Pro Kontra Low Cost Green Car

6
“Low Cost Green Car”: Sebuah Solusi atau Modus Pencitraan Pemerintah? Mushonnifun Faiz Sugihartanto | Staff Kementerian Kebijakan Publik BEM ITS 2013/2014 Kebijakan pemerintah Republik Indonesia yang cukup mendapat sorotan saat ini, adalah berawal dari dikeluarkannya Peraturan Menteri Perindustrian No. 33/M-IND/PER/7/2013 tentang pengembangan Produksi Kendaraan Bermotor Roda Empat yang Hemat Energi dan Harga Terjangkau yang merujuk pada lahirnya LCGC (Low Cost Green Car) yang diklaim mobil ini merupakan mobil murah dengan basis ramah lingkungan. Berdasarkan peraturan menteri tersebut, terdapat beberapa spesifikasi yang harus dipenuhi oleh produsen mobil murah. Spesifikasi tersebut antara lain: Kapasitas mesin untuk yang menggunakan BBM bekisar 980 – 1200 cc, untuk mesin diesel maksimal 1500cc Konsumsi minimal bahan bakar minyak berkiasar 20 km / liter Research Ocatane Number (RON) untuk yang berbahan bakar api maksimal 92, dan Cetane Number maksimal 51 untuk yang diesel. Harga jual mobil tersebut maksimal Rp95.0000.000,00 *Sumber: Peraturan Menteri Perindustrian No 33 Tahun 2013 [dari situs Kemenperin] Dengan spesifikasi yang disebutkan di atas, LCGC memiliki kelebihan dan kekurangan. Berikut ini adalah kelebihan dan kekurangan mobil murah ramah lingkungan: Kelebihan 1. Harganya yang murah. 2. Walaupun dengan harga murah fitur safety tetap menjadi prioritas. 3. Irit bahan bakar. 4. Rendah polusi gas buangan karbon monoksida. · Kekurangan 1. Akselerasi mobil LCGC cenderung lambat.

description

Kajian Low Cost Green Car

Transcript of Pro Kontra Low Cost Green Car

Page 1: Pro Kontra Low Cost Green Car

“Low Cost Green Car”: Sebuah Solusi atau Modus Pencitraan Pemerintah? Mushonnifun Faiz Sugihartanto | Staff Kementerian Kebijakan Publik BEM ITS 2013/2014

Kebijakan pemerintah Republik Indonesia yang cukup mendapat sorotan saat ini, adalah berawal dari dikeluarkannya Peraturan Menteri Perindustrian No. 33/M-IND/PER/7/2013 tentang pengembangan Produksi Kendaraan Bermotor Roda Empat yang Hemat Energi dan Harga Terjangkau yang merujuk pada lahirnya LCGC (Low Cost Green Car) yang diklaim mobil ini merupakan mobil murah dengan basis ramah lingkungan. Berdasarkan peraturan menteri tersebut, terdapat beberapa spesifikasi yang harus dipenuhi oleh produsen mobil murah. Spesifikasi tersebut antara lain:

Kapasitas mesin untuk yang menggunakan BBM bekisar 980 – 1200 cc, untuk mesin diesel maksimal 1500cc

Konsumsi minimal bahan bakar minyak berkiasar 20 km / liter Research Ocatane Number (RON) untuk yang berbahan bakar api maksimal 92, dan Cetane

Number maksimal 51 untuk yang diesel. Harga jual mobil tersebut maksimal Rp95.0000.000,00

*Sumber: Peraturan Menteri Perindustrian No 33 Tahun 2013 [dari situs Kemenperin]

Dengan spesifikasi yang disebutkan di atas, LCGC memiliki kelebihan dan kekurangan. Berikut ini adalah kelebihan dan kekurangan mobil murah ramah lingkungan:

       Kelebihan 1. Harganya yang murah.2. Walaupun dengan harga murah fitur safety tetap menjadi prioritas.3. Irit bahan bakar.4. Rendah polusi gas buangan karbon monoksida.

· Kekurangan1. Akselerasi mobil LCGC cenderung lambat.2. Berat mobil yang ringan menyebabkan kurang stabil apabila dalam kecepatan tinggi.3. Beberapa tipe pada bagian rem tidak dilengkapi ABS dan EBD, jadi harus lebih berhati-hati

dalam berkendara dan menjaga jarak antar kendaraan.

Sebelum melangkah lebih jauh, wacana mengenai kebijakan mobil murah ini sebenarnya telah ada sejak tahun beberapa tahun yang lalu, bahkan di IIMS 2012 sudah diperkenalkan mobil LCGC yang dikeluarkan oleh 2 produsen yang cukup dominan di Indonesia yaitu Astra Daihatsu Motor dan Toyota Astra Motor. Berbagai pertimbangan telah dilakukan pemerintah dalam menentukkan kebijakkan ini. Sehingga pada akhirnya keputusan final adalah mengeluarkan mobil LCGC yang tak lain tak bukan adalah untuk menghadapi persaingan pasar bebas ASEAN di 2015 mendatang. Sehingga sebenarnya wacana peluncuran mobil murah ini sudah jauh-jauh hari. Namun, timing peluncuran mobil LCGC yang mendekati tahun 2014 ini, akhirnya menimbulkan banyak persepsi dari berbagai pihak.

Page 2: Pro Kontra Low Cost Green Car

Oleh karena itulah, mari kita lihat dari dua sudut pandang. Yaitu sudut pandang golongan masyarakat yang pro atau setuju dengan adanya kebijkan LCGC ini, dan golongan masyarakat yang kontra atau tidak setuju dengan adanya kebijakan LCGC ini.

Golongan KontraAdanya kebijakan LCGC dinilai sebagai sebuah tindakan inkonsistensi dari pemerintah. Menurut

Wakil Direktur ReForminer Institute, Komaidi Notonegoro mengatakan bahwa pemerintah, khususnya Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), selalu mengetatkan peraturan mengenai pemangkasan subsidi bahan bakar minyak (BBM). Namun, justru produksi mobil ini memicu kepemilikan kendaraan pribadi semakin gencar. Apalagi keran produksi mobil ini dibuka sebesar-besarnya dengan target produksi mencapai 300.000 per tahun.

Pemerintah mengatakan, bahwa mobil murah ini akan menggunakan BBM yang nonsubsidi. Namun siapa yang bias menjamin di lapangan bahwa masyarakat akan membelikan bahan bakar mobil in dengan bahan bakar nonsubsidi. Pada pelaksanaannya sekarang saja, masih banyak mobil yang seharusnya menggunakan bbm nonsubsidi justru masih menggunakan BBM bersubsidi. Sementara itu sebenarnya pemerintah mengatakan akan menggunakan alat pengawas dan keamanan dengan alat pemantau penggunaan BBM bersubsidi atau radio frequency-identification (RFID). Namun sampai sekarang hal itu belum juga terlaksana. Bahkan, distribusi alat tersebut ditunda Juli 2014 karena kesulitan pendanaan untuk mendatangkan produk dari China dan Korea Selatan itu.

Dampak buruk yang lainnya adalah kemacetan. Sebagaimana yang kita tahu bahwa karakteristik masyarakat Indonesia menyukai barang-barang yang murah. Terutama di wilayah JABODETABEK yang notabene kendaraan di sana telah padat. Berdasarkan data dari BPS, bahwa pertumbuhan kendaraan di Jabodetabek tidak sebanding dengan pertumbuhan ruas jalan, dimana pertumbuhan kendaraan disana mencapai 8%/tahun sedangkan pertumbuhan jalan hanya 0,01%/tahun dengan komposisi 1,2%nya atau 87.600nya adalah kendaraan umum sudah termasuk KRL sedangkan kendaraan pribadi sebesar 7,25 juta/98,8% nya. Dan yang menjadikan lebih miris ialah perharinya kendaraan pribadi dengan sejumlah itu hanya mengangkut 44% atau 6,73 juta jiwa selama perjalanan sedangkan angkutan umum dengan jumlahnya yang hanya sebesar itu harus menanggung beban ngkut 56% atau 8,6 juta jiwa. Ini menjadi sebuah fakta yang tidak sebanding dengan apa yang dijanjikan pemerintah kepada masyarakat terkait kebijakan transportasi kita, bahkan di Jakarta sendiri ketika dihitung perharinya rata-rata terdaftar 1.284 kendaraan baru masuk.

Alasan lainnya mengapa keberadaan LCGC ini ditolak adalah bagi sebagian orang Mobil murah bukanlah solusi bagi transportasi di Indonesia, yang seharusnya dikembangkan adalah moda-moda transportasi yang mendukung seperti MRT,dan sebagainya seperti yang digunakan di negara-negara maju. Sebab, paradigma yang menancap di benak masyarakat Indonesia saat ini adalah transportasi umum adalah alat tranportasi menengah ke bawah karena fasilitasnya yang buruk, dan cenderung tidak terawat. Maka seharusnya kebijakan yang diambil pemerintah adalah pemberdayaan transportasi umum. Dengan begitu tingkat polusi pun dapat dikurangi.

Isu lingkungan juga tak luput dari alasan pihak yang kontra ini. Memang dalam undang-undang disebutkan bahwa Mobil LCGC diwajibkan menggunakan bahan bakar dengan spesifikasi research octane number (RON) 92. Namun, jika masyarakat yang membeli semakin banyak, hasilnya sama saja. Justru kalau memang menginginkan perbaikan lingkungan, mengapa tidak mengembangkan mobil listrik

Page 3: Pro Kontra Low Cost Green Car

atau mobil yang menggunakan energy alternatif. Jika mau berubah jangan berubah setengah-setengah. Maka berubahlah seluruhnya.

Selain itu, jika ditinjau lebih dalam, walaupun komponennya sekitar 80% berasal dari dalam negeri, tetapi produsen yang memproduksi mobil-mobil murah tersebut adalah produsen-produsen dengan brand dari Jepang seperti Daihatsu, Toyota, Honda, Datsun, dan sebagainya. Hal itu tentu sama saja dengan bohong. Lalu apa kabar Mobil KIAT ESEMKA? Mobil yang jelas buatan anak Indonesia, namun seakan hilang sekarang taka da suaranya.

Dampak positif yang lain adalah mencegah masuknya mobil murah lain dari luar negeri. Sebagaimana yang kita tahu, bahwa Thailand juga telah melakukan produksi terhadap mobil murah. Dengan adanya mobil murah di Indonesia, diharapkan masyarakat Indonesia tidak lagi memilih mobil impor, namum memilih mobil buatan anak bangsa sendiri.

Golongan ProAlasan masyarakat yang berada dalam golongan pro ada beberapa. Yang pertama adalah

Masyarakat Indonesia yang sudah merdeka 68 tahun sudah selayaknya untuk dapat membeli mobil, yang dimaksud disini adalah masyarakat menengah bawah yang selama ini tidak mampu membeli mobil. Sebagaimana kita tahu, dominasi masyarakat di Indonesia masih berada di kalangan menengah ke bawah. Diharapkan dengan adanya mobil murah ini, maka effort masyarakat menengah ke bawah untuk bekerja lebih keras, sehingga mereka mampu mendapatkan pendapatan yang lebih banyak untuk meraih mimpinya.

Alasan yang kedua adalah adanya fenomena AEC 2015. Dalam menghadapi perdagangan bebas ASEAN yang akan datang (di 2015), lebih baik memproduksi mobil di dalam negeri yang komponennya sebagian besar berasal dari dalam negeri serta membuka lapangan pekerjaan yang cukup besar bagi masyarakat Indonesia dibandingkan dengan produsen luar yang masuk ke pasar di Indonesia dan menawarkan mobil-mobil murah. Sehingga Indonesia tidak akan menjadi “babu” di rumahnya sendiri, tidak akan hanya jadi penonton berbagai produk otomotif masuk dan membanjiri pasar dalam negeri. Di harapkan kita tidak hanya selalu jadi konsumen tapi juga menjadi produsen.

Menurut ketua DPD RI, Marzuki Alie dirinya setuju dengan wacana mobil murah yang digulirkan pemerintah melalui Low Cost Green Car (LCGC) dengan kisaran harga di bawah Rp100 juta untuk mengurangi konsumsi bahan bakar minyak (subsidi) dan memperkuat industri otomotif Indonesia. Marzuki menilai mobil murah tersebut dapat memperkuat industri di Indonesia khususnya dalam menghadapi persaingan perdagangan bebas ASEAN 2015 mendatang. "Persoalan kemacetan jangan dikaitkan dengan industrialisasi. Bangun industri penting loh, ada lokomotif yang harus kita kedepankan. Kita unggulnya dalam bidang apa di kawasan ASEAN, kalau kita unggulnya dalam otomotif, kita kembangkan bidang otomotif," beber Marzuki di Warung Daun Cikini, Jakarta, Sabtu (21/9/2013). Sangat berbahaya bagi Indonesia tidak memiliki unggulan dalam pasar bebas ASEAN. Jika tidak siap, mau atau tidak mau, kata dia, Indonesia tetap akan dibanjiri mobil murah dari negara lain.

Mobil LCGC diharapkan dapat menjadi produk unggulan ekspor, sehingga produk ini tidak hanya menjamur di pasar dalam negeri. Intinya mobil murah tidak hanya dipasarkan di dalam negeri, namun juga bisa diekspor. Kehadiran LCGC juga digadang-gadang menjadi cikal bakal mobil nasional (mobnas) di tengah makin tingginya permintaan kendaraan roda empat. Sehingga diharapkan bisa memacu pertumbuhan industri otomotif Indonesia hingga 7,5% sehingga memiliki harapan bisa meminimalisasi

Page 4: Pro Kontra Low Cost Green Car

penggunaan produk-produk luar. Seperti data dari Gaikindo (Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia) selama Januari hingga November 2012 pasar mobil di Indonesia sebagian besar dikuasai oleh merek Jepang.

Selain itu, kehadiran mobil murah ini diharapkan dapat meningkatkan iklim investasi. Berdasarkan data dari kemenperin dinyatakan bahwa Program LCGC ini diperkirakan bakal menarik investasi sebesar US$ 6,5 miliar, yang terdiri atas investasi perakitan dan perusahaan komponen. Sejumlah model LCGC telah dilansir oleh beberapa pabrikan mobil di Tanah Air dengan kisaran harga Rp 76-120 juta per unit. Beberapa produk LCGC yang sudah muncul di pasaran seperti Toyota Agya, Daihatsu Ayla, Honda Brio Satya. Model lain yang juga sudah diperkenalkan yakni Datsun GO+ dan Datsun GO. Agya, Ayla, dan Brio mulai dijual tahun ini. Sedangkan GO+, yang merupakan satu-satunya model MPV LCGC, mulai dijual tahun depan.

KonklusiKebijakan mobil murah memang menuai banyak pro dan kontra dalam pelaksanaannya. Karena

di satu sisi, kebijakan mobil murah ini bisa memacu pertumbuhan industri otomotif lokal dengan kata lain bisa menghasilkan produk mobil sendiri dengan harga yang lebih murah dan penggunaan bahan bakar minyak yang irit. Namun di sisi lain kebijakan mobil murah ini juga akan meningkatkan volume kendaraan khususnya di kota-kota besar seperti Jakarta, Bogor, Bandung, dan sebagainya yang akan menyebabkan kemacetan yang semakin parah sehingga bisa menyebabkan kerugian-kerugian finansial akibat tidak seimbangnya volume kendaraan dengan jumlah fasilitas dan infrastruktur yang tersedia.