperkirakan lebih dari 30.000

anak/tahun meninggal karena komplikasi

campak. Penyakit campak dapat

menyebar melalui percikan ludah

(droplet infection) yang keluar ketika

bersin atau batuk orang yang terinfeksi.

Kasus penyakit campak di

Provinsi Kepulauan Riau dari tahun ke

tahun menunjukkan jumlah yang

berfluktuasi. Pada tahun 2007, jumlah

kasus penyakit campak yang ditemukan

di Provinsi Kepulauan Riau sebanyak

721 kasus. Kasus campak terbanyak

terdapat di Kota Batam sebanyak 580

kasus, sementara Kabupaten Lingga

dilaporkan bebas dari penyakit campak

untuk tahun 2007. Kejadian kasus

campak pada tahun 2007 jika

dibandingkan dengan keadaan tahun

2006 menunjukkan adanya peningkatan

kasus yang cukup signifikan. Distribusi

penderita campak menurut kabupaten/

kota pada tahun 2007 dapat dilihat pada

lampiran tabel 14. Imunisasi campak

efektif untuk memberi kekebalan

terhadap penyakit campak sampai

seumur hidup. Penyakit campak yang

disebabkan oleh virus yang ganas ini

dapat dicegah jika seseorang

children under 1 year old and

children between 1 – 4 years old

death in Indonesia. Estimated that

more than 30.000 children/year died

because of this complication

measles. This disease spread over

by saliva (droplet infection) which

come out when coughing and

sneezing by infected people.

Measles cases in Riau

Islands Province from year to year

shows fluctuated number. In 2007,

number of this case found in Riau

Islands Province about 721 cases.

The most measles case is in Batam

City about 50 cases, while in Lingga

District reported free from this

measles in 2007. Measles cases in

year 2007 compare to year 2006

shows there is increasing case

significantly. Distribution of measles

person refers to district/cities in year

2007 can be seen on enclosure 14.

Effective measles immunization is

giving an immune to measles

disease for the whole life, measles

caused by this wild virus can be

prevented if a person get an

measles immunization, minimum

twice that is when 6 – 59 moths age

and 6 – 12 years old (Elementary

School Periods). Without

Page 105: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

88Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

mendapatkan imunisasi campak, minimal

dua kali yakni semasa usia 6 – 59 bulan

dan masa SD (6 – 12 tahun). Tanpa

imunisasi, penyakit ini dapat menyerang

setiap anak, dan mampu menyebabkan

cacat dan kematian karena

komplikasinya. Imunisasi adalah jalan

utama untuk mencegah dan menurunkan

angka kematian anak-anak akibat

campak.

Berdasarkan data yang diperoleh

darikabupaten/kota diketahui cakupan

imunisasi campak pada tahun 2007 di

Provinsi Kepulauan Riau baru berkisar

66,81%, dengan cakupan tertinggi di

Kabupaten Bintan (95,27%), sementara

cakupan yang paling rendah yaitu di

Kabupaten Natuna (47,43%) dan Kota

Tanjungpinang (48%). Rendahnya

cakupan imunisasi ini kemungkinan

terkait adanya masyarakat yang menolak

imunisasi karena takut ada efek samping

(kejadian ikutan pasca imunisasi/KIPI).

Data lebih rinci tentang cakupan

pelayanan imunisasi campak dapat

dilihat pada tabel 23 lampiran.

4.2.1.10 Hepatitis Penyakit hepatitis telah menjadi

masalah dunia saat ini. Diperkirakan

sebanyak 400 juta orang di dunia

mengidap penyakit hepatitis B kronis.

Sekitar 1 juta orang meninggal setiap

immunization, this disease attack

every child, and can caused

paralyze because of complication.

Immunization is main road to

prevent and decrease number of

children death because of measles.

Base upon data get of

district/cities known that scope of

immunization in year 2007 in Riau

Islands Province around 66.81%,

the higher scope in Bintan District

(95.27%), while the lowest scope is

Natuna District (47,43%) and

Tanjungpinang City (48%). Lower of

this immunization scope relates to

society which ignore the

immunization because of scare on

side effects. Detail about this

services immunization scope can be

seen on enclosure list 23.

4.2.1.10 Hepatitis

Now days Hepatitis has been

world’s problem. Estimated about

400 millions of people in the world

have a chronics hepatitis B. About 1

million people died every year

Page 106: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

89Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

tahun karena penyakit hepatitis yang

disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB)

ini. Penderita penyakit hepatitis C juga

tercatat sangat besar, yaitu sekitar 170

juta orang di seluruh dunia.

Penyakit hepatitis juga menjadi

masalah besar di Indonesia mengingat

jumlah penduduk Indonesia yang juga

besar. Jumlah penduduk yang besar ini

membawa konsekuensi yang besar pula.

Penduduk dengan golongan sosial,

ekonomi dan pendidikan rendah

dihadapkan pada masalah kesehatan

terkait gizi, penyakit menular serta

kebersihan sanitasi yang buruk.

Sedangkan penduduk dengan golongan

sosial, ekonomi dan pendidikan tinggi

memiliki masalah kesehatan terkait gaya

hidup dan pola makan. Tak

mengherankan jika saat ini penyakit

hepatitis menjadi salah satu penyakit

yang mendapat perhatian serius di

Indonesia.

Penyakit hepatitis yang

disebabkan oleh virus rubella, dapat

dicegah melalui imunisasi. Penyakit ini

terkait erat dengan sistem higienitas

selain kecenderungan ras, sistem

homoseksualitas (penularan melalui luka

pada anus), kebebasan seks (penularan

melalui selaput darah) dan morfinis

(suntikan).

because of this disease caused by

Hepatitis B virus (VHB). Hepatitis C

also note as a big cases, about 170

millions in the world.

Hepatitis disease also be a big

problem in Indonesia reminds that

number of population in Indonesia is

very big, too. The big population

brings big consequences, too.

Population with lower social,

economics, and education faced on

health problem relates to nutrients,

communicable disease and bad

sanitation. While population with

high social, economics, and

education have health problem

relates to life style and consumes

pattern. No wonder that hepatitis is

one of disease which get serious

attention in Indonesia.

Hepatitis caused by rubella

virus which actually can be

prevented by immunization. This

disease relates to hygienic system

beside race tends, homosexual

system(infected by anus wound),

free sex and injection ( injected

drugs user).

Page 107: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

90Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Kasus hepatitis di Provinsi

Kepulauan Riau pada tahun 2007 hanya

terdapat di Kabupaten Natuna dengan

jumlah kasus sebanyak 42 kasus,

sementara di kabupaten/kota lain

dilaporkan tidak ada kasus. Distribusi

penderita hepatitis menurut

kabupaten/kota pada tahun 2007 dapat

dilihat pada tabel lampiran 14.

Sementara itu jika diperhatikan capaian

4.2.1 Penyakit Tidak menular

Selama ini kita mengenal bahwa

penyakit menular merupakan penyebab

kematian terpenting di negara-negara

berkembang seperti halnya negara kita.

Di pihak lain, penyakit tidak menular

cukup luas jangkauannya, baik karena

degenerasi atau kerusakan sel tubuh,

kelainan sistem tubuh tertentu, kanker

dan lain-lain. Data-data yang ada

menunjukkan bahwa kita sedang

menghadapi beban ganda (double

burdens) karena penyakit menular masih

menghantui sementara penyakit

degeneratif akibat perubahan gaya hidup

juga mulai meningkat. Kita masih

menemui banyaknya masalah TBC,

diare dan penyakit menular lainnya

namun di pihak lain pasien kanker dan

sakit jantung juga makin sering ditemui.

Adanya beban ganda tentu akan

Hepatitis cases in Riau Islands

Province in year 2007 only in

Natuna District with number of

cases 42, while in other district/cities

no case reported. Hepatitis

distribution by the people infected

refers to district/cities in year 2007

can be seen on list enclosure 14.

4.2.1 The Non-Communicable

Disease

Just like in our country, we

know that communicable disease is

importance main caused of death in

developing country. Otherwise, the

non-communicable disease has

wide range in degenerative or body

cell defects, certain body system

defect, cancer and so on. Data

shows that we face double burdens

because communicable disease is

still in mind while degenerative

disease caused by changing of life

style increase. We still find TBC

problems, diarrhea and other

communicable disease but in other

hand, cancer patient also easy to

find. With double burdens will make

a health problem become more

complex and need to have attention

from all people. WHO also mention

Page 108: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

91Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

membuat masalah kesehatan kita

menjadi lebih kompleks dan perlu dapat

perhatian dari semua pihak. Organisasi

Kesehatan Dunia (WHO) juga

menyatakan bahwa penyakit yang

menjadi pembunuh utama di kawasan

negara berkembang sudah bergeser dari

penyakit menular ke penyakit tidak

menular.

Beberapa penyakit tidak menular

yang utama adalah Cardio Vascular

Disease (CVD) atau penyakit jantung

dan pembuluh darah, berbagai jenis

kanker, Chronic Respiratory Diseases

(CRD) atau penyakit paru kronis,

diabetes mellitus dan lain-lain. Faktor

risiko penting yang sebenarnya dapat

ditanggulangi, untuk terjadinya penyakit

tidak menular adalah kebiasaan

merokok, penggunaan alkohol dan

kurangnya aktivitas fisik. Penggunaan

alkohol barangkali belum menjadi

masalah terlalu penting di negara kita,

kendati penggunaannya nampaknya juga

mulai meluas, tidak saja di perkotaan

tetapi juga di pedesaan.

Meningkatnya ancaman penyakit

tidak menular berkaitan erat dengan

adanya perubahan perilaku dan gaya

hidup masyarakat yang mengarah ke

gaya hidup yang beresiko terhadap

kesehatan seperti pola makan yang

cenderung untuk mengkonsumsi

that the most killer disease in

developing country has changed

from communicable disease to non-

communicable disease.

Many main non-

communicable disease is Cardio

Vascular Disease (CVD) or heart

attack and blood artery, many kinds

of cancers, chronics respiratory

disease (CRD) or chronics lungs

disease, diabetes mellitus and so

on. Importance High Risk of non-

communicable disease actually can

be prevented by not smoking,

consumes alcohol and doing sports.

Consumes alcohol is not a big

problem in our country, even it

widely consumes in the cities or

villages.

The increase danger about

this non-communicable disease is

relates to changing of life style in

society which tends to high risk

health life likes food consumes

pattern which tends to fast food with

high fat calories and low fibrous,

Page 109: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

92Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

makanan cepat saji (fast food) dengan

kadar lemak tinggi tetapi rendah serat,

pola hidup santai (kurangnya kegiatan

fisik/olah raga), merokok, dan minum

minuman beralkohol.

Adanya perubahan pola penyakit

di masyarakat mendapat perhatian yang

serius dari dunia internasional. Salah

satu contoh nyata adalah badan

kesehatan Amerika Serikat yang

bereputasi intelektual amat tinggi dan

banyak jadi rujukan ilmu kedokteran di

dunia yaitu CDC di Atlanta. Badan ini

telah berubah nama dan peran. Tadinya

CDC adalah kepanjangan dari

Communicable Disease Control atau

pusat penanggulangan penyakit

menular, yang hanya menangani

berbagai wabah penyakit menular,

penyakit infeksi, baik di Amerika serikat

maupun dari berbagai belahan dunia

lainnya. Namun dengan berkembangnya

penyakit tidak menular di Amerika

Serikat dan juga di dunia maka beberapa

waktu lalu kepanjangan CDC berubah

menjadi Center of Disease Control, atau

pusat penanggulangan penyakit. Kini

CDC menjadi pusat kajian berbagai jenis

penyakit, baik menular ataupun tidak.

Untuk Indonesia, melihat pola penyakit

yang berkembang di masyarakat

pemerintah pusat dalam hal ini

Departemen Kesehatan RI menunjukkan

slow life style (lack of sport

activities), smoking and drinks

alcohol.

The changing of disease

pattern in society get a serious

attention from International world.

One of example is US health

department which has high

reputation and many reconciliations

given to Medical World that is CDC

in Atlanta. This firm has changed

name and roles. CDC was

abbreviation of Communicable

Disease Control, and only research

many diseases, infection disease, in

America or other part of countries.

But as long with non-communicable

disease develop in US and other

countries, CDC change name to

Center of Disease Control. CDC

now as a Center of research many

kinds of communicable disease and

non-communicable disease. For

Indonesia by looking to this pattern

disease which develop in society,

state government and in this case is

Health Department Republic of

Indonesia shows a serious attention

in non-communicable disease which

tends to increase from year to year

by increasing organization structure

Page 110: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

93Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

perhatian yang serius akan masalah

penyakit tidak menular yang cenderung

meningkat dari tahun ke tahun dengan

menambah struktur organisasi dengan

membentuk Direktorat Pengendalian

Penyakit Tidak Menular sejak tahun

2006.

Peningkatan kasus penyakit tidak

menular di Provinsi Kepulauan Riau

dapat dilihat dari pola 10 penyakit

terbanyak baik pada kunjungan

puskesmas terlihat bahwa penyakit tidak

menular sudah mulai mendominasi

beban penyakit yang ditanggung

masyarakat. Dari pola penyakit

kunjungan puskesmas, penyakit

hipertensi menempati urutan kedua

penyakit terbanyak di bawah ISPA

dengan jumlah penderita 28.811 orang,

jika dibandingkan dengan tahun 2006

terlihat bahwa terjadi penambahan

penderita penyakit hipertensi sebanyak

7.099 kasus. Sementara itu jika diamati

data dari 10 penyakit utama penyebab

kematian berdasarkan kunjungan rumah

sakit Provinsi Kepulauan Riau terlihat

bahwa dari 10 penyakit penyebab

kematian utama 6 diantaranya adalah

penyakit tidak menular. Penyakit jantung

menempati urutan kedua setelah

septimia dengan jumlah kematian yang

diakibatkannya sebanyak 22 orang dari

224 jumlah penderita. Penyakit tidak

by establishing Directorate of Non-

communicable disease Control

since 2006.

The increasing of non-

communicable disease in Riau

Islands Province can be seen on the

most 10 diseases pattern in society

health center visiting that shows

non-communicable disease already

burden disease which abandoned

by society. From society health

central visiting disease,

hypertension place at second most

disease under acute respiratory

infection with 28,811 people. If

compare to year 2006 seen that an

increasing of hypertension people

about 7.099 cases. Meanwhile by

using observed data from 10 main

caused death disease base upon

hospital visiting in Riau Islands

Province seen that 10 main caused

death disease, 6 0f it is non-

communicable disease. Heart

disease at second place after

septhimia with number of death is

22 person of 224 number of

sickness. Other non-communicable

disease death is stroke with 17

Page 111: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

94Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Sepuluh Penyakit Utama Penyebab Kematian Berdasarkan Kunjungan Rumah Sakit Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Tabel

Table 4.7 : 10 Main Caused Disease Base Upon Hospital Visiting In Riau Islands Province Year 2007

No Nama Penyakit Name of Disease

Jumlah Kasus

Number of Cases

Jumlah Meninggal

Number of Death

1 Septisemia 118 23 2 Peny. Jantung / Heart Disease 224 22 3 Stroke 198 17 4 Peny Radang SSP 60 16 5 Sirosis Hepatitis 17 15 6 Neoplasma Ganas 338 12 7 DM 204 11 8 DBD 1.272 9 9 Malaria 603 6 10 Penyakit Usus / Intestines Disease 21 6

Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan, Dinkes Prov. Kepri, 2008 Source : Health Services Section, Health department, Riau Islands Province, 2008

menular penyebab kematian lainnya

yaitu stroke dengan jumlah meninggal 17

orang, penyakit radang SSP dengan

jumlah meninggal 16 orang, sirosis hati

15 orang, neoplasma ganas 12 orang,

diabetes mellitus dengan jumlah

meninggal 11 orang. Peningkatan

pelayanan di sarana kesehatan rujukan

terus diupayakan agar mampu

memberikan pelayanan yang optimal

kepada masyarakat dan mampu

meminimalisir jumlah pasien yang

meninggal. Data lebih rinci tentang 10

penyakit penyebab kematian utama di

rumah sakit Provinsi Kepulauan Riau

dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut.:

people died, SSP inflamed with

number of death 16 people, hearer

syrosis for 15 people, wild neo

plasma Is 12 people, diabetes

mellitus 11 people. The efforts in

increasing reconciliation health

facilities afforded continuously to

give optimum services to the society

and to minimalist number of death

patients. Detail data about 10 main

caused death in Riau Islands

Province Hospitals can be seen on

list 4.7, as follows :

Page 112: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

95Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Data dari Profil Kesehatan

Indonesia tahun 2005, diketahui bahwa

penyakit system sirkulasi merupakan

penyebab kematian umum nomor satu di

Indonesia. Stroke tanpa pendarahan

merupakan penyebab kematian nomor

satu di RSU di Indonesia tahun 2002 dan

penyakit jantung menduduki peringkat

ke-9. Sedangkan hipertensi menjadi

penyakit terbanyak nomor 7 pada pasien

rawat jalan di rumah sakit di Indonesia

tahun 2003. Sementara itu menurut data

WHO, pada tahun 2005, 58 juta (70 %)

penduduk dunia mengidap penyakit tidak

menular yaitu jantung (30%), diabetes

(26%), paru obstruktif kronis (7%),

kanker (12%) dan kecelakaan (9%). Di

Asia Tenggara kematian akibat penyakit

tidak menular diatas sebesar 7.423.000,

sedangkan penyakit menular 5.730.000.

Pengamatan akan faktor-faktor

resiko yang berperan penting dalam

peningkatan banyaknya kasus penyakit

degeneratif ini berkaitan erat dengan

gaya hidup sehari-hari. Perilaku hidup

masyarakat khususnya yang tinggal di

daerah perkotaan yang sangat

memperhitungkan waktu dan cenderung

memilih gaya hidup yang lebih praktis

Data from profile Indonesia

Health in year 2005, known that

circulation System disease is

general death caused number one

in Indonesia. Stroke with out

blooding is the death caused

number one in general Hospital in

Indonesia year 2002 and heart

disease place at ninth level. While

hypertension become number seven

most diseases for non hospitalized

patients in Indonesia hospital in

year 2003. While according to WHO

data in year 2005, 58 millions (70%)

world populations have non-

communicable disease such as

heart disease (30%), diabetes (20%)

Chronics obstructive lungs are (7%),

cancer (12%) and accident (9%). In

southeast Asia the death caused

non-communicable disease is above

7.423.000, while communicable

disease 5.730.000.

Observations about high risks

which is importance in increasing

many degenerative disease cases

relates to daily life style. Society life

behavior especially who life in the

city which always calculate time and

tends to choose simple life style

need to aware of the impact.

Healthy life campaign need to

Page 113: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

96Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

perlu lebih waspada akan dampak gaya

hidup praktis tersebut. Kampanye hidup

sehat perlu semakin digalakkan untuk

meningkatkan kesadaran masyarakat

akan perlunya hidup sehat yang antara

lain mencakup pola konsumsi makan

yang sehat, olahraga yang teratur,

menghindari rokok dan minuman

beralkohol.

4.3 Status Gizi Terbebas dari kelaparan dan

malnutrisi sekaligus mendapat nutrisi

yang baik adalah hak asasi manusia.

Malnutrisi membuat tubuh lebih rentan

terhadap penyakit dan kematian dini.

Pengukuran antropometri untuk

mendapat status gizi seseorang telah

dikenal luas dan terutama dilakukan

pada anak-anak. Rendahnya persentase

berat badan terhadap usia

mencerminkan akibat rendahnya

komsumsi atau asupan zat gizi saat ini.

Tiga faktor utama indeks kualitas

hidup yaitu pendidikan, kesehatan dan

ekonomi. Faktor-faktor tersebut erat

kaitannya dengan status gizi masyarakat

yang dapat digambarkan terutama pada

status gizi anak balita dan wanita hamil.

Masalah gizi merupakan salah satu

indikator yang digunakan dalam

memotret kesejahteraan dan derajat

kesehatan masyarakat. Masalah gizi

supported in increasing society

awareness on health life occurs

health consumes food pattern,

regular sport and away from

consumes alcohol and smoke.

4.3 Nutritional Status

Free from poverty and

malnutrition, and also get good

nutrients is the

Human rights. Malnutrition

make our body susceptible to

disease and early died.

Anthropometry measurement to get

nutritional status of someone have

known widely and especially for

children. Lower percentage body

weight to age is describe caused of

lower nutrients intake.

Three main factors life

qualities index is education, health,

and economics. These factors

relates to society nutritional status

which is drawn especially on under

five years nutritional status and

pregnant woman. Nutrients problem

is one of indicator which is used in

picturing welfare and level of society

health susceptible nutrients problem

Page 114: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

97Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

yang rentan ditemukan pada segmen

masyarakat yaitu ibu hamil, ibu

meneteki, bayi dan anak balita sehingga

indikator ini dipakai untuk mengukur

status gizi masyarakat. Berikut akan

diuraikan indikator status gizi pada bayi

dengan Berat Badan Lahir Rendah

(BBLR), status gizi balita, status gizi

wanita usia subur Kurang Energi Kronis

(KEK), Anemia Gizi Besi (AGB) pada ibu

dan pekerja wanita, dan Gangguan

Akibat Kekurangan Yodium (GAKY).

4.3.1 Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah Berat Badan Lahir Rendah

(kurang dari 2.500 gram) merupakan

salah satu faktor utama yang

berpengaruh terhadap kematian

perinatal dan neonatal. BBLR dibedakan

dalam 2 kategori, yaitu BBLR karena

premature dan BBLR karena intrauterine

growth retardation (IUGR), yaitu bayi

yang lahir cukup bulan tetapi berat

badannya kurang. Di negara

berkembang banyak BBLR dengan

IUGR karena ibu berstatus gizi buruk,

anemia, malaria, dan menderita penyakit

menular sexual (PMS) sebelum konsepsi

atau pada saat kehamilan. BBLR

bersama kehamilan pendek

found in society segment that is

pregnant woman, breast feeding

mother, babies, and children under

five years old so that this indicator is

used to measure level of society

health. Follow will describe indicator

of nutritional status on baby with

lower born body weight, under five

years nutritional status, status

chronics energy less of reproductive

age woman, anemia for mother and

woman worker disturbances of less

iodine.

4.3.1 Lower Born Baby Weight

(LBBW)

Lower Born Baby Weight

(less than 2500 grams) is one of

main influence factors for perinatal

and neonatal death. LBBW divided

into two categories: LBBW because

of premature and LBBW because of

infauterine growth retardation. In

developing countries most of LBBW

with UUGR because of bad

nutritional status of mother, anemia,

malaria, and sexual infections

disease before conception or during

pregnancy. LBBW together with

short pregnancy caused

disturbances which is caused

perinatal periods death number

three in hospital Year 2005 ( Health

Page 115: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

98Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

mengakibatkan gangguan yang menjadi

penyebab nomor 3 kematian masa

perinatal di rumah sakit tahun 2005

(Depkes RI, 2007). Angka kematian bayi

berat lahir rendah (BBLR) mencerminkan

derajat kesehatan masyarakat. Bayi-bayi

ini lebih mudah untuk menjadi sakit

bahkan meninggal dibanding dengan

bayi berat lahir normal.

Jumlah kasus BBLR di Provinsi

Kepulauan Riau selama tahun 2007

sebanyak 677 bayi (2,04%) dari 36.956

kelahiran hidup. Angka ini mengalami

penurunan walau tidak terlalu signifikan

dengan jumlah BBLR pada tahun 2006

yang banyaknya 2,20%. Persentase

BBLR terbanyak terdapat di Kabupaten

Lingga dengan jumlah kasus 93 (6,18%

dari total kelahiran hidup), kemudian

disusul oleh Kota Batam sebanyak 541

kasus (2,43% dari total kelahiran hidup).

Angka total provinsi tergolong rendah

jika dibandingkan dengan angka

nasional dimana dari Survei Demografi

dan Kesehatan Indonesia (SDKI)

diketahui bahwa proporsi bayi dengan

BBLR pada tahun 2002-2003 berkisar

7,6%. Sementara data BBLR di rumah

sakit tahun 2002 memberi gambaran

bahwa persentase bayi BBLR di rumah

sakit secara nasional rata-rata sebesar

13%. Rincian distribusi angka kejadian

bayi BBLR menurut kabupaten/kota

Department Republic of Indonesia,

2007). Number of LBBW death

shows that level of society health,

babies are easier to get sick and

even died compare to normal baby

weight born.

Number of LBBW cases in

Riau Islands Province for year 2007

is 677 babies (2,04%) of 36.956 life

born. This number decrease un

significantly with number of LBBW in

year 2006 is 2.20%. Percentage of

LBBW in Lingga District is 93 cases

(6.18% of total life born). Then

following by Batam City about 541

cases (2.43% of total life born).

Number of total provinces which low

category if compare to national

number from Demography Survey

and Indonesia known that proportion

baby of LBBW in year 2002 – 2003

is 7.6% while LBBW data in the

hospital year 2003 give drawn that

percentage of LBBW babies in the

hospital nationally at average 13%.

Detail number of distribution LBBW

according to district/cities can be

seen on list enclosure 15. LBBW

should taken earlier because it is

related to baby life which in high risk

category, and also relates to baby

Page 116: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

99Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

dapat dilihat pada tabel lampiran 15.

Bayi BBLR perlu ditangani sedini

mungkin karena selain menyangkut

hidup si bayi yang tergolong dalam

resiko tinggi, juga berkaitan erat dengan

masa pertumbuhan bayi baik pada masa

kini maupun di masa mendatang.

Berdasarkan data dari Profil kesehatan

Kabupaten/Kota diperoleh data bahwa

persentase bayi BBLR yang ditangani

masih berkisar 89,64% dari target yang

diharapkan 100%. Penanganan bayi

BBLR di Kabupaten Lingga perlu

mendapat perhatian lebih karena

cakupan penanganan yang masih

rendah yaitu sekitar 16,08%. Diharapkan

masyarakat beserta tenaga kesehatan

dapat berperan lebih aktif agar target

yang ditetapkan dapat tercapai.

Distribusi cakupan penanganan bayi

BBLR pada tabel lampiran 15.

4.3.2 Status Gizi Balita

Status gizi balita merupakan salah

satu indikator yang menggambarkan

tingkat kesejahteraan masyarakat.

Status gizi balita perlu mendapat

perhatian mengingat bahwa periode

umur ini merupakan masa dimana anak

mengalami pertumbuhan dan

perkembangan yang pesat.

Pembentukan otak anak terjadi pada

growth periods in this recent day

and for the future. Base upon data

from health profile of district/cities

get that percentage of LBBW which

is handled is about 89.64% from

expecting target for100%. LBBW

handling in Lingga District have to

get more attention because scope of

this handling is still low for 16.08%.

Hope that society and all health

worker can play role actively to

achieve target stated. Scope

distribution about LBBW handling

can be seen on list enclosure 15.

4.3.2 Under Five Years

Nutritional Status

Under five years nutritional

status is one of indicator which

drawn level of society welfare.

Under five years nutritional status

need to get attention reminds that

this periods is a rapid growth and

developing brain are formed at this

time. In order growth and developing

children can be optimum, nutrients

Page 117: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

100Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

kurun waktu ini. Agar pertumbuhan dan

perkembangan anak dapat berjalan

secara optimal, asupan gizi yang

diberikan sangat perlu mendapat

perhatian.

Pada tahun 2007, berdasarkan

hasil penimbangan yang dilakukan

terhadap 95.364 balita di Provinsi

Kepulauan Riau diketahui bahwa balita

yang mengalami berat badan naik baru

berkisar 83.05%, sementara balita yang

berada di bawah garis merah (BGM)

sebanyak 1,82% dan 0,55% balita

menderita gizi buruk. Balita yang

termasuk kategori status gizinya BGM

dan gizi buruk sangat perlu mendapat

penanganan yang serius karena

kekurangan gizi pada balita akan

menghambat pertumbuhan jasmaninya,

secara fisik maupun perkembangan otak.

Menurut WHO, terjadinya kekurangan

gizi dipengaruhi oleh beberapa faktor,

yakni terjangkit penyakit, infeksi, dan

asupan makanan yang secara langsung

berpengaruh terhadap kekurangan gizi.

Sementara pola asuh dan pengetahuan

sang ibu juga salah satu faktor penentu

tidak langsung. Data lebih rinci tentang

status gizi balita dapat dilihat pada tabel

lampiran 16.

Indikator lainnya adalah jumlah

kecamatan bebas rawan gizi. Pada

tahun 2007 jumlah kecamatan yang

is need to be given.

In year 2007, base upon

result of comparison which done to

95.364, children under five years old

in Riau Islands Province known that

which have LBBW increase about

83.05%, while children under five

years old stay at red line is 1.82%

and bad nutrition status 0.55%.

Children under five years old include

in category of nutritional status red

line and bad nutrients. This category

should handling seriously because it

can influence growth of them

physically and the brain according to

WHO malnutrition influenced by

many factors, such as disease

infected, infection and consumes

less nutrition and also less of mother

knowledge about nutrients. Detail

data about under five years

nutritional status can be seen on list

enclosure 16.

Other indicator is number of

Sub Districts which free from

nutrients susceptible. In year 2007

Page 118: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

101Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

bebas rawan gizi baru sebanyak 25

kecamatan dari 52 kecamatan (48,08%).

Angka ini menunjukkan bahwa daerah-

daerah di Provinsi Kepulauan Riau

masih rawan terhadap masalah gizi.

Khususnya Kabupaten Natuna yang

menunjukkan bahwa tidak ada satu

kecamatanpun yang boleh dikatakan

bebas dari rawan gizi. Oleh karena itu

perhatian dan kerjasama dari semua

komponen perlu ditingkatkan karena

masalah gizi mencakup multisektor.

Penanganan balita dengan gizi

buruk di Provinsi Kepulauan Riau tahun

2007 mencapai 98,50%. Walaupun

angka ini belum sesuai target tapi hal ini

menunjukkan bahwa pemerintah

berupaya keras untuk menangani

masalah gizi balita. Kabupaten yang

belum mencapai target penanganan gizi

buruk sampai 100% adalah Kabupaten

Lingga. Diharapkan untuk tahun-tahun

mendatang target ini dapat dicapai.

Distribusi penanganan gizi buruk

menurut kabupaten/kota dapat dilihat

pada tabel lampiran 24.

number of Sub Districts which free

of susceptible nutrients are 25 sub

districts of 52 sub districts (48.08%).

This number shows that regions in

Riau Islands Province is still

susceptible on nutrients problem

especially Natuna District shows

that in all sub districts has a

susceptible nutrients, the attention

and cooperation from all

components need to increased

because nutrients is multi sectors

problems.

Children Under Five Years

Old handling with malnutrition in

Riau Islands Province year 2007

reach 98.50%. Even this number is

not a target number but it shows that

Government put hard efforts to

handling children under five years

old nutrients problems. The District

which haven’t reach the target

malnutrition handling until 100% yet

is Lingga District. Hope that in the

next year, this target will achieved.

Distribution of handling malnutrition

according to district/cities can be

seen on list enclosure 24.

Page 119: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

102Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

4.3.3 Status Gizi Wanita Usia Subur Kurang Energi Kronis (KEK) dan Anemia Gizi Besi (AGB)

Status gizi ibu sebelum dan

selama hamil dapat mempengaruhi

pertumbuhan janin yang sedang

dikandung. Bila gtatus gizi ibu normal

pada masa sebelum dan selama hamil

kemungkinan besar akan melahirkan

bayi yang sehat, cukup bulan dengan

berat badan normal. Dengan kata lain

kualitas bayi yang dilahirkan sangat

tergantung pada keadaan gizi ibu

sebelum dan selama hamil.

Salah satu cara untuk menilai

kualitas bayi adalah dengan mengukur

berat bayi pada saat lahir. Seorang ibu

hamil akan melahirkan bayi yang sehat

bila tingkat kesehatan dan gizinya

berada pada kondisi yang baik. Namun

sampai saat ini masih banyak ibu hamil

yang mengalami masalah gizi khususnya

gizi kurang seperti Kurang Energi Kronis

(KEK) dan Anemia gizi (Depkes RI,

1996). Hasil SKRT 1995 menunjukkan

bahwa 41 % ibu hamil menderita KEK

dan 51% yang menderita anemia

mempunyai kecenderungan melahirkan

bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah

(BBLR).

4.3.3 Nutritional Status of

Chronics Energy Less of

Reproductive Age Woman

Mother Nutritional Status

before and during pregnancy

periods can influence embryo

growth. If the nutritional status of

mother normal during pregnancy so

the probability of baby birth healthy,

enough months and normal baby

born weight body. On the other

words, quality of baby born is

depends on nutritional status of

mother before and during

pregnancy.

One of the ways to evaluate

quality of the baby is by measuring

weight of baby on its birth. A

pregnant woman will give birth with

healthy baby if level of health and

her nutrients in good condition. But

until this recent day many pregnant

women have a nutrient problem

especially less nutrients such as

chronics energy less and nutrients

anemia (Health Department

Republic of Indonesia, 1996). Result

of SKRT 1995 shows that 41% of

pregnant woman have a chronics

less energy and 51% have an

anemia tends to give birth with lower

baby born weight

Page 120: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

103Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Ibu hamil yang menderita KEK

dan Anemia mempunyai resiko kesakitan

yang lebih besar terutama pada trimester

III kehamilan dibandingkan dengan ibu

hamil normal. Akibatnya mereka

mempunyai resiko yang lebih besar

untuk melahirkan bayi dengan BBLR,

kematian saat persalinan, pendarahan,

pasca persalinan yang sulit karena

lemah dan mudah mengalami gangguan

kesehatan. Bayi yang dilahirkan dengan

BBLR umumnya kurang mampu

meredam tekanan lingkungan yang baru,

sehingga dapat berakibat pada

terhambatnya pertumbuhan dan

perkembangan, bahkan dapat

mengganggu kelangsungan hidupnya.

Ada beberapa cara yang dapat

digunakan untuk mengetahui status gizi

ibu hamil antara lain memantau

pertambahan berat badan selama hamil,

mengukur Lingkar Lengan Atas (LILA),

dan mengukur kadar Hb. Pengukuran

LILA dimaksudkan untuk mengetahui

apakah seseorang menderita Kurang

Energi Kronis (KEK), sedangkan

pengukuran kadar Hb untuk mengetahui

kondisi ibu apakah menderita anemai

gizi.

Anemia adalah suatu kondisi

dengan kadar Hb berada di bawah

normal. Di Indonesia Anemia umumnya

disebabkan oleh kekurangan Zat Besi,

Pregnant woman with

chronics less energy and anemia

has a high pain especially in three

semester of pregnancy compare to

normal pregnant women. And the

result is mother has greater risk to

give birth with lower baby born

weight, died at birth, blooding,

pasca-birth which weak and easily

get sick. Baby who born as a lower

baby born weight generally is

difficult adapt in new environment,

so that can cause bad for the growth

and developing of the baby, and

even can disturbance the life.

There are many ways used to

know nutritional status of pregnant

women likes control weight during

pregnancy, measuring upper arm

round, measuring Hb concentrate.

Measuring upper arm round is to

know whether she is a chronics

energy less mother, while Hb

measurement is to know mother

conditions whether she has nutrients

anemia.

Anemia is one of condition

with concentrate of Hb under

normal. In Indonesia anemia

generally caused by less iron

Page 121: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

104Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

sehingga lebih dikenal dengan istilah

Anemia Gizi Besi. Anemia defisiensi

besi merupakan salah satu gangguan

yang paling sering terjadi selama

kehamilan. Kekurangan zat besi dapat

menimbulkan gangguan atau hambatan

pada pertumbuhan janin baik sel tubuh

maupun sel otak. Anemia gizi dapat

mengakibatkan kematian janin didalam

kandungan, abortus, cacat bawaan,

BBLR, anemia pada bayi yang

dilahirkan, hal ini menyebabkan

morbiditas dan mortalitas ibu dan

kematian perinatal secara bermakna

lebih tinggi. Pada ibu hamil yang

menderita anemia berat dapat

meningkatkan resiko morbiditas maupun

mortalitas ibu dan bayi, kemungkinan

melahirkan bayi BBLR dan prematur juga

lebih besar.

Anemia gizi besi merupakan suatu

kondisi ibu dengan kadar hemoglobin

yang rendah. Anemia gizi besi (AGB)

pada ibu hamil dapat mengakibatkan

kematian pada ibu dan bayi. Hal ini

dapat dicegah melalui pemberian tablet

tambah darah (Fe) kepada ibu hamil.

Selama kehamilan dianjurkan seorang

ibu mengkonsumsi tablet zat besi

minimal 90 butir. Kekurangan zat besi

dapat menimbulkan gangguan atau

hambatan pada pertumbuhan janin baik

sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi

substances so that known as a

ferrum substances anemia. Ferrum

deficiency anemia is one of

disturbances which often happen

during pregnancy. Lack of ferrum

substances can cause disturbances

of embryo growth, body cells and

brain cells. Nutrients anemia can

caused death of embryo in the

uterus; abortion, natural physic

defect, lower baby born weight,

anemia for the baby born. These all

cause morbidity and mother

mortality and perinatal death

increase highly. For anemia

pregnant woman, weight can

increase morbidity risk and mortality

of mother and the baby. Probability

of lower baby born weight is greater.

Iron nutrient anemia is one of

condition with lower hemoglobin

concentrate. Iron nutrients anemia

for the pregnant woman can cause

death of the baby. This can be

prevented by giving tablet to add

blood (Fe) for pregnant woman.

During pregnancy periods is

suggested that pregnant woman

should consumes minimum 90

tablet. Lack of iron substances can

cause disturbances of embryo

growth, body cell and brain cell.

Page 122: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

105Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

dapat mengakibatkan kematian janin di

dalam kandungan, abortus, cacat

bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang

dilahirkan. Hal ini menyebabkan

morbiditas dan mortalitas ibu dan

kematian perinatal secara bermakna

lebih tinggi dan kemungkinan melahirkan

bayi BBLR dan prematur juga lebih

besar.

Cakupan pemberian tablet zat

besi (Fe) kepada ibu hamil selama tahun

2007 tercatat dari 42.381 ibu hamil

sebanyak 82,69% mendapat Fe1, dan

71,21% mendapat Fe3. Angka

menunjukkan adanya peningkatan ibu

hamil mendapat Fe1 dan Fe3

dibandingkan dnegan tahun 2006 yang

baru mencapai 82,01% untuk Fe1 dan

65,14% untuk Fe3. Masih rendahnya

persentase ibu hamil yang mendapat

tablet Fe kemungkinan karena

kurangnya kesadaran dan pengetahuan

ibu hamil akan bahaya yang diakibatkan

jika ibu hamil menderita anemia. Data

lebih rinci dapat dilihat dalam tabel

lampiran 24.

4.3.4 Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) Gangguan Akibat Kurang Yodium

atau GAKY adalah sekumpulan gejala

yang timbul karena tubuh seseorang

kekurangan unsur yodium secara terus

Nutrients anemia can caused death

of embryo in uterus, abortion,

natural physic defect, lower baby

born weight, and anemia for the

baby born. This can cause Morbidity

and Mortality of mother and

perinatal death increase highly and

probability of lower baby born weight

and premature born is greater.

Scope of giving iron

substances tablet (Fe) to pregnant

woman during year 2007 noted from

42.381 pregnant woman is 82.69%

get Fe1, and 71.21% get Fe3.

Numbers shows that there is an

increasing of pregnant woman in

getting Fe1 and Fe3 compare to

year 2006 that only reached 82.01%

to Fe1 and 65.14% to Fe3. Lower

consumes percentage of Fe tablet

may be because lack of awareness

and knowledge of pregnant woman

in endanger caused if having

anemia. Detail data can be seen on

list enclosure 24.

4.3.4 Disturbances Caused by

Lack of Iodine

Disturbances which caused

by lack of Iodine is a group of

symptom which appear because the

body lack of iodine substances

Page 123: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

106Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

menerus dalam jangka waktu yang

cukup lama. Yodium adalah mineral

yang terdapat di alam, baik di tanah

maupun di air yang merupakan zat gizi

mikro yang diperlukan oleh tubuh

manusia untuk membentuk hormon

Tiroksin yang berfungsi untuk mengatur

pertumbuhan dan perkembangan fisik

serta kecerdasan. Dampak lain akibat

kekurangan yodium adalah pembesaran

kelenjar thyroid, kretinisme (badan

kerdil), bisu, dan tuli. Kekurangan

yodium juga dapat mengakibatkan

perkembangan intelektual yang

terlambat yang berpengaruh pada tingkat

kecerdasan anak menjadi rendah.

Indonesia masih menghadapi

masalah Gangguan Akibat Kekurangan

Yodium (GAKY). Hasil pemetaan tahun

2003 meununjukkan bahwa tidak terjadi

penurunan GAKY bahkan relatif

meningkat (dari 9,8 % menjadi 11,7%).

Di sisi lain juga terjadi perluasan dan

penyebaran daerah endemik GAKY,

tidak saja di dataran tinggi namun juga di

dataran rendah dan pantai. Fenomena

ini menunjukkan kalau GAKY dapat

dikatakan masalah laten yang harus

terus menerus dimonitor secara

berkesinambungan apabila tidak

menginginkan bertambah buruknya

keadaan.

continuously for long time. Iodine is

mineral which found in natural.

Grounds and water is a micro of

nutrients substances which needed

by human being to formed tyrosine

hormone which the function is to

manage growth of physic and

intelligence. Other impact of lack of

Iodine is the thyroid glance bigger,

slow cretinism, deaf and dumb. Lack

of Iodine can cause slow intellectual

development which influence lower

level of intelligences.

Indonesia still faces of these

disturbances caused by lack of

Iodine. Average result in 2003

shows that no decreasing

disturbances which caused by lack

of Iodine, even increase relatively

(from 9.8% to 11.7%). On the other

side also happen endemic region

disturbances of this case and it

occurs highland, and along beach

land areas. This phenomenon

shows that these disturbances have

to monitor continuously in order not

getting worse.

Page 124: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab IV Pencapaian Program Kesehatan

107Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Masalah GAKY merupakan

masalah yang serius mengingat

dampaknya secara langsung atau tidak

langsung mempengaruhi kelangsungan

hidup dan kualitas sumber daya manusia

yang mencakup 3 aspek, yaitu aspek

perkembangan kecerdasan, aspek

perkembangan sosial dan aspek

perkembangan ekonomi. Upaya yang

dilakukan pemerintah Indonesia untuk

menanggulangi penanggulangan GAKY

yaitu dengan melaksanakan (1) distribusi

kapsul minyak beryodium kepada

seluruh wanita usia subur (15 - 49 tahun)

di daerah endemik berat dan endemik

sedang sebagai upaya jangka pendek,

dan (2) yodisasi garam atau peningkatan

konsumsi garam beryodium sebagai

upaya jangka panjang.

Walaupun Provinsi Kepulauan

Riau bukan merupakan daerah endemis

GAKY, namun kewaspadaan akan

bahaya laten GAKY tetap ditingkatkan.

Berbagai program pemerintah Pusat

yang disesuaikan dengan kondisi daerah

tetap dijalankan di kabupaten/kota untuk

mengantisipasi GAKY dengan

melakukan pemantauan peredaran

garam beryodium sampai ke tingkat

desa.

Disturbances which caused

by lack of Iodine is one of serious

problems reminds that its impact

directly or indirectly influences life

show and human resource quality

occurs 3 aspects: intelligences

aspect, social development aspect,

and economics development aspect.

Indonesia Government efforts to

prevent this disturbances caused by

lack of Iodine are by (1) distributing

Iodine capsule to all productive

women (15 – 49 years old) in heavy

endemic area and mid endemic as

short efforts periods, (2) increase

Iodine consumption salt as a long

efforts periods.

Thus Riau Islands Province is

not an endemic area of disturbances

caused by lack of Iodine, but latent

gender awareness is increased

many central Government program

is fixed to the condition of the region

of district/cities to anticipate the

disturbances caused of lack of

Iodine by controlling distributing of

Iodine salt to the level of the

villages.

Page 125: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN HEALTH RESOURCES SITUATION

Pemekaran wilayah baik

Kabupaten/Kota maupun Provinsi

secara langsung telah mempengaruhi

infrastruktur yang menunjang wilayah

yang dimekarkan. Salah satu yang

terkena dampaknya adalah sektor

kesehatan. Sektor kesehatan banyak

difokuskan untuk meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat. Salah satu

usaha agar tercapai tujuan "Kepulauan

Riau Sehat 2010“ adalah meningkatkan

efisiensi sumber daya kesehatan di

Provinsi Kepulauan Riau. Sumber daya

kesehatan mencakup sarana kesehatan,

tenaga kesehatan, dan sumber

pembiayaan kesehatan. Ketersediaan

sumber daya baik dari segi jumlah dan

mutu yang didukung dengan

penggunaan yang efektif dan efisien

akan mendorong pencapaian tujuan

pembangunan kesehatan secara

optimal.

5.1 Sarana Kesehatan

Pesatnya pembangunan bidang

kesehatan, salah satunya ditandai oleh

semakin meningkatnya peran

pemerintah dalam penyediaan sarana

Territorial extension in

districts/cities even provinces

directly has influences the

infrastructures which supporting of

extended territorial. One of the

impact is health sector. Health

sector is more focused to increase

health level of society. One of

effort to reach goal target is

Healthy Riau Islands 2010 to

increase efficiency of health

resources in Riau Islands

Province. Health resources include

health facilities, public health, and

health budgetary sources. Sources

provider in number and quality is

supported by using it effectively

and efficiently will innovate to

reach the goal of health

development optimally.

5.1 Health Facilities

The fast of health

developments fields, one of it

signed by more increase

Government role in providing

108Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 126: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan

dan prasarana kesehatan, yang

bertujuan untuk meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat. Sarana

kesehatan merupakan penunjang dalam

upaya pelayanan kesehatan baik pada

tingkat individu maupun masyarakat.

Sarana kesehatan yang akan diuraikan

berikut meliputi puskesmas, rumah

sakit, sarana produksi dan distribusi

farmasi dan alat kesehatan, sarana

upaya kesehatan bersumber

masyarakat (UKBM) dan institusi

pendidikan tenaga kesehatan.

5.1.1 Sarana Kesehatan Dasar Seperti yang tercantum dalam UU

kesehatan ayat 56, bahwa sarana

kesehatan berfungsi untuk melakukan

upaya kesehatan dasar atau upaya

kesehatan rujukan dan atau upaya

kesehatan penunjang. Yang termasuk

dalam sarana kesehatan dasar meliputi

puskesmas dan jajarannya (puskesmas

pembantu, puskesmas keliling, pos

bersalin desa).

a. Puskesmas Puskesmas sebagai unit

pelayanan kesehatan yang

terinstitusionalisasi mempunyai

kewenangan dan peranan yang besar

dalam menciptakan inovasi model

pelayanan kesehatan di lini terdepan.

health facilities which aim to

improve level of public health.

Health facility is a supporting in

effort to get well health services on

individually and society level.

Health facilities will describe later,

occurs health center, hospital,

production facilities and pharmacy

distribution and health tools.

Health effort facilities are sourced

from society and institutions of

public health education.

5.1.1 Basic Health Facilities

As stated on Health Law

articles 56, that the function of

health facilities is to do basic

health efforts or referal health

efforts and or supporting health

effort includes as basic health

facilities likes health center and its

assist, mobile health center and

polindes.

b. Health Center

Health center as a health

services unit which

institutionalized and have rights

and big role in creating innovation

model of health services in the

front row. Commitment and

109Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 127: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan

Komitmen dan kemauan sangat

diperlukan untuk meningkatkan/

meratakan kualitas dan kuantitas

pelayanan kesehatan dengan

melakukan revitalisasi sistem kesehatan

dasar dengan memperluas jaringan

yang efektif dan efisien di puskesmas.

Distribusi Puskesmas, Pustu, dan

Pusling menurut kabupaten/kota di

Provinsi Kepulauan Riau tahun 2007

dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut :

willingness is needed to

increase/balancing quality and

quantity of health services by

doing basic revitalization system

by expanding effective and

efficient web in health center.

Health center distribution, Sub

health center, and Mobile health

center according to districts/cities

in Riau Islands Province year 2007

can be seen on list 5.1, as follows:

Jumlah Puskesmas Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2004-2007 Tabel

Table 5.1 : Number of Health Centers According to Districts/Cities In Riau Islands Province Year 2004 - 2007

Tahun 2004 2005 2006 2007 No. Kabupaten/

Kota RI Non

RI RI Non RI RI Non

RI RI Non RI

1 Karimun 3 4 3 6 3 6 3 6

2 Bintan 2 4 3 3 3 3 3 4

3 Natuna 5 5 5 5 5 5 11 5

4 Lingga 3 2 3 2 3 2 2 3

5 Batam 2 8 3 8 3 8 3 8

6 Tanjungpinang 0 4 0 4 0 4 1 3

JUMLAH 15 27 17 28 17 28 23 29 Sumber : Diolah dari Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2004-2007 Source : Managed from Health Profile Of Districts/cities Year 2004-2007

Dari tabel di atas dapat dilihat

bahwa pemerintah berupaya terus

meningkatkan pelayanan kesehatan

masyarakat. Upaya ini ditandai dengan

pembangunan baru puskesmas dan juga

peningkatan fungsi puskesmas dari

From list above can be seen that

government keep trying in increasing

health center. This efforts signed by

building the new health center and the

functions of health center from

health center without bed to health

110Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 128: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan

puskesmas non-rawat inap menjadi

puskesmas rawat inap. Sampai dengan

tahun 2007, jumlah puskesmas di Provinsi

Kepulauan Riau terdapat sebanyak 52

puskesmas yang terdiri dari 23 puskesmas

rawat inap dan 29 puskesmas non-rawat

inap. Peningkatan fungsi puskesmas

menjadi rawat inap berkaitan erat dengan

kondisi geografis Kepulauan Riau yang

berbentuk kepulauan sehingga

keterbatasan sarana angkutan akan

menyebabkan keterlambatan dalam

pemberian pelayanan kesehatan kepada

masyarakat yang membutuhkannya. Untuk

mengantisipasi adanya keadaan-keadaan

darurat yang sangat membutuhkan

tindakan yang cepat, maka upaya

peningkatan fungsi puskesmas merupakan

inovasi untuk meningkatkan akses

masyarakat terhadap pelayanan

kesehatan.

Dalam melaksanakan fungsi

pelayanan kesehatan, puskesmas

mempunyai jaringan yaitu puskesmas

pembantu dan juga puskesmas keliling.

Peranan puskesmas pembantu dan

puskesmas keliling ini sangat besar

khususnya untuk menjangkau masyarakat

yang tinggal agak jauh dari puskesmas.

Pada tabel berikut dapat dilihat distribusi

puskesmas, puskesmas pembantu dan

puskesmas keliling di Provinsi Kepulauan

Riau tahun 2007.

center with bed. Until year 2007,

number of health center in Riau Island

Province there are about 52 and

consists of 23 health center with bed

and 29 is health center without bed.

The improving of health center with

bed become relates to geographic

condition of Riau Islands which

formed archipelago so that limitation

of transportation facilities will cause

the late of having health services to

society who need it. To anticipating

this emergency conditions is needed

fast action, so the efforts of increasing

functions of health center is one of

innovation to increase society access

to health services.

In increasing function of health

services, health center has net

working that is sub health center and

also mobile health center. The

function of sub health center and

mobile health center is very big

especially to reach the society who

live far away from health center. On

this following list can be seen health

center distribution, sub health center ,

and mobile health center in Riau

Islands Province year 2007.

111Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 129: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan

Distribusi Puskesmas, Puskesmas Pembantu (Pustu), dan Puskesmas Keliling (Pusling) di kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Tabel

Table 5.2 : Distribution of Health Center, Sub Health Center, and Mobile Health Center in Districts/Cities Riau Islands Province Year 2007

PUM

PUSKESHeal

PU

RIWith Bed

NON-RIWithout

Bed

JMLTotal

DARATLand

LAUTSea

JMLTotal

1 Karimun 3 6 9 35 2 15 17

2 Bintan 3 4 7 32 13 3 16

3 Natuna 11 5 16 63 8 5 13

4 Lingga 2 3 5 38 2 2 4

5 Batam 3 8 11 43 26 14 40

6 Tanjungpinang 1 3 4 12 6 0 6

23 29 52 223 57 39 96

3.73 4.29 1.85

SLINGobile Health Centre

PROVINSI (Province)

RASIO (Ratio)

NO. KAB/KOTADistrict/City

MASth Centre

STUSub-

Health Centre

Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan, Dinkes Prov. Kepri, 2008 Source : Health Service Fields, Health Department of Riau Islands Province, 2008

Pada tabel di atas dapat dilihat

bahwa rasio puskesmas terhadap

penduduk yaitu 3,73 per 100.000

penduduk, hal ini berarti satu puskesmas

melayani rata-rata 27.440 penduduk. Jika

dilihat rasio puskesmas dengan penduduk,

menunjukkan adanya peningkatan

dibandingkan dengan tahun 2006 dimana

rasio puskesmas terhadap penduduk

sebesar 3,23 per 100.000 penduduk. Bila

dilihat secara angka, maka tampak bahwa

kebutuhan puskesmas telah terpenuhi

sesuai dengan ketetapan Depkes yang

baru yaitu 1 (satu) puskesmas melayani

27.000 penduduk, tapi bila dilihat secara

On the list above can be seen

that health center ratio to population

is 3,73 per 100.000 people, this case

means that health center services

27.440 people averagely. If seen from

health center ratio with the population

shows that there is an increasing

compare in year 2006 where the ratio

of health center to population is 3,23

per 100.000 people. If we seen by

number, shows that the needed of

health center is suit to new health

department statement that is 1 (one)

health center serve 27.000 people,

but if we seen on geographically

112Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 130: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan

geografis dimana Provinsi Kepulauan Riau

yang berbentuk kepulauan maka hal ini

sangat terkendala oleh jarak dan sarana

transportasi. Sehingga akses ke sarana

pelayanan kesehatan menjadi sulit dan

tetap diperlukan penambahan sarana

pelayanan yang terjangkau dan mudah

diakses masyarakat kepulauan.

Puskesmas pembantu (pustu)

mengalami pertambahan dari 184 unit

pada tahun 2006 menjadi 223 unit pada

tahun 2007. Rasio pustu per puskesmas

adalah 4,29 artinya pelayanan tiap

puskesmas dibantu oleh 4 buah pustu.

Ketersediaan puskesmas keliling (pusling)

sangat memegang peranan penting dalam

peningkatan akses masyarakat terhadap

pelayanan kesehatan khususnya untuk

menjangkau daerah-daerah sulit dan

terpencil. Jika pada tahun 2006 hanya

terdapat 79 unit, namun selama tahun

2007 terjadi penambahan jumlah menjadi

96 unit yang terdiri dari 57 unit pusling

darat dan 39 unit pusling laut. Rasio

pusling terhadap Puskesmas adalah 1,85

yang berarti setiap Puskesmas telah

memiliki 1-2 unit Pusling.

5.1.2 Sarana Kesehatan Rujukan

Rumah sakit sebagai sarana

kesehatan rujukan perlu mendapat

perhatian. Indikator yang digunakan untuk

where Riau Islands Province is

archipelago, so the stigma is

transportation facilities and range of

area. So that health services access

in the area is difficult and need to

increase reached services facilities

and easily accessed.

The sub health center

increasing from 184 units in year

2006 become 223 units in 2007. Sub

health center ratio per health center is

4.29 means services of every health

center assisted by 4 sub health

center. Providing mobile health center

hold an importance role in increasing

society access to health services

especially to reach the difficult and un

reach region. If in year 2006 only

have 79 units and in year 2007

become 96 units that consists of 57

units of land mobile health center and

39 units of sea mobile health center.

Mobile health center ratio to health

center is 1,85 units that means every

health center has 1 – 2 units of

mobile health center.

5.1.4 Referal Health Facilities

Hospital as a referal health

facilities need to get attention.

Indicators that used to evaluate

113Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 131: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan

menilai perkembangan sarana rumah sakit

antara lain dengan melihat perkembangan

fasilitas perawatan yang biasanya diukur

dengan jumlah rumah sakit dan tempat

tidurnya serta rasionya terhadap jumlah

penduduk.

Pada tahun 2007, di Provinsi

Kepulauan Riau terdapat 21 rumah sakit

dengan rincian 7 rumah sakit pemerintah,

1 rumah sakit BUMN, 2 rumah sakit TNI,

dan 11 rumah sakit swasta. Pada tahun

2007, terdapat penambahan 2 rumah sakit

rujukan yaitu Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Natuna dan Rumah Sakit

Umum Tanjunguban yang dibangun

Provinsi Kepulauan Riau yang terletak di

kawasan Kabupaten Bintan.

Setelah ditetapkannya Propinsi

Kepulauan Riau sebagai Kawasan

Ekonomi Khusus (Spesific Economy

Zone), diperkirakan akan banyak tenaga

kerja asing maupun tenaga kerja nasional

yang bekerja di Kepulauan Riau

khususnya Batam, Bintan dan Karimun.

Kebutuhan akan rumah sakit yang

berstandart internasional sangat

diperlukan. Berdasarkan hal tersebut

pemerintah daerah Provinsi Kepulauan

Riau saat ini sedang membangun RS

Rujukan Tingkat Propinsi di ibukota

propinsi yaitu Tanjungpinang. Bangunan

rumah sakit dikerjakan dengan sistem

tahun jamak menggunakan anggaran

developing of hospital facilities are by

looking developing of maintaining

facilities which measured by number

of hospital and beds and also ratio to

number of population.

In year 2007, Riau Islands

Province has 21 hospital detailed 7

government hospitals, I BUMN

hospital, 2 TNI ( Army) hospitals, and

11 private hospital. In year 2007,

adding 2 referal hospitals that is

Natuna District General Hospital and

TanjungUban General Hospital which

established by Riau Islands Province

at the Bintan District area.

After declaring that Riau

Islands Province as a Specific

Economy Zone, estimated that more

foreign worker and national workers

will work in Riau Islands especially

Batam, Bintan and Karimun.

International hospital is needed. Base

on that case regional government of

Riau Islands Province in this recent

days is building Referal Hospital in

Province level in our capital province

is Tanjungpinang. Hospital building is

done by multiyear system with

regional spending government budget

about 132 billions consists of 8

storages at more than 30.000 m2 and

114Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 132: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan

APBD sebesar 132 Milyar terdiri atas

delapan lantai seluas lebih kurang

30.000 m2 dan akan selesai

pembangunannya pada bulan

Desember 2009.

Indikator cakupan ketersediaan

sarana pelayanan kesehatan rujukan

dilakukan dengan melihat rasio tempat

tidur rumah sakit per 100.000 penduduk.

Jumlah tempat tidur di sarana pelayanan

kesehatan rujukan Provinsi Kepulauan

Riau tahun 2007 dilihat pada tabel

lampiran 63.

5.1.3 Sarana Produksi dan Distribusi Farmasi dan Alat Kesehatan

Dalam rangka menjamin tersedianya

obat dan perbekalan kesehatan dengan

jenis dan jumlah yang cukup sesuai

kebutuhan nyata masyarakat yang

diperlukan dalam pembangunan bidang

kesehatan telah dilakukan berbagai upaya

diantaranya peningkatan sarana

penunjang instalasi kefarmasian.

Instalasi farmasi kabupaten/kota (IFK)

adalah sarana distribusi obat dan

perbekalan kesehatan yang berfungsi

mendistribusikan obat-obatan untuk

pelayanan kesehatan dasar (obat PKD)

dan program (obat program) ke

puskesmas-puskesmas di wilayahnya,

sedangkan instalasi farmasi provinsi

will finish on December 2009.

Providing scope indicators of

referal health facilities is done by

looking ratio of hospital beds per

100.000 people. Number of beds in

referal of health services facilities

Riau Islands Province in 2007 can be

seen on list enclosure 63.

5.1.5 Production facilities and

Pharmachy Distribution and

Health Equipments

In guarantee the providing of

medicines and supplies kinds of

health and suitable number of reality

need society which needed in building

health fields have been done many

efforts such as increasing pharmacy

installation supporting facilities.

