PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 ... PERBUKITAN JIWO... · Newsome dan Dowling (2010)...

11
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11 PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA 5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA 1251 GEOWISATA PERBUKITAN JIWO : UPAYA KONSERVASI WARISAN GEOLOGI BERUPA SITUS-SITUS BATUAN METAMORF DI BAYAT, KLATEN Zilmi Nugroho 1 Defiska Andang Nugraha 2 Rizka Amalia 3 I Gusti Bagus Eddy Sucipta 4 1 Mahasiswa Departemen Teknik Geologi, Institut Teknologi Bandung 2 Mahasiswa Departemen Teknik Geofisika, Institut Teknologi Bandung 3 Mahasiswa Departemen Teknik Geofisika, Institut Teknologi Bandung 4 Dosen Kelompok Keahlian Petrologi, Vulkanologi, dan Geokimia, Institut Teknologi Bandung *corresponding author: [email protected] ABSTRAK Bayat adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, yang berbatasan dengan Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta di sebelah selatan. Di daerah Bayat, terdapat perbukitan bernama Perbukitan Jiwo yang terbagi oleh Sungai Dengkeng menjadi dua wilayah, barat dan timur. Litologi penyusun Perbukitan Jiwo sangat bervariasi dan memiliki keunikan tersendiri yang tidak dimiliki oleh daerah lain, di antaranya batugamping foraminifera, intrusi batuan beku, serta batuan metamorf. Karena keunikan dan keanekaragaman litologinya, sehingga diperlukan adanya upaya konservasi yang berkelanjutan. Upaya konservasi tersebut dapat dilakukan melalui pengembangan kegiatan yang edukatif dan interaktif berupa geowisata. Oleh karena itu, tujuan dari pembuatan paper ini adalah untuk menggali potensi geowisata yang dapat dilakukan di Perbukitan Jiwo, dengan fokus pada situs-situs batuan metamorf mengingat pembentukan dan proses tersingkapnya batuan metamorf membutuhkan kondisi yang lebih kompleks, serta keterdapatannya yang lebih jarang dijumpai dibandingkan jenis batuan lainnya sehingga menjadi daya tarik tersendiri untuk diteliti. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini diawali dengan studi literatur mengenai daerah penelitian, kemudian pengambilan data lapangan diikuti oleh analisis sesuai dengan fokus penelitian. Situs-situs batuan metamorf yang didapatkan di antaranya filit grafit dan marmer di daerah Jokotuo, marmer dan sekishijau di Desa Kebon, serpentinit, skarn, dan marmer di daerah Pagerjurang, serta filit mika di daerah Watuprahu. Selain itu, juga diidentifikasi tempat-tempat geowisata yang sedang dikembangkan di sekitar situs-situs tersebut. Situs-situs batuan metamorf, tempat-tempat geowisata, serta zonasi potensi geowisata kemudian disajikan dalam panduan berupa sites map bernama “Bayat Metamorphosites”. Kata Kunci : geowisata, Perbukitan Jiwo, Bayat, batuan metamorf 1. Pendahuluan Perbukitan Jiwo terletak di Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah. Litologi penyusun Perbukitan Jiwo sangat bervariasi dan memiliki keunikan tersendiri, di antaranya terdapat batuan beku intrusi maupun ekstrusi, batugamping foraminifera, dan batuan metamorf. Oleh karena itu, Perbukitan Jiwo kerap dijadikan tempat pengambilan data untuk penelitian dan pemetaan geologi. Fokus pada penelitian ini adalah terkait batuan metamorf karena proses pembentukan dan tersingkapnya membutuhkan kondisi yang lebih kompleks serta keterdapatannya lebih jarang dijumpai dibandingkan jenis batuan lainnya. Tidak sedikit batuan metamorf yang tersingkap di daerah Bayat dan ditemukan di daerah bertebing maupun di tanah milik warga sekitar. Namun, tidak semua warga mengerti pentingnya singkapan tersebut bagi keilmuan geologi. Beberapa singkapan sudah tidak ideal dari segi kondisi dikarenakan telah dikubur oleh warga atau karena aktivitas penambangan. Terdapat juga singkapan yang letaknya sulit untuk dijangkau sehingga apabila terus dibiarkan, kondisi singkapan akan semakin lapuk dan tertutupi oleh tanah.

Transcript of PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 ... PERBUKITAN JIWO... · Newsome dan Dowling (2010)...

Page 1: PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 ... PERBUKITAN JIWO... · Newsome dan Dowling (2010) mendefinisikan geowisata merupakan pariwisata berkelanjutan dengan fokus utama terhadap

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

1251

GEOWISATA PERBUKITAN JIWO : UPAYA KONSERVASI WARISAN GEOLOGIBERUPA SITUS-SITUS BATUANMETAMORF DI BAYAT, KLATEN

Zilmi Nugroho1

Defiska Andang Nugraha2

Rizka Amalia3

I Gusti Bagus Eddy Sucipta41Mahasiswa Departemen Teknik Geologi, Institut Teknologi Bandung2Mahasiswa Departemen Teknik Geofisika, Institut Teknologi Bandung3Mahasiswa Departemen Teknik Geofisika, Institut Teknologi Bandung

4Dosen Kelompok Keahlian Petrologi, Vulkanologi, dan Geokimia, Institut Teknologi Bandung*corresponding author: [email protected]

ABSTRAKBayat adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, yang berbatasan denganKabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta di sebelah selatan. Di daerah Bayat, terdapatperbukitan bernama Perbukitan Jiwo yang terbagi oleh Sungai Dengkeng menjadi dua wilayah, baratdan timur. Litologi penyusun Perbukitan Jiwo sangat bervariasi dan memiliki keunikan tersendiri yangtidak dimiliki oleh daerah lain, di antaranya batugamping foraminifera, intrusi batuan beku, sertabatuan metamorf. Karena keunikan dan keanekaragaman litologinya, sehingga diperlukan adanyaupaya konservasi yang berkelanjutan. Upaya konservasi tersebut dapat dilakukan melaluipengembangan kegiatan yang edukatif dan interaktif berupa geowisata. Oleh karena itu, tujuan daripembuatan paper ini adalah untuk menggali potensi geowisata yang dapat dilakukan di PerbukitanJiwo, dengan fokus pada situs-situs batuan metamorf mengingat pembentukan dan prosestersingkapnya batuan metamorf membutuhkan kondisi yang lebih kompleks, serta keterdapatannyayang lebih jarang dijumpai dibandingkan jenis batuan lainnya sehingga menjadi daya tarik tersendiriuntuk diteliti. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini diawali dengan studi literatur mengenaidaerah penelitian, kemudian pengambilan data lapangan diikuti oleh analisis sesuai dengan fokuspenelitian. Situs-situs batuan metamorf yang didapatkan di antaranya filit grafit dan marmer di daerahJokotuo, marmer dan sekishijau di Desa Kebon, serpentinit, skarn, dan marmer di daerah Pagerjurang,serta filit mika di daerah Watuprahu. Selain itu, juga diidentifikasi tempat-tempat geowisata yangsedang dikembangkan di sekitar situs-situs tersebut. Situs-situs batuan metamorf, tempat-tempatgeowisata, serta zonasi potensi geowisata kemudian disajikan dalam panduan berupa sites mapbernama “Bayat Metamorphosites”.Kata Kunci : geowisata, Perbukitan Jiwo, Bayat, batuan metamorf

1. PendahuluanPerbukitan Jiwo terletak di Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah.

Litologi penyusun Perbukitan Jiwo sangat bervariasi dan memiliki keunikan tersendiri, diantaranya terdapat batuan beku intrusi maupun ekstrusi, batugamping foraminifera, danbatuan metamorf. Oleh karena itu, Perbukitan Jiwo kerap dijadikan tempat pengambilan datauntuk penelitian dan pemetaan geologi. Fokus pada penelitian ini adalah terkait batuanmetamorf karena proses pembentukan dan tersingkapnya membutuhkan kondisi yang lebihkompleks serta keterdapatannya lebih jarang dijumpai dibandingkan jenis batuan lainnya.

Tidak sedikit batuan metamorf yang tersingkap di daerah Bayat dan ditemukan di daerahbertebing maupun di tanah milik warga sekitar. Namun, tidak semua warga mengertipentingnya singkapan tersebut bagi keilmuan geologi. Beberapa singkapan sudah tidak idealdari segi kondisi dikarenakan telah dikubur oleh warga atau karena aktivitas penambangan.Terdapat juga singkapan yang letaknya sulit untuk dijangkau sehingga apabila terus dibiarkan,kondisi singkapan akan semakin lapuk dan tertutupi oleh tanah.

Page 2: PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 ... PERBUKITAN JIWO... · Newsome dan Dowling (2010) mendefinisikan geowisata merupakan pariwisata berkelanjutan dengan fokus utama terhadap

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

1252

Sehingga, upaya konservasi untuk menjaga situs-situs singkapan tersebut perlu dilakukan.Dalam penelitian ini, penulis bermaksud untuk menggali potensi geowisata di PerbukitanJiwo sebagai upaya menjaga kelestarian situs-situs singkapan geologi yang ada, terutamabatuan metamorf. Upaya konservasi berupa konsep geowisata dapat dikembangkan denganbaik mengingat morfologi di daerah tersebut didominasi oleh perbukitan dan menyajikanpotensi wisata yang dapat dipadukan dengan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakatsetempat. Selain sebagai sarana kegiatan interaktif, geowisata memuat kegiatan yang bersifatedukatif terutama dari aspek keilmuan geologi. Dalam paper ini, akan disajikan peta bernama“Bayat Metamorphosites” yang memuat lokasi situs-situs batuan metamorf serta zonasipotensi geowisata yang sedang dan dapat dikembangkan.

1.1. Geologi RegionalPerbukitan jiwo terbagi menjadi dua wilayah yang terpisahkan oleh Sungai Dengkeng,

yaitu Perbukitan Jiwo Barat dan Perbukitan Jiwo Timur. Perbukitan Jiwo memiliki luassekitar 20 km2 dengan beberapa puncak yang elevasinya kurang dari 400 m di ataspermukaan air laut sehingga dapat dikategorikan sebagai perbukitan rendah.

Batuan tertua di Perbukitan Jiwo, Bayat merupakan batuan metamorf yang berderajatrendah dengan fasies greenschist seperti filit, sekis mika, sekis kalk-silikat, dan marmerdengan arah foliasi NE-SW (Warmada, Sudarno, dan Wijanarko, 2008). Batuan tersebutmerupakan basement dari sedimentasi yang berlangsung pada zaman Tersier (Warmada,Sudarno, dan Wijanarko, 2008). Berdasarkan dating umur sampel sekis dengan metoderadiometri K-Ar yang dilakukan Prasetyadi (2007), batuan metamorf di daerah PerbukitanJiwo memiliki umur 98 juta tahun yang lalu.

Sisi pandang sejarah geologi Perbukitan Jiwo, Bayat memiliki banyak pendapat yangberbeda yang menimbulkan perdebatan. Hal yang menjadi perdebatan adalah status daerahPerbukitan Jiwo, Bayat yang diragukan sebagai zona subduksi pada tenggara Sundalandberumur Kapur Awal yang menerus dari Luk Ulo, Karangsambung. Setiawan, Osanai, danPrasetyadi (2013) memperkirakan Perbukitan Jiwo merupakan zona kompleks subduksiyang merupakan bagian dari subduksi berumur Kapur Awal berdasarkan kehadiran sekisbiru yang dijumpai di daerah Pagerjurang. Pendapat yang berbeda diungkapkan olehSatyana (2014) yang menjelaskan bahwa Perbukitan Jiwo bukan merupakan kemenerusandengan Komplek Luk Ulo yang merupakan bagian dari subduksi berumur Kapur. Haltersebut berdasarkan tidak adanya blok tektonik dari ofiolit, sedimen laut dalam sepertiradiolaria dan rijang, serta tidak adanya mélange.1.2. Aspek – Aspek Geowisata

Newsome dan Dowling (2010) mendefinisikan geowisata merupakan pariwisataberkelanjutan dengan fokus utama terhadap evolusi bumi serta fitur geologi yangmendorong pemahaman lingkungan dan budaya, apresiasi dan konservasi, danmenguntungkan masyarakat lokal. Ruang lingkup geowisata mencakup dalam skala fiturgeologi dan geomorfologi, dari pegunungan dan pantai sampai pada skala kecil, sepertilingkungan binaan dan singkapan geologi. Ini dapat terjadi di berbagai lokasi darikawasan alam ke lingkungan perkotaan dan mencakup geopark dan geosite, sertabangunan dan monumen dengan asosiasi geologi.

Geowisata berkaitan dengan ekowisata, wisata budaya, dan pariwisata petualangantetapi tidak sama dengan ketiga jenis wisata tersebut. Geowisata berfokus padamenciptakan produk untuk memperkenalkan dan melindungi warisan geologi, sertamembangun suatu komunitas (Dowling, 2010).

Page 3: PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 ... PERBUKITAN JIWO... · Newsome dan Dowling (2010) mendefinisikan geowisata merupakan pariwisata berkelanjutan dengan fokus utama terhadap

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

1253

Geowisata dalam upaya konservasi tidak dapat terlepas dari berbagai keuntungan nonmaterial yang dapat diperoleh seseorang melalui pengayaan spiritual, penambahanwawasan, serta rekreasi. Keuntungan non material tersebut dapat dibedakan menjadisepuluh macam, yaitu keragaman budaya, nilai spiritual dan agama, sistem pengetahuan,nilai-nilai pendidikan, inspirasi, nilai estetika, hubungan sosial, rasa nyaman terhadapsuatu tempat, nilai-nilai warisan budaya, rekreasi dan ekowisata (Gordon, 2018).

Menurut Farsani, Coelho, dan Costa (2013), adapun jenis-jenis kegiatan geowisatayang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :1. Geosite sightseeing, berekreasi atau bertamasya dengan menikmati panorama dari

keunikan bentukan kebumian.2. Geosport, berolahraga dengan memanfaatkan topografi suatu daerah.3. Geostudy, kegiatan studi di alam terbuka, termasuk observasi warisan geologi dan

kunjungan lapangan untuk kepentingan geologi.4. Geoconservation dan Geoeducation, program konservasi terhadap potensi kebumian

untuk kepentingan edukasi atau pelestarian.5. Geofestival, event yang dibuat untuk keberlangsungan sumber daya geologi atau

wadah promosi terhadap bentuk program konservasi.6. Fasilitas Geotours, panduan berupa peta geowisata ataupun fasilitas pemandu

wisatawan.7. Health and Wellness Geotourism, bentuk fasilitas kesehatan ataupun relaksasi dengan

memanfaatkan sumber daya geologi suatu daerah.Risteski dan Kocevski (2014) menjelaskan bahwa geowisata didasarkan pada nilai-

nilai lingkungan abiotik. Secara khusus, dasar dari geowisata adalah geodiversitas.Geodiversitas adalah keragaman yang meliputi komponen geologi, geomorfologi, tanah,dan fenomena kebumian. Kuleta (2018) menambahkan perlu dipertimbangkannya aspek-aspek kuantitatif dan kualitatif untuk menganalisis geodiversitas. Aspek kuantitatif tidaklain adalah tentang kajian geologis dan geografis yang menggambarkan kondisieksogenik maupun endogenik dalam pembentukan suatu objek di muka Bumi. Sedangkan,aspek kualitatif melihat pada pemanfaatan dari suatu objek di muka Bumi. Geodiversitastinggi dengan aspek kuantitatif sebanding dengan kualitatif dapat berimplikasi padapengembangan geowisata yang berkelanjutan.

2. Metode PenelitianPada dasarnya, penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap pengambilan data

dan analisis data. Pada tahap pengambilan data, dilakukan pengumpulan data sampel batuanmetamorf melalui survey langsung di lima titik lokasi singkapan pada empat daerah penelitian.Kemudian, dilakukan pencatatan koordinat dalam sistem UTM pada setiap lokasi singkapan.Selain pengumpulan data sampel batuan metamorf, juga dilakukan identifikasi geomorfologipada daerah penelitian. Pada tahap analisis data, dilakukan deskripsi sampel batuan metamorfserta analisis potensi geowisata dengan melihat morfologi daerah penelitian dan dipadukandengan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat sekitar. Selain itu, juga dilakukanstudi literatur mengenai geologi regional daerah penelitian dan pengembangan potensigeowisata untuk menunjang pembahasan topik penelitian.

Page 4: PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 ... PERBUKITAN JIWO... · Newsome dan Dowling (2010) mendefinisikan geowisata merupakan pariwisata berkelanjutan dengan fokus utama terhadap

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

1254

3. DataTelah dikumpulkan lima data koordinat dan sampel batuan pada empat daerah penelitian.

Selain itu, foto lapangan morfologi daerah penelitian juga telah dikumpulkan. Data tersebutakan digunakan untuk membuat peta “Bayat Metamorphosites”.

3.1. Situs Filit Grafit dan Marmer di Daerah JokotuoSingkapan filit grafit (SCMR, 2007) dengan dimensi tinggi sekitar 15 meter dan lebar

sekitar 6 meter ditemukan di titik M5 dengan koordinat 464150E 9142185N 49S.Singkapan terletak di daerah yang dikelilingi oleh tebing dan banyak vegetasi yangmenutupi singkapan tersebut. Batuan berwarna hitam dengan kondisi segar. Batuanmemiliki struktur schistose. Berdasarkan ukuran kristalnya, batuan memiliki teksturfaneritik. Secara umum, bentuk kristal pada batuan tersebut berbentuk subhedral,sehingga memiliki tekstur hypidioblastik. Selain itu, batuan tersusun oleh sebagian besarmineral yang berbentuk prismatik sehingga memiliki tekstur nematoblastik. Terdapatperselingan dengan marmer. Komposisi mineral penyusun batuan tersebut didominasioleh grafit (80 %) dengan mineral lainnya adalah mika (20 %).3.2. Situs Marmer dan Sekishijau di Desa Kebon

Titik M3 dengan koordinat 461969,77E 9141662,13N 49S merupakan lokasiterdapatnya singkapan sekishijau (SCMR, 2007). Singkapan tersebut memiliki dimensipanjang sekitar 4 meter dan lebar sekitar 2 meter terletak di tanah milik warga sekitar disamping jalan raya. Batuan berwarna hijau kehitaman dengan kondisi segar. Batuanmemiliki struktur schistose. Berdasarkan ukuran kristalnya, batuan memiliki teksturfaneritik. Bentuk individu kristal secara umum berbentuk subhedral sehingga memilikitekstur hypidioblastik. Secara umum, batuan tersusun oleh mineral-mineral yangberbentuk pipih sehingga memiliki tekstur lepidoblastik. Komposisi mineral penyusundidominasi oleh klorit (75 %), kemudian terdapat mika (15 %) dan plagioklas (10 %).Dalam tubuh batuan sekishijau terdapat fragmen batuan berwarna putih kecoklatandengan kondisi fragmen segar, bereaksi dengan HCl, tersusun oleh kalsit (> 90%), sudahterjadi kristalisasi, bertekstur granuloblastik dengan bentuk individu kristal secara umumeuhedral, dan berstruktur granofels, diidentifikasi fragmen batuan tersebut adalah marmer.3.3. Situs Serpentinit, Skarn, dan Marmer di Daerah Pagerjurang

Di daerah Pagerjurang, terdapat dua titik lokasi singkapan. Titik M2 dengan koordinat458861,89E 9139973,92N 49S terdapat marmer yang berasosiasi dengan skarn (SCMR,2007). Namun, sulit untuk membedakan skarn dengan marmer dalam skala makroskopis.Secara umum, singkapan berdimensi tinggi sekitar 6 meter dan lebar sekitar 7 meterterletak di tanah milik warga di samping jalan raya. Batuan berwarna putih kecoklatandengan sebagian besar kondisi singkapan segar dan ditutupi oleh vegetasi. Berdasarkanukuran kristal, maka batuan tersebut memiliki tekstur faneritik. Bentuk individu kristalyang menyusun batuan berbentuk subhedral sehingga memiliki tekstur hypidioblastik.Batuan memiliki tekstur granuloblastik karena batuan tersusun oleh mineral yangberbentuk granular. Batuan telah terjadi kristalisasi dan memiliki struktur granofels.Batuan bereaksi dengan HCl.

Titik M1 dengan koordinat 459011,75E 9140274,72N 49S terdapat singkapanberdimensi tinggi sekitar 1 meter dan lebar sekitar 2,5 meter. Singkapan terletak di tanahmilik warga. Batuan berwarna hijau kehitaman dengan kondisi segar. Berdasarkan ukurankristal, maka batuan tersebut memiliki tekstur faneritik. Bentuk individu kristal yangmenyusun batuan berbentuk subhedral sehingga memiliki tekstur hypidioblastik. Bentuk

Page 5: PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 ... PERBUKITAN JIWO... · Newsome dan Dowling (2010) mendefinisikan geowisata merupakan pariwisata berkelanjutan dengan fokus utama terhadap

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

1255

mineral penyusun batuan sebagian besar berbentuk serabut (fibrous). Komposisi mineralpenyusun batuan terdiri dari serpentin (60 %), olivin (30 %), talk (10 %). Dikarenakanmineral penyusun dominan pada batuan adalah serpentin, maka batuan tersebut bernamaserpentinit (SCMR, 2007).3.4. Situs Filit Mika di Daerah Watuprahu

Titik M4 dengan koordinat 463483,98E 9141412,87N 49S terdapat singkapan filitmika (SCMR, 2007) berdimensi tinggi sekitar 2 meter dan lebar sekitar 3 meter terletakdi tebing bukit dekat rumah warga. Batuan berwarna coklat kehitaman dengan kondisisegar. Berdasarkan ukuran kristal, maka batuan tersebut memiliki tekstur faneritik.Bentuk individual kristal yang menyusun batuan berbentuk subhedral sehingga memilikitekstur hypidioblastik. Secara umum, batuan tersusun oleh mineral-mineral yangberbentuk pipih dan granular sehingga memiliki tekstur lepidoblastik dan granuloblastik.Komposisi mineral penyusun batuan terdiri dari biotit (50 %), mika (30 %), dan klorit(20 %).

4. Hasil dan PembahasanSetelah data berhasil dikumpulkan dan sampel batuan metamorf telah diidentifikasi,

kemudian data koordinat lokasi singkapan dimasukkan ke dalam peta “BayatMetamorphosites”. Selain terdapat titik-titik lokasi singkapan batuan metamorf, peta “BayatMetamorphosites” juga terdapat titik-titik geowisata di sekitar lokasi singkapan batuanmetamorf, akses jalur yang dapat ditempuh ke lokasi singkapan batuan metamorf, dan zonasipotensi geowisata yang dapat dikembangkan. Titik-titik lokasi singkapan batuan metamorfbeserta akses jalur menuju singkapan tersebut dapat mempermudah pencarian lokasisingkapan sehingga dapat menunjang kegiatan penelitian seputar keilmuan geologi lebihlanjut.

Zonasi potensi geowisata merupakan pembagian zona atau daerah mengenai potensi dariaspek-aspek geowisata yang dapat dikembangkan dan didasarkan pada aspek kuantitatif,seperti interpretasi geomorfologi dan kondisi geologi, serta aspek kualitatif yang berkaitandengan pemanfaatan dari morfologi suatu daerah dengan menyesuaikan kondisi sosial,ekonomi, dan budaya masyarakat sekitar. Adapun titik-titik geowisata yang dikelompokkanberdasarkan situs-situs batuan metamorf yang diteliti adalah sebagai berikut :

4.1. Situs Filit Grafit dan Marmer di Daerah Jokotuo

Sekitar 800 meter sebelah tenggara singkapan filit grafit dan marmer di titik G7terdapat geowisata yang sedang dikembangkan bernama Kawah Putih Negeri Dongeng.Nama tersebut tidak ada kaitannya dengan morfologi gunungapi atau aktivitasvulkanisme, melainkan geowisata tersebut memanfaatkan morfologi bukit yang tersusundari batugamping dan marmer. Batugamping packstone (Dunham, 1962) menyusunsebagian besar geowisata tersebut. Orientasi batugamping tersebut memiliki kemiringanke arah selatan. Pada bagian kecil di sekitar geowisata dijumpai batugamping yang sudahmuncul tanda adanya kristalisasi. Terdapat beberapa bukit yang dapat digunakan untukmenikmati panorama sekitar.

4.2. Situs Marmer dan Sekishijau di Desa Kebon

Geowisata yang terdapat di sekitar singkapan marmer dan sekishijau adalah PuncakArjuna dan Bukit Pertapan. Puncak Arjuna yang ditandai oleh titik G4 terletak di sebelahtenggara sekitar 500 meter dari lokasi singkapan. Suguhan panorama yang indah dapat

Page 6: PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 ... PERBUKITAN JIWO... · Newsome dan Dowling (2010) mendefinisikan geowisata merupakan pariwisata berkelanjutan dengan fokus utama terhadap

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

1256

diamati ketika sudah mencapai puncak yang berada di ketinggian sekitar 175 mdpl.Kemudian, Bukit Pertapan yang ditandai oleh titik G3 terletak di sebelah barat dayasekitar 1,2 kilometer dari lokasi singkapan. Bukit Pertapan tersusun dari batuan metamorfdan dapat dijumpai beberapa potongan sekishijau. Di puncak Bukit Pertapan yang beradadi ketinggian sekitar 225 mdpl, terdapat tiga gardu pandang untuk melihat panorama disekitar Bukit Pertapan. Selain itu, juga terdapat peninggalan untuk melakukan semedidari Panembahan Menang Langse yang merupakan cucu dari Sunan Pandanaran.

4.3. Situs Serpentinit, Skarn, dan Marmer di Daerah Pagerjurang

Singkapan serpentinit, skarn, dan marmer terletak di sebelah barat Gunung Jabalkat.Selain terdapat singkapan batuan metamorf, di daerah Gunung Jabalkat juga dapatditemukan singkapan intrusi batuan beku. Aktivitas penjelajahan dapat dilakukan diGunung Jabalkat karena medan tidak terlalu sulit dan dapat menikmati panorama disekitar Gunung Jabalkat yang memukau. Kemudian, ketika sudah mencapai puncakGunung Jabalkat (Titik G1) dengan ketinggian sekitar 250 mdpl, terdapat petilasan dariSunan Pandanaran yang merupakan tokoh penyebar agama Islam di Jawa semasaKerajaan Demak. Di daerah Pagerjurang juga berkembang industri gerabah sehinggadaerah tersebut dijadikan kawasan desa wisata oleh pemerintah daerah setempat yangditandai dengan titik G2. Berkembangnya industri gerabah oleh masyarakat lokal dapatmeningkatkan kondisi ekonomi masyarakat sekitar dan berimbas pada pendapatan daerahmelalui sektor pariwisata. Kemudian, tidak kalah penting untuk mengintegrasikan antaraindustri gerabah, wisata budaya petilasan Sunan Pandanaran, dan suguhan panoramayang indah melalui penjelajahan Gunung Jabalkat menjadi kawasan geowisata di daerahPagerjurang.

4.4. Situs Filit Mika di Daerah Watuprahu

Singkapan filit mika berada di kawasan wisata Watuprahu. Kawasan wisata tersebutterdiri dari Taman Watuprahu yang diapit oleh geowisata Bukit Cinta di sebelah utara danGunung Pendul di sebelah selatan. Selain terdapat filit mika, di daerah Taman Watuprahujuga dapat dijumpai beberapa singkapan batugamping nummulites dan intrusi batuanbeku. Dengan berkembangnya kawasan wisata Watuprahu, dapat membuka peluangusaha yang dapat dilakukan oleh warga sekitar seperti membuka warung makan, menjadijasa wisata, dan menyediakan sarana bermain untuk anak-anak.

Gunung Pendul tersusun oleh intrusi batuan beku dan dapat dijumpai singkapan-singkapan intrusi batuan beku sepanjang jalan menuju puncak. Gunung Pendul cocokuntuk dikembangkan kegiatan penjelajahan dan menikmati panorama ketika sudahmencapai puncak yang berada di ketinggian sekitar 200 mdpl ditandai dengan titik G6.Bukit Cinta berada di sebelah utara Taman Watuprahu. Singkapan filit mika danbatugamping nummulites dapat dijumpai di Bukit Cinta. Sama halnya dengan GunungPendul, panorama yang memukau dari berbagai sisi dapat dinikmati ketika sudahmencapai puncak bukit yang ditandai dengan titik G7.

5. KesimpulanSebanyak lima lokasi singkapan batuan metamorf pada empat daerah penelitian di Bayat

telah dilakukan pendataan dan dimasukkan ke dalam peta “Bayat Metamorphosites”.Singkapan-singkapan tersebut merupakan sebagian kecil dari keseluruhan singkapan batuanmetamorf yang berada di Bayat. Dengan dibuatnya peta “Bayat Metamorphosites” yang di

Page 7: PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 ... PERBUKITAN JIWO... · Newsome dan Dowling (2010) mendefinisikan geowisata merupakan pariwisata berkelanjutan dengan fokus utama terhadap

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

1257

dalamnya memuat informasi lokasi singkapan batuan metamorf diharapkan dapat menunjangkegiatan penelitian terkait keilmuan geologi di daerah tersebut.

Selain terdapat informasi mengenai lokasi-lokasi singkapan batuan metamorf, peta “BayatMetamorphosites” juga memuat titik-titik geowisata dan zonasi potensi geowisata yangsedang ataupun dapat dikembangkan. Hal tersebut diharapkan mampu memperkenalkanpariwisata di Bayat yang mengangkat konsep geowisata dan meningkatkan kegiatan ekonomimasyarakat di daerah tersebut.

Konsep geowisata yang diangkat mencoba menyelaraskan antara fitur geologi yang adadengan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat sekitar. Dan pada akhirnya, upayakonservasi, terutama terhadap situs-situs batuan metamorf, dapat dilakukan dengan baikmelalui kegiatan yang edukatif dan interaktif dalam konsep geowisata di Bayat.

AcknowledgementsTerima kasih penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan baik

dalam bentuk material maupun dukungan moral. Pihak-pihak tersebut di antaranya Bapak IGusti Bagus Eddy Sucipta yang telah membimbing dalam penulisan paper ini, DepartemenTeknik Geologi dan Departemen Teknik Geofisika Institut Teknologi Bandung yang telahmemfasilitasi dalam pengambilan dan analisis data, masyarakat di Perbukitan Jiwo Barat danTimur, serta rekan-rekan mahasiswa Teknik Geologi dan Teknik Geofisika Institut TeknologiBandung.

Daftar PustakaDowling, R. (2010). Geotourism’s Global Growth. Geoheritage, 3(1), pp.1-13.Dunham, R. (1962). Classification of carbonate rocks according to depositional texture. In:

Ham, W. E. (ed.), Classification of carbonate rocks: American Association ofPetroleum Geologists Memoir, pp.108-121.

Farsani, N., Coelho, C., dan Costa, C. (2013). Rural Geotourism : A New Tourism Product.Acta Geoturistica, 4(2), pp.1-10.

Gordon, J. (2018). Geoheritage, Geotourism and the Cultural Landscape: Enhancing theVisitor Experience and Promoting Geoconservation. Geosciences, 8(4), p.136.

Kuleta, M. (2018). Geodiversity Research Methods in Geotourism. Geosciences, 8(6), p.197.

Newsome, D. dan Dowling, R. (2010). Setting an agenda for geotourism. In: Geotourism :The Tourism of Geology and Landscape. Oxford: Good Fellow Pubishers Limited,pp.1-12.

Prasetyadi, C. (2007). Evolusi Tektonik Jawa Bagian Timur. Institut Teknologi Bandung.

Risteski, M. dan Kocevski, J. (2014). Geotourism as A Contemporary and Sustainable Typeof Tourism. HORIZONS, (13), pp.271-281.

Satyana, A. (2014). New Consideration on The Cretaceous Subduction Zone of Ciletuh-LukUlo-Bayat-Meratus: Implications for Southeast Sundaland Petroleum Geology.Proceeding Indonesian Petroleum Association Thirty-Eighth Annual Convention &Exhibition 2014. Jakarta, pp.11-13.

Page 8: PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 ... PERBUKITAN JIWO... · Newsome dan Dowling (2010) mendefinisikan geowisata merupakan pariwisata berkelanjutan dengan fokus utama terhadap

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

1258

Schmid, R., Fettes, D., Harte, B., Davis, E., dan Desmons, J. (2007). How To Name aMetamorphic Rock. In: A Systematic Nomenclature For Metamorphic Rocks. [online]IUGS Subcommission on the Systematics of Metamorphic Rocks, pp.1-22. Tersedia di:https://www.bgs.ac.uk/scmr/products.html [Diakses pada tanggal 20 Juli 2018].

Setiawan, N., Osanai, Y., dan Prasetyadi, C. (2013). A Preliminary View and Importance ofMetamorphic Geology from Jiwo Hills in Central Java. Prosiding Seminar NasionalKebumian Ke-6. 11-12 Desember 2013. Daerah Istimewa Yogyakarta: Teknik GeologiUniversitas Gadjah Mada, pp.12-24.

Warmada, I., Sudarno, I., dan Wijanarko, D. (2008). Geologi dan Fasies Batuan MetamorfDaerah Jiwo Barat, Bayat, Klaten, Jawa Tengah. MEDIA TEKNIK, (2), pp.113-118.

Page 9: PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 ... PERBUKITAN JIWO... · Newsome dan Dowling (2010) mendefinisikan geowisata merupakan pariwisata berkelanjutan dengan fokus utama terhadap

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

1259

Gambar 1. a. dan b. Bukit batugamping yang berada di Kawah Putih Negeri Dongeng. c.Situs filit grafit dan marmer di Jokotuo. Gambar merupakan hasil dari dokumentasi lapanganpenelitian.

Gambar 2. a. Tempat bertapa Panembahan Menang Langse di Bukit Pertapan. b. Situssekishijau dan marmer di Desa Kebon. c. Salah satu gardu pandang dan panorama sekitar

Page 10: PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 ... PERBUKITAN JIWO... · Newsome dan Dowling (2010) mendefinisikan geowisata merupakan pariwisata berkelanjutan dengan fokus utama terhadap

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

1260

Bukit Pertapan. d. Panorama dari Puncak Arjuna. Gambar merupakan hasil dari dokumentasilapangan penelitian.

Gambar 3. a. Panorama sekitar Gunung Jabalkat. b. Petilasan Sunan Pandanaran di puncakGunung Jabalkat. c. Salah satu toko industri gerabah yang berkembang di Pagerjurang. d.Situs marmer dan skarn di Pagerjurang. e. Situs serpentinit di Pagerjurang. Gambarmerupakan hasil dari dokumentasi lapangan penelitian.

Page 11: PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 ... PERBUKITAN JIWO... · Newsome dan Dowling (2010) mendefinisikan geowisata merupakan pariwisata berkelanjutan dengan fokus utama terhadap

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

1261

Gambar 4. a. Panorama dari puncak Gunung Pendul. b. Kondisi wisata di Taman Watuprahu.c. Panorama dari puncak Bukit Cinta. d. Situs filit mika di Watuprahu. Gambar merupakanhasil dari dokumentasi lapangan penelitian.

Gambar 5. Peta Situs-Situs Batuan Metamorf dan Zonasi Potensi Geowisata “BayatMetamorphosites”.