profesionalisasi-tenaga-pendidikan1.pdf

download profesionalisasi-tenaga-pendidikan1.pdf

of 11

Transcript of profesionalisasi-tenaga-pendidikan1.pdf

  • Fikri Aulia Pascasarjasana UNNES

    1

    Profesionalisasi Tenaga Kependidikan

    A. Pengertian Profesi

    Secara harfiah kata profesi berasal dari kata profession (Inggris) yang berasal dari

    bahasa Latin profesus yang berarti mampu atau ahli dalam suatu bentuk pekerjaan

    (Sanusi, 1987 : 18). Dalam Websters New World Dictionary ditemukan bahwa profesi

    merupakan suatu pekerjaan yang menuntut pendidikan tinggi, dalam liberal arts atau

    scince dan biasanya meliputi pekerjaan mental yang ditunjang oleh kepribadian dan

    sikap profesional.

    Vollmer dan Mill yang dikutip Peter Jarvis (1983 : 21) menyatakan bahwa profesi

    adalah : suatu pekerjaan yang didasarkan atas studi intelektual dan latihan yang khusus,

    tujuannya untuk menyediakan pelayanan keterampilan atau advise terhadap yang lain

    dengan bayaran atau upah tertentu (a profession may perhaps be defined as an

    occupation based upon specialized intellectual study and training, the purpose of which

    is to supply skilled service or advice to other for a definite fee or salary).

    Lebih lanjut, Peter Jarvis mengutip pendapat Cogan (1983 : 21) profesi adalah

    suatu keterampilan yang dalam prakteknya didasarkan atas suatu struktur teoritis

    tertentu dari beberapa bagian pelajaran atau ilmu pengetahuan. Dengan demikian tidak

    semua pekerjaan dapat disebut suatu profesi, karena hanya pekerjaan yang memiliki

    ciri-ciri tertentu yang dapat dikatakan profesi. Abin Syamsuddin (1996) mengartikan

    profesi sebagai suatu pekerjaan tertentu yang menuntut persyaratan khusus dan

    istimewa sehingga meyakinkan dan memperoleh kepercayaan pihak yang

    memerlukannya.

    Di dalam berbagai referensi, pengertian profesi dapat berbeda makna sesuai

    dengan pendekatan yang digunakan. Pendekatan dari sisi sifat (trait) memandang

    profesi sebagai suatu yang memiliki seperangkat elemen inti atau embrio (a set of core

    element) yang membedakan dari jenis pekerjaan lain, artinya sifat profesi ditandai oleh

    seperangkat elemen inti. Dedi Supriadi (1998 : 95) memaknai profesi dengan menunjuk

    kepada suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian, tanggung jawab dan

  • Fikri Aulia Pascasarjasana UNNES

    2

    kesetiaan terhadap profesi. Lebih lanjut Dedi menyatakan bahwa suatu profesi tidak

    bisa dilakukan oleh sembarang orang yang tidak dilatih dan disiapkan untuk itu.

    Dari perspektif sosiologis, profesi adalah suatu pekerjaan yang mengatur dirinya

    melalui suatu latihan wajib dan sistematis dan disiplin kesejawatan, yang didasarkan

    atas pengetahuan teknis yang spesialis, memiliki orientasi pelayanan dan bukan

    keuntungan serta dijunjung tinggi melalui kode etiknya.

    Merujuk kepada uraian di atas, profesi dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan

    atau jabatan yang menuntut keahlian, yang didapat melalui pendidikan dan latihan

    tertentu, menuntut persyaratan khusus, memiliki tanggung jawab dan kode etik tertentu

    pula.

    Ciri/karakteristik pelayanan profesi ini adalah : adanya ikatan profesi, adanya

    kode etik, adanya pengendalian batas kewenangan dan adanya pengaturan hukum untuk

    mengontrol praktek. Greenwood (1957) menambahkan beberapa ciri lain yaitu adanya

    teori yang sistematis, otoritas, sangsi dari masyarakat, dan adanya budaya khusus.

    Wilensky (1964) menambahkan juga ciri profesi, yaitu pekerjaan penuh waktu, adanya

    pendidikan yang berhubungan dengan universitas.

    Suatu pekerjaan dianggap profesi, menurut Achmad Sanusi (1991) apabila

    memiliki fungsi dan signifikansi sosial secara krusial, memiliki keterampilan atau

    keahlian tertentu, dalam memperoleh pengetahuan dilakukan bersifat pemecahan

    masalah dengan menggunakan metoda ilmiah, didasarkan pada suatu disiplin ilmu

    tertentu yang jelas dan eksplisit, memiliki kode etik, membutuhkan masa pendidikan

    dan latihan yang lama, memiliki kebebasan untuk memberikan judgment, memiliki

    tanggung jawab otonomi dan mendapat pengakuan dari masyarakat.

    Karakteristik lain tentang profesi diidentifikasi oleh Liebermen (1956) yaitu

    sebagai berikut :

    (1) A unique, definite and essential (suatu pelayanan yang khas, tertentu dan

    mendasar, pelayanan yang dalam pelaksanaannya dapat diidentifikasi dari

    pelayanan lain);

  • Fikri Aulia Pascasarjasana UNNES

    3

    (2) An emphasis upon intellectual techniques in performing its service (suatu yang

    menekankan atas teknik-teknik intelektual dalam pelayanannya);

    (3) A long period of specialized training (profesi ditempuh melalui latihan dalam

    periode waktu yang panjang);

    (4) A broad range of autonomy for both the individual practitioners and occupation

    group as a whole (suatu lapangan ekonomi yang luas baik bagi para individu-

    individu praktisi maupun bagi kelompok kerja sebagai suatu keseluruhan);

    (5) As acceptance by practitioners of road personal responsibility for judgment made

    and acts performed with in the scope of profession autonomy (sebagai penerimaan

    oleh praktisi-praktisi atas tanggung jawab personal yang luas terhadap keputusan

    yang dibuat dan tindakan-tindakan yang dilakukan dalam ruang lingkup otonomi

    profesional);

    (6) An emphasis upon the service to be rendered rather than the economic gain to the

    practitioners as the basis for organization and performance of the social service

    delegated to the occupational group (suatu penekanan atas pelayanan yang

    diberikan daripada ganjaran ekonomis dan penampilan pelayanan sosial terhadap

    kelompok kerja);

    (7) A comprehensive self governing organization of practitioners (suatu organisasi

    praktisi yang menyeluruh dalam mengelola organisasi secara mandiri);

    (8) A code of ethics which has been classified and interpreted without ambiguous and

    doubtful points (suatu kode etik yang telah diklasifikasi dan ditafsirkan dengan

    pengertian yang tidak kabur).

    Glenn Langford (1978 : 6) mengemukakan ciri profesi sebagai berikut :

    (1) Payment (bersifat bayaran);

    (2) Knowledge and skill (memiliki pengetahuan dan keterampilan yang luas);

    (3) Responsibility purpose (memiliki tanggung jawab sebagai agen, pribadi, sosial

    dan tanggung jawab sebagai pengembang misi untuk mencapai tujuan;

    (4) The profession ideal services (memberi pelayanan yang tepat);

    (5) Unity (memiliki suatu kesatuan dalam upaya mencapai tujuan);

    (6) Recognition (memperoleh pengakuan dari masyarakat).

  • Fikri Aulia Pascasarjasana UNNES

    4

    Dalam dunia pendidikan beberapa referensi tentang sifat-sifat atau ciri-ciri profesi

    yang dapat digunakan untuk mengungkapkan profesi pendidikan datang dari Oteng

    Sutisna (1987) yang mengambil dari buku tahunan Persatuan Administratur Sekolah

    Amerika Serikat, menjelaskan bahwa profesi itu adalah :

    (1) Berbeda dengan pekerjaan lain, karena memiliki sejumlah pengetahuan yang unik

    yang dikuasai dan dipraktekkan oleh para anggotanya;

    (2) Memiliki suatu ikatan yang kuat terdiri dari para anggotanya dan aktif mengatur

    syarat-syarat memasuki profesi;

    (3) Memiliki kode etik yang memaksa;

    (4) Memiliki literatur sendiri, walaupun ia mungkin menimba kuat dari banyak

    disiplin akademis untuk isinya;

    (5) Biasanya memberikan jasa-jasa kepada masyarakat dan digerakkan oleh cita-cita

    yang mengatasi tujuan-tujuan mementingkan diri sendiri semata-mata;

    (6) Tidak hanya personal tetapi juga dilihat demikian oleh masyarakat.

    Selanjutnya Oteng Sutisna menyimpulkan bahwa profesi yang ideal itu harus

    memiliki : (1) Suatu dasar ilmu atau teori sistematis; (2) Kewenangan profesional yang

    diakui oleh klien; (3) Sangsi dan pengakuan masyarakat akan keabsahan

    kewenangannya; (4) Kode etik yang regulative; (5) Kebudayaan profesional; (6)

    Persatuan profesi yang kuat dan berpengaruh.

    Dari uraian tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sifat, ciri atau karakter

    profesi adalah : (1) Profesi membutuhkan waktu pendidikan dan latihan yang khusus

    dan memadai; (2) Suatu pekerjaan yang khas dengan keahlian dan keterampilan

    tertentu; (3) Menurut kemampuan kinerja intelektual; (4) Mempunyai konsekwensi

    memikul tanggung jawab pribadi secara penuh; (5) Kinerja lebih mengutamakan

    pelayanan daripada imbalan ekonomi; (6) Ada sangsi jika terdapat pelanggaran; (7)

    Memiliki kebebasan untuk memberikan judgment; (8) Ada pengakuan dari masyarakat;

    (9) Memiliki kode etik dan asosiasi profesional.

  • Fikri Aulia Pascasarjasana UNNES

    5

    B. Konsep Profesionalisasi

    Profesional adalah kata benda dari profesi, merupakan lawan kata dari amateur

    yang berkaitan dengan seseorang yang menerima bayaran atas jasa pekerjaannya.

    Pengertian lain adalah seseorang yang mempraktekkan suatu profesi dan seseorang yang

    dipandang sebagai ahli dalam suatu cabang ilmu (one who is regarded an expert since

    he has mastery of a specific branch of learning). Jadi seseorang yang mempraktekkan

    suatu pekerjaan yang diterima sebagai status profesional, maka ia adalah seorang yang

    ahli dari cabang ilmu yang digelutinya, dengan demikian lembaga profesional yang

    bersangkutan mempunyai kewajiban untuk mengawasinya. Seorang yang profesional

    akan senantiasa terus-menerus mencari kesempurnaan (mastery) dari cabang ilmu yang

    ia kuasai dan melakukan pekerjaan dengan itu, sehingga ia akan lebih sempurna dalam

    memberikan pelayanan kepada publiknya.

    Oleh karena itu, seseorang yang menjadi profesional/ahli seharusnya ia terus

    menerus meningkatkan mutu pengetahuannya sesuai dengan bidang pekerjaan yang ia

    geluti, ini sesuai dengan pendapat Peter Jarvis (1983 : 27) In order to be master of

    branch of learning it is essential for a practitioner to continue his learning after initial

    education and some professions have institutionalized education. Selanjutnya Jarvis

    menegaskan bahwa seorang profesional adalah yang berikhtiar untuk menjadi ahli serta

    melaksanakan ilmu pengetahuannya dalam pekerjaannya secara efektif (one who

    endeavor to have mastery of and to apply effectively that knowledge upon which his

    occupations is based).

    Untuk menjadi profesional harus melalui pendidikan dan atau latihan yang

    khusus. Pendidikan profesional adalah suatu pendidikan yang mempersiapkan peserta

    didik dengan panggilan atau pekerjaan profesional. Profesionalisasi berasal dari kata

    professionalization yang berarti kemampuan profesional. Dedi Supriadi (1998)

    mengartikan profesionalisasi sebagai pendidikan prajabatan dan/atau dalam jabatan.

    Proses pendidikan dan latihan ini biasanya lama dan intensif.

    Menurut Eric Hoyle (1980) konsep profesionalisasi mencakup dua dimensi yaitu :

    ..the improvement of status and the improvement of practice. Pendapat ini

    mengemukakan bahwa dimensi yang pertama meliputi upaya yang terorganisir untuk

  • Fikri Aulia Pascasarjasana UNNES

    6

    memenuhi kriteria profesi yang ideal dan bila telah mencapai tingkatan profesi yang

    sudah mapan, maka upaya tersebut adalah mempertahankan serta membina posisi yang

    telah mapan itu. Profesionalisasi dalam dimensi ini mengandung implikasi untuk

    meningkatkan periode latihan bagi anggota profesi yang memiliki kualitas sehingga

    terlihat jelas batas yang berprofesi dan berhak melaksanakan profesinya secara resmi

    dengan tidak, selanjutnya mempunyai implikasi dalam meningkatkan kontrol terhadap

    aktivitas-aktivitas profesi dan kontrol atas latihan yang dilakukan anggota profesi.

    Dimensi kedua menurut Hoyle adalah penyempurnaan pelaksanaan (improvement

    of practice), meliputi penyempurnaan keterampilan secara terus menerus, serta

    pengetahuan dari pelaksanaannya. Karena itu konsep profesionalisasi dapat disamakan

    dengan pembinaan profesi (professional development).

    C. Profesionalisasi Tenaga Kependidikan

    Secara normatif, Pasal 20 UU Nomor 14/2005 tentang Guru dan Dosen menandaskan,

    dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban: (a) merencanakan

    pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan

    mengevaluasi hasil pembelajaran; (b) meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi

    akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu

    pengetahuan, teknologi, dan seni; (c) bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar

    pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang

    keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran; (d) menjunjung tinggi

    peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika;

    dan (e) memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.

    Lebih lanjut Pasal 28 PP Nomor 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

    menjabarkan bahwa:

    (1) Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen

    pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan

    tujuan pendidikan nasional;

  • Fikri Aulia Pascasarjasana UNNES

    7

    (2) Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tingkat pendidikan

    minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau

    sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku;

    (3) Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah

    serta pendidikan anak usia dini meliputi: (a) Kompetensi pedagogik; (b) Kompetensi

    kepribadian; (c) Kompetensi profesional; dan (c) Kompetensi sosial;

    (4) Seseorang yang tidak memiliki ijazah dan/atau sertifikat keahlian sebagaimana

    dimaksud pada ayat (2) tetapi memiliki keahlian khusus yang diakui dan diperlukan dapat

    diangkat menjadi pendidik setelah melewati uji kelayakan dan kesetaraan;

    (5) Kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran sebagaimana

    dimaksud pada ayat (1) sampai dengan (4) dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan

    Peraturan Menteri.

    Pandangan yang ideal mengenai profesionalisme guru, direfleksikan dalam citra

    guru masa depan sebagaimana dikemukakan oleh Sudarminta (1990), yaitu guru yang:

    (1) sadar dan tanggap akan perubahan zaman; (2) berkualifikasi profesional;(3) rasional,

    demokratis dan berwawasan nasional; (4) bermoral tinggi, beriman.

    Sadar dan tanggap akan perubahan zaman artinya, pola tindak keguruannya tidak

    rutin, maju dalam penguasaan dasar keilmuan dan perangkat instrumentalnya. Jadi guru

    tersebut diharapkan menguasai daya foresight, intellectual coriosity, dan kemampuan

    berpikir lateral.

    Guru profesional yaitu guru yang tahu mendalam tentang apa yang diajarkan,

    mampu mengajarkannya secara efektif, efisien, dan berkepribadian mantap. Guru yang

    bermoral tinggi dan beriman tingkah lakunya digerakkan oleh nilai-nilai luhur.

    Syah (1995) memperinci kompetensi profesional guru ke dalam tiga aspek, yaitu:

    (1) kompetensi kognitif; (2) kompetensi afektif; dan (3) kompetensi psikomotorik.

    Aspek pertama meliputi penguasaan terhadap pengetahuan kependidikan,

    pengetahuan materi bidang studi yang diajarkan, dan kemampuan mentransfer

    pengetahuan kepada para siswa agar dapat belajar secara efektif dan efisien.

  • Fikri Aulia Pascasarjasana UNNES

    8

    Kompetensi kedua yaitu sikap dan perasaan diri yang berkaitan dengan profesi

    keguruan, yang meliputi self concept, self efficacy, attitude of self-acceptance dan

    pandangan seorang guru terhadap kualitas dirinya.

    Sedangkan aspek yang disebut terakhir -kompetensi psikomotorik- meliputi

    kecakapan fisik umum dan khusus seperti ekspresi verbal dan nonverbal.

    Johnson sebagaimana dikutip Sanusi dkk (1991) mengetengahkan tiga aspek

    performansi guru, yaitu :

    (a) Kemampuan profesional yang mencakup : (1) penguasaan pelajaran yang terdiri atas

    penguasaan bahan yang harus diajarkan, dan konsep-konsep dasar keilmuan dari

    bahan yang diajarkan itu; (2) penguasaan dan penghayatan atas landasan dan

    wawasan kependidikan dan keguruan; (3) penguasaan proses-proses kependidikan,

    keguruan dan pembelajaran siswa.

    (b) Kemampuan sosial mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan

    kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru.

    (c) Kemampuan personal guru, mencakup : (1) penampilan sikap yang positif terhadap

    keseluruhan tugasnya sebagai guru, dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan

    beserta unsur-unsurnya; (2) pemahaman, penghayatan dan penampilan nilai-nilai

    yang seyogianya dianut oleh seorang guru; (3) penampilan upaya untuk menjadikan

    dirinya sebagai panutan dan teladan bagi para siswanya.

    P3G Depdikbud (1980) merumuskan sepuluh kompetensi dasar guru, yang

    meliputi kemampuan-kemampuan dalam hal : (1) menguasai bahan ajar; (2) mengelola

    program belajar mengajar; (3) mengelola kelas; (4) menggunakan media dan sumber

    pengajaran; (5) menguasai landasan-landasan kependidikan; (6) mengelola interaksi

    belajar mengajar; (7) menilai prestasi belajar siswa; (8) mengenal fungsi dan program

    pelayanan BP; (9) mengenal dan ikut menyelenggarakan administrasi sekolah; dan (10)

    memahami prinsip-prinsip penelitian pendidikan dan menafsirkannya untuk pengajaran.

    Aktualisasi profesi guru dalam proses pembelajaran merupakan hal paling pokok

    dalam menjawab isu-isu pokok pendidikan dewasa ini. Pelaksanaan pekerjaan dalam

    bidang ini secara garis besar terdiri atas tiga tahapan: (1) tahap kesiapan guru untuk

    melakukan tugas yang ditunjukkan dengan perencanaan pengajaran; (2) tahap

  • Fikri Aulia Pascasarjasana UNNES

    9

    pelaksanaan prosedur pengajaran berdasarkan perencanaan yang telah dipersiapkan; dan

    (3) tahap ketiga berkaitan dengan kemampuan guru dalam membina hubungan

    antarpribadi.

    Tahap perencanaan pengajaran meliput aspek-aspek: (1) rencana

    pengorganisasian bahan pengajaran; (2) pengelolaan pengajaran; (3) rencana

    pengelolaan kelas; (4) penggunaan media dan sumber belajar; dan (5) rencana penilaian

    prestasi.

    Tahap pelaksanaan prosedur terdiri atas aspek-aspek : (1) penggunaan metode,

    media, dan bahan pengajaran; (2) berkomunikasi dengan siswa; (3) mendemonstrasikan

    metode; (4) mendorong keterlibatan siswa; (6) mengorganisasikan waktu, ruang, dan

    perlengkapan pengajaran; (7) melakukan evaluasi.

    Tahap pembinaan hubungan antarpribadi dapat diamati dari aspek-aspek: (1)

    pengembangan sikap positif terhadap siswa; (2) sikap terbuka dan fleksibel; (3)

    kesungguhan dan kegairahan mengajar; (4) mengelola interaksi perilaku di dalam kelas.

    Sejalan dengan uraian di atas, Wotruba dan Wright (1975) mengidentifikasi enam

    karakteristik mengajar yang efektif.

    Pertama, pengorganisasian yang baik dari pokok bahasan dan mata pelajaran.

    Organisasi yang baik dari pokok bahasan ditunjukkan dalam tujuan-tujuan, materi

    pelajaran, tugas-tugas, aktivitas kelas, dan ujian.

    Tahapan penyiapan kelas dan efektivitas penggunaan waktu di dalam kelas, juga

    merupakan indikator dari organisasi yang baik dari pokok bahasan dan mata pelajaran.

    Riset menunjukkan bahwa pengorganisasian mata pelajaran mempunyai hubungan

    dengan cara siswa belajar. Apabila pelajaran diberikan secara terorganisasi akan dapat

    membantu mengembangkan kemampuan belajar siswa, maka dapat dinyatakan bahwa

    organisasi bahan pengajaran yang baik memberikan kontribusi terhadap efektivitas

    mengajar.

    Kedua, komunikasi yang efektif. Kemampuan guru termasuk penggunaan

    audiovisual atau teknik-teknik lain untuk menarik perhatian siswa, merupakan

    karakteristik mengajar yang penting untuk dievaluasi.

  • Fikri Aulia Pascasarjasana UNNES

    10

    Keahlian berkomunikasi meliputi kemampuan-kemampuan menjelaskan

    presentasi, kelancaran verbal, interpretasi gagasan-gagasan abstrak, kemampuan

    berbicara yang baik dan kemampuan mendengarkan.

    Dapat berkomunikasi dengan baik merupakan karakteristik penting bagi mengajar

    yang efektif. Karena, komunikasi yang efektif sangat penting untuk kelas-kelas yang

    besar, seminar, laboratorium, grup-grup diskusi kecil, sebaik dalam percakapan orang

    perorang.

    Ketiga, pengetahuan dari dan perhatian pada bahan pelajaran serta proses

    pembelajaran. Guru harus mengetahui bahan pelajaran yang mereka bina agar mereka

    dapat mengorganisasikannya secara tepat sehingga dapat mengkomunikasikannya

    secara tepat pula.

    Seorang pengajar penting untuk mencurahkan perhatian dan pemikirannya

    terhadap disiplin ilmunya, termasuk yang didapatkannya dari penelitian. Pengetahuan

    pengajar terhadap materi pelajaran direfleksikan juga dalam kemampuannya memilih

    buku teks, bahan bacaan dan daftar referensi, isi pengajaran serta silabus pelajaran.

    Keempat, sikap yang positif kepada siswa. Sikap-sikap yang disukai siswa di

    antaranya ialah pemberian pertolongan oleh pengajar atau instruktur ketika siswa

    mengalami kesulitan berkenaan dengan materi pelajaran, pemberian kesempatan

    mengajukan pertanyaan atau mengekspresikan opini siswa, dan kepedulian terhadap

    hal-hal yang dipelajari siswa.

    Sikap positif terhadap siswa dicerminkan pula dalam dukungan dan kepercayaan

    diri siswa. Mengajar yang efektif sesungguhnya melibatkan harapan-harapan yang tepat,

    pembimbingan dan dorongan kepada siswa.

    Kelima, adil dalam ujian dan penilaian. Sejak awal pembelajaran, siswa harus

    diberitahu mengenai jenis-jenis penilaian seperti karya tulis, proyek, ujian, kuis-kuis,

    yang akan dijumlahkan pada akhir perkuliahan. Keterkaitan masing-masing materi yang

    tercakup dalam pelajaran merupakan aspek penting dari keadilan. Konsistensi penting

    bagi tujuan pelajaran, isi pelajaran, ujian, kuis-kuis, dan penilaian.

    Batas waktu dan manfaat umpan balik mengenai kinerja siswa, juga merupakan

    elemen penting dari keadilan sebagaimana kesesuaian antara beban kerja dengan kredit

  • Fikri Aulia Pascasarjasana UNNES

    11

    yang diterima. Umpan balik dalam bentuk peringkat dan komentar tidak hanya dapat

    menjadi indikator pencapaian pengetahuan relatif siswa terhadap dibanding rekan

    sekelasnya, tetapi harus dapat pula menjadi indikator pertumbuhan pribadi.

    Keenam, fleksibel dalam pendekatan mengajar. Pengajar yang jarang mencoba

    pendekatan instruksional yang beragam mengindikasikan kehilangan semangat

    mengajar. Variasi pendekatan instruksional berguna dalam menyempurnakan

    bermacam-macam peraturan dan tujuan-tujuan pelajaran, serta dalam merespons

    keragaman latar belakang individual siswa.

    Dengan memvariasikan langkah-langkah instruksional yang mempertimbangkan

    keragaman siswa akan memungkinkan pencurahan perhatian yang lebih baik dari siswa

    terhadap materi pelajaran.

    Sumber Rujukan :

    Mudyaharjo, Redja. 2009. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

    Saud, Udin Syaefudin. 2009. Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta.

    Uno, Hamzah B. 2007. Profesi Kependidikan: Problema, Solusi, dan Reformasi

    Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.