PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas...

79
PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti DARI DAERAH ENDEMIS DAN NON ENDEMIS DBD KOTA JAMBI DENGAN METODE ELEKTROFORESIS SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Ilmu Farmasi Oleh : Victoria Hapsari NIM : 028114117 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas...

Page 1: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti

DARI DAERAH ENDEMIS DAN NON ENDEMIS DBD KOTA

JAMBI DENGAN METODE ELEKTROFORESIS

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh : Victoria Hapsari NIM : 028114117

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2007

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

Skripsi B*judul :

PROFIL ESTERAStr NON SPESIFIK I\tYAMUK,ades ,eg,p'J

DAR] DAERAH ENDEMIS DAN NON trNDEMIS DBD KOTA

JAMBI DENGAN METODE ELEKTROFORDSIS

NIM:028114117

i N4ult&ingsih, M S,, Apr

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

PROFIL ESTDRASE NON SPESIFIK ltYAMUK,rades az&"rtDARI DAf,RAII ENDEMIS DAN NON EIIDEMIS DBD KOTA

JAMBI Df, NGAN MDTODE ELf, KTROFORXSIS

OLh Ivicloda fbpsdi

N lM:028114117

Dipertrn!.b! dihr.Lpd D4.! P@elii SkriFlif.k .s r.|1di

Univdit$ S..rh D[IdP.d. tt4gtl

18 Agush. 2007

l. Dr, B[di MdlEil8lin M-S., ApL

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

iv

i asked for strength… and GOD gave me difficulties to make me strong i asked for wisdom… and GOD gave me problem to solve i asked for courage… and GOD gave me obstacle to overcome i asked GOD for favors and GOD gave me opportunities i received nothing i wanted… but i received everything i needed

Lord knows Dreams are hard to follow

But don't let anyone Tear them away

Hold on There will be tomorrow

In time You'll find the way

(Mariah Carey _Hero)

karya ini kupersembahkan untuk: Bunda Maria-Yesus Kristus

Bapak-Ibu ”who called me Queen”

dan Almamaterku

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

PERNYATAAN (IASLIAN KARYA

Say. ndyataks dengd ses@eguhny. balva skiFi iarg sava !uli5 i

lidrl ddult karye alau baei& kltF o@g lai4 k@udi )dg telah diselutkd

daldlotipd d@ dgftd pBtaLa, ebasaimM l6tdoy. k rya ilniat!

"-*":.'

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

KATA PENGANTAR

Syukur dan terima kasih kepada Tuhan Maha Pengasih atas terselesaikannya

skripsi “Profil Isoenzim Esterase Non Spesifik Nyamuk Aedes aegypti Dari Daerah

Endemis Dan Non Endemis DBD Kota Jambi Dengan Metode Elektroforesis” ini, guna

memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) program

studi Ilmu Farmasi.

Semua keberhasilan ini tidak lepas pula dari bantuan berbagai pihak, yang telah

berjasa membantu hingga terselesaikannya skripsi ini. Untuk itu, penulis ingin

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Rita Suhadi, M.Si, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma.

2. Ibu Dr. Budi Mulyaningsih, M.S., Apt., selaku dosen pembimbing dan dosen penguji

skripsi yang telah meluangkan waktu dan perhatian dengan penuh kesabaran

membimbing sampai selesainya skripsi ini.

3. Bapak Drs. Mulyono, Apt., dan Bapak Dr. Sabikis, Apt., selaku dosen penguji skripsi

yang telah banyak memberi masukan kepada penulis.

4. Kepala BAPEDA Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Kepala Badan Kesbang dan

Linmas Kota Jambi, dan Kepala Dinas Kesehatan Kota Jambi yang telah mengijinkan

penulis melakukan penelitian di Kota Jambi dan memberikan data yang dibutuhkan

penulis.

5. Bapak Purwono selaku laboran Bagian Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas

Gajah Mada yang membantu pelaksanaan penelitian skripsi.

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

6. Bapak Fx. Abu Wuryanto, Ibu M.G. Rita Iriyanti, Gregorius H. Eko Wuryanto,

Nicholas Aryo Bimo Wuryanto dan Moses Amor Deo Wuryanto yang selalu

mendoakan, memberi dorongan serta kasih selama pengerjaan skripsi ini.

7. Yusuf Firmanta dan keluarga, atas kasih, kesetiaan serta bantuan yang telah diberikan

hingga terselesaikannya skripsi ini.

8. Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya

selama ini serta bantuan infomasi yang sangat membantu.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini dan tidak dapat disebutkan

satu per satu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat membangun sangat

penulis harapkan.

Yogyakarta, Juli 2007

Penulis

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

viii

DAFTAR ISI

Hal.

HALAMAN JUDUL……………..………………………………………... i

HALAMAN PERSETUJUAN...…………………………………………... ii

HALAMAN PENGESAHAN………..……………………………............. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN..………………………………….............. iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………………………… v

KATA PENGANTAR................................................................................... vi

DAFTAR ISI………………………………………………………............. viii

DAFTAR TABEL…………………………………………………............. xi

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………......... xii

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………............. xiii

INTISARI………………………………………………………………….. xiv

ABSTRACT……………………………………………………………….. xv

BAB I PENGANTAR……………………………………………………. 1

A. Latar Belakang……………………………………………………......... 1

B. Permasalahan……………………….......………………….………........ 4

C. Keaslian Karya…...……………….......…………………………........... 5

D. Manfaat Penelitian…………………….......…….…………………........ 5

E. Tujuan Penelitian………………………………………….……….......... 6

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA.......................................................... 7

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

ix

A. Demam Berdarah Dengue ..............…………………………….............. 7

B. Nyamuk Ae. aegypti....................................……………………………... 8

1. Kedudukan Taksonomi Nyamuk Ae. aegypti.................................... 8

2. Morfologi Nyamuk Ae. aegypti......................................................... 9

3. Siklus hidup Nyamuk Ae. aegypti..................................................... 12

C. Pengendalian Vektor……………………………………….................… 14

D. Insektisida................................................................................................. 15

E. Mekanisme Resistensi Serangga Terhadap Insektisida............................ 19

F. Enzim Esterase Non-Spesifik…………………………………………… 21

G. Elektroforesis............................................................................................ 24

H. Landasan Teori......................................................................................... 27

I. Keterangan Empiris.................................................................................. 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN..................................................... 28

A. Jenis dan Rancangan Penelitian………………………………………... 28

B. Subjek Penelitian………………………………………………………. 28

B. Definisi Operasional……………………………………........................ 29

C. Bahan dan Alat Penelitian……...........................……………….............. 30

1. Bahan Penelitian………………………………………………….. 30

2. Alat Penelitian…………………………………………………….. 30

E. Jalannya Penelitian……………………………………........................... 30

F. Analisis Hasil……………….…………………………...….................... 35

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................... 36

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

x

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN....................................................... 46

A. Kesimpulan................................................................................................ 46

B. Saran.......................................................................................................... 46

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 48

LAMPIRAN................................................................................................... 53

BIOGRAFI PENULIS.................................................................................... 64

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I. Jumlah bahan yang digunakan dalam pembuatan gel bawah..................................................................................

32

Tabel II. Jumlah bahan yang digunakan dalam pembuatan gel atas.......................................................................................

33

Tabel III. Enzim esterase non-spesifik dan jumlah pita yang dihasilkan dari kelompok nyamuk Ae. aegypti yang berasal dari Kelurahan Simpang III Sipin (daerah endemik DBD), Kelurahan Sijenjang (daerah non-endemik DBD), dan Salatiga sebagai kontrol................................................................................

42

Tabel IV. Kecepatan gerak (jarak) isoenzim esterase non-spesifik dalam medan listrik (Rf) setiap pita yang terdapat pada zymogram hasil elektroforesis untuk setiap kelompok nyamuk Ae. aegypti yang berasal dari Kelurahan Simpang III Sipin (daerah endemik DBD), Kelurahan Sijenjang (daerah non-endemik DBD), dan Salatiga sebagai kontrol................................................................................

43

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Telur nyamuk Ae. aegypti.................................................. 9

Gambar 2. Perbedaan gigi sisir pada larva Ae. aegypti dengan Ae. albopictus dan Ae. Scutellaris............................................

10

Gambar 3. Larva nyamuk Ae. aegypti.................................................. 10

Gambar 4. Pupa nyamuk Ae. aegypti................................................... 11

Gambar 5. Perbedaan toraks nyamuk Ae. aegypti (A) dan Ae. albopictus (B)....................................................................

12

Gambar 6. Siklus hidup nyamuk Ae. aegypti....................................... 13

Gambar 7. Reaksi metabolisme atau detoksifikasi cypermetrin dalam tubuh serangga atau mamalia oleh enzim esterase..

22

Gambar 8. Zymogram isoenzim esterase non-spesifik dari kelompok nyamuk Ae. aegypti daerah endemis (3), daerah non endemis (2), dan kontrol (1) yang ditandai dengan E1 (pita pertama), E2 (pita kedua), dan E3 (pita ketiga).......... 36

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian dari BAPEDA Yogyakarta............. 53

Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian dari KESBANGLIMAS Kota Jambi...............................................................................

54

Lampiran 3. Surat pernyataan pemberantasan nyamuk di Kota Jambi tahun 2005-2006..............................................................

55

Lampiran 4. Data kasus penyakit DBD di Kota Jambi tahun 2003-2005.................................................................................

56

Lampiran 5. Perhitungan kecepatan gerak isoenzim esterase non-spesifik dalam medan listrik (Rf)....................................

58

Lampiran 6. Perhitugan analisis data frekunsi elektromorf dengan menggunakan analisis Chi-square (perhitungan tabel kontingensi 2x2 (rxc) untuk pola zymogram elektroforetik isoenzim esterase).....................................

60

Lampiran 7. Foto alat-alat penelitian................................................... 61

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

xiv

INTISARI

Empat puluh tahun terakhir, insektisida digunakan dalam pengendalian

vektor Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia. Sebagai akibatnya, Ae. aegypti di beberapa daerah Indonesia, menjadi resisten terhadap insektisida. Enzim esterase memegang peran pendetoksifikasian insektisida sehingga semua insektisida yang masuk akan dihidrolisis menjadi senyawa yang kurang beracun .

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui profil esterase non-spesifik nyamuk Ae. aegypti (subjek penelitian) dari Simpang III Sipin (daerah endemis DBD) dan Sijenjang (daerah non-endemis DBD), dengan metode elektroforesis. Penelitian ini termasuk penelitian non-eksperimental dengan rancangan deskriptif dan analitik.

Zymogram dianalisis secara kualitatif, yaitu dengan membandingkan intensitas warna pola pita zymogram nyamuk subjek penelitian dengan kontrol, menghitung kecepatan gerak (jarak) esterase non-spesifik dalam medan listrik (Rf) dan analisis menggunakan Chi-square (p < 0,05).

Dari analisis menggunakan Chi-square (p < 0,05), menunjukkan adanya perbedaan aktivitas esterase non spesifik nyamuk dari Sijenjang dengan Simpang III Sipin. Untuk hasil perhitungan Rf pita 1, 2 dan 3, antara nyamuk dari Sijenjang dengan Simpang III Sipin dan kontrol hanya pita 3 yang terdapat perbedaan, namun ketiganya tidak menunjukkan perubahan yang berarti pada komposisi protein penyusun esterase non-spesifik pada nyamuk perlakuan maupun kontrol. Hasil analisis kualitatif diperoleh intensitas warna pola pita nyamuk Ae. aegypti dari Simpang III Sipin lebih pekat dan Sijenjang intensitas warnanya lebih terang dibandingkan kontrol. Kata kunci : Demam Berdarah Dengue, Aedes aegypti, resistensi insektisida,

profil isoenzim esterase non-spesifik, elektroforesis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

xv

ABSTRACT

The use of insecticide to control Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)

vector in Indonesia during the last 40 years resulted in the resistency of the insect toward insecticides, including Ae. aegypti in some areas in Indonesia. Esterase enzyme has its main part in this insecticide detoxification became untoxic substance.

This study was aimed to the profile description of non-specific esterase of Ae. aegypti (research subject) from Simpang III Sipin (DHF endemic area) and Sijenjang (DHF non-endemic area) by using electrophoresis method. This study was non experimental research with descriptive and analytical design.

Zymogram was analyzed qualitative. The former was carried out by comparing the stained intensity the banding pattern of zymogram between the research subject mosquito and the controlled ones, by calculating the moving speed (distance) of esterase in electric current (Rf), and analyzed by Chi-square (p < 0.05).