Pharmacy installation of districts/cities

(IFK) is medicine distribution facilities

and health supplying as a function

distributing the medicines to services

basic health and medicines programs

to health center in its territorial, While

province installation pharmacy has an

activity as a assistant in guarantee

supplying of medicines and

115Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 133: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan

mempunyai kegiatan sebagai pelengkap

untuk menjamin ketersediaan obat-obatan

dan alat kesehatan di kabupaten/kota

(buffer stock). Secara keseluruhan

terdapat 7 unit instalasi farmasi di Propinsi

Kepulauan Riau yang terdiri dari 6 instalasi

farmasi kabupaten/kota dan 1 instalasi

farmasi provinsi. Distribusi sarana farmasi

di Kepulauan Riau pada tahun 2007 dapat

dilihat pada table berikut :

equipment tools in districts/cities

(buffer stock). For the whole there are

units of pharmacy installations in Riau

Island Provinces which consists of 6

pharmacy installations in

districts/cities and 1 province

pharmacy installation. Pharmacy

facilities of distribution in Riau Islands

Province year 2007 can be seen on

following list :

Distribusi Sarana Farmasi di Kepulauan Riau Tahun 2007 Tabel Table

10 : Distribution of Pharmacy Facilities in Kepulauan Riau Year of

2007

Insta las i Farm asi

Pharm acy Insta lation

PBFPharm acy Supplier

ApotikPharm acy

T oko O bat Berizin

D rugstore has licence

PAK Sub PAK

1 Karim un 1 1 17 47 1 0

2 B intan 1 0 8 27 0

3 N atuna 1 0 1 0 0 1

4 Lingga 1 0 2 9 0 0

5 Batam 1 * 64 176 9 14

6 T anjungpinang 1 0 24 49 0 8

7 Provins i 1 0 0 0 0 0

7 1 116 308 10 27T O T AL Total

KAB./KO T AD istric t/C ityN o.

SAR AN A FAR M ASI (Pharm acy Fac ilities)

4

Sumber : Seksi Farmamin, Dinkes Prov. Kepulauan Riau, 2007 Source : Pharmacy Section, Health Department, Riau Islands Province, 2007

Pada tabel di atas dapat dilihat

bahwa sebagian besar sarana farmasi

terkonsentrasi di Kota Batam. Seperti

apotik sebanyak 64 apotik (55 %) sarana

berada di Kota Batam. Demikian juga

halnya dengan toko obat berizin dan

On the list above can be seen

that most of pharmacy facilities

concentrated in Batam City.

Pharmacies facilities about 64 units

(55%) in Batam City. And also

registered medicines store and

116Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 134: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan

PAK/Sub-PAK sebagian besar terdapat di

Kota Batam.

5.1.6 Sarana Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM)

Salah satu strategi utama

Departemen Kesehatan dalam upaya

mewujudkan visi Depkes yaitu masyarakat

yang mandiri untuk hidup sehat adalah

menggerakkan dan memberdayakan

masyarakat untuk hidup sehat. Peran

serta masyarakat sangat diperlukan dalam

pencapaian target pembangunan

kesehatan. Beberapa wujud partisipasi

masyarakat dalam pembangunan di sektor

kesehatan antara lain melalui kegiatan

Posyandu, Polindes (Pondok Bersalin

Desa), Toga (Tanaman Obat Keluarga),

POD (Pos Obat Desa), Pos UKK (Pos

Upaya Kesehatan Kerja), Desa siaga, Pos

Kesehatan Desa (Poskesdes) dan

sebagainya.

Kegiatan posyandu merupakan satu-

satunya kegiatan yang terus dipantau dan

dibina. Upaya kesehatan bersumberdaya

masyarakat lainnya seperti TOGA, POD

ataupun Pos UKK mengalami stagnasi

(kurang berkembang). Hal ini disebabkan

karena masih kurangnya kepedulian

masyarakat disertai dengan pembiayaan

untuk jenis UKBM belum memadai. Oleh

karena itu, pelaksanaan kegiatan ini perlu

PAK/Sub-PAK are in geater number

in Batam City.

5.2.1 Health Efforts Facilities

Sourced Society

One of main strategy of Health

department in creating health

department vision that is autonomous

society to live healthy is moving and

affording society to live healthy. Role

of society is needed in achieving

target of health building. Some

society participations in realizing

development sectors of health such

as by doing Posyandu activities,

Polides, Toga ( family medicines

garden), POD, Pos UKK, Alert village,

village health post, and so on.

Posyandu activities is the only

activity that control and gathered

continuously. Efforts of society with

other sourced likes TOGA, POD or

UKK post has stagnant. This is

caused by lack of society awareness

follow by an adequate budget to build

UKBM. Therefore, implementation of

this activity is need to get optimum

attention from each health program

117Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 135: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan

mendapat perhatian yang optimal kembali

dari masing-masing pengelola program

kesehatan.

Jumlah Posyandu pada tahun 2007

di Kepulauan Riau tercatat sebanyak 980

posyandu, terjadi peningkatan sebesar

5,61% dibanding tahun 2006. Sebagian

besar posyandu yang ada masih tergolong

dalam kategori Posyandu Pratama dan

Posyandu Madya. Dilihat dari segi

kuantitas, jumlah Posyandu di Provinsi

Kepulauan Riau sudah memadai. Namun

dari segi kualitas masih harus ditingkatkan

melihat masih banyaknya Posyandu pada

tingkatan Pratama dan Madya.

Pembinaan, penyegaran kader, dan

peninjauan kembali kelengkapan peralatan

Posyandu perlu dilakukan sehingga jumlah

Posyandu Purnama dan Mandiri

meningkat.

Program baru yang diluncurkan

Depkes dalam upaya untuk mencapai

target Indonesia Sehat 2010 adalah

program Desa Siaga. Program ini

bertujuan meningkatkan pengetahuan dan

kesadaran masyarakat akan pentingnya

kesehatan, meningkatkan kemampuan

dan kemauan masyarakat desa menolong

dirinya sendiri di bidang kesehatan,

meningkatkan kewaspadaan dan

kesiapsiagaan masyarakat desa sehingga

masyarakat dapat mengetahui berbagai

risiko dan bahaya yang dapat

manager.

Number of Posyandu year 2007

in Riau Islands notes that 980

posyandu, increasing at 5.61%

compare in 2006. Most of posyandu

in pratama posyandu category and

madya posyandu. If we seen from

quantity point of view, number of

posyandu in Riau Islands Province is

adequate. But in quality point of view

is still need to improve by most of

posyandu in pratama and madya

level. Guidance, cadet refreshing, and

review of posyandu equipment is

need to be done, so that number of

Posyandu Purnama and Mandiri (

Autonimous ) increase.

New programs of Health

Department in achieving target of

Healthy Indonesia 2010 is Alert

Village programs. These programs is

to improve knowledge and society

awareness about how importance of

health, improving affordable and

awareness of villagers in helping

themselves in health fields, increasing

awareness and readiness of villagers

so that society can know many risks

and danger which cause health

disturbances, likes disaster and

118Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 136: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan

menimbulkan gangguan kesehatan,

seperti bencana dan wabah penyakit.

Dengan program ini, kesehatan

lingkungan desa diharapkan bisa

meningkat. Jumlah Desa Siaga yang

terealisasi terbentuk di Kepulauan Riau

pada tahun 2007 adalah sebanyak 117

desa dari 326 desa/kelurahan yang ada

(35,89%). Data lebih rinci tentang jumlah

UKBM di Provinsi Kepulauan Riau

menurut kabupaten/kota dapat dilihat pada

tabel lampiran 62.

5.1.7 Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan Peranan institusi pendidikan tenaga

kesehatan sangat penting dalam

menyediakan tenaga kesehatan baik

secara jumlah maupun kualitas. Institusi

pendidikan tenaga kesehatan milik

pemerintah yang ada di Provinsi

Kepulauan Riau masih satu yaitu

Politeknik Kesehatan Tanjung Pinang.

Sampai saat ini, institusi ini masih

menginduk kepada Provinsi Riau.

Sementara untuk institusi pendidikan

tenaga kesehatan oleh pihak swasta ada

7, sedangkan Balai Pelatihan Kesehatan

belum ada. Peningkatan kualitas tenaga

kesehatan di sarana pelayanan kesehatan

difasilitasi oleh Dinas Kesehatan Provinsi

dan Kabupaten/Kota.

endemic. By this program, village

environment health hoped can

increase. Number of alert village in

Riau Islands Province in year 2007 is

11 villages of 326 villages/political

district administration (35.89%). Detail

data about number of UKBM in Riau

Island Province refers to

districts/cities can be seen on list

enclosure 62.

5.2.2 Education Institution of

Health Manpower

Education institution role of

health manpower are very importance

in supplying health manpower in

number and quality. Government

education institution of health

manpower in Riau Islands Province is

only one that is Health Politeknik of

Tanjungpinang. Until this recent day

this institution is under Riau Province.

While for the health manpower

education institution by private sector

there are 7, and there is no Health

Training Center yet. Improving quality

of health manpower in health services

facilities is facilitated by Province

Health Province and districts/cities.

119Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 137: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan

Penyelenggaraan pendidikan

kesehatan selain tanggung jawab

pemerintah, pihak masyarakat (swasta)

juga berperan aktif dengan mendirikan

universitas/akademi yang mempunyai

jurusan di bidang kesehatan. Pendirian

universitas/akademi bidang kesehatan

masih terfokus pada daerah kota seperti

Kota Batam dan Tanjung Pinang. Jurusan

yang dimiliki masih terbatas pada akademi

perawat dan akademi kebidanan. Sampai

saat ini terdapat 7 institusi pendidikan

tenaga kesehatan oleh pihak swasta yaitu

di Kota Tanjungpinang terdapat STIKES

Hang Tuah dan Akademi Kebidanan, di

Kota Batam terdapat Universitas Batam,

Akademi Kebidanan Putra Jaya Mandiri,

Akademi Analis Kimia Putra Jaya Mandiri,

Akademi Perawat Mitra Bunda, dan di

Kabupaten Karimun terdapat STIKES

Karimun.

5.2 Tenaga Kesehatan

Optimalisasi pelayanan kesehatan

tidak hanya tergantung pada kelengkapan

sarana dan prasarana namun juga harus

didukung oleh kapasitas sumber daya

manusianya. Ketersediaan tenaga

kesehatan baik secara jumlah maupun

jenisnya merupakan suatu hal yang wajib

dipenuhi untuk dapat mewujudkan

tercapainya pembangunan di bidang

Implementation of health

education is government

responsibility also private sector

actively participated in establishing

university/academic which has major

in health fields. Establishing

university/academic in health field

focus to city region likes Batam and

Tanjungpinang. The major field is

limited for nursing academic. Untill

this recent days there are institutions

of health manpower by private

sectors that is Tanjungpinang City;

Hangtuah STIKES and Midwifery

Academic, in Batam City: Batam

University, Putra Jaya Mandiri

Midwifery Academic, Putra Jaya

Mandiri Chemistry Analyzes

Academic, Mitra Bunda Nursing

Academic, and In Karimun district is

STIKES Karimun.

5.3 Health Manpower

Optimum Health Services is

not only depends on adequate

facilities but also must supported by

capacity of human resources.

Supplying of health manpower in

kinds and number is one of

importance things to create achieving

developing in health fields. Number of

health manpower in Riau Islands

120Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 138: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan

kesehatan. Terjadi peningkatan jumlah

ketenagaan kesehatan di Provinsi

Kepulauan Riau dari tahun ke tahun.

Pada tahun 2006 tenaga kesehatan di

Kepulauan Riau berjumlah 3.530 orang

meningkat menjadi 3.545 orang pada

tahun 2007. Gambaran jenis dan

persentase tenaga kesehatan di Provinsi

Kepulauan Riau tahun 2007 dapat dilihat

pada gambar 5.1 berikut :

Province from year to year is

increase. In 2006 health manpower in

Riau Islands Province about 3.530

people become 3.545 people in 200.

Picturing about kinds and percentage

of health manpower in Riau Islands

Province year 2007 can be seen on

pictures 5.1, as follows :

Distribusi Tenaga Kesehatan di Kepulauan Riau Tahun 2007 Gambar

Pictures 5.1 :

Percentage Kinds of Health Manpower In Riau Islands Province 2007

17%

66%

5%

2%5% 2% 3%

Medis Peraw at/Bidan Farmasi Gizi Teknis Medis Sanitasi Kesmas

121Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 139: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan

5.3.1 Tenaga Medis

Pada tahun 2007, jumlah

tenaga medis yang melayani di

berbagai sarana pelayanan

kesehatan di Provinsi Kepulauan

Riau berjumlah 600 personel. Rincian

tenaga berdasarkan unit kerjanya

yang tersebar di unit kerja sebagai

berikut :

- Dokter spesialis sebanyak 155 (2

orang di puskesmas, 149 RS, 4

sarana kesehatan lain).

- Dokter umum sebanyak 350 orang

(186 orang di Puskesmas, 115

orang di RS, 31 orang di sarana

kesehatan lain (rumah sakit

swasta, Balai Pengobatan, BTKL,

KKP), 18 orang di dinas

kesehatan).

- Dokter gigi sebanyak 102 orang

(70 orang di puskesmas, 25 orang

di RS, 2 orang disarana

kesehatan lainnya dan 5 orang di

dinas kesehatan).

- Dokter keluarga sebanyak 36

orang.

Rasio tenaga medis secara

keseluruhan terhadap 100.000

penduduk adalah 19 per 100.000,

dengan rincian rasio menurut jenis

ketenagaan yaitu rasio dokter

5.3.1 Medical Manpower

In year 2007, number of services

medical manpower in many services

facilities in Riau Islands Provinces

about 600 personnel. Detail

manpower base upon its unit territory

which spread over in its works unit, as

follows:

- Specialist doctor are 166 ( 2

doctors in health center, 149 in

hospitals, 4 others in health

facilities)

- General doctors are 350 people

(186 doctors in Health center, 115

doctors in hospitals, 31 doctors in

others health facilities such as

private hospital, Medicines

centers, BTKL,KKP, 18 doctors in

health department.

- Dentists are 102 people( 0

dentists in health center, 25

doctors in hospital, 2 doctors in

other health facilities and 5

doctors in health department).

- Family doctors are 36.

The whole Ratio of medical

manpower to 100.000 people is 19

per 100.000, by detail ratio according

to kinds of manpower are specialist

doctors 11 per 100.000 people,

122Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 140: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan

spesialis 11 per 100.000 penduduk,

rasio dokter umum 25 per 100.000

penduduk, rasio dokter gigi 7 per

100.000. Secara keseluruhan data ini

menunjukkan adanya peningkatan

rasio tenaga kesehatan terhadap

jumlah penduduk jika dibandingkan

dengan jumlah tenaga kesehatan

pada tahun sebelumnya.

Bila dibandingkan dengan target

pencapaian IIS 2010, nampak bahwa

rasio untuk tenaga dokter spesialis

dan dokter umum telah mencapai

target (dokter spesialis 2 per 100.000

penduduk, dokter umum 6 per

100.000 penduduk), namun rasio

dokter gigi belum mencapai target

(dokter gigi 11 per 100.000

peududuk). Tingginya rasio dokter

spesialis terhadap penduduk seolah-

olah menunjukkan bahwa Kepulauan

Riau sudah jauh melebihi target,

namun hal ini perlu disingkapi dengan

kenyataan bahwa sebagian besar

dokter spesialis merupakan tenaga

paroh waktu (part timer) yang pada

umumnya berasal dari daerah Pulau

Jawa. Permasalahan lainnya adalah

hampir seluruh dokter spesialis

terkonsentrasi di Kota Batam. Data

terinci dapat dilihat pada lampiran

tabel 55.

general doctors ratio is 25 per

100.000 people, dentists ratio is 7 per

100.000 people. For the whole this

data shows there is an increasing in

health manpower ratio to number of

people if compare to number of health

manpower in last year.

If compare to achievement

target of IIS 2010, shows that ratio of

specialist health manpower and

general manpower has reach target

(Doctor specialists are 2 per 100.000

people, general doctors are 6 per

100.000 people), but ratio of dentists

haven’t reach the target ( dentists are

11 per 100.000 people). The highest

ratio of specialist doctors to

population shows that Riau Islands is

above target, but in this case is need

to remind that most of specialist

doctors are part time manpower

which generally come from Java

Islands. Other problem is almost all

the specialist doctors concentrated in

Batam City. Detail data can be seen

on enclosure list 55.

123Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 141: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan

5.3.2 Tenaga Perawat dan Bidan

Ketersediaan tenaga perawat

dan bidan khususnya untuk daerah

terpencil diharapkan dapat

memberikan pelayanan kesehatan

dasar dan pertolongan persalinan

normal. Jumlah tenaga perawat dan

bidan pada tahun 2007 yaitu

sebanyak 2.337 orang, dengan rasio

tenaga perawat yaitu 123 per 100.000

penduduk, sementara rasio tenaga

bidan yaitu 41 per 100.000 penduduk.

Bila dibandingkan dengan target

pencapaian IIS 2010, dimana target

rasio perawat dan penduduk sebesar

117,5 per 100.000 penduduk maka

Kepulauan Riau telah mencapai

target namun hal ini juga masih perlu

dikaji kembali mengingat belum

semua kabupaten/kota memberikan

informasi yang lengkap. Lain halnya

dengan tenaga bidan dimana target

2010 adalah 10 per 100.000

penduduk menunjukkan jumlah bidan

di Kepulauan Riau masih sangat jauh

dari target. Untuk lebih jelas data

terinci dapat dilihat pada lampiran

tadel 58.

Tuntutan keprofesionalan

tenaga kesehatan semakin tinggi

seiring perkembangan kemajuan

zaman dan tuntutan kebutuhan

5.3.2 Nurses Midwife

Nurse manpower providers and

specialist midwifery in hinterlands

hoped that giving basic health

services and help normal birth.

Number of nurses and midwifes in

2007 are 2.33 people. By ratio of

nurses are 123 per 100.000 people.

While ratio of midwifes are 41 per

100.000 people. If compare to IIS

target 2010, where target of ratio

nurses and people is 117.5 per

100.000 people so Riau Islands has

reach the target but this case is need

to review reminds not all

districts/cities give complete

information. Different with midwifes

that target of 2010 is 10 per 100.000

people shows that number of

midwifes in Riau Islands Province is

far away. Detail clearly can be seen

on enclosure list 58.

Professional demands for health

manpower are higher as modern

developing era and society needs.

One of form of professional

124Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 142: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan

masyarakat. Salah satu bentuk

penilaian peningkatan

keprofesionalan dapat dilihat dari

tingkat pendidikan. Jika dirinci

menurut tingkat pendidikan dapat

dilihat dari 1.756 tenaga perawat

masih ditemukan tamatan SPK

sebanyak 432 orang (25%).

Sementara itu untuk tenaga bidan

dari 581 bidan ditemukan bahwa

sebagian besar bidan (57%)

merupakan lulusan D1 bidan.

Dalam upaya peningkatan

kemampuan dan profesionalisme

sumber daya manusia kesehatan

perlu dilaksanakan pelatihan dan

pendidikan kepada para tenaga

kesehatan sehingga dapat memenuhi

standar pendidikan yang telah

ditentukan oleh Depkes RI yaitu

minimal D3.

5.3.3 Tenaga Farmasi

Pada tahun 2007 jumlah tenaga

kefarmasian berjumlah 173 orang

dengan rincian Apoteker sebanyak 40

orang, S1 Farmasi 15 orang, D3

Farmasi 29 orang dan Asisten

Apoteker 89 orang. Persentase

tenaga farmasi terhadap jumlah

seluruh tenaga kesehatan adalah 4,5

%. Berdasarkan unit kerja dapat

increasing evaluation can be seen on

level of education. Detailed according

to level of education can be seen that

1.756 nurses manpower still found

graduated of School Education

Nurses are 432 people (25%).

Meanwhile, from 581 midwifes found

that most of them (5%) are graduated

from D1 midwifery.

In effort of increasing skill and

human resources professionalism

need to implement training and

education of health manpower so that

can fulfill standard of educations

which stated by Health Department

Republic of Indonesia, that is D3.

5.3.3 Pharmacy Health

In year 2007 number of

pharmacy manpower are 173 people

with detail; pharmacists are 40

people, pharmacist graduated of S1 is

15 people, pharmacist graduated of

D3 is 29 people, and pharmacist

assistants are 89 people.

Percentages of pharmacist manpower

to the whole number of health

125Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 143: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan

dilihat bahwa tenaga farmasi

sebagian besar bekerja di sarana

rumah sakit (57%) dan di puskesmas

(24%), lainnya di Dinas Kesehatan

dan sarana kesehatan lainnya. Rasio

tenaga farmasi di Kepulauan Riau

adalah 12,12 per 100.000 penduduk.

Angka ini menunjukkan bahwa

ketersediaan tenaga farmasi di

Kepulauan Riau masih sangat jauh

dari target IS 2010 yaitu 100 per

100.000 penduduk. Berdasarkan

jenjang pendidikan yang ditamatkan

terlihat bahwa sebagian besar tenaga

farmasi merupakan lulusan asisten

apoteker (D1) yaitu sebanyak 51,4 %

sementara lulusan S1 dan apoteker

sebanyak 32 %. Untuk peningkatan

kapasitas tenaga kesehatan perlu

dilakukan berbagai pembekalan

pengetahuan melalui pelatihan dan

pendidikan.

5.3.4 Tenaga Gizi

Jumlah tenaga gizi di Provinsi

Kepulauan Riau tahun 2007

sebanyak 84 orang yang tersebar di

berbagai unit kerja yaitu 34 orang di

puskesmas, 34 orang di rumah sakit

dan 16 orang di dinas kesehatan.

Berdasarkan tingkat pendidikan

terakhir terlihat bahwa sebagian

manpower are 4.5%. Base upon work

units can be seen that most of

pharmacy manpower work in hospital

facilities (57%) and in health

center (24%), others in Health

department and other health facilities.

Ratio of pharmacy manpower in Riau

Islands is 12.12 per 100.000 people.

This number shows that supplying of

pharmacy manpower in Riau Islands

is still far from IIS target 2010 that is

100 per 100.000 people. Base upon

level of graduated education seen

that most of pharmacy is graduated

from Pharmacist Assistant (D1) are

51.4% while S1 are 32%. To

increasing the capacity of health

manpower need to be done many

supplying knowledge through training

and education.

5.3.4 Nutritionist

Number of Nutritionist in Riau

Islands Province year 2007 is 84

people which spread over in many

working units that is 34 people in

health center, 34 people in hospitals

and 16 people in health department.

Base upon last level of education

shown that most of Nutritionist

126Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 144: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan

besar tenaga gizi merupakan tamatan

D3 gizi (70 %), sementara tamatan

S1 hanya 3,57%. Pembekalan dan

peningkatan pengetahuan perlu terus

dilaksanakan untuk meningkatkan

kemampuan dan profesionalisme

tenaga gizi mengingat peranan

tenaga gizi adalah bagian yang tidak

dapat terpisahkan dengan

keberhasilan pelayanan kesehatan

lainnya.

5.3.5 Tenaga Teknis Medis

Tenaga teknis medis meliputi

tenaga analis laboratorium, teknik

elektro medis dan penata rontgen,

penata anestesi dan fisioterapi.

Tugas dan fungsi tenaga teknis medis

ini memegang peranan penting dalam

penyelenggaraan pelayanan

kesehatan baik sebelum maupun

setelah tindakan pelayanan

kesehatan. Pada tahun 2007, jumlah

tenaga teknis medis di Provinsi

Kepulauan Riau berjumlah 173 orang

yang tersebar di unit kerja sebagai

berikut :

- 38 orang di puskesmas/pustu,

- 124 orang di rumah sakit,

- 11 orang di dinas kesehatan.

graduated from D3 of nutrients (70%),

while graduated from S1 only 3.57%.

Supplying and increasing knowledge

need to implement to increase afford

and professionalism of Nutritionist by

reminds that role of Nutritionist are

integrated by other health services

succeeding.

5.3.5 Medical Techniques

Manpower

Medical techniques manpower

include laboratory analysts, medical

electro techniques, and roentgen

manpower, anesthesia and

physiotherapy. Tasks and functions of

these medical manpower hold an

importance role in implementing

health services, before and after

health services acts. In year 2007,

number of medical techniques

manpower in Riau Islands Province

are 13 people which spread over in its

working units, as follows :

- 38 people in health center/sub

health center

- 124 people in the hospitals

- 11 people in health department.

127Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 145: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan

5.3.6 Tenaga Sanitasi

Jumlah tenaga sanitasi di

Kepulauan Riau tahun 2007

sebanyak 85 orang dengan rasio

sebesar 5,96 % per 100.000

penduduk. Bila dibandingkan dengan

target pencapaian IIS 2010 maka

jumlah tenaga sanitasi masih sangat

dibutuhkan mengingat target yang

diharapkan adalah 40 per 100.000

penduduk.

Berdasarkan distribusinya

diketahui bahwa 44% tenaga sanitasi

bekerja di unit puskesmas, di dinas

kesehatan 35.29%, dan sisanya di

unit rumah sakit dan sarana

kesehatan lainnya. Data lebih rinci

dapat dilihat pada lampiran tabel 58.

5.3.7 Kesehatan Masyarakat

Jumlah tenaga kesehatan

masyarakat baik pada jenjang

pendidikan S1 maupun S2 kesehatan

masyarakat di Provinsi Kepulauan

Riau tahun 2007 berjumlah 93 orang.

Sebaran unit kerja kesehatan

masyarakat sebagai berikut :

- 7 orang di unit puskesmas,

- 17 orang di unit rumah sakit,

- 1 orang di sarana kesehatan

lainnya

5.3.6 Sanitarian

Number of sanitarian in Riau

Islands Province year 2007 are 85

people with ratio is 5.96% per

100.000 people. If compare to

achievement target of IIS 2010 so the

number of sanitarian is less reminds

that target number is 40 per 100.000

people.

Base upon distribution known

that 44% of sanitarian works in Health

center units, 35.29% in health

department, and the rest are in

hospital units and other health

facilities. Detail data can be seen on

enclosure list 58.

5.3.7 Public health

Number of public health in S1 or

S2 level of education in Riau Islands

Province year 2007 is 93 people.

Distributing of this working units, as

follows :

- 7 people in unit of health center

- 17 people in unit of hospitals,

- 1 people in other health facilities

128Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 146: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan

- 68 orang di unit dinas kesehatan.

Secara keseluruhan jumlah

tenaga kesehatan di Provinsi

Kepulauan Riau tahun 2007 baik

medis maupun paramedis sebanyak

3.545 orang. Secara absolut jumlah

ini bertambah dibandingkan dengan

jumlah tenaga kesehatan pada tahun

2006 yang berjumlah 3.530 orang.

Tenaga kesehatan yang paling

banyak yaitu tenaga perawat dan

bidan yaitu berjumlah 2.337 orang

(65,92%).

Beberapa permasalahan yang

dirasakan berkaitan erat dengan

sumber daya manusia kesehatan

yaitu masih minimnya jumlah tenaga

kesehatan jika dibandingkan dengan

jumlah penduduk dan juga dengan

melihat keadaan geografis yang

berbentuk daerah kepulauan dimana

rasio jumlah tenaga kesehatan

terhadap penduduk tidak dapat

dijadikan patokan mengingat lahan

kerja yang luas dan membutuhkan

biaya operasional tenaga kesehatan

dalam menjangkau pulau-pulau yang

dipisahkan perairan tersebut.

Permasalahan lainnya yaitu

penyebaran tenaga kesehatan yang

belum merata. Tenaga kesehatan

pada umumnya terfokus di kota-kota

- 68 people in health department

Whole number of public health

manpower in Riau Islands Province

year 2007, in medical and para

medical are 3.545 people. Absolutely

this number increase compare to

number of public health manpower in

2006 that are 3.530 people. The most

public health manpower are nurses

and midwife are 2.33 people

(65.92%).

Many problem faces relates to

health human resources that is

number of public health are minimum

if compare to number of population

and also by seeing geographic

condition which is formed an

archipelago where ratio number of

public health to population can’t be

lead reminds that widely work lands

and needs operational cost of public

health in reaching islands which

separated by water. Other problems

are un fairly distributing of public

health. Public health generally

focused in big cities such as Batam

city and Tanjungpinang city. While

Lingga and Natuna District are region

with lowest number of public health.

Status of contract manpower or

129Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 147: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan

besar seperti Kota Batam dan Kota

Tanjung Pinang. Sedangkan

Kabupaten Lingga dan Natuna

merupakan daerah dengan jumlah

tenaga kesehatan yang paling sedikit.

Status tenaga kontrak atau kerjasama

pada tenaga medis spesialis di

beberapa daerah seperti Kabupaten

Lingga dan Kabupaten Natuna

menyebabkan tenaga kesehatan

tersebut tidak selalu bisa berada di

tempat pada saat dibutuhkan. Hal ini

menyebabkan pada kasus-kasus

pelayanan darurat menjadi terlambat

penanganan.

Menyikapi permasalahan yang

ada diharapkan rekrutmen tenaga

kesehatan masih perlu tetap

dilakukan baik melalui program

pengangkatan dokter umum, dokter

gigi, bidan dan tenaga kesehatan

strategis lainnya.

5.4 Pembiayaan Kesehatan

Indonesia adalah salah satu

negara dari sedikit negara-negara di

dunia, yang belum memiliki sistem

pembiayaan kesehatan yang

mantap. Banyak negara yang lebih

muda, yang merdeka setelah

Indonesia, justru telah memiliki

sistem pembiayaan kesehatan yang

working together with specialist

medical manpower in many regions

such Lingga District and Natuna

District caused the health manpower

not always stay at the place when

they needed. This can cause an

emergency services cases become

slow in handling.

By looking at this recent

problem hoped that recruitment of

health manpower must be done even

by general doctor recruitment

programs, dentists, midwife, and

other strategy public health.

5.4 Health Budgetting

Indonesia is one of country in

the world that haven’t have adequate

health budget systems. Most of new

countries which declares their

independence after Indonesia,

already have adequate health budget

systems, and become model

nationally. The impacts clearly

130Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 148: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan

lebih mantap, yang menjadi “model”

dan berlaku secara nasional.

Dampaknya, jelas terkait dengan

kemampuan menyediakan dana

kesehatan bagi seluruh rakyat. Ini

terlepas, status kesehatan rakyat

tidak semata-mata tergantung

besarnya biaya yang dikeluarkan.

Pembangunan bidang

kesehatan hingga kini masih

menemui banyak kendala, termasuk

keterbatasan sumber dana dari

pemerintah, pembiayaannya akan

terus diupayakan bisa mencapai 15

persen dari total APBN dan APBD.

Secara umum pembiayaan

kesehatan di Indonesia terbagi

menjadi tiga kelompok besar yaitu

pembiayaan bersumber dari

pemerintah, pembiayaan bersumber

dari bantuan/pinjaman luar negeri

(donor), dan pembiayaan rumah

tangga/swasta.

