Produktifitas Primer

39
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap makhluk hidup pasti butuh energi untuk kelangsungan hidupnya. Energi yang paling besar adalah energi matahari. Tumbuhan merupakan produsen yang menerima energi matahari paling banyak. Energi matahari ini diubah oleh tumbuhan menjadi energi kimia yaitu karbohidrat dan oksigen. Proses perubahan energi ini biasa disebut proses fotosintesis. Hasil dari fotosintesis ini akan digunakan oleh konsumen I, II dan seterusnya. Oksigen yang dihasilkan oleh proses fotosintesis biasa disebut sebagai produktivitas primer. Produktivitas primer atau dasar dari suatu ekosistem, komunitas atau sesuatu yang terkait dengan keduanya, didefinisikan sebagai laju energi pancaran yang disimpan oleh kegiatan fotosintesis atau kemosintesis organisme-organisme produsen (terutama tumbuhan-tumbuhan hijau) dalam bentuk senyawa-senyawa organik. Senyawa organik ini dapat digunakan sebagai energi bagi organisme lain. Untuk mengukur produktivitas tersebut dapat dilihat dari produksi oksigen yang dihasilkan oleh organisme yang

description

Produktifitas Primer

Transcript of Produktifitas Primer

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap makhluk hidup pasti butuh energi untuk kelangsungan

hidupnya. Energi yang paling besar adalah energi matahari. Tumbuhan

merupakan produsen yang menerima energi matahari paling banyak. Energi

matahari ini diubah oleh tumbuhan menjadi energi kimia yaitu karbohidrat dan

oksigen. Proses perubahan energi ini biasa disebut proses fotosintesis. Hasil

dari fotosintesis ini akan digunakan oleh konsumen I, II dan seterusnya.

Oksigen yang dihasilkan oleh proses fotosintesis biasa disebut sebagai

produktivitas primer.

Produktivitas primer atau dasar dari suatu ekosistem, komunitas atau

sesuatu yang terkait dengan keduanya, didefinisikan sebagai laju energi

pancaran yang disimpan oleh kegiatan fotosintesis atau kemosintesis

organisme-organisme produsen (terutama tumbuhan-tumbuhan hijau) dalam

bentuk senyawa-senyawa organik. Senyawa organik ini dapat digunakan

sebagai energi bagi organisme lain. Untuk mengukur produktivitas tersebut

dapat dilihat dari produksi oksigen yang dihasilkan oleh organisme yang

berada di perairan tersebut dengan cara mengambil sampel air yang akan diuji.

Pengujian dapat dilakukan dengan metode botol terang dan gelap atau

biasa di sebut metode botol Winkler. Digunakan botol terang untuk

mengetahui kesetimbangan oksigen yang dihasilkan dari proses fotosintesis,

sedangkan botol gelap hanya terjadi proses pernapasan oleh plankton tanpa

terjadi proses fotosintesis. Volume oksigen dalam botol terang, dan botol

gelap menunjukan produktivitas primer fitoplankton. Peletakan botol

dilakukan pada kedalaman yang berbeda sehingga produktivitas primer

menyeluruh dari perairan itu dapat diperkirakan.

Untuk mengetahui produktifitas primer perairan di pantai BAMA

Taman Nasional Baluran, maka dilakukan praktikum ini.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang diatas maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah “Bagaimana produktivitas primer perairan di pantai

BAMA Taman Nasional Baluran ?”

C. Tujuan

Berdasarkan pada rumusan masalah tersebut maka tujuan dari

penelitian ini adalah “Untuk mengetahui produktivitas primer perairan di

pantai BAMA Taman Nasinal Baluran”.

D. Manfaat

Manfaat dari penelitian ini antara lain sebagai berikut:

1. Bagi peneliti

a) Mengetahui produktivitas primer perairan di pantai BAMA Taman

Nasinal Baluran

b) Mengetahu cara penentuan produktifitas primer dengan

menggunakan metode Botol Winkler.

2. Bagi pembaca

a) Mengetahui produktivitas primer perairan di pantai BAMA Taman

Nasinal Baluran

BAB II

KAJIAN TEORI

Produktivitas merupakan istilah istilah umum bagi para ahli ekologi

yang digunakan untuk proses pemasukan dan penyimpanan energi di dalam

ekosistem. Produktivitas primer meliputi pemasukan-pemasukan yang

mencakup pemindahan energi cahaya menjadi energi kimia oleh produsen.

Penggunaan energi pada binatang dan mikroba, umumnya disebut produksi

sekunder.

Proses fotosintesis terjadi baik di atas permukaan laut, darat, di air

tawar maupun di dalam laut. Sinar matahari bergabung dengan komponen-

komponen kimiawi dalam air laut untuk menghasilkan jaringan tumbuh-

tumbuhan hidup dengan reaksi kimia sederhana:

CO2 + H2O + mineral + sinar matahari zat organik + O2 + panas

Reaksi kimia ini terjadi hampir pada semua jasad fotosintetik dan

merupakan dasar bagi semua kehidupan laut, kecuali bakteri tertentu dan biota

laut yang mampu berkemosintesis atau membuat makanan tanpa bantuan sinar

matahari. Mereka yang dinamakan produsen primer, menjadi sumber makanan

secara langsung atau tidak bagi semua konsumen. Prosesnya dinamakan

produksi primer. Proses sebaliknya terjadi pada respirasi, yang

menggabungkan oksigen dan zat organik untuk menghasilkan bahan mentah

untuk fotosintesis. Dua proses tersebut menjadi komponen utama dasar bagi

daur organik.