Ae. aegypti from Simpang III Sipin and Sijenjang had different activities of esterase based on the used of Chi-square (p<0.05). The result of Rf calculation on the first, second and third band between Sijenjang with Simpang III Sipin mosquito and the controlled mosquito, only on the third band showed difference, but it was proof that there was no change on the composition of the protein in non-specific esterase both to the treated mosquito and the controlled ones. The banding pattern of Ae. aegypti from Simpang III Sipin showed high intensity and from Sijenjang showed low intensity, if its compared to the control. Keywords : Dengue Haemorrhagic Fever, Aedes aegypti, insecticide resistance,

non-specific esterase isoenzyme profile, electrophoresis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Demam Berdarah Dengue (DBD), adalah penyakit yang kemungkinan

besar menyebabkan kematian, pertama kali dilaporkan pada tahun 1950-an saat

epidemik dengue di Filipina dan Thailand. Penyakit ini sekarang endemik pada

lebih dari 100 negara di Afrika, Amerika, Timur Tengah, Asia Tenggara dan

Pasifik Barat. Asia Tenggara dan Pasifik Barat merupakan wilayah yang paling

serius terpengaruh. Sebelum tahun 1970, hanya 9 negara yang terjangkit epidemik

DBD, angka menjadi bertambah lebih dari 4 kali lipat pada tahun 1985. World

Health Organization (WHO) menaksir sekitar 50 juta kasus infeksi dengue dari

seluruh dunia setiap tahunnya (Anonim, 2002a).

Di Indonesia, penyakit dengue merupakan masalah kesehatan masyarakat

utama setiap tahunnya dan penyebab siklus epidemik di daerah perkotaan.

Penyakit ini merupakan penyebab utama anak-anak dirawat inapkan dan

meninggal. Secara terus-menerus epidemik telah dicatat terjadi diantara bulan

Januari dan Juni. Selama epidemik di tahun sebelumnya, kasus terbesar dicatat

lebih dari 40.000 pada tahun 1988, 1996, 1998, 2001, 2003 dan 2004, pada tahun

1998 mencapai 72.133 kasus dan tahun 2004 mencapai 69.017 kasus. Pada tahun

2004, ditegaskan bahwa kasus dengue dilaporkan dari Propinsi Aceh, Jambi,

Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Selatan,

Bali, NTB dan NTT (Anonim, 2005a).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

2

Penyakit DBD ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Virus dengue

dipindahkan dari satu orang ke orang lain bersama air liur nyamuk pada waktu

nyamuk menghisap darah (Sungkar, 2005). Mengingat sampai saat sekarang

belum diketemukan vaksin untuk membunuh virus dengue, penanggulangan

penyakit ini berupa perawatan penderita dan pengendalian vektornya (Munif,

1997a). Pengendalian Ae. aegypti sebagai vektor utama DBD dapat dilakukan

dengan berbagai metode di antaranya dengan sanitasi lingkungan, yang bertujuan

untuk mengurangi habitat larva (source reduction), pemberantasan dengan

menggunakan insektisida baik ditujukan pada nyamuk dewasa maupun larvanya

(Munif, 1997b).

Selama 40 tahun terakhir, bahan kimia telah digunakan secara luas untuk

mengontrol nyamuk dan serangga lainnya sebagai kepentingan kesehatan

masyarakat. Sebagai akibatnya, Ae. aegypti dan vektor dengue lainnya di beberapa

negara telah menjadi resisten terhadap insektisida yang umum digunakan termasuk

temephos, malathion, fenthion, permethin, propoxur dan fenitrothion (Anonim,

1999). Seperti yang dilaporkan oleh Georghiou dan Mellon (1983) cit.

Mardihusodo (1995), resistensi vektor terhadap insektisida telah terus menerus

menyebar dan mempengaruhi program pengendalian penyakit di banyak negara.

Data mengenai pemberantasan penyakit DBD dari Dinas Kesehatan Kota

Jambi (2006a), menunjukan bahwa telah dilakukan pengendalian vektor DBD,

yaitu nyamuk Ae. aegypti, dengan pengasapan menggunakan insektisida Cynoff.

Cynoff mengandung Cypermethrin, merupakan insektisida golongan piretroid

sintetik yang biasa digunakan secara luas sebagai pengendali hama profesional

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

3

untuk sebagian hama rumah tangga (Anonim, 1993). Pada semua piretroid

mempunyai beberapa ciri umum, yaitu molekul asam, ikatan utama ester dan

molekul alkohol (Shafer, Meyer and Crofton, 2005).

Esterase adalah enzim yang memecah ikatan ester dengan cara hidrolisis

(Poedjiadi, 1994). Isoenzim esterase non-spesifik telah banyak dipelajari secara

luas, sebab dapat digunakan sebagai indikator perbedaan geografis dan pada

beberapa spesies berkaitan dengan mekanisme terjadinya resistensi terhadap

insektisida (Tabachnick & Powell, 1979 cit Marvdashti, 1985).

Aplikasi insektisida pada nyamuk akan menyeleksi gen-gen resistensi yang

mengatur derajat resistensi yang terkait dengan enzim esterase yang

mendetoksifikasi bahan insektisida tersebut. Peningkatan aktivitas enzim esterase

akan menaikkan dosis letal menjadi subletal yang tidak lagi mematikan serangga

yang menjadi sasaran (Mardihusodo, 1996).

Elektroforesis gel poliakrilamida telah digunakan untuk penelitian variasi

esterase pada populasi Aedes albopictus Skuse dari beberapa daerah endemis dan

non endemis DBD di Indonesia. Hasil dari elektroforesis setiap populasi Ae.

albopictus menunjukkan pola pita isoenzim esterase yang berbeda (Mulyaningsih,

2002). Dari penelitian sebelumnya dengan menggunakan elektroforesis lapis tipis,

Yasutomi (1983) cit Mardihusodo (1996) melaporkan aktivitas esterase pada 4

spesies nyamuk Culex pipiens, Cx. pipiens fatigan, Cx. tritaeniorrhynchus, dan Ae.

aegypti menghasilkan zymogram yang berbeda. Ditemukan adanya aktivitas

eseterase menghidrolisis β-naftil asetat pada koloni nyamuk yang resistensi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

4

terhadap insektisida dibandingkan dengan koloni nyamuk yang masih rentan pada

spesies yang sama.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Jambi (2006b), dari tahun 2003-

2005 terdapat 7 Kelurahan yang termasuk daerah non-endemis DBD yaitu

Kelurahan Teluk Kenali, Sijenjang, Tanjung Raden, Pasir Panjang, Jelmu,

Kampung Tengah, dan 1 daerah endemis DBD yaitu Kelurahan Simpang III Sipin.

Dari 7 Kelurahan yang termasuk daerah non-endemis, diambil secara acak 1

Kelurahan sebagai daerah non-endemis, yaitu Kelurahan Sijenjang. Selama 3

tahun berturut-turut, Kelurahan Simpang III Sipin yang merupakan daerah

endemis DBD, telah terjadi 37 kasus, sedangkan Kelurahan Sijenjang, tidak

terdapat kasus DBD.

Dengan adanya kenyataan tersebut di atas maka perlu dilakukan penelitian

profil esterase non-spesifik dengan menggunakan metode elektroforesis untuk

nyamuk Ae. aegypti yang berasal dari daerah endemis dan non-endemis DBD Kota

Jambi. Dari gambaran profil isoenzim esterase non-spesifik ini diharapkan dapat

memprediksi mekanisme dan tingkat resistensi nyamuk tersebut terhadap

insektisida yang biasa digunakan dalam pengendalian vektor penyakit DBD.

B. Permasalahan

Bagaimanakah gambaran profil esterase non-spesifik dari masing-masing

populasi nyamuk Ae. aegypti yang berasal dari daerah endemis dan non-endemis

DBD Kota Jambi?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

5

C. Keaslian Penelitian

Berdasarkan sumber-sumber informasi yang diperoleh, penelitian ilmiah

tentang profil esterase non-spesifik dengan menggunakan metode elektroforesis

pada nyamuk Aedes sudah pernah dilakukan di beberapa daerah, namun penelitian

tentang penentuan profil esterase non spesifik pada nyamuk Ae. aegypti yang

berasal dari daerah endemis dan non-endemis DBD Kota Jambi dengan metode

elektroforesis belum pernah dilakukan.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat teoritis, menambah khasanah ilmu pengetahuan dan kesehatan

terutama mengenai gambaran profil esterase non-spesifik pada nyamuk Ae.

aegypti dalam kaitannya dengan pemilihan insektisida yang efektif untuk

usaha pengendalian vektor penyakit DBD.

2. Manfaat praktis, memberikan data dasar gambaran profil esterase non-spesifik

dari masing-masing populasi nyamuk Ae.aegypti yang berasal dari daerah

endemis dan non endemis DBD Kota Jambi, dalam hal ini dapat memberikan

gambaran secara tidak langsung mengenai status resistensinya terhadap

insektisida.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

6

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh data dasar gambaran profil

esterase non-spesifik, masing-masing populasi nyamuk yang berasal dari daerah

endemis dan non-endemis DBD Kota Jambi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

7

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Demam Berdarah Dengue

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhadic

Fever (DHF) merupakan penyakit akibat infeksi virus dengue yang masih menjadi

masalah kesehatan masyarakat. Penyakit ini ditemukan hampir di seluruh dunia

terutama negara-negara tropik dan subtropik baik sebagai penyakit endemik

maupun epidemik. Kejadian Luar Biasa pertama penyakit ini terjadi di Jakarta dan

Surabaya pada tahun 1968 dengan ditemukannya 54 kasus dan 24 (44%) kasus

diantaranya meninggal dunia. Setelah itu, jumlah kasus akibat terinfeksi virus

dengue yang dilaporkan meningkat secara tajam. Pada tahun 1994, penyakit akibat

infeksi virus dengue ini telah menyebar ke seluruh propinsi di Indonesia dan

bahkan sejak tahun 2001 telah menjadi suatu penyakit endemik di beberapa kota

besar dan kecil, bahkan di daerah pedesaan (Djunaedi, 2006).

Nyamuk Ae. aegypti adalah salah satu nyamuk vektor yang paling efisien

untuk arbovirus, karena nyamuk ini sangat antropofilik dan hidup dekat manusia

dan sering hidup di dalam rumah. Wabah dengue juga dapat terjadi dengan adanya

nyamuk Ae. albopictus, Ae. polynesiensis, dan banyak spesies kompleks Ae.

scutellaris. Setiap spesies ini mempunyai distribusi geografisnya masing-masing,

namun mereka adalah vektor epidemia yang kurang efisien dibanding Ae. aegypti

(Anonim, 1999).

Upaya pemberantasan dan pencegahan terhadap peluang terinfeksi virus

dengue masih bertumpu pada pemberantasan vektor pembawa dengue. Upaya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

8

yang dikenal dengan nama PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) atau 3M

(Menguras, Menutup dan Mengubur/Menyingkirkan tempat penampungan air).

Pencegahan terhadap serangan infeksi virus dengue dengan memanfaatkan vaksin

dengue nampaknya belum menunjukkan yang diharapkan (Djunaedi, 2006).

B. Nyamuk Ae. aegypti

Nyamuk Ae. aegypti telah dikenal sejak lama oleh orang sebagai penyebar

virus dengue penyebab penyakit DBD. Nyamuk ini ditemukan pertama kali di

Mesir (Egypt) pada tahun 1762 oleh Linnaeus. Nyamuk Ae. aegypti sekarang

ditemukan di negara-negara yang terletak di antara garis 45 Lintang Utara dan

garis 35 Lintang Selatan (Wulandari, 2001).

1. Kedudukan taksonomi nyamuk Ae. aegypti

Menurut Gandahusada, Ilahude dan Pribadi (1998), Ae. aegypti termasuk

dalam:

Filum : Arthropoda

Kelas : Hexapoda/Insekta

Anak kelas : Pterygota

Bangsa : Diptera

Anak bangsa : Nematocera

Suku : Culicidae

Anak suku : Culicinae

Marga : Aedes

Jenis : Aedes aegypti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

9

2. Morfologi nyamuk Ae. aegypti

a. Telur

Telur Aedes berbentuk lonjong dengan kedua ujung sedikit lancip dan

berdinding yang menggambarkan anyaman kain kasa (Gandahusada, et al.,

1998). Pada waktu diletakkan telur bewarna putih, 15 menit kemudian telur

menjadi abu-abu dan setelah 40 menit menjadi hitam.

Di bawah mikroskop susunan permukaan telur tampak seperti sarang

tawon. Telur diletakkan satu persatu di dinding tempat penampungan air

(TPA) 1-2 cm di atas permukaan air. Air di dalam tempat tersebut adalah air

jernih dan terlindung dari cahaya matahari langsung. Tempat air di dalam

rumah lebih disukai dari pada di luar rumah, dan tempat air yang lebih dekat

rumah lebih disukai dari pada yang lebih jauh dari rumah. Telur dapat bertahan

sampai 6 bulan (Sungkar, 2005).

Gambar 1. Telur Ae. aegypti (Mortimer, 1998)

b. Larva

Larva Ae. aegypti terdiri atas kepala, toraks, dan abdomen. Pada ujung

abdomen terdapat segmen anal dan sifon. Larva instar IV mempunyai tanda

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

10

khas yaitu pelana yang terbuka pada segmen anal, sepasang bulu pada sifon,

dan gigi sisir yang berduri lateral pada segmen abdomen ke-7 (Sungkar, 2005).

Larva Ae. aegypti bergerak sangat lincah dan sangat sensitif terhadap

rangsang getaran dan cahaya. Bila ada rangsangan, larva segera menyelam

selama beberapa detik kemudian muncul kembali ke permukaan air. Larva

mengambil makanannya di dasar TPA sehingga disebut pemakan makanan di

dasar (bottom feeder). Pada saat larva mengambil oksigen dari udara, larva

menempatkan sifonnya di atas permukaan air sehingga abdomennya terlihat

menggantung pada permukaan air (Sungkar, 2005).

Gambar 2. Perbedaan gigi sisir pada larva Ae. aegypti dengan Ae. albopictus dan Ae. Scutellaris (Mardihusodo, 1990)

Gambar 3. Larva Ae. aegypti (Anonim, 2002c)

c. Pupa

Pupa terdiri atas sefalotoraks, abdomen dan kaki pengayuh.

Sefalotoraks mempunyai sepasang corong pernapasan berbentuk segitiga. Pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

11

bagian distal abdomen ditemukan sepasang kaki pengayuh yang lurus dan

runcing. Jika terganggu, pupa akan bergerak cepat untuk menyelam selama

beberapa detik kemudian muncul kembali ke permukaan air (Sungkar, 2005).

Gambar 4. Pupa Ae. aegypti (Anonim, 2002c)

d. Nyamuk dewasa

Bagian tubuh nyamuk dewasa terdiri atas kepala, toraks dan abdomen

(Sungkar, 2005). Ae. aegypti dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan

dengan ukuran nyamuk rumah (Culex quinquefasciatus), mempunyai warna

dasar yang hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian-bagian badannya

terutama pada kakinya (Gandahusada, et al., 1998).

Tanda khas Ae. aegypti berupa gambaran lyre pada bagian dorsal toraks

(mesonotum) yaitu sepasang garis putih yang sejajar di tengah dan garis

lengkung putih yang lebih tebal pada tiap sisinya. Probosis berwarna hitam,

skutelum bersisik lebar berwarna putih dan abdomen berpita putih pada bagian

basal. Ruas tarsus kaki belakang berpita putih (Sungkar, 2005). Perbedaan

morfologi nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus dapat terlihat pada stadium

dewasanya. Pada nyamuk Ae. aegypti, pada toraks (mesonatum) mempunyai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

12

gambaran lyre, sedangkan nyamuk Ae. albopictus terdapat satu garis

longitudinal..

Gambar 5. Perbedaan toraks nyamuk Ae. aegypti (A) dan Ae. albopictus (B)(Grantham, 1999)

3. Siklus hidup nyamuk Ae. aegypti

Nyamuk Ae. aegypti dalam siklus hidupnya mengalami metamorfosa

lengkap (holometabola), sebagaimana serangga lain dalam Ordo Diptera. Stadium

yang dialami meliputi stadium telur, larva, pupa dan dewasa (Wulandari, 2001).

Nyamuk betina meletakkan telurnya pada dinding tempat perindukannya.

Seekor nyamuk betina dapat meletakkan rata-rata sebanyak 100 butir telur tiap kali

bertelur (Gandahusada, et.al, 1998). Telur dapat bertahan sampai berbulan-bulan

pada suhu -2°C sampai 42°C. namum bila kelembaban terlampau rendah, maka

telur akan menetas dalam waktu 4 hari (Soedarmono, 1988).

Telur akan menetas menjadi larva dalam 1-2 hari, selanjutnya larva akan

berubah menjadi pupa dalam waktu 5-15 hari. Stadium pupa biasanya berlangsung

2 hari. Dalam suasana optimum, perkembangan dari telur sampai dewasa

memerlukan waktu sekurang-kurangnya 9 hari. Setelah keluar dari pupa, nyamuk

istirahat di kulit pupa untuk sementara waktu. Pada saat itu sayap merenggang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

13

menjadi kaku dan kuat sehingga nyamuk mampu terbang untuk menghisap darah

manusia dan kawin sehari atau 2 hari sesudah keluar dari pupa. Umumnya nyamuk

betina akan mati dalam 10 hari, tetapi masa tersebut cukup bagi nyamuk untuk

inkubasi virus (3-10 hari) dan menyebarkan virus (Sungkar, 2005).

1

4 2

3

Gambar 6. Siklus hidup nyamuk Aedes. aegypti (Mortimer, 1998; Anonim,

2002c; Grantham, 1999) Keterangan : 1. telur 2. larva 3. pupa 4. dewasa

Kota Jambi terdiri dari 62 Kelurahan yang terbagi menjadi 8 Kecamatan.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Jambi (2006b), dari

62 Kelurahan tersebut terdapat 1 Kelurahan yang merupakan daerah endemis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

14

DBD, yaitu Kelurahan Simpang III Sipin dan 7 Kelurahan yang merupakan daerah

non endemis, yaitu Kelurahan Teluk Kenali, Sijenjang, Tanjung Raden, Pasir

Panjang, Ulu Gedong, Jelmu dan Kampung Tengah. Pada penelitian kali ini,

Kelurahan Sijenjang ditetapkan sebagai daerah non endemis. Dari kedua daerah

yang telah ditetapkan sebagai daerah endemis dan non endemis tersebut, telur dan

larva Ae. aegypti kemudian dikoleksi.

C. Pengendalian Vektor

Obat dan vaksin untuk memberantas DBD hingga saat ini belum tersedia.

Dengan demikian pengendalian DBD tergantung pada pengendalian nyamuk

sebagai vektornya. Pengendalian vektor DBD dapat dilakukan dengan 4 cara, yaitu

pengelolaan lingkungan, perlindungan diri, pengendalian biologis, dan

pengendalian dengan bahan kimiawi (Anonim, 2004).

1. Pengendalian lingkungan

Pengelolaan lingkungan meliputi berbagai perubahan yang menyangkut

upaya pencegahan atau mengurangi perkembangbiakan vektor sehingga dapat

mengurangi kontak antara vektor dengan manusia. Metode ini dilakukan antara

lain dengan cara mengeringkan genangan air, menimbun wadah-wadah yang dapat

menampung air dan perbaikan desain rumah untuk mengurangi kesempatan

masuknya nyamuk, misalnya dengan memasang kawat nyamuk di jalan angin atau

jendela rumah (Anonim,2004).

2. Perlindungan diri

Tindakan perlindungan diri telah dilakukan secara luas dalam upaya untuk

perlindungan terhadap penyakit. Tindakan dapat dilakukan dengan pengendalian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

15

diri, seperti menggunakan obat nyamuk baik semprot, bakar maupun memakai

obat oles anti nyamuk, penggunaan kelambu saat tidur dan pemasangan kawat

kasa atau kawat nyamuk (Anonim, 1999).

3. Pengendalian biologis

Pengendalian ini dilakukan dengan tujuan untuk menurunkan populasi

serangga secara alami tanpa menggangu ekologi. Termasuk dalam pengendalian

serangga secara biologik adalah menggunakan predator (binatang pemangsa

serangga), misalnya dengan memelihara ikan untuk memberantas larva nyamuk,

menyebarkan parasit penyebab penyakit pada serangga (Soedarto, 1989).

4. Pengendalian dengan bahan kimia

Pengendalian ini menggunakan bahan kimia yang berkhasiat membunuh

serangga (insektisida) atau hanya menghalau serangga saja (Repellant). Contoh

cara ini adalah menaburkan bubuk AbateR pada tempat-tempat penampungan air

untuk membunuh larva nyamuk, penggunaan insektisida bentuk spray untuk

membunuh nyamuk dewasa (Gandahusada, et al., 1998).

Semua usaha untuk mengontrol harus tertuju melawan nyamuk. Ini penting

untuk mengambil tindakan mengontrol untuk mengurangi nyamuk dan tempat

mereka berkembangbiak. Bagaimanapun, usaha harus intensif sebelum musim

penjangkitan (selama dan setelah musim penghujan) dan pada saat epidemia

(Anonim, 2002b ).

D. Insektisida

Insektisida merupakan suatu bahan yang mempunyai efek menolak atau

mematikan serangga dengan maksud membasmi serangga pengganggu atau vektor

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

16

penyakit yang merugikan bagi kehidupan tanaman dan manusia (Sastroutomo,

1991). Menurut Sudarmono (1991), ada bermacam-macam golongan insektisida,

baik yang berasal dari bahan alami maupun yang berasal dari bahan sintetik. Ada

beberapa cara insektisida membunuh jasad sasaran atau serangga hama :

1. fisis

2. merusak enzim

3. merusak syaraf

4. menghambat metabolisme

Menurut Untung (2001), insektisida dapat dikelompokkan dalam beberapa

cara menurut cara masuknya dalam tubuh serangga dan menurut sifat kimianya.

Untuk pengelompokan menurut cara masuknya ke tubuh serangga, dapat dibagi

menjadi 3 kelompok, yaitu:

1. Racun perut

Insektisida memasuki tubuh serangga melalui saluran pencernaan makanan

(perut). Insektisida lama umumnya merupakan racun perut. Namun ada juga

insektisida modern yang beraksi pada serangga melalui perut yaitu kelompok

insektisida sistemik, yang dapat diserap oleh tanaman dan ditranslokasikan dalam

jaringan tanaman. Serangga yang mencucuk tanaman dan kemudian menghisap

cairan tanaman yang sudah mengandung insektisida akan mati.

2. Racun kontak

Insektisida memasuki tubuh serangga bila serangga mengadakan kontak

dengan insektisida atau serangga berjalan di atas permukaan tanaman yang telah

mengandung insektisida. Di sini insektisida masuk ke dalam tubuh serangga

melalui dinding tubuh.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

17

3. Fumigan

Fumigan merupakan insektisida yang mudah menguap menjadi gas dan

masuk ke dalam tubuh serangga melalui sistem pernapasan serangga atau sistem

trachea yang kemudian diedarkan ke seluruh jaringan tubuh.

Berdasarkan data yang didapat dari Dinas Kesehatan Kota Jambi (2006a),

insektisida yang digunakan untuk tahun 2005 dan 2006 adalah Cynoff. Cynoff

mengandung Cypermethrin, merupakan insektisida golongan piretroid sintetik

yang biasa digunakan secara luas sebagai pengendali hama profesional untuk

sebagian hama rumah tangga. Cypermethrin tersedia dalam bentuk Emulsifiable

Concentrate (EC), Ultra Low Volume (ULV) dan Wettable Powder (WP).

Pyrethroids menyebabkan efek yang merugikan pada sistem saraf pusat (Anonim,

1993).

Piretroid (juga dikenal sebagai piretroid sintetik) adalah kandungan kimia

insektisida yang sama dengan piretrin, ditemukan dalam ekstrak alam piretrum

dari bunga Chrysanthemum, dikenal dengan aktivitas insektisidanya. Pertama kali

dikembangkan pada tahun 1973, piretroid lebih stabil terhadap cahaya daripada

piretrum alam dan mempunyai aktivitas insektisida yang sangat baik. Piretroid

pertama (fenvalerate) dipasarkan pada tahun 1978. Pada saat itu, kelompok

piretroid terdiri dari 42 bahan aktif, dibedakan berdasarkan struktur kimia atau

komposisi stereoisomer yang berhubungan. Piretrin alam adalah ester dari asam

siklopropanekarboksilik dan alkohol siklopentolon. Modifikasi struktur pada 1

atau banyak molekul menghasilkan bermacam-macam piretroid yang tersedia

dipasaran sebagai insektisida (Anonim, 2005d). Piretroid telah berkembang pesat,

yang sekarang dibagi menjadi 4 generasi. Generasi I hanya terdiri dari 1 piretroid,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

18

yaitu allerthrin yang dimunculkan pada tahun 1949. Generasi II, yaitu diantaranya

tetramethrin (1965), kemudian diikuti oleh resmethrin (1967) yang memiliki 20

kali lebih efektif dari piretrum. Generasi III menjadi piretroid agrikultural pertama

karena aktivitas insektisida yang luar biasa dan sifat fotostabilnya. Generasi IV,

diantaranya yaitu Cypermethrin (Ware, 1999).

Terdapat 2 tipe piretroid, yaitu: tipe I, mempunyai koefisien suhu negatif

(semakin rendah suhu lingkungan, maka semakin beracun untuk serangga

sasaran), sedangkan tipe II memiliki koefisien suhu positif. Piretroid mempunyai

mekanisme aksi yang hampir sama dengan DDT. Piretroid bekerja dengan

menjaga saluran natrium pada membran saraf tetap terbuka. Piretroid

mempengaruhi sistem saraf pusat dan tepi pada serangga. Awalnya menstimulasi

sel saraf untuk memproduksi impuls berulang-ulang dan akhirnya menyebabkan

kelumpuhan. Efek tersebut menyebabkan aksi mereka pada saluran natrium,

sebuah lubang kecil yang dilalui oleh ion natrium untuk masuk ke axon dan

menyebabkan rangsangan (Ware, 1999).