Salah satu dampak

pembangunan di bidang kesehatan

adalah peningkatan indeks

pembangunan manusia (IPM) atau

human development index (HDI)

dimana IPM ini dijadikan indikator

dalam penilaian tingkat kemajuan

suatu bangsa di dunia. Salah satu

relates to affordability of preparing

health budget to all citizen. Beyond,

the citizen health status are depends

on bigger of spending budget.

Development in health fields,

until this recent days find many

stagnations, including limitation of

budget from Government. But the

budget tries to achieve 15% of Total

National Spending and Incoming

Budget and Regional Spending and

Incoming Budget.

Generally health budget in

Indonesia divided into three big

groups, those are budget sourced

from Government, budget sourced

from fund/borrow from oversea and

housing/privates budget.

One of the impacts of

development in health fields are

increasing oh Human Development

Index where this HDI become an

indicator in evaluation level of

development of a country. One of the

points evaluated by HDI is expecting

life age other than education and

131Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 149: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan

point yang dinilai dalam IPM adalah

umur harapan hidup di samping

pendidikan dan tingkat ekonomi. Hal

ini menunjukkan sudah

sewajarnyalah jika bidang kesehatan

termasuk sebagai prioritas

pembangunan.

5.4.1 Anggaran Pembangunan Kesehatan Bersumber APBN

Pada tahun 2007 anggaran

kesehatan pusat yang

dialokasikan di Provinsi

Kepulauan Riau (APBN) secara

keseluruhan sebanyak

Rp.65.571.128.525,- yang terdiri dari

Dana Alokasi Khusus (DAK) Rp.

21.640.132.526,- , Askeskin Rp.

1.753.784.999,-. Pada tahun 2007

Kepulauan Riau mendapat dana

pinjaman/hibah luar negeri lewat

proyek DHS-1 ADB sebesar Rp.

18.765.450.000,- secara keseluruhan

PHLN yang di dapat berjumlah Rp.

21.505,780.000,-.

5.4.2 Anggaran Pembangunan Kesehatan Bersumber APBD

Dalam upaya meningkatkan

pelayanan kesehatan yang

economics. This case shows that

health field is included as a

development priority.

5.4.1 Health Development Budget

Sourced National Spending

and Incoming Budget

(APBN)

In year 2007 center health

budget which allocated in Riau

Islands Province, for the whole are

Rp.65.571.128.525,- which consists

of Special Allocation Budget Rp.

21.640.132.526,- , Askeskin ( health

insurance for the poor people ) Rp.

1.753.784.999,-. In year 200 7, Riau

Islands Province has donor/fund

/borrow from oversea by projects of

DHS-1 ADB for Rp. 18.765.450.000,-

Total of PHLN is Rp.

21.505,780.000,-.

5.4.2 Health Development Budget

Sourced Regional Spending

and Incoming (APBD)Budget

In effort of increasing health

services as a base of basic need of

132Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 150: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan

merupakan kebutuhan dasar

masyarakat, pemerintah Kepulauan

Riau berusaha dengan segala upaya.

Alokasi anggaran di bidang

kesehatan pada tahun 2007 yang

bersumber dari APBD secara

keseluruhan berjumlah Rp

442.570.450.552,- yang terdiri dari Rp

388,769,545,965,- APBD

Kabupaten/Kota dan Rp

53.800.904.587,- APBD Provinsi.

Secara keseluruhan alokasi

anggaran kesehatan pada tahun

2007 di Provinsi Kepulauan Riau

yang bersumber dari total anggaran

APBD sebesar 6,19%, hal ini sangat

minim sekali bila dibandingkan

dengan Target IIS 2010 sebesar

15%. Sedangkan alokasi APBD

provinsi di bidang kesehatan baru

berkisar 4% dari total APBD Provinsi.

Anggaran kesehatan per-kapita untuk

tahun 2007 mengalami kenaikan yaitu

sebesar Rp. 373.070,21,- bila

dibandingkan dengan tahun 2006

yang hanya berkisar Rp. 182.903,-.

Melihat kisaran anggaran yang

dialokasikan dalam bidang

kesehatan, angka ini masih sangat

minim. Diharapkan adanya

penambahan anggaran untuk tahun-

tahun berikutnya sehingga mencapai

society, Government of Riau Islands

puts much efforts. Budget allocating

in health fields in year 2007 sourced

of Regional Spending and Incoming

Budget for the total is Rp

442.570.450.552,- which consists of

Rp 388,769,545,965,- Regional

Spending and Incoming Budget of

Districts/cities APBD and Rp

53.800.904.587,- of Province

Regional Spending and Incoming

Budget.

Total allocation of health budget

in year 2007 in Riau Islands Province

sourced from total Regional Spending

and Incoming Budget is 6,19%, this

is very minimum if we compare to

target of IIS 2010 is 15%. While

allocation of Province Regional

Spending and Incoming Budget in

health fields are 4% of total Province

Regional Spending and Incoming

Budget. Health budget per capita for

year 2007 increasing that is Rp.

373.070,21,- if compare to year 2006

which only about Rp. 182.903,-. By

looking of this allocation budget in

health fields, this number is minimum.

Hope that there is an increasing

budget for the next year so that will

achieve the target in year 2010 in

reaching Healthy Riau Islands

Province at 15% of Districts/cities

133Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 151: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan

target yang diharapkan untuk tahun

2010 dalam menuju Provinsi

Kepulauan Riau sehat yaitu sebesar

15% dari APBD Kabupaten/Kota.

5.4.3 Pembiayaan Kesehatan oleh Masyarakat

Salah satu reformasi yang

diusulkan dalam pembiayaan

kesehatan adalah dengan cara

mobilisasi sumber dana dari

masyarakat dan swasta untuk

membantu keterbatasan pemerintah

dalam mendanai pelayanan

kesehatan. Sampai saat ini, sumber

pembiayaan out of pocket merupakan

sumber pembiayaan yang paling

tinggi. Untuk kalangan masyarakat

mampu.

Pada saat ini berkembang

berbagai cara pembiayaan kesehatan

sebagai upaya untuk meningkatkan

pelayanan kesehatan kepada

masyarakat yaitu dana sehat,

asuransi kesehatan, asuransi tenaga

kerja (Astek)/Jaminan Sosial Tenaga

Kerja (Jamsostek), Jaminan

Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat

(JPKM) dan asuransi jiwa lain. Untuk

penduduk miskin pemerintah

menyelenggarakan program asuransi

kesehatan masyarakat miskin

Regional Spending And Incoming

Budget.

5.4.3 Public Health Budgetting

One of reformation suggested in

health budget is by mobilization

source of fund from society and

private to help limitation of

Government in funding health

services. Until this recent days,

source of expenses out of pocket are

the highest source of expenses. To

the highest class of society.

In this recent days developing

many ways of health expenses as an

effort to increasing health services to

society, those are health funds, health

insurance, workers insurances/Social

Workers Guarantee

(Jamsostek),Public health

Maintenance Guarantee (JPKM) and

other life insurance. For the poor

people Government implementing

public health insurance programs for

poor people (askeskin) to guarantee

the existing of poor society towards

134Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 152: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan

(askeskin) yang bertujuan untuk

menjamin keberadaan masyarakat

miskin terhadap pelayanan

kesehatan. Dengan askeskin

masyarakat miskin diberi pelayanan

kesehatan secara cuma-cuma tanpa

perlu membayar karena biaya

penyelenggaraan tersebut telah

dibayar oleh pemerintah.

Cakupan jaminan pembiayaan

kesehatan oleh masyarakat belum

bisa digambarkan secara lengkap

karena masih belum diperoleh data

yang lengkap dari kabupaten/kota.

Namun berdasarkan data yang

diperoleh dari 6 kabupaten/kota,

cakupan atau kepesertaan

masyarakat terhadap berbagai

jaminan pembiayaan kesehatan ini

berdasarkan Profil Kesehatan

Kabupaten/Kota Tahun 2007,

masyarakat yang tercakup jaminan

pembiayaan kesehatan sebesar

37,81% dengan rincian masyarakat

yang tercakup dalam Askes 5,46%,

Jamsostek 7,53% dan Askeskin

11.77% dan lainnya sebesar 13.04%.

Data terinci dapat dilihat pada

lampiran tabel 36.

health services. By public health

insurance for poor people (askeskin),

the poor people are given health

services freely without paying

because the implemented programs

has paid by Government.

Scope of health expenses

guarantee by society can’t drawn

completely yet, because data given

by district/ cities are not complete. But

base upon data given by 6

districts/cities, scope or society

participation to this many of health

expenses guarantee base upon

health profile of districts/cities year

2007, society which included health

expenses guarantee is 37.81% with

detail of society included in Health

Insurance is 5,46%, Social Manpower

Guarantee (Jamsostek) 7,53% and

Health Insurance for poor people

(Askeskin) 11.77% and others are

13.04%. Detail data can be seen on

enclosure list 36.

135Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 153: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab VI Kesimpulan

Upaya peningkatan derajat

kesehatan masyarakat terus dilakukan

melalui penyelenggaraan berbagai

program dan kegiatan di bidang

kesehatan. Beberapa hal penting yang

perlu disimak yang berkaitan dengan

derajat kesehatan masyarakat sampai

dengan tahun 2007 sebagai berikut :

1. Secara provinsi angka kematian

bayi, angka kematian balita, dan

angka kematian ibu maternal

cenderung menurun jika

dibandingkan dengan tahun-tahun

sebelumnya dan lebih rendah

dibanding angka nasional.

2. Penyakit infeksi masih merupakan

penyakit terbanyak yang diderita

oleh masyarakat Provinsi

Kepulauan Riau. Berdasarkan

sepuluh penyakit terbesar baik

pada kunjungan Puskesmas

maupun Rawat Jalan Rumah Sakit

ditemukan bahwa penyakit Infeksi

Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

menempati urutan pertama.

The efforts in increasing

health level of society have been

done continuously by implementing

many programs and activities in

health fields. Some of importance

things which scrutinized relates to

level of health society until year

2007, as follows:

1. Infant Mortality Rate (IMR),

Under Five Years Mortality

Rate (U5MR), and Maternal

Mortality Rate (MMR) in

province tends to decrease if

compare to the year before

and lower compare to national

number.

2. Infection disease still the most

disease which suffered by

Riau Islands Province

Societies. Base upon ten most

diseases in society health

center visiting and non

hospitalized found that Acute

Respiratory Infection Disease

is at the first position.

BAB VI KESIMPULAN CONCLUSION

136Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 154: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab VI Kesimpulan

3. Jumlah penyakit degeneratif

semakin meningkat di Provinsi

Kepulauan Riau. Berdasarkan

kunjungan rumah sakit pada tahun

2007 tercatat bahwa enam dari

sepuluh penyakit penyebab

kematian terbanyak di Provinsi

Kepulauan Riau adalah

disebabkan penyakit degeneratif,

dimana penyakit hipertensi

menempati urutan pertama

sebagai penyakit degeneratif yang

menyebabkan kematian tertinggi. 4. Pada tahun 2007, terjadi KLB

Campak di satu desa di Kabupaten

Karimun, namun pada kejadian ini

tidak terdapat korban jiwa karena

kesiapan petugas yang didukung

tindakan kooperatif dari

masyarakat sehingga pelayanan

penanganan KLB dapat

dilaksanakan sedini mungkin. 5. Upaya penurunan angka kesakitan

penyakit yang dapat dicegah

dengan imunisasi terus digalakkan

dengan meningkatkan cakupan

imunisasi. Walaupun pada 2007

pemerintah tidak

menyelenggarakan Pekan

Imunisasi Nasional (PIN), namun

program imunisasi untuk bayi dan

anak balita terus dilaksanakan

3. Number of degenerative

disease increasing in Riau

Islands Province. Base upon

hospital visiting in year 2007

noted that six of ten most

disease caused death in Riau

Islands Province is

degenerative disease where

hypertension at the first

position as a degenerative

disease which cause the

highest death.

4. In year 2007, happened

measles un usual incidence in

one of village in Karimun

District, but there is no life

sacrifices because readiness

of manpower which supported

by cooperative acts from

societies so that services in

handling of un usual incidence

can be done earlier.

5. The efforts in decreasing

morbidity rate which prevented

by immunization should be

done continuously by

increasing immunization

scopes. Even in year 2007

Government didn’t implement

PIN (National Immunization

Periods) , but immunization

programs for infant and

137Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 155: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab VI Kesimpulan

dengan penyelenggaraan program

imunisasi di sarana pelayanan

kesehatan yang meliputi

posyandu, puskesmas, dan rumah

sakit.

6. Jumlah penderita HIV/AIDS dan

penyakit Infeksi Menular Seksual

(IMS) lainnya menunjukkan

adanya kecenderungan

peningkatan kasus. Perlu

ditingkatkan kewaspadaan dan

pengawasan khususnya terhadap

sarana-sarana yang potensial

terhadap penularan penyakit ini.

Upaya peningkatan pengetahuan

dan kesadaran masyarakat akan

perilaku hidup bersih dan sehat

terus digalakkan baik secara

langsung memberi penyuluhan

kepada kelompok sasaran, poster-

poster, leaflet, melalui media

massa dan media elektronik.

7. Pemerataan pelayanan kesehatan

terus diupayakan untuk

meningkatkan akses masyarakat

terhadap pelayanan dan sarana

kesehatan termasuk untuk daerah

terpencil. Pembangunan baru dan

rehabilitasi sarana pelayanan

kesehatan diharapkan mampu

meningkatkan akses masyarakat

children under five years old

are done continuously by

implementing immunization

programs at health services

facilities, including posyandu

(Integrated services post) ,

health center, and hospitals.

6. Number of suffering HIV/AIDS

and other Sexual Infection

disease shows that tends to

increasing cases. Need to

increase awareness and

special control to potential

facilities towards infection of

this disease. The efforts in

improving knowledge and

society awareness on clean

and healthy behavior should

be done continuously by giving

elucidation to target group

directly, posters, leaflet, and by

mass media and electronics

media.

7. The averages of health

services are afforded to

increasing public access to

health facilities and services

including to hinterland. New

development and rehabilitation

of health services facilities

hoped that can effort to

increase society access to

138Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 156: Profil Kepulauan Riau 2007

Bab VI Kesimpulan

terhadap pelayanan kesehatan

yang berkwalitas. Untuk

mendukung pemanfaatan sarana

kesehatan secara optimal perlu

didukung oleh pembiayaan yang

cukup dan tenaga kesehatan yang

memadai baik dari segi kuantitas

dan kualitas.

Keberhasilan pembangunan

kesehatan merupakan muara dari

berbagai aspek pembangunan. Agar

hasil pembangunan yang

dilaksanakan mencapai hasil yang

optimal perlu ditingkatkan sinergisme

pelaksanaan program dan kegiatan

baik yang diselenggarakan oleh

Pemeirntah Pusat, Provinsi dan

Kabupaten/kota. Koordinasi dan

kerjasama yang baik perlu

ditingkatkan dengan semua elemen

masyarakat termasuk swasta, LSM

dan partisipasi aktif masyarakat.

Akhir kata, besar harapan kami

semoga data dan informasi yang

tercantum dalam buku ini dapat

bermanfaat baik untuk instansi

pemerintah maupun swasta, serta

pengguna data lainnya dalam

pengambilan keputusan yang berbasis

data atau untuk referensi data dan

informasi di bidang kesehatan.

health quality services. To

supporting the useful of health

facilities optimally need

supported by enough budget

and adequate health

manpower in quantity and

qualities.

The succeeding of health

development is source of many

development aspects. In order to

achieve the optimum result of

development need to increase

synergy of implementation

programs and activities, which this

is done by central government,

province, and districts/cities. Good

coordination and cooperation need

to increase by all elements of

society including privates, NGOL

and active participation of society.

The end of the words, with

the biggest hope, data and

information stated in this book can

be useful for government instances

and private sectors, and also other

data users in making decision by

data or to data and information

references in health.

139Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Page 157: Profil Kepulauan Riau 2007

Tabel 1Table 1

Desa / Kelurahan/ Desa + Kel /

District/CityLand Area

(km 2 )Villages Cities Villages + Cities Populations Total of

Households

Average Person/

Household

Population Density/km 2

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101 Karimun 2,873.20 32 22 54 216,221 52,832 4 75

2 Bintan 1,946.13 36 15 51 122,677 31,904 4 63

3 Natuna 2,648.59 86 7 93 93,424 23,296 4 35

4 Lingga 2,117.72 43 3 46 86,894 22,080 4 41

5 Batam 770.27 0 64 64 695,739 202,784 3 903

6 Tanjungpinang 239.50 0 18 18 177,963 45,056 4 743

10,595.41 197 129 326 1,392,918 377,952 4 131

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau, 2008Source: Central Board of Statistics of Kepulauan Riau Province, 2008

Kepadatan Penduduk /

Km2

Jumlah / Total

NO

Rata-rata Jiwa/Rumah

Tangga

Jumlah (Provinsi) / Total (Province)

Luas Wilayah, Jumlah Desa/kelurahan, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga,dan Kepadatan penduduk Menurut Kabupaten/Kota

Propinsi Kepulauan Riau Tahun 2007Region Area, Total Village, Population, Total Household, and Density of Population by

District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

Kabupaten/KotaLuas Daratan

(km2)Jumlah

PendudukJumlah Rumah

Tangga (KK)

Page 158: Profil Kepulauan Riau 2007

Tabel 2Table 2

Laki-laki (Tahun) / Male (year) Perempuan (Tahun) / Female (year)

District/City Population <1 1-4 5-14 15-44 45-64 >=65 Jml/ Total <1 1-4 5-14 15-44 45-64 >=65 Jml/ Total

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

1 Karimun 216,221 1,811 7,561 22,399 56,309 18,776 4,440 111,296 1,834 7,646 21,656 52,324 18,361 3,104 104,925 48.3 106.1

2 Bintan 122,677 980 6,169 12,671 33,640 9,326 2,535 65,321 1,162 6,116 11,010 29,152 8,171 1,745 57,356 52.8 113.9

3 Natuna 93,424 1,010 4,996 11,177 23,667 6,917 1,629 49,396 611 4,725 9,165 22,323 5,380 1,824 44,028 60.3 112.2

4 Lingga 86,894 984 4,351 8,919 20,471 9,329 1,524 45,578 633 4,277 7,261 19,473 7,678 1,994 41,316 52.6 110.3

5 Batam 695,739 10,369 34,376 59,452 180,698 30,545 2,516 317,956 6,081 32,343 51,095 266,453 18,808 3,003 377,783 40.1 84.2

6 Tanjungpinang 177,963 2,121 8,606 17,213 47,647 14,095 3,679 93,361 1,389 6,039 14,674 46,678 12,018 3,804 84,602 47.8 110.4

1,392,918 17,275 66,059 131,831 362,432 88,988 16,323 682,908 11,710 61,146 114,861 436,403 70,416 15,474 710,010 45.4 96.2

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau, 2008Source: Central Board of Statistics of Kepulauan Riau Province, 2008

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, kelompok Umur, Rasio Beban Tanggungan,Rasio Jenis Kelamin, dan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007

Population by Sex,Age Groups, Dependency Ratio, Sex Ratio, and District/City Kepulauan Riau Province, 2007

Jumlah (Provinsi)/ Total (Province)

Rasio Beban

Tanggungan/

Dependency Ratio

Rasio Jenis

Kelamin / Sex Ratio

NOKab./Kota Jumlah

Penduduk

Jumlah Penduduk / Population

Page 159: Profil Kepulauan Riau 2007

Tabel 3 Tabel 3.a (Lanjutan)Table 3 Table 3.a (continue…)

Laki-laki Male

Perempuan Female

Laki-laki Male

Perempuan Female

Laki-laki Male

Perempuan Female

Laki-laki Male

Perempuan Female

Laki-laki Male

Perempuan Female

Laki-laki Male

Perempuan Female

Laki-laki Male

Perempuan Female

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 11 12 13 14 15 161 < 1 1,811 1,834 980 1,162 1,010 611 984 633 1 < 1 10,369 6,081 2,121 1,389 17,275 11,710 2 1 - 4 7,561 7,646 6,169 6,116 4,996 4,725 4,351 4,277 2 1 - 4 34,376 32,343 8,606 6,039 66,059 61,146 3 5 - 9 10,522 10,463 6,652 5,409 5,327 4,679 4,439 3,628 3 5 - 9 34,275 29,134 10,103 7,246 71,318 60,559 4 10 - 14 11,877 11,193 6,019 5,601 5,850 4,486 4,480 3,633 4 10 - 14 25,177 21,961 7,110 7,428 60,513 54,302 5 15 - 19 10,872 8,550 5,581 4,112 3,977 3,420 3,439 3,173 5 15 - 19 18,955 27,689 8,045 8,031 50,869 54,975 6 20 - 24 8,577 9,784 5,910 4,789 3,509 4,030 4,136 3,559 6 20 - 24 29,684 96,760 8,606 7,850 60,422 126,772 7 25 - 29 10,407 9,793 6,665 7,320 5,094 5,047 3,947 4,143 7 25 - 29 42,905 56,537 9,230 9,541 78,248 92,381 8 30 - 34 8,206 8,948 6,177 4,760 4,275 3,694 3,229 2,782 8 30 - 34 34,091 42,339 9,667 8,333 65,645 70,856 9 35 - 39 9,142 8,515 5,093 4,833 4,127 3,559 3,019 3,430 9 35 - 39 35,204 27,428 6,798 7,005 63,383 54,770

10 40 - 44 9,105 6,734 4,214 3,338 2,685 2,573 2,701 2,386 10 40 - 44 19,859 15,700 5,301 5,918 43,865 36,649 11 45 - 49 7,132 6,323 3,212 2,649 2,404 2,016 2,537 2,500 11 45 - 49 13,404 8,452 5,114 3,986 33,803 25,926 12 50 - 54 5,346 5,183 2,728 2,495 2,545 1,352 2,630 2,886 12 50 - 54 9,282 5,777 4,553 3,442 27,084 21,135 13 55 - 59 3,473 4,263 1,789 1,576 1,296 936 2,588 1,297 13 55 - 59 4,565 3,307 2,183 3,080 15,894 14,459 14 60 - 64 2,825 2,592 1,597 1,451 672 1,076 1,574 995 14 60 - 64 3,294 1,272 2,245 1,510 12,207 8,896 15 65 - 69 2,081 1,488 1,171 849 814 748 528 708 15 65 - 69 778 1,272 1,123 1,872 6,495 6,937 16 70 - 74 1,355 322 747 465 336 468 616 693 16 70 - 74 986 1,247 1,622 1,027 5,662 4,222 17 75+ 1,004 1,294 617 431 479 608 380 593 17 75+ 752 484 934 905 4,166 4,315

111,296 104,925 65,321 57,356 49,396 44,028 45,578 41,316 317,956 377,783 93,361 84,602 682,908 710,010 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau, 2008 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau, 2008Source: Central Board of Statistics of Kepulauan Riau Province, 2008 Source: Central Board of Statistics of Kepulauan Riau Province, 2008

Jumlah / Total

BINTANNO

NATUNA

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok UmurMenurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007

Population by Sex,Age Groups, Dependency Ratio, Sex Ratio, and District/City in Kepulauan Riau Province Year 2007

LINGGAKARIMUNKelompok (Tahun)

Age

Jumlah / Total

Population by Sex,Age Groups, Dependency Ratio, Sex Ratio, and District/City in Kepulauan Riau Province Year 2007Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur

TANJUNGPINANGKelompok (Tahun)

Age

PROVINSI / PROVINCEBATAMNO

Page 160: Profil Kepulauan Riau 2007

Tabel 4Table 4

Laki-Laki / Male Perempuan / Female

Tdk/Belum Pernah Sekolah

Tdk/Belum Tamat SD SD/MI SLTP/

MTs SLTA/ MA AK/ Diploma

Universitas Jumlah

Tdk/Belum Pernah Sekolah

Tdk/Belum Tamat SD SD/MI SLTP/ MTs SLTA/ MA AK/

DiplomaUniversi

tas Jumlah

District/CityNever/Not Yet Attend

School

Never/Not Yet

Attend Primary School

Primary School

Secondary School

High School Degree Universit

y TotalNever/Not Yet Attend

School

Never/Not Yet Attend

Primary School

Primary School

Secondary School

High School Degree University Total

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

1 Karimun 7.4 23.1 36.8 18 12.4 1.4 0.9 100 12.7 24.4 33.8 16.2 11.2 0.9 0.9 100

2 Bintan 3.50 21.30 26.00 20.10 25.20 2.20 1.90 100 7.20 22.10 25.30 18.80 23.10 1.50 2.00 100

3 Natuna 4.70 33.50 35.30 14.30 9.30 1.50 1.50 100 10.50 31.40 33.80 14.30 6.70 2.70 0.70 100

4 Lingga 7.6 30 30.8 14.5 13.3 2 1.8 100 13.6 30.6 30.6 12.2 8.3 3.5 1.5 100

5 Batam 1.4 15.1 21.8 21 31.5 3.6 5.6 100 2.4 7 14.4 13.2 58.3 3 1.7 100

6 Tanjungpinang 1.4 15.1 21.8 21 31.5 3.6 5.6 100 4.9 17.5 20.6 22.5 26.8 4.3 3.5 100

3.3 17.6 23.5 17.3 41.7 2.6 4.1 100 5.7 14.8 20.9 15.2 39.0 2.7 1.7 100

Source: Central Board of Statistics of Kepulauan Riau Province, 2008

Kabupaten/Kota

NO

Jumlah (Provinsi)/ Total (Province)

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau, 2008

Persentase Penduduk laki-laki dan Perempuan Berusia 10 Tahun ke Atas Dirinci MenurutTingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Kabupaten/Kota

Propinsi Kepulauan Riau Tahun 2007

of Education Accomplished and District/City Kepulauan Riau Province, 2007Percentage of Male and Female Population 10 Years and Over Specified According to the Highest Level

Page 161: Profil Kepulauan Riau 2007

Tabel 5Table 5

Jml Pddk Usia 10 Th ke Atas / Population Age 10 Years and

Over

Melek Huruf / Able to Read

and Write%

Jml Pddk Usia 10 Th ke Atas / Population

Age 10 Years and Over

Melek Huruf / Able to Read

and Write%

Jml Pddk Usia 10 Th ke Atas / Population Age 10 Years and

Over

Melek Huruf / Able to Read

and Write%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 111 Karimun 91,402 84,914 92.90 84,982 73,576 86.58 176,384 158,490 89.86 2 Bintan 51,520 49,279 95.65 44,669 40,940 91.65 96,189 90,219 93.79 3 Natuna 38,063 35,692 93.77 34,013 30,119 88.55 72,076 65,811 91.31 4 Lingga 35,804 32,528 - 32,778 27,977 - 68,582 60,505 - 5 Batam 238,936 234,600 98.19 310,225 303,425 97.81 549,161 538,025 97.97 6 Tanjungpinang 72,531 70,900 97.75 69,928 65,421 93.55 142,459 136,321 95.69

528,256 507,913 96.15 576,595 541,458 93.91 1,104,851 1,049,371 94.98

Persentase Penduduk berumur 10 Tahun ke Atas yang Melek HurufPropinsi Kepulauan Riau Tahun 2007

Percentage of Population 10 Years and Over Able to Read and Write in Kepulauan Riau Province, 2007

Kab./KotaDistrict/City

Jumlah Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas / Population Age 10 Years and OverLaki-Laki + Perempuan /

Male + Female

Jumlah (Provinsi)/ Total (Province)

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau, 2008Source: Central Board of Statistics of Kepulauan Riau Province, 2008

Laki-laki / Male Perempuan / Female

NO

Page 162: Profil Kepulauan Riau 2007

Tabel 6Tabel 6

Lahir Hidup Lahir Mati Lahir Hidup + Lahir Mati % Lahir Mati

District/City Live Birth Still Birt Live Birth + Still Birth % Still Birth Infant Death Number of

Underfive

Number of Underfive

Death

Convert into IMR

Convert into U5 Mortality Rate

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 111 Karimun 5,028 28 5,056 0.55 40 27,909 44 7.96 1.58

2 Bintan 3,022 7 3,029 0.23 9 16,735 0 2.98 0.00

3 Natuna 2,134 26 2,160 1.20 15 12,973 0 7.03 0.00

4 Lingga 2,067 21 2,088 1.01 26 6,523 4 12.58 0.61

5 Batam 20,512 191 20,703 0.92 61 93,042 0 2.97 0.00

6 Tanjungpinang 4,193 5 3,782 0.13 35 22,544 0 8.35 0.00

36,956 278 37,234 0.75 186 179,726 48 5.03 0.27

5.03 0.27

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

Keterangan : Angka Kematian (dilaporkan) tersebut di atas belum bisa menggambarkan AKB/AKABA yang sebenarnya di populasiNote : Mortality rate (Reported) above does not present the real AKB/AKABA in the population

Jumlah (Provinsi) / Total (Province)

Angka Kematian (Dilaporkan) / Mortality Rate (Reported)

Jumlah / Total

NO

Kabupaten/Kota Konversi AKB

Konversi AKABA

Jumlah Kelahiran dan Kematian Bayi dan Balita Menurut Kabupaten/KotaPropinsi Kepulauan Riau Tahun 2007

Number of Births and Deaths' Infant and Underfive by District/City Kepulauan Riau Province, 2007

Jumlah Balita Mati

Jumlah Bayi Mati Jumlah Balita

Page 163: Profil Kepulauan Riau 2007

Tabel 7Tabel 7

Jumlah Kematian Ibu Maternal Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007Number of Maternal Mortality by District/City Kepulauan Riau Province, 2007

NOKabupaten/Kota Jumlah Lahir

HidupJumlah Kematian Ibu Maternal / Number of Maternal Death

Kematian Ibu Hamil Kematian Ibu Bersalin Kematian Ibu Nifas Jumlah

District/City Number of Life Birth

Pregnant Mother Died Delivery Mother Died Perinatal Mother

Died TOTAL

1 2 3 4 5 6 71 Karimun 5,028 1 3 3 7

2 Bintan 3,022 - 1 - 1

3 Natuna 2,134 1 5 1 7

4 Lingga 2,067 - 5 - 5

5 Batam 22,232 1 6 - 7

6 Tanjungpinang 4,193 - 2 - 2 Jumlah (Province) /

Total (Province) 38,676 3 22 4 29

Angka Kematian Ibu Maternal (Dilaporkan) 78

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

Keterangan:- Jumlah kematian ibu maternal = jumlah kematian ibu hamil + jumlah kematian ibu bersalin + jumlah kematian ibu nifas Total maternal mortality = pregnant mother died + delivery birth mother died + perinatal mother died- Angka Kematian Ibu Maternal (dilaporkan) tersebut di atas belum bisa menggambarkan AKI yang sebenarnya di populasi

