PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

130
PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 44 PAMULANG Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Oleh : SITI HAMDAH 1113013000039 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018

Transcript of PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

Page 1: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI

DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA

INDONESIA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 44

PAMULANG

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh :

SITI HAMDAH

1113013000039

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018

Page 2: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...
Page 3: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...
Page 4: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...
Page 5: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...
Page 6: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

iii

ABSTRAK

SITI HAMDAH, NIM 1113013000039. Problematika serta Solusi Program

Literasi dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia siswa kelas VIII

SMP Muhammadiyyah 44 Pamulang. Skripsi jurusan Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018.

Penelitin ini dilakukan berkenaan dengan adanya fenomena rendahnya

kemampuan literasi pada siswa. Fokus penelitian ini tentang problematika serta solusi

program literasi pada pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Tujuan penelitian ini

untuk mengetahui: 1) problematika program literasi, 2) solusi program literasi di

SMP Muhammadiyyah 44 Pamulang.

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deskriptif kualitatif. Lokasi

penelitian di SMP Muhammadiyyah 44 Pamulang. Informan penelitian yaitu kepala

sekolah, wakil kepala sekolah, guru bahasa Indonesia dan siswa kelas VIII. Teknik

pengumpulan data menggunakan model observasi, wawancara, angket dan dokumen.

Uji keabsahan data menggunakan tringulasi sumber dan metode.

Hasil penelitian menunjukan bahwa: problematika program literasi pada bahasa

dan sastra Indonesia yang terjadi di SMP Muhammadiyyah 44 Pamulang kelas VIII

meliputi strategi belajar yang diberikan guru, ketersediaan sarana yang kurang

mendukung dan terbatas, serta rendahnya minat membaca pada siswa kelas VIII.

Solusi program literasi pada bahasa dan sastra Indonesia yang terjadi di SMP

Muhammadiyyah 44 Pamulang meliputi memantau guru agar terus memberikan

motivasi kepada siswa, mengadakan program bacaan, menyediakan perpustakaan

mini dalam kelas, dan mengadakan penghargaan agar siswa lebih termotivasi.

Kata kunci: Problematika, Solusi, Program Literasi, Pembelajaran Bahasa dan

Sastra Indonesia.

Page 7: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

iv

ABSTRACT

Siti Hamdah. NIM 1113013000039. Problems and Solutions Literacy

Program in Indonesia Language and Literature Learning Student Class VIII

Muhammadiyyah 44 Junior High School, Pamulang. Thesis majoring in

Indonesian Language and Literature Education, Faculty of Tarbiyah and The

Teacher Training, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018.

This research was conducted with regard to the phenomenon of low literacy

ability in student. The focus of this research is on problematics and solutions of

literacy program on Indonesian language and literature learning. The purpose of this

research is to know: 1). Problematic of literacy program, 2). Solution of literacy

program at Muhammadiyyah 44 Junior High School, Pamulang.

This research uses qualitative descriptive research approach. Research

location is in Muhammadiyyah 44 Junior High School, Pamulang. The research

informant are principal, vice principal, Indonesian Language teacher and grade VIII

student. Technique of collecting data using observation model, interview,

questionnaire, and document. Test the validity of data using sources and tringulation

method.

The result of the research shows that: the program of literacy program in

Indonesian Language and lit that happen in Muhammadiyyah 44 Junior High School,

Pamulang grade VIII includes learning strategy given by teacher, availability of less

supportive and limited facilities, and low reading interest student grade VIII. The

solution of the literacy program on Indonesian Language and literature that occur in

Muhammadiyyah 44 Junior High School, Pamulang includes monitoring teachers to

continue to provide motivation to student, holding reading programs, providing mini

libraries in classroom, and rewarding students to be more motivated.

Keyword:Problematic, Solution, Literacy Program, Indonesian Language and

Literature Learning.

Page 8: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan

karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yng berjudul “Problematika

serta Solusi Program Literasi dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

pada Siswa kelas VIII SMP Muhammadiyyah 44 Pamulang”. Sholawat serta

salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw, kepada keluarga

dan para sahabatnya, serta kita selaku umatnya.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah

berpartisipasi dalam penelitian ini. Secara khusus, terima kasih tersebut

disampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Makyun Subuki, MA., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Nur Syamsiyah, M.Pd, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

memberikan bimbingan, saran, dan pengaran kepada penulis proses

pembuatan skripsi ini.

4. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah

memberikan ilmu pengetahuan dan pemahaman selama proses

perkuliahan.

5. Taufiqurrahman, SE., selaku Kepala Sekolah SMP Muhammadiyyah 44

Pamulang yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

6. Ranti Permata Rosa, S.Pd., selaku Guru Bidang Studi Bahasa dan Sastra

Indonesia yang telah memberikan dukungan dan saran kepada penulis

selama penelitian berlangsung.

7. Keluarga Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang senantiasa saling

memberikan pembelajaran dan pengalaman yang berarti.

Page 9: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

vi

8. Keluarga tercinta, Taufik (suami), Hamdani Syamil (anak), Karnih (Ibu),

Mursan (Bapak), Daimah (Ibu mertua), dan Tarsono (Bapak mertua),

Wawan, Yuli, Arizal (kakak) serta Yadi (adik) yang selalu memberikan

dukungan, doa, dan motivasi yang luar biasa kepada penulis.

9. Sahabat tercinta, Ferrara Feronica, Fika Evitriana, Maratun solihah, Nafi

Puji Pertiwi, Dini Aprilini, Laras Yurika yang bersedia membantu,

memberi dukungan dan motivasi yang sangat berarti selama proses

penyusunan skripsi.

Semoga Allah membalas segala kebaikan yang telah diberikan kepada

penulis. Aamiin Ya Rabbal’alamiin.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh

karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan

untuk perbaikan. Semoga skripsi ini dapt bermanfaat bagi semua pihak. Aamiin

Jakarta, Maret 2018

S.H.

Page 10: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. i

ABSTRAK ....................................................................................................... iii

ABSTRACT .................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ..................................................................................... v

DAFTAR ISI .................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................ x

BAB I: PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

B. Identifikasi masalah ............................................................................ 5

C. Rumusan Masalah ................................................................................ 5

D. Tujuan Penelitian ................................................................................ 5

E. Manfaat Penelitian .............................................................................. 5

BAB II: KAJIAN TEORETIS ........................................................................ 6

A. Problematika Pembelajaran .................................................................. 6

1. Pengertian Problematika ................................................................ 6

2. Pengertian Pembelajaran ................................................................ 7

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Pembelajaran ............. 8

4. Faktor Terjadinya Problematika Pembelajaran .............................. 10

B. Solusi atau Pemecahan Masalah .......................................................... 14

C. Pengertian Literasi .............................................................................. 16

1. Konsep Dasar Literasi ................................................................... 16

2. Tujuan dan Jenis Literasi .............................................................. 20

3. Hal-hal yang diperhatikan dalam Pembelajaran Literasi Bahasa

Indonesi ......................................................................................... 25

4. Membaca dan Menulis sebagai Aspek Literasi .............................. 28

D. Pembelajaran Bahasa Indonesia .......................................................... 31

1. Hakekat Pembelajaran Bahasa Indonesia ...................................... 31

2. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia ....................................... 32

3. Penerapan Literasi dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia……..32

E. Penelitian Relevan ................................................................................ 37

Page 11: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 40

A. Metode Penelitian................................................................................. 40

B. Latar Penelitian .................................................................................... 41

1. Tempat Penelitian........................................................................... 41

2. Waktu Penelitian ............................................................................ 41

C. Subjek dan Informan Penelitian ........................................................... 42

D. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 43

1. Metode Observasi........................................................................... 43

2. Metode Wawancara ....................................................................... 44

3. Metode Angket ............................................................................... 47

4. Metode Dokumentasi .................................................................... 50

E. Validitas Data ....................................................................................... 51

F. Teknik Analisis Data ............................................................................ 53

1. Pengumpulan Data ......................................................................... 53

2. Reduksi Data .................................................................................. 54

3. Penyajian Data .............................................................................. 54

4. Penarikan Kesimpulan ................................................................... 54

BAB IV: HASIL PENELITIAN ................................................................ 56

A. Deskripsi Data ...................................................................................... 56

1. Identitas Sekolah ............................................................................ 56

B. Pembahasan dan Hasil Penelitian......................................................... 60

1. Hasil Pengamatan ........................................................................... 60

2. Hasil Wawancara ........................................................................... 61

a. Problematika Literasi ............................................................... 61

b. Solusi Program Literasi ............................................................ 70

3. Hasil Angket .................................................................................. 74

4. Hasil Dokumentasi ......................................................................... 85

C. Deskripsi Temuan Penelitian ............................................................... 87

BAB V: SIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 90

A. Simpulan .............................................................................................. 90

B. Saran ..................................................................................................... 90

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 91

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Metode Tringulasi Teknik .................................................... 52

Page 12: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

Gambar 3.2 Metode Tringulasi Sumber ...................................................... 52

Gambar 3.3 Alur analisis data model interaktif ...................................... 55

Gambar 4.1 Kegiatan Wawancara Kepala Sekolah ................................. 85

Gambar 4.2 Kegiatan Wawancara Wakil Kepala Sekolah ...................... 86

Gambar 4.3 Kegiatan Wawancara Guru Bahasa Indonesia .................... 87

Page 13: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Instrumen Wawancara .............................................................. 45

Tabel 3.2 instrumen Angket ..................................................................... 48

Tabel 4.1 Sarana ruangan SMP Muhammadiyyah 44 Pamulang ............. 58

Tabel 4.2 Sarana Peralatan SMP Muhammadiyyah 44 Pamulang ........... 59

Tabel 4.3 Sarana buku SMP Muhammadiyyah 44 Pamulang .................. 59

Tabel 4.4 Analisis Data 1 ......................................................................... 74

Tabel 4.5 Analisis Data 2 ......................................................................... 75

Tabel 4.6 Analisis Data 3 ......................................................................... 76

Tabel 4.7 Analisis Data 4 ......................................................................... 76

Tabel 4.8 Analisis Data 5 ......................................................................... 77

Tabel 4.9 Analisis Data 6 ......................................................................... 77

Tabel 4.10 Analisis Data 7 ......................................................................... 78

Tabel 4.11 Analisis Data 8 ......................................................................... 78

Tabel 4.12 Analisis Data 9 ......................................................................... 79

Tabel 4.13 Analisis Data 10 ....................................................................... 79

Tabel 4.14 Analisis Data 11 ....................................................................... 80

Tabel 4.15 Analisis Data 12 ....................................................................... 80

Tabel 4.16 Analisis Data 13 ....................................................................... 81

Tabel 4.17 Analisis Data 14 ...................................................................... 81

Tabel 4.18 Analisis Data 15 ....................................................................... 82

Tabel 4.19 Analisis Data 16 ....................................................................... 82

Tabel 4.20 Analisis Data 17 ....................................................................... 83

Tabel 4.21 Analisis Data 18 ....................................................................... 83

Tabel 4.22 Analisis Data 19 ....................................................................... 84

Tabel 4.23 Analisis Data 20 ....................................................................... 84

Page 14: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Literasi merupakan keterampilan penting dalam hidup. Sebagian besar

proses pendidikan bergantung pada kemampuan dan kesadaran literasi. Budaya

literasi yang tertanam dalam diri peserta didik memengaruhi tingkat

keberhasilannya, baik di sekolah maupun dalam kehidupan bermasyarakat.

Hal yang paling mendasar dalam praktik literasi adalah kegiatan membaca.

Keterampilan membaca merupakan fondasi untuk mempelajari berbagai hal

lainnya. Kemampuan ini penting bagi pertumbuhan intelektual peserta didik.

Melalui membaca peserta didik dapat menyerap pengetahuan dan mengeksplorasi

dunia yang bermanfaat bagi kehidupannya. Membaca memberikan pengaruh

budaya yang amat kuat terhadap perkembangan literasi peserta didik. Sayangnya,

sampai saat ini prestasi literasi membaca peserta didik di Indonesia masih rendah,

berada di bawah rata-rata skor internasional. Data dari United Nations

Educational, Scientific, and Cultural Organisation (UNESCO) menunjukkan,

minat baca anak Indonesia hanya 0,1%. Artinya dari 10.000 anak bangsa, hanya

satu orang yang senang membaca.1

Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 menyatakan perlunya sekolah

menyisihkan waktu secara berkala untuk pembiasaan membaca sebagai bagian

dari penumbuhan budi pekerti. Meskipun begitu, banyak referensi menegaskan

bahwa program membaca bebas tidak cukup hanya sekadar menyediakan waktu

tertentu (misalnya lima belas menit setiap hari) bagi peserta didik untuk membaca.

Agar program membaca bebas dapat berjalan dengan baik, sekolah perlu

memastikan bahwa warga sekolah memiliki persepsi dan pemahaman yang sama

tentang prinsip- prinsip kegiatan membaca bebas dan bagaimana cara pelaksanaan

dan pengelolaan program. Banyak pihak meyakini Asia akan menjadi pusat

perekonomian dunia, pendidikan yang bermutu bagus di Asia mampu berfungsi

sebagai kekuatan yang memiliki energi yang luar biasa besar. Sebaliknya

1Kompas, Kamis 22 Juni 2017, pukul 17.22 WIB.

Page 15: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

2

pendidikan bermutu buruk akan menjadi penghambat bagi laju perkembangan

Asia sendiri.

Penekanan pembelajaran literasi pada membaca dan menulis lebih banyak

diterapkan di Sekolah Dasar (SD/MI) dan Sekolah Menengah Pertama

(SMP/MTs). Pembelajaran literasi yang memuat pembelajaran membaca dan

menulis, pada dasarnya membutuhkan kemampuan peserta didik dalam

mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan informasi. Literasi menjadi hal yang

paling mendasar dan perlu ditanamkan bagi anak didik di sekolah, terutama

peserta didik Sekolah Menengah Pertama. Literasi menjadi sesuatu yang tidak

bisa dilepaskan dari pendidikan karena menjadi sarana untuk mengenal,

memahami, dan mengaplikasikan pengetahuan yang didapat di lingkungan

sekolah ataupun di rumah.

Pernyataan ini mengacu pada pengertian kemampuan literasi adalah

kemampuan informasi. Artinya, kemampuan seseorang menguasai informasi yang

berkembang dengan sangat cepat, mulai dari mengakses, memahami, sampai

menggunakannya secara cerdas. Seseorang dikatakan sudah belajar bila dia sudah

menguasai informasi yang diinginkannya. Kegiatan atau proses penguasaan

informasi terjadi pula pada peserta didik di sekolah. Mereka dikatakan belajar

apabila mereka telah menguasai sejumlah informasi yang berupa ilmu

pengetahuan. Bermacam-macam pengetahuan yang dimaksudkan terdapat dalam

sejumlah nama mata pelajaran. Oleh karena itu, peserta didik dikatakan mampu

menguasai informasi (sudah berliterasi) apabila mereka telah menguasai sejumlah

mata pelajaran. Sebaliknya, dalam rangka menguasai sejumlah mata pelajaran

diperlukan kemampuan literasi.

Kelemahan yang dialami peserta didik saat ini adalah ketergantungannya

terhadap gawai, mereka sering kali membaca pesan singkat yang terdapat di

gawainya dibandingkan dengan membaca buku yang telah tersedia, atau mereka

seringkali membaca buku diikuti pula dengan gawainya sehingga informasi yang

didapatkan dalam bacaan buku tersebut tidak dapat diserap secara optimal.

Penerapan program literasi sebenarnya sudah diresmikan sejak tahun 2015

dan menjadi program wajib, akan tetapi masih banyak sekolah yang belum

Page 16: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

3

menerapkan, ada yang sudah menerapkan tetapi belum berjalan secara optimal

karena ketersediaan buku yang masih kurang. Sebagai program wajib, program ini

harus didukung oleh semua pihak yang terkait seperti pemerintah, kepala sekolah,

guru, orang tua, dan peserta didik itu sendiri. Akan tetapi sebagai program yang

baru, tentu belum dapat dipahami oleh semua kalangan masyarakat, ini lah tugas

pemerintah dan pendidik untuk lebih mensosialisasikan program ini agar

terciptanya tujuan pendidikan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa salah satu misi pendidikan

nasional adalah membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa

secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan

masyarakat belajar. Maka dari itu pemerintah harus dapat memfasilitasi sekolah-

sekolah yaitu dengan adanya program literasi yang dapat membantu para siswa

dalam memperlancar proses belajar, meningkatkan kemampuan belajar, serta

dapat mengembangkan potensi yang dimiliki para siswa.

Program literasi juga dapat dilakukan pada mata pelajaran, seperti mata

pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang merupakan mata pelajaran wajib

yang diberikan pada jenjang sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Sebagai mata

pelajaran wajib, mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia perlu disajikan

dengan sistem pengajaran yang memperhatikan aspek-aspek tertentu untuk

mampu membangkitkan minat dan memberi motivasi siswa dalam pembelajaran

bahasa dan sastra Indonesia untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Berdasarkan observasi penulis di beberapa sekolah, program literasi juga

dapat terhambat karena rendahnya minat membaca siswa. Hal ini terlihat ketika

jam istirahat siswa-siswa lebih memilih berkunjung ke kantin sampai waktu

istirahat berakhir ketimbang berkunjung ke perpustakaan, tidak hanya di sekolah,

di rumah dan di lingkungan sekitar pun dapat dilihat bahwa anak yang berstatus

sebagai siswa lebih sering memegang gawai ketimbang memegang dan membaca

buku, baik fiksi maupun nonfiksi. Anak-anak Indonesia—khususnya generasi

muda—banyak membelanjakan waktunya untuk sekadar “ngobrol” melalui

berbagai media sosial (medsos) yang ada, seperti facebook, whatsap, twitter,

Page 17: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

4

instagram, dan path. Berdasarkan penelusuran terbatas pengguna medsos di

kalangan generasi muda, sedikit di antara mereka yang memanfaatkan media

tersebut untuk menambah atau memperkaya ilmu pengetahuan. Rendahnya minat

dan budaya membaca berdampak pada kurangnya kompetensi menulis mereka.

Aktivitas menulis mereka lebih banyak didominasi untuk keperluan chatting dan

menulis caption, mereka juga kurang memiliki kemahiran berbicara dengan

bahasa Indonesia yang baik dan benar. Para siswa pun kurang memiliki

kemampuan mengapresiasi dan berekspresi sastra.

Program literasi sangat membantu dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia pada keterampilan bahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan

menulis. Sebagai program baru, tentu saja masih banyak kendala atau masalah-

masalah yang ditemukan. Penelitian ini dilakukan ialah mengetahui masalah-

masalah program literasi pada mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia serta

memberikan solusi agar terpecahkannya masalah yang ada dan sebagai tolok ukur

untuk sekolah-sekolah yang akan menerapkan program tersebut.

Salah satu sekolah yang telah menerapkan program literasi adalah SMP

Muhammadiyah 44 Kota Tangerang Selatan. Ketertarikannya menerapkan

program ini lebih cepat dibandingkan dengan sekolah-sekolah Negeri. Program ini

belum terlaksana secara optimal di sekolah ini karena kendala buku yang belum

juga tersedia dari pemerintah, akan tetapi program ini tetap dilaksanakan secara

perlahan mulai dari buku-buku yang diberikan oleh para siswa dan disimpan

dalam kelas. Para siswa terlebih dahulu mengumpulkan buku-buku fiksi seperti

novel dan kumpulan cerpen karena dipercayai bahwa sebuah karya fiksi dapat

memberikan manfaat dan hiburan sehingga mengurangi kejenuhan siswa dalam

proses belajar.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk meneliti

Problematika serta Solusi Program Literasi dalam Pembelajaran Bahasa dan

Sastra Indonesia pada Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 44 Pamulang.

Page 18: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

5

B. Identifikasi Masalah

1. Program literasi merupakan program baru yang harus diterapkan

2. Kurang tersedianya buku sebagai alat penunjang program literasi

3. Rendahnya minat membaca siswa

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana problematika program literasi pada pembelajaran Bahasa dan

Sastra Indonesia siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 44 Pamulang?

2. Bagaimana solusi dalam menghadapi problematika program literasi pada

pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia siswa kelas VIII SMP

Muhammadiyah 44 Pamulang?

D. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui problematika program literasi pada pembelajaran Bahasa dan

Sastra Indonesia siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 44 Pamulang?

2. Mengetahui solusi dalam menghadapi problematika program literasi pada

pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia siswa kelas VIII SMP

Muhammadiyah 44 Pamulang?

E. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pembaca tentang

masalah yang ada dalam program literasi pada Bahasa dan Sastra

Indonesia dan menemukan solusi dari masalah yang ditemui pada siswa

kelas VIII SMP Muhammadiyah 44 Pamulang.

b. Manfaat Praktis

1. Memperkenalkan dan memaparkan program literasi dalam

pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.

2. Membantu para praktisi pendidikan mengetahui masalah serta solusi

program literasi sehingga dapat meningkatkan upaya perbaikan

kualitas pendidikan masyarakat.

Page 19: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

6

BAB II

KAJIAN TEORETIS

A. Problematika Pembelajaran

1. Pengertian Problematika Pembelajaran

a. Pengertian Problematika

Istilah problema/problematika berasal dari bahasa Inggris yaitu

problematic yang artinya persoalan atau masalah. Sedangkan dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia, problem berarti hal yang belum dapat

dipecahkan; yang menimbulkan permasalahan.1 Adapun masalah itu

sendiri ialah suatu persoalan yang harus dipecahkan dan mengharapkan

sesuatu yang baik agar tercapainya hasil yang maksimal.

Greeno mencatat bahwa kaum psikolog aliran Gestalt misalnya

mendefinisikan masalah sebagai situasi dimana terdapat kesenjangan atau

ketidak-sejalanan antar representasi-representasi kognitif. Di lain pihak

kaum behavioris menyatakan bahwa masalah terjadi apabila respon yang

diperlukan untuk mencapai beberapa tujuan tertentu kurang kuat

dibanding respon-respon lain atau jika sejumlah respon sebenarnya

diperlukan namun cenderung tidak dapat ditampilkan keseluruhannya.

Penganut teori pemrosesan informasi melihat masalah sebagai suatu

keadaan ketika pengetahuan yang tersimpan dalam memori belum siap

pakai untuk digunakan dalam memecahkan masalah.2

Gagne menyatakan bahwa masalah timbul jika tujuan yang telah

dirumuskan belum diketahui cara mencapainya. Newell & Simon, banyak

dikutip para pakar sebagai menyatakan bahwa masalah adalah situasi di

mana seseorang menginginkan sesuatu tetapi tidak mengetahui secara

serta merta serangkaian tindakan yang dapat ia lakukan untuk

mencapainya.3

1 Debdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Bulan Bintang, 2002)

2Bambang Suteng Sulasmono, Problem Solving:Signifikansi,Pengertian, dan

Ragamnya, FKIP Universitas Kristen Satyawacana, hal:4. 3 Ibid.

6

Page 20: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

7

b. Pengertian Pembelajaran

Secara sederhana istilah pembelajaran sebagai upaya untuk

membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya

dan berbagai strategi, metode dan pendekatan ke arah pencapaian tujuan

yang telah direncanakan. Pembelajaran dapat juga dikatakan sebagai

kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk

membuat peserta didik belajar secara aktif yang menekankan pada

penyediaan sumber belajar. Pembelajaran merupakan upaya

membelajarkan peserta didik untuk belajar. Kegiatan ini mengakibatkan

peserta didik mempelajari sesuatu dengan cara yang lebih efektif dan

efisien.4

Menurut istilah, pembelajaran diartikan oleh beberapa pakar sebagai

berikut; Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi mengartikan pembelajaran

sebagai suatu aktivitas (proses belajar mengajar) yang sistematis dan

sistemik yang terdiri dari berbagai komponen, antara satu komponen

pengajaran dengan lainnya saling tergantung dan sifatnya tidak parsial,

komplementer dan berkesinambungan.5 Menurut Dimyati dan Mudjiono

pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain

instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan

pada penyediaan sumber belajar.6 Oemar Hamalik mengartikan

pembelajaran yaitu suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur

manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling

mempengaruhi dalam mencapai tujuan belajar.7

Berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa

problematika pembelajaran adalah suatu persoalan atau masalah dalam

proses belajar mengajar yang harus diselesaikan agar tercapai tujuan yang

maksimal.

4 Muhaimin, Strategi Belajar Mengajar, (Surabaya: Citra Media. 1996),hal 19 .

5 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung:

Rosdakarya, 1997),hal 34-36. 6 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hal

297. 7 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bina Aksara, 1995),hal 28

Page 21: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

8

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Pembelajaran

Masalah interaksi belajar mengajar merupakan masalah yang

kompleks karena melibatkan berbagai faktor yang saling terkait satu sama

lain, dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi proses dan hasil

interaksi belajar mengajar terdapat dua faktor yang sangat menentukan

yaitu faktor guru sebagai subjek pembelajaran dan faktor peserta didik

sebagai objek pembelajaran, tanpa adanya faktor guru dan peserta didik

dengan berbagai potensi kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dimiliki

tidak mungkin proses interaksi belajar mengajar dikelas atau ditempat lain

dapat berlangsung dengan baik.

Guru yang belajar untuk mengajar tanpa bimbingan seringkali hanya

belajar cara mengajar dan bukan belajar mengembangkan pelajaran untuk

siswa mereka, dan mereka mungkin saja menemukan kebiasaan buruk

yang sulit untuk dihindari. Proses belajar untuk menguasai keterampilan,

faktor pendukung terbaik adalah pelatihan khusus dalam kelompok-

kelompok yang terdiri atas beberapa guru yang memungkinkan mereka

mengembangkan, meningkatkan, dan memperdalam keterampilan

mengajar bersama-sama.8 Guru dapat belajar untuk mengajar secara efektif

dengan cara belajar ―berpikir seperti guru‖ dan mereka juga harus mampu

menerapkan apa yang mereka ketahui dalam praktik.

Pada umumnya, guru mengajar siswa dalam jumlah besar pada satu

waktu secara seimbang dari waktu ke waktu dan dari hari ke hari.

McDonald berpendapat bahwa pengajaran yang sesungguhnya terjadi

dalam segitiga tak beraturan antara guru, siswa, dan pelajaran, dan sudut-

sudut segitiga ini selalu berubah terus menerus.9 Selain dari faktor guru

terdapat juga faktor dari peserta didik, seorang guru dapat menjadi faktor

penentu nasib seorang anak. Seorang anak dapat mengembangkan

kemampuan-kemampuan intelektualnya hanya jika ia diberi kesempatan

untuk bekerja tanpa harus disertai rasa takut. Berdasarkan pengamatan-

8 Linda Darling, Guru yang Baik di Setiap Kelas,(Jakarta:PT Indeks, 2009), hal 52.

9 Ibid.

Page 22: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

9

pengamatan psikologi bawah sadar yang mengatakan bahwa dorongan

keinginan bergerak yang terkekang akan mengakibatkan penyakit jiwa,

sikap sekolah yang menentang pergerakan merupakan hambatan bagi

murid dalam mengembangkan prestasi belajarnya, dan dalam kasus-kasus

tertentu akan menimbulkan rintangan proses belajar.10

Faktor guru dan peserta didik merupakan salah satu faktor yang sangat

berpengaruh dalam proses pembelajaran, namun pengaruh berbagai faktor

lain tidak boleh diabaikan, misalnya faktor media dan instrument

pembelajaran, fasilitas belajar, infrastruktur sekolah, fasilitas laboratorium,

manajemen sekolah, sistem pembelajaran dan evaluasi, kurikulum,

metode, dan strategi pembelajaran. Kesemua faktor-faktor tersebut dengan

pendekatan berkontribusi berarti dalam meningkatkan kualitas dan hasil

interaksi belajar mengajar di kelas dan tempat belajar lainnya. Berikut

akan dijelaskan pengaruh masing-masing faktor sebagai berikut:

Pertama, media dan instrumen pembelajaran memiliki pengaruh dalam

membantu guru mendemonstrasikan bahan atau materi pelajaran kepada

siswa sehingga menciptakan proses belajar-mengajar yang efektif dengan

kata lain media dipergunakan dengan tujuan membantu guru agar proses

belajar siswa lebih efektif dan efisien. Fasilitas belajar yang tersedia dalam

jumlah memadai di suatu sekolah memiliki pengaruh terhadap

keberlangsungan proses belajar-mengajar. Tanpa ada fasilitas belajar yang

tersedia dalam jumlah yang memadai di sekolah, proses interaksi belajar-

mengajar kurang dapat berjalan secara maksimal dan optimal.

Kedua, metode pengajaran memiliki peranan yang penting dalam

memperlancar kegiatan proses belajar mengajar yang baik hendaknya

mempergunakan berbagai jenis metode mengajar yang bervariasi. Dalam

hal ini tugas guru adalah memilih berbagai metode yang tepat untuk

menciptakan proses belajar mengajar yang efektif yang disesuaikan

dengan tujuan pembelajaran.

10

Kurt Singer, Membina Hasrat Belajar di Sekolah, (Bandung:Remadja Karya, 1987) hal

76.

Page 23: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

10

Ketiga, evaluasi atau penilaian berfungsi untuk mengetahui tercapai

tidaknya tujuan pengajaran dan untuk mengetahui keefektifan proses

belajar mengajar yang telah dilakukan guru. Tanpa adanya evaluasi guru

tidak akan mengetahui hasil belajar yang dicapai oleh siswa dan tidak bisa

menilai tindakan mengajarnya serta tidak ada tindakan untuk

memperbaikinya.11

Hampir setiap orang pernah mengalami bagaimana rasa takut terhadap

guru dan pelajaran dapat mengganggu proses belajar. Sekolah dapat

menjadi faktor penghambat proses belajar jika ia tampil sebagai

lingkungan yang tidak menyediakan tempat bagi spontanitas anak.

Hambatan lain yang ditimbulkan oleh faktor sekolah dapat dilihat melalui

pembatasan terhadap keinginan atau dorongan melakukan gerakan.12

Dorongan hati dan keintiman untuk bergerak yang mendapat rintangan

semasa kanak-kanak dapat mengakibatkan hambatan kecerdasan dan

kegagalan di sekolah. Sekolah yang sehat akan memungkinkan murid

mengembangkan rasa harga dirinya serta bersikap yang bebas dari rasa

takut.

3. Faktor Terjadinya Problematika Pembelajaran

Dimyati dan Sudjiono mengemukakan bahwa problematika

pembelajaran berasal dari dua faktor yaitu faktor intern dan ekstern.

1. Faktor Internal

Dalam belajar siswa mengalami beragam masalah, jika mereka

dapat menyelesaikannya maka mereka tidak akan mengalami masalah atau

kesulitan dalam belajar. Terdapat berbagai faktor intern dalam diri siswa,

yaitu:

a) Sikap Terhadap Belajar

Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu,

yang membawa diri sesuai dengan penilaian. Adanya penilaian tentang

11

Nandang Sarip Hidayat, ―Problematika Pembelajaran Bahasa Arab‖, Akademika, Vol.

37, No. 1 (Januari-Juni 2012),hal 83. 12

Kurt Singer, Membina Hasrat Minat Belajar di Sekolah,(Bandung: Remadja Karya),

1987,hal:11.

Page 24: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

11

sesuatu, mengakibatkan terjadinya sikap menerima, menolak, atau

mengabaikan.

b) Motivasi belajar

Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong

terjadinya proses belajar.

c) Konsentrasi belajar

Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian

pada pelajaran.

d) Kemampuan mengolah bahan belajar

Merupakan kemampuan siswa untuk menerima isi dan cara

pemerolehan ajaran sehingga menjadi bermakna bagi siswa. Dari segi

guru, pada tempatnya menggunakan pendekatan-pendekatan keterampilan

proses, inkuiri, ataupun laboratori.

e) Kemampuan menyimpan perolehan hasil belajar

Menyimpan perolehan hasil belajar merupakan kemampuan

menyimpan isi pesan dan cara perolehan pesan. Kemampuan menyimpan

tersebut dapat berlangsung dalam waktu pendek yang berarti hasil belajar

cepat dilupakan, dan dapat berlangsung lama yang berarti hasil belajar

tetap dimiliki siswa.

f) Menggali hasil belajar yang tersimpan

Menggali hasil belajar yang tersimpan merupakan proses

mengaktifkan pesan yang telah diterima. Siswa akan memperkuat pesan

baru dengan cara mempelajari kembali, atau mengaitkannya dengan

bahan lama.

g) Kemampuan berprestasi

Siswa menunjukkan bahwa ia telah mampu memecahkan tugas-tugas

belajar atau mentransfer hasil belajar. Dari pengalaman sehari-hari di

sekolah bahwa ada sebagian siswa yang tidak mampu berprestasi dengan

baik.

Page 25: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

12

h) Rasa percaya diri siswa

Dalam proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap

pembuktian ―perwujudan diri‖ yang diakui oleh guru dan teman sejawat

siswa.

i) Intelegensi dan keberhasilan belajar

Dengan perolehan hasil belajar yang rendah, yang disebabkan oleh

intelegensi yang rendah atau kurangnya kesumgguhan belajar, berarti

terbentunya tenaga kerja yang bermutu rendah.

j) Kebiasaan belajar

Dalam kegiatan sehari-hari ditemukan adanya kebiasaan yang kurang

baik. Kebiasaan belajar tersebut antara lain: belajar diakhir semester,

belajar tidak teratur, menyia-nyiakan kesempatan belajar, bersekolah

hanya untuk bergengsi, datang terlambat, bergaya pemimpin dan lain

sebagainya.

k) Cita-cita siswa13

Dalam rangka tugas perkembangan, pada umumnya setiap anak

memiliki cita-cita. Cita-cita merupakan motivasi intrinsik, tetapi

gambaran yang jelas tentang tokoh teladan bagi siswa belum ada.

Akibatnya siswa hanya berperilaku ikut-ikutan.

2. Faktor Eksternal

Proses belajar didorong oleh motivasi intrinsik siswa. Di samping

itu proses belajar juga dapat terjadi, atau menjadi bertambah kuat, bila

didorong oleh lingkungan siswa. Dengan kata lain aktivitas belajar dapat

meningkat bila program pembelajaran disusun dengan baik. Program

pembelajaran sebagai rekayasa pendidikan guru di sekolah merupakan

faktor eksternal belajar. Ditinjau dari segi siswa, maka ditemukan

beberapa faktor eksternal yang berpengaruh pada aktivitas belajar. Faktor-

faktor eksternal tersebut adalah sebagai berikut:

13

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010),hal

249.

Page 26: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

13

a) Guru sebagai pembina siswa dalam belajar

Sebagai pendidik, guru memusatkan perhatian pada kepribadian

siswa, khususnya berkenaan dengan kebangkitan belajar. Kebangkitan

belajar tersebut merupakan wujud emansipasi diri siswa. Sebagai

guru, ia bertugas mengelola kegiatan belajar siswa di sekolah. Guru

juga menumbuhkan diri secara profesional dengan mempelajari

profesi guru sepanjang hayat.

Kohl mengatakan, para guru terlebih dahulu harus diyakinkan

bahwa ―garis-garis dasar pengajaran yang ada itu bukanlah merupakan

suatu undang-undang yang tak dapat dilanggar, dan bahwa para murid

akan dapat lebih baik dan lebih giat belajar jika mereka diberi

kesempatan untuk hal-hal yang mereka inginkan daripada hanya

membahas ‗membahas‘ bahan-bahan yang ada dalam buku

pelajaran.‖14

b) Sarana dan prasarana pembelajaran

Lengkapnya sarana dan prasarana pembelajaran merupakan kondisi

pembelajaran yang baik. Lengkapnya sarana dan prasarana

pembelajaran merupakan kondisi pembelajaran yang baik. Hal itu

tidak berarti bahwa lengkapnya sarana dan prasarana menentukan

jaminan terselenggaranya proses belajar yang baik.

c) Kebijakan penilaian

Keputusan hasil belajar merupakan puncak harapan siswa. Secara

kejiwaan, siswa terpengaruh atau tercekam tentang hasil belajarnya.

Oleh karena itu, sekolah dan guru diminta berlaku arif dan bijak dalam

menyampaikan keputusan hasil belajar siswa.

d) Lingkungan sosial siswa di sekolah

Siswa siswi di sekolah membentuk suatu lingkungan sosial siswa.

Lingkungan sosial tersebut ditemukan adanya kedudukan dan peranan

tertentu. Ada yang menjabat sebagai pengurus kelas, ketua kelas,

OSIS dan lain sebagainya. Kehidupan tersebut terjadi pergaulan

14

Ibid, hal:45.

Page 27: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

14

seperti hubungan akrab, kerja sama, bersaing, konflik atau

perkelahian.

e) Kurikulum sekolah15

Program pembelajaran di Sekolah mendasarkan diri pada suatu

kurikulum. Kurikulum disusun berdasarkan tuntutan kemajuan

masyarakat.

B. Solusi atau Pemecahan Masalah

Jonassen & Serrano ‗pemecahan masalah adalah salah satu jenis belajar

yang kompleks, berdimensi jamak, dan sangat kurang dipahami’. Uraian tentang

pengertian istilah pemecahan masalah berikut dibangun dalam situasi minimnya

uraian tentang hal tersebut.16

Menurut Marzano dkk, pemecahan masalah adalah

salah satu bagian dari proses berpikir yang berupa kemampuan untuk

memecahkan persoalan.17

Selanjutnya Girl dkk, menyatakan bahwa pemecahan

masalah adalah proses yang melibatkan penerapan pengetahuan dan keterampilan-

keterampilan untuk mencapai tujuan.18

Sedang menurut Gagne & Briggs unjuk

kerja pemecahan masalah itu berupa penciptaan dan penggunaan aturan yang

kompleks dan lebih tinggi tingkatannya, untuk mencapai solusi masalah.19

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan solusi adalah

penyelesaian; pemecahan (masalah dan sebagainya) atau jalan keluar.

Kerangka PISA 2003, pemecahan masalah disebut sebagai "kapasitas

individu untuk menggunakan proses kognitif untuk menyelesaikan situasi lintas

disiplin nyata, di mana jalur solusi tidak segera obviuos" (OECD) definisi ini

didasarkan pada asumsi keterampilan dan strategi domain-umum yang melibatkan

proses kognitif seperti; memahami dan mengkarakterisasi masalah, mewakili

masalah, memecahkan masalah, mencerminkan dan mengkomunikasikan solusi

masalah (OECD 2003). Penyelesaian masalah sering dianggap sebuah proses

15

Op Cit, hal:253.

Bambang Suteng Sulasmono, Problem Solving:Signifikansi,Pengertian, dan Ragamnya,

FKIP Universitas Kristen Satyawacana,hal:8. 17

Ibid. 18

Ibid. 19

Ibid.

Page 28: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

15

daripada hasil pendidikan, particulari dalam penelitian tentang penilaian dan

instruksi pemecahan masalah

“in the PISA 2003 framework, problem solving is refered to as "an

individual's capacity to use cognitive processes to resolve real, cross-disciplinary

situations where the solution path is not immediatelly obviuos" (OECD)2004, p.

156). This definition is based on the assumption of domain -general skills and

strategies involve cognitive processes such as;understanding and characterizing

the problem,representing the problem, solving the problem, reflecting and

communicating the problem solution (OECD 2003). Problem solving is often

regarded a process rather than an educational outcome,particulari in research on

the assessment and instruction of problem solving‖.20

Krulik dan Rudnik mendefinisikan masalah secara formal sebagai berikut :

“A problem is a situation, quantitatif or otherwise, that confront an individual or

group of individual, that requires resolution, and for which the individual sees no

apparent or obvious means or path to obtaining a solution.”21

Jadi, istilah pemecahan masalah secara umum dapat diartikan sebagai

proses untuk menyelesaikan masalah yang ada. Istilah pemecahan masalah dalam

bahasa Indonesia bermakna ganda yaitu proses memecahkan masalah itu sendiri

dan hasil dari upaya memecahkan masalah yang dalam bahasa Inggris disebut

dengan solution atau solusi. Definisi tersebut menjelaskan bahwa masalah adalah

suatu situasi yang dihadapi oleh seseorang atau kelompok yang memerlukan suatu

pemecahan tetapi individu atau kelompok tersebut tidak memiliki cara yang

langsung dapat menentukan solusinya. Hal ini berarti pula masalah situasi tersebut

(masalah) dapat ditemukan solusinya dengan menggunakan strategi berpikir yang

disebut pemecahan masalah.

20

Ronny Scherer and Jens Beckmann, The Acquisition of Problem Solving

Competence:Evidence from 41 Countries that Math and Science Education Matters, Spinger Open

Journal Large-Scale Assesments in Education 2014,hal 2. 21

Abdul Muiz Lidnillah Dindin ,Heuristk dalam Pemecahan Masalah Matematika dan

Pembelajaran di Sekolah Dasar, jurnal, hal 2.

Page 29: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

16

Moursund menyatakan bahwa seseorang dianggap memiliki atau

mengalami masalah bila menghadapi empat kondisi berikut, yaitu :

a. Memahami dengan jelas kondisi atau situasi yang sedang terjadi.

b. Memahami dengan jelas tujuan yang diharapkan. Memiliki berbagai

tujuan untuk menyelesaikan masalah dan dapat mengarahkan menjadi

satu tujuan penyelesaian.

c. Memahami sekumpulan sumber daya yang dapat dimafaatkan untuk

mengatasi situasi yang terjadi sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

Hal ini meliputi waktu, pengetahuan, keterampilan, teknologi atau

barang tertentu.

d. Memiliki kemampuan untuk menggunakan berbagai sumber daya

untuk mencapai tujuan. 22

Guru yang efektif harus memiliki tiga jenis pengetahuan agar mereka

dapat mengajar siswanya dengan baik. Pertama, pengetahuan tentang pembelajar

dan bagaimana mereka belajar dan berkembang dalam konteks sosial. Kedua,

pemahaman tentang mata pelajaran yang diajarkan dan keterampilan yang

berkaitan dengan tujuan sosial pendidikan. Ketiga, pemahaman tentang

pengajaran yang berkaitan dengan materi ajar dan siswa yang diajar, sebagaimana

yang diindikasikan dari hasil penilaian dan yang didukung oleh suasana kelas.23

Pelajaran akan menjadi menarik bagi para murid jika terlihat adanya hubungan

antara pelajaran dan kehidupan yang nyata. Pelajaran akan lebih menarik bagi

para murid jika mereka diberi kesempatan untuk dapat giat sendiri. Kesempatan

mengambil sendiri, giat secara mandiri, akan memungkinkan mereka dapat

meresapkan bahan-bahan pelajaran.

C. Pengertian Literasi

1. Konsep Dasar Literasi

Pengertian literasi sekolah dalam konteks (GLS) Gerakan Literasi Sekolah

adalah kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara

22

Ibid. 23

Linda Darling, Guru yang Baik di Setiap Kelas,(Jakarta:PT Indeks, 2009), hal 7.

Page 30: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

17

cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat, menyimak,

menulis, dan berbicara.24

Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 menyatakan perlunya sekolah

menyisihkan waktu secara berkala untuk pembiasaan membaca sebagai bagian

dari penumbuhan budi pekerti. Kemampuan berliterasi peserta didik berkaitan

erat dengan tuntutan keterampilan membaca yang berujung pada kemampuan

memahami informasi secara analitis, kritis, dan reflektif. Berdasarkan hal

itulah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengembangkan Gerakan

Literasi Sekolah.

GLS merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh untuk

menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajar yang warganya literat

sepanjang hayat melalui pelibatan publik.25

Dalam konteks sekolah, subjek

dalam kegiatan literasi adalah semua warga sekolah, yakni peserta didik,

pendidik, tenaga kependidikan (pustakawan), dan kepala sekolah. Secara lebih

khusus, agar tugas pokok dan fungsi lebih fokus dan terjaga, kepala sekolah

perlu membentuk (TLS) Tim Literasi Sekolah yang dikuatkan dengan Surat

Keputusan atau Surat Tugas.26

Semua komponen warga sekolah hendaknya

berkolaborasi dengan TLS di bawah koordinasi kepala sekolah. Dalam

ekosistem sekolah, TLS diharapkan mampu memastikan dan mengembangkan

terciptanya suasana akademik yang kondusif dan literat yang mampu

membuat seluruh anggota komunitas sekolah antusias untuk belajar.

Literasi di awal dimaknai ‗keberaksaraan‘ dan selanjutnya dimaknai

‗melek‘ atau‗keterpahaman‘. Pada langkah awal, ‗melek baca‘ dan ‗tulis‘

ditekankan karena kedua keterampilan berbahasa ini merupakan dasar bagi

pengembangan melek dalam berbagai hal atau disebut ―multiliterasi‖.27

Literasi menurut Besnier adalah komunikasi melalui inskripsi yang terbaca

secara visual, bukan melalui saluran pendengaran dan isyarat. Sementara itu,

24

Pratiwi Ratnadingdiyah,dkk, Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah

Pertama, (Jakarta:Kemendikbud,2016), hal:2. 25

Ibid. 26

Kemendikbud, Manual Pendukung Pelaksaan Gerakan Literasi Sekolah untuk Jenjang

Sekolah Menengah Pertama,Jakarta, 2016, hal:2. 27

Kemendikbud, Materi Umum Literasi dalam Pendidikan,(Jakarta:2017)hal 5.

Page 31: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

18

menurut Kirsch dan Jungeblut, literasi kontemporer diartikan sebagai

kemampuan seseorang dalam memanfaatkan informasi tertulis atau cetak

untuk mengembangkan pengetahuan sehingga mendatangkan manfaat bagi

masyarakat luas.28

Literasi sekarang tidak hanya diartikan sebagai kemampuan

menulis dan membaca tetapi ―…has instead come to be considered

synonymous with its hoped-for consequences‖.29

. Kern mendefinisikan istilah

literasi secara komprehensif sebagai berikut:

Literacy is the use of socially-, and historically-, and culturally-

situated practices of creating and interpreting meaning through texts. It

entails at least a tacit awareness of the relationships between textual

conventions and their context of use and, ideally, the ability to reflect

critically on those relationships. Because it is purpose-sensitive, literacy is

dynamic – not static – and variable across and within discourse

communities and cultures. It draws on a wide range of cognitive abilities,

on knowledge of written and spoken language, on knowledge of genres,

and on cultural knowledge. (Literasi adalah penggunaan praktik-praktik

situasi sosial, dan historis, serta kultural dalam menciptakan dan

menginterpretasikan makna melalui teks. Literasi memerlukan setidaknya

sebuah kepekaan yang tak terucap tentang hubungan-hubungan antara

konvensi-konvensi tekstual dan konteks penggunaannya serta idealnya

kemampuan untuk berefleksi secara kritis tentang hubungan-hubungan itu.

Karena peka dengan maksud/tujuan, literasi itu bersifat dinamis – tidak

statis – dan dapat bervariasi di antara dan di dalam komunitas dan kultur

diskursus/ wacana. Literasi memerlukan serangkaian kemampuan kognitif,

pengetahuan bahasa tulis dan lisan, pengetahuan tentang genre, dan

pengetahuan kultural).30

Literasi merupakan kemampuan mengakses, memahami, dan

menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain

membaca, melihat, menyimak, menulis, dan/berbicara.

Gardner (2004) “highlighted students’ language literacy as verbal-

linguistic intelligence, one of eight intelligences in his Multiple

Intelligences theory. Gardner said that one’s language literacy could be

28

Sarwiji Suwandi, Peran Bahasa Indonesia dalam Pengembangan Budaya Literasi

untuk Mewujudkan Bangsa yang Unggul dalam Konteks Masyarakat Ekonomi

Asean,(Universitas Sebelas Maret:Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia 2015) 29

Tadkiroatun Musfiroh dan Beniati Listyorini,Kontruk Kompetensi Literasi untuk Siswa

Sekolah Dasar,(FBS Universitas Negeri Yogyakarta: LITERA, Volume 15, Nomor 1, April 2016 30

Aas Saomah, Implikasi Teori Belajar terhadap Pendidikan Literasi.Artikel Jurnal.

Diunduh pada tanggal 12 Deseember 2017, pukul 19:31.

Page 32: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

19

seen from four aspects. They are convincing someone that information is

true, reminding someone of an information, explaining something, and

reflecting idea to another form of language”.31

Gardner mengatakan bahwa literasi bahasa seseorang dapat dilihat dari

empat aspek. Mereka meyakinkan seseorang bahwa informasi itu benar,

mengingatkan seseorang tentang suatu informasi, menjelaskan sesuatu, dan

merefleksikan ide ke bentuk bahasa lain.

Literatur atau pustaka anak-anak dan remaja merupakan bahan ilmu

pengetahuan literatur sebagai demikian adalah unsur suatu bidang studi yang

berkenaan dengan teks, yang dimaksud dengan ‗teks‘ adalah keseluruhan

lambang yang digunakan dalam kegiatan komunikasi.32

Jadi literatur adalah

lambang kata-kata lisan yang diungkapkan dengan tulisan.

Posisi kompetensi literasi membaca siswa Indonesia pada hasil survei

internasional dapat dikatakan sangat rendah. Survei PIRLS 2006, Indonesia

menduduki nomor 41 dari 45 negara yang disurvei. Hasil survei PISA dalam

tiga survei yang pernah diikuti Indonesia juga menunjukkan hasil yang

memprihatinkan. Pada survei tahun 2000 Indonesia peringkat 39 dari 41

negara yang disurvei. Pada tahun 2003, Indonesia menduduki posisi 39 dari 40

negara partisipan. Sementara itu, untuk survei tahun 2006, Indonesia

menduduki posisi 48 dari 56 negara partisipan. Hasil ini memberikan

pekerjaan rumah bagi para ahli, pemerhati, dan praktisi pembelajaran

khususnya membaca untuk merumuskan, membuat inovasi, melakukan studi

analisis dan pengembangan utuk meningkatkan kemampuan literasi siswa. Hal

ini juga menjadi hal yang menggelitik, bagaimana instrumen penilaian PIRLS

maupun PISA disusun dan diujikan jika dikaitkan dengan konteks situasi

pembelajaran dan kondisi sosioekonomi serta kultur Indonesia.33

Kesadaran atas literasi bukan hanya tanggung jawab pihak sekolah

maupun pemerintah, akan tetapi orang tua serta masyarakat sekitar seperti

31

Namirah Fatmanisa, Rahmat Sagara, Language Literacy and Mathematics Competence

Effect Toward Word Problem Solving, journal of Mathematics Education Volume 6, No.2,

September 2017,hal 197. 32

Kurt Franz, Membina Minat Baca,(Bandung:Remadja Karya 1983), hal 1. 33

Tadkiroatun Musfiroh dan Beniati Listyorini,Kontruk Kompetensi Literasi untuk Siswa

Sekolah Dasar,(FBS Universitas Negeri Yogyakarta: LITERA, Volume 15, Nomor 1, April 2016

Page 33: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

20

yang dikutip Literacy learning arises in social environment; thus, it involves

students’everyday life. Also, the experience that every student has with

reading and writing varies according to family practices which in some cases

are not used at school maybe due to the very rigid system of education that

does not look at students as belonging to a society in which they are always

involved and which shapes their learning experiences; or due to the lack of

interest of the teacher in knowing the students’ experiences. It is important for

educators to understand the kind of language experiences children have had

and the process that underlies their language learning so that they can help

them build school literacy practices on these skills and experiences.34

Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa literasi merupakan program

yang berada di lingkungan sosial dan harus dijalankan pada semua aspek yang

terkait seperti sekolah, siswa, dan keluarga. Sekolah memang memiliki peran

yang lebih dominan karena di sana mereka selalu terlibat dan yang membentuk

pengalaman belajar mereka Penting bagi pendidik untuk memahami jenis

pengalaman bahasa yang dimiliki anak dan proses yang mendasari pembelajaran

bahasa mereka sehingga mereka dapat membantu mereka membangun praktik

literasi sekolah tentang keterampilan dan pengalaman ini.

2. Tujuan dan Jenis Literasi

a. Tujuan Literasi

Berbicara tentang pembelajaran literasi, Axford mengatakan bahwa

salah satu tujuan pembelajaran literasi adalah membantu siswa memahami

dan menemukan strategi yang efektif dalam hal kemampuan membaca dan

menulis termasuk di dalamnya kemampuan menginterpretasi makna teks

yang kompleks dalam struktur tata bahasa dan sintaksis (dalam

www.prioroitaspendidikan.org). Tujuan ini sangat sinkron dengan tujuan

pembelajaran bahasa Indonesia, antara lain agar siswa mampu membaca

dan menulis berbagai bentuk teks, dalam kaitannya dengan kemampuan

membaca, siswa harus dapat memahami dan mengenali struktur teks, isi

34

Robert Petrone, Linking Contemporary Research on Youth, Literacy, and Popular

Culture With Literacy Teacher Education,Journal of Literacy Research 45(3) 240-266 2013, hal

256.

Page 34: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

21

teks, dan unsur kebahasaannya. Kaitan lain dengan kemampuan menulis,

siswa harus dapat mengungkapkan informasi yang diperoleh dalam

berbagai ragam teks yang ada. Selanjutnya, informasi yang diperoleh

tersebut dapat juga disampaikan secara lisan yang berarti dituntut

kemampuan siswa dalam berbicara (mengemukakan pendapat).

Selanjutnya kaitan dengan kemampuan berbicara maka kemampuan lain

yang dituntut pada diri siswa adalah kemampuannya dalam hal menyimak.

Berdasarkan paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa keempat

keterampilan berbahasa dapat ditingkatkan melalui pembelajaran literasi

yang berfokus pada membaca dan menulis.35

Tujuan implementasi Gerakan Literasi Sekolah terdiri atas tujuan

umum dan tujuan khusus, yang dirinci sebagai berikut.

1. Tujuan Umum

Menumbuhkembangkan budaya literasi di sekolah melalui GLS

dengan menciptakan ekosistem yang literat agar mereka menjadi

pembelajar sepanjang hayat.

2. Tujuan Khusus

a. Meningkatkan budaya membaca dan menulis di sekolah.

b. Meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah yang

literat.

c. Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan

dan ramah anak agar warga sekolah mampu mengolah

pengetahuan.

d. Melaksanakan literasi dalam pembelajaran.

e. Menjaga keberlanjutan literasi di sekolah dengan menghadirkan

beragam program kegiatan, sarana dan prasarana, ataupun

pendukung pembentukan budaya.36

Hal yang paling mendasar dalam praktik literasi adalah

kegiatan membaca. Keterampilan membaca merupakan fondasi untuk

35

Heny Subandiyah, Pembelajaran Literasi dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia,

Jurnal Universitas Negeri Surabaya, diunduh pada tanggal 30 Agustus 2017 pukul 08:39. 36

Kemendikbud, Materi Umum Literasi dalam Pembelajaran, hal 4.

Page 35: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

22

mempelajari berbagai hal lainnya. Hal ini memberikan penguatan

bahwa kurikulum wajib baca penting untuk diterapkan dalam

pendidikan di Indonesia.

3. Tujuan kurikulum wajib baca adalah sebagai berikut:

a) membentuk budi pekerti luhur;

b) mengembangkan rasa cinta membaca;

c) merangsang tumbuhnya kegiatan membaca di luar sekolah;

d) menambah pengetahuan dan pengalaman;

e) meningkatkan intelektual;

f) meningkatkan kreativitas;

g) meningkatkan kemampuan literasi tinggi.

Berkaitan dengan mata pelajaran bahasa Indonesia, Kurikulum

2013 menjelaskan bahwa bahasa adalah penghela ilmu pengetahuan.

Artinya, bahasa adalah sarana penyampai ilmu pengetahuan. Semua

siswa akan membutuhkan kemampuan berbahasa sebagai alat belajar

untuk menguasai berbagai mata pelajaran lain. Dapat dikatakan bahwa

keberhasilan belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kemampuannya

dalam berbahasa. Hal ini karena setiap mata pelajaran pada dasarnya

bertujuan menanamkan informasi kepada siswa, dan informasi itu

berupa bahasa.

Sejumlah informasi yang tertuang dalam sejumlah indikator

harus dikuasai oleh siswa dalam kurun waktu tertentu yang disebut

dengan tujuan pembelajaran. Agar dapat mencapai tujuan pembelajaran

maka siswa harus memiliki penguasaan berbahasa. Dengan kata lain,

siswa harus menemukan sejumlah informasi melalui berbagai sumber.

Sumber-sumber itu berupa teks, baik teks lisan maupun teks tulis.

Berdasarkan uraian tersebut, pengertian literasi dalam mata

pelajaran bahasa Indonesia lebih dipumpunkan pada kemampuan

informasi. Kemampuan informasi mengacu pada beberapa aktivitas,

yaitu mengumpulkan informasi, mengolah informasi, dan

mengomunikasikan informasi. Ketiga aktivitas tersebut tidak dapat

Page 36: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

23

dilepaskan dari keterampilan membaca dan menulis. Pengertian ini

dipilih berdasarkan asumsi bahwa mata pelajaran apa pun, akan

menuntut siswa untuk menguasai berbagai informasi yang dicapai

melalui membaca dan menulis. Aktivitas membaca dan menulis adalah

kunci utama keberhasilan siswa dalam menguasai informasi yang

dituntut dalam setiap mata pelajaran.

Membaca dan menyimak merupakan aktivitas kunci kita

mendapatkan-menguasai informasi. Semakin banyak informasi kita

simak-baca, semakin banyak informasi kita kuasai, dan dengan banyak

membaca-menyimak yang berarti kita akan mengetahui-menguasai

informasi, maka akan memudahkan untuk mudah berbicara-menulis.37

Sedangkan menulis adalah keterampilan berbahasa aktif.38

Menulis

tulisan juga merupakan media untuk melestarikan dan

menyebarluaskan informasi dan ilmu pengetahuan.

b. Jenis Literasi

Literasi secara umum diartikan sebagai sebuah kemampuan membaca

dan menulis. Sebagaimana dinyatakan dalam Kamus Oxford berikut.

Literacy is ability to read and write. Artinya literasi adalah kemampuan

membaca dan menulis. Sementara itu, information is fact to talk, heart and

discovered about somebody/something. Artinya fakta tentang seseorang

atau sesuatu yang dibicarakan, didengar, dan dikemukakan. Jika

berdasarkan pengertian tersebut, literasi informasi dapat diartikan sebagai

kemampuan seseorang membaca dan menulis sesuatu yang dibicarakan,

didengar, dan dikemukakan (fakta). Dalam perkembangannya, literasi

memiliki arti yang luas sehingga ada bermacam-macam jenis literasi

misalnya literasi komputer, literasi media, literasi informasi, dan literasi

moral.39

37

Daeng Nurjamal,dkk, Terampil Berbahasa, (Bandung:Alfabeta, 2011),hal 4. 38

Ibid. 39

Tri Septiyantono, Literasi Informasi,(Tangerang Selatan:Universitas Terbuka,

2015)hal: 1.5

Page 37: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

24

Ferguson menjabarkan komponen literasi informasi sebagai berikut:

1. Literasi Dasar (Basic Literacy), yaitu kemampuan untuk

mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan menghitung.

Dalam literasi dasar, kemampuan untuk mendengarkan, berbicara,

membaca, menulis, dan menghitung (counting) berkaitan dengan

kemampuan analisis untuk memperhitungkan (calculating),

mempersepsikan informasi (perceiving), mengomunikasikan, serta

menggambarkan informasi (drawing) berdasar pemahaman dan

pengambilan kesimpulan pribadi.

2. Literasi Perpustakaan (Library Literacy), yaitu kemampuan

lanjutan untuk bisa mengoptimalkan Literasi Perpustakaan yang

ada. Maksudnya, pemahaman tentang keberadaan perpustakaan

sebagai salah satu akses mendapatkan informasi. Pada dasarnya

literasi perpustakaan, antara lain, memberikan pemahaman cara

membedakan bacaan fiksi dan nonfiksi, memanfaatkan koleksi

referensi dan periodikal, memahami Dewey Decimal System

sebagai klasifikasi pengetahuan yang memudahkan dalam

menggunakan perpustakaan, memahami penggunaan katalog dan

pengindeksan, hingga memiliki pengetahuan dalam memahami

informasi ketika sedang menyelesaikan sebuah tulisan, penelitian,

pekerjaan, atau mengatasi masalah.

3. Literasi Media (Media Literacy), yaitu kemampuan untuk

mengetahui berbagai bentuk media yang berbeda, seperti media

cetak, media elektronik (media radio, media televisi), media digital

(media internet), dan memahami tujuan penggunaannya. Secara

gamblang saat ini bisa dilihat di masyarakat kita bahwa media lebih

sebagai hiburan semata. Kita belum terlalu jauh memanfaatkan

media sebagai alat untuk pemenuhan informasi tentang

pengetahuan dan memberikan persepsi positif dalam menambah

pengetahuan.

Page 38: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

25

4. Literasi Teknologi (Technology Literacy), yaitu kemampuan

memahami kelengkapan yang mengikuti teknologi seperti peranti

keras (hardware), peranti lunak (software), serta etika dan etiket

dalam memanfaatkan teknologi. Berikutnya, dapat memahami

teknologi untuk mencetak, mempresentasikan, dan mengakses

internet. Dalam praktiknya, juga pemahaman menggunakan

komputer (Computer Literacy) yang di dalamnya mencakup

menghidupkan dan mematikan komputer, menyimpan dan

mengelola data, serta menjalankan program perangkat lunak.

Sejalan dengan membanjirnya informasi karena perkembangan

teknologi saat ini, diperlukan pemahaman yang baik dalam

mengelola informasi yang dibutuhkan masyarakat.

5. Literasi Visual (Visual Literacy), adalah pemahaman tingkat lanjut

antara literasi media dan literasi teknologi, yang mengembangkan

kemampuan dan kebutuhan belajar dengan memanfaatkan materi

visual dan audio-visual secara kritis dan bermartabat. Tafsir

terhadap materi visual yang setiap hari membanjiri kita, baik dalam

bentuk tercetak, di televisi maupun internet, haruslah terkelola

dengan baik. Bagaimanapun di dalamnya banyak manipulasi dan

hiburan yang benar-benar perlu disaring berdasarkan etika dan

kepatutan.40

3. Hal-hal yang diperhatikan dalam Pembelajaran Literasi Bahasa

Indonesia

Setiap pembelajaran harus memperhatikan beberapa aspek yang

mendukung ketercapaian tujuannya termasuk pelajaran bahasa Indonesia.

Secara garis besar terdapat empat faktor yang harus diperhatikan, yang

meliputi: 1) sumber belajar, 2) bahan ajar, 3) strategi pembelajaran, dan 4)

penilaian. Berikut diuraikan keempat aspek tersebut.

a. Sumber Belajar

40

Desain Induk Program Gerakan Literasi Sekolah (GLS), Ditjen Dikdasmen, Kemendikbud

(dapat diakses melalui www.dikdasmen. kemdikbud.go.id).

Page 39: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

26

Sumber belajar adalah dari mana materi atau informasi itu

diperoleh siswa atau berupa apakah informasi itu tersimpan. Secara umum,

sumber belajar berupa cetak maupun noncetak. Contoh untuk cetak berupa

buku, majalah, surat kabar, buletin, makalah, artikel di jurnal, dan

sebagainya. Contoh untuk noncetak berupa radio, tape recorder, kaset,

CD, DVD, VCD, TV, internet, benda-benda (misalnya candi-candi), orang

atau yang dikenal dengan sebutan narasumber (misalnya guru, polisi,

dokter, dan ahli lainnya), bahkan lingkungan sekitar (kelas, sekolah, pasar,

perpustakaan, taman, dan sebagainya).

Dalam pelaksanaan pembelajaran literasi bahasa Indonesia,

diharapkan guru tidak hanya menggunakan satu sumber melainkan

mengajak siswa menggunakan berbagai sumber. Hal ini dilandasai

keyakinan bahwa jika siswa membaca dari berbagai sumber, informasi

yang diperoleh akan lebih lengkap jika dibandingkan dengan jika mereka

hanya mengacu pada satu sumber. Tentu saja yang dimaksudkan dengan

istilah berbagai sumber di sini adalah sumber belajar yang relevan dengan

materi atau informasi yang akan dipelajari oleh siswa. Guru dituntut untuk

dapat lebih kreatif dalam hal pemilihan sumber belajar bagi siswanya.

Selain agar informasi yang diperoleh siswa lebih lengkap, alasan

pemilihan berbagai sumber dimaksudkan agar pembelajaran lebih menarik

karena siswa melakukan aktivitas lebih banyak.

b. Bahan Ajar Bahasa

Berkaitan dengan pembelajaran bahasa, Tomlinson menjelaskan

bahwa bahan ajar adalah segala sesuatu yang digunakan guru atau siswa

untuk memudahkan belajar bahasa, meningkatkan pengetahuan dan

pengalaman berbahasa. Definisi lain menyebutkan bahwa bahan ajar

adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik tertulis

maupun tidak sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan

siswa untuk belajar, dalam melaksanakan pembelajaran literasi, guru

membutuhkan seperangkat bahan ajar yang dapat mendorong siswa belajar

secara optimal. Idealnya, seorang guru harus dapat mengembangkan

Page 40: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

27

sendiri bahan ajarnya. Pengembangan bahan ajar adalah proses pemilihan,

adaptasi, dan pembuatan bahan ajar berdasarkan kerangka acuan tertentu.

Tujuan utamanya adalah membantu siswa dalam mempelajari informasi

yang dibutuhkan.

Kaitannya dengan pembelajaran literasi, Bentuk bahan ajar dapat

dikelompokkan menjadi empat yaitu :

1) Bahan ajar cetak (printed), seperti handout, buku, modul, lembar kerja,

foto, gambar, tabel, dan grafik.

2) Bahan ajar dengar (audio), seperti kaset, radio, CD, dan DVD

3) Bahan ajar pandang-dengar (audio-visual), seperti film, dan VCD.

4) Bahan ajar interaktif (interactive teaching material) seperti compact

disk (CD) interaktif.

c. Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran adalah pola tindakan pengajaran yang berfungsi

untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Terkait dengan

pembelajaran bahasa Indonesia, siswa harus memiliki kemampuan utama

dalam hal membaca dan menulis agar dapat menyerap materi

pembelajaran. Faktanya, masih banyak guru yang mengalami kesulitan

dalam menanamkan kemampuan membaca dan menulis. Oleh karena itu,

diperlukan pemilihan dan penguasaan strategi pembelajaran yang benar-

benar efektif. Strategi yang tepat dalam pembelajaran membaca dan

menulis akan memiliki kontribusi yang besar bagi perkembangan literasi

siswa.

Pembelajaran literasi bahasa Indonesia hendaknya dipertimbangkan

antara strategi pembelajaran membaca dan strategi pembelajaran menulis.

Pembelajaran membaca, dapat dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu

tahap sebelum membaca/pre-reading (dalam rangka membangun konteks),

tahap saat membaca (while reading), dan tahap setelah membaca (post

reading).

Page 41: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

28

4. Membaca dan Menulis sebagai Aspek Literasi

Kaitan antara membaca dengan menulis sebagaimana dipaparkan

memberikan alasan untuk menyatakan bahwa kompetensi menulis banyak

dipengaruhi oleh aktivitas membaca. Aktivitas yang dimaksud dapat

mencakup segi kualitas dan intensitas membaca. Terdapat semacam hubungan

timbal balik dari segi keuntungan yang diambil seseorang dari kedua kegiatan

tersebut. Keinginan untuk menulis mendorong seseorang untuk membaca. Di

sisi lain, kegiatan membaca dapat menumbuhkan serta memotivasi seseorang

untuk menghasilkan tulisan. Hal tersebut dimungkinkan karena tulisan yang

dibaca seseorang pada dasarnya memuat makna yang memiliki kekuatan

dalam mempengaruhi, mengarahkan, dan mendorong seseorang untuk

bereaksi, termasuk di antaranya dalam bentuk kegiatan menulis.

Kemampuan seseorang dalam membaca dan menulis memungkinkannya

untuk menguasai berbagai kecakapan hidup, baik yang bersifat akademik

maupun vokasional. Selanjutnya kecakapan hidup yang demikian akan

membawa orang tersebut ke dalam situasi ideal karena dia dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat ia berada serta dapat memenuhi

kebutuhan dan tuntutan hidup sesuai dengan perkembangan jaman.

Membaca adalah kegiatan fisik dan mental.41

Melalui membaca informasi

dan pengetahuan yang berguna bagi kehidupan dapat diperoleh. Dikatakan

kegiatan fisik karena bagian-bagian tubuh, khususnya mata yang

melakukannya. Selanjutnya dikatakan sebagai kegiatan mental karena bagian-

bagan pikiran, khususnya persepsi dan ingatan terlibat di dalamnya. Berbagai

kegiatan dapat diadakan dalam rangka membina minat dan kebiasaan

membaca yaitu diadakannya pameran buku, perpustakaan sekolah,

membentuk kelompok-kelompok membaca, sayembara membaca, dan

seniman pencerita.42

Selain membaca, menulis merupakan sebagai alat komunikasi.

Mengkomunikasikan ide dengan bahasa tulis disadari tidak semudah

41

Tampubolan, Mengembangkan Minat dan Kebiasaan Membaca pada Anak,

(Bandung:Angkasa,1993) hal 41. 42

Ibid

Page 42: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

29

mengkomunikasikan ide dengan bahasa lisan. Kita menyadari bahwa

keterampilan menulis sangat kompleks. Cresterton mengatakan ―hanya satu

hal yang diperlukan—segalanya‖. Makna ―segalanya‖ dalam konteks tulis-

menulis secara harfiah mencakup banyak hal, dengan kata lain diperlukan

adanya pengalaman manusia yang esensial, misalnya seorang penulis

memerlukan kesendirian, kasih, persahabatan, dan juga jagad raya.43

Pentingnya kemahiran menulis dinyatakan oleh Alkhadiah sebagai berikut:

a. Mengenali kemampuan dan potensi diri

b. Mengembangkan berbagai gagasan

c. Memaksa kita menyerap, mencari, dan menguasai informasi

d. Mengorganisasikan gagasan sistematis serta mengungkapkan secara

tersurat

e. Meninjau serta menilai gagasan kita secara objektif

f. Memecahkan masalah secara konkret

g. Mendorong kita belajar secara aktif

h. Membiasakan berpikir dan berbahasa secara tertib.

Pada saat seseorang menulis, apa pun yang ditulisnya, ia megerahkan

seluruh pengetahuan dan kelaziman kebahasaan yang dimilikinya, termasuk

kosakata, tata bahasa, dan sebagainya, di samping juga hal-hal lain yang

berkaitan dengan materi tulisannya bahkan kadang juga dengan suasana

hatinya pada saat penulisan serta banyak faktor lainnya. Secara singkat dapat

dikatakan bahwa ketika menulis, ia mencurahkan seluruh kepribadiannya ke

dalam tulisannya. Guru harus bertindak sangat hati-hati ketika memulai

pembelajaran menulis agar kepribadian siswa tidak tersinggung dan siswa

tidak membenci guru dan pelajaran menulis. Maka dari itu, guru harus

mempunyai banyak teknik yang membuat kelas menjadi tidak tegang. Kelas

harus dipenuhi dengan canda yang muncul dari guru ataupun siswa. Canda

43

Sukino, Menulis itu Mudah, (Yogyakarta:LkiS Printing Cemerlang, 2010), hal 8.

Page 43: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

30

sangat membantu bagi munculnya ide yang segar dalam setiap pembelajaran

menulis.44

Membaca dan menulis merupakan keterampilan berbahasa tulis, tetapi

tidak dapat dielakkan bahwa keterampilan berbahasa lisan juga terdapat kaitan

dalam literasi. Aktivitas menulis sangat berkaitan erat dengan membaca.

Leonhardt menyatakan bahwa anak yang gemar membaca akan memperoleh

rasa kebahasaan tertulis, yang kemudian mengalir ke dalam tulisan mereka.45

Pengetahuan tulis-menulis juga dapat dijadikan sebagai keahlian yang lebih

umum dimiliki seseorang yang belajar dari bukan seorang guru yang mengajar

langsung, tetapi lumrah dari cara yang tidak langsung melalui membaca dan

menyerap dari karya-karya yang sudah ada.

Membaca adalah belajar. Jika seseorang yang tidak suka membaca, berarti

dia telah memberikan jawaban yang pasti bahwa dia tidak mempunyai bakat

menulis pula. Bacaan apapun, baik fiksi maupun nonfiksi—setiap hari dapat

dijumpai di suratkabar—menjadi suatu yang penting dan dipedulikan, jika di

dalamnya terdapat janji manfaat yang didapat pembaca. Janji manfaat yang

dimaksudkan adalah dua sisi kekayaan yaitu kekayaan kecendekiaan dan

kekayaan kerohanian.46

Kemampuan menulis dapat mengenali kemampuan

potensi diri, mengetahui pengetahuan tentang suatu topik, dan dengan menulis

kita dapat mengembangkan berbagai gagasan.

Keberhasilan pengajaran membaca dan menulis dalam tugas binaannya

ditentukan oleh berbagai faktor, termasuk yang dominan dalam hal ini ialah

faktor dari dalam diri siswa sendiri seperti minat, perhatian, kematangan

siswa, dan sikap sosial, dan faktor dari luar seperti lingkungan sekitarnya,

situasi, kondisi sosial, ekonomi keluarga, kondisi sekolah, dan kondisi

program pengajaran.47

44

Puji Santosa, Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD, (Jakarta:Universitas

Terbuka,2008)hal 6.17 45

Ibid, hal 11. 46

Alif Danya Munsyi, Jadi Penulis? Siapa Takut!, (Bandung: Kaifa, 2012), hal 10. 47

M.Silitonga,dkk, Kemampuan Berbahasa Indonesia Siswa kelas III SMP Sumatera

Utara:Membaca dan Menulis, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,(Jakarta:1984)hal 8.

Page 44: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

31

Dari semua pemaparan tersebut mengenai membaca dan menulis sebagai

aspek literasi, dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan literasi mencakup

keterampilan membaca dan menulis yang harus semakin ditingkatkan, dan

kemampuan tersebut tidak terlepas dari sebuah buku yang dikatakan bahwa

buku merupakan jendela ilmu.

Menurut kuntowijoyo ―Buku adalah kumpulan pengalaman batin

seseorang yang sudah distrukturkan. Dengan membaca buku, berarti kita

sedang membaca diri sendiri lewat pengalaman orang lain. Jika kita rajin

membaca buku, itu berarti kita rajin belajar dari pengalaman orang lain. Itu

termasuk belajar dari diri sendiri.‖48

D. Pembelajaran Bahasa Indonesia

1. Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia

Bahasan Indonesia adalah alat komunikasi yang dipergunakan oleh

masyarakat Indonesia untuk keperluan sehari-hari, misalnya belajar, bekerja

sama dan berinteraksi.49

Suatu bahasa dikatakan penting apabila memiliki

jumlah populasi pemakai yang banyak, wilayah persebarannya luas, berperan

penting dalam pengembangan susastra-budaya, dan pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi.50

Kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia akan berhasil apabila guru

menyesuaikan pembelajaran dengan kemampuan siswa. Penyesuaian tersebut

harus dirancang secara terpadu dengan tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia,

misalnya tujuan utama pembelajaran bahasa umumnya adalah mempersiapkan

siswa untuk melakukan interaksi yang bermakna dengan bahasa yang alamiah

agar interaksi dapat bermakna bagi siswa perlu didesain secara tepat rencana

pembelajaran bahasa Indonesia.

Penyusunan rencana pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan pada siswa

sebagai subjek belajar. Melalui pengalaman belajar, siswa menemukan,

menerapkan, menganalisis, membandingkan, menyusun, memperbaiki,

48

Daeng Nurjamal, Terampil Berbahasa, (Bandung:Alfabeta, 2011), hal 4. 49

Isah Cahyani, Pembelajaran Bahasa Indonesia, ( Jakarta : 2009 ), hal 36. 50

Op Cit, hal 248.

Page 45: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

32

menilai, dan menyimpulkan sendiri. Belajar merupakan perilaku manusia atau

perubahan kapasitas yang relatif permanen sebagai hasil pengalaman. Belajar

melalui proses yang relatif terus menerus dijalani dari berbagai pengalaman.

2. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia

Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial,

dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam

mempelajari semua bidang. Pembelajaran Bahasa Indonesia diharapkan

membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain.

Standar kompetensi mata Pelajaran Bahasa Indonesia ini bertujuan agar

peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

1) Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang

berlaku, baik secara lisan maupun tulis

2) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai

bahasa persatuan dan bahasa Negara

3) Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan

kreatif untuk berbagai tujuan

4) Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan

intelektual, serta kematangan emosional dan sosial

5) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas

wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan

dan kemampuan berbahasa

6) Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai Khazanah

budaya dan intelektual manusis Indonesia.51

3. Penerapan Literasi dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Setiap mata pelajaran memiliki ciri khas yang meliputi tujuan, ruang

lingkup, dan strategi penyampaian. Itu sebabnya dalam setiap kurikulum

terdapat perbedaan pengaturan untuk masing-masing mata pelajaran.

Berdasarkan ciri khas ini maka dikenal kurikulum yang mencakup nama mata

pelajaran, yaitu Kurikulum Bahasa Indonesia, Kurikulum Matematika,

Kurikulum Bahasa Inggris, Kurikulum IPA, Kurikulum IPS, dan sebagainya.

51

Isah Cahyani, Pembelajaran Bahasa Indonesia, ( Jakarta : 2009 ), hal 36.

Page 46: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

33

Oleh karena masing-masing memiliki perbedaan, maka pelaksanaan

pembelajarannya pun berbeda, termasuk bagaimana menerapkan pembelajaran

literasinya. Sebagai contoh, pembelajaran literasi bahasa Indonesia berbeda

dengan pembelajaran literasi bahasa Inggris, atau dengan Matematika, dengan

IPA, IPS, dan seterusnya.

Penerapan literasi dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia pada ‗teks

berita‘.

a. Tahap Perencanaan

Yang dilakukan guru bahasa Indonesia pada tahap ini adalah:

1) Menentukan kompetensi dasar (KD 3 dan KD 4),

2) Mengidentifikasi jenis teks dan kompetensi yang dituntut dalam KD,

3) Menentukan materi pokok yang tersirat dalam KD,

4) Merumuskan sejumlah indikator,

5) Berdasarkan materi pokok dan sejumlah indikator, guru

mengembangkannya menjadi bahan ajar lengkap yang diperoleh dari

berbagai sumber yang relevan,

6) Memilih dan menentukan strategi pembelajaran yang cocok,

7) Menyiapkan media pembelajaran yang dianggap sesuai,

8) Menyiapkan lembar kerja peserta didik (LKS),

9) Menyusun alat evaluasi pembelajaran yang sesuai,

10) Menyusun kegiatan (1–9) dalam bentuk skenario pembelajaran atau

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

b. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan adalah tahap ketika guru melaksanakan rencana

pembelajaran yang disusun dalam Skenario Pembelajaran atau dalam bentuk

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Guru melakukan kegiatan belajar-

mengajar dengan peserta didik di dalam maupun di luar kelas. Dalam tahap ini

guru membawa semua media, bahan ajar, dan alat evaluasi yang sudah

dirancang sebelumnya. Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru melakukan

kegiatan sebagaimana dirancang dalam skenario yang terbagi atas tiga tahap

kegiatan, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Berikut

Page 47: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

34

diuraikan contoh/alternatif pelaksanaan pembelajaran literasi untuk mata

pelajaran bahasa Indonesia dalam bentuk skenario yang meliputi tiga tahap

kegiatan: kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

Kegiatan Awal

1) Peserta didik diajak mengamati gambar-gambar yang berkaitan dengan

fenomena yang terjadi di masyarakat yang dapat dikategorikan penyakit

masyarakat (literasi).

2) Guru bersama peserta didik melakukan brainstorming yang berkaitan

dengan gambar tersebut (gambar apa, jenis-jenis penyakit masyarakat,

dampak penyakit masyarakat, dan sebagainya) (literasi).

3) Guru mengajak menyimpulkan/menebak topik yang akan dipelajari.

Kegiatan Inti

Penggalan kegiatan 1: mempelajari informasi dari satu sumber

(Pelaksanaan Literasi awal)

1) Guru membagikan contoh salah satu jenis teks yang akan dipelajari

(misalnya tentang Narkoba).

2) Guru menyampaikan tugas peserta didik yang berkaitan dengan teks

tersebut (contoh: menandai kosakata yang sulit atau mengidentifikasi

isi teks).

3) Peserta didik membaca (dalam hati) teks, dengan waktu yang telah

ditentukan (literasi).

4) Guru memandu peserta didik membentuk kelompok (dengan cara

yang kreatif ).

5) Guru membagikan lembar kerja (LK) kepada setiap kelompok.

6) Guru mengajak peserta didik memahami cara mengerjakan LK.

7) Peserta didik mengerjakan LK secara berdiskusi dalam kelompok

(tentang struktur, isi teks, dan unsur kebahasaan) (literasi).

8) Guru melaksanakan bimbingan kepada peserta didik yang sedang

bekerja kelompok.

9) Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi secara bergantian dan

antarkelompok saling memberikan masukan (literasi).

Page 48: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

35

10) Guru memberikan feedback atas jawaban tiap kelompok.

11) Peserta didik merevisi jawaban berdasarkan masukan dari guru dan

temannya.

Penggalan kegiatan 2: mencari informasi dari berbagai sumber

(Pelaksanaan Literasi lanjutan)

1) Guru memberikan satu topik yang berkaitan dengan tema ‗penyakit

masyarakat‘ kepada tiap-tiap kelompok (misalnya, gelandangan,

penyalahgunaan narkoba, pencurian, dan sebagainya sesuai dengan

jumlah kelompok).

2) Guru membagikan teks pada tiap kelompok (tiap kelompok satu

topik).

3) Peserta didik membaca dan mencatat informasi penting dalam teks

tersebut (secara individu dalam kelompok) (literasi).

4) Peserta didik mendiskusikan informasi yang ditemukan dari teks

untuk menyempurnakan catatannya.

5) Guru menugasi peserta didik secara individu menemukan informasi

dari sumber lain sesuai topik dalam kelompoknya (ada yang

membaca koran, majalah, artikel, browsing internet, bahkan

mewawancarai kepala sekolah; sumber tidak hanya berupa teks

tertulis, tetapi bisa juga berupa tabel, grafik, gambar, peta konsep,

dan sebagainya bahkan bisa juga berupa rekaman audio maupun

visual) (literasi).

6) Peserta didik membuat ringkasan informasi dari sumber-sumber

yang dibaca/diakses dengan bahasanya sendiri (pada saat ini teks-

teks harus ditutup/disimpan) (literasi tulis).

7) Peserta didik dalam kelompok saling membacakan hasil

ringkasannya, kemudian ketua kelompok memilih satu karya yang

akan dibacakan di depan kelas sebagai wakil kelompok (literasi

lisan).

8) Peserta didik menulis teks laporan tentang informasi yang

diperoleh dari berbagai sumber dan berbagai langkah sebelumnya,

Page 49: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

36

sesuai dengan topik dalam kelompok masing-masing (literasi tulis).

Dalam langkah ini semua sumber harus ditutup.

9) Guru memberikan penilaian terhadap hasil tulisan peserta didik dan

memberikan masukan (feedback).

10) Peserta didik secara individu merevisi tulisannya berdasarkan

masukan dari guru (literasi).

Kegiatan Penutup

1) Peserta didik bersama guru menyimpulkan materi pembelajaran,

yakni berbagai penyakit masyarakat beserta dampak dan

penanggulangannya.

2) Peserta didik menyampaikan pendapat tentang pelaksanaan

pembelajaran yang dilaksanakan (menarik ataukah tidak, disertai alasan

yang logis).

3) Guru memberikan tugas pengayaan berupa meminta peserta didik

membaca di internet tentang topik yang sudah dipelajari atau memberikan

remedi pada peserta didik yang belum mampu menulis berita dengan baik.

Tahap Refleksi 52

Refleksi merupakan tahap yang dilakukan guru pada saat

pembelajaran selesai dilaksanakan. Refleksi berupa upaya melihat kembali

segala yang telah dilakukan oleh guru dan peserta didik selama

pembelajaran dan tingkat keberhasilannya. Refleksi dilakukan berdasarkan

beberapa aspek, yaitu nilai yang diperoleh peserta didik, hasil karya

peserta didik, dan hasil observasi selama proses pembelajaran

berlangsung.

Dari nilai yang diperoleh peserta didik, dapat direfleksi tingkat

ketuntasannya secara klasikal maupun individual. Secara individual dapat

digunakan guru untuk melakukan tindak lanjut kepada peserta didik, yakni

menyusun program pengayaan ataukah program remedial. Pengayaan

dilaksanakan guru kepada peserta didik yang sudah mencapai nilai

52

Kemendikbud, Manual Pendukung Pelaksaan Gerakan Literasi Sekolah untuk Jenjang

Sekolah Menengah Pertama,Jakarta, 2016, hal:34.

Page 50: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

37

ketuntasan, sedangkan remedial diberikan guru kepada peserta didik yang

belum mencapai nilai ketuntasan. Pemberian remedi disesuaikan dengan

indikator yang belum berhasil dicapai oleh peserta didik.

Karya peserta didik dapat digunakan untuk bahan pajangan.

Pajangan karya peserta didik dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran

bagi peserta didik yang lain. Pelaksanaannya dapat berupa kunjung karya

maupun karya kunjung. Yang harus diperhatikan guru ketika melakukan

kedua teknik ini adalah mengingatkan peserta didik agar membuat catatan

tentang hal-hal yang menjadikan mereka dapat belajar dari karya teman

yang dipajang. Selanjutnya, nilai dan karya peserta didik dapat dipakai

guru untuk menyusun atau melaksanakan penilaian portofolio.

Hasil observasi dapat digunakan guru untuk melakukan tindakan

introspeksi/evaluasi atas keberhasilan, kegagalan, ataupun

kekurangtepatan strategi, langkah pembelajaran, media, LKS, sumber

belajar, bahan ajar, dan alat evaluasinya. Hasil introspeksi/evaluasi atas

semua aspek ini dapat digunakan guru untuk rencana perbaikan

pembelajaran berikutnya.

E. Penelitian Relevan

Ada beberapa karya ilmiah atau penelitian yang terkait dengan penelitian

yang akan diteliti dalam penelitian ini, namun terdapat beberapa perbedaan waktu

maupun latar tempat. Berikut beberapa penelitian yang relevan:

Pertama, dari tesis Catur Hari Wibowo(2015) mahasiswa pascasarjana

Institut Agama Islam Negeri Surakarta bidang studi Magister Pendidikan Islam,

mengadakan penelitian dengan judul ―Problematika Profesi Guru dan Solusinya

bagi Peningkatan Kualitas Pendidikan di MTs Negeri Nguntoronadi Kabupaten

Wonogiri‖ Penelitian ini dilakukan berkenaan dengan adanya fenomena

rendahnya kompetensi guru. Fokus penelitian ini tentang problematika internal

dan eksternal guru dalam proses belajar mengajar (PBM). Tujuan penelitian ini

untuk mengetahui: 1) problematika profesi guru, 2) upaya peningkatan kualitas

pendidikan di MTs Negeri Nguntoronadi. Penelitian ini menggunakan pendekatan

Page 51: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

38

penelitian deskriptif kualitatif. Lokasi penelitian: MTs Negeri Nguntoronadi

Kabupaten Wonogiri. Subjek penelitian adalah guru dan siswa. Informan: kepala

madrasah, wakil kepala madrasah, staf tata usaha dan ketua komite madrasah.

Teknik pengumpulan data menggunakan model: observasi, wawancara, dan

dokumentasi. Uji keabsahan data menggunakan triangulasi sumber dan metode.

Teknik analisis data menggunakan model interaktif terdiri dari pengumpulan data,

reduksi data, penyajian data dan kesimpulan.

Persamaan penelitian di atas dengan penulis ialah sama-sama meneliti

mengenai problematika serta solusi dalam proses belajar mengajar. Sedangkan

perbedaan penelitian dengan penulis jika penelitian di atas objek penelitiannya

adalah guru, sedangkan penulis menggunakan objek program literasi dalam

pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.

Kedua, dari skripsi Lea Sakti Mitasari (2017) mahasiswa Universitas

Muhammadiyah Surakarta, Pendidikan Guru Sekolah Dasar dengan judul

penelitian ―Peran Kegiatan Literasi dalam Meningkatkan Minat Membaca dan

Menulis Siswa Kelas Atas di SD Gumpang 1‖. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui peran kegiatan literasi, hambatan, dan upaya pihak sekolah untuk

meningkatkan minat membaca dan menulis siswa kelas atas di SD Gumpang 1.

Penulis dapat menarik kesimpulan bahwa 1) kegiatan literasi di SD

Gumpang 1 berperan dalam memotivasi siswa untuk menyukai kegiatan membaca

dan menulis, 2) hambatan pihak sekolah dalam meningkatkan minat membaca dan

menulis siswa melalui kegiatan literasi yakni kedisiplinan, pembiasaan siswa,

minat, dan metode yang diterapkan guru, dan 3) upaya pihak sekolah untuk

meningkatkan minat membaca dan menulis siswa dengan cara mensosialisasikan

mengenai kegiatan literasi dan mengenalkan pentingnya menumbuhkan minat

membaca dan menulis.

Persamaan penelitian yang telah dilakukan Lea Sakti Mitasari dengan

penelitian penulis terletak dari objek penelitian yaitu kegiatan literasi. Perbedaan

yang ada ialah penulis meneliti mengenai problematika serta solusi program

literasi sedangkan penelitian yang sudah dilakukan tersebut meneliti mengenai

peran literasi dalam meningkatkan minat membaca dan menulis.

Page 52: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

39

Ketiga, dari Endang Siwi Ekowati (2017) Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia Universitas Muria Kudus dengan judul penelitian ―Strategi Literasi

dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Kearifan Lokal‖. Strategi literasi

dalam pembelajaran bahasa Indonesia dapat dikaitkan dengan kearifan lokal

mengingat nilai-nilai yang berlaku pada masyarakat Jawa belum sepenuhnya

dipahami oleh siswa. Filosofi Jawa yang digunakan dalam pembelajaran pada

penelitian ini antara lain urip iku urup, memayu hayuning bawana, ambrasta dur

hangkara, sura dira jayaningrat, lebur dening pangastuti.

Persamaan penelitian kali ini mengenai literasi dalam pembelajaran bahasa

Indonesia akan tetapi pada penelitian yang telah dilakukan berbasis kearifan lokal

yang dimana dalam penelitian ini mengenalkan filosofi Jawa yang belum

sepenuhnya dipahami oleh siswa.

Page 53: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

40

40

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian yang dilakukan penulis adalah jenis penelitian kualitatif

deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status

sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran,

ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang. Menurut Whitney, metode

deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat.1 Tujuan dari

penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan

secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta

hubungan antarfenomena yang diselidiki.

Penelitian dengan pendekatan kualitatif menekankan analisis proses dari

proses berpikir secara induktif yang berkaitan dengan dinamika hubungan

antarfenomena yang diamati, dan senantiasa menggunakan logika ilmiah.

Penelitian kualitatif merupakan sebah metode penelitian yang digunakan dalam

mengungkapkan permasalahan dalam kehidupan kerja organisasi pemerintah,

swasta, kemasyarakatan, olah raga, seni dan budaya, sehingga dapat dijadikan

suatu kebijakan untuk dilaksanakan demi kesejahteraan bersama.2 Penelitian

kualitatif bertujuan mengembangkan konsep sensitivitas pada masalah yang

dihadapi, menerangkan realitas dan mengembangkan pemahaman akan suatu

fenomena yang dihadapi. Menurut Sugiono, masalah dalam penelitian kualitatif

bersifat sementara, tentatif, dan berkembang dan berganti setelah peneliti berada

dilapangan.3

Penelitian kualitatif menurut Flick ialah spesific relevance to the study of

social relations, owing to the fact of the pluralization of life worlds. Penelitian

kualitatif adalah keterkaitan spesifik pada studi hubungan sosial yang

1 Moh Nazir, Metode Penelitian, (Bogor:Ghalia Indonesia,2013), hal 54.

2 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik,(Jakarta:Bumi

Aksara,2013),hal 80. 3 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan,(Bandung:Alfabeta,2012), hal 283.

Page 54: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

41

berhubungan dengan fakta dari pluralisasi dunia kehidupan.4 Sementara itu,

penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor adalah prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

dan berperilaku yang dapat diamati dan diarahkan pada latar dan individu secara

holistik (utuh).5 Berdasarkan hal tersebut penelitian dilakukan dengan metode

kualitatif agar diperoleh data secara alamiah atau natural dan komprehensif yang

sesuai dengan latar dan data yang diperoleh tidak merupakan hasil rekayasa atau

manipulasi karena tidak ada unsur atau variabel lain yang mengontrol.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa

penelitian kualitatif deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk

mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang masalah-masalah manusia dan

sosial yang diuraikan dalam bentuk kata-kata.

Adapun cara yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah melalui

pengumpulan data sebanyak-banyaknya secara objektif, relevan kemudian

mendeskripsikan dalam bentuk naratif sehingga memberikan gambaran secara

utuh tentang fenomena yang terjadi dengan fokus penelitian. Fokus penelitian ini

adalah yang berkaitan dengan problematika serta solusi program literasi dalam

pembelajaran bahasa Indonesia pada siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 44

Pamulang.

B. Latar Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama

Muhammadiyah 44 Pamulang Kota Tangerang Selatan.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil bulan November tahun

2017 yang terbagi dalam tiga tahap kegiatan yaitu:

a. Tahap persiapan

Tahap ini meliputi permohonan izin penelitian.

4 Op, Cit, hal 81.

5 Ibid, hal 82.

Page 55: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

42

b. Tahap penelitian

Tahap penelitian ini meliputi semua kegiatan di lapangan yaitu

pengambilan data dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi.

c. Tahap penyelesaian

Tahap penyelesaian ini meliputi analisis data-data yang telah

terkumpul dan selanjutnya penyusunan hasil penelitian sesuai tujuan

yang diharapkan.

C. Subjek dan Informan Penelitian

Secara lebih spesifik subjek penelitian adalah orang yang menjadi target

atau sumber utama dalam penelitian, dalam hal ini guru dan siswa merupakan

sumber utama. Sedangkan informan adalah orang yang memberikan informasi.

Selain guru dan siswa masih ada sumber pendukung seperti Kepala Sekolah dan

Wakil Kepala Sekolah. Hal ini dipilih dengan pertimbangan bahwa mereka

terlibat dalam proses penelitian.

Kepala madrasah sebagai informan mempunyai peranan yang penting

karena kepala madrasah merupakan penanggung jawab penuh lembaga dan juga

menjadi ikon lembaga. Kepada kepala madrasahlah semua kebijakan yang

berhubungan dengan madrasah diusulkan, ditetapkan dan kemudian diterapkan,

yang pelaksanaanya dilakukan oleh seluruh warga madrasah. Sesuai dengan

alasan tersebut, maka Kepala madrasah harus menjadi informan pendukung

pertama dalam penelitian ini.

Wakil kepala kurikulum sebagai informan pendukung kedua merupakan

sebuah jembatan antara kepala madrasah dan para dewan guru, dikatakan

demikian karena setiap ide/pengembangan kegiatan kurikulum, kesulitan dalam

kegiatan (PBM) Proses Belajar Mengajar, langkah yang mendasar adalah adanya

komunikasi aktif guru-guru dengan wakil kepala kurikulum yang kemudian oleh

wakil kepala kurikulum disampaikankan kepada kepala madrasah dan untuk

mengetahui hal tersebut, maka peneliti juga menjadikan wakil kepala kurikulum

sebagai informan.

Page 56: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

43

Siswa kelas VIII menjadi sumber utama sebagai subjek dalam penelitian

ini. Peneliti banyak melakukan wawancara dengan siswa untuk mendapatkan

informasi terkait.

Guru bahasa Indonesia juga menjadi sumber utama dalam penelitian ini.

Sebagai sumber utama, peneliti banyak melakukan wawancara dengan guru untuk

mendapatkan informasi yang lebih luas dan komprehensif. Wawancara yang

peneliti lakukan dengan guru-guru merupakan wawancara pamungkas dalam

mengumpulkan data-data sehubungan dengan problematika program literasi

dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.

D. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah suatu cara yang digunakan untuk

mendapatkan data dalam penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan

adalah teknik field research yaitu penulis terjun langsung ke lapangan untuk

memperoleh data yang diperlukan, sedang metode yang digunakan adalah:

1. Observasi

Nasution menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu

pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta

mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.6

Marshall menyatakan bahwa “through observation, the researcher learn

about behavior and the meaning attached to those behavior”. Melalui

observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut.7

Menurut Suparlan, metode pengamatan digunakan untuk memperoleh

informasi mengenai gejala-gejala yang dalam kehidupan sehari-hari dapat

diamati.8

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa

pengamatan dalam konteks penelitian ilmiah adalah studi yang disengaja dan

dilakukan secara sistematis, terencana, terarah pada suatu tujuan dengan

6 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan,(Bandung:Alfabeta, 2012), hal 310.

7 Ibid.

8Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif (Teori dan Praktik), (Jakarta: Bumi

Aksara 2013), hal 149.

Page 57: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

44

mengamati dan mencatat fenomena atau perilaku dan memerhatikan syarat-

syarat penelitian ilmiah. Pada dasarnya, tujuan dari observasi adalah untuk

mendeskripsikan lingkungan yang diamati, aktivitas-aktivitas yang

berlangsung, individu-individu yang terlibat dalam lingkungan tersebut beserta

aktivitas dan perilaku yang dimunculkan, serta makna kejadian berdasarkan

perspektif individu yang terlibat tersebut.

Pengamatan yang akan dilakukan dalam penelitian ini dilakukan pada saat

jam pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di kelas VIII, dan sekitar sekolah

mengenai program literasi yang sedang berlangsung.

2. Wawancara/interview

Estenberg mendefinisikan interview sebagai berikut. “a meeting of two

persons to exchange information and idea through questions and responses,

resulting in communication and joint construction of meaning about a

particular topic”. Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk

bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat

dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.9

Inti dan metode wawancara ini bahwa di setiap penggunaan metode ini

selalu muncul beberapa hal, yaitu pewawancara, responden, materi

wawancara. Pewawancara adalah orang yang menggunakan metode

wawancara sekaligus dia bertindak sekaligus pemimpin dalam proses

wawancara tersebut. Responden adalah orang yang diwawancarai. Responden

adalah orang yang diperkirakan menguasai data, informasi, ataupun fakta dari

suatu objek penelitian. Materi wawancara adalah persoalan yang ditanyakan

kepada responden, berkisar antara masalah dan tujuan penelitian.10

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti

ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang

harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari

responden yang lebih mendalam. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan

9 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan,(Bandung:Alfabeta, 2012), hal 317.

10 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial &Ekomomi,(Jakarta:Kencana 2013), hal

134.

Page 58: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

45

diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya

pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi.

Wawancara akan dilaksanakan di luar jam pelajaran seperti pada jam

istirahat agar tidak mengganggu proses (KBM) Kegiatan Belajar Mengajar.

Wawancara pertama dilakukan kepada kepala madrasah, kemudian wakil

kepala bidang kurikulum, guru bahasa Indonesia, serta 8 orang siswa dari

kelas VIII.

Daftar Pertanyaan Wawancara

Informan Daftar Pertanyaan

Kepala Sekolah (1 Orang) 1. Bagaimana kesiapan tenaga

pendidik dalam pelaksanaan

program literasi?

2. Sejak kapan program literasi

sekolah ini diterapkan?

3. Problematika apa saja yang

ditemukan dalam melaksanakan

program literasi ini?

4. Upaya apa yang dilakukan untuk

mengatasi problematika tersebut?

5. Apa saja bentuk keterlibatan

sekolah dalam mengatasi

problematika tersebut?

6. Bagaimana ketersediaan sarana

dan prasarana dalam mendukung

program literasi ini?

Wakil Kepala bidang Kurikulum (1

Orang)

1. Bagaimana kesiapan tenaga

pendidik dalam pelaksanaan

program literasi?

2. Sejak kapan program literasi

Page 59: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

46

sekolah ini diterapkan?

3. Problematika apa saja yang

ditemukan dalam melaksanakan

program literasi ini?

4. Upaya apa yang dilakukan untuk

mengatasi problematika tersebut?

5. Apa saja bentuk keterlibatan

sekolah dalam mengatasi

problematika tersebut?

6. Bagaimana ketersediaan sarana

dan prasarana dalam mendukung

program literasi ini?

Guru (1 Orang) 1. Persiapan apa saja yang

dilakukan sebelum memulai

proses pembelajaran?

2. Sejak kapan program literasi

diterapkan di sekolah?

3. Apakah program literasi yang

diterapkan disekolah dapat

berjalan dengan baik?

4. Bagaimana kemampuan literasi

siswa pada kelas VIII?

5. Adakah problematika literasi

yang dialami oleh para siswa

kelas VIII?

6. Upaya apa yang dilakukan untuk

mengembangkan literasi pada

siswa?

7. Adakah program-program yang

dilakukan untuk meningkatkan

literasi siswa?

Page 60: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

47

Siswa (8 Orang) 1. Bagaiman perasaan anda menjadi

siswa SMP Muhammadiyah 44

Pamulang?

2. Bagaimana suasana belajar di

kelas yang anda rasakan?

3. Bagaimana pendapat anda

mengenai pembelajaran bahasa

Indonesia?

4. Bagaimana pendapat anda

mengenai literasi dalam

pembelajaran bahasa dan sastra

Indonesia?

5. Apakah anda menyukai kegiatan

membaca dan menulis?

6. Apa manfaat yang anda rasakan

dari kegiatan literasi?

7. Apakah ada masalah dalam

proses pembelajaran bahasa

Indonesia?

8. Bagaimana cara guru dalam

menyampaikan pembelajaran

bahasa Indonesia?

Tabel 3.1. Instrumen Wawancara

3. Angket

Angket adalah salah satu teknik pengumpulan data yang berbentuk

kumpulan pertanyaan atau pernyataan.11

Pada penelitian ini, peneliti

mengajukan pernyataan sebanyak 20 item sebanyak 35 angket. Pada penelitian

angket akan digunakan untuk memperoleh data mengenai problematika serta

solusi program literasi siswa kelas VIII.

11

Hadeli, Metode Penelitian Kependidikan,(Ciputat:Ciputat Press, 2006), hal 75.

Page 61: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

48

Jenis angket yang digunakan pada penelitian ini adalah angket tertutup

yang disajikan dalam bentuk pernyataan dengan pilihan jawaban yang singkat

dalam bentuk skala Likert. Responden diminta untuk memilih salah satu dari

pilihan jawaban yang tersedia sesuai dengan apa yang mereka alami dan

rasakan. Pada penelitian ini, daftar rumusan angket dibuat oleh penulis dan

jawaban angket diberikan dalam bentuk skala Likert dengan empat kategori

yaitu:

1. SS (Sangat Setuju)

2. S (Setuju)

3. KS (Kurang Setuju)

4. TS (Tidak Setuju)

ANGKET LITERASI BAHASA INDONESIA UNTUK SISWA

Identitas Responden

Nama :

Kelas :

Petunjuk

1. Berilah tanda (√) pada salah satu pilihan yang kamu anggap sesuai dengan

keadaanmu yang sebenarnya.

2. Apapun jawaban yang kamu berikan tidak mempengaruhi nilai pelajaran

kamu di sekolah.

Keterangan

SS : Sangat Setuju

S : Setuju

KS : Kurang Setuju

TS : Tidak Setuju

Page 62: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

49

NO PERNYATAAN JAWABAN

SS S KS TS

1. Pelajaran bahasa Indonesia sangat

menyenangkan

2. Saya bersemangat ketika belajar bahasa

Indonesia

3. Guru bahasa Indonesia mampu menciptakan

suasana belajar menjadi menyenangkan

4. Saya suka dengan program literasi yang

diterapkan di sekolah

5. Saya lebih senang membaca dibandingkan

pelajaran lainnya

6. Saya selalu memberikan pendapat tentang

buku yang saya baca.

7. Saya bersedia membaca di depan

kelas tanpa disuruh.

8. Setiap hari saya berupaya menyisihkan

waktu untuk membaca

9. Di waktu luang saya lebih suka membaca

daripada bermain

10. Membaca ketika mendapat tugas

11. Buku bacaan non-fiksi lebih menarik untuk

dibaca

12. Pada saat membaca, saya cenderung

mengabaikan kegiatan lain.

13. Fasilitas yang ada di sekolah sudah

menunjang kegiatan untuk membaca

14. Jika diadakan penghargaan saya akan

Page 63: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

50

semangat membaca

15. Saya bosan dengan genre buku yang saya

baca.

16. Saya selalu ditunjuk guru untuk menjawab

pertanyaan yang berkaitan dengan isi

bacaan.

17. Saya tidak pernah merasa bosan membaca.

18. Saya hanya tertarik dengan buku-buku

tertentu.

19. Apabila ada teman yang memiliki buku

baru, saya akan meminjamnya.

20. Saya senang membaca di perpustakaan

karena bukunya beragam

Gambar 3.2. Instrumen Angket

Pada angket penelitian tersebut, data yang didapatkan penulis dapat dihitung

menggunakan rumus presentase, yaitu: P = F/N x 100%

Keterangan:

P = Angka Presentase

F = Frekuensi jawaban responden

N = Number of cases (Jumlah frekuensi/banyaknya responden)12

4. Dokumen

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen

bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.

Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan

(life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang

12

Anas Sudijono,Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada,

2008), hal. 43.

Page 64: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

51

berbentuk gambar, misalnya foto. Studi dokumen merupakan pelengkap dari

penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.

Dalam hal dokumen Bogdan menyatakan “In most tradition of qualitative

research, the phrase personal document is used broadly to refer to any first

person narrative produced by an individual which describes his or her own

actions, experience and belief”.13

Menurut Bungin, teknik dokumentasi adalah salah satu metode

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian sosial untuk menelusuri

data historis. Pengendalian sumber data lewat studi dokumen menjadi

pelengkap bagi proses penelitian kualitatif.14

Berdasarkan berbagai pengertian

tersebut, dapat disimpulkan bahwa dokumen merupakan sumber data yang

digunakan untuk melengkapi penelitian, baik berupa sumber tertulis, film,

gambar (foto), dan karya-karya monumental, yang semuanya memberikan

informasi bagi proses penelitian.

E. Validitas Data

Dalam penelitian ini, untuk menjamin validitas data yang telah diperoleh,

peneliti menggunakan teknik triangulasi data. Tringulasi diartikan sebagai teknik

pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik

pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.15

Peneliti dalam penelitian

kualitatif harus berusaha mendapatkan data yang valid (kredibel) untuk itu dalam

pengumpulan data peneliti perlu mengandalkan validitas data agar data yang

diperoleh tidak invalid (cacat).

Tringulasi data digunakan sebagai proses memantapkan derajat kepercayaan

dan konsistensi data, serta bermanfaat juga sebagai alat bantu analisis data di

lapangan. Tringulasi bukan bertujuan mencari kebenaran, tetapi meningkatkan

pemahaman peneliti terhadap data dan fakta yang dimiliki.16

Selain itu dalam

13

Op Cit, hal 329 14

Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif (Teori dan Praktik), (Jakarta: Bumi

Aksara 2013), hal 177. 15

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan,(Bandung:Alfabeta, 2012), hal 330. 16

Op Cit, hal 219.

Page 65: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

52

triangulasi dapat ditemukan perbedaan informasi yang dapat merangsang

pemikiran peneliti lebih mendalam lagi. Penelitian ini menggunakan triangulasi

sumber dan triangulasi metode, yaitu sebagai berikut:

1. Tringulasi teknik, peneliti menggunakan teknik pengumplan data yang

berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama.

Gambar 3.1.

Triangulasi Teknik, pengumpulan data (bermacam-macam cara pada

sumber yang sama)

2. Tringulasi sumber, untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-

beda dengan teknik yang sama.

Gambar 3.2.

Tringulasi Sumber, pengumpulan data (satu teknik pengumpulan data pada

bermacam-macam sumber data)17

17

Op Cit, hal 331.

Observasi

Wawancara

Dokumentasi

Sumber data

sama

Wawancara

A

B

C

Angket

Page 66: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

53

Teknik trianglasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

pemeriksaan dengan memanfaatkan penggunaan sumber, berarti membandingkan

dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui

waktu dan alat yang berbeda, dalam hal ini akan diperoleh dengan jalan:

a) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

b) Membandingkan apa yang dikatakan guru dengan apa yang dikatakan

siswa

c) Membandingkan data hasil wawancara dengan data angket

d) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan.

F. Teknik Analisis Data

Setelah data-data terkumpul, selanjutnya dianalisis. Metode analisis yang

digunakan dalam penelitian ini adalah dengan deskriptif yaitu dengan

menganalisis melalui pemikiran yang logis, teliti dan sistematis sehingga

menghasilkan kesimpulan yang tepat.

Bogdan menyatakan bahwa, analisis data adalah proses mencari dan

menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan

lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya

dapat diinformasikan untuk orang lain. Analisis data dilakukan dengan

mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,

menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari, dan

membuat kesimpulan yang akan diceritakan kepada orang lain.18

Dalam penelitian ini analisis yang digunakan adalah analisis interaktif dengan

tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data

Analisis data dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan

setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat

wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang

diwawancarai.. Miles dan Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam

18

Ibid, hal 334.

Page 67: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

54

analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus

menerus sampai tuntas sehingga datanya sudah jenuh.19

2. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan membuang yang tidak perlu.

Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran lebih jelas dan

memudahkan untuk melakukan pengumpulan data.20

Reduksi data dalam tahap akhir, di mana peneliti membuat catatan-

catatan lapangan yang didasarkan pada fokus penelitian. Suatu bentuk

ringkasan amat penting dan diperlukan bagi peneliti untuk menggambarkan

temuan awal, yang ditandai dengan kode-kode tertentu.

3. Penyajian Data

Penyajian data merupakan upaya peneliti untuk menyajikan data

sebagai suatu informasi yang memungkinkan untuk mengambil kesimpulan.21

Peneliti menyajikan data melalui uraian singkat yang bersifat naratif atau

ringkasan dari data yang telah direduksi untuk mendapatkan suatu kesimpulan.

Pada tahap ini merupakan upaya untuk merakit kembali semua data yang

diperoleh dari lapangan selama kegiatan berlangsung.

4. Penarikan kesimpulan atau verifikasi

Kegiatan penarikan kesimpulan atau verifikasi merupakan kegiatan

analisis data pada tahap yang terakhir.22

Pada tahap ini peneliti bermaksud

mencari makna data yang dikumpulkan dengan mencari pola hubungan,

kejadian sebab akibat, persamaan atau perbedaan, susunan deskripsi kata-kata

dan kalimat yang dikumpulkan melalui wawancara, deskripsi hasil interpretasi

dari observasi, hasil dokumentasi, disusun secara teratur. Dari kegiatan ini

dibuat kesimpulan-kesimpulan yang sifatnya masih terbuka, kemudian menuju

19

Ibid,hal 337. 20

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan,(Bandung:Alfabeta, 2012), hal 338. 21

Ibid,hal 341. 22

Ibid, hal 345.

Page 68: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

55

ke yang spesifik/rinci. Kesimpulan akhirnya diharapkan dapat diperoleh

setelah pengumpulan data selesai.

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab

rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak

karena masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih

bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di

lapangan.23

Dari keempat tahapan analisis data tersebut, maka dapat digambarkan

alur analisis data dengan menggunakan model interaktif sebagai berikut:

Gambar 3.3.

Alur analisis data model interaktif (Miles dan Huberman)24

23

Ibid, hal 345. 24

Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif (Teori dan Praktik), (Jakarta: Bumi

Aksara 2013), hal 211.

Pengumpulan

Data

Reduksi Data Penyajian Data

Penarikan

Simpulan

Page 69: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

56

56

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

1. Identitas Sekolah

Nama Sekolah : SMP Muhammadiyah 44

NSS/NDS : 2022803002/20603578

Nomor/tgl izin berdiri : 204/102.Kep/E/84

Terakreditasi : “A”

Penyelenggara : PCM Pamulang

Alamat lengkap sekolah : Jalan Dokter Setiabudi No.40 Pamulang –

Tangerang selatan – Banten, Kode Pos: 15417.

No. Telp: 021.7401355.

Website: tingali/smpmuhammadiyah44.

Email: [email protected].

2. Kepala Sekolah

Nama lengkap (gelar) : Taufiqurrahman, SE

Tempat/tgl lahir : Tangerang, 27 Agustus 1963

NBM/KTAM : 1104687

Pendidikan terakhir : S1

No. SK Pengangkatan : 105/KEP/II.4/F/2013

Tanggal Pengangkatan : 18 Nopember 2013

Tanggal Kadaluarsa SK : 18 Nopember 2107

Penerbit SK : PDM Kota Tangerang selatan

Pelatihan yang diikuti :

a. Pelatihan Kurikulum 2013, di SMP Negeri 11 Kota Tangerang

Selatan (2014)

b. Pelatihan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), di Malang

tanggal 30 Nopember – 06 Desember 2016

c. DIKSUSPALA, Maret 2017, oleh PDM Kota Tangsel

Page 70: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

57

3. Visi, Misi, Tujuan Sekolah

a. Visi Sekolah

“TERCIPTANYA SEKOLAH YANG ISLAMI, KREATIF DAN

BERPRESTASI”

b. Misi Sekolah

a. Menciptakan proses belajar yang seimbang antara “Ilmu Amaliyah dan

Amal Ilmiyah”

b. Menciptakan keimanan dan ketaqwaan serta akhlaq mulia bagi seluruh

warga sekolah dengan sistem pembelajaran Agama Islam terpadu

c. Menciptakan suasana sekolah yang kondusif dalam mendukung

terselenggaranya seluruh aktivitas sekolah

d. Mengedepankan kerjasama dalam menyelesaikan tugas-tugas dan

keguruan

e. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara intensif, inovatif

dan efektif dalam memaksimalkan seluruh potensi yang dimiliki

peserta didik.

f. Mengembangkan sikap aktif serta budaya kompetitif dalam menunjang

prestasi akademik

g. Menunmbuhkembangkan bakat dan prestasi olahraga, seni dan budaya

h. Menciptakan sekolah yang ramah anak dengan budaya 4S (senyum,

salam, sapa, dan saying

i. Menciptakan sekolah yang bersih, indah, teratur dan menyenangkan

j. Menciptakan suasana sekolah yang perduli terhadap pelestarian

lingkungan alam sekitar, sehingga mampu meminimalisir terhadap

terjadinya kerusakan.

c. Tujuan Sekolah

a. Tercapainya tingkat kelulusan 100% dengan rata-rata nilai minimal 7,0

b. Meningkatnya prosentase lulusan yang diterima di sekolah negeri

(SMA/SMK/MA) sekurangnya 60 % dari lulusan

c. Menjuarai berbagai kompetisi OSN, O2SN, FLS2N dan lain-lain

d. Terlaksananya program Taddarus Alqur‟an oleh siswa

Page 71: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

58

e. Terlaksananya program berbagai kegiatan keagamaan seperti:

Bimbingan Baca Tulis Alqur‟an (BTQ), Pesantren Kilat Ramadhan,

Sholat Dzhuhur/Jum‟at/Ashar berjamaah, dan Peringatan Hari-Hari

Besar Keagamaan

f. Terlaksanya kegiatan yang berorientasi kepada jiwa Nasionalisme

siswa seperti peringatan HUT RI, bulan bahasa, Paskibra, Upacara

bendera dan sebagainya.

g. Terlaksananya program 7K (Keamanan, Ketertiban, Keindahan,

Kebersihan, Kenyamanan, Kerindangan, Kekeluargaan) sehingga

sekolah menjadi kondusif

h. Terlaksananya program 4S (senyum, salam, sapa, dan saying)

i. Terlaksananya pelayanan yang optimal kepada semua fihak yang

memerlukan berdasarkan SAS (Sistem Administrasi Sekolah)

j. Tersedianya media pembelajaran standar yang diperlukan.

k. Terjalinnya kerjasama antar warga/keluarga besar sekolah dan

masyarakat lingkungan sekitar

l. Terciptanya lingkungan sekolah yang bersih, indah, teratur dan

menyenangkan

m. Terciptanya pembiasaan bahwa setiap kegiatan apapun tidak dimulai

terlebih dahulu sebelum tempatnya bersih, dan dibersihkan kembali

setelah kegiatan berakhir

n. Terciptanya sekolah yang perduli terhadap lingkungan sekitar,

sehingga dapat meminimalisir terjadinya kerusakan lingkungan.

4. Sarana dan Prasarana

1. Ruangan

NO KETERANGAN JUMLAH LUAS (M2)

1 Ruang Kelas 10 63

2 Ruang Guru 1 63

3 Ruang kepala Sekolah 1 25

Page 72: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

59

4 Ruang Lab Komputer 1 25

5 Ruang Perpustakaan 1 15

6 Ruang Lab Bahasa 1 25

Tabel 4.1. Sarana ruangan SMP Muhammadiyyah 44 Pamulang

2. Peralatan

NO NAMA ALAT JUMLAH KONDISI

1 Komputer 25 3 PC Rusak

2 LCD 2 Baik

3 Alat Olahraga 10 Baik

4 AC 5 Baik

Tabel 4.2. Sarana Peralatan SMP Muhammadiyyah 44 Pamulang

3. Buku

JENIS BUKU JUMLAH JUDUL JUMLAH EKSEMPLAR

BUKU TEKS

PELAJARAN

15 1.895

BUKU FIKSI 273 546

BUKU NON FIKSI 134 268

BUKU

KEAGAMAAN

5 470

JUMLAH 427 2.679

Tabel 4.3. Sarana buku SMP Muhammadiyyah 44 Pamulang

Page 73: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

60

5. FAKTOR PENDUKUNG SEKOLAH

Kepemilikan Tanah : Milik Yayasan

Status Tanah : Wakaf

Luas Lahan/Tanah : 3.625 m²

Luas Tanah Terbangun : 1.625 m²

Luas Tanah Siap Bangun : 2.000 m²

B. Pembahasan dan Hasil penelitian

1. Hasil Pengamatan Proses Belajar Mengajar di Kelas VIII-2

Kegiatan mengamati proses belajar siswa dilakukan pada tanggal

27-28 November 2017. Pengamatan yang dilakukan hanya melihat

guru mengajar dan mengetahui proses pembelajaran bahasa dan Sastra

Indonesia khususnya pada program literasi. Berikut adalah uraian hasil

pengamatan pada tanggal 27 November 2017:

1) Siswa terlihat kurang bersemangat dalam mata pelajaran

bahasa dan Sastra Indonesia

2) Guru lebih berperan aktif dibandingkan dengan siswanya

3) Siswa malu-malu mengajukan pertanyaan

4) Suasana belajar di kelas kurang kondusif

Pengamatan selanjutnya dilakukan pada tanggal 28 November

2017 ketika pada pertemuan sebelumnya guru menugaskan pekerjaan

rumah untuk membaca suatu artikel dan dapat menjelaskan isi dari

artikel tersebut dan diberikan nilai tambahan bagi yang berani dan

benar menjelaskan isi artikel tersebut. Berikut adalah uraian hasil

pengamatan pada tanggal 28 November 2017:

1) Siswa mulai terlihat bersemangat belajara bahasa dan Sastra

Indonesia

2) Siswa lebih berperan aktif

Page 74: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

61

3) Siswa lebih berani mengajukan pertanyaan

4) Suasana belajar terlihat kondusif dan menyenangkan

2. Hasil Wawancara

a. Problematika Program Literasi

Menurut Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 menyatakan

perlunya sekolah menyisihkan waktu secara berkala untuk pembiasaan

membaca sebagai bagian dari penumbuhan budi pekerti, akan tetapi realita

yang terjadi belum semua sekolah menerapkan kegiatan budaya membaca

atau kegiatan literasi. Adapun sekolah yang sudah menerapkan tetapi

belum terlaksana secara optimal. Senada dengan hal tersebut kepala

sekolah dan wakil kepala bidang kurikulum menjelaskan awal program

literasi dilaksanakan pada sekolah SMP Muhammadiyah 44 Pamulang.

(wawancara kepala SMP Muhammadiyyah 44 Pamulang, Kamis 30

November, 2017) beliau mengatakan:

“diawali dulu ya sedikit, untuk program literasi itu memang

kita awali, kita mulai dari raker, raker tahun ajaran baru 2017/2018

bulan Juli yang lalu, nah itu kita sudah menetapkan bahwa di SMP

Muhammadiyah 44 Insyaallah akan melaksanakan program

literasi. Jadi, kalau ditanyakan kapan dimulainya, launchingnya itu

memang bulan Juli, Juli 2017 dan alhamdulillah sekarang sudah

mulai berjalan memang walaupun tadi dikatakan belum maksimal

benar gitu. Nah, biasanya literasi itu dilaksanakan ketika ada jam-

jam kosong gitu, ada jam-jam kosong karena guru tidak hadir atau

gimana daripada mereka gak ada kegiatan dan sebagainya,

biasanya mereka diperintahkan untuk mengunjungi perpustakaan.

Nah, kebetulan di bulan September buku-buku literasi itu buku-

buku bacaan pengayaan bagi anak-anak itu sudah ada, sudah dapet

walaupun sebetulnya program literasi itu tidak tergantung dengan

buku-buku baru, karena itu buku-buku lama ada juga, di koran juga

ada, di internet juga kan ada seperti itu. Jadi kita launching mulai

bulan Juli 2017. Seperti itu.”

Literasi di SMP Muhammadiyyah 44 Pamulang barulah diterapkan

pada tahun ajaran 2017/2018 bulan Juli dan programnya sudah mulai

dijalankan meskipun belum optimal. Siswa diajak ke perpustakaan dan

program ini dilaksanakan selama 15 menit baik di awal jam pelajaran,

pertengahan jam pelajaran, maupun akhir jam pelajaran, program ini

Page 75: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

62

dilaksanakan pada jam-jam kosong atau pun pada kesempatan waktu yang

ada. Buku-buku literasinya pun sudah tersedia. Lebih lanjut dengan

pertanyaan yang sama mengenai awal kegiatan literasi di sekolah tersebut

wakil kepala sekolah bidang kurikulum (wawancara Kamis,30

November,2017) beliau mengatakan:

“Literasi Alhamdulillah sudah dilaksanakan meskipun

belum 100% karena memang baru dilaksanakan pada tahun ajaran

2017/2018 ini, dan buku- buku yang ada di kelas pun baru sedikit.

Kepala sekolah memang sudah menyiapkan buku-buku baru tetapi

kita masih takut menggunakannya dan sayang-sayang karena buku-

buku yang ada saja sudah terlihat rusak apalagi jika semua buku

dikeluarkan, kendala ini karena belum adanya tempat penyimpanan

buku yang baik. Untuk literasi minimal 60% sampai 70% sudah

berjalan meskipun belum maksimal. Di semua kelas tersedia buku-

buku meskipun hanya 10-15 buku, dan literasi ini dilakukan 15

menit sebelum pelajaran dimulai, atau pada jam-jam kosong ketika

kelas tidak diisi oleh guru. Pada intinya literasi itu hanya untuk

reflektif bagi siswa agar tidak jenuh dalam pembelajaran.”

Argumen yang dikemukakan oleh wakil kepala sekolah sama

dengan argumen yang dikemukakan dengan kepala sekolah bahwa literasi

di SMP Muhammadiyyah 44 Pamulang dimulai dari tahun ajaran

2017/2018 dan sudah dilaksanakan sejak bulan Juli. Program literasi ini

juga didukung dengan disediakannya perpustakaan mini dalam kelas, akan

tetapi wakil kepala sekolah enggan memberikan buku-buku yang telah

disediakan kepala sekolah dari bantuan pemerintah dengan alasan takut

buku-bukunya rusak karena belum tersedianya tempat penyimpanan buku

yang baik.

Pada kesempatan yang sama Guru Bahasa Indonesia juga

menjawab mengenai awal program literasi diterapkan di sekolah tersebut.

(wawancara Kamis, 30 November, 2017) beliau mengatakan:

“Literasi memang sudah diterapkan di sekolah ini mulai

dari tahun ajaran ini yaitu tahun ajaran 2016/2017. Program ini

dilakukan mulai dari siswa yang diperintahkan untuk membawa 1

buku untuk dibuatkan perpustakaan mini di dalam kelas. Biasanya

siswa bertukar buku untuk dibaca dan kemudian dipresentasikan di

Page 76: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

63

kelas, dan kebanyakan buku-buku yang dibawa yaitu buku fiksi

seperti cerpen, novel, dan ada juga komik”.

Program literasi di SMP Muhammadiyah 44 Pamulang mulai

dilaksanakan pada bulan Juli 2017 sebagai bentuk wajib yang

diperintahkan oleh pemerintah. Meskipun belum terlaksana secara optimal

tetapi program ini terus dijalankan seperti menyisihkan waktu 15 menit

untuk membaca dan terus mengumpulkan buku bacaan.

Program literasi harus pula disadarkan pada siswa agar mereka

mengetahui manfaat dan tujuan adanya literasi. Pada kesempatan ini

peneliti melakukan wawancara kepada siswa untuk mengetahui

pemahaman siswa mengenai literasi. (Wawancara, Kamis 30 Novemebr

2017 pada siswa kelas VIII yang bernama Pinhan Fatoni) ia mengatakan”

“Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia mengenai literasi,

pembelajarannya cukup menyenangkan karena di situ kita bisa menangkap

informasi yang dibaca. Pembelajaran literasi juga dilaksanakan lebih teliti jadi

lebih mudah dipahami.”

Siswa sudah mulai gemar kegiatan literasi karena ia merasa mendapat

informasi baru dari bacaan yang dibaca olehnya ataupun temannya. Kegiatan

literasi dilaksanakan dengan cara bertukar pikiran sesama teman sehingga buku

yang dibaca dapat lebih mudah dipahami.

Pada kesempatan yang sama peneliti menanyakan mengenai kegemaran

siswa dalam membaca dan menulis. Saat mereka ditanyakan “Apakah kamu

menyukai kegiatan membaca dan menulis?” mereka mengatakan “Ya, karena

dengan membaca kita dapat mengetahui banyak hal. Membaca dalam kegiatan

literasi juga biasanya membaca selain buku pelajaran jadi lebih menarik seperti

membaca novel, cerpen, dan komik.

Penjelasan yang telah dijabarkan tersebut sudah memaparkan mengenai

awal program literasi dan pengetahuan awal mengenai literasi tersebut. Meskipun

gerakan literasi ini baru diterapkan tetapi sudah disambut baik oleh pihak sekolah

Page 77: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

64

SMP Muhammadiyah 44 Pamulang dan berharap agar berjalan dengan baik dan

mampu mencapai tujuan yang diharapkan dari program literasi.

Gerakan literasi diatur Undang-undang mulai dari tahun 2015 dan wajib

diterapkan di sekolah, akan tetapi masih banyak sekolah yang belum bergerak

melaksanakan gerakan tersebut karena dianggap belum adanya kesiapan. Ada

sekolah yang sudah menerapkan tetapi belum berjalan secara maksimal karena

adanya kendala tersebut dan kurangnya kesadaran dalam gerakan literasi.

Pada saat ditanyakan mengenai kesiapan tenaga pendidik dalam

pelaksanaan gerakan literasi, nampaknya memang kurang kesadaran tenaga

pendidik memberikan motivasi dalam kegiatan literasi, mereka menganggap

literasi ini hanya sebagai kegiatan tambahan untuk merefleksi siswa. Hal ini

dinyatakan oleh kepala sekolah mengenai kesiapan tenaga pendidik dalam

pelaksanaan kegiatan literasi. (Wawancara, Kamis 30 November, 2017) beliau

mengatakan:

“Kalau dibikin kesiapan tuh nampaknya baru 60% yaa tenaga

pendidik kita yang sadar untuk memberikan motivasi kepada anak-anak

pentingnya membaca, sehingga artinya masih banyak kendalanya,

kendalanya sepertinya di guru, mereka kurang memberikan dorongan

motivasi, semangat untuk melakukan literasi. Padahal sebetulnya setiap

belajar setiap mata pelajaran pun bisa dimasukkan unsur literasi dulu yaa

sebetulnya yang terkait dengan pelajaran itu, dan saya lihat sekitarnya

60% lah baru yang sudah melaksanakan.”

Kesiapan guru dalam memberikan kesadaran literasi nampaknya baru

60%, artinya masih butuh kesadaran yang lebih serius untuk memotivasi dan

membangun kesadaran literasi pada siswa.

Lebih lanjut wakil kepala memberikan jawaban atas pertanyaan yang sama

mengenai kesiapan tenaga pendidik. (Wawancara, Kamis 30 November 2017)

beliau mengatakan:

“kesiapan guru Alhamdulillah sepertinya memiliki kesiapan yang

bagus, meskipun masih ada juga guru yang belum terlalu paham mengenai

program literasi ini karena memang baru diterapkan. Akan tetapi untuk

Page 78: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

65

pelajaran bahasa Indonesia sendiri nampaknya sudah memiliki kesediaan

seperti diadakannya laporan-laporan bacaan yang telah dilakukan siswa.”

Kesiapan dalam program literasi ini nampaknya belum optimal, kurangnya

sosialisasi program literasi kepada guru dan kurangnya kesadaran guru sebagai

motivator utama di sekolah. Guru merupakan sosok yang sangat menentukan

keberhasilan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Guru yang berkualitas akan

sangat mempengaruhi kualitas pembelajaran di kelas. Peranan guru memiliki

posisi sentral dalam proses pembelajaran. Ada tiga faktor yang mempengaruhi

implementasi kurikulum dalam hal ini keberhasilan guru dalam kegiatan proses

belajar mengajar, yaitu dukungan kepala sekolah, dukungan rekan sejawat guru,

dan dukungan dari dalam guru itu sendiri.

Sesuai dengan yang dinyatakan oleh wakil kepala mengenai kesiapan guru

bahasa Indonesia dalam pelaksanaan literasi, guru menjelaskan kesiapannya

dalam program literasi (Wawancara, Kamis 30 November 2017) beliau

mengatakan:

“Nah, untuk pembelajaran bahasa Indonesia di kelas 8 setiap awal

kegiatan proses pembelajaran biasanya anak diminta untuk melakukan

kegiatan membaca. Hanya, karena memang kegiatan membaca itu

bervariasi. Anak tidak selalu siap dengan kegiatan bahan bacaan yang

mereka gunakan. Emm... kita menggunakan sistem „teacher center’. Di

sini guru yang membacakan sebuah informasi, kemudian melakukan

kegiatan tanya jawab dengan siswa berkaitan dengan materi apa yang

disampaikan dari kegiatan membaca yang mereka simak itu.

Mengapa saya menggunakan „teacher center‟ di situ? Karena satu,

mereka tidak selalu membawa walaupun buku ada di sekolah. Mereka

itu membawa, setiap siswa itu satu buku.”

Metode yang digunakan guru masih bersifat konvensional yaitu dengan

metode tanya-jawab. Siswa hanya terpaku dari apa yang dilakukan oleh guru

sehingga mereka terlihat pasif, seharusnya siswa yang lebih berperan aktif dalam

proses belajar agar siswa mampu mengutarakan kepribadian dan kemampuannya.

Mengenai pembelajaran bahasa Indonesia yang biasanya dianggap

membosankan oleh para siswa, seharusnya guru mampu menciptakan ruang kelas

bahasa yang kreatif dan berinovatif. Saat ditanyakan mengenai keadaan

Page 79: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

66

pembelajaran bahasa Indonesia, siswa mengatakan membutuhkan ruang kelas

yang tidak membosankan. (Wawancara, Kamis 30 November 2017 kelas VIII

yang bernama Kesya Mahelia) ia mengatakan:

“terkadang bosen mendengarkan penjelasan guru terus karena saya

lebih suka maju ke depan kelas karena itu lebih seru dan tidak bikin

ngantuk.

Kadang menyenangkan saat mengadakan permainan mengenai materi

pelajaran, dilanjutkan penjelasan dan latihan. Tetapi kebanyakan guru

yang ngomong di depan kelas dan menulis materi di papan tulis dan

sedikit melakukan tanya jawab.”

Pembelajaran bahasa Indonesia memang dianggap membosankan oleh

kebanyakan siswa karena mungkin memang faktor guru yang belum mampu

menerapkan strategi Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Menyenangkan Gembira

dan Berbobot (PAIKEM GEMBROT) di ruang kelas. Akan tetapi semua ini

bukanlah kesalahan sepihak yang terjadi pada guru, kendala atau problematika ini

juga dapat terjadi pada siswa dan sistem kurikulum. Lebih lanjut dijelaskan

mengenai problematika dari literasi pada pembelajaran bahasa Indonesia yang

dijelaskan oleh Wakil Kepala Sekolah (Wawancara, Kamis 30 November 2017)

beliau mengatakan:

“Sebenarnya kalau membicarakan problematika itu pasti ada saja,

mulai dari guru yang kesulitan menghadapi siswa yang diuji dengan

kenakalan siswa sehingga membuat goyah kesabaran. Kedua dari

rendahnya minat membaca siswa, siswa tidak akan membaca bila ia tidak

diperintahkan, padahal literasi ini sebagai bentuk refleksi yang dapat

dilakukan dengan senang hati agar informasi yang diperoleh dapat

tersampaikan. Ketiga mengenai kurikulum, baru mulai memahami tetapi

berubah lagi, begitu seterusnya. Seperti pada tahun 2016 kemarin yang

mulai menerapkan kurikulum 2013 dengan format yang berbeda dengan

sekarang dan disulitkan dengan penilaian. Teori pembelajaran dan model-

model pembelajaran yang harus dilakukan itu sangat berbeda dengan

praktek yang dilakukan di kelas. Pada kurikulum ini juga disarankan

menerapkan cara belajar yang efektif dengan jumlah minim siswa 25 lebih

kurang 25 orang per kelas, tetapi hal ini sangat sulit diterapkan apalagi di

sekolah swasta yang biasanya 1 kelas bisa mencapai 35 sampai 40 siswa

dengan proses KBM yang dimulai dari jam 06.30 sampai waktu ashar,

dengan jam belajar efektif yang dimulai dari jam 07.00 sampai 14.20.”

Page 80: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

67

Menurut wakil kepala sekolah, problematika literasi yang dihadapi terletak

dari siswa dan kurikulum. Kenakalan siswa yang membuat goyah kesabaran guru

dalam menyampaikan, menjadi seorang guru haruslah mempunyai kesabaran yang

besar karena dalam kelas ia tidak hanya menghadapi 1 atau 2 orang siswa saja

tetapi 35 sampai 40 siswa dan menjadi guru haruslah memiliki keikhlasan agar

ilmu yang disampaikan dapat tersalurkan. Selain mengenai kenakalan siswa,

rendahnya minat membaca siswa juga menjadi problematika literasi, siswa tidak

akan bergerak membaca apalagi menulis jika tidak diberikan tugas dan paksaan.

Kurikum yang terus direvisi juga menjadi problematika literasi karena sistem

aturan dan program-program yang terus diubah dan direvisi.

Guru sendiri menjelaskan mengenai problematika literasi dalam

pembelajaran bahasa Indonesia, ia mengatakan bahwa problematika ini

sebenarnya masalah bagi semua pihak yang terkait. (Wawancara, Kami 30

November 2017) beliau mengatakan:

“Nah, ini adalah satu pr sebetulnya, satu pr baik untuk guru, untuk

pemerintah, untuk sekolah juga karena ini kalau menurut saya ini bukan

tanggung jawab guru saja. Berkaitan literasi ini harus semua pihak

mendukung dari mulai guru, sekolah, pemerintah daerah, pemerintah

pusat, sekalipun gitukan? Daerah di sini berkaitan dengan kota kabupaten

atau pemerintah pusat lingkupnya provinsi gitu ya, itu harus punya

peranan karena kalau hanya dari satu elemen saja itu tidak bisa mencapai

target yang di tetapkan.”

Guru bahasa Indonesia mengemukakan bahwa literasi ini merupakan

tanggung jawab bagi semua pihak yang terkait seperti guru, sekolah, pemerintah

pusat maupun pemerintah daerah agar literasi dapat terlaksana dengan baik dan

mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Selanjutnya beliau menambahkan:

“Anak itu lebih senang melihat daripada disuruh membaca, jadi

sebenarnya kesadaran membaca ini harus sudah dibina sejak usia dini dan

orang tua pun harus ikut berperan aktif dalam pengembangan membaca

pada anak. Seharusnya untuk lebih disadarkan lagi bahwa membaca

merupakan perintah Allah yang utama yaitu iqra.”

Page 81: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

68

Saat ditanyakan mengenai antara kegemaran membaca atau menulis, siswa

lebih memilih menulis, berikut jawaban (wawancara Kamis 30 November pada

siswa kelas VIII yang bernama Kholif) ia mengatakan:

“Kalau ditanyakan lebih memilih membaca atau menulis

sepertinya lebih enak menulis karena bisa mengekspresikan diri dan

mengarang bebas, ketimbang membaca yang bikin lelah dan ngantuk.”

Pernyataan siswa tersebut juga menunjukkan bahwa rendahnya minat

membaca, mereka lebih memilih kegiatan menulis dibandingkan dengan

membaca. Padahal mahir menulis adalah lanjutan dari kegiatan membaca karenga

dengan membaca mereka dapat inspirasi untuk menulis. Mereka menganggap

bahwa membaca suatu hal yang membosankan dan melelahkan dibandingkan

dengan menulis yang dapat dilakukan dengan sesuka hati.

Selain pendapat guru dan wakil Kepala Sekolah, siswa juga mengeluhkan

problematika literasi yang terjadi yaitu mengenai ketersediaan buku dan cara guru

yang kurang menarik. (Wawancara Kamis 30 November pada kelas VIII-2 yang

bernama Shifana) ia mengatakan:

“kegiatan literasi yang ada sepertinya masih seperti itu saja, baca-

baca buku yang ada di dalam kelas, bertukar dengan teman, tetapi bosan

karena bukunya sama. Mungkin literasi akan lebih menarik pada

pembelajaran bahasa Indonesia jika dilakukan dengan game, tidak hanya

mendengarkan penjelasan dan diberikan tugas.”

Siswa menginginkan buku yang tersedia lebih beragam agar mereka lebih

banyak membaca. Selain buku yang menarik mereka juga menginkan agar

pelajaran bahasa Indonesia dilakukan dengan cara yang tidak membosankan

seperti diadakannya game diselang pelajaran.

Pemaparan tersebut menjelaskan mengenai problematika yang terjadi pada

pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia yaitu terjadi karena rendahnya minat

membaca siswa dan kurang tepatnya strategi yang diterapkan oleh guru serta

kurikulum yang terus berubah. Adapun problematika program literasi yang terjadi

di sekolah Muhammadiyyah 44 Pamulang ini dijelaskan oleh Kepala Sekolah

(wawancara Kamis, 30 November 2017), beliau mengatakan:

Page 82: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

69

“Siswa itu tergantung gurunya, anak itu kalau tidak dipaksa

membaca ya tidak akan membaca. Jadi guru itu harus mampu memotivasi

secara ekstra kepada siswa agar mereka menjadi terbiasa dan tidak merasa

beban.”

Pernyataan kepala sekolah kembali menuntut guru, siswa itu tergantung

dengan apa yang dilakukan oleh gururnya. Guru dituntut untuk lebih ekstra

memotivas agar siswa termotivasi membaca dan mencintai buku dalam arti terus

mencari informai dari bacaan. Selanjutnya beliau menambahkan mengenai

ketersediaan buku-buku untuk program literasi di sekolah SMP Muhammadiyyah

44 Pamulang:

“mengenai ketersediaan buku Insyaallah sudah memenuhi

persyaratan. Buku-buku itu terdiri dari bacaan-bacaan yang edukatif, baik

itu buku cerita fiksi dan non-fiksi itu ada, lengkap dan jika digiring,

dituntun anak-anak, insyaallah itu sebetulnya sudah memenuhi

persyaratan.”

Kepala sekolah sudah memfasilitasi dalam bentuk ketersediaan buku yang

terdiri dari buku fiksi dan non fiksi yang dapat dimanfaatkan untuk siswa.

Berbeda dengan pendapat Kepala Sekolah, wakil Kepala Sekolah menganggap

bahwa ketersediaan buku menjadi problematika dalam program literasi

(Wawancara Kamis, 30 November 2017), beliau mengatakan:

“Problematika pertama yaitu pada ketersediaan buku yang belum

juga ada, saya juga belum tahu apakah buku yang diberikan kepala sekolah

itu adalah buku sekolah atau bantuan dari pemerintah pusat dan buku-buku

itupun memang juga belum dipergunakan. Kendala berikutnya yaitu pada

tempat penyimpanan buku yang belum tersedia, dan kendala selanjutnya

pada sisi keamanan buku yang dirusak oleh siswa yang tidak dapat

menjaga dan merawat buku-buku.”

Pernyataan bertolak belakang dinyatakan oleh wakil kepala sekolah bahwa

belum adanya ketersediaan buku. Beliau juga menambahkan mengenai program

literasi yang sedang berlangsung:

“Menurut saya karena literasi itu hanya sebagai bentuk reflektif

jadi tidak dijadikan tolok ukur pada siswa. Kemampuan baca sampai saat

ini Alhamdulillah 40%-50% itu sudah dikatakan lumayan, meskipun telah

Page 83: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

70

dikatakan bahwa membaca pada masa kini tidak harus dari buku tetapi

juga dapat dilakukan pada media digital seperti pada gawai yang dapat

membaca ebook. Dan karena program ini juga baru diterapkan jadi

pembiasaan ini juga belum dapat terlihat jelas problematikanya.”

Mengenai ketersediaan buku, kepala sekolah dan wakil kepala berbicara

yang berbeda, kepala sekolah mengatakan jika buku-buku literasi sudah tersedia

dan siap untuk digunakan, akan tetapi wakil kepala menganggap bahwa

ketersedian buku belum kunjung ada, yang ada hanyalah buku sekolah dan buku

bawaan siswa. Problematika lain yang diakui oleh wakil kepala ialah bahwa buku-

buku baru belum dipergunakan karena takut rusak mengingat sisi keamanan yang

rendah.

b. Solusi Program Literasi

Guna mengoptimalkan kegiatan literasi pada umumnya diperlukan

berbagai upaya sebagai solusi untuk mengatasi problematika yang ada. Upaya ini

haruslah dilakukan pada semua pihak yang terkait. Penumbuhkembangan budaya

literasi harus dilakukan secara sistematis (terencana, terus-menerus, dan dapat

dievaluasi) dengan menggunakan metode yang efektif dan efisien. Upaya itu

harus ditempatkan secara tidak terpisahkan dengan aktivitas berbagai sektor

kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, upaya menumbuhkan budaya literasi

merupakan tanggung jawab bersama seluruh komponen atau eksponen

masyarakat, mulai dari institusi sosial paling kecil (rumah tangga) sampai ke

institusi paling besar (pemerintah), seperti yang ditegaskan oleh Guru bahasa

Indonesia SMP Muhammadiyyah 44 Pamulang (wawancara Kamis 30 November,

2017)

“Nah, ini adalah satu pr sebetulnya, satu pr baik untuk guru, untuk

pemerintah, untuk sekolah juga karena ini kalau menurut saya bukan

tanggung jawab guru saja. Berkaitan literasi ini harus semua pihak

mendukung dari mulai guru, sekolah, pemerintah daerah, pemerintah

pusat, sekalipun. Daerah di sini berkaitan dengan kota kabupaten atau

pemerintah pusat lingkupnya provinsi gitu ya, itu harus punya peranan

karena kalau hanya dari satu elemen saja itu tidak bisa mencapai target

yang di tetapkan.”

Page 84: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

71

Adapun upaya yang dilakukan sekolah menurut Kepala Sekolah SMP

Muhammadiyyah 44 Pamulang, dengan cara membenahi gurunya terlebih dahulu

karena guru merupakan panutan dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar. Guru

merupakan pemeran utama kegiatan pembelajaran yang berinteraksi langsung

dengan peserta didik dalam proses belajar mengajar. Berhasil tidaknya upaya

peningkatan kualitas pendidikan banyak ditentukan oleh kemampuan yang ada

pada guru dalam mengemban tugas pokok sebagai pengelola kegiatan

pembelajaran di kelas. Pentingnya peranan guru maka sudah sepatutnya guru

memiliki kompetensi yang sesuai dengan tuntutan profesi. (wawancara Kepala

Sekolah Kamis, 30 November, 2017):

“Saya memberikan bimbingan kepada guru-guru. Kita di sini ada

sebulan sekali evaluasi kegiatan-kegiatan sekolah, KBM dan sebagainya

itu di antaranya selalu saya bahas tentang literasi, memberikan dorongan

kepada guru agar mengawal, dikawal kegiatan literasi ini, yang dinamakan

dengan pembiasaan. Pembiasaan di sini banyak, ada pembiasaan tahfidz

qur‟an, shalat berjamaah, shalat dhuha, termasuk literasi didalamnya. Itu

sering kita berikan dorongan kepada guru, kita motivasi, kita panggil agar

mengawal kegiatan ini.”

Bentuk upaya yang dilakukan oleh kepala sekolah yaitu dengan

mengadakannya bimbingan kepada guru yang dilakukan setiap bulan untuk terus

mengawal kegiatan „pembiasaan‟ dan literasi termasuk dalam kegiatan

pembiasaan itu. Guru ditugaskan untuk terus memotivasi agar siswa lebih

mencintai buku dan bacaan agar pengetahuan mereka lebih luas.

Pada kesempatan yang sama beliau menambahkan:

“Sebetulnya setiap guru dalam mengajar berupaya semaksimal

mungkin menerapkan (PAIKEM) Pembelajaran yang Aktif, Inovatif,

Kreatif dan Menyenangkan dan juga mencoba melakukan penataan kelas

secara menarik dan atraktif, metode belajar yang tidak monoton,

kurangnya kreasi dan inovasi sehingga anak-anak tidak bosan belajar di

kelasnya, akan tetapi terkadang semua itu tidak sesuai dengan kenyataan

di kelas yang harus mempunyai bekal kesabaran ekstra dalam menghadapi

siswa dengan karakter berbeda. Upaya utama yang saya lakukan ini

ditujukan untuk gurunya terlebih dahulu untuk mampu menghadapi situasi

kelas serta terus memotivasi siswa untuk lebih giat lagi dalam membaca

atau berliterasi karena membaca akan mampu mengubah diri mereka.”

Page 85: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

72

Guru selalu berusaha semaksimal mungkin dalam hal mendidik akan tetapi

semua yang diharapkan terkadang tidak sesuai dengan realitas yang dihadapi

dikelas, itulah sebabnya bimbingan untuk para guru pun penting untuk dilakukan

agar guru mampu menghadapi situasi kelas dalam keadaan apa pun.

Beliau menambahkan:

“bentuk upaya dalam program literasi ini yaitu dengan

diadakannya perpustakaan mini dalam kelas yang diharapkan mampu

menjadi bahan bacaan bagi para siswa. Serta diadakannya lomba-lomba

pada bulan bahasa seperti lomba membaca puisi agar siswa lebih

terdorong lagi dalam belajar berbahasa.”

Partisipasi aktif guru untuk meningkatkan minat baca siswa sangat

diperlukan. Guru harus memberikan contoh gemar membaca dan memiliki

kemampuan membaca yang baik. Guru diharapkan dapat berperan sebagai figur

percontoh. Selain itu, guru harus aktif menyediakan bahan bacaan dan juga secara

aktif meningkatkan kemampuan membaca para siswa.

Bentuk upaya lain yang dilakukan sekolah ialah membuatkan

perpustakaan mini dalam kelas yang dipertegas oleh Wakil Kepala Sekolah

(wawancara Kamis 30 November 2017) sebagai berikut:

“kita telah membuatkan perpustakaan mini di dalam kelas Prinsip

dasar kegiatan ini adalah mendekatkan buku pada diri siswa. Guru

menempatkan sejumlah buku (misalnya 50 judul dan jumlahnya bisa

disesuaikan) di sudut ruang kelas yang telah disediakan. Buku itu dapat

ditempatkan dalam almari atau rak buku. Guru juga menyediakan buku

pinjam. Selanjutnya, siswa ditugasi membaca dan membuat ringkasan atau

sinopsisnya dalam buku yang telah ditentukan. Untuk melatih tanggung

jawab siswa, guru meminta siswa untuk mencatatkan judul buku yang

dipinjam, tanggal pinjam, dan tanggal kembali pada buku pinjam yang

telah disediakan. Jika dalam jangka waktu tertentu buku-buku itu telah

dibaca oleh siswa, guru menggantinya dengan buku lainnya.”

Upaya lain yang dilakukan unuk mengembangkan literasi yaitu dengan

disediakannya perpustakaan mini dalam kelas dengan tujuan agar siswa lebih

dekat dengan buku. Buku-buku yang tersedia dalam perpustakaan mini ini bersal

dari siswa yang diperintahkan untuk membawa buku bacaan baik fiksi maupun

non fiksi.

Page 86: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

73

Membaca tidak hanya dilakukan di ruang lingkup sekolah, membaca dapat

dilakukan di mana dan kapan saja. Jadi bukan hanya tugas seorang guru atau pun

sekolah dalam memotivasi siswa untuk gemar membaca, akan tetapi peran orang

tua pun harus aktif dalam memotivasi serta memperhatikan kegiatan membaca

atau literasi pada anak. Upaya lain yang dilakukan oleh guru guna meningkatkan

kemampuan literasi pada siswa yaitu dengan mengadakan laporan bacaan. Hal ini

dikatakan guru (wawancara Kamis 30 November, 2017) sebagai berikut:

“Saya punya program, programnya dengan membuat laporan buku.

Jadi, setiap dua minggu sekali walaupun itu sangat sulit, mereka harus

mempunyai laporan bacaan buku yang sudah mereka baca. Mereka dapat

menuliskan resensi dari buku yang telah dibaca dan dibacakan di depan

kelas.”

Upaya lain yang dilakukan dengan guru bahasa Indonesia yaitu dengan

dengan mengadakannya program bacaan dengan membuat buku laporan bacaan,

diadakannya buku laporan bacaan ini dengan tujuan agar siswa benr-benar

melakukan kegiatan membaca karena laporan ini tidak hanya dikupulkan, tetapi

juga dipresentasikan.

Siswa mampu dengan diawali tugas dan paksaan, akan tetapi lama

kelamaan mereka akan terbiasa dan tidak menganggap bahwa itu sebagai suatu

beban untuk mereka. Hadiah atau penghargaan juga dapat dijadikan upaya dalam

meningkatkan kemampuan literasi pada siswa, seperti pada pernyataan siswa

kelas VIII-3 (wawancara Kamis 30 November, 2017):

“tidak semua siswa mempunyai hobi gemar membaca, tetapi kalau

diberikan hadiah atau penghargaan mungkin yang tadinya malas membaca

akan berupaya untuk rajin membaca, di sekolah ini belum pernah

diadakannya penghargaan dalam hal literasi tersebut.”

Siswa berharap diadakannya sayembara membaca atau adanya penghargaan

agar lebih termotivasi dalam berliterasi. Hal ini mulai dilakukan dari diadakannya

lomba-lomba membaca seperti membaca puisi, atau teks-teks tertentu.

Page 87: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

74

3. Hasil Angket

Data yang sudah dikumpulkan selama proses penelitian berlangsung,

kemudian dianalisis untuk dapat menarik sebuah kesimpulan. Pengolahan data

yang diperoleh dari angket diolah dalam bentuk tabel persentase dengan

menggunakan rumus:

P= F/N X 100%

Keterangan:

P = Persentase (%)

F = Frekuensi (jawaban responden terhadap salah satu alternatif jawaban

N = Number of Case (jumlah responden)

Berikut adalah pembahasan hasil angket penelitian literasi bahasa

Indonesia terhadap siswa kelas VIII-2 dengan bentuk pertanyaan tertutup model

Likert Style Format, rating scales. Analisis tabel berikut berdasarkan pada urutan

nomor satu sampai dua puluh dari pernyataan yang terdapat pada angket.

Ketereangan:

SS : Sangat Setuju

S : Setuju

KS : Kurang Setuju

TS : Tidak Setuju

Tabel 4.4

Pelajaran Bahasa Indonesia sangat menyenangkan

No Alternatif Jawaban F %

SS 2 5.7%

Page 88: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

75

1

S 17 48%

KS 15 42%

TS 1 2.8%

Berdasarkan pada perhitungan tabel di atas diperoleh sebanyak 5.7% siswa

menjawab sangat setuju, 48% menjawab setuju, 42% menjawab kurang setuju dan

2.8% menjawab tidak setuju. Hal ini berarti setengah dari siswa setuju terhadap

pelajaran bahasa Indonesia dan setengah lagi kurang setuju terhadap pelajaran

bahasa Indonesia, dan hanya 1 siswa yang tidak setuju dengn pelajaran bahasa

Indonesia.

Tabel 4.5

Saya bersemangat ketika belajar bahasa Indonesia

No Alternatif Jawaban F %

2

SS 0 0%

S 21 60%

KS 13 37%

TS 1 2.8%

Berdasarkan pada perhitungan tabel di atas diperoleh sebanyak 0% siswa

menjawab sangat setuju, 60% siswa menjawab setuju, 37% siswa menjawab

kurang setuju dan 2.8% siswa menjawab tidak setuju. Hal ini berarti lebih banyak

siswa yang setuju dan bersemangat ketika belajar bahasa Indonesia dan hanya

sedikit yaitu 1 orang yang tidak setuju dan tidak bersemangat ketika belajar

bahasa Indonesia.

Page 89: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

76

Tabel 4.6

Guru bahasa Indonesia mampu menciptakan suasana belajar menjadi

menyenangkan

No Alternatif Jawaban F %

3

SS 1 2.8%

S 16 45%

KS 16 45%

TS 2 5.7%

Berdasarkan pada perhitungan tabel di atas diperoleh sebanyak 2.8% siswa

menjawab sangat setuju, 45% siswa menjawab setuju, 45% siswa menjawab

kurang setuju dan 5.7% siswa menjawab tidak setuju. Hal ini berarti siswa yang

menjawab setuju dan kurang setuju seimbang yang menganggap bahwa guru

bahasa Indonesia belum mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan

bagi semua siswa.

Tabel 4.7

Saya suka dengan program literasi yang diterapkan di sekolah

No Alternatif Jawaban F %

4

SS 4 11%

S 18 51%

KS 10 28%

TS 3 8.5%

Berdasarkan perhitungan tabel di atas diperoleh 11% siswa menjawab

sangat setuju, 51% siswa menjawab setuju, 28% siswa menjawab kurang setuju,

dan 8.5% siswa menjawab tidak setuju. Hal ini berarti program literasi disambut

dan diterima baik oleh siswa karena jawaban setuju lebih dominan.

Page 90: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

77

Tabel 4.8

Saya lebih senang membaca dibandingkan dengan pelajaran lainnya

No Alternatif Jawaban F %

5

SS 0 0%

S 14 40%

KS 18 51%

TS 3 8.5%

Berdasarkan perhitungan tabel di atas diperoleh 0% siswa menjawab

sangat setuju, 40% siswa menjawab setuju, 51% siswa menjawab kurang setuju,

dan 8.5% siswa menjawab tidak setuju. Hal ini berarti kegiatan membaca kurang

diminati dibandingkan dengan peajaran lainnya karena siswa lebih banyak

menjawab kurang setuju dibandingkan dengan setuju.

Tabel 4.9

Saya selalu memberikan pendapat tentang buku yang saya baca

No Alternatif Jawaban F %

6

SS 2 5.7%

S 8 22%

KS 19 54%

TS 6 17%

Berdasarkan perhitungan tabel di atas diperoleh 5.7% siswa menjawab

sangat setuju, 22% siswa menjawab setuju, 54% siswa menjawab kurang setuju,

Page 91: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

78

dan 17% siswa menjawab tidak setuju. Hal ini berarti banyak siswa yang kurang

setuju ketika dimintai pendapat tentang buku yang ia baca.

Tabel 4.10

Saya bersedia membaca di depan kelas tanpa disuruh

No Alternatif Jawaban F %

7

SS 2 5.7%

S 3 8.5%

KS 13 37%

TS 17 48%

Berdasarkan perhitungan tabel di atas diperoleh 5.7% siswa menjawab

sangat setuju, 8.5% siswa menjawab setuju, 37% siswa menjawab kurang setuju

dan 48% siswa menjawab tidak setuju. Hal ini berarti sifat malu-malu siswa tinggi

dan tingkat keberanian siswa rendah ketika diminta untuk membaca di depan

kelas tanpa disuruh.

Tabel 4.11

Setiap hari saya berupaya menyisihkan waktu untuk membaca

No Alternatif Jawaban F %

8

SS 1 2.8%

S 9 25%

KS 19 54%

TS 6 17%

Berdasarkan perhitungan tabel di atas diperoleh 2.8% siswa menjawab

sangat setuju, 25% siswa menjawab setuju, 54% siswa menjawab kurang setuju,

dan 17% siswa menjawab tidak setuju. Hal ini berarti menunjukan bahwa minat

Page 92: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

79

membaca siswa masih tergolong rendah, terbukti dari jawaban kurang setuju

siswa untuk menyisihkan waktu membaca.

Tabel 4.12

Di waktu luang saya lebih suka membaca daripada bermain

No Alternatif Jawaban F %

9

SS 0 0%

S 6 17%

KS 23 65%

TS 6 17%

Berdasarkan perhitungan tabel di atas diperoleh 0% siswa menjawab

sangat setuju, 17% siswa menjawab setuju, 65% siswa menjawab kurang setuju,

dan 17% siswa menjawab tidak setuju. Hal ini berarti minat membaca siswa

memang masih rendah terbukti dengan jawaban dominan terhadap kurang setuju

dan 0% jawaban sangat setuju.

Tabel 4.13

Membaca ketika mendapat tugas

No Alternatif Jawaban F %

10

SS 6 17%

S 20 57%

KS 7 20%

TS 2 5.7%

Page 93: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

80

Berdasarkan perhitungan tabel di atas diperoleh 17% siswa menjawab

sangat setuju, 57% siswa menjawab setuju, 20% siswa menjawab kurang setuju,

dan 5.7% siswa menjawab tidak setuju. Hal ini berarti mereka membaca jika

adanya paksaan atau tugas yang diberikan.

Tabel 4.14

Buku bacaan non-fiksi lebih menarik untuk dibaca

No Alternatif Jawaban F %

11

SS 4 11%

S 14 40%

KS 13 37%

TS 4 11%

Berdasarkan perhitungan tebel di atas diperoleh 11% siswa menjawab

sangat setuju, 40% siswa menjawab setuju, 37% siswa menjawab kurang setuju,

dan 11% siswa menjawab tidak setuju. Hal ini berarti siswa lebih tertarik untuk

membaca buku non-fiksi dan banyak juga siswa yang tertarik pada buku bacaan

fiksi.

Tabel 4.15

Pada saat membaca, saya cenderung mengabaikan kegiatan lain

No Alternatif Jawaban F %

12

SS 4 11%

S 17 48%

KS 7 20%

TS 7 20%

Page 94: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

81

Berdasarkan perhitungan tabel di atas diperoleh 11% siswa menjawab

sangat setuju, 48% siswa menjawab setuju, 20% siswa menjawab kurang setuju,

dan 20% siswa menjawab tidak setuju. Hal ini berarti bahwa saat membaca sikap

individualis siswa tinggi dan cenderung mengabaikan kegiatan lain karena

kegiatan membaca merupakan kegiatan yang dilakukan secara individu.

Tabel 4.16

Fasilitas yang ada di sekolah sudah menunjang kegiatan untuk membaca

No Alternatif Jawaban F %

13

SS 3 8.5%

S 13 37%

KS 18 51%

TS 1 2.8%

Berdasarkan perhitungan tabel di atas diperoleh 8.5% siswa menjawab

sangat setuju, 37% siswa menjawab setuju, 51% siswa menjawab kurang setuju,

dan 2.8% siswa menjawab tidak setuju. Hal ini berarti fasilitas di sekolah belum

sepenuhnya menunjang dalam kegiatan membaca.

Tabel 4.17

Jika diadakan penghargaan saya akan semangat membaca

No Alternatif Jawaban F %

14

SS 14 40%

S 10 28%

KS 10 28%

TS 1 2.8%

Berdasarkan perhitungan tabel di atas diperoleh 40% siswa menjawab

sangat setuju, 28% siswa menjawab setuju, 28% pula siswa menjawab kurang

setuju dan 2.8% siswa menjawab tidak setuju. Hal ini berarti siswa sangat

Page 95: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

82

mengharapkan adanya penghargaan dari kegiatan literasi agar mereka merasa

termotivasi dan tertantang.

Tabel 4.18

Saya bosan dengan genre buku yang saya baca

No Alternatif Jawaban F %

15

SS 5 14%

S 14 40%

KS 13 37%

TS 3 8.5%

Berdasarkan perhitungan tabel di atas diperoleh 14% siswa menjawab

sangat setuju, 40% siswa menjawab setuju, 37% siswa menjawab kurang setuju,

8.5% siswa menjawab tidak setuju. Hal ini berarti genre buku yang tersedia di

sekolah belum beragam dan masih dengan buku yang sama.

Tabel 4.19

Saya selalu ditunjuk guru untuk menjawab pertanyaan yang berkaitan

dengan isi bacaan

No Alternatif Jawaban F %

16

SS 0 0%

S 5 14%

KS 24 68%

TS 6 17%

Page 96: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

83

Berdasarkan perhitungan tabel di atas diperoleh 0% siswa menjawab

sangat setuju, 14% siswa menjawab setuju, 68% siswa menjawab kurang setuju,

dan 17% siswa menjawab tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa suasana

kegiatan literasi belum begitu hidup dan masih berpusat pada guru.

Tabel 4.20

Saya tidak pernah merasa bosan membaca

No Alternatif Jawaban F %

17

SS 1 2.8%

S 7 20%

KS 22 62%

TS 5 14%

Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh 2.8% siswa menjawab sangat

setuju, 20% siswa menjawab setuju, 62% siswa menjawab kurang setuju, dan 14%

siswa menjawab tidak setuju. Hal ini juga membuktikan bahwa rendahnya minat

membaca siswa.

Tabel 4.21

Saya hanya tertarik dengan buku-buku tertentu

No Alternatif Jawaban F %

18

SS 15 42%

S 16 45%

KS 4 11%

TS 0 0%

Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh 42% siswa menjawab sangat

setuju, 45% siswa menjawab setuju, 11% siswa menjawab kurang setuju, dan 0%

siswa menjawab tidak setuju. Hal ini berarti bahwa siswa belum mampu

Page 97: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

84

menerima informasi dari semua sumber informasi yang ada, mereka hanya tertarik

pada buku bacaan tertentu.

Tabel 4.22

Apabila ada teman yang memiliki buku baru, saya akan meminjamnya

No Alternatif Jawaban F %

19

SS 3 8.5%

S 10 28%

KS 14 40%

TS 8 22%

Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh 8.5% siswa menjawab sangat

setuju, 28% siswa menjawab setuju, 40% siswa menjawab kurang setuju, dan 22%

siswa menjawab tidak setuju. Hal ini berarti menunjukan rendahnya daya tarik

siswa terhadap buku bacaan.

Tabel 4.23

Saya senang membaca di perpustakaan karena bukunya beragam

No Alternatif Jawaban F %

20

SS 1 2.8%

S 12 34%

KS 19 54%

TS 3 8.5%

Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh 2.8% siswa menjawab sangat

setuju, 34% siswa menjawab setuju, 54% siswa menjawab kurang setuju dan 8.5%

Page 98: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

85

siswa menjawab tidak setuju. Hal ini berarti memang masih kurang tersedianya

buku-buku yang ada dalah hal menunjang literasi.

Berdasarkan hasil perhitungan angket yang telah dilakukan, banyak yang

menunjukan bahwa rendahnya minat membaca siswa yang menjadi problematika

dalam literasi.

4. Hasil Data Studi Dokumentasi

Peneliti menemukan beberapa dokumen dari hasil penelitian di lapangan

berupa: profil sekolah, data guru, data siswa, dan beberapa foto dalam kegiatan

penelitian. Berikut adalah hasil dokumentasi yang peneliti dapatkan.

Gambar 1. Kegiatan wawancara kepada Kepala Sekolah

Foto tersebut diambil ketika melakukan wawancara kepada Kepala Sekolah

SMP Muhammadiyyah 44 Pamulang.

Page 99: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

86

Gambar 2

Kegiatan wawancara kepada Wakil Kepala Sekolah SMP Muhammadiyyah 44

Pamulang

Foto ini diambil ketika melakukan wawancara kepada wakil kepala sekolah

SMP Muhammadiyyah 44 Pamulang.

Page 100: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

87

Gambar 3

Kegiatan wawancara kepada Guru bahasa Indonesia

Foto tersebut diambil ketika melakukan wawancara kepada guru bahasa

Indonesia SMP Muhammadiyyah 44 Pamulang.

C. Deskripsi Temuan Penelitian

Berdasarkan pada hasil analisis wawancara dan angket, maka ada

beberapa hal yang merupakan kunci dalam penelitian ini, yaitu:

a. Problematika program literasi pada Bahasa dan Sastra Indonesia

Program literasi yang diterapkan di SMP Muhammadiyyah 44

Pamulang memang program yang baru diterapkan pada tahun ajaran

2017/2018, maka dari itu program ini belumlah berjalan secara optimal

karena pengaruh dari guru, ketersediaan sarana yang kurang

mendukung dan dari siswa itu sendiri.

Page 101: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

88

1. Guru merupakan fasilitator, kehadiran guru mampu menciptakan

suasana kelas baik itu menyenangkan, menegangkan, ataupun

membosankan. Strategi yang diterapkan guru harus mampu

menciptakan ruang kelas yang nyaman sehingga siswa manyukai

materi ataupun pelajaran yang sedang berlangsung. Kesadaran guru

dalam memotivasi siswa dalam hal literasi juga haruslah diberikan

agar siswa mampu berkembang dan mencapai tujuan literasi

tersebut, tetapi banyak juga yang yang menganggap bahwa

program literasi ini hanya sebatas reflektif.

2. Ketersediaan buku yang masih belum jelas kegunaannya, pihak

sekolah masih menahan buku-buku dengan alasan takut rusak, jika

hal ini terus dipertahankan, maka siswa tidak akan mendapatkan

kesempatan untuk membaca buku-buku yang beragam. Buku yang

telah tersedia seharusnya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya,

tidak hanya disimpan dengan alasan takut rusak.

3. Rendahnya minat membaca siswa merupakan hal utama dalam

problematika literasi, siswa harus ditumbuhkan semangat membaca

sejak dini karena dengan membaca dari yang tidak tahu siswa akan

menjadi tahu.

b. Solusi program literasi pada bahasa dan sastra Indonesia

1. Tugas kepala sekolah memberikan kesadaran bagi guru agar dapat

memotivasi siswa pentingnya membaca. Hal ini dilakukan kepala

sekolah satu bulan sekali untuk memantau perkembangan literasi

siswa.

2. Guru bahasa Indonesia telah mengadakannya program bacaan yang

dikumpulkan setiap minggunya. Siswa bisa karena diawali dengan

keterpaksaan yang akan berakhir menjadi kebiasaan.

3. Sekolah haruslah memenuhi kebutuhan siswanya seperti sarana

yang mendukung, SMP Muhammadiyyah 44 Pamulang telah

menerapkan perpustakaan mini yang ada dalam kelas sehingga

mereka dapat membacanya ketika ada jam pelajaran kosong.

Page 102: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

89

4. Siswa mengharapkan adanya penghargaan seperti duta membaca

agar mereka merasa lebih termotivasi dalam kegiatan literasi dan

merasa buku yang telah mereka baca itu bermanfaat. Sekolah

menerapkan bulan bahasa yang dalam rangkaian acaranya terdapat

lomba-lomba seperti lomba membaca puisi, menulis karangan dan

lain sebagainya.

Hasil analisis penelitian menyimpulkan bahwa solusi dalam

problematika ini ialah tugas kepala sekolah untuk mendorong guru

agar mampu memberikan motivasi kepada siswa, diadakannya

program yang mendukung program literasi, menyediakan sarana yang

mendukung dan diadakannya penghargaan.

Page 103: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

90

90

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

1. Problematika program literasi pada bahasa dan sastra Indonesia yang

terjadi di SMP Muhammadiyyah 44 Pamulang tahun ajaran 2017-2018

kelas VIII meliputi strategi belajar yang diberikan guru, ketersediaan

sarana yang kurang mendukung dan terbatas, serta rendahnya minat

membaca pada siswa kelas VIII yang ditunjukan dalam hasil angket

sebanyak 54% siswa kurang setuju menyisihkan waktunya untuk kegiatan

membaca, 65% siswa kurang setuju kegiatan membaca lebih disukai

dibandingkan bermain, 57% siswa menjawab setuju jika kegiatan

membaca hanya dilakukan ketika mendapat tugas.

2. Solusi program literasi pada bahasa dan sastra Indonesia yang terjadi di

SMP Muhammadiyyah 44 Pamulang meliputi memantau guru agar terus

memberikan motivasi kepada siswa berupa kegiatan pengayaan yang

dilakukan setiap hari sebelum jam pelajaran dimulai, mengadakan

program bacaan, menyediakan perpustakaan mini dalam kelas, dan

mengadakan penghargaan berupa duta membaca agar siswa lebih

termotivasi.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka ada hal yang

disarankan, yaitu:

1. Bagi Pemerintah

Pemerintah tidak hanya memerintahkan untuk menerapkan program-

program yang akan dijalani, akan tetapi juga harus mendukung dan

memberikan sarana yang dibutuhkan serta memantau program yang

berlangsung agar dapat berkembang.

Page 104: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

91

2. Bagi Kepala Sekolah

Kepala sekolah hendaknya selalu memperhatikan dan memonitor tenaga

pengajar agar tercapai visi misi sekolah yang telah ditetapkan.

3. Bagi Wakil Kepala Sekolah

Wakil kepala sekolah juga hendaknya mampu memperhatikan tenaga

pendidik dan siswa, serta mampu menciptakan program-program yang

mendukung program literasi.

4. Bagi Guru

Guru hendaknya menciptakan suasana belajar dengan menggunakan

metode PAIKEM agar siswa mampu menyukai materi dan pelajaran yang

sedang berlangsung.

5. Bagi Siswa

Siswa hendaknya berlatih untuk lebih menggemari kegiatan membaca

karena dengan membaca kita mengetahui apa yang belum kita ketahui.

6. Bagi Peneliti Selanjutnya

Setelah adanya penelitian ini, seyogyanya diadakan penelitian lebih lanjut

untuk mengupas dan mengungkapkan secara lebih mendalam tentang

problematika program literasi lainnya yang belum tercakup dalam

penelitian ini, dan dapat disempurnakan sebagai bentuk konstruksi

pemikiran oleh peneliti berikutnya dan upaya-upaya yang lebih baik dan

harus dilakukan oleh pihak pengelola pendidikan dalam rangka untuk

meningkatkan mutu pendidikan.

Page 105: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

92

DAFTAR PUSTAKA

Cahyani, Isah. Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta:2009.

Danya Munsyi, Alif. Jadi Penulis? Siapa Takut!. Bandung: Kaifa. 2012.

Darling, Linda. Guru yang Baik di Setiap Kelas. Jakarta:PT Indeks. 2009.

Debdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Bulan Bintang. 2002

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. 2010

Franz, Kurt. Membina Minat Baca. Bandung:Remadja Karya 1983.

Gunawan Imam, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. Jakarta:Bumi

Aksara. 2013.

Hadeli, Metode Penelitian Kependidikan. Ciputat:Ciputat Press. 2006

Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bina Aksara. 1995.

Kemendikbud, Manual Pendukung Pelaksaan Gerakan Literasi Sekolah untuk

Jenjang Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: 2016.

Kemendikbud, Materi Umum Literasi dalam Pembelajaran. Jakarta:2017

Musfiroh, Tadkiroatun dan Beniati Listyorini,Kontruk Kompetensi Literasi untuk

Siswa Sekolah Dasar. FBS Universitas Negeri Yogyakarta: LITERA,

Volume 15, Nomor 1, April 2016

Namirah Fatmanisa, Rahmat Sagara, Language Literacy and Mathematics

Competence Effect Toward Word Problem Solving, journal of

Mathematics Education Volume 6, No.2, September 2017,hal 197.

Nazir, Moh. Metode Penelitian. Bogor:Ghalia Indonesia. 2013.

Nurjamal, Daeng.dkk, Terampil Berbahasa. Bandung:Alfabeta. 2011.

Robert Petrone, Linking Contemporary Research on Youth, Literacy, and

Popular Culture With Literacy Teacher Education,Journal of Literacy Research

45(3) 240-266 2013, hal 256.

Ronny Scherer and Jens Beckmann, The Acquisition of Problem Solving

Competence:Evidence from 41 Countries that Math and Science Education

Matters, Spinger Open Journal Large-Scale Assesments in Education 2014,hal 2.

Page 106: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

93

93

Santosa,Puji. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta:Universitas

Terbuka.2008.

Saomah,Aas. Implikasi Teori Belajar terhadap Pendidikan Literasi.

Sarip Hidayat, Nandang. “Problematika Pembelajaran Bahasa Arab”,

Akademika, Vol. 37, No. 1. Januari-Juni 2012.

Saomah,Aas. Implikasi Teori Belajar terhadap Pendidikan Literasi.

Septiyantono, Tri. Literasi Informasi. Tangerang Selatan:Universitas Terbuka.

2015.

Silitonga,M.dkk, Kemampuan Berbahasa Indonesia Siswa kelas III SMP

Sumatera Utara:Membaca dan Menulis, Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan. Jakarta:1984.

Subandiyah, Heny. Pembelajaran Literasi dalam Mata Pelajaran Bahasa

Indonesia, Jurnal Universitas Negeri Surabaya, diunduh pada tanggal 30

Agustus 2017 pukul 08:39

Sudijono, Anas.Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta, PT Raja Grafindo

Persada, 2008.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:Alfabeta. 2012.

Sukino, Menulis itu Mudah. Yogyakarta:LkiS Printing Cemerlang. 2010.

Suteng Sulasmono,Bambang. Problem Solving:Signifikansi,Pengertian, dan

Ragamnya, FKIP Universitas Kristen Satyawacana

Suwandi, Sarwiji. Peran Bahasa Indonesia dalam Pengembangan Budaya

Literasi untuk Mewujudkan Bangsa yang Unggul dalam Konteks

Masyarakat Ekonomi Asean. Universitas Sebelas Maret:Prosiding

Seminar Nasional Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2015.

Syah, Muhibbin.Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:

Rosdakarya, 1997.

Tampubolan, Mengembangkan Minat dan Kebiasaan Membaca pada Anak.

Bandung:Angkasa,1993.

Page 107: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

LEMBAR UJI REFERENSI

Nama : Siti Hamdah

NIM : 1113013000039

Judul : Problematika serta Solusi Program Literasi pada Pembelajaran Bahasa dan

Sastra Indonesia siswa kelas VIII SMP Muhammadiyyah 44 Pamulang

No Referensi Paraf

1. Cahyani, Isah. Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta:2009.

2. Danya Munsyi, Alif. Jadi Penulis? Siapa Takut!. Bandung:

Kaifa. 2012.

3. Darling, Linda. Guru yang Baik di Setiap Kelas. Jakarta:PT

Indeks. 2009.

4. Debdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Bulan

Bintang. 2002

5. Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:

Rineka Cipta. 2010.

6. Fatmanisa, Namirah , Rahmat Sagara, Language Literacy and

Mathematics Competence Effect Toward Word Problem Solving,

journal of Mathematics Education Volume 6, No.2, September

2017.

7. Franz, Kurt. Membina Minat Baca. Bandung:Remadja Karya

1983.

8. Gunawan Imam, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik.

Jakarta:Bumi Aksara. 2013.

Page 108: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

9. Hadeli, Metode Penelitian Kependidikan. Ciputat:Ciputat Press.

2006

10. Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bina

Aksara. 1995.

11. Kemendikbud, Manual Pendukung Pelaksaan Gerakan Literasi

Sekolah untuk Jenjang Sekolah Menengah Pertama. Jakarta:

2016.

12. Kemendikbud, Materi Umum Literasi dalam Pembelajaran.

Jakarta:2017

13. Musfiroh, Tadkiroatun dan Beniati Listyorini,Kontruk

Kompetensi Literasi untuk Siswa Sekolah Dasar. FBS

Universitas Negeri Yogyakarta: LITERA, Volume 15, Nomor 1,

April 2016

14. Nazir, Moh. Metode Penelitian. Bogor:Ghalia Indonesia. 2013.

15. Nurjamal, Daeng.dkk, Terampil Berbahasa. Bandung:Alfabeta.

2011.

16. Petrone, Robert, Linking Contemporary Research on Youth,

Literacy, and Popular Culture With Literacy Teacher

Education,Journal of Literacy Research 45(3) 240-266 2013.

17. Santosa,Puji. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD.

Jakarta:Universitas Terbuka.2008.

18. Saomah,Aas. Implikasi Teori Belajar terhadap Pendidikan

Literasi.

19. Sarip Hidayat, Nandang. “Problematika Pembelajaran Bahasa

Arab”, Akademika, Vol. 37, No. 1. Januari-Juni 2012.

Page 109: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

20. Scherer, Ronny and Jens Beckmann, The Acquisition of Problem

Solving Competence:Evidence from 41 Countries that Math and

Science Education Matters, Spinger Open Journal Large-Scale

Assesments in Education 2014,hal 2.

21. Septiyantono, Tri. Literasi Informasi. Tangerang

Selatan:Universitas Terbuka. 2015.

22. Silitonga,M.dkk, Kemampuan Berbahasa Indonesia Siswa kelas

III SMP Sumatera Utara:Membaca dan Menulis, Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta:1984.

23. Subandiyah, Heny. Pembelajaran Literasi dalam Mata

Pelajaran Bahasa Indonesia, Jurnal Universitas Negeri

Surabaya, diunduh pada tanggal 30 Agustus 2017 pukul 08:39.

24. Sudijono, Anas.Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta, PT Raja

Grafindo Persada, 2008.

25. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:Alfabeta.

2012.

26. Sukino, Menulis itu Mudah. Yogyakarta:LkiS Printing

Cemerlang. 2010.

27. Suteng Sulasmono,Bambang. Problem

Solving:Signifikansi,Pengertian, dan Ragamnya, FKIP

Universitas Kristen Satyawacana

28. Suwandi, Sarwiji. Peran Bahasa Indonesia dalam

Pengembangan Budaya Literasi untuk Mewujudkan Bangsa yang

Unggul dalam Konteks Masyarakat Ekonomi Asean.

Universitas Sebelas Maret:Prosiding Seminar Nasional

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2015.

Page 110: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

29. Syah, Muhibbin.Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.

Bandung: Rosdakarya, 1997.

30. Tampubolan, Mengembangkan Minat dan Kebiasaan Membaca

pada Anak. Bandung:Angkasa,1993.

Page 111: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...
Page 112: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...
Page 113: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

Transkip Wawancara Kepala Sekolah

Hamdah : Sejak kapan program literasi ini diterapkan Pak?

Kepala Sekolah : Oh gitu, diawali dulu ya sedikit, untuk program literasi itu

memang kita awali, kita mulai dari raker ya, raker tahun

ajaran baru 2017/2018 bulan Juli yang lalu, nah itu kita

sudah menetapkan bahwa di SMP Muhammadiyah 44

Insyaallah akan melaksanakan program literasi. Jadi, kalau

ditanyakan kapan dimulainya, launchingnya itu memang

bulan Juli, Juli 2017 dan alhamdulillah sekarang sudah

mulai berjalan memang walaupun tadi dikatakan belum

maksimal benar gitu. Nah, biasanya literasi itu dilaksanakan

ketika ada jam-jam kosong gitu ya, ada jam-jam kosong

karena guru tidak hadir atau gimana daripada mereka gak

ada kegiatan dan sebagainya, gitu biasanya mereka

diperintahkan untuk mengunjungi perpustakaan. Nah,

kebetulan di bulan September buku-buku literasi itu buku-

buku bacaan pengayaan bagi anak-anak itu sudah ada,

sudah dapet walaupun sebetulnya program literasi itu tidak

tergantung dengan buku-buku baru, karena itu buku-buku

lama ada juga, di koran juga ada, di internet juga kan ada

seperti itu. Jadi kita launching mulai bulan Juli 2017.

Seperti itu.

Hamdah : Tahun ajaran baru...

Kepala Sekolah : Iya.

Hamdah : Bagaimana kesiapan tenaga pendidik dalam pelaksanaan

literasi ini Pak?

Kepala Sekolah : Kalau dibikin kesiapan tuh nampaknya baru 60% yaa

tenaga pendidik kita yang sadar untuk memberikan motivasi

kepada anak-anak pentingnya membaca gitu, sehingga

Page 114: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

artinya masih banyak kendalanya, kendalanya sepertinya di

guru tadi gitu, kurang memberikan dorongan motivasi,

semangat untuk melakukan literasi. Padahal sebetulnya

setiap belajar setiap mata pelajaran pun bisa dimasukkan

unsur literasi dulu yaa sebetulnya yang terkait dengan

pelajaran itu, dan saya lihat sekitarnya 60% lah baru yang

sudah melaksanakan.

Hamdah : Problematikanya berarti dari gurunya ya?

Kepala Sekolah : Dari guru, siswa sekarang tau sendiri memang kadangkan

males baca kan yaa?

Hamdah : Iya, kebanyakan megang gadget yaa Pak...

Kepala Sekolah : Iya males untuk baca, kalau tidak di dorong, tidak dipaksa,

tidak bisa, gitu. Mangkanya di sini tergantung dari gurunya

gitu. Sehingga nanti kalau mereka dipaksa, di motivasi terus

maka akan terbiasa, kan? Malas membaca itu akan berubah

menjadi rajin gitu kan kalau dipaksa terus. Nah, jadi saya

lihat itu kendalanya masih di guru sebetulnya.

Hamdah : Kalau kendalanya dari buku-buku itunya udah Pak?

Kepala Sekolah : mengenai ketersediaan buku Insyaallah sudah memenuhi

persyaratan. Buku-buku itu terdiri dari bacaan-bacaan yang

edukatif, baik itu buku cerita fiksi dan non-fiksi itu ada,

lengkap dan jika digiring, dituntun anak-anak, insyaallah

itu sebetulnya sudah memenuhi persyaratan.

Hamdah : Upaya apa yang dilakukan untuk mengatasi problematika

tersebut Pak?

Kepala Sekolah : Saya memberikan bimbingan kepada guru-guru. Kita di

sini ada sebulan sekali evaluasi kegiatan-kegiatan sekolah,

KBM dan sebagainya itu di antaranya selalu saya bahas

Page 115: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

tentang literasi, memberikan dorongan kepada guru agar

mengawal, dikawal kegiatan literasi ini, yang dinamakan

dengan pembiasaan. Pembiasaan di sini banyak, ada

pembiasaan tahfidz qur’an, shalat berjamaah, shalat dhuha,

termasuk literasi didalamnya. Itu sering kita berikan

dorongan kepada guru, kita motivasi, kita panggil agar

mengawal kegiatan ini.

Hamdah : Literasi itu kan biasanya 15 menit untuk waktu baca, jadi

kalau di sekolah ini, engak tergantung waktu? Misalkan

sebelum memulai pelajaran atau setelah jam pelajaran jadi

setiap waktu kosongnya aja gitu Pak?

Kepala Sekolah : Sebetulnya programnya itu 15 menit sebelum belajar.

Sebetulnya ada. Tapi kemudian bisa kita manfaatkan di

jam-jam itu juga. Sebetulnya programnya begitu mbak. Tapi

saya bilang tadi, banyak guru-guru yang tidak mengawal,

tidak 100% mengawal program ini, saya bilang baru 60%

jadi memang ada di awal, termasuk pembiasaan

menyanyikan lagu-lagu wajib nasional sebelum belajar. Jadi

memang benar 15 menit sebelum memulai pelajaran

seharusnya.

Page 116: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

Transkip Wawancara Wakil Kepala Madrasah Bidang Kurikulum

Hamdah : Bagaimana menurut pandangan anda mengenai kesiapan guru

dalam mengajar?

Wakil Kepsek : Kalau untuk kesiapan guru Alhamdulillah 80% sampai 90% dan

ada saja 1 atau 2 guru yang memang kurang siap tapi rata-rata

hampir 100% guru-guru di sini kesiapannya bagus dalam

mengajar.

Hamdah : Faktor apa yang menyebabkan keberhasilan dalam

pembelajaran?

Wakil Kepsek : Kalau menanyakan mengenai faktor, sebetulnya banyak. Yang

pertama pasti gurunya dan yang kedua pasti siswanya. Guru

yang pinter siswa tidak dapat menangkap itu sia-sia, dan

sebaliknya siswa yang cerdas tetapi guru kurang dalam

menyampaikan juga tidak optimal, jadi semua itu haru saling

mendukung, yaitu siswa, guru, dan fasilitas untuk mencapai

sebuah keberhasilan.

Hamdah : Adakah keluhan-keluhan guru mengenai proses KBM?

Wakil Kepsek : Keluhan-keluhan itu banyak dan wajar, memang mendidik anak

dengan jumlah banyak itu sangat sulit, terutama pada sekolah

swasta yang jumlah anak di kelas dapat mencapai 40 siswa

dengan karakter berbeda. Berbeda dengan sekolah negeri yang

siswanya juga dengan IQ lumayan, kalau di swasta dari IQ

sedang sampai IQ jongkok pun ada. Yang dikeluhkan guru yang

pertama itu mengenai anak yang nakal. Saya selalu mengatakan

tangani masalah siswa oleh guru yang bersangkutan, jika tidak

mampu serahkan kepada wali kelas, jika tidak mampu serahkan

kepada Bimbingan Konseling, jika tidak mampu juga serahkan

kepada kepala sekolah, dan jika tidak dapat diselesaikan pula

akan diadakan rapat yang dinamakan dengan seminar kasus

untuk mempertimbangkan siswa yang bersangkutan. Jika siswa

yang bersangkutan sudah tidak dapat dipertahankan dan

Page 117: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

dibenarkan maka akan dilepas dari sekolah. Dengan jumlah guru

yang sangat minim yaitu 26 orang dan harus menangani lebih

kurang 300 siswa itu bukan pekerjaan yang mudah. Itu keluhan

pertama

Keluhan yang kedua yaitu mengenai kurikulum, baru mulai

memahami tetapi berubah lagi, begitu seterusnya. Seperti pada

tahun 2016 kemarin yang mulai menerapkan kurikulum 2013

dengan format yang berbeda dengan sekarang dan disulitkan

dengan penilaian. Teori pembelajaran dan model-model

pembelajaran yang harus dilakukan itu sangat berbeda dengan

praktek yang dilakukan di kelas. Untuk penyeragaman dengan

guru-guru di sekolah ini menerapkan dengan format deskripsi,

sedangkan dari pemerintah pusat deskripsi itu diserahkan kepada

sekolah masing-masing yang menyebabkan tidak seragam atau

selaras, itulah kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru-guru

dalam penilaian. Pada kurikulum ini juga disarankan

menerapkan cara belajar yang efektif dengan jumlah minim

siswa 25 lebih krang 25 orang per kelas, tetapi hal ini sangat

sulit diterapkan apalagi di sekolah swasta yang biasanya 1 kelas

bisa mencapai 35 sampai 40 siswa dengan proses KBM yang

dimulai dari jam 06.30 sampai wakt ashar, dengan jam belajar

efektif yang dimulai dari jam 07.00 sampai 14.20. 30 menit

pertama kita isi dengan pembiasaan yaitu shalat dhuha, setelah

itu pada pukul 14.20 diadakan pembiasaan lagi yaitu belajar

membaca Al-quran karena siswa yang keluar dari sekolah ini

diwajibkan harus mampu membaca Al-quran. Disini dibina yang

tidak bisa membaca mulai dari yang paling dasar yaitu membaca

iqra. Kegiatan ini rutin dilaksanakan setiap senin-jumat kecuali

kamis karena ada kegiatan KW. Pembiasaan lainnya yaitu

diadakannya muhadarah ketika waktu dzuhur.

Page 118: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

Hamdah : Selanjutnya mengenai literasi di sekolah ini, bagaimanakah

perkembangannya?

Wakil Kepsek : Literasi Alhamdulillah sudah dilakasanakan meskipun belum

100% karena memang baru dilaksanakan pada tahun ajaran

2016/2017 ini, dan buku- buku yang ada di kelas pun baru

sedikit. Kepala sekolah memang sudah menyiapkan buku-buku

baru tetapi kita masih takut menggunakannya dan sayang-

sayang karena buku-buku yang ada saja sudah terlihat rusak

apalagi jika semua buku dikeluarkan, kendala ini karena belum

adanya tempat penyimpanan buku yang baik. Untuk literasi

minimal 60% sampai 70% sudah berjalan meskipun belum

maksimal. Di semua kelas tersedia buku-buku meskipun hanya

10-15 buku, dan literasi ini dilakukan 15 menit sebelum

pelajaran dimulai, atau pada jam-jam kosong ketika kelas tidak

diisi oleh guru. Pada intinya literasi itu hanya untuk reflektif

bagi siswa agar tidak jenuh dalam pembelajaran.

Hamdah : Apa problematika yang ditemukan dalam program literasi?

Wakil Kepsek : Problematika pertama yaitu pada ketersediaan buku yang belum

juga ada, saya juga belum tahu apakah buku yang diberikan

kepala sekolah itu adalah buku sekolah atau bantuan dari

pemerintah pusat dan buku-buku itupun memang juga belum

dipergunakan. Kendala berikutnya yaitu pada tempat

penyimpanan buku yang belum tersedia, dan kendala

selanjutnya pada sisi keamanan buku yang dirusak oleh siswa

yang tidak dapat menjaga dan merawat buku-buku.

Hamdah : Menurut pendapat anda bagaimana kemampuan literasi pada

siswa?

Wakil Kepsek : Menurut saya karena literasi itu hanya sebagai bentuk reflektif

jadi tidak dijadikan tolok ukur pada siswa. Kemampuan baca

sampai saat ini Alhamdulillah 40%-50% itu sudah dikatakan

lumayan, meskipun telah dikatakan bahwa membaca pada masa

Page 119: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

kini tidak harus dari buku tetapi juga dapat dilakukan pada

media digital seperti pada gawai yang dapat membaca ebook.

Dan karena program ini juga baru diterapkan jadi pembiasaan

ini juga belum dapat terlihat jelas.

Hamdah : Adakah program-program yang mendukung gerakan literasi?

Wakil Kepsek : Ada, program itu bisanya dilakukan pada bulan bahasa yang

ditangani oleh bidang kesiswaan

Hamdah : Bagaimana kebijakan sekolah dalam program literasi?

Wakil Kepsek : Karena program literasi ini adalah kebijakan pemerintah pusat,

jadi sekolah hanya mengikuti kebijakan pemerintah pusat.

Sekolah tidak dapat berkutik jika itu memang kebijakan dari

pemerintah pusat walaupun sebisanya dengan kondisi seadanya.

Hamdah : Sarana dan prasarana apa yang diberikan sekolah pada program

literasi?

Wakil Kepsek : Sarana yang telah disediakan dari sekolah itu tadi, buku-buku

mulai dari buku fiksi maupun nonfiksi dan adanya perpustakaan

mini dalam kelas dengan tempat penyimpanan buku yang

seadanya.

Page 120: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

Transkip Wawancara Guru Bahasa Indonesia

Hamdah : Literasi, Bu.

Guru : Oh, literasi yaa...

Hamdah : Terus saya penelitiannya itu tentang problematika literasi dalam

pembelajaran bahasa Indonesia.

Guru : Oh.

Hamdah : Karena saya dari jurusan bahasa Indonesia.

Guru : Oh.. bahasa Indonesia dari UIN yaa? Mmm... gitu, jadi masalah

yang diangkat problematika literasi dalam kegiatan pembelajaran

bahasa Indonesia. He’eh, he’eh, boleh.

Hamdah : Boleh ya Bu, minta waktunya sebentar.

Yang pertama itu kesiapan apa yang dilakukan sebelum memulai

proses belajar, Bu?

Guru : Ini untuk berkaitan umum?

Hamdah : Untuk masuk pembelajaran bahasa Indonesia.

Guru : Kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia biasanya diawali, saya

di sini mengajar di kelas 7, antara kelas 7, kelas 8, kelas 9 itu ada

guru yang berbeda yang memegangnya. Saya siswa kelas 7. Nah,

untuk pembelajaran bahasa Indonesia di kelas 8 setiap awal

kegiatan proses pembelajaran biasanya anak diminta untuk

melakukan kegiatan membaca. Hanya, karena memang kegiatan

membaca itu bervariasi. Anak tidak selalu siap dengan kegiatan

bahan bacaan yang mereka gunakan. Emm... kita menggunakan

sistem ‘teacher center’. Di sini guru yang membacakan sebuah

informasi, kemudian melakukan kegiatan tanya jawab dengan

siswa berkaitan dengan materi apa yang disampaikan dari

kegiatan membaca yang mereka simak itu.

Mengapa saya menggunakan ‘teacher center’ di situ? Karena

satu, mereka tidak selalu membawa walaupun buku ada di

sekolah. Mereka itu membawa, setiap siswa itu satu buku.

Hamdah : Fiksi non-fiksi?

Guru : Iya, fiksi non-fiksi. Tapi karena mereka sering membawa ke

rumah, kadang ada yang lupa dikembalikan. Jadi, ketersediaan

fasilitas untuk membaca itu memang kadang terganggu. Tapi

mereka rutin melakukannya. Hanya, karena ada kalanya setiap

pembelajaran tidak selalu dilakukan oleh selalu mereka,

melakukan buku. Mereka tidak meminta buku terus, lalu

membaca 15 menit disimpan tidak ada reaksi tidak ada tindak

lanjutnya sehingga di situ guru pun berperan. Misalnya guru

membacakan satu topik permasalahan baik itu di koran melalui

media koran atau misalnya dari informasi yang terhots atau

emm... bahan bacaan yang lainnya mereka diminta untuk

Page 121: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

melakukan interaksi yaitu bertanya, ditanya, bertanya jawab

berkaitan dengan yang sudah di...

Hamdah : Topik.

Guru : He;em.

Hamdah : Kalo ini secara umum ya bu, apakah ada masalah dalam

menjalankan tugas sebagai guru?

Guru : masalah umum ini berkaitan, emm... kalau masalah setiap guru itu

pasti.

Hamdah : pasti ada. Hehehe

Guru : pasti, pasti, karena apa? Mereka menghadapi, emm... dalam

sehari, mereka itu bukan hanya menghadapi bukan hanya 28 atau

30 siswa saja.

Hamdah : iya.

Guru : tetapi mereka menghadapi ratusan.

Hamdah : mereka menghadapi karakter yang berbeda-beda.

Guru : Dan di situ tipe siswa yang dihadapi dalam satu lingkup kelas itu

kan bervariasi ada korelis, pragmatis, melankolis, gitukan? Dan

gaya belajar mereka yang berbeda, tentunya itu bukan hal yang

memang mudah.

Hamdah : Saya juga rasain si...

Guru : Iya, dan saya yakin ini pun di alami oleh hampir semua guru. Iya,

karena mereka menghadapi makhluk hidup.

Hamdah : Kalau kemampuan literasi siswa yang ibu ajarin gimana bu?

Guru : Nah, ini adalah satu pr sebetulnya, satu pr baik untuk guru, untuk

pemerintah, untuk sekolah juga karena ini kalau menurut saya

bukan tanggung jawab guru saja. Berkaitan literasi ini harus

semua pihak mendukung dari mulai guru, sekolah, pemerintah

daerah, pemerintah pusat, sekalipun. Daerah di sini berkaitan

dengan kota kabupaten atau pemerintah pusat lingkupnya provinsi

gitu ya, itu harus punya peranan karena kalau hanya dari satu

elemen saja itu tidak bisa mencapai target yang di tetapkan.

Hamdah : Jalani

Guru : Iya.

Hamdah : Problematika literasi yang dihadapi ini gimana bu?

Guru : Eeem.. apanya nih? Mengatasinya atau bagaimana?

Hamdah : Masalahnya aja, masalah literasi.

Guru : Masalahnya aja...

Karena satu, anak itu lebih senang melihat, daripada membaca,

anak itu lebih senang melihat daripada membaca. Nah itu

masalahnya, jadi bagaimana caranya, mangkanya seperti yang

tadi saya bilang ini bukan hanya tanggung jawab guru saja. Tetapi

harus semua peran serta bahkan kalau bisa orang tua pun

diberikan.. eemm apaa... pemahaman tentang manfaat... bukan

Page 122: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

manfaat ya tentang memang kewajiban iqra, karena kan ya

pertama di perkenalkan oleh alah saja adalah iqra.

Hamdah : Bacalah.

Guru : Iqra di sini bukanlah secara teks book saja, tapi iqra di sini kan

luas cakupannya ya.

Hamdah : Iya.

Guru : Dan memang kemampuan iqra itulah, mmbaca itulah. ada yang

memandang iqra dari sebelah salah satu sudut pandang saja. Ya

syukur-syukur bisa mencakup bahwa iqra itu harus secara tertulis

dan tidak tertulis, gitukan. Seperti itu.

Hamdah : Kalau upaya yang dilakukan untuk mengembangkan literasi pada

siswanya?

Guru : Saya punya program, programnya dengan membuat laporan buku.

Jadi, setiap dua minggu sekali walaupun itu sangat sulit. Karena

anak setelah dua minggu masih banyak yang belum setor. Tetapi

masih saya targetkan pada anak-anak mereka harus punya laporan

buku ketika saya minta, mereka harus sudah siap.

Hamdah : Oh jadi ibu menyediakan bukunya?

Guru : Bukunya mereka cari sendiri, karena saya kan di kelas itu setiap

siswa ngumpulin buku, mereka bertukar, itu ada 28 buku, nanti

mereka barter, barter kan. Nah, abis barter gitu-gitu, mereka

membuat laporan buku. Tapi di kenyataannya kalau kita tidak

kontrol anak-anak itu bukunya tidak kembali gitukan, karena Pak,

Bu, dan lain sebagainya. Tapi selalu tetap diingatkan, gitu.

Hamdah : makasih, Bu.

Guru : itu saja, terima kasih.

Hamdah : terima kasih ya, Bu.

Guru : Iya, sukses skripsinya. Berarti ini mah studi kasus ya? Studi kasus

deskriptip ya?

Hamdah : Iya.

Page 123: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

Transkip Wawancara Siswa

1. Rizka Nazifa kelas 8.1

Bagaimana perasaan kamu sekolah di SMP Muhammadiyah 44?

Saya senang sekolah dan belajar di sini, rasa kebersaan di sekolah ini sangat

tinggi, mengenal banyak teman dan mengenal banyak karakter dari teman

tersebut, dan saya berharap setelah lulus dari sini saya bersekolah di tempat

yang lebih baik.

2. Intan khalifa 8.2

Bagaimana suasana belajar di kelas yang kamu rasakan?

Suasana belajar di kelas cukup rapi dari siswa perempuannya, akan tetapi dari

laki-lakinya sangat gaduh dan jika tidak ada guru siswa-siswa berkeliaran ke

luar kelas.

3. Indah Lestari 8.3

Bagaimana pendapat kamu tentang pelajaran Bahasa Indonesia?

Pelajaran Bahasa Indonesia cukup menyenangkan dan gurunya juga baik

karena setiap kali kita bertanya selalu dijawab tanpa harus mencari jawaban

sendiri.

4. Ica Cahya 8.3

Bagaimana pendapat kamu mengenai literasi dalam pembelajaran Bahasa

Indonesia?

Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia mengenai literasi, pembelajarannya

cukup menyenangkan karena di situ kita bisa menangkap informasi yang

dibaca. Pembelajaran literasi juga dilaksanakan lebih teliti jadi lebih mudah

dipahami.

5. Raisa Maharani 8.3

Apakah kamu menyukai kegiatan membaca dan menulis?

Ya, karena dengan membaca kita dapat mengetahui banyak hal. Membaca

dalam kegiatan literasi juga biasanya membaca selain buku pelajaran jadi

lebih menarik seperti membaca novel, cerpen dan komik.

6. Yoga Registian 8.1

Apa manfaat yang kamu rasakan dari kegiatan literasi?

Page 124: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

Manfaat yang saya rasakan jadi menambah ilmu, dari yang tidak tahu menjadi

tahu. Tapi biasanya saya suka membaca komik untuk sarana hiburan saja. Dan

saya lebih suka kegiatan membaca dibandingkan menulis.

7. Kristian Abdilah 8.2

Adakah masalah dalam pembelajaran Bahasa Indonesia?

Tidak ada, tetapi terkadang bosen mendengarkan penjelasan guru terus karena

saya lebih suka maju ke depan kelas karena itu lebih seru dan tidak bikin

ngantuk.

8. Aprian Fahreza 8.3

Bagaimana pendapat kamu mengenai guru dalam Bahasa Indonesia dalam

menyampaikan pelajaran di kelas?

Kadang menyenangkan saat mengadakan permainan mengenai materi

pelajaran, dilanjutkan penjelasan dan latihan

Peneliti : guru di kelas lebih condong ceramah atau melakukan tanya

jawab dalam pembelajaran di kelas?

Siswa : biasanya lebih banyak menjelaskan dan menulis di papan tulis

Peneliti : siapa yang berperan aktif di kelas?

Siswa : guru dan sedikit diadakannya tanya jawab

Peneliti : adakah hadiah yang diberikan sebagai imbalan dari kegiatan

literasi?

Siswa : tidak ada

Peneliti : kalau ada program seperti sayembara membaca, apakah kalian

akan semangat dalam kegiatan literasi?

Siswa : pasti semangat Ka

Page 125: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

Daftar Pertanyaan Wawancara

Informan Daftar Pertanyaan

Kepala Sekolah 1. Bagaimana kesiapan tenaga

pendidik dalam pelaksanaan

program literasi?

2. Sejak kapan program literasi

sekolah ini diterapkan?

3. Problematika apa saja yang

ditemukan dalam melaksanakan

program literasi ini?

4. Upaya apa yang dilakukan untuk

mengatasi problematika tersebut?

5. Apa saja bentuk keterlibatan

sekolah dalam mengatasi

problematika tersebut?

6. Bagaimana ketersediaan sarana

dan prasarana dalam mendukung

program literasi ini?

Wakil Kepala bidang Kurikulum 1. Bagaimana kesiapan tenaga

pendidik dalam pelaksanaan

program literasi?

2. Sejak kapan program literasi

sekolah ini diterapkan?

3. Problematika apa saja yang

ditemukan dalam melaksanakan

program literasi ini?

4. Upaya apa yang dilakukan untuk

mengatasi problematika tersebut?

5. Apa saja bentuk keterlibatan

sekolah dalam mengatasi

Page 126: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

problematika tersebut?

6. Bagaimana ketersediaan sarana

dan prasarana dalam mendukung

program literasi ini?

Guru 1. Persiapan apa saja yang dilakukan

sebelum memulai proses

pembelajaran?

2. Sejak kapan program literasi

diterapkan di sekolah?

3. Apakah program literasi yang

diterapkan disekolah dapat

berjalan dengan baik?

4. Bagaimana kemampuan literasi

siswa pada kelas VIII?

5. Adakah problematika literasi

yang dialami oleh para siswa

kelas VIII?

6. Upaya apa yang dilakukan untuk

mengembangkan literasi pada

siswa?

7. Adakah program-program yang

dilakukan untuk meningkatkan

literasi siswa?

Siswa 1. Bagaiman perasaan anda menjadi

siswa SMP Muhammadiyah 44

Pamulang?

2. Bagaimana suasana belajar di

kelas yang anda rasakan?

3. Bagaimana pendapat anda

mengenai pembelajaran bahasa

Page 127: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

Indonesia?

4. Bagaimana pendapat anda

mengenai literasi dalam

pembelajaran bahasa dan sastra

Indonesia?

5. Apakah anda menyukai kegiatan

membaca dan menulis?

6. Apa manfaat yang anda rasakan

dari kegiatan literasi?

7. Apakah ada masalah dalam

proses pembelajaran bahasa

Indonesia?

8. Bagaimana cara guru dalam

menyampaikan pembelajaran

bahasa Indonesia?

Page 128: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

ANGKET LITERASI BAHASA INDONESIA UNTUK SISWA

Identitas Responden

Nama :

Kelas :

Petunjuk

1. Berilah tanda (√) pada salah satu pilihan yang kamu anggap sesuai dengan

keadaanmu yang sebenarnya.

2. Apapun jawaban yang kamu berikan tidak mempengaruhi nilai pelajaran kamu

di sekolah.

Keterangan

SS : Sangat Setuju

S : Setuju

KS : Kurang Setuju

TS : Tidak Setuju

NO PERNYATAAN JAWABAN

SS S KS TS

1. Pelajaran bahasa Indonesia sangat

menyenangkan

2. Saya bersemangat ketika belajar bahasa

Indonesia

3. Guru bahasa Indonesia mampu menciptakan

suasana belajar menjadi menyenangkan

4. Saya suka dengan program literasi yang

diterapkan di sekolah

5. Saya lebih senang membaca dibandingkan

pelajaran lainnya

6. Saya selalu memberikan pendapat tentang

buku yang saya baca.

7. Saya bersedia membaca di depan

kelas tanpa di suruh.

8. Setiap hari saya berupaya menyisihkan

waktu untuk membaca

9. Di waktu luang saya lebih suka membaca

daripada bermain

10. Membaca ketika mendapat tugas

11. Buku bacaan non-fiksi lebih menarik untuk

dibaca

12. Pada saat membaca, saya cenderung

mengabaikan kegiatan lain.

13. Fasilitas yang ada di sekolah sudah

menunjang kegiatan untuk membaca

Page 129: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

14. Jika diadakan penghargaan saya akan

semangat membaca

15. Saya bosan dengan genre buku yang saya

baca.

16. Saya selalu ditunjuk guru untuk menjawab

pertanyaan yang berkaitan dengan isi

bacaan.

17. Saya tidak pernah merasa bosan membaca.

18. Saya hanya tertarik dengan buku-buku

tertentu.

19. Apabila ada teman yang memiliki buku

baru, saya akan meminjamnya.

20. Saya senang membaca di perpustakaan

karena bukunya beragam

Page 130: PROBLEMATIKA SERTA SOLUSI PROGRAM LITERASI DALAM ...

RIWAYAT PENULIS

Siti Hamdah lahir di Tangerang, 03

November 1995, ia putri ke-2 anak

ke-4 dari bapak Mursan dan Ibu

Karnih. Penulis bertempat tinggal di

Jl.H.Rean RT 006/001, Kel. Benda-

Baru, Kec. Pamulang, Kota

Tangerang Selatan.

Penulis mengawali pendidikan mulai Madrasah Ibtidaiyah pada tahun 2001 s.d.

2007, kemudian melanjutkan pendidikan Madrasah Tsanawiyah Negeri Pamulang

pada tahun 2007 s.d. 2010, dan melanjutkan di Madrasah Aliyah Negeri Serpong

pada tahun 2010 s.d. 2013, dilanjutkan dengan menempuh jenjang pendidikan di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Tarbiyah dan

Keguruan, jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Penulis yang memiliki hobi membaca novel dan menonton film ini menyelesaikan

S1 dengan menulis skripsi yang berjudul “Problematika serta Solusi Program

Literasi dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia pada kelas VIII SMP

Muhammadiyyah 44 Pamulang”