prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

156
GERAKAN FUNDAMENTALIS DI PERGURUAN TINGGI ISLAM (Studi: Pola Gerakan dan Strategi Kaderisasi Hizbut Tahrir Indonesia di Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Akhmad Haris Khariri 106033201158 PRODI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014

Transcript of prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

Page 1: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

GERAKAN FUNDAMENTALIS DI PERGURUAN TINGGI ISLAM

(Studi: Pola Gerakan dan Strategi Kaderisasi Hizbut Tahrir Indonesia

di Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Akhmad Haris Khariri

106033201158

PRODI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2014

Page 2: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...
Page 3: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...
Page 4: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...
Page 5: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

iv

ABSTRAKSI

AKHMAD HARIS KHARIRI

Gerakan Fundamentalis di Perguruan Tinggi; Studi tentang Pola Gerakan dan

Strategi Kaderisasi Hizbut Tahrir Indonesia di Kampus UIN Jakarta

Skripsi ini menganalisa pola gererakan dan strategi kaderisasi Hizbut Tahrir

Indonesia (HT) dan gejala fundamentalisme Islam yang ada di Kampus UIN Jakarta.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola gerakan dan strategi kaderisasi

yang dikembangkan HTI dan untuk mengetahui gejala fundamentalisme Islam di

Kampus UIN Jakarta. Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan studi pustaka

(library research) dan wawancara. Penulis menemukan bahwa, pola gerakan dan

strategi kaderisasi HTI di lingkungan kampus UIN Jakarta relatif intens dilakukan

dan mengambil beberapa bentuk diantaranya dengan memanfaatkan berbagai sarana

baik yang dimiliki internal organisasi maupun sarana-sarana kampus seperti

memanfaatkan media kampus Radio Dakwah dan Komunikasi RDK Fakultas

Dakwah dan Komunikasi, sarana ibadah Student Center SC, afiliasi dengan Badan

Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan lain-lain. Adapun sarana internal HTI

mengembangkan sumber daya organisasi seperti pengembangan kelompok-kelompok

studi seperti SRIKAYA, Gema Pembebasan, Muslim Science Comonity MSC, Lisma

HTI dan lain-lain. Berbagai subsistem ini dimanfaatkan HTI untuk mengembangkan

berbagai gagasannya melalui beberapa varian kegiatan-kegiatan seperti diskusi,

seminar, aksi demonstrasi, pengajian, melakukan pendekatan pertemanan dan lain-

lain.

Selanjutnya strategi kaderisasi yang dikembangkan HTI yaitu dengan melakukan

pembinaan intensif terhadap calon kadernya. Proses pembinaan tersebut ditempuh

melalui berbagai tahapan seperti tahapan pembinaan dan pengkaderan (al-tathqif),

tahapan berinteraksi dengan umat (marhalah al-tafaul ma’a al-umah), dan tahapan

pengambilan kekuasaan (istilam al-hukm). Selanjutnya terkait dengan

fundamentalisme Islam penulis menemukan beberapa kemiripan-kemiripan

karakteristik HTI dengan gerakan fundamentalisme Islam seperti sikap HTI dalam

merespon gagsan-gagasan Barat, memiliki unsur politik yang kuat, cara memahami

terhadap doktrin keagamaan dan lain-lain.

Argumentasi ini dirumuskan melalui tahapan analisa, yaitu dengan melihat gejala

pertumbuhan HTI dan menganalisis berbagai aktifitas yang dilakukan para aktivis

dan proses kaderisasi HTI di Kampus UIN Jakarta. Selain itu, penulis berusaha

menghubungkan beberapa indikator yang melekat pada HTI dengan karakteristik

fundamentalisme yang telah diklasifikasikan oleh para ahli. Kerangka teori yang

digunakan dalam skripsi ini adalah fundamentalisme Islam, teori gerakan sosial dan

teori strategi.

Page 6: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah AWT yang telah menganugerah

kannikmatan Islam dan Iman. Shalawat dan salam semoga senantiasa dicurahkan

kepada Nabi Muhamad SAW, sebagai rasul pembawa misi pembebasan dari

pemujaan terhadap berhala, rasul dengan misi suci untuk menyempurnakan

akhlak. Semoga kesejahteraan senantiasa menyelimuti keluarga, sahabat nabi serta

seluruh umat.

Dengan tetap mengharapkan pertolongan, karunia dan hidayahnya,

Alhamdulillah penulis mampuh menyelesaikan penulisan skripsi ini untuk

melengkapi salahsatu syarat memperoleh gelar sarjana dalam Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan

judul “Gerakan Islam Fundamentalis di PerguruanTinggi Studi Tentang Pola

Gerakan dan Strategi Kaderisasi Hizbut Tahrir Indonesia di Kampus UIN Jakarta

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tentunya tidak bisa lepas

dari kelemahan dan kekurangan serta mejadi pekerjaan yang berat bagi penulis

yang jauh dari kesempurnaan intelektual. Namun, berkat pertolongan Allah SWT

dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan.Oleh

karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih

sedalam-dalamnya kepada

Bapak Prof. Dr. Bahtiar Effendy, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Terima kasih kepada jajaran pembantu Dekan, bapak Hendro Prasetyo

Ph.D sebagai Pengurus Dekan (Pudek) I FISIP, ibu Dra.Hj. Wiwi Siti Sajaroh,

MA Sebagai Pudek II dan Bapak Ahmad Abrori M.Si sebagai Pudek III FISIP.

Bapak Ali Munhanif, Ph. D. Sebagai Ketua Prodi Ilmu Politik. Bapak M. Zaki

Mubarak. M. Si. Sebagai Sekertaris Prodi Ilmu Politik.

Bapak Idris Thaha, M.Si selalu dosen pembingbing skripsi yang dengan

sabar dan bijak terus membimbing, menasehati dan mengarahkan penulis untuk

menghasilkan karya terbaik yang penulis miliki. Kepada dosen-dosen Prodi Ilmu

Politik yaitu bapak Bakir Ikhsan, bapak Syirojudin Ali, ibu Suryani, ibu Haniah

Page 7: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

v

Hanafie, ibu Gefarina Djohan, bapak Burhanudin Mukhtadi, dan dosen-dosen

Prodi Ilmu Politik lainnya yang tidak bisa sayasebutkan satu-per satu.

Kepada staf-staf tatausaha FISIP yang telah banyak membantu penulis dalam

administrasi perkuliahan.

Ayah Abdul Karim Bakhri dan Ibunda Sulsiyah, terima kasih atas kasih sayang

dan bimbingan motivasi yang tidak kenal henti dari mereka berdua sehingga

penulis mampuh mengenyam pendidikan yang layak untuk bekal masa depan.

Terima kasih juga kepada kaka-kakaku Ufi Ulfiyah, Nasrul Umam Syafi’i,

Akhmad Mae’hi, Susilawati, Huzaemah, Humaerah yang telah memberikan

semangat kepada penulis.Terima kasih kepada sahabat-sahabat seperjuangan

penulis di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik tahun 2006/2007 yaitu Bara

Ilyasa, Rifqi Zabadi Assegaf, Dedi Candra, Agam Dilya Ulhaq, Rido, Santi,

Afrina, Hadi Mustofa, Bangbang, Akhmad Riki, Dede Sahrudin, Khawasih Qudri,

Torik, Anwar, Eko Aryo, yang selalu memberikan semangat kepada penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih kepada sahabat-sahabat di Sanggar

Kreatif Anak Bangsa yaitu Diki (Ucok), Riswan, Hamzah, Kiki, Ipah, Mas Adit,

Anisa Zahra, Lyna, IrhamMudzakir, Kumi Laila, Sofa, Sofi, Akhmad Suparjo dan

yang lainnya. Terima kasih kepada DPP HTI yang telah bersedia memberikan

rekomendasi kepada penulis dalam proses pencarian data dan terimakasih kepada

pengurus HTI Cabang Ciputat yang telah bersedia memeberikan penulis

kesempatan untuk melakukan penelitian mengenai skripsi ini.

Terakhir penulis ucapkan terima kasih kepada sepuruh komponen yang telah

berjasa memberikan kontribusinya,semoga Allah SWT membalas segala kebaikan

amalbudi baik mereka dengan sebaik-baiknya balasan. Dan skripsi ini walaupun

masih banyak kekurangan semoga bermanfaat bagi kita semua.Wassalam

Jakarta, 21 Januari 2014

Penulis

Page 8: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

DAFTAR ISI

ABSTRAK …………………………………………………………………….....iv

KATA PENGANTAR …………………………………………………………...v

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………..vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah ………………………...………………….. 1

B. Pertanyaan Penelitian …………………………………………... 12

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian…………………………….…… .13

D. Tinjauan Pustaka ...…………………………………………….... 14

E. Kerangka Teoritis …………...……………………………………16

F. Metodologi Penelitian ………………………………............…... 21

G. Sistematika Penelitian ………………………………………...… 22

BAB II KERANGKA TEORITIS

A. Teori Fundamentalisme ……………………………………...…. 25

B. Teori Gerakan Sosial ………………………………………….... 32

1. Struktur Kesempatan Politik …………………………............ 34

2. Mobilisasi Sumber daya ………………..……………………. 37

3. Proses Pembingkaian …………………………………........... 40

C. Teori Strategi …………………………………………..……….. 42

Page 9: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

BAB III SEKILAS TENTANG GERAKAN ISLAM HIZBUT TAHRIR

A. Sejarah Hizbut Tahrir di Indonesia ............................................... 51

B. Hizbut Tahrir Indonesia Sebagai organisasi yang berideologi

Islam…………………………………............................................ 55

C. HTI di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.........………………….. 60

D. Hizbut Tahrir Sebagai Eksemplar Fundamentalisme Islam .......... 65

BAB IV POLA GERAKAN DAN STRATEGI KADERISASI HIZBUT

TAHRIR INDONESIA DI KAMPUS UIN JAKARTA

A. Masjid Sebagai Instrumen Pengembangan Jejaring Sosial HTI

UIN Jakarta (Ilustrasi Masjid Fatullah dan Masjid

Baitulrrahmah Legoso) …………………………………………. 73

B. Memanfaatkan Relasi Personal (Pertemanan dan Keluarga) ...…. 76

C. Membentuk Kelompok Studi dan Memanfaatkan Sarana

Kampus..………………………………………………. ………...80

D. Pembingkaian Isu Sebagai Pola Gerakan HTI di UIN Jakarta .... 83

E. Strategi Kaderisasi HTI di UIN Jakarta ………………………… 89

1. Tahapan Pembinaan dan Pengkaderan (Al-Tahqif) ………...... 90

2. Tahapan Berinteraksi dengan Umat (Marhalah Al-Tafaul

Page 10: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

ma’a al- Ummah) ................................................................. 94

3. Tahapan Pengambilan Kekuasaan (Istilam Al-Hukum) ........... 109

F. Faktor-faktor yang Mendukung Eksistensi HTI di Kampus

UIN Jakarta …………………….................................................. 111

1. Jaringan ………………………………………………........... 112

2. Keberadaan Para Aktivis HTI sebagai Sumber Daya ……….. 115

G. Eksistensi HTI sebagai Indikator dari Fundamentalisme Islam di

Kampus UIN Jakarta ………………………………………….... 118

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan …………………………………………………….122

B. Saran …………………………………………………………...126

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………….

LAMPIRAN-LAMPIRAN …………………………………………………….....

Page 11: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...
Page 12: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

1

Bab I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Hizbut Tahrir Indonesia merupakan bagian dari sekian banyak organisasi

relogio-politik yang berkembang pasca Orde Baru. Ditinjau secara historis

keberadaan HTI di Indonesia dapat ditelusuri sejak 1982-1983 atas prakarsa seorang

mubaligh dari pesantren Al-Ghozali yaitu Abdullah Nuh.1 Pada awalnya aktivitas

HTI hanya berpusat di lingkungan pesantren saja, namun berkat interaksi yang terus

dilakukan oleh para aktivisnya maka gagasan-gagasan HTI terus menyebar hingga ke

Masjid Al-Gifari di Institute Pertanian Bogor (IPB). Di kampus inilah HTI

menemukan momentum pertamanya untuk bersentuhan secara langsung dengan para

mahasiswa.2

Pada saat HTI pertama kali diperkenalkan di Indonesia, keberadaan anggota

HTI sangat terbatas. Namun, karena para aktivis HTI memiliki semangat besar dalam

mengemban misi dakwah Islam, maka gerakan mereka sangat cepat menyebar ke

kampus-kampus lainnya di Indonesia. Mengutip apa yang pernah ditulis oleh M. Zaki

Mubarak yaitu:

1 Syamsul Arifin, Ideologi dan Praksis Gerakan Sosial Kaum Fundamentalis: Pengalaman

Hizb al-Tahrir Indonesia, (Malang: Universitas Muhamadiyah Press, 2005), 121-122. 2 M. Zaki Mubarak, Geneologi Islam Radikal Indonesia: Gerakan, Pemikiran, dan Prospek

Demokrasi, (Jakarta: LPS, 2008), h. 76.

Page 13: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

2

Gerakan HTI banyak tersebar di kampus-kampus di Indonesia seperti Institute

Pertanian Bogor (IPB), Universitas Padjajaran (UNPAD), IKP Malang, Universitas

Airlangga Surabaya, Universitas Hasanudin Makasar, Universitas Indonesia Depok dan

lain-lain. Simpul-simpul jaringan ini pula terbagun secara merata di banyak kota di

Indonesia diantaranya Jakarta, Bandung, Bogor, Yogyakarta, Surabaya, dan lain-lain.

Kampus-kampus kemudian dijadikan center-center untuk melakukan aktivitas HTI dan

melakukan kaderisasi anggotanya.3

Selain di kampus-kampus yang telah disebutkan di atas, aktivitas HTI juga

tumbuh di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (UIN Jakarata).

Dalam hal ini, menurut Aat Yuliawati menyebutkan bahwa momentum pertama HTI

di kampus UIN Jakarta adalah sejak 2001. Pada fase pertama HTI bersentuhan

dengan UIN Jakarta, gerakan mereka masih mengambil langkah ekslusif dan hanya

terbatas pada beberapa orang saja. Ruang lingkup gerakan mereka juga masih bersifat

personal dan hanya mengandalkan ikatan-ikatan pertemanan. Bagi anggota baru yang

tertarik pada ide-ide HTI akan langsung dibina dengan metode halaqah „am4

(pertemuan atau forum untuk mendiskusikan maslah-masalah agama).5

Selanjutnya sekitar tahun 2002 aktivitas dakwah HTI mulai lebih terorganisisr

dengan rapi, kemudian pada tahun ini pula mereka melakukan beberapa kali

3 M. Zaki Mubarak, Geneologi Islam Radikal Indonesia: Gerakan, Pemikiran dan Prospek

Demokrasi, (Jakarta: LP3S, 2008), h. 75-76. 4 Halaqah„am biasanya dilakukan untuk memperkenalkan dan membina siapa saja yang

memiliki ketertarikan dengan ide-ide HTI. Halaqah‟am ini dilakukan oleh aktivis HTI sebagai

pembinanya. Adapun peserta halaqah‟am ini sangat terbatas, biasanya satu orang pembina akan

menangani maksimal lima orang peserta. Halaqoh ini dilakukan sebanyak delapan kali pertemuan dan

minimal delapan minggu waktu yang digunakan. Setelah selasai mengikuti Halaqoh umum ini, maka

peserta akan ditawarkan ke tahap selanjutnya dengan syarat peserta harus setuju dengan gagasan-

gagasan HTI. Sumber diambil dari wawancara penulis dengan Ust. Fadlan, selaku ketua Komisariat

HTI UIN Jakarta, di Masjid Al-Mukhlisisn Legoso Kel. Pisangan Kec. Ciputat Kota Tangerang

Selatan Prov. Banten, pada 5 februari 2013. Pukul 15.00 wib. 5 Aat Yuliawati, “Peran Dakwah HTI di Lingkungan Kampus UIN Jakarta 2009”, (Skripsi SI

Fakultas Dakwah dan Komunikasi 2009), h. 65.

Page 14: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

3

halaqah‟am (pertemuan atau forum untuk mendiskusiakan masalah-masalah Islam)

dan pelatihan untuk perluasan organisasi.6 Di tahun 2003-2004 HTI mulai merambah

ke fakultas-fakultas di sekitar kampus UIN Jakarta. Pola gerakan yang mereka

bangun adalah dengan membentuk kelompok-kelompok diskusi, kajian lesehan,

pengajian sederhana di masjid-masjid, kajian rutin anggota dan seminar. Salah satu

kegiatan seminar HTI yang paling banyak mendapat sorotan pada fase awal HTI

adalah Seminar Nasional Khilafah dengan tajuk “Penegakan Syariat Islam

Relefankah ?...”. Acara tersebut di selenggarakan pada tahun 2004 di Aula Student

Center UIN Jakarta. Adapun yang menjadi pembicara dalam senimar tersebut yaitu,

DPP HTI yaitu Ust. Hafid Abdurahman dan Ust. Abu Zaid.7

Sejak menit pertama kedatangannya di kampus UIN Jakarta hingga saat ini para

aktivis HTI masih konsisten dalam melakukan aktivitas gerakan. Asumsi ini dapat

dibuktikan dengan adanya beberapa kegiatan/aktivitas HTI yang sampai saat ini tetap

berlangsung seperti halnya terlihat pada kegiatan-kegiatan HTI di tahun 2012 yang

lalu. Menjelang tahun 2012 para aktivis HTI mengadakan halaqah rutin dengan tema

“Islam: Aqidah, dan Syariah, Solusi Problematika Umat 2012”, yang bertempat di

masjid-masjid sekitar kampus seperti masjid Al-Mukhlisin, Baiturrahmah, Fatullah,

6 Halaqah„am dalam pengertian kalangan HTI merupakan kegiatan yang dilakukan aktivis

HTI untuk memperkenalkan HTI kepada orang-orang yang belum mengenal HTI. Halaqah „am sendiri

dalam HTI dilakukan dengan berbagai uslub (cara) seperti diskusi, seminar, dialog dan bahkan

mengunakan pendekatan personal seperti dengan memanfaatkan hubungan teman kost, teman kuliah,

saudara, dan keluarga. Lihat Arifin dalam Ideologi dan Praksis Gerakan Sosial Kaum Fundamentalis:

Pengalaman Hizb al-Tahrir Indonesia, h. 155-161. 7 Yuliawati, “Peran Dakwah HTI di Lingkungan Kampus UIN Jakarta 2009”, h. 65.

Page 15: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

4

al-Mugirah dan lain-lain.8 Menurut keterangan Andriansyah dalam wawancara

dengan penulis menyebutkan bahwa, dalam rentang waktu dua bulan antara

Desember dan Oktober 2012 HTI telah mengadakan lima kali halaqah di Masjid

Baiturrahmah dan dalam halaqah tersebut ada sekitar 15 peserta baru di tiap-tiap

pertemuannya.9

Adapun yang menjadi pemateri dalam seminar tersebut HTI langsung

mendatangkan pengurus DPP HTI seperti Drs. Wahyudi Al-Marokay (anggota

Lajnah Faaliyah DPP HTI) dan Ust. Ade Sudiyana. LC (anggota Lajnah Tsaqafiyah

DPP HTI), dan acara tersebut bersifat umum.10

Sebagaimana telah dijelaskan di atas, seminar adalah salah satu bagian dari

strategi HTI UIN Jakarta untuk memperluas pengaruh mereka di lingkungan kampus

UIN Jakarta. Selain melalui halaqah‟am, HTI juga memangfaatkan media serta

tulisan-tulisan kecil sebagai instrumen dakwahnya seperti pembuatan web site

www.uinjakartamenujukhilafah.or.id, www.hizb-tahrir.or.id, pembuatan pamflet,

buletin (Al-Islam, Gema Pembebasan UIN Jakarta) majalah (al-Wa‟ie), selembaran-

selembaran, koran (media umat) dan mereka juga terlibat dalam media elektronik

8 Wawancara penulis dengan Firman Kelana (koordinator lapangan HTI UIN Jakarta dalam

acara daurah Islam, Aqidah, Syariah: Solusi Problematika Umat 2012), di Masjid Fathullah Kec.

Cipuat Kota Tangerang Selatan Prov. Banten, pada 4 Desember 2012, pukul 20.30 wib. 9 Wawancara penulis dengan Andriansyah (pengurus Masjid Baiturrahmah Legoso Kec.

Ciputat Kota Tangerang Selatan Prov. Banten. Selain menjadi pengurus masjid, Andriyansah juga aktif

sebagai Mahasiswa di Fakultas Science dan Teknologi, smester 8 UIN Jakarta), di Masjid

Baiturrahmah Legoso Kel. Pisangan Kec. Ciputat Kota Tangerang Selatan Prov. Banten, pada 12 April

2012, pukul 15.00 wib. 10

Wawancara penulis dengan Ust. Fadlan (Ketua Komisariat HTI UIN Jakarta), di Masjid

Baiturrahmah Legoso Kel. Pisangan Kec. Ciputat Kota Tangerang Selatan Prov. Banten. Pada 5

Febriari 2013, pukul 15.00 wib.

Page 16: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

5

yaitu Radio Dakwah dan Komunikasi (RDK) di fakultas dakwah dan komunikasi

UIN Jakarta.

Pola gerakan lainnya yang lakukan oleh HTI UIN Jakarta adalah dengan

memanfaatkan sumber daya organisasi. Pemanfaatan sumber daya organisasi ini

diwujudkan dalam bentuk perluasan subsistem-subsistem di internal organisasi,

seperti pembuatan kelompok-kelompok kecil yang memiliki relasi langsung dengan

HTI. Kelompok-kelompok ini di bentuk selain untuk pengembangan intelektual, juga

bertujuan untuk mengenalkan ide-ide HTI ke para mahasiswa. Beberapa sub

organisasi tersebut diantaranya adalah kelompok diskusi Gema Pembebasan yang

memliki agenda rutin setiap satu minggu satu kali, diskusi LISMA untuk kaum

perempuan HTI, Muslimah HTI, Muslim Science Comunity (MSC), SRIKAIA (Seri

Kajian dan Analisa), dan lain-lain.11

Pada 3 April 2013, kelompok diskusi Muslimah HTI UIN Jakarta mengadakan

dialog interaktif di Saung Bambu. INA Ciputat dan tema yang diangkat adalah

“Menjawab Pertanyaan Seputar Khilafah”.12

Aktivitas diskusi ini sengaja bersifat

terbuka, sehingga bagi siapa saja yang tertarik terhadap kajian keilmuan bisa mudah

bergabung didalamnya tanpa diberikan sekat-sekat golongan.

11

Wawancara penulis dengan Ust. Fadlan (Ketua Komisariat HTI UIN Jakarta), di Masjid

Baiturrahmah Legoso Kel. Pisangan Kec. Ciputat Kota Tangerang Selatan Prov. Banten, Pada 5

Febriari 2013, pukul 15.00 wib. 12

Muslimah HTI Chapter UIN Jakarta, “Dialog Interaktif:Menjawab Pertanyaan Seputar

Khilafah”, Pamflet , 10 April 2013, bg 1.

Page 17: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

6

Berkat pola gerakan tersebut HTI UIN Jakarta menjadi mudah dikenal oleh para

mahasiswa di kampus UIN Jakarta. Hal lain yang penting diperhatikan terkait

pengembangan organisasi HTI adalah strategi kaderisasi. Dalam melakukan

kaderisasi HTI memiliki strategi yang berbeda dengan organisasi-organisasi internal

kampus pada umumnya seperti Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII),

Himpunan Mahasiswa Indinesia (HMI), Lembaga Dakwah Kampus (LDK) dan lain-

lain. Di HTI calon kader tidak akan menemukan proses kaderisasi seperti LK

(Latihan Kader) di HMI atau MAPABA (Masa Pengkaderan Anggota Baru) di PMII.

Pada umumnya baik di PMII ataupun di HMI, setiap mahasiswa yang ingin menjadi

kader cukup dengan mengikuti MAPABA atau LK, setelah selesai mereka sudah bisa

dinyatakan sebagai kader.13

Meskipun di HMI maupun di PMII juga memiliki

tingkatan-tingkatan dalam proses kaderisasi namun tidak serumit seperti di HTI.

Di HTI proses kaderisasi terbagi ke dalam beberapa tahapan-tahapan yang harus

dilalui oleh calon kader. Setelah kader dinyatakan selesai mengikuti tahap-tahap yang

telah ditentukan, baru mahasiswa/anggota dinyatakan menjadi kader HTI. Tahapan

yang pertama biasanya dikenal dengan halaqah„am (pengajian sederhana untuk

peserta awal). Halaqah„am ini dilakukan sebanyak delapan kali pertemuan dengan

durasi waktu paling cepat delapan minggu. Setelah kader mengikuti halaqah„am,

biasanya darsin (peserta yang bersetatus sebagai pengkaji ide-ide HTI dalam

halaqah„am) diberikan penawaran apakah mereka setuju atau tidak dengan gagasan-

Page 18: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

7

gagasan HTI, apabila setuju maka darisin layak mengikuti tahap selanjutnya dan

apabila tidak, maka proses kaderisasi dihentikan.14

Potret seperti inilah yang menjadi pembeda HTI dengan organisasi-oragnisasi

lain pada umumnya. Selain memiliki pola gerakan dan strategi khusus HTI juga

terkenal dengan keberadaan para aktivis/kader yang konsisten, militan dan kritis yang

siap memperjuangkan ideologinya. Sumbangsih yang diberikan para aktivis terhadap

organisasi sangat berpengaruh besar terhadap pengembangan organisasi. Dalam

perspektif teori gerakan sosial, persoalan massa atau anggota diklasifikasikan ke

dalam kerangka konsep resouce mobilisation (mobilisasi sumber daya), yang menjadi

salah satu modal sosial bagi gerakan sosial. Keberadaan para anggota sangat penting

bagi gerakan sosial karena mereka akan berperan memobilisasi, mengkader, dan

menyebarkan ide-ide organisasi melalui proses interaktif.

Untuk memotret keterlibatan aktivis/anggota dalam melakukan mobilisasi dapat

dilihat ketika persiapan menjelang Mukhtamar Khilafah HTI pada 2013 di Gelora

14

Dalam proses halaqah„am ini biasanya terbagi ke dalam dua tahap. Tahap yang pertama

seorang calon anggota diwajibkan mengikuti halaqah‟am tahap pengenalan tentang HTI, tahapan ini

peserta halaqah tidak langsung mengkonsumsi/mengkaji kitab-kitab wajib HTI seperti Nizhamul Islam

(Peraturan Hidup dalam Islam), Nizhamul Hukmi fil Islam (Sistem Pemerintahan Islam), dll. Tetapi,

peserta awal hanya diberikan materi umum dan gambaran tentang HTI secara umum. Adapun waktu

yang diberikan untuk halaqah ini yaitu delapan minggu dari delapan kali pertemuan. Setelah tahapan

ini dilalui, maka peserta diberikan kesempatan untuk memilih apakah dia siap atau tidak mengikuti

halaqah selanjutnya dengan syarat harus komitmen dan setuju dengan ide-ide HTI bila peserta

menyatakan siap. Dalam halaqah „am lanjutan inilah peserta akan diwajibkan mengkaji kitab-kitab

HTI dan tentunya dengan waktu yang lebih panjang bahkan bisa menghabiskan waktu hingga hitungan

tahun. Wawancara penulis dengan Gustar (salah satu pembina halaqah „am HTI UIN Jakarta), pada 25

Maret 2013, pukul 20.00 wib, di Masjid Fathullah Komplek UIN Jakarta Kel. Pisangan Kec. Ciputat

Kota Tangerang Selatan Prov. Banten,.

Page 19: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

8

Bung Karno Senayan Jakarta. Dalam upaya mobilisasi massa, hampir seluruh aktivis

HTI di UIN Jakarta dilibatkan untuk berperan baik itu sosialisasi, perekrutan peserta,

maupun kepanitiaan di acara tersebut. Menurut keterangan Ust. Zen menyebutkan:

Dalam mukhtamar khilafah kali ini HTI UIN Jakarta menargetkan sekitar 700 lebih

peserta yang dihandle oleh HTI UIN Jakarta. Dan tadi pagi sudah ada beberapa bus

yang telah diberangkatkan yaitu bus khusus akhwat. Keseluruhan bus yang telah

disediakan sekitar 20 bus untuk wilayah ciputat dan HTI UIN sebagai

penanggungjawab nya.15

Keterangan yang dipaparkan di atas, merupakan sebuah prestasi yang cukup

gemilang bagi usaha mobilisasi. Bagaimana tidak, dalam tenggang waktu yang tidak

terlalu lama para aktivis HTI mampu memobilisasi massa yang relatif banyak.

Keberhasialan HTI dalam memobilisasi massa tidak terlepas dari peran aktivis yang

konsisten dan memiliki loyalitas tinggi terhadap organisasi. Selain dalam hal

mobilisasi, para aktivis juga terlibat dalam berbagai kegiatan HTI seperti

halaqah‟am, pengajian lesehan, dan sosialisasi tentang ide-ide HTI baik melalui

lisam maupun tulisan.

Misi besar HTI adalah membangun sebuah tatanan masyarakat secara global

yang diatur oleh syari‟at Islam. Bagi HTI, sebuah tatanan masyarakat yang Islami

akan terwujud jika di dukung oleh keberadaan struktur politik Islam. Maka dari itu,

15 Wawancara dilakukan ketika menjelang keberangkatan rombongan HTI UIN Jakarta.

Dalam keterangan Ust. Zen, tidak disebutkan berapa peserta yang sudah pasti ikut dalam acara tersebut

meskipun HTI menargetkan 700 lebih peserta dari Ciputat dan UIN Jakarta. Dalam pantauan penulis,

peserta yang ikut cukup banyak dan hampir mendekati mendekati dengan jumlah yang Zen

kemukakan. Namun, dalam temuan penulis meskipun jumlah yang ikut cukup banyak tetapi peserta

yang ikut tidak semua menyandang status HTI/kader HTI tapi ada sebagaian dari peserta sengaja

didatangkan dan statusnya sebagai undangan. Wawancara penulis dengan Ustdz. Zen (salah satu

koordinator Mukhtamar Khilafah UIN Jakrta), pada 2 Juni 2013, pukul 05.30 wib, di depan Masjid

Fathullah Komplek UIN Jakarta Ke. Pisangan Kec. Ciputat Kota Tangerang Selatan Prov. Banten.

Page 20: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

9

HTI menawarkan struktur politik Khilafah Islamiyah sebagai satu-satunya sistem

politik yang dapat menciptakan tatanan Islami, sistem khilafah juga diyakini sebagai

sistem yang bersumber dari al-qur‟an dan sunah.16

Penerimaan HTI terhadap institusi khilafah secara total merupakan bagian dari

indikator bahwa mereka memahami teks keagamaan atau doktrin agama itu secara

skriptual.17

Selain dimensi politik, HTI juga sangat berhati-hati dalam menyikapi

segala macam gagasan-gagasan Barat. Sikap ekslusif ini diekspresikan ke dalam

bentuk penolakan mereka terhadap ide-ide dari Barat, seperti demokrasi, komunisme,

matrealisme, kapitalisme, pluralisme, liberalisme dan isme-isme lainnya.18

Sikap HTI yang menolak gagasan-gagasan Barat dan cenderung tektual dalam

memahami doktrin agama tersebut telah menjadi karakter tersendiri bagi kelompok

ini. Maka dari itu, sebagian para sarjana ilmu sosial-keagamaan mengelompokan HTI

ke dalam kerangka konseptual gerakan fundamentalis Islam.

Dalam menyikapi Islam fundamentalis, dikalangan para sarjana memang masih

mengundang kontoversi. Tidak sedikit para sarjana yang menolak terhadap istilah

fundamentalis untuk disejajarkan dengan fenomena gerakan Islam. Seperti halnya

Martin Van Bruessen mengatakan bahwa: “Penerapan terminologi fundamentalis dalam

16

Arifin, Ideologi dan Praksis Gerakan Sosial Kaum Fundamentalis: Pengalaman Hizb al-

Tahrir Indonesia, h. 100. 17

Skriptual yang di maksud adalah cara memahami atau mengartikan teks keagamaan secara

harfiah atau mereka menolak segala bentuk penafsiran yang bersifat aqliyah dan kontekstual, karena

dihawatirkan dapat mengurangi otensititas teks agama. Lihat Nurkhakim, Islam Tradisi dan

Reformasi: Pragmatisme Agama dalam Pemikiran Hasan Hanafi, h. 35-42. 18

Arifin, Ideologi dan Praksis Gerakan Sosial Kaum Fundamentalis: Pengalaman Hizb al-

Tahrir Indonesia, h. 95-98.

Page 21: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

10

konteks Islam menimbulkan beberapa asosiasi, bagaimanapun kita berusaha

mendeskripsikannya akan tampak sulit difahami”.19

Selain Van Bruisen, pemikir lain seperti Khursid Ahmad menolak dengan alasan

istilah fundamentalisme adalah tradisi Kristen Barat, jika tetap digunakan berarti

terjadi pemerkosaan yang besar-besaran terhadap sejarah.20

Merujuk pada pendapat para sarjana di atas, menghubungkan HTI dengan

gerakan fundamentalisme Islam memang bukanlah perkara mudah sebab dari sisi

historis, karakter, tempat dan rentang waktu pertumbuhan gerakan tersebut sudah

berbeda. Sebagaimana telah umum diketahui bahwa gerakan fundamentalis lahir dari

tradisi gereja Protestan di Barat (Amerika) pada paruh abad ke-19 dan permulaan

abad ke 20-an.21

Lain halnya dengan gerakan HTI, mereka lahir dan berkembang

seiring dengan kemunculan gerakan-gerakan Islam kontemporer di Timur Tengah

sekitar tahun 1952. Selanjutnya Hizbut Tahrir ditransfer ke Indonesia sekitar

1982/1983, dan mendapatkan penambahan nama Indonesia pada akhir kata tersebut

sebagai penunjuk identitas suatu negara.22

Meskipun banyak sarjana yang menolok kedua istilah disejajarkan, namun ada

pula sarjana yang justru menerima kedua istilah itu disejajarkan. Di antara para

19

Ufi Ulfiyah, “Fundamentalisme Islam: Analisis Wacana Jurnal Taswirul Afkar Edisi ke-13

Tahun 2012”, (Skripsi SI Fakultas Dakwah dan Komunikasi, 2008), h. 39. 20

Khursid Ahmad, Sifat Kebangkitan Islam, John L Esposito (ed). Dinamika Kebangkitan

Islam, trj. Hasan (Jakarta: Rajawali Perss, 1985), h. 283. 21

Karen Amstrong, Berperang Demi Tuahan, trj. Satrio Wahono, dkk. (Bandung: Mizan,

2001), h. 10. 22

Rahmat, Arus Baru Islam Radikal: Transmisi, Revivalisme Islam Timur Tengah ke

Indonesia, h. 100.

Page 22: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

11

sarjana yang setuju adalah Roxanne L. Euben dan Bassam Tibi. Menurut kedua

sarjana tersebut bahwa fundamentalisme merupakan kelompok dan gerakan religio-

politik yang berusaha mengubah sistem sekuler dengan sistem politik yang

didasatkan pada agama.23

Senada dengan Euben dan Tibi, sarjana lain seperti Leonard

Binder mendefinisikan fundamentalisme di dunia Islam bertujuan menetapkan

tatanan politik Islam yang mana syari‟ah akan diakui secara umum dan dilaksanakan

sebagai sebuah hukum secara legal.24

Berdasarkan pandangan dari para sarjana di atas, paling tidak penulis sudah

sedikit mendapatkan dukungan teoritis untuk menggabungkan kedua istilah yang

berbeda tersebut. Apabila HTI telah dapat diklasifikasikan ke dalam kerangka konsep

gerakan fundamentalis, maka usaha selanjutnya penulis akan menghubungkan

fenomena HTI ke dalam konteks sosial di UIN Jakarta.

Sebagaimana telah umum diketahui bahwa UIN Jakarta adalah kampus Islam

yang sedang melakukan proses modernisasi pendidikan. Secara teoritis moderenisasi

bertujuan untuk merubah sebuah tatanan yang dianggap kolot, fundamental, tradisionl

ke dalam tatanan yang dianggap modern sesuai dengan perkembangan zaman.

