Prin Gagal Jantung Kongestif

59
Oleh Kelompok III : Maria Immaculata C.B. Sri Nala Irmawati Deden Nuzulya Rahmadhani Jessi Yores Adrianus Pandong Fredyrikus Carlokum Hendranus Suprianto Yovita Sela Parubang S1 Keperawatan

Transcript of Prin Gagal Jantung Kongestif

Page 1: Prin Gagal Jantung Kongestif

Oleh

Kelompok III :

Maria Immaculata C.B. Sri Nala

Irmawati Deden

Nuzulya Rahmadhani Jessi Yores

Adrianus Pandong Fredyrikus Carlokum

Hendranus Suprianto Yovita Sela Parubang

S1 Keperawatan

STIKES GRAHA EDUKASI MAKASSAR

Page 2: Prin Gagal Jantung Kongestif

43

2012/2013

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang

Maha Esa karena atas berkat dan pertolongan-Nya, kami dapat

menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Makalah ini berisi tentang konsep medis dan konsep keperawatan

dari Sistem Kardiovaskuler. Makalah ini menjelaskan secara terperinci

tentang Gagal Jantung Kongestif.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan

untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun dari pembaca demi penyempurnaan makalah ini kedepan.

Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita

semua khususnya kita selaku Mahasiswa Keperawatan.

Makassar, 10 Juni 2013

Penyusun

Page 3: Prin Gagal Jantung Kongestif

43

DAFTAR ISI

Kata Pengantar 2

Daftar Isi 3

Bab I Pendahuluan 4

1. Latar Belakang 4

2. Tujuan 6

BAb II Tinjauan Pustaka 7

1. Konsep Medis 7

1.1. Definisi 7

1.2. Etiologi 8

1.3. Patofisiologi 10

1.4. Manifestasi Klinis 12

1.5. Pemeriksaan Penunjang 14

1.6. Penatalaksanaan Dan Komplikasi16

1.7. Penanganan 19

2. Konsep Keperawatan 20

2.1. Pengkajian 20

2.2. Diagnosa Keperawatan 24

2.3. Intervensi Dan Rasional 25

2.4. Implementasi38

2.5. Evaluasi 39

Bab III Penutup 40

1. Kesimpulan 40

2. Saran 41

Page 4: Prin Gagal Jantung Kongestif

43

Daftar Pustaka 42

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Gagal jantung menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama

pada beberapa negara industri maju dan negara berkembang seperti

Indonesia. Sindroma gagal jantung ini merupakan masalah yang penting

pada usia lanjut, dikarenakan prevalensi yang tinggi dengan prognosis

yang buruk. Prevalensi gagal jantung kongestif akan meningkat seiring

dengan meningkatnya populasi usia lanjut, karena populasi usia lanjut

dunia bertambah dengan cepat dibanding penduduk dunia seluruhnya,

malahan relatif bertambah besar pada Negara berkembang termasuk

Indonesia.

Penyakit jantung dewasa ini merupakan penyebab paling utama

keadaan sakit dan kematian bangsa berindustri maju. Di Amerika Serikat,

penyakit jantung menujukkan angka kematian dua kali lipat dari pada

kanker (penyebab kematian kedua paling sering), yang merupakan kira-

kira 37% sebab kematian. Kira-kira 88% di sebabkan karna penyakit

jantung iskemia (ICHD) yang juga merupakan penyakit jantung koroner

(CHD).

Dari data tersebut di dapat tanda-tanda terang dengan jumlah

kematian sebagai akibat penyakit jantung yang dilaporkan berkurang

dalam hampir dua decade terakhir ini, yang kenyataannya sebagian besar

disebabkan penurunan angka kematian. Kematian sebagai akibat

penyakit jantung biasanya disebabkan karena gangguan irama jantung

atau kelemahan pemompaan progresif. Sering yang satu menyebabkan

penyakit jantung yang lain. Semua penyakit jantung dalam bahasan ini

Page 5: Prin Gagal Jantung Kongestif

43

dapat disertai berbagai macam aritmi seperti fibrilasi atrium, ekstrasistol

atau takikardi hidup penderita.

Gangguan irama jantung terjadi bila jalur konduksi normal dihambat

oleh nekrosis, radang, dan fibrosis maupun bila kesalahan metabolism

local menimbkan focus iritasi listrik. Meskipun aritmia terjadi secara

dramatik, sukar untuk diidentifikasi lesi patologi yang khas. Selain itu

semua penyakit jantung utama, bila dalam keadaan parah dapat

berpengaruh pada kapasitas fungsi pemompa. Melalui litasan apa pun

sindrom klinik yang dikenal sebagai kegagal jantung kogestif (CHF),

dapat menimbulkan dan mendominasi gambaran klinik.

Karena akibat akhir ini semua bentuk penyakit jantung utama ini

berupa sidrom kompleks dengan variasi dampak maka CHF dibahas

secara terinci sebelum memasuki bahasan penyakit. Gagal jantung

adalah sindrom klinik dengan abnormalitas dari struktur atau fungsi

jantung sehingga mengakibatkan ketidakmampuan jantung untuk

memompa darah ke jaringan dalam memenuhi kebutuhan metabolisme

tubuh.

Ciri penting dari definisi ini adalah gagal didefinisikan relatif

terhadap kebutuhan metabolik tubuh dan penekanan arti kata gagal

ditujukan pada fungsi pompa jantung secara keseluruhan. Diagnosis dini

dan identifikasi etiologi dari pasien gagal jantung kongestif sangat

diperlukan karena banyak kondisi yang menyerupai sindroma gagal

jantung ini pada usia dewasa maupun usia lanjut.

Page 6: Prin Gagal Jantung Kongestif

43

2. Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui konsep medis dari gagal jantung kongestif berupa:

Definisi

Etiologi

Patofisiologi

Manifestasi Klinis

Pemeriksaan Penunjang

Penatalaksanaan Dan Komplikasi

Penanganan

2. Untuk mengetahui konsep keperawatan dari gagal jantung

kongestif berupa:

Pengkajian

Diagnosa keperawatan

Intervensi dan rasional

Implementasi

Evaluasi

Page 7: Prin Gagal Jantung Kongestif

43

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Medis

1.1. Definisi

Gagal jantung disebut juga CHF (Congestive Heart Failure) atau

Decomp Cordis.

Gagal jantung adalah  keadaan patofisiologik dimana jantung sebagai

pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk matabolisme

jaringan. (Sylvia A Price dan Lorraine M.Wilson.1995:583).

Gagal jantung adalah  suatu keadaan ketidakmampuan untuk

memompakan darah keseluruhan tubuh sesuai dengan kebutuhan

metabolisme. (National Cardiovasculer Harkit.2001:119).

Gagal  jantung adalah  ketidakmampuan jantung untuk 

mempertahankan sirkulasi yang adekuat, ditandai dengan dispneu,

dilatasi vena dan edema. (Kamus Kedokteran Dorland.1998:291).

Berdasarkan pengertian  diatas penulis menyimpulkan bahwa

gagal jantung adalah keadaan ketidakmampuan jantung untuk

memompakan darah ke seluruh tubuh sesuai dengan kebutuhan.

Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk

memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi

Page 8: Prin Gagal Jantung Kongestif

43

kebutuhan jaringan terhadap oksigen dan nutrien. (Diane C.

Baughman dan Jo Ann C. Hockley, 2000).

Suatu keadaan patofisiologi adanya kelainan fungsi jantung

berakibat jantung gagal memompakan darah untuk memenuhi

kebutuhan metabolisme jaringan dan atau kemampuannya hanya

ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri

(Braundwald ).

1.2. Etiologi

Gagal jantung adalah komplikasi yang paling sering dari segala

jenis penyakit jantung kongestif maupun didapat. Mekanisme fisiologis

yang menyebabkan gagal jantung mencakup keadaan-keadaan yang

meningkatkan beban awal, beban akhir atau menurunkan kontraktilitas

miokardium. Gagal jantung kongestif dapat disebabkan oleh :

Kelainan otot jantung, gagal jantung sering terjadi pada penderita

kelainan otot jantung, disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung.

Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi otot mencakup

ateriosklerosis koroner, hiprtensi arterial, dan penyakit degeneratif atau

inflamasi.

Aterosklerosis koroner, mengakibatkan disfungsi miokardium karena

terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan

asidosis (akibat penumpuikan asam laktat). Infark miokardium

(kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.

Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif, berhubungan

dengan gagal jantung karena kondisi yang secara langsung merusak

serabut jantung, menyebabkan kontraktilitaas menurun.

Page 9: Prin Gagal Jantung Kongestif

43

Hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan afterload),

meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mngakibatkan

hipertrofi serabut otot jantung.

Peradangan dan penyakit myocardium degenerative: berhubungan

dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak

serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.

Penyakit jantung lain, gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat

penyakit jantung yang sebenarnya, yang ssecara langsung

mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya terlibat mencakup

gangguan aliran darah yang masuk jantung (stenosis katup semiluner),

ketidak mampuan jantung untuk mengisi darah (tamponade,

perikardium, perikarditif konstriktif, atau stenosis AV), peningkatan

mendadak afteer load.

Faktor sistemik, terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam

perkembangan dan beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju

metabolism (misal: demam, tirotoksikosis ), hipoksia dan anemia

peperlukan peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan

oksigen sistemik. Hipoksia dan anemia juga dapat menurunkan suplai

oksigen ke jantung. Asidosis respiratorik atau metabolik dan

abnormalita elekttronik dapat menurunkan kontraktilitas jantung

Grade gagal jantung menurut New york Heart Associaion

Terbagi menjadi 4 kelainan fungsional :

I. Timbul gejala sesak pada aktifitas fisik berat

II. Timbul gejala sesak pada aktifitas fisik sedang

III. Timbul gejala sesak pada aktifitas ringan

IV. Timbul gejala sesak pada aktifitas sangat ringan/ istirahat

Page 10: Prin Gagal Jantung Kongestif

43

1.3. Patofisiologi

Kelainan intrinsik pada kontraktilitas miokardium yang khas pada

gagal jantung akibat penyakit jantung iskemik, mengganggu kemampuan

pengosongan ventrikel yang efektif. Kontraktilitas ventrikel kiri yang

menurun mengurangi curah sekuncup dan meningkatkan volume residu

ventrikel. Tekanan arteri paru-paru dapat meningkat sebagai respon

terhadap peningkatan kronis tekanan vena paru. Hipertensi pulmonary

meningkatkan tahanan terhadap ejeksi ventrikel kanan.

Serentetan kejadian seperti yang terjadi pada jantung kiri, juga

akan terjadi pada jantung kanan, dimana akhirnya akan terjdi kongesti

sistemik dan edema. Perkembangan dari kongesti sistemik atau paru-paru

dan edema dapat dieksaserbasi oleh regurgitasi fungsional dan katub-

katub trikuspidalis atau mitralis bergantian. Regurgitasi fungsional dapat

disebabkan oleh dilatasi dari annulus katub atrioventrikularis atau

perubahan-perubahan pada orientasi otot papilaris dan kordatendinae

yang terjadi sekunder akibat dilatasi ruang.

Sebagai respon terhadap gagal jantung ada tiga meknisme primer

yang dapat dilihat; meningkatnya aktifitas adrenergik simpatik,

meningkatnya beban awal akibat aktivasi sistem rennin-angiotensin-

aldosteron dan hipertrofi ventrikel. Ketiga respon ini mencerminkan usaha

untuk mempertahankan curah jantung. Meknisme-meknisme ini mungkin

memadai untuk mempertahnkan curah jantung pada tingkat normal atau

hampir normal pada gagal jantung dini, pada keadaan istirahat. Tetapi

kelainan pad kerj ventrikel dan menurunnya curah jantung biasanya

tampak pada keadaan berktivitas. Dengn berlanjutnya gagal jantung maka

kompensasi akan menjadi semakin luring efektif.

Page 11: Prin Gagal Jantung Kongestif

43

Bila curah jantung berkurang sistem saraf simpatis akan

mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan curah jantung.

Bila gagal maka volume sekuncup akan beradaptasi untuk

mempertahankan curah jantung. Pada gagal jantung terjadi kerusakan

dan kekakuan serabut otot jantung sehingga curah jantung normal tidak

dapat dipertahankan.

Jenis dan Klasifikasi

1. Gagal Jantung Kiri

Gagal jantung kiri disebabkan oleh penyakit jantung koroner,penyakit

katup aorta dan mitral serta hipertensi. Gagal jantung kiri berdampak

pada :

Paru

Ginjal

Otak

2. Gagal Jantung Kanan

Penyebab gagal jantung kanan harus juga termasuk semua yang

dapat menyebabkan gagal jantung kiri, seharusnya stenosis mitral

yang menyebabkan peningkatan tekanan dalam sirkulasi paru. Gagal

jantung kanan dapat berdampak pada :

Hati

Ginjal

Jaringan subkutis

Otak

Sistem Aliran aorta

Page 12: Prin Gagal Jantung Kongestif

43

1.4. Manifestasi Klinis

Tanda dominan :

Meningkatnya volume intravaskuler

Kongestif jaringan akibat tekanan arteri dan vena meningkat

akibat penurunan curah jantungManifestasi kongesti dapat berbeda

tergantung pada kegagalan ventrikel mana yang terjadi.

Gagal jantung kiri :

Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri krn ventrikel kiri

tak mampu memompa darah yang datang dari paru. Manifestasi

klinis yang terjadi yaitu :

Dispnu : Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli

dan mengganggu pertukaran gas.Dapat terjadi

ortopnu.Bebrapa pasien dapat mengalami ortopnu pda

malam hari yang dinamakan Paroksimal Nokturnal Dispnea (

PND)

Batuk

Mudah lelah : Terjadi karena curah jantung yang kurang

yang menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan

oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil

katabolismeJuga terjadi karena meningkatnya energi yang

digunakan untuk bernafas dan insomnia yang terjadi karena

distress pernafasan dan batuk.

Kegelisahan dan kecemasan : Terjadi akibat gangguan

oksigenasi jaringan, stress akibat kesakitan bernafas dan

pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik.

Page 13: Prin Gagal Jantung Kongestif

43

Gagal jantung kanan:

Kongestif jaringan perifer dan viseral.

Edema ekstrimitas bawah (edema dependen), biasanya edema

pitting, penambahan berat badan,

Hepatomegali. Dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas

abdomen terjadi akibat pembesaran vena di hepar.

Anorexia dan mual. Terjadi akibat pembesaran vena dan statis

vena dalam rongga abdomen.

Nokturia

Kelemahan.

Tanda dan gejala Gagal Jantung Kongestif yang mungkin timbul:

Batuk kronis

Darah di dalam dahak (lendir)

Kehilangan selera makan

Kelelahan

Kemampuan untuk berolahraga yang berkurang

Memiliki perasaan subyektif dari denyut jantung tidak normal yang

tidak teratur atau cepat (jantung berdebar)

Menderita Aritmia

Menderita Asites

Mengi yang terus menerus

Mual

Pembengkakan pada mata kaki

Pembengkakan pada tungkai kaki

Pembengkakan perut

Pertambahan berat badan secara tiba-tiba dari retensi cairan

Rasa sakit di dada

Page 14: Prin Gagal Jantung Kongestif

43

Sesak nafas

1.5. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan

diagnosa CHF yaitu:

1. Elektro kardiogram (EKG)

Hipertropi atrial atau ventrikule r, penyimpangan aksis, iskemia,

disritmia, takikardi, fibrilasi atrial. Hipertrofi atrial atau ventrikuler,

penyimpangan aksis, iskemia san kerusakan pola mungkin terlihat.

Disritmia mis : takhikardi, fibrilasi atrial. Kenaikan segmen ST/T

persisten 6 minggu atau lebih setelah imfark miokard menunjukkan

adanya aneurime ventricular.

2. Skan jantung

Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan dinding.

3. Sonogram (ekocardiogram, ekokardiogram dopple)

Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam

fungsi/struktur katup, atau area penurunan kontraktili tas

ventrikular.

4. Kateterisasi jantung

Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu

membedakan gagal jantung kanan dan gagal jantung kiri dan

stenosis katup atau insufisiensi.

5. Rongent dada

Dapat menunjukkan pembesaran jantung, bayangan

mencerminkan dilatasi atau hipertropi bilik, atau perubahan dalam

pembuluh darah abnormal. 

Page 15: Prin Gagal Jantung Kongestif

43

6. Enzim hepar

Meningkat dalam gagal / kongesti hepar.

7. Elektrolit

Mungkin berubah karena perpindahan cairan / penurunan fungsi

ginjal, terapi diuretik.

8. Oksimetri nadi

Saturasi Oksigen mungkin rendah terutama jika gagal jantung

kongestif akut menjadi kronis.

9. Analisa gas darah (AGD)

Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkaliosis respiratori ringan

(dini) atau hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir).

10.Blood ureum nitrogen (BUN) dan kreatinin

Peningkatan BUN menunjukkan penurunan fungsi ginjal. Kenaikan

baik BUN dan kreatinin merupakan indikasi gagal ginjal.

11.Pemeriksaan tiroid

Peningkatan aktifitas tiroid menunjukkan hiperaktifitas tiroid

sebagai pre pencetus gagal jantung.

Page 16: Prin Gagal Jantung Kongestif

43

1.6. Penatalaksanaan Dan Komplikasi

1. Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan adalah :

Dukung istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung.

Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraktilitas miokarium

dengan preparat farmakologi, dan

Membuang penumpukan air tubuh yang berlebihan dengan cara

memberikan terapi antidiuretik, diit dan istirahat.

Terapi Farmakologis :

Glikosida jantung

Digitalis , meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan

memperlambat frekuensi jantung.Efek yang dihasilkan : peningkatan

curah jantung, penurunan tekanan vena dan volume darah dan

peningkatan diuresisidan mengurangi edema.

Terapi diuretic

Diberikan untuk memacu eksresi natrium dan air mlalui

ginjal.Penggunaan hrs hati – hati karena efek samping hiponatremia

dan hipokalemia.

Terapi vasodilator

Obat-obat fasoaktif digunakan untuk mengurangi impadansi tekanan

terhadap penyemburan darah oleh ventrikel. Obat ini memperbaiki

pengosongan ventrikel dan peningkatan kapasitas vena sehingga

tekanan engisian ventrikel kiri dapat dituruinkan.

Page 17: Prin Gagal Jantung Kongestif

43

Terapi oksigen digunakan untuk mengurangi kerja jantung

Diberikan diuretik untuk menurunkan volume plasma sehingga

aliran balik vena dan peregangan terhadap serat-serat otot

jantung berkurang.

Diberikan digoxin (digitalis) untuk meningkatkan kontraktilitas.

Digoxin bekerja secara langsung pada serat-serat otot jantung

untuk meningkatkan kekuatan setiap kontraksi tanpa

bergantung pada panjang serat otot. Hal ini akan menyebabkan

peningkatan curah jantung sehingga volume dan peregangan

ruang ventrikel berkurang.

Diberikan penghambat enzim pengubah angiotensin (inhibitor

ACE) untuk menurunkan pembentukan angiotensin II. Hal ini

mengurangi afterload (TPR) dan volume plasma (preload).

Nitrat juga diberikan untuk mengurangi afterload dan preload.

(Corwin,2000).

Inotropik positif : dopamin dapat juga digunakan untuk

meningkatkan denyut jantung (efek beta I) pada keadaan

bradikardia disaat atropine tidak menghasilkan kerja yang efektif

pada dosis 5-20 mg/kg/menit.

Sedatife, diberikan untuk mengurangi kegelisahan pada

keadaan gagal jantung berat, dengan tujuan mengistirahatkan

klien, dan member relaksasi pada klien.

Diet : mengatur diet sehingga kerja dan ketegangan otot

jantung minimal dan status nutrisi terpelihara sesuai dengan

selera dan pola makan klien. (Mutaqqin, 2009).

Page 18: Prin Gagal Jantung Kongestif

43

2. Komplikasi

1. Syok kardiogenik

Syok kardiogenik merupakan stadium akhir disfungsi ventrikel

kiri atau gagal jantung kongestif, terjadi bila ventrikel kiri mengalami

gangguan yang sangat luas. Otot jantung kehilangan kontraktilitasnya,

mengakibatkan penurunan curah jantung dengan perfusi jaringan yang

tidak adekuat ke organ vital (jantung, otak, ginjal). Tanda klasik syok

kardiogenik adalah tekanan darah rendah, nadi cepat dan lemah,

hipoksia otak yang termanifestasi dengan adanya konfusi dan agitasi,

penurunan haluaran urine, serta kulit yang dingin dan lembab. 

2. Episode tromboemboli

Kurangnya mobilitas pasien penyakit jantung dan adanya

gangguan sirkulsi yang menyertai kelainan ini berperan dalam

pembentukan thrombus intrakardial dan intravaskuler. Begitu pasien

meningkatkan aktivitasnya setelah waktu yang lama sebuah thrombus

akan terlepas dan dapat terbawa ke otak, ginjal, paru-paru. Episode

emboli yang tersering adalah emboi paru, gejalanya meliputi nyeri

dada, sianosis, napas pendek dan cepat, serta hemoptisis. Emboli

sistemik dapat berasal dari ventrikel kiri, sumbatan vaskuler dapat

mengakibatkan stroke atau infark ginjal, juga dapat mengganggu

suplai darah ke ekstremitas. 

Page 19: Prin Gagal Jantung Kongestif

43

3. Efusi dan temponade

Efusi perikardial mengacu pada masuknya cairan kedalam

kantung perikardium. Kejadian ini biasanya disertai dengan

perikarditis, gagal jantung atau bedah jantung.cairan perikardium akan

terakumulasi secara lambat tanpa menyebabkan gejala yang nyata.

Namun demikian perkembangan efusi yang cepat dapat meregangkan

pericardium sampai ukuran maksimal dan menyebabkan penurunan

curah jantung serta aliran balik vena ke jantung, tanda dan gejala yang

tampak adalah klien mungkin mengeluh dada terasa penuh atau

sangat nyeri, napas pendek, tekanan darah menurun dan berfluktuasi,

bunyi jantung terdengar lemah, disertai dengan pembesaran vena

dileher. (Smeltzer & Bare, 2001).  

1.7. Penanganan

Gagal jantung ditangani dengan tindakan umum untuk mengurangi

beban kerja jantung dan manipulasi selektif terhadap ketiga penentu

utama dari fungsi miokardium, baik secara sendiri-sendiri maupun

gabungan dari : beban awal, kontraktilitas dan beban akhir. Penanganan

biasanya dimulai ketika gejala-gejala timbul pada saat beraktivitas biasa.

Rejimen penanganan secar progresif ditingkatkan sampai mencapai

respon klinik yang diinginkan.

Eksaserbasi akut dari gagal jantung atau perkembangan  menuju

gagal jantung yang berat dapat menjadi alasan untuk dirawat dirumah

sakit atau mendapat penanganan yang lebih agresif. Pembatasan

aktivitas fisik yang ketat merupakan tindakan awal yang sederhan namun

sangat tepat dalam pennganan gagal jantung. Tetapi harus diperhatikan

jangan sampai memaksakan larangan yng tak perlu untuk menghindari

kelemahan otot-otot rangka.

Page 20: Prin Gagal Jantung Kongestif

43

2. Konsep Keperawatan

2.1. Pengkajian

Dasar data pengkajian penyakit gagal jantung kongestif adalah :

a. Aktivitas/istirahat

Gejala  : keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang hari,

insomnia, nyeri dada dengan aktivitas, dispnu pada saat istirahat

atau pada pengerahan tenaga.

Tanda    : gelisah, perubahan status mental, misalnya letargi, tanda

vital berubah pada saat aktivitas.

b. Sirkulasi

Gejala  : riwayat hipertensi, IM (Infark Miokard) baru/akut, episode

GJK (Gagal Jantung Kongestif) sebelumya, penyskit jsntung,

bedah jantung, endokarditis, SLE (Sistemik Lupus Eritematosus),

anemia, syok septic, bengkak pada kaki, telapak kaki, abdomen.

Tanda    : Tekanan darah mungkin rendah (gagal pemompaan) ;

normal (gagal jantung kongestif ringan atau kronis) ; atau tinggi

(kelebihan beban cairan/ peningkatan tahanan vakuler sistemik).

Tekanan nadi, mungkin sempit menunjukan penurnan volume

sekuncup, frekuensi jantung : disritmia, misalnya fibrilasi atrium,

kontraksi ventrikel premature / takikardia, blok jantung.

Nadi apical : titik denyut jantung maksimal mungkin menyebar dan

berubah posisi secara inferior kekiri.

Page 21: Prin Gagal Jantung Kongestif

43

Bunyi jantung S3 (gallop) adalah diagnostik ; S4 dapat terjadi ; S1

dan S2 mungkin melemah. Murmur sistolik dan diastolik dapat

menandakan adanya stenosis katup atau insufisiensi. Nadi : nadi

perifer berkurang, kekuatan dalam denyutan dapat terjadi : nadi

sentral mungkin kuat misalnya : nadi jugularis, karotis, abdominal

terlihat . warna kulit ; pucat, kebiruan, abu-abu, sianotik. Punggung

kuku ; pucat atau sianotik dengan pengisian kapiler lambat. Hepar ;

pembesaran dapat teraba, reflex hepatojugularis. Bunyi napas ;

krekels, ronkhi. Edema mungkin dependen, umum atau pitting,

khusunya pada ekstremitas; DVJ (Distensi Vena Jugularis) 

c. Integritas ego

Gejala     : ansietas, kuatir dan takut. Stress yang berhubungan

dengan penyakit atu keprihatinan financial (pekerjaan atau biaya

perawatan medis).

Tanda     : berbagai manifestasi perilaku, misalnya ansietas, marah,

ketakutan, mudah tersinggung.

d. Eliminasi

Gejala     : penurunan berkemih, urine berwarna gelap, berkemih

malam hari (Nokturia), diare/konstipasi

e. Makanan dan cairan

Gejala     : kehilangan nafsu makan, mual/muntah, penambahan

berat badan signifikan, pembengkakan pada ekstremitas bawah,

pakaina/sepatu terasa sesak, diet tinggi garam/ makan yang telah

dip roses lemak, gula dan kafein. Penggunan diur etik.

Page 22: Prin Gagal Jantung Kongestif

43

Tanda     : penambahan berat badan cepat, distensi abdomen

(asites); edema (umum, dependen, tekanan, pitting).

f. Hygiene

Gejala     : keletihan/kelemahan, kelelahan selama kativitas

perawatan diri.

Tanda     : penampilan menandakan kelainan perawatan personal

g. Neorosensori

Gejala       : kelemahan, pening, episode pingsan

Tanda     : letargi, kusut piker, disorientasi, perubahan perilaku,

mudah tersinggung.

h. Nyeri/kenyamana

Gejala     : nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen

kanan atas (AkaA), sakit pada otot.

Tanda     : tidak tenang, gelisah, focus menyempit (menarik diri),

perilaku melindungi diri.

i. Pernapasan

Gejala     : dispnu saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan

beberapa bantal, batuk dengan / tanpa pembentukan sputum,

riwayat penyakit paru kronis, pengguanaan bantuan pernapasan,

misalnya oksigen atau medikasi.

Page 23: Prin Gagal Jantung Kongestif

43

Tanda     : pernapasan : takipnu, napas dangkal pernapasan

labored; penggunaan otot aksesori pernapasan, nasal faring.

Batuk: kering/nyaring/nonproduktif atau mungkin batuk terus

menerus dengan atau tanpa pembentukan sputum.

Sputum: mungkin bersemuh darah, merah mudah/berbuih (edema

pulmonal). Bunyi napas : mungkin tidak terdengar dengan krekels

basilar dan mengi. Fungsi mental : mungkin menurun, letargi,

kegelisahan, warna kulit: pucat atau sianosis.

j. Keamanan

Gejala     : perubahan dalam fungsi mental, kehilangan kekuatan /

tonus otot.

k. Interaksi sosial

Gejala     : penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang

biasa dilakukan.

l. Pembelajaran dan pengajaran

Gejala     : menggunakan atau lupa menggunakan obat-obat

jantung

Tanda     : bukti tentang ketidak berhasilan untuk meningkatkan.

2.2. Diagnosa keperawatan

Page 24: Prin Gagal Jantung Kongestif

43

Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada klien dengan

gangguan system kardiovaskuler gagal jantung kongestif adalah :

1. Curah jantung menurun b/d perubahan kontraktilitas, perubahan

frekuensi, irama, perubahan struktural.

2. Intoleransi aktivitas b/d ketidak seimbangan antara suplai

oksigen/kebutuhan, kelemahan umum, tirah baring lama atau

imobilisasi.

3. Kelebihan volume cairan b/d menurunya laju filtrasi glomerulus

(menurunya curah jantung)/ meningkatnya produksi ADH dan

retensi natrium/air.

4. Resiko tinggi kerusakan pertukaran gas b/d perubahan

membrane kapiler-alveolus, pengumpulan atau perpindahan

cairan kedalam area interstisial/alveoli.

5. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit b/d tirah baring

lama, edema, penurunan perfusi jaringan.

6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai kondisi,

program pengobatan b/d kurang pemahaman/ kesalahan

persepsi tentang hubungan fungsi jantung/penyakit.

2.3. Intervensi Dan Rasional

Page 25: Prin Gagal Jantung Kongestif

43

1. Dx : Curah jantung menurun b/d perubahan kontraktilitas, perubahan

frekuensi, irama, perubahan struktural.

Tujuan :

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam di

harapkan klien menunjukan tanda vital dalam batas yang

dapat diterima (disritmia terkontrol/hilang) dan bebas gejala

gagal jantung (misalnya haluaran urine adekuat).

Kriteria hasil:

Haluaran urine adekuat

Disritmia terkontrol atau hilang

Ikut serta dalam aktivitas yang mengurangi beban kerja

jantung

Intervensi Rasional

Auskultasi nadi apikal :

kaji frekuensi, irama

jantung

Catat bunyi jantung

Palpasi nadi perifer

Pantau tekanan darah

Biasanya terjadi takikardia

untuk mengkompensasi

penurunan kontraktilitas

ventrikel.

S1 dan S2 mungkin melemah

karena menurunya kerja

pompa, irama gallop (S3 dan

S4) dihasilkan sebagai aliran

darah kedalam serambi yang

distensi.

Penurunan curah jantung

dapat menunjukan menurunya

nadi radial, nadi mungkin

cepat hilang atau tidak teratur

untuk dipalpasi.

Pada gagal jantung kongestif

Page 26: Prin Gagal Jantung Kongestif

43

Kaji kulit terhadap pucat

dan sianosis

Pantau haluaran urine,

catat penurunan haluaran

dan kepekatan /

konsentrasi urine

Kaji perubahan pada

sensori misalnya letargi,

bingung, disorientasi,

cemas dan depresi.

Berikan istirahat semi

rekumben pada tempat

tidur atau kursi, kaji

dengan pemeriksaan fisik

sesuai dengan indikasi.

Berikan istirahat psikologi

dengan lingkungan

tenang.

Tinggikan kaki, hindari

dini, sedang atau kronis TD

dapat meningkat sehubungan

dengan tahanan vaskuler

sistemik, tubuh tidak mampu

lagi mengkompensasi dan

hipotensi tak dapat normal.

Pucat menunjukan menurunya

perfusi perifer sekunder

terhadap tidak adekuatnya

curah jantung, vasokonstriksi

dan anemia.

Ginjal berespon untuk

menurunkan curah jantung

dengan menahan cairan dan

nutrium.

Dapat menunjukan tidak

adekuatnya perfusi serebral

sekunder terhadap penuruna

curah jantung.

Untuk memperbaiki efesiensi

kontraksi jantung dan

menurunkan kebutuhan

/konsumsi oksigen miokard

dan kerja berlebihan.

Stres emosi menghasilkan

vasokonstriksi, yang

meningkatkan tekanan darah

dan meningkatkan frekuensi

kerja jantung

Menurunkan statis vena dan

Page 27: Prin Gagal Jantung Kongestif

43

tekanan pada bawah

lutut. Tingkatkan

ambulasi/aktivitas sesuai

toleransi.

Periksa nyeri tekan betis,

menurunya nadi pedal,

pembengkakan,

kemerahan lokal atau

pucat pada ekstremitas.

Kolaborasi

Berikan oksigen

tambahan sesuai

dengan indikasi

Berikan diuretik

sesuai indikasi.

Berikan obat

vasodilator sesuai

indikasi

Berikan obat

antikoagulan sesuai

indikasi 

dapat menurunkan insiden

thrombus/pembentukan

embolus.

Menurunya curah jantung,

bendungan atau statis vena

dan tirah baring lama

meningkatkan resiko

tromboflebitis.

Kolaborasi

Meningkatkan sediaan

oksigen untuk kebutuhan

miokard untuk melawan

efek hipoksia atau iskemia

Diuretik blok reabsorbsi

diuretik, sehingga

mempengaruhi reabsorbsi

natrium dan air

Digunakan untuk

meningkatkan curah

jantung, menurunkan

volume sirkulasi dan

tahanan vascular sistemik,

juga kerja ventrikel.

Untuk mencegah

pembentukan thrombus

atau emboli.

Page 28: Prin Gagal Jantung Kongestif

43

2. Dx : Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai

oksigen/kebutuhan, kelemahan umum, tirah baring lama atau

imobilisasi.

Tujuan :

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam di

harapkan klien dapat berpartisipasi pada aktivitas yang

diinginkan dan memenuhi kebutuhan perawatan pada diri

sendiri.

Kriteria hasil:

Klien dapat berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan

Dapat memenuhi kebutuhan perawatan pada diri sendiri

Intervensi Rasional

Periksa tanda vital

sebelum dan segera

setelah aktivitas,

khususnya bila klien

menggunakan

vasodilator, diuretic,

penyekat beta.

Catat respon

kardiopulmonal terhadap

aktivitas, catat

takikardia, disritmia,

dispnu, berkeringat dan

pucat.

Hipotensi ortostatik dapat trjadi

dengan aktivitas karena efek

obat, perpindahan cairan atau

karena penurunan fungsi

jantung.

Penurunan atau

ketidakmampuam miokardium

untuk meningkatkan volume

sekuncup selama aktivitas

dapat menyebabkan

peningkatan segera pada

frekuensi jantung dan

kebutuhan oksigen, juga

peningkatan kelelahan dan

kelemahan.

Page 29: Prin Gagal Jantung Kongestif

43

Kaji penyebab

kelemahan contoh

pengobatan, nyeri, obat

.

Evaluasi peningkatan

intoleran aktivitas.

Berikan bantuan dalam

aktivitas perawatan diri

sesuai indikasi. Selingi

periode aktivitas dengan

periode istirahat.

Kolaborasi

Implementasikan

program rehabilitasi

jantung atau

aktivitas.

Kelemahan adalah efek

samping dari beberapa obat

(beta bloker, traquillizer, dan

sedative). Nyeri dan stres juga

memerlukan energi dan

menyebabkan kelemahan.

Dapat menunjukan

dekompensasi jantung dari

pada kelebihan aktivitas.

Pemenuhan kebutuhan

perawatan diri pasien tanpa

mempengaruhi stres miokard

atau kebutuhan oksigen

berlebihan.

Kolaborasi

Peningkatan bertahap pada

aktivitas menghindari kerja

jantung/ konsumsi oksigen

berlebihan. Penguatan dan

perbaikan fungsi jantung

dibawah stres, bila disfungsi

jantung tidak dapat

membaik kembali.

Page 30: Prin Gagal Jantung Kongestif

43

3. Dx : Kelebihan volume cairan b/d menurunya laju filtrasi glomerulus

(menurunya curah jantung)/ meningkatnya produksi ADH dan retensi

natrium/air.

Tujuan :

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam di

harapkan demonstrasi volume cairan stabil dengan

keseimbangan masukan dan pengeluaran, bunyi napas

bersih atau jelas tanda vital, dalam rentang yang dapat

diterima, berat badan stabil dan tidak edema.

Kriteria hasil:

Volume cairan dan berat badan stabil

Bunyi napas bersih dan tidak terjadi edema

Intervensi Rasional

Pantau haluaran urine,

catat jumlah dan warna

saat hari dimana dieresis

terjadi.

Pantau atau hitung

keseimbangan

pemasukan dan

pengeluaran selama 24

jam.

Kaji distensi leher dan

pembuluh perifer lihat

area tubuh dependen

untuk  edema dengan

atau tanpa pitting, catat

adanya edema umum

(anasarka).

Ubah posisi dengan sering

Haluaran urine mungkin

sedikit dan pekat (khususnya

selama sehari) karena

penurunan perfusi ginjal.

Terapi diuretik dapat

disebabkan oleh kehilangan

cairan tiba-tiba atau

berlebihan meskipun edema

atau asites masih ada.

Retensi cairan berlebihan

dapat dimanifestasikan oleh

pembendungan vena dan

pembentukan edema.

Pembentukan edema

Page 31: Prin Gagal Jantung Kongestif

43

tinggikan kaki bila duduk,

pertahankan permukaaan

kulit tetap kering.

Auskultasi bunyi napas,

catat penurunan dan

atau bunyi tambahan.

Selidiki kebutuhan dispnu

tiba-tiba, kebutuhan untuk

bangun dari duduk,

sensasi sulit bernapas,

rasa panik atau ruangan

sempit.

Kaji bising usus catat

keluhan anoreksia,

distensi abdomen,

konstipasi.

Berikan makanan yang

mudah dicerna, porsi

kecil dan sering.

Palpasi hepatomegali.

Catat keluhan nyeri

sirkulasi melambat gangguan

pemasukan nutrisi dan

imobilisasi atau tirai baring

lama merupakan kumpulan

stressor yang mempengaruhi

integritas kulit dan

memerlukan intervensi

keparawatan ketat.

Kelebihan volume cairan

sering mengakibatkan

kongesti paru. Gejala edema

paru dapat menunjukan gagal

jantung kiri akut.

Dapat menunjukan terjadinya

komplikasi (edema paru atau

emboli), nocturnal paroximal

yamg terjadi lebih cepat

memerlukan intervensi

segera.

Kongesti visceral dapat

mengganggu fungsi gaster

atau interstisial.

Penurunan mortilitas gaster

dapat berakibat menurunkan

digestife dan absorbsi.

Makanan sedikit dan sering

meningkatkan digesti atau

mencegah ketidaknyamanan

abdomen. 

Perluasan gagal jantung

Page 32: Prin Gagal Jantung Kongestif

43

abdomen kuadran kanan

atas atau nyeri tekan.

Catat peningkatan letargi,

hipotensi, kram otot.

Kolaborasi

Pemberian diuretic

sesuai indikasi.

Konsul dengan ahli gizi

Pantau foto thorax

menimbulkan kongesti vena,

menyebabkna distensi

abdomen, pembesaran hati,

dan nyeri.

Tanda defisit kalium dan

natrium yang dapat terjadi

sehubungan dengan

perpindahan cairan dan terapi

diuretic.

Kolaborasi

Laju aliran urine dapat

menghambat reabsorbsi

natrim atau khlorida

pada tubulus ginjal.

Memberikan diet yang

dapat diterima pasien

yang memenuhi

kebutuhan kalori dalam

pembatasan natrium.

Menunjukan perubahan

indikasif, peningkatan

atau kongesti paru.

4. Dx : Resiko tinggi kerusakan pertukaran gas b/d perubahan membrane

kapiler-alveolus, pengumpulan atau perpindahan cairan kedalam area

interstisial/alveoli.

Page 33: Prin Gagal Jantung Kongestif

43

Tujuan :

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam di

harapkan demonstrasi ventilasi dan oksigenasi adekuat

pada jaringan ditunjukan GDA (gas darah arteri) atau

oksimetri dalam batas rentang normal dan bebas gejala

distres pernapasan.

Kriteria hasil:

Demonstrasi ventilasi dan oksigenasi adekuat

Bebas gejala distress pernapasan

Intervensi Rasional

Auskultasi bunyi napas,

catat krekels.

Anjurkan pasien untuk

batuk efektif, napas

dalam.

Pertahankan duduk

dikursi/tirah baring dengan

kepala tempat tidur tinggi

20-30 derajat, posisi semi

fowler. Sokong tangan

dengan bantal.

Kolaborasi

Berikan oksigen

tambahan sesuai

indikasi

Menyatakan adanya kongesti

paru/pengumpulan sekret

menunjukan kebutuhan untuk

intervensi lanjut.

Membersihkan jalan napas

dan memudahkan aliran

oksigen

Menurunkan konsumsi

oksigen atau kebutