Prinsip Etika Kep. Jantung

55
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hak untuk memperoleh catatan medis baik selama dan sesudah dirawat di rumah sakit PERNYATAAN HAK-HAK PASIEN Pernyataan hak-hak pasien (Patient;s Bill of Rights) dikeluarkan oleh The American Hospital Association (AHA) pada tahun 1973 dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pemahaman hak-hak pasien yang akan dirawat di RS Sampai pada akhir abad ke -19 bedah jantung masih tabu bagi para ahli bedah,karena jantung merupakan organ sumber kehidupan yang dianggap suci. Meskipun demikian, pelajaran anatomi jantung sudah dirintis melalui karya seorang seniman terkenal. Perkembangan bedah toraks yang dirintis oleh para ahli bedah telah membuka jalan untuk berkembangnya bedah jantung. Bedah jantung pada bayi yang sianotik sejak lahir karena adanya penyakit jantung bawaan dilakukan pertama kali di Amerika Serikat,oleh ahli bedah Alfred Blalock yang disebut dengan bedah Blalock- Tausag yang merupakan tindakan bedah jantung baku yang sampai sekarang masih dikerjakan. Kelainan katup aorta ditangani pada tahun1939 dengan memasang katup bola dari bahan plastic pada aorta desendens dengan cara memperbaiki kelainan jantung 1 | P a g e

description

Prinsip Etika Kep. Jantung

Transcript of Prinsip Etika Kep. Jantung

Page 1: Prinsip Etika Kep. Jantung

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hak untuk memperoleh catatan medis baik selama dan sesudah dirawat di

rumah sakit PERNYATAAN HAK-HAK PASIEN Pernyataan hak-hak pasien

(Patient;s Bill of Rights) dikeluarkan oleh The American Hospital Association

(AHA) pada tahun 1973 dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang

pentingnya pemahaman hak-hak pasien yang akan dirawat di RS

Sampai pada akhir abad ke -19 bedah jantung masih tabu bagi para ahli

bedah,karena jantung merupakan organ sumber kehidupan yang dianggap suci.

Meskipun demikian, pelajaran anatomi jantung sudah dirintis melalui karya

seorang seniman terkenal.

Perkembangan bedah toraks yang dirintis oleh para ahli bedah telah membuka

jalan untuk berkembangnya bedah jantung. Bedah jantung pada bayi yang sianotik

sejak lahir karena adanya penyakit jantung bawaan dilakukan pertama kali di

Amerika Serikat,oleh ahli bedah Alfred Blalock yang disebut dengan bedah

Blalock-Tausag yang merupakan tindakan bedah jantung baku yang sampai

sekarang masih dikerjakan.

Kelainan katup aorta ditangani pada tahun1939 dengan memasang katup bola

dari bahan plastic pada aorta desendens dengan cara memperbaiki kelainan

jantung tanpa menghentikan denyut jantung disebut bedah jantung tertutup bedah

ini  termasuk bedah pemasangan alat jantung yaitu sebuah baterai alat elektronik

pengahasil pulsa yang diatur oleh rangkaian listrik dan computer.

Perkembangan bedah jantung yang pesat terjadi di abad millennium

ketiga,sperti pengobatan infrak miokard dengan terapi gen,operasi jantung

invasive minimal dengan insisi mini dan memakai alat bantu teropong telelensa

atau operasi jantung pintas koroner off-pump tanpa mengehentikan denyut

jantung,operasi jantung dengan robot beserta perlengkapan computer super

canggih.

1 | P a g e

Page 2: Prinsip Etika Kep. Jantung

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja prinsip-prinsip etika keperawatan ?

2. Bagaimana Perlindungan Hukum Dalam Praktik Keperawatan ?

3. Bagaimana tindakan pada operasi jantung : pra operasi, intra

operasi dan post operatif ?

4. Bagaimana pengambilan keputusan legal etis dan fungsi advokasi

pada kasus gangguan system kardiovaskuler : tindakan operasi

jantung ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui prinsip-prinsip etika keperawatan.

2. Untuk mengetahui perlindungan hukum dalam praktik

keperawatan.

3. Untuk mengetahui tindakan operasi jantung : pra operasi, intra

operasi dan post operatif.

4. Untuk mengetahui pengambilan keputusan legal etis dan fungsi

advokasi pada kasus gangguan system kardiovaskuler : tindakan

operasi jantung ?

2 | P a g e

Page 3: Prinsip Etika Kep. Jantung

BAB II

PEMBAHASAN

PRINSIP-PRINSIP ETIK KEPERAWATAN

a. Otonomi (Autonomy)

b. Berbuat baik (Beneficience)

c. Keadilan (Justice)

d. Tidak merugikan (Nonmaleficence)

e. Kejujuran (Veracity)

f. Menepati janji (Fidelity)

g. Kerahasiaan (Confidentiality)

h. Akuntabilitas (Accountability)

PERLINDUNGAN HUKUM DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN

a. Pengertian Hukum.

Hukum adalah keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan atau kaidah-

kaidah dalam suatu kehidupan bersama, atau keseluruhan peraturan

tingkah laku yang berlaku dalam suatu kehidupan bersama yang dapat

dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi.

Hukum adalah keseluruhan peraturan yang mengatur dan menguasai

manusia dalam kehidupan bersama.

b. Pengertian Hukum Kesehatan

Adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur hak dan kewajiban baik

dari tenaga kesehatan dalam melaksanakan upaya kesehatan maupun

individu dalam masyarakat yang menerima upaya kesehatan tersebut

dalam segala aspek promotif,preventif,kuratif dan rehabilitative serta

organisasi dan sarana.

c. Fungsi Hukum dalam Pelayanan Keperawatan

Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan

Membedakan tanggung jawab dengan profesi yang lain

3 | P a g e

Page 4: Prinsip Etika Kep. Jantung

Membantu mempertahankan standar praktek keperawatan dengan

meletakan posisi perawat memiliki akuntabilitas dibawah hukum.

d. Alasan perlunya perlindungan hukum dalam praktek keperawatan

Ada beberapa alasan mengapa Undang-undang Praktek

Keperawatan dibutuhkan. Pertama,alasan filosofi. Perawat telah

memberikan konstribusi besar dalam peningkatan derajat kesehatan .

perawat berperan dalam memberikan pelayanan kesehatan mulai dari

pelayanan pemerintah dan swasta,dan dari perkotaan hingga pelosok desa

terpencil dan perbatasan. Tetapi pengabdian tersebut pada kenyataannya

belum diimbangi dengan pemberian perlindungan hukum,bahkan

cendrung menjadi objek hokum. Perawat juga memiliki kompetensi

keilmliuan,sikp rasinal,etis dan profesianal. Semangat pengabdian yang

tinggi,berdisiplin,kreatif,trampil,berbudi luhur dandapat memegang teguh

etika profesi. Disamping itu Undang-undang memiliki tujuan, lingkup

profesi yang jelas, kemutlakan profesi,kepentingan bersama berbagai

pihak(masyarakat,profesi,pemerintah dan pihak terkait

lainnya),keterwakilan yang seimbang, optimalisasi

profesi,fleksibilitas,efisiensi dan keselarasan.

e. Standar profesi dan perlindungan hukum

Petugas kesehatan adalah petugas kesehatan yang profesional.

Petugas kesehatan yang profesional mendasarkan semua perilaku dan

tindakanya dalam melayani masyarakat atau pasien harus didasarkan

standar profesi.

Oleh sebab itu setiap jenis tenaga kesehatan yang melayani di

semua sarana dan fasilitas kesehatan harus mempunyai acuan bertindak

(etika) profesi.

Ketentuan tentang standar profesi petugas kesehatan ini dalam peraturan

pemerintah No. 32 Tahun 1996 diatur sebagai berikut:

4 | P a g e

Page 5: Prinsip Etika Kep. Jantung

a. Setiap tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban

untuk mematuhi standar profesi tenaga kesehatan.

b. Standar profesi tenaga kesehatan ini selanjutnya di tetapkan oleh

menteri.

c. Bagi tenaga kesehatan jenis tertentu dalam melaksanakan tugas

profesinya berkewajiban untuk :

1. Menghormati hak pasien

2. Menjaga kerahasian identitas dan tata kesehtan pribadi pasien.

3. Memberi informasi yang berkaitan dengan kondisi dan tindakan

yang akan di lakukan

4. Meminta persetujuaan terhadap tindakan yang akan di lakukan

5. Membuat dan memelihara rekam medis

f. Penyebab tuntutan hukum terhadap perawat terhadap profesi

Pasien jatuh dan kesalahn dalam pengobatan adalah dua penyebab

utama tuntutan hukum terhadap perawat. Masalah lain yang mencetuskan

perkara hukum meliputi:

a. Keselahan di kamar operasi.

b. Komunikasi yang tidak efektif.

c. Observasi yang tidak adekuat

UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan UNDANG-UNDANG TENTANG

KESEHATAN.

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan :

1. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang

memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

2. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau

masyarakat.

3. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam

bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan

5 | P a g e

Page 6: Prinsip Etika Kep. Jantung

melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu

memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

4. Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan

upaya kesehatan.

5. Transplantasi adalah rangkaian tindakan medis untuk memindahkan organ

dan atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang lain atau

tubuh sendiri dalam rangka pengobatan untuk menggantikan organ dan

atau jaringan tubuh yang tidak berfungsi dengan baik.

6. Implan adalah bahan berupa obat dan atau alat kesehatan yang ditanamkan

ke dalam jaringan tubuh untuk tujuan pemeliharaan kesehatan, pencegahan

dan penyembuhan penyakit, pemulihan kesehatan, dan atau kosmetika.

7. Pengobatan tradisional adalah pengobatan dan atau perawatan dengan

cara, obat, dan pengobatnya yang mengacu kepada pengalaman dan

keterampilan turun temurun, dan diterapkan sesuai dengan norma yang

berlaku dalam masyarakat.

8. Kesehatan matra adalah upaya kesehatan yang dilakukan untuk

meningkatkan kemampuan fisik dan mental guna menyesuaikan diri

terhadap lingkungan yang berubah secara bermakna baik lingkungan darat,

udara, angkasa, maupun air.

9. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika.

10. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan

tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau

campuran dari bahan tersebut yang secara turun-temurun telah digunakan

untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.

11. Alat kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin, implan yang tidak

mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,

menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit serta

memulihkan kesehatan pada manusia dan atau untuk membentuk struktur

dan memperbaiki fungsi tubuh.

12. Zat aktif adalah bahan yang penggunaannya dapat menimbulkan

ketergantungan psikis.

6 | P a g e

Page 7: Prinsip Etika Kep. Jantung

13. Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu

sediaan farmasi, pengamanan pengadaan, penyimpanan dan distribusi

obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep doktcr, pelayanan

informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional.

14. Perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan

untuk menyclenggarakan upaya kesehatan.

15. Jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat adalah suatu cara

penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang paripurna berdasarkan asas

usaha bersama dan kekeluargaan, yang berkesinambungan dan dengan

mutu yang terjamin serta pembiayaan yang dilaksanakan secara praupaya.

PP No. 32 tahun 1996 tentang Tenga Kesehatan

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan :

1. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yanlg mengabdikan diri dalam

bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan

melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu

memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan;

2. Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan

upaya kesehatan;

3. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan/atau

masyarakat;

4. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang kesehatan

Kepmenkes No. 148 2010 tentang Registrasi dan Praktik Keperawatan

Dalam peraturan menteri ini yang dimaksud dengan :

a. Perawat adalah seorang yang telah lulus pendidikan perawat baik

di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan peraturan perundang

– undangan

b. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk

menyelenggarakan upaya kesehatan promotif, preventif, kuratif ,

dan rehabilitatif.

7 | P a g e

Page 8: Prinsip Etika Kep. Jantung

c. Surat izin praktik keperawatan yang selanjutnya di singkat SIPP

adalah bukti tertulis yang di berikan keapda perawat untuk

melakukan praktik keperawatan secara perorangan atau

berkelompok.

d. Standar adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai

petunjuk dalam menjalankan profesi yang meliputi standar

pelayanan , standar profesi, dan standar prosedur operasional.

e. Surat tanda registrasi yang selanjutnya disingkat STR adalah bukti

tertulis yang diberikan oleh pemerintah kepada tenaga kesehatan

yang telah memiliki sertifikat kopetensi sesuai ketentuan peraturan

perundang – undangan.

f. Obat bebas adalah obat yang berlogo bulatan yang berrwarna hijau

yang dapat diperoleh tanpa resep dokter.

g. Obat bebas terbatas adalah obat yng berlogo bulatan berwarna biru

yangv dapat di peroleh tanpa resep dokter

h. Organisasi profesi adalh persatuan perawat nasional indonesia

Area Overlapping Hak-Hak Pasien Kesadaran masyarakat terhadap

hak-hak mereka dalam pelayanan kesehatan dan tindakan yang

manusiawi semakin meningkat, sehingga diharapkan adanya

pemberi pelayanan kesehatan dapat memberi pelayanan yang

aman, efektif dan ramah terhadap mereka.

Jika harapan ini tidak terpenuhi, maka masyarakat akan menempuh jalur

hukum untuk membela hak-haknya. Klien mempunyai hak legal yang diakui

secara hukun untuk mendapatkan pelayanan yang aman dan kompeten. Perhatian

terhadap legal dan etik yang dimunculkan oleh konsumen telah mengubah sistem

pelayanan kesehatan. Kebijakan yang ada dalam institusi menetapkan prosedur

yang tepat untuk mendapatkan persetujuan klien terhadap tindakan pengobatan

yang dilaksanakan. Institusi telah membentuk berbagai komite etik untuk

meninjau praktik profesional dan memberi pedoman bila hak-hak klien terancam.

Perhatian lebih juga diberikan pada advokasi klien sehingga pemberi pelayanan

kesehatan semakin bersungguh-sungguh untuk tetap memberikan informasi

8 | P a g e

Page 9: Prinsip Etika Kep. Jantung

kepada klien dan keluarganya bertanggung jawab terhadap tindakan yang

dilakukan.

Beberapa hak pasien yang dibahas disini adalah :

1. Hak memberikan consent (persetujuan) Consent mengandung arti suatru

tindakan atau aksi beralasan yang diberikan tanpa paksaan oleh seseorang

yang memiliki pemgetahuan yang cukup tentang keputusan yang ia

berikan, dimana secara hukum orang tersebut secara hukum mampu

memberikan consent. Consent diterapkan pada prinsip bahwa setiap

manusia dewasa mempunyai hak untuk menentukan apa yang harus

dilakukan terhadapnya.

Kriteria consent yang sah :

a. Tertulis

b. Ditandatangani oleh pasien atau orang yang bertanggung jawab

terhadapnya

c. Hanya ada salah satu prosedur yang tepat dilakukan

d. Memenuhi beberapa elemen penting : penjelasan kondisi, prosedur dan

konsekuensinya, penanganan atau prosedur alternative, manfaat yang

diharapkan, Tawaran diberikan oleh pasien dewasa yang secara fisik

dan mental mampu membuat keputusan

2. Hak untuk memilih mati Keputusan tentang kematian dibuat berdasarkan

standar medis oleh dokter, salah satu kriteria kematian adalah mati otak

atau brain death. Hak untuk memilih mati sering bertolak belakang dengan

hak untuk tetap mempertahankan hidup. Permasalahan muncul pada saat

pasien dalam keadaan kritis dan tidak mamapu membuat keputusan sendiri

tentang hidup dan matinya misal dalam keadaan koma. Dalam situasi

inipasien hanya mampu mempertahankan hidup jika dibantu dengan

pemasangan peralatan mekanik.

3. Hak perlindungan bagi orang yang tidak berdaya Yang dimaksudkan

dengan golongan orang yang tidakberdaya disini adalah orang dengan

9 | P a g e

Page 10: Prinsip Etika Kep. Jantung

gangguan mental dan anak-anak dibawah umur serta remaja dimana secara

hukum mereka tidak dapat membuat keputusan tentang nasibnya sendiri,

serta golongan usia lanjut yang sudah mengalami gangguan pola berpikir

maupun kelemahan fisik.

4. Hak pasien dalam penelitian Penelitian sering dilakukan dengan

melibatkan pasien. Setiap penelitian misalnya penggunaan obat atau cara

penanganan baru yang melibakan pasien harus memperhatikan aspek hak

pasien. Sebelum pasien terlibat, kepada mereka harus diberikan informasi

secara jelas tentang percobaan yang dilakukan, bahaya yang timbul dan

kebebasan pasien untuk menolak atau menerima untuk berpartisipasi.

Apabila perawat berpartisipasi dalam penelitian yang melibatkan pasien,

maka perawat harus yakin bahwa hak pasien tidak dilanggar baik secara

etik maupun hukum. Untuk itu perawat harus memahami hak-hak pasien :

membuat keputusan sendiri untuk berpartisipasi, mendapat informasi yang

lengkap, menghentikan partisipasi tanpa sangsi, mendapat privasi, bebas

dari bahaya atau resiko cidera, percakapan tentang sumber-sumber pribadi

dan hak terhindar dari pelayanan orang yang tidak kompeten.

Hak-hak yang dinyatakan dalam fasilitas asuhan keperawatan (Annas dan Healey,

1974), terdiri dari 4 katagori yanitu :

1. Hak kebenaran secara menyeluruh

2. Hak privasi dan martabat pribadi (kerahasiaan dan keamanannya)

3. Hak untuk memelihara pengambilan keputusan untuk diri sendiri

sehubungan dengan kesehatan

4. Hak untuk memperoleh catatan medis baik selama dan sesudah dirawat di

rumah sakit PERNYATAAN HAK-HAK PASIEN Pernyataan hak-hak

pasien (Patient;s Bill of Rights) dikeluarkan oleh The American Hospital

Association (AHA) pada tahun 1973 dengan tujuan untuk meningkatkan

kesadaran tentang pentingnya pemahaman hak-hak pasien yang akan

dirawat di RS :

10 | P a g e

Page 11: Prinsip Etika Kep. Jantung

a. Pasien mempunyai hak untuk mempertimbangkan dan menghargai

asuhan keperawatan/keperawatan yang akan diterimanya.

b. Pasien berhak memperoleh informasi lengkap dari dokter yang

memeriksanya berkaitan dengan diagnosis, pengobatan dan

prognosis dalam arti pasien layak untuk mengerti masalah yang

dihadapinya.

c. Pasien berhak untuk menerima informasi penting dan memberikan

suatu persetujuan tentang dimulainya suatu prosedur pengobatan,

serta resiko penting yang kemungkinan akan dialaminya, kecuali

dalam situasi darurat.

d. Pasien berhak untuk menolak pengobatan sejauh diizinkan oleh

hukum dan diinformasikan tentang konsekuensi tindakan yang

akan diterimanya.

e. Pasien berhak mengetahui setiap pertimbangan dari privasinya

yang menyangkut program asuhan medis, konsultasi dan

pengobatan yang dilakukan dengan cermat dan dirahasiakan

f.Pasien berhak atas kerahasiaan semua bentuk komunikasi dan

catatan tentang asuhan kesehatan yang diberikan kepadanya.

f. Pasien berhak untuk mengerti bila diperlukan rujukan ketempat

lain yang lebih lengkap dan memperoleh informasi yang lengkap

tentang alasan rujukan tersebut, dan RS yang ditunjuk dapat

menerimanya.

g. Pasien berhak untuk memperoleh informasi tentang hubungan RS

dengan instansi lain, seperti instansi pendidikan atau instansi

terkait lainnya sehubungan dengan asuhan yang diterimanya.

h. Pasein berhak untuk memberi pendapat atau menolak bila

diikutsertakan sebagai suatu eksperimen yang berhubungan dengan

asuhan atau pengobatannya.

i. Pasien berhak untuk memperoleh informasi tentang pemberian

delegasi dari dokternya ke dokter lainnya, bila dibutuhkan dalam

rangka asuhannya.

11 | P a g e

Page 12: Prinsip Etika Kep. Jantung

j. Pasien berhak untuk mengetahui dan menerima penjelasan tentang

biaya yang diperlukan untuk asuhan keehatannya.

k. Pasien berhak untuk mengetahui peraturan atau ketentuan RS yang

harus dipatuhinya sebagai pasien dirawat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hak pasien :

a. Meningkatnya kesadaran para konsumen terhadap asuhan kesehatan dan

lebih besarnya partisipasi mereka dalam perencanaan asuhan

b. Meningkatnya jumlah malpraktik yang terjadi dimasyarakat

c. Adanya legislasi (pengesahan) yang diterapkan untuk melindungi hak-hak

asasi pasien

d. Konsumen menyadari tentang peningkatan jumlah pendidikan dalam

bidang kesehatan dan penggunaan pasien sebagai objek atau tujuan

pendidikan dan bila pasien tidak berpartisipai apakah akan mempengaruhi

mutu asuhan kesehatan atau tidak.

Kewajiban Pasien :

Kewajiban adalah seperangkat tanggung jawab seseorang untuk melakukan

sesuatu yang memang harus dilakukan, agar dapat dipertanggungjawabkan sesuai

sesuai dengan haknya.

1. Pasien atau keluarganya wajib menaati segala peraturan dan tata tertib

yang ada diinstitusi kesehatan dan keperawatan yang memberikan

pelayanan kepadanya.

2. Pasien wajib mematuhi segala kebijakan yanga da, baik dari dokter

ataupun perawat yang memberikan asuhan.

3. Pasien atau keluarga wajib untuk memberikan informasi yang lengkap dan

jujur tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter atau perawat yang

merawatnya.

4. Pasien atau keluarga yang bertanggungjawab terhadapnya berkewajiban

untuk menyelesaikan biaya pengobatan, perawatan dan pemeriksaan yang

diperlukan selama perawatan.

12 | P a g e

Page 13: Prinsip Etika Kep. Jantung

5. Pasien atau keluarga wajib untuk memenuhi segala sesuatu yang

diperlukan sesuai dengan perjanjian atau kesepakatan yang telah

disetujuinya.

HAK ASASI MANUSIA

Menurut sifatnya hak asasi manusia biasanya dibagi atau dibedakan dalam

beberapa jenis (Prakosa, 1988), yaitu :

1. Personal Rights (hak-hak asasi pribadi)

2. Property Rights (hak asasi untuk memilih sesuatu)

3. Rights of legal equality

4. Political Rights (hak asasi politik)

5. Social and Cultural Rights (hak-hak asasi sosial dan kebudayaan)

6. Procedural Rights.

HAK PASIEN ANTARA LAIN :

a. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di

RS dan mendapat pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur

b. Memperoleh pelayanan keperawatan dan asuhan yg bermutu

c. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dgn keinginannya dan sesuai

dgn peraturan yang berlaku di RS

d. Meminta konsultasi pada dokter lain (second opinion) terhadap

penyakitnya

e. “Privacy” dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data medisnya

f. Mendapatkan informasi yg meliputi : penyakitnya, tindakan medik,

alternative terapi lain, prognosa penyakit dan biaya.

g. Memberikan izin atas tindakan yang akan dilakukan perawat

h. Menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan mengakhiri

pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sendiri

i. Hak didampingi keluarga dalam keadaan kritis

j. Hak menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya

k. Hak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan

l. Hak menerima atau menolak bimbingan moral maupun spiritual

13 | P a g e

Page 14: Prinsip Etika Kep. Jantung

m. Hak didampingi perawat/keluarga pada saat diperiksa dokter •

Hak pasien dalam penelitian (Marchette, 1984; Kelly, 1987) Informed

consent Informed consent adalah suatu proses yang menunjukkan komunikasi

yang efektif antara dokter dengan pasien, dan bertemunya pemikiran tentang apa

yang akan dan apa yang tidak akan dilakukan terhadap pasien. Informed consent

dilihat dari aspek hukum bukanlah sebagai perjanjian antara dua pihak, melainkan

lebih ke arah persetujuan sepihak atas layanan yang ditawarkan pihak lain.

a. Definisi operasionalnya adalah suatu pernyataan sepihak dari orang yang

berhak (yaitu pasien, keluarga atau walinya) yang isinya berupa izin atau

persetujuan kepada dokter untuk melakukan tindakan medik sesudah orang

yang berhak tersebut diberi informasi secukupnya.

b. Tiga elemen Informed consent :

1. Threshold elements Elemen ini sebenarnya tidak tepat dianggap

sebagai elemen, oleh karena sifatnya lebih ke arah syarat, yaitu

pemberi consent haruslah seseorang yang kompeten (cakap).

Kompeten disini diartikan sebagai kapasitas untuk membuat

keputusan medis. Kompetensi manusia untuk membuat keputusan

sebenarnya merupakan suaut kontinuum, dari sama sekali tidak

memiliki kompetensi hingga memiliki kompetensi yang penuh.

Diantaranya terdapat berbagai tingkat kompetensi membuat

keputusan tertentu (keputusan yang reasonable berdasarkan alasan

yang reasonable). Secara hukum seseorang dianggap cakap

(kompeten) apabila telah dewasa, sadar dan berada dalam keadaan

mental yang tidak di bawah pengampuan. Dewasa diartikan

sebagai usia telah mencapai 21 tahun atau telah pernah menikah.

Sedangkan keadaan mental yang dianggap tidak kompeten adalah

apabila mempunyai penyakit mental sedemikian rupa sehingga

kemampuan membuat keputusan menjadi terganggu.

2. Information elements Elemen ini terdiri dari dua bagian yaitu,

disclosure (pengungkapan) dan understanding (pemahaman).

Pengertian ”berdasarkan pemahaman yang adekuat membawa

14 | P a g e

Page 15: Prinsip Etika Kep. Jantung

konsekuensi kepada tenaga medis untuk memberikan informasi

(disclosure) sedemikian rupa sehingga pasien dapat mencapai

pemahaman yang adekuat. Dalam hal ini, seberapa ”baik”

informasi harus diberikan kepada pasien, dapat dilihat dari 3

standar, yaitu :

Standar Praktik Profesi Bahwa kewajiban memberikan

informasi dan kriteria ke-adekuat-an informasi ditentukan

bagaimana BIASANYA dilakukan dalam komunitas tenaga

medis. Dalam standar ini ada kemungkinan bahwa

kebiasaan tersebut di atas tidak sesuai dengan nilai-nilai

sosial setempat, misalnya resiko yang ”tidak bermakna”

(menurut medis) tidak diinformasikan, padahal mungkin

bermakna dari sisi sosial pasien.

Standar Subyektif Bahwa keputusan harus didasarkan atas

nilai-nilai yang dianut oleh pasien secara pribadi, sehingga

informasi yang diberikan harus memadai untuk pasien

tersebut dalam membuat keputusan. Kesulitannya adalah

mustahil (dalam hal waktu/kesempatan) bagi profesional

medis memahami nilai-nilai yang secara individual dianut

oleh pasien.

Standar pada reasonable person Standar ini merupakan

hasil kompromi dari kedua standar sebelumnya, yaitu

dianggap cukup apabila informasi yang diberikan telah

memenuhi kebutuhan umumnya orang awam.

3. Consent elements Elemen ini terdiri dari dua bagian yaitu,

voluntariness (kesukarelaan, kebebasan) dan authorization

(persetujuan). Kesukarelaan mengharuskan tidak ada tipuan,

misrepresentasi ataupun paksaan. Pasien juga harus bebas dari

”tekanan” yang dilakukan tenaga medis yang bersikap seolah-olah

akan ”dibiarkan” apabila tidak menyetujui tawarannya.

Consent dapat diberikan :

a. Dinyatakan (expressed)

15 | P a g e

Page 16: Prinsip Etika Kep. Jantung

Dinyatakan secara lisan

Dinyatakan secara tertulis. Pernyataan tertulis diperlukan

apabila dibutuhkan bukti di kemudian hari, umumnya pada

tindakan yang invasif atau yang beresiko mempengaruhi

kesehatan penderita secara bermakna. Permenkes tentang

persetujuan tindakan medis menyatakan bahwa semua jenis

tindakan operatif harus memperoleh persetujuan tertulis.

b. Tidak dinyatakan (implied) Pasien tidak menyatakannya, baik

secara lisan maupun tertulis, namun melakukan tingkah laku

(gerakan) yang menunjukkan jawabannya. Meskipun consent

jenis ini tidak memiliki bukti, namun consent jenis inilah yang

paling banyak dilakukan dalam praktik sehari-hari. Misalnya

adalah seseorang yang menggulung lengan bajunya dan

mengulurkan lengannya ketika akan diambil darahnya. Proxy

Consent Adalah consent yang diberikan oelh orang yang bukan

si pasien itu sendiri, dengan syarat bahwa pasien tidak mampu

memberikan consent secara pribadi, dan consent tersebut harus

mendekati apa yang sekiranya akan diberikan oleh pasien, bukan

baik buat orang banyak). Umumnya urutan orang yang dapat

memberikan proxy consent adalah suami/istri, anak, orang tua,

saudara kandung, dst. Proxy consent hanya boleh dilakukan

dengan pertimbangan yang matang dan ketat. Konteks dan

Informed Consent Doktrin Informed Consent tidak berlaku pada

5 keadaan :

1. Keadaan darurat medis

2. Ancaman terhadap kesehatan masyarakat

3. Pelepasan hak memberikan consent (waiver)

4. Clinical privilege (penggunaan clinical privilege hanya dapat

dilakukan pada pasien yang melepaskan haknya memberikan

consent.

5. Pasien yang tidak kompeten dalam memberikan consent.

Contextual circumstances juga seringkali mempengaruhi

16 | P a g e

Page 17: Prinsip Etika Kep. Jantung

pola perolehan informed consent. Seorang yang dianggap

sudah pikun, orang yang dianggap memiliki mental lemah

untuk dapat menerima kenyataan, dan orang dalam keadaan

terminal seringkali tidak dianggap “cakap” menerima

informasi yang benar – apalagi membuat keputusan medis.

Banyak keluarga pasien melarang para dokter untuk berkata

benar kepada pasien tentang keadaan sakitnya. Sebuah

penelitian yang dilakukan Cassileth menunjukkan bahwa

dari 200 pasien pengidap kanker yang ditanyai sehari

sesudah dijelaskan, hanya 60 % yang memahami tujuan dan

sifat tindakan medis, hanya 55 % yang dapat menyebut

komplikasi yang mungkin timbul, hanya 40 % yang

membaca formulir dengan cermat, dan hanya 27 % yang

dapat menyebut tindakan alternatif yang dijelaskan. Bahkan

Grunder menemukan bahwa dari lima rumah sakit yang

diteliti, empat diantaranya membuat penjelasan tertulis yang

bahasanya ditujukan untuk dapat dimengerti oleh mahasiswa

tingkat atas atau sarjana dan satu lainnya berbahas setingkat

majalah akademik spesialis. Keluhan pasien tentang proses

informed consent : o Bahasa yang digunakan untuk

menjelaskan terlalu teknis o Perilaku dokter yang terlihat

terburu-buru atau tidak perhatian, atau tidak ada waktu untuk

tanya – jawab. o Pasien sedang dalam keadaan stress

emosional sehingga tidak mampu mencerna informasi o

Pasien dalam keadaan tidak sadar atau mengantuk. Keluhan

dokter tentang informed consent o Pasien tidak mau

diberitahu. o Pasien tak mampu memahami. o Resiko terlalu

umum atau terlalu jarang terjadi. o Situasi gawat darurat atau

waktu yang sempit KESIMPULAN Aspek Legal dalam

Praktik Keperawatan Tercantum dalam: - UU No. 23 tahun

1992 ttg Kesehatan - PP No. 32 tahun 1996 ttg Tenaga

Kesehatan - Kepmenkes No. 1239 tahuun 2001 ttg Registrasi

17 | P a g e

Page 18: Prinsip Etika Kep. Jantung

dan Praktik Perawat Area Overlapping (Etik Hukum ) a. Hak

–Hak Pasien b. Informed-consent Hak-hak Pasien : 1.Hak

untuk diinformasikan 2.Hak untuk didengarkan 3.Hak untuk

memilih 4.Hak untuk diselamatkan Informed Consent

Informed consent adalah dokumen yang legal dalam

pemberian persetujuan prosedur tindakan medik dan atau

invasif, bertujuan untuk perlindungan terhadap tenaga medik

jika terjadi sesuatu yang tidak diharapakan yang diakibatkan

oleh tindakan tersebut. Selain itu dapat melindungi pasien

terhadap intervensi / tindakan yang akan dilakukan

kepadanya.

TINDAKAN BEDAH JANTUNG

A. Definisi

Bedah jantung adalah usaha atau operasi yang dikerjakan untuk

melakukan koreksi kelainan anatomi atau fungsi jantung.

B. Klasifikasi

1. Operasi jantung terbuka, yaitu operasi yang dijalankan dengan

membuka rongga jantung dengan memakai bantuan mesin jantung

paru (mesin extra corporal).

2. Operasi jantung tertutup, yaitu setiap operasi yang dijalankan tanpa

membuka rongga jantung misalnya ligasi PDA, Shunting

aortopulmonal.

C. Tujuan Operasi Bedah Jantung

Operasi jantung dikerjakan dengan tujuan bermacam-macam antara lain :

1. Koreksi total dari kelainan anatomi yang ada, misalnya

penutupan ASD, Pateh VSD, Koreksi Tetralogi Fallot.

18 | P a g e

Page 19: Prinsip Etika Kep. Jantung

2. Transposition Of Great Arteri (TGA). Umumnya tindakan ini

dikerjakan terutama pada anak-anak (pediatrik) yang mempunyai

kelainan bawaan.

3. Operasi paliatif, yaitu melakukan operasi sementara untuk tujuan

mempersiapkan operasi yang definitive atau total koreksi karena

operasi total belum dapat dikerjakan saat itu, misalnya shunt

aortopulmonal pada TOF, Pulmonal atresia.

4. Repair yaitu operasi yang dikerjakan pada katub jantung yang

mengalami insufisiensi.

5. Replacement katup yaitu operasi penggantian katup yang

mengalami kerusakan.

6. Bypass koroner yaitu operasi yang dikerjakan untuk mengatasi

stenosis/sumbatan arteri koroner.

7. Pemasangan inplant seperti kawat ‘pace maker’ permanen pada

anak-anak dengan blok total atrioventrikel.

8. Transplantasi jantung yaitu mengganti jantung seseorang yang

tidak mungkin diperbaiki lagi dengan jantung donor dari penderita

yang meninggal karena sebab lain.

D. Toleransi dan Perkiraan Resiko Operasi

Toleransi terhadap operasi diperkirakan berdasarkan keadaan

umum penderita yang biasanya ditentukan dengan klasifikasi fungsional

dari New York Heart Association.

Klas   I    : Keluhan dirasakan bila bekerja sangat berat misalnya berlari

Klas  II    : Keluhan dirasakan bila aktifitas cukup berat misalnya berjalan

cepat.

Klas III   : Keluhan dirasakan bila aktifitas lebih berat dari pekerjaan

sehari-hari.

Klas IV   : Keluhan sudah dirasakan pada aktifitas primer seperti untuk

makan dan lain-lain sehingga penderita harus tetap berbaring ditempat

tidur.

19 | P a g e

Page 20: Prinsip Etika Kep. Jantung

Waktu terbaik (Timing) untuk melakukan operasi hal ini

ditentukan berdasarkan resiko yang paling kecil.Misalnya umur yang tepat

untuk melakukan total koreksi Tetralogi Fallot adalah pada umur 3 – 4

tahun.

Hal ini yaitu berdasarkan klasifikasi fungsional di mana operasi katub

aorta karena suatu insufisiensi pada klas IV adalah lebih tinggi

dibandingkan pada klas III.Hal ini adalah saat operasi dilakukan.Operasi

pintas koroner misalnya bila dilakukan secara darurat resikonya 2x lebih

tinggi bila dilakukan elektif.

E. Diagnosis Penderita Penyakit Jantung

Untuk menetapkan suatu penyakit jantung sampai kepada suatu

diagnosis maka diperlukan tindakan investigasi yang cukup. Mulai dari

anamnesa, pemeriksaan fisik/jasmani, laboratorium, maka untuk jantung

diperlukan pemeriksaan tambahan sebagai berikut :

1. Elektrokardiografi (EKG) yaitu penyadapan hantaran listrik dari

jantung memakai alat elektrokardiografi.

2. Foto polos thorak PA dan kadang-kadang perlu foto

oesophagogram untuk melihat pembesaran atrium kiri (foto

lateral).

3. Fonokardiografi

4. Ekhocardiografi yaitu pemeriksaan jantung dengan memakai

gelombang pendek dan pantulan dari bermacam-macam lapisan di

tangkap kembali. Sehingga terlihat gambaran rongga jantung dan

pergerakan katup jantung. Selain itu sekarang ada lagi Dopler

Echocardiografi dengan warna, dimana dari gambaran warna yang

terlihat bisa dilihat shunt, kebocoran katup atau kolateral.

5. Nuklir kardiologi yaitu pemeriksaan jantung dengan memakai

isotop intra vena kemudian dengan “scanner” ditangkap

pengumpulan isotop pada jantung.

6. Kateterisasi jantung yaitu pemeriksaan jantung dengan memakai

kateter yang dimasukan ke pembuluh darah dan didorong ke

20 | P a g e

Page 21: Prinsip Etika Kep. Jantung

rongga jantung. Kateterisasi jantung kanan melalui vena femoralis,

kateterisasi jantung kiri melalui arteri femoralis.

Pemeriksaan kateterisasi bertujuan :

Pemeriksaan tekanan dan saturasi oksigen rongga  jantung,

sehingga diketahui adanya peningkatan saturasi pada rongga

jantung kanan akibat suatu shunt dan  adanya hypoxamia pada

jantung bagian kiri.

Angiografi untuk melihat rongga jantung atau pembuluh darah

tertentu misalnya LV grafi, aortografi, angiografi koroner dll.

Pemeriksaan curah jantung pada keadaan tertentu.

Pemeriksaan enzym khusus, yaitu pemeriksaan enzym creati

kinase dan fraksi CKMB untuk penentuan adanya infark pada

keadaan “ unstable angin pectoris”.

F. Perawatan Perioperatif Dikamar Operasi

Setelah pesien diputuskan operasi, maka persiapan harus

dilakukan, yaitu persiapan fisik maupun persiapan mental.

Untuk persiapan fisik, hal-hal yang harus diperhatikan ialah

persiapan kulit,gastrointestinal,persiapan untuk anastesi, kenyamanan dan

istirahat pasien, serta obat-obatan yang digunakan. Sedangkan persiapan

mental,sangat tergantung pada dukungan dari keluarga. Tugas perawat

bedah disini adalah dapat memberikan informasi yang jelas pada

pasien.Meliputi anatomi dasar dan kondisi penyakit pasien. Prosedur

operasi sebatas kopetensi yang diberikan, pemeriksaan diagnostic

penunjang, peraturan-peraturan dari tim bedah, keadaan di ruang operasi,

jenis syarat operasi dan ruang tunggu bagi keluarga pasien. Hal ini

dilakukan pada saat perawat bedah melakukan kunjungan sebelum

pasien dioperasi.

PengkajianPasien Pada Saat Di Kamar Operasi

a. Observasi tingkat kesadaran pasien

b. Observasi emosi pasien

21 | P a g e

Page 22: Prinsip Etika Kep. Jantung

c. Observasi aktivitas

d. Cek obat yang digunakan

e. Observasi pernafasan pasien

f. Riwayat penyakit, keluarga, kebiasaan hidup

g. Cek obat yang digunakan

h. Observasi tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi,

pernafasan, suhu

i. Observasi kulit: warna, turgor, suhu, keutuhan

Pemeriksaan Diagnosa

a. EKG: untuk mengetahui disaritmia

b. Chest x-ray

c. Hasil laboratarium: darah lengkap, koagulasi, elektrolit,

urium, kreatinin, BUN, Hb.

d. Kateterisasi

e. Ekhocardiografi

Tindakan Perawatan Saat Menerima Pasien di Ruang

Persiapan

a. Melakukan serah terima dengan perawat ruangan

b. Memperkenalkan diri dan anggota tim kepada pasien

c. Mengecek identitas pasien dengan memanggil namanya

d. Memberikan surport kepada pasien

e. Informasikan kepada pasien tentang tindakan yang akan

dilakukan seperti ganti baju, pemasangan infuse, kanulasi

arteri dan pemasangan lead EKG

f. Mendampingi pasien saat memberikan premedikasi

g. Menciptakan situasi yang tenang

h. Yakinkan pasien tidak menggunakan gigi palsu, perhiasan,

kontak lensa dan alat bantu dengar

i. Membawa pasien keruang operasi

22 | P a g e

Page 23: Prinsip Etika Kep. Jantung

Perawatan Intra Operasi

1. Airway (jalan nafas) Persiapkan alat untuk

mempertahankan Airway antara lain: guedel, laringoskop,

ETT berbagai ukuran, system hisab lender

2. Breathing (pernafasan) persiapan alat untuk terapi O2

antara lain: kanula, sungkup, bagging dan ventilator

3. Circulation (sirkulasi):

a. Pemasangan EKG, sering digunakan lead II untuk

memantau dinding miokard bagian inferior dan V5

untuk antero lateral

b. Kanulasi arteri dipasang untuk memantau tekanan

arteri dan analisa gas darah

c. Pemasangan CVP untuk pemberian darah autologus

dan infuse kontinu serta obat-obatan yang perlu

diberikan

d. Temperature: sering digunakan nasofaringeal atau

rektal untuk mengevaluasi status pasien dari cooling

dan rewarning, tingkat proteksi miokard,

adekuatnya perfusi perifer dan hipertermi maligna

e. Pada beberapa sentra sering dipasang elektro

encephalogram untuk memantau kejadian akut

seperti iskemia atau injuri otak

f. Pemberian obat-obatan: untuk anastesi dengan

tujuan tidak sadar, amnesia, analgesia, relaksasi

otak dan menurunkan respons stress, sedang obat

lain seperti inotropik, kronotropik, antiaritmia,

diuretic, anti hipertensi, anti kuagulan dan kuagulan

juga perlu

4. Defibrillator : Alat ini disiapkan untuk mengantisipasi

aritmia yang mengancam jiwa

23 | P a g e

Page 24: Prinsip Etika Kep. Jantung

5. Deathermi : Melakukan pemasangan ground pad harus

disesuaikan dengan ukuran untuk mencegah panas yang

terlalu tinggi pada tempat pemasangan

6. Posisi pasien dimeja operasi

Mengatur pasien tergantung dari prosedur operasi yang

akan dilakukan. Hal yang perlu diperhatikan: posisi harus

fisiologis, system muskuloskeletal harus terlindung, lokasi

operasi mudah terjangkau, mudah dikaji oleh anastesi,beri

perlindungan pada bagian yang tertekan (kepala, sacrum,

scapula, siku, dan tumit)

7. Menjaga tindakan asepsis

Kondisi asepsis dicapai dengan: cuci tangan, melakukan

proparasi kulit dan drapping. Menggunakan gaun dan

sarung tangan yang steril.

G. Perawatan Pasca-bedah

Perawatan pasca bedah dimulai sejak penderita masuk ke

ICU.Untuk mengetahui problem pasca bedah dianjurkan untuk mengetahui

problem penderita pra bedah sehingga dapat diantisipasi dengan

baik.Misalnya problem pernapasan, diabetes dan lain-lain.

 

Perawatan Pasca Bedah Dibagi Atas

1. Perawatan di ICU.

a. Monitoring Hemodinamik.

Setelah penderita pindah di ICU maka serah terima antara

perawat yang mengantar ke ICU dan petugas/perawat ICU

yang bertanggung jawab terhadap penderita tersebut :

Dianjurkan setiap penderita satu perawat yang bertanggung

jawab menanganinya selama 24 jam.

Pemantauan yang dikerjakan harus secara sistematis dan

mudah :

CVP,  RAP,  LAP.

24 | P a g e

Page 25: Prinsip Etika Kep. Jantung

Denyut jantung.

Wedge presure dan PAP.

Tekanan darah.

Curah jantung.

Obat-obat inotropik yang digunakan untuk support

fungsi jantung dosisnya, rutenya dan lain-lain.

Alat lain yang dipakai untuk membantu seperti IABP,

pacuh jantung dll.

b. EKG

Pemantauan EKG setiap saat harus dikerjakan dan dilihat

irama dasar jantung dan adanya kelainan irama jantung seperti

AF, VES, blok atrioventrikel dll.  Rekording/pencatatan EKG

lengkap minimal 1 kali dalam sehari dan tergantung dari

problem yang dihadapi terutama bila ada perubahan irama

dasar jantung yang membahayakan.

c. Sistem pernapasan

Biasanya penderita dari kamar operasi masih belum sadar dan

bahkan diberikan sedasi sebelum ditransfer ke ICU. Sampai di

ICU segera respirator dipasang dan dilihat :

Tube dan ukuran yang diapakai, melalui mulut /

hidung.

Tidal volume dan minut volume, RR, FiO2, PEEP.

Dilihat aspirat yang keluar dari bronkhus / tube, apakah

lendirnya normal, kehijauan, kental atau berbusa

kemerahan sebagai tanda edema paru ; bila perlu dibuat

kultur.

d. Sistem neurologis

Kesadaran dilihat dari/waktu penderita mulai bangun atau

masih diberikan obat-obatan sedatif pelumpuh otot.  Bila

penderita mulai bangun maka disuruh menggerakkan ke 4

ektremitasnya.

25 | P a g e

Page 26: Prinsip Etika Kep. Jantung

e. Fungsi ginjal

Dilihat produksi urine tiap jam dan perubahan warna yang

terjadi akibat hemolisis  dan lain-lain. Pemerikasaan ureum /

kreatinin bila fasilitas memungkinkan harus dikerjakan.

f. Gula darah

Bila penderita adalah diabet maka kadar gula darah harus

dikerjakan tiap 6 jam dan bila tinggi mungkin memerlukan

infus insulin.

g. Laboratorium

Setelah sampai di ICU perlu diperiksa   :

HB,HT,trombosit.

ACT.

Analisa gas darah.

LFT / Albumin.

Ureum, kreatinin, gula darah.

Enzim CK dan CKMB untuk penderita bintas koroner.

h. Drain

Drain yang dipasang harus diketahui sehingga perdarahan dari

mana mungkin bisa diketahui. Jumlah drain tiap satuan waktu

biasanya tiap jam tetapi bila ada perdarahan maka observasi di

kerjakan tiap ½ jam. Atau tiap ¼ jam. Perdarahan yang terjadi

lebih dari 200 cc untuk penderita dewasa tiap jam dianggap

sebagai perdarahan pasca bedah dan mungkin memerlukan

retorakotomi untuk menghentikan perdarahan.

i. Foto thoraks

Pemerikasaan foto thoraks di ICU segera setelah sampai di

ICU untuk melihat ke CVP, Kateter Swan Ganz.Perawatan

pasca bedah di ICU harus disesuaikan dengan problem yang

dihadapi seperti komplikasi yang dijumpai.Umumnya bila

fungsi jantung normal, penyapihan terhadap respirator segera

dimulai dan begitu juga ekstratubasi beberapa jam setelah

pasca bedah.

26 | P a g e

Page 27: Prinsip Etika Kep. Jantung

j. Fisioterapi.

Fisioterapi harus segera mungkin dikerjakan termasuk

penderita dengan ventilator.Bila sudah ekstubasi fisioterapi

penting untuk mencegah retensi sputum (napas dalam,

vibrilasi, postural drinase).

2. Perawatan setelah di ICU / di Ruangan.

Setelah klien keluar dari ICU maka pemantauan terhadap fungsi

semua organ terus dilanjutkan. Biasanya pindah dari ICU adalah

pada hari ke dua pasca bedah.Umumnya pemeriksaan hematologi

rutin dan thoraks foto telah dikerjakan termasuk laboratorium LFT,

Enzim CK dan CKMB.

Hari ke 3 lihat keadaan dan diperiksa antara lain :

Elektrolit thrombosis.

Ureum

Gula darah.

Thoraks foto

EKG  12 lead.

Hari ke 4  : lihat keadaan, pemeriksaan atas indikasi.

Hari ke 5 : Hematologi, LFT, Ureum dan bila perlu elektrolit,

foto thoraks tegak.

Hari ke 6  -  10 : pemerikasaan atas indikasi, misalnya

thrombosis.

Obat – obatan ini biasanya diberikan analgetik karena rasa

sakit daerah dada waktu batuk akan mengganggu pernapasan

klien. Obat-obat lain seperti anti hipertensi, anti diabet, dan

vitamin harus sudah dimulai, expectoransia, bronchodilator,

juga diperlukan untuk mengeluarkan sputum yang banyak

sampai hari ke 7 atau sampai klien pulang.

27 | P a g e

Page 28: Prinsip Etika Kep. Jantung

Perawatan luka, dapat tertutup atau terbuka. Bila ada tanda-

tanda infeksi seperti kemerahan dan bengkak pada luka apalagi

dengan tanda-tanda panas, lekositosis, maka luka harus dibuka

jahitannya sehingga nanah yang ada bisa bebas keluar. Kadang-

kadang perlu di kompres dengan antiseptik supaya nanah cepat

kering. Bila luka sembuh dengan baik jahitan sudah dapat di

buka pada hari ke delapan atau sembilan pasca bedah. Untuk

klien yang gemuk, diabet kadang-kadang jahitan dipertahankan

lebih lama untuk mencegah luka terbuka.

Fisioterapi, setelah klien exstubasi maka fisioterapi harus

segera dikerjakan untuk mencegah retensi sputum yang akan

menyebabkan problem pernapasan. Mobilisasi di ruangan mulai

dengan duduk di tempat tidur, turun dari tempat tidur, berjalan

disekitar tempat tidur, berjalan ke kamar mandi, dan keluar dari

ruangan dengan dibimbing oleh fisioterapis atau oleh perawat.

PENGAMBILAN KEPUTUSAN LEGAL ETIS DAN FUNGSI ADVOKASI

PADA KASUS GANGGUAN SYSTEM KARDIOVASKULER :

TINDAKAN OPERASI JANTUNG

PENGAMBILAN KEPUTUSAN LEGAL ETIS

Keputusan Etis adalah : keputusan tentang apa yang benar dan apa yang

salah, keputusan yang sering sulit dan rumit. Sementara sikap dan

keputusan etis mau tidak mau harus di lakukan, tidak bisa di hindari,

karena ia bagian dari hidup manusia.

Teori dasar/prinsip etika, merupakan penentun untuk membuat keputusan

etis praktik profesional, teori etik di gunakan dalam pembuat keputusan

bila terjadi konflik antara prinsip dan aturan.

A. Teori Dasar Pembuatan Keputusan Etis

1. Teleologi

28 | P a g e

Page 29: Prinsip Etika Kep. Jantung

Merupakan suatu doktrin yang menjelaskan fenomena berdasarkan akibat

yang di hasilkan,   atau konsekuensi yang terjadi.

2. Rule utilitarianisme

berprinsip bahwa manfaat atau nilai dari suatu tindakan bergantung pada

sejauhtmana tindakan tersebut memberikan kebaikan atau kebahagiaan

pada manusiamanusia

3. Act utilitarianisme 

Bersifat lebih terbatas tidak melibatkan aturan aturan umum, tapi berupaya

menjelaskan pada suatu situasi tertentu dengan pertimbangan terhadap

tindakan apa yg dapattmemberikan kebaikan sebanyak2nya atau

ketidakbaikan sekecil2nya pada individu, contoh: bayi yg lahir cacat lebih

baik diijinkan meninggal daripada nantinya jadi beban masyarakat.

4. Deontology ( Formalism)eon

Deontology berasal dari bahasa yunani deon yang berarti tugas, berprinsip

pada aksi atau tindakan.aksi atau Menurut Kant, benar atau salah bukan

ditentukan oleh hasil akhir atau konsekwensi dari suatu tindakan,

melainkan oleh nilai moralnya. Perhatian difokuskan pada tindakan

melakukan tanggung jawab moral yg dapat menjadi penentu apakah suatu

tindakan tsb secara moral benar atau salah.

Teori deontology dikembangkan menjadi lima prinsip penting yaitu :

a. Kemurahan hati

Contoh : perawat menasehati klien tentang program latihan untuk

memperbaiki kesehatan secara umum, tetapi tidak seharusnya

melakukanya apabila klien resiko serengan jantung

b. Keadilan

Contoh : seorang perawat sedang bertugas sendirian di suatu unit

rumah sakit kemudian ada seorang klien baru masuk bersamaan

dengan klien yang lainya yang memerlukan bantuan perawatan

tersebut.

c. Otonomi

d. Kejujuran

29 | P a g e

Page 30: Prinsip Etika Kep. Jantung

Contoh : Ny, M, umur 68 tahun, di rawat di RS dengan berbagai

macam fraktur karena kecelakan mobil bersamaan dengan

suaminya. Tapi suaminya meninggal lalu Ny, M bertanya kepada

perawat menyangkut kondisi suaminya.

B. Prinsip Etis

Advokasi

Responsibility and acuntability

Loyalitas

C. Kerangka Pembuatan Keputusan

Dalam membuat keputusan etis ada beberapa unsur yang mempengaruhi

yaitu :

Nilai dan kepercayaan pribadi

Kode etik perawat Indonesia

Konsep moral keperawatan

Prinsip etis

NURSING ADVOCACY

A. Definisi

Advocacy is at the heart of nursing professional

Advokasi adalah kegiatan memberitahukan dan mendukung individu guna

membuat keputusan yg terbaik bagi dirinya.

Merupakan komitmen moral guna meningkatkan otonomi

Sebagai kegiatan untuk mencapai tujuan klien

Anggota tim kesehatan yang tidak kompoten, tidak etis, ilegal atau

kegagalan praktik

Advokasi adalah dasar aktifitas keperawatan dan merupakan inti praktik

keperawatan.

Pada yan kesà konsep advokasi sangat diperlukanà kebutuhan akan

pelayanan berkualitas, lebih responsif dan mudah memperoleh pelayanan

30 | P a g e

Page 31: Prinsip Etika Kep. Jantung

Adanya kebutuhan yang dipengaruhi oleh harapan thd yan kesà

kebutuhan konsumen dan tanggung gugat pelayanan msy.

Peran Perawat sebagai advokasi pasien merupakan bagian dari kode etik

pasien.

Advokasi adalah peran utama perawat (Marks-Maran, 1993)

Advokasi bagian integral dan fundamental dalam keperawatan

Patient advocacy merupakan tanggung jawab etik dan mendasar dasar.

Advokasi: Perawat menggunakan skill sebagai pendidik, konselor dan

leader guna melindungi dan mendukung hak pasien.

B. Tujuan Advokasi

Membantu agar klien diperlakukan secara manusiawi.

Perawat melindungi klien agar diperlakukan dg baik dan terpenuhi

kebutuhan fisik, emosi dan budaya

Terutama klien dalam keadaan tidak sadar dimana diperlukan pengambilan

kpts (spokesperson)

Perawat tidak dapat bertindak secara efektif sebagai akvokat apabila tdk

ada kerjasama diantara anggota tim

Perawat yg berperan sebagai advokatà terjadi konflik dengan anggota tim

(Profesionalà kepentingan klien)

C. Peran Advokasi

The advocate as guardian terhadap hak pasien

The advocate as conservator of the patient’s best interests

The advocate as protector terhadap otonomi pasien

The advocate as a champion terhadap keadilan

D. Jenis kegiatan advokasi

Anticipatory guidance (panduan antisipatif)

a. Primary prevention ( pencegan primer)

b. Membantu klien kemungkinan mengalami kesulitan

31 | P a g e

Page 32: Prinsip Etika Kep. Jantung

c. mengantisipasi keluarga dlm menangani masl2 keterbatasan dan peny.

Kronik

Role Modeling

Perawat menjadi role model dengan berperilaku yang benar : berbicara ,

senyum, penanganan pasien secara professional.

Educational information

a. Pembelajaran dan pemberian informasi

b. Membantu memilih dan menentukan pilihan thd info yg diberikan

c. Membantu klien mengumpulkan info Dan belajar thd perilaku promosi

kesehat

Ongoing support ( berkelanjutan dukungan )

a. Memberikan bantuan pada klien dalam membuat keputusan yg beralasan

b. Perawat sebagai patner dalam menyelesaikan masalah kebut. Yan kes

Collaboration and Referral (kolaborasi dan referal)

a. Masalah kesehatan. Bersifat multidimensià melibatkan multidisiplin.

b. Perawat memberikan penjelasan terhadap masalah yang melibatkan

tenaga kesehatan lain terlibat.

c. Pendekatan interdisiplin pada semua anggota tim kesehatan.

E.     Proses Advokasi

a. Seleksi pasien: yakin bahwa pasien memerlukan

b. Tentukan mengapa perlu dibantu dan bagaima penangan

c. Dampingi pasien saat menerima pelayanan.

d. Yakinkan bahwa apa yang dilakukan : pengobatan, tindakan prosedur

e. Cek apakah pasien sudah mengetahui atau paham thd prosedur yang

dilakukan

32 | P a g e

Page 33: Prinsip Etika Kep. Jantung

F. Tahapan Proses Advokasi

1. Pengkajian :

Apa yang diyakini klien sebagai masalah

Aspek mana yg terbaik perawat memulai intervensi

Sistem pendukung lain yang ada dan dimanfaatkan

2. Perencanaan

3. Kapan masalah diidentifikasi

4. Secepatnya gunakan semua sumber.

5. Tanggung jawab anggota keluarga terlibat

6. Implementasi

7. Independen klien semaksimal mungkin, dan minimalkan dependen

8. Lakukan pemberdayaan (empowerment)

9. Perlindungan Kasus malpraktik dan kelalaian.

G. Peran advokasi

Coach (pelatih) à Memberikan bimbingan dan dorongan

Advisor ( penasehat) à Sumber utama yang memberikan saran bagaimana

mencapai yang   terbaik, bgm mengantisipasi masalah

Referral Sources ( sumber rujukan ) à Menggunakan sumber-sumber

yang tersedia dalam membantu menganalisa masalah dan menanganinya.

Mentor ( penasehat) à sebagai model perilaku yg mendorong klien,

mempertahankan  rasa percaya diri, menunjukkan kemampuan dalam

menangani masalah.

H. Prinsip-prinsip advokasi

Advokasi ditujukan pada kebutuhan klien, hak klien dan perhatiannya

terhadap masalah.

Advokasi merupakan nilai-nilai yang didasarkan pada etika

Advokasi bertujuan mempertahankan prinsip keadilan

I.  Menjadi advokat yang baik bagi klien

a. Percaya terhadapd diri sendiri. Yakin bahwa banyak yang dapat dilakukan

33 | P a g e

Page 34: Prinsip Etika Kep. Jantung

b. Mengatur

c. Identifikasi kebutuhan klien yang tidak terpenuhi atau hak-hak klien. Apa

masalahnya, dengarkan dengan seksama masalahnya dan bantu.

d. Pahami aturan-aturan yg ada dan dampaknya terhadap klien

e. Pendekatan secara sistematis :

Kenali masalahnya

Identifikasi semua faktor yangg berhubungan.

Perjelas masalahnya

Buat rencana

Laksanakan

Dokumentasikan

Dengarkan klien secara hati-hati

Hasil yg akan dicapai (apa yang dicapai dan tdk dicapai)

Identifikasi kebutuhan pengembangan dan masalah yang dihadapi.

Ketahui sumber-sumber yangg tersedia, kaji faktor penghambat dan

bgm meminimalkan

Terbuka dan berkomunikasi dengan baik.

Lakukan feedback

Respect terhadap klien : budaya yg berbeda, keyakinan-keyakinan dan

ide-ide. Apabila tidak mampu menyelesaikan sendiri libatkan yang lain.

34 | P a g e

Page 35: Prinsip Etika Kep. Jantung

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Bedah jantung dilakukan untuk menangani berbagai masalah

jantung. Prosedur yang sering mencakup angioplasti koroner perkutan,

revaskularisasi arteri koroner danperbaikan penggantian katup jantung

yang rusak. Banyak prosedur bedah jantung bisa dijalankan karena adanya

pintasan jantung-paru (sirkulasi ekstrakorponeal). Prosedur ini merupakan

alat mekanis untuk sirkulasi dan oksigenasi darah untuk seluruh tubuh

pada saat “memintas” jantung dan paru. Mesin jantung-panu

memungkinkan dicapainya medan openasi yang bebas darah Sementara

perfusi tetap dapat dipertahankan untuk jaringan dan organ lain di tubuh.

Pintasan jantung-paru dilakukan dengan memasang kanula di atrium

kanan, vena kava, atau vena femoralis untuk mengeringkan darah dari

tubuh. Perkembangan jantung buatan terus berlanjut untuk memperbaiki

daya tahan hidup dan mengurangi morbiditas. Institut Jantung, Paru, dan

Darah Nasional.Tujuan keseluruhan pemasangan transplantasi jantung

adalah untuk memberi kualitas hidup yang tinggi bagi pasien yaitu bebas

dan pemasangan jalur perkutaneus. Alat mi dijalankan menggunakan

sistem transmisi energi listrik transkutaneus (transcutaneous electrical

energy transmission systems, TEETS) dengan baterai portabel.

Eksisi bedah dilakukan hanya untuk mencegah obstruksi ruang

jantung atau katup. Pintasan jantung-paru digunakan. kecuali pada tumor

epikardial, yang dapat dieksisi tanpa memasuki jantung dan tanpa

menghentikan denyutan jantung.

Hak pasien dalam penelitian (Marchette, 1984; Kelly, 1987)

Informed consent Informed consent adalah suatu proses yang

menunjukkan komunikasi yang efektif antara dokter dengan pasien, dan

bertemunya pemikiran tentang apa yang akan dan apa yang tidak akan

dilakukan terhadap pasien. Informed consent dilihat dari aspek hukum

bukanlah sebagai perjanjian antara dua pihak, melainkan lebih ke arah

persetujuan sepihak atas layanan yang ditawarkan pihak lain.

35 | P a g e

Page 36: Prinsip Etika Kep. Jantung

Definisi operasionalnya adalah suatu pernyataan sepihak dari

orang yang berhak (yaitu pasien, keluarga atau walinya) yang isinya

berupa izin atau persetujuan kepada dokter untuk melakukan tindakan

medik sesudah orang yang berhak tersebut diberi informasi secukupnya.

36 | P a g e