Selain insektisida golongan piretroid sintetik, insektisida golongan

organofosfat dan karbamat juga mempunyai gugus ester pada struktur senyawa

kimianya. Kebanyakan insektisida organofosfat merupakan ester asam fosfat atau

asam tiofat, sedangkan untuk insektisida merupakan ester asam karbamat (Foye,

1981).

Cl

Cl

H3C CH3

HCOCN

CCH

CH

HCo

O

Cypermethrin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

19

E. Mekanisme Resistensi Serangga Terhadap Insektisida

Menurut Small (1998) cit Widiarti (2005), mekanisme resistensi yang

berperan pada serangga terhadap sebagian besar insektisida secara umum

dikategorikan menjadi 2 yaitu tidak sensitifnya tempat sasaran (target site) dan

resistensi metabolik. Proses terjadinya resistensi terhadap insektisida pada tubuh

serangga termasuk nyamuk secara garis besar dipengaruhi oleh 3 faktor

(Georghiou & Taylor, 1976 cit Faisya, 1998) yaitu:

1. faktor genetik

Ada sejumlah gen khusus yang diketahui sebagai pengendali resisten (R-gen),

baik yang sifatnya dominan atau resesif dimana gen tersebut terdapat pada

nyamuk dan serangga lainnya.

2. faktor biologis

Faktor biologis meliputi faktor biotik (adanya pergantian generasi, perkawinan

monogami dan poligami) dan perilaku serangga (terjadinya migrasi, isolasi,

monofagi dan polifagi, adanya perilaku serangga di luar kebiasaannya dalam

melakukan perlindungan terhadap bahaya).

3. faktor operasional

Faktor operasional meliputi hal-hal yang terkait dengan bahan kimia yang

dipergunakan dalam pengendalian vektor (jenis dan rumus kimia, kesamaan

sifat dan rumus kima dengan insektisida yang pernah digunakan, persistensi

residu insektisida dan formulasi yang digunakan) dan aplikasi insektisida

tersebut di lapangan (cara aplikasi, frekuensi, lama pemakaian sampai nilai

ambang tertentu yang tidak lagi mematikan serangga sasaran).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

20

Resistensi serangga dibagi dalam resistensi bawaan dan resistensi didapat

(Gandahusada, et al., 1998).

1. Resistensi bawaan

Dari suatu populasi serangga ada anggota-anggota yang pada dasarnya

sudah resisten terhadap suatu insektisida. Sifat ini turun temurun sehingga

selanjutnya terjadi populasi yang resistensi seluruhnya. Resistensi bawaan juga

terjadi karena perubahan gen (yang menyebabkan mutasi). Mutan ini dan

keturunannya resistensi semuanya. Menurut mekanismenya resistensi bawaan

dibagi dalam resistensi fisiologis bawaan dan resistensi kelakuan bawaan.

Resistensi fisiologis bawaan disebabkan oleh 1) daya absorbsi insektisida

yang sangat lambat, sehingga serangga tidak mati; 2) daya penyimpanan

insektisida dalam jaringan yang tidak vital, seperti jaringan lemak, sehingga alat-

alat vital terhindar dan serangga tidak mati; 3) daya ekskresi insektisida yang

cepat, sehingga tidak sampai membunuh serangga; 4) detoksikasi insektisida oleh

enzim menyebabkan serangga tidak mati. Resistensi kelakuan bawaan disebabkan

oleh 1) perubahan habitat serangga, sehingga terhindar dari pengaruh insektisida,

keturunannya mempertahankan habitat yang baru ini; 2) avoidance, sifat

menghindarkan diri dari pengaruh insektisida sehingga tidak terbunuh, tanpa

mengubah habitat.

2. Resistensi yang didapat

Dari suatu populasi serangga, anggota-anggota rentan menyesuaikan diri

terhadap pengaruh insektisida, sehingga tidak mati dan membentuk populasi baru

yang resisten. Resistensi fisiologik yang didapat disebabkan timbulnya toleransi

terhadap insektisida, karena sebelumnya telah mendapat dosis yang subletal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

21

Resistensi kelakuan yang didapat disebakan serangga dapat menghindarkan diri

sebagai akibat dosis subletal insektisida.

Liu, Xu, Zhu dan Zhang (2006), melaporkan pada referensi mereka

bahwa yang memicu resistensi piretroid pada nyamuk adalah pengaturan

mekanisme molekular detoksifikasi metabolik dan peningkatan kekurangpekaan

tempat target.

Meskipun belum ada laporan yang lengkap mengenai metabolisme

cypermetrin oleh serangga, data-data yang ada menunjukkan bahwa jalur

metabolisme cypermetrin memiliki kesamaan jalur pada mamalia. Dari

metabolisme cypermetrin dalam tubuh serangga akan dihasilkan senyawa-senyawa

yang tidak mempunyai efek membunuh, diantaranya yaitu: asam 3-fenoksibenzoat,

asam (4’-hidroksi)-3-fenoksibenzoat dan asam 3-(2,2-diklorovinil)-2,2-dimetil-

siklopentana karboksilat, sehingga dapat menurunkan toksisitas dari cypermetrin

dalam tubuh nyamuk. Perkiraan reaksi metabolisme atau detoksifikasi cypermetrin

pada tubuh serangga dapat dilihat pada Gambar 7.

F. Enzim Esterase Non Spesifik

Beberapa enzim dirujuk sebagai protein sederhana karena hanya

memerlukan struktur protein untuk aktivitas katalitik. Enzim lain merupakan

protein terkonjugasi karena masing-masing mmerlukan suatu komponen

nonprotein, disebut suatu kofaktor, untuk aktivitasnya. Kompleks yang terdiri dari

suatu apoenzim (bagian protein dari suatu enzim) dan kofaktornya disebut suatu

holoenzim (Amstrong, 1995).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

22

H3C CH3 O

oCNH

COCN

CCH

CH

HCCl

Cl

oCOOH

asam 3-fenoksibenzoat

oCOOH

HO

H3C CH3

Cl

ClCHC

HHC COOH

asam (4'-hidroksi)-3-fenoksibenzoat

asam 3-(2,2-diklorovinil)-2,2-dimetil-siklopropana karboksilat

Cypermetrin

pemecahan oleh isoenzim esterase non-spesifik

(Todd, Wohlers, and Citra, 2003)

Gambar 7. Reaksi metabolisme atau detoksifikasi cypermetrin dalam tubuh serangga atau mamalia oleh enzim esterase.

Oleh Commision On Enzymes Of The International Union Of Biochemistry,

enzim dibedakan atas 6 golongan besar. Penggolongan ini didasarkan atas reaksi

biokimia dimana enzim memegang peranan (Poedjiadi, 1994). Ikhtisar dari

klasifikasi internasional dari enzim akan disajikan berikut ini (Montgomery,

Conway dan Spector, 1992):

1. Oksidoreduktase, enzim-enzim yang mengkatalisis berbagai macam reaksi

oksidasi-reduksi.

2. Transferase, yang mengkatalisis reaksi pemindahan berbagai gugus seperti

amino, karboksil, karbonil, metil ,asil, glikosil atau fosforil.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

23

3. Hidrolase, yang mengkatalisis pemutusan ikatan antara karbon dengan

berbagai atom lain sambil mengikat molekul air.

4. Liase, yang mengkatalisis pemecahan ikatan antara karbon dengan karbon,

karbon dengan belerang serta beberapa jenis ikatan antara karbon dengan

nitrogen (tidak termasuk ikatan peptida).

5. Isomerase, kelompok enzim yang mengkatalisis reaksi rasemisasi isomer optik

atau geometrik dan reaksi-reaksi oksidasi-reduksi intramolekul tertentu.

6. Ligase, yang mengkatalisis pembentukan ikatan antara karbon dengan oksigen,

belerang, nitrogen dan atom-atom lain.

Enzim pada hakekatnya merupakan katalis efektif, yang bertanggung

jawab bagi terjadinya reaksi kimia terkoordinasi yang terlibat dalam proses biologi

dari sistem kehidupan. Sebagai suatu katalis, suatu enzim tidak dirusak dalam

suatu reaksi dan karena itu tetap tidak berubah dan dapat digunakan kembali.

Suatu ciri yang menonjol dari enzim sebagai katalis adalah spesifitas substrat,

yang menentukan fungsi biologinya (Amstrong, 1995).

Pada banyak spesies, termasuk manusia, suatu enzim dengan beberapa

bentuk molekul yang berbeda dapat diasingkan dari suatu jaringan yang sama atau

dua atau lebih jaringan yang berbeda. Berbagai bentuk molekul yang berbeda dari

suatu enzim dinamakan isoenzim atau isozim (Montgomery, Conway dan Spector,

1992). Isoenzim merupakan enzim yang terdapat dalam bentuk majemuk dalam

organisme pada berbagai stadium kehidupan dan/atau berbagai organ dan jaringan

(mempunyai struktur kuartener homogen maupun heterogen) (Amstrong, 1995).

Esterase adalah enzim yang memecah ikatan ester dengan cara hidrolisis. Esterase

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

24

yang terdapat dalam hati dapat memecah ester sederhana, misalnya etil butirat

menjadi etanol dan asam butirat (Poedjiadi, 1994).

Pada semua piretroid mempunyai beberapa ciri umum, yaitu molekul asam,

ikatan utama ester dan molekul alkohol (Shafer, Meyer dan Crofton, 2005).

Beberapa insektisida diantaranya organofosfat dan karbamat mengandung ikatan

ester, oleh karena itu insektisida organofosfat dapat dihidrolisis oleh esterase

(Scott, 1995 cit Dewi, 2006). Aktivitas enzim esterase non-spesifik dapat

bertambah oleh adanya perubahan gen esterase. Perubahan genetik pada gen

esterase ini menyebabkan peningkatan aktivitas enzim esterase. Hal ini

menyebabkan kemampuan menghidrolisis insektisida tinggi sehingga semua

insektisida yang masuk akan dihidrolisis menjadi senyawa yang kurang beracun.

Oleh karena itu akan menaikkan dosis letal insektisida tersebut dan tidak lagi

mematikan serangga yang menjadi sasaran (Walsh, 2001 cit Dewi, 2006).

G. Elektroforesis

Elektroforesis adalah pergerakan zat bermuatan listrik akibat adanya

pengaruh medan listrik (Anonim, 2006c), sedangkan elektroforesis gel merupakan

suatu teknik analisis penting dan sangat sering dipakai dalam bidang biokimia dan

biologi molekular. Dalam elektroforesis gel, pemisahan dilakukan terhadap

campuran bahan dengan muatan listrik yang berbeda-beda (Anonim, 2006d).

Prinsip dasar teknik ini adalah bahwa DNA, RNA, atau protein dapat dipisahkan

oleh medan listrik. Dalam hal ini, molekul-molekul tersebut dipisahkan

berdasarkan laju perpindahannya oleh gaya gerak listrik di dalam matriks gel. Laju

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

25

perpindahan tersebut bergantung pada muatan listrik bersangkutan (Anonim,

2007a).

Gel yang digunakan biasanya merupakan polimer bertautan silang

(crosslinked) yang porositasnya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Untuk

memisahkan protein atau asam nukleat berukuran kecil (DNA, RNA, atau

oligonukleotida), gel yang digunakan biasanya merupakan gel poliakrilamida,

dibuat dengan konsentrasi berbeda-beda antara akrilamida dan zat yang

memungkinkan pertautan silang (cross-linker), menghasilkan jaringan

poliakrilamida dengan ukuran rongga berbeda-beda (Anonim, 2007a).

Syarat dasar dari larutan penyangga yang digunakan adalah komposisi dan

pHnya tidak mengubah sifat kimia dan biologi bahan yang dipisahkan, dan

interaksi antara molekul protein harus minimal. Tidak diperkenankan untuk

campuran yang dipisahkan mengubah cukup besar pH gel selama jalannya

pemisahan. Oleh karena itu, direkomendasikan pH larutan sampel harus

ditambahkan ±0,5 pH dari pH larutan penyangga, sebelum sampel diaplikasikan ke

gel. Dalam penyangga alkali protein bermigrasi ke arah anoda; pada gel vertikal,

untuk itu katode berada di atas. Elektroforesis harus dihentikan saat indikator

pewarna mencapai 0,5-1 cm sebelum ujung gel (Gaspar, Kalasz, Kerese, Takacs,

and Tyihak, 1984).

