Prinsip Dasar Kanker Iim
Transcript of Prinsip Dasar Kanker Iim
PRINSIP DASAR KANKER
TUGAS SUBBAGIAN ONKOLOGI
Universitas Andalas
Oleh:
IMELDA FITRIA BOER
Peserta PPDS OBGYN
Pembimbing :
Dr. H. PELSI SULAINI, SpOG-KDr. ANDI FRIADI SpOG-K
Dr. SYAMEL MUHAMMAD Sp.OG
BAGIAN/SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGIFAKULTAS KEDOKTERAN UNAND
RSUP DR. M. DJAMIL PADANG2014
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALISLABORATORIUM OBSTETRI & GINEKOLOGI
FK. UNAND/ RS. DR. M. DJAMILPADANG
LEMBAR PENGESAHAN
Nama : IMELDA FITRIA BOER
Semester : VII PPDS OBGYN
Telah menyelesaikan Sinopsis subbagian ONKOLOGI
Pembimbing Peserta PPDS
dr. H. Pelsi Sulaini , Sp.OG-K dr. Imelda Fitria Boer
PRINSIP DASAR KANKER
A. DEFINISIOnkogenesis merupakan degenerasi keganasan yang disebabkan oleh
mutasi protoonkogen menjadi onkogen. Onkogen adalah suatu gen abnormal yang
terbentuk karena adanya mutasi proto-onkogen. Onkogen yang menghasilkan
onkoprotein menyebabkan rangsangan pertumbuhan dan proliferasi atau siklus sel
yang meningkat. Protoonkogen merupakan suatu gen yang berperan pada fungsi
sel yang normal dan bila gen tersebut mengalami mutasi akan menyebabkan
terjadinya aktivitas sel.
Konsep awal onkogen berasal dari penemuan susunan gen virus yang
ekspresinya mengakibatkan sel terinfeksi virus tersebut berubah (transformasi)
menjadi ganas. Penelitian dengan menggunakan metode gene transfer
memperlihatkan sekuen DNA bersangkutan memberikan kontribusi untuk
perkembangan sel ganas. Dalam sel normal ekspresi proto-onkogen ini diperlukan
untuk perkembangan dan pertumbuhan sel normal dan tidak mengakibatkan
keganasan karena aktivitasnya dikontrol secara ketat.
Aktivasi protoonkogen menjadi onkogen dapat terjadi melalui perubahan
struktural dalam gen, translokasi kromosom, amplifikasi gen atau mutasi dalam
berbagai elemen yang dalam keadaan normal berfungsi mengontrol ekspresi gen
bersangkutan. Mutasi proto-onkogen terjadi dalam sel yang berproliferasi aktif,
namun perubahan ke arah ganas dapat dicegah dengan bantuan ekspresi berbagai
gen supresor (tumor suppressor genes) yang berperan menginduksi terhentinya
siklus sel atau menginduksi proses apoptosis.
Onkogen terjadi melalui mutasi proto-onkogen (tidak memiliki kemampuan
transformasi) yang memegang peran kunci pada proses pertumbuhan dan
diferensiasi sel. Apabila fungsi terganggu akibat mutasi atau hilang (deletion), sel
bersangkutan menjadi rentan terhadap transformasi ganas. Namun demikian,
terbukti pula bahwa kanker terjadi melalui proses bertahap dalam jangka waktu
panjang, sehingga diduga bahwa keganasan terjadi apabila ada akumulasi kelainan
berbagai gen yang saling melengkapi dan satu dengan lain berinteraksi untuk
menghasilkan fenotip ganas. Banyak fungsi seluler didasarkan atas fungsi transmisi
sinyal pertumbuhan yang diinduksi oleh faktor pertumbuhan dengan berikatan pada
reseptornya pada membran sel. Sinyal tersebut diteruskan, melalui proses kaskade
fosforilasi dan defosforilasi protein dalam sitoplasma, ke nukleus. Karena itu
perhatian penelitian tentang onkogen difokuskan kepada berbagai gen yang terlibat
dalam transduksi sinyal tersebut sebagai onkogen potensial. Dari berbagai
penelitian itu terungkap bahwa onkogen ini menyandi berbagai faktor pertumbuhan,
hormon dan reseptornya, serta berbagai faktor transkripsi.
B. PROTO ONKOGEN DAN ONKOGEN Proto-onkogen yang bermutasi disebut sebagai onkogen. Proto-onkogen
adalah gen yang berperan pada fungsi sel yang normal. Bila proto-onkogen
mengalami mutasi maka akan terjadilah peningkatan aktivitas sel. Protein yang
dihasilkan oleh proto-onkogen disebut sebagai wild-type protein, sedangkan protein
yang dihasilkan oleh onkogen disebut onkoprotein. Onkoprotein dapat mempunyai
struktur yang sama dengan wild-type protein tetapi dapat pula mempunyai
perubahan struktur protein, perubahan struktur dapat berupa penambahan asam
amino atau pengurangan asam amino.
Protoonkogen akan berikatan dengan dengan reseptor, ikatan dengan
reseptor menghasilkan sinyal transduksi. Produk dari onkogen mempunyai peranan
sebagai faktor pertumbuhan, reseptor faktor pertumbuhan, pengantar dari
permukaan sel ke inti sel serta faktor pengatur gen transkripsi. Beberapa onkogen
yang paling dikenal antara lain faktor-faktor pertumbuhan, reseptor faktor-faktor
pertumbuhan, faktor transduksi sinyal, faktor-faktor transkripsi tirosine kinase, dan
faktor penghambat apoptosis. Perubahan proto-onkogen menjadi onkogen
dipengaruhi paparan radiasi, kontaminasi zat kimia yang kimia karsinogenik, virus
dan faktor lainnya. Adanya lesi onkogenik (myc, E2F) akan mengaktivasi proses
proliferasi abnormal. Lesi onkogenik ini akan menghambat diferensiasi dan
apoptosis. Bila DNA sel mengalami kerusakan, maka gen p53 akan mengaktifkan
sinyal melalui p21 yang akan menghentikan proses fosforilasi CDK, pRB tidak
mengalami fosforilasi sehingga berhenti siklusnya, dan terjadi upaya perbaikan DNA
yang rusak. Bila DNA yang rusak tidak berhasil diperbaiki, maka gen p53 akan
mempromosikan apoptosis dengan mengaktifkan bax. Pada sel yang mengalami
kerusakan p53 karena radiasi atau zat kimia karsinogenik juga akan menyebabkan
kerusakan pRb dan akan terjadi ekspresi myc.
C. MEKANISME AKTIVASI PROTOONKOGEN-ONKOGENOnkogen adalah suatu gen abnormal yang terbentuk karena adanya mutasi
proto-onkogen. Onkogen bekerja mengaktivasi protein, peningkatan onkogen
merupakan suatu patologi yang menyebabkan terjadinya aktivasi protein terutama
protein Terjadinya perubahan proto-onkogen menjadi onkogen melalui mekanisme
yakni : mutasi noktah (point mutation), translokasi kromosom, amplifikasi, insersi
dan delesi. Sel yang mengalami mutasi akan diupayakan untuk diperbaiki dengan
berbagai mekanisme mengoreksi DNA yang mengalami mutasi tersebut. Proto-
onkogen akan berikatan dengan reseptor, ikatan dengan reseptor menghasilkan
sinyal transduksi.
1. Mutasi Noktah (point mutation)
Mutasi noktah adalah mutasi pada satu basa, mutasi ini akan
menyebabkan perubahan susunan basa pada RNA sehingga perubahan ini akan
menyebabkan perubahan protein yang dibuat. Bila protein ini bersifat onkogenik,
maka onkoprotein akan diproduksi oleh RNA mutant tersebut. Banyak tumor
pada manusia mengandung gen Ras yang mengalami point mutation yang
mengubah satu residu asam amino. Gen yang dapat mengalami mutasi noktah
dan menyebabkan terjadinya degenerasi keganasan.
Mutasi pada gen Ras menyebabkan perubahan proto-onkogen Ras
menjadi onkogen Ras, onkogen ini menyebabkan aktivasi meningkat. Ras
menyandi reseptor permukaan yang memiliki domain intrasitoplasmik dan
domain ekstraseluler. Domain intrasitoplasmik reseptor ini merupakan protein
kinase yang dapat diaktifkan dengan pengikatan domain ekstrasel oleh ligand-
nya. Mutasi gen ras mengakibatkan fungsi domain ekstrasel hilang dan domain
intrasel berada dalam keadaan aktif terus menerus. Contoh lain adalah sickle cell
hemoglobin membentuk point mutation thimin mengalami mutasi ke adenosin.
2. Translokasi
Translokasi adalah proses mutasi akibat putusnya segmen salah satu
kromosom dan berpindah ke kromosom yang lain. Contoh mutasi translokasi,
antara lain kromosom philadelphia pada chronic myeloid leucemia (CML),
merupakan translokasi antara kromosom 9 dan 22. Proto-onkogen c-abl dari
kromosom 9 berpindah ke bcr kromosom 22 sehingga terjadi kromosom hybrid c-
abl-cbr yang mengkode protein dengan sifat berbeda. Potongan-potongan gen
yang berpindah tempat melakukan fusi dan menghasilkan protein hibrid, mirip
dengan pembentukan hibrid potongan gen seluler.
Terjadinya kromosom Philadelphia merupakan contoh kelainan yang
terjadi dengan cara translokasi, proto-onkogen abl melakukan fusi dengan bcr
dan membentuk onkogen bcr-abl (gambar 2), sehingga dalam hal ini translokasi
mengakibatkan perubahan struktur gen dan pembentukan protein abnormal.
3. Amplifikasi gen
Amplifikasi adalah proses peningkatan atau penambahan jumlah gen
yang menyebabkan peningkatan transkripsi RNA, dengan peningkatan
transkripsi ini menyebabkan terjadi peningkatan produksi protein. Protein yang
diproduksi tidak mengalami perubahan tetapi yang terjadi adalah peningkatan
produksi. Amplifikasi proto-onkogen meningkatkan jumlah template yang
diperlukan untuk transkripsi mRNA. sehingga dengan demikian meningkatkan
jumlah produk yang dihasilkan oleh sel. Di samping itu, beberapa alel yang
diamplifikasi biasanya mengalami mutasi sebelum terjadi amplifikasi, sehingga
mutasi tersebut juga turut diamplifikasi. Amplifikasi gen semacam ini sering
dijumpai pada berbagai jenis kanker. Contohnya antara lain amplifikasi c-erb
pada kanker payudara dan amplifikasi gen c-myc pada karsinoma ovarium.
sekitar 30%-40% pada kedua kasus tumor di atas, dan menunjukkan prognosa
yang buruk.
4. Insersi atau penyisipan (insertional mutagenesis)
Insersi atau penyisipan yaitu proses mutasi berupa masuknya bagian
kromosom lain ke dalam suatu kromosom. Karsinogen virus umumya
menyebabkan terjadinya proses insersi, proses insersi ini akan menyebabkan
pembentukan onkogen dari proto-onkogen. HPV (human papiloma virus )
merupakan salah satu virus karsinogen. Salah satu protein virus yang
merupakan bagian dari HPV yaitu protein E6 dan E7 yang merupakan
onkoprotein penyebab kanker serviks. Masuknya protein E6 ke dalam host
menyebabkan tidak aktifnya p53, karena p53 akan terikat oleh protein E6.
Akibatnya ikatan cyclin-cdk tidak terganggu, ikatam cyclin ini akan menjadi aktif,
dan sel terus berproliferasi tanpa mekanisme kontrol. Protein E7 dari virus HPV
menyebabkan terurainya pRb (protein retinoblastoma) yang semula terikat
dengan faktor transkripsi E2F. Dengan terikatnya pRb oleh protein E7
menyebabkan protein E2F terlepas dan aktif merangsang onkogen c-myc dan
dengan rangsangan ini maka akan terjadi peningkatan aktivitas siklus sel.
Peningkatan aktivitas cmyc juga dapat terjadi akibat penyisipan DNA
virus, misalnya dalam contoh DNA-ALV. Penyisipan dan transduksi
menyebabkan perubahan fungsi proto-onkogen (dalam contoh ini c-myc)
sehingga menjadi onkogenik.
Mutagenesis akibat penyisipan virus ini mengubah proto-onkogen menjadi
onkogen terutama karena onkogen itu dikendalikan oleh genom virus yang
memiliki kemampuan kuat untuk mengekspresikan gen bersangkutan. Hasilnya
adalah bahwa gen yang semula “silent” menjadi aktif atau diekspresikan secara
berlebihan. Dengan kata lain, penyisipan DNA virus dapat menyebabkan
peningkatan produksi RNA dan protein oleh proto-onkogen secara berlebihan.
Pada umumnya penyisipan genom virus juga menyebabkan kerusakan pada
domain sandi (template) sehingga menghasilkan produk protein yang abnormal.
Myc hasil mutasi merupakan contoh bagaimana proto-onkogen dikonversi
menjadi onkogen. Fungsi transkripsi onkogen myc berada di bawah kendali
virus, mengalami fusi dengan gen struktural virus membentuk hibrid yang
menghasilkan protein hibrid yang abnormal, dan mengalami mutasi pada domain
sandi. Semua perubahan ini dapat meningkatkan tumorigenesis. Insersi terjadi
biasanya pada pengikatan materi genetik virus RNA oleh DNA sel.
D. PROTEIN YANG DIHASILKAN ONKOGENOnkogen akan menyandi pembentukan protein dan kemudian dihasilkan
onkoprotein. Sifat onkoprotein yaitu, tidak ada elemen regulator dan tidak tergantung
pada faktor pertumbuhan, maupun sinyal transduksi lainnya.
1. Growth Faktor
Dapat menyebabkan rangsangan autokrin. Pada banyak kasus, growth
factor itu sendiri tidak berubah atau mutasi, tetapi produk onkogen yang lain,
seperti ras menyebabkan overekspresi growth factor. Kemudian memaksakan
sel untuk mensekresikan sejumlah besar growth factor seperti Transforming
growth factor α (TGF α). Growth factor ini berhubungan dengan Epidermal
growth factor (EGF) dan menginduksi proliferasi sel dengan berikatan dengan
reseptor EGF.
2. Growth Factor Receptors
Protein reseptor yang bermutasi (mutans reseptor protein) mengirim sinyal
mitogenik secara terus menerus ke sel, walaupun tanpa faktor pertumbuhan di
lingkungannya. Reseptor ini bekerja sebagai reseptor pengikat faktor
pertumbuhan, yang terdiri dari bidang (domain) ikatan ligand ekstraseluler,
bidang trans membran tunggal, dan daerah intraseluler yang berhubungan
dengan bidang katalisis tirosin kinase. Bidang katalitik tersusun oleh suatu
daerah ikatan amino-terminal ATP dan suatu bidang karboksi-terminal
phospotransferase yang dalam beberapa RTKs dipisahkan oleh sebuah daerah
dengan sekuens yang berbeda yang disebut kinase insert. Reseptor dengan
protipe di atas meliputi reseptor EGF, PDGF,, FGFs.
Sekali teraktivasi, reseptor akan mentransfer grup phospat dari ATP ke
sisi tertentu dari rantai tirosin. Ikatan protein dibidang ekstraseluler dari reseptor
tirosine kinase dapat mengaktivasi bidang katalitik di sisi lain reseptor yaitu sisi
membran plasma. Ikatan ligand menyebabkan reseptor berkumpul membentuk
dimers (pasangan), memungkinkan kedua bidang sitoplasma saling
menyeberangkan fosforilasinya ke berbagai residu tirosin. Kebanyakan residu
tersebut berada di luar bidang katalitik.
Penyebaran fosforilasi dikenal sebagai autofosforilasi karena terjadi di
dalam reseptor dimer. Terjadinya autofosforilasi tirosin sebagai pencetus
berkumpulnya kompleks sinyal intraseluler, yang nantinya sinyal tersebut akan
disampaikan ke sel interior.
3. Disregulasi Sinyal Transduksi
Komponen gen-gen penyandi sinyal normal yang disebut proto-onkogen,
mempunyai kemampuan menjadi mediator proses onkogenesis jika terjadi
disregulasi. Umumnya, jenis kanker pada manusia berbasis disregulasi
pertumbuhan secara genetik. Pembelahan sel normalnya terjadi bila dirangsang
faktor pertumbuhan yang disekresikan oleh sel lain dan bekerja setelah berikatan
dengan reseptor tirosin kinase. Terakumulasinya mutasi, memungkinkan sel
membelah tanpa perlu rangsangan dari sel lain dan inilah yang menerangkan
terjadinya proliferasi sel kanker yang berlebihan/ tidak terkendali
Sifat mutasi yang dihubungkan dengan aktivasi onkogen mendorong
terjadinnya transformasi sel, secara umum lebih menyebabkan modifikasi fungsi
dibandingkan kehilangan fungsi. Beberapa mutasi menyebabkan diproduksinya
protein aktif yang abnormal, yang pesannya juga akan disampaikan ke nukleus
sehingga mendorong proliferasi sel sekalipun tanpa adanya sinyal ekstraseluler.
Onkogen ras, penyandi protein ras yang abnormal, yaitu kehilangan
kemampuan menghidrolisa GTP, sehingga ikatan ras-GTP dalam bentuk aktif
terus menerus, akibatnya meningkatkan proliferasi sel. Onkogen erbB,
mempunyai bidang tirosin kinase intraseluler yang aktif secara kontinyu,
sehingga sel mengekspresikan kelakuan onkogen ini sebagai sel yang terus
menerus mendapat sinyal dari faktor pertumbuhan untuk berproliferasi.
Gangguan jalur mitogenik dapat terjadi akibat hilangnya kontrol pertumbuhan
dan menjadi karakteistik bagi sel yang mengalami transformasi maligna.
4. Nuclear Transcription Factor
Myc, jun, fos adalah transkripsi faktor nukleus. Gen yang paling sering
terlibat pada tumor manusia yakni gen myc. Myc berikatan dengan DNA, akan
mengaktivasi transkripsi, termasuk cyclin D1 kemudian sel akan memasuki siklus
sel. Normalnya kadar myc akan turn ke level basal bila siklus sel dimulai. Apabila
terjadi mutasi maka terjadi ekspresi yang menetap atau overekspresi yang
menyebabkan proliferasi terus menerus.
5. Cyclins dan Cyclin-Dependent Kinases
Tujuan akhir perangsangan pertumbuhan adalah menyebabkan sel yang
tidak bergerak (quiscent) menjadi masuk ke dalam siklus sel. Check point yang
paling penting adalah dari G1 ke S dijaga oleh protein retinoblastoma.
Phosphorilasi pRb menyebabkan CDKs berhasil mengatasi rintangan G1 ke S
dan membuat sel memasuki DNA fase sintesis. Mutasi akan menyebabkan
disregulasi ekspresi D cyclins, selanjutnya sel akan langsung masuk ke fase S.
Gen cyclin D diamplifikasi dan overekspresi pada karsinoma mammae dan
squamosa.
E. TUMOR SUPRESSOR GENTumor supressor gen (TSG) adalah gen yang bekerja menghentikan siklus
sel atau gen yang bekerja menghentikan atau menghambat mekanisme aktivasi
siklus sel. TSG pada keadaan tidak bermutasi berfungsi menghambat proses fungsi
sel, sedangkan bila bermutasi gen tersebut akan kehilangan fungsi sehingga disebut
sebagai tumor supresor gen. Dengan demikian tumor supressor gen memberi sinyal
untuk menghambat pertumbuhan, sinyal ini melalui kaskade sinyal. Sinyal tersebut
disampaikan ke responder protein. Bila protein supressor hilang atau tidak berfungsi
akibat adanya mutasi maka sinyal penghambat pertumbuhan tersebut akan hilang.
Knudson yang melakukan pengamatan terhadap retinoblastoma mengajukan suatu
hipotesis yang dikenal sebagai “Knudson's two-hit hypothesis” , hipotesis ini
menyatakan adanya dugaan bahwa didalam sel normal terdapat suatu gen yang
mengatur siklus sel melalui suatu mekanisme penghambatan terhadap pertumbuhan
atau perkembangan sel. Sehingga bila faktor atau gen supresi tersebut hilang, akan
menimbulkan percepatan siklus sel. Konsep tersebut merupakan salah satu
hipotesis pada proses karsinogenesis.
Gambar 1. Knudson teori
Melalui berbagai penelitian telah dapat diidentifikasi beberapa gen yang
berperan sebagai tumor supressor gen. Tumor supresssor gen merupakan gen yang
resesif, inaktivasi fungsi gen akan terjadi bila dua sel gen mengalami inaktivasi karena
mutasi.
Tabel 1 : Karakteristik TSG dan onkogen
Turunan Tumor Supressor Gen
1. BRCA
Mutasi gen BRCA dijumpai pada penderita kanker payudara dan kanker
ovarium. Dengan demikian , gen ini diduga memegang peranan pada sindrom kanker
ovarium-payudara. BRCA diduga berperan meningkatkan p21 dan juga sebagai
promotor bax yang penting dalam proses apoptosis. BRCA juga berhubungan
dengan cdk dan siklin sehingga BRCA berperan sebagai regulator yang berfungsi
melalui E2F dan cdk-cyclin.
2. Retinoblastoma
Gen retinoblastoma merupakan gen supresor yang pertama kali diamati dan
ditemukan pertama kali pada penderita retinoblastoma. Akan tetapi mutasi gen Rb
dijumpai pula pada penderita kanker payudara, tulang, ginjal. Gen ini dalam
keadaan normal berikatan dengan E2F, kompleks tersebut berada pada fase G1.
Kompleks Rb-E2F berada pada fase G1 dalam keadaan tidak aktif, memasuki tahap
akhir G1 akan terjadi proses fosforiasi, proses fosforilasi diperlukan untuk memasuki
tahap S. Proses fosforilasi menyebabkan ikatan Rb-E2F lepas. Faktor transkripsi
E2F menjadi aktif dan merangsang siklus sel untuk memasuki tahap fase S.
3. p53
Gen p53 akan berfungsi normal bila kempat subunitnya dalam keadaan
normal. Berarti bila satu subunit tersebut defek, maka gen p53 tidak dapat berfungsi
normal. Defek pada p53 umumnya berupa mutasi (point mutation dan insersi). Gen
p53 dapat pula inaktif misalnya karena ikatan dengan onkoprotein virus HPV yaitu
E6.
F. DASAR SELULER DAN GENETIK KANKERMolekul atau agent yang dapat menyebabkan timbulnya degenerasi
keganasan atau kanker disebut zat karsinogen, dan proses bekerjanya agent atau
zat karsinogen sehingga sel normal menjadi sel kanker disebut sebagai proses
karsinogenesis atau proses pembentukan kanker. Secara umum dikenal 3 kelompok
zat yang dapat menjadi karsinogen yaitu zat kimiawi (karsinogen kimia), radiasi
(karsinogen radiasi) dan karsinogen virus. Beberapa faktor yang berperan untuk
terjadinya neoplasia adalah:
1. Karsinogen Kimia
Karsinogen kimia dapat terjadi melalui kontak langsung kulit manusia
dengan zat karsinogen misalnya benzene, asbes. Karsinogen kmia juga dapat
masuk melalui makanan seperti aflatoksin dan karsinogen yang dipapar melalui
inhalasi seperti rokok. Kerusakan DNA oleh zat kimia dapat terjadi melalui
beberapa proses antara lain pembentukan gugus oksidasi, dimerisasi dan
deaminasi. Terdapat dua mekanisme yaitu mekanisme langsung interaksi zat
kimiawi tanpa adanya transformasi kimia sehingga terjadi keganasan secara
langsung (direct acting carcinogen) contohnya adalah alkylating agent :
Cyclophosphamide. Yang kedua adalah indirect acting compound yaitu proses
karsinogenesis melalui konversi prokarsinogen menjadi karsinogen aktif
(Procarsinogen (membutuhkan aktivasi)) Contohnya adalah Polycyclinc
hydrocarbons (Benzipyrene). DNA merupakan komponen sel yang sangat rentan
untuk mengalami perubahan, tetapi sel mempunyai kemampuan untuk
memperbaiki DNA yang mengalami kerusakan akibat zat kmia. Serangan zat
kimia terhadap tumor suppressor gene misalnya p53. TSG menjadi tidak aktif
dan sebaliknya protoonkogen menjadi onkogen. Mutasi gen pada tahap ini dapat
berlanjut menjadi kanker bila diikuti oleh promosi yang berulang atau terus
menerus dan zat kimia yang bekerja sebagai inisiator antara lain benzipyrene.
Kanker akan terjadi bila paparan inisiator diikuti paparan promoter yang terus
menerus dengan interval yang pendek.
2. Karsinogen Radiasi
Energi radiasi yang diakibatkan sinar ultraviolet, partikel radiasi dapat
menyebabkan transformasi sel, hal ini telah dibuktikan pada penelitian invivo dan
invitro. Sinar ultraviolet menyebabkan mutasi pembentukan dimer DNA, mutasi
ini dapat diperbaiki dengan mekanisme excision repair. Radiasi dapat
menyebabkan kerusakan rangkaian DNA melalui pembentukan radikal bebas
yang selanjutnya merusak DNA.
3. Karsinogen Virus
Virus mempunyai sifat karsinogen, karena pada keadaan infeksi, virus
mempunyai kemampuan mengintegrasikan informasi genetiknya ke dalam DNA
sel host. Akibat integrasi tersebut menyebabkan terjadinya perubahan yang
diproduksi, dan protein tersebut protein transformasi.
Tahap inisiasi merupakan tahap paparan karsinogen terhadap sel. Paparan ini
menyebabkan kerusakan DNA secara permanen, kerusakan ini menyebabkan efek
memori yang terus ada walaupun fenotip sel masih dalam keadaan fenotip normal.
Selanjutnya akan menyebabkan mutasi pada saat sintesis DNA (genetic error)
sehingga akan terakumulasi sel yang mempunyai gen abnormal.
Tahap promosi merupakan kelanjutan tahap inisiasi yang terjadi akibat
paparan promotor. Promotor merupakan zat non mutagenik. Paparan promotor
akan menyebabkan keganasan bila terjadi pada sel yang telah terinisiasi. Promotor
akan meningkatkan pertumbuhan atau proliferasi sel yang terinisiasi.
Tahap konversi keganasan, merupakan tahap kelanjutan dari tahap promosi.
Bila paparan promotor terhenti sebelum terjadi transformasi , maka sel berada pada
tahap preneoplastik mungkin akan dapat mengalami regresi. Promotor dapat
berperan pada konversi keganasan melalui aktivitasnya dalam merangsang
proliferasi sel pada tahap praneoplasia.
Tahap progresi, merupakan proses proliferasi yang berlebihan dari sel yang
genotip dan fenotipnya telah mengalami perubahan keganasan. Tumor menjadi
fenotip yang invasif dan bermetastasis.
G. PRINSIP DASAR KANKER1. Ketidakseimbangan onkogen dan tumor supresor gen
Gambar 2. Prinsip dasar kanker
2. Kanker tidak pernah sembuh, yang ada adalah dormant
3. Kerusakan genetik nonletal merupakan hal sentral dalam karsinogenesis
Kerusakan atau mutasi genetik semacam ini mungin didapat akibat pengaruh
lingkungan, seperti zat kimia, radiasi atau virus atau diwariskan dalam sel
germinativum. Hipotesis genetik pada kanker mengisyaratkan bahwa massa
tumor terjadi akibat ekspansi klonal satu sel progenitor yang telah mengalami
kerusakan genetik ( yaitu tumor bersifat monoklonal
4. Tiga kelas regulatorik normal
Protoonkogen yang mendorong pertumbuhan gen penekan kanker ( tumor
supresor gen ) yang menghambat pertumbuhan ( antionkogen) dan gen yang
mengatur kematian sel terencana (programmed cell death), atau apoptosis
adalah sasaran utama kerusakan genetik. Alel mutan protoonkogen disebut
onkogen. Alel ini dianggap dominan karena menyebabkan transformasi gen
walaupun pasangan/padanan normalnya ada. Sebaliknya, kedua sel normal
pada gen peneka tumor harus mengalami kerusakan sebelum transformasi
dapat berlangsung sehingga kelompok ini kadang-kadang disebut onkogen
resesif. Gen yang mengendalikan apoptosis mungkin dominan, seperti
protoonkogen, atau berprilaku seperti gen penekan tumor
MUTASI
PROTO ONKOGEN
TINGGI
GEN SUPRESSO
R REND
AH
ONKOGE
NKANKER
5. Gen yang mengatur perbaikan DNA yang rusak, berkaitan dengan
karsinogenesis
Gen yang mempengaruhi DNA mempengaruhi proliferasi atau kelangsungan
hidup sel secara tidak langsung dengan mempengaruhi kemampuan organisme
memperbaiki kerusakan nonletal di gen lain, termasuk protoonkogen, gen
penekan tumor dan gen yang mengendalikan apoptosis. Kerusakan gen yang
memperbaiki DNA dapat memudahkan terjadinya mutasi luas di genom dan
transformasi nonplastik
6. Karsinogenesis adalah suatu proses yang banyak tahapnya, baik pada tingkat
fenotip maupun genotip. Suatu neoplasma ganas memiliki beberapa sifat fenotip,
misalnya pertumbuhan berlebihan, sifat invasif lokal dan kemampuan metastasis
jauh. Sifat ini diperoleh secara bertahap, suatu fenomena yang disebut tumor
progression. Pada tingkat molekuler, progresi ini terjadi akibat akumulasi
kelainan genetik yang pada sebagian kasus dipermudah oleh adanya gangguan
pada perbaikan DNA. Perubahan genetik yang mempermudah tumor
progression melibatkan tidak saja gen pengendali pertumbuhan, tetapi juga gen
yang mengendalikan angiogenesis, invasi dan metastasis. Sel kanker juga harus
melewatkan proses penuaan normal yang membatasi pembelahan sel.
7. Enam tanda utama kanker
a. Sel-sufficiency (menghasilkan sendiri) sinyal pertumbuhan
b. Insensitivitas terhadap sinyal penghambat pertumbuhan
c. Menghindari apoptosis
d. Potensi replikasi tanpa batas (yang mengalahkan penuaan sel)
e. Angiogenesis berkelanjutan
f. Kemampuan menginvasi dan berana sebar
DAFTAR PUSTAKA
1. Andrijono. Biologi sel. Dalam : Sinopsis Kanker Ginekologi. Edisi ketiga. Pustaka
Spirit. Jakarta, 2013, hal: 19-40.
2. Aziz MF. Karsinogenesis. Dalam : Aziz MF, Andrijono, Saifuddin AB (Eds). Buku
Acuan Nasional Onkologi Ginekologi. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta, 2006, hal : 20-32.
3. Andrijono. Tumor Supresor Gen. Dalam : Aziz MF, Andrijono, Saifuddin AB (Eds).
Buku Acuan Nasional Onkologi Ginekologi. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta, 2006, hal : 36-30
4. Mader. Cell Structure and Function. In : Understanding Human Anatomy and
Physiology. 5th Ed. McGraw-Hill. 2004. p 47-50.
5. NCI. Two hit hypotesis. In National cancer institude. 2006. In http//www.cancer.gov/
cancergenomics/page53
6. Rae P. prinsip dasar kanker. Didownload tanggal 14 juli 2014. In http//
www.academia.edu
7. Van de Graff. Cytology. In : Human Anatomy, 6 th ed, The McGraw-Hill,2001, p 63-
71.