Logikanya, apabila istilah moderenisasi dihadapkan dengan istilah fundamental yang

23

Dikutip dari Arifin, Ideologi dan Praksis Gerakan Sosial Kaum Fundamentalis:

Pengalaman Hizb al-Tahrir Indonesia, h. 320. 24

Ulfiyah, “Fundamentalisme Islam: Analisis Wacana Jurnal Taswirul Afkar Edisi ke-13

Tahun 2012”, h. 41.

Page 23: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

12

lebih mencerminkan tradisional maka akan terjadi benturan yang mengarah pada

pengkikisan nilai-nilai, nilai tradisional oleh modern atau pun sebaliknya.

Dalam skripsi ini HTI diklasifikasikan sebagai gerakan Islam yang

merepresentasikan nilai-nilai fundamental. Lain halnya dengan UIN Jakarta, ia adalah

institusi pendidiakan yang mengusung proses moderenisasi dalam berbagai aspek

baik secara struktural maupun kultural. Oleh karena itu, tidak menuntut kemungkinan

akan terjadi pembendungan ruang gerak bagi pertumbuhan gerakan Islam

fundamental termasuk HTI.

Untuk membenarkan hipotesis di atas, maka skripsi ini akan menganalisis

keberadaan HTI di kampus UIN Jakarta. Adapun tema masalah yang akan di kaji

dalam skripsi ini adalah: “Gerakan Islam Fundamentalis di Perguruan Tinggi” Studi

Tentang (Pola gerakan dan Strategi Kaderisasi Hizbut Tahrir Indonesia di Kampus

UIN Jakarta)

B. Pertanyaan Penelitian

Gerakan HTI adalah gerakan Islam yang tergolong aktif melakukan kaderisasi

di hampir seluruh kampus-kampus di Indonesia. Di UIN Jakarta organisasi HTI

merupakan organisasi yang juga terbilang berhasil dalam menjalankan aktivitas

keorganisasian seperti proses kaderisasi, penyebaran opini, pengembangan sumber

daya organisasi, maupun dalam penyeberan gagasan-gagasan ke HTI-an (Ideologi,

visi-misi, pola keberagamaan, orientasi politik dll).

Page 24: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

13

Agar penelitian ini bersifat sistematis dan objektif, maka perlu dirumuskan

beberapa pertanyaan yang menjadi fokus dalam skripsi ini:

a. Bagaimana pola gerakan dan strategi kaderisasi HTI di kampus UIN

Jakarta ?

b. Faktor apa saja yang menjadi pendukung keberadaan HTI di kampus UIN

Jakarta ?

c. Apakah di UIN Jakarta telah terjadi pertumbuhan gerakan

fundamentalisme Islam ?

C. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian skripsi ini yaitu untuk mengetahui pola gerakan

dan strategi kaderisasi HTI dan mengetahui faktor apa saja yang menjadi pendukung

keberadaan HTI di kampus UIN Jakarta. Selanjutnya, mengingat UIN Jakarta adalah

kampus Islam yang sedang melakukan proses moderenisasi di berbagai sektor, maka

penelitian ini juga bertujuan untuk mengetehui apakah di UIN Jakarta terjadi

peretumbuhan gerakan Islam fundamentalis serta mencari beberapa indikator nya.

2. Manfaat

Manfaat dari penelitian ini untuk menambah wawasan mahasiswa pada

umumnya dan bagi penulis pribadi pada khususnya bahwa gerakan HTI di kampus

UIN Jakarta memiliki berbagai pola dan strategi tersendiri dalam mengembangkan

organisasinya. Kemudian UIN Jakarta yang statusnya sebagai kampus modern juga

Page 25: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

14

tidak luput dari tumbuhnya gerakan Islam fundamentalis didalamnya. Maka dari itu,

perlu kita amabil hikmah dari fenomena tersebut sebagai tambahan pengetahun

khususnya dalam mengembangkan ilmu sosial dan politik.

D. Tinjauan Pustaka

Dewasa ini telah terdapat banyak penelitian yang mengkaji masalah gerakan

sosial keagamaan dengan mengambil objek penelitian tentang HTI. Di antara

penelitian tersebut yang mendekati dengan penelitian penulis saat ini adalah

penelitian Syamsul Arifin yang bertema Ideologi dan Praksis Gerakan Sosial Kaum

Fundamentalis: Pengalaman Hizb al-Tahrir Indonesia. Peneliian Arifin dilakukan di

kampus-kampus di Malang, khususnya UIN Malang pada 2005. Arifin melakukan

analisis mendalam tentang ideologi HTI dan berusaha untuk menghubungkan HTI

dengan gerakan fundamentalis terutama pada analisis ideologi. Kemudian, Arifin juga

berupaya memaparkan penemuannya terkait dengan pola gerakan HTI di kampus-

kampus di Malang.

Sisi pembeda yang akan coba peneliti lakukan terkaiat penelitian skripsi ini

dengan penelitaian Arifin adalah penulis mengambil lokasi di kampus UIN Jakarta

dan daerah Jakarta. Dengan mengambil lokasi yang berbeda, paling tidak akan

nampak perbedaan terhadap ruang, mengingat jarak antara Malang dan Jakarta cukup

jauah. Kemudian durasi waktu yang dilakukan Arifin pada 2005 cukup jauh dengan

yang dilakukan penulis di 2013. Sebagaimana halnya sejarah, setiap ruang dan waktu

Page 26: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

15

pastinya akan meniscayakan pengalaman-pengalaman baru yang berbeda pengalaman

sebelumnya. Secara substansi penelitian ini hanya akan berfokus pada strategi

kaderisasi dan pola-pola gerakan, sehingga ini akan berbeda dengan penelitian Arifin

yang memfokskan tidak hanya pada pola gerakan tetapi Arifin lebih meluas dan

menekankan dimensi ideologi HTI.

Selain Arifin, penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Aat Yuliawati, yang

meneliti tentang eran Dakwah HTI di Lingkungan Kampus UIN Jakarta. Penelitian

yang dilakukan Aat dilakukan pada 2009, dan memfokuskan penelitiannya pada

materi-materi isi dakwah HTI di Kampus UIN Jakarta sebagai fokus analisisnya.

Meskipun penelitian ini mengambil objek yang sama dan tempat yang sama, namun

fokus penelitian penulis dengan Aat terdapat sisi perbedaannya yaitu, penelitian

penulis lebih fokus pada pola gerakan dan strategi HTI dalam melakukan kaderisasi,

sedangkan Aat memfokuskan pada materi dakwah HTI. Maka dari itu, penelitian

yang akan dilakukan penulis akan nampak jelas perbedaannya.

Adapun Imdadun Rahmat dalam dalam bukunya Arus Baru Islam radikal:

Transmisi, Revivalisme Islam timur Tengah ke Indonesia, juga pernah menyinggung

tentang HTI, namun Rahmat mengutarakan HTI dalam konteks general. Rahmat

melakukan analisis relasional antara gerakan-gerakan Islam Indonesia dan Timur

Tengah yang kemudian disimpulkan pada konsep revivalisme Islam transnasional.

Selain Rahmat, penelitian serupa juga dilakukan oleh M. Zaki Mubarak dalam buku

Geneologi Islam Radikal Indonesia: Gerakan, Pemikiran dan Prospek Demokrasi.

Page 27: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

16

Karya Mubarak, juga hampir serupa dengan Rahmat, yakni kedua peneliti tersebut

meletakan HTI ke dalam konteks yang lebih general. Keduanya tidak mengangkat

satu objek tunggal, sehingga penelitiannya terlihat hanya mendeskripsikan saja.

Namun, usaha yang dilakukan kedua peneliti tersebut patut diapresiasi karena

keduanya telah memberikan sumbangsih yang besar terhadap pengetahuan akademisi

dan kontribusi refrensi tentang gerakan sosial. Oleh karena itu, penelitian yang

dilakukan penulis saat ini tidak lepas dari kontribusi para sarjana di atas, khususnya

dalam hal pemberian refrensi.

E. Kerangka Teoritis

1. Teori Fundamentalis Islam

Menghubungkan gerakan Hizbut Tahrir Indonesia dengan gerakan

fundamentalis bukanlah perkara yang mudah bagi siapapun yang tertarik meneliti

kedua gerakan ideologis tersebut. Dalam wacana gerakan-gerakan sosial kedua

gerakan di atas (HizbutTahrir dan fundamentalis) tersebut nampak jelas sisi

perbedaannya baik secara historis maupun dari sumber keduanya dilahirkan. Selain

itu, Penelaahan para sarjana mengenai gerakan Islam fundamentalis masih

mengundang pro dan kontra. Terlebih gerakan fundamentalis seolah sudah terlanjur

tercederai oleh stigma negatif, sehingga cukup sulit bagi penulis untuk

menghubungkan kedua gerakan ini dengan gerakan Islam.

Berangkat dari teoritisasi Eumen dan Tibi, yang menggolongkan

fundamentalisme sebagai gerakan-religio politik dan berorientasi membangun sebuah

Page 28: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

17

tatanan politik agama, maka langkah penulis meletakan fundamentalisme sebagai

kerangka teori dalam penelitian ini sedikit banyak telah menuai dukungan teoritis.25

Adapun soal istilah fundamentalisme dalam penelitian ini digunakan hanya sebagai

tipe ideal (ideal type), agar cara penggunaannya lebih fleksibel, sehingga dengan

meletakan HTI sebagai ideal type, maka akan mempermudah penulis

menghubungkan gerakan HTI ke dalam kerangka fundamentalisme.

Cara kerja peletakan ideal type yang dilakukan penulis adalah dengan

mengidentifikasi berbagai karakteristik yang dianggap memiliki kesamaan yang satu

dengan yang lain. Tentu saja berbagai kriteria HTI yang sama dengan gerakan

fundamentalis tidak bisa dijadikan patokan untuk menilai apakah HTI dapat

dikatagorikan fundamentalis atau tidak. Namun, berbagi ciri-ciri tertentu semata-mata

berfungsi sebagai woring hypothesis untuk membantu melihat persoalan yang

mengandung kemiripan-kemiripan. Dengan kata lain, jika suatu fenomena

kaberagamaan hanya memenuhi satu atau dua kriteria bukan berati dia tidak dapat

diasosiasikan pada suatu golongan tertentu (fundamentalis). Sebaliknya, bila

fenomena tersebut memiliki kriteria lebih dari tiga, ia juga tidak dapat dikeluarkan

dari katagori kelompok tertentu (fundamentalis).

Penelitian yang dilakuakan Martin E. Marty dan R. Scott Appleby, ketika

meneliti tentang fundamentalisme dan radikalisme menunjukan cara pendekatan yang

25

Dikutup dari Arifin, Ideologi dan Praksis Gerakan Sosial Kaum Fundamentalis:

Pengalaman Hizb al-Tahrir Indonesia, h. 320.

Page 29: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

18

hampir sama. Dalam menjelaskan istilah “fundamentalisme”, mereka tidak sekedar

mendaftar kriteria-kriteria yang mencari istilah tersebut. Lebih dari itu, mereka

meletakan kriteria fundamentalisme dalam kerangka ideal type agar cara

penggunannya lebih fleksibel.26

2. Teori Gerakan Sosial

Sebagaian kalangan dari para sarjana ilmu sosial umumnya memiliki

perbedaan pandangan ketika memahami gerakan sosial. Namun, dari berbagai

perbedaan itu ada semacam kesepakatan yang muncul di kalangan mereka yaitu

terkait dengan tiga faktor: kesempatan politik (political opportunities), mobilisasi

sumber daya (resource mobilitation), dan proses pembingkaian (framing processes).

Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan ketiga faktor yang muncul

dalam studi gerakan sosial sebagai bagian dari media analisis untuk mengetahui

berbagai masalah yang menjadi fokus penelitian ini. Seperti pada umumnya para

peneliti gerakan sosial, penelitian ini juga akan berangkat dari analisis kemunculan

sebuah gerakan sosial dalam hal ini HTI di kampus UIN Jakarta.

Untuk mendeteksi kemunculan gerakan sosial tersebut, maka akan diletakan

pendekatan struktur kesempatan politik (political opportunity structure) yang

bertujuan untuk menganalisis kontek sosial dari kemunculan gerakan sosial. Argumen

26

Bahtiar Efendy dan Hendro Prasetyo, ed., Radikalisme Agama (Jakarta: PPIM, 1998),

h.xvii-xix.

Page 30: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

19

utama dari pendekatan ini adalah bahwa berhasil atau tidaknya aktivis gerakan dalam

mengembangkan klaim-klaim tertentu, atau mobilisasi massa/suporter dan

menyebarkan pengaruh sangat tergantung pada konteks sosial-politik.27

Adapun

wilayah kerja pendekatan ini penulis gunakan hanya pada konteks mikro yaitu hanya

pada scope HTI di kampus UIN Jakarta. Variabel selanjutnya yang tidak kalah

penting untuk digunakan dalam penelitian ini adalah studi tentang alat atau instrumen

atau mekanisme relasional dalam rangka menyediakan infrastruktur pendukung yang

mereka butuhkan. Paling tidak terdapat tiga elemen penting dalam infrastruktur: basis

keanggotaan, jejaring komunikasi, dan pimpinan atau tokoh gerakan.28

Studi tentang

alat atau instrumen ini dikenal sebagai mobilisasi sumber daya .29

Selain dimensi-dimensi kesempatan politik dan mobilisasi sumber daya,

dalam teori gerakan sosial dibutuhkan untuk mengkaji bagaimana individu-individu

peserta mengkonseptualisasikan diri mereka sebagai suatu kolektivitas. Selain itu,

gerakan sosial juga penting untuk mengetahui bagaimana para calon peserta

diyakinkan untuk berpartisipasi, dan cara dimana makna diproduksi, diartikulasikan

dan disebarkan oleh aktor-aktor gerakan melalui proses interaktif. Dalam

perkembangan sebuah teoritis terhadap gerakan-gerakan sosial, minat ini umumnya

mewujudkan melalui studi tentang framing (pembingkaian).

27

Mukhtadi, Dilema PKS: Suara dan Syariah, h. 20. 28

Ibid., h. 22. 29

Wiktorowicz, Aktivisme Islam: Pendekatan Teori Gerakan Sosial, h. 32-39

Page 31: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

20

Trend pembingkain ini akan coba penulis gunakan sebagai alat analisis dalam

penelitian ini. Di beberapa aksinya HTI UIN Jakarta sering melakukan proses

framing untuk memobilisasi anggota, seperti terlihat dalam pembingkain terhadap

isu-isu nasional maupun internasional.

3. Strategi

Dalam penelitian ini, HTI diklasifikasikan sebagai salah satu dari eksemplar

kelompok fundamentalisme Islam dan ingin dipahami melalui perspektif teori

gerakan sosial. Dalam teori gerakan sosial dikemukakan bahwa, selain ideologi

gerakan sosial juga dipengaruhi oleh basis massa dan strategy for action.30

Sebagaimana disebutkan di atas, massa dalam gerakan sosial memiliki posisi

penting karena melalui kekuatan massa atau kader, suatu gerakan akan lebih mudah

untuk mencapai tujuan yang dirumuskan dalam ideologi. Selanjutnya, karena

keberadaan massa/kader sangat amat penting maka gerakan sosial juga meniscayakan

pada strategi yang dirancang secara cermat. Strategi ini berkaitan dengan tata cara

untuk memperluas basis massa, pembinaan, serta strategi lainnya yang bisa

mengarahkan gerakan sosial agar bisa meraih tujuan secepat-cepatnya.

Mengingat pentingnya sebuah strategi, maka HTI sebagai gerakan sosial

membutuhkan strategi-strategi untuk membina dan memperluas basis massa nya.

30

Arifin, Ideologi dan Praksis Gerakan Sosial Kaum Fundamentalis: Pengalaman Hizb al-

Tahrir Indonesia, h. 68.

Page 32: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

21

Penelitian ini akan meletakan strategi ke dalam satu kerangka teori secara terpisah,

agar mampu menggambarkan dengan komprehensishif bagaimana strategi HTI

dalam merekrut kader-kadernya. Langkah seperti ini, berawal dari asumsi bahwa HTI

dikenal sebagai organisasi yang cukup selektif dalam merekrut kader-kadernya,

namun selektifitas terhadap perekrutan kader ini justru membuat HTI terbilang sukses

dalam merekrut anggota.

F. Metode Penelitian

Adapun metode yang digunakan oleh penulis dalam menyusun skripsi ini

adalah library research dan observasi. Adapun library reseach yaitu metode

penelitian yang menggunakan teknik pengumpulan data dengan memanfaatkan

berbagai sumber pustaka yang berkaitan dengan permasalahan penelitian baik dari

buku-buku, media masa, ataupun jurnal, yang membicarakan tentang subjek yang

dituju.31

Kemudian metode observasi yaitu penulis melakukan upaya pencaharian

data dengan cara terlibat langsung di lapangan dalam beberapa kegiatan-kegiatan HTI

dan penulis melakukan wawancara pada beberapa responden yang dianggap

representatif dengan penelitian yang penulis lakukan.

Penelitian gerakan sosial ini juga bersifat kualitataif yang berangkat dari

generalisasi empiris atau realitas sosial sejarahnya. Realitas-realitas tersebut

dideskripsikan dan dianalisis secara komprehensif. Aspek yang bersifat fenomenal

31

Mohamad Kasiram, Metodelogi Penelitian: Refleksi Pengembangan Pemahaman dan

Penguasaan Metodelogi Penelitian, (Malang: UIN Press, 2008), h. 111.

Page 33: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

22

juga dideskripsikan dan ditelaah secara kritis. Penelitian kualitatif adalah prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif, ucapan atau tulisan, dan prilaku yang

dapat di amati dari subjek itu sendiri. Pendekatan ini menunjukan langsung dari

setting itu secara keseluruhan. Subjek setudi baik berupa organisasi, lembaga, atau

pun individu tidak di persempit menjadi variabel yang terpisah atau menjadi

hipotesis, tetapi dipandang sebagai bagian dari satu keseluruhan.32

Metode kualitatif dengan teknik pembahasan deskriptif analitis ini bertujuan

untuk menggambarkan pola gerakan Hizbut Tahrir Indonesia dan faktor pendukung

gerakan mereka di Kampus UIN Jakarta. Kemudian penulisan dalam skripsi ini

disesuaikan dengan standar karya ilmiah (skripsi, tesis, dan desertasi) yang

diterbitkan Center for Quality Development and Assurance (CeQDA) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Teknik penulisan ini yang digunakan adalah merujuk pada

pedoman penulisan skripsi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta 2011. Selain itu penulis juga mewawancarai sejumlah pengurus organisasi

HTI khususnya yang masuk pada struktur organisasi HTI di lingkungan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Dalam hal ini, penulis akan menanyakan seputar pola gerakan

dan faktor yang mendukung HTI di lingkungan kampus UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Jawaban dari pengurus HTI tersebut akan dijadikan sumber rujukan data

analisa untuk menambahkan referensi dalam skripsi ini. Penulis paling tidak

32

Burhan Bungin, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Aktualisasi Metodelogis Ke Arah Ragam

Farian Kontemporer, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), h. 31.

Page 34: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

23

mewawancarai ketua atau anggota yang memiliki posisi strategis dalam kepengurusan

HTI di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

G. Sistematika Penelitian

Untuk memudahkan pembahasan skripsi ini maka penulis menggunakan

beberapa hal tentang sistemmatika penulisan dan disusun menurut bab per bab.

Kemudian dijelaskan sub per seb dari setiap tema pembahasan. Bab I, merupakan

pendahuluan yang mencakup tentang penyataan masalah, pertanyaan penelitian,

tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teoritis, metedologi

penelitian dan sistematika penulisan. Bab II meliputi tinjauan teoritis yang

mengedepankan beberapa teori yaitu fundamentalisme, teori gerakan sosial yang

dilengkapi dengan beberapa sub tema yaitu struktur kesempatan politik, mobilisasi

sumberdaya dan pembingkaian dan teori strategi. Bab III, membahas tentang

gambaran gerakan Islam Hizbut Tahrir, sejarah Hizbut Tahrir di Indonesia, Hizbut

Tahrir di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Hizbut Tahrir Indonesia sebagai organisasi

yang berideologi Islam, visi dan misi HTI di Kampus UIN Jakarta.

Bab IV, menganalisa pola gerakan dan strategi kaderisasi HTI di Kampus

UIN Jakarta dengan sub tema masjid sebagai instrumen pengembangan jaringan

sosial HTI UIN Jakarta, memanfaatkan relasi personal (pertemanan dan keluarga),

membentuk kelompok studi dan memanfaatkan sarana kampus, pembingkaian isu

sebagai pola gerakan HTI UIN Jakarta, strategi kaderisasi HTI di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, tahapan pembinaan dan pengkaderan, tahapan berinteraksi

Page 35: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

24

dengan umat, tahapan pengambilan kekuasaan, faktor yang mendukung eksistensi

HTI di Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, jaringan, keberadaan aktivis

sebagai sumberdaya, dan eksistensi HTI sebagai indicator fundamentalisme Islam di

Kampus UIN Jakarta. Bab V, mengenai sumber-sumber dan rujukan yang dipakai

dan dukumpulkan dalam daftar pustaka.

Page 36: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

25

BAB II

TEORITIS

Berdasarkan pernyataan masalah yang telah dipaparkan dalam bab I bahwa

yang menjadi pertanyaan masalah dalam skripsi ini adalah bagaimana pola gerakan

dan strategi kaderisasi HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) di Kampus UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Selain itu, karena HTI adalah organisasi yang eksis relatif lama,

maka penulis akan mencari faktor-faktor pendukung keberadaan HTI di kampus UIN

Jakarta.

Selanjutnya dalam skripsi ini HTI juga digolongkan sebagai eksemplar dari

gerakan fundamentalisme Islam. Oleh karena itu, penting kiranya penilitian ini

menyinggung soal fundamentalisme Islam yang kemudian akan dicari relevansinya

dengan gerakan HTI. Untuk itu, penulis mengawali analisa bab ini dengan teori-teori

yang sekiranya mendukung pembahasan pada masalah-masalah tersebut. Teori yang

digunakan penulis akan diawali dengan teori yang bersifat umum kemudian diikuti

dengan teori-teori yang lebih spesifik penunjang skripsi ini.

Sebagaimana telah disebutkan dalam bab sebelumnya bahwa menghubungkan

gerakan fundamentalis dengan HTI bukanlah pekerjaan yang mudah. Dalam wacana

gerakan sosial kedua gerakan ideologis tersebut terlihat jelas dimensi perbedaannya

baik secara historis, kultural, maupun sumber kedua gerakan itu dilahirkan.

Memahami kata “fundamentalis” sebenarnya telaah penulis masih berkutat pada

Page 37: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

26

tataran kata yang masih belum dikonotasikan pada suatu objek khusus. Namun,

berbeda dengan gerakan Hizbut Tahrir Indonesia yang telah memiliki sifat khusus

karena kata ini telah merujuk pada suatu objek tentang kelompok tertentu. Kata

fundamentalis kemudian akan menjadi bermakna ketika dialamatkan pada suatu

peristiwa khususnya pada term gerakan keagamaan yang melibatkan sekte kristen

Protestan di Amerika pada abad ke-19 dan permulaan abad ke 20.1

Bersumber dari fenomena ini, maka oleh para sarjana ilmu sosial dan

keagamaan term fundamentalis memiliki makna dan merujuk pada suatu kelompok.

Gerakan fundamentalis Barat yang jelas-jelas berbeda dengan Hizbut Tahrir yang

lahir dan berkembang dalam tradisi Islam di Timur Tengah. Pada tahun 1982/1983

gerakan ini ditransfer ke Indonesia dengan sebutan HTI.2 Berangkat dari perbedaan di

atas, maka dibutuhkan dalam melakukan analisis empiris terkait kedua masalah

tersebut.

A. Teori Fundamentalisme

Sejak pertama kali dibentuk HTI telah menyebut identitas mereka sebagai

gerakan politik, bahkan para aktivis HTI mengaku bahwa HTI adalah nereka adalah

sebuah partai politik. Oleh karena itu, pola gerakan yang dibangun oleh HTI

dimanapun mereka berada selalu bersifat politis. Selain membentuk identitas politik

1 Karen Armstrong, Berperang Demi Tuhan, trj. Satrio Wahono, dkk. (Bandung: Mizan,

2001), h. 10 2 Imdadun Rahmat, Arus Baru Islam Radikal: Transmisi, Revivalisme Islam Timur Tengah ke

Indonesia,(Yogyakarta: LKIS, 2008), h. 100.

Page 38: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

27

HTI juga banyak bergerak dalam ranah sosial-keagamaan sehingga sebagaian sarjana

mengasumsikan bahwa HTI sebagai gerakan keagamaan dan politik.

Sebagai gerakan politik ideologi yang dibangun HTI adalah ideologi Islam

artinya nilai-nilai Islam menjadi ruh untuk membangun sepirit perjuangan bagi HTI

serta Islam diyakini dapat mempersatukan umat di seluruh dunia Khilafah Islamiyah.3

Untuk memperkokoh keyakinan terhadap ideologi Islam An-Nabhani menegaskan:

Kami meyakini, bahwa filsafat kebangkitan Islam yang hakiki sesungguhnya bermula

dari adanya sebuah mabda (ideologi) yang menggabungkan fikrah dan tariqah secara

terpadu, ideologi tersebut adalah Islam. Sebab, Islam pada hakikatnya adalah sebuah

aqidah yang melahirkan peraturan untuk mengatur seluruh urusan negara dan umat,

serta merupakan pemecahan untuk seluruh msalah kehidupan.4

3 Menurut bahasa,kata khilafah berasal dari bahasa Arab khalafa ,yakhlifu,khilafatan yang

artinya menggantikan atau menjadi khalifah atau penguasa .Kata khalafa dapat diartikan kekuasaan

atau pemerintahan. Sedang menurut istilah ,khilafah yaitu susunan pemerintahan yang diatur menurut

ajaran Islam,dimana aspek-aspek yang berkenaan dengan pemerintahan seluruhnya berlandaskan

ajaran Islam. Bentuk khilafah yang benar-benar murni berlandaskan hukum-hukum Al Quran dan

sunnah pernah dilaksanakan pada masa Rasulullah SAW. Dan masa khulafaur rasyidin,dimana hukum-

hukum Al Quran dan As Sunnah benar-benar diikuti dan ditaati secara konsisten oleh seluruh kaum

muslimin. Khilafah dapat diwujudkan dan ditegaskan oleh umat Islam sendiri dan tidak mungkin hal

itu terwujud tanpa kemauan dan kehendak umat Islam yang bersangkutan.Adanya khilafah memang

sangat dibutuhkan oleh umat Islam ,sebab menyangkut segala aspek kehidupan umat Islam itu sendiri

,tanpa adanya khilafah ,kehidupan bersama umat Islam tidak akan teratur,kemakmuran bersama tidak

akan tercapai,bahkan eksistensi Islam dan umatnya dapat terancam. Konsep khilafah Islamiyah dewasa

ini mengandung dua pengertian yaitu a. Negara Islam yaitu negara yang sumber hukum atau undang-

Undangnya Al Qur an dan Sunnah dan dilaksanakan secara konsisten ,misalnya sekarang adalah Arab

Saudi. b. Negara Islam dalam arti negara yang mayoritas penduduknya Beragama Islam ,undang-

undangnya tidak secara eksplisit berdasarkan Al Qur an dan Sunnah,tetapi umat Islam menjalankan

agamanya dengan sebaik-bauknya .Misalnya sekarang adalah negara-negara Arab,Malaysia ,Iran

,Brunai Darussalam dan negara-negara anggauta Organisasi Konprensi Islam (OKI). Drs.Suyono,

Pengertian Khilafah Islamiyah, Internet di unduh pada 5 Februari 2013, dalam

http://suyono1978.blogspot.com/2012/06/pengertian-khilafah-islamiyah.html.

4 Syamsul Arifin, Ideologi dan Praksis Gerakan Sosial Kaum Fundamentalis: Pengalaman

Hizb al-Tahrir Indonesia,(Malang: Universitas Muhamadiyah Press, 2005), h. 100.

Page 39: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

28

Misi besar politik HTI adalah membangun tatanan sosial politik Islam

dibawah struktur politik khilafah Islamiyah.5 Oleh karena itu, HTI menolak konsep-

konsep politik di luar konsep politik Islam seperti demokrasi, monarki, presidensial,

negara bangsa (nation state) dan lain sebagainya. Selain itu, ideologi-ideologi politik

dari Barat seperti kapitalisme, komunisme, dan fasisme dianggap sebagai ideologi

kafir yang bertujuan untuk menghancurkan Islam dan bagi umat Islam harus waspada

dan menghindarinya.6

Barjuang melawan negera-negara kafir imprealis yang menguasai negara-negara Islam.

Mengahadapi segala macam bentuk penjajahan, baik yang berupa pemikiran, politik,

penjajahan, maupun militer. Menentang para penguasa di negeri-negeri Arab dan

negeri-negeri Islam lainnya yang menjadi tempat kegiatan HT, serta mengungkapkan

kejahatan mereka, memberi kritik, nasehat.Berusaha menghapus kekuasaannya dan

menggantikan dengan hukum-hukum Islam.7

Ciri politis yang terangkum dalam gerakan HTI selama ini diasumsikan oleh

sebagian para sarjana sebagai gerakan fundamentalis Islam. Adapun dalam skripsi ini,

menghubungkan gerakan HTI dengan gerakan fundamentalis Islam penulis berangkat

dari kerangka teori yang dikonseptualisasikan oleh Ronnex L. Euben dan Basam Tibi

yaitu fundamentalisme merupakan kelompok dan gerakan religio-politik yang

berusaha mengubah sistem sekuler dengan sistem politik yang didasarkan pada

5 Farid Wadjidi, “Mengenal Hizbut Tahrir,” al-Wa’ie, 20 Maret 2005, 55

6KH.Shiddiq al-Jawi, “Islam Menolak Demokrasi”al-Wa’ie, 1-31 Maret 2013, 18-21.

7 Anonim, Mengenal Hizb al-Tahrir: Partai Politik Islam Ideologis (Bogor: Pustaka Thariqul

Izzah, 2012), h. 38.

Page 40: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

29

agama.8 Di antara kedua sarjana tersebut sama-sama meletakan perhatiannya pada

unsur politik ketika mendefinisikan gerakan fundamentalisme Islam.

Selain kedua pemikir di atas, Syamsul Arifin menyebutkan beberapa aspek

penting untuk menghubungkan gerakan Islam dengan gerakan fundamentalis.

Pertama, meskipun tetap mempertahankan motivasi keagamaan, fundamentalisme

juga memiliki aspek politik. Dalam pandangan kaum fundamentalis, keselamatan

tidak hanya bisa didapatkan dengan pengasingan diri dari urusan duniawi, melainkan

harus didapat dengan melibatkan diri dalam urusan dunia (institusi dunia). Kedua,

fundamentalisme dibatasi pada faham dan gerakan kembali pada tradisi religious

skriptual dan sebagai konsekuensinya mereka menolak segala bentuk interpretasi.

Dengan sikap yang seperti itu fundamentalisme diposisikan sebagai kelompok yang

menolak pluralisme. Ketiga, kelompok fundamentalisme selain memiliki sikap yang

keras dan reaksioner terhadap modernisme, tetapi mereka juga sebagai ekspresi dari

moderenitas.9

Dari pemaparan di atas penulis meletakan aspek politik sebagai cara untuk

menghubungkan HTI dengan gerakan fumdamentalis. Selain itu, karakter lainya yang

biasa dihubungkan antara HTI dan gerakan fundamentalis adalah sikap mereka yang

anti terhadap ideologi-ideologi Barat seperti fasisme, kapitalisme, komunisme,

sekulerisme, dan lain-lain. Kemudian, jika kita menoleh pada apa yang di kemukakan

8 Arifin.,Ideologi dan Praksis Gerakan sosial Kaum Fudamental: Pengalaman Hizb al-Tahrir

Indonesia, h. 52. 99

Ibid.,54-55.

Page 41: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

30

oleh Arifin di atas, maka terdapat karakter yang sama antara HTI dengan gerakan

fundamentalis yaitu adanya faham kembali kepada tradisi religius, artinya kedua

gerakan ini memandang bahwa setiap perkara yang terjadi di dunia ini baik itu soal

agama, sosial, ekonomi, budaya maupun politik agama diyakini sebagai solusi untuk

mengatasi masalah.

Meskipun wacana gerkan fundamentalisme Islam sendiri masih mengundang

kontroversi dikalangan para sarjana gerakan sosial. Kesulitan para sarjana untuk

menghubungkan wacana gerakan fundamentalis dengan gerakan Islam terletak pada

beberapa faktor diantaranya adalah dimensi historis, ruang dan waktu istilah itu

dikembangkan.

Secara historis kedua istilah tersebut sangat jelas perbedaannya. Sebagaimana

telah umum diketahui bahwa gerakan fundamentalisme lahir dari tradisi Kristen yang

merujuk pada gerakan keagamaan dalam sekte Kristen Protestan Amerika yang

muncul sekitar abad ke 19 dan permulaan abad ke 20.10

Selanjutnya sebagai istilah,

fundamentalisme diadopsi dari buku yang berjudul The Fundamentals: A Testimony

to The Truth, sebuah kumpulan yang berasal dari para teolog konservarif.11

Dalam tradisi kristen sendiri kemunculan gerakan fundamentalisme

merupakan bentuk reaksi terhadap banyak hal, seperti berkembangnya kajian kritik

terhadap injil, populernya teori Darwin, perseteruan antara sains versus teologi. Kaum

10

Armstrong, Berperang Demi Tuhan, h. 10. 11

Ibid., h. 267-268.

Page 42: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

31

fundamentalis memiliki doktrin yang disebut five point of fundamentalism. Lima

doktrin itu adalah; 1) Injil tidak pernah salah, kata perkata. 2) Ketuhanan Yesus

Kristus. 3) Kelahiran Yesus dari Perawan Maria. 4) Penebusan doas. 5) Kebangkitan

Yesus ke dunia secara fisik.12

Kelima doktrin ini merupakan hasil interpretasi para teolog konservatif

terhadap Injil. Interpretasi ini bersifat tekstual sekaligus menolak kontekstualitas

kalangan liberal dan memiliki pengertian yang mutlak, jelas tidak berubah. Jams

Barr, mengatakan setigma sosial yang kerap dialamatkan pada kelompok ini adalah

fanatik, militan, berfikiran sempit, dan pada kepada mereka yang berbeda keyakinan

di luar jalur kelompok sejati dalam kasus tertentu menggunakan kekerasan dalam

mencapai tujuannya.13

Berdasarkan pengamatannya terhadap fundamentalisme agama, terutama

kristen di Amerika, Peter Huff mencatat terdapat enam karakteristik penting gerakan

fundamentalisme. Secara sosiologis, gerakan fundamentalisme sering dikaitkan

dengan nilai-nilai yang telah ketinggalan zaman atau tidak relevan lagi dengan

perubahan dan perkembangan zaman; secara kultural, fundamentalisme menunjukan

kecenderungan kepada suatu yang vulgar dan tidak tertarik pada hal-hal yang bersifat

intelektual; secara psikologis, gerakan fundamentalisme ditandai dengan

12

F.L Cross (ed) The Oxford Dictionary of the Christian Church (Oxford University Press,

1997), h. 926, seperti dikutip dari Rifyal Ka’bah, Modernisme dan Fundamentalisme ditinjau dari

konteks Islam (Ulmul Qur’an, No. 3 vol IV, 1993), h. 26. 13

Ulfiyah, Fundamentalisme Islam: Analisis Wacana Jurnal Tsawirul Afkar Edisi 13 Tahun

2002, h. 37.

Page 43: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

32

otoriterianisme, arogansi, dan lebih condong kepada teori konspirasi. Secara

intelektual, gerakan fundamentalisme dicirikan oleh tiadanya kesadaran sejarah dan

ketidak-mampuan terlibat dalam pemikiran kritis; dan secara teologis,

fundamentalisme diidentikan dengan literalisme, primitivisme, legalisme dan

tribalisme; sedangkan secara politik, fundamentalisme dikatakan dengan populisme

reaksioner.14

Dengan demikian secara etimologis dan istilah, gerakan fundamentalisme

tidak akan ditemukan dalam tradisi Islam. Grrakan fundamentalisme dalam tradisi

Islam hanya padanan kata. Penerapan fundamentalisme dalam tradisi Islam pada

akhirnya lebih banyak ditolak daripada diterima.15

Dalam hal ini, John L. Esposito

mengatakan dalam beberapa hal kata itu (baca Fundamentalisme Islam) menceritakan

tentang segalanya, akan tetapi pada saat yang sama tidak mengungkapkan apa-apa.16

Martin Van Bruessen mengatakan hal serupa bahwa penerapan terminologi

fundamentalisme dalam konteks Islam menimbulkan beberapa asosiasi,

14

Huff, “The Challenge of Fundamentalism for Interreligiuos Dialogue”, Cross Curent

(SpringSummer,200),10http://www.findarticles.com/cf_0/m2096/2000_SpringSammer/63300895/print

.jhtml. Diakses pada 09 Desember 2012, pukul 19.30 wib. 15

Adanya penolakan terhadap istilah fundamentlaisme disejajarkan dengan istilah Islam

disebabkan oleh beberapa hal yaitu Pertama, geneologi istilah fundemantalisme berasala dari

pengalaman kasus Kristen.Kedua, memiliki implikasi yang jauh lebih buruk jika diterapkan dalam

Islam, seperti kebodohan, keterbelakangan.Ketiga, karena luasnya kajian yang direpresentasikan oleh

istilah fundamentalisme Islam, maka beragam paradigma dan perspektif yang digunakan oleh para

sarjana sebagai metode dalam mengkajinya. Maka wajar apabila melahirkan beragam kesimpulan

Lihat Ufi Ulfiyah dalam “Fundamentalisme Islam: Analisis Wacana Jurnal Taswirul Afkar Edisi ke-

13 Tahun 2012”, h. 38 16

John L. Esposito, Ancaman Islam Mitos dan Realitas, trj. Alawiyah Abdurahman (Bandung:

Mizan, 1996), h. 17.

Page 44: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

33

bagaimanapun kita berusaha mendeskripsikannya akan tampak sebagai sesuatu yang

sulit dipahami.17

Khursid Ahmad menolak dengan alasan istilah fundamentalisme adalah khas

Kristen Barat, jika tetap digunakan berarti terjadi pemerkosaan yang besar-besaran

terhadap sejarah.18

Sedangkan Chandra Muzaffar dengan lantang mengatakan

gerakan fundamentalisme Islam adalah suatu bukti khas Barat dan menunjukan

adanya vested interest dalam penggunaannya baik oleh media maupun akademisi.19

Dari sekian banyak para sarjana yang tidak setuju terhadap istilah

fundamentalisme dihubungkan dengan gerakan Islam, namun ada beberapa sarjana

yang justru setuju atau paling tidak menemukan persamaan-persamaan dari kedua

istilah tersebut dihubungkan. Ibrahim Abu Bakar dari Universitas Kebangsaan

Malaysia (UKM) menemukan beberapa persamaan dari kedua istilah tersebut. Dalam

interpretasinya Abu Bakar mengelompokan persamaan gerakan fundamentalisme dan

gerakan Islam yaitu dalam hal interpretasi terhadap teks, sikap ingklusif, cenderung

menolak gagasan-gagasan Barat dan lain-lain.20

17

Imron Rosidy (ed), Agama dalam Pergulatan Dunia ( Yogyakarta: Tiara Wacana, 1998 ),

h. 63. 18

Khursid Ahmad, Sifat Kebangkitan Islam, John L. Esposito (ed), Dinamika Kebangkitan

Islam, trj. Hasan (Jakarta: Rajawali Press, 1985), h. 283. 19

Chandra Muzaffar, Hak Asasi Manusia dalam Tata Dunia Baru: Menggugat Dominasi

Global, trj. Purwanto (Bandung: Mizan, 1995), h. 236. 20

Beberapa persamaan yang ditemukan oleh Ibrahim Abu Bakar adalah:Pertama,

fundamentalisme memberikan interpretasi literal terhadap kitab suci agama. Kedua, fundamentalisme

dapat dihubungkan dengan fanatisme, ekslusifisme, intoleran, rdikalisme, dan militanisme. Ketiga,

fundamentalisme memberikan penekanan pada pembersihan agama dari isme-isme modern seperti

modernisme, liberalisme, humanisme. Keempat, kaum fundamentalisme mendakwahkan diri mereka

Page 45: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

34

B. Teori Gerakan Sosial

Ditinjau dari perspektif sejarah, fenomena gerakan sosial sebetulnya bukanlah

masalah baru di seantero bumi ini. Sebagai tipe klasiknya dalam mengkaji gerakan

sosial dapat dilihat pada gerakan buruh pada masyarakat Eropa di abad ke 19 dan

awal abad ke 20-an.21

Ketimpangan sosial dan ketidakadilan struktural yang

dilahirkan oleh revolusi industri sehingga memicu gerakan buruh di Eropa.

Dalam melihat gerakan sosial para sarjana memiliki pendekatan yang

berbeda-beda sehingga hal ini melahirkan perspektif yang berbeda-beda ketika

memaknainya. Seperti halnya Micheal Useem, dia mendefinisikan gerakan sosial

sebagai tindakan kolektifitas terorganisasi yang dimaksudkan mengadakan perubahan

terhadap kondisi sosial dan politik. Kemudian John McCarthy dan Mayer Zald

sedikitmelangkah lebih rinci dalam memahami gerakan sosial. Kedua sarjana itu

memahami gerakan sosial sebagai upaya terorganisasi untuk mengadakan perubahan

di dalam distribusi apapun yang bernilai secara sosial. Lain halnya dengan Charles

Tilly yang menambahkan sisi perseteruan dalam interksi gerakan sosial. Tilly

sebagai penafsir agama yang benar dan diluar dari mereka salah. Dikutip oleh Hadimulyo,

“Fundamentalisme Islam: Istilah yang Dapat Menyesatkan”, Ulumul Qur’an, No. 3 Vol. IV, 1993, h.

5.20

21

Bara Ilyasa, “Profil Partai Fundamentalis Islam: Studi Tentang Mobilisasi Politik Partai

Keadilan Sejahtera 1999-2009)”, (Skripsi SI Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012), h. 32

Page 46: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

35

mendefinisikan gerakan sosial sebagai upaya perseteruan dan dan berkelanjutan di

antara warga negara.22

Beberapa sarjana di atas, memberikan ciri-ciri dan penekanan tertentu perihal

pendefinisian gerakan sosial. Berbeda dengan David Meyer dan Sidney Tarrow,

dalam karyanya Social Movenent Society 1998. Kedua sarjana ini berusaha

memasukan semua ciri yang sudah disebutkan di atas dan mengajukan sebuah

definisi yang lebih inklusif tentang gerakan sosial, yakni: Tantangan-tantangan

bersama yang didasarkan atas tujaun dan solideritas bersama dalam interaksi yang

berkelanjutan dengan kelompok elit, saingan, atau musuh, bahkan pemegang

otoritas.23

Goerge Simel dalam memetakan gerakan sosial ia lebih menekankan pada

jumlah anggota sebagai pendukung gerakan sosial.24

Sebagaimana yang telah dikemukakan di atas oleh para sarjana maka HTI

bagian daripada gerakan sosial, kerana HTI sebagai sebuah kelompok masyarakat

22

Astrid S. Susanto, Masyarakat Indonesia Memasuki Abad Ke Dua Puluh Satu, (Direktorat

Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998), h. 21 23

Quintan Wiktorowicz, Aktivisme Islam: Pendekatan Teori Gerakan Sosial,(Jakarta: Yayasan

Wakaf Paramadina, 2007), h. 1-4. 24

Berangkat dari definisi di atas, paling tidak terdapat dua fitur yang menonjol ketika

menteoritisikan gerakan sosial. Pertama, gerakan-gerakan sosial melibatkan tantangan kolektif, yakni

upaya-upaya terorganisasi untuk mengadakan prubahan didalam aransemen-aransemen kelembagaan.

Tantangan-tantangan ini bisa berpusat pada kebijakan-kebijakan publik dan ditunjukan untuk mewakili

perubahan yang lebih luas dalam struktur lembaga-lembaga sosial politik, distribusi jaminan sosial

atau bisa juaga menyangkut konseptualisasi menganai tanggungjawab sosial dan politik.Kedua, adalah

corak politis yang inheren di dalam gerakan-gerakan sosial, terutama terkait dengan tujuan-tujuan yang

hendak dicapai lewat gerakan sosial yang secara tipikal mencakup perubahan di dalam distribusi

kekuasaan dan wewenang. Tujuan politis ini hanya mungkin dicapai lewat interaksi-interaksi terus-

menerus, berkelanjutan, dengan aktor-aktor politik di luar gerakan, yang terpenting diantaranya adalah

sekutu-sekutu dan pesaing-pesaing politik dan pemegang otoritas kekuasaan. Arifin, Ideologi dan

Praksis Gerakan Sosial Kaum Fundamentalis: Pengalaman Hizb al-Tahrir Indonesia, h. 68. Lihat

juga Bara Ilyasa dalam “Profil Partai Fundamentalis Islam, h. 34-35

Page 47: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

36

yang terorganisir dan memiliki orientasi untuk merubah sebuah tatanan sosial dan

politik yaitu dengan menegakan Islam sebagai rujukan tunggal dalam membangun

struktur sosial dan politik di bawah struktur kilafah Islamiyah. Kemudian, dari sisi

keanggotaan yang ditekankan oleh Simel, nampak jelas HTI memiliki jumlah anggota

yang cukup mempuni untuk diidentifikasi sebagai gerakan sosial.

Dari berbagai perbedaan dalam memahami gerakan sosial tersebut, penelitian

ini akan meletakan tiga faktor dalam memetakan secara teoritis persoalan gerakan

sosial yaitu kesempatan politik (political opportunities), mobilisasi sumber daya

(resource mobilization), dan proses pembingkaian (friming processes). Ketiga trend

teoritis inilah yang akan digunakan penulis untuk menganalisis HTI di kampus UIN

Jakarta.

1. Struktur Kesempatan Politik (Political Opportunity Structure)

Gerakan sosial tidak beroprasi dalam ruang hampa, namun mereka adalah

bagian dari suatu lingkungan dan konteks sosial yang lebih luas yang dicirikan oleh

bagian konfigurasi keleluasaan dan hambatan yang berubah dan cair yang

menstrukturkan dinamika gerakan. Terlepas dari tingkat ketidakpuasaan, ketersediaan

sumber daya atau kelajiman struktur mobilisasi. Para aktor kolektif dibatasi maupun

diberdayakan oleh faktor-faktor eksogen yang seringkali membatasi kemungkinan

gerakan dan daftar taktik, tindakan dan pilihan.

Page 48: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

37

Di kalangan para pemikir gerakan sosial, tidak ditemukan kesepakatan secara

khusus terkait faktor-faktor eksogen. Namun, para sarjana banyak memfokuskan pada

ketidaktersediaan ruang politik dan lokasi kelembagaan dan substansinya. Teori

kesempatan politik berasumsi bahwa para aktor, begitu mereka menyadari

terdapatnya kesempatan dan ancaman maka mereka akan memberikan tanggapan

secara rasional untuk memaksimalkan berbagai keterbukaan atau mengetasi kesulitan.

Di Indonesia adanya perubahan sosial-politik pasca kepemimpinan Soeharto,

maka membuka kesempatan untuk lahirnya gerakan-gerakan sosial. Sistem politik

yang demokratis membuka ruang kebebasan pada masyarakat untuk berekpresi,

berkumpul dan berorganisasi. Selain kebebasan secara general berbagai aturan-aturan

yang dianggap membonsai pergerakan mahasiswa juga di amademen sebagai contoh

adalah amademen aturan kampus NKK/BKK (Normalisasi Kehidupan Kampus/

Badan Koordinasi Kampus).25

Terbukanya celah kesempatan politik tentunya banyak dimanfaatkan oleh

gerakan-gerakan sosial keagamaan untuk masuk pada institusi pendidikan khususnya

di lingkungan kampus. Seperti halnya HTI di kampus UIN Jakarta, kehadiran mereka

dipicu oleh adanya kesempatan untuk berekpresi dan berorganisasi. Selain adanya

kesempatan yang bersifat struktural, situasi sosial di lingkungan kampus juga turut

mendukung perkembangan HTI di kampus. Kebijakan kampus yang mengakomodir

25

Ali Said Damanik, Fenomena Partai Keadilan: Transformasi 20 Tahun Gerakan Tarbiyah

di Indonesia, (Jakarta: Teraju, 2002), h. 59

Page 49: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

38

setiap kegiatan mahasiswa seperti seminar, melakukan demontrasi, dan event-event

lainnya, tidak jarang dimanfaatkan sebagai ajang untuk memperluas pengaruh HTI

pada mahasiswa UIN Jakarta.

Fenomena menguatnya kelompok-kelompok yang berhaluan fundamentalis

seperti HTI di kampus UIN Jakarta ini seraya membenarkan tesis Pipa Noris dan

Ronald Inglehart dalam Secred and Secular: Religion and Politics Worldwide, yang

menjelaskan kuatnya kehidupan beragama di Amerika Serikat, atau dengan

munculnya kelas menengah muda protestan (Yuppies, Young Urban Profesional)

dalam tulisan Harvey Cocks berjudul The Return of Religion to The Secular City.26

Tesis ini sekaligus memberikan bantahan terhadap tesis sekulerisasi yang

meniscayakan semakin modern, maka akan semakin sekuler. Adanya integrasi

keilmuan di UIN Jakarta yang dikembangkan sejak dekade 70-an terwujud dalam

program kerjasama UIN dengan McGill University.27

Dalam perkembangannya yang lebih maju gagasan integrasi keilmuan yang

diproyeksikan UIN Jakarta melahirkan corak baru bagi sistem pendidikan di UIN

Jakarta. Sebagaimana telah umum diketahui bahwa UIN pada fase IAIN lebih banyak

mengembangkan gagasan-gagasan tradisional ala-pesantren, kini berubah menjadi

kampus yang mengusung modernisasi dalam berbagai sektor. Meskipun modernisasi

26

Anas Shafwan Khalid, “IAIN Sebagai Pembaharuan oleh/dari/ bagi Pesantern”, Komunita

Saung, 6 Maret 2012, h. 5-11 27

Fuad Jabali, Jamhari (Peny), IAIN dan Moderenisasi Islam di Indonesia, (Jakarta: Logos

Wacana Ilmu, 2002), h. 20-27.

Page 50: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

39

terjadi di UIN Jakarta, akan tetapi hal ini tidak mengkikis khazanah keilmuan yang

berbasis keagamaan.

Tesis Norris nampaknya sedikit relevan dengan pengalaman UIN Jakarta,

adanya perubahan ke arah sekuler atau modern bukan berarti akan melahirkan

perubahan secara total terhadap situasi yang ada, yang terjadi justru sebaliknya

masyarakat akan semakin religius. Dalam konteks UIN perubahan tersebut direspon

dengan lahirnya kelompok-kelompok fundamentalis seperti HTI dan lain-lain.

Sebagaimana disampaikan oleh Ust. Fadlan dalam dialognya dengan penulis

dia menyebutkan bahwa:

HTI adalah organisasi yang sangat menjungjung tinggi nilai-nilai Islam, HTI juga

meyakini bahwa Islam adalah solusi dari setiap aspek kehidupan.Bagi kami gagasan-

gagasan yang selama ini banyak dikembangkan di UIN Jakarta, baik itu yang bersifat

keilmuan maupun keagamaan telah bergeser dari nilai-nilai Islam.UIN terlalu

menekankan terhadap Barat. Sebagai contoh saat ini UIN Jakarta mengembangkan

ide-ide Barat seperti demokrasi, komunisme, sekulerisme dalam berbagai materi

perkuliahan yang diajarkan di kampus dan itu tentunya akan mempengaruhi frame

berfikir mahasiswa. Oleh karena itu, kami dari akan terus berupaya melakukan

sebuah gerakan-gerakan sebagaimana dikembangkan dalam konsep al-sira’al-fikri

(pergolakan pemikiran) yang kami miliki. Gerakan itu diaplikasikan dalam wujud

gerakan pemikiran yang diperuntukan untuk menentang ideologi dan kepercayaan,

aturan dan pemikiran kufur yang kami anggap bertentangan dengan Islam.28

Stetmen yang dikemukakan Ust.Fadlan di atas menggambarkan bahwa HTI di

UIN Jakarta merespon terhadap kondisi sosial dan struktural yang dilakukan oleh

UIN Jakarta. Kemudian adanya kelonggaran aturan dari kampus terhadap kebebasan

untuk berekpresi dan berorganisasi pada mahasiswa, paling tidak hal ini akan

28

Wawancara penulis dengan Ust.Fadalan (Ketua Komisariat HTI UIN Jakarta), Pada 5

Febriari 2013, pukul 15.00 wib.di Masjid Baiturrahmah Legoso Kel.Pisangan Kota Tangerang Selatan

Page 51: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

40

mendukung pada pergerakan HTI di lingkungan kampus UIN Jakarta. Karena mereka

diberikan kelonggaran untuk bebas bergerak dan menggembangkan organisasinya

pada mahasiswa.

2. Mobilisasi Sumber Daya (Resource mobilsation)

Kajian terhadap teori sumber daya muncul sebagai respon terhadap kelemahan

dari pendekatan gerakan sosial terutama pada model sosio-psikologis awal. Titik

tolak pendekatan sosio-psikologis berawal dari asumsi bahwa keseimbangan sistem

merupakan suatu kondisi sosial yang natural. Dari perspektif ini masyarakat secara

organis menghasilkan infrastruktur kelembagaan yang mengatur keseimbangan antara

input dan output dalam sistem politik. Tuntutan-tuntutan sosial diakomodasi oleh

lembaga-lembaga responsif yang menyalurkan dan menangani kepentingan untuk

menghasilkan kebijakan yang optimal.

Dalam kasus HTI di kampus UIN Jakarta pendekatan mobilisasi sumber daya

cukup relevan untuk digunakan dengan harapan dapat mendeteksi pola gerakan yang

mereka kembangkan. Dibentuknya beberapa subsistem dalam tubuh organisasi HTI

adalah indikator yang dapat menjelaskan bahwa HTI teribat dalam pemangfaatan

sumber daya demi terwujudnya cita-cita berama dalam organisasi.

Merujuk pada strategi pergerakan yang dikembangkan HTI bahwa pergerakan

HTI pada saat ini dimanapun mereka berada sedang dalam fase berinteraksi dengan

umat (marhalah al-tafaul ma’a al-ummah). Target yang ingin dicapai dalam tahapan

Page 52: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

41

ini yaitu pemikiran Islam yang telah diterapkan oleh HTI bisa diterima menjadi

pemikiran umat secara luas. Jika pemikiran HTI diterima oleh umat, maka perjuangan

HTI untuk mendirikan kembali daulah khilafah Islam dapat dilakukan. Oleh karena

itu, untuk menyampaikan pesan-pesan tersebut HTI di UIN Jakarta membentuk

subsitem organisasi seperti kelompok-kelompok diskusi sebagaimana dikenal dengan

Gema Pembebasan, Muslimat HTI UIN Jakarta, SRIKAIA, Muslim Science

Community MMC dan sebagainya.29

Selain untuk menyampaikan pesan dakwah

keberadaan kelompok-kelompok diskusi ini juga dapat dijadikan media untuk

merekrut anggota baru HTI, karena pada momen-momen tertentu aktivitas diskusi ini

bersifat terbuka sehingga memungkinkan untuk orang yang berada di luar HTI

bergabung didalamnya.

Pemangfaatan sumber daya organisasi HTI di UIN Jakarta tidak hanya terlihat

pada adanya berbagai subsistem di atas, namun para aktivis HTI juga melakukan

afiliasi ke masjid-masjid di sekitar kampus UIN Jakarta. Karena masjid menawarkan

jaringan organik yang menghubungkan komunitas HTI dari berbagai tempat. Selain

itu, masjid juga menjadi media empuk untuk memperluas pemikiran-pemikiran HTI

terutama melalui agenda-agenda pengajian. Selain gerakan masjid dan kelompok

dakwah, HTI di UIN Jakarta memiliki sumber daya media seperti pembentukan

webset (www.htiuinjakarta.or.id, dan facebook Kampus Ideologis), radio (HTI

29

Wawancara penulis dengan Ust. Fadlan (ketua komisariat HTI cepter Ciputat UIN Jakarta),

Pada 5 Febriari 2013, pukul 15.00 wib di Masjid Baiturrahmah Legoso Kel. Pisangan Kec.Ciputat

Kota Tangerang Selatan Prov. Baaten.

Page 53: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

42

berafiliasi dengan Radio Dakwah Kampus di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN

Jakarta), bulitin (Gema Pembebasan, Al-Islam), koran (media umat), majalah (al-

Waie) dan lain-lain.

Selain sumber daya media HTI di UIN Jakarta juga memiliki sumber daya

keanggotaan yang solid dan militan. Meskipun jumlah kader yang dimiliki HTI tidak

sebanyak organisasi HMI atau PMII di kampus UIN Jakarta, namun dalam hal

mengelola kader HTI cukup mempuni. Seperti dikatakan oleh Ust.Gustar dalam

persoalan halaqah saja para aktivis HTI hampir setiap hari dilakukan di sekitar

kampus UIN Jakarta. Selanjutnya dalam observasi penulis ketika mengikuti beberapa

kali kegiatan-kegiatan HTI, penulis menemukan istilah “iltizmat” membayar infak

yang rutin setiap bulan bagi kader dan pelajar HTI. Adanya kesukarelaan dan rutinitas

dari para aktivis HTI dalam memberikan kontribusi materi merupakan indikator

bahwa dalam hal pemangfaatan sumber daya yang dimiliki HTI cukup baik dan

anggota adalah sumber daya yang potensial bagi berkembangnya HTI di kampus UIN

Jakarta.

Pendekatan sumber daya melihat gerakan-gerakan sosial sebagai suatu yang

rasional, suatu manifestasi tindakan yang terorganisasi. Penegasan utama pendekatan

ini bahwa ketika ketidakpuasan tersebar luas, namun gerakan tidak ada. Untuk

Page 54: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

43

menyikapi masalah ini maka diperlukan adanya variabel penjelas yang akan

menerjemaahkan tiap-tiap ketidakpuasan menjadi pernyataan yang terorganisasi.30

Bagi pendekatan mobilisasi sumber daya, para pengelola gerakan membentuk

organisasi-organisasi gerakan sosial, infrastruktur kelembagaan dan personil untuk

menghasilkan pilihan-pilihan dan tindakan-tindakan yang efektif. Para peserta

gerakan bukanlah tidak rasional melainkan bergabung dengan gerakan karena

beragam insentif dan tujuan. Wilayah oprasi pendekatan ini terfokus pada

infrastruktur dan sumber daya organisasi yang dimiliki gerakan sosial. Gerakan sosial

membentuk wadah bagi mobilisasi, mekanisme komunikasi, dan staf-staf profesional

melalui proses birokratisasi dan difrensiasi kelembagaan yang di desain untuk

mengkoordinasi dan mengorganisasi perseteruan. Melalui infrastruktur yang kuat dan

kokoh maka gerakan dapat mengarahkan aktivisme untuk memaksimalkan dampak

dan pengaruh serta strategi ini pun akan membantu mempermudah kaderisasi

massa.31

Sekurang-kurangnya terdapat tiga aspek infrastruktur yang sangat penting

dibahas dalam pendekatan ini, yaitu basis keanggotaan, jejaring komunikasi, dan

pemimpin atau tokoh.32

3. Proses Pembingkaian (Framing)

Selain dimensi-dimensi kesempatan politik dan mobilisasi sumber daya,

analisis gerakansosial semakin kuat mengkaji bagaimana individu-individu peserta

30

Ibid., h. 32. 31

Mukhtadi, Dilema PKS: Suara dan Syariah, h. 20-22 32

Ibid., h. 22

Page 55: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

44

mengkonsptualisasikan diri mereka sebagai suatu kolektivitas, bagaimana para calon

peserta diyakinkan untuk berpartisipasi, dan cara dimana makna diproduksi,

diartikulasikan dan disebarkan oleh aktor-aktor gerakan melalui proses interktif.

Lebih umum istilah ini dikenal dengan studi tentang pembingkaian (framing).

Bingkai merupakan skema-skema yang memberikan sebuah bahasa dan

sarana kognitif untuk memahami pengalaman-pengalaman dan peristiwa dari luar.

Skema ini sangat penting bagi gerakan sosial, karena akan dijadikan modal untuk

menyebarkan penafsiran gerakan dan dirancang untuk memobilisasi para peserta

dukungan. Gwenn Okruhlik mengemukakan, bingkai adalah sarana dunia atau alat

yang memberi aturan dan pengertian tentang dunia yang tanpanya dunia akan tampil

membingungkan; hal ini berlangsung karena bingkai menawarkan bahasa yang

lengkap atau menyusun makna dari berbagai persoalan yang dipertikaikan. Para

aktivis gerakan sosial membingkaikan perjuangan politik dengan cara

mengemukakannya ke publik dan simpatisan fanatik.33

33

Ketika sebuah bingkai digunakan ketengah masyarakat, bingkai itu harus memiliki

kredibilitas empiris yang dapat diperbandingkan dengan pengalaman-pengalaman lain dan kejituan

narasi. Dengan kata lain, bingkai harus relevan dengan kepercayaan, pengalaman, dan narasi-narasi

budaya terdahulu. Dari sisi fungsi bingkai di definisikan kedalam beberapa fungsi sebagaimana

dijelaskan oleh David Snow dan Robet Benford, pertama gerakan sosial membangun bingkai-bingkai

yang mendiagnosis kondisi sebuah persoalan yang perlu ditangani. Kedua, gerakan memberikan

pemecahan terhadap persoalan tersebut termasuk kritik dan strategi tertentu yang dimaksudkan untuk

berfungsi sebagai penawar untuk kondisi yang rapuh. Ketiga, gerakan memberikan alasan dasar untuk

memotivasi tumbuhnya dukungan dan tindakan kolektif. Bingkai-bingkai motivasi ini diperlukan

untuk meyakinkan para calon peserta agar mereka benar-benar terlibat dalam aktivisme, dengan

demikian akan merubah publik bisa menjadi anggota. Lihat Wiktorowicz, Aktivisme Islam:

Pendekatan Teori Gerakan Sosial, h. 39-391.

Page 56: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

45

Dalam beberapa kasus pembingkaian sering digunakan dengan tujuan sebagai

alat propaganda religius untuk membangaun hubungan antar umat Islam. Misalanya,

dalam pembingkaian isu-isu transnasional maupun nasional, seperti aksi peduli

Palestina dan himbauan terhadap revolusi Suriah dengan memanfaatkan konsep

ummah (komunitas kaum beriman) sebagai dukungan doktrinnya. Di kampus UIN

Jakarta, berbagai gerakan sosial kerap menggunakan pembingkaian sebagai alat

propaganda, seperti usaha HTI yang gigih memperjuangkan penggunaan konsep

syari’at Islam dalam memetakan proyek pembangunan sistem hukum yang baik dan

Islmi.

Dalam pendekatan teori gerakan sosial, ide penerapan hukum Islam yang

ditawarkan HTI adalah sebagai pembingkaian prognostik (prognostic framing), yang

bertujuan untuk memberikan solusi terkait masalah hukum yang dianggap banyak

mengadopsi konsep-konsep Barat. Selain itu, pemeberlakuan institusi khilafah

Islamiyah sebagai model pemerintahan ideal yang diakui oleh nas qur’an dan sunah.

HTI beranggapan bentuk pemerintahan demokrasi dan sistem presidensial

yang sekarang dijalankan telah banyak merugikan dan gagal dalam memperbaiki

kondisi umat. Konsep demokrasi dan presidensial dianggap sebagai ide-ide Barat

untuk mengelabui negeri-negeri muslim, maka HTI membingkai negara-negara yang

mempraktekan konsep ini ke dalam negara kafir (dar al-kufur). Maka dari itu, upaya

prognostik yang diatawarkan HTI adalah dengan memperjuangkan berdirinya negara

Islam (dar al-Islam) di bawah struktur politik khilafah Islamiyah.

Page 57: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

46

Usaha menegakan syari’at dan sistem khilafah adalah bagian dari upaya HTI

untuk mencari dukungan massa agar tercipta proyek politik mereka. Gema isu yang

bernafaskan agama diyakini sebagai alat yang efektif untuk mencari dukungan entitas

keagamaan. Selanjutnya, proses pembingkaian HTI tidak hanya bergerak pada isu-isu

agama, namun HTI juga bergerak pada pembingkaian isu non-agama seperti

nasionalisasi migas, himbauan anti korupsi, penolakan terhadap kapitalisme,

perlawanan terhadap imperialisme ekonomi maupun kultural dan lain sebagainya.

Untuk mengidentifikasi proses praming yang dilakukan HTI di kampus UIN

Jakarta dapat ditemukan dalam beberapa tulisan yang dipublikasikan mereka dalam

buletinnya seperti Gema Pembebasan edisi 1 Oktober 2012 yang bertajuk “Bahaya

Deradikalisasi” dan edisi 1 November 2012 dengan tajuk “RUU Keamanan Nasional:

Konspirasi Penguasa Menuju Negara Tiran’. Kemudian pesan-pesan propaganda

yang disampaikan HTI pada aktivisnya kerap juga bernuansa framing isu seperti:

Untuk seluruh sybab yang merindukan tegaknya syariah dan khilafah hadir aksi tolak

RUU ormas jumat 2/4 jam 09.00-16.00 di depan gedung DPR RI. Luruskan niat, jaga

kesehatan siapkan keperluan pribadi makan, alat solat dan lain-lain.Nyatakan

keberpihakan kita pada Islam. Target masa 10.000, berangkat dari UIN pukul 07.30

halte UIN cp: 087884999850.34

Mesir membara, umat Islam merana pembantaian kaum muslim kembali

terjadi. Aksi masiroh solideritas kaum muslim di Mesir hari ini Jumat

16/8/2013 jam 13.00 di depan kedubes Mesir. Jl.Tengku Umar no 48

Menteng.Kontan person alamat Ust.Topan 085697682535. (mohon konfirmasi

yang bias hadir).35

34

Pesan SMS disampaikan pada April 11/2013: 4:30:48 PM 35

Pesan SMS disampaikan pada Agustus 16/2013, 9:21:22 AM

Page 58: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

47

Terkait dengan pembendungan imperialisme kultural para aktivis HTI UIN

Jakarta selalu mempropagandakan seruan untuk kembali melirik syari’ah sebagai

landasan dalam berbuat dan berpenampilan. Menurut pandangan HTI Islam adalah

totalitas kehidupan, jadi Islam mencakup seluruh aspek kehidupan termasuk

berpenampilan ala-Islam, seperti berkerudung, berbusana panjang dan lain sebaginya.

C. Teori Strategi

Sebagai gerakan sosial HTI di kampus UIN Jakarta juga terlibat dalam upaya

untuk memperluas pengaruh dan perekrutan anggotanya. Bagi HTI keberadaan kader

adalah modal sosial untuk mengoptimalkan sebuah gerakannya. Oleh kerena itu,

dalam usaha memperkuat basis massa HTI memiliki berbagai strategi khusus. Di

antara strategi kaderisasi yang paling menerima banyak sorotan dalam HTI di UIN

Jakarta adalah pembinaan khusus terhadap calon kader mereka atau orang yang

tertarik terhadap gagasan mereka.

Mengingat pentingnya kader dalam gerakan sosial Schoot dan Mary Ann

Schwartz menyebutkan bahwa, soscial movement is any collection of people who

organize together to achieve or prevent some social or political change.36

Senada

dengan kedua pemikir di atas, George Simel juga menekankan signifikasi anggota

sebagai pendukung gerakan sosial.37

Berangkat dari kedua pernyataan tersebut dapat

36

Dikutip dari Arifin, Ideologi dan Praksis Gerakan Sosial Kaum Fundamentalis:

Pengalaman Hizb al-Tahrir Indonesia, h. 86 37

Ibid., h. 86

Page 59: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

48

disimpulkan bahwa gerakan sosial selain membutuhkan ideologi juga membutuhkan

keterlibatan anggota untuk mencapai tujuan.

Terkait dengan HTI di UIN Jakarta, setrategi yang di bangun untuk kaderisasi

adalah dnegan mengajak setiap anggota baru untuk terlibat dalam kegiuatan-kegiatan

HTI. Kemudian, setiap calon kader akan dibina secara intensif oleh aktivis HTI yang

sudah menjadi senior. Pembinaan ini dilakukan secara bertahap, sehingga calon kader

yang dibina diharapkan akan memiliki kemampuan dan militasi tinggi terhadap

organisasi. Selain itu, di HTI setiap anggota atau darsin yang mengikuti proses

pembinaan awal akan diberikan tugas untuk mencari calon-calon anggota yang belum

mengikuti pembinaan.38

Jadi di HTI meskipun mereka belum menjadi anggota resmi

mereka tetap memiliki tugas untuk mencari kader. Inilah yang oleh para pemerhati

disebut dengan istilah strategi system sel.

Peran dan strategi kaderisasi di HTI terbilang efektif hal ini bisa dibuktikan

dengan semaikin meningkatnya aktivitas-aktivitas HTI di kampus UIN Jakarta.

Strategi kaderisasi bagi HTI adalah sumber daya yang harus tetap dijaga dan

dijalankan karena adanya strategi khusus akan mempermudah HTI untuk mencari

dukungan dari massa. Secara teoritis strategi diartikan sebagai pola atau rencana yang

mengintegrasi tujuan-tujuan pokok suatu organisasi, kebijakan-kebijakan dan

tahapan-tahapan kegiatan dan dalam suatu keseluruhan yang bersifat kohesif. Strategi

38

Wawancara penulis dengan M. Gustar (Ketua Gema Pembebasan HTI UIN Jakarta), dan

Firman Kelana (Koordinator Lapangan HTI UIN Jakarta dalam acara seminar: Islam: Aqidah dan

Syari’ah, Solusi Problematika Umat), di Masjid Fatullah Kec. Ciputat Kota Tangerang Selatan Prov.

Banten, pada 11 Januari 2013,.Pukul 15.00 wib.

Page 60: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

49

juga merupakan kelompok keputusan tentang tujuan-tujuan apa yang akan

diupayakan pencapaiannya, tindakan-tindakan apa yang diperlukan, dan bagaimana

cara memanfaatkan sumber daya guna mencapai tujuan-tujuan tersebut.39

Secara historis istilah strategi berawal dari tradisi militer yang bersumber dari

kata strategia, kata ini diambil dari bahasa Yunani yang artinya the art general (seni

seorang panglima yang biasa digunakan dalam peperangan).40

Dalam abad modern

sekarang ini penggunaan kata strategi telah mengalami perluasan fungsi, istilah itu

tidak lagi lekat dengan tradisi militer, tetapi kata strategi sudah sering dugunakan

pada ilmu ekonomi, politik, olah raga dan lain-lain. Arti strategi dalam pengertian

umum adalah cara untuk mendapatkan kemenangan atau terciptanya suatu tujuan

termasuk tujuan politik. Strategi pada dasarnya merupakan seni ilmu yang

menggunakan dan mengembangkan kekuatan-kekuatan ideologi, ekonomi, dan

sebaginya guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.41

Menurut J.

Winardi, yang mengutif istilah dari Jones adalah strategi sebagai suatu kelompok

keputusan tentang tujuan-tujuan apa yang akan diupayakan pencapaiannya, dan

tindakan apa yang perlu dilakukan, kemudian bagaimana cara memangfaatkan

sumber-sumber daya guna mencapai tujuan.42

Pengertian lainya dikemukakan oleh

39

J. Winardi, Entrepreuneur dan Entrepreuneurship, (Jakarta: Kencana, 2003), h. 108-110 40

Muhamad Riski, “Strategi Partai Aceh dalam Memenangkan Pemilu Legeslatif di Nanggroe

Aceh Darussalam Tahun 2009”, (Skripsi SI Fakultras Ilmu Sosial dan Politik Universitas Islam Negeri

Syarif Hidaytullah Jakarta, 2010), h. 16. 41

Audy W. M. R. Wuisang, “Politik dan Strategi Nasional”, http://www.polstranas.com.