Page 164: Profil Kepulauan Riau 2007

Tabel 8Table 8

Mati Luka Berat Luka Ringan JML

% Thd Total

KorbanMati Luka Berat Luka

Ringan JML

District/CityNumber of Accident Died Major

WoundMinor

Wound TOTAL % againts victim Died Major

WoundMinor

Wound TOTALRatio of

Victim per accident

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 121 Karimun * * * * * * * * * * *

2 Bintan 447 2 49 288 339 3.57 0.59 14.45 84.96 100 0.76

3 Natuna 723 16 149 559 724 7.62 2.21 20.58 77.21 100 1.00

4 Lingga 101 3 10 88 101 1.06 2.97 9.90 87.13 100 1.00

5 Batam 8,267 39 479 7,749 8,267 87.06 0.47 5.79 93.73 100 1.00

6 Tanjungpinang 36 30 17 18 65 0.68 46.15 26.15 27.69 100 1.81

9,574 90 704 8,702 9,496 100 0.95 7.41 91.64 100 0.99

681.73 Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

Jumlah Kejadian Kecelakaan Lalu Lintas dan Rasio Korban Luka dan Meninggal Terhadap Jumlah Penduduk Dirinci Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007

Jumlah Korban / Number of Victim

Specipied by District/City Kepulauan Riau Province, 2007Total of Traffic Accident and Ratio of the Wound and Died againt Population

Rasio Korban per

Kejadian Kecelakaan

Rasio per 100.000 Penduduk / Ratio per 100,000 populations

% Korban / % of VictimJumlah Kejadian

KecelakaanNO Kabupaten/

Kota

Jumlah (Provinsi)/ Total (Province)

Page 165: Profil Kepulauan Riau 2007

Tabel 9Table 9

TB PARU

Klinis Diobati Sembuh % Sembuh

Jml Penderita

Jml Pend Balita

Balita Ditangani

% Balita Ditangani

District/CityAFP < 15

years Clinical Cured Heal % Heal Number of Sufferer

Number of U-5 Sufferer U-5 cured % of U-5

Cured1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 121 Karimun 2 231 169 169 116 68.64 23 23 23 100

2 Bintan 0 1,137 175 126 116 92.06 272 258 211 81.78

3 Natuna 5 294 21 330 10 3.03 211 160 160 100

4 Lingga 1 123 22 35 33 94.29 - - - 0

5 Batam 6 373 151 524 156 29.77 30 30 30 100

6 Tanjungpinang 0 1,883 169 169 144 85.21 20 20 20 100

14 4,041 707 1,353 575 42.50 556 491 444 90.43

3.47

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007Keterangan: Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk pasien RSNote : Total case are all of the cases which occurred at operational region of Health Center including Hospitals patients

Jumlah (Provinsi)/ Total (Province)

Angka Kesakitan / Morbidity Rate

(+)

AFP Rate, % TB Paru Sembuh, dan Pneumonia Balita Ditangan Menurut Kabupaten/Kota

PNEUMONIAKabupaten/Kota AFP < 15

Thn

Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007AFP Rate, % of TB Lungs Cured, and Underfive Pneumonia Treated by District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

NO

Page 166: Profil Kepulauan Riau 2007

Tabel 10Table 10

HIV/AIDS

Jml Kasus Ditangani %

DitanganiJml

Kasus Ditangani % Ditangani Jml Kasus Ditangani %

Ditangani Jml KasusJml Diare

pada Balita

Diare pada Balita

Ditangani

% Ditangani

District/City No of Case Treated % Treated No of

Case Cured % cured No of case Treated % Treated No of caseNo of cases for U5

Treated % Treated

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 151 Karimun 29 29 100 1,331 1,331 100 99 99 100 3,557 1,651 1,651 46.42

2 Bintan 14 14 100 1,174 1,174 100 71 71 100 3,513 * * *

3 Natuna - - - 123 123 100 - - - 1,599 1,599 1,599 100

4 Lingga - - - - - - - - - 941 * * *

5 Batam 1,241 1,241 100 1,964 1,560 79.43 718 718 100 22,543 * * *

6 Tanjungpinang 68 68 100 377 377 100 101 101 100 2,030 1,121 1,121 55.22

1,352 1,352 100 4,969 4,565 91.87 989 989 100 34,183 4,371 4,371 12.79

71.00 24.54

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

Jumlah (Provinsi)/ Total (Province)

An gka Kesakitan/ Morbidy Rate

NO

DBD / DHF

HIV/AIDS, Infeksi Menular SeksualL, DBD dan Diare pada Balita Ditangani

DIARE / DiarrheaIMS / STD

Kab./Kota

Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007

by District/City in Kepulauan Riau Province, 2007HIV/AIDS, Sexual Transmitted Disease, DHF , and Underfive with Diarrhea Treated

Page 167: Profil Kepulauan Riau 2007

Tabel 11Tabel 11

Klinis Positif % Positif Diobati % DiobatiDistrict/City Clinical Positive %Positive Cured % Cured

1 2 3 4 5 6 71 Karimun 1,341 128 9.55 1,341 100.002 Bintan 15,276 1,162 7.61 1,965 12.863 Natuna 4,498 199 4.42 4,498 100.004 Lingga 5,629 663 11.78 4,184 74.335 Batam 7,049 649 9.21 5,612 79.616 Tanjungpinang 759 162 21.34 162 21.34

34,552 2,963 8.58 17,762 51.41

24.81 2.13

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

Ket : API untuk wilayah Jawa dan Bali (Malaria positif per 1000 penduduk)AMI untuk wilayah luar Jawa dan Bali (Malaria klinis per 1000 penduduk)

134

Angka Kesakitan (API/AMI) per 1000 pddk/ Morbidity Rate (API/AMI)

per 1000 pop

Malaria / Malariae

Persentase Penderita Malaria Diobati Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007Percentage of the Cured Malaria Sufferer by District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

NO

Jumlah (Provinsi)/ Total (Province)

Kabupaten/Kota

Page 168: Profil Kepulauan Riau 2007

Table 12Table 12

PEND PB RFT PB % RFT PB PEND MB RFT MB % RFT MBDistrict/City PB Sufferer PB RFT % PB RFT MB Sufferer MB RFT % MB RFT

1 2 3 4 5 6 7 81 Karimun 4 4 100 - - -

2 Bintan 2 2 100 - - -

3 Natuna - - - - 5 -

4 Lingga 1 1 100 - - -

5 Batam 58 28 48 36 14 39

6 Tanjungpinang 3 3 100 9 8 89

68 38 55.88 45 27 60.00

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat Menurut Kabupaten/KotaPropinsi Kepulauan Riau Tahun 2007

Percentage of Leprae Sufferer Complete Medication by District/City Kepulauan Riau Province, 2007

Jumlah (Provinsi)/ Total (Province)

KUSTA / LepraeKabupaten/Kota/NO

Page 169: Profil Kepulauan Riau 2007

Tabel 13Table 13

Jumlah Ditangani % DitanganiDistrict/City Total Treated % Treated

1 2 4 5 61 Karimun 5 5 100

2 Bintan - - -

3 Natuna - - -

4 Lingga 1 1 100

5 Batam 14 14 100

6 Tanjungpinang 1 1 100

21 21 100

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

Kasus Penyakit Filariasis Ditangani menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007Case of Filariasis Disease Treated by district/City in Kepulauan Riau Province, 2007

Jumlah (Provinsi)/ Total (Province)

Penderita Peny Filariasis / Filariasis SuffererKabupaten/KotaNO

Page 170: Profil Kepulauan Riau 2007

Table 14Table 14

Jumlah Kasus PD3I / Number of Immunization Preventable Diseases

Difteri Pertusis Tetanus Tetanus Neonatorum Campak Polio Hepatitis B

District/City Difteri Pertusis Tetanus Tetanus Neonatorum Small Pox Polio Hepatitis B

1 2 3 4 5 6 7 8 91 Karimun - - - 1 21 - -

2 Bintan - - - - 24 - -

3 Natuna 81 4 - - 22 9 42

4 Lingga - - - - - - -

5 Batam - - - - 580 - -

6 Tanjungpinang - - - - 74 - -

81 4 - 1 721 9 42

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

Jumlah (Provinsi) / Total (Province)

NO Kabupaten/Kota

Jumlah Kasus dan Angka Kesakitan Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I)Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007

District/City in Kepulauan Riau, 2007Number of Case and Morbidity of Communicable Disease That Can be Prevented with Immunization by

Page 171: Profil Kepulauan Riau 2007

Tabel 15Table 15

Jumlah KN2 % Jml Bayi Kunjungan % Jml Lahir hidup Ditimbang %

Ditimbang BBLR % BBLR BBLR Ditangani

% BBLR Ditangani

District/City Total Neonatal Visit % No of Baby Neonatal

Visit % No of living Birth Weighed % Weighed LBWB % LBWB LBWB

Treated% LBWB Treated

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 151 Karimun 5,415 4,810 88.83 5,415 3,117 57.56 5,028 3,117 61.99 20 0.40 20 100

2 Bintan 3,019 2,949 97.68 3,301 2,512 76.10 3,022 2,956 97.82 17 0.56 17 100

3 Natuna 2,812 2,290 81.44 2,897 1,487 51.33 2,134 - - 44 2.06 44 100

4 Lingga 2,257 2,061 91.32 1,933 1,049 54.27 1,509 - - 93 6.18 15 16.08

5 Batam 19,248 16,287 84.62 22,232 23,172 104.23 22,232 22,232 100.00 541 2.43 541 100

6 Tanjungpinang 4,594 3,414 74.31 9,066 7,085 78.15 4,193 3,753 89.51 40 0.95 40 100

37,345 31,811 85.18 44,844 38,422 85.68 36,956 32,058 86.75 755 2.04 677 89.64

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

Jumlah (Provinsi)/ Total (Province)

Cakupan Kunjungan Neonatus, Bayi dan Bayi BBLR yang Ditangani Menurut Kabupaten/KotaProvinsi Kepulauan Riau Tahun 2007

Coverage of Neonatus Visits, Babies and LBW Babies Treated by District/City in Kepulauan Riau, 2007

NO

Neonatus / Neonates Bayi / Baby Bayi Lahir / NewbornKabupaten/Kota

Page 172: Profil Kepulauan Riau 2007

Tabel 16Table 16

Jumlah Balita / Number of Underfive Balita

yang ada Ditimbang BB Naik BGM Gizi Buruk Ditimbang BB Naik BGM Gizi

Buruk

District/City Total Underfive Weighed Weigth

GainUnder

Red LinePoor

Nutrition Weighed Weigth Gain

Under Red Line

Poor Nutrition

Sub District free of nutritional lack

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 121 Karimun 27,909 12,696 9,694 475 40 45.49 76.35 3.74 0.32 9

2 Bintan 16,735 12,085 9,185 96 58 72.21 76.00 0.79 0.48 6

3 Natuna 12,973 8,695 6,649 225 35 67.02 76.47 2.59 0.40 0

4 Lingga 6,523 4,972 4,161 157 33 76.22 83.69 3.16 0.66 5

5 Batam 93,042 40,434 36,624 745 173 43.46 90.58 1.84 0.43 1

6 Tanjungpinang 22,544 16,482 12,884 39 181 73.11 78.17 0.24 1.10 4

179,726 95,364 79,197 1,737 520 53.06 83.05 1.82 0.55 25

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

Status Gizi Balita dan Jumlah Kecamatan Rawan Gizi Menurut Kabuapten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007Under Five Years Nutritional Status and Number of Sub District with Nutritional Lack by District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

Jumlah (Provinsi)/ Total (Province)

Kec Bebas Rawan GiziKabupaten/Kota

% Balita

NO

Page 173: Profil Kepulauan Riau 2007

Tabel 17Tabel 17

Jml Jumlah Ditolong Tenkes Jml Mendapat

Yan Nifas

District/City Total TotalHelp by Medical

StaffTotal

Get Postpartum

Service1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 131 Karimun 5,953 5,354 89.94 4,643 77.99 5,686 4,621 81.27 5,686 4,621 81.27

2 Bintan 3,572 3,467 97.06 2,943 82.39 3,409 2,956 86.71 * * *

3 Natuna 3,304 2,565 77.63 2,394 72.46 2,775 1,948 70.20 * * *

4 Lingga 2,179 2,107 96.70 1,857 85.22 1,898 1,701 89.62 1,898 1,701 89.62

5 Batam 22,728 20,490 90.15 17,719 77.96 20,598 16,616 80.67 21,307 11,798 55.37

6 Tanjungpinang 4,645 4,247 91.43 3,923 84.46 4,432 3,501 78.99 4,432 4,432 100

42,381 38,230 90.21 33,479 79.00 38,798 31,343 80.79 33,323 22,552 67.68

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K1, K4), Persalinan Ditolong Tenaga kesehatan dan Ibu Nifas

Ibu Bersalin / Give Birth Women

Kab./Kota

Ibu Hamil / Pregnant Women

Propinsi Kepulauan Riau Tahun 2007

in Kepulauan Riau Province, 2007

K4K1

Jumlah (Provinsi)/ Total (Province)

Outreach of Pregnant Women Visite (K1, K4), Gave Birth helped by Medical Staff, and Got Post Partum Service

NO% % % %

Ibu Nifas/ New givebirth women

Page 174: Profil Kepulauan Riau 2007

Tabel 18Table 18

Jumlah Dideteksi Jumlah Diperiksa Jumlah DiperiksaDistrict/City Total Detected Total examined Total examined

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 111 Karimun 27,909 - - 26,397 5,470 20.72 2,655 165 6.21

2 Bintan 3,356 1,787 53.25 32,409 11,451 35.33 7,409 2,780 37.52

3 Natuna 12,973 - 14,413 588 4.08 8,542 791 9.26

4 Lingga 6,523 - - 27,681 6,044 21.83 7,104 3,680 51.80

5 Batam 97,885 17,380 17.76 52,646 15,390 29.23 8,920 2,992 33.54

6 Tanjungpinang 22,546 16,469 73.05 14,832 11,131 75.05 30,623 10,150 33.15

171,192 35,636 20.82 168,378 50,074 29.74 65,253 20,558 31.51

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

Jumlah (Provinsi)/ Total (Province)

NO% % %

Siswa SD/MI/ Primary Student

Siswa SMP/SMU/ Junior dan High SchoolKabupaten/Kota

Anak Balita (Pra Sekolah) / Kindergarden

Cakupan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Balita, Pemeriksaan Kesehatan Siswa SD/SMP/SMUMenurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007

Early Detection Coverage of Underfive Growth, Health Check-up for Primary/Junior and High School By District/City In Kepulauan Riau Province, 2007

Page 175: Profil Kepulauan Riau 2007

Tabel 19Table 19

Number of Reproductive Aged Couple, Family Planning (FP) Acceptor , New FP Acceptor and Active FP Acceptor by

Peserta KB Baru / New FP Acceptor

Jumlah Jumlah

District/City Total Reproductive Aged Couple Total Total

1 2 3 4 5 6 71 Karimun 35,235 3,957 11.23 22,851 64.852 Bintan 21,161 3,268 15.44 15,509 73.293 Natuna 15,811 1,277 8.08 9,837 62.224 Lingga 12,541 2,137 17.04 9,625 76.755 Batam 147,817 14,370 9.72 93,519 63.276 Tanjungpinang 27,824 5,744 20.64 19,985 71.83

260,389 30,753 11.81 171,326 65.80

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

Jumlah PUS, Peserta KB, Peserta KB Baru, dan KB Aktif Menurut Kabupaten/KotaProvinsi Kepulauan Riau Tahun 2007

District/City Kepulauan Riau Province, 2007

Jumlah (Provinsi) / Total (Province)

Peserta KB Aktif / Active FP AcceptorJumlah PUSKabupaten/Kota

NO%%

Page 176: Profil Kepulauan Riau 2007

Tabel 20Table 20

MKJP NON MKJP MKJP NON MKJP

District/City

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 201 Karimun 448 238 1,285 8,865 11,783 232 - - 22,851 1.96 1.04 5.62 38.79 51.56 1.02 - - 100

2 Bintan 442 29 842 8,390 5,618 188 - - 15,509 2.85 0.19 5.43 54.10 36.22 1.21 - - 100

3 Natuna 45 - 164 4,387 5,168 60 - 17 9,841 0.46 - 1.67 44.58 52.51 0.61 - 0.17 100

4 Lingga 65 - 46 6,439 4,949 163 - - 11,662 0.56 - 0.39 55.21 42.44 1.40 - - 100

5 Batam 8,380 1,386 3,325 41,265 34,976 4,187 - - 93,519 8.96 1.48 3.56 44.12 37.40 4.48 - - 100

6 Tanjungpinang 1,792 1,334 1,787 7,821 5,957 744 - - 19,435 9.22 6.86 9.19 40.24 30.65 3.83 - - 100

11,172 2,987 7,449 77,167 68,451 5,574 - 17 172,817 6.46 1.73 4.31 44.65 39.61 3.23 - 0.01 100

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

MKJP + NON MKJP

Jumlah Peserta KB Aktif / Active Family Planning Acceptor % Peserta KB Aktif / Percentage of Active Family Planning Acceptor

Jumlah (Provinsi) / Total (Province)

PilPill

KondomCondom

Obat VaginaVagina

Medicine

Lain-nya

Other

IUDIUD

MOP/ MOW

MOP/MOW

ImplantImplant

SuntikInjection

KondomCondom

Obat VaginaVagina

Medicine

Lain-nya

Other

MKJP + NON MKJP

Jumlah Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007Number of Family Planning Acceptor by Contraception Type by District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

Kabupaten/KotaNO

IUDIUD

MOP/ MOWMOP/MOW

ImplantImplant

SuntikInjection

PilPill

Page 177: Profil Kepulauan Riau 2007

Tabel 21Table 21

MKJP NON MKJP MKJP NON MKJP

District/City

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 201 Karimun 120 17 125 1,896 1,736 63 - - 3,957 3.03 0.43 3.16 47.92 43.87 1.59 - - 1002 Bintan 101 - 191 1,690 1,194 92 - - 3,268 3.09 - 5.84 51.71 36.54 2.82 - - 1003 Natuna 6 - 13 564 662 32 - - 1,277 0.47 - 1.02 44.17 51.84 2.51 - - 1004 Lingga 3 - 32 1,313 755 44 - - 2,147 0.14 - 1.49 61.16 35.17 2.05 - - 1005 Batam 197 46 168 6,120 6,466 1,373 - - 14,370 1.37 0.32 1.17 42.59 45.00 9.55 - - 1006 Tanjungpinang 107 - 197 3,116 2,178 146 - - 5,744 1.86 - 3.43 54.25 37.92 2.54 - - 100

534 63 726 14,699 12,991 1,750 - - 30,763 1.74 0.20 2.36 47.78 42.23 5.69 - - 100

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

KondomCondom

MOP/ MOWMOP/MOW

ImplantImplant

SuntikInjection

PilPill

MOP/ MOW

MOP/MOW

Pelayanan KB Baru Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007New Family Planning Service by District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

NO

Kab./KotaJumlah Peserta KB Baru / Number of New FP Acceptor % Peserta KB Baru / % of New FP Acceptor

MKJP + NON

MKJP

MKJP + NON MKJP

IUDIUD

Jumlah (Provinsi)/Total (Province)

Obat VaginaVagina Medicin

e

Lain-nya

Other

ImplantImplant

SuntikInjection

PilPill

KondomCondom

Obat VaginaVagina Medici

ne

Lain-nya

Other

IUDIUD

Page 178: Profil Kepulauan Riau 2007

Tabel 22Table 22

Kabupaten/Kota Jumlah Desa/Kel Desa Kel/UCI % Desa/Kel UCIDistrict/City Number of Villages UCI Villages % of UCI Villages

1 2 3 4 51 Karimun 54 47 87.04

2 Bintan 42 42 100.00

3 Natuna 83 17 20.48

4 Lingga 43 15 34.88

5 Batam 64 40 62.50

6 Tanjungpinang 18 18 100.00

304 179 58.88

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

Jumlah (Provinsi) /Total (Province)

Persentase Cakupan Desa/Kelurahan UCI Menurut Kabupaten/KotaProvinsi Kepulauan Riau Tahun 2007

Percentage of UCI Village Coverage by District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

NO

Page 179: Profil Kepulauan Riau 2007

Tabel 23Table 23

Persentase Cakupan Imunisasi Bayi Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007Percentage of Infant Immunization Coverage by District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

NOKabupaten/Kota Jumlah Imunisasi / Immunization

DO (%)Bayi BCG DPT1+HB1 DPT3+HB3 POLIO3 CAMPAK

District/City Number Of Babies

Jumlah%

Jumlah%

Jumlah%

Jumlah%

Jumlah%

Total Total Total Total Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 141 Karimun 5,415 4,446 82.11 4,755 87.81 4,601 84.97 4,626 85.43 4,603 85.00 3.20

2 Bintan 3,301 3,140 95.12 3,135 94.97 3,115 94.37 3,087 93.52 3,145 95.27 (0.32)

3 Natuna 2,897 1,618 55.85 1,651 56.99 1,594 55.02 1,481 51.12 1,374 47.43 16.78

4 Lingga 1,933 1,440 74.50 1,492 77.19 1,283 66.37 1,255 64.92 1,353 69.99 9.32

5 Batam 22,232 16,159 72.68 17,482 78.63 16,511 74.27 16,648 74.88 15,133 68.07 13.44

6 Tanjungpinang 9,066 4,365 48.15 4,178 46.08 3,897 42.98 4,099 45.21 4,352 48.00 (4.16) Jumlah (Provinsi) /

Total (Province) 44,844 31,168 69.50 32,693 72.90 31,001 69.13 31,196 69.57 29,960 66.81 8.36

% Bayi Diimunisasi Lengkap / % of Babies Immunization CompletelySumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

Page 180: Profil Kepulauan Riau 2007

Tabel 24Table 24

Anak BGM (6-24 Bln) / Poor Babies (6-24 months) Balita / Underfive Balita Gizi Buruk / Malnutrition Infant

Jumlah MP ASI Jumlah Mendapat Vit A 2x Jumlah Mendapat

Perawatan

District/City TotalAdding Meal for Breast-

feedingTotal Get Vit A 2x Total Get

Treatment

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 111 Karimun 784 784 100 27,909 17,494 62.68 48 48 100

2 Bintan * * * 16,735 14,103 84.27 58 58 100

3 Natuna * * * 12,973 8,226 63.41 35 35 100

4 Lingga 57 57 100 6,523 5,375 82.40 37 29 78.38

5 Batam 2,023 370 18.29 93,042 56,643 60.88 173 173 100

6 Tanjungpinang 34 34 100 22,441 20,292 90.42 181 181 100

2,898 1245 42.96 179,726 122,133 67.96 532 524 98.50

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

Jumlah (Provinsi)/ Total (Province)

Cakupan Bayi, Balita yang Mendapat Pelayanan Kesehatan Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007

Kabupaten/Kota

Coverage of Infant, Underfive Accessable Medical Service by District/City in Kepulauan Riau, 2007

% % % NO

Page 181: Profil Kepulauan Riau 2007

Tabel 25Table 25

Fe1 Fe3

1 2 3 4 5 6 71 Karimun 5,953 5,214 87.59 4,105 68.96

2 Bintan 3,572 3,214 89.98 2,969 83.12

3 Natuna 3,304 2,080 62.95 1,900 57.51

4 Lingga 2,179 1,743 79.99 1,546 70.95

5 Batam 22,728 18,546 81.60 15,737 69.24

6 Tanjungpinang 4,645 4,247 91.43 3,923 84.46

42,381 35,044 82.69 30,180 71.21

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

Jumlah (Provinsi)/ Total (Province)

Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007Jumlah Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet Fe1, Fe3

%%NO

Number of Pregnant Woman Get Fe1, Fe3 by District/City in Kepulauan Riau, 2007

Jumlah / Total

Jumlah / Total

Jumlah Ibu Hamil / Total of Pregnant

Woman

Kabupaten/Kota/ District/City

Page 182: Profil Kepulauan Riau 2007

Tabel 26Table 26

TT 4 TT 5

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 131 Karimun 5,832 605 10.37 405 6.9444 26 0 10 0 5 0 2 Bintan 3,022 2,588 85.64 2,104 69.62 - - - - - - 3 Natuna 2,134 1,671 78.30 1,277 59.84 - - - - - - 4 Lingga 2,067 1,508 72.96 1,311 63.43 - - - - - - 5 Batam 22,232 15,091 67.88 11,639 52.35 961 4 668 3 380 2 6 Tanjungpinang 4,193 5,407 128.95 5,407 128.95 - - - -

39,480 26,870 68.06 22,143 56.09 987 2.5 678 1.72 385 0.98

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

Jml/ Total

Jml/ Total

Jml/ Total% % %

Kabupaten/Kota/ District/CityNO Jml/

TotalJml/ Total %

Jumlah (Provinsi)/ Total (Province)

Jumlah Wanita Usia SUbur Dengan Status Imunisasi TT Menurut Kabupaten/Kota

TT 1 TT 2 TT 3

Reproductive Women with TT Immunization by Regency/Manufacility in Kepulauan Riau Province Year 2007Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007

%

WUS/ Reproductive

Women

Page 183: Profil Kepulauan Riau 2007

Tabel 27Table 27

Sarana Pelayanan Kesehatan

Health FacilityMemerlukan Darah / Need

Blood

Mendapat Darah / Get

Blood%

Memerlukan Darah / Need

Blood

Mendapat Darah / Get

Blood%

1 2 3 4 5 6 7 8

1 RUMAH SAKIT * * * * * *

2 PUSKESMAS * * * * * *

SUMBER DATA DARI = AUDIT MATERNAL PERINATAL ( AMP )

Jumlah (Provinsi) / Total (Province)

Pesertase Akses Ketersediaan Darah untuk Bumil dan Neonatus yang DirujukMenurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007

Percentage of Blood Supply Access for Pregnant woman and Neonatus Referred by District/Cityin Kepulauan Riau Province, 2007

Jml Neonatus yg Dirujuk / Neonatus Referred

Jml Bumil yg Dirujuk / Pregnant Women Referred

NO

Page 184: Profil Kepulauan Riau 2007

Tabel 28Table 28

Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah

Total Total Total Total1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 131 Karimun 5,953 999 16.78 872 87.29 5,415 51 0.94 51 100

2 Bintan 3,572 716 20.04 608 84.92 2,922 31 1.06 31 100

3 Natuna 3,304 615 18.61 52 8.46 2,812 - - - -

4 Lingga 2,179 457 20.97 352 77.02 1,559 8 0.51 8 100

5 Batam 22,728 2,325 10.23 2,325 100 16,480 - - - -

6 Tanjungpinang 4,645 702 15.11 702 100 4,223 41 0.97 41 100

38,676 5,814 15.03 4,911 84.47 33,411 131 0.39 131 100

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

Number and Percentage of High Risk/Complication Pregnant Woman and Neonatal Treated by District/City in Kepualuan Riau Province, 2007

Kabupaten/Kota/ District/City

Jumlah dan Persentase Ibu Hamil dan Neonatal Risiko Tinggi/Komplikasi DitanganiMenurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007

Bumil Risti /Komplikasi / High Risk/Complication Pregnant women

Bumil Risti/Komplikasi Ditangani / High Risk/Complication

Pregnant Wome nTreated

Neonatal Risti/Komplikasi / High

Risk Neonatal/Complication

Neonatal Risti/Komplikasi Ditangani / High

Risk/Complication handled

% %

Jumlah Neonatal / Number of Neonatal

%

Jumlah (Provinsi) / Total (Province)

Jumlah Ibu Hamil /

Pregnant Women

%

NO

Page 185: Profil Kepulauan Riau 2007

Tabel 29Table 29

Jumlah

Health Facility Number of Facility Total1 2 3 4 5 61 Rumah Sakit Umum/ General Hospi tal 2 2 100

2 Rumah Sakit Jiwa / Mental Hospital - - -

3 Rumah Sakit Khusus / Specific Hospital - - -

4 Puskesmas / Health Center 9 3 33.33

5 Sarana Kes. Lainnya / Other Health Facility 7 - -

JUMLAH (KAB/KOTA) / Total (District/City) 18 5 27.78

1 Rumah Sakit Umum/ General Hospi tal 1 1 100

2 Rumah Sakit Jiwa / Mental Hospital - - -

3 Rumah Sakit Khusus / Specific Hospital - - -

4 Puskesmas / Health Center 7 7 100

5 Sarana Kes. Lainnya / Other Health Facility 62 - -

JUMLAH (KAB/KOTA) / Total (District/City) 70 8 11

1 Rumah Sakit Umum/ General Hospi tal 3 3 100

2 Rumah Sakit Jiwa / Mental Hospital - - -

3 Rumah Sakit Khusus / Specific Hospital - - -

4 Puskesmas / Health Center 16 11 68.75

5 Sarana Kes. Lainnya / Other Health Facility -

JUMLAH (KAB/KOTA) / Total (District/City) 19 14 73.68

Tabel 29 (Lanjutan….)Table 29 (Continue…..)

JumlahHealth Facility Number of Facility Total

1 2 3 4 5 61 Rumah Sakit Umum/ General Hospi tal 1 1 100 2 Rumah Sakit Jiwa / Mental Hospital - - - 3 Rumah Sakit Khusus / Specific Hospital - - - 4 Puskesmas / Health Center 5 2 40.00 5 Sarana Kes. Lainnya / Other Health Facility - - -

JUMLAH (KAB/KOTA) / Total (District/City) 6 3 50.00 1 Rumah Sakit Umum/ General Hospi tal 9 9 100 2 Rumah Sakit Jiwa / Mental Hospital - - - 3 Rumah Sakit Khusus / Specific Hospital - - - 4 Puskesmas / Health Center 3 3 100 5 Sarana Kes. Lainnya / Other Health Facility 177 177 100

JUMLAH (KAB/KOTA) / Total (District/City) 189 189 100 1 Rumah Sakit Umum/ General Hospi tal 2 2 100 2 Rumah Sakit Jiwa / Mental Hospital - - - 3 Rumah Sakit Khusus / Specific Hospital - - - 4 Puskesmas / Health Center 4 2 50.00 5 Sarana Kes. Lainnya / Other Health Facility 31 1 3.23

JUMLAH (KAB/KOTA) / Total (District/City) 37 5 13.51 1 Rumah Sakit Umum/ General Hospi tal 18 18 100 2 Rumah Sakit Jiwa / Mental Hospital - - - 3 Rumah Sakit Khusus / Specific Hospital - - - 4 Puskesmas / Health Center 44 28 63.64 5 Sarana Kes. Lainnya / Other Health Facility 277 178 64.26

Jumlah (Provinsi) / Total (Province) 339 224 66.08 Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

Jumlah Sarana

BATAM

NOKabupaten/Kota/

Regency/Manupacility

Sarana Kesehatan

TANJUNGPINANG

TOTAL

KARIMUN

BINTAN

NATUNA

LINGGA

Percentage of Health Facility with Intencive Care Unit Ability by District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

Mempunyai Kemampuan Gadar / Have ICU Ability

%

Persentase Sarana Kesehatan Dengan Kemampuan Gawat Darurat Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007

%NO

Persentase Sarana Kesehatan Dengan Kemampuan Gawat Darurat Menurut Kabupaten/Kota

Sarana Kesehatan Jumlah Sarana

Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007Percentage of Health Facility with Intencive Care Unit Ability by District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

Mempunyai Kemampuan Gadar / Have ICU AbilityKabupaten/Kota/

District/City

Page 186: Profil Kepulauan Riau 2007

Tabel 30Table 30

Jumlah Ditangani < 24 JamNumber of Village Total Treated < 24 hours

1 2 3 4 5 61 Karimun 54 1 1 100

2 Bintan 42 - - -

3 Natuna 83 - - -

4 Lingga 43 - - -

5 Batam 64 - - -

6 Tanjungpinang 18 - - -

304 1 1 100

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

Kabupaten/Kota/District/City

Jumlah (Province) / Total (Province)

Jumlah dan Persentase Desa/kelurahan Terkena KLB yang Ditangani < 24 JamMenurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007

%NO

by District/City in Kepulauan Riau Province, 2007Number and Percentage of Outbreak Village Treated Under 24 Hours

Desa/Kel Terkena KLB / Outbreak VillageJumlah Desa/Kel

Page 187: Profil Kepulauan Riau 2007

Tabel 32Table 32

JumlahNumber of babies Total

1 2 3 4 51 Karimun 5,415 3,217 59.41

2 Bintan 3,301 1,376 41.68

3 Natuna 2,897 384 13.26

4 Lingga 1,933 1,278 66.11

5 Batam 22,232 8,246 37.09

6 Tanjungpinang 9,066 2,080 22.94

44,844 16,581 36.97

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

Number of Infant Given Exclusive Breast Feeding by District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

Kabupaten/Kota/District/City

Jumlah (Provinsi) / Total (Province)

Jumlah Bayi yang Diberi ASI Eksklusif 6 Menurut Kabupaten/Kota

Number of Babies Given Exclusive Breast Feeding

%

Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007

NO

Jumlah Bayi yang Diberi ASI Eksklusif /

Jumlah Bayi

Page 188: Profil Kepulauan Riau 2007

Tabel 33Table 33

Villages Surveyed Number of Villages with Good Iodized Salt

% of Villages with Good Iodized Salt

1 2 3 4 51 Karimun 54 - -

2 Bintan 42 42 100

3 Natuna 83 83 100

4 Lingga 43 34 79

5 Batam 64 39 60.94

6 Tanjungpinang 18 18 100

304 216 71.05

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

Jumlah (Provinsi) / Total (Province)

Persentase Desa/Kelurahan Dengan Garam Beryodium yang Baik Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007

Percentage of Village with Good Iodized Salt by District/City in Kepulauan Riau, 2007

NO

Jumlah Desa/Kel dg Garam Beryodium yg Baik

% Desa/Kel dg Garam beryodium yg BaikJumlah Desa/Kel DisurveiKabupaten/Kota

District/City

Page 189: Profil Kepulauan Riau 2007

Tabel 34Table 34

Pelayanan Dasar Gigi/ Basic Dental Service

Tumpatan Gigi Tetap /

Pencabutan Gigi Tetap / Jumlah

Rasio Tambal/ Cabut

Jumlah Murid SD

Murid SD/MI Diperiksa / Primary Students

Checked -up

Jumlah Perlu Perawatan

Jumlah Mendapat

% Mendapat Perawatan

Total Need Treatment Get Treatment % of Get

Treatment1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 121 Karimun 120 1,783 1,903 0.07 26,397 470 1.78 470 366 77.87

2 Bintan 354 1,349 1,703 0.26 32,409 27,962 86.28 9,337 2,582 27.65

3 Natuna 383 2,359 2,742 0.16 14,413 1,480 10.27 612 604 98.69

4 Lingga 84 1,381 1,465 0.06 27,681 1,661 6.00 431 229 53.13

5 Batam 2,518 11,638 14,156 0.22 52,646 15,711 29.84 7,794 4,736 60.76

6 Tanjungpinang 331 2,974 3,305 0.11 14,832 11,331 76.40 2,731 2,731 100.00

3,790 21,484 25,274 0.18 168,378 58,615 34.81 21,375 11,248 52.62

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

Murid SD/MI / Primary Students

Tooth Plug Permanently

Pluck Tooth Permanently TOTAL Ratio of

Plug/Pluck

Jumlah (Provinsi) / Total (Province)

Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007Dental and Mouth Service in Health Centre by District/City in Kepulauan Riau, 2007

%

NO

UKGS (Prom + Prev) / School Dental Health Effort(Promotion + Prevention)

Kab./Kota / District/City

Number of Primary Students

Page 190: Profil Kepulauan Riau 2007

Tabel 35Table 35

Penyuluhan Kesehatan / Health ElucidationJumlah Seluruh Kegiatan

Penyuluhan KelompokJumlah Kegiatan Penyuluhan

Massa Jumlah

District/City All of Group Elucidation Activities Number of Mass Elucidation Activities Total

1 2 3 4 51 Karimun 1,091 98 1,189 2 Bintan 334 - 334 3 Natuna 64 - 64 4 Lingga 110 44 154 5 Batam 1,189 - 1,189 6 Tanjungpinang 1,742 11 1,753

Puskesmas / Health Centre 4,530 153 4,683 1 Karimun - - - 2 Bintan - - - 3 Natuna - - - 4 Lingga 48 48 96 5 Batam 98 - 98 6 Tanjungpinang - 43 43

146 91 237 1 Karimun - - - 2 Bintan - - - 3 Natuna - - - 4 Lingga 12 12 24 5 Batam 3 - 3 6 Tanjungpinang - - -

15 12 27

4,691 256 4,947

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

Jumlah Kegiatan Penyuluhan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007Number of Health Elucidation in Kepulauan Riau Province in 2007

Jumlah (Provinsi) / Total (Province)

Dinkes Kab/Kota / Districal Health Office

Rumah Sakit / Hospital

Kabupaten/KotaNO

Page 191: Profil Kepulauan Riau 2007

Tabel 36Table 36

Askes Jamsostek Askeskin Lainnya Jumlah

District/City Population Health Assurance

Labor Force has Social Assurance

Poor card/ Poor Health

AssuranceOthers Total

1 2 3 4 5 6 7 8 91 Karimun 216,221 8,772 - 30,373 - 39,145 18.10 2 Bintan 122,677 15,865 - 14,934 17,795 48,594 39.61 3 Natuna 93,424 5,617 - 31,136 50,000 86,753 92.86 4 Lingga 86,894 2,747 - 20,104 9,600 32,451 37.35 5 Batam 695,739 14,727 100,158 37,033 104,239 256,157 36.82 6 Tanjungpinang 177,963 28,374 4,771 30,389 - 63,534 35.70

1,392,918 76,102 104,929 163,969 181,634 526,634 37.81

Persentase / Percentage 5.46 7.53 11.77 13.04 37.81

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

Jumlah (Provinsi) / Total (Province)

Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007Pre-paid Health Assurance Coverage by District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

NO

%

Jumlah PendudukKabupaten/Kota Number of Pre Paid Health Assurance Participants

Jumlah Peserta Jaminan Kesehatan Pra Bayar

Page 192: Profil Kepulauan Riau 2007

Tabel 37Table 37

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 121 Karimun 30,373 30,373 100 23,676 77.951 5,083 16.74 502 502 100 2 Bintan 37,567 14,934 39.75 0 - 0.00 964 - - 3 Natuna 8,820 8,820 100 - 0 - 0.00 - - - 4 Lingga 13,020 8,983 68.99 0 0.00 53 53 100 5 Batam 76,625 37,033 48.33 37,602 49.073 90 0.12 35 35 100 6 Tanjungpinang 30,389 30,389 100 6,376 20.981 1,428 4.70 34 34 100

196,794 130,532 66.33 67,654 34.378 6,601 3.35 1,588 624 39.29

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

Jumlah/ Total

Jumlah Bayi Masy.Miskin/

Number of Poor's Babies

Bayi Masy.Miskin BGM Mendapat MP-ASI / Number of Poor's Babies Under

Red-line Get Additional Meal of Breast-feeding

Jumlah/ Total

Jumlah (Provinsi) / Total (Province)

%%%Rawat

Jalan/ Out-patient

Rawat Inap/ In-patient

Cakupan Pelayanan Kesehatan MAsyarakat Miskin Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007Health Services for The Poor in Kepulauan Riau Province in 2007

Pelayanan Bayi Masy. Miskin / Service for The Poor's Babies

Mendapat Yankes / Get Health ServiceNO

Masyarakat Miskin / Poor People

%

Dicakup Askeskin/ Covered by Askeskin

Kabupaten/Kota / District/City Jumlah yg

Ada / Exist

Page 193: Profil Kepulauan Riau 2007

Tabel 38Table 38

Jumlah Pekerja Formal Jumlah yang DilayaniFormal Employ Served

1 2 3 4 51 Karimun - - -

2 Bintan - - -

3 Natuna 7,117 7,117 100

4 Lingga - - -

5 Batam 237,662 - -

6 Tanjungpinang 52,490 33,145 -

297,269 40,262 13.54

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007

Pelayanan Kesehatan Kerja / Labour Health Service

Jumlah (Provinsi) / Total (Province)

Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

Kabupaten/Kota/ District/City

Persentase Pelayanan Kesehatan Kerja pada Pekerja Formal Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007

Percentage of Labor Health Service for Formal Employ by District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

NO%

Page 194: Profil Kepulauan Riau 2007

Tabel 39Table 39

Jumlah Dilayani Kes Jumlah Dilayani Kes Jumlah Dilayani Kes

District/City Total Health Service Total Health

Service Total Health Service

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 111 Karimun 9,151 4,163 45.49 6,250 5,775 92.40 15,401 9,938 64.53

2 Bintan 19,793 14,971 75.64 27,854 16,118 57.87 47,647 31,089 65.25

3 Natuna 15,805 977 6.18 6,124 2,533 41.36 21,929 3,510 16.01

4 Lingga 5,684 1,645 28.94 4,942 1,819 36.81 10,626 3,464 32.60

5 Batam 12,549 11,832 94.29 7,733 5,274 68.20 20,282 17,106 84.34

6 Tanjungpinang 10,893 9,012 82.73 12,570 9,679 77.00 23,463 18,691 79.66

73,875 42,600 57.66 65,473 41,198 62.92 139,348 83,798 60.14

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

Usila (60th+) / Elderly (60th +)

Pra Usila (45-59 th) / Pre Elderly (45-59 years)

Jumlah (Provinsi) / Total (Province)

Cakupan Pelayanan Kesehatan Pra Usila dan Usila Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007Health Service Coverage to Pre Elderly and Elderly by District/City In Kepulauan Riau Province, 2007

NO% % %

Pra Usila dan Usila / Pre Elderly and ElderlyKabupaten/Kota

Page 195: Profil Kepulauan Riau 2007

Tabel 40Table 40

Jumlah WUS Jumlah yang Diberi Kapsul Yodium

% Yang Diberi Kapsul Yodium

District/City Number of Endemic Village Reproductive Women Receive Iodine Capsul % of Receive Iodine

Capsul1 2 3 4 5 61 Karimun - - - -

2 Bintan - - - -

3 Natuna - - - -

4 Lingga - - - -

5 Batam - - - -

6 Tanjungpinang - - - -

- - - -

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

Cakupan Wanita Usia Subur (WUS) Mendapat Kapsul Yodium menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007

Jumlah (Provinsi) / Total (Province)

Coverage of Reproductive Aged Women Recieve Iodine by District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

NOKabupaten/Kota Jumlah Desa/Kel

Endemis

WUS Di Desa/Kel. Endemis Sedang & Berat / WUS in Middle & Severe Endemic Village

Page 196: Profil Kepulauan Riau 2007

Tabel 41Table 41

Jumlah Pendonor Jml Sample Darah Diperiksa Jml Positif HIV/AIDS % Positif HIV/AIDS

Blood Transfution Unit Blood Donor Blood Sample Checked HIV Positive % of HIV/AIDS Positive1 2 3 4 5 61 NATUNA

RSUD NATUNA 12 12 - - RSL PALMATAK 45 45 - -

2 KarimunRSUD Karimun * * * *

3 TPIUTDC RSUD Tg.Pinang 1,741 1,741 53 3.04

4 BatamRSU Batu Aji * * * *RSU Budi Kemuliaan * * * *RSOB * * * *

5 LinggaRSL Daik * * * *

1,798 1,798 53 2.95

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

Persentase Donor Darah Skrining Terhadap HIV/AIDS Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007Percentage of Blood Donor Screening againts HIV/AIDS by District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

Jumlah (Provinsi) / Total (Province

NO

Donor Darah / Blood DonorUnit Transfusi Darah

Page 197: Profil Kepulauan Riau 2007

Tabel 42Table 42

Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, rawat Inap, Pelayanan Gangguan Jiwa di Sarana Pelayanan KesehatanMenurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007

Number of Outpatient Visit, Inpatient, Mental Disorder Service at Health Facility by District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

NOSarana Pelayanan

Kesehatan Kabupaten/Kota Jumlah Kunjungan / Number of Visit Kunjungan Gangguan Jiwa / Mental Disorder Visit

Rawat Inap Rawat Jalan Jumlah Jumlah %Health Facility District/City Inpatient Outpatient Total Total

1 2 3 4 5 6 7 8 91 Puskesmas 1 Karimun 2,050 85,295 87,345 35 0.04

2 Bintan 2,217 101,054 103,271 - - 3 Natuna 1,049 75,832 76,881 167 0.22 4 Lingga 1,180 37,444 38,624 17 0.04 5 Batam 387 391,241 391,628 21 0.01 6 Tanjungpinang - 114,356 114,356 10 0.01

Sub Jumlah I I Sub Total I 6,883 805,222 812,105 250 0.03 1 RS 1 Karimun 7,076 27,994 35,070 71 0.20

2 Bintan - - - - - 3 Natuna 2,173 5,716 7,889 - - 4 Lingga - - - - - 5 Batam 31,584 349,792 381,376 - - 6 Tanjungpinang 61,894 18,811 80,705 - -

Sub Jumlah III Sub Total II 102,727 402,313 505,040 71 0 Jumlah (Propinsi) / Total (Province) 109,610 1,207,535 1,317,145 321 Jumlah Penduduk (Propinsi) / Population (Province) 1,392,918 1,392,918 Jumlah Pelayanan / Total ServicesCakupan Kunjungan (%) / Coverage of Visits (%) 7.37 28.88Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

Page 198: Profil Kepulauan Riau 2007

Tabel 43Table 43

Labkes 4 (Empat) Spesialis Dasar

Labkes 4 (Empat) Spesialis Dasar

Health Facilities Total Medlab 4 (Four) Basic Specialists

Medlab 4 (Four) Basic Specialists

1 2 3 4 5 6 7 8 91 1 Karimun 1 1 1 100 100

2 Bintan - - - - - 3 Natuna 3 3 2 100 66.67 4 Lingga 1 1 4 100 400 5 Batam 2 2 2 100 100 6 Tanjungpinang 1 1 1 100 100

2 1 Karimun 1 1 - 100 - 2 Bintan 1 1 - 100 - 3 Natuna - - - - - 4 Lingga - - - - - 5 Batam 9 9 5 100 55.56 6 Tanjungpinang 1 1 1 100 100

3 1 Karimun - - - - 2 Bintan - - - - 3 Natuna - - - - 4 Lingga - - - - 5 Batam - - - - 6 Tanjungpinang - - - -

Tabel 43 (Lanjutan……)Table 43 (Continue…..)

Labkes 4 (Empat) Spesialis Dasar Labkes 4 (Empat) Spesialis

Dasar

Health Facilities Total Medlab 4 (Four) Basic Specialists

Medlab 4 (Four) Basic Specialists

1 2 3 4 5 6 7 8 94 1 Karimun - - - - -

2 Bintan - - - - - 3 Natuna - - - - - 4 Lingga - - - - - 5 Batam 11 11 - 100 - 6 Tanjungpinang - - - - -

5 1 Karimun 9 9 - 100 - 2 Bintan 7 7 100.00 - 3 Natuna 16 7 43.75 - 4 Lingga 5 1 20 - 5 Batam - - - - 6 Tanjungpinang 4 4 - 100 -

77 65 23 84.42 Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

% Jumlah yang Memiliki / % of Total OwnJumlah

Jumlah yang Memiliki / Total Own

Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Menurut Kemampuan Labkes dan Memiliki 4 Spesialis DasarMenurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007

Number of Health Facilities by Medical Laboratory Capability and Having 4 Basic Specialistsby District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

Jumlah (Provinsi) / Total (Province)

District/City

NOSarana Kesehatan Kabupaten/Kota

Rumah Sakit Umum / General Hospital

Rumah Sakit Umum Swasta/ Private General Hospital

Rumah Sakit Jiwa / Mental Disorder Hospital

Rumah Sakit Khusus / Specific Hospital

Puskesmas / Health Centre

Jumlah yang Memiliki / Total Own

% Jumlah yang Memiliki / % of Total Own

District/City

NOSarana Kesehatan Kabupaten/Kota Jumlah

Page 199: Profil Kepulauan Riau 2007

Tabel 44 Tabel 44 (lanjutan……….)Table 44 Table 44 (continuing……)

Jml/Total % Jml/Total % Jml/Total % Jml/Total % Jml/Total % Jml/Total % Jml/Total %1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 1 2 15 16 17 18 19 20 21 22 231 Amoksisilin sirup kering 125 mg/5 ml 7,200 10,720 148.9 8,280 8,282 100.0 12,687 43,680 344.3 9,960 2,732 27.4 1 Amoksisilin sirup kering 125 mg/5 ml 1,800 25,750 1430.6 25,596 5,480 21.4 65,523 96,644 147.52 Amoksisilin kapsul 250 mg 444 525 118.2 744 497 66.8 3,142 780 24.8 504 352 69.8 2 Amoksisilin kapsul 250 mg 5,616 1,638 29.2 348 30 8.6 10,798 3,822 35.43 Amoksisilin kapsul 500 mg 2,748 2,758 100.4 2,496 1,533 61.4 3,780 4,800 127.0 2,856 3,556 124.5 3 Amoksisilin kapsul 500 mg 6,744 22,969 340.6 2,040 582 28.5 20,664 36,198 175.24 Antasida DOEN tablet 72 65 90.3 1,320 1,817 137.7 208 444 213.5 276 17 6.2 4 Antasida DOEN tablet 504 532 105.6 72 248 344.4 2,452 3,123 127.45 Antalgin tablet 500 mg 36 58 161.1 36 2,246 6238.9 151 780 516.6 1,440 185 12.8 5 Antalgin tablet 500 mg 540 1,083 200.6 48 121 252.1 2,251 4,473 198.76 Deksametason inj 5 mg/ml-2ml 36 69 191.7 72 23 31.9 370 456 123.2 72 16 22.2 6 Deksametason inj 5 mg/ml-2ml - 317 #DIV/0! 24 65 270.8 574 946 164.87 Dektrometorfan sirup 10 mg/5 ml 696 1,106 158.9 3,000 3,315 110.5 3,600 10,800 300.0 8,328 1,450 17.4 7 Dektrometorfan sirup 10 mg/5 ml 7,920 16,324 206.1 240 520 216.7 23,784 33,515 140.98 Dekstrometorfan tablet 15 mg 648 90 13.9 108 118 109.3 450 408 90.7 96 142 147.9 8 Dekstrometorfan tablet 15 mg 696 997 143.2 - 81 #DIV/0! 1,998 1,836 91.99 Difenhidramin HCl inj 10 mg/ml-1 ml 12 37 308.3 96 81 84.4 6 288 4800.0 732 221 30.2 9 Difenhidramin HCl inj 10 mg/ml-1 ml 72 154 213.9 96 175 182.3 1,014 956 94.3

10 Gliseril Guaiakolat tablet 100 mg 60 95 158.3 168 115 68.5 700 396 56.6 300 83 27.7 10 Gliseril Guaiakolat tablet 100 mg 480 736 153.3 84 112 133.3 1,792 1,537 85.811 Glukosa larutan infus 5 % steril 2,040 6,310 309.3 5,040 3,805 75.5 5,356 19,200 358.5 8,160 2,054 25.2 11 Glukosa larutan infus 5 % steril - 3,503 #DIV/0! - #DIV/0! 20,596 34,872 169.312 Ibuprofen tablet 200 mg 312 760 243.6 288 338 117.4 - - #DIV/0! 1,980 94 4.7 12 Ibuprofen tablet 200 mg 1,200 524 43.7 288 627 217.7 4,068 2,343 57.613 Kloramfenikol kapsul 250 mg - 27 ##### 72 330 458.3 230 984 427.8 - - #DIV/0! 13 Kloramfenikol kapsul 250 mg 1,680 558 33.2 12 29 241.7 1,994 1,928 96.714 Kotrimoksazol 480 mg 288 772 268.1 936 529 56.5 740 1,080 145.9 1,200 274 22.8 14 Kotrimoksazol 480 mg 1,680 3,973 236.5 420 314 74.8 5,264 6,942 131.915 Klorfeniramini maleat tablet 4 mg 180 255 141.7 336 56 16.7 700 828 118.3 312 282 90.4 15 Klorfeniramini maleat tablet 4 mg 912 783 85.9 1,164 300 25.8 3,604 2,504 69.516 Natrium klorida infus 0.9 % steril 1,416 6,981 493.0 2,520 3,290 130.6 5,000 9,456 189.1 2,664 498 18.7 16 Natrium klorida infus 0.9 % steril - 1,747 #DIV/0! 12 124 1033.3 11,612 22,096 190.317 Parasetamol tablet 500 mg 300 655 218.3 3,300 1,928 58.4 544 636 116.9 - - #DIV/0! 17 Parasetamol tablet 500 mg 1,032 787 76.3 1,800 250 13.9 6,976 4,256 61.018 Ringer Laktat infus steril 12 11 91.7 7,680 4,175 54.4 5,000 12,960 259.2 1,200 3,520 293.3 18 Ringer Laktat infus steril - 1,139 #DIV/0! 36 38 105.6 13,928 21,843 156.819 Infus set dewasa 816 725 88.8 3,180 1,528 48.1 2,075 5,040 242.9 4,500 242 5.4 19 Infus set dewasa - 1,288 #DIV/0! - #DIV/0! 10,571 8,823 83.520 Infus set anak 36 1,183 3286.1 780 2,762 354.1 645 2,160 334.9 1,800 1,475 81.9 20 Infus set anak 300 784 261.3 - #DIV/0! 3,561 8,364 234.921 Tetrasiklin 250 mg 60 73 121.7 24 27 112.5 21 204 971.4 408 79 19.4 21 Tetrasiklin 250 mg - - #DIV/0! 36 0.0 549 383 69.8

PROGRAM - #DIV/0! PROGRAM22 Vitamin B Kompleks 2,724 3,980 146.1 180 22 12.2 362 672 185.6 252 118 46.8 22 Vitamin B Kompleks 300 464 154.7 108 64 59.3 3,926 5,320 135.523 Retinol 200.000 IU 14,880 51,654 347.1 - 675 #DIV/0! 180 1,944 1080.0 - 100 #DIV/0! 23 Retinol 200.000 IU 5,916 7,203 121.8 - #DIV/0! 20,976 61,576 293.624 Tablet Tambah Darah 24 213 887.5 - 13,360 #DIV/0! 600 1,200 200.0 1,200 4,180 348.3 24 Tablet Tambah Darah 432 2,938 680.1 7,524 18,505 245.9 9,780 40,396 413.025 Garam Oralit 12 91 758.3 ##### 16,300 97.0 905 1,032 114.0 372 18 4.8 25 Garam Oralit 420 613 146.0 - 81 #DIV/0! 18,509 18,135 98.026 Klorokuin tablet 36 98 272.2 24 94 391.7 512 612 119.5 192 512 266.7 26 Klorokuin tablet 60 99 165.0 12 15 125.0 836 1,430 171.127 PPC inj 84 361 429.8 - #DIV/0! 100 192 192.0 - #DIV/0! 27 PPC inj - #DIV/0! - #DIV/0! 184 553 300.528 OAT Kat. 1 192 393 204.7 300 48 16.0 - - #DIV/0! - #DIV/0! 28 OAT Kat. 1 396 94 23.7 120 72 60.0 1,008 607 60.229 OAT Kat. 2 - ##### - #DIV/0! - - #DIV/0! - #DIV/0! 29 OAT Kat. 2 60 - 0.0 - #DIV/0! 60 - 0.030 OAT Kat. 3 - ##### 24 8 33.3 - - #DIV/0! - #DIV/0! 30 OAT Kat. 3 - #DIV/0! - #DIV/0! 24 8 33.331 OAT Kat. Sisipan - 6 ##### 12 - 0.0 - - #DIV/0! - #DIV/0! 31 OAT Kat. Sisipan 24 6 25.0 - #DIV/0! 36 12 33.332 OAT Kat. Anak 24 17 70.8 24 6 25.0 - - #DIV/0! - #DIV/0! 32 OAT Kat. Anak 360 - 0.0 - #DIV/0! 408 23 5.633 Prednison Tablet 96 319 332.3 120 157 130.8 160 144 90.0 348 105 30.2 33 Prednison Tablet 384 763 198.7 108 79 73.1 1,216 1,567 128.934 Asam Askorbat 50 mg 48 181 377.1 96 250 260.4 270 480 177.8 348 380 109.2 34 Asam Askorbat 50 mg 336 574 170.8 36 97 269.4 1,134 1,962 173.0

Ketersediaan Obat Sesuai Dengan Kebutuhan Pelayanan Kesehatan DasaProvinsi Kepulauan Riau Tahun 2007

Avabiality of Medicines According to Basic Health Service Need in Kepulauan Riau Province Year 2007

Ketersediaan Obat Sesuai Dengan Kebutuhan Pelayanan Kesehatan Dasa

Avabiality of Medicines According to Basic Health Service Need in Kepulauan Riau Province Year 2007Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007

Karimun BintanNO Jenis Obat*/ Kind of Medicines

Kebutuhan/

Need

Ketersediaan/ AvabialityKebutuhan/

Need

Ketersediaan/ Avabiality Kebutuhan/

Need

etersediaan/ AvabialitNatuna Kab. Lingga Batam TPI Provinsi

Kebutuhan/

Need

etersediaan/ AvabialitNOKebutuha

n/Need

etersediaan/ AvabialitJenis Obat*Kebutu

han/Need

etersediaan/ Avabialit Kebutuhan/

Need

Ketersediaan/ Avabiality

Page 200: Profil Kepulauan Riau 2007

Tabel 45Table 45

Jumlah Dipantau Ber PHBS District/City Be Observed Do PHBS

1 2 4 5 61 Karimun 250 123 49.20

2 Bintan 7,085 4,227 59.66

3 Natuna 210 11 5.24

4 Lingga 16,641 2,549 15.32

5 Batam 2,100 844 40.19

6 Tanjungpinang 2,520 575 22.82

28,806 8,329 28.91

Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007

Rumah Tangga / Household

Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007

%NO Kabupaten/Kota

Jumlah (Provinsi) / Total (Province)

Percentage of Household Live Clean and Healthy by District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

Page 201: Profil Kepulauan Riau 2007

Tabel 46Table 46

%

Pratama Madya Purnama Mandiri Jumlah Pratama Madya Purnama Mandiri Jumlah Posyandu Aktif

District/City Pratama Madya Purnama Mandiri Total Pratama Madya Purnama Mandiri Total% of

Active Posyandu

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 131 Karimun 9 85 79 10 183 4.92 46.45 43.17 5.46 100 48.63 2 Bintan 4 50 77 2 133 3.01 37.59 57.89 1.50 100 59.40 3 Natuna 47 40 40 15 142 33.10 28.17 28.17 10.56 100 38.73 4 Lingga 25 64 9 - 98 25.51 65.31 9.18 - 100 9.18 5 Batam 100 119 31 11 261 38.31 45.59 11.88 4.21 100 16.09 6 Tanjungpinang 4 51 49 10 114 3.51 44.74 42.98 8.77 100 51.75

189 409 285 48 931 20.30 43.93 30.61 5.16 100 35.77

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

Jumlah (Provinsi) / Total (Province)

Kabupaten/Kota

Jumlah dan Persentase Posyandu Menurut Strata dan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007Number and Percentage of Integrated Service Post (Posyandu) by Strata and District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

NO

Jumlah Posyandu / Total of Posyandu Persentase Posyandu / Percentage of Posyandu

Page 202: Profil Kepulauan Riau 2007

Tabel 47Table 47

Rumah / House

Jumlah Seluruhnya Jumlah Diperiksa % Diperiksa Jumlah Sehat % Sehat

District/City All Checked % of Checked Healthy % of Healthy1 2 3 4 5 6 71 Karimun 24,866 15,318 61.60 9,882 64.51 2 Bintan 24,196 7,085 29.28 4,227 59.66 3 Natuna 27,553 5,914 21.46 5,589 94.50 4 Lingga 16,621 9,161 55.12 7,199 78.58 5 Batam 121,517 10,938 9.00 9,229 84.38 6 Tanjungpinang 52,950 44,256 83.58 37,099 83.83

267,703 92,672 34.62 73,225 79.02

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

Jumlah (Provinsi) / Total (Province)

Persentase Rumah Sehat Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007Percentage of Healthy House by District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

NOKabupaten/Kota

Page 203: Profil Kepulauan Riau 2007

Tabel 48Table 48

Lede

ng

SPT

SGL

PAH

Kem

asan

Lain

nya

Jum

lah

Lede

ng

SPT

SGL

PAH

Kem

asan

Lain

nya

Jum

lah

District/City Number of Families

Families Checked

% of Families Checked Pl

umbe

r w

ell

Arte

sis

Dug

Wel

l

Rai

n C

atch

W

ell

Pack

age

Oth

ers

Tota

l

Plum

ber

wel

l

Arte

sis

Dug

Wel

l

Rai

n C

atch

W

ell

Pack

age

Oth

ers

Tota

l

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 191 Karimun 42,178 26,196 62.11 8,661 1,288 21,354 6,160 - 4,715 42,178 20.53 3.05 50.63 14.60 0 11.18 1002 Bintan 29,290 7,405 25.28 2,455 - 4,622 - 16 323 7,416 33.10 0.00 62.32 0.00 0.22 4.36 1003 Natuna 27,339 5,417 19.81 190 - 38 - - - 228 83.33 0.00 16.67 0.00 0 0.00 1004 Lingga 15,926 7,814 49.06 2,391 11 3,263 261 - 127 6,053 39.50 0.18 53.91 4.31 0 2.10 1005 Batam 209,588 48,210 23.00 33,494 10 9,600 5,106 - - 48,210 69.48 0.02 19.91 10.59 0 0.00 1006 Tanjungpinang 30,025 589 1.96 399 68 79 7 36 - 589 67.74 11.54 13.41 1.19 6.1 0.00 100

354,346 95,631 26.99 47,590 1,377 38,956 11,534 52 5,165 104,674 45.46 1.32 37.22 11.02 0.05 4.93 100

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

Jumlah (Provinsi) / Total (Province)

Persentase Keluarga Memiliki Akses Air Bersih Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007Percentage of Families Have Access to Clean Water by District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

NO

Jumlah Keluarga Diperiksa

% Akses Air Bersih / % of Clean Water AccessJumlah

Keluarga yang Ada

Akses Air Bersih / Clean Water Access

Kab./Kota%

Keluarga Diperiksa

Page 204: Profil Kepulauan Riau 2007

Tabel 49Table 49

Jum

lah

KK

ya

ng

dipe

riks

a

Jum

lah

KK

ya

ng

mem

ilki

Jum

lah

Seha

t

% K

K

Mem

iliki

% S

ehat

Jum

lah

KK

ya

ng

dipe

riks

a

Jum

lah

KK

ya

ng

mem

ilki

Jum

lah

Seha

t

% K

K

Mem

iliki

% S

ehat

Jum

lah

KK

ya

ng

dipe

riks

a

Jum

lah

KK

ya

ng

mem

ilki

Jum

lah

Seha

t

% K

K

Mem

iliki

% S

ehat

District/City Household

Che

cked

Ow

n

Hea

lthy

% o

f Ow

n

% o

fHea

lthy

Che

cked

Ow

n

Hea

lthy

% o

f Ow

n

% o

fHea

lthy

Che

cked

Ow

n

Hea

lthy

% o

f Ow

n

% o

fHea

lthy

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

1 Karimun 42,178 42,178 28,856 28,856 68.415 100 40,629 28,972 28,972 71.31 100 42,178 32,621 59,148 77.34 77.342 Bintan 29,290 7,085 4,240 * 59.845 * 4,980 2,388 * 47.95 * 4,580 1,858 * 40.57 40.573 Natuna 27,339 850 850 * 100 * 22 22 * 100 * - - * * *4 Lingga 15,926 7,604 5,720 * 75.224 * 7,604 4,200 * 55.23 * 7,604 2,432 * 31.98 31.985 Batam 209,588 17,296 17,724 14,076 102.47 79.418 94 78 52 82.98 66.67 1 1 * 100.00 100.006 Tanjungpinang 30,025 320 266 245 83.125 92.105 553 464 375 83.91 80.82 320 232 219 72.50 72.50

354,346 75,333 57,656 43,177 76.535 74.887 53,882 36,124 29,399 67.04 81.38 54,683 37,144 59,367 67.93 67.93

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

Jumlah (Provinsi) /Total (Province)

Tempat Sampah / Garbage Bin

Keluarga Dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Families with Basic Sanitation Facilities Ownership by District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

Pengelolaan Air Limban / Liquid Waste Treatment

NO Jumlah KKKabupaten/Kota

Jamban / Toilet

Page 205: Profil Kepulauan Riau 2007

Tabel 50Table 50

Jum

lah

yang

ad

a

Jum

lah

dipe

riksa

Jum

lah

Seha

t

% S

ehat

Jum

lah

yang

ad

a

Jum

lah

dipe

riksa

Jum

lah

Seha

t

% S

ehat

Jum

lah

yang

ad

a

Jum

lah

dipe

riksa

Jum

lah

Seha

t

% S

ehat

Jum

lah

yang

ad

a

Jum

lah

dipe

riksa

Jum

lah

Seha

t

% S

ehat

Jum

lah

yang

ad

a

Jum

lah

dipe

riksa

Jum

lah

Seha

t

% S

ehat

District/City

Exis

t

Che

cked

Hea

lthy

% o

f he

alth

y

Exis

t

Che

cked

Hea

lthy

% o

f he

alth

y

Exis

t

Che

cked

Hea

lthy

% o

f he

alth

y

Exis

t

Che

cked

Hea

lthy

% o

f he

alth

y

Exis

t

Che

cked

Hea

lthy

% o

f he

alth

y

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 221 Karimun 58 - - - 110 44 35 79.55 18 14 13 92.86 235 214 202 94.39 421 272 250 91.91 2 Bintan 15 15 11 73.33 65 65 45 69.23 8 8 6 75.00 209 209 154 73.68 297 297 216 72.7273 Natuna 8 - - - 100 50 39 78.00 1 1 - - 10 2 2 100.00 119 53 41 77.3584 Lingga 10 10 9 90 78 78 77 98.72 4 4 4 100 31 15 15 100.00 123 107 105 98.1315 Batam 51 10 10 100 314 68 58 85.29 27 19 16 84.21 398 194 151 77.84 790 291 235 80.7566 Tanjungpinang 57 32 26 81.25 99 42 35 83.33 3 3 2 66.67 79 61 55 90.16 238 138 118 85.507

199 67 56 83.58 766 347 289 83.29 61 49 41 83.67 962 695 579 83.31 1,988 1,158 965 83.33

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

Persentase Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) Sehat Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007

Hotel / Hotel Pasar / Market

TUPM LAINNYA / Others TUPM

Restoran/R-Makan /Restaurant

Kabupaten/Kota

Jumlah (Provinsi) / Total (Province)

Percentage of Healthy Public Place and Food Handling (TPUM) by District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

NO

JUMLAH TUPM / Number of TUPM

Page 206: Profil Kepulauan Riau 2007

Jml Dibina Jml Dibina Jml Dibina Jml Dibina Jml Dibina Jml Dibina

District/City Total Guided Total Guided Total Guided Total Guided Total Guided Total Guided

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 201 Karimun 11 11 100 188 188 100 258 258 100 135 135 100 1,579 1,579 100 2,171 2,171 100 2 Bintan 485 319 65.773 977 397 40.63 1,229 388 31.57 518 134 25.87 328 74 22.56 3,371 1,312 38.92 3 Natuna 1 - 0 206 - 0 71 - 0 - - 0 1 - 0 278 - - 4 Lingga 64 61 95.313 107 101 94.39 186 155 83.33 96 76 79.17 - - 0 450 393 87.33 5 Batam 131 43 32.824 341 207 60.70 710 374 52.68 92 55 59.78 210 11 5.24 1,396 690 49.43 6 Tanjungpinang 207 207 100 134 134 100 179 - 0 186 - 0 117 - 0 823 341 41.43

899 641 71.30 1,953 1,027 52.59 2,633 1,175 44.626 1,027 400 38.948 2,235 1,664 74.45 8,489 4,907 57.80

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

Jumlah (Provinsi)/ Total (Province)

Kab./Kota

Sarana Lain / Other Facilities

Sarana Kesehatan / Health Facilities

% % % %

Sarana Pendidikan / Education Facilities

Sarana Ibadah / Religion Facilities

Tabel 51Table 51

%

Perkantoran / Office

Percentage of Institution Being Built for Environment Health by District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

NO%

Persentase Institusi Dibina Kesehatan Lingkungannya Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 20

Jumlah / Total

Page 207: Profil Kepulauan Riau 2007

Tabel 52Table 52

Jumlah % Jumlah %District/City Total % Total %

1 2 3 4 5 6 71 Karimun 24,866 4,615 18.56 4,263 92.37 2 Bintan 24,196 15,100 62.41 12,456 82.49 3 Natuna 27,553 - - - - 4 Lingga 16,621 8,053 48.45 2,766 34.35 5 Batam 237,769 307,152 129.18 238,832 77.76 6 Tanjungpinang 52,950 20,960 39.58 17,507 83.53

383,955 355,880 92.69 275,824 77.50

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

Jumlah (Provinsi) / Total (Province)

Persentase Rumah/Bangunan yang Diperiksa dan Bebas Jentik Nyamuk AedesMenurut Kabupaten/Kota dan Puskesmas Provinsi Kepulauan Riau

Percentage of House/Building Checked and Free of Mosquito Larva by District/City in Kepulauan Riau Province Year 2007

Rumah/Bangunan Bebas Jentik / House/Building Free of Mosquito LarvaKabupaten/Kota

NO

Jumlah Rumah/Bangunan

yang Ada /House/Building

Exist

Rumah/Bangunan Diperiksa / House/Building Checked

Page 208: Profil Kepulauan Riau 2007

Tabel 53Table 53

Jml Jml Jml Jml Jml Jml JmlTotal Total Total Total Total Total Total Total

1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 191

69 57.98 218 63.56 6 27.27 3 30.00 8 4.00 4 36.36 - - 308 57.68

2 29 24.37 114 33.24 8 36.36 3 30.00 15 65.22 2 18.18 2 33.33 173 32.40 3 - - - - - - - - - - - - - - - -

4 18 15.13 - - 3 13.64 - - - - - - - - 21 3.93

5 3 2.52 11 3.21 5 22.73 4 40.00 - - 5 45.45 4 66.67 32 5.99 119 100 343 100 22 100 10 100 23 100 11 100 6 100 534 100

1

43 75.44 180 91.84 8 80.00 6 60.00 10 90.91 9 52.94 3 15.00 259 80.69

2 3 5.26 - - - - - - - - - - - - 3 0.93 3

- - - - - - - - - - - - - - - -

4 10 17.54 - - - - - - - - - - - - 10 3.12

5 1 1.75 16 8.16 2 20.00 4 40.00 1 9.09 8 47.06 17 85.00 49 15.26 57 100.00 196 100.00 10 100.00 10 100.00 11 100.00 17 100.00 20 100.00 321 100.00

1

40 62.50 147 67.12 4 36.36 6 54.55 3 18.75 2 25.00 2 14.29 204 59.48

2 22 34.38 61 27.85 5 45.45 4 36.36 12 75.00 2 25.00 4 28.57 110 32.07 3

- - - - - - - - - - - - - - - -

4 - - - - - - - - - - - - - - - -

5 2 3.13 11 5.02 2 18.18 1 9.09 1 6.25 4 50.00 8 57.14 29 8.45 64 100 219 100 11 100 11 100 16 100 8 100 14 100 343 100

Tabel 53 (Lanjutan…………….)Table 53 (Continue……………)

Jml Jml Jml Jml Jml Jml JmlTotal Total Total Total Total Total Total Total

1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 191

19 70.37 130 78.79 2 33.33 2 1.00 - - 2 40.00 - - 155 71.76

2 7 25.93 20 12.12 2 33.33 1 25.00 1 33.33 - - - - 31 14.35 3 - - - - - - - - - - - - - - - -

4 - - - - - - - - - - - - - - - -

5 1 3.70 15 9.09 2 33.33 1 25.00 - - 3 60.00 8 100.00 30 13.89 27 100 165 100 6 100 4 100 3 100 5 100 8 100 216 100

1

62 25.10 224 20.44 15 15.15 13 37.14 12 13.48 13 52.00 2 6.67 341 21.04

2 176 71.26 850 77.55 74 74.75 20 57.14 72 80.90 5 20.00 8 26.67 1,205 74.34 3

- - - - - - - - - - - - - - - -

4- - - - - - - - - - - - - - - -

5 9 3.64 22 2.01 10 10.10 2 5.71 5 5.62 7 28.00 20 66.67 75 4.63 247 100 1,096 100 99 100 35 100 89 100 25 100 30 100 1,621 100

1

18 25.35 105 36.71 8 42.11 4 33.33 4 14.81 7 38.89 - - 146 33.33

2 43 60.56 155 54.20 9 47.37 6 50.00 21 77.78 1 5.56 3 60.00 238 54.34 3

- - 12 4.20 - - - - - - - - - - 12 2.74

4 8 11.27 5 1.75 - - - - - - 7 38.89 1 20.00 21 4.79

5 2 2.82 9 3.15 2 10.53 2 16.67 2 7.41 3 16.67 1 20.00 21 4.79 71 100 286 100 19 100 12 100 27 100 18 100 5 100 438 100

Tabel 53 (Lanjutan…………..)Table 53 (Continue………….)

Jml Jml Jml Jml Jml Jml JmlTotal Total Total Total Total Total Total Total

1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 191

- - - - - - - - - - - - - - - -

2 9 60.00 22 68.75 - - - - 3 60.00 1 50.00 - - 35 48.61 3 - - - - - - - - - - - - - - - - 4 1 6.67 1 3.13 3 50.00 - - - - - - - - 5 6.94 5 5 33.33 9 28.13 3 50.00 2 100.00 2 40.00 1 50.00 10 100.00 32 44.44

15 100 32 100 6 100 2 100 5 100 2 100 10 100 72 100 1

251 41.83 1,004 42.96 43 24.86 34 40.48 37 44.05 37 43.02 7 70.00 1,413 39.86

2 289 48.17 1,222 52.29 98 56.65 34 40.48 124 72.09 11 12.79 17 170.00 1,795 50.63 Ratio per 100.000 penduduk = 254.50 3 - - 12 0.51 - - - - - - - - - - 12 0.34 4 37 6.17 6 0.26 6 3.47 - - - - 7 8.14 1 10.00 57 1.61 5 23 3.83 93 3.98 26 15.03 16 19.05 11 6.40 31 36.05 68 680.00 268 7.56

600 100 2,337 100 173 100 84 100 172 100 86 100 93 930.00 3,545 100 Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

Teknis Medis /

%

Farmasi / Gizi /

% %

UNIT KERJA

NO

Kab

./Kot

a /

Dis

trict

/City UNIT KERJA

Work Unit

Work Unit

Jlh / Total

Dinkes / Health OfficeJlh / Total

Institusi Diklat/Diknakes / Training Ctr/Health School

% % %

Tenaga Kesehatan / Health ManpowerMedis / Perawat & Farmasi / Gizi / Teknis Medis / Sanitasi /

Persebaran Tenaga Kesehatan Menurut Unit Kerja Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007The Distribution of Health Personnels by Work Unit in Kepulauan Riau Province, 2007

Kab

./Kot

a /

Dis

trict

/City

%Work Unit

Tenaga Kesehatan / Health Manpower

%%%

Kesmas / Public Health

Kesmas / Jumlah%% % % %

JumlahSanitasi / Sanitation

%

Gizi / Nutrition

Teknis Medis / Medical

%%%

Medis / Medic

Perawat & Bidan / Nurse

Farmasi / Pharmacy

Bat

am

Puskesmas (tmsk Pustu & Polindes/Poskesdes) / HC (include Sub-HC and Village Delivery Hut )

Kar

imun

Puskesmas (tmsk Pustu & Polindes/Poskesdes) / HC (include Sub-HC and Village Delivery Hut )Rumah Sakit / Hospital

Puskesmas (tmsk Pustu & Polindes/Poskesdes) / HC (include Sub-HC and Village Delivery Hut )

Ling

ga

NO

Rumah Sakit / Hospital

Bin

tan

Nat

una

Jlh / Total

UNIT KERJA

Institusi Diklat/Diknakes / Training Ctr/Health School

Puskesmas (tmsk Pustu & Polindes/Poskesdes) / HC (include Sub-HC and Village Delivery Hut )Rumah Sakit / Hospital

3

Sarana Kes lain/ Other Health FacilitiesDinkes / Health Office

Institusi Diklat/Diknakes / Training Ctr/Health School Sarana Kes lain/ Other Health Facilities

Institusi Diklat/Diknakes / Training Ctr/Health School Sarana Kes lain/ Other Health FacilitiesDinkes / Health OfficeJlh / Total

Dinkes / Health OfficeJlh / Total

Institusi Diklat/Diknakes / Training Ctr/Health School

3

The Distribution of Health Personnels by Work Unit in Kepulauan Riau Province, 2007

Puskesmas (tmsk Pustu & Polindes/Poskesdes) / HC (include Sub-HC and Village Delivery Hut )Rumah Sakit / Hospital

Persebaran Tenaga Kesehatan Menurut Unit Kerja Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007

NO

Kab

./Kot

a /

Dis

trict

/City

Sarana Kes lain/ Other Health FacilitiesDinkes / Health OfficeJlh / Total

Institusi Diklat/Diknakes / Training Ctr/Health School

Rumah Sakit / Hospital

Sarana Kes lain/ Other Health Facilities

Dinkes / Health Office

%

Tanj

ungp

inan

g

Puskesmas (tmsk Pustu & Polindes/Poskesdes) / HC (include Sub-HC and Village Delivery Hut )Rumah Sakit / Hospital

Sarana Kes lain/ Other Health Facilities

Persebaran Tenaga Kesehatan Menurut Unit Kerja Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007The Distribution of Health Personnels by Work Unit in Kepulauan Riau Province, 2007

Tenaga Kesehatan / Health Manpower

3

Kesmas / Jumlah%%%

Sanitasi /

%

Medis / Perawat &

Jlh / Total

Pro

vins

i

Puskesmas (tmsk Pustu & Polindes/Poskesdes) / HC (include Sub-HC and Village Delivery Hut )Rumah Sakit / HospitalInstitusi Diklat/Diknakes / Sarana Kes lain/ Other Health Dinkes / Health Office

TOTA

L

Puskesmas (tmsk Pustu & Polindes/Poskesdes) / HC (include Sub-HC and Village Delivery Hut )Rumah Sakit / HospitalInstitusi Diklat/Diknakes / Sarana Kes lain/ Other Health Dinkes / Health OfficeJlh / Total

Page 209: Profil Kepulauan Riau 2007

Tabel 54Table 54

Unit Kerja / Work Unit

Kab./Kota PKM RS PKM RS PKM RS PKM RS PKM RS PKM RS PKM RS PKM RS

District/City HC Hospital HC Hospital HC Hospital HC Hospital HC Hospital HC Hospital HC Hospital HC Hospital

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 181 Karimun 69 41 215 147 6 17 3 3 5 14 4 2 1 2 303 226 2 Bintan 60 0 204 - 8 - 7 - 10 - 9 - 5 - 303 - 3 Natuna 40 22 147 61 4 5 6 4 3 12 2 2 2 4 204 110 4 Lingga 19 6 126 17 2 2 1 - 2 1 - - - - 150 26 5 Batam 69 176 224 850 15 74 13 20 12 72 13 5 2 5 348 1,202 6 Tanjungpinang 18 35 114 102 7 3 3 3 5 7 5 1 - 1 152 152 7 Provinsi - 7 - 21 - - - - - 4 - 1 - - - 33

275 280 1,030 1,177 42 101 33 30 37 106 33 10 10 12 1,460 1,749

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 200Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

22 3,209

Kesmas / Public Health Jumlah / Total

SubtotalTotal 555 2,207 143 63 143 43

Jumlah Tenaga Kesehatan di Sarana Pelayanan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007Number of Health Manpower at Health Service Facilities in Kepulauan Riau Province, 2007

NO

Tenaga Kesehatan / Health Personnels

Medis / Medic

Perawat & Bidan / Nurse and

Midwife

Farmasi / Pharmacy

Gizi / Nutrition

Teknis Medis/ Medical

Technique

Sanitasi / Sanitation

Page 210: Profil Kepulauan Riau 2007

Tabel 55 Tabel 55Table 55 Table 55

Kab./Kota District/City

Kab/Kota / District /City

Dr. Spesialis Dr Umum Drg Jlh Dr Keluarga

Dr. Spesialis

Dr Umum Drg Jlh Dr Keluarga

Dr. Spesialis

Dr Umum Drg Jlh Dr Keluarga Dr. Spesialis

Dr Umum Drg Jlh Dr Keluarga Dr. Spesialis

Dr Umum Drg Jlh Dr Keluarga Dr. Spesialis

Dr Umum Drg Jlh Dr Keluarga Dr. Spesialis

Dr Umum Drg Jlh Dr Keluarga

Dr. Spesialis Dr Umum Drg Jlh Dr Keluarga

Unit Kerja / Work Unit

Specialist DrGeneral

DrDentist Total Family Dr

Specialist Dr

General Dr

Dentist Total Family DrSpecialist

DrGeneral Dr Dentist Total Family Dr

Specialist Dr

General Dr Dentist Total Family DrUnit Kerja / Work Unit

Specialist Dr

General Dr Dentist Total Family Dr Specialist DrGeneral

DrDentist Total Family Dr

Specialist Dr

General Dr Dentist Total Family Dr Specialist Dr General Dr Dentist Total Family Dr

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 1 2 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 33 34 35 36 371 Puskesmas / HC - 55 14 69 36 2 29 12 43 - - 27 13 40 - - 12 7 19 - 1 Puskesmas / HC - 52 17 62 - - 11 7 18 - - - - - - 2 186 70 251 36

2 Rumah Sakit / Hospital 16 11 2 29 - - 2 1 3 - 10 10 2 22 - 4 2 1 7 - 2 Rumah Sakit / Hospital 93 68 15 176 - 25 15 3 43 - 1 7 1 9 - 149 115 25 289 -

3 Institusi Diklat/Diknakes / Training Ctr/Health School - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 3

Institusi Diklat/Diknakes / Training Ctr/Health

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

4 Sarana Kes lain/ Other Health Facilities - 17 1 18 - 1 9 - 10 - - - - - - - - - - - 4 Sarana Kes lain/

Other Health - - - - - 3 4 1 8 - - 1 - 1 - 4 31 2 37 -

5 Dinkes / Health Office - 2 1 3 - - 1 - 1 - - 2 - 2 - - 1 - 1 - 5 Dinkes / Health Office - 5 4 9 - - 2 - 2 - - 5 - 5 - - 18 5 23 -

16 85 18 119 36 3 41 13 57 - 10 39 15 64 - 4 15 8 27 - 93 125 36 247 - 28 32 11 71 - 1 13 1 15 - 155 350 102 600 36

8,121.83 6.10 1.29 0.22 2.94 0.93 0.72 2.80 1.08 0.29 1.08 0.57 6.68 8.97 2.58 2.01 2.30 0.79 42.27 - 11.13 25.13 7.32

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 200

Jumlah Tenaga Medis di Sarana Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Number of Medical Staffs at Health Facilities in Kepulauan Riau Province, 2007

Jumlah Tenaga Medis di Sarana Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Number of Medical Staffs at Health Facilities in Kepulauan Riau Province, 2007

Rasio thdp 100.000 Pddk / Ratio per 100,000 pop

Tenaga Medis / Medical Staffs Tenaga Medis / Medical Staffs

TOTAL / Total TOTAL / Total

NO

KARIMUN BINTAN NATUNA T O T A L

Tenaga Medis / Medical Staffs Tenaga Medis / Medical Staffs Tenaga Medis / Medical Staffs

PROVINSI LINGGA

Rasio thdp 100.000 Pddk / Ratio per 100,000 pop

Tenaga Medis / Medical Staffs Tenaga Medis / Medical Staffs Tenaga Medis / Medical StaffsNO

BATAM TJ.PINANG

Page 211: Profil Kepulauan Riau 2007

Tabel 56 Tabel 56 (Lanjutan..)Table 56 Table 56 (Continue….)

Pkm RS Diknakes

Sarkes Lain

Dinkes Jml

Rasio Thd

100.000 Pddk

Pkm RS Diknakes

Sarkes Lain

Dinkes

Jml

Rasio Thd

100.000 Pddk

Pkm RS Diknakes

Sarkes Lain

Dinkes Jml

Rasio Thd

100.000 Pddk

Pkm RS Diknakes

Sarkes Lain

Dinkes Jml

Rasio Thd

100.000 Pddk

Pkm RS Diknakes

Sarkes Lain

Dinkes Jml

Rasio Thd

100.000 Pddk

Pkm RS Diknakes

Sarkes Lain

Dinkes Jml

Rasio Thd

100.000 Pddk

Pkm RS Diknakes

Sarkes Lain

Dinkes

JmlRasio Thd

100.000 Pddk

Pkm RS Diknakes

Sarkes Lain

Dinkes

Jml

Rasio Thd

100.000 Pddk

HC Hosp Health School

Other Health

Facilities

Health Off

TotalRatio per 100,000

popHC Hosp Health

School

Other Health

Facilities

Health Off

TotalRatio per 100,000

popHC Hosp Health

School

Other Health

Facilities

Health Off

TotalRatio per 100,000

popHC Hosp Health

School

Other Health

Facilities

Health Off

TotalRatio per 100,000

popHC Hosp Health

School

Other Health

Facilities

Health Off

TotalRatio per 100,000

popHC Hosp Health

School

Other Health

Facilities

Health Off

Total

Ratio per

100,000 pop

HC Hosp Health School

Other Health

Facilities

Health Off

TotalRatio per 100,000

popHC Hosp Health

School

Other Health

Facilities

Health Off

TotalRatio per 100,000

pop

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 1 2 3 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59

1 Apoteker / Pharmacist 1 2 - 1 4 8 3.99 1 - - - - 1 0.86 1 4 - - 2 7 7.91 - 1 - - - 1 1.21 1 Apoteker /

Pharmacist 1 7 - - 4 12 1.95 3 4 - - 2 9 5.36 - - - 1 1 2 7 18 - 2 13 40 2.87

2 S1 FARMASI/ S1 Pharmacy - 1 - - - 1 0.50 - - - - 2 2 1.71 - - - - - - - - - - - 2 2 2.41 2 S1 FARMASI /

S1 Pharmacy - 9 - - - 9 1.46 1 - - - - 1 0.60 - - - - - 1 10 - - 4 15 1.08

3 DIII-FARMASI / D3 Pharmacy 1 1 - - 1 3 1.50 3 - - - - 3 2.57 2 1 - - - 3 3.39 1 1 - - - 2 2.41 3 DIII-FARMASI /

D3 Pharmacy - 15 - - 1 16 2.60 - - - - - - 0.00 - - - 2 2 4 5 18 - 2 4 29 2.08

4 Ass Apoteker / Pharmacy Ass 4 4 - 2 - 10 4.98 4 - - - - 4 3.42 1 - - - - 1 1.13 1 - - - - 1 1.21 4 Ass Apoteker /

Pharmacy Ass 14 43 - - 5 62 10.06 4 5 - - 2 11 6.55 - - - - - - 28 52 - 2 7 89 6.39

5 Jumlah / Total 6 8 - 3 5 22 10.96 8 - - - 2 10 8.56 4 5 - - 2 11 12.43 2 2 - - 2 6 7.23 Jumlah / Total 15 74 - - 10 99 16.07 8 9 - - 4 21 12.50 - - - 3 3 6 41 98 - 6 28 173 12.42

1D-IV/S1 GIZI / S1 /D-IV Nutrition

- - - - - - - - - - - 1 1 0.86 - - - - 0 - - - - - - - - 0.00 1D-IV/S1 GIZI / S1/D-IV Nutrition

- 1 - - - 1 0.16 - - - - 1 1 0.60 - - - - - - - 1 - - 2 3 0.22

2 D-III GIZI /D-III Nutrition 2 3 - - 3 8 3.99 2 - - - 3 5 4.28 5 4 - - 1 10 11.30 2 1 - - 1 4 4.82 2 D-III GIZI /

D-III Nutrition 11 11 - - 2 24 3.90 1 5 - - - 6 3.57 - - - - 2 2 23 24 - - 12 59 4.24

3 D-I GIZI / D-I Nutrition 1 - - - 1 2 1.00 4 - - - - 4 3.42 1 - - - - 1 1.13 - - - - - - 0.00 3 D-I GIZI /

D-I Nutrition 2 8 - - - 10 1.62 3 1 - - 1 5 2.98 - - - - - - 11 9 - - 2 22 1.58

4 Jumlah / Total

3 3 - - 4 10 4.98 6 - - - 4 10 8.56 6 4 - - 1 11 12.43 2 1 - - 1 4 4.82 Jumlah / Total

13 20 - - 2 35 5.68 4 6 - - 2 12 7.14 - - - - 2 2 34 34 - - 16 84 6.03

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

Jumlah Tenaga Kefarmasian dan Gizi di Sarana Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Jumlah Tenaga Kefarmasian dan Gizi di Sarana Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007

GIZ

I

BATAM TANJUNGPINANG PROVINSI

GIZ

IK

EFA

RM

ASI

AN

NATUNA

Unit Kerja / Work Unit Unit Kerja / Work Unit

KEF

AR

MA

SIA

N

LINGGA

Unit Kerja / Work Unit

Tenaga Kesehatan / Health Staffs

NO

KARIMUN

Unit Kerja / Work Unit

BINTAN

Number of Pharmacist and Nutritionist at Health Facilities in Kepulauan Riau Province, 2007 Number of Pharmacist and Nutritionist at Health Facilities in Kepulauan Riau Province, 2007

NO

TOTAL

Unit Kerja / Work UnitUnit Kerja / Work Unit Unit Kerja / Work UnitUnit Kerja / Work Unit

Kab./Kota District/city

Tenaga Kesehatan / Health Staffs

Kab./Kota District/city

Page 212: Profil Kepulauan Riau 2007

Tabel 57 Tabel 57 (Lanjutan….)Table 57 Table 57 (Continue…..)

Pkm RSDiknakes

Sarkes Lain Dinkes Jml

Rasio Thd 100.000

PddkPkm RS

Diknakes

Sarkes Lain Dinkes Jml

Rasio Thd 100.000

PddkPkm RS

Diknakes

Sarkes Lain Dinkes Jml

Rasio Thd 100.000

PddkPkm RS

Diknakes

Sarkes Lain Dinkes Jml

Rasio Thd 100.000

PddkPkm RS

Diknakes

Sarkes Lain Dinkes Jml

Rasio Thd 100.000

PddkPkm RS

Diknakes

Sarkes Lain Dinkes Jml

Rasio Thd 100.000

PddkPkm RS

Diknakes

Sarkes Lain Dinkes Jml

Rasio Thd

100.000 Pddk

Pkm RSDiknakes

Sarkes Lain Dinkes Jml

Rasio Thd 100.000

Pddk

HC HospHealth School

Other Health

Facilities

Health Off

TotalRatio per 100,000

popHC Hosp

Health School

Other Health Facilities

Health Off

TotalRatio per 100,000

popHC Hosp

Health School

Other Health Facilities

Health Off

TotalRatio per 100,000

popHC Hosp

Health School

Other Health Facilities

Health Off

TotalRatio per 100,000

popHC Hosp

Health School

Other Health Facilities

Health Off

TotalRatio per 100,000

popHC Hosp

Health School

Other Health Facilities

Health Off

TotalRatio per 100,000

popHC Hosp

Health School

Other Health Facilities

Health Off

Total

Ratio per

100,000 pop

HC HospHealth School

Other Health Facilities

Health Off

TotalRatio per 100,000

pop

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 1 2 3 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59

1S1 Keperawatan / S1 Nursing

- 2 - - - 2 1.00 2 - - - 1 3 2.57 - 1 - - - 1 1.13 - 2 - - 1 3 3.62 1S1 Keperawatan / S1 Nursing

- 15 - - 1 16 2.60 - - - - - - 0.00 - - - - - - 2 20 - - 3 25 1.79

2 DIII- Perawat/ D3-Nurse 63 76 - - 3 142 70.77 52 - - - 4 56 47.91 74 44 - - 6 124 140.11 78 13 - - 9 100 120.57 2 DIII- Perawat/

D3-Nurse 67 594 - - 7 668 108.43 19 144 10 5 5 183 108.96 - 17 - 1 8 26 353 888 10 6 42 1,299 93.26

3 SPK / Health Nursing School 60 15 - - 3 78 38.87 55 - - - 5 60 51.34 22 8 - - 2 32 36.16 25 2 - - 1 28 33.76 3 SPK / Health

Nursing School 58 153 - - 3 214 34.74 20 - - - - 20 11.91 - - - - - - 240 178 - - 14 432 31.01

4 Jlh / Total 123 93 - - 6 222 110.64 109 - - - 10 119 101.82 96 53 - - 8 157 177.40 103 17 - - 11 131 157.94 4 Jlh / Total 125 762 - - 11 898 145.76 39 144 10 5 5 203 120.86 - 17 - 1 8 26 595 1,086 10 6 59 1,756 126.07

1 DIII-Bidan / DIII Midwife 50 10 - - 2 62 30.90 9 - - - 1 10 8.56 49 8 - - 3 60 67.79 6 1 - - 3 10 12.06 1 DIII-Bidan /

DIII Midwife 18 56 - - 1 75 12.17 24 - - - - 24 14.29 - 5 - - 1 6 156 80 - - 11 247 17.73

2 Bidan / Midwife 45 11 - - 3 59 29.41 62 - - - 5 67 57.33 2 - - - - 2 2.26 21 2 - - 1 24 28.94 2 Bidan /

Midwife 81 32 - - 10 123 19.96 42 11 2 - 4 59 35.13 - - - - - - 253 56 2 - 23 334 23.98

3Jlh / Total 95 21 - - 5 121 60.31 71 - - - 6 77 65.88 51 8 - - 3 62 70.05 27 3 - - 4 34 40.99 3 Jlh / Total 99 88 - - 11 198 32.14 66 11 2 - 4 83 49.42 - 5 - - 1 6 409 136 2 - 34 581 41.71

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

Jumlah Tenaga Keperawatan di Sarana Kesehatan di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007

BID

AN

PER

AW

AT

NATUNAUnit Kerja / Work Unit

KARIMUNUnit Kerja / Work Unit

BINTAN

Number of Nursing Personnels at Health Facilities in Kepulauan Riau Province, 2007

Unit Kerja / Work Unit

BID

AN

BATAM TANJUNGPINANG

PER

AW

AT

Jumlah Tenaga Keperawatan di Sarana Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2006

NO

Tenaga Kesehatan /Health Personnels

Kab/Kota/ District/City

Number of Nursing Personnels at Health Facilities in Kepulauan Riau Province, 2006

JUMLAHUnit Kerja / Work UnitUnit Kerja / Work UnitUnit Kerja / Work Unit

Kab/Kota/ District/City

Tenaga Kesehatan /Health Personnels

NO

PROVINSIUnit Kerja / Work Unit

LINGGAUnit Kerja / Work Unit

Page 213: Profil Kepulauan Riau 2007

Tabel 58 Tabel 58 (Lanjutan…)Table 58 Table 58 (Continue….)

Pkm RS Diknakes

Sarkes Lain

Dinkes Jml

Rasio Thd

100.000 Pddk

Pkm RS Diknakes

Sarkes Lain

Dinkes Jml

Rasio Thd

100.000 Pddk

Pkm RS Diknakes

Sarkes Lain

Dinkes Jml

Rasio Thd

100.000 Pddk

Pkm RS Diknakes

Sarkes Lain

Dinkes Jml

Rasio Thd

100.000 Pddk

Pkm RS Diknakes

Sarkes Lain

Dinkes Jml

Rasio Thd

100.000 Pddk

Pkm RS Diknakes

Sarkes Lain

Dinkes JmlRasio Thd

100.000 Pddk

Pkm RS Diknakes

Sarkes Lain

Dinkes Jml

Rasio Thd

100.000 Pddk

Pkm RS Diknakes

Sarkes Lain

Dinkes

Jml

Rasio Thd

100.000 Pddk

HC Hosp Health School

Other Health Facilities

Health Off

Total

Ratio per

100,000 pop

HC Hosp Health School

Other Health Facilities

Health Off

TotalRatio per 100,000

popHC Hosp Health

School

Other Health Facilities

Health Off

TotalRatio per 100,000

popHC Hosp Health

School

Other Health Facilities

Health Off

TotalRatio per 100,000

popHC Hosp Health

School

Other Health Facilities

Health Off

TotalRatio per 100,000

popHC Hosp Health

School

Other Health Facilities

Health Off

TotalRatio per 100,000

popHC Hosp Health

School

Other Health Facilities

Health Off

TotalRatio per 100,000

popHC Hosp Health

School

Other Health Facilities

Health Off

Total

Ratio per

100,000 pop

1SKM/S2 Kesmas / S1/S2 PH

- 2 - - 4 6 2.93 3 - - - 17 20 16.97 2 4 - - 8 14 15.59 - - - - 8 8 9.90 1SKM/S2 Kesmas / S1/S2 PH

2 5 - - 20 27 3.96 - 2 - 1 1 4 2.46 - - - - 10 10 0.75 7 13 - 1 68 89 6.39

2 DIII-Kesmas / DIII-PH - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 2 DIII-Kesmas /

DIII-PH - 3 - - - 3 0.44 - 1 - - - 1 0.62 - - - - - - - - 4 - - - 4 0.29

- 2 - - 4 6 2.93 3 - - - 17 20 16.97 2 4 - - 8 14 15.59 - - - - 8 8 9.90 2 8 - - 20 30 4.40 - 3 - 1 1 5 3.08 - - - - 10 10 0.75 7 17 - 1 68 93 6.68

3DIII-Sanitasi /DIII-Sanitation

2 1 - - 4 7 3.42 5 - - - 3 8 6.79 1 2 - - 3 6 6.68 1 - - - 2 3 3.71 3 DIII-Sanitasi /DIII-Sanitation 10 3 - - 5 18 2.64 2 1 - 7 3 13 8.01 - 1 - - - 1 0.07 21 8 - 7 20 56 4.02

4 DI-Sanitasi / DIII Sanitation 2 1 - - 1 4 1.96 4 - - - 5 9 7.64 1 - - - 1 2 2.23 1 - - - 1 2 2.48 4 DI-Sanitasi /

DIII Sanitation 3 2 - - 2 7 1.03 5 - - - - 5 3.08 - - - - - - - 16 3 - - 10 29 2.08

4 2 - - 5 11 5.38 9 - - - 8 17 14.43 2 2 - - 4 8 8.91 2 - - - 3 5 6.19 13 5 - - 7 25 3.67 7 1 - 7 3 18 11.08 - 1 - - - 1 0.07 37 11 - 7 30 85 6.10 Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007 Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 200Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007 Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

Jumlah/ Total

Jumlah/ Total

Jumlah/ Total

Jumlah/ Total

Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat di Sarana Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Sanitasi di Sarana Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007

Unit Kerja / Work UnitBATAM TANJUNGPINANG PROVINSI

NO

KARIMUNUnit Kerja / Work Unit

TOTALUnit Kerja / Work UnitUnit Kerja / Work Unit

NATUNAUnit Kerja / Work Unit

LINGGA

NO

KES

MA

SSA

NIT

ASI

KES

MA

SSA

NIT

ASI

Number of Public Health Personnels at Health Facilities in Kepulauan Riau Province, 2007

Kab/Kota/ District/City

Tenaga Kesehatan/ Health Personnels

Kab/Kota/ District/City

Tenaga Kes / Health Personnels

Number of Public Health Personnels at Health Facilities in Kepulauan Riau Province, 2007

Unit Kerja / Work Unit Unit Kerja / Work UnitUnit Kerja / Work UnitBINTAN

Page 214: Profil Kepulauan Riau 2007

Tabel 59 Tabel 59 (Lanjutan…..)Table 59 Table 59 (Continue….)

Analis Lab TEM &P.Rontgen

Penata Anestesi

Fisioterapi Analis Lab TEM &

P.RontgenPenata

AnestesiFisiote

rapi Analis Lab TEM &P.Rontgen

Penata Anestesi

Fisioterapi Analis Lab TEM &

P.RontgenPenata

AnestesiFisiote

rapi Analis Lab TEM &P.Rontgen

Penata Anestesi

Fisioterapi Analis Lab TEM &

P.RontgenPenata

AnestesiFisiote

rapi Analis Lab TEM &P.Rontgen

Penata Anestesi

Fisioterapi Analis Lab TEM &

P.RontgenPenata

AnestesiFisiote

rapi

Lab AnalystRonthent Operator

Anesthesia Operator

Physioterapy

Lab Analyst

Ronthent Operator

Anesthesia Operator

Physioterapy

Lab Analyst

Ronthent Operator

Anesthesia Operator

Physioterapy

Lab AnalystRonthent Operator

Anesthesia Operator

Physioterapy

Lab AnalystRonthent Operator

Anesthesia Operator

Physioterapy

Lab AnalystRonthent Operator

Anesthesia Operator

Physioterapy

Lab AnalystRonthent Operator

Physioterapy

Physioterapy Lab AnalystRonthent Operator

Anesthesia Operator

Physioterapy

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 1 2 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 341 Pkm / HC 5 1 2 - 6 2 2 - 3 - - - 1 - - - 1 Pkm / HC 12 - - - 4 - - - - - - - 31 3 4 - 2 RS / Hospital 3 9 1 2 - - - - 7 2 1 2 - - 1 - 2 RS / Hospital 35 22 4 11 6 7 4 4 1 2 - - 52 42 11 19

3 Diknakes / Health School - - - - - - - - - - - - - - - - 3 Diknakes / Health

School - - - - - - - - - - - - - - - -

4 Sarkes Lain / Others Health Facility - - - - - - - - - - - - - - - - 4 Sarkes Lain / Others

Health Facility - - - - - - - - - - - - - - - -

5 Dinkes / Health Office - - - - - - - 1 - - 1 - - - - - 5 Dinkes / Health Office 5 - - - 2 - - - 1 - 1 - 8 - 2 1

8 10 3 2 6 2 2 1 10 2 2 2 1 - 1 - 52 22 4 11 12 7 4 4 2 2 1 - 91 45 17 20

3.99 4.98 1.50 1.00 5.13 1.71 1.71 0.86 11.30 2.26 2.26 2.26 1.21 - 1.21 - 8.44 3.57 0.65 1.79 7.14 4.17 2.38 2.38 6.81 3.37 1.27 1.50

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007 Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007 Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

Tenaga Teknis Kesehatan/ Medical Technique

LINGGATenaga Teknis Kesehatan/

Medical TechniqueTenaga Teknis Kesehatan/

Medical TechniqueTenaga Teknis Kesehatan/

Medical TechniqueNO

Kab./KotaDistrict/City

Unit Kerja/ Work Unit

Jumlah (Provinsi) / Total (Province)

Tenaga Teknis Kesehatan/ Medical Technique

Jumlah (Provinsi) / Total (Province)

Rasio Thd 100.000 Pddk/ Ratio per 100,000 pop

Rasio Thd 100.000 Pddk/ Ratio per 100,000 pop

Tenaga Teknis Kesehatan/ Medical Technique

Tenaga Teknis Kesehatan/ Medical Technique

Tenaga Teknis Kesehatan/ Medical Technique

Jumlah Tenaga Teknis Medis di Sarana Pelayanan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Jumlah Tenaga Teknis Medis di Sarana Pelayanan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007

BATAM TANJUNGPINANG PROVINSIBINTAN NATUNAKARIMUN

Number of Medical Technique Personnels at Health Facilities in Kepulauan Riau Province, 2007

TOTAL

Number of Medical Technique Personnels at Health Facilities in Kepulauan Riau Province, 2007

Unit Kerja / Work Unit

Kab./KotaDistrict/City

NO

Page 215: Profil Kepulauan Riau 2007

Tabel 60 Tabel 60 (Lanjutan…..)Table 60 Table 60 (Continue….)

Kab/Kota/ District/City Kab/Kota/ District/City

Sumber Biaya / Budget Source Rupiah % Rupiah % Rupiah % Rupiah % Sumber Biaya /

Budget Source Rupiah % Rupiah % Rupiah % Rupiah %

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 11 12 13 14 15 16 17 18

1 APBD KAB/KOTARegency APBD 55,209,916,952 71.25 28,034,055,038 93.21 167,292,424,025 89.75 30,000,000,000 77.85 1 APBD KAB/KOTA

Regency APBD 86,583,584,512 91.59 21,649,565,438 74.46 0 0.00 388,769,545,965 71.80

2 APBD PROVINSI Provincial APBD 185,031,000 0.24 - 0 - 0.00 - 0.00 2 APBD PROVINSI

Provincial APBD 1,100,000,000 1.16 52,186,000 0.18 52,463,687,587 61.49 53,800,904,587 9.943 APBN : 10,412,141,000 - 0 11,133,000,000 5.97 2,500,000,000 6.49 3 APBN : 3,423,007,000 3.62 613,527,000 2.11 14,095,536,000 16.52 42,177,211,000 7.79

- Dana Alokasi Khusus (DAK) Specific alocation budget 1,310,973,242 1.69 2,041,000,000 6.79 6,865,382,701 3.68 3,404,889,583 8.84 - Dana Alokasi Khusus (DAK)

Specific alocation budget 2,105,360,000 2.23 5,912,527,000 20.33 - 0.00 21,640,132,526 4.00- Askeskin / Insurance for the Poor 9,101,167,758 11.746 0 - 0.00 0.00 - Askeskin /

Insurance for the Poor 1,317,647,000 1.39 436,137,999 1.50 - 0.00 10,854,952,757 2.00

- Lain-lain (sebutkan)/ Others - 0 - 0 - 0.00 - 0.00 - Lain-lain (sebutkan)/ Others - 0.00 - 0 - 0.00 - 0.00

4 PINJAMAN/HIBAH LUAR NEGERI (PHLN) Loan (Grant) 1,264,220,000 1.63 - 0 1,115,620,000 0.60 - 0.00 4 PINJAMAN/HIBAH LUAR NEGERI

(PHLN) Loan (Grant) - 0.00 360,490,000 1.24 18,765,450,000 21.99 21,505,780,000 3.97

5 SUMBER PEMERINTAH LAIN Others Source of Government - 0 - 0 - 0.00 2,629,110,417 6.82 5 SUMBER PEMERINTAH LAIN

Others Source of Government - 0.00 52,186,000 0.18 - 0.00 2,681,296,417 0.50

77,483,449,952 100 30,075,055,038 100 186,406,426,726 100 38,534,000,000 100 94,529,598,512 100 29,076,619,437 100 85,324,673,587 100 541,429,823,252 100

613,631,145,552 547,000,000,000 1,900,000,000,000 514,000,000,000 875,000,000,000 533,000,000,000 1,300,000,000,000 6,282,631,145,552

9.00 5.13 8.80 5.84 9.90 4.06 4.04 6.19

358,353.03 245,156.43 1,995,273.45 443,459.85 135,869.34 163,385.76 388,701.86

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 20 Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 20Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007 Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

ANGGARAN KESEHATAN BERSUMBER:Health Budget Source :

ANGGARAN KESEHATAN BERSUMBER:Health Budget Source :

Anggaran Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007Health Bugdeting in Kepulauan Riau Province, 2007

Anggaran Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007Health Bugdeting in Kepulauan Riau Province, 2007

LINGGAKARIMUN TANJUNGPINANGBINTAN

TOTAL ANGGARAN KESEHATAN / Total Health BudgetTOTAL APBD KAB/KOTA / Regency APBD Total% APBD KESEHATAN THD APBDKAB/KOTA / % of Health APBD Toward Total Regency APBDANGGARAN KESEHATAN PERKAPITA / Health Budget per capita (Rp)

ANGGARAN KESEHATAN PERKAPITA / Health Budget per capita (Rp)

% APBD KESEHATAN THD APBDKAB/KOTA / % of Health APBD Toward Total Regency APBD

TOTAL ANGGARAN KESEHATAN / Total Health BudgetTOTAL APBD KAB/KOTA / Regency APBD Total

NATUNA

NO Alokasi Biaya Kesehatan / BATAM

Alokasi Biaya Kesehatan Alokasi Biaya Kesehatan / Alokasi Biaya Kesehatan / Alokasi Biaya Kesehatan / Alokasi Biaya Kesehatan / NO

TOTALAlokasi Biaya Kesehatan /

PROPINSIAlokasi Biaya Kesehatan /

Page 216: Profil Kepulauan Riau 2007

Tabel 61 Tabel 61 (Lanjutan….)Table 61 Table 61 (Continue….)

Pem.Pusat

Pemp.Prov

Pem. Kab/ Kota

TNI/Polri BUMN Swasta Jlh

Pem.Pusat

Pemp.Prov

Pem.Kab/Kota

TNI/Polri BUMN Swasta Jlh

Pem.Pusat

Pemp.Prov

Pem.Kab/Kota

TNI/Polri BUMN Swasta Jlh

Pem.Pusat

Pemp.Prov

Pem.Kab/Kota

TNI/Polri BUMN

Swasta Jlh

Pem.Pusat

Pemp.Prov

Pem.Kab/Kota

TNI/Polri BUMN

Swasta Jlh

Pem.Pusat

Pemp.Prov

Pem.Kab/Kota

TNI/Polri BUMN

Swasta Jlh

Central Gov.

Provincial Gov.

Regency Gov.

Soldier/Police

Government's

IncPrivate Total

Central Gov.

Provincial Gov.

Regency Gov.

Soldier/Police

Government's

IncPrivate Total

Central Gov.

Provincial

Gov.

Regency Gov.

Soldier/

Police

Government's

IncPrivate Total

Central Gov.

Provincial Gov.

Regency Gov.

Soldier/Police

Government's

IncPrivate Total

Central Gov.

Provincial

Gov.

Regency Gov.

Soldier/

Police

Government's

IncPrivate Total

Central Gov.

Provincial Gov.

Regency Gov.

Soldier/Police

Government's

Inc

Private Total

1 RS. Umum /General Hosp - - 1 - - 1 2 - 1 - - - 1 2 - - 2 1 - - 3 1 RS. Umum /General Hosp - - 1 - - - 1 - - 1 - 1 9 11 - - 1 1 - - 2 2 RS. Jiwa / Mental Hospital - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 2 RS. Jiwa / Mental Hospital - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 3 RS. Bersalin /Delivery Hospital - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 3 RS. Bersalin /Delivery Hospital - - - - - - - - - - - - 1 1 - - - - - - -

4 RS. Khusus Lainnya / Other Specific Hospital

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 4 RS. Khusus Lainnya / Other Specific Hospital

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

5 Puskesmas Perawatan / HC with bed

- - 3 - - - 3 - - 3 - - - 3 - - 11 - - - 11 5 Puskesmas Perawatan / HC with bed

- - 2 - - - 2 - - 3 - - - 3 - - 1 - - - 1

6 Puskesmas non-perawatan / HC without bed

- - 6 - - - 6 - - 4 - - - 4 - - 5 - - - 5 6 Puskesmas non-perawatan / HC without bed

- - 3 - - - 3 - - 8 - - - 8 - - 3 - - - 3

7 Puskesmas Keliling / Circular HC - - 17 - - - 17 - - 16 - - - 16 - - 12 - - - 12 7 Puskesmas Keliling / Circular HC - - 4 - - - 4 - - 40 - - - 40 - - 6 - - - 6 8 Puskesmas Pembantu / Sub-HC - - 35 - - - 35 - - 32 - - - 32 - - 63 - - - 63 8 Puskesmas Pembantu / Sub-HC - - 38 - - - 38 - - 42 - - - 42 - - 12 - - - 12

9 Rumah Bersalin / Delivery House - - - - 1 1 2 - - - - - 7 7 - - - - - - - 9 Rumah Bersalin / Delivery House - - - - - - - - - - - - 43 43 - - 2 2 - 13 17

10 Balai Pengobatan/Klinik / Clinic - - 2 - - - 2 - - - - - 18 18 - - - 3 - - 3 10 Balai Pengobatan/Klinik / Clinic - - - - - - - - - - - - 134 134 - - 1 2 - 31 34

11 Praktek Dokter Bersama / Joint Practitioner - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 11 Praktek Dokter Bersama /

Joint Practitioner - - - - - - - - - - - - 1 1 - - - - - 12 12

12 Praktek Dokter Perorangan / Individual Practitioner

- - - - - - - - - 1 2 4 30 37 - - - - - 1 1 12 Praktek Dokter Perorangan / Individual Practitioner

- - - - - - - - - - - - 91 91 - - - - - 3 3

13 Praktek Pengobatan Tradisional / Traditional Medication - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 13 Praktek Pengobatan Tradisional /

Traditional Medication - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

14 Polindes / Village Delivery Hut - - 29 - - - 29 - - 36 - - - 36 - - 57 - - - 57 14 Polindes / Village Delivery Hut - - 43 - - - 43 - - 15 - - 6 21 - - 6 - - - 6 15 Poskesdes / Village Health Post - - - - - - - - - 18 - - - 18 - - 23 - - - 23 15 Poskesdes / Village Health Post - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

16 Posyandu / Integrated Service Post - - 183 - - - 183 - - 133 - - - 133 - - 142 - - - 142 16 Posyandu / Integrated Service

Post - - 131 - - - ### - - - - - 261 261 - - 130 - - - 130

17 Apotik / Pharmacy - - - - 3 13 16 - - - - - 7 7 - - - 1 - 1 2 17 Apotik / Pharmacy - - - - - - - - - - - - 70 70 - - 1 1 - 25 27 18 Toko Obat / Drugs Store - - - - - 27 27 - - - - - 29 29 - - - - - 4 4 18 Toko Obat / Drugs Store - - - - - - - - - - - - 168 168 - - - - - 66 66 19 GFK / Pharmacy Storehouse - - 1 - - - 1 - - 1 - - - 1 - - 1 - - - 1 19 GFK / Pharmacy Storehouse - - - - - - - - - 1 - - - 1 - - - - - 1 1

20 Industri Obat Tradisional / Traditional Drugs Industry

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 20 Industri Obat Tradisional / Traditional Drugs Industry

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - 49 49

21 Industri Kecil Obat Tradisional / Traditional Drugs Home Industry - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 21 Industri Kecil Obat Tradisional /

Traditional Drugs Home Industry - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 15 15

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007 Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007 Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007Public Health Service Facilities by District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007Health Service Facilities by District/City in Kepulauan Riau province, 2007

TANJUNGPINANGLINGGA BATAMPemilikan/Pengelola / Ownership Pemilikan/Pengelola / Ownership Pemilikan/Pengelola / Ownership

NO

Kab./Kota/District/City

Fasilitas Kesehatan / Health Facilities

Pemilikan/Pengelola / OwnershipPemilikan/Pengelola / Ownership

Fasilitas Kesehatan / Health Facilities

BINTAN NATUNAKARIMUNPemilikan/Pengelola / Ownership

NO

Kab./Kota/District/City

Page 217: Profil Kepulauan Riau 2007

Tabel 62Table 62

Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) Menurut Kabupaten/KotaProvinsi Kepulauan Riau Tahun 2007

Number of Community-Based Health Effort (UKBM) Facilities by District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

NOKabupaten/Kota

Jumlah/ TotalDesa/ Kelurahan Desa Siaga Poskesdes Polindes Posyandu

District/City Village Alert Village Village Health Post Village Delivery Hut Integrated Service Post

1 2 3 4 5 6 7

1 Karimun 54 25 29 183

2 Bintan 42 18 18 36 133

3 Natuna 83 24 23 57 142

4 Lingga 34 15 29 96

5 Batam 64 17 11 21 261

6 Tanjungpinang 18 18 2 6 114Jumlah (Provinsi) / Total (Province) 295

117 54 178 929

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

Page 218: Profil Kepulauan Riau 2007

Tabel 63Table 63

Keluar (Hidup + Mati) /

Out (Life + Died)

Mati Seluruhnya/

All Died

Mati ≥ 48 jam Dirawat /

Died ≥ 48 Hours cared

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13A KARIMUN1 RSUD Karimun / Karimun Hosp Umum 116 6,236 302 132 18,767 44.3 3.0 3.8 48.4 21.22 RS Bukit Timah/ Bukit Timah Hosp Umum 36 834 10 4 1,984 15.1 2.4 13.4 12.0 4.8B BINTAN3 RS Antam / Antam Hosp Umum 52 463 7 - 922 4.9 2.0 39.0 15.1 0.0C NATUNA4 RSUD Natuna /Natuna Hosp Umum 20 371 8 3 1,796 24.6 4.8 14.8 21.6 8.15 RS TNI AU Ranai / Ranai Air Force Hosp Umum - - - - - 0.0 0.0 0.0 0.0 0.06 RSL Palmatak / Palmatak Field Hosp Umum 15 445 19 13 1,830 33.4 4.1 8.2 42.7 29.2D LINGGA7 RSL Daik Umum 15 - - - - 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0E BATAM8 RS Awal Bros / Awal Bross Hosp Umum 124 4,472 94 20 11,927 26.4 2.7 7.5 21.0 4.5

9 RS Casa Medical Center / Casa Medical Centre Hosp Umum 115 5,163 12 4 12,492 29.8 2.4 5.7 2.3 0.8

10 RS Budi Kemuliaan / Budi Kemuliaan Hosp Umum 197 7,146 106 98 16,299 22.7 2.3 7.8 14.8 13.711 RS Otorita Batam / Otorita Batam Hosp Umum 176 7,499 128 70 21,243 33.1 2.8 5.7 17.1 9.312 RS. St Elizabeth / St. Elizabeth Hosp Umum 92 4,820 98 9 14,670 43.7 3.0 3.9 20.3 1.9

13 RS Anak Permata Hati / Permata Hati Pediatric Hosp

Umum - - - - - 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

14 RS. Nuruddiniyah / Nuruddiniyah Hosp Umum 20 3 0 0 707 9.7 235.7 2197.7 0.0 0.0

15 RS Kasih Sayang Ibu /Kasih Sayang Ibu Hosp

Umum - - - - - 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

16 RS Charis Medika / Charis Medika Hosp Umum - - - - - 0.0 0.0 0.0 0.0 0.017 RSUD Batu Aji / Batu Aji Hosp Umum 44 4,390 88 22 13,330 83.0 3.0 0.6 20.0 5.018 RS Harapan Bunda / Harapan Bunda Hosp Umum 64 5,273 17 3 14,967 64.1 2.8 1.6 3.2 0.6F TANJUNGPINANG

19 RSUD Tanjungpinang / Tanjungpinang Hosp Umum 131 7,945 359 209 34,033 71.2 4.3 1.7 45.2 26.3

20 RSAL Dr. Midiyato S / Dr. Midiyanto S Army Hosp

Umum 100 6,451 205 100 22,440 61.5 3.5 2.2 31.8 15.5

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

Keluar (Hidup +

Mati) /Out (Life +

Died)

Mati Seluruhnya/

All Died

Mati ≥ 48 jam Dirawat /Died ≥ 48

Hours cared

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13A KARIMUN

a. Pkm Tg. Balai Umum 36 822 3 3 1,695 12.90 2.06 13.92 3.65 3.65b. Pkm Tg. Batu Umum 15 1,018 56 26 1,763 32.20 1.73 3.65 55.01 25.54c. Pkm Moro Umum 8 430 16 7 1,479 50.65 3.44 3.35 37.21 16.28

B BINTANC a. Puskesmas Tg Uban Umum 15 948 6 0 19954 b. Puskesmas Kijang Umum 35 1268 2 0 3255 25.5 2.6 7.5 1.6 0.05 c. Pusk Tamblean Umum 5 93 6 0 267 14.6 2.9 16.8 64.5 0.0C LINGGA

a. Pkm Dabo Umumb. Pkm Senayang Umum

D NATUNAa. Pkm Ranai Umumb. pkm Seedanau UmumC. Pkm Tarempak Umumd. Pkm Midai Umume. Pkm Pulau Laut Umumf. Pkm Letung Umumg. Pkm Serasan Umumh. Pkm Subi Umumi. Pkm Kelarik Umumj. Pkm Siantan Timur Umumk. Pkm Tanjung Umum

E BATAMa. Pkm Sungai Panas Umum 10 0.0b. Pkm Sungai Pancur Umum 4 0.0c. Pkm Belakang Padang Umum 10

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 200Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

NDRBOR LOS TOI GDR

Jumlah Pasien / Number of PatientsJumlah

Tempat Tidur Number of

Beds

Indikator Pelayanan Rumah Sakit Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007Indicators of Hospitals Service by District/City in Kepulauan Riau Province, 2007

Jumlah Hari Perawatan /

Total of Caring Days

NONama Rumah Sakit[a]

Hospitals'name

Jenis Pelayanan

Umum/Khusus

NO Puskesmas[b] Health Centre's name

Jenis Pelayanan

Umum/Khusus

Jumlah Tempat Tidur

Number of Beds

TOI GDR NDR

Jumlah Pasien / Number of PatientsJumlah Hari Perawatan /

Total of Caring Days

BOR LOS