Media gel terdiri dari gel penimbun (stacking gel) dan gel pemisah

(resolving gel). Pada gel penimbun (pH 6,8), perbedaan muatan terbentuk antara

ion Cl dan glisin dalam larutan penyangga yang bertujuan menimbun protein

menjadi jalur-jalur sempit diantara ion-ion. Migrasi ke dalam gel pemisah yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

26

mempunyai pH berlainan (pH 8,9) mengganggu perbedaan muatan ini lalu

menyebabkan pemisahan protein menjadi jalur yang berbeda (Anonim, 2007b).

Pemisahan protein memakai elektroforesis telah dipergunakan secara luas

dalam mencoba membedakan strain dan spesies serangga. Ion bermuatan akan

bermigrasi tergantung atas densitas muatan proteinnya. Satu sel atau bermacam-

macam jaringan individu pada spesies yang sama mengandung enzim-enzim yang

mempunyai protein yang berbeda tetapi mempunyai aktifitas enzimatik yang sama.

Diketahui dengan baik bahwa enzim tertentu yang berbeda aktifitasnya cenderung

mempunyai perbedaan tingkat variasi genetik (Ansori, 2000).

Metode elektroforesis telah banyak dikembangkan menurut medium dan

larutan penyangga yang digunakan serta posisi pelaksanaannya. Medium yang

paling banyak digunakan adalah strach gel, akrilamida, agar dan gel sellulose

asetat. Larutan penyangga yang digunakan ada 2 macam yaitu sistem larutan

penyangga berlanjut (continuous buffer system) dan sistem larutan penyangga

terputus (discontinuous buffer system). Larutan penyangga disebut berlanjut

apabila larutan penyangga yang digunakan untuk proses elektroforesis sama

dengan larutan panyangga yang dipakai untuk membuat medium. Larutan

penyangga disebut terputus apabila larutan panyangga yang digunakan untuk

proses elektroforesis berbeda dengan larutan penyangga yang dipakai untuk

membuat medium. Keuntungan sistem larutan penyangga berlanjut adalah larutan

penyangga ini dapat digunakan lebih dari satu kali proses elektroforesis,

sedangkan keuntungan sistem larutan panyangga terputus adalah elektroforegram

yang dihasilkan tampak lebih jelas (Dharmawan, 1993 cit Ernaningsih, 1999).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

27

H. Landasan Teori

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, dan penelaahan pustaka

dapat diajukan landasan berpikir sebagai berikut:

1. Faktor penyebab terjadinya resistensi pada serangga atau nyamuk secara garis

besar terdiri atas faktor genetik, biologis (faktor biotik dan perilaku serangga),

dan operasional insektisida (hal-hal yang terkait dengan bahan kimia yang

dipergunakan dalam pengendalian vektor dan aplikasi insektisida tersebut di

lapangan).

2. Peningkatan aktivitas enzim esterase dalam tubuh nyamuk akan menaikkan

dosis letal menjadi subletal yang tidak lagi mematikan serangga yang menjadi

sasaran.

3. Perbedaan profil esterase non spesifik nyamuk Ae. Aegypti yang berasal dari

daerah endemis dan non-endemis DBD menggambarkan adanya perbedaan

respon nyamuk tersebut terhadap insektisida.

I. Keterangan Empiris

Berdasarkan landasan teori di atas dapat diajukan hipotesis bahwa terdapat

perbedaan profil (pola pita) esterase non-spesifik masing-masing nyamuk Ae.

aegypti yang berasal dari daerah endemis dan non-endemis DBD Kota Jambi

sebagai gambaran tidak langsung mengenai status resistensi terhadap insektisida.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

28

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian tentang profil esterase non-spesifik pada nyamuk Ae. aegyti

yang berasal dari daerah endemis dan non endemis DBD di Kota Jambi dengan

metode elektroforesis ini termasuk penelitian non eksperimental dengan rancangan

deskriptik dan analitik.

B. Subjek Penelititan

Pada penelitian ini digunakan nyamuk Ae. aegypti yang dikoleksi dari

beberapa daerah endemis dan non endemis DBD di Kota Jambi, yang ditetapkan

berdasarkan data endemisitas DBD terbaru dari Dinas Kesehatan Kota Jambi.

Untuk koleksi nyamuk Ae. aegypti dilakukan dengan mengumpulkan telurnya

menggunakan ovitrap, diletakkan di dalam rumah atau pekarangan pemukiman

penduduk dan mengumpulkan larvanya dari tempat-tempat penampungan air yang

berada dan atau sengaja diletakkan di dalam rumah atau di sekitar pekarangan

pemukiman penduduk. Telur dan larva yang didapatkan kemudian

dikembangbiakan di Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Umum

Universitas Gadjah Mada. Setelah dewasa, nyamuk tersebut akan

diidentifikasikan untuk memisahkan nyamuk Ae. aegypti dengan jenis nyamuk

lainnya. Nyamuk Ae. aegypti yang berasal dari Kota Jambi adalah nyamuk dari

kelompok perlakuan. Untuk nyamuk kelompok pembanding digunakan nyamuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

29

Ae. aegypti dari Salatiga yang dikembangbiakan di Laboratorium Parasitologi

Fakultas Kedokteran Umum, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

C. Definisi Operasional

1. Resistensi adalah hasil dari mekanisme tubuh yang dapat menghalang-halangi

atau mencegah invasi, multipliksi dari bibit penyakit kedalam tubuh atau

mencegah terjadinya kerusakan jaringan yang diakibatkan oleh racun yang

dikelurkan oleh bibit penyakit.

2. Resistensi nyamuk terhadap insektisida adalah kemampuan suatu populasi

nyamuk untuk bertahan terhadap pengaruh insektisida yang biasanya

mematikan.

3. Daerah endemis DBD adalah daerah yang setiap tahunnya selama 3 tahun

berturut-turut terdapat kasus DBD.

4. Daerah non endemis DBD adalah daerah yang selama 3 tahun berturut-turut

tidak terjadi kasus DBD.

5. Elektroforesis adalah pergerakan zat bermuatan listrik akibat adanya pengaruh

medan listrik.

6. Zymogram adalah hasil elektroforesis pada gel yang menggambarkan

aktivitas isoenzim esterase non-spesifik yang terkandung dalam tubuh nyamuk

subjek penelitian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

30

D. Bahan dan Alat Penelitian

1. Bahan penelitian

Digunakan bahan: Tris, glisin, akrilamida, HCl, N,N’-metilen

bis(akrilamida) (BIS), ammonium peroksidisulfat, ribloflavin, α-naftil asetat,

aseton, akuades, Fast Blue B, buffer fosfat, N,N,N’,N’-Tetrametiletilendiamin

(TEMED), homogenat nyamuk, sukrosa, triton-X, dan bromphenol blue.

2. Alat penelitian

Digunakan alat Mini-Protean II Dual Slab Cell (Bio-Rad), sentrifugasi,

freezer, plat(lempeng) kaca sebagai cetakan, erlenmeyer, pompa vakum, gelas

ukur, tempat inkubasi, pisau pemisah gel, sisir, syringe, gelas ukur, tabung

ependrof, pellet pastle, pipet tetes, aspirator, sarang nyamuk, dan mikropipet.

E. Jalannya Penelitian

Pada penelitian penentuan profil isoezim esterase non-spesifik kali ini

dilakukan dengan metode elektroforesis (O’Farrell, 1975 cit.Dharmawan, 1993),

tahap-tahap penelitiannya meliputi:

1. Penyiapan larutan

a. Larutan penyangga elektroda disiapkan dengan cara :

Dibuat larutan stok, yaitu 0,005 M Tris-0,0384 M Glisin pH 8,3 (terdiri

atas 0,05 M Tris (hidroksimetil) nitro metana sebanyak 6 gram dengan 0,384

M Glisin sebanyak 28,8 gram) dilarutkan dengan akuades sampai volume 1

liter. Bila akan digunakan larutan ini diencerkan 10 kali dengan akuades.

b. Larutan gel bawah yang terdiri atas larutan a, c dan g

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

31

Larutan a adalah 1,5 M Tris-HCl (pH 8,9) yang dibuat dengan cara

sebanyak 18,3 gram Tris dilarutkan dalam akuades dengan volume tertentu dan

ditambah HCl hingga pH 8,9 dan volumenya 100 ml.

Larutan c adalah 30% akrilamida, yang dibuat dengan cara sebanyak

29,2 gram akrilamida 97,3% ditambah 0,8 gram N,N’-metilen bis(akrilamida)

(BIS) 2,7% dilarutkan dengan akuades sampai volume 100 ml.

Larutan g adalah ammonium peroksidisulfat 10%, yang dibuat dengan

cara sebanyak 1 gram ammonium peroksidisulfat, dilarutkan dalam akuades

sampai volume 10 ml (selalu dibuat baru).

c. Larutan gel atas yang terdiri atas larutan b, d dan e

Larutan b adalah 0,5 M Tris-HCl pH 6,8 yang dibuat dengan cara

sebanyak 6,055 gram Tris, dilarutkan dengan sejumlah akuades dan ditambah

HCl hingga pH 6,8 dan volumenya 100 ml.

Larutan d adalah akrilamida 12,5% yang dibuat dengan cara sebanyak

10 gram akrilamida 80% ditambah 2,5 gram bis-akrilamida 20% dan

dilarutkan dengan akuades sampai volumenya 100 ml.

Larutan e adalah riboflavin, yang dibuat dengan cara sebanyak 4 mg

riboflavin dilarutkan ke dalam akuades sampai volumenya 100 ml.

2. Pemasangan cetakan gel

Dua buah lempeng kaca diletakkan di atas meja dan permukaannya

dibersihkan dengan tissue yang telah dibasahi dengan etanol. Sekat plastik

dipasang pada sisi kanan dan kiri salah satu lempeng kaca. Sekat silikon dipasang

sepanjang sisi kanan dan kiri di luar sekat plastik dan sisi bawah lempeng kaca.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

32

Lempeng kaca yang lain ditutupkan ke atasnya sehingga sekat plastik terletak

diantaranya. Pasangan ini ditegakkan di atas meja secara horizontal.

3. Penyiapan gel bawah

Pada penelitian ini gel bawah yang digunakan terdiri atas 10% akrilamida

0,375 M Tris-HCl pH 8,9 yang dibuat dengan cara :

Tabel I. Jumlah bahan yang digunakan dalam pembuatan gel bawah

Banyaknya yang dibutuhkan untuk volume Bahan 15 ml 30 ml

Larutan a Larutan c Akuades Larutan g Diaerasi TEMED

3,75 ml 5,00 ml 6,10 ml 0,15 ml

10 μl

7,50 ml 10,00 ml 12,50 ml 0,30 ml

20 μl

Larutan a, c, akuades dan larutan g dicampur dalam Erlenmeyer atau gelas

ukur atau botol vakum bila akan dilakukan diaerasi. Larutan digojog dengan hati-

hati, kemudian dilakukan dierasi dengan pompa vakum. Diaerasi dihentikan bila

gelembung-gelembung yang terbentuk jumlahnya telah menjadi sedikit. Larutan

ditambah TEMED dan digojog lagi dengan hati-hati, kemudian segera dituang

dalam celah diantara lempeng kaca yang sudah disiapkan sampai kira-kira 2,5 cm

sebelum batas atas lempeng kaca. Akuades ditambahkan ke atas gel untuk

menutup permukaannya agar terbentuk permukaan yang datar air.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

33

4. Penyiapan gel atas

Gel atas dibuat pada hari berikutnya setelah gel bawah selesai

dipersiapkan. Komposisi gel atas dengan menggunakan 5% akrilamida 0,617 M

Tris-HCl pH 6,7 adalah seperti yang tercantum pada Tabel II.

Larutan b, d, e dan akuades dicampur dalam botol vakum atau beker glass

atau Erlenmeyer dan dilakukan diaerasi menggunakan pompa vakum. Larutan

ditambah TEMED, dan dengan hati-hati digojog, selanjutnya dituang ke atas gel

bawah setelah akuades di atasnya diambil. Sisir plastik dimasukkan dalam gel atas

untuk membuat sumuran tempat sampel. Bila polimerasi sudah terjadi dengan

sempurna (gel atas tampak putih), selanjutnya sisir plastik diambil dan kelebihan

akuades yang ada dalam masing-masing sumuran dibersihkan menggunakan

syringe.

Tabel II. Jumlah bahan yang digunakan dalam pembuatan gel atas

Banyaknya yang dibutuhkan untuk volume Bahan

6,5 ml 13 ml

Larutan b Larutan d Akuades Larutan e Diaerasi TEMED

0,78 ml 2,60 ml 2,09 ml 1,03 ml

4,70 μl

1,56 ml 5,20 ml 4,18 ml 2,06 ml

9,40 μl

5. Penyiapan homogenat nyamuk

Tabung ependrof diletakkan di atas hancuran es batu, kemudian ditetesi 75

μl sukrosa 20%. Nyamuk secara individual dimatikan lebih dahulu dengan cara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

34

memasukkan nyamuk ke dalam lemari es, dan dimasukkan dalam tabung ependrof

tersebut, dihancurkan sampai halus dengan alat pellet pestle. Selanjutnya ke dalam

tabung ependrof tersebut dimasukkan 75μl Triton-X 5% dan didiamkan selama 30

menit pada suhu 4°C. Homogenat disentrifugasi dengan kecepatan 6000 rpm

selama 4 menit. Tabung efendrof yang berisi homogenat diletakkan kembali di

atas hancuran es, kemudian supernatan diambil dan dimasukkan ke dalam tabung

efendrof baru. Supernatan ditambahkan 1 tetes indikator bromophenol blue dan

dimasukkan dalam sumuran. Sebelumnya cetakan gel dipasang terlebih dahulu

pada tempat elektroda.

6. Elektroforesis

Larutan penyangga dituang pada ruang bagian atas dan bawah tempat

elektroda. Larutan penyangga di bagian atas harus menutupi seluruh permukaan

sumuran gel atas yang telah berisi homogenat. Elektroforesis dilakukan kira-kira

selama 2,5 jam pada tegangan 120 volt, kuat arus 30 mA, pada ruang dengan

temperatur 4°C. Elektroforesis dianggap sudah cukup, bila mobilitas buffer

penanda telah melewati 70-90% panjang gel. Setelah selesai, gel diambil dengan

memisahkannya dari lempeng kaca dan dilanjutkan dengan proses pengecatan.

7. Pengecatan

Larutan substrat terdiri atas 20 mg α-naftil asetat dan 2 ml aseton. Untuk

pencucian digunakan larutan penyangga 0,1 M buffer fosfat, pH 6,8 sebanyak 50

ml. Pada akhir elektroforesis gel dicuci dengan buffer fosfat selama 5 menit untuk

menurunkan nilai pH. Selanjutnya buffer pencuci diganti dengan buffer fosfat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

35

yang baru (25 ml) untuk inkubasi. Larutan substrat dimasukkan dan ditutup rapat-

rapat. Inkubasi dilakukan dengan kondisi temperatur ruang antara 20-30°C selama

10 menit, sambil kadang-kadang digoyang.

Untuk pengecatan digunakan larutan yang terdiri atas akuades 10 ml,

garam Fast Blue B sebanyak 45 mg dan 0,2 M buffer fosfat pH 6,8 sebanyak 10

ml. Pada akhir inkubasi, larutan substrat dibuang dan larutan untuk pengecatan

dimasukkan dan inkubasi dilanjutkan kembali. Setelah gambaran pola esterase

non-spesifik terbentuk dengan jelas dan baik, larutan untuk pengecatan dibuang

dan gel dicuci dengan air beberapa kali sampai bersih untuk menghentikan reaksi.

Gel segera difoto untuk mendapatkan gambar yang baik.

F. Analisis Hasil

Zymogram yang terbentuk dianalisis secara kualitatif. Analisis secara

kualitatif dilakukan dengan membandingkan intensitas warna pola pita antara

nyamuk subjek penelitian atau nyamuk uji dengan kontrol dan dilakukan juga

analisis dengan menghitung kecepatan gerak (jarak) esterase dalam medan listrik,

dihitung harga Rf-nya dengan rumus:

=RfawaltitikdaripenandapewarnamigrasiJarak

awaltitikdariproteinpitaJarak

serta dianalisis juga dengan menggunakan tes Chi-square untuk mengetahui

frekuensi elektromorf.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

36

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertama-tama zymogram yang dihasilkan dari elektroforesis dianalisis

dengan membandingkan intensitas warna dari pola pita hasil reaksi aktivitas enzim

esterase non-spesifik dari nyamuk Ae. aegypti yang diamati secara visual (melihat

warna). Pada Gambar 8 dapat dilihat zymogram dan intensitas warna pola pita

hasil elektroforesis yang ditandai dengan E1 sebagai pita pertama, E2 sebagai pita

kedua dan E3 sebagai pita ketiga.

Gambar 8. Zymogram isoenzim esterase non-spesifik dari kelompok nyamuk Ae. aegypti kontrol (1), daerah non endemis (2), dan daerah endemis (3) yang ditandai dengan E1 (pita pertama), E2 (pita kedua), dan E3 (pita ketiga).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

37

Gambar 8 menunjukkan bahwa esterase non-spesifik dari nyamuk Ae.

aegypti Salatiga yang digunakan sebagai kontrol, menghasilkan intensitas warna

yang berbeda dengan kelompok nyamuk uji. Pada pita kelompok nyamuk kontrol

menunjukan intensitas warna yang pekat. Semakin pekat warna yang dihasilkan

menunjukkan bahwa nyamuk tersebut mempunyai aktivitas enzim esterase non-

spesifik yang tinggi. Intensitas warna pada kelompok nyamuk kontrol ini

digunakan sebagai pembanding untuk kelompok nyamuk yang berasal dari

Kelurahan Simpang III Sipin berada di Kecematan Kota Baru sebagai daerah

endemis DBD dan Kelurahan Sijenjang berada di Kecamatan Jambi Timur sebagai

daerah non endemis DBD.

Dari Gambar 8, dapat dilihat perbedaan intensitas warna antara daerah

endemis dan non endemis yang kemudian dibandingkan dengan kelompok

nyamuk kontrol yang berasal dari Salatiga. Pada daerah endemis intensitas warna

yang dihasilkan lebih pekat dibandingkan dengan daerah non endemis. Jika

dibandingkan dengan kontrol, intensitas warna pola pita dari daerah endemis lebih

pekat, sedangkan daerah non endemis jika dibandingkan dengan kontrol, intensitas

warna pola pita lebih terang.

Dari analisis diatas dapat diketahui bahwa populasi nyamuk dari daerah

endemis telah mengalami resistensi terhadap insektisida, sedangkan populasi

nyamuk dari daerah non endemis kecenderungan masih rentan terhadap

insektisida. Populasi nyamuk kontrol cenderung lebih rentan terhadap insektisida

jika dibandingkan dengan populasi nyamuk dari daerah endemis. Hal ini dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

38

dilihat dari intensitas warna pola pita yang dihasilkan dari populasi nyamuk dari

daerah endemis lebih pekat dibandingkan nyamuk kontrol.

Sama halnya dengan hasil penelitian dari Rosario, Miranda-Miranda,

Vasquez dan Estrada (1997), bahwa saat peningkatan enzim esterase non-spesifik

uji esterase menunjukkan kesamaan dengan profil protein. Sejak semua produksi

protein berlebih ditunjukkan dengan menghidrolisis ester pada naftil asetat. Selain

itu, dari penelitian Scharf, Hemingway, Reid, Small dan Bennett (1996) untuk

mengetahui resistensi Blattella germanica terhadap 4 golongan insektisida, yaitu

piretroid, organofosfat, karbamat, dan siklodien dengan menggunakan metode

biokimia dan elektroforesis. Telah diindikasikan bahwa adanya intensitas warna

pita yang lebih pekat pada Blattella germanica yang dikoleksi dari lapangan

daripada kelompok pembandingan yang masih rentan, terdapat juga peningkatan

esterase atau esterase mempunyai spesifikasi tinggi terhadap hidrolisis naftil

asetat.

Pada penelitian dengan metode elektroforesis ini, setelah gel dilepas dari

cetakan dan dicuci dengan larutan buffer fosfat, gel diinkubasi dengan larutan

substrat yang mengandung α-naftil asetat. Penginkubasian ini bertujuan untuk

mengikat enzim oleh larutan substrat. Selanjutnya ditambahkan larutan yang

digunakan untuk membentuk warna akhir. Larutan tersebut mengandung garam

fast blue B (O-dianisidine tetrazotized), akuades dan larutan buffer fosfat. Setelah

warna timbul pada gel, dibilas dengan aquades untuk menghentikan reaksi. Warna

akhir yang didapat menunjukkan aktivitas enzim esterase non-spesifik. Berikut ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

39

adalah reaksi pembentukan warna yang terjadi pada analisis secara kualitatif

(pengamatan visual):

O C CH3

O

OHEsterase

Hidrolisis (H2O)+ CH3COOH

α-naftil asetat α-naftol asam asetat

OH

CH3

N

N

O O

N

CH3

Cl

N

2 + Cl

α-naftol O-dianisidine tetrazonium klorida

OH

CH3 O

N OHNNN

O CH3

+ 2HCl

di-α-naftol tetrazo-О-dianisidine

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Jambi (2006a),

pemberantasan vektor DBD dilakukan dengan melakukan fogging atau pengasapan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

40

dengan menggunakan Cynoff. Data dari Dinas Kesehatan menyebutkan, untuk

Kecamatan Kotabaru pada tahun 2005 dan tahun 2006 dilakukan fogging 15 kali

dan 13 kali, sedangkan untuk Kecamatan Jambi Timur dilakukan fogging 11 kali

dan 2 kali. Cynoff mengandung bahan aktif Cypermethrin, merupakan insektisida

golongan piretroid sintetik yang mempunyai gugus utama ester. Sasaran target

untuk DDT dan piretroid pada saluran membran saraf dan resistensi spesies

tergantung pada perubahan ikatan insektisida terhadap saluran natrium pada

membran (Mourya, et.al, 1993). Menurut Mardihusodo (1996), esterase non-

spesifik telah lama dikenali sebagai enzim yang penting dalam pendetoksifikasian

kimia insektisida yang berhubungan dan salah satu mekanisme resistensi

insektisida yang diketahui tejadi pada nyamuk. Oleh sebab itu, resistensi yang

didapat dari kelompok nyamuk yang berasal dari daerah endemis DBD di Kota

Jambi, kemungkinan disebabkan pendetoksifikasian berlebih dari kimia insektisida

yang dipaparkan secara berlebih juga.

Enzim pendetoksifikasi, yang merupakan dasar terjadinya resistensi saat

peningkatan level dan perubahan aktivitas dari esetrase atau oksidase, mencegah

insektisida untuk mencapai tempat aksinya. Enzim-enzim tersebut diketahui untuk

mendetoksifikasi semua gugus utama pada insektisida. Genetik dan dasar

molekular dari resistensi insektisida pada nyamuk melalui mekanisme

detoksifikasi enzim telah dipelajari secara luas. Peningkatan aktivitas detoksifikasi

enzim esterase dihubungkan dengan penjelasan tentang struktur gen yang sesuai (

Overgaard, 2006).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

41

Seperti yang telah disebutkan pada Bab II, mekanisme resistensi serangga

terhadap insektisida dapat disebabkan oleh resistensi metabolik. Cypermetrin yang

masuk ke dalam tubuh nyamuk akan segera dimetabolisme atau didetoksifikasi

oleh enzim yang bersangkutan sebelum berikatan dengan reseptor pada sistem

saraf sehingga tidak lagi mempunyai daya membunuh. Semakin tinggi aktivitas

enzim pendetoksi semakin nyamuk resisten terhadap insektisida. Perkiraan reaksi

metabolisme atau detoksifikasi dari cypermetrin dalam tubuh nyamuk telah

dijelaskan pada Bab II.

Zymogram yang didapatkan dari elektroforesis juga dihitung kecepatan

gerak (jarak) esterase dalam medan listrik (Rf) dan juga dianalisis dengan

menggunakan Chi-square untuk mengetahui adanya perbedaan frekuensi

elektromorf yang menunjukkan adanya perbedaan aktivitas esterase non-spesifik.

Pada Tabel III, ditemukan perbedaan jumlah pita zymogram kelompok

nyamuk Ae. aegypti yang berasal dari daerah non-endemis (Kelurahan Sijenjang)

dibandingkan dengan kelompok nyamuk Ae. aegypti yang berasal dari daerah

endemis (Kelurahan Simpang III Sipin), dan kontrol. Pada daerah non-endemis

hanya terdapat 2 pita, sedangkan pada daerah endemis dan kontrol terdapat 3 pita.

Esterase non-spesifik dan hasil zymogram dari elektroforesis dapat dilihat pada

Tabel III.

Untuk mengetahui adanya perbedaan aktivitas esterase, hasil pengamatan

jumlah pita yang dihasilkan pada elektroforesis ini dianalisis dengan menggunakan

tes Chi-square (p < 0,05). Dari perhitungan data, diketahui bahwa adanya

perbedaan frekuensi elektromorf antara daerah endemik dan daerah non endemik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

42

dan dapat dikatakan adanya perbedaan aktivitas esterase non-spesifik antara

kelompok nyamuk Ae. aegypti dari daerah endemis dan daerah non-endemis. Hasil

serupa juga dijumpai pada penelitian yang dilakukan oleh Ernaningsih (1999)

dengan menggunakan analisis Chi-square, yaitu ditemukannya perbedaan

frekuensi elektromorf yang menandai adanya perbedaan aktivitas esterase non-

spesifik pada nyamuk Culex quinquefasciatus yang berasal dari daerah endemik

dan daerah non-endemik (p < 0,05). Pita-pita zymogram dari nyamuk yang berasal

daerah endemik, non-endemik dan kontrol yang didapat kemudian dihitung harga

Rf-nya.

Tabel III. Esterase non-spesifik dan jumlah pita yang dihasilkan dari kelompok nyamuk Ae. aegypti yang berasal dari Kelurahan Simpang III Sipin (daerah endemik DBD), Kelurahan Sijenjang (daerah non-endemik DBD), dan Salatiga sebagai kontrol

Daerah endemik Daerah non-endemik Kontrol

Enzim Jumlah sampel Pita Jumlah

sampel Pita Jumlah sampel Pita

Esterase non-

spesifik 10 3 10 2 10 3

Dari Tabel IV, dapat dilihat tidak ada perbedaan yang signifikan antara

harga Rf pada pita 1 (E1) dan 2 (E2) yang dihasilkan pada kelompok nyamuk Ae.

aegypti yang berasal dari daerah endemis dan daerah non-endemis DBD, maupun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

43

kontrol. Untuk pita 3 (E3) pada daerah non-endemis tidak ditemukan, sehingga

harga Rf tidak dapat dihitung, tetapi juga tidak ada perbedaan yang signifikan

antara harga Rf antara daerah endemis dan kontrol.

Tabel IV. Kecepatan gerak (jarak) esterase non-spesifik dalam medan listrik (Rf) setiap pita yang terdapat pada zymogram hasil elektroforesis untuk setiap kelompok nyamuk Ae. aegypti yang berasal dari Kelurahan Simpang III Sipin (daerah endemik DBD), Kelurahan Sijenjang (daerah non-endemik DBD), dan Salatiga sebagai kontrol

Kecepatan gerak (jarak) (cm) Pita Daerah

endemik Daerah non-

endemik Kontrol

1 (E1) 0,18 0,18 0,2

2 (E2) 0,36 0,36 0,36

3 (E3) 0,94 - 0,96

Elektroforesis biasanya digunakan untuk menentukan komposisi protein

suatu produk makanan. Sebagai contohnya, perbedaan yang terdapat didalam

komposisi protein dari protein jenuh kacang kedelai dan weiyang dihasilkan

melalui teknik pemisahan yang berlainan. Elektroforesis dapat juga digunakan

untuk menentukan kemurniaan suatu ekstrak protein (Anonim, 2007c). Dari data

diatas (Tabel IV), diketahui tidak adanya perubahan komposisi dari protein

penyusun esterase non-spesifik pada kelompok nyamuk Ae. aegypti baik yang

berasal dari daerah endemis, daerah non-endemis maupun kontrol.

Metode elektroforesis yang digunakan untuk mengetahui gambaran profil

esterase non-spesifik pada nyamuk Ae. aegypti yang berasal dari daerah endemis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

44

dan no-endemis DBD dari Kota Jambi, tidak hanya dapat digunakan untuk

mengetahui gambaran profil esterase non-spesifik pada serangga yang telah

terpapar insektisida golongan organofosfat atau karbamat, tetapi juga dapat

digunakan untuk insektisida golongan piretroid. Seperti pada penelitian yang

dilakukan oleh Ganesh, Vijayan, Urmila, Gopalan, and Prakash (2002) untuk

mengetahui adanya peranan esterase dan monooksigenase pada resistensi

Anopheles stephensi Giles (1908) terhadap deltametrin dari Mysore, digunakan

elektroforesis gel poliakrilamida dan menunjukkan adanya perbedaan profil

isoenzim pada analisis A-esterase dan B-esterase. Elektroforesis gel akrilamida

juga digunakan untuk mengetahui adanya toleransi piretroid pada Culex pipiens

pipiens var molestus dari Marin, California (McAbee, et.al, 2003).

Mutasi apa saja pada gen yang bertanggung jawab dalam penurunan

sensitifitas tempat target, menyebabkan adanya resistesi silang untuk semua jenis

aksi insektisida pada tempat targetnya. Resistenasi silang antara DDT dan piretroid

telah dikatahui pada banyak nyamuk vektor. Resistensi silang juga ditemukan

antara organofosfat dan piretroid, misalnya Rodrigues et.al (2002) menemukan

bahwa Ae. aegypti yang resistensi terhadap temefos juga memberikan resistensi

pada deltametrin, kemungkinan dikaitkan dengan peningkatan aktivitas GST. Juga

telah dilaporkan resistensi multipel (beberapa mekanisme resistensi terdapat dalam

1 populasi), karena pemaparan yang berulang-ulang atau terus menerus oleh

insektisida dari gugus kimia yang berbeda (Overgaard, 2006). Berdasarkan data

yang diterima dari Dinas Kesehatan Kota Jambi, hanya disebutkan pemakaian

insektisida Cynoff (golongan piretoid) untuk periode 2005-2006, sedangkan untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

45

tahun-tahun sebelumnya tidak tercantum insektisida yang digunakan. Pada

penelitian kali ini dimungkinkan telah terjadi resistensi silang antara insektisda

yang digunakan dalam program pemberantasan vektor penyakit DBD di Kota

Jambi sebelum digunakannya insektisida golongan piretroid.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

46

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian profil esterase non-spesifik dengan menggunakan

metode elektroforesis ini dapat disimpulkan:

1. Adanya perbedaan profil esterase non-spesifik pada populasi nyamuk Ae.

aegypti yang berasal dari daerah endemis DBD, Kelurahan Simpang III Sipin,

dengan daerah non-endemis DBD, Kelurahan Sijenjang.

2. Adanya variasi aktivitas esterase antara populasi nyamuk Ae. aegytpi yang

berasal dari Kelurahan Simpang III Sipin dengan Kelurahan Sijenjang (p <

0,05) yang ditandai dengan perbedaan frekuensi elektromorf.

3. Tidak adanya perbedaan kecepatan gerak (jarak) esterase antara populasi

nyamuk Ae. aegypti dari Kelurahan Sijenjang dengan Kelurahan Simpang III

Sipin, kecuali pada pita 3.

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian sejenis di daerah endemis maupun non-endemis lain

di Kota Jambi untuk mendapatkan gambaran secara umum profil esterase non-

spesifik nyamuk Ae. aegypti sehubungan dengan efektifitas pengendalian

vektor penyakit DBD secara kimiawi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

46

2. Pada penelitian selanjutnya yang sejenis, sebaiknya menggunakan standar

enzim esterase sebagai pembanding kemurnian enzim pada pita yang terbentuk

pada zymogram populasi nyamuk perlakuan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

48

DAFTAR PUSTAKA

Amstrong, F.B., 1995, Buku Ajar Biokimia, ed. III, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 100

Anonim, 1993, Extoxnet: Extension Toxicology Network,

http://pmep.cce.cornell.edu/profiles/extoxnet/carbaryl_dicrotophos/cypermet-ext.html, diakses pada tanggal 18 April 2007

Anonim, 1999, Dengue Haemorragic Fever: Diagnosis, Treatment, Prevention,

and Control, Edisi II, diterjemahkan oleh Monica Ester, , Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 10-11, 15, 17-18, 20-21, 88

Anonim, 2002a, Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever,

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs117/en, diakses pada tanggal 9 April 2007

Anonim, 2002b, Fact Sheet on Dengue Fever and Dengue Haemorrhagic Fever,

http://www.who.int/mediacentre/factsheets, diakses pada tanggal 18 April 2007

Anonim, 2002c, A Color Photo Atlas Of Mosquitoes Of Southaestern, Departemen

Of Medical Entomology, Australia, http://www.arbovirus.health.nsw.gov.au/areas/arbovirus/mosquit/photos, diakses pada tanggal 28 Mei 2007

Anonim, 2004, Prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic

Fever, No.29, WHO Genewa, 3-22, 59-72 Anonim, 2005a, CD Risk Assessment: DF, DHF and DSS in Indonesia, February

2005, http://www.who.int/diseasecontrol-emergencies/guidelines/Dengue-ind-risk%20assess.pdf, diakses pada tanggal 18 April 2007

Anonim, 2005b, DHF/DBD, http:/www.infeksi.com/artikel, diakses pada tanggal

18 April 2007 Anonim, 2005c, Demam Berdarah, http://www.pemkot-

malang.go.id/britaku/data/upimages/siklus-tular.gif, diakses pada tanggal 21 Januari 2007

Anonim, 2005d, Safety of Pyrethroids for Public Health Use,

http://whqlibdoc.who.int/hq/2005/WHO_CDS_WHOPES_GCDPP_2005.10.pdf, diakses pada tanggal 29 Mei 2007

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

49

Anonim, 2006a, Data Penyemprotan Insektisida Cynoff di Kota Jambi, Dinas Kesehatan Kota Jambi

Anonim, 2006b, Data Kasus Demam Berdarah Dengue Periode 2003-2005 di

Kota Jambi, Dinas Kesehatan Kota Jambi Anonim, 2006c, Elektroforesis, http://id.wikipedia.org/wiki/Elektroforesis, diakses

pada tanggal 9 Maret 2007 Anonim, 2006d, Elektroforesis Gel,

http://id.wikipedia.org/wiki/Elektroforesis_gel, diakses pada tanggal 9 Maret 2007

Anonim, 2007a, Biologi Molekuler, http://id.wikipedia.org/wiki/Biologi_molekular, diakses pada tanggal 9 Maret 2007

Anonim, 2007b, Elektroforesis gel poliakrilamid (PAGE), http://pkukmweb.ukm.my/~mamot/STKM2022/PAGE.htm, diakses pada tanggal 9 Maret 2007

Ansori, I., 2000, Elektroforesis Beberapa Enzim Anopheles maculatus di Sumatera Selatan, Majalah Kesehatan Sumatera Selatan, Th. 32, No. 3, 38

Dewi, A.A.I.A.G., 2006, Penentuan Status Resistensi Nyamuk Aedes aegypti yang

Berasal dari Wilayah Denpasar Timur (Bali) Terhadap Insektisida Organofosfat Secara Biokemis, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Dharmawan, R., 1993, Metoda Identifikasi Spesies Kembar Nyamuk Anopheles,

Sebelas Maret University Press, Surakarta Djunaedi, D., 2006, Demam Berdarah:Epidemiologi, Imunopatologi, Patogenesis,

Diagnosis, dan Penatalaksanaannya, UMM Press, Malang, 11-14, 18, 64, 82, 105-108

Ernaningsih, 1999, Culex quinquefasciatus Say (Diptera: Culicidae) dari Daerah

Endemik Filariasis Bancrofti: Perbedaan Rasio Dorsal-Ventral Genital Jantan dan Analisis Isoenzim. Thesis. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Faisya, A.F., 1998, Deteksi Status Kerentanan Insektisida Organofosfat (Temefos)

Secara Biokemis pada Larva Nyamuk Aedes aegeypti di Kabupaten

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

50

Kulon Progo, Thesis, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Foye, W.O., 1981, Prinsip-Prinsip Kimia Medisinal, Jilid II ed. 2, Gadjah Mada

University Press, Yogyakarta, 1664, 1672 Gandahusada, S., Ilahude, H.D. dan Pribadi, 1998, Parasitologi Kedokteran, ed. 3,

Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 236-255

Ganesh, K.N., vijayan, V.A., Urmila, J., Gopalan, N., and Prakash, S., 2002, Role of Ersterase and Monooxygenase in the Deltamethrin Resistance in Anopheles stephensi Giles (1908), at Mysore, http://www.ncbi.nlm.nih.gov/sites/entrez?Db=pubmed&Cmd=ShowDetailView&TermToSearch=12622206&ordinalpos=1&itool=EntrezSystem2.PEntrez.Pubmed.Pubmed_ResultsPanel.Pubmed_RVAbstractPlus, diakses pada tanggal 7 Juni 2007

Gaspar, L., Kalasz, H., Kerese, I., Takacs, O., and Tyihak, E., 1984, Methods of Protein Analysis, Halsted Press, Hungaria, 100, 111

Grantham, R., 1999, Florida Medical Entomology Laboratory, University of Florida, [email protected], diakses pada tanggal 29 Juli 2007

Lee, H.L., Abimbola, O., and Singh, K.I., 1992, Determination of Insecticide Susceptibility in Culex Quinquefasciatus Say Adults by Rapid Enzyme Microassays, South East Asean Journal Trop. Med. Public Health, Vol. 23, No. 3, 458-463

Liu, N., Xu, Q., Zhu, F., and Zhang L., 2006, Pyrethroid Resistance in

Mosquitoes, http://www.blackwell-synergy.com/doi/abs/10.1111/j.1744-7917.2006.00078.x, diakses pada tanggal 8 Juni 2007

Mardihusodo, S.J., 1990, Panduan dan Buku Kerja Praktikum Parasitologi

Kedokteran II, Helmintologi Kedokteran dan Entomologi Kedokteran, Bagian Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 77

Mardihusodo, S.J., 1995, Microplate Assays Analysis of Potensial for

Organophosphate Insecticide Resistance in Ae. aegypti in Yogyakarta Municipality, Indonesia, Berkala Ilmu Kedokteran, Vol. 27, No. 2:70-79