Produktivitas primer merupakan kecepatan terjadinya fotosintesis

atau pengikatan karbon. Jumlah seluruh zat organik saat itu adalah standing

crop atau biomasssa. Dalam menganalisis suatu lingkungan perlu

dipertimbangkan produktivitas kasar (gross productivity) dan produktivitas

bersih (net productivity). Ada kalanya produktivitas tinggi tetapi karena terjadi

konsumsi oleh herbivora maka biomasssa rendah.(Kasijan Romimohtarto,

2005 : 310)

Efisiensi Fotosintesis

Neraca energi (energy budget) adalah estiasi keluar masuknya energi

dan suatu sistem. Estimasi potensi produktivitas primer maksimum dapat

diperoleh dari efisiensi potensial fotosintesis (Loomis dan Williams, 1963).

Angka maksimum bagi pemasukan seluruh energi sinar matahari adalah 7000

kkal/m2/hari, yang dicapai pada daerah sedang selama musim panas atau di

daerah tropis selama waktu tak berawan atau mendung (Seic, 1968). Nilai ini

berada dalam bagian spektrum ultraviolet dan infrared dimana mereka tidak

efektif dalam fotosintesis. Kira-kira 45 % dari total energi radiasi terletak pada

bagian spektrum cahaya yang tampak (visible) yaitu 400 – 700 μm, di mana

dapat diabsorbsi oleh pigmen-pigmen fotosintesis. Hal ini berarti tinggal 55 %

dari total energi radiasi, tidak terpakai.

Kebanyakan daun tumbuh-tumbuhan mengabsorbsi energi dalam

jumlah besar (kira-kira 90 %) dari bagian spektrum cahaya yang tampak dan

banyak membiaskan atau memindahkan cahaya ultraviolet dan infrared. Dari

7000 kkal/ m2/ hari, kira –kira 2735 kkal dapat dimanfaatkan secara potensial

oleh proses fotosintesis. Sekitar 30 % dari energi yang tersedia ini dilepaskan

dengan cara absorbsi tak aktif, sedangkan sisanya 70 %, berperan dalam

perantara pembentukan pemindahan energi secara fotokemis ke fotosintesis .

dari total energi yang mencapai produser-produser primer pada hari yang

sanagt terang, penuh dengan cahaya matahari, hanya sekitar 28 % diabsorbsi

ke dalam bentuk yang menjadi bagian dari pemasukan energi ke dalam

ekosistem-ekosistem.

Berdasarkan teori maksimum energi sinar matahari yang dapat

diubah menjadi bentuk komponen karbohidrat yang stabil (CH2O) adalah 9 %.

Secara teoritis batas tertinggi produktivitas bruto adalah 635 k kal/m2/hari di

mana berubah ke massa bahan organik sebesar 165 g/m2/hari. Fotosintesis

bruto sebesar 165 g/m2/hari kemudian harus dibagi-bagi oleh tumbuh-

tumbuhan antara respirasi dan produksi neto. Batas terendah respirasi sekitar

25 % dari nilai Pg dengan meninggalkan produktivitas primer neto maksimum

sebesar 124 g/m/hari. Batas tertinggi secara teoritis didasarkan pada cahaya

maksimum, efisiensi maksimum perubahan cahaya menjadi karbohidrat dan

respirasi minimum. Jelaslah bahwa tumbuh-tumbuhan yang pernah diamati

tidak ada yang dapat mencapai produktivitas neto tertinggi tersebut.

Bukti catatan bagi produktivits neto harian adalah 54 g/m2/hari, di

mana nilai tersebut merupakan nilai bagi pertumbuhan rumput-rumputan

tropis dalam lingkungan radiasi yang kuat. Nilai ini amerupakan 44 % dari

nilai maksimum secara teoritis. Jadi produktivitas primer neto tidak dibatasi

oleh kesanggupan pengubahan cahaya yang tidak dapat dipisahkan dari proses

fotosintesis. Sebagian kecil dari bab ini pada prinsipnya merupakan

pengamatan bagi faktor-faktor yang menyimpan efisiensi produksi di bawah

efisiensi fotosintesis.

Kesimpulan dari efisiensi fotosintesis adalah sebagai berikut :

pertama, walaupun efisiensi secara teoritis adalah 9 % dan efisiensi yang

sesungguhnya kira-kira 4,5 % yang mungkin terlihat agak rendah, fotosintesis

adalah suatu proses fotokimia yang telah diketahui paling efisien. Kedua,

organisme yang mampu berfotosintesis dapat disebut sebagi pemindah

(transformer) yang sangat berarti, di mana energi dari sinar matahari yang

cukup banyak tersedia, diubah menjadi energi ikatan biokemis yang

mendukung kehidupan. Bagi kedua alasan tersebut, produktivitas primer

merupakan sebuah kunci bagi proses-proses dalam ekosistem.

Faktor – faktor yang mempengaruhi Produktivitas Primer

Sinar matahari merupakan ramuan penting dalam proses fotosintesis.

Apa saja yang mempengaruhi sinar matahari akan mempengaruhi proses

fotosintesis. Di daerah khatulistiwa, di mana panjang siang dan malam hampir

sama sepanjang tahun maka faktor musim seperti yang terjadi di daerah

sedang dan kutub tidak berpengaruh. Tetapi perubahan siang dan malam

berpengaruh secara berkala. Cuaca dapat mempengaruhi produktivitas primer

melalui tutupan awan angin dan secara tidak langsung melalui suhu .(Kasijan

Romimohtarto, 2005 : 311)

Awan dapat mengurangi penembusan cahaya ke permukan laut dan

mengurangi kecepatan proses produktivitas primer. Angin dapat menciptakan

gelombang yang mengakibatkan permukaan laut tidak rata dan memantulkan

sebagian besar sinar matahari jika dibandingkan dengan permukaan yang rata.

Gelombang, terutama di perairan dangkal dapat juga menyebabkan kekeruhan

dan mengurangi penembusan cahaya matahari. Tetapi sebaliknya angin juga

dapat mendorong permukaan masssa air sehingga memperkaya zat hara untuk

fotosintetik.

Suhu yang membantu melaui keragaman musiman mengakibatkan

menghilangnya termoklin dan mendorong pemukaan massa air yang

menyediakan zat hara untuk fotosintesis. Suhu juga mempengaruhi daya larut

gas-gas yang diperlukan untuk fotosintesis seperti CO2 dan O2. Gas-gas ini

mudah terlarut pada suhu rendah daripada suhu tinggi, akibatnya kecepatan

fotosintesis ditingkatkan oleh suhu rendah. .(Kasijan Romimohtarto, 2005 :

312)

Sebaran Produktivitas Primer

Fotosintesis tidak langsung sebanding dengan intensitas cahaya.

Pada kolom air 10-15 m ke atas kecepatan fotosintesis lebih rendah daripada

pada lapisan 15-30 m, karena cahaya di permukaan laut telalu intensif untuk

kebanyakan biota yang dapat dilukai oleh sinar ultraviolet. Fotosintesis tejadi

sampai kejelukan 100m, di mana intensitas cahaya hanya 1% dari permukaan.

Pada umumnya produktivitas primer di laut bebas relatif rendah

karena jauh dari daratan yang menyediakan zat hara dan karena volume air

yang besar yang mengencerkan kadar zat hara. Contohnya danau dangkal,

kolam dan rawa-rawa untuk lingkungan air tawar dan estuary untuk

lingkungan laut. Kombinasi antara kandungan zat hara tinggi dari aliran

sungai dan perairan dangkal yang teraduk baik, merupakan keadaan ideal

untuk produktivitas tinggi. Sebaliknya sedimentasi tinggi di perairan dangkal

dapat menghalangi penembusan cahaya dan dapat menjadi faktor pembatas di

teluk yang menjorok ke dalam. Lingkungan oligotrofik adalah lingkungan

dengan produktivitas rendah, seperti laut lepas, danau besar yang dalam, dan

goba pantai di mana sirkulasi air terbatas.

Cara mengukur produktivitas premer

Metode botol terang dan gelap

Metode ini sesuai dipakai dalam lingkungan air. Produktivitas

diukur menurut kesetimbangan oksigen yang dihasilkan sebagai akibat

fotosintesis. Sampel air yang diambil dari perairan yang tenang dan

mengandung plankton dimasukkan ke dalam botol Winkler terang dan gelap.

Kedua botol itu digantungkan dalam kolam pada kedalaman yang sama

dengan kedalaman pengambilan sampel. Salah satu botol itu muls-mula

dibungkus kedalam kertas aluminium itu berada dalam kegelapan, sehingga

yang terjadi hanya pernafasan(tetapi tidak ada fotosintesis) plankton. Dalam

botol satu lagi yang tidak dibungkus terjadilah pernafasan dan fotosintesis

selama ada cahaya siang. Perlu kiranya untuk menentukan jumlah semula

oksigen yang terlarut dalam kolam dengan mengambil dan menganalisis suatu

contoh ketiga pada saat kedua botol percobaan itu ditempatkan. Botol

percobaan itu diambil dari kolam setelah 24 jam dan suhu airnya dicatat.

Kandungan oksigen dalam setiap botol diperkirakan menurut Winkler.

Volume oksigen yang ada didalam botol terang dan gelap menunjukkan

produktivitas primer fitoplankton itu.

Fotosintesis

2H2O + CO2 + 114 Cal CH2O +O2 + H2O

Respirasi

BM CH2O = 30: BM O2 = 32

Bilamana perlu, percobaan itu dapat diulangi pada kedalaman yang

berbeda-beda dalam kolam, sehingga produktivitas menyeluruh dari seluruh

kolam itu dapat perkirakan.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah eksperimental karena terdapat variable

manipulasi, respon dan kontrol serta adanya perlakuan untuk memperoleh hasil.

B. Jenis variabel

Variabel manipulasi : Jenis botol (botol gelap dan terang), kedalaman.

Variabel respon : kadar DO

Variabel kontrol : jumlah KOH – KI, H2SO4 dan amilum 1%

C. Alat dan Bahan

Alat dan bahan untuk uji kualitas air:

1. Botol winkler gelap 2 buah

2. Botol winkler terang 2 buah

3. Tali raffia

4. Erlenmeyer 250 ml 2 buah

5. Pipet tetes

6. Pipet ukur 1 ml

7. Pipet ukur 3 ml

8. Larutan KOH – KI

9. Larutan H2SO4

10. Larutan amilum 1 %

11. Larutan Na2SO2O3 0,025 N

12. Sampel air

Alat dan bahan untuk prouktivita dan metabolisme perairan pantai

1. Botol winkler coklat 6 buah

2. Botol winkler terang 6 buah

3. DO meter

4. pH meter

5. Thermometer air

6. Tali raffia

7. Kayu/bambu

D. Prosedur Kerja

1. Pengambilan sampel air dan peletakan botol sampel

a. Mengambil sampel air dengan menggunakan botol winkler coklat dan

putih pada sekitar permukaan air (1 pasang botol). Menutup masing-

masing botol sewaktu botol di dalam air.

b. Mengikat satu botol gelap dan satu botol terang dengan tali raffia pada

kedalaman permukaan dan satu pasang botol pada sekitar bagian dasar air

diikatkan pada tali raffia yang sama yang dipakai untuk mengikat satu

pasang botol sebelumnya tali raffia pada bagian atas yang digantungkan

pada pohon dekat air sehingga kedua pasang botol yang diikat raffia dekat

air sehingga kedua pasang botol yang diikat raffia dapat masuk ke badan

air sesuai dengan kedalaman.

2. Pemerikasaan kadar oksigen terlarut

Memeriksa kadar oksigen dari botol terang dan botol gelap sesuai dengan

kedalaman sebelum perlakuan.

3. Pengukuran kandungan oksigen dalam metode winkler

a. Membuka botol winkler,air hasil tampungan diberi MnSO4 sebanyak 1 ml

dengan mengunakan pipet ukur dengan ujung pipet di bawah permukaan

air, sehingga tidak menimbulkan gelembung udara.

b. Menambahkan 1 ml KOH-KI dengan cara yang sama.

c. Menutup botol winkler kembali dengan membolak-balikkan selama 5

menit.

d. Membiarkan selama 16 menit agar terjadi pengikatan oksigen terlarut

dengan sempurna dengan menandai timbulnya endapan di dasar botol.

e. Mengambil dan membuang 2 ml larutan di permukaan ataas botol tanpa

menyertakan endapan kemudian menambahklan 1 ml H2SO4 pekat dengan

pipet ukur.

f. Menutup botol dan dibolak-balikkan sehingga endapan larut dan larutan

menjadi warna kuning kecoklatan.

g. Untuk satu botol winkler, mengambil larutan dan memasukkan ke dalam

Erlenmeyer 100ml, larutan siap untuk dititrasi dengan Na2S2O3.

h. Larutan dalam Erlenmeyer dititrasi dengan Na2S2O3 hingga berwarna

kuning muda. Mengukur Na2S2O3 yang digunakan.

i. Memasukkan 30 tetes amilum 1% ke dalam Erlenmeyer hingga larutan

menjadi biru tua.

j. Larutan dititrasi lagi hingga warna biru hilang, Na2S2O3 yang digunakan

pada langkah-j dijumlahkan.

Dua kali rata-rata jumlah ml larutan thiosulfat terpakai ekivalen dengan kadar

O2 terlarut (mg/l) dalam air atau (a mg/lx 0,698)

4. Mengukur produktivitas dan metabolisme perairan

a. Enam botol terang dan enam botol gelap dirangkai berselang-seling pada

kedalaman 0 dan 3 meter dengan satu kali ulangan dengna waktu

pengamatan jam 12.00

b. Setiap botol diisi dengan air yang berasala dari kedalaman 0 dan 3 meter

(diusahakan saat air masuk ke botol, tidak terbentuk gelembung udara).

c. Semua rangkaian botol tersebut dimasukkan ke dalam air pada saat

matahari sebelum terbit. Bersamaan dengan pemasukan botol ke dalam air,

diukur oksigen terlarut (DO) air pada masing-masing kedalaman (0 dan 3

meter) sebagai DO inisial.

d. Rangkaian botol gelap dan terang tersebut diambl 2 tahap, yaitu:

2 rangkaian diambil pada pukul 09.00 WIB

2 rangkaian diambil pada pukul 12.00, kemudian diukur DO, pH,

suhu, dan alkalinitas.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

STASIUN 1

A. Produktifitas Primer Awal (DO)

No Letak Jenis Botol V1 = V.

Na2S2O3(

ml)

V2 = V.

Na2S2O3(

ml)

V1 + V2

(ml)

DO DO

Rata -

rata

1 Permukaan a. Terang 1 1,7 2,7 2,1 2,2

1,6 1,2 2,8 2,2

b. Gelap 1 0,8 1,8 1,5 1,8

1,5 1 2,5 2,03

2 Dasar a. Terang 1,3 1 2,3 2,03 1,6

1 0,5 1,5 1,2

b. Gelap 1,2 0,3 1,5 1,2 1,1

1 0,4 1,4 1,1

B. Produktifitas Primer Akhir (DO)

No Letak Jenis Botol V1 = V.

Na2S2O3(

ml)

V2 = V.

Na2S2O3(

ml)

V1 + V2

(ml)

DO DO

Rata -

rata

1 Permukaan a. Terang 1,5 2 3,7 2,8 2,8

1,7 1,8 3,5 2,8

b. Gelap 1,6 0,5 2,1 1,7 1,8

1,5 0,8 2,3 1,9

2 Dasar a. Terang 1,4 1,7 3,1 2,5 2,3

1,7 0,9 2,6 2,1

b. Gelap 0,7 0,1 0,8 0,7 1,6

1,2 0,8 2,0 2,4

STASIUN 2

A. Produktifitas Primer Awal (DO)

No Letak Jenis Botol V1 = V.

Na2S2O3(

ml)

V2 = V.

Na2S2O3(

ml)

V1 + V2

(ml)

DO DO

Rata -

rata

1 Permukaan a. Terang 0,6 1,0 1,6 1,3 1,7

1,1 1,4 2,5 2,03

0,9 1,3 2,2 1,8

b. Gelap 0,6 1,0 1,6 1,3 1,7

1,1 1,4 2,5 2,03

0,9 1,3 2,2 1,8

2 Dasar a. Terang 1,2 1,1 2,3 1,9 1,5

0,3 0,7 1,0 0,8

1,4 0,9 2,3 1,9

b. Gelap 1,2 1,1 2,3 1,9 1,5

0,3 0,7 1,0 0,8

1,4 0,9 2,3 1,9

B. Produktifitas Primer Akhir (DO)

No Letak Jenis Botol V1 = V.

Na2S2O3(

ml)

V2 = V.

Na2S2O3(

ml)

V1 + V2

(ml)

DO DO

Rata -

rata

1 Permukaan a. Terang 1,4 0,7 2,1 1,7 1,6

0,9 0,6 1,5 1,2

1,2 0,8 2,0 1,6

b. Gelap 1,2 0,8 2,0 1,6 1,3

1,1 1,2 2,3 1,9

0,8 0,6 1,4 1,1

2 Dasar a. Terang 1,2 0,6 1,8 1,5 1,9

1,9 0,7 2,6 2,1

1,8 0,9 2,7 2,2

b. Gelap 1,2 0,7 1,9 1,5 1,4

1,0 0,8 1,8 1,5

0,9 0,6 1,5 1,2

STASIUN 3

A. Produktifitas Primer Awal (DO)

No Letak Jenis Botol V1 = V.

Na2S2O3(

ml)

V2 = V.

Na2S2O3(

ml)

V1 + V2

(ml)

DO DO

Rata -

rata

1 Permukaan a. Terang 0,8 0,5 1,3 1,1 1,3

1,4 0,7 2,1 1,7

0,9 0,6 1,5 1,2

b. Gelap 0,8 0,5 1,3 1,1 1,3

1,4 0,7 2,1 1,7

0,9 0,6 1,5 1,2

2 Dasar a. Terang 1,4 0,5 1,9 1,5 1,5

1,1 0,6 1,7 1,4

1,5 0,6 2,1 1,7

b. Gelap 1,4 0,5 1,9 1,5 1,5

1,1 0,6 1,7 1,4

1,5 0,6 2,1 1,7

B. Produktifitas Primer Akhir (DO)

No Letak Jenis Botol V1 = V.

Na2S2O3(

ml)

V2 = V.

Na2S2O3(

ml)

V1 + V2

(ml)

DO DO

Rata -

rata

1 Permukaan a. Terang 1,2 1,0 2,2 1,8 1,7

1,2 1,1 2,3 1,9

1,0 0,9 1,9 1,5

b. Gelap 0,7 1,2 1,9 1,5 1,8

1,0 1,3 2,3 1,9

1,0 1,5 2,5 2

2 Dasar a. Terang 0,8 0,6 1,4 1,1 1

0,8 0,7 1,5 0,8

0,7 0,6 1,3 1,1

b. Gelap 0,7 1,1 1,8 1,5 1,1

0,8 0,5 1,3 1,1

0,7 0,1 0,8 0,7

STASIUN 4

A. Produktifitas Primer Awal (DO)

No Letak Jenis Botol V1 = V.

Na2S2O3(

ml)

V2 = V.

Na2S2O3(

ml)

V1 + V2

(ml)

DO DO

Rata -

rata

1 Permukaan a. Terang 0,9 0,5 1,4 1,1 1,3

0,9 0,8 1,7 1,4

0,9 0,9 1,8 1,5

b. Gelap 0,9 0,5 1,4 1,1 1,3

0,9 0,8 1,7 1,4

0,9 0,9 1,8 1,5

2 Dasar a. Terang 0,9 0,7 1,6 1,3 1,3

0,9 0,7 1,6 1,3

0,9 0,9 1,8 1,5

b. Gelap 0,9 0,7 1,6 1,3 1,3

0,9 0,7 1,6 1,3

0,9 0,9 1,8 1,5

B. Produktifitas Primer Akhir (DO)

No Letak Jenis Botol V1 = V.

Na2S2O3

(ml)

V2 = V.

Na2S2O3]

(ml)

V1 + V2

(ml)

DO DO

Rata -

rata

1 Permukaan a. Terang 0,7 1,0 1,7 1,4 1,6

1,2 0,6 1,8 1,5

1,1 1,1 2,2 1,8

b. Gelap 0,6 0,9 1,5 1,2 1,8

1,1 0,5 1,6 1,3

1,7 1,7 3,4 2,8

2 Dasar a. Terang 0,7 0,6 1,3 1,1 1,1

1,2 0,8 2,0 1,6

0,4 0,4 0,8 0,7

b. Gelap 0,4 1,0 1,4 1,1 1

0,9 0,4 1,3 1,1

0,5 0,5 1,0 0,8

STASIUN 5

A. Produktifitas Primer Awal (DO)

No Letak Jenis Botol V1 = V.

Na2S2O3

(ml)

V2 = V.

Na2S2O3

(ml)

V1 + V2

(ml)

DO DO

Rata -

rata

1 Permukaan a. Terang 0,4 1,0 1,4 1,1 1,3

0,5 1,1 1,6 1,3

0,5 1,5 2,0 1,6

b. Gelap 0,4 1,0 1,4 1,1 1,3

0,5 1,1 1,6 1,3

0,5 1,5 2,0 1,6

2 Dasar a. Terang 0,6 1,1 1,7 1,4 1,2

0,5 1,0 1,5 1,2

0,5 1,0 1,5 1,2

b. Gelap 0,6 1,1 1,7 1,4 1,2

0,5 1,0 1,5 1,2

0,5 1,0 1,5 1,2

B. Produktifitas Primer Akhir (DO)

No Letak Jenis Botol V1 = V.

Na2S2O3(

ml)

V2 = V.

Na2S2O3(

ml)

V1 + V2

(ml)

DO DO

Rata -

rata

1 Permukaan a. Terang 1,3 1,7 3,0 2,4 2,4

1,8 1,3 3,1 2,5

1,5 1,6 3,1 2,5

b. Gelap 1,3 1,7 3,0 2,4 2,4

1,8 1,3 3,1 2,5

1,5 1,6 3,1 2,5

2 Dasar a. Terang 1,3 1,9 3,2 2,6 2,6

1,3 1,7 3,0 2,4

1,8 1,6 3,4 2,8

b. Gelap 1,3 1,9 3,2 2,6 2,6

1,3 1,7 3,0 2,4

1,8 1,3 3,4 2,8

STASIUN 6

A. Produktifitas Primer Awal (DO)

No Letak Jenis Botol V1 = V.

Na2S2O3

(ml)

V2 = V.