Artikel diakses pada 9 April 2010. 42

Goerge A. Steiner dan Jhon B. Miner, Kebijakan dan Strategi Menagemen, (Jakarta:

Airlangga, 1997), h. 20.

Page 61: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

50

Andres Viklud pada blognya, yaitu strategi adalah rencana yang disatukan, luas dan

berintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategis perusahaan atau organisasi

dengan tujuan utama dari perusahaan atau organisasi dapat dicapai melalui

pelaksanaan yang tepat oleh organisasi.43

Dari beberapa ketrangan di atas, maka dapat disimpulkan ke dalam beberapa

varian terkait strategi tersebut yaitu:Pertama, dalam menyusun strategi perlu

dihubungkan dengan lingkungan organisasi sehingga dapat disusun kekuatan strategi

organisasi. Kedua, strategi merupakan satu-kesatuan rencana yang terpadu yang

diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi. Ketiga,dalam mencapai tujuan

organisasi perlu alternatif strategi yang harus dipertimbangkan dan harus dipilih.

Keempat, strategi yang dipilih harus di implementasikan oleh organisasi dan akhirnya

harus dievaluasi terhadap strategi tersebut karena strategi merupakan suatu alat untuk

mencapai suatu tujuan perusahaan atau organisasi.

43

Andres Viklud, “Konsep Strategi: Devinisi, Perumusan, Tingkatan, dan Jenis Strategi”,

http://jurnalsdm.blogspot.com.2009/08/konsep-strategi-definisi-perumusan.html. Diakses pada 15

Januari 2012, pukul 16.00 wib.

Page 62: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

51

Page 63: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

51

BAB III

SEKILAS TENTANG GERAKAN ISLAM

HIZBUT TAHRIR

Hizbut Tahrir (HT) adalah salah satu gerakan Islam kontemporer yang relatif

besar pengaruhnya di dunia Islam. HT didirikan pada 1953 dan mengklaim dirinya

sebagi partai politik.1 Meskipun HT adalah partai politik, namun HTI berbeda dengan

partai politik pada umumnya karena HT adalah partai politik yang memiliki skala

internasional.2 Kalim ini berhubungan dengan cita-cita politiknya yang

mengupayakan seluruh dunia Islam agar berada dalam satu sistem kekuatan politik

yang disebut khilafah. Sebagimana tercermin dalam namanya HT yaitu partai

kemerdekaan/pembebasan. HT berusaha memerdekakan negeri-negeri muslim di

seluruh dunia dari imperialis Barat.

Tidak berbeda dengan gerakan-gerakan keagamaan kontemporer lainnya HT

hadir di tengah-tengah konteks sosio-politik yang tidak setabil di negara-negara

Timur Tengah. Dominasi Barat atas negara-negara muslim dianggap telah

memporak-porandakan tatanan sosial, politik, dan budaya yang menjadi identitas

Islam. Sementara gerakan-gerakan Islam yang selama ini memiliki misi untuk

membangun masyarakat Islam, yang dilakukan oleh gerakan kebaagkitan Islam

1SyamsulArifin, IdeologidanPraksisGerakanSosialKaumFundamentalis: PengalamanHizb

al-Tahrir Indonesia, (Malang: UniversitasMuhamadiyah Press, 2005), h. 96. 2JamharidanJajangJahroni ed.,GerakanSalafiRadikal di Indonesia, (Jakarta: PT.

RajaGrafindoPersada, 2004), h. 161-174.

Page 64: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

52

dianggap mengalami kegagalan. Maka dari itu, menurut Taqiyuddin An-Nabhani

(pendiri HT) penting kiranya didirikan sebuah wadah pergerakan politik yang

diharapkan akan mengimbangi imperialisme Barat.3 Bagi An-Nabhani sepirit

membangun organisasi ini dianggap sebuah kewajiban bagi seluruh umat Islam

kerena hal ini didukung oleh doktrin agama. Dalam al-qur‟an dijelaskan bahwa:

“(dan) hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada

kebaikan (Islam), menyuruh kepada yang ma‟ruf dan mencegah dari mungkar,

merekalah orang-orang yang beruntung”.4

Ayat ini menjadi sepirit untuk menyerukan kembali kebaikan yang sesuai

dengan ajaran Islam khafah. Dalam pandangan An-Nabhani, realitas sosial umat

Islam pada saat ini sangat terpuruk yang disebabkan oleh hegemoni Barat. Negara-

negara muslim pada umumnya telah mengalami krisis multidimensial diberbagai

sektor seperti ekonomi, politik, kebudayaan dan pemikiran. An-Nabhani meyakini

3Taqiyuddin An-Nabhani memiliki nama lengkap Muhamad Taqi al-Din ibn Ibrahim ibn

Mustafa ibn Ismail ibn Yusuf al-Nabhani. Nabhani adalah nama belakang yang dinisbatkan kepada

kabilah Bani Nabhan, yang termasuk orang Arab penghuni padang sahara di Palestina. Syeikh An-

Nabhani dilahirkan di daerah Ijzim pada1909 dan wafat 1977 M. Nabhani dibesarkan dan didik dalam

keluarga yang memiliki tradisi keagamaan yang kuat. Pengalaman pendidikan An-Nabhani dimulai di

sekolah dasar negeri di Ijim. Setelah tamat di Ijim, dia melanjutkan ketingkat menengah di

Akka.Kemudian pada 1928 dan tak lama meraih ijazah dengan predikat sangat memuaskan. Lalu dia

melanjutkan studi di Kuliyah Darul Ulum yang saat itu merupakan cabang Al Azhar. Kuliahnya di

Darul Ulum tuntas 1932. Pada tahun yang sama dia menamatkan kuliahnya di Al Azhar Asy Syarif, di

mana para mahasiswanya dapat memilih beberapa syaikh Al Azhar dan menghadiri halaqah-halaqah

mereka mengenai bahasa Arab, dan ilmu-ilmu syari'ah seperti fiqih, ushul fiqih, hadits, tafsir, tauhid

(ilmu kalam), dan sejenisnya. Pada 1932-1938 An-Nabhani bekerja di kementrian pendidikan

Palestina. Di 1938 iadiangkat menjadi kepala panitera Mahkamah Syari‟ah di Haifa dan kemudian

pada 1940-1945 ia diangkat menjadi mushawir (asisten hakim). Di akhir jabatannya ia pindah ke

Ramallah untuk mejadi qadi (hakim) di Mahkamah Ramallah sampai 1948. Lihat Syamsul Arifin

dalam Ideologi dan Praksis Gerakan Sosial Kaum Fundamentalis: Pengalaman Hizb al-Tahrir

Indonesia h. 88-90.

4 Q.S. Ali-Imran/ 3: 14.

Page 65: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

53

bahwa masyarakat muslim akan kembali stabil dan menemukan kembali momentum

kejayaannya seperti pada masa khilafah Islamiyah, apabila umat muslim

mempraktekan kembali gagasan-gagasan Islam yang benar.5

Berdasarkan pelbagai macam persoalan yang mendera umat Islam seperti di

paparkan di atas, oleh Taqiyuddin An-Nabhani dipandag sebagai faktor determinan

gagalnya gerakan untuk mengembalikan kebagkitan Islam. Guna mengembalikan

keadaan umat Islam agar kembali berjaya seperti di masa lalu, maka bagi An-Nabhani

mendirikan gerakan politik yang berideologikan Islam adalah sebuah keniscayaan,

gerakan politik yang dimaksud adalah HT.

HT merupakan partai politik yang memiliki misi Islamisasi universal dan

lingkup gerakannya bersifat skala internasional. Kehadiran HT sebenarnya tidak

hanya semata-mata untuk mengembalikan keadaan umat Islam dari imperialisme

Barat atas negara-negara Islam saja, tetapi juga sebagai bentuk kekecewaan terhadap

partai-partai politik Islam yang selama ini hadir namun dianggap gagal dalam

memperbaiki keadaan umat Islam. Seperti dikatakan An-Nabhani:

Partai-partai politik yang ada di dunia Islam saat ini, tidak terkecuali di negeri Arab,

menjadi partai-partai yang terpecah belah. Sebeb, partai tersebut tidak berlandaskan pada satu

ideologi. Orang-orang yang mengamati partai-partai ini akan dapat melihat bahwa kadang

kala partai-partai tersebut berdiri karena peristiwa sesaat, yang dilahirkan oleh situasi

5Hizbut Tahrir Indonesia “Tentag Kami HTI”, Blog HizbutTahrir Indonesia, 05

November 2013 tersedia di http://hizbut-tahrir.or.id/tentang-kami/; Internet diunduhpada 7

November 2013.

Page 66: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

54

tertentu, yang mengharuskan berdirinya kelompok politik. Setelah situasi ini teratasi lenyap

pulalah partai tersebut atau melemah atau terpcah-pecah. Kadang kala kelompok-kelompok

ini brediri atas dasar persahabatan antara beberapa orang, sehingga mereka diikat oleh rasa

persahabatan. Maka berkelompoklah mereka atas dasar persahabatan tersebut. Kelompok ini

akan bubar jika mereka mulai sibuk dengan urusannya masing-masing. Ada pula kelompok

yang berdiri karena kepentingan-kepentingan sesaat dari orang-orang tertentu dan alas an-

alasan yang lain.6

Pandangan An-Nabhani di atas, cukup jelas bagaimana dia kecewa dengan

partai-partai Islam yang telah eksis sebelumnya. HT adalah alternatif baru yang

ditawarkan An-Nabhani untuk seluruh umat Islam di dunia. HT bertujuan

melanjutkan kehidupan Islam dan mengemban dakwah Islam keseluruh penjuru

dunia. Tujuan ini berarti mengajak kaum muslimin kembali hidup secara Islami

dalam Darul Islam dan masyarakat Islam. Yakni seluruh kegiatan kehidupannya

diatur sesuai dengan hukum-hukum syara. Pandangan hidup yang akan menjadi

pedoman adalah halal dan haram, di bawah naungan Daulah Islamiyah, yaitu Daulah

Khilafah, yang dipimpin oleh seorang khalifah yang diangkat dan dibai‟at oleh kaum

muslimin untuk didengar dan ditaati agar menjalankan pemerintahan berdasarkan

quran dan sunnah, serta mengemban risalah Islam keseluruh penjuru dunia dengan

dakwah dan jihad.7 Di samping itu, HT bertujuan membangkitkan kembali umat

Islam dengan kebangkitan yang benar, melalui pengembangan pola pikir yang

cemerlang. HT berusaha untuk mengembalikan posisi umat kemasa kejayaan dan

6Arifin, IdeologidanPraksisGerakanSosialKaumFundamentalis: PengalamanHizb al-Tahrir

Indonesia, h. 100-101 7Dikutip dari situs resmi Hizbut Tahrir Indfonesia “Hizbut Tahrir Indonesia Untuk

Melanjutkan Kehidupan Islam”, Hizbut Tahrir Indonesia 05 Oktober 2013 tersedia di http://hizbut-

tahrir.or.id/tentang-kami/; Internet; di unduh pada 06 Oktober 2013.

Page 67: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

55

keemasannya seperti dulu, di mana umat akan mengambil alih kendali negara-negara

dan bangsa-bangsa di dunia ini

Sejak menit pertama pendiriannya pada 1953 di Yarusalem, hingga kini HT

sudah tersebar diberbagai negara di dunia. Di Indonesia gerakan ini bermetamorfosis

menjadi HTI (HizbutTahrir Indonesia). Meskipun HT mendapat penambahan kata,

namun visi, misi, ideologi, pemikiran dan orientasi politik HTI tetap sama dengan

induknya (HT internasional). Jadi secara substansial sebenarnya tidak terdapat

perubahan di dalam tubuh HT dan HTI. Adapun penambahan kata “Indonesia”

semata-mata hanya mempertegas identitas mereka saja karena merka eksis di

Indonesia.

A. Sejarah Hizbut Tahrir di Indonesia

Kehadiran gerakan-gerakan Islam kontemporer seperti,Majlis Mujahidin,

Jamaah Islamiyah maupun Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) adalah gerakan Islam yang

memiliki jaringan kuat dengan Islam Timur Tengah. Dari berbagai kelompok Islam

ini, penelitian ini akan lebih memfokuskan pada satu kelompok saja yaitu HTI.

Menurut Solahudin HT ditansformasikan ke Indonesia antar 1980-1989-an yang

kemudiandikenaldengan HTI.8Hal ini berati sekitar 29 tahun setelah HT pertama kali

8 Solahudin, “Menelusuri Kelompok Islam Sempalan (1): Mereka Dituduh Menebar Bom”,

http://www.detik.com/peristiwa/2001/01/10, diakses pada 01 Januari 2012, pukul 15.00. Lihat juga Siti

Qomariyah “KH.Abdullah bin Nuh: Ulama dan Tokoh Pendidikan Islam”, tersedia di

http://ahmadalim.blogspot.com/2010/08/khabdullah-bin-nuh.html; internet diunduh pada 5 November

2013.

Page 68: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

56

didirikan oleh sang empunya (Taqiyuddin An-Nabhani) pada1953. Jika

dikomperasikan dengan tempat lainnya, maka kehadiran HT ke Indonesia bisa

dibilang terlambat. Sementara di tempat lain, seperti Suriah, Lebanon, Kuwait dan

Irak HT berkembang lebih dahulu dan cukup pesat sekitar 1960-an.9

Kehadiran HT ke Indonesia diprakarsai oleh tokoh agama yang bernama

Abdullah Nuh pengurus Pondok Pesantren Al-Ghozali Bogor.10

Nuh juga adalah

seorang dosen pada Fakultas Sastra Universitas IndonesiaDepok.11

Kornologis

awalnya adalah pada suatu ketika Abdullah Nuh mengundang Abdurahman al-

Baghdadi seorang aktivis HT yang tinggal di Austria datang ke Bogor, dengan tujuan

untuk membantu pesantrennya.12

Inilah persentuhanpertama HT di Indonesia yang

kemudian dikenal dengan sebutan HTI. Berkat interaksi yang terrus-

9 John L. Esposito, Eksiklopedi Oxford Dunia Islam Modern, (Bandung: Mizan, 2001), h. 2

10 M. ImdadunRahmat, ArusBaru Islam Radikal: Transmisi, Revivalisme Islam Timur Tengah

ke Indonesia, (Yogyakarta: LKIS, 2008) h. 100. 11

Abdullah bin Nuhadalah seorang ulama, tokoh pendidikan, Satrawan dan pejuang. Beliau

sebagai Pembina Yayasan Al Ghazali dan al Ihya‟ Bogor. Di samping itu beliau juga sebagai Lektor

Kepala Bahasa Arab Fakultas Sastra dan BahasaUniversitas Indonesia. Abdullah bin Nuh dilahirkan di

kota Cianjur pada tanggal 30 Juni 1324 H/ 1905 M, dan wafat di Bogor 26 Oktober 1987. Beliau

putera dari seorang ibu bernama Nyi Rd. Hj. Aisyah dan dari seorang ayah bernama KH.Nuh bin Idris,

yaitu seorang ulama terkenal, sastrawan, penulis, pendidik, dan pejuang. KH.Nuh bin Idris adalah

seorang ulama besar Islam di Cianjur, dan pejabat konstituante pertama di Jawa Barat dari partai Islam

(Masyumi). Awal pendidikan Nuh dimulai sekolah dasar I‟anah at-Thalib al-Miskin yang didirikan

ayahnya, kemudian melanjutkan di madrasah Syamailul Huda di Pekalongan dibawah asuhan Sayyid

Muhammad bin Hasyim Pada 1926 beliau dikirim belajar ke Fakultas Syariah Universitas al-Azhar

(Kairo) selama dua tahun. Sekitar 1980-an adalah awal perjuangan Nuh untuk HT di Indonesia

bersama ulama aktivis HT Abdurrahman al Baghdadi. Kedua tokoh inilah yang kemudian menjadi

ikon penggerak HT pertama di Indonesia. Siti Qomariyah “KH.Abdullah bin Nuh: Ulama dan Tokoh

Pendidikan Islam”, tersedia di http://ahmadalim.blogspot.com/2010/08/khabdullah-bin-nuh.html;

internet diunduhpada 5 November 2013 12

Tetapi belakangan al-Baghdadi tidakaktif lagi di HT. banyak kalangan dari luar

menganggap al-Baghdadi telah keluar dari HT. sementara menurut Alwan (aktivis senior HT di

Malang), bahwa al-Baghdadi menyatakan tidak aktif untuk sementara waktu (mauguf) dari HT, akan

tetapi karena al-Baghdadi tidak memberikan batas waktu yang jelas, maka menurut penilaian Alwan

al-Baghdadi bisa dinyatakan telah keluar. Lihat Syamsul Arifin dalam Ideologi dan Praksis Gerakan

Sosial Kaum Fundamentalis: Pengalaman Hizb al-Tahrir Indonesia, h. 122.

Page 69: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

57

menerusdilakukan para aktivis HTI, maka HTI menyebar hingga ke Masjid Al-

Ghifari di Kampus Institute Pertanian Bogor (IPB) .13

Pada fase pertama kepemimpinan HTI dipegang oleh Abdullah Nuh, namun

setelah Nuh HTI diambil alih oleh Muhamad al-Khathath. Kemudian jubir HTI

adalah Ismail Yusanto14

yang menjabat hingga sekarang. Adapun jumlah anggota

HTI pada kepemimpinan al-Khathath berkisar 10.000 orang.15

Dalam beberapa aksinya organisasi HTI tidak jarang mendapatkan perhatian

publik, karena hampir setiap aksi-aksi yang mereka lakukan selalu berujung pada

kesuksesan. Sebagai contoh pada dekade 2000-an, HTI menyentakan publik di tanah

air karena berhasil menggelar konfernsi khilafah Islam di Jakarta.16

Selanjutnya, di

tahun-tahun berikutnya tepatnya pada 2002, HTI menggelar unjuk rasa menuntut

pemberlakuan syari‟at Islam pada saat sidang MPR-RI Jakarta, dan mereka

menurunkan massa sekitar 1000 orang. Selain di Jakarta, aksi HTI juga terjadi di

Surabaya yang menuntut kebijakan pemerintah terkait kenaikan harga BBM, tarif

13

M. Zaki Mubarak, Geneologi Islam Radikal Indonesia: Gerakan, Pemikiran, dan Prospek

Demokrasi, (Jakarta: LPS, 2008), h. 70. 14

Ismail Yusanto dilahirkan di Yogyakarta pada 1962-an. Yusanto menyelesaikan S1 di

jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik UGM pada tahun 1988. Setelah lulus beliau mondok di

Ponpes Ulil Albab di daerah Bogor hingga tahun 1991. Kemudian pada Tahun 1987 sosok Ismail

Yusanto mulai dikenal oleh orang banyak ketika dia dipercaya menjadi juru bicara Hizbut Tahrir

Indonesia (HTI). Andi Widayat “Ismail Yusanto”, tersedia di

http://adiwidayat.blogspot.com/2010/08/ismail-yusanto.htmln; Internet diunduh pada 5 November

2013. 15

Arifin, Ideologi dan Praksis Gerakan Sosial Kaum Fundamentalis: Pengalaman Hizb al-

Tahrir Indonesia, h. 122. 16

Ibid., h. 122

Page 70: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

58

dasar listrik dan telepon. Dalam aksi tersebut HTI berhasil menurunkan massa sekitar

5000 orang.17

Puncak acara besar HTI yang lainnya adalah terselenggaranya Mukhtamar

Internasional HTI dengan tema “Perubahan Besar Menuju Khilafah” pada 2 Juni

2013 di Lapangan Gelora Bungkarno Senayan Jakarta. Mukhtamar tersebut adalah

puncak pelaksanaan kegiatan muktamar yang di selenggarakan di 31 kota di

Indonesia. Oleh kerena itu, antusiasme masyarakat khususnya kader HTI begitu

besar, menurut Mujiyono (salah satu wartawan Tabloid Media Umat, menyebutkan

bahwa peserta yang hadir pada muhtamar HTI 2013 diperkirakan hampir 100 ribu

peserta dari seluruh Indonesia dan mukhtamar tersebut juga di hadiri oleh tamu-tamu

dari Negara-negera lain seperti HT Libanon, Tunisia, Mesir, Malaysia, Suria, Inggris,

Pakistan, dan lain-lain.18

Adanya beberapa kegiatan-kegiatan yang telah di selenggarakan HTI di

Indonesia merupakan sebuah indokator bahwa eksistensi mereka sebagai sebuah

organisasi cukup besar. Sehingga, hal ini tidak menuntut kemungkianan lambat lain

mereka akan memiliki posisi tawar yang strategis dalam ranah sosial maupun politik

di Indonesia.

17

Mubarak, Geneologi Islam Radikal Indonesia: Gerakan, Pemikiran, dan Prospek

Demokrasi, h. 246. 18

Mujiyono, “Seruan Khilafah dari Jantung Indonesia”, Media Umat (20Juni2013): 4-23.

Page 71: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

59

1. HTI di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sebagaimana telah disinggung dalam pembahasan sebelumnya, bahwa HTI

telah transfer ke Indonesia sekitar 1980-an dan aktivis mereka banyak terpusat di

kampus-kampus di seluruh Indonesia. Pada era 1990-an ide-ide HTI merambah ke

masyarakatmelalui berbagai aktivitas dakwah di masjid, perkantoran, dan

perumahan.19

Aktivitas tersebut terus mereka lakukan meskipun masih bersifat

tertutup atau sembunyi-sembunyi karena adanya tekanan dari pemerintah Orde Baru

yang membatasi gerak organisasi-organisasi Islam.

Adapun di kampus UIN Jakarta, HTI baru diperkenalkan sekitar2001. Pada

menit pertama kehadirannya di UIN, pola gerakan yag dibangun HTI yaitu dengan

mengambil langkah-laagkah yang bersifat ekslusif dalam pergerakannya. Meskipun

demikian, para aktivis HTI tetap melakukan pembinaan-pembinaan intensif untuk

memperbesar pengaruh organisasinya.

Pada 2002 aktivitas HTI mulai terorganisir dengan baik dan ditahun inilah

para aktivis HTI mulai berani mengadakan beberapa halaqah dan pelatihan untuk

pengkaderan dan perluasan organisasi. Pada 2003, HTI mulai bergerak ke fakultas-

fakultas dan semakin mengoptimalkan ide-idenya melalui seminar-seminar, diskusi

publik, kajian lesehan, kajian rutin dan lain sebaginya.

19

AatYuliawati, “Peran Dakwah HTI di Lingkungan Kampus UIN Jakarta 2009”, (Skripsi SI

Fakultas Dakwah dan Komunikasi 2009), h. 28.

Page 72: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

60

Kegiatan besar HTI pada fase-fase awal yaitu terjadi pada2004, yaitu HTI

membuat seminar tentang khilafah dengan tema “Penegakan Syariat Islam

Relefankah”. Dalam acara ini aktivis HTI mengundang langsung para pembicara

merka dari DPP HTI seperti Ust. Hafidz Abdurahman MA dan Ust. Abu Zaid, serta

pemicara dari Jaringan Islam Liberal (JIL) yang diwakili oleh Moqsit Ghazali MA

dan Guru besar UIN Jakarta dan juga Mantan Kepala Koordinatorat Perguruan Tinggi

Agama Islam Swasta (Kopertais) Wilayah I Dr. Badri Yatim MA.20

Aktivitas HTI di UIN Jakarta tidak hanya berlangsung pada lanskap sejarah,

namun hingga saat ini HTI masih tetap melakukan berbagai aktivitas organisasinya.

Sebagai organisasi tentunya HTI sangat memperhitungkan keberlangsungan

organisasinya di UIN Jakarta. Oleh karena itu, agar eksistensi mereka terjaga HTI

selalu berusaha melakukan kaderisasi-kaderisasi untuk perekrutan anggota baru.

Dalam teori gerakan sosial dijelaskan bahwa keberadaan kader atau agnggota adalah

bagian dari jantung gerakan sosial. Adapun pola yang dilakukan HTI untuk menggait

massa dan menyebarkan pengaruhnya memiliki beragam bentuk yang salah satunya

adalah dengan memanfaatkan fasilitas-fasilitas kampus seperti Radio Dakwah dan

Komunikasi (RDK) Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Jakarta, UKM UIN

Jakarta (Unit Kegiatan Mahasiswa), Aula perkumpulan dan lain-lain.

Selain memangfaatkanfasilitas di kamupusHTI juga mengembangkan sumber

daya organisasinya. Dibentuknya beberapa subsistem organisasi HTI seperti Gema

20

Yuliawati, “PeranDakwah HTI di LingkunganKampus UIN Jakarta 2009”, h. 28-29.

Page 73: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

61

Pembebasan, LISMA dan Muslim Science Comonity, SRIKAYA (Seri Kajian dan

Analisa), adalah strategi HTI untuk menyebarkan ide dan mengajak mahasiswa untuk

bergabung dengan mereka. Di luar kampus HTI juga membangun jaringan kuat

dengan kelompok-kelompok pengajian di masjid-masjid seperti dengan IRMAFA

(Ikatan Remaja Fathullah), pengurus masjid Al-Mukhlisin Legoso Ciputat, masjid Al-

Mugirah Pisangan Ciputat dan lain-lain.

Jaringan-jaringan ini terus dibina dan diberdayakan terutama pada program

halaqah’am dan diskusi-diskusi kecil lainnya. Kegiatan terbaru HTI di UIN Jakarta

yang memanfaatkan fasilitas masjid adalah acara halaqah’am yang bertemakan

“Islam: Aqidah, dan Syariah, Solusi Problematika Umat”dan acara ini dilaksanakan

sejak pertengahan tahun 2012. Adapun yang menjadi narasumber dalam seminar kali

ini HTI langsung mendatangkan para pembicara dari pengurus DPP HTI pusat.21

Menurut keterangan Firman Kelana, dalam halaqah’am tersebut HTI berhasil

mengajak lebih dari 20 mahasiswa UIN Jakarta yang statusnya bukan kader HTI.

Lebih lanjut Firman mengatakan, para peserta baru ini sangat berapresiasi dengan

kegiatan-kegiatan HTI di UIN Jakarta, dan mereka disana diperkenalkan tentang ide-

ide HTI yang bertujuan utntuk memperbaiki keadaan umat. Adapun dalam acara

21

Wawancara penulis dengan M. Gustar (KetuaGemaPembebasan HTI UIN Jakarta), dan

Firman Kelana (Ketua dalam acara seminar: Islam: Aqidah dan Syari’ah, SolusiProblematika Umat),

di Masjid FatullahKec. Ciputat Kota Tangerang Selatan Prov. Banten, pada 11 Januari 2013,.Pukul

15.00 wib.

Page 74: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

62

halaqah sebelumnya keberadaan peserta yang hadir tidak jauh berbeda dari

jumlahnya.22

Seminar-seminar HTI di atas, dilakukan khusus untuk kalangan ikhwan (laki-

laki) sebagai pesertanya. Sebagaimana telah umum diketahui bahwa di HTI antara

kaum laki-laki dan perempuan itu selalu dipisahkan dalam berbagai kegiatan. Adapun

untuk kelompok perempuan HTI membuat dialog interaktif yang dilaksanakan pada 3

April 2013, dengan tema “Menjawab Pertanyaan Seputar Khilafah”. Acara ini

diadakan di Saung Bambu INA Pesanggrahan Ciputat dan diselenggarakan oleh

kelompok muslimah HTI.23

Sebagai gerakan sosial HTI tidak hanya memanfaatkan sumber daya internal,

akan tetapi HTI sangat aktif terlibat dalam memproduksi makna dan melakukan

proses pembingkaian atas apa yang terjadi terhadap kondisi umat Islam. Di UIN

Jakarta pola gerakan seperti ini dilakukan HTI untuk mencari dukungan sebesar-

besarnya dari mahasiswa. Salah satu komponen penting dalam pembingkaian HTI

yaitu dengan menuding para imperialis Barat sebagai biangkeladi atas kebokbrokan

tatan sosial. Secara spesifik HTI menunjuk sekulerisme, demokrasi sebagai nilai-nilai

Barat yang merusak sendi kehidupan umat Islam. Dalam teori gerakan sosial tren

seperti ini dikenal dengan pembingkaian diagnostik (diagnostic framing) yang

22

Wawancara penulis dengan Firman Kelana (Koordinator Lapangan HTI UIN Jakarta pada

acara daurah“Islam: Aqidah dan Syari‟ah, Solusi Problematika Umat”), di Masjid Fatullah Kec.

Ciputat Kota Tangerang Selatan Prov. Banten, pada 11 Januari 2013, pukul 15.00 wib. 23

Muslimah HTI Chapter UIN Jkarta, “Dialog Interktif: Menjawab Pertanyaan Seputar

Khilafah”, Pamflet Selembaran, 10 April 2013, bag. 1.

Page 75: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

63

bertujuan untuk mengidentifikasi masalah dan siapa yangdianggap sebagai unsur

utama masalah dan target sasaran yang dianggap penyebab masalah.24

Hasil dari proses framing kemudian diartikulasikan dalam beragam bentuk

seperti demonstrasi yang menolak kapitalisme, penyebaran wacana atas penolakan

gagasan-gagasan Barat, maupun melalui interaksi personal dan lain sebagainya.

Sebagai contoh kasusus pada Oktober 2012 Gema Pembebasan HTI UIN Jakarta,

menerbitkan buletin mingguan yang bertema “Bahaya Deradikalisasi”, yang banyak

menuangkan tulisan-tulisan dengan tujuan mengkritik gagasan-gagasan Barat. Selain

itu, HTI juga melakukan aksi penggugatan terhadap undang-undang Migas No. 22

Tahun 2001, yang dilakukan pada 20 November 2012. Bagi HTI undang-undang

tersebut serat dengan kepentingan asing dan sebagai wujud dari prodak kapitalisme.

Maka dari itu, perlu adanya peninjauan ulang dan dibenahi melalui atauran-atauran

Islam atau sistem ekonomi Islam dalam bingkai khilafah.25

Perespektif teori gerakan sosial, pola pembingkaian isu-isu seperti di atas,

dilakukan tidak hanya didasarkan pada kepentingan populis, melaikan terdapat motif

internal atau kepentingan sebuah gerakan sosial. Maka dari itu, mengingat HTI adalah

gerakan sosial yang memiliki orientasi politik, maka tidak menuntut kemungkinan

24

Burhanudin Mukhtadi, Dilema PKS: Suara dan Syariah, (Jakarta: Paramadina, 2012), h.

165. 25

Wawan cara penulis dengan Ust.Fadlan (ketua komisariat HTI UIN Jakarta), pada 5

Februari 2013, di Masjid Baiturrahmah LegosoKec.Ciputat Kota Tangerang Selatan Prov. Banten,

pukul 15.00 wib.

Page 76: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

64

berbagai aksi tersebut hanya sebatas strategi untuk meujudkan kepentingan

kelompoknya.

Pemaparan di atas, mengindikasikan bahwa HTI UIN Jakarta tidak pernah

surut melakkan aktivitas gerakannya. Sejak menit pertama diperkenalkannya di UIN,

hingga saat ini HTI tetap konsisten untuk menyebarkan pengaruh dan konsisten

terhadap pencaharian anggota-anggota baru. Misi besar HTI di UIN Jakarta adalah

menjadikan mahasiswa UIN Jakarta sebagai mahasiswa muslim yang taat dan

terhadap agama Islam dan ikut terlibat dalam perjuangan berdirinya negara islam

dibawah naungan khilafah Islamiyah.

B. HTI Sebagai Organisasi yang Berideologi Islam

Dalam menjelaskan perihal gerakan sosial, salah satu aspek penting yang layak

diperhatikan adalah mekanisme internalnya yang memungkinkan sebuah gerakan bisa

tumbuh dan lebih terorganisir. Pada awal perkembanganya, peran pemimpin dalam

menciptakan mekanisme itu sangat penting. Dalam kasus gerakan sosial HT (Hizbut

Tahrir), peran Taqiyuddin An-Nabhani sangat dominan dalam memberikan landasan

ideologi.

Perjalanan HTmemang tidak lepas dari konteks sosial politik yang kompleks

dalam dunia Islam, sehingga Islam dalam kondisi terpuruk. Berbagaikritik yang

disampaikan tokoh HT (An-Nabhani) terhadap realitas sosial tidak hanya tertuju pada

Page 77: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

65

faktor eksternal saja, melainkan beliau mengkritik masalah yang ditimbulakan oleh

internal Islam sendiri.

Kritik An-Nabhani terhadap internal Islam mengarah pada beberapa faktor

diantaranya adalah Pertama, An-Nabhani melihat bahwa para kaum muslimin yang

memperjuangkan Islam mereka tidak memiliki pemehaman yang mendalam terhadap

paradigma fikrah al-Islamiyah (pemikiran Islam), dan nalar berfikir mereka justru

dipengaruhi oleh pemikiran di luar Islam. Salah satu prodak pemikiran asing yang

banyak dikritik An-Nabhani adalan filsafat asing baik itu dari India, Persia, maupun

Yunani. Menurut An-Nabhani, banyak kaum muslimin yang telah dipengaruhi oleh

filsafat di atas, sehingga mereka melupakan ilmu-ilmu dari Islam. Ironisnya, umat

Islam sudah berani melakukan interpretasi terhadap teks yang menjauhkan arti dan

hakikat Islam yang sebenarnya dan mereka justru lemah dalam pengetahuan Islam.

Kedua adalah lemahnya al-tariqah al-Islamiyah (metode Islam). Dalam aspek

ini umat Islam di nilai tidak memiliki gambaran yang jelas mengenai tariqah al-

Islamiyah. Dalam hal ini An-Nabhani menyebutkan :

Akan halnya denganal-tariqah al-Islamiyah, sesungguhnya umat Islam secara

berangsur-angsur telah kehilangan gambaran yang jelas mengenai al-tariqah al-

Islamiyah. Dahulu, kaum muslimin mengetahui bahwa keberadaannya dalam hidup

ini hanya untuk Islam semata; menjalankan hukum-hukum Islam di dalam negeri

serta menyebarkan dakwah Islam di luar negeri. Namun demikian fakta

menunjukan bahwa umat Islam mulai berpandangan bahwa tugas seorang muslim

di dunia ini, pertama-tama adalah mencari kesenangan di dunia terlebih dahulu,

baru setelah itu sebagai tugas yang kedua menyampaikan nasehat dan petunjuk, itu

pun jika keadaan mendukung. Sementara negara sudah tidak lagi mempedulikan

kesalehan dan kelalaiannya dalam melaksanakan hukum-hukum Islam. Kaum

muslimin sendiri, setelah kehilangan negaranya, mulai beranggapan bahwa

Page 78: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

66

kebangkitasn Islam dapat diraih kembali dengan cara membangun masjid-masjid,

menerbitkan buku-buku, tulisan atau karangan lain, serta memperbaiki akhlak-

sementara mereka padasaat yang sama tetap berdiam diri terhadap kepemimpinan

kufur yang menguasai mereka dan menjajah mereka.26

Faktor berikutnya adalah tidak adanya jalinan yang kokoh antara fikrah dan

tariqah. Menurut An-Nabhani, kaum muslim yang memperjuangkan Islam hanya

memperhatikan hukum-hukum syari’at yang berkaitan dnegan pemecahan persoalan

kehidupan yang menyangkut aspek-aspek fikrah saja. Sedangkan, syari’at yang

menjelaskan cara praktis pemecahan masalah, justru diabaikan seperti hukum yang

berkaitan dengan jihad, ghanimah, hukum yang menyangkut khilafah, qada

(pengadilan) , kharaj dan sebaginya.27

Selain persoalan fikrah dan tariqah, An-Nabhani juga mengkritik metode

penafsiran yang umumnya digunakan oleh umat Islam dalam memahami teks sumber

pengetahuan. Dalam tradisi interpretasi modern yang umumnya digunakan oleh

kelompok-kelompok Islam liberal bahwa syari‟at difahami dan disesuaikan ke dalam

konteks ruang dan waktu. Artinya memahami teks-teks keagamaan seseorang harus

mempertimbangkan dengan keadaan dan waktu yang sedang terjadi pada saat itu.

Bagi An-Nabhani justru sebaliknya seharusnya masyarakatlah yang diubah agar

sesuai dengan syari‟at Islam, bukan sebaliknya.28

26

Arifin, Ideologi dan Praksis Gerakan Sosial Kaum Fundamentalis: Pengalaman Hizb al-

TahrirI ndonesia, h. 97-98. 27

Ibid., h. 95-119. 28

Ibid., h. 95-119.

Page 79: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

67

Masalah selanjutnyaadalah faktor internal yang telah merasuki dunia Islam.

Pengaruh-pengaruh Barat dianggap telah memporak-porandakan tatanan sosial dunia

Islam. Imperialisme budaya telah merubah tradisi-tadisi yang diwariskan Islam pada

masyarakat muslim di dunia. Kemudian secara politik dunia Islam banyak di serang

oleh gagsan-gagsan Barat yang justru melahirkan petaka seperti ide tentang

demokrasi, kapitalisme, liberalisme, komunisme dan lain sebagainya.

Realitas seperti ini mengundang perhatian An-Nabhani untuk mengembalikan

tatanan yang telah rapuh. Bagi An-Nabhani, umat Islam perlu diajak kembali untuk

memahami pesan-pesan Islam yang otentik sesuai dengan nas quran dan sunah.

Dalam upaya mewujudkan cita-cita tersebut, maka diperlukan sebuah wadah gerakan

partai politik yang berideologi Islam. Suatu kelompok yang benar, tegas An-Nabhani

adalah sebuah kelompok yang berdiri sebagai sebuah partai yang berideologi Islam.

Ideologi Islam difahami juga sebagai fikrah Islam dan sebagai ruh dan jati diri

partai.29

Untuk mengkontruksi suatu ideologi sebagai basis perjuangan partai aktivis

HT atau HTI menganggap Islam sebagai sumber legitimasi. Baik HT atau di

Indonesia dikenaldengan HTI memiliki suatu keyakinan terhadap cakupan agama

Islam yang universal. Islam oleh HTI tidak hanya difahami sebagai sebuah agama

yang mengerusi masalah spiritual saja, akan tetapi juga mengurusi masalah sosial

secara menyeluruh. Maka kesimpulan yang bisa diatarik adalah menjadikan Islam

29

Ibid.,h. 103.

Page 80: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

68

tidak hanya sebagai agama semata, namun mereka menganggap Islam sebagai mabda

(ideologi).30

2. Visi dan Misi HTI di Kampus UIN Jakarta

Kehadiran HTI sebagai sebuah gerakan sosial tentunya memiliki visi dan misi

agar roda perjalanan organisasi bisa berjalan tersetruktur dan objektif. HTI memiliki

orientasi politik dan orientasi sosial yang mengarah pada terciptanya sebuah tatanan

yang Islami di bawah syariat dan struktur politik khilafah.

Di UIN Jakarta para aktivis HTI terlibat dalam aktivitas dakwah Islam di

kampus. Meskipun HTI merupakan organisasi yang terstruktur formal artinya barbagi

aktivitas HTI dimanapun mereka berada harus atas dasar rekomendasi dari Dewan

Pimpinan Pusat HTI, akan tetapi masing-masing pengurus cabang diberikan

kelonggaran dalam membuat kerangka visi dan misi organisasi yang disesuaikan

dengan konteks lingkungan yang ada. Dalam hal ini, yang terpenting substansi dan

orientasi yang terangkum dalam visi dan misi tersebut tidak keluar dari perjuangan

untuk penegakan syari‟at Islam dan mewujudkan struktur khilafah Islamiyah.

Sebagaimana telah umum diketahui bahwa UIN adalah institusi pendidikan

yang berfungsi menyelenggarakan pendidikan yang bermutu tinggi. Misi UIN Syarif

Hidayatullah adalah menjadi universitas kelas dunia dengan keunggulan integrasi

keilmuan, keislaman, dan keindonesiaan. Adapun HTI yang berada di lingkungan

30

Ibid.,h. 103-110

Page 81: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

69

UIN Jakarta juga memiliki misi organisasi yang jelas yang disinergikan dengan

konteks lingkungan kampus yang ada yaitu Pertama, HTI mencita-citakan

terwujudnya kehidupan Islam yaitu kehidupan yang diatur dan ditata berdasarkan

syari‟at Islam dalam segala aspek kehidupan. Kedua, Mengembangkan dakwah Islam

baik dikampus maupun di luar kampus. Ketiga, Memberikan landasan moral terhadap

pengembangan IPTEK dan melakukan pencerahan dalam pembinaan IMTQ sehingga

IPTEK dan IMTQ dapat sejalan.31

Dengan mempertimbangkan visi dan misi di atas,

diharapkan kader HTI memiliki beberapa standar aqliyah yang mencakup tsiqoh pada

ideologi, berani dan tegas, serius dan tanggungjawab, sabar dan teguh, tidak berhenti

untuk belajar, bisa bekerjasama. Selanjutnya “gerak” dalam pergerakannya aktivis

HTI harus konsisten, semangat juang tanpa henti, tekun, mampuh mempengaruhi dan

meyakinkan dan menggerakan sekala individu, keluarga, masyarakat dan bangsa.32

C. Hizbut Tahrir Sebagai Eksemplar Fundamentalisme Islam

Istilah fundamentalisme merupakan istilah klasik yang berkonotasi pada

gerakan keagamaan kristen abad ke 20-an di Barat. Setelah beberapa lama dari

peristiwa Revolisi Iran (1979), istilah fundamentalisme tidak begitu ramai

dibicarakan. Akan tetapi sejak peristiwa terorisme pada 11 September 2001 yang

menghancurkan menara kembar World Trade Centre (WTC) New York Amerika

Serikat, dan dilanjutkan dengan peristiwa yang sama pada 12 Oktober 2002 di Bali,

31

Yuliawati, “Peran Dakwah HTI di Lingkungan Kampus UIN Jakarta 2009”, h. 20-30. 32

Ibid.,h. 20-30.

Page 82: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

70

maka diskursus fundamentalisme kembali menemukan momentumnya yang bersekala

internasional.33

Bagi sebagian para sarjana, adanya usaha menghubungkan kedua peristiwa di

atas dengan fenomena gerakan fundamentalisme keagamaan dalam Islam diniali

terlalu gegabah dan mengundang muatan politik. Di lain pihak, fenomena tersebut

dipandang sebagi hal yang wajar karena fenomena fundamentalisme di pandang

sebagai maslah klasik semua agama, sehingga kedua peristiwa itu dianggap relevan

dengan fenomena fundamentalisme.

Dalam pemeparan pembuka tulisan ini, telah disinggung bahwa istilah

fundamentalisme barakar dari tradisi Kristen, sehingga sulit untuk menumukan istilah

tersebut di dunia Islam, bahkan mungkin tidak ada. Secara istilah fundamentalisme

berasal dari kata fundamentum yang berati dasar.34

Istilah ini merujuk pada gerakan

keagamaan dalam sekte Kristen Protestan Amerika dan di adopsi dari buku berjudul

The Fundamentals: a Testimony to Truth, sebuah kumpulan tulisan dari para teolog

konservatif Kristen.35

33

Segera setelah terjadinya peristiwa terorisme di Amerika tersebut bermunculan publikasi

yang mencoba menghubungkan dengan gerakan fundamentalis Islam seperti yang dihasilakan oleh

John L. Esposito dengan judul Unholy: Teror in the Name of Islam. Buku ini sudah diterjemaahkan

oleh Syafrudin Hasani dengan judul, Unholy War: Teror Atas Nama Islam, (Yogyakarta: Ikon, 2002),

h. 20-28. 34

J.B. Foreman (ed) ,Encyclopedia and Dictionary, M.A. London, 1974, seperti dikutip dari

Rifyal Ka‟ba, Islam dan Fundamentalisme, (Jakarta: Panjimas, 1984), h. 1. 35

Kaum fundamentalis memiliki doktrin yang disebut five point of fundamentalism. Kelima

doktrin itu adalah; 1) Injil tidak pernah salah, kata perkata. 2) Ketuhanan Yesus Kristus. 3) Kelahiran

Yesus dari perawan Maria. 4) Penebusan dosa. 5) KebangkitanYesus ke dunia secara fisik. Lihat Bara

Page 83: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

71

Dalam dunia Islam istilah fundamentalisme memang masih menuai

kontoversi, namun banyak juga para sarjana yang justru sepakat menghubungkan

kedua istilah tersebut di sejajarkan. Pada umumnya para sarjana ini memahami

fundamentalisme Islam pada aspek literalis, rigid dalam dalam memahami doktirn

agama. Seperti dikatkan oleh Mahmud al-Alim bahwa fundamentalisme Islam adalah

aliran pemikiran yang cenderung menafsirkan teks-teks keagamaan secara rigid dan

literalis.36

Patrick Bannerman mendefinisikan fundamnetalisme Islam sebagai

kelompok yang ortodok yang bercita-cita ingin menegakkan konsep-konsep

keagamanaan dari abad ke-7 M. atau pada doktin klasik.37

Kelompok yang mendefinisikan fundamentalisme sebagai suatu gerakan

keagamaan diantaranya adalah Roxanne L. Euben, Basam Tibi, Leonar Binder dan

Yousef Choeri. Euben, mendefinisikan fundamentalisme Islam sebagi gerakan

religio-politik kontemporer yang ingin kembali pada dasar-dasar kitab suci dan

menafsirkan kembali pondasi-pondasi tersebut untuk diterapkan pada dunia politik

dan sosial kontemporer.38

Berangkat dari perspektif yang dikemukakan oleh para sarjana di atas, istilah

fundamentalisme menjadi lebih ingklusif dan fleksibel dalam penggunaannya.

Ilyasadalam “Profil Partai Fundamentalis Islam: Studi Tentang Mobilisasi Politik Partai Keadilan

Sejahtera 1999-2009)”, (Skripsi SI Fakultas Ilmu 36

Mahmud Amin al „Alim, al Fikr al Arabyial Muasirbaina al Ushuliyyahwa al ‘Almaniyah

dalam al Ushuliyyah al Islamiyyah (Qodya Fikriyah Li an Nasyrwa at Tauzi, 1993), h. 10. 37

Patrick Bannerman, Islam in Persfektive a Guide to Islamic Society Politic and Law

(London: Routlage, 1988), h. 156. 38

Roxanne L. Euben, Musuh dalam Cermin: Fundamentalisme Islam dan Batas Rasionalisme

Modern, trj. SatrioWahono (Jakarta: Serambi, 2002), h. 42

Page 84: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

72

Sehingga, berbagai fenomena keagamaan yang dilatarbelakangi oleh sepirit

keagamaan dan politik banyak didefinisikan sebagai gerakan fundamentalisme Islam.

Terkait dengan gerakan HTI, istilah fundamentalisme nampaknya tidak

mudah disejajarkan dengan gerakan ini (HTI). Terlebih HTI sendiri pun akan

menolak dengan keras istilah fundamentalisme dihubungkan dengan gerakan Islam.

Dalam pandangan Abd Al-Qodim Zallum39

salah satu tokoh HT pase awal ia melihat

istilah fundamentalisme Islam dianggap hanya sebagai strategi Barat untuk

membendung pergerakan kaum muslimin. Sebagaimana telah diketahui bahwa

gerakan fundamentalisme lahir dari rahim Kristen pada abad ke 20-an di Eropa.

Kelompok ini dianggap sebagai representasi dari kelompok yang menolak kemajuan

seperti sains, teknologi, seni yang menjadi prodak kapitalisme. Sehingga, keberadaan

kelompok ini dianggap berbahaya bagi perkembangan zaman.

Dalam perkembangannya Zallum mengakui istilah ini kemudian di perluas

maknanya hingga mengarah pada kelompok-kelompok Islam. Dengandemikian,

39

Syaikh Abdul Qadim Zallum tumbuh dan berkembang di kota al-Khalil hingga mencapai

usia lima belas tahun. Beliau menempuh pendidikan dasar di Madrasah al-Ibrahimiyah di al-Khalil.

Kemudian beliau pindah ke al-Azhar asy-Syarif untuk mempelajari fikih. Pada 1939 tepat usianya 15

tahun beliau di kirim ke Kairo untuk belajar di Al-Azhar dan memperoleh ijazah al-Ahliyah al-غlâ

pada tahun 1942. Berikutnya, beliau memperoleh ijazah Pendidikan tinggi (Syahâdah al-آliyah)

Universitas al-Azhar pada tahun 1947. Kemudian beliau memperoleh Ijazah al-آlamiyah dalam bidang

keahlian al-Qadhâ‟ (peradilan), seperti ijazah doktor sekarang ini, pada tahun 1368 H – 1949. Syaikh

Zallum berjumpa dengan Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani rahimahullâh pada tahun 1952 dan beliau

menjadi anggota qiyâdah Hizb sejak tahun 1956.Dikutip dari situs resmi Hizbut Tahrir Indfonesia

“Hizbut Tahrir Indonesia Untuk Melanjutkan Kehidupan Islam”, tersedia di http://hizbut-

tahrir.or.id/2007/05/20/syaikh-abdul-qadim-zallum-amir-hizbut-tahrir-kedua/; Internet diunduh pada 9

November 2013.

Page 85: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

73

Islam pun dianggapsamasebagaikelompok yang membahayakan.40

Lebih lanjut

Zallum mengatakan:

Maka dari itu, predikat fundamentalisme yang diletakan pada Islam dan gerakan-

gerakan Islam sebagaimana dilekatkan pada gerakan Kristen, adalah predikat yang

salah dan tendensius. Tidak sesuai dengan fakta ajaran Islam dan fakta orang-orang

yang berjuang mengembalikan Islam dalam kehidupan. Sebab mereka berusaha

untuk merubah realitas kehidupan kaum muslimin yang buruk, yang merupakan hasil

dari penerapan sistem buatan manusia dalam kehidupan. Ini jelas bertolak belakang

dengan aktivitas gerakan-gerakan fundamentalis Kristen yang berusaha melestarikan

pola kehidupan orang Kristen sebelum era kapitalisme baik secara formal maupun

substansial.

Dengan demikian, predikat fundamentalisme yang diberikan Amerika dan Eropa

kepada gerakan-gerakan Islam, tidak lain adalah bentuk memerangi kembalinya

Islam dalam kehidupan. Ini memang masalah yang strategis, bahkan sangat vital bagi

Barat. Karena mereka sangat berambisi untuk mempertahankan dunia ketiga-

khususnya negeri-negeri Islam sebagai dunia yang terbelakang, yang jauh dari

kebangkitan yang hakiki. Tujuannya adalah untuk menghalang-halangi kembalinya

negara khilafah yang mencababut sistem kehidupan mereka dari akar-akarnya serta

menghancurkan ketamakan dan keserakahan.41

Berbagai pandangan Zallum terkait dengan fundamentalisme di atas, adalah

bentuk kritikan dan penolakan terhadap istilah fundamentalisme Islam. Selain dari

dimensi historis, istilah fundamentalisme juga sudah terlanjur tercederai oleh stigma

negatif seperti kelompok yang keras, teroris, intoleran dan anarkis dalam aksinya. Hal

ini semakin menyulitkan kita dalam menghubungkan istilah fundamentalisme dengan

HTI.

Dalam kerangka teoritis yang telah di jelaskan dalam bab sebelumnya,

penggunaan istilah fundamentalisme sebagai ideal type adalah salah satu cara untuk

40

Arifin, Ideologi dan Praksis Gerakan Sosial Kaum Fundamentalis: Pengalaman Hizb al-

Tahrir Indonesia, h. 186-187. 41

Abdul Qadim Zallum, Demokeasi Sistem Kufur: Haram Mengambil, Menerapkan, dan

Menyebarluaskannya, (Bogor: PustakaThariqulIzzah, 2003), h. 11.

Page 86: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

74

memudahkan kedua istilah tersebut di sejajarkan. Berangkat dari sebuah teori yang

dikemukakan oleh Euben dan Basam Tibi yaitu fundamentalisme merupakan

kelompok dan gerakan religio-politik yang berusaha mengubah sistem sekuler dengan

sistem politik yang didasarkan pada agama.42

Selain Euben dan Tibi, kriteria

fundamentalisme yang dikonseptualisasikan oleh Ibrahim Abu Bakar, yaitu

fundamentalisme memberikan penekanan pada pembersihan agama dari isme-isme

modern seperti modernisme, liberalisme, humanisme, demokrasi dan lain-lain.43

Merujuk pada para sarjana di atas, nampaknya terdapat bebrapa persamaan

karakter yang dimiliki HTI dengan gerakan fundamentalisme. Sebagaimana telah

umum diketahui bahwa HTI sejak awal mendeklarasikan dirinya sebagai partai

politik. Dalam gerakan politiknya HTI dimanapun mereka berada maka akan

memperjuangkan terbentuknya tatanan sosial yang Islami dibawah struktur politik

khilafah Islamiyah.44

Jadi dimensi religio-politik yang melekat pada HTI relatif dekat

dengan teoritisasi gerakan fundamentalisme Islam.

Selain dimensi politik, sikap HTI yang menolak berbagai ideologi Barat juga

turut mempertegas asumsi bahwa HTI memiliki kemiripan dengan gerakan

fundamentalis. Berbagai ideologi-ideologi modern seperti kapitalisme, komunisme,

liberalisme, pluralisme, demokrasi dan sebagainya di tolak HTI. Di dalam pandangan

42

Ibid., h. 320. 43

Ulfiyah, Fundamentalisme Islam: Analisis Wacana Jurnal Tsawirul Afkar Edisi 13 Tahun

2002, h. 40. 44

Arifin, Ideologi dan Praksis Gerakan Sosial Kaum Fundamentalis: Pengalaman Hizb al-

Tahrir Indonesia, h. 93-120.

Page 87: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

75

HTI, varian ideologi di atas adalah prodak Barat yang tidak memiliki sumber pada

qur‟an dan sunah. Oleh kerena itu, setiap kaum muslimin wajib menolak dan

menghindari ideologi tersebut. Sebagimana pandangan Zallum terhadap ide

demokrasi di bawah ini:

Pertama, demokrasi merupakan bagian dari produk akal manusia, bukan berasal dari

allah swt. Demokrasi tidak disandarkan sama sekali pada wahyu allah dan tidak

memiliki hubungan sama sekali dengan agama manapun yang pernah diturunkan

allah kepada para Rasul-nya. Kedua, demokrasi lahir dari aqidah pemisahan agama

dari kehidupan yang selanjutnya melahirkan pemisahan agama dan negara. Ketiga,

demokrasi dilandaskan pada dua ide; 1) kedaulatan ditangan rakyat. 2) rakyat

merupakan sumber kekuasaan.

Keempat,

demokrasiadalahsistempemerintahanmayoritas.Pemilihanpenguasadananggotadewan

perwakilandiselenggarakanberdasarkansuaramayoritasparapemilih.Semuakeputusand

alamlembaga-lembagatersebutjugadiambilberdasarkanpendapatmayoritas.Kelima,

demokrasimenyatakanadanyaempatmacamkebebasan yang bersifatumum, yaitu: 1)

kebebasanberagama. 2) kebebasanberpendapat. 3) kebebasankepemilikan. 4)

kebebasanberprilaku.45

Dengan pemahaman seperti di atas, sudah cukup bagi Zallum memberikan

lebel kufur kepada demokrasi dan ideologi lain di luar Islam. Sebagai sistem kufur,

implikasi hukumnya menurut Zallum jelas. Zallum mengatakan, kaum muslimin

diharamkan mengambil sistem pemerintahan demokrasi sebagai mana haramnya

mengadopsi ekonomi kapitalisme.

Penolakan HTI terhadapi deologi-ideologi non-Islam di atas, dalam kerangka

teori Ibrahim Abu Bakar adalah bagian dari ciri fundamentalisme Islam. Dalam bab

teoritis telah dijelaskan bahwa penelitian ini meletakan fundamentalisme Islam,

hanya sebagai tipe ideal agar cara penggunaannya lebih fleksibel. Berangkat dari

45

Ibid.,h. 188-189.

Page 88: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

76

metodelogi seperti itu, maka dengan memaparkan beberapa karekteristik yang sama

antara HTI dengan gerakan fundamentalis, maka dapat diambil kesimpulan bahwa

HTI adalah bagian dari eksemplar gerakan fundamentalisme Islam.

Page 89: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

77

BAB IV

POLA GERAKAN DAN STRATEGI KADERISASI

HIZBUT TAHRIR INDONESIA DI KAMPUS UIN JAKARTA

Dalam pembahasan gerakan sosial, hampir semua sarjana meletakan ideologi

dan basis massa menjadi unsur terpenting untuk mencapai tujuan gerakannya. Dengan

memperkuat basis massa, maka setiap gerakan sosial akan lebih mudah untuk

mancapai tujuan yang telah dicantumkan dalam ideologinya. Dalam pembahasan

sebelumnya telah dijelaskan bahwa orientasi ideologi gerakan sosial HTI adalah

menegakan kembali daulah Islam.

HTI menyadari bahwa untuk meraih misinya ini mereka membutuhkan basis

masa yang luas dan solid sebagai pendukung sekaligus aktor dalam melakukan aksi

yang dirancang HTI. Berangkat dari kesadaran ini, maka HTI membutuhkan pola

yang dirancang secara cermat. Pola ini berkaitan dengan tata cara dalam memperluas

basis dan cara yang bisa mengarahkan gerakan sosial agar dapat meraih tujuan secara

cepat dan tepat. Selain perlu adanya desain pola yang rapi, HTI juga membutuhkan

strategi khusus untuk mencetak kader-kader yang militan, konsisten dan memiliki

kapasitas yang mempuni.

Pada saat ini di hampir seluruh tempat para aktivitas HTI melakukan sebuah

pergerakan yang berkonsentrasi pada penguatan basis massa dan sosialisasi tentang

ide-ide HTI, sebagaimana dikenal dengan istilah marhalah al-tafaul maa’a al-umah.

Page 90: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

78

Di kampus UIN Jakarta, pola gerakan yang dilakukan HTI terbagi dalam beberapa

bentuk gerakan seperti membentuk lembaga studi, melakukan afiliasi ke masjid-

masjid, membangun relasi antar pertemanan, memanfaatkan berbagai media, dan

bahkan melakukan aktivitas pembingkaian isu melalui tulisan, opini public,

interpretasi teks, dan lain-lain.

Agar penelitian ini bisa lebih mudah difahami penulis akan memaparkan

beberapa pola gerakan yang dilakukan HTI UIN Jakarta diantaranya adalah melalui

masjid yang dijadikan insturmen penggembangan jaringan, memanfaatkan relasi

keluarga dan pertemanan, dan pembingkaian isu-isu.

A. Masjid Sebagai Instrumen Pengembangan Jaringan Sosial HTI UIN

Jakarta (Ilustrasi Masjid Fatullah dan Masjid Baiturrahmah Legoso)

Studi tentang alat atau sumber daya sangat krusial dalam teori gerakan sosial

dalam rangka memahami infrastruktur pendukung yang dibutuhkan bagi gerakan

sosial. Dalam bab teoritis studi tentang alat ini dikenal sebagai mobilisasi sumber

daya atau pendekatan struktur mobilisasi (resource mobilization). Bagian ini akan

menjelaskan “alat” mobilisasi yang digunakan HTI UIN Jakarta untuk mencari

dukungan dan mengembangkan organisasinya.

Dalam teori gerakan sosial jenis sumber daya organisasi memiliki berbagai

bentuk seperti pemasukan dana gerakan, jejaring komunikasi, komitmen moral,

Page 91: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

79

justifikasi ideologi, kapasitas kepemimpinan, setrategi, dan perlengkapan lainnya.1

Dari berbagai bentuk sumber daya organisasi di atas, tulisan ini akan mengangkat

masjid sebagai instumen pengembangan jaringan dan instrmen bagi pelaksanaan

aktivitas organisasi untuk menjaring simpatisan.

Masjid merupakan lembaga utama bagi praktek keagamaan dalam masyarakat-

masyarakat muslim, dan sering kali dimanfaatkan sebagai struktur mobilisasi religio-

spesial oleh beragam kelompok Islamis. Dalam struktur fisik masjid, kalangan

Islamis menyelenggarakan kutbah, ceramah, dan kelompok-kelompok studi untuk

menyebarkan pesan gerakan tersebut, mengorganisasi tindakan kolektif, dan

merekrut anggota-anggota baru. Masjid-masjid juga menawarkan jaringan organik

dan nasional yang menghubungkan komunitas-komunitas aktivis di berbagai tempat.2

Keberadaan masjid di lingkungan kampus UIN Jakarta menjadi intrumen

yang penting bagi HTI untuk mengembangkan jaringan organisasi. Selain itu, masjid

juga tidak jarang dijadikan tempat oleh HTI untuk melaksanakan berbagai kegiatan-

kegiatan organisasi yang bertujuan untuk memperkenalkan ide-ide HTI. Dalam

pantauan penulis masjid yang kerap dijadikan tempat kegiatan HTI adalah Masjid

Fatullah dan Masjid Al-Mukhlisin, Masjid baiturrahmah, Masjid Al-Mugirah, dan di

masjid yang ada di dalam kampus UIN Jakarta (Strudent Center).

Keterlibatan HTI dengan masjid-masjid tersebut berawal dari hubngan

emosional antara aktivis HTI dengan pengurus majid. Berangkat dari hubungan

tersebut, selama ini para aktivis HTI bisa lebih mudah melaksanakan kegiatan-

kegiatan organisasinya seperti seminar, halaqah’am, diskusi-diskusi kecil,

1 Burhanudin Mukhtadi, Dillema PKS: Suara dan Syariah, (Jakarta: Paramadina, 2012), h.

118-119. 2 Quintan Wiktorowicz, Aktivisme Islam: Pendekatan Teori Gerakan Sosial, (Jakarta:

Yayasan Wakaf Paramadina, 2007), h. 33

Page 92: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

80

penyebaran opini melalui tulisan dan lain-lain. Dalam hal penyebaran opini para

aktivis HTI di UIN Jakarta sangat intensif membagikan tulisan rutin melalui buletin

Al-Islam yang di berikan setiap setelah salat Jum’at.

Menurut keterangan Haris (Ketua Ikatan Remaja Masjid Fatullah) yang

berhasil penulis wawancarai menyebutkan bahwa:

Jauh sebelum saya menjabat sebagai ketua IRMAFA para aktivis HTI telah memiliki

hubungan emosional dengan para senior-senior kami di IRMAFA. Adapun untuk

penyebaran opini Islam, dalam buletin Al-Islam, itu dilakukan sejak dulu dan rutin

setiap Jum’at. Bahkan, terkadang kami dari IRMAFA membantu mereka

membagikan buletin kepada para jama’ah salat Jum’at.3

Selain pembagain buletin, HTI juga sering bekerja sama dengan pengurus

Masjid Fathullah dalam program seminar dan para aktivis mereka juga sering

mengikuti program pengajian yang diadakan pengurus masjid. Lebih lanjut Haris

mengemukakan:

Sejak dari awal tahun 2013 ini, para aktivis HTI telah mengajak kerjasama dalam

program seminar mingguan yang bertemakan “Aqidah, dan Syariah, Solusi

Problematika Umat”. Dan sampai saat ini, sepengetahuan saya mereka telah

melaksanakan sekitar 15 kali seminar mingguan tersebut. Adapaun sebelum-

sebelumnya, saya tidak tahu pasti karena padasaat itu saya belum terlibat di

kepengurusan IRMAFA.

Berbagai keterangan Haris sama dengan keterangan yang disampaikan oleh

Adriansah (Pengurus Masjid Baiturrahmah Legoso), ia menyebutkan:

Kegiatan-kegiatan yang selama ini dilakukan HTI di sini adalah program seminar

mingguan yang bertema “Aqidah, dan Syariah, Solusi Problematika Umat”, seingat

saya, mereka mengadakan seminar di tahun ini sekitar 15 kali dan yang pernah saya

3 Wawancara penulis dengan Haris (Ketua Ikatan Remaja Masjid Fathullah UIN Jakarta),

pada 22 Mei 2013 pukul 20.3 wib. Di Masjid Fathullah Kel. Pisangan Kec. Ciputat Kota Tangerang

Selatan Prov. Banten.

Page 93: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

81

lihat anggotanya sekitar 15-20 per-peertemuan. Selain itu, mereka juga sering

mengadakan halaqah’am di sini, bahkan hampir setiap minggu ada.4

Dalam pengalaman penulis selama mengikuti halaqah’am hampir setiap

pertemuan dilakukan di masjid-masjid khususnya di ketiga masjid tersebut. Menurut

Gustar, selain diadakan halaqah’am masjid juga dijadikan sarana untuk

menghubungkan jaringan organik antara HTI dengan komunitas-komunitas HTI di

tempat-tempat lain. Melalui berbagai pengajian di masjid dan musola para aktivis

HTI bergabung dan berinteraksi dengan masyarakat dan para aktivis HTI di tempat

lain.5

Melihat fenomena di atas, jelas bahwa masjid tidak hanya melayani kebutuhan

keagamaan mahasiswa tetapi juga berperan menjadi institusi yang potensial bagi

berkembangnya gerakan sosial, tidak terkecuali HTI di UIN Jakarta.

B. Memanfaatkan Relasi Personal (Pertemanan dan Keluarga)

Gerakan sosial berakar dari kelompok-kelompok berjejaring yang kompleks

yang cenderung lebih memilih informalitas ketimbang kelembagaan yang

terfolmalkan. Banyak gerakan sosial Islam lebih mungkin memanfaatkan jaringan-

jaringan asosiasi hubungan-hubungan pribadi yang kuat. Bahkan organisasi Islam

sekaliber Ikhwanul Muslim dibentuk oleh jaringan-jaringan dinamis yang melampaui

4 Wawancara penulis dengan Andriansyah (pengurus Masjid Baiturrahmah Legoso Ciputat,

selain menjadi pengurus masjid, Andriyansah juga aktif sebagai Mahasiswa Science dan Teknologi

smester 8 UIN Jakarta), pada 12 April 2012, pukul 15.00 wib. Di Masjid Baiturrahmah Legoso Kel.

Pisangan Kec. Ciputat Kota Tangerang Selatan Prov. Banten. 5 Wawancara penulis dengan Gustar (Salah satu pembina Halaqoh Umum HTI UIN Jakarta),

pada 25 Maret 2013, pukul 20.00 wib, di Masjid Fathullah komplek perumahan UIN Jakarta Kel.

Pisangan Kec. Ciputat Kota Tangerang Selatan Prov. Banten.

Page 94: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

82

parameter-parameter lingkup organisasi formal yang menghubungkan para aktivis

dengan kalangan sahabat, keluarga, dan kolega-kolega lain.

Pola jaringan yang dibangun sebenarnya mempersulit bagi penelitian karena

jaringan yang dibentuk berakar pada interaksi-interaksi pribadi dan hubungan-

hubungan sosial. Guna mendapatkan akses ke jaringan-jaringan ini penulis harus rela

melakukan kerja lapangan yang menghabiskan cukup banyak waktu. Selain itu,

penulis juga harus berusaha meyakinkan kepercayaan, membangun persahabatan dan

terus melakukan interaksi yang berulang-ulang agar mendapatkan hasil yang optimal.

Dalam analisa yang selama ini penulis lakukan terhadap HTI di UIN Jakarata,

hubungan personal baik pertemanan maupun keluarga memiliki pengaruh yang besar

terhadap ketersediaan anggota untuk terlibat dalam HTI di UIN Jakarta. Pola

pendekatan yang dilakukan HTI terahadap mahasiswa biasanya memiliki beragam

bentuk. Sebagaimana keterangan Zakiyatun Nufus saat berdialog dengan penulis,

mengatakan

Dulu saya pernah memasuki beberapa organisasi ekstra kampus seperti PMII, IMM,

HMI, yang ditawarkan oleh mahasiswa di lobi-lobi kampus. Pada saat itu, saya belum

mengenal HTI sama sekali. Di HMI, PMII dan lain-lain saya mengenal organisasi

tersebut dengan sendiri, karena pola rekrutmen yang mereka lakukan relatif terbuka

untuk umum dan banyak bertebaran di fakultas-fakultas. Kemudian, selama di HMI

dan PMII, saya tidak menemukan perbedaan, kedua organisasi ini menurut saya hampir

sama, mereka sangat aktif dalam politik kampus. Lalu, awal persentuhan saya dengan

HTI perta di bangun sejak tahun 2010, pada waktu itu saya mengikuti seminar yang

temannya saya lupa, tapi seminar itu di laksanakan di Student Center UIN Jakarta. Di

sana saya berdialog dengan Novi mahasiswi dari Fakultas Tarbiyah. Dari obrolan

tersebut saya diperkenalkan tentang berbagai hal terkait Islam dan perempuan.

Awalnya kami tidak menyinggung soal HTI, tetapi Novi sangat mahir menghubungkan

peren perempuan dengan Islam. Daya kritis dan luasnya pengetahuan dia tentang Islam,

membuat saya tertarik berhubungan dengan dia. Dari situ saya diajak beberapa kali

diskusi kecil di kampus, dan disana saya diperkenalkan dengan muslimah-muslimah

HTI dari berbagai fakultas. Di HTI saya menemukan perbedaan dengan organisasi lain,

Page 95: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

83

bagi saya HTI cukup konsisten dalam memperjuankan dakwah Islam. Itulah awal dari

persentuhan saya dengan HTI, dan hingga saat ini hubungan pertemanan kami sangat

baik meskipun kami sudah jarang bertemu karena Novi saat ini sudah selesai

menamatkan kuliahnya.6

Pengalaman yang dialami Nufus memiliki kesamaan dengan Munawir.

Munawir adalah mahasiswa semester awal pada prodi Pendidikan Agama Islam

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta. Di sela-sela perbincangannya

dengan penulis, ia menyebutkan pengalaman pribadinya saat pertama dia bersentuhan

dengan HTI. Dalam keterangan Munawir, dia mengaku bahwa dirinya mengenal HTI

berawal dari pertemanan dikos-kosan tempat tinggalnya. Di tempat dia tinggal, dia

mengenal Gustar aktrivis HTI dan Mahasiswa Prodi Bahasa dan Sastra Arab Fakultas

Adab dan Humaniora. Sejak pertemanannya dengan Gustar itulah Munawir sering

diajak mengikuti kegiatan-kegiatan HTI. Dalam wawancara dengan penulis

menyebutkan:

Saya mengenal HTI dari tetangga sekosan saya, Ust. Gustar. Dari situ saya sering

diajak berdiskusi mingguan dengan teman-temah HTI di Gema Pembebasan. Dari

pertama saya masuk UIN Jakarta, organisasi eksternal yang saya geluti hanyalah

HTI. Di HTI saya bisa banyak belajar tentang Islam dan lain-lain. Saya tertarik

dengan Islam kerena latar belangang pendidikan saya adalah sekolah umum

sementara di UIN Jakarta saya di tuntut mempelajari tentang Islam. Di HTI inilah

6 Wawancara penulis dengan Zakiyatun Nufus (anggota muslimah HTI UIN Jakarta. Nufus

adalah mahasiswi Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Smster IV. Wacancara penulis dengan responden

dilakukan secara tertutup artinya wawancara yang dilakukan penulis tidak begitu formal. Adapun

bentuk pengambilan data yang penulis lakukan adalah dengan memanfaatkan obrolan-obrolan

sederhana di lobi-lobi kampus khususnya di fakultas dakwah dan komunikasi. Pola wawancara seperti

ini, bertujuan untuk mempermudah penulis dalam berinteraksi untuk mendapatkan data-data. Di HTI,

pada umumnya hubungan laki-laki dan perempuan memiliki batasan-batasan tertentu dalam

berinteraksi. Selain itu, apabila terdapat peneliti atau siapapun yang ingin meneliti tentang HTI, maka

peneliti tersebut diwajibkan untuk mendapatkan rekomendasi dari DPP HTI terlebih dahulu. Berangkat

dari kesulitan-kesulitan ini, beberapa pengambilan data yang penulis dapatkan dilakukan melalui

wawancara tertutup, termasuk dengan Zakiyatun Nufis. Wawancara dilakukan pada 27 Mei 2013, di

kantin Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Pukul 13.00 wib.

Page 96: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

84

saya pasilitasi untuk mengenal dan mengkaji tentang Islam. Saat ini, saya masih

mengikuti halaqah’am HTI yang dilakukan setiap se-minggu sekali.7

Beberapa keterangan-keterangan yang di kemukakan di atas, jelas menunjkan

bahwa relasi pertemanan sangat efektif digunakan oleh aktivis HTI dalam rangka

merekrut dan memperkenalkan gagasan-gagasan HTI ke mahasiswa. Sebagimana

telah dijelaskan dalam babsebelumnya bahwa setiap aktivis dan mudaris yang

mengikuti pendidikan di HTI diberikan tanggung jawab untuk menyebarkan gagasan-

gagsan HTI ke yang lainnya. Setrategi seperti ini sangat efektif bagi gerakan sosial

untuk memperluas pengaruh dan memperkuat jumlah anggotanya. McAdam

menyebutkan bahwa idividu-individu tertarik berpartisipasi bukan hanya karena

gagasan atau bahkan sikap individu, melainkan akibat keberakaran mereka dalam

jaringan-jaringan yang menjadikan mereka secara struktural tersedia bagi aktivitas.8

Selain memanfaatkan relasi pertemanan, faktor keluarga atau jaringan

keluarga juga mendorong perluasan ke anggotaan HTI. Untuk memperkuat asumsi

ini, Faisal Fikri (Anggota HTI dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan pada Prodi

Pendidikan Agama Islam) mengatakan:

Bagi saya organisasi HTI bukanlah organisasi yang asing atau baru saya kenal. Di

pandeglang saya didibesarkan di keluarga yang memiliki hubungan dekat dengan

para aktivis HTI. Kaka saya adalah aktivis HTI di Universitas Matlaul Anwar

Banten. Saat saya studi di Madrasah Aliah, saya sering diajak kaka saya ke acara-

acara seminar di kampus, hanya saja pada saat itu saya tidak sempat mengikuti

halaqah resmi HTI. Di keluarga pun kami sering berdiskusi dengan orang tua tentang

Islam dan politik, di sana saya telah dibekali pengetahuan-pengetahuan tentang

khilafah. Selanjutnya, setelah saya kuliah di UIN Jakarta, saya langsung

7 Wawancara penulis dengan Munawir (peserta halaqah’am HTI Uin Jakarta) di Sekertariat

HTI UIN Jakarta Semanggi II. Pada 23 Mei 2013, pukul 20.20 wib. 8 Syamsul Arifin, Ideologi dan Praksis Gerakan Sosial Kaum Fundamentalis: Pengalaman

Hizb al-Tahrir Indonesia, (Malang: Universitas Muhamadiyah Press, 2005), h. 201.

Page 97: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

85

diperkenalkan dengan HTI atas bantuan jaringan dari kaka yang kebetulan beliau

memiliki banyak teman dengan HTI di UIN Jakarta.9

Keterangan Fikri memiliki kemiripan dengan pengalaman penulis saat penulis

memutuskan untuk mengikuti halaqah’am HTI. Dalam pengalaman penulis, para

senior yang menjadi pembina halaqah’am tidak jarang meminta penulis untuk

mengsosialisasikan ide-ide HTI pada keluarga penulis, bahkan diantara mereka

sempat beberapa kali meminta untuk diperkenalkan kepada keluarga.

Pola seperti inilah yang penulis temukan di lapangan selama penulis terlibat

dalam aktivitas-aktivitas HTI di UIN Jakarta. Jaringan keluarga dan relasi pertemanan

memiliki peran penting bagi HTI untuk memperluas ide-ide HTI pada masyarakat.

Dari beberapa data dan fakta yang penulis temukan menunjukan bahwa strategi

jaringan keluarga dan pertemanan cukup berhasil dilakukan HTI di UIN Jakarta.

C. Membentuk Kelompok Studi dan Memanfaatkan Sarana Kampus

Dalam upaya memaksimalkan sebuah gerakan biasanya gerakan sosial

memanfaatkan berbagai sumber daya organisasi, agar proses penyampaian pesan dan

perekrutan aggota bisa berjalan dengan optimal. Adapun bentuk dari pemanfaatan

sumber daya organisasi terbagi ke dalam beragam varian seperti pembuatan wadah

9 Wawancara penulis dengan Faisal Fikri mahasiswa pada Prodi Pendidikan Agama Islam

semester X. Faisal Fikri terlibat dalam kegiatan-kegiatan HTI sejak pertama dia masuk kuliah di UIN.

Faktor keluarga merupakan unsur yang paling dominan bagai keterlibatan Fikri pada HTI, karena

secara kultural fikri dibesarkan dalam keluarga yang memiliki hubungan kuat dengan HTI. Ustadz.

Asep Miftahudin adalah kaka kandung Fikri yang juga aktivis senior HTI di Pandeglang Banten.

Dalam keterangannya, Ustadz. Asep inilah yang paling berpengaruh dalam mengenalkan ide-ide HTI

pada keluarga. Wawancara dilakukan pada 23 Mei 2013 di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

pukul 10.00 wib.

Page 98: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

86

mobilisasi, pengembangan jejering, pemanfaatan aktor dan anggota, pembagian kerja,

afiliasi dengan lembaga-lembaga eksternal dan lain sebagainya.

Sebagai gerakan sosial HTI juga turut terlibat dalam pemanfaatan sumber

daya organisasinya. Di UIN Jakarta berbagai sumber daya organisasi yang digunakan

HTI memiliki beragam bentuk diantaranya adalah membentuk jejaring sosial,

pembuatan opini publik, afiliasi ke berbagai lembaga, pemberdayaan aktivis,

kelompok-kelompok studi dan lain sebagainya.10

Berhubungan dengan kelompok-kelompok studi, HTI di Kampus UIN Jakarta

telah membentuk beberapa kelompok studi yang bertujuan untuk mengembangkan

intelektual bagi anggota maupun non-anggota. Sebagaimana dikatakan oleh Gustar

yaitu beberapa kolompok studi yang dibentuk dan dimiliki HTI di UIN Jakarta yaitu

kelompok diskusi Gema Pembebasan, LISMA HTI, Muslim Science Community

(MSC), Muslimah HTI dan lain-lain.11

Lebih lanjut Gustar mengatakan bahwa waktu

pelaksanaan diskusi di atas diselenggarakan tidak menentu atau dengan kata lain

bersifat kondisional. Namun, dalam satu minggunya selalu saja ada minimal satu kali

dilaksanakan, bahkan terkadang lebih. Keterangan Gustar sama dengan keterangan

dari Ust. Fadlan dia mengatakan:

Di HTI teman-teman tidak hanya diajak untuk belajar berorganisasi praktis, namun

para anggota HTI akan diajak untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang bertujuan

untuk pengembangan intelektual yang biasa diadakan oleh kelompok-kelompok

10

Wawancara penulis dengan Ust. Fadlan (Ketua Komisariat HTI UIN Jakarta), pada 5

Febriari 2013, pukul 15.00 wib, di Masjid Baiturrahmah Legoso Kel. Pisangan Kec. Ciputat Kota

Tangerang Selatan Prov. Banten. 11

Wawancara penulis dengan Gustar (Salah satu pembina halaqah’am HTI UIN Jakarta),

pada 25 Maret 2013, pukul 20.00 wib, di Masjid Fathullah Kompelek Perumahan UIN Jakarta Kel.

Pisangan Kec. Ciputat Kota Tangerang Selatan Prov. Banten.

Page 99: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

87

diskusi HTI, seperti Gema Pembebasan, LISMA untuk muslimah HTI, Jalasamuna,

dan bahkan khusus di Fakultas Science dan Teknologi mereka membuat MSC

(Muslim Science Community). Selain kelompok studi, kami (HTI) juga sering

melakukan diskusi dalam bentuk seminar, dengan cara bekerjasama dengan

organisasi-organisasi di kampus.12

Terkait dengan tempat dan anggota yang ikut dalam diskusi di HTI, para

peserta tidak mempetak-petakan atau bersifat sektarian artinya diskusi ini bersifat

terbuka untuk siapa saja yang ingin mengikuti diskusi. Bagi HTI keterlibatan anggota

diskusi dari luar justru akan memberikan nuansa berbeda saat berdiskusi. Seperti di

katakan Hanif bahwa:

Pelaksanaan diskusi yang kami lakukan itu bisa dimana saja, baik itu dilobi kampus, di

kos-kosan, dikelas, di masjid-masjid, bahkan di warung-warung. Saya ingat pada 10

April kemerin juga para Muslimah HTI Chapter UIN Jakarta, mengadakan dialog

Interaktif: dengan tema: “Menjawab Pertanyaan Seputar Khilafah”, yang diadakan di

rumah makan Bambu INA. Nah, itu bagian daripada acara yang dilakukan HTI UIN

Jakrta. Dan dalam pelaksanaan diskusi kami terkadang mengajak teman-teman

mahasiswa baik yang sudah bergabung dalam organisasi maupun yang belum. Bahkan,

kami senang bila kami melibatkan perwakilan dari organisasi lain seperti dari HMI,

PMII, IMM, sebab dengan keberadaan mereka diskusi akan lebih menarik.13

Dalam pengalaman penulis selama mengikuti kegiatan HTI UIN Jakarta,

aktivitas diskusi HTI yang tidak melibatkan orang di luar HTI hanyalah agenda

Jalasamuna (duduk melingkar) yang diadakan se-bulan sekali. Selain berdiskusi

dengan tema tertentu, Jalasamuna juga dijadikan ajang evaluasi aktivitas

keorganisasian. Dalam agenda ini, seluruh aktivis HTI baik itu yang masih setatusnya

12

Wawancara penulis dengan Ust. Fadlan (Ketua Komisariat HTI UIN Jakarta), Pada 5

Febriari 2013, pukul 15.00 wib.di Masjid Baiturrahmah Legoso Kel. Pisangan Kota Tangerang Selatan

Prov. Banten. 13

Wawancara penulis dengan Ust. Hanif (Kativis HTI UIN Jakarta pada Fakultas Ushuludin

dan Filsafat), pada 11 Juni 2013 pukul 17.07 wib, di Masjid Setudent Center (SC) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Page 100: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

88

mudaris maupun yang sudah menjadi kader resmi sama-sama diharapkan untuk hadir.

Menurut Ust. Fadlan:

Agenda jalasamuna di HTI dilakukan minimal se-bulan sekali dan agenda ini dijadikan

ajang silaturahmi bagi kader dan aktivis HTI secara keseluruhan. Lalu, dalam

jalasamuna inilah kami melakukan evaluasi aktivitas keorganisasian yang telah

dilakuakn serta merumuskan agenda-agenda selanjutnya yang akan dilakukan. Dalam

jalasamuna, kami tidak melibatkan aktivis Hizbu Tahrir dari musliamah. Adapaun

perempuan mereka memililiki aktivitas khusus yang dihadiri oleh muslimah.14

Dari berbagai pemaparan di atas, dapat ditemukan bahwa pola gerakan yang

dilakukan HTI di UIN Jakarta tidak hanya memiliki satu bentuk kegiatan saja, namun

mereka menggunakan beragam cara demi terwujudnya agenda besar mereka. Oleh

karena itu, keberadaan lembaga-lembaga studi menjadi instrumen penting dalam

organisasi HTI di UIN Jakarta, karena berangkat dari kelompok kecil ini HTI bisa

lebih mudah mensosialisasikan ide-ide dan menyebar pengfaruhnya kepada

mahasiswa/mahasiswi.

D. Pembingkaian Isu Sebagai Pola Gerakan HTI di UIN Jakarta

Secara teoritis selain dimensi-dimensi strategis dan strukturalis dari mobilisasi

yang digambarkan dalam teori mobilisasi sumberdaya dan model proses politik,

pendekatan gerakan sosial semakin kuat mengkaji bagaimana individu peserta

mengoptimalisasikan diri mereka sebagai suatu kolektifitas; bagaimana para calon

peserta diyakinkan untuk berpartisipasi; dan cara-cara dimana makna diproduksi,

diartikulasikan dan disebarkan oleh aktor-aktor gerakan melalui proses interaktif.

Dalam perkembangan pendekatan teori gerakan sosial, minat ini terangkum dalam

14

Wawancara penulis dengan Ust. Fadlan (Ketua Komisariat HTI UIN Jakarta), Pada 5

Febriari 2013, pukul 15.00 wib di Masjid Baiturrahmah Legoso Kel. Pisangan Kota Tangerang Selatan

Prov. Banten.

Page 101: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

89

studi tentang pembingkaian (framing) yang pada sub tulisan ini akan penulis gunakan

untuk mendeteksi pola gerakan yang dilakukan HTI di UIN Jakarta.

Dalam pantauan penulis selama ini usaha yang dilakukan HTI untuk merekrut

dan memobilisasi massa yaitu salah satunya dengan melibatkan diri melalui produksi

makna. Istilah “pembingkaian” (framing) itu sendiri digunakan untuk

menggambarkan proses pembentukan makna.15

Bingkai merupakan skema-skema

yang menyebarkan sebuh bahasa dan sarana kognitif untuk memahami pengalaman-

pengalaman dan peristiwa-peristiwa di “dunia luar”. Bagi gerakan sosial, skema ini

penting untuk menghasilkan dan menyebarkan penafsiran gerakan dan dirancang

untuk memobilisasi para peserta dan dukungan.

Karena dalam penelitian ini HTI sebagai pemeberi makna yang terlibat dalam

kontruksi sosial makna, maka HTI harus mengartikulasikan dan menyebar luaskan

kerangka-kerangka pemahaman yang mempengaruhi para calon peserta dan publik

secara luas untuk merangsang mereka agar terlibat dalam gerakan. Bentuk

pembingkaian HTI di UIN Jakarta dapat diliat pada pembentukan sebuah isu, baik isu

nasional maupun isu internasional. Adapun transformasi makna yang dihasilkan dari

interpretasinya bisa beragam bentuk seperti demonstrasi, interaksi individu,

pembuatan opini, interpretasi terhadap teks, penyebaran opini melalui sms dan lain-

lain.

15

Arifin, Ideologi dan Praksis Gerakan Sosial Kaum Fundamentalis: Pengalaman Hizb al-

Tahrir Indonesia, h. 40.

Page 102: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

90

Salah satu komponen penting dari beberapa pembingkaian yang dilakukan

HTI di UIN Jakarta adalah dengan menyalahkan penyebaran nilai-nilai dan praktek-

praktek Barat yang dianggap menjadi sebab bagi kemunculan berbagai penyakit

sosial, seperti pengangguran, kemandekan ekonomi, hutang yang membengkak,

terpuruknya kesejahteraan dan lain-lain. Klaim menyalahkan nilai-nilai Barat ini

adalah bagian dari usaha diagnostik HTI terhadap kondisi sosial. Dalam klasifikasi

David Snow usaha ini ditunjukan untuk mengdiagnosis kondisi sebuah persoalan

yang perlu ditangani.16

Dalam usaha pengumpulan data di lapangan, penulis menemukan beberapa

bentuk data yang terkait dengan usaha diagnostik HTI terhadap kondisi sosial, yaitu

berupa tulisan-tulisan, pesan-pesan sms, maupun keterangan-keterangan wawancara

dengan aktivis HTI. Terkait pesan-pesan dari opini misalnya, Gema Pembebasan

menerbitkan buletin Edisi I Oktober 2012, dengan tajuk “Bahaya Deradikalisasi”.

Dalam tulisan tersebut HTI mengangkat isu utama tentang radikalisasi dan

penghinaan terhadap nabi.

Terkait dengan wacana deradikalisasi tersebut, proses pembingkaian terlihat

pada kritik HTI terhadap isu tersebut. Kritik HTI terkait dengan wacana radikalisasi

yaitu dengan menyerang balik Barat sebagai agen-agen pembuat wacana radikalisasi

yang bertujuan untuk memecah belah dan mendeskriditkan Islam. Kemudian, HTI

juga menuduh gagasan-gagasan Barat seperti isu HAM, demokrasi, yang diprakarsai

16

Mukhtadi., Dillema PKS: Suara dan Syariah, h. 165.

Page 103: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

91

Amerika dan bekerja sama dengan organisasi-organisasi Islam moderat seperti JIL

memiliki proyek politik yang merugikan umat Islam.17

Opini lain yang diterbitkan HTI melalui Gema Pembebasan adalah Buletin

edisi I November 2012 dengan tajuk “RUU Kemanan Nasional: Konspirasi Penguasa

Menuju Negara Tiran”. Adapun sub tema yang di angkat didalamnya adalah

“Berantas Korupsi dengan Syari’ah dan Khilafah” dan “Peran Pemuda dan

Mahasiswa: Menyongsosng Kebangkitan Islam”.18

Dalam buletin tersebut HTI

meletakan isu non-Islam yaitu korupsi sebagai pembahasan utamanya. Meskipun HTI

dikenal sebagai gerakan Islam semi fundamentalistik, namun gerakan mereka tidak

hanya terfokus pada persoalan-persoalan simbilok saja seperti kewajiban menutup

aurat, anti-zinah, tegakan syari’at Islam dan dsb. Adanya tema-tema non-Islam yang

dikembangkan HTI menandakan bahwa HTI telah melakukan pengembangan isu

yaitu dari isu-isu Islam menuju isu non-Islam (RUU keamanan nasional, migas,

korupsi dll).

Beberapa data yang menulis berhasil rangkum terkait mengembangan isu oleh

HTI UIN Jakarta dapat ditemukan melalui pesan sms yaitu:

Pesan sms pada April 11, 2013 4:59:48 PM :

Undangan untuk seluruh Sybab yang merindukan tegaknya syari’ah dan khilafah.

Hadir aksi tolak RUU Ormas Jumat 12/4 Jan 09.00-16.00 di depan gedung DPR RI.

Luruskan niat, jaga kesehatan, siapkan keperluan pribadi, alat solat, makan siang, jas

hujan, topi dll. Nyatakan keberpihakan kita pada Islam. Target 10.000 massa,

17

Gema Pembebasan, “Bahaya Deradikalisasi”, Buletin, edisi I Oktober 2012, bag. 1-2. 18

Gema Pembebasan,” RUU Keamanan Nasional: Konspirasi Penguasa Menuju Negara

Tiran”, Buletin, edisi I November 2012, bag. 1-2

Page 104: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

92

berangkat dari UIN pukul 07.30, halte UNCP: 08788499850 (Faiz).

Yassarakummullah

May 2013 5:11:14 Am :

Salam kawan-kawan, hari kebangkitan nasional diperingati setiap tahunnya, namun

kebangkitan hakiki tidak pernah nyata. Sementara, kemiskinan dan korupsi terus

meningkat, negeri ini pun terus dijajah oleh kapitalisme.

Maka Gema Pembebasan mengundang kawan-kawan dalam aksi damai dan

sosialisasi opini Mukhtamar Khilafah. Rabu 22 Mei 2013, pukul 13.00-1500 wib.

Rute, Patung Kuda Monas-Istana Negara Cp: Firman Kelana. 085711387009.

“Mahasiswa Bersatu Sambut Perubahan Besar Dunia Menuju Khilafah”

Selanjutnya proses pembingkaian lainnya terlihat pada pembentukan wacana khilafah

Islamiyah. Dalam melakukan diagnostik terhadap kondisi sosio-politik umat Islam

HTI berkesimpulan bahwa rapuhnya tatanan sosio-politik umat Islam diakibatkan

oleh intervansi politik Barat terhadap negara-negara Islam. Kemudian di internal

Islam sendiri gagasan politik Islam tidak lagi dipraktekan oleh umat Islam di dunia.

Oleh karena itu, paket solusi yang ditawarkan oleh HTI untuk memeperbaiki tatanan

politik umat Islam adalah dengan kembali pada struktur politik khilafah Islamiyah.

Di UIN Jakarta akivis HTI melakukan proses pembingkaian dengan

menggunakan gagasan khilafah yang dipropagandakan terhadap mahasiswa di

lingkungan kampus. Beberapa propaganda tersebut dapat diidentifikasi melalui

pesan-pesan singkat SMS seperti:

Maret 19. 2013 5:25:50 Am :

Silahkan di sebar merata ketengah-tengah umat. Asslamualaikum,

Seruan menegakan khilafah semakin menggema keseluruh belahan bumi, umat telah

sadar bahwa hanya dengan khilafah problematika umat dapat terselesaikan. Hanya

dengan khilafah dapat terwujud khairo umah (umat yang baik). Ikuti Seri Kajian dan

Analisa (SRIKAYA), “Metode Menegakan Khilafah Zaman Modern”, selasa 19

Maret 2013 di Masjid SC. Pukul 15:30-17.00 wib. Pembicara: Ustadz. Ahmad Fikri,

M. SI. Wassslam Cp. 08993645678

Page 105: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

93

Juni 3, 2013 7:49:40 PM

Asslm. Tegaknya khilafah semakin dekat, suksesnya pelaksanaan MK (Muktamar

Khilafah) dan kemenangan para mujahidin di Suriah sangat layak untuk diketahui

oleh para Syabab. Oleh karenanya, mohon beritahukan pada para Syabab

(hizby+daris) agar hadir pada dialog khusus dengan Hadrotussyaikh Hisyam Baba

(syabab Suriah), waktu Selasa 4/6 pukul 19:30-selesai. Tempat SMK 57, patikan

seluruh Syabab hadir dan mohon membawa uang untuk dana yang akan kita

sampaikan bagi saudara-saudara kita di Suriah, Cp. 085782616336 (Gustar).

Jika diperhatikan dari sisi substansi berbagai pesan sms tersebut, HTI jelas

melakukan pembingkaian isu. Dalam pesan yang disampaikan pada 22 Mei di atas,

HTI mendiagnosis konteks sosial dengan menekankan kapitalisme sebagai pokok

persoslan kemiskinan, korupsi dan lain sebagainya. Kemudian, HTI menawarkan

Islam dalam bingkai khilafah adalah satu-satunya jalan keluar atau resep untuk

mengatasi masalah-masalah tersebut sekaligus proses identifikasi dan strategi, taktik

dan target. Elemen pembingkaian seperti inilah yang dikonseptualisasikan oleh David

Snow dan Robet Benford sebagai pembingkaian prognostik (prognostic framing).19

Dalam redaksi akhir pesan-pesan tersebut para aktivis HTI menawarkan

sebuah ajakan untuk bergerak setelah sedikit digambarkan tentang persoalan. Dalam

pandangan Snow dan Benford, inilah bagian dari tahapan pembingkaian motivasi

(motivational framing), yang sengaja di bentuk sebagai suatu proses psikologis untuk

mengajak partisipan untuk bergerak dan berinteraksi setelah diagnosis persoalan dan

19

Wiktorowicz, Aktivisme Islam: Pendekatan Teori Gerakan Sosial, h. 40.

Page 106: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

94

paket sosusi. Adapun bentuk ajakan tersebut biasanya memiliki berbagai bentuk

seperti aksi, mengikuti diskusi, seminar, pengajian dan lain-lain.20

Selama penulis mengikuti kegiatan-kegiatan HTI baik itu dalam seminar

maupun ketika penulis mengikuti tahapan halaqah’am dan diskusi-diskusi kelompok,

para aktivis HTI selalu menekankan ide tentang khilafah sebagai proyek akhir dalam

perjuangannya. Sebagaimana dikemukakan oleh Ust. Hanif yaitu:

Dalam bentuk kegiatan apapun baik itu seminar, halaqah’am, demonstrasi,

pembuatan opini dsb. Ide menyampaikan khilafah menjadi kewajiban bagi aktivis

HTI, agar gema khilafah akan selalu ada dan terus akan diperjuangkan oleh para

aktivis HTI. Kemudian, agara para umat Islam ingat dan sadar bahwa khilafah adalah

sosusi bagi persoalan umat.21

Dalam teori gerakan sosial aktivitas HTI yang mengedepankan gagasan khilafah

tersebut masuk ke dalam elemen pembingkaian. Proses pembingkaian khilafah hadir

sebagai alternatif untuk mengembalikan kondisi umat dari pengaruh ide-ide Barat

seperti demokrasi, sekulerisme, kapitalisme, matrealisme dsb.

Ide khilafah jelas memiliki magnet yang kuat dalam mindset masyarakat,

karena gagasan ini hadir satu paket dengan nilai-nilai Islam. Tidak menuntut

kemungkinan pembingkaian terhadap ide khilafah dijadikan sebagai strategi

mobilsasi bagi HTI untuk memperoleh dukungan ideologis dari individu dan

kelompok masyarakat agar masyarakat bersedia untuk berjuang bersama-sama dan

20

Pengalaman pribadi penulis selama penulis menjadi mudaris HTI UIN Jakarta. Istilah

mudaris itu sendiri biasanya diberikan kepada partisipan yang tertarik terhadap ide-ide HTI dan

menyatakan siap untuk mengikuti proses tahapan-tahapan yang biasa dilakukan HTI untuk menjadi

hijbiyyun (kader partai). 21

Wawancara penulis dengan Ust. Hanif (Kativis HTI UIN Jakarta pada Fakultas Ushuludin

dan Filsafat), pada 11 Juni 2013 pukul 17.07 wib, di Masjid Setudent Center (SC) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Page 107: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

95

memberdayakan sumberdaya mereka seperti uang, waktu, kemampuan, dan kehlian

untuk kepentingan HTI.

E. Strategi Kaderisasi HTI di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

HTI adalah organisasi yang memiliki misi global yaitu terciptanya tatanan

yang Islami dibawah struktur politik khilafah Islamiyah. Para aktivis HTI menyadari

bahwa untuk mewujudkan misi besar ini bukanlah perkara yang mudah, terlebih pada

umumnya masyarakat pada saat ini lebih banyak menerima konsep politik modern

seperti nation-state (negara-bangsa), dibandingkan dengan kepemimpinan sentralistik

yang disebut khilafah. Meskipun keyataan itu diakui oleh HTI, akan tetapi hal

tersebut tidak menyurutkan semangat dalam melakukan gerakan-gerakannya.

Untuk mewujudkan obesinya itu, HTI telah merancang langkah-langkah

strategis gerakan sosial yang dibagi ke dalam beberapa tahapan. Beberapa tahapan

yang bisanya dipraktekan HTI tidak hanya sebagai strategi gerakan saja, namun

karena dalam tahapan tersebut terdapat penggempelangan untuk mendidik kader,

maka tahapan itu dapat disebut strategi kaderisasi anggota HT.

1. Tahapan Pembinaan dan Pengkaderan (Al-Tahqif)

Perkembangan HTI di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta juga dimulai dengan

al-tathqif. Pada bab sebelumnya telah dikemukakan bahwa HTI masuk ke UIN

sekitar tahun 2001-an dan pola pergerakan yang digunakan HTI masih bersifat

ekslusif. Oleh karena itu, aktivitas halaqah’am yang biasa dilakukan para aktivis HTI

juga sangat terbatas. Halaqah sendiri merupakan bagian dari aktivitas wajib yang

Page 108: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

96

dilakukan oleh para aktivis HTI untuk membina calon-calon kader HTI agar kader

HTI memiliki kapasitas dan loyalitas tinggi terhadap organisasi.

Menurut keterangan Ust. Fadlan, bahwa pola gerakan yang dilakukan HTI di

UIN Jakarta pada pase awal yaitu dengan melakukan halaqah’am secara tertutup,

namun pada saat ini kegiatan halaqah’am HTI bersifat lebih terbuka bahkan hampir

setiap hari di lakukan. Kegiatan ini merupakan kewajiban aktivis HTI, terutama yang

sudah dalam katagori senior.22

Dengan adanya sistem ini maka setiap anggota HTI

memiliki anggota binaan, bahkan ini berlaku juga untuk katagori kader yang masih

berada di level mudaris (orang yang masih belajar tentang HTI).23

Dalam pernyataan Ust. M. Gustar salah satu aktivis HTI UIN Jakarta,

menyebutkan bahwa pada saat ini halaqah’am dilakukan dimana saja, yang

terpenting antara pembina dan mudaris terdapat kesepakatan. Adapun untuk katagori

tempat kegiatan halaqah’am biasanya dilakukan di sekitar kampus terutama di

masjid-masjid. Materi yang biasa diberikan masih bersifat umum seperti tentang

aqidah, dakwah, hukum Islam, mab’da (ideologi), dan ta’rif (HTI).24

Pengalaman

penulis selama mengikuti halaqah’am ada materi-materi non-agama yang diberikan

22

Wawancara penulis dengan Ust. Fadlan (Ketua Komisariat HTI UIN Jakarta), pada 5

Febriari 2013 pukul 15.00 wib.di Masjid Baiturrahmah Legoso Kel. Pisangan Kec. Ciputat Kota

Tangerang Selatan Prov. Banten. 23

Pengalaman seorang mudaris diberikan amanah untuk membuna halaqah’am, dialamii

sendiri oleh penulis, mengingat penulis saat ini telah menjadi salah-satu mudaris yang telah melewati

tahapan halaqah’am HTI. Penulis bergabung dan memulai mengikuti tahapan halaqah’am sejak 15

April 2013, dan selesai pada 2 Juni 2013. 24

Wawancara penulis dengan Ust. Gustar (salah satu pembina halaqah’am HTI UIN

Jakarta), di Masjid Fathullah Kel. Pisangan Kec. Ciputat Kota Tangerang Selatan Prov. Banten, pada

25 Maret 2013, pukul 20.00 wib.

Page 109: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

97

HTI, seperti kajian politik demokrasi. Adapun metode panyampaiannya berupa

diskusi, dimana pemateri terlebih dahulu memberikan menyampaikan sistem politik

Islam, lalu kemudian dikomparasikan dengan konsep politik demokrasi.

Target awal halaqah’am ditunjukan untuk menggugah seseorang agar tertarik

dengan ide-ide HTI. Dengan demikian bisa dikatakan halaqah’am merupakan

kegiatan awal untuk merekrut anggota HTI. Untuk melakukan halaqah’am, para

aktivis HTI menggunakan berbagai cara. Salah satunya dengan memanfaatkan relasi

pertemanan. Dalam keterangan Ust. Hanif menyebutkan bahwa:

Cara HTI menyebarkan gagasan-gagasannya dilakukan dimana saja, termasuk dikos-

kosan, di kampus, di kelas, di masjid dan lain sebaginya. Dari situ para anggota HTI,

akan mengajak dialog dan berdiskusi dengan teman-temanya, biasanya kami

melakukan diskusi dengan mengangkat tema-tema umum yang kemudian

dikomparasikan dengan gagasan-gagasan HTI. Bagi siapa saja yang tertarik dengan

ide-ide kami, maka kami akan mengundang mereka dalam kegiatan-kegiatan HTI di

kampus maupun di luar kampus.25

Menurut para aktivis HTI cara seperti ini dianggap sangat efektif untuk

menyebarkan ide-ide HTI di kampus UIN Jakarta. Hal ini diakui oleh Munawir,

menurutnya pertama kali dia diperkenalkan tentang HTI oleh temannya yang tidak

disebutkan namanya, kemudian dia diajak ke acara-acara HTI dan berawal dari situ

dia mulai mengikuti halaqah’am HTI hingga sekarang.26

25

Wawancara penulis dengan Ust. Hanif (Kativis HTI UIN Jakarta pada Fakultas Ushuludin

dan Filsafat), pada hari/ tanggal/ tahun. Di Bescamp HTI Semanggi II Ciputat Tangerang Banten. 26

Munawir adalah mahasiswa pada prodi sosioligi agama smester sembilan Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta. Wawancara ini dilakukan secara tertutup melalui obrolan-

obrolan sederhana di lantai dasar Fakultas IlmuTarbiyal dan Keguruan, pada 16 April 2013. Pukul

17.00 wib.

Page 110: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

98

Mudaris selanjutnya adalah Izudin, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan

Politik smenter empat pada prodi Ilmu Politik UIN Jakarta. Latar belakang sosial

keagamaan Izudin menarik untuk diungkap. Dalam wawancara tertutup dengan

penulis Izudin mengaku dirinya dibesarkan dari keluarga nahdiyin, bahkan bapaknya

seorang pengurus cabang NU (Nahdatul Ulama) di Madura. Selain faktor keluarga,

Izudin pun besar di dalam lingkungan pendidikan NU, yaitu Pesantren Nurul Islam.

Tetapi setelah melanjutkan studi di UIN Jakarta dia mulai mengenal HTI dan mulai

ada pergeseran dalam pemikirannya. Ketertarikan Izudin pada HTI kerena HTI

dianggap memiliki ajaran dan pandangan yang berbeda dalam memahami Islam.

Adapun materi-materi pendidikan Islam yang diberikan HTI selama keikutsertaannya

di rasa berbeda dengan pengalaman sebelumnya. Seperti terungkap dalam

pemeparannya bahwa.

Saya tertarik dengan HTI karena HTI memberikan wawasan keislaman yang berbeda

dengan pengalaman saya sebelumnya. Di pesantren umumnya orang belajar kitab

kuning sepurar peribadatan dan teologi dengan cara yang menurut saya

membosankan. Tetapi ketika saya bersentuhan dengan HTI, saya mulai menyadari

Islam tidak hanya berbicara mengenai peribadatan saja, namun Islam mencakup

keseluruhan. Saya di HTI banyak mendapatkan pengetahuan-pengetahuan baru yang

tidak saya dapatkan di Pesantren. Adapun cara HTI memberikan pendidikan

keislaman itu memberikan kepuasan trsendiri dan tidak membosankan. HTI bagi saya

cukup konsisten dalam memperjuangkan Islam, dan sampai sekarang saya belum

menemukan kelompok atau oganisasi-organisasi yang bisa konsisten dengan

perjuangan keislaman.27

Meskipun Izudin masih tergolong mudaris di HTI, akan tetapi Izudin sudah

diberikan amanah untuk menjadi mushrif pembina dalam halaqah’am. Dalam

27

Wawancara tertutup dengan Izudin (Mudaris HTI UIN Jakarta), pada 15 April 2013, pukul

20.00. wib, di Masjid al-Mugirah Pisangan Kel. Pisangan Kec. Ciputat Kota Tangerang Selatan Prov.

Banten.

Page 111: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

99

pelaksanaannya halaqah’am dilakukan maksimal delapan kali pertemuan dan jumlah

anggota yang dibina tidak boleh lebih dari lima orang. Pembatasan jumlah anggota

halaqah’am bertujuan agar mushrif bisa melakukan pembinaan secara intensif dan

mengetahui perkembangan anggota halaqah secara mendalam.28

Strategi untuk untuk memperkenalkan ide-ide HTI dan merekrut anggota baru

melalui halaqah’am dilakukan sejak HTI pertama kali masuk ke UIN Jakarta pada

2001. Dalam obrolan sederhana penulis dengan Ust. Gustar, dia menyebutkan bahwa

pada saat ini hampir setiap malam di lingkungan kampus terdapat aktivis HTI yang

melakukan halaqah’am, adapun lokasi dan tempatnya itu bersifat kondisional. Dalam

aturannya, setelah peserta halaqah’am selesai mengikuti tahapan pembinaan, maka

peserta akan ditawarkan kesiapannya untuk mengikuti tathqif selanjutnya yaitu

tathqif murakkaz, dengan syarat anggota harus setuju dengan gagasan-gagasan HTI.

Apabila peserta tidak setuju dengan ide-ide HTI, maka peserta dipersilahkan untuk

tidak melanjut ke tahap berikutnya (tathqif murakkaz).29

2. Tahapan Berinteraksi dengan Umat (Marhalah Al-Tafaul Ma’a Al-

Ummah)

Sebagai organisasi yang terstruktur dan memiliki induk organisasi yang

bersifat global, strategi-strategi HTI yang dipraktekan HTI pada umumnya memiliki

28

Wawancara dengan Ust. Fadlan, selaku ketua Komisariat HTI UIN Jakarta, pada 5 februari

2013. Pukul 15.00 wib., di Masjid Baiturrahmah Legoso Kel. Pisangan Kec. Ciputat Kota Tangerang

Selatan Prov. Banten. 29

Wawancara penulis dengan Gustar (salah satu pembina halaqah Umum HTI UIN Jakarta),

pada 25 Maret 2013, pukul 20.00 wib di Masjid Fathullah Kel. Pisangan Kec. Ciputat Kota Tangerang

Selatan Prov. Banten.

Page 112: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

100

kesamaan antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam tahapan berinteraksi dengan

umat seluruh organisasi HTI diamanapun mereka berada akan memparkekan langkah

gerakan yang sama, termasuk di UIN Jakarta.

Tahapan berinteraksi dengan umat merupakan kelanjutan dari tahapan

pertama yang berlangsung selama tiga tahun. Dalam tahapan kedua ini HTI

melakukan interaksi dengan masyarakat untuk menyampaikan pesan-pesan Islam

pada masyarakat. Target yang ingin dicapai pada tahapan kedua yaitu, HTI

berkeinginan pemikiran Islam yang telah ditetapkan oleh HTI bisa diterima menjadi

pemikiran secara luas. Jika pemikiran HTI bisa diterima secara luas, maka perjuangan

HTI untuk mendirikan kembali daulah khilafah Islam dapat dilakukan.30

Agar tahapan ini berhasil memenuhi target, HTI melakukan kegiatan-kegiatan

strategis seperti tathqif murakkaz (pembinaan yang intensif). Dalam pembinaan ini

setiap aktivis HTI berkewajiban melakukan pengkaderan yang dimulai dengan

merekrut calon anggota baru. tathqif murakkaz ini merupakan forum pembinaan

terhadap anggota halaqah’am yang telah memiliki komitmen dan setuju dengan

gagasan-gagasan HTI. Tathqif Murakkaz memiliki tujuan untuk mencetak kader yang

mampuh mewujudkan cita-cita HTI.

Pada umumnya tathqif murakkaz dibagi dalam dua jenjang yang didasarkan

pada kemampuan peserta dalam menyerap ide-ide HTI. Jenjang pertama disebut

dengan darisin yaitu, peserta yang bersetatus sebagai pengkaji ide-ide HTI. lebel

30

Farid Wadzi, “Amal Politik Partai Islam”, al-Wa’ie, 1 Juli 2004, 38.

Page 113: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

101

darisin ini juga berlaku dalam halaqah’am HTI, dimana peserta halaqah’am juga

sebut darisin atau mudaris, hanya saja kitab dan level meteri yang diberikan itu

berbeda. Kedua, disebut hizbiyyun. Level hizbiyyun ini adalah level keanggotaan sah

HTI dengan kata lain ketika seseorang berada dalam level ini maka ia diakui secara

formal sebagai anggota HT.31

Dalam tradisi pembinaan HTI seseorang yang menjadi pembina dalam

tahapan ini disebut musrif. Keberadaan seorang musrif memiliki peran penting,

kerena seorang musrif harus mengetahui perkembangan darisin baik dari pemikiran

maupun dari perbuatannya. Jumlah anggota dalam tahapan ini pun sama dengan

pembinaan pertama, dimana seorang musrif diberikan kewenangan membina

maksimal lima orang darisin.

Keberadaan jumlah yang relatif sedikit itu diharapkan musrif dapat lebih

mudah mengetahui perkembangan anggotanya secara mendalam. Ada beberapa aspek

yang harus diketahui oleh seorang musrif terhadap anggota binaannya. Pertama

adalah musrif diwajibkan mengetahui pemikiran anggotanya, apakah ide-ide HTI

telah diserap sebagai pemikiran yang mutajasad (mendarah daging) dalam

kehidupannya atau belum. Kedua, afa’al (perbuatan-perbuatan) anggota halaqah’am,

artinya aspek ini berfungsi untuk mengukur konsistensi setiap anggota HTI. Dalam

pembahasan sebelumnya dijelaskan bahwa setiap anggota halaqah’am diwajibkan

31

Syamsul Arifin, Ideologi dan Praksis Gerakan Sosial Kaum Fundamentalis: Pengalaman

Hizb al-Tahrir Indonesia, 163.

Page 114: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

102

untuk merekrut anggota baru, maka musrif akan mengukur apakah merka

menjalankan kewajibandnya atau tidak. Selain kewajiban terhadap organisasi musrif

juga harus mengetahui apakah anggota konsisten dalam menjalankan ibadah yang

diwajibkan oleh hukum syara. Jika berbagai kriteria di atas telah diketahui dan

dijalankan oleh peserta, maka ia akan dinyatakan sebagai hizbiyyun (anggota HT).32

Dalam hal perekrutan anggota HTI bersifat terbuka artinya bagi siapa saja

yang ingin dan tertarik terhadap ide-ide HTI, maka dia diperbolehkan untuk

bergabung dengan HTI. Ust. Fadlan, dalam dialog dengan penulis mengatakan:

Di HTI akan menerima siapa saja yang siap mengemban amanah yang telah

dikonstruksi oleh Hizbut Tahrir Indonesia. HTI tidak melakukan selektifitas yang

ketet terhadap kader, hanya saja setiap individu akan diwajibkan mengikuti

pembinaan yang intensif di HTI. Adapun latar belakang anggota tersebut HTI tidak

mempermasalahkan hal itu, entah dia dari Muhamadiyah, NU, dan dari golongan

manapun termasuk persoalan jenis kelamin.33

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa sifat keanggotaan HTI

bersifat terbuka artinya setiap orang Islam diperbolehkan menjadi anggota HTI.

Kedua, anggota HTI terikat dengan aqidah Islam dan thaqafah HTI; ketiga, anggota

HT harus memiliki komitmen mengambil dan menerapkan ide-ide dan pendapat-

32

Cara mengangkat idividu-individu kedalam Hizb al-Tahrir adalah dengan memeluk aqidah

Islam, matang dalam taqafah Hizb-al-Tahrir, serta serta mengambil dan menetapkan ide-ide dan

pendapat-pendapat Hizb al-Tahrir. Dia sendirilah yang mengharuskan dirinya menjadi anggota Hizb

al-Tahrir, setelah sebelumnya dia melibatkan dirinya dengan Hizb al-Tahrir; ketika dakwah telah

berinteraksi dengannya dan ketika dia telah mengambil dan menetapkan ide-ide serta persepsi-persepsi

Hizb al-Tahrir. Jadi ikatan yang dapat mengikat anggota Hizb-al-Tahrir adalah aqidah Islam dan

taqafah Hizb al-Tahrir yang terlahir dari aqidah ini. Lihat Syamsul Arifin, Ideologi dan Praksis

Gerakan Sosial Kaum Fundamentalis: Pengalaman Hizb al-Tahrir Indonesia, 163-164. 33

Wawancara dengan Ust. Fadlan, selaku ketua Komisariat HTI UIN Jakarta, pada 5 februari

2013. Pukul 15.00 wib, di Masjid Baiturrahmah Legoso Kel. Pisangan Kec. Ciputat Kota Tangerang

Selatan Prov. Banten.

Page 115: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

103

pendapat HTI. Adapun komitmen calon anggota HTI dinyatakan dalam bentuk qosam

(sumpah) dihadapan musrif dan masy’ul (penaggung jawab).

Adapun materi yang di kaji pada tahapan tathqif murakkaz ini setiap darisin

akan diberi materi yang diambil dari karya-karya Taqi ad-Din Al-Nabhani, seperti:

Nizam Al-Islam, Mafahim Hizb Al-Tahrir, dan Al-Takattul Al-Hizbi. Kitab Nizam Al-

Islam yang dikarang sekitar 1953 M ini menjadi kitab rujukan utama untuk kaderisasi

anggota HT di seluruh dunia. Di Indonesia kitab ini telah diterjemaahkan dengan

judul “Peraturan Hidup dalam Islam” , yang memuat kurang lebih 13 pokok

pembahasan diantaranya; 1) Jalan Menuju Iman; 2) Qada dan Qadar; 3)

Kepemimpinan Berfikir dalam Islam; 4) Tata Cara Mengemban Dakwah dalam

Islam; 5) Hadarah Islam; 6) Peraturan Hidup dalam Islam; 7) Hukum Syara; 8)

Macam-macam Syari’at Islam; 9) Al-Sunnah; 10) Meneladani Perbuatan Rasullullah;

11) Melegalisasi Hukum-hukum Isla; 12) Rancangan Undang-undang Dasar dan

Undang-undang; 13) Akhlak dalam Pandangan Islam.34

Dalam kitab ini An-Nabhani menekankan perluanya sebuah ideologi Islam

sebagai alternatf dari berbagai ideologi Barat. An-Nabhani meyakini bahwa ideologi

Islam itu sempurna dan memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan ideologi-

ideologi lain. Menurut An-Nabhani ideologi Islam didasarkan pada aqidah yang

memiliki cakupan yang luas dalam pembahasannya. Berbagai permasalahan dalam

34

Arifin, Ideologi dan Praksis Gerakan Sosial Kaum Fundamentalis: Pengalaman Hizb al-

Tahrir Indonesia, h. 166

Page 116: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

104

kehidupan manusia bagi An-Nabhanni berakar pada persoalan aqidah, maka jika

persoalan manusia ingin dipecahkan, dan bahkan bisa mengarah pada kebangkitan,

hal yang harus dibenahi adalah persoalan aqidah sebagai landasan berfikirnya. Dalam

ungkapan yang lebih konseptual terkait ideologi An-Nabhani terdiri dari dua unsur

penting.35

Pertama, fiqrah (konsepsi) yang memuat aqidah aqliyah dan sistem aturan

(nizam) merupakan pemecahan terhadap berbagai permasalahan dalam bentuk

sekumpulan hukum syara yang mengatur kehidupan manusia dengan berbagai

masalahnya seperti hukum-hukum ibadah, hukum jual beli, pernikahan dan lain

sebagainya. Unsur pertama ini menurut An-Nabhani perlu dijadikan al-aqidah al-

fiqriyah (aqidah berfikir) dan al-qiyadah al-fiqriyah (kepemimpinan ideologis).

Unsur kedua dalam ideologi adalah thariqah yaitu, cara menerapkan berbagai

pemecahan terhadap permasalahan manusia, cara untuk memelihara aqidah, dan cara

untuk menyebarkan aqidah.

Adapun kitab mafahim hizb al-tahrir kitab ini bisa dikatakan sebagi

kelanjutan dari kitab sebelumnya. Kitab mafhim ini lebih menjelaskan pada

pernyataan visi dan misi HTI, sedangkan nizam merupakan manifesto ideologi HTI.

Dalam mahfim ini ditegaskan bahwa HTI merupakan partai politik yang memiliki visi

ingin melangsungkan kembali kehidupan Islam (isti’naf al-hayat al-Islamiyah). Pada

ummnya visi-misi ini berlaku pada semua HTI di seluruh dunia, termasuk di UIN

35

Ibid., h. 168-169.

Page 117: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

105

Jakarta. Visi dan misi HTI UIN Jakarta, secara substansial memiliki keterkaitan

dengan visi-dan misi HT secara global.

Kedua, untuk merealisasikan misi kebangkitan dan menggerakan kebangkitan

melalui dakwah Islam ke seluruh dunia, serta menegakan kembali daulah khilafah

Islam yang bisa menjamin diterapkannya syariat Islam secara universal.

Kitab yang terakhir al-takattul al-hizb, kitab ini menjelaskan secara rinci dan

oprasional langkah-langkah pembentukan HTI dan strategi perjuangannya untuk

mencapai cita-cita ideologi dan visi-misinya. HTI diyakini oleh An-Nabhani bisa

berkembang seprti yang diharapkan jika sejak awal pembentukannya memperhatikan

dua hal penting, yaitu: ideologi dan kualitas manusia pengemban HTI. Dalam

pembahasan sebelumanya, ideologi terdiri dari dua nsur yaitu fiqrah dan tariqah.

Kitab terakhir ini mengingatkan kembali pentingnya ideologi terutama dalam unsur

fiqrah. Ideologi harus terinternalisasikan oleh seseorang yang berperan sebagai (cikal

bakal) bagi perkembangan awal HTI. berangkat dari yang pertama ini, maka akan

terbentuk cikal bakal berikutnya. Perkembangan ini dikalangan aktivis HTI dikenal

dengan al-khalaqah ula, sebagai awal terbentuknya organisasi kepartaian. Karena

sejak awal telah adanya internalisasi, maka ikatan yang akan terbentuk adalah ikatan

ideologis dan ikatan seperti ini merupakan karakter HTI.

Setrategi selanjutnya dalam tahapan berinteraksi dengan umah HT

mmberlakukan tahapan tathqif jama’i (pembinaan kolektif). Dalam pembinaan ini HT

Page 118: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

106

lebih terlihat inklusif, karena kegiatan ini dilakukan melalui pengajian-pengajian

umum secara langsung, di masjid-masjid, gedung, media, buku dan lain-lain.

Dalam pengamatan penulis HTI UIN Jakarta cukup intensif dalam melakukan

tathqif jama’i yang berbentuk seminar, dialog publik, maupun penyebaran opini

publik melalui media. Kegiatan seperti ini dilakukan HTI bertujuan untuk

memperkenalkan HTI kepada masyarakat khususnya masyarakat terpelajar seperti

mahasiswa. Dalam melakukan tathqif jama’i yang berbentuk seminar, para aktivis

HTI biasanya membagi seminar ini ke dalam dua kelompok. Kelompok yang pertama

biasanya bersifat inklisif, artinya seminar ini bebas diikuti oleh siapa saja yang

memiliki ketertarikan dengan HTI. Sebagai contoh pada tahun 2004 HTI UIN Jakarta

menyelenggarakan seminar nasional khilafah bertajuk “Penegakan Syari’at Islam

Relefankah ?...”. Seminar ini dihadiri oleh hampir seluruh perwakilan dari organisasi-

oransasi di lingkungan kampus UIN Jakarta, sehingga Aula Student Center pada saat

itu tidak mampuh menampung peserta yang hadir.36

Selain seminar yang dilaksanakan pada 2004, pengurus komisariat HTI UIN

Jakarta juga kembali melaksanakan program seminar di 2012-2013. Pada tahun ini

seminar HTI bersifat rutin, diadakan se-minggu satu kali di masjid-masjid sekitar

kampus. Menurut keterangan keterangan Ust. Fadlan menyebutkan:

Pada tahaun 2012 hingga 2013, HTI UIN Jakarta memutuskan kebijakan baru yaitu

berkenaan dengan diselenggarakannya seminar bertajuk Islam: “Aqidah, dan Syariah,

Solusi Problematika Umat”. Seminar ini akan dilaksanakan se-minggu satu kali di

36

Yuliawati, “Peran Dakwah HTI di Lingkungan Kampus UIN Jakarta 2009”, h. 65.

Page 119: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

107

tempat-tempat tertentu khususnya di masjid-masjid, karena selama ini kami (para

aktivis HTI) selalu membangun hubungan baik dengan pengurus-pengurus di masjid-

masjid. Adapun masjid yang telah kami ajak kerjasama yaitu masjid al-mukhlisin

Legoso Ciputat, masjid Fathullah UIN Jakarta dan lain-lain.37

Untuk memperkenalkan HTI pada mahasiswa, dalam setiap kegiatannya HTI

UIN Jakarta selalu membagikan selembaran yang isinya tentang pandangan atau

sikap-sikap HTI terhadap isu yang diangkat dalam seminar tersebut. Selain untuk

memperkenalkan HTI, kegiatan seminar tersebut juga sebagai media untuk

mensosialisasikan gagasan besar HTI seperti penerapan syariat Islam dan

mendialogkan secara kritis isu-isu terutama yang berhubungan dengan politik

kontemporer, seperti kepemimpinan, ekonomi kapitalis, hukum dan lain-lain.

Aktivistas tathqif jama’i di HTI UIN Jakarta dilakukan juga dengan

pembuatan opini di media-media kampus seperti radio kampus KPI, webset, buletin

mingguan dan sebaginya. Pada saat ini menurut Ust. Gustar (ketua Gema

Pembebasan HTI UIN Jakarta) menyebutkan:

Kami di Gema Pembebasan selalu melakukan aktivitas dakwah dan melakukan kritik

sosial melalui buletin khusus Gema Pembebasan yang diterbitkan se-minggu satu

kali. Dalam buletin itu, kami isinya tidak hanya soal isu-isu syariat, namun kami

menuangkan isu umum juga, kemudian kami hubungkan dengan Islam sebagai solusi

bagi permaslahan-permasalahan sekarang. Menurut kami, hanya dengan syariat Islam

dan struktur politik khilafah semua masalah yang ada di Indonesia bisa atasi dan itu

kami selalu tuangkan dalam buletin kami. Adapun tujuan dibuatnya buletin tersebut,

kami mengharapkan agar mahasiswa sadar akan pentingnya syariat Islam dan khlafah

Islamiyah.38

37

Wawancara penulis dengan Ust. Fadlan (Ketua Komisariat HTI UIN Jakarta), Pada 5

Febriari 2013, pukul 15.00 wib, di Masjid Baiturrahmah Legoso Kel. Pisangan Kec. Ciputat Kota

Tangerang Selatan Prov. Banten. 38

Wawancara penulis dengan Gustar (Pengurus Gema Pembebasan HTI UIN Jakarta), pada

29 Maret 2013, pukul 20.00 wib , di Masjid Fathullah Ke. Pisangan Kec. Ciputat Kota Tangerang

Selatan Prov. Banten.

Page 120: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

108

Berbagai kegiatan tathqif jama’i ini tidak hanya dilakukan oleh kaum laki-

laki, namun kaum perempuan juga ikut aktif didalam pelaksanaan ini. Salah satu

kegiatan HTI perempuan yang baru-baru ini dilaksanakan adalah dialog interaktif di

Saung Bambu. INA Ciputat dan tema yang diangkat adalah “Menjawab Pertanyaan

Seputar Khilafah”.39

Aktivitas lainnya yang termaktub dalam tahap berinteraksi dengan umut

(marhalah al-tafaul ma’a al-ummah), adalah al-sira’ al-fikri (pergolakan pemikiran).

Gerakan ini didasarkan pada buku yang berjudul Mengenal Hizb Al-Tahrir: Partai

politik Ideologis, yang menyatakan bahwa kegiatan ini beroientasi untuk menentang

kepercayaan dan ideologi, aturan dan pemikiran kufur; menentang segala bentuk

akidah yang rusak, pemikiran yang keliru, persepsi yang salah dan sesat dengan cara

mengungkapkan kepalsuan, kekeliruan dan pertentangannya dengan Islam.40

Al-Sira’ Al-Fikri (pergolakan pemikiran), merupakan aktivitas politik HT

yang bergerak dalam ranah pemikiran. Menurut para aktivis HT bahwa berbagai

ketidak stabilan sosial yang selama ini terjadi di dunia Islam adalah akibat adanya

gagsan-gagasan yang diproyeksikan dengan sengaja oleh Barat untuk menghancurkan

Islam. Oleh karena itu, penting kiranya melakukan sebuah gerakan pemikiran yang

ditunjukan untuk membendung gagsan-gagsan Barat.

39

Muslimah HTI Chapter UIN Jakarta, “Dialog Interaktif:Menjawab Pertanyaan Seputar

Khilafah”, Pamflet Selembaran, 10 April 2013, bg 1. 40

Anonim, Mengenal Hizb al-Tahrir: Partai Politik Islam Ideologios, (Bogor: Pustaka

Thariqul Izzah, 2002), h. 37.

Page 121: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

109

Salah satu aktivitas yang ditunjukan oleh para aktivis HT yang dapat

dikelompokan sebagai bagian dari gerakan al-sira’ al-fikri adalah buku Persepsi

Budaya dari Barat. Dalam buku ini Zallum berusaha membantah pemikiran dari Barat

yang dinilai bertentangan denga Islam seperti terorisme, dialog antar agama, jalan

tengah (sikap moderat/kompromi), fundamentalisme dan lain-lain.41

Dalam

pengamatan penulis, aktivitas HT yang mengarah pada al-sira’ al-fikri (pergilakan

pemikiran) juga banyak dipraktekan oleh aktivis HTI di UIN Jakarta. Berbagai sarana

sosial seperti media, selembaran, dialog, diskusi, dimanfaatkan sebagai sarana

pembuatan opini publik untuk mengkritik ide-ide kufur Barat.

Dalam teori gerakan sosial aktivitas seperti ini dijelaskan dalam pendekatan

framing isu dimana gerakan sosial terlibat dalam skema interpretasi yang

memungkinkan seseorang untuk mencari dasar legitimasi dan motivasi untuk terlibat

dalam gerakan sosial. Dalam hal ini, gerakan sosial terlibat dalam proses produksi

makna bagi peserta, target sasaran, dan pengamat gerakan. Dengan demikian, gerakan

adalah agen-agen penanda yang secara aktif membentuk dan membangun makna

yang sudah ada.42

Di UIN Jakarta HTI sangat produktif dalam pembuatan makna, hal ini

tertuang dalam beberapa tulisan dan penafsiran HTI terhadap isu-isu yang

berkembang di Indonesia. Dalam interpretasi politik HTI, Islam difahami sebagai unit

41

Zallum, Persepsi-Persepsi Budaya dari Barat, (Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 1999), 7-57. 42

Mukhtadi., Dilema PKS: Suara dan Syariah, h. 24-25.

Page 122: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

110

integral dengan negara, artinya agama dan negara adalah satu kesatuan (Islam wa al-

daulah). Oleh kerena itu, HTI melakukan pembingkaian prognostik dalam

menghadapi persoalan umat Islam dengan menawarkan gagasan Islam adalah solusi

(al-Islam huwa al-hall).

Berdasarkan ijtihad seperti ini, maka dalam praktek gerakan pemikiran (al-

sira’ al-fikri) HTI UIN Jakarta selalu menghubungkan berbagai masalah dengan

Islam sebagai solusinya. Hal ini termaktub dalam beberapa tulisan HTI di Kampus

UIN Jakarta seperti dalam buletin Gema Pembebasan HTI UIN Jakarta edisi I

November 2012. Dalam buletin tersebut HTI mengambil tajuk “RUU Kementrian

Nasional: Konspirasi Penguasa Menuju Negara Tiran”, yang didalamnya memuat

beberapa tema tulisan yaitu Penanganan Korupsi dengan Syari’ah, Peran Pemuda dan

Mahasiswa dalam Menyongsosng Kebangkitan Islam dan RUU Kebangkitan

Nasional.43

Selain melalui media tulis gerakan al-sira’ al-fikri, HTI juga diaplikasikan

melalui gerakan intelektual, yaitu dengan membentuk beberapa kelompok-kelompok

studi ekstra kampus seperti Muslim Science Community, LISMA HTI, Muslimah

HTI, Gema Pembebasan dan lain-lain.44

Dalam aksinya kelompok-kelompok studi ini

43

HTI UIN Jakarta, “RUU Keamanan Nasional: Konspirasi Penguasa Menuju Negara Tiran,”

Buletin Gema Pembebasan, edisi I November 2012, 1 44

Wawancara penulis dengan Ust. Fadlan (Ketua Komisariat HTI UIN Jakarta), pada 5

Febriari 2013, pukul 15.00 wib, di Masjid Baiturrahmah Legoso Kel. Pisangan Kec. Ciputat Kota

Tangerang Selatan Prov. Banten.

Page 123: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

111

cukup rutin melakukan kegiatan-kegiatan yang mengarah pada perkembangan

pemikiran seperti diskusi, seminar, membuat tulisan-tulisan, dialog interktif dan

sebagainya. Dari berbagai kegiatan yang pernah penulis ikuti di HTI UIN Jakarta

menunjukan bahwa, hampir setiap minggu HTI mengadakan program diskusi, bahkan

dalam satu minggunya mereka bisa mengadakan dua sampai tiga kali diskusi rutin.

Adapaun topik yang biasa disajikan itu beragam, seperti konflik Timur Tengah,

korupsi, migas, syari’at Islam, deemokrasi, ekonomi Islam, dan sebaginya.

Kelompok-kelompok studi ini sengaja dibentuk dengan harapan agar dapat

mempengaruhi mindset mahasiswa yang telah terkonstruk fikirannya oleh ide-ide

Barat, sehingga mereka bisa kembali sadar dan meyakini Islam sebagai solusi dari

setiap persoalan. Para aktivis HTI menyadari bahwa ide-ide Barat telah banyak

merasuki alam pikiran masyarakat, bahkan ide tersebut telah membudaya dalam gaya

hidup mereka. Maka dari itu, usaha untuk merubah realitas tersebut tidak bisa

diselesaikan hanya dengan mengandalkan gerakan fisik saja, namun perlu ada

gerakan pemikiran yang akan merubah secara fundamental terhadap kondisi tersebut.

Gerakan lainya yang menjadi ciri khas HT dalam marhalah al-tafaul ma’a al-

ummah adalah al-kifah al-siyasi (Perjuangan Politik). Sebagaimana telah disebutkan

di bab sebelumnya, HTI dari awal dibentuk adalah organisasi politik. Oleh karena itu,

HTI memiliki aktivitas politik. Dalam pandangan HTI, politik difahami sebagai

aktivitas memelihara urusan umat, sedangkan politik dalam konteks Islam difahami

HTI sebagai aktivitas memelihara dan mengatur urusan umat yang didasarkan pada

Page 124: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

112

ketentuan syari’at Islam.45

Menurut Ust. Fadlan ketika mengemukakan pandangan

HTI terkait dengan politik menyebutkan bahwa :

Bagi kami kerena HTI sejak awal adalah gerakan politik, maka berbagai aktivitas

yang kami lakukan kami anggap gerakan politik. Kami mengimani bahwasanya

hanya dengan gerakan politiklah kondisi sosial akan berubah. Adapun perjuangan di

luar jalur politik meskipun itu dakwah Islam, kami masih meragukannya apabila

ingin mengadakan perubahan secara menyeluruh. Dalam pandangan kami, Islam

adalah negara dan politik, jadi perjuangan politiklah yang kami anggap lebih efektif,

agar Islam bisa kembali dipraktekan dalam kehidupan bernegara dan

bermasyarakat.46

Meskipun HTI memiliki orientasi politik dan mengambil jalur politik dalam

setiap gerakannya, namun HTI berbeda dengan organisasi kegamaan dan organisasi

politik pada umumnya. Jamaah Tabliqh misalnya, mereka fokus pada dakwah murni,

berkutat dalam hal transformasi kepercayaan individu terhadap nilai-nilai Islam, tapi

mengabaikan keterlibatan aktif dalam politik. Selanjutnya gerakan Islam lainnya

adalah PKS, gerakan ini menawarkan proyek Islamsasi dalam kehidupan

bermasyarakat maupun bernegara. Usaha PKS untuk mewujdkan Islamisasi,

sebenarnya memliki kesamaan dengan gerakan Islam pada umumnya termasuk HTI

dan Jamaah Tabligh yaitu terciptanya masyarakat yang dipandu oleh syari’at Islam.47

Meskipun PKS dan HTI adalah gerakan politik, akan tetapi pola gerakan yang

dijalankan dari kedua organisasi tersebut memiliki perbedaan. Dalam menjalankan

45

Syamsul Arifin, Ideologi dan Praksis Gerakan Sosial Kaum Fundamentalis: Pengalaman

Hizb al-Tahrir Indonesia, h. 196. 46

Wawancara penulis dengan Ust. Fadlan (Ketua Komisariat HTI UIN Jakarta), pada 5

Febriari 2013, pukul 15.00 wib, di Masjid Baiturrahmah Legoso Kec. Ciputat Kota Tangerang Selatan

Prov. Banten. 47

Mukhtadi., Dilema PKS: Suara dan Syariah, h. 169.

Page 125: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

113

Islamisasinya PKS menggunakan pendekatan Islamisasistruktural.48

Namun,

Islamisasi struktural yang ditempuh PKS mengambil bentuk partisipasi politik formal

yang ditunjukan untuk merekonstruksi kebijakan dan institusi negara dalam rangka

menerapkan hukum Islam (syari’at) di masyarakat.49

Keberadaan ijtihad politik

sepertri ini, menuntun PKS lebih bersifat ingklusif terhadap mekanisme demokrasi,

bahkan PKS terlibat dalam partisipasi politik demokrasi di Indonesia.

Lain halnya dengan HTI, perjuangan politik HTI tetap mengambil bentuk

partai politik, tapi partai politik menurut HTI adalah partai yang harus melakukan

pendidikan politik. Pendidikan politik ini bertujuan untuk menanamkan mafahim

(persepsi) kehidupan sebagaimana telah dijelaskan dalam syari’at Islam, dan Ideologi

Islam. Kemudian, partai politik harus melakukan pemberdayaan masyarakat agar

masyarakat bisa melalukan barganing position terhadap negara, sehingga negara

tidak menyeleweng dari tugasnya.50

Dalam hal pemberdayaan terhadap umat partai politik harus mampuh

melakukan dua hal: Pertama, partai politik harus memperkenalkan Islam kepada umat

secara sistematis dan utuh. Islam adalah ideologi (way of life) yang memuat tata

aturan hubungan manusia dengantuhannya, manusia dengan sesamanya. Maka dari

itu, belum bisa dikatagorikan sebagai ideologi umat dan berpengaruh di seluruh aspek

48

MPP PKS, Platform Kebijakan Pembangunan Partai Keadilan Sejahtera: Terwujudnya

Masyarakat Madani yang Adil, Sejahtera dan Bermanfaat, tanpa penerbit, tanpa tempat, 2007, h. 42. 49

MPP PKS, Platform Kebijakan Pembangunan Partai Keadilan Sejahtera: Terwujudnya

Masyarakat Madani yang Adil, Sejahtera dan Bermanfaat, h. 50 50

Wawancara penulis dengan Ust. Hanif (aktivis senior HTI Fakultas Ushulludin dan Filsafat

UIN Jakarta), pada 11 Mei 2013, di Bescamp HTI UIN Jakarta. Pukul 20:30 wib.

Page 126: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

114

kehidupan jika yang diserukan dari Islam hanya aspek parsial saja, misalnya akhlak

dan ibadah.51

Adapun mekanisme pemberdayaannya yaitu dengan melakukan pembinaan

agar menjadikan Islam keyakinan dan standar kehidupan. Selanjutnya adalah paratai

politik harus mampuh melakukan pencerdasan umat secara politik. Umat perlu

diperkenalkan dengan politik Islam yakni, politik sebagai kegiatan mengurus

persoalan umat.

Selama ini, perjuangan HTI dalam melakukan dakwah dan mewujudkan cita-

cita politiknya baru hanya sebatas pada tahap berinteraksi dengan umat (marhalah al-

tafaul ma’a al-ummah), diamana pada tahap ini para aktivis HTI berjuang untuk

menyeragamkan persepsi melalui proses interaksi. Setelah fase ini bisa dilakukan,

fase selanjutnya adalah Tahapan Pengambilan Kekuasaan (istilam al-hukum).

3. Tahapan Pengambilan Kekuasaan (Istilam Al-Hukum)

Tahapan yang terakhir dalam pola gerakan dan strategi kaderisasi dalam HTI

adalah istilam al-hukum (pengambilalihan kekuasaan). Sebagimana telah disebutkan

bahwa sejak awal HTI memiliki misi politik yaitu mendirikan struktur politik Islam

(khilafah Islamiyah). Oleh karena itu, untuk mewujudkan misi tersebut maka HT

mengkonseptualisasikan agenda khusus yang tertuang dalam agenda istilam al-

51

Wawancara penulis dengan Ust. Fadlan (Ketua Komisariat HTI UIN Jakarta), pada 5

Febriari 2013, pukul 15.00 wib , di Masjid Baiturrahmah Legoso Kel. Pisangan Kec. Ciputat Kota

Tanmgerang Selatan Prov. Banten.

Page 127: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

115

hukum. Menurut HTI secara filosofi, tahapan ini memiliki geneologi yang kuat

dengan strategi perjuangan Rasulullah ketika berjuang menegakan Islam pada

penduduk Arab. Dalam sejarah Rasulullah, tahapan terpenting perjuangan Rasul

adalah ketika ia berhasil mendirikan negara Islam yang ditandai dengan adanya

Piagam yang sangat terkenal yaitu Piagam Madinah.

Jadi menurut HTI perjuangan dakwah Islam tidak hanya sampai pada

pembentukan moral umat saja, namun perjuangan Islam harus sampai pada

terciptanya tatanan politik Islam di bawah struktur khilafah Islamiyah. Agenda

istilam al-hukum yang dikonseptualisasikan oleh HT adalah tahapan terakhir dalam

perjuangan dakwah Islam HT. Di bawah ini disajikan tabel tahapan-tahapan sebagai

strategi yang ditempuh HT untuk menegakan kembali daulah khilafah Islam:52

52

Arifin, Ideologi dan Praksis Gerakan Sosial Kaum Fundamentalis: Pengalaman Hizb al-

Tahrir Indonesia, h. 26.

Fase Sebelum Daulah Berdiri Fase Berdirinya Khilafah Fase Setelah Daulah Berdiri

1. Fase pembinaan

(tathqif) tahapan

pembinaan dan

pengkaderan untuk

melahirkan individu-

individu yang meyakini

fiqrah dan tariqah

Islam guna membentuk

kerangka gerakan.

2. Fase berinteraksi

dengan Masyarakat

(tafa’ul ma’a al-

ummah): Tahapan

berinteraksi dengan

masyarakat agar

masyarakat turut

memikuk kewajiban

menerapkan Islam serta

Fase berdirinya daulah khilafah

ditandai dengan dibaiatnya

seorang khilafah oleh

kaumuslimin

Setelah daulah khilafah

berdiri, maka metode

dakwah untuk menyebarkan

Islam yang paling menonjol

adalah jihad memerangi

kesirikan, dan kekafiran di

seluruh penjuru dunia.

Kemudian menggabungkan

negeri-negeri di seluruh

dunia ke dalam naungan

khilafah Islamiyah.

Page 128: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

116

Sebagaimana tertera pada tabel di atas, pada fase ketiga setelah berdirinya

khilafah Islamiyah, maka metode dakwah HTI mengalami perubahan. Sebelum

mencapai pada fase ke-tiga, metode dakwah HTI menghindari unsur kekerasan.

Menurut Ust. Fadlan menyebutkan bahwa:

Penggunaan kekerasan sebagai tariqah untuk mencapai tujuan dakwah tidak boleh

dilakukan oleh para aktivis HTI, baik di aktivis HTI yang di UIN Jakarta maupun

yang di daerah-daerah lain sebelum daulah khilafah Islam berdiri. Selama keadaan

belum berdiri ini, aktivitas kami hanya dibatasi pada aktivitas fikriyah (pemikiran),

yakni dengan cara menghujat dan menghancurkan pemikiran-pemikiran dan

keyakinan-keyakinan yang merusak batil. Selama ini, kami di UIN Jakarta telah

melakukan aktivitas itu melalui beberapa bentuk kegiatan seperti pembuatan opini

melalui buletin maupun dalam bentuk diskusi langsung dengan para mahasiswa baik

dikelas maupun diluar kelas.53

Meskipun HTI memiliki proyek politik berdirinya khilafah Islamiyah dalam

konteks global, akan tetapi pada saat ini aktivitas HTI di seluruh dunia termasuk di

Indonesia baru hanya sampai pada tahap berinteraksi dengan umat (tafa’ul ma’a al-

ummah). Maka dari itu, aktivitas yang dilakukan oleh HT adalah aktivitas berinteraksi

bukan gerakan jihad sebagaimana tertera dalam tahapan tekahir HT.

53

Wawancara penulis dengan Ust. Fadlan (Ketua Komisariat HTI UIN Jakarta), Pada 5

Febriari 2013, pukul 15.00 wib. di Masjid Baiturrahmah Legoso Kel. Pisangan Kec. Ciputat Kota

Tangerang Selatan Prov. Banten.

menjadikannya sebagai

masalah utama. Dalam

fase ini terdapat lima

kegiatan, yaitu:

thaqifah murakkaz,

tatqif jama’i, al-sira’al-

fikri, khifah al-siyasi,

dan tabanni al-masallih

al-ummah

Page 129: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

117

F. Faktor-Faktor yang Mendukung Eksistensi HTI di Kampus UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

Sejak menit pertama diperkenalkannya HTI di kampus UIN Jakarta pada

2001, hingga saat ini aktivitas HTI masih berjalan dengan baik. Bahkan, tidak

menuntut kemungkinan HTI telah mengalami peningkatan-peningkatan dalam

berbagai aspek seperti intensitas gerakan, memperluas lingkup gerakan, keberadaan

anggota, jejaring dan lain sebagainya. Asumsi ini dapat dibuktikan melalui adanya

berbagai kegiatan-kegiatan yang diprakarsai langsung oleh para aktivis HTI dan

adanya beberapa aktivis HTI di hampir semua fakultas.

Terpeliharanya sebuah organisasi tentunya berkaitan erat dengan berbagai

faktor yang mendukung eksistensi organisasi tersebut baik di internal maupun faktor

eksternal organisasi. Berkaitan dengan HTI di UIN Jakarta, penulis mengangkat dua

variabel penting yang akan digunakan untuk menjelaskan faktor yang mendukung

eksistensi HTI seperti jejaring dan keberadaan aktivis.

1. Jaringan

Dalam kajian gerakan sosial hampir semua aktivis Islam berakar dalam

masyarakat yang berjejaring yang kompleks yang cenderung memilih informalitas

ketimbang pelembagaan yang terformalkan. Jaringan dalam gerakan sosial tidak

hanya memiliki implikasi mikro namun jaringan juga memiliki implikasi makro

terutama saat mereka tersebar melintasi batas-batas negara. Jadi bukanlah hal yang

Page 130: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

118

mengejutkan jika jaringan-jaringan aktivis masjid, keluarga, pekerjaan, pendidikan,

ulama, perkampungan akan menghubungkan dengan wilayah-wilayah yang lain.

Berbicara tentang HTI sudah bisa dipastikan bahwa peran jaraingan memiliki

keduduakan penting bagi HTI, baik dalam sekala mikro maupun skala makro.

Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa HTI adalah organisasi

yang memiliki lingkup global melintasi batas-batas negara (transnasional), maka

keberadaan jaringan yang menghubungkan organisasi ini sangat dimungkinkan.

Dalam sekala mikro yaitu konteks UIN Jakarta, HTI juga memanfaatkan

berbagai jaringan sebagai strategi mobilisasi dan saluran bagi generasi-generasi

penerus. Selanjutnya jaringan juga dapat mempermudah akses terhadap sumberdaya

dari luar seperti kelembaga-lembaga informal dan formal di UIN Jakarta. Akses ini

sangat penting bagi HTI kerena dengan adanya hubungan baik ke lembaga eksternal

maka akan mempermudah HTI jika ingin mengadakan berbagai kegiatan-kegiatan.

Dalam pembahasan sebelumnya HTI dijelaskan bahwa HTI memiliki

hubungan baik dengan lembaga-lembaga eksternal organisasi seperti masjid-masjid,

BEM kampus, organisasi-organisasi eksternal kampus, bahkan lebaga-lembaga

informal kampus seperti pengurus Student Center, Radio Dakwah dan Komunikasi

dan lain-lain. Jaringan-jaringan ini dijadikan modal sosial untuk memperluas aksis

HTI dalam menyebarkan gagasan-gagasannya. Adanya berbagai jaringan ke lembaga-

lembaga di luar HTI ini dibuktikan melalui keterangan Ust. Fadlan ketika wawancara

Page 131: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

119

tertutup dengan penulis yaitu: Agar mempermudah aktivitas HTI di UIN ini, maka

kita di HTI selalu membangun hubungan baik dengan berbagai lembaga-lembaga

seperti BEM, penurus masjid di sekitar UIN, pengajian-pengajian masyarakat, bahkan

saat ini kami sudah mulai masuk ke Radio Dakwah.54

Jaringan-jaringan yang dibangun HTI tidak hanya mengandalkan jaringan

konvensional seperti ke lembaga-lembaga saja, namun HTI juga membangun

jaringan persoanal seperti jaringan keluarga, pertemanan bahkan ke yayasan-yayasan.

Pola jaringan keluarga biasanya dibaguan melalui hubungan kaka ke adik, ayah ke

anak maupun kesaudara-saudaranya. Selanjutnya, hubungan pertemanan biasanya

mengambil pola hubungan pertemanan di kos-kosan, di kelas bahkan di tempat-

tempat tertentu yang mendukung untuk para aktivis mengajak partisipan.

Dalam keterangan Gustar, HTI UIN Jakarta juga berjejaring dengan

kelompok-kelompok pengajian masyarakat. Strategi yang diambil biasanya dengan

melibatkan diri pada pengajian-pengajian di masyarakat. Selain di masyarkat HTI

UIN Jakarta juga memiliki jaringan ke yayasan-yayasan, sekolah-sekolah dan

sebagainya. Pola seperti ini sengaja dibentuk agar gagasan-gagsan HTI bisa ditransfer

tidak hanya pada mahasiswa tetapi juga kepada seluruh umat muslim di sekitar.55

54

Wawancara penulis dengan Ustdz Fadlan (ketua komisariat HTI UIN Jakarta), pada 5

Februari 2013 pukul 15.00 wib, di Masjid Baiturrahmah Legoso Kel. Pisangan Kec. Ciputat Kota

Tangerang Selatan Prov. Banten.. 55

Wawancara penulis dengan Gustar (salah satu pembina halaqah’am HTI UIN Jakarta),

pada 25 Maret 2013, pukul 20.00 wib, di Masjid Fathullah, Komplek UIN Jakarta Kel. Pisangan Kec.

Ciputat Kota Tangerang Selatan Prov. Banten.

Page 132: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

120

Sejak HTI diperkenalkan pertama kali ke UIN hingga saat ini pola

pengembangan jaringan menjadi modal yang sangat penting bagi HTI. Eksistensi HTI

di UIN juga tidak lepas dari peran jaringan-jaringan yang mereka bentuk dan

kembagkan hingga sekarang. Alasan inilah yang kemudian menempatkan jaringan

dalam penelitian ini sebagai unsur bagai eksistensi HTI di UIN Jakarta. Selain

jaringan penulis juga menempatkan aktivis sebagai agen pendukung keberadaan HTI

sampai saat ini.

2. Keberadaan Para Aktivis HTI Sebagai Sumber Daya

Lazimnya sebuah gerakan sosial dimanapun keberadaannya pasti

membutuhkan kolektivitas tindakan untuk menjalankan roda organisasinya. Dengan

mengandalkan kekuatan kelompok, suatu gerakan akan lebih mudah mencapai tujuan

yang dirumuskan dalam ideologi. Setiap gerakan sosial menyadari bahwa untuk

meraih dan merealisasikan cita-cita kolektif membutuhkan basis masa yang kuat dan

solid sebagai pendukung sekaligus aktor dalam gerakan sosial.

Keberadaan aktor atau aktivis juga menjadi sumberdaya yang penting untuk

keberlangsungan organisasi, sebeb tanpa keberadaan aktor mustahil sebuah gerakan

sosial bisa bekerja dan bisa terus-menerus berlangsusng eksistensinya. Dalam teori

gerakan sosial keberadaan aktor dan basis keanggotaan menjadi elemen penting untuk

dijelaskan, sehingga teori gerakan sosial memberikan porsi khusus terhadap

keberadaan aktor. Studi tentang aktor dan basis keanggotaan masuk dalam studi

Page 133: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

121

mobilising structure (struktur mobilisasi) yang menekankan aspek infrastruktur

seperti basis keanggotaan, jejaring, komunikasi, dan pemimpin atau tokoh gerakan.56

Sejak masuk ke kampus UIN Jakarta pada 2001 hingga saat ini sebagian besar

anggota HTI berasal dari mahasiswa. Sifat keanggotaan HTI tidak selonggar seperti

di HMI, PMII, IMM dan lain-lain. Untuk menjadi anggota HTI, seseorang harus

melewati tahapan-tahapan yang relatif panjang. Sebagaimana telah dijelaskan dalam

bab sebelumnya, pertama-tama seseorang harus mengikuti halaqah’am kemudian

dilanjutkan dengan tahap berikutnya yang disebut murakkaz. Dalam tahapan ini HTI

membagi ke dalam dua jenjang. Jenjang pertama disebut darisin, yakni seseorang

yang hanya sebatas mengkaji secara mendalam ide-ide HTI. Jenjang kedua disebut,

hizbiyin, jenjang yang menentukan seseoarang menjadi anggota HTI.

HTI sengaja merekrut anggota kerena ingin merekrut anggota yang betul-betul

mampuh menginternalisasi ide-ide HTI, serta mempunyai komitmen untuk

memperjuangkannya. Kekuatan HTI di UIN Jakarta antara laian terletak para

aktivisnya yang militan serta memiliki jaringan yang kuat. Meskipun dari segi jumlah

anggota HTI tidak begitu melimpah, tetapi HTI didukung oleh anggota yang mlitan

sehingga dapat merancang serta melaksanakan berbagai macam kegiatan.

Adanya strategi kaderisasi yang panjang menjadikan HTI di UIN Jakarta

menjadikan HTI cukup sukses dalam menbidik kader-kadernya. Kesuksesan disini

56

Arifin, Ideologi dan Praksis Gerakan Sosial Kaum Fundamentalis: Pengalaman Hizb al-

Tahrir Indonesia, h. 32-39.

Page 134: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

122

tidak diukur dalam katagori jumlah, tetapi HTI berhasil dalam membentuk kader-

kader yang militan dan berkomitmen. Keberadaan aktivis juga sangat berpengaruh

untuk melakukan rekrutmen anggota, sebab di HTI UIN Jakarta setiap anggota baik

itu mudaris maupun hizbiyin diwajibkan untuk mengajak dan terus mendakwakhan

ide-ide ke-HTI an ke khalayak.

Selaian berperan dalam merekrut anggota, para aktivis juga dituntut untuk

komitmen untuk terus bejuang menegakan ide-ide HTI meskipun mereka sudah tidak

memegang setatus mahasiswa lagi. Dari segi material para aktivis juga di minta untuk

menyumbangkan waktu, tempat, serta uang seikhlasnya untuk perjuangan dakwah.

Menurut keterangan Gustar saat berdialog dengan penulis dalam forum halaqah’am

menyebutkan:

Kita tidak bisa memungkiri bahwa setuap perjuangan dakwak itu harus didukung

oleh berbagai faktor, selain keberadaan para aktivis yang setia juga perjuangan

dakwah membutuhkan materi (dana) demi perjuangan dakwah Islam. Kami di HTI

menerima sumbangan dari anggota tetapi sifatnya seiklasnya. Nanti setelah antum

(penulis) melanjutkan ke tahap berikutnya antum akan ditawarkan untuk membayar

infak atau dalam bahasa kami biasa disbut Iltizmat. Dana itu nantinya akan di

kumpulkan sebagai sumbangan untuk perjuangan dakwah Islam di HTI.57

Selain sumbangan dari peserta halaqah’am, kader-kader lain yang statusnya

sudah menjadi hizbiyin juga turut memberikan partisipasi materi dalam bentuk

sumbangan uang yang diberlakukan se-bulan satu kali. Namuan, sifatnya masih sama

57

Wawancara penulis dengan Gustar (pembina penulis ketika mengikuti hallaqoh umum),

Pada 2 Februari 2013, pukul 20.30 wib, di Masjid Al-Mugirah Kel. Pisangan Kec. Ciputat Kota

Tangerang Selatan Prov. Banten.

Page 135: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

123

yaitu setiap anggota tidak diwajibkan membayar melainkan hanya di minta

seikhlasnya dan tanpa patokan nominal.58

Aktivitas lainnya yang biasa dilakukan para aktivis HTI di UIN Jakarta adalah

keterlibatan mereka pada berbagai kegiatan-kegiatan seperti diskusi, pembuatan

opini, sosialisasi ke mahasiswa dan masyarakat, pembuatan kelompok-kelompok

studi dan lain-lain. Dari beragam pemaparan di atas, nampaknya sumberdaya yang

paling penting dari para aktivis HTI yaitu kesetiaan dan sikap konsisten yang dimiliki

para aktivis terhadap HTI. Sebagaimana telah umum diketahui bahwa kader-kader

HTI cukup populer dengan militansi yang mereka miliki untuk organisasi, paling

tidak inilah yang menjadi modal sosial HTI untuk tetap eksis di UIN Jakarta. Oleh

kerena itu, penulis memasukan aktivis adalah salah-satu faktor pendukung eksistensi

HTI sejak menit pertama mereka masuk UIN hingga saat ini.

G. Eksistensi HTI sebagai Indikator Fundamentalis Islam di Kampus

UIN Jakarta

Sebagaimana telah dikemukakan dalam bab sebelumnya bahwa keberadaan

HTI di kampus UIN dimulai sejak tahun 2001, kemudian di tahun-tahun selanjutnya

HTI mempertajam pengaruhnya hingga pada tahap berinteraksi dengan umat.

Tahapan ini merupakan tahapan ke dua dalam pola gerakan dan strategi kaderisasi

yang di bangun oleh HTI di kampus UIN. Pada level ini gerakan HTI lebih terlihat

58

Wawancara penulis dengan Gustar (pembina penulis ketika mengikuti halaqah umum),

Pada 2 Februari 2013, pukul 20.30 wib, di Masjid Al-Mugirah Kel. Pisangan Kec. Ciputat Kota

Tangerang Selatan Prov. Banten.

Page 136: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

124

inklusif dalam artian mereka mulai membuka ruang dalam melakukan interaksi

secara langsung pada mahasiswa.

Berbagai kegiatan-kegiatan HTI misalnya sudah mulai dilakukan secara

terbuka diberbagai jurusan-jurusan, masjid-masjid sekitar kampus, media kampus,

dan seterusnya. Adanya berbagai kegiatan rutin dan kepengurusan organisasi HTI

cabang Ciputat yang lingkupnya UIN Jakarta menunjukan bahwa HTI adalah

organisasi yang memiliki eksistensi di kampus UIN Jakarta, meskipun dalam tataran

jumlah anggota HTI masih relative kecil dibandingkan dengan organisasi-organisasi

lain yang eksis di UIN Jakarta.

Dalam wacana gerakan social HTI tergolong pada gerakan religio-politik yang

berusaha mengubah system sekuler dengan system yang didasarkan pada agama.

Corak politik-keagamaan HTI terlihat jelas pada perjuangannya terhadap struktur

politik Islam di bawah khilafah Islamiyah.59

Ideologi yang di pegang HTI adalah

ideologi Islam, Islam bagi HTI bersifat universal sehingga Islam berada di segala

aspek kehidupan baik politik, social, ekonomi, hukum dan lain-lain.

Komitmen HTI terhadap Islam menjadikan mereka terlihat ekslusif ketika

dihadapkan pada gagasan-gagasan dari luar Islam seperti pada gagasan politik

demokrasi, ekonomi kapitalis, hukum yang di adopsi dari Barat dan sebagianya.60

Pada ranah kultural terutama yang berhubungan dengan budaya berbusana atau tutup

59

Arifin, Ideologi dan Praksis Gerakan Sosial Kaum Fundamentalis: Pengalaman Hizb al-

Tahrir Indonesia, h. 93-120. 60

Ibid., 35.

Page 137: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

125

aurat anggota HTI lebih menekankan pada budaya ketimuran yang diyakini sebagai

budaya pro-syari’at Islam. Asumsi ini dapat dibuktikan dengan banyaknya anggota

HTI terutama muslimah HTI di lingkungan kampus UIN yang begitu ketat dalam

mengatur persoalan busana. Busana yang ditekankan muslimah HTI adalah busana

yang menutup aurat seperti pemakaian jilbab, rok panjang, dan baju-baju muslimah

yang umumnya menutup seluruh bagian tubuh. Bagi mereka pemakain jins, rok mini,

kaos pendek bagi wanita adalah budaya berbusana ala Barat yang sengaja

diperuntukan untuk merusak kultur berbusana Islam, untuk itu perlu dihindari.61

Beberapa sikap dan karakter di atas melahirkan asumsi bahwa terdapat

kemiripan-kemiripan terutama pada aspek karakter yang dimiliki gerakan Islam HTI

dengan gerakan fundamentalis atau lebih tepatnya dikenal dengan Islam

fundamentalis. Meminjam apa yang dikonseptualisasikan oleh Fazlur Rahman,

fundamentalisme Islam merupakan reaksi terhadap kegagalan modernisme Islam

(klasik), karena ternyata yang disebut terakhir ini tidak mampu membawa masyarakat

dan dunia Islam kepada kehidupan yang lebih baik, sesuai dengan ajaran Islam.

Sebagai gantinya fundamentalisme Islam mengajukan tawaran solusi dengan kembali

kepada sumber-sumber Islam yang murni dan otentik, dan menolak segala sesuatu

yang berasal dari warisan modernisme Barat.62

61

Wawancara penulis dengan Zakiyatun Nufus (anggota muslimah HTI UIN Jakarta

dilakukan pada 27 Mei 2013, di kantin fakultas dakwah dan komunikasi. Pukul 13.00 wib. 62

Ahmad Nur Fuad, “Interrelasi Fundamentalisme dan Orientasi Ideologi Gerakan Islam

Kontemporer”, Jurnal Ilmiah, h. 4.

Page 138: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

126

Konseptualisai Fazlur yang menekankan pada otentifikasi dan penolakan

terhadap gagasan modern oleh gerakan fundamentalis Islam, sedikit banyak ada

kemiripan dengan karakter yang dibangun dalam HTI. Gagasan khilafah yang

menjadi central perjuangan politik HTI adalah gagasan klasik dalam struktur

pemerintahan Islam. HTI mendambakan terbentuknya romentisme sejarah yang

dahulu pernah berjaya dalam Islam untuk kembali ditegakkan pada era kontemporer

saat ini.63

Kemudian, penolakan HTI terhadap ide-ide modern seperti demokrasi,

kapitalisme, nasionalisme, komunisme dan sebaginya sepertinya cukup relevan

dengan gagasan Fazalur.

Selain Fazlur sarjana lain yang mengkontruksi term fundamentalis Islam

adalah Basam Tibi dan Roxnne L. Euben, mereka mendefinisikan fundamentalisme

Islam sebagai gerakan religio-politik kontemporer yang memiliki hasrat untuk

mengembalikan seluruh masalah dalam ranah sosial maupun politik kepada teks

keagamaan (quran dan sunah) sebagai rujukan dasarnya.64

Barsandar pada beberapa

teori yang dikemukakan di atas bahwa ada beberapa karakteristik yang mirip antara

gerakan HTI dengan gerakan fundamentalis Islam. Oleh karena itu, hal ini pula yang

menjadi argumentasi penulis atas kesimpulan yang menyebut habwa HTI sebagi

gerakan eksemplar dan salah satu representasi dari dari gerakan fundamentalis Islam

di kampus UIN Jakarta.

63

Arifin, Ideologi dan Praksis Gerakan Sosial Kaum Fundamentalis: Pengalaman Hizb al-

Tahrir Indonesia, h. 100. 64

Euben, Musuh dalam Cermin: Fundamentalisme Islam dan Batas Rasionalisme Modern,

trj. Satrio Wahono, h. 42.

Page 139: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

127

Page 140: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

129

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Awal persentuahan HTI di Kampus UIN Jakarta dimulai sejak 2001. Pase

ini pola gerakan HTI masih bersifat eklusif dan struktur keorganisasian

HTI belum begitu solid, sehingga hal ini berpengaruh pada efektivitas

penyampaian gagasan-gagasan mereka di lingkungan kampus. Dimulai

pada 2002 hingga saat ini di 2013, aktivitas HTI semakin terorganisir

dengan baik, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya beberapa kegiatan-

kegiatan yang diselenggarakan oleh para aktivis HTI seperti halaqah’am

di masjid-masjid yang ada di sekitar kampus yaitu Masjid Fathullah,

Masjid Al-Mukhlisin Legoso, Masjid Al-Muhgirah, dan lain-lain.

Keterlibatan HTI dalam membangun afiliasi dengan masjid bukan tanpa

alasan. Selain tempat ibadah masjid masjid menjadi sentral bagi

berkumpulnya mahasiswa-mahasiswa sehingga hal ini dianggap instrumen

yang sangat ideal untuk mennyampaikan gagsan-gagasan HTI pada

jamaah khususnya mahasiswa UIN Jakarta. Selain masjid pola lain yang

dibangun HTI untuk menyampaikan pesannya yaitu memanfaatkan

hubungan personal pertemanan dan keluarga, membentuk kelompok studi

di lingkungan kampus seperti kelompok studi (LISMA HTI, Gema

Page 141: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

130

Pembebasan, SRIKAYA, Muslimah HTI dll), dan terlibat dalam

pembingkaian isu-isu baik agama maupun non agama.

Pola gerakan dengan memanfaatkan hubungan pertemanan dan keluarga

dimanfaatkan sebagai cara untuk mempengaruhi para mahasiswa agar

tertarik dengan gagasan-gagasan HTI sehingga mereka akan lebih mudah

masuk menjadi anggota HTI. Hubungan pertemanan dan keluarga

biasanya lebih mudah karena hal ini dibentuk atas dasar hubungan

emosional yang kuat. Dalam oprasinya para aktivis HTI biasanya

melakukan pendekatan-pendekatan yang intensif terhadap para mahasiswa

baik melalui interaksi langsung maupun dalam pertemuan-pertemuan

dalam berbagai acara. Pola yang lainnya adalah membentuk kelompok-

kelompok studi. Pola ini bertujuan untuk memperdalam intelektual para

anggota HTI agar dapat menjadi kader yang berwawasan. Selain untuk

mengembangkan wawasan, aktivitas diskusi juga berfungsi sebagai media

komunikasi penyampaian pesan dan gagasan-gagasan HTI terhadap

mahasiswa yang statusnya bukan kader. Ini bisa terjadi karena dalam

beberapa kegiatan diskusi HTI biasanya mengajak mahasiswa yang bukan

kader untuk terlibat dalam diskusi, dengan kata laian diskusi tersebut

bersifat terbuka untuk umum. Pola terakhir adalah pembingkaian isu.

Dalam proses pembingkaian isu ini HTI terlibat dalam dalam

mengkontruksi makna yang dihadirkan dalam isu-isu popular yang

berkembang. Adapun transformasi hasil pembingkaian ini disampaikan

Page 142: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

131

dengan berbagai bentuk seperti interaksi langsung, demonstrasi,

penyampaian opini, pembuatan pesan-pesan sms dan lain-lain.

Terkait dengan kaderisasi HTI mengembangkan sistem kaderisasi

pembinaan yang berjenjang. Di HTI setiap calon kader akan dibina secara

intensif sebelum menjadi kader. Beberapa tahapan-tahapan yang harus

dilalui oleh calon kader HTI yaitu tahapan dan pengkaderan (al-tathqif),

tahapan berinteraksi dengan umat (marhalah al-tafaul ma’a al-umah),

tahapan pengambilan kekuasaan (istilam al-hukm).

2. Terpeliharanya organisasi tentunya memiliki keterkaitan dengan berbagai

faktor pendukung organisasi tersebut. Berkaitan dengan HTI di Kampus

UIN Jakarta, terdapat penulis meletakan dua faktor yang cukup kuat

mendukung eksistensi mereka. Pertama adalah jaringan, di HTI jaringan

memiliki kedudukan penting karena jaringan dapat mempermudak akses

mereka dengan dunia luar atau sumber daya dari luar. Akses ini sangat

penting karena akan mempermudah mereka jika memiliki kepentingan

dengan dunia luar. Seperti halnya ketika HTI memiliki kepentingan

dengan lembaga-lembaga seperti masjid, BEM, UKM dan lain-lain maka

jaringan inilah yang memiliki fungsi utama untuk menghubungkan mereka

dengan dunia luar.

Faktor kedua adalah keberadaan para aktivis. Aktivis menjadi sumber

daya yang penting bagi perkembangan HTI di Kampus UIN Jakarta.

Keberadaan aktivis memiliki pengaruh terhadap proses rekrutmen anggota

Page 143: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

132

serta penyebarluasan pesan-pesan HTI. Oleh karena itu, di HTI para calon

anggita dibina dengan cukup ketat agar dapat melahirkan kader yang

berkualitas dan militant, sehingga ketika mereka menjadi aktivis resmi

HTI perannya tidak diragukan lagi. Perkembangan dan eksistensi HTI

yang hingga saat ini ada di UIN Jakarta tidak terlepas dari peran para

aktivisnya.

3. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (UIN Jakarta)

merupakan institusi pendidikan Islam yang berusaha menyatukan berbagai

disiplin ilmu ke dalam kurikulum internal atau dikenal dengan istilah

pengintegrasian keilmuan. Adanya sebuah dialektika sistem di dalam

tubuh UIN Jakarta dari sebelumnya IAIN menandakan adanya

modernisasi terhadap sistem pendidikan didalamnya. Sebagimana telah

umum diketahui bahwa kejala modernisasi sendiri di banyak tempat selalu

mengundang beragam respon sehingga ketika UIN Jakarta melakukan

modernisasi pendidikan maka hal ini tentunya melahirkan beragam reaksi.

Ketika modernisasi pendidikan di dalam tubuh UIN Jakarta memberikan

kelonggaran terhadap masuknya disiplin ilmu-ilmu non-Islam atau ilmu-

ilmu sekuler, maka akan melahirkan reaksi dari ekses-ekses tertentu yang

anti terhadap ide-ide sekuler. HTI adalah eksemplar dari gerakan

fundamentalisme Islam yang cenderung menolak gagasan-gagasan

sekuler. Oleh karena itu, saat UIN Jakarta perlahan melakukan integrasi

keilmuan, maka HTI semakin mengembangkan organisasi dan

Page 144: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

133

mempertajam pengaruhnya guna membendung gagasan-gagasan sekuler.

Keberadaan HTI yang selama ini tumbuh di UIN Jakarta adalah indikator

dari tumbuhnya gerakan fundamentalisme Islam di Kampus UIN Jakarta.

Sebagimana telah dijelaskan dalam bab sebelumnya bahwa penelitian ini

menggunakan pendekatan kuantitatif dan teori gerakan sosial beserta variannya

(struktur kesempatan politik, mobilisasi sumber daya dan pembingkaian) digunakan

sebagai pisau analis utamanya. Objek penelitian ini adalah HTI yang berada di

lingkungan kampus UIN Jakarta.

Dari berbagi penemuan-penumuan yang telah penulis simpulkan dalam

penelitian ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan yang harus di

sempurnakan dalam penelitian selanjutnya.

Page 145: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

Daftar Pustaka

Ahmad, Khursid, “Sifat Kebangkitan Islam,” Jhon L Esposito (ed). Dinamika

Kebvangkitan Islam, trj. Hasan ( Jakarta: Rajawali Perss, 1985).

Amin al „Alim, Mahmud, al Fikr al Araby al Muasir baina al Ushuliyyah wa

al „Almaniyah dalam al Ushuliyyah al Islamiyyah (Qodya Fikriyah

Li an Nasyr wa at Tauzi, 1993).

Amstrong, Karen, Berperang Demi Tuahan, trj. Satrio Wahono, dkk.

(Bandung: Mizan, 2001).

Anonim, Mengenal Hizb al-Tahrir: Partai Politik Islam Ideologios, (Bogor:

Pustaka Thariqul Izzah, 2002).

Arifin, Syamsul, Ideologi dan Praksis Gerakan Sosial Kaum Fundamentalis:

Pengalaman Hizb al-Tahrir Indonesia, (Malang: Universitas

Muhamadiyah Press, 2005).

Bannerman, Patrick, Islam in Persfektive a Guide to Islamic Society Politic

and Law (London: Routlage, 1988).

Bungin, Burhan, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Aktualisasi Metodelogis Ke

Arah Ragam Farian Kontemporer, (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2001).

Cross, F.L (ed), “The Oxford Dictionary of the Christian Church” (Oxford

University Press, 1997), h. 926, seperti dikutip dari Rifyal Ka‟bah,

“Modernisme dan Fundamentalisme ditinjau dari konteks Islam”

(Ulmul Qur‟an, No. 3 vol IV, 1993).

Damanik, Ali Said, Fenomena Partai Keadilan: Transformasi 20 Tahun

Gerakan Tarbiyah di Indonesia, (Jakarta: Teraju, 2002).

Efendy, Bahtiar dan Prasetyo,Hendro, ed., Radikalisme Agama ( Jakarta:

PPIM, 1998).

Euben, Roxanne L., Musuh dalam Cermin: Fundamentalisme Islam dan Batas

Rasionalisme Modern, trj. Satrio Wahono (Jakarta: Serambi, 2002).

Page 146: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

Foreman, J. B. (ed), Encyclopedia and Dictionary, M.A. London 1974, seperti

dikutip dari Ka‟aba, Rifyal, Islam dan Fundamentalisme, (Jakarta:

Panjimas, 1984).

Hadimulyo, “Fundamentalisme Islam: Istilah yang Dapat Menyesatkan”,

Ulumul Qur‟an, No. 3 Vol. IV, 1993).

Hasan, Rifat, Mempersoalkan Istilah Fundamentalisme Islam, (Umul Qur‟an,

No. 3 Vol IV, 1993).

Ilyasa, Bara, “Profil Partai Fundamentalis Islam: Studi Tentang Mobilisasi

Politik Partai Keadilan Sejahtera 1999-2009)”, (Skripsi SI Fakultas

Ilmu Sosial dan Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2012).

Jajang, Jamhari Jahroni, Gerakan Salafi Radikal di Indonesia, (Jakarta: PT.

RajaGrafindo Persada, 2004).

Jamhari, Fuad Jabali, (Peny), IAIN dan Moderenisasi Islam di Indonesia,

(Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2002).

Kasiram, Mohamad, Metodelogi Penelitian: Refleksi Pengembangan

Pemahaman dan Penguasaan Metodelogi Penelitian, (Malang: UIN

Press, 2008).

L. Esposito, John, Ancaman Islam Mitos dan Realitas, trj. Alawiyah

Abdurahman (Bandung: Mizan, 1996).

Mubarak, M. Zaki, Geneologi Islam Radikal Indonesia: Gerakan, Pemikiran,

dan Prospek Demokrasi, (Jakarta: LPS, 2008).

Mukhtadi, Burhanudin, Dilema PKS: Suara dan Syariah, (Jakarta:

Paramadina, 2012).

Muzaffar, Chandra, Hak Asasi Manusia dalam Tata Dunia Baru: Menggugat

Dominasi Global, trj. Purwanto (Bandung: Mizan, 1995).

Rahmat M, Imdadun Arus Baru Islam Radikal: Transmisi, Revivalisme Islam

Timur Tengah ke Indonesia, (Yogyakarta: LKIS, 2008).

Riski, Muhamad, “Strategi Partai Aceh dalam Memenangkan Pemilu

Legeslatif di Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2009”, (Skripsi SI

Fakultras Ilmu Sosial dan Politik Universitas Islam Negeri Syarif

Hidaytullah Jakarta, 2010).

Page 147: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

Rosidy (ed), Imron, Agama dalam Pergulatan Dunia (Yogyakarta: Tiara

Wacana, 1998).

Said, Edward, Covering Islam: Bagimana Media dan Pakar Menentukan

Cara Pandang Kita Terhadap Dunia, trj. Apri Danarto (Yogyakarta:

Jendela, 1987).

Steiner, Goerge A. dan Miner, Jhon B, Kebijakan dan Strategi Menagemen,

(Jakarta: Airlangga, 1997).

Susanto, Astrid S., Masyarakat Indonesia Memasuki Abad Ke Dua Puluh

Satu, (Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan, 1998).

Ulfiyah, Ufi, “Fundamentalisme Islam: Analisis Wacana Jurnal Taswirul

Afkar Edisi ke-13 Tahun 2012”, (Skripsi SI Fakultas Dakwah dan

Komunikasi, 2008).

Winardi , J, Entrepreuneur dan Entrepreuneurship, (Jakarta: Kencana, 2003).

Wiktorowicz, Quintan, Aktivisme Islam: Pendekatan Teori Gerakan Sosial,

(Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina, 2007).

Yuliawati, Aat, “Peran Dakwah HTI di Lingkungan Kampus UIN Jakarta

2009”, (Skripsi SI Fakultas Dakwah dan Komunikasi 2009).

Zallum, Persepsi-Persepsi Budaya dari Barat, (Bogor: Pustaka Thariqul

Izzah, 1999).

Webset

10http://www.findarticles.com/cf_0/m2096/2000_SpringSammer/63

300895/print.jhtml.

“The Challenge of Fundamentalism for Interreligiuos Dialogue”, Cross

Curent (SpringSummer,200), diakses pada 09 Desember 2012, pukul

19.30 wib.

http://www.polstranas.com.

“Politik dan Strategi Nasional”, Artikel diakses pada 9 April 2010.

Page 148: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

http://jurnalsdm.blogspot.com.2009/08/konsep-strategi-definisi-

perumusan.html,

“Konsep Strategi: Devinisi, Perumusan, Tingkatan, dan Jenis Strategi”

Diakses pada 15 Januari 2012, pukul 16.00 wib.

http://hizbut-tahrir.or.id/tentang-kami/;

Hizbut Tahrir Indonesia “Tentag Kami HTI”, Blog Hizbut Tahrir Indonesia,

05 November 2013 tersedia Internet diunduh pada 7 November

2013.

http://www.detik.com/peristiwa/2001/01/10,

Solahudin, “Menelusuri Kelompok Islam Sempalan (1): Mereka Dituduh

Menebar Bom”, diakses pada 01 Januari 2012, pukul 15.00.

http://ahmadalim.blogspot.com/2010/08/khabdullah-bin-nuh.html;

“KH.Abdullah bin Nuh: Ulama dan Tokoh Pendidikan Islam”, diaskes pada 5

November 2013.

http://ahmadalim.blogspot.com/2010/08/khabdullah-bin-nuh.html;

“KH.Abdullah bin Nuh: Ulama dan Tokoh Pendidikan Islam”, akses pada 5

November 2013

http://adiwidayat.blogspot.com/2010/08/ismail-yusanto.htmln;

Andi Widayat “Ismail Yusanto”, di akses pada 5 November 2013.

http://hizbut-tahrir.or.id/2007/05/20/syaikh-abdul-qadim-zallum-amir-hizbut-

tahrir-kedua/, “Hizbut Tahrir Indonesia Untuk Melanjutkan

Kehidupan Islam”, di askes pada 9 November 2013

Majalah

KH. Shiddiq al-Jawi, “Islam Menolak Demokrasi” al-Wa‟ie, 1-31 Maret

2013, 18-21.

Farid Wadzi, “Amal Politik Partai Islam”, al-Wa‟ie, 1 Juli 2004, 38.

Farid Wadjidi, “Mengenal Hizbut Tahrir,” al-Wa‟ie, 20 Maret 2005, 55

Page 149: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

Muslimah HTI Chapter UIN Jkarta, “Dialog Interktif: Menjawab Pertanyaan

Seputar Khilafah”, Pamflet Selembaran, 10 April 2013, bag. 1.

Buletin

Gema Pembebasan,” RUU Keamanan Nasional: Konspirasi Penguasa Menuju

Negara Tiran”, Buletin, edisi I November 2012, bag. 1-2

Selembaran

Muslimah HTI Chapter UIN Jakarta, “Dialog Interaktif:Menjawab Pertanyaan

Seputar Khilafah”, Pamflet , 10 April 2013, bg 1.

Page 150: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

Beberapa Selembaran dan Tulisandalam Buletin HTI UIN Jakarta

Page 151: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...
Page 152: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

Foto Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Foto Majalah Hasil Konfrensi HTI dan Kitab Panutan Hidup dalam Islam karya Taqiyuddin An-

Nabhani.

Page 153: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...
Page 154: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

Foto penulis saat mewawancarai responden

Foto penulis dengan Zakiyatun Nufus (muslimat HTI di UIN Jakarta)

Foto penulis saat berdiberdialog dengan Zakiyatun Nufus

Page 155: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

Foto penulis dengan Munawir (anggota HTI di UIN Jakarta)

Foto penulis saat berdialog dengan Ust. Munawir

Page 156: prodi ilmu politik fakultas ilmu sosial dan ilmu politik uin syarif ...

Foto penulis saat berdialog dengan Faisal Fikri (anggota HTI di UIN Jakarta)

Foto penulis dengan Faisal Fikri