Problem Based Learning

24
0

Transcript of Problem Based Learning

0

TUGAS MATAKULIAH EVALUASI PEMBELAJARAN

BAHASA & SASTRA

PENGARUH PEMBELAJARAN PROBLEM

BASED LEARNING TERHADAP HASIL

BELAJAR

NAMA : FARIZAN

NIM. : 2014940007

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

UNIVERSITAS DR. SOETOMO

SURABAYA

2015

1

Pengaruh Pembelajaran Problem Based Learning

Terhadap Hasil Belajar

Abstrak

Strategi problem based learning adalah suatu strategi pembelajaran yang

mengajak siswa untuk belajar dari permasalahan yang ada khususnya yang

dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

penggunaan strategi problem based learning, mengetahui hasil belajar siswa

dengan menggunakan strategi pembelajaran problem based learning, serta

mengetahui ada atau tidaknya pengaruh strategi pembelajaran problem based

learning terhadap hasil belajar siswa.

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dengan jenis penelitian

eksperimen semu. Populasinya adalah seluruh siswa kelas VIII yang berjumlah 3

kelas, sedangkan sampel adalah 2 kelas. Instrumen tes yang digunakan untuk

mengetahui hasil belajar siswa adalah tes hasil belajar siswa dan angket.

Dalam penelitian ini skor rata-rata siswa kelompok eksperimen adalah 7,125

dengan standard deviasi 1,159 dan skor rata-rata siswa kelompok kontrol 6,0375

dengan standard deviasi 0,983. Dari hasil perhitungan didapat harga thitung = 4,53 dan

ttabel = 1,991 berarti thitung ¿ ttabel maka hipotesis diterima. Sedangkan dari data angket

mengenai respon siswa didapat bahwa yang menjawab setuju untuk penggunaan

strategi problem based learning sebanyak 60% sedangkan yang menjawab setuju

untuk penggunaan strategi konvensional sebanyak 37,5%. Dengan perkataan lain

data menunjukkan bahwa strategi problem based learning mempunyai pengaruh

positif dan signifikan terhadap hasil belajar siswa di MTs. Tarbiyah Islamiyah Sungai

Guntung.

Kata kunci: Problem Based Learning, Hasil Belajar

2

Latar Belakang Masalah

Menurut Erman (dalam Tugiman, 2013 : 1), matematika sebagai salah satu

mata pelajaran yang merupakan ilmu dasar (basic science) mempunyai peran yang

penting dan bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Materi pelajarn matematika yang diajarkan di sekolah berperan dalam melatih

siswa berpikir logis, kritis dan praktis, serta bersikap positif dan berjiwa kreatif.

Karena pentingnya peranan matematika dalam kehidupan, maka dalam kurikulum

pendidikan di Indonesia, matematika diajarkan disemua jenjang pendidikan dari

Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Pelajaran

matematika menempati urutan pertama dalam jumlah jam pelajaran, hal ini

menunjukkan pentingnya pelajaran matematika bagi para siswa di berbagai

jenjang pendidikan (Soepriyanto dalam Tugiman, 2013: 2).

Tujuan pertama pembelajaran matematika (Depdiknas, dalam Nizarwati

2009: 57) adalah agar siswa dapat memahami konsep matematika, menjelaskan

keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara

luwes, akurat, efisien dan tepat. Sejalan dengan tujuan di atas, siswa diharapkan

dapat mengaplikasikan konsep matematika yang telah mereka dapatkan dalam

menghadapi masalah-masalah matematika yang disajikan.

Kenyataan menunjukkan bahwa matematika masih dianggap sebagai

pelajaran yang berhitung yang rumit dan terlalu banyak rumus. Selain itu, objek

matematika yang abstrak juga dianggap sebagai faktor yang menyebabkan siswa

mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan konsep matematika ke dalam

permasalahan sehari-hari yang disajikan. Selain permasalahan di atas, peneliti

juga menemukan permasalahan lain di lapangan. Peneliti melakukan pengamatan

terhadap siswa kelas VIII MTs Tarbiyah Islamiyah Sungai Guntung, dan dari hasil

wawancara dengan guru bahwa setiap hasil ulangan kompetensi dasar, para siswa

masih mengalami kesulitan dalam memahami soal-soal berbentuk masalah

realistik dan open ended serta kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan yang

disajikan sesuai dengan konsep yang telah diajarkan. Kurangnya pengaplikasian

konsep matematis berdampak pada hasil belajar siswa yang diperoleh kurang

memuaskan.

3

Kelemahan siswa dalam mengaplikasikan konsep matematis dalam

permasalahan yang disajikan dikarenakan para siswa cenderung pasif dalam

mengikuti proses pembelajaran matematika di dalam kelas. Mereka cenderung

merasa takut dan cemas saat mengemukakan pendapatnya, bahkan para siswa

takut untuk bertanya mengenai hal yang kurang ia pahami. Selain itu, guru juga

selalu menerapkan pembelajaran yang masih bersifat konvensional. Sehingga,

siswa tidak mendapatkan pengelaman belajar yang mengembangkan kemampuan

pengaplikasian konsep ke dalam permasalahan yang nyata. Guru hanya

memamaprkan konsep-konsep dasar matematika dalam bentuk abstrak, sehingga

siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep tersebut dan mengaitkannya

dalam permasalahan di kehidupan sehari-hari. Berikut salah satu solusi

permasalahan yang diberikan siswa, saat disajikan permasalahan dalam kehidupan

sehari-hari.

Soal:

Sebuah tangga yang panjangnya 6 M bersandar pada sebuah tiang listrik. Jarak

ujung bawah tangga terhadap tiang listrik adalah 3 M. Tinggi tiang listrik yang

dapat dicapai tangga adalah: ...

Gambar 1Solusi Jawaban Siswa 1

4

Gambar 2Solusi Jawaban Siswa 2

Dari solusi siswa di atas, dapat kita tarik kesimpulan bahwa siswa

mengalami kesulitan menerapkan konsep yang ia dapat ke dalam solusi

permasalahan. Selain itu, siswa yang lain mengalami kesulitan yakni

ketidakpahaman siswa akan soal yang disajikan.

Lemahnya strategi pembelajaran yang dilakukan oleh para guru membuat

kemampuan matematis siswa dalam menyelesaikan permasalahan yang berkaitan

dengan kontekstual juga mengalami kemunduran.

Strategi pembelajaran konvensional yang dipakai selama ini menurut

Traffers dalam Tim PLPG UNIMED, lebih menekankan pada menghafal konsep

dari prosedur matematika guna menyelesaikan soal-soal. Guru memberikan

konsep dan prinsip matematika secara langsung kepada siswa. Pembelajaran lebih

tertuju pada pemberian informasi pelatihan simbol-simbol matematika dan latihan

penerapan algoritma matematika (Tim PLPG UNIMED: 7)

Menurut Feiter dan Van der Akker dalam Tim PLPG UNIMED (Tim

PLPG UNIMED: 7) menyatakan, guru sangat bergantung pada metode kuliah,

siswa yang pasif, jawaban yang benar yang diterima, sedikit tanya jawab, dan

siswa mencatat dari papan tulis.

Kedua pendapat di atas menekankan bahwa pembelajaran yang terjadi

selama ini berpusat pada guru (teacher oriented), dan tidak berorientasi pada

pemahaman siswa. Paradigma yang digunakan dalam pembelajaran matematika di

sekolah selama ini lebih menekankan pada peranan pendidik yang mengajar dari

pada peserta didik yang belajar. Pendidik belum berupaya secara maksimal

5

memampukan peserta didik memahami berbagai konsep dan prinsip matematika

serta kurang menunjukkan konsep dan prinsip tersebut dalam memecahkan

masalah.

Untuk mengatasi masalah di atas, peneliti melakukan penelitian tentang

strategi pembelajaran yang dapat digunakan oleh pendidik pada mata pelajaran

matematika untuk mendapatkan hasil pembelajaran yang lebih baik. Dari berbagai

strategi yang ada, di antaranya strategi eskpositori, strategi inkuiri, strategi

contextual teaching learning, dan strategi kooperatif, peneliti mencoba

menggunakan strategi problem based learning yang menuntut para siswa dapat

mengaktualisasi teori pythagoras dalam kehidupan nyata.

Strategi problem based learning merupakan strategi pembelajaran dengan

menghadapkan siswa pada permasalahan-permasalahan praktis sebagai pijakan

dalam belajar atau dengan kata lain siswa belajar melalui permasalahan-

permasalahan (Wena, 2009: 91).

Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif

untuk proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu peserta didik

untuk memeroses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun

pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini

cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks (Trianto,

2010: 92)

Pada strategi pembelajaran berbasis masalah, kelompok-kelompok kecil

peserta didik bekerja sama memecahkan suatu masalah yang telah disepakati oleh

peserta didik dan pendidik. Pembelajaran dimulai dengan mengajukan

permasalahan nyata yang penyelesaiannya membutuhkan kerja sama di antara

peserta didik. Guru hanya berperan sebagai pemandu untuk menguraikan rencana

pemecahan masalah menjadi tahap-tahap kegiatan. Pendidik memberi contoh

mengenai penggunaan keterampilan dan strategi yang dibutuhkan agar tugas-tugas

tersebut dapat diselesaikan dengan tuntas.

Salah satu materi yang peneliti kemukakan dalam penelitian ini adalah

teorema pythagoras, yang materinya banyak berkaitan dengan kehidupan nyata.

Dalam materi ini banyak simbol dan rumus pythagoras yang harus dikuasai

6

peserta didik untuk diaplikasikan dalam memecahkan berbagai masalah dalam

kehidupan sehari-hari.

Kajian Teoritis

1. Hakikat Strategi Pembelajaran

Salah satu kemampuan dan keahlian profesional utama

yang harus dimiliki oleh para pendidik adalah kemampuan

bidang pendidikan dan keguruan, khususnya terkait dengan

strategi pembelajaran. Seorang pendidik tidak hanya dituntut

untuk menguasai mata pelajaran yang akan diajarkannya, tetapi

juga harus menguasai dan mampu mengajarkan pengetahuan

dan keterampilan tersebut kepada para peserta didik.

Guru sebagai komponen penting dari tenaga kependidikan,

memiliki tugas utama melaksanakan proses pembelajaran.

Dalam melaksanakan pembelajaran guru diharapakan paham

tentang pentingnya penggunaan strategi pembelajaran yang

nantinya bertujuan untuk memeroleh kesuksesan dan

keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran yang

diinginkan.

Pengertian strategi pembelajaran dapat dikaji dari dua kata

pembentuknya, yaitu strategi dan pembelajaran. Strategi berarti

cara dan seni menggunakan sumber daya untuk mencapai

tujuan tertentu. Sedangkan menurut Degeng dalam Wena (2009:

2), pembelajaran berarti upaya membelajarkan siswa. Dengan

demikian strategi pembelajaran berarti cara dan seni untuk

menggunakan semua sumber belajar dalam upaya

membelajarkan siswa.

Kemp yang dikutip dari Sanjaya (2008: 126) berpendapat

bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan

pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan

pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.

Strategi belajar menurut Rustam dalam Trianto (2010:

7

135), merupakan pola kegiatan pembelajaran berurutan yang

diterapkan dari waktu ke waktu dan diarahkan untuk mencapai

suatu hasil belajar siswa yang diinginkan.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

strategi pembelajaran adalah suatu usaha yang dilakukan oleh

pendidik dalam menyampaikan informasi tentang materi

pelajaran kepada peserta didik untuk mendapatkan respon

positif dalam menerima dan mengaplikasikannya pada

kehidupan nyata.

Penggunaan strategi pembelajaran perlu, untuk

mempermudah proses pembelajaran sehingga dapat mencapai

hasil yang optimal. Tanpa strategi yang jelas, proses

pembelajaran tidak akan terarah sehingga tujuan pembelajaran

yang telah ditetapkan sulit tercapai secara optimal, dengan kata

lain pembelajaran tidak dapat berlangsung secara efektif dan

efisien.

Walaupun secara teoritis seorang guru telah paham

tentang langkah-langkah operasional suatu strategi

pembelajaran, namun belum tentu seorang guru akan mampu

berhasil menerapkan strategi tersebut dalam pelaksanaan

pembelajaran di kelas. Keberhasilan guru menerapkan suatu

strategi pembelajaran sangat tergantung dari kemampuan guru

menganalisis kondisi pembelajaran yang ada, seperti tujuan

pembelajaran, karakteristik siswa, kendala sumber belajar dan

karakteristik bidang studi. Hasil analisis terhadap kondisi

pembelajaran tersebut dapat dijadikan pijakan dasar dalam

menentukan strategi pembelajaran yang akan digunakan (Wena,

2009: 14)

a. Strategi Problem Based Learning, Konsep Dasar dan Penerapannya.

Menurut Sanjaya (2008: 214), strategi pembelajaran

berbasis masalah (problem based learning) diartikan sebagai

8

rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada

proses penyelesaian masalah secara ilmiah. Sedangkan menurut

pandangan Arends dalam Trianto (2010: 92), pengajaran

berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan

pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang

autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka

sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir

tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian, dan percaya

diri. Trianto (2010: 92) menambahkan juga bahwa pada

pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang

efektif untuk pembelajaran proses berpikir tingkat tinggi.

Pembelajaran ini membantu siswa untuk memeroses informasi

yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan

mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya.

Untuk mengimplementasikan strategi problem based

learning, guru perlu memilih bahan pelajaran yang memiliki

permasalahan yang dapat dipecahkan. Permasalahan tersebut

dapat diambil dari buku teks atau dari sumber lainnya seperti

peristiwa yang terjadi di lingkungan tempat tinggal, sekolah dan

peristiwa-peristiwa lainnya.

Savoie dan Hughes yang dikutip dalam Wena (2009: 91-

92), menyatakan bahwa strategi belajar berbasis masalah

memiliki beberapa karakteristik antara lain sebagai berikut:

1)Belajar dimulai dengan suatu permasalahan

2)Permasalahan yang diberikan harus berhubungan

dengan dunia nyata siswa

3)Mengorganisasikan pembelajaran di seputar

permasalahan, bukan di seputar disiplin ilmu

4)Memberikan tanggung jawab yang besar dalam

membentuk dan menjalankan secara langsung proses

belajar mereka sendiri

9

5)Menggunakan kelompok kecil

6)Menuntut siswa untuk mendemonstrasikan apa yang

telah dipelajarinya dalam bentuk produk dan kinerja.

Pembelajaran berbasis masalah (problem based learning)

tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi

sebanyak-banyaknya kepada peserta didik. Pembelajaran

berbasis masalah dikembangkan untuk membantu para peserta

didik mengembangkan kemampuan intelektualnya, kemampuan

berpikir, dan pemecahan masalah yang peserta didik temui

dalam kehidupan sehari-hari.

Tabel 1Sintaks Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Wena, 2009 :

67-68)

Tahap Tingkah Laku GuruTahap-1

Orientasi siswa pada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untut terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih.

Tahap-2Mengorganisasi

siswa untuk belajar

Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

Tahap-3Membimbing penyelidikan

individual maupun kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

Tahap-4Mengembangkan dan menyajikan

hasil karya

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.

Tahap-5Menganalisis dan

mengevaluasi

Guru membantu siswa untuk melakukan refeleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan

10

proses pemecahan

masalah

proses-proses yang mereka gunakan.

b. Kelebihan dan Kekurangan Strategi Problem Based

Learning

Strategi problem based learning dinilai memiliki berbagai

kelebihan dan kekurangan. Menurut Nata (2009: 250),

kelebihan dan kekurangan strategi problem based learning

adalah sebagai berikut:

1) Kelebihan Strategi Problem Based Learning

a. Dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi relevan

dengan kehidupan, khususnya dengan dunia kerja;

b. Dapat membiasakan para siswa menghadapi dan

memecahkan masalah secara terampil, yang

selanjutnya dapat mereka gunakan pada saat

menghadapi masalah yang sesungguhnya di

masyarakat kelak;

c. Dapat merangsang pengembangan kemampuan

berpikir secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam

proses pembelajarannnya, para siswa banyak

melakukan proses mental dengan menyoroti

permasalahan dari berbagai aspek.

2) Kekurangan Strategi Problem Based Learning

a. Sering terjadi kesulitan dalam menemukan

permasalahan yang sesuai dengan tingkat berpikir para

siswa;

b. Sering memerlukan waktu yang lebih banyak

dibandingkan dengan menggunakan metode

konvensional;

c. Sering mengalami kesulitan dalam perubahan

kebiasaan belajar dari yang semula belajar dengan

11

mendengar, mencatat dan menghafal informasi yang

disampaikan guru, menjadi belajar dengan cara

mencari data, menganalisis, menyusun hipotesis, dan

memecahkannya sendiri.

Metode Penelitian

Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah dibahas

maka jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi eksperimental)

dengan rancangan penelitian menggunakan model posttest control group design,

dimana sampel dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelas eksperimen dan kelas

kontrol. Siswa pada kelas eksperimen diberikan perlakuan dengan strategi

problem based learning. Sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan

seperti halnya pada kelas eksperimen, tetapi perlakuan seperti biasanya, dalam hal

ini menggunakan strategi konvensional.

Adapun bentuk rancangan yang digunakan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2Rancangan Penelitian

Kelas Treatment Post TestEksperimen X T

Kontrol - T

Dengan ketentuan :X= Perlakuan yang akan diberikan pada kelas eksperimen yaitu problem based

learningT = Test yang diberikan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen (post test) (Syaodih, 2009: 204).

Hasil dan Pembahasan

Dari analisa data tes hasil belajar siswa (post test) di kelas eksperimen dan

di kelas kontrol, diperoleh nilai rata-rata untuk kelas eksperimen adalah

X1=7,125 dengan varians S12=1,343, sedangkan pada kelas kontrol diperoleh

nilai rata-rata X2=6,0375 dengan varians S22=0,967. Dari data tersebut

diperoleh bahwa nilai rata-rata tes hasil belajar siswa di kelas eksperimen lebih

tinggi dibandingkan tes hasil belajar siswa di kelas kontrol.

12

Dari data angket yang telah disebar oleh peneliti di kedua

kelas yakni kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah proses

pembelajaran berakhir, didapatlah hasil sebagai berikut:

Data angket di kelas ekperimen menunjukkan bahwa yang

menjawab sangat setuju (SS) sebanyak 10 orang, setuju (S)

sebanyak 24 orang, kurang setuju (KS) sebanyak 6 orang, dan

tidak setuju (TS) tidak ada.

Sedangkan data angket di kelas kontrol menunjukkan

bahwa yang menjawab sangat setuju (SS) tidak ada, setuju (S)

sebanyak 15 orang, kurang setuju (KS) sebanyak 18 orang, dan

tidak setuju (TS) sebanyak 7 orang.

Tabel 3Tabel Persentase Jawaban Angket Siswa

Jawaban Angket

Persentase Angket (%)Kelas

EksperimenKelas Kontrol

Sangat Setuju 25% 0%Setuju 60% 37,5%%

Kurang Setuju 15% 45%%Tidak Setuju 0% 17,5%

Dari hasil perhitungan untuk kelas VIII-1 dengan

pembelajaran yang menggunakan strategi problem based

learning, diperoleh bahwa Lo=0.0558, setelah membandingkan

harga Lo ini dengan harga Liliefors untuk N = 40 dan taraf nyata

∝=0.05, diperoleh harga Ltabel=0,866

√40=0,139. Ternyata Lo < Ltabel berarti sampel

berasal dari populasi berdistribusi normal.

Dari hasil perhitungan untuk kelas VIII-2 dengan pembelajaran

yang tanpa menggunakan strategi problem based learning

(konvensional), diperoleh bahwa Lo=−0.0422, setelah membandingkan

dengan harga Lo ini dengan harga Liliefors untuk N = 40 dan taraf nyata ∝=0.05,

13

diperoleh harga Ltabel=0,866

√40=0,139. Ternyata Lo < Ltabel berarti sampel berasal

dari populasi berdistribusi normal.

Dari hasil perhitungan untuk hasil belajar siswa dengan

menggunakan strategi problem based learning dan untuk hasil

siswa dengan tanpa menggunakan strategi problem based

learning (konvensional) diperoleh harga Fhitung = 1,705. Setelah

membandingkan harga Fhitung dengan Ftabel diperoleh Fhitung<F tabel (1,389<1,705).

Hal tersebut dapat diartikan bahwa hasil belajar siswa untuk kedua kelas pada

sampel dengan strategi problem based learning dan tanpa strategi problem based

learning (konvensional) mempunyai varians yang sama atau dengan kata lain

kedua kelas tersebut dinyatakan homogen.

Setelah diketahui bahwa kelas yang mendapat strategi

problem based learning dan kelas yang tanpa mendapat strategi

problem based learning (konvensional) adalah berdistribusi

normal dan mempunyai varians yang sama atau homogen,

dengan demikian pengujian hipotesis dilakukan melalui uji satu

pihak ke kanan atau uji t (t-test). Dari perhitungan (lampiran 14)

kedua kelompok sampel yang homogen dan mempunyai varians

yang sama, diperoleh bahwa nilai thitung = 4,53 sedang nilai ttabel untuk taraf

signifikan α = 0,05 dan derajat kebebasan 78 adalah 1,991 berarti t hitung ¿ t tabel ,

maka nilai hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima.

Dari data angket, didapat bahwa sebanyak 60% siswa

setuju penggunaan strategi problem based learning terhadap

proses pembelajaran khususnya pada materi pokok teorema

pythagoras.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang

signifikan dan positif pada strategi problem based learning terhadap hasil belajar

siswa khususnya pada materi pokok teorema pythagoras MTs. Tarbiyah Islamiyah

Sungai Guntung.

Kesimpulan dan Saran

14

1. Kesimpulan

Dari hasil analisis yang dilakukan dalam penelitian ini

didapat beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1) Strategi problem based learning merupakan strategi yang

menuntut siswa untuk belajar melalui permasalahan-

permasalahan yang diberikan. Permasalahan yang

diberikan merupakan permasalahan yang erat kaitannya

dengan kehidupan sehari-hari. Hal itu dilakukan agar para

siswa dapat lebih mudah memahami pengertian dari

permasalahan tersebut serta dapat lebih mudah

mengaplikasikan konsep teorema pythagoras kepada

permasalahan tersebut. Menganalisis permasalahan dan

pengaplikasian konsep yang lebih ditekankan dalam

penelitian ini, hal itu disebabkan para siswa mendapat

kesulitan dalam memahmi soal yang berhubungan dengan

kehidupan nyata. Sehingga, penggunaan strategi problem

based learning membantu para siswa menganalisis dan

mengaplikasikan konsep ke permasalahan kehidupan

sehari-hari yang diberikan oleh guru.

2) Nilai rata-rata untuk hasil belajar siswa yang diberi

perlakukan strategi problem based learning adalah

X1=7,125 dengan varians S12=1,343 dan standar deviasi S1=1,159

sedangkan hasil belajar siswa yang tidak diberi perlakukan

strategi problem based learning (konvensional) diperoleh nilai

rata-rata X2=6,0375 dengan varians S22=0,967 dan standar deviasi

S2=0,983. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa

dengan mendapatkan strategi problem based learning lebih tinggi dari

pada hasil belajar siswa tanpa mendapatkan strategi problem based

learning.

3) Berdasarkan uji statistik dapat diketahui bahwa penggunaan strategi

problem based learning dalam proses pembelajaran mempunyai pengaruh

15

yang positif. Hal itu terlihat dari data angket siswa yang menunjukkan

hasil bahwa 60% siswa setuju penggunaan strategi problem based learning

membantu meraka dalam proses pembelajaran khususnya pada materi

pokok teorema pythagoras mempunyai pengaruh yang positif.

2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti ingin memberikan

saran-saran sebagai berikut:

a. Bagi guru mata pelajaran Matematika, agar memilih

strategi pembelajaran yang paling sesuai dengan materi

pokok yang diajarkan, seperti strategi problem based

learning , agar nantinya dapat menunjang proses

pembelajaran yang lebih aktif, efektif dan efisien.

b. Bagi siswa hendaknya memperbanyak koleksi soal-soal

dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks

dan bervariasi. Perhatikan dengan baik pada saat guru

sedang mengajar. Tentukan cara belajar yang baik dan

efisien, dan hendaknya siswa dapat berperan aktif

dalam kegiatan belajar mengajar agar proses belajar dapat

berjalan dari dua arah.

c. Bagi peneliti selanjutnya, peneliti dapat melakukan

penelitian selanjutnya pada materi pokok yang lain.

Daftar Pustaka

Armanto, Dian. Aspek Perubahan Pendidikan Dasar Matematika melalui Pendidikan Matematika Realistik, Makalah disajikan dalam Seminar Nasional RME. Medan: DEPAG Provinsi Sumatera Utara

Nata, Abuddin. (2009). Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta : Kencana

Nizarwati, dkk. (2009). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berorientasi Konstruktivisme untuk Mengajarkan Konsep Perbandingan Trigonometri Siswa Kelas X SMA. Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 3 No. 2 Desember 2009. Hal: 57-72

Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana

16

Syaodih, Nana. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : ROSDA

Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta :

Kencana

Tim PLPG UNIMED. (2008). Metodologi Pembelajaran Matematika untuk SMP. Medan : UNIMED

Tugiman. (2013). Pengembangan Media Pembelajaran Matematika Menggunakan Adobe Flash CS3 Proffesional dengan Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) Siswa SMP/MTs Kelas VIII Pada Pokok Bahasan Teorema Pythagoras. Skrispi Program Studi Pendidikan Matematika. Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Yogyakarta

Wena, Made. (2009). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer; Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta : Bumi Aksara

17