Mardihusodo, S.J., 1996, Application of Non Spesifik Esterase Enzyme

Microassays to Detect Potensial Insecticide Resistance of Ae. aegypti Adult in Yogyakarta, Indonesia, Berkala Ilmu Kedokteran, Vol. 28, No. 4:167-171

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

51

Marvdashti, R., 1985, Location of Esterase loci in Aedes aegypti, J. Am. Mosq. Control Assoc. I (4): 423-424

McAbee, R.D., Kang, K.D., Stanich, M.A., Christiansen, J.A., Wheelock, C.E.,

Inman, A.D., et.al, 2003, Pyretroid Tolerance in Culex pipiens pipiens var molestus from Marin County, California, Pest Management Science, Vol. 60: 359-368

Mortimer, R., 1998, Aedes aegypti and Dengue fever, http://www.microscopy-uk.org.uk/mag/art98/aedrol.html, diakses pada tanggal 8 April 2007

Mourya, D. T., Hemingway, J., and Leake, C. J., 1993, Changes in Enzyme titres with age in four geographical strains of Aedes aegypti and their association with insecticides resistance, Med. and Vet. Entomol., 7: 11-16

Montgomery, R., Conway, T.W., Spector, A.A., 1992, Biokimia: Berorientasi

pada Kasus Klinik, ed. 5, jilid 1, Binarupa Aksara, Jakarta, 141 Mulyaningsih, B., 2002, Esterase Variation in Aedes albopictus Skuse (Diptera:

Culicidae) Population from Several DHF Endemic and Non Endemic Areas in Indonesia, Indonesia Journal Biotech, 584-589

Mulyaningsih, B., 2003, Deteksi Aktivitas Esterase pada Nyamuk Aedes aegypti di

Daerah Endemis Demam Berdarah Dengue di Yogyakarta, Gama Sains, Vol. V, No. 1, 36

Munif, A., 1997a, Pengaruh B.thuringiensis H-14 Formula Tepung Pada Berbagai

Instar Larva Aedes aegypti di Laboratorium, Cermin Dunia Kedokteran, No. 119, 27

Munif, A., 1997b, Pengaruh Residu Pyripropoxyfen 0,5% terhadap Pertumbuhan

Larva Aedes aegypti pada Berbagai Simulasi Wadah Air, Cermin Dunia Kedokteran, No. 119, 42

Overgaard, H.J., 2006, Malaria Mosquito Resistance to Agricultural Insecticides:

Risk Area Mapping in Thailand, http://www.iwmi.cgiar.org/pubs/pub103/rr103.pdf, diakses pada tanggal 9 Juni 2007

Poedjiadi, A., 1994, Dasar-dasar Biokimia, Penerbit Universitas Indonesia,

Jakarta, 142,152,155 Sastroutomo, 1992, Pestisida: Dasar-Dasar dan Dampak Penggunaannya,

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 95 Scharf, M.E., Hemingway, J., Reid, B.L, Small, G.J., and Bennet, G.,W.,

Toxicology and Biochemical Characterization of Insektiside Resistance

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

52

in a Field-Collected Strain of Blattella germanica (Dictyoptera: Balttellidae), Journal of Economic Entomology, Vol. 89, No. 2, 3

Shafer, T.J., Meyer, D.A., and Crofton, K.M., 2005, Developmental Neurotoxicity

of Pyrethroid Insecticides: Critical Review And Future Research Needs, Environmental Health Perspectives, Vol. 113, No. 2, 123

Soedarmono, S.S.P., 1988, Demam Berdarah (Dengue) pada Anak, Cetakan ke-2,

Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta, 20-22, 26 Soedarto, 1989, Entomologi Kedokteran, , Penerbit Buku Kedokteran EGC,

Jakarta, 99-101 Sudarmono, S., 1991, Pestisida, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 34, 92-94 Sungkar, S., 2005, Bionomik Aedes Aegypti, Vektor Demam Berdarah Dengue,

Majalah Kedokteran Indonesia, Vol. 55, No. 4, 384-389 Todd, G.D., Wohlers, D., and Citra, M., 2003, Toxicological Profile for Pyrethrins

and Pyrethroids, http://www.atsdr.cdc.gov/toxprofiles/tp155.pdf, diakses pada tanggal 7 Januari 2007

Untung, K., Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu, cetakan ke 4, Fakultas

Pertanian UGM, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 198-199

Ware, G.W., 1999, An Introduction to Insecticides 3rd Edition, http://ipmworld.umn.edu/chapters/ware.htm, diakses pada tanggal 20 Mei 2007

Widiarti, 2005, Uji Mikroplat Aktivitas Enzim Esterase Untuk Mendeteksi Resistensi Anopheles aconitus Terhadap Insektisida Organofosfat, Jurnal Kedokteran Yarsi, Vol. 13, No.1, 1-2

Wulandari, T., 2001, Vektor Demam Berdarah Dengue dan Penanggulangannya,

Mutiara Medika, Vol. I, No.I, 27-29

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

53

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

54

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

55

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

56

Lampiran 4. Data Kasus Demam Berdarah Dengue di Kota Jambi Tahun 2003-2005

2003 2004 2005

No KECAMATAN/KELURAHAN P M P M P M TELANAIPURA 17 1 38 2 38 2

1 Telanaipura 2 1 7 - - - 2 Sp.IV Sipin 5 - 8 - 8 - 3 Pematang Sulur 2 - 1 - 6 - 4 Selamat 2 - 7 1 5 - 5 Legok 2 - 4 - 5 - 6 Solok Timur 1 - 5 1 5 2 7 Murni - - 3 - 1 - 8 Sungai Putri 2 - 2 - 1 - 9 Teluk Kenali - - - - - -

10 Buluran Kenali - - 1 - 2 - 11 Peny. Rendah 1 - - - 5 -

JAMBI TIMUR 13 2 21 0 45 2 1 Tanjung Pinang 2 1 4 - 5 - 2 Rajawali 1 - 4 - 3 - 3 Kasang - - - - 5 - 4 Kasang Jaya - - - - 1 - 5 Sijenjang - - - - - - 6 Budiman 3 - 2 - - - 7 Talang Banjar 2 1 6 - 11 1 8 Sulanjana - - - - 2 - 9 Payo Silincah 5 - 3 - 12 1

10 Tanjungsari - - 2 - 6 - JAMBI SELATAN 16 1 33 2 52 2

1 Tambaksari 1 - 2 - 11 - 2 Pakuan Baru 1 - 6 - 7 - 3 Wijayapura 1 - 2 - 5 - 4 talang Bakung 3 - 11 2 7 - 5 Ekajaya - - - - 2 - 6 Thehok 5 1 4 - 7 1 7 Pasir Putih 3 - 2 - 9 1 8 Pal Merah 2 - 5 - 1 - 9 Lingkar Selatan - - 1 - 3 -

DANAU TELUK 1 0 4 0 0 0 1 Olak Kemang 1 - 3 - - - 2 Tanjung Raden - - - - - - 3 Tanjung Pasir - - 1 - - - 4 Pasir Panjang - - - - - - 5 Ulu gedong - - - - - -

PELAYANGAN 0 0 0 0 5 1 1 Mudung Laut - - - - 2 - 2 Arab Melayu - - - - 1 -

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

57

3 Jelmu - - - - - - 4 Kp. Tengah - - - - - - 5 Tahtul Yaman - - - - 1 1 6 Tanjung Johor - - - - 1 -

PASAR JAMBI 3 0 5 0 10 0 1 Sungai Asam 2 - 1 - 4 - 2 OKH - - 1 - - - 3 Beringin 1 - 2 - 2 - 4 Pasar Jambi - - 1 - 4 -

JELUTUNG 21 0 20 0 17 1 1 Payo Lebar 4 - 5 - 3 - 2 Lebak Bandung 3 - 5 - 4 - 3 Cempaka Putih 1 - 2 - 3 1 4 Talang Jauh 2 - - - 1 - 5 Jelutung 3 - 4 - 3 - 6 Kebun Handil 8 - 3 - 1 - 7 Handil Jaya - - 1 - 2 -

KOTA BARU 30 2 42 0 73 2 1 Paal V - - 3 - 4 - 2 Sukakarya 1 - 1 - 4 - 3 Rawasari 2 - 5 - 4 - 4 Beliung 1 - 3 - 8 - 5 Sp. III Sipin 11 1 5 - 21 1 6 Mayang Mengurai 4 - 12 - 5 1 7 K. Asam Atas 1 - 5 - 4 - 8 K. Asam Bawah 5 - 1 - 8 - 9 Kenali Besar 5 1 6 - 12 -

10 Bagan Pete - - 1 - 3 - KOTA JAMBI 101 6 163 4 240 10

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

58

Lampiran 5. Perhitungan Kecepatan Gerak (Jarak) Isoenzim Esterase Non-Spesifik Dalam Medan Listrik (Rf)

=RfesiselektroforrambatJarak

awaltitikdarietikelektroforpitaJarak

Jarak rambat elektroforesis = 5 cm Daerah endemik Pita 1. Jarak pita elektroforetik dari titik awal = 0,9 cm

=Rf cmcmcm 18,0

59,0

=

Pita 2. Jarak pita elektroforetik dari titik awal = 1,8 cm

=Rf cmcmcm 36,0

58,1

=

Pita. 3. Jarak pita elektroforetik dari titik awal = 4,7 cm

=Rf cmcmcm 94,0

57,4

=

Daerah non-endemik Pita 1. Jarak pita elektroforetik dari titik awal = 0,9 cm

=Rf cmcmcm 18,0

59,0

=

Pita 2. Jarak pita elektroforetik dari titik awal = 1,8 cm

=Rf cmcmcm 36,0

58,1

=

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

59

ontrolK Pita 1. Jarak pita elektroforetik dari titik awal = 1 cm

=Rf cm2,01=

ik dari titik awal = 1,8 cm

cmcm5

Pita 2. Jarak pita elektroforet

=Rf cm36,08,1=

ik dari titik awal = 4,8 cm

cmcm5

Pita 3. Jarak pita elektroforet

=Rf cmcm

96,05

=

cm8,4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

60

Lampiran 6. Perhitungan Analisis Data Frekuensi Elektromorf dengan Menggunakan Analisis Chi-Square (Perhitungan Tabel Kontingensi 2x2 (rxc) Untuk Pola Zymogram Elektroforetik Isoenzim Esterase)

2 Pita 3 pita Daerah non

endemis 10 (a) 0 (c)

Daerah endemis 0 (b) 10 (d) N = jumlah total sampel = 20 r = baris = 2 ; c = kolom = 2 Derajat bebas = (r-1)(c-1) = (2-1)(2-1) = 1 Taraf kepercayaan = α = 0,05

))()()(()( 2

2

dbcadcbacbadNhitungX

++++−

=

)100)(010)(100)(010()0.010.10(20 2

2

++++−

=hitungX

)10)(10)(10)(10()0100(20 2

2 −=hitungX

20)10000(

)10000(202 ==hitungX

X2 tabel = 3,841

X2 hitung > X2 tabel ( ) 05,0α

H0 = tidak terdapat hubungan perbedaan jumlah pita dengan perbedaan

elektromorf H1 = terdapat hubungan perbedaan jumlah pita dengan perbedaan elektromorf H0 diterima jika X2 hitung < X2 tabel Kesimpulan = H0 ditolak, terdapat perbedaan frekuensi elektromorf antara daerah

endemis dan daerah non endemis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

61

Lampiran 7. Foto alat-alat penelitian

Foto 1. sangkar nyamuk

Foto 2. alat elektroforesis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

62

Foto 3. cetakan elektroforesis gel akrilamida

Foto 4. (a) gelas ukur, (b) syringe, (c) sisir plastik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

63

Foto 5. (d) tabung ependof, (e) pellet pestle

Foto 6. (f) tempat inkubasi, (g) pisau pemisah gel

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti … · Semua teman, sahabat tercinta, atas persahabatan, pengertian dan dukungannya selama ini serta bantuan infomasi yang sangat

64

BIOGRAFI PENULIS

Victoria Hapsari, lahir di Jambi pada tanggal 28 Juli 1984.

Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara

pasangan Fx. Abu Wuryanto dan Mg. Rita Iriyanti. Penulis

telah menempuh pendidikan di TK Xaverius II Jambi, SD

Xaverius II Jambi, SMP Xaverius II Jambi, SMUK Sang

Timur Yogyakarta, dan melanjutkan di Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Semasa kuliah

penulis pernah menjadi Kobid. Penelitian dan

Pengembangan BPMF tahun 2003-2004, sie. Penelitian

dan Pengembangan BEMF tahun 2004-2005, Pendamping

Kelompok Insadha 2004, dan panitia pelaksana acara

PIMFI 2005 sebagai sekretaris. Penulis juga pernah terlibat

menjadi Manajer UKF Olahraga Sepak Bola tahun 2003-

2005.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI