PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak...

202
PRODUKSI PERTANIAN

Transcript of PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak...

Page 1: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

PRODUKSI PERTANIAN

Page 2: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,
Page 3: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

B A B V I

P R O D U K S I

A. PERTANIAN

Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam eko-nomi Indonesia. Karena itu Pemerintah memberikan perhatian utama terhadap pembangunan sektor ini. Betapa panting sek- tor ini tercermin dalam usaha-usaha pembangunan yang telah dilaksanakan selama Repelita I dan yang sedang dilaksanakan dalam Repelita II.

Besarnya peranan sektor pertanian bukan saja dapat dilihat dari kenyataan bahwa sebagian besar rakyat hidup dari usaha-usaha pertanian, melainkan juga dari besarnya sumbangan sek-tor ini kepada pendapatan nasional. Walaupun sejak tahun 1969 besarnya sumbangan sektor pertanian kepada produk domes- tik bruto secara relatif menurun sedikit demi sedikit, tetapi secara absolut, menunjukkan kenaikan. Kenaikan secara abso- lut disebabkan karena usaha-usaha pembangunan yang inten- sif dalam sektor pertanian itu sendiri.

Hasil-hasil pembangunan selama Repelita I dalam sektor pertanian antara lain dicerminkan oleh terjadinya peningkatan produksi tiap tahun dalam sebagian besar hasil pertanian, seperti dapat dilihat pada Tabel VI — 1.

Dari Tabel VI — 1 tampak bahwa, kecuali untuk beberapa hasil pertanian tertentu, produksi hasil-hasil pertanian secara keseluruhan menunjukkan perkembangan yang cukup meng-gembirakan. Produksi pertanian terpenting, yaitu beras mengalami kenaikan rata-rata sebesar 4,8% setahun. Khusus untuk tahun 1972 terjadi penurunan produksi yang disebabkan terutama karena iklim yang tidak menguntungkan.

263

Page 4: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

TABEL VI — 1 PRODUKSI BEBERAPA HASIL PERTANIAN TERPENTING

1968 — 1973 (ribuan ton )

Jenis hasil 1968 1969 1970 1971 1972 1) 1973 2)

Pertum- buhan

rata-rata

Ke-naikan1972-73

1968-73 (%)( % )

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Beras 1) 11.666 12.249 13.140 13.724 13.291 14.702 4,8 10,6

Jagung 3.165 2.292 2.825 2.606 1) 2.254 2.91.2 0,7 29,2

Ubi kayu 11.356 10.917 1) 10.478 10.685 10.385 3.399 - 3,6 - 9,5Ubi jalar 2.364 2.260 1) 2.175 2.211 1) 2.066 2.180 - 2,5 5,5

Kedele 420 389 498 516 518 446 3,6 - 13,9

Kacang tanah 287 267 281 284 1) 282 303 1,2 7,4

Ikan laut 723 785 808 820 836 860 3,6 2,9

Ikan darat 437 429 421 424 433 440 0,1 1,6

Daging 305 309 314 332 366 403 5,7 10,1

Telur 3) 1.162 1.300 1.819 1.503 1.655 1.906 10,4 15,1

Susu 4) 28.600 28.923 29.306 35.797 37.694 39.300 7,0 4,3

Karet 735 778 1) 802 804 1) 808 853 3,0 5,6Kelapa sawn/

minyak 181 189 217 249 1) 270 289 9,8 7,0

Page 5: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Kelapa/kopra 1.132 1.221 1.200 1.149 1.311 1.199 1,3 8,5

Kopi 157 175 185 196 214 167 2,0 — 21,9

Teh 76 62 64 71 51 65 —1,0 27,5

Cengkeh 17 12 1) 15 14 13 23 11,7 76,9

Lada 47 17 17 24 18 29 2,6 61,1

Tembakau 54 82 1) 78 76 79 p.m p.m. p.mGula tebu 752 1) 922 873 1.041 1) 1.133 994 6,6 -12,3

Kapas 3 3 2 2 2 — 8,2 6) 0Kayu jati 5) 468 520 568 770 1) 597 576 )

37,4 41,0Kayu rimba 5) 4.783 7.587 11.856 12.968 1) 17.120 24.124

)*)Angka-angka dibulatkan.1)Angka diperbaiki 2)Angka sementara. 3)Dalam juta butir. 4)Dalam ribu liter. 5)Dalam ribu m3.6)Hanya dari 1969 -1973.

Page 6: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

Di luar beras, pertumbuhan rata-rata produksi per tahun yang terbesar dicapai oleh kayu, khususnya kayu rimba, de- ngan rata-rata sebesar 37,4%, kemudian diikuti oleh cengkeh 11,7%, telur 10,4%, kelapa sawit 9,8%, susu segar 7,0%, gula tebu 6,6%, daging 5,7%, kedele dan ikan laut masing-masing 3,6%, karet 3,0%, lada 2,6%, kacang tanah 1,2%, jagung 0,7%, dan ikan darat 0,1%. Mengenai hasil-hasil pertanian seperti kedele dan tebu hanya pada tahun 1973 mengalami pe-nurunan produksi, sedangkan selama periode 1968 - 1972 pro-duksinya rata-rata naik. Adapun produksi ubi kayu, kopra dan kopi mempunyai kecenderungan menurun dan penurunan pada tahun 1973 lebih menyolok dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Produksi kopra dan kopi juga menurun. Ini terutama disebabkan oleh musim yang kurang mengun-tungkan. Hasil-hasil pertanian lain yang juga mengalami perkembangan produksi yang kurang menggembirakan adalah ubi jalar, kapas (terutama kapas yang ditanam secara tradisio- nil) dan teh. Selama Repelita I hasil-hasil pertanian ini meng- alami penurunan produksi rata-rata sebesar 3,6% untuk ubi kayu, 2,5% untuk ubi jalar, 8,2% untuk kapas dan 1,0% untuk teh.

Mengenai sebab-sebab kenaikan atau penurunan produksi dari masing-masing hasil pertanian tersebut di atas dan bebe- rapa hasil pertanian lainnya akan dikemukakan secara lebih terperinci dalam bagian-bagian lebih lanjut dari laporan ini.

Kecuali beras yang seluruhnya dikonsumsi di dalam negeri, hasil-hasil pertanian lainnya banyak yang diekspor keluar negeri. Perkembangan volume ekspor hasil-hasil pertanian ter-penting selama Repelita I dapat dilihat dalam Tabel VI — 2.

Dari tabel ini juga terlihat bahwa, dengan beberapa perkecua- lian volume ekspor hasil-hasil pertanian selama Repelita I pada umumnya menunjukkan trend menaik. Kenaikan rata-rata yang terbesar terdapat dalam volume ekspor kayu dan hasil- hasil perikanan (terutama udang). Jumlah ekspor kedua macam hasil pertanian ini selama 1968 — 1973 rata-rata meningkat

266

Page 7: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

T A B E L V I - 2E K S P O R H A S I L P E R T A N I A N T E R P E N T I N G

1968 - 1973(ribu ton)

Jenis hasil 1968 1969 1970 1971 1972 1973

Karet 770,9 833,3 755,7 719,5 740,5 669,9Minyak sawit 152,4 194,4 189,0 219,7 275,1 191,1Teh 20,2 29,5 35,5 40,5 39,3 34,4Kopi 84,7 120,9 94,3 65,9 89,4 73,4Lada 24,6 16,7 2,6 23,6 24,4 18,7Tembakau 8,2 13,2 16,9 19,5 30,1 30,7Kopra 217,0 157,0 I85,0 63,7 42,0 65,0Udang 2,9 5,6 7,3 15,3 23,4 28,8Ikan segar 3,4 2,3 1,2 4,1 3,9 5,9Sapi 34,5 38,2 52,9 51,4 52,6 51,0Kerbau 18,0 18,7 34,8 24,3 30,9 11,4Kulit ternak 5,4 6,8 5,7 4,8 6,1 4,9Kayu 1.239,5 3.595,8 7.412,0 10.706,5 13.890,9 19.488,0Jagung 91,0 155,0 254,0 213,0 79,6 117,6Kacang tanah 9,5 20,0 22,0 21,0 13,4 21,7Gaplek 162,0 304,0 312,0 452,0 344,5 73,9

1) Angka diperbaiki.2) Angka sementara.

dengan lebih dari 50% setahun, kayu sebesar kurang lebih 82% dan udang kurang lebih 62% setahunnya. Peningkatan volume ekspor yang relatif besar ini terutama disebabkan oleh semakin meningkatnya produksi, sebagai akibat adanya pening-katan permintaan di pasaran dunia, dan sebagai hasil usaha perbaikan mutu dan perbaikan-perbaikan dalam cara pema- saran.

Demikian secara garis besar perkembangan produksi dan ekspor dari hasil-hasil pertanian terpenting selama Repelita I. Selanjutnya di bawah ini akan diuraikan secara lebih ter- perinci perkembangan produksi dan hasil-hasil lain yang telah dicapai selama Repelita I di sektor pertanian.

267

Page 8: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

1. Padi/beras.

Perkembangan produksi beras selama Repelita I pada umum- nya menunjukkan peningkatan yang menggembirakan. Selama lima tahun terakhir produksi beras bertambah dengan tingkat kenaikan rata-rata 4,8% setahun. Peningkatan produksi ini terutama disebabkan oleh penambahan luas areal panen padi dan kenaikan hasil rata-rata per ha.

Dalam Tabel-tabel VI — 3, VI — 4 dan VI — 5 dapat dilihat perkembangan luas panen hasil rata-rata per ha dan produksi padi/beras dari tahun 1968 sampai dengan tahun 1973.

Luas panen padi tahun 1968 meliputi areal seluas 8.020 ribu ha dan tahun 1973 meningkat menjadi 8.363 ribu ha. Ini berarti bahwa selama Repelita I terjadi penambahan seluas 243 ribu ha atau 4,1%. Jadi ada kenaikan rata-rata sebesar 0,84% se- tiap tahun. Perkembangan luas panen padi tersebut sebagian besar disebabkan oleh meningkatnya panen padi sawah sebesar 388 ribu ha di Jawa dan 401 ribu ha di luar Jawa. Luas panen padi gogo berkurang sebesar 90 ribu ha di Jawa dan 336 ribu ha di luar Jawa. Penambahan luas areal panen padi sawah terutama disebabkan oleh bertambah baiknya sarana pengairan. Dengan adanya perbaikan pengairan itu maka luas sawah baku yang dapat dipanen dua kali setahun menjadi bertambah luas. Di samping itu, dengan perluasan jaringan-jaringan irigasi baru terdapat pula perluasan sawah baku, hasil dari pencetakan sawah baru.

Hasil rata-rata padi per ha meningkat dari 27,9 kwintal dalam tahun 1968 menjadi 33,7 kwintal padi pada tahun 1973. Bertambahnya luas panen padi dan naiknya hasil padi per ha telah berhasil meningkatkan produksi beras dari 11.666 ribu ton dalam tahun 1968 menjadi 14.702 ribu ton dalam tahun 1973. Ini berarti bahwa selama Repelita I produksi meningkat sebesar 26,0%.

Penurunan produksi beras dalam tahun 1972 sebesar 3,1% dari produksi tahun 1971 adalah akibat dari musim kemarau

268

Page 9: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

T A B E L VI — 3

LUAS PANEN PADI, 1968 — 1973(ribuan ha)

1968 1969 1970 1971 1) 1972 1) 1973 2)

Kenaikanrata-rata

1968-1973

Jawa : padi sawah 3.857 3.947 3.959 4.050 4.006 4.245 1,96

padi gogo 407 347 343 366 326 317 — 4,62padi sawah dan gogo 4.264 4.294 4.302 4.416 4.332 4.562 1,40

Luar Jawa : padi sawah 2.506 2.597 2.720 2.843 2.685 2.907 3,02

padi gogo 1.250 1.123 1.113 1.065 970 914 — 6,02padi sawah dan gogo 3.756 3.720 3:832 3.908 3.655 3.821 0,39

Indonesia : padi sawah 6.363 6.544 6.679 6.893 6.691 7.152 2,37

padi gogo 1.657 1.470 1.456 1.431 1.296 1.231 — 5,66padi sawah dan gogo 8.020 8.014 8.135 8.324 7.987 8.363 0,8

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

Page 10: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

269

Page 11: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

270

Page 12: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

271

Page 13: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

(Sambungan Grafik VI – 1)

272

Page 14: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

(Sambungan Grafik VI – 1)

273

Page 15: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

(Sambungan Grafik VI – 1)

274

Page 16: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

(Sambungan Grafik VI – 1)

275

Page 17: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

1968 1969 1970 1971 1972 1973 *) Kenaikan rata-rata 1968 —

1973

T A B E L VI - 4HASIL RATA-RATA PADI PER HA, 1968- 1973

(kw/ha)

Page 18: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

Jawa 31,76 33,50 35,17 36,65 35,78 37,36 3,25

Luar Jawa 23,67 24,65 26,45 26,12 27,52 29,39 4,46Indonesia 27,97 29,39 31,06 31,70 32,00 33,73 3,83

* ) Angka sementaraTABEL VI— 5

PRODUKSI BERAS, 1968 — 1973(ribuan ton)

Page 19: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

1968 19691972 1973 *)

Kenaikan rata-rata 1968 — 1973

19711970

Page 20: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

Jawa 7.043 7.481 7.868 8.416 8.061 8.863 4,80

Luar Jawa 4.623 4.768 5.272 5.308 5.230 5.839 4,91Indonesia 11.666 12.249 13.140 13.724 13.291 14.702 4,83

* ) Angka sementara

276

Page 21: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

GRAFIK VI — 2HASIL RATA-RATA PADI PER Ha., 1968 — 1973

( K W / H A }

277

Page 22: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

G R A F I K VI — 3PRODUKSI BERAS, 1968 — 1973

278

Page 23: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

yang panjang. Pada tahun 1973 produksi beras dapat ditingkat-kan lagi dengan kenaikan 10,6% dibanding dengan produksi tahun 1972 atau 6,6% dibanding dengan produksi tahun 1971.

Angka-angka yang dikemukakan dalam Tabel VI — 4 dan Tabel VI — 5 berbeda dengan angka-angka tahun-tahun sebe-lumnya. Hal ini disebabkan adanya perbaikan-perbaikan dalam cara pengumpulan data perkiraan produksi padi. Biro Pusat Statistik yang bertanggung jawab mengumpulkan data pro- duksi beras di Jawa dan Madura menggunakan angka kon- versi padi kering panen/padi kering giling 69%, sedang Depar-temen Pertanian, yang bertanggung jawab mengumpulkan data produksi di luar Jawa, menggunakan angka konversi 77%. Angka-angka baru ini merupakan hasil angka-angka konversi dari padi kering panen menjadi padi kering giling menjadi sebesar 77% untuk pulau Jawa maupun untuk luar Jawa. Per-ubahan angka-angka tersebut sudah dikemukakan dalam buku Repelita II. Karena sangat penting, penelitian mengenai angka konversi akan diteruskan dalam Repelita II.

Kenaikan hasil rata-rata padi per ha terutama disebabkan oleh perluasan program intensifikasi selama lima tahun ter- akhir dengan penambahan areal Bimas dan Inmas menjadi lebih kurang 4 juta ha. Hasil-hasil rehabilitasi pengairan mem-berikan sumbangan yang besar dalam perluasan program in-tensifikasi itu.

Dalam Tabel VI — 6 dan Tabel VI — 7 dapat dilihat perkem-bangan luas panen dan hasil rata-rata padi dari program inten-sifikasi. Dalam tabel itu ditunjukkan bahwa program intensi- fikasi yang dalam tahun 1968 menghasilkan luas panen 1.597 ha telah menghasilkan areal panen seluas 3.986 ha dalam tahun 1973; suatu peningkatan sebesar 146%. Hasil rata-rata per ha meningkat dari 36,3 kwintal pada tahun 1969 menjadi 46,0 kwintal pada tahun 1973. Jadi meningkat dengan 26%. Pe-ningkatan luas panen dan hasil rata-rata padi dari program tersebut mempunyai peranan yang besar terhadap peningkat-

279

Page 24: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

Bimas Bimas Jumlah Inmas Inmas Jumlah JumlahBiasa Baru Bimas Biasa Baru Inmas Bimas &

Inmas

1968 745 18 763 834 - 834 1.5971969 926 383 1.309 722 99 821 2.1301970 803 445 1.248 511 334 845 2.0931971 827 569 1.396 867 525 1.393 2.7981972 621 582 1.203 1.166 800 1.966 3.1691973 621 1.169 1.831 1.074 1.081 2.155 3.986

Angka diperbaiki. TABEL VI — 7HASIL PADI INTENSIFIKASI PER HA, 1969 — 1973

(kw/ha)

Tahun

TABEL VI— 6LUAS PANEN INTENSIFIKASI PADI, 1968 — 1973

(ribuan ha)

Page 25: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

B i m a s I n m a s Rata-rata IntensifikasiTahun

Page 26: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

Biasa Baru Jumlah Biasa Baru Jumlah

Page 27: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

1969 1970 1971 1972 1973

35,85 42,4740,74 53,1237,91 53,4142,96 56,24

44,00 58,00

36,14 44,98 44,23 49,38 52,00

32,52 34,35 31,13 36,44 36,00

36,87 40,12 42,23 44,87 45,00

33,08 36,12 34,92 39,87 40,00

36,28 41,92 39,45 43,48 46,00

*) Angka sementara.

280

Page 28: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

an produksi padi secara keseluruhan selama Repelita I ini. Pe-ranan produksi padi intensifikasi terhadap produksi total pada akhir Repelita I naik menjadi 64,3%. Ini berarti bahwa pro- duksi padi Bimas dan Inmas meliputi hampir 2/3 dari produksi padi secara nasional.

Faktor-faktor lain yang memungkinkan peningkatan hasil rata-rata per ha, selain bertambah baiknya prasarana peng- airan, adalah penggunaan bibit unggul, penggunaan pupuk dan penggunaan pestisida.

Penggunaan bibit jenis unggul baru meningkat dari areal seluas 485 ribu ha dalam tahun 1969 menjadi 2.91.2 ribu ha dalam tahun 1973. Dengan demikian pada tahun 1973 peng-gunaan jenis unggul baru meliputi 37,8% dari seluruh luas panen atau sekitar 73,5% dari areal intensifikasi. Peningkatan areal ini sangat dibantu oleh adanya usaha-usaha penunjang seperti rehabilitasi dan pembangunan balai-balai benih, gerak- an sertifikasi benih, memperbanyak jumlah demonstrasi benih unggul dan demonstrasi plot. Selama Repelita I sudah dilak-sanakan perbaikan sistim pengadaan dan penyebaran benih antara lain dengan rehabilitasi 230 kebun benih, pembangunan 5 Kebun Benih Sentral dan Industri Benih Perum "Sang Hyang Seri" serta pembinaan 486 unit penangkar benih swas- ta. Demonstrasi benih unggul seluas 12.500 ha dalam tahun 1973, yang diusahakan di sawah petani dan dikelola oleh petani sendiri, sekaligus berfungsi sebagai sumber pengadaan benih bagi para petani disekitarnya.

Perkembangan penggunaan pupuk dan pestisida tampak dari Tabel VI — 8 dan Tabel VI — 9. Penggunaan pupuk selama Repelita I telah meningkat rata-rata 27,4% setiap tahun da- lam bentuk zat hara MPK, sedangkan penggunaan pestisida meningkat dengan 24,5%. Peningkatan penggunaan kedua sarana produksi padi ini antara lain disebabkan oleh mening-katnya kesadaran petani akan manfaatnya pupuk dan pesti-

28

Page 29: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

TABEL VI — 8PENGGUNAAN PUPUK SEKTOR BAHAN MAKANAN

1968 — 1973 (ribuan kadar ton pupuk)

Tahun N P 205 K 20 Jumlah

1968 95,0 24,4 0,4 119,81969 155,2 36,2 1,0 192,41.970 162,1 31,3 3,6 197,01971 219,2 24,2 1,0 244,41972 262,3 43,5 2,3 308,11973 *) 296,9 82,1 379,2

*) Angka sementara.

TABEL VI— 9PENGGUNAAN PESTISIDA DAN RODENTISIDA

SEKTOR BAHAN MAKANAN1968 — 1973

Tahun Pestisida Rodentisida(ton, cq. Zinkphosphide)

1968 630,6 40,21969 1.209,3 33,71970 1.075,6 52,41971 1.555,6 53,01972 1.410,0 33,01973 *) 1.504,2 116,0

*) Angka sementara.

282

Page 30: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

G R A F I K V I — 4P E N G G U N A A N P U P U K S E K T O R B A H A N M A K A N A N , 1 9 6 8 — 1 9 7 3 ( r i b u a n k a d a r t o n

p u p u k )

283

Page 31: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

GRAFIK VI - 5PENGGUNAAN PESTISIDA DAN RODENTISIDA

SEKTOR BAHAN MAKANAN1968 – 1973

284

Page 32: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

sida untuk pertumbuhan padi. Di samping itu adanya perbaik- an distribusi dan fasilitas tata niaganya serta dilaksanakannya kebijaksanaan harga beras yang seimbang dengan harga sara- na tersebut selama Repelita I, telah banyak mendorong para petani untuk menggunakan sarana pertanian tersebut dalam usaha meningkatkan produksinya.

Selanjutnya dalam usaha peningkatan produksi padi/beras, fungsi pengolahan dari padi ke beras merupakan pula suatu pendorong. Cara pengolahan padi/beras secara tradisionil se-bagian besar sudah beralih ke penggunaan alat-alat mekanis (Huller atau "Rice Milling Unit"). Pada tahun 1968 perusa- haan penggilingan padi dan huller diperkirakan sebanyak 7.700 buah dengan kapasitas potensiil 2,2 juta ton beras, yang ber- arti lebih kurang 20% dari produksi beras nasional. Dalam tahun 1973 kapasitas ini meningkat menjadi 86% (Tabel VI — 10).

Meningkatnya penggunaan bibit unggul dan pestisida serta pengetrapan tehnologi baru lainnya mencerminkan peningkatan kesadaran petani akan manfaat tehnologi baru tersebut. Pe-manfaatan tehnologi baru oleh para petani lebih dimungkinkan oleh adanya fasilitas yang cukup baik dibidang pengadaan sa- rana produksi maupun dalam penyaluran dan pemasarannya. Tersedianya pupuk di kios-kios di desa-desa dengan harga yang murah merangsang petani untuk menggunakan pupuk lebih banyak.

Di samping hal-hal di atas bimbingan dan penyuluhan yang terus-menerus amatlah penting artinya bagi kemajuan para petani. Dalam tahun 1971 telah ditempatkan 1.823 Penyu- luh Pertanian Lapangan (PPL) dan 113 Penyuluh Per- tanian Spesialis (PPS) yang tersebar di daerah-daerah, dan dalam tahun 1973 jumlah tersebut ditingkatkan menjadi 3.960 orang PPL dan 197 orang PPS. Peningkatan ini disesuaikan dengan perluasan areal intensifikasi selama Repelita I. Selama

285

Page 33: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

TABEL VI -10

JUMLAH ALAT PENGOLAHAN PADI, 1969 — 1973

Tahun Penggilingan Padi

dan HullerKapasitas produksi

beras setahun(buah) (juta ton)

19 68 7 . 7 0 0 2 . 2 0

19 69 1 0 . 0 0 0 3 . 0 019 70 1 0 . 4 7 5 3 . 9 119 71 1 2 . 9 6 3 5 . 4 0

19 72 1) 1 7 . 5 3 8 9 . 3 3

19 73 2) 2 3 . 9 7 4 1 2 . 1 9

1) Angka diperbaiki.2) Angka sementara.

itu jumlah kabupaten dan wilayah Unit Desa yang melaksa- nakan program-program tersebut berkembang dengan pesat. Jumlah kabupaten dan desa yang ikut serta dalam program intensifikasi dalam tahun 1969 masing-masing 90 dan 2.970 buah. Jumlah itu telah meningkat menjadi 194 kabupaten atau 16.978 desa dalam tahun 1973 dan tersebar di 23 propinsi. Per-kembangan wilayah Unit Desa dari tahun 1968 sampai dengan tahun 1973 meningkat dari 1.584 buah menjadi 2.941 buah Unit Desa.

Sistim Bimas yang disempurnakan yang dimulai dari tahun 1970 mempunyai ciri-ciri khas dengan adanya Unit-unit Desa BRI. Jumlah Unit Desa BRI Mini telah berkembang sejalan de-ngan peningkatan areal intensifikasi, pertambahan volume kredit dan pelayanan kredit kepada petani juga semakin me-ningkat. Dalam tahun 1970 terdapat sebanyak 545 BRI Unit Desa. Dalam tahun 1973 jumlah tersebut sudah menjadi 2.069 buah. Di samping BRI Unit Desa, untuk memperlancar penya-luran dan pengambilan kredit, maka BRI membentuk pula 233

286

Page 34: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

mobile unit khusus untuk daerah-daerah yang belum memung-kinkan dibentuknya Unit Desa. Sistim Bimas yang disempur-nakan ini memungkinkan pembelian kredit yang lebih memuas-kan. Sistim distribusi sarana produksi disesuaikan dengan sis- tim Unit Desa dengan mengikut sertakan distributor dalam penyaluran sarana tersebut ke Unit-unit Desa. Untuk penya-luaran pupuk digunakan kios-kios yang perkembangannya se-jalan dengan Unit-unit Desa BRI. Dibentuknya Badan Usaha Unit Desa (BUUD) lebih melengkapi kebutuhan sistim unit Desa.

Secara bertahap diusahakan agar BUUD berkembang men- jadi usaha koperasi yang menjadi milik masyarakat desa, yaitu Koperasi Unit Desa (KUD). Dalam Tabel VI — 11 dapat dilihat perkembangan Wilayah Unit Desa, Penyuluh Pertanian, BRI Unit Desa, dan BUUD/KUD. Jumlah BUUD/KUD, yang dalam tahun 1971 baru mencapai 104 buah, telah berkembang menjadi 2.315 buah dalam tahun 1973. Hal lain yang sangat penting mengenai Unit Desa ialah bahwa sistim ini mencip- takan kesempatan kerja di daerah-daerah pedesaan bagi lulus- an SMA dan Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA).

TABEL VI - 1 1

PERKEMBANGAN WILAYAH UNIT DESA, PENYULUH PERTANIAN,

BRI UNIT DESA DAN BADAN USAHA UNIT DESA1970 — 1973

Tahun Unit Desa P.P.L. P.P.S. BRI

Unit Desa B.U.U.D.

1970 1.854 1.584 5451971 1.823 1.823 113 1.047 1041972 1) 2.606 2.747 152 1.300 1.245

19732) 2.941 3.960 197 2.069 2.315

1) Angka diperbaiki.2) Angka sementara.

287

Page 35: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

Mereka berkesempatan bekerja di Unit-unit Desa BRI, di kios-kios, sebagai penyuluh pertanian dan sebagai anggota peng- urus BUUD/KUD.

2. Palawija dan hortikulturaPerkembangan produksi palawija selama Repelita I dapat

dilihat dalam Tabel VI — 1. Pada umumnya produksi palawija tidak menunjukkan kenaikan yang tetap setiap tahun. Pro- duksi jagung tidak menunjukkan arah perkembangan yang jelas. Produksi ubi kayu dan ubi jalar menunjukkan penurun- an. Adapun produksi kedele dan kacang tanah menunjukkan suatu peningkatan. Naik turunnya produksi setiap tahun di- ikuti pula oleh perkembangan luas panen yang sangat dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor, antara lain keadaan iklim, serangan hama dan penyakit tanaman. Di samping itu selama Repelita I para petani lebih banyak mendapat kesem-patan dan fasilitas untuk bertanam padi. Lagi pula perkem-bangan harga padi selama Repelita I lebih menguntungkan daripada perkembangan harga palawija.

Dalam Tabel VI — 12 dapat dilihat perkembangan produksi jagung tahun 1968 — 1973. Dalam tahun 1972 terdapat luas

TABEL VI— 12LUAS PANEN, HASIL RATA-RATA DAN PRODUKSI

JAGUNG1968 — 1973

Tahun Luas Panen Hasil rata-rata Produksi(ribu ha) (kw/ha) (ribu ton)

1968 3.220 9,83 3.1651969 2.435 9,42 2.2921970 2.939 9,61 2.8251971 1) 2.626 9,92 2.6061972 1) 2.160 10,44 2.2541973 2) 3.288 8,85 2.912

1) Angka-angka diperbaiki.2) Angka sementara.

288

Page 36: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

TABEL VI - 1 3

LUAS PANEN, HASIL RATA-RATA DAN PRODUKSI UBI-UBIAN 1968 — 1973

Luas panen Hasil rata-rata ProduksiTahun (ribu ha) (kw/ha) (ribu ton)

Ubi Kayu Ubi Jalar Ubi Kayu Ubi Jalar Ubi Kayu Ubi Jalar

1968 1.503 404 75,6 58,5 11.356 2.3641969 1.467 369 74,4 1) 61,2 1) 10.917 1) 2.260 1)

1970 1.398 357 74,9 60,9 10.478 2.1751971 1.406 357 76,0 61,9 1) 10.690 1) 2.211 1)19721) 1.468 338 70,7 61,1 10.385 2.06619732) 1.413 375 66,5 58,1 9.399 2.180

1) Angka diperbaiki.2) Angka sementara.

289

Page 37: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

panen dan produksi jagung sangat rendah sebagai akibat mu- sim kemarau yang panjang. Angka sementara tahun 1973 me-nunjukkan luas panen dan tingkat produksi tertinggi sejak tahun 1969. Dibandingkan dengan tahun 1972 luas panen ja-gung tahun 1973 meningkat sebesar 52,2% sedangkan produksi-nya meningkat dengan 29,2%. Penambahan luas panen sebanyak 1.128 ribu ha itu adalah akibat dari besarnya kesempatan menanam pada akhir musim kemarau tahun 1972. Penurunan hasil rata-rata jagung per hektar dari 10,44 kwintal per ha dalam tahun 1972 menjadi 8,85 kwintal per ha dalam tahun 1973 di antaranya disebabkan oleh kekurangan bibit unggul, karena adanya perluasan areal tanam yang melonjak dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya dan oleh banyaknya turun hujan dalam tahun 1973.

Produksi ubi kayu dan ubi jalar selama lima tahun terakhir masing-masing menurun sebesar 3,6% dan 2,5%. Penurunan produksi kedua jenis tanaman tersebut sejalan dengan penu-runan luas areal panenan. Dalam tahun 1972, meskipun luas panen ubi kayu meningkat dibandingkan dengan luas panen tahun 1971, hasil rata-rata per ha menurun sebagai akibat musim kemarau tahun 1972. Demikian pula hujan yang terlalu banyak menyebabkan menurunnya hasil rata-rata per ha dalam tahun 1973. Penurunan hasil rata-rata tersebut terjadi juga dalam produksi ubi jalar.

Produksi kacang-kacangan sejak tahun 1969 menunjukkan ke-naikan, sebagaimana terlihat dalam Tabel VI — 14. Peningkat- an produksi kacang tanah dan kedele terutama disebabkan oleh. peningkatan areal panen. Hasil rata-rata per ha kedua jenis tanaman ini tidak menunjukkan kenaikan yang nyata.

Perkembangan produksi palawija secara langsung atau tidak langsung akan dipengaruhi oleh perkembangan harga masing-masing dan oleh harga beras. Dalam Tabel VI - 1 5 dapat dilihat perkembangan harga rata-rata tahunan palawija di daerah pe-desaan di pulau Jawa. Kalau harga jagung dan harga ubi-ubian290

Page 38: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

TABEL VI -- 14

LUAS PANEN, HASIL RATA-RATA DAN PRODUKSI KACANG- KACANGAN,

1968 -- 1973

Tahun Luas panen

(ribu ha)Hasil rata-rata

(kw/ha)Produksi

(ribu ton)K. Tanah Kedele K. Tanah Kedele K. Tanah Kedele

1968 395 677 7,27 6,20 287 4201969 372 5541) 7,18 7,02 267 3891970 380 695 7,40 7,17 281 4981971 376 680 7,55 7,59 2841) 51619721) 354 697 7,971) 7,43 282 5181973 2) 407 751 7,45 5,94 303 446

1) angka diperbaiki2) angka sementara.

291

Page 39: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

GRAFIK VI – 6LUAS PANEN HASIL RATA-RATA DAN PRODUKSI JAGUNG

1968 - 1973

292

Page 40: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

T A B E L VI - 15HARGA R A T A - R A T A T A H U N A N BERAS D A N P A L A W I J A DI PASAR P E D E S A A N JAWA D A N M A D U R A 1968 - 1973

(Rp/kg)

Tahun Beras Jagung Ubi kayu Ubi jalar Kacang tanah Kedele

1968 39,86 19,11 7,26 7,40 58,84 38,091969 36,88 20,17 6,28 6,81 73,02 52,69

1970 42,55 19,60 8,08 8,52 83,81 52,72

1971 40,81 20,44 7,58 8,61 86,06 58,80

1972 49,42 27,32*) 9,88* ) 10,69 109,82 65,68

1973 76,63 35,92 10,86 18,82 153,48 102,70

*) Angka diperbaiki

293

Page 41: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

GRAFIK VI – 7HARGA RATA-RATA TAHUNAN BERAS DAN PALAWIJA

DI PASAR PEDESAAN JAWA DAN MADURA1968 – 1973

294

Page 42: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

TABEL VI - 16

EKSPOR PALAWIJA, RATA-RATA (1965 – 1968) 1 1973 (ribu ton)

1965-1968 Kenaikan1969 1970 1971 1972 1) 1973 rata-rata

rata-rata 69-73 %

Jagung 91,0 155,0 254,0 213,0 79,6 +) 177,6 27,0

Kacang Tanah 9,5 20,0 22,0 21,0 13,4 21,7 7,9

Kedele 10,7 0,7 3,7 0,7 3,1 35,0 31,1

Gaplek 162,0 304,0 312,0 452,0 344,5 +) 73,9 13,7

Tapioka 0,6 1,6 1,0 1,3 1,1 1,1 -

+) Angka diperbaiki.

295

Page 43: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

GRAFIK VI - 8EKSPOR PALAWIJA, RATA-RATA (1965 - 1968) - 1973

(ribu ton)

Page 44: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

296

Page 45: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

dibandingkan dengan harga beras maka secara relatip harga-harga tersebut tidak menunjukkan perbedaan-perbedaan yang menyolok kecuali untuk ubi kayu pada tahun 1973. Harga ka-cang-kacangan selama lima tahun terakhir meningkat secara terus menerus dan tingkat perkembangan harganya lebih tinggi dari perkembangan harga beras, terutama dalam tahun-tahun terakhir Repelita I. Karenanya luas panen kacang kedele dan tanah dalam tahun 1973 meningkat dengan nyata. Perkem-bangan harga kacang-kacangan antara lain juga dipengaruhi oleh meningkatnya ekspor. Dari Tabel VI — 6 tampak bahwa dalam tahun 1973 volume ekspor untuk komoditi tersebut meningkat dengan nyata.

Hasil palawija tidak seluruhnya dikonsumsi dalam negeri. Sebagian juga diekspor. Perkembangan ekspor palawija dapat dilihat dalam Tabel VI -- 16.

Untuk meningkatkan dan menjaga stabilitas pendapatan para petani, khususnya yang hidup di daerah yang tidak mempunyai persawahan yang baik pengairannya, produksi palawija perlu ditingkatkan. Karenanya dalam tahun-tahun terakhir Repelita I telah mulai dirintis program intensifikasi palawija.

TABEL VI—17LUAS PANEN DAN PRODUKSI HORTIKULTURA

1969 — 1973

TahunLuas Panen

(ribu ha)Produksi

(ribu ton)Sayuran Buah-buahan Sayuran Buah-buahan

1969 600 488 1.791 2.2721970 641 533 1.832 3.332

1971 715 554 2.067 3.435

1972 1) 694 666 2.120 3.906

1973 2) 634 758 2.294 4.290

1) Angka diperbaiki.2) Angka sementara.

297

Page 46: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

GRAFIK VI — 9LUAS PANEN DAN PRODUKSI HOLTIKULTURA

1969 - 1973

Page 47: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

( ribuan Ha ) 800 -

LUAS PANEN

758

Page 48: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

1969 1970 1971 1972 1973

1969 1970 1971 1972 1973

Sayuran

Buah-buahan

298

Page 49: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

Produksi hortikultura, yang terdiri atas sayur-sayuran dan buah-buahan, selama Repelita I terus meningkat. Ini tidak ber- arti produksi semua jenis sayur-sayuran dan buah-buahan me-ningkat. Beberapa jenis tanaman buah-buahan menurun. Ta-naman jeruk, misalnya, produksinya menurun karena sejak 10 tahun terakhir tanaman ini dilanda virus.

Usaha peningkatan produksi hortikultura diutamakan di daerah-daerah konsentrasi produksi. Daerah-daerah hortikul- tura di luar Jawa yang diharapkan akan berkembang baik di antaranya adalah Sulawesi Selatan, Sumatera Utara dan Su-matera Selatan. Daerah-daerah tersebut juga mempunyai po- tensi untuk mengekspor kool, kentang dan buah-buahan. Se-bagian dari hasil produksi hortikultura diekspor, antara lain ke Singapura dan Malaysia.

3. P e r k e b u n a n

Selama Repelita I pembangunan di bidang perkebunan, yang terdiri atas perkebunan-perkebunan rakyat, perkebunan-perke-bunan besar swasta dam perkebunan-perkebunan negara, terutama dititik beratkan pada usaha rehabilitasi perkebunan dan pabrik-pabrik pengolahan yang telah ada, di samping usaha perluasan areal. Di samping untuk meningkatkan hasil devisa, pengembangan produksi hasil perkebunan terutama ditujukan untuk meningkatkan, pendapatan negara dan penghasilan para petani perkebunan, dan juga untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang semakin meningkat.

Selama Repelita I telah dijalankan beberapa usaha pemba-ngunan perkebunan rakyat yang di arahkan kepada peningkatan pendapatan petani perkebunan dengan cara meningkatkan peng-gunaan tehnologi baru serta perbaikan cara pengolahan hasil produksi dan pemasarannya. Di samping itu dalam Repelita I telah pula diusahakan secara khusus proyek Pembangunan

299

Page 50: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

Perkebunan Rakyat di Sumatera Utara, yang meliputi tanaman karat dan kelapa sawit, dan proyek Pembangunan Teh Rakyat dan Swasta di Jawa Barat. Kedua proyek tersebut merupakan usaha untuk memperbaiki pengelolaan di bidang perkebunan rakyat dengan menggunakan sistim pendekatan secara menye-luruh (integrated approach). Dalam pendekatan ini para petani perkebunan yang diikut-sertakan memperoleh bantuan yang sifatnya menyeluruh. Artinya, para petani perkebunan yang bersangkutan diberi penyuluhan dalam pembinaan budidaya dan dalam pengelolaan hasil dan pemasarannya. Dan mereka dibantu dalam penyediaan sarana dan kredit.

Pada akhir Repelita I telah pula dirintis usaha perkebunan inti (Nucleus Estate) yang dimulai di Jambi. Perkebunan inti ini, yang merupakan perkebunan negara, dimaksudkan untuk menjadi inti dari perkebunan rakyat di sekitarnya. Jadi perke-bunan tersebut akan menjadi pusat untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan, pembinaan budidaya, pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan rakyat yang ada di sekitarnya. Kegiatan per-kebunan inti ini diharapkan akan membantu pula perkembang- an koperasi di bidang perkebunan rakyat.

Dalam menunjang usaha peremajaan di perkebunan rakyat telah dijalankan berbagai kegiatan, antara lain rehabilitasi kebun-kebun induk, penanaman percontohan dalam bentuk "de-monstration plot" dan kebun pembibitan untuk menyebarkan bibit-bibit unggul kepada petani perkebunan. Adapun hasil usaha menunjang peremajaan yang dilakukan dalam perkebunan rakyat untuk beberapa jenis tanaman dapat dilihat dalam Tabel V I - 1 8 .

Usaha peremajaan kelapa rakyat yang dijalankan selama Repelita I rata-rata setiap tahun meningkat dengan 1.1.784 ha. Ini tidak termasuk peremajaan spontan oleh rakyat yang tidak diketahui baik luas areal, mutu maupun sumber bibitnya.

300

Page 51: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

TABEL VI - 1 8USAHA PENUNJANG PEREMAJAAN PERKEBUNAN RAKYAT

DISELURUH INDONESIA, 1969/70 — 1973/74(dalam ha)

K e g i a t a n 1969/70 1970/71 1971/72 1972/73 1973/74")

1. Pembibitan

Karet 21,9 67,8 53 38 17,5Kelapa 1,3 18,2 17,9 24,6 *) 23,0

Cengkeh 3,5 14,1 12,6 17,1 11,0Lada — 75 25 25 6,3Kapas 11 26 30 27 15

Tebu 3 8 11,8 22 19,0

2. Kebun IndukKaret 36 83 10 49

*) 10Kelapa — 112 90 30 *) —Kopi 10,5 6,8 7,5 3,5 —

Lada — 1 1 1 —

Cengkeh — 10 14 10 1

3. Demonstrasi Plot 7 40 50 100 180Karet

Kelapa — — 15 59 *) 45

Kapas 30 24 44 75 62,5Lada 220 75 26,5 27 100

*) Angka perbaikan. **) Angka sementara.

301

Page 52: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

Guna meningkatkan produksi kapas dalam negeri, yang se-lama ini dirasakan kurang begitu berkembang, telah diadakan penelitian mengenai pengembangan penanaman kapas untuk daerah-daerah yang dapat ditanami kapas seperti Lombok, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, dan Lampung.

Adapun perkembangan luas areal dan produksi kapas selama Repelita I dapat dilihat dalam Tabel VI — 19.

Luas areal intensifikasi kapas adalah perluasan tanaman kapas yang di1akukan oleh rakyat yang untuk penyediaan sa-rana produksi dan pengupasan hasilnya (ginnery) dibantu oleh Perum kapas, sedangkan BRI menyediakan kreditnya.

Dalam perkebunan besar swasta, yang terdiri dari perkebun-an-perkebunan swasta nasional dan asing, selama Repelita I telah dijalankan usaha-usaha ke arah perbaikan. Antara lain telah digiatkan kembali penyuluhan dan usaha-usaha lain yang diperlukan untuk menciptakan iklim yang baik bagi para pe-nanam modal.

Dengan dijalankannya usaha-usaha perbaikan tersebut, maka kecuali untuk beberapa komoditi, pada umumnya produksi perkebunan rakyat selama Pelita I mengalami peningkatan.

Sebagai tampak dalam Tabel VI — 20, peningkatan produksi yang cukup menggembirakan selama Pelita I terjadi dalam. produksi tanaman karet, kopi, cengkeh, gula dan lada. Kelapa/ kopra, teh dan tembakau mengalami penurunan Dalam tahun 1973 produksi tebu (gula merah) menurun jika dibandingkan dengan tahun 1972. Hal ini disebabkan antara lain oleh karena sangat panjangnya musim hujan yang dapat menurunkan kadar gula. Selanjutnya dalam Tabel VI — 20 tampak bahwa pro-duksi kelapa/kopra ,selama Pelita I mencapai hasil yang tertinggi dalam tahun 1972. Hal ini antara lain, disebabkan oleh mulai berhasilnya usaha pemberantasan hama sexava yang telah dijalankan sejak tahun 1971. Penurunan produksi kelapa/ kopra dalam tahun 1973 antara lain disebabkan musim kemarau yang panjang yang terjadi pada akhir tahun 1972.

302

Page 53: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

TABEL VI—19

LUAS AREAL DAN PRODUKSI KAPAS, 1969 — 1973

Tahun Luas areal

kapas rakyat Produksi kapas

rakyat Luas areal

intensifikasi kapasProduksi kapas

intensifikasi (ha) (ton) (ha) (ton)

1969 10.790 2,416 832 294

1970 10.352 2.576 1.407 3221971 7.328 1,620 1) 1.573 340

1972 7.235 1.003 1.391 511

1973 9.801 1.258 3.510 808

1) Angka perbaikan.

303

Page 54: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

TABEL VI— 20

PRODUKSI PERKEBUNAN RAKYAT, 1968 — 1973(ribuan ton)

Kenaikan rata-rata1968 1969 1970 1971 1972 1973 2) 1968 — 1973

(%)

Karet 531 558 571 572 5591) 609 2,6

Kelapa/kopra 1.131 1.220 1.198

1.147 1.3081) 1.198 — 1,4

Teh 33 22 21 24 71) 12 — 4,8

Kopi - -144 162 170 178 196 157 2,4

Cengkeh 17 11 15 14 131) 22 11,3

Gula tebu 203 220 4) 196 211 247 185 1,4

Lada 47 17 17 24 18 29 2,7

Tembakau 3) 54 75 69 69 74 43 - 1 , 0

Kapas 2,4 2,6 1,3 1,2 1) 1,5 — 7,9

Angka diperbaiki. Angka sementara.Tembakau rakyat dan tembakau virginia.Angka dikoreksi.

1) 2) 3) 4)

304

Page 55: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

Perkembangan produksi perkebunan besar swasta selama Pelita I ditunjukkan dalam Tabel VI — 21.

Dari tabel di atas terlihat bahwa produksi kelapa sawit/mi- nyak sawit, gula tebu dan kelapa/kopra dalam periode 1968 — 1973 setiap tahun masing-masing rata-rata bertambah sebesar 6,9%, 53,2% dan 6,6%. Hal ini disebabkan karena pengolahan tanah serta pemupukan yang semakin baik, peremajaan dengan bibit unggul dalam tahun-tahun sebelumnya dan karena per-baikan pengolahan basil yang terns diusahakan.

Dalam perkebunan negara selama Repelita I telah di- jalankan usaha ke arah pemeliharaan, pengolahan tanah dan pemupukan yang lebih intensif serta peremajaan dengan bibit unggul. Di samping itu telah pula dicapai perbaikan dalam bidang management dan permodalan melalui kredit jangka panjang. Dengan dijalankannya usaha-usaha tersebut, produksi jenis-jenis bahan yang dihasilkan Perusahaan Negara Per-kebunan (PNP), selama Pelita I pada umumnya menunjukkan peningkatan yang menggembirakan (Tabel VI — 22).

Penurunan dalam produksi kopi terutama disebabkan oleh adanya sistim quota (penjatahan) kopi dan usaha pengalihan dari kopi robusta ke kopi arabica.

Seperti terlihat dalam Tabel VI — 22, selama periode 1968 — 1973 produksi perkebunan negara rata-rata setiap tahun me-ningkat sebagai berikut: karet 6,0%, minyak sawit 11,2%, teh 9,1% dan gula tebu 8,1%.

Peningkatan produksi tersebut merupakan hasil dari usaha-usaha pemeliharaan dan pengolahan tanah serta pemupukan yang lebih intensif, dan juga hasil peremajaan dengan bibit unggul.

Produksi gula tebu dalam tahun 1973 ternyata menurun di- bandingkan tahun 1972. Hal ini disebabkan musim hujan yang sangat panjang dalam tahun 1973 yang mengakibatkan terja-dinya penurunan kadar ,gala dari tebu.

305

411234 - (20).

Page 56: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

TABEL VI—21

PRODUKSI PERKEBUNAN BESAR SWASTA, 1968 — 1973(ribuan ton)

Kenaikan rata-rataJenis 1968 1969 1970 1971 1972 1973 2) 1968 — 1973

Produksi ( % )

Karet 102 110 113 114 128 107 1,5Teh 12 9 9 10 7 1) 10 — 0,2Kopi 6 5 6 7 6 1) 4 — 5,5Minyak sawit 59 60 70 79 81 82 7,0Inti sawit 11 13 15 18 17 18 10,8Gula tebu 23 72 74 122 1) 130 116 53,2Kelapa/kopra 2 1 2 2 1) 3 1) 1 + 6,6Cengkeh 1 0,08 0,05 0,17 1) 0,80

1) Angka diperbaiki.2) Angka sementara.

306

Page 57: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

TABEL VI — 22

PRODUKSI PERUSAHAAN NEGARA PERKEBUNAN, 1968 — 1973(ribuan ton)

Kenaikan rata-rataJenis 196 1969 1970 1971 1972 1973 2) 1968 — 1973

Produksi (%)

Karet 103 110 118 118 121 137 6,0Minyak sawit 122 129 147 170 189 207 11,2Inti sawit 24 28 33 39 42 46 14,0Teh 28 31 34 37 37 1) 43 9,1Kopi 7 8 9 11 12 6 1,6Gula tebu 523 630 603 708 756 693 8,1Tembakau 9 9 7 5 p.m. p.m.

1) Angka diperbaiki.2) Angka sementara.

307

Page 58: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

GRAFIK VI – 10PRODUKSI PERUSAHAAN NEGARA PERKEBUNAN, 1968 – 1973

(ribuan ton)

308

Page 59: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

SAMBUNGAN GRAFIK V I -10

309

Page 60: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

Dalam rangka usaha meningkatkan produksi gula, telah di-laksanakan penjajagan tentang kemungkinan pengembangan industri gula secara menyeluruh. Di samping itu dalam rangka mencari areal baru yang cocok untuk tanaman tebu, juga telah dimulai percobaan penanaman tebu di beberapa daerah di luar Jawa.

Sebagian besar dari hasil produksi perkebunan, baik negara, swasta maupun rakyat diekspor. Adapun perkembangan volu- me ekspor hasil perkebunan selama Pelita I dapat dilihat dalam Tabel ;VI - 23.

TABEL VI- 23VOLUME EKSPOR HASIL PERKEBUNAN, 1968 - 1973

(ribuan ton)

JenisProduksi

1968 1969 1970 1971 1972 1) 19732)

Karet 770,9 833,3 755,7 719,5 740,6 669,9Minyak Sawit 152,4 194,4 187,0 219,7 275,1 191,1

Inti Sawit 36,6 42,7 42,4 48,6 51,4 39,1

Teh 20,2 29,5 35,5 40,5 39,3 ,34,4

Kopi 84,7 120,9 94,3 65,9 89,4 73,4

Lada 24,6 16,7 2,6 23,6 24,4 18,7

Tembakau 8,2 13,2 16,9 19,5 30,1 30,7

Kopra 217,0 157,0 185,0 63,7 42,0 65,0

1) Angka sementara.2) Angka perkiraan.

310

Page 61: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

Naik turunnya volume ekspor hasil-hasil perkebunan teruta- ma disebabkan oleh dua, faktor. Pertama, faktor-faktor yang terjadi di dalam negeri sendiri, seperti musim yang kurang baik, serangan hama dan lain-lain dan kedua, faktor-faktor yang terjadi di luar negeri yang dapat mempengaruhi permintaan dan harga dari hasil-hasil perkebunan yang dibutuhkan.

Selanjutnya dapat pula dikemukakan bahwa dari tahun ke tahun kita masih harus mengimpor beberapa hasil perkebunan tertentu antara lain yang terpenting adalah gula pasir, cengkeh, tembakau dan kapas kasar. Hal ini disebabkan karena produk- si dalam negeri dari hasil-hasil perkebunan tersebut masih belum mencukupi kebutuhan dalam negeri yang terus mening-kat. Diharapkan dalam tahun-tahun Repelita I I jumlah-jumlah impor dari hasil-hasil pertanian tersebut di atas dapat semakin berkurang.

4. Perikanan.

Dalam periode sebelum Repelita I keadaan usaha perikanan sangat kurang memuaskan. Pengusahaan di bidang penang-kapan dan pemeliharaan ikan masih bersifat statis. Hal ini di antaranya disebabkan oleh terbatasnya perlengkapan penang-kapan serta sarana dan prasarana perikanan. Tambahan pula pola pemasaran masih belum menguntungkan para produsen. Dengan keadaan yang demikian itu penggalian sumber-sumber perikanan belum dapat dikembangkan secara optimal.

Sejak tahun 1968 produksi perikanan secara keseluruhan memperlihatkan kenaikan, walaupun kenaikannya itu belum mencapai seperti apa yang diharapkan. Produksi perikanan se-lama Repelita I rata-rata meningkat dengan 2,3% setiap tahun dan pada akhir tahun 1973 diperkirakan telah mencapai 1,3 juta ton. Perkembangan produksi tersebut dapat dilihat dari Ta- bel VI — 24.

311

Page 62: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

TABEL VI—24

PRODUKSI PERIKANAN TAHUN 1968 — 1973(ribuan ton)

No. Tahun Ikanlaut

Kenaikan ( % )

Ikandarat

Kenaikan ( % ) Jumlah Kenaikan

( % )

1. 1968 723 — 437 — 1.160 —2. 1969 785 8,7 429 - 1 , 8 1.214 4,7

3. 1970 808 2,9 421 - 1 , 9 1.229 1,24. 1971 820 1,5 424 0,7 1.244 1,2

5. 1972*) 836 2,0 433 2,1 1.269 2,0

1973**) 860 2,9 440 1,6 1.300 2,4

*) Angka perbaikan. **) Angka sementara

312

Page 63: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

GRAFIK VI – 11PRODUKSI PERIKANAN TAHUN 1968 - 1973

(ribuan ton)

Page 64: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

1968

313

Ikan Laut Ikan Darat

Page 65: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

Peningkatan produksi perikanan terutama terjadi dalam pro-duksi perikanan laut yang bertambah dengan kira-kira 3,6% setahun, sedangkan peningkatan produksi perikanan darat ha-nya sekitar 0,1% setahun. Kenaikan produksi perikanan darat tidak begitu menggembirakan, terutama karena hasil tangkap- an di perairan umum di daerah-daerah Kalimantan dan Suma-tera, yang merupakan daerah produksi utama, menurun. Hal ini adalah sebagai akibat dari mendangkalnya beberapa danau, tertutupnya perairan oleh tanaman air, musim kemarau yang panjang serta terjadinya perpindahan usaha dari usaha pe-nangkapan ikan ke bidang usaha perkayuan. Di samping itu usaha pemeliharaan ikan di Sumatera Utara dan Jawa Barat juga mengalami hambatan karena adanya serangan wabah hama Lerneae sp. Dalam tahun-tahun terakhir Repelita I pem-berantasan wabah hama Lerneae sp. ini telah dilakukan secara intensip.

Produksi melalui usaha pertambakan sudah ditingkatkan dan dalam Pelita II akan lebih ditingkatkan lagi. Hal ini perlu dan dimungkinkan karena hasil pertambakan seperti udang dan bandeng mempunyai pasaran yang baik. Khususnya komo-diti udang merupakan komoditi ekspor hasil-hasil perikanan yang perkembangannya sangat pesat.

Peningkatan produksi perikanan laut terutama disebabkan oleh bertambahnya unit-unit penangkapan dan oleh adanya per-geseran dari penggunaan, alat penangkapan ikan tradisionil ke alat-alat penangkapan yang lebih efisien, seperti trawl, purse, saine, pole & line, gill net dan lain-lainnya. Di samping itu penambahan kapal-kapal motor dalam perikanan industri mem-perbesar kemampuan untuk mengadakan operasi penangkapan di wilayah perikanan lepas pantai dan bahkan ke wilayah per- ikan laut dalam.

Armada perikanan, rakyat ,dan perikanan industri yang meng-gunakan motor telah berkembang dengan pesat. Rata-rata naik 10,5% setiap tahun. Dari 5.767 buah dalam tahun 1968 menjadi

314

Page 66: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

TABEL VI - 25JUMLAH DAN PENYEBARAN PERAHU MOTOR DAN

PERAHU LAYAR PENANGKAPAN IKAN MENURUT DAERAHTAHUN 1968 - 1973

Kapal motor Perahu layarDaerah

1968 1969 1970 1971 1972 *) 1973** ) 1968 1969 1970 1971 1972 *) 1973 **)

Sumatera - - 4.020 4.915 5.158 5.300 - - 38.732 37.903 43.600 43.400

J a w a - - 736 768 1.197 1.200 - - 41.558 42.481 44.079 44.000

Kalimantan - - 940 1.023 1.856 1.900 - - 19.216 18.021 19.802 20.000

Sulawesi - - 97 188 278 300 - - 119.644 103.954 102.640 102.000

Bali & NusaTenggara - - 4 35 52 55 - - 23.658 26.459 27.480 27.500

Maluku 5.707 5.319 237 247 297 315 278.206 275.314 46.594 48.844 48.862 48.800

5.707 5.319 6.034 7.176 8.818 9.070 278.206 275.314289.402 277.662 286.463 285.700

* ) Angka sementara. * * ) Angka perkiraan.

315

Page 67: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

kira-kira 9.070 buah dalam tahun 1973. Sedangkan perkem-bangan perahu layar relatif kecil yaitu sebesar 0,6% setiap ta-hun, yaitu dari 278 ribu buah pada tahun 1968 menjadi 285 ribu buah pada tahun 1973. Dari angka-angka tersebut dapat disimpulkan bahwa peranan perahu bermotor dalam usaha per-ikanan relatip semakin meningkat. Hal ini terjadi di semua daerah, terutama di Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara. Secara keseluruhan jumlah perahu bermotor yang terbanyak terdapat di daerah Sumatra, sedangkan perahu layar di 'daerah Sulawesi. Keadaan perkembangan dan penyebaran kapal motor dan pe-rahu layar ini dapat dilihat dari Tabel VI — 25.

Dalam hubungan dengan usaha peningkatan produksi melalui motorisasi kapal-kapal kecil, dalam Repelita I diambil kebijaksa-naan untuk mengembangkan pemasaran hasil-hasil perikanan dalam bentuk segar. Sebagaimana diketahui sebagian besar dari hasil produksi usaha perikanan rakyat diolah menjadi ikan asin, ikan kering dan hasil perikanan tradisionil lainnya yang relatif murah dan mudah pengolahannya. Pola pemasaran yang diarahkan kepada komoditi-komoditi ikan asin ini tidak meng-untungkan bagi para produsen, sebab selain sistim pemasaran-nya berdaya guna, rendah, daya serap konsumen akan ikan asinpun terbatas pula.

Dalam rangka peningkatan pemasaran ikan segar diusaha- kan rehabilitasi/pembangunan pelabuhan-pelabuhan perikanan di masing-masing daerah produksi dan pelengkapan fasilitas pemasaran yang diperlukan, seperti cold storage, pabrik es, tempat-tempat pelelangan dan sebagainya.

Selain sarana-sarana tersebut telah dibangun juga beberapa buah pabrik es dan "insulated truck". Peranan pemerintah dalam pembangunan sarana-sarana tersebut dimaksudkan sebagai pen-dorong bagi usaha-usaha koperasi dan swasta dalam pening-katan pemasaran ikan untuk konsumsi dalam negeri.

Volume ekspor hasil-hasil perikanan sejak tahun 1968 sampai dengan tahun 1973 meningkat dengan kira-kira 22,3% setahun.

316

Page 68: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

T A B E L VI — 26

VOLUME EKSPOR HASIL-HASIL PERIKANAN, 1968 — 1973 (ton)

Komoditi 1968 1969 1970 *) 1971 *) 1972 *) 1973 **)

Udang

(segar & awetan) 2.902 5.637 7.333 15.319 23.411 28.752Ikan segar 3.416 2.332 1.247 4.118 3.865 5.868Katak - 28 652 568 867 2.867Ikan Hias 23 42 104 103 190 286Ubur-ubur (diasin) - - 601 389 782 1.935Lain-lain 13.376 13.387 12.123 10.259 12.041 12.435

Jumlah : 19.717 21.426 22.060 30.756 41.156 52.143

*) angka diperbaiki * * ) angka sementara.

Dalam tahun 1973 volume ekspor diperkirakan akan mencapai sebesar 52.143 ton. Selama Pelita I komoditi udang merupa- kan bagian yang terbesar (56%) dari hasil-hasil perikanan yang diekspor. Volume ekspor udang rata-rata bertambah se- besar lebih kurang 61,8% setahun. Peningkatan itu terutama disebabkan oleh meningkatnya permintaan udang di pasaran dunia.

Perkembangan dalam usaha perudangan ini telah menye- babkan terjadinya pergeseran dari usaha perikanan yang lain ke usaha penangkapan dan ekspor udang. Di samping itu ter- dapat juga beberapa pengusaha di luar bidang perikanan yang beralih ke usaha perudangan.

Selama Pelita I impor hasil perikanan yang terutama ter- diri atas ikan dalam kaleng, minyak ikan dan agar-agar masih dilakukan. Diharapkan dalam waktu mendatang, dengan makin berkembangnya industri pengolahan ikan dalam negeri, impor hasil-hasil perikanan olahan ini akan semakin berkurang.

317

Page 69: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

5. Kehutanan.

Selama Repelita I peranan bidang kehutanan dalam pem-bangunan ekonomi, terutama dalam bidang ekspor, terus, me-ningkat. Selama jangka waktu tersebut, baik produksi maupun jumlah ekspornya terus bertambah dengan nyata. Pada tahun 1973 devisa negara yang berasal dari bidang kehutanan telah menduduki tempat kedua sebagai sumber terbesar sesudah minyak bumi.

Kegiatan-kegiatan pembangunan kehutanan selama Repe- lita I dititik beratkan pada kegiatan-kegiatan pembinaan, peng-awasan dan pemanfaatan sumber alam hutan. Pembinaan hutan terutama ditujukan terhadap areal-areal hutan non produktif melalui usaha-usaha rehabilitasi, reboisasi dan peng-hijauan. Pengawasan dan pemanfaatan hutan ditujukan kepada areal-areal hutan yang produktif yang sebagian besar terdapat di luar Jawa. Jadi kebijaksanaan Pemerintah di bidang kehu- tanan bertujuan meningkatkan manfaat hutan, baik manfaat yang langsung berupa kayu dan hasil hutan lainnya, maupun manfaat yang tidak langsung seperti perlindungan tanah, tata air dan sebagainya yang juga mempunyai pengaruh besar ter-hadap kelancaran pembangunan ekonomi nasional.

Selama Repelita I produksi kayu menunjukkan perkembang- an yang pesat. Dalam tahun 1968 produksi kayu berjumlah 5,2 juta m3, dan dalam tahun 1973 mencapai 24,8 juta m3. Dengan perkataan lain dalam tahun-tahun tersebut produksi kayu rata-rata setiap tahun meningkat dengan 37,4% setahun. Di-bandingkan dengan produksi tahun 1972, produksi tahun 1973 meningkat dengan 41,0%. Peningkatan produksi kayu tersebut terutama disebabkan karena peningkatan permintaan kayu di pasaran dunia.

Produksi kayu bulat menunjukkan kenaikan rata-rata 39,5% setahun. Kenaikan produksi tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan produksi kayu bulat di Kalimantan, Sumatra dan

318

Page 70: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

pulau-pulau lainnya. Produksi kayu jati tidak menunjukkan kenaikan yang berarti, dan produksinya hanyalah merupakan bagian kecil dari seluruh produksi kayu bulat Indonesia (label VI — 28).

TABEL VI — 27PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KAYU INDONESIA

1968 — 1973

Produksi Kayu Ekspor Kayu Ekspor terhadap (ribuan m3 r.e.) 1) produksi %

1968 5.251 1.239,5 23,61969 8.107 3.595,8 44,31970 12.42

47.412,0 59,6

1971 13.738

10.760,5 77,91972 17.71

7*) 13.890,9*) 78,4

1973 24.800

**) 19.488,7**) 78,4

*) angka diperbaiki.**) angka sementara.

TABEL VI — 281) "round wood equivalent".

PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPORKAYU JATI INDONESIA

1968 — 1973

Tahun Produksi Kayu Ekspor Kayu (ribuan m3 r.e.)

Ekspor terhadapproduksi %

1968 468 42 91969 520 49 9

1970 568 41 71971 770*) 50 *) 6,5

1972 597*) 48,6 *) 8,11973 676 **) 60,4 **) 8,9

*) Angka diperbaiki. **) Angka sementara.

Tahun

319

Page 71: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

GRAFIK VI —12PERKEMBANGAN PRODUKSI & EKSPOR KAYU INDONESIA

1968 — 1973

320

Page 72: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

Daerah produsen kayu terpenting ialah Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Riau dan Maluku. Ka-limantan Timur masih merupakan daerah produksi kayu yang terbesar, tetapi peranan produksi Kalimantan Tengah, Suma- tra Selatan dan Lampung meningkat dengan nyata pula.

Jenis kayu yang dihasilkan terutama Meranti, Ramin, Aga- this Jati pulai, Kapur, Kerning, clan lain-lain. Pada awal Pelita I meranti menduduki tempat utama, sedangkan jenis -jenis lain-nya peranannya sangat kecil. Pada akhir Repelita I sebagai suatu hasil dari program diversifikasi hasil, peranan kayu kapur/keruing dan kayu lain telah meningkat.

Ekspor kayu bulat telah meningkat dengan pesat, rata-rata sebesar 55,0% tap tahun. Ekspor kayu tersebut terutama ter- . diri dari meranti, ramin, agathis, dan lain-lainnya. Meranti merupakan jenis kayu ekspor yang terbesar, tetapi peranan ekspor kayu-kayu yang lain telah meningkat pula dengan nyata. Dalam tahun 1970 sebanyak 68,5% dari ekspor kayu berupa kayu meranti. Dalam tahun 1973 sumbangan kayu meranti menurun menjadi 57,8%. Sebaliknya kayu-kayu lain telah me-ningkat dari 13,1% dalam tahun 1970 menjadi 24,2% dalam tahun 1973 (Tabel VI — 29).

Ekspor kayu yang telah diolah ternyata meningkat pula, baik dalam jumlah maupun dalam peranannya terhadap total ekspor kayu. Pada awal Pelita I ekspor kayu gergajian hanya meliputi 0,80% dari seluruh ekspor kayu, tetapi pada akhir Pelita I telah mencapai 2,0% (Tabel VI — 30).

Negara tujuan ekspor kayu Indonesia terutama Jepang, te- tapi peranan ekspor ke negara-negara Korea Selatan, Taiwan dan negara-negara lain telah meningkat, sehingga Jepang yang dalam tahun 1969 menerima 75,3% dari seluruh ekspor kayu, hanya memperoleh 59,3% dalam tahun 1973 (Tabel VI — 31).

Daerah asa1 kayu ekspor adalah terutama Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan. Barat, Riau dan lain-lain.

221411234 - (21).

Page 73: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

TABEL V I - 2 9PERKEMBANGAN EKSPOR KAYU MENURUT

JENIS KOMODITI1970 - 1973

Jenis Kayu % terhadap total ekspor Log

1970 1971 197 1973 *)

1. Meranti 68,5 62,7 62,7 57,8

2. Ramin 9,3 10,4 11,9 7,4

3. Agathis 5,8 2,9 2,5 2,7

4. Jati 0,6 0,3 0,4 0,3

5. Pulai 1,6 0,2 0,4 1,6

6. Kapur/Keruing 1,1 0,9 1,1 6,0

7. Lain-lain 13,1 22,6 21,0 24,2

*) angka sementara.

TABEL V I -3 0

PERKEMBANGAN EKSPOR KAYU KONVERSI SELAMA PELITA I

Tahun Ribuan m3 % terhadap Total Ekspor Kayu

Nilai(Juta US $)

1969/70 37,2 0,80 1,77

1970/71 62,4 0,80 2,62

1971/72, 93,6 0,84 2,99

1972/73 176,0 1,18 7,70

1973/74*) 430,7 2,20 27,65 .

*) Angka sementara.

322

Page 74: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

TABEL VI -- 31

PERKEMBANGAN EKSPOR KAYU INDONESIAKE BEBERAPA NEGARA TUJUAN

(% terhadap Total ekspor)1969 - 1973

Negara Tujuan % Terhadap Seluruh Ekspor Kayu 1969 1970 1971 1972 1973 *)

1. Jepang 75,3 80,4 75,3 69,7 59,32. Korea Selatan 5,2 5,9 8,7 10,9 11,83. Taiwan 5,8 4,6 8,9 8,9 7,54. Singapura 3,3 3,6 2,6 3,6 5,65. Italia 5,9 2,4 2,6 2,4 1,86. Lain-lain 4,5 3,1 1,9 4,5 14,0

*) Angka sementara.

Dalam tahun 1969 peranan ekspor Kalimantan Timur sangat menonjol, sumbangannya meliputi 56,8% dan seluruh ekspor log. Tetapi dalam tahun 1973 sumbangan tersebut menurun menjadi 38%. Hal ini disebabkan terutama karena meningkat- nya peranan ekspor daerah-daerah Kalimantan Tengah, Riau dan Maluku (Tabel VI — 32).

Ekspor hasil hutan lain seperti rotan, kopal, damar dan lain-lain belum, menunjukkan kenaikan yang berarti. Dibandingkan dengan jumlah ekspor tahun 1969, maka pada tahun 1973 ekspor rotan telah meningkat sebesar 10 ribu ton, sedangkan ekspor kopal/damar hanya meningkat sebesar 0,2 ribu ton (Tabel VI — 33).

Ekspor kayu bulat masih merupakan bagian yang terbesar dalam pendapatan devisa bidang kehutanan. Rata-rata 65,2% dari produksi tahun 1969 — 1973 diperuntukkan ekspor, se-dangkan pada akhir Pelita I ekspor kayu merupakan 78,4% dari produksi.

32

Page 75: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

TABEL VI - 32

PERKEMBANGAN EKSPOR KAYU MENURUT DAERAH ASAL1969 - 1973

Propinsi% Terhadap Seluruh Ekspor Kayu

1969 1970 1971 1972 1973*)

1. Kalimantan Timur 56,8 56,7 44,7 44,5 38,02. Kalimantan Tengah 10,8 4,7 8,3 7,7 14,3

3. Kalimantan Barat 11,1 12,5 12,3 14,5 11,1

4. Kalimantan Selatan 1,8 1,0 3,6 3,3 2,4

5. Riau 7,6 8,8 10,4 8,2 8,3

6. Sumatera Utara 1,2 0,3 0,2 0,4 0,8 7. Sumatera Selatan 2,5 3,2 2,5 1,2 3,1

8. Lampung 0,8 0,8 2,3 3,7 2,2

9. Maluku 2,7 7,1 9,9 9,2 6,410. Aceh 1,3 1,6 2,6 3,0 3,0

*) Angka sementara.

TABEL VI-33PERKEMBANGAN EKSPOR HASIL HUTAN LAINNYA

1968 - 1973

Tahun Rotan(ribuan ton)

Kopal/Damar(ribuan ton)

1968 34,9 8,41969 33,4 10,0

1970 38,5 10,0

1971 32,2*) 9,2*)1.972 47,2*) 10,4*)1973 43,4**) 10,2** )

* ) Angka diperbaiki. * * ) Angka sementara.

324

Page 76: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

Produksi kayu sebagian besar merupakan hasil usaha modal swasta, baik nasional maupun asing.

Sampai dengan akhir bulan Maret 1974, telah tercatat 180 unit perusahaan yang memperoleh Surat Keputusan Hak Pengusahaan Hutan (SKHPH), meliputi areal pengusahaan se-luas 17,317 juta ha dengan jumlah rencana investasi sebesar Rp. 520 juta dan US. $. 749,55 juta. Di samping pengeluaran SKHPH, sampai dengan waktu yang sama telah diberikan Izin Investasi kepada 88 unit perusahaan yang meliputi 7,160 juta ha dengan rencana investasi sebesar US. $ 149,55 juta, dan persetujuan kehutanan (Forestry Agreement) kepada 36 unit perusahaan yang meliputi areal seluas 2,986 juta ha dengan rencana investasi sebesar US. S. 82,40 juta. Selanjutnya Peme-rintah telah memberikan persetujuan survey dan persetujuan sementara kepada 338 unit usaha. Semua ini secara lebih ter-perinci dapat dilihat pada, Tabel VI — 34.

Pendapatan royalties (iuran hak pengusahaan hutan, iuran hasil hutan, dan iuran hasil hutan tambahan) dari pengusahaan hutan telah meningkat pula sejalan dengan meningkatnya pro-duksi dan tarif royalties. Pada awal Pelita I pendapatan royalty mencapai US. $. 609 ribu dan Rp. 164,21 juta berupa IHH dan Rp. 1.261,8 juta berupa IHH. Pada akhir Pelita I pendapatan royalties itu telah meningkat menjadi Rp. 3.943,9 juta berupa IHH, Rp. 10.586,7 juta berupa IHH, dan Rp. 14.051,6 juta berupa IHHT.

Pungutan IHHT baru mulai diadakan pada tahun 1972 untuk pembiayaan pengerukan sungai dan resettlement peladang di luar Jawa.

Usaha reboisasi dan penghijauan merupakan usaha-usaha untuk meningkatkan potensi produksi tanah dan hutan serta mengawetkan tanah dan air. Proyek-proyek reboisasi dan penghijauan selama Pelita I tersebar di seluruh propinsi di tanahtanah kritis, baik dalam kawasan hutan, maupun ditanah-tanah milik rakyat. Kegiatan-kegiatan ini dibiayai melalui ang-

325

Page 77: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

TABEL VI — 34

PERKEMBANGAN PENGUSAHAAN HUTAN(sampai dengan bulan Maret 1974)

Taraf Usaha Jenis Unit Rencanainvestasi

Luasareal

Usaha Usaha (ribuan US $) (ribuan ha)

1. Surat Keputusan Hak a. Swasta nasional 116 269.7501) 8.775Pengusahaan Hutan b. Joint enterprise 47 150.300 5.300

c. Swasta asing 14 329.500 2.838d. Perhutani (negara) 3 404

2. Izin Investasi a. Swasta nasional 77 163.300 6.081b. Joint enterprise 10 28.750 1.029c. Swasta asing 1 2.500 50

3. Persetujuan a. Swasta nasional 21 43.600 1.730Kehutanan b. Joint enterprise 15 38.800 1.256

(Forestry Agreement)4. Persetujuan survey — 244 — 28.442 (Survey Agreement)5. Persetujuan sementara

— 94 — 4.812(Preliminary Agreement)

1) dan Rp. 520 juta.

326

Page 78: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

garan pembangunan pusat maupun daerah dan anggaran rutin. Dalam areal pengusahaan hutan usaha-usaha rehabilitasi hutan bekas tebang pilih merupakan kewajiban pengusaha pemegang hak pengusahaan hutan yang bersangkutan.

Selama Repelita I telah selesai direboisasikan tanah kosong seluas 156.184 ha, 35% diantaranya dibiayai oleh pemegang-pemegang SKHPH dan Perusahaan Negara Perhutani. Tanah kritis di luar kawasan hutan yang telah selesai dihijaukan se- lama Repelita I meliputi areal seluas 561.673 ha (Taber VI — 35).

Sebagai usaha pelengkap untuk penyediaan bibit yang baik, maka proyek reboisasi dan penghijauan tersebut ditunjang oleh proyek kebun biji dan bank biji.

TABEL VI — 35

REBOISASI & PENGHIJAUAN SELAMA PELITA I

Rehabilitasi (ha)

327

Page 79: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

*) Angka diperbaiki. **) Angka sementara. 1) Termasuk pengawetan tanah.

DibiayaiPemerintah

DibiayaiPara pengusaha

Jumlah

18.859 14.315 33.174

26.575 8.740 35.315

18.054 10.064 22.118

19.952*) 6.498 26.450

18.087 21.040 39.127

101.527 54.657 156.184

Tahun

1969/70

1970/71

1971/72

1972/73

1973/74**)Jumlah

Penghijauan 1) (ha)

149.578

98.681

102.259

107.855

103.300

561.673

Page 80: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

6. Peternakan.Pembangunan peternakan selama Repelita I telah banyak me-

rubah keadaan peternakan kearah perkembangan yang lebih batik. Hal inti ternyata dari perkembangan dalam populasi ternak dan perkembangan dalam produksi daging, telur dan susu yang terjadi.

Produksi dan ekspor hasil-hasil peternakan lainnya, seperti kulit dan tulang, juga menunjukkan peningkatan selama Pelita I.

Populasi ternak selama periode 1968 — 1973 setiap tahun rata-rata meningkat dengan 0,4% untuk sapi, 11,5% untuk sapi perah, 2,4% untuk kuda, 3,4% untuk babi, 9,7% untuk ayam kampung, 0,25% untuk kambing, 84,4% untuk ayam ras dan 18,1% untuk itik. Untuk kerbau dan domba masing-masing rata-menurun dengan 0,5%.

Dibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah, 1,7% untuk kerbau, 7% untuk domba, 3,8% untuk kambing, 20,6% untuk ayam bukan ras, 22,8% untuk ayam ras dan 11,2% untuk itik (Tabel VI — 36). Sedangkan kuda dan babi mengalami penurunan.

Potensi produksi peternakan di setiap propinsi menunjukkan gambaran yang sangat berbeda untuk masing-masing jenis ternak. Potensi yang tidak merata ini menimbulkan masalah dibidang pemasaran.

Dalam rangka meningkatkan produksi ternak untuk meme- nuhi kebutuhan yang terus meningkat, di samping usaha-usaha meningkatkan populasi, telah diusahakan pembinaan bibit ternak dan unggas, pemberantasan dan pencegahan penyakit dan pembinaan makanan ternak. Di samping itu di daerah yang jarang penduduknya diusahakan. perkembangan peternak- an dalam bentuk "ranch".

328

Page 81: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

TABEL VI - 36POPULASI TERNAK, 1968 - 1973

(ribu ekor)

Jumlah ternak dan unggas Pertumbuhanrata-rataJenis ternak

1968 1969 1970 1971 1972 1) 1973 2) 1968 - 1973( % )

Sapi 6.576 6.447 6.130 6.245 6.286 6.682 0,4Sapi perah 45 52 59 66 68 78 11,5

Kerbau 2.870 2.976 2.976 2.976 2.022 2.870 0,0Domba 3.556 2.998 3.362 3.146 2.996 3.207 -.1,5

Kambing 7.282 7.544 6.336 6.943 7.189 7.468 0,9Kuda 612 642 692 665 693 689 2,4Ayam bukan ras 61.119 61.788 62.652 73.841 79.627 96.084 9,7Babi 2.727 2.727 3.163 3.352 3.350 3.218 3,4Ayam ras 250 688 786 1.799 3.000 3.685 84,4Itik 7.269 7.269 7.370 10.416 12.404 13.810 18,1

1) Angka diperbaiki.2) Angka sementara.

329

Page 82: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

Untuk pembinaan bibit ternak potong selama periode 1968-1973 telah dilaksanakan seleksi dan kastrasi sebanyak 94.500 ekor dan pengadaan pejantan sapi samba Ongole dan peranak- an Ongole sebanyak 15.892 ekor, sapi Bali sebanyak 11.621 ekor, sapi Madura sebanyak 550 ekor, sapi Frisien Holstein 622 ekor, kerbau sebanyak 1.944 ekor, kuda sebanyak 1.326 ekor, kambing 1.591 ekor, domba sebanyak 2.352 ekor serta babi sebanyak 572 ekor.

Untuk perbaikan mutu genetik sapi telah dilaksanakan in-seminasi buatan, dengan menggunakan semen beku (frozen cement) impor dari jenis Frisien Holsein, Brahman, Santa Gertrudis dan Hereford, sejumlah 14.256 dosis. Jumlah sapi yang telah diinseminasi dalam tahun 1970 adalah 985 ekor, tahun 1971 sebanyak 4.579 ekor, tahun 1972 sebanyak 4.876 ekor dan dalam tahun 1973 sebanyak 4.857 ekor. Jumlah te- naga inseminator sampai pada tahun 1972 telah bertambah menjadi 59 orang dan pembimbing inseminator 6 orang.

Pelaksanaan inseminasi buatan dengan semen beku impor tersebut telah dilaksanakan di Jakarta sebanyak 1.125 dosis, Jawa Barat 4.292 dosis, Jawa Tengah 5.352 dosis, Sumatra Barat 100 dosis, Aceh 107 doses, Baturaden 302 dosis dan Lembaga Penelitian Peternakan Bogor 200 dosis.

Guna memanfaatkan potensi agronomis beberapa wilayah untuk pembinaan daerah produksi peternakan yang baru telah dilakukan transmigrasi ternak dan penyebaran pejantan yang diseleksi. Penyebaran bibit ternak situ sauna, Repelita I 'meliputi 1.390 ekor sapi Bali, 616 ekor sapi peranakan Ongole, 145 ekor sapi Frisien Holstein, 410 ekor kambing/domba dan 280 ekor babi. Di samping itu pihak swasta sendiri telah mengimpor bibit ternak potong yang berupa 401 ekor sapi Brahman, 417 ekor sapi Santa Gertrudis dan 316 ekor babi Berkshire/Tam-Worth.

Sebagai hasil, dari pembinaan bibit ternak yang telah dilak-sanakan populasi ternak di luar Jawa telah meningkat, daerah

330

Page 83: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

sumber bibit baru (di, Lombok, Timor, Sulawesi Selatan) ber-kembang, dan demikian juga daerah produsen baru (Aceh, Lampung, Sulawesi Tengah). Sampai saat ini Sumba dan Bali telah berfungsi sebagai sumber bibit ternak.

Selama Repelita I populasi ayam meningkat sangat pesat. ini terutama disebabkan oleh perkembangan usaha-usaha pe-ternakan ayam ras di daerah perkotaan oleh perusahaan Swas- ta. Perkembangan-perkembangan dalam usaha pembibitan dan produksi ransuman serta obat-obatan sangat mendorong per-kembangan tersebut. Di daerah pedesaan diutamakan kegiatan penyuluhan yang bersifat menyeluruh. Kegiatan ini dibarengi dengan penyediaan pejantan unggul ayam ras dan vaksinasi secara massal.

Produksi dan pengadaan berbagai jenis vaksin, sera dan diagnostika merupakan syarat utama dalam rangka menunjang berhasilnya peningkatan produksi peternakan. Perkembangan produksi vaksin selama periode 1969 — 1973 dapat dilihat dalam Tabel VI — 37. Dibandingkan dengan kebutuhan pro- duksi vaksin dalam negeri. masih belum mencukupi sehingga masih perlu tambahan dari impor. Untuk menunjang serta meningkatkan kegiatan operasionil pemberantasan di daerah-daerah, selama masa Repelita I telah dibangun 11 buah labo-ratorium diagnostika di 11 propinsi.

Di samping itu telah dibangun juga "Disease Investigation Centre" di Denpasar dan Ujung Pandang, dan 20 buah karan- tina laut dan 7 buah kerantina udara.

Dalam rangka, peningkatan kegiatan kesehatan masyarakat Veteriner (Public Health) telah diadakan perbaikan peraturan hygiene veteriner dan diusahakan pembangunan rumah-rumah potong babi dan rumah potong sapi serta rehabilitasi terhadap 10 buah rumah potong hewan di daerah-daerah.

Selama Repelita I juga telah dilakukan penelitian untuk memperoleh bibit unggul ternak dan percobaan untuk memper-silangkan ternak asli dengan ternak dari luar negeri.

331

Page 84: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

TABEL VI - 37

PRODUKSI VAKSIN DAN OBAT-OBATAN, 1969 - 1973(dalam ribuan dosis)

Vaksin 1969 1970 1971 1972 1973 *) Jumlah Pertumbuhan

rata-rata1969 - 1973 1969 - 1973

(%)

L.V.K. (Dosis)1. A.E. 32,0 32,5 35,8 132,2 120,4 352,9 68,0

2. N.D.a. Komarov 8.510,9 11.523,8 28.283,5 21.372,0 17.100,0 86.790,2 46,3b. Str. F 622,1 1.929,8 3.002,0 4.838,5 1.550,0 11.962,4 64,8

c. Inactif 305,6 240,1 501,2 499,3 261,0 1.807,2 9,8

3. FowlpoxA. 25,1 42,4 18,7 — — 86,2 6,5B. — 30,0 197,3 139,0 124,0 492,7 158,8

L.P.P.H.1. V.S.E. 581,5 665,3 1.086,3 947,8 2.086,7 5.367,6 46,32. V. Antrax 144,5 282,4 473,6 530,6 502,0 1.933,1 42,4

3. V. Boutvuur 87,2 45,5 69,6 44,6 46,6 293,5 36,64. V. Brucella S19 0,5 0,9 — 0,1 0,5 2,0 2605. V. ND Inaktif 66,7 — — — — 66,7 —

6. Antiserra 9,1 8,6 9,1 6,3 7,9 41,0 — 1,27. Diagnostika 120,2 39,0 348,9 431,6 223,5 1.163,2 175,8

*) Angka sementara

332

Page 85: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

Perkembangan produksi hasil-hasil ternak selama periode 1968 — 1973 rata-rata setiap tahun telah meningkat dengan 5,7% untuk daging, 7,0% untuk susu dan 10,4% untuk telur.

Konsumsi daging, susu dan telur selama Pelita I telah meng-alami peningkatan. Dalam tahun 1972 konsumsi daging per kapita diperkirakan 2,35 kg dan dalam tahun 1973 diperkira- kan 2,52 kg per kapita. Konsumsi susu segar per kapita diper-kirakan 1,65 kg dalam tahun 1972, dari 1,80 kg dalam tahun 1973. Konsumsi telur per kapita diperkirakan 14,63 butir dalam tahun 1972, dan 15,64 butir, dalam tahun 1973.

Produksi susu belum memenuhi kebutuhan. Sebagian dari kebutuhan yang semakin meningkat dipenuhi oleh produksi susu kaleng yang bahan baku nya masih harus diimpor.

Produksi telur selama periode 1968 — 1973 rata-rata setiap tahun meningkat dengan 2,9% untuk telur ayam bukan ras, 93,2% untuk telur ayam ras dan 3,6% untuk telur itik. Diban- ding dengan tahun 1972 produksi berbagai macam telur pada tahun 1973 meningkat sebesar : 5,6% untuk telur ayam bukan ras, 64,2% untuk telur ayam ras dan sebesar 0,6% untuk te- lur itik. Melonjaknya produksi telur mulai terjadi dalam tahun 1971 sebagai akibat perkembangan perusahaan ayam ras yang pesat dan pencegahan/pembrantasan secara intensif penyakit tetelo ( ND) di pedesaan. (Tabel VI — 40).

Di samping menghasilkan bahan-bahan makanan yang ber-nilai gizi tinggi peternakan juga menghasilkan devisa mela- lui ekspor ternak, kulit dan tulang. Selama periode 1968 — 1973. Volume ekspor bahan-bahan tersebut setiap tahun rata- rata meningkat dengan: 9,1% untuk sapi, 4,8% untuk kerbau dan 23,9% untuk kulit sapi. Ekspor kulit kerbau, kulit kam- bing, kulit domba dan tulang menurun (Tabel VI — 41).

Kredit peternakan memberi sumbangan yang menentukan ter-hadap pembangunan sub sektor ini. Selama periode 1968 — 1.973 jumlah kredit dalam sektor ini mencapai Rp. 2,282 milyar,

333

Page 86: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

TABEL VI — 38

PRODUKSI DAGING, TELUR DAN SUSU1968 — 1973

Jenis 1968 1969 1970 1971 1972 1973Pertumbuhan

rata-rata1968 — 1973

( % )

Daging (ton) 1) 305.095 309.302 313.621 332.164 366.200 403.487 5,7

Susu (ribu) It 28.600 28.923 29.306 35.797 37.674 39.300 7,0Telur (juta) bt 1.161.7 1.300,1 1.319,0 1.503,2 1.655,0 1.905,7 10,4

1) Tanpa offal.2) Angka sementara.

334

Page 87: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

GRAFIK VI – 13PRODUKSI DAGING, SUSU DAN TELOR

1968 - 1973

335

Page 88: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

TABEL VI – 39PRODUKSI DAGING, 1968 - 1973

(ton)

336

Page 89: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

TABEL VI — 40PRODUKSI TELUR 1968 — 1973

(juta butir)

Rata-rata ikanNo. Jenis Unggas 1968 1969 1970 1971 1972 1973 1968 — 1973

(%)

1. Ayam bukan Ras 807,0 082,2 894,6 947,5 553,5 1.007,4 2,92. Ayam Ras 25,0 69,5 71,2 181,5 302,6 496,9 93,23. Itik 300,0 311,3 315,6 334,8 356,5 358,8 3,64. Lain-lain 29,7 37,1 37,6 39,8 42,4 42,6 7,0

J u m 1 a h: 1.161,7

~

1.300,1 1.319,0 1.503,2 1.655,9 1.908,7 104

1) 2)

Angka diperbaiki.Angka sementara.

337

Page 90: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

TABEL VI— 41

VOLUME EKSPOR TERNAK(untuk ternak : ekor; untuk kulit : ton)

No. Jenis 1968 1969 1970 1971 1972 1973 *)Pertumbuhan

rata-rata1968 — 1973

( % )

I. TERNAKSapi 34.541 38.191 52.950 51.419 52.580 51.109 9,1Kerbau 17.967 18.653 34.743 24.258 30.866 11.442 4,8

II . KULITSapi

Ton1.462

Ton3.428,1

Ton2.845,7

Ton2.368.0

Ton3.340,5

Ton2.614,7 23,9

Kerbau 696,7 585,9 753,0 478,7 609,6 503,4 — 2,7Kambing 2.037„1 1.821,6 1.500,0 1.277,3 1.355,6 1.075,7 — 11,5Domba 1.159,8 992,4 561,9 669,9 765,7 710,8 — 6,3

I I I . TULANG Ton Ton Ton Ton Ton Ton8.351,0 10.616,9 8.071,5 8.113,3 9.533,2 5.585,2 — 4,1

*) Angka sementara.

338

Page 91: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

yang terdiri atas kredit investasi sebesar Rp. 1,046 milyar dan kredit eksploitasi sebesar Rp. 1,236 milyar. Bagian terbesar dari kredit tersebut, yaitu 53,5%, dimanfaatkan untuk pengem-bangan peternakan unggas. Sisanya untuk peternakan babi, sapi dan kambing.

B. INDUSTRI.

Selama Repelita I perkembangan sektor industri menunjuk- kan kemajuan-kemajuan. Hal ini ditandai oleh adanya pening-katan volume produksi setiap tahun, oleh peningkatan mutu barang yang dihasilkan oleh beberapa cabang industri serta oleh pertambahan jenis dan ragam barang-barang yang diha-silkan. Peningkatan produksi dan diversifikasi yang dicapai ini terutama terjadi dalam barang-barang konsumsi yang tadi- nya diimpor.

Selama Repelita I jenis hasil produksi yang di ekspor ber-tambah. Hal ini menandakan bahwa barang-barang hasil industri dalam negeri telah mulai mampu menghadapi persaingan di luar negeri, baik dalam mutu maupun harganya.

Di samping hal-hal tersebut dapat pula dikemukakan bahwa produksi barang-barang vital juga meningkat. Bantuan kredit dari Pemerintah telah memungkinkan perusahaan-perusahaan yang ada mengadakan rehabilitasi dan modernisasi, sehingga baik volume maupun mutu produksi perusahaan-perusahaan yang bersangkutan meningkat. Harus diakui bahwa, di samping kemajuan-kemajuan yang menggembirakan, masalah-masalah seperti kelangkaan modal, kekurangan dalam kemampuan ma-nagement dan ketrampilan dan sebagainya masih banyak yang belum teratasi. Di samping itu sektor industri masih harus me-ningkatkan sumbangannya dalam usaha memperluas kesempat-an kerja. Usaha membantu perkembangan industri kecil serta membantu golongan lemah yang telah dimulai pada akhir Repe-lita I perlu diperbesar.

339

Page 92: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

Di bawah ini disajikan secara lebih terperinci gambaran mengenai perkembangan berbagai sektor industri selama Re-pelita I.

1. Industri Pupuk, Semen dan Kimia.

Selama Repelita I produksi pupuk urea meningkat dari 84,0 ribu ton pada tahun pertama menjadi 118,7 ribu ton pada tahun terakhir Pelita I. Dengan perkataan lain selama itu produksi pupuk urea telah meningkat dengan 41,3%. Sejak tahun ke-IV Repelita I, di samping oleh pabrik PUSRI, pupuk urea juga di-hasilkan oleh pabrik Petrokimia Gresik.

Dengan diselesaikannya pembangunan pabrik Petrokimia Gre-sik pada tahun ke IV Repelita I, telah dimulai pula produksi pupuk ZA. Pada tahun 1973/74 produksi ZA. mencapai 122,7 ribu ton, yang berarti kenaikan sebesar 147,2% dibanding dengan produksi tahun sebelumnya yang besarnya 49,7 ribu ton. Sementara itu pembangunan pabrik pupuk PUSRI II ber-jalan terus sesuai dengan jadwal waktu yang ditentukan. Diha-rapkan bulan Agustus 1974 pembangunan seluruhnya akan se-lesai dan produksinya segera dapat dimulai. Dewasa ini sedang dilaksanakan feasibility study untuk pembangunan pabrik pu-puk baru di daerah Cirebon dengan kapasitas 1.000 ton amonia sehari. Sementara ini telah dilakukan persiapan-persiapan un- tuk membangun PUSRI III dengan kapasitas 560.000 ton urea setahun. Perkembangan yang menarik ialah dirintisnya pemba-ngunan petrokimia.

Dalam tahun 1973 di Plaju telah selesai dibangun pabrik polypropylene dengan kapasitas 20,0 ribu ton setahun. Dalam tahun itu juga pabrik tersebut telah mulai berproduksi. Di samping itu dewasa ini juga sedang dilaksanakan pembangunan industri untuk produksi polymer lain, seperti polyvinylcho- ride (PVC) dan direncanakan proyek petrokimia baru, yaitu proyek Benzene - Toluen - Xylene (BTX) di Plaju.

340

Page 93: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

Industri semen juga menunjukkan perkembangan-perkem-bangan yang makin meningkat. Dalam tahun 1969/70 produksi semen berjumlah 542,0 ribu ton dan pada tahun 1973/74 ber-jumlah 818,1 ribu ton. Jadi selama Repelita I produksi semen telah meningkat dengan 50,9%.

Dalam rangka usaha peningkatan produksi semen dewasa ini sedang dibangun pabrik semen Cibinong yang berkapasitas 500,0 ribu ton setahun dan yang kemudian akan diperluas se-hingga mencapai kapasitas 1.200,0 ribu ton setahun. Di dekat daerah tersebut sedang dibangun pula industri semen baru dengan kapasitas 500.000 ton setahun yang akan selesai pada tahun 1975.

Mengenai pabrik-pabrik semen yang lain dapat dikemukakan sebagai berikut. Selama Repelita I telah disiapkan rencana perluasan pabrik semen Padang, Gresik dan Tonassa yang masing-masing akan mencapai kapasitas 330 ribu ton, satu juta ton dan 620 ribu ton. Di samping itu telah mulai dirintis pembangunan pabrik-pabrik semen baru seperti pabrik semen Baturaja, Cilacap, Cirebon, Sumatra Barat, dan Sulawesi Se-latan.

Produksi ban kendaraan bermotor juga terus meningkat. Dalam tahun 1973/74 produksi ban kendaraan bermotor telah mencapai 1.351,5 ribu buah, sedang pada tahun 1969/70 pro-duksi baru mencapai 368,0 ribu. Hal ini berarti peningkatan sebesar 267,2% selama Repelita I. Dalam tahun terakhir Repe- lita I telah dicapai kenaikan sebesar 57,5%. Peningkatan-pe-ningkatan ini antara lain dimungkinkan dengan adanya kerja sama yang baik antara ketiga pabrik penghasil ban yang ada selama Repelita I, yakni P.T. Intirub, Perum Ban Palembang dan perusahaan-perusahaan lain.

Di samping itu untuk mengimbangi perkembangan kebutuhan maka diusahakan perluasan dan pembangunan pabrik-pabrik baru. Pada waktu ini, sedang dilakukan perluasan oleh salah satu perusahaan tersebut untuk mencapai kapasitas design

341

Page 94: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

dari 633 buah ban sehari menjadi 1.000 ban sehari. Perluasan-perluasan ini diharapkan mulai menghasilkan pada tahun 1976/ 1977. Di samping usaha-usaha tersebut di atas ini dalam tahun 1973 telah diberi izin kepada pengusaha asing untuk membangun pabrik baru dengan kapasitas 1.500 buah sehari. Pabrik ini juga diharapkan mulai menghasilkan pada tahun 1976/77. Pabrik ban sepeda motor P.T. Gajah Tunggal dalam tahun 1972/1973 telah mulai berproduksi dengan jumlah 129,4 ribu pasang. Dalam tahun itu juga dimulai pembangunan 6 buah pabrik ban sepeda motor lainnya. Ke-enam pabrik ini diharap- kan mulai berproduksi pada tahun 1974/1975.

Soda hanya dihasilkan oleh Pabrik Soda Waru. Kapasitas design pabrik ini adalah 3.000 ton setahun. Sebagai akibat berkembangnya usaha-usaha industri maka kebutuhan akan soda dalam negeri meningkat terus. Usaha-usaha peningkatan produksi masih terbatas pada rehabilitasi dan perluasan pa- brik yang telah ada. Usaha rehabilitasi telah selesai pada tahun 1970, sedang usaha perluasan baru dimulai dalam tahun 1972/ 73. Sejak diselesaikannya rehabilitasi tersebut maka produksi soda terus meningkat. Dalam tahun 1969/70 produksi soda mencapai 1.000 ton. Dalam tahun 1973/74 mencapai 2,9 ribu ton. Jadi selama Repelita I produksi soda telah meningkat dengan 190,61%.

Namun demikian peningkatan produksi soda tahun 1972/ 73, tahun 1973/74 hanya mencapai 3,21%. Hal itu disebabkan oleh karena tahun 1972/73 produksi telah mendekati kapasitas design pabrik yang ada. Dibandingkan dengan kebutuhan pro-duksi soda masih jauh belum mencukupi. Hal ini menunjukkan bahwa produksi soda kostik perlu dikembangkan. Hambatan utama dalam perkembangan industri, ialah adanya kenyata- an bahwa kebutuhan dalam negeri akan chlor, yang merupakan hasil tambahan dari industri soda kostik, sangat kecil.

Produksi garam di Indonesia sampai sekarang dilakukan dengan jalan menguapkan air laut dengan tenaga penguap

342

Page 95: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

sinar matahari. Hingga saat ini belum ditemukan garam tam- bang di Indonesia. Sebagai akibat dari kenyataan tersebut maka produksi industri garam ditentukan oleh keadaan cuaca dan tanah setempat.

Dewasa ini produksi garam dihasilkan oleh PN Garam dan oleh rakyat. Selama Repelita I produksi garam turun dari 185 ribu ton dalam tahun. 1969/70 menjadi 30,0 ribu ton dalam tahun 1973/74. Karena gangguan cuaca produksi tahun 1973/74 jauh lebih rendah dari produksi 1972/73. Dalam tahun 1972/73 produksi bahan itu berjumlah 180,0 ribu ton. Dalam rangka menjajagi kemungkinan-kemungkinan peningkatan produksi garam telah dilakukan berbagai penelitian mengenai garam di Indonesia. Salah satu di antaranya merupakan penelitian yang hasil-hasilnya direncanakan untuk menjadi dasar reha-bilitasi dan modernisasi PN Garam.

Dalam industri gas juga terjadi kemajuan-kemajuan. Pro- duksi zat asam telah meningkat dari 2,201 juta M3 dalam ta- hun 1969/70 menjadi 4,635 juta M3 dalam tahun 1973/74. Produksi asam arang telah meningkat dari kira-kira 520 ton dalam tahun 1969/70 menjadi 1,5 ribu ton dalam tahun 1973/74. Jadi selama Repelita I hasil produksi zat asam dan asam arang masing-masing telah meningkat dengan 110,6% dan 195,4%.

Pada tahun 1972 telah dibuka pabrik acetylen. Dengan demikian jenis gas yang dapat diproduksi di dalam negeri ber-tambah. Acetylen dipakai sebagai "inert gas welding" serta un- tuk keperluan pengobatan dan pengawetan bahan makanan. Pada tahun 1973/74 produksi gas ini mencapai 99,1 ribu M3, sedang pada tahun 1972/73 produksi itu baru sebesar 11,9 ribu M3. Hal ini berarti adanya kenaikan sebesar 729,3%.

Mengenai perkembangan-perkembamgan dalam industri gelas dapat diuraikan hal-hal berikut. Selama Repelita I pro- duksi gelas botol telah meningkat dari 11,0 ribu ton pada tahun 1969/70 menjadi 37,2 ribu ton pada akhir Repelita I. Hal ini berarti adanya peningkatan sebesar 238,5%.

343

Page 96: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

Dalam industri ini sejak tahun 1973 telah berproduksi 2 buah pabrik baru, yang menghasilkan gelas botol dan gelas kaca. Pabrik gelas kaca ini merupakan suatu joint venture dan merupakan pabrik kaca pertama di Indonesia. Pabrik ini mem-punyai kapasitas 27,9 ribu ton kaca bangunan (sheet glass) setahun dan akan diperluas dengan pendirian pabrik kaca mo- bil (automative safety glass) dengan kapasitas 12.000 — 15.000 M3 setahun. Produksi gelas kaca pada tahun 1973/74 mencapai 22,0 ribu ton.

Dengan dibukanya pabrik gelas botol yang baru tersebut maka produksi gelas botol meningkat dari 16,6 ribu ton pada tahun 1972/73 menjadi 37,2 ribu ton dalam tahun 1973/74. Ini berarti bahwa dalam tahun terakhir Repelita I produksi me- ningkat dengan 124,7%. Sampai dengan tahun keempat Repe- lita I produksi gelas botol hanya dihasilkan oleh PN Iglas.

Perkembangan di bidang industri asam sulfat dan aluminium sulfat serta obat-obat pemberantas hanya juga menunjukkan gambaran yang cukup menggembirakan. Asam sulfat dan alu-munium sulfat mulai diproduksi dalam tahun 1970 dengan jum- lah masing-masing 2,1 ribu ton dam 1,8 ribu ton. Produksi kedua bahwa kimia tersebut meningkat dari tahun ke tahun. Dalam tahun 1973/74 produksi asam sulfat mencapai 17,7 ribu ton dan aluminium sulfat 17,2 ribu ton. Hal ini berarti bahwa selama Pelita I produksi asam sulfat telah meningkat dengan 742,2% dan aluminium sulfat dengan 856,1%.

Peningkatan produksi tersebut merupakan hasil pembangun- an pabrik-pabrik baru.

Sejak tahun 1972 di dalam negeri dihasilkan obat-obatan pemberantas hama, yang terdiri dari insektisida, fungisida, "woodkillers" dan redentisida. Dalam tahun 1972173 dihasilkan 148,8 ribu kg serbuk dan 60,8 ribu liter cairan. Dan dalam ta- hun 1973/74 diproduksi 220,0 ribu kg serbuk dan 199,9 ribu liter cairan. Hal ini berarti adanya peningkatan sebesar 47,8% untuk serbuk dan 228,6% untuk cairan selama 1 tahun.

Perkembangan produksi industri pupuk, semen dan kimia selama Repelita I disajikan pada Tabel VI — 42.

344

Page 97: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

TABEL VI - 42

PRODUKSI I N D U S T R I K I M I A1968 - 1973/74

R E P E L I T A INo. Janis Produksi Satuan 1968

1969/70 1970/71 1971/72 1972/73 * * ) 1973/74 * )

1. Pupuk :a. Urea Ribu ton 96,0 84,0 103,0 108,4 120,1 118,7b. Z.A. Ribu ton 49,6 122,7

2. Semen Ribu ton 410,0 542,0 577,0 531,0 722,3 818,03. Kertas Ribu ton 11,0 17,0 22,0 29,0 39,5 47,14. Ban Kendaraan

Bermotor Ribu ton 240,0 368,0 400,0 508,0 857,5 1.351,45. Ban Sepeda Ribu buah 2.185 2.205,3 2.164 1.849,7 2.631,507 2.200,3246. Gelas :

a. Botol Ribu ton 6,0 11,0 11,0 7,4 16,5 37,2b. Kaca Ribu ton - - - 22,0

7. Garam Ribu ton 146,0 185,5 63,1 42,2 180,0 30,08. Soda Ribu ton 0,5 1,0 0,7 1,8 2,8 2,99. Aluminium Sulfat Ribu ton - 1,8 7,0 11,6 17,2

10. Asam Sulfat Ribu ton - 2,1 8,7 11,2 17,611. Amonia Ribu ton 1,7 1,8 2,1 2,7 8,6 3,912. Insektisida :

a. Serbuk Ribu kg 148,8 220,0b. Cair Ribu liter - 60,8 199,9

13. Zat Asam Ribu M3 1.803,0

2.201,0 2.777,9 3.486,1 3.742,3 4.635,114. Asam Arang Ribu ton 0,3 0,5 0,6 0,7 0,9 1,5

15.(Cair)Acetylen Ribu M3 11,9 99,1

*) Angka-angka perkiraan. * *) Angka-angka dikoreksi.

345

Page 98: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

GRAFIK VI - 14PRODUKSI INDUSTRI KIMIA

1968 dan 1969/70 — 1973/74

346

Page 99: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

2. Industri tekstil.

Seperti dalam industri yang lain, maka usaha-usaha yang dilakukan dalam industri tekstil adalah rehabilitasi, modernisasi, perluasan dan pembangunan unit-unit produksi bare. Di sam- ping itu dilakukan pula usaha-usaha untuk meningkatkan efisi-ensi dalam perusahaan-perusahaan yang ada. Sementara itu usaha-usaha normalisasi produksi terus dilakukan dengan pe-nyempurnaan sistim tarif dan perpajakan, penghapusan subsi- di, pengarahan penanaman modal dan pemanfaatan bantuan teknik yang berupa tenaga ahli dan training. Hasil daripada usaha-usaha ini tercermin dalam perkembangan produksi, se- perti yang terlihat dalam Tabel VI — 43.

TABEL VI—43PRODUKSI INDUSTRI TEKSTIL

1968 — 1973/74

T a h u n Benang Tenun(ribu bales)

Tekstil (juta meter)

1968 130,0 316,5

1969/70 177,0 449,81970/71 217,0 598,31971/72 239,0 732,01972/73 **) 262,1 852,01973/74 *) 316,2 920,0

*) Angka-angka perkiraan. **) Angka-angka dikoreksi.

347

Page 100: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

GRAFIK VI — 15PRODUKSI INDUSTRI TEKSTIL,1968 dan 1969170 — 1973/74

348

Page 101: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

Selain volume produksinya, mutu, jenis dan corak produksi tekstil juga meningkat. Selama Pelita I produksi tekstil dan benang tenun meningkat masing-masing dengan 104,5% dan 73,6%. Produksi benang tenun naik dari 177,0 ribu bales dalam tahun 1969/70 menjadi 316,2 ribu bales dalam tahun 1973/74. Dan produksi tekstil naik dari 449,8 juta meter menjadi 920,0 juta meter. Dibandingkan dengan sasaran-sasaran produksi yang ditetapkan dalam Repelita I maka sasaran tahun 1973/74 telah dapat dilampaui dalam tahun 1971. Dan sejak itu pro- duksi terus meningkat.

Sungguhpun perkembangan-perkembangannya sangat pesat, sampai akhir Repelita I dalam industri tekstil ada beberapa masalah. Yang pertama ialah masalah bahan impor. Sebagian besar bahan-bahan baku, bahan-bahan penolong dan, ba- rang-barang modal harus diimpor. Untuk benang tenun kebu-tuhan impor bahan baku hanya sebesar 45% saja. Di samping itu unit-unit perusahaan pada umumnya kecil dan tidak lengkap peralatannya, sehingga kemampuannya terbatas. Akhirnya per- lu disebutkan juga adanya kenyataan bahwa di dalam negeri belum ada pabrik-pabrik "spareparts".

3. Industri kertasPabrik-pabrik kertas di Indonesia yang telah berproduksi

sejak sebelum tahun 1969 terdapat di Pematang Siantar, Pa-dalarang, Blabak, Laces dan Gowa. Dalam tahun itu juga ter- dapat 2 pabrik yang masih dalam taraf pembangunan, satu di Banyuwangi dan satu di Martapura. Pada akhir masa Repelita I pabrik tersebut sebagai keseluruhan baru menghasilkan 11.000 ton.

Selama Repelita I dilaksanakan rehabilitasi dan usaha per-baikan-perbaikan dalam bidang-bidang teknis dan administratif. Di samping itu pembangunan pabrik-pabrik di Banyuwangi dan Martapura diselesaikan. Berkat usaha-usaha tersebut produksi kertas selama Pelita I meningkat seperti yang terlihat dalam Tabel VI — 42. Dalam tabel tersebut tampak bahwa produksi kertas dalam tahun 1973/74 mencapai 47,1 ribu ton, jadi 30,0

349

Page 102: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

ribu ton lebih tinggi dari tahun 1969/70. Dibanding dengan tahun 1972/73 produksi tahun 1973/74 19,1% lebih tinggi.

Dalam Repelita I telah diselesaikan Survey Nasional Kertas dan Pulp. Hasil survey merupakan dasar untuk menyusun rencana induk pengembangan industri pulp dan kertas yang akan dilaksanakan dalam Repelita II.

4. Industri farmasi dan industri ringan.

Penanaman modal dalam industri farmasi sangat meningkat. Selama Repelita I penanaman Modal Asing telah menghasilkan 30 buah perusahaan. Dari jumlah ini 17 buah telah berproduksi sedang sisanya diharapkan menyusul dalam waktu singkat. Sebanyak 36 perusahaan telah didirikan dengan pembiayaan dari penanaman modal dalam negeri. Pabrik-pabrik tersebut pada umumnya sudah berproduksi. Beberapa perusahaan telah mulai merintis pengolahan bahan baku obat.

Selama Repelita I industri ringan juga menunjukkan perkem-bangan yang makin meningkat.

Di samping peningkatan volume produksi dan peningkatan mutu dalam industri ini, terutama dalam produksi barang-barang konsumsi, juga terjadi diversifikasi. Industri dalam ne- geri juga makin mampu memenuhi kebutuhan akan barang-barang seperti sepeda, baterai, dan sebagainya. Bahan-bahan pembungkus, kulit tiruan, bahan-bahan pembangunan seperti asbes, barang-barang aluminium, formika, keramik, sanitair sejak pertengahan masa Repelita I juga diprodusir dalam negeri.

Perkembangan dari beberapa jenis industri ringan selama Repelita I dapat dilihat dalam Tabel VI — 44. Dalam rangka mengembangkan usaha-usaha dalam kerajinan rakyat telah di-bangun pusat-pusat Pengembangan Kerajinan Rakyat di Bali, Yogyakarta dan Jakarta.

5. Industri logam, mesin, dan lain-lainPembangunan industri dasar meliputi usaha-usaha pengem-

bangan industri logam, industri mesin, industri alat-alat listrik

350

Page 103: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

TABEL VI— 44

PRODUKSI INDUSTRI RINGAN1968 — 1973/74

R E P E L I T A INo. Jenis Produksi Satuan 1968

1969/70 1970/71 1971/72 1972/73 **) 1973/74*)

1. Sabun Cuci Ribu ton 130,2 133,0 132,2 132,4 132,0 131,32. Minyak Kelapa Ribu ton 208,0 263,0 258,2 260,7 264,5 264,53. Minyak Goreng Ribu ton 23,4 27,0 26,0 27,2 28,7 28,74. Rokok Kretek Juta batang 24.000 19.000 20.553 21.400 23.680 30.2215. Tapal Gigi Juta tube 13 15 25 26 29,57 31,86. Rokok Putih Juta batang 14.800 11.000 13.681 14.700 16.785 20.3767. Korek Api Juta kotak 238 269 322 348 475,3 555,58. Detergent Ribu ton 3,9 5,5 5,2 6,69. Crumb Rubber Ribu ton 129,2 275,2 308,1

*) Angka-angka perkiraan. * *) Angka-angka dikoreksi.

351

Page 104: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

GRAFIK VI – 16PRODUKSI INDUSTRI RINGAN, 1968 DAN 1969/70 – 1973/74

352

Page 105: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

(Lanjutan Grafik VI – 16)

353

Page 106: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

TABEL VI - 45

PRODUKSI INDUSTRI DASAR1968 – 1973/74

R E P E L I T A INo. Jenis Produksi Satuan 1968

1969/70 1970/71 1971/72 1972/73 1973/74 *)

1. Accu Ribu buah 28,6 32,0 56,0 262,0 130,0 140,02. Radio Ribu buah 391,8 363,5 393,0 416,0 700,0 900;03. Televisi Ribu buah 1,2 4,5 4,7 65,9 60,0 70,0 -

4. Lampu Pijar Ribu buah 5.863 3.500 5.500 6.000 12.300 16.000

5. Assembling Ribu buah 4,0 14,0 13,5 292,0 340,0 500,0

6.

Mesin Jahit

Assembling Mobil Ribu bush 2,4 5,0 2,9 16,0 23,0 35,8

7. Assembling Ribu buah 6,2 21,4 31,1 50,0 100,0 149,7

8.

Sepeda Motor

Baterai Ribu buah 4.377 54.000 55.000 72.000 72.000 132.000

9. Plaat Seng Ribu ton 8,1 8,5 34,4 66,6 69,0 ** ) 70,0

10. Kawat Baja Ribu ton – – – – 12,0 30,0

11. Pipa Baja "Ribu ton 1,2 1,9 2,9 6,0 34,0 80,0

12. Besi Beton Ribu ton 4,5 4,5 8,5 74,0 75,0 120,0

*)** )

Angka-angka perkiraan.Angka-angka dikoreksi.

354

Page 107: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

GRAFIK VI – 16PRODUKSI INDUSTRI RINGAN, 1968 DAN 1969/70 – 1973/74

355

Page 108: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

(lanjutan Garfik VI – 17)

356

Page 109: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

(lanjutan Garfik VI – 17)

357

Page 110: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

dan alat-alat transpor. Selama Repelita I program-program pembangunan dapat dilaksanakan dengan lancar jumlah pro-duksi maupun mutu barang-barang yang dihasilkan meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan yang pesat antara lain terjadi dalam industri logam/besi baja. Industri memperoleh per-Italian yang sangat besar dari pihak para penanaman modal. Sampai akhir Repelita I telah tercatat 39 izin usaha industri baja primer best beton dengan jumlah kapasitas lisensi 1.300,4 ribu ton setahun (tidak termasuk Krakatau Steel yang berkapasitas 270,0 ribu ton setahun). Dalam Repelita I 16 perusahaan telah berproduksi. Perusahaan-perusahaan itu merupakan pabrik baja berskala kecil yang sebagian besar menghasilkan baja tulangan (besi baton). Dalam tahun 1972 / 73 produksi baja primer mencapai 4.500 ton. Dalam tahun 1973/74 mencapai 150.000 ton. Hal ini berarti selama Repelita I produksi baja primer mening-kat 3.233,3%. Selama dua tahun terakhir Repelita I produksi telah meningkat 100%.

Industri baja sekunder juga berkembang dengan pesat selama Repelita I. Produksi pipa baja dalam tahun 1973/74 mencapai 80.000 ton, padahal dalam tahun pertama Pelita I baru mencapai 1,9 ribu ton. Ini menunjukkan adanya peningkatan produksi sebesar 3.987,9% selama Repelita I. Selama dua tahun terakhir Repelita I produksi meningkat 135,3%.

Produksi plat sang dalam tahun 1973/74 berjumlah 70.000 ton. Dalam tahun 1969/70 produksi hanya sebesar 8.500 ton. Ini menunjukkan peningkatan produksi sebesar 723,3% selama Pelita I.

Kawat baja mulai dihasilkan dalam tahun 1972/73 dengan jumlah produksi 12.000 ton. Produksi tahun 1973/74 mencapai 30.000 tan. Dengan demikian tercapai kenaikan sebesar 150%, jika dibanding dengan produksi tahun 1972/73.

Sebelum Repelita I telah ada bengkel-bengkel yang membuat konstruksi bangunan baja. Meningkatnya pembangunan selama Pelita I telah mendorong pertumbuhan industri ini. Dalam tahun

358

Page 111: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

1973/74 jenis industri ini mulai memprodusir dengan hasil pro-duksi sejumlah 40.000 ton.

Selama Repelita I industri barang-barang logam jadi lainnya seperti mur, baut, kawat elektrode las, penyambung pipa, dan sebagainya juga mulai berkembang.

Industri mesin dan alat mekanis tidak banyak berkembang selama Repelita I. Walaupun demikian pompa-pompa, alat-alat pengolahan hasil pertanian dan alat penyemprot hama dalam tahun ke-empat Repelita I telah mulai dihasilkan di dalam ne-geri dengan menggunakan alat-alat produksi yang sudah ter-dapat di bengkel-bengkel yang ada.

Dalam industri mesin perkembangan yang nyata terjadi da-lam produksi assembling maupun manufacturing mesin jahit. Dalam tahun 1973/74 produksi mencapai 500.000 buah. Pro-duksi dalam tahun 1969/70 baru mencapai 14.000 buah. Ini menunjukkan bahwa selama Repelita I produksi meningkat dengan sangat besar.

Dalam industri non ferrous tampak perkembangan-perkem-bangan dalam industri kabel listrik dan telekomunikasi. Pada waktu ini terdapat 6 perusahaan yang sudah berproduksi de-ngan jumlah kapasitas 30,6 ribu ton setahun. Perkembangan yang nyata dalam bidang industri ini terjadi dalam assembling radio, T.V., kipas angin, air conditioning serta manufacturing lampu pijar dan T.L. serta komponen elektronika untuk re-export.

Dalam industri alat-alat transpor terdapat perkembangan dalam produksi assembling kendaraan bermotor roda 4. Pro-duksi pada tahun 1973/74 mencapai 38,5 ribu buah. Selama Repelita I produksi alat-alat tersebut meningkat dengan 610,8%. Produksi sepeda motor meningkat dari 6.200 buah da-lam tahun 1969/70 menjadi 150.000 buah dalam tahun 1973/74.

6. Penanaman modal dalam bidang industriPenanaman modal di sektor industri baik dalam negeri ma-

pun asing menunjukkan kemajuan yang pesat. Selama Pelita I

359

Page 112: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

baik jumlah proyek maupun jumlah investasi terus meningkat. Sejak tahun 1967 sampai akhir Maret 1974 telah disetujui 423 proyek-proyek PMA dengan jumlah investasi sebesar US. $. 1.448,1 juta dan 1.303 buah proyek-proyek PMDN dengan jumlah investasi sebesar Rp. 789.590 juta. Dari jumlah pro- yek-proyek yang telah disetujui sampai bulan Desember 1973 125 buah proyek-proyek PMA dan 503 buah proyek-proyek PMDN telah menghasilkan.

Dari jenis-jenis investasi ternyata bahwa industri-industri baru pada umumnya menghasilkan barang-barang substitusi impor. Ciri khas dari perkembangan industri-industri tersebut adalah bahwa lokasinya pada umumnya mendekati daerah pa-saran. Industri-industri baru pada umumnya didirikan di kota-kota besar, umumnya di Pulau Jawa. Jarang sekali yang didiri-kan di daerah pedalaman atau di pulau-pulau lain di luar Jawa.

Sejak tahun ketiga Repelita I telah mulai masuk proyek-proyek Penanaman Modal yang menghasilkan barang-barang untuk kebutuhan industri lain, seperti bahan-bahan kimia dan barang-barang komponen yang dipergunakan oleh industri- industri assembling, seperti parts, serta barang-barang industri-industri kendaraan bermotor, radio, T.V., alat-alat listrik, mesin jahit, sepeda, accumulator, pompa air dan sebagainya.

Di bidang industri tekstil pada, waktu ini sedang dilaksanakan pembangunan proyek-proyek yang akan menghasilkan seratserat buatan. Perkembangan lain yang menarik ialah timbulnya industri electronics modern yang bersifat padat karya dan hasil produksi seluruhnya diekspor kembali ke negara-negara yang sudah maju.

Angka-angka perkembangan penanaman modal dalam negeri dalam bidang industri sejak bulan Nopember 1968 s/d 31 Maret 1974 disajikan dalam Tabel VI — 46. Jumlah seluruh proyek dalam rangka PMDN sampai dengan Maret 1974 meliputi 1.894 buah dan investasinya Rp. 1.317.327 juta. Dengan demikian maka jumlah proyek dalam Sektor industri meliputi 68,7% dan

Page 113: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

360

Page 114: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

TABEL VI— 46

PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI DI BIDANG INDUSTRI 1968 — 1974

Tahun JumlahProyek

Modal(dalam juta rupiah)

1968 1) 4 547

1969 95 25.1711970 209 60.3961971 233 109.7901972 306 186.0971973 391 340.5191974 2) 65 67.070

Jumlah : 1.303 789.590

1) Nopember — Desember 1968 2) Januari — Maret 1974.

TABEL VI—47PENYERAHAN PROYEK-PROYEK INDUSTRI YANG DISETUJUI

PMDN MENURUT DAERAH TINGKAT I, 1968 — 1974

DKIJaya

JawaBarat

JawaTengah

JawaTimur

Lain2

Daerah

19681) 3 — — 1 —

1969 54 18 13 5 51970 89 29 35 27 281971 98 35 20 24' 561972 96 60 33 49 681973 79 112 35 63 102

1974 2) 14 15 5 3 28

Jumlah : 433 269 141 172 288

1) Nopember — Desember 1968.2) Januari — Maret 1974.

Page 115: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

361

Page 116: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

TABEL VI — 48

PENANAMAN MODAL DALAM NEGERIDIBIDANG INDUSTRI MENURUT JENIS,

1968 — 1974

MakananMinuman

Logam/mesin & Tekstil Kimia

Perce-Kayu

& alat-alat takanTembakau Listrik

1968 — 19701) , 62 43 92 63 25 91971 76 60 71 52 19 31

1972 62 46 62 20 16 16

1973 148 34 86 7 7 65

1974 2) 8 6 8 4 1 6

Jumlah : 356 189 319 146 68 127

1) Nopember 1968 — Desember. 19702) Januari — Maret 1974.

362

Page 117: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

investasinya 59,9% dari seluruh proyek dan investasi dalam rangka PMDN.

Tabel VI — 47 menunjukkan penyebaran proyek-proyek PMDN menurut Daerah Tingkat I sejak bulan Nopember 1968 s/d Maret 1974. Dari tabel itu tampak bahwa DKI Jaya mem-peroleh bagian terbesar dari proyek-proyek penanaman modal dalam negeri. Sebaliknya dari tabel tersebut juga tampak bah- wa secara berangsur-angsur jumlah proyek di daerah-daerah di luar Jawa semakin bertambah.

Tabel VI — 48 menunjukkan pembagian proyek-proyek pena-naman modal dalam negeri menurut jenis-jenis industri. Dari tabel itu tampak bahwa sampai tahun terakhir Repelita I pro- yek-proyek penanaman modal dalam negeri terutama dituju- kan kepada perluasan industri makanan, minuman & tembakau dan industri tekstil.

TABEL VI — 49

MODAL ASING DI BIDANG INDUSTRI1967 — 1974 *)

Tahun Jumlah Proyek Jumlah investasi1967 10 US $1968 26 US $

1969 40 US $1970 64 US $1971 64 US $ 141.133.0001972 53 US $

132.924.0511973 148 US $ 602.492.4531974 (s/d Maret) 18 US $ 355.694,250

Jumlah : 423 US $ 1.448.100.000

*) Angka-angka di dalam tabel ml berbeda dengan angka-angka yang termuat di dalam bab III yang didasarkan atas persetujuan Badan Koordinasi Penanaman Modal

863

Page 118: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

TABEL VI — 50JENIS - JENIS PENANAMAN MODAL ASING

DI BIDANG INDUSTRI1967 — 1974 *)

1967 s/d Maret 1971 1967 s/d Maret 1972 1967 s/d Maret 1973 1967 s/d Maret 1974 Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Proyek Investasi Proyek Investasi Proyek Investasi Proyek Investasi

US $. US $. US $. US $.

Logam, mesin & listrik 44 56.882.776 66 79.347.276 78 103.751.127

104 165.605.249Makanan, Minuman, Tembakau 28 50.676.187 34 59.886.187 39 73.594.220 48 87.247.000

Tekstil 15 71.000.000 25 105.028.000 42 215.669.000 59 320.669.000

Kimia 12 11.310.000 28 61.320.990 33 66.053.990 51 186.677.990

Lain-lain industri ringan 54 50.811.684 65 67.311.893 138 245.631.663 161 687.873.761

Jumlah: 153 240.680.647 218 372.893.746 330 704.700.000 423 1.448.100.000

*) Angka-angka di dalam tabel ini berbeda dengan angka-angka yang termuat di dalam bab III yang didasarkan atas persetujuan Badan Koordinasi Penanaman Modal.

364

Page 119: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

TABEL VI — 51

PENYEBARAN PENANAMAN MODAL ASING DI BIDANG INDUSTRI MENURUT DAERAH1967 s/d MARET 1974 *)

1967 s/d Maret 1971 1967 s/d Maret 1972 1967 s/d Maret 1973 1967 s/d Maret 1974Dati I Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Proyek Proyek Proyek Proyek

DKI Jaya 94 60 129 59 157 48 189 45Jatim 25 16 30 14 38 12 53 12Jabar 18 12 30 14 43 13 62 15Jateng 6 4 8 4 11 3 18 4Sumut 4 3 13 6 13 4 16 4Kalimantan 1 1 3 1 4 1 8 2Lain-lain Daerah 5 4 5 2 64 19 77 18

153 100 218 100 330 100 423 100

*) Angka-angka di dalam tabel ini berbeda dengan angka-angka yang termuat di dalam bab III yang didasarkan atas persetujuan Badan Koordinasi Penanaman Modal.

365

Page 120: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

Jumlah proyek di sektor industri yang disetujui sejak tahun 1967 sampai akhir Repelita I merupakan 59,24% dari jumlah seluruh proyek yang disetujui dalam rangka PMA yang ber-jumlah 714 buah. Sedang jumlah investasinya merupakan 44,4% dari seluruh jumlah investasi yang disetujui dalam rangka PMA yang besarnya US $ 3.261,2 juta.

Dari Tabel VI — 50 tampak bahwa menurut jenis industri bagian terbesar dari proyek-proyek PMA yang telah disetujui sejak 1967 sampai akhir Repelita I berkembang kepada pembangunan industri logam, mesin & listrik. Tetapi dari jumlah modal yang ditanamkan bagian terbesar adalah untuk pembangunan industri tekstil. Dalam hubungan ini penanaman modal diarahkan kepada pembangunan industri tekstil yang integral, yang memerlukan modal yang relatip besar. Akhir- nya dari Tabel VI — 51 jelas bahwa sebagian besar dari pro- yek PMA dilaksanakan Jakarta. Di antara daerah-daerah di luar Jawa, Sumatera Utara memperoleh jumlah proyek yang terbesar.

C. PERTAMBANGAN

Selama Repelita I peranan sektor pertambangan dalam pembangunan semakin meningkat. Ini nampak nyata sekali dari sumbangannya dalam ekspor. Minyak bumi dan timah pada akhir Repelita I telah menghasilkan kurang lebih 55 % dari seluruh penghasilan devisa negara.

Selama Repelita I kegiatan penyelidikan dan penelitian, yang meliputi penyelidikan geologi, eksplorasi mineral dan pe-nelitan pengolahan bahan galian, juga berkembang dengan pesat. Hasil kegiatan-kegiatan ini menambah pengetahuan mengenai kekayaan bumi Indonesia dan dengan demikian akan dapat membantu penyusunan kebijaksanaan pertambangan secara nasional dewasa ini dan di masa-masa yang akan datang.

366

Page 121: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

TABEL VI - 52PRODUKSI HASIL-HASIL PERTAMBANGAN

1968/69 - 1973/74

367

Page 122: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

GRAFIK VI – 18PRODUKSI HASIL-HASIL PERTAMBANGAN

, 1968/69 – 1973/74

368

Page 123: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

(Sambungan Garfik VI – 18)

369411234 – (24)

Page 124: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

Sejalan dengan semakin mantapnya keadaan politik dan ekonomi, maka selama Repelita I baik di kalangan swasta nasional maupun di kalangan swasta asing timbul pula kegai-rahan untuk mengembangkan usaha-usaha pertambangan. Untuk mengimbangi pertumbuhan kegairahan ini selama Re-pelita I kegiatan-kegiatan pembinaan, pengaturan dan peng-awasan telah diintensifkan.

Perkembangan produksi hasil-hasil pertambangan selama tahun-tahun 1968/69 1973/74 dapat dilihat dalam Tabel VI — 52.

Di bawah ini akan diberikan gambaran secara singkat me-ngenai perkembangan produksi di cabang-cabang pertambang-an masing-masing selama periode 1969/70 — 1973/74.

1. Minyak dan Gas BumiMinyak bumi merupakan hasil utama usaha pertambangan

Indonesia. Pengusahaannya dijalankan oleh Pertamina yang merupakan satu-satunya perusahaan negara di bidang minyak dan gas bumi. Beberapa perusahaan asing bekerja atas dasar kontrak karya atau dasar perjanjian bagi hasil dengan Per-tamina. Dewasa ini terdapat 3 perusahaan asing yang bekerja atas dasar kontrak karya dengan Pemerintah dan kurang lebih 50 perusahaan yang bekerja atas dasar perjanjian bagi hasil dengan Pertamina.

Perkembangan ekspor minyak mentah dan hasil minyak se-lama periode 1969/70 — 1973/74 dapat dilihat dalam Tabel VI — 53.

Ekspor minyak mentah dalam tahun 1969/70 berjumlah 241,3 juta barrel dan nilainya US $ 392,4 juta. Pada tahun 1973/74 volume ekspor mencapai 438,9 barrel dan nilainya sangat tinggi. Ini berarti bahwa volume ekspor dalam periode tersebut meningkat sekitar 82% atau rata-rata sekitar 16% setiap tahun.

370

Page 125: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

TABEL VI — 53EKSPOR MINYAK MENTAH DAN HASIL MINYAK

1969/70 — 1973/74

T a h u n Volume(Juta barrel)

1969/70 241,31970/71 267,11971/72 287,71972/73 360,71973/74 438,9

*) Termasuk carbon black.

Kenaikan produksi minyak bumi, seperti yang ditunjukkan dalam Tabel VI — 52, dapat dicapai berkat penemuan-penemuan sumber minyak di daratan dan di lepas pantai.

Selama Repelita I terjadi dua perkembangan penting dalam produksi minyak bumi. Pertama, dalam tahun 1971 Indonesia untuk pertama kalinya menghasilkan minyak bumi di daerah lepas pantai dengan produksi sebesar 1,4% daripada jumlah keseluruhan produksi Indonesia. Pada tahun 1972 produksi minyak bumi di daerah lepas pantai telah meningkat menjadi 6,5%. Kedua, dalam bulan Pebruari 1972 produksi minyak bumi Indonesia untuk pertama kalinya melampaui jumlah satu juta barrel sehari.

Beberapa perkembangan penting juga terjadi dalam peng- ilangan minyak bumi. Pada tahun 1970 kilang minyak P.T. Stanvac Indonesia di Sungai Gerong dibeli oleh Pertamina. De- ngan terjadinya pembelian itu maka seluruh kilang minyak di Indonesia telah menjadi milik Indonesia. Selanjutnya dalam tahun 1971 dua buah kilang minyak selesai dibangun dan mulai beroperasi, kilang minyak Sungai Pakning dan kilang minyak Putri Tujuh di Dumai.

371

Page 126: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

GRAFIK VI - 19EKSPOR MINYAK MENTAH DAN HASIL MINYAK, 1889/70 - 1873/74

372

Page 127: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

TABEL VI — 54

HASIL PENGOLAHAN MINYAK (1968 — 1973)

T a h u n Juta Barrel

1968 72,8

1969 76,11970 86,01971 90,01972 100,51973 118,3

Pada waktu Pertamina memiliki 7 kilang minyak, yaitu di Pangkalan Brandan, Dumai, Sungai Pakning, Sungai Gerong, Wonokromo dan Balikpapan. Sedangkan kilang Cepu diusaha- kan sebagai tempat latihan dan penelitian oleh Lembaga Minyak dan Gas Bumi. Pada tahun 1973 kilang minyak Cilacap, yang direncanakan mempunyai kapasitas 100 ribu barrel sehari, mu- lai dibangun dan diharapkan selesai pada awal tahun 1976.

Sebagai akibat dari pada perkembangan dalam sektor-sektor industri dan pengangkutan, kebutuhan akan bahan bakar mi- nyak dan pelumas di dalam negeri terus meningkat. Sejak tahun 1969 sampai dengan tahun 1973 pemasaran hasil minyak dalam negeri setiap tahun rata-rata meningkat 10%. Untuk meng- imbangi perkembangan itu maka selama Repelita I pembangun- an prasarana-prasarana angkutan dan penyimpanan serta ja-ringan distribusi ditingkatkan. Selain jumlah tanker ditam- bah, di Semarang dan di Medan telah dipasang pipa-pipa di bawah laut; di Semarang sepanjang 9 km dan di Medan 16 km. Di darat dipasang pupa sepanjang 22 km antara Cilacap dan Maos, dan sepanjang 159 km antara Maos dan Yogyakarta.

373

Page 128: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

GRAFIK VI - '20HASIL PENGOLAHAN MINYAK, 1 9 6 8 - 1973

374

Page 129: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

Proyek-proyek bidang petro kimia sudah memberikan hasil nyata. Dalam Repelita I pembangunan pabrik Carbon black di Rantau dan pabrik polypropylene di Plaju telah selesai.

Gas bumi sampai beberapa waktu yang lain belum dimanfa-atkan sebaik-baiknya. Hanya sebagian kecil saja digunakan untuk pembuatan pupuk urea di pabrik pupuk Sriwidjaya (Pa-lembang), LPG (Liquified Petroleum Gas) dan Jelaga Gas di pabrik petro-kimia Unit I. Dewasa ini gas yang berasal dari kilang Plaju dan Sungai Gerong telah digunakan oleh pabrik polypropylene di Plaju yang mempunyai kapasitas produksi 20,0 ribu ton polypropylene per tahun.

Sebagai hasil kegiatan eksplorasi dalam Repelita I telah di-temukan cadangan-cadangan di beberapa tempat; antara lain di Lapangan Arun (Sumatera Utara), Lapangan Badak (Kalimantan Timur) dan di, daratan serta daerah lepas pantai Jawa Barat. Cadangan-Cadangan ini telah membuka kemungkinan-kemungkinan baru untuk memperluas industri pupuk, industri petro kimia lainnya dan untuk diekspor sebagai LNG (Liquified Natural Gas).

2. Timah

PN Timah merupakan perusahaan yang sudah berproduksi di bidang pertambangan timah. Di samping itu ada 3 perusahaan asing yang bekerja alas dasar kontrak karya dengan PN Ti- mah dan masih dalam tahap eksplorasi. Di daerah Bangkinang (Sumatera Tengah) terdapat juga usaha swasta nasional yang bekerja sebagai kontraktor PN Timah dan sejak tahun 1971 telah mulai berproduksi.

Selama tahun-tahun sebelum Repelita I pemeliharaan dan penggantian-penggantian peralatan produksi beserta sarana-sarana penunjang lainnya amat terbengkelai. Selama Repelita I pemeliharaan diusahakan secara teratur. Di samping itu dilak-sanakan pula pekerjaan-pekerjaan reparasi, rehabilitasi dan modernisasi secara selektip dan bertahap. Untuk memulihkan

Page 130: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

375

Page 131: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

kemampuan produksi maka telah dilakukan rehabilitasi dan modernisasi kapal keruk. Daya guna kerja ditingkatkan juga dengan jalan modernisasi dan perluasan jaringan-jaringan tele-komunikasi. Selanjutnya, guna memperlancar pengangkutan di laut, diadakan pemasangan-pemasangan radar seperlunya.

Produksi timah telah meningkat dart 16,9 ribu ton dalam tahun 1969/70 menjadi 22,6 ribu ton pada akhir Repelita I, yang berarti ada kenaikan produksi rata-rata sekitar 6% se- tiap tahun. Sesungguhnya PN Timah dapat mencapai produksi yang lebih tinggi, akan tetap harus dibatas mengingat bahwa produksi tidak dapat dilepaskan dari ekspor quota. Di samping itu kebutuhan dalam negeri hanya mencapai kira-kira 500 ton, atau 2% dari jumlah produksi pada akhir Repelita I.

Baik volume maupun nilai ekspor selama Repelita I menun-jukkan kenaikan. Dari Tabel VI — 55 dapat diketahui bahwa volume ekspor meningkat dengan 26,5%, sedangkan nilai ekspor meningkat lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena harga timah di pasaran internasional meningkat sebagai akibat dari krisis energi.

TABEL VI—55EKSPOR TIMAH (1969/70 — 1973/74)

T a h u n Volume(Ribu ton)

1969/70 16,4

1970/71 17,4

1971/72 19,1

1972/73 20,7

1973/74 21,0

376

Page 132: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

GRAFIK VI — 21EKSPOR TIMAH, 1969/70 — 1973/74

377

Page 133: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

Sejak tahun 1968 telah diadakan penyelidikan-penyelidikan dan eksplorasi di daerah lepas pantai sekitar pulau-pulau Bang- ka, Belitung, Singkep dan, Kundur. Sebagai hasil dan penye- lidikan-penyelidikan itu telah ditemukan cadangan-cadangan baru.

Peleburan timah di Muntok sejak tahun 1969 telah berpro- duksi. Namun selama Repelita I peleburan timah sebagian ma- sih dilaksanakan di luar negeri. Pada saat ini di peleburan timah Muntok sedang dilaksanakan pembangunan 3 buah tanur be- serta fasilitasnya yang direncanakan akan selesai pada tahun 1974.

3. BatubaraDewasa ini ada 2 tambang batubara yang masih bekerja,

yaitu Unit Pertambangan Ombilin (Sumatera Barat) dan Unit Pertambangan Bukit Asam (Sumatera Selatan). Kedua tam- bang tersebut diusahakan oleh Negara.

Selama Repelita I telah diusahakan rasionalisasi dan kon- solidasi perusahaan batubara. Dalam rangka itu tambang ba-tubara Mahakam ditutup, jumlah tenaga kerja di tambang batubara Ombilin dan Bukit Asam diperkecil serta Kantor Pusat di Jakarta diciutkan. Tindakan-tindakan tersebut diikuti dengan usaha-usaha peningkatan produksi. Untuk memper- baiki kedudukan perusahaan Pemerintah telah memberikan bantuan subsidi.Perkembangan produksi batubara selama Repelita I ditunjukkan dalam Tabel VI — 56.

Pemakaian batu bara terbesar adalah pabrik Semen Inda- rung, Tambang Timah Bangka dan PJKA.

Hasil survey yang diadakan menunjukkan bahwa pemakaian batubara secara besar-besaran dimungkinkan apabila dibangun PLTU-PLTU yang menggunakan bahan bakar batubara di da- erah dekat tambang. Di samping itu penjajagan mengenai ke-mungkinan ekspor batubara dilanjutkan dengan lebih intensif.

378

Page 134: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

TABEL VI — 56

PRODUKSI BATUBARA(1968/69 — 1973/74)

T a h u n Produksi (Ribu ton)

1968/69 169,0

1969/70 176,01970/71 175,41971/72 196,81972/73 177,21973/74 145,9

4. BauksitUnit Pertambangan Bauksit PN Aneka Tambang mengusaha-

kan pertambangan di pulau Bintan dan sekitarnya dengan sis- tim tambang terbuka. Kegiatan selama Repelita I ditujukan terutama untuk mempertinggi produksi dan mengadakan penyelidikan-penyelidikan untuk mencari biji bauksit yang berkadar rendah. Ekspor bauksit selama Repelita I telah memperlihatkan kecenderungan menaik, seperti yang terlihat pada Tabel VI — 57.

Dengan diadakannya kontrak supply pasaran ekspor bauksit terjamin untuk masa 10 tahun, dari tahun 1969 sampai dengan tahun 1978. Ekspor bauksit selama Repelita I mencapai jumlah 5.781,90 ribu ton.

Dalam tahun 1971 oleh PN Aneka Tambang telah diselesai- kan usaha pengerukan selat Kijang sepanjang 1.200 meter untuk memungkinkan kapal yang berukuran 30.000 DWT me-masuki selat tersebut. Dalam tahun itu telah diselesaikan juga perluasan tempat penimbunan biji sehingga mampu menam-pung 90.000 ton dan peningkatan kapasitas loading menjadi 1.000 ton per jam.

379

Page 135: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

GRAFIK VI - 22 PRODUKSI BATUBARA,

(1968/69 - 1973/74)

380

Page 136: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

TABEL VI — 57EKSPOR BAUKSIT, 1969/70 — 1973/74

T a h u n Volume(Ribuan ton)

1969/70 863,61970/71 1.182,21971/72 1.211,71972/73 1.255,01973/74 1.269,4

5. Nikkel.Selama Repelita I produksi nikkel telah meningkat dari 29,0

ribu ton dalam tahun 1968/69 menjadi 989,9 ribu ton dalam tahun 1973/74. Ini berarti bahwa selama Repelita I produksi nikkel setiap tahun rata-rata meningkat 35%.

Seperti tampak dalam Tabel VI — 58 jumlah ekspor selama tahun-tahun tersebut telah meningkat dengan pesat. Pada ta- hun 1969/70 jumlah ekspor mencapai 232,0 ribu ton. Sejak itu telah meningkat sehingga dalam tahun 1973/74 menjadi 830,5 ribu ton. Nilainya meningkat beberapa kali. Jadi selama Re- pelita I volume ekspor nikkel telah meningkat rata-rata sekitar 46%.

Untuk memperlancar kegiatan ekspor P.N. Aneka Tambang telah melakukan perbaikan-perbaikan fasilitas pemuatan biji nikkel ke kapal, sehingga kecepatan pemuatan dapat diting-katkan menjadi 5.000 sampai 6.000 ton sehari.

Sementara itu P.N. Aneka Tambang telah mengadakan eksplorasi biji nikkel berkadar rendah di daerah Kalimantan Tenggara. Eksplorasi dan penelitian lebih lanjut mengenai ca-dangan ini diperkirakan akan memakan waktu sekitar 2 — 3

381

Page 137: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

G R A F I K V I — 2 3

E KS POR BA UKS IT , 1969/70 — 1973/74

382

Page 138: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,
Page 139: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

TABEL VI— 58

EKSPOR NIKKEL, 1969/70 — 1973/74

T a h u n Volume(Ribu ton)

1969/70 232,0

1970/71 538,4

1971/72 764,71972/73 737,51973/74 830,5

tahun lagi. Sekarang juga sedang diadakan feasibility study untuk mempelajari kemungkinan mendirikan pabrik pengolah- an nikkel (nickel matte) di daerah Soroako, Sulawesi Tengah, dan di Pulau Gag, Irian Jaya. Di samping itu sedang diselesai- kan juga kegiatan eksplorasi di daerah Halmahera dan pulau-pulau sekitarnya.

P.N. Aneka Tambang telah mulai mengerjakan pembangunan pabrik ferro nikkel yang akan dapat mengolah biji nikkel ber- kadar rendah dari tambang Pomala. Diperkirakan pabrik fer- ro-nikkel ini akan mulai berproduksi pada akhir tahun 1975 dan akan menghasilkan ferro-nikkel sebanyak kurang lebih 20.000 ton setahun, yang nilai ekspornya diperkirakan sebesar U.S. $. 15 juta.

6. Pasir BesiSatu-satunya pertambangan pasir besi yang telah berproduksi

terdapat di pantai Cilacap. Pertambangannya diusahakan oleh P.N. Aneka Tambang dengan cara tambang terbuka dengan penyemprotan air. Dalam Tabel VI — 52 tampak bahwa proyek pertambangan pasir besi telah memasuki tahap produksi ko-mersiil dalam tahun 1971. Pada tahun 1972/73 produksi me-

383

Page 140: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

1973/74 R E P

E L I T

A

Page 141: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

G R A F I K V I — 2 4E KS POR NI KKE L, 1969/70 — 1973/74

384

Page 142: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

TABEL VI — 59

EKSPOR PASIR BESI, 1969/70 — 1973/74

T a h u n Volume (Ribu ton)

1969/70 —1970/71 —

1971/72 242,7

1972/73 276,2

1973/74 283,6

nurun karena kekurangan air tawar untuk penyemprotan dan pemisahan magnit. Jumlah ekspor tahun 1971/72 meliputi 242,7 ribu ton. Pada. tahun 1973/74 jumlah ekspor menjadi 283,6 ribu ton (Tabel VI — 59). N i la inya juga meningkat .

Di samping hal-hal tersebut P.N. Aneka Tambang telah me-nyelesaikan eksplorasi pasir besi di pantai selatan Jogyakarta.

7. Emas dan PerakTambang emas Cikotok merupakan satu-satunya tambang

emas yang dewasa ini diusahakan secara mekanis. Pekerjaan- nya dilakukan oleh P.N. Aneka Tambang. Selama Repelita I produksi emas dari tambang Cikotok tidak banyak mengalami perubahan dan seluruh produksinya dijual di dalam negeri. Ha- sil produksi emas tahun 1968/69 berjumlah 200 kg dan pada tahun 1973/74 menjadi 345,2 kg. Produksi perak mengalami sedikit penurunan.

Hasil tambang Cikotok diolah dan dimurnikan di pabrik Lo- gam. Mulia di Jakarta. Pabrik ini juga memurnikan emas dari luar P.N. Aneka Tambang yang berjumlah lebih besar dari pa- da yang dihasilkan oleh P.N. Aneka Tambang sendiri. Perban-dungan jumlah emas dari luar dan emas Cikotok menunjukkan

385411234 - (25).

Page 143: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

GRAFIK VI - 25

EKSPOR PASIR BESI, 1969/70 - 1973/74

386

Page 144: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

kecenderungan meningkat. Dalam tahun 1973 jumlah emas yang dimurnikan di Logam Mulia 18 kali lebih banyak dari emas hasil produksi Cikotok.

8. Intan

P.N. Aneka Tambang telah memulai memprodusir intan, tetapi yang dihasilkan hingga saat ini belum mencapai tingkat produksi komersiil. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa kadar intan dalam endapan batu krikil yang ditemukan sangat kecil, yaitu sekitar 0,05 karat/M3. Apabila hingga akhir tahun 1974 tidak ditemukan endapan yang serendah-rendahnya ber-kadar 0,5 karat/M3, maka usaha P.N. Aneka Tambang di bi- dang perintanan terpaksa akan dihentikan.

9. TembagaSejak tahun 1967 dipegunungan Ertsberg Irian Jaya telah

dilaksanakan eksplorasi. Pada akhir tahun 1972 tambang tem-baga di pegunungan tersebut selesai dibangun dan pada per-mulaan tahun 1973 mulai menghasilkan.

Hasil produksi tembaga yang diprodusir dari bulan Januari 1973 sampai dengan Januari 1974 berjumlah 1.484,3 ribu metric ton (kering) biji tembaga yang menghasilkan konsentrat tem- baga sebesar 145,8 ribu metric ton (kering). Konsentrat yang telah diekspor sampai dengan bulan Desember 1973 berjum- lah 122,3 ribu metric ton.

10. Batuan GranitKegiatan pertambangan, pemecahan, pengangkutan dan pe-

muatan batu granit, yang dilaksanakan oleh P.T. Karimun Grant, berjalan dengan lancar. Batuan granit yang diekspor dalam tahun 1972 berjumlah 47,0 ribu ton. Yang dijual di da- lam negeri berjumlah 113,0 ribu ton. Ekspor tahun 1973 hingga triwulan ketiga mencapai 101,3 ribu ton dan penjualan dalam negeri meliputi 103,5 ribu ton. Dalam tahun 1973/74 P.T. Ka-

387

Page 145: PRODUKSI PERTANIAN - Kementerian … · Web viewDibandingkan dengan tahun 1972 pada populasi ternak tahun 1973 masing-masing meningkat sebesar 6,3% untuk sapi, 14,7% untuk sapi perah,

rimun Granit telah berhasil memprodusir 405,1 ribu ton batuan granit.

11. Penyelidikan/Penelitian Umum

Kegiatan penyelidikan dan penelitian yang dibiayai oleh Pe-merintah meliputi penyelidikan geologi yang disertai dengan pemetaan, eksplorasi mineral dan penelitian pengolahan bahan-bahan tambang. Kecuali penting untuk pengembangan usaha pertambangan penyelidikan geologi, khususnya geologi tehnik dan pembuatan peta-peta tanah, mempunyai arti yang sangat penting juga untuk perencanaan penyediaan air untuk kota, untuk perencanaan-perencanaan industri dan irigasi, untuk pe-milihan daerah pertanian dan untuk pembuatan-pembuatan jalan, jembatan dan bendungan.

Kegiatan eksplorasi mineral oleh Pemerintah dilaksanakan dalam rangka inventarisasi kekayaan mineral yang tersimpan dalam bumi Indonesia. Dalam kegiatan ini telah diambil kebi-jaksanaan untuk mengikut sertakan pihak swasta. Tetapi data geologi maupun mineral yang dikumpulkan oleh swasta harus diserahkan kepada Pemerintah.

Kegiatan penelitian pengolahan bahan-bahan tambang ditu-jukan kepada pengolahan bahan galian industri yang kelak di-harapkan dapat dikembangkan oleh perusahaan swasta nasio-nal.

Kegiatan penelitian yang telah dilaksanakan dalam permi-nyakan dan gas bumi ditujukan untuk menentukan cara peng-olahan minyak bumi yang sesuai dengan jenis minyak bumi In-donesia, untuk mengadakan evaluasi minyak mentah, untuk mengadakan analisa mikropalaentologi, analisa core, analisa PVT dan untuk memberikan diskripsi mengenai batu-batuan.

Penyelidikan mineral industri dan bahan bangunan meliputi penyelidikan-penyelidikan bahan baku untuk semen, tras, batu apung, marmer, pasir kwarsa, lempung, kwartsit, lempung ben-tonit, kaolin dan barit.

388