Na2S2O3

(ml)

V1 + V2

(ml)

DO DO

Rata -

rata

1 Permukaan a. Terang 1,2 1,2 2,4 1,9 1,8

1,0 1,2 2,2 1,8

1,2 1,0 2,2 1,8

b. Gelap 1,2 1,2 2,4 1,9 1,8

1,0 1,2 2,2 1,8

1,2 1,0 2,2 1,8

2 Dasar a. Terang 1,1 1,5 2,6 2,1 1,7

0,8 1,2 2,0 1,6

0,9 1,0 1,9 1,5

b. Gelap 1,1 1,5 2,6 2,1 1,7

0,8 1,2 2,0 1,6

0,9 1,0 1,9 1,5

B. Produktifitas Primer Akhir (DO)

No Letak Jenis Botol V1 = V.

Na2S2O3(

ml)

V2 = V.

Na2S2O3(

ml)

V1 + V2

(ml)

DO DO

Rata -

rata

1 Permukaan a. Terang 2,0 2,0 4,0 3,3 3,3

2,0 2,5 4,5 3,7

1,7 1,8 3,5 2,8

b. Gelap 1,5 1,5 3,0 2,4 1,9

0,8 0,7 1,5 1,2

1,5 1,0 2,5 2,0

2 Dasar a. Terang 1,3 1,0 2,3 2,0 2

1,0 1,4 2,4 1,9

1,0 1,3 2,3 2,0

b. Gelap 1,0 1,0 2,0 1,6 1,7

1,8 1,3 2,1 1,7

1,2 1,0 2,2 1,8

STASIUN 7

A. Produktifitas Primer Awal (DO)

No Letak Jenis Botol V1 = V.

Na2S2O3

(ml)

V2 = V.

Na2S2O3

(ml)

V1 + V2

(ml)

DO DO

Rata -

rata

1 Permukaan a. Terang 0,7 1,1 1,8 1,5 1,3

0,8 0,8 1,6 1,3

0,8 0,8 1,6 1,3

b. Gelap 0,7 1,1 1,8 1,5 1,3

0,8 0,8 1,6 1,3

0,8 0,8 1,6 1,3

2 Dasar a. Terang 0,9 0,8 1,7 1,4 1,1

0,7 0,4 1,1 0,9

0,8 0,6 1,4 1,1

b. Gelap 0,9 0,8 1,7 1,4 1,1

0,7 0,4 1,1 0,9

0,8 0,6 1,4 1,1

B. Produktifitas Primer Akhir (DO)

No Letak Jenis Botol V1 = V.

Na2S2O3

(ml)

V2 = V.

Na2S2O3

(ml)

V1 + V2

(ml)

DO DO

Rata -

rata

1 Permukaan a. Terang 2,5 1,5 4,0 3,3 3,8

2,5 4,0 6,5 5,3

2,5 1,0 3,5 2,8

b. Gelap 1,5 1,5 3,0 2,4 1,9

1,0 0,5 1,5 1,2

2,0 0,5 2,5 2,0

2 Dasar a. Terang 1,3 1,0 2,3 1,9 2,2

1,3 1,1 2,4 2

1,4 1,9 3,3 2,7

b. Gelap 0,9 1,1 2,0 1,6 1,7

1,1 1,0 2,1 1,8

1,2 1,0 2,2 1,8

STASIUN 8

A. Produktifitas Primer Awal (DO)

No Letak Jenis Botol V1 = V.

Na2S2O3

(ml)

V2 = V.

Na2S2O3

(ml)

V1 + V2

(ml)

DO DO

Rata -

rata

1 Permukaan a. Terang 0,5 0,8 1,3 1,1 1,0

0,4 0,6 1,0 0,8

0,6 0,8 1,4 1,1

b. Gelap 0,4 0,6 1,0 0,8 1,0

0,6 0,7 1,3 1,1

0,5 0,8 1,3 1,1

2 Dasar a. Terang 0,4 0,9 1,3 1,1 0,9

0,3 0,4 0,7 0,6

0,5 0,9 1,4 1,1

b. Gelap 0,8 0,8 1,6 1,3 1,2

1,0 0,6 1,6 1,3

0,6 0,7 1,3 1,1

B. Produktifitas Primer Akhir (DO)

No Letak Jenis Botol V1 = V.

Na2S2O3

ml)

V2 = V.

Na2S2O3

(ml)

V1 + V2

(ml)

DO DO

Rata -

rata

1 Permukaan a. Terang 1,3 1,1 2,4 1,9 2,1

1,7 1,5 3,2 2,6

1,4 1,0 2,4 1,9

b. Gelap 0,8 0,6 1,4 1,1 1,1

0,9 0,7 1,6 1,3

0,6 0,5 1,1 0,9

2 Dasar a. Terang 0,5 0,4 0,9 0,7 0,9

0,6 0,5 1,1 0,9

0,7 0,8 1,5 1,2

b. Gelap 0,4 0,3 0,7 0,6 0,6

0,3 0,3 0,6 0,5

0,5 0,4 0,9 0,7

STASIUN 9

A. Produktifitas Primer Awal (DO)

No Letak Jenis Botol V1 = V.

Na2S2O3

(ml)

V2 = V.

Na2S2O3

(ml)

V1 + V2

(ml)

DO DO

Rata -

rata

1 Permukaan a. Terang 1,5 1,7 3,2 2,6 3,0

2,1 2,3 4,4 3,6

1,4 2,1 3,5 2,8

b. Gelap 1,3 1,0 2,3 1,9 1,8

1,9 0,9 2,8 2,3

1,1 0,6 1,7 1,4

2 Dasar a. Terang 0,6 0,8 1,4 1,1 0,8

0,6 0,6 1,2 0,9

0,4 0,4 0,8 0,6

b. Gelap 0,8 1,0 1,8 1,5 1,1

0,7 0,8 1,5 1,2

0,5 0,6 1,1 0,8

B. Produktifitas Primer Akhir (DO)

No Letak Jenis Botol V1 = V.

Na2S2O3

(ml)

V2 = V.

Na2S2O3

(ml)

V1 + V2

(ml)

DO DO

Rata -

rata

1 Permukaan a. Terang 1,3 1,4 2,7 2,2 2,6

1,8 1,5 3,3 2,6

2,3 1,4 3,7 3,0

b. Gelap 0,9 0,6 1,5 1,2 1,1

0,7 0,6 1,3 1,1

1,0 0,5 1,5 1,2

2 Dasar a. Terang 0,9 0,6 1,5 1,2 1,2

0,9 0,6 1,5 1,2

1,0 0,5 1,5 1,2

b. Gelap 1,1 1,6 2,7 2,2 1,8

1,3 1,0 2,3 1,9

1,0 0,8 1,8 1,5

STASIUN 10

A. Produktifitas Primer Awal (DO)

No Letak Jenis Botol V1 = V.

Na2S2O3

(ml)

V2 = V.

Na2S2O3

(ml)

V1 + V2

(ml)

DO DO

Rata -

rata

1 Permukaan a. Terang 1,6 1,4 3,0 2,4 2,3

1,5 1,4 2,9 2,3

1,4 1,6 3,0 2,4

b. Gelap 1,8 1,5 3,3 2,6 2,8

1,6 1,6 3,2 2,6

2,0 2,0 4,0 3,2

2 Dasar a. Terang 2,5 1,1 3,6 2,9 2,9

2,0 1,7 3,7 3,0

1,6 2,0 3,6 2,9

b. Gelap 2,7 1,2 3,9 3,1 3,1

2,0 2,0 4,0 3,2

2,0 2,0 4,0 3,2

B. Produktifitas Primer Akhir (DO)

No Letak Jenis Botol V1 = V.

Na2S2O3

(ml)

V2 = V.

Na2S2O3

(ml)

V1 + V2

(ml)

DO DO

Rata -

rata

1 Permukaan a. Terang 1,0 1,3 2,3 1,9 2,0

1,0 1,4 2,4 2,0

1,1 1,3 2,4 2,0

b. Gelap 1,2 1,6 2,8 2,3 1,9

1,2 1,3 2,5 2,0

1,1 1,5 2,6 1,3

2 Dasar a. Terang 2,0 3,1 5,1 4,1 5,

2,0 3,6 5,6 4,6

3,0 4,2 7,2 9,0

b. Gelap 3,9 3,1 7,0 3,3 5,2

4,3 3,1 7,4 6,0

3,5 4,1 7,6 6,2

PRODUKTIFITAS PRIMER DARI 10 STASIUN DI PANTAI BAMA

No Produktifitas Primer Letak Jenis Botol DO Rata - rata

1 Awal

PermukaanTerang 1,7

Gelap 1,8

DasarTerang 1,5

Gelap 1,5

2 Akhir

PermukaanTerang 2,4

Gelap 1,7

DasarTerang 2,0

Gelap 1,9

Tabel: Faktor fisik air di Pantai Bama Taman nasional BaluranStasiun PH Suhu ('C ) Kecerahan cm Salinitas gr/100

I 7,3 23,3 80 3,75

II 8 31,9 74 3,8

III 7,9 30.0 81 3,4

IV 7,6 30,3 78 4

V 7.4 29.5 79 2

VI 7 30 74 3,7

VII 7 31 80 2.3

VIII 7 28 79 2.2

IX 7,9 29,1 77 4,5

X 8 22,2 100 3,4

Rata - rata 7,1 28,5 80,2 3,3

B. Analisis Data

Dari data yang diperoleh dapat dinyatakan bahwa ada perbedaan

antara DO rata-rata di permukaan dengan DO rata-rata di dasar pantai.

Produktivitas primer awal di permukaan dengan menggunakan botol terang

menunjukkan nilai DO rata-rata sebesar 1,7 dan produktivitas primer awal di

dasar pantai dengan menggunakan botol terang menunjukkan nilai DO rata-

rata sebesar 1,5. Dari hasil ini menunjukkan bahwa ada selisih sebesar 0,2

antara produktivitas primer awal di permukaan dengan di dasar, meskipun

kedunya menggunakan metode yang sama yaitu botol Winkler terang.

Hal yang serupa juga diperoleh pada produktivitas primer awal di

permukaan dan di dasar dengan menggunakan botol gelap. Produktivitas

primer awal di permukaan dengan menggunakan botol gelap menunjukkan

nilai DO rata-rata sebesar 1,8 dan produktifitas primer awal di dasar pantai

dengan menggunakan botol terang menunjukkan nilai DO rata-rata sebesar

1,5. Dari hasil pengamatan tersebut menunjukkan bahwa ada selisih sebesar

0,3 antara produktivitas primer awal di permukaan dengan di dasar, meskipun

keduanya menggunakan metode yang sama yaitu botol Winkler gelap.

Pada produktivitas primer akhir di permukaan dengan menggunakan

botol terang menunjukkan nilai DO rata-rata sebesar 2,4 dan produktivitas

primer akhir di dasar pantai menunjukkan nilai DO rata- rata sebesar 2,0. Dari

hasil ini menunjukkan bahwa ada selisih sebesar 0,4 antara produktivitas

primer awal di permukaan dengan di dasar dengan menggunakan botol terang.

Pada produktivitas primer akhir di permukaan dengan menggunakan

botol gelap menunjukkan nilai DO rata-rata sebesar 1,7 dan produktivitas

primer akhir di dasar pantai menunjukkan nilai DO rata-rata sebesar 1,9. Dari

hasil ini menunjukkan bahwa ada selisih sebesar 0,2 antara produktivitas

primer awal di permukaan dengan di dasar dengan menggunakan botol gelap.

Selisih yang ditunjukkan antara DO awal dan DO akhir yang ada di

permukaan perairan yang ditunjukkan oleh botol terang adalah sebesar 0,7.

Sedangkan pada botol gelap sebesar 0,1. Selisih yang ditunjukkan antara DO

awal dan DO akhir yang ada di dasar perairan yang ditunjukkan oleh botol

terang adalah sebesar 0,5. Sedangkan pada botol gelap sebesar 0,4.Selisih

yang ditunjukkan pada DO rata-rata pada produktivitas primer awal dan akhir

di Pantai Bama merupakan perbedaan pada produktivitas primer yang terjadi

dalam kurun waktu satu hari.

Dari pengukuran kondisi fisik air tiap tiap stasiun diperoleh bahwa

kondisi fisik perairan pantai Bama menunjukkan suhu air rata – rata adalah

28,5 'C, pH air rata – rata sebesar 7,1, kecerahan air rata – rata sebesar 80,2

cm dan salinitas air rata – rata sebesar 3,3 gr/100. Kondisi fisik air ini dapat

mempengaruhi biota yang ada dinperairan tersebut.

C. Pembahasan

Berdasarkan pada analisis data yang ada di atas maka selisih DO

awal yang ditunjukkan oleh botol gelap yang ada di permukaan dan di dasar

itu dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi perbedaan

DO awal pada botol terang adalah adanya mekanisme metabolisme yang

dilakukan oleh fitoplakton dan zooplankton. Mekanisme metabolisme yang

dilakukan oleh fitoplakton yaitu fotosintesis yang menghasilkan O2 . Hasil

fotosintesis yang dilakukan oleh fitoplakton diketahui melalui indikator

Na2S2O3 melalui titrasi. Semakin tinggi nilai DO yang ada pada botol terang

maka semakin besar oksigen yang terlarut.didalamnya. Sedangkan pada botol

gelap nilai DO nya lebih rendah dibandingkan yang ada pada botol terang. Hal

ini dipengaruhi oleh mekanisme fotosintesis yang hanya terjadi pada botol

terang tetapi mekanisme ini tidak terjadi pada botol gelap. Walaupun pada

botol gelap tidak terjadi fotosintesis tetapi mengalami respirasi yang juga

dialami oleh botol terang. Mekanisme respirasi yang dilakukan oleh

fitoplakton dan zooplankton yang ada didalam botol gelap dan terang dapat

mempengaruhi jumlah oksigen yang terlarut didalam botol tersebut.

. Data produktivitas primer awal di dasar pada botol terang sama

dengan di botol gelap..Persamaan tersebut dikarenakan, botol gelap yang

digunakan tidak dibungkus dengan alumunium sehingga sinar matahari masih

dapat menembus botol gelap ini. Karena sinar matahari dapat menembus botol

tersebut maka pada botol gelap selain terjadi proses respirasi juga terjadi

proses fotosintesis meskipun kadarnya tidak terlalu tinggi. Pada botol terang

meskipun proses fotosintesis berlangsung lebih besar namun ada beberapa

fotoplankton yang mati karena sinar ultraviolet yang terlau besar mnenai botol

terang ini.

Pada data produktivitas primer awal yang terjadi di dasar perairan

dan di permukaan baik dengan menggunakan botol gelap maupun botol

terang, terdapat data yang tidak sama dengan data produktivitas primer akhir.

Produktivitas primer akhir lebih besar daripada produktivitas primer awal di

perairan dasar. Perbedaan tersebut tersebut dikarenakan fotosintesis pada

waktu siang hari lebih efektif daripada fotosintesis pada pagi hari. Hal ini

berkaitan erat dengan kebutuhan sinar matahari.

Kondisi fisik perairan juga mempengaruhi produktivitas primer di

suatu oerairan tersebut. Kondisi fisik air tersebut meliputi suhu air, ph,

kecerahan air, dan salinitas.Bila kondisi perairan tidak mendukung atau

kurang baik untuk kelangsungan hidup biota laut maka produktivitas juga

akan terganggu. Hal ini berkaitan dengan kemampuan suatu fitoplankton

dalam melakukan proses fotosintesis. Makin baik kondisi fisik suatu perairan

maka makin baik pula proses fotosintesis sehingga kadar oksigen yang

dihasilkan juga lebih banyak.

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan pembahasan, maka dapat diperoleh sinpulan sebagai

berikut:

1. Produktivitas primer akhir lebih besar daripada produktibitas primer awal.

2. Produktivitas primer di permukaan lebih besar daripada produktivitas

primer di dasar perairan

3. Oksigen terlarut (DO) pada botol terang lebih banyak daripada pada botol

gelap. Hal itu dikarenakan pada botol terang lebih banyak terjadi

fotosintesis daripada pada botol gelap.

B. Saran

Agar memperoleh hasil yang lebih baik maka peneliti memberikan

saran sebagai berikut:

1. Peneliti berikutnya disarankan untuk mengulang perlakuan dengan

kedalaman yang berbeda – beda sehingga produktivitas primer di suatu

perairan sampel dapat diteliti dengan akurat.

2. Memperhatikan ketelitian dalam melakukan titrasi sehingga memperoleh

data oksigen terlarut (DO) yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Romimohtarto, Kasijan dan sri Juwana. 2005. Biologi Laut. Jakarta : Djambatan

McNaughton, S.J dan Larry L Wolf.1990. Ekologi Umum. Yogyakarta. Gadjah

Mada University

Sastrawijaya, A. Tresna. 2000. Pencemaran Lingkungan. Jakarta : Rineka cipta

Ewusie, J. Yanneiy.1980. Pengantar Ekologi Tropika.Bandung : ITB Bandung

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN

Oleh :

Restiani Agusvita 043204003

Eni Susilowati 043204020

Matin Mumita 043204018

Ismahil Musoffah 043204042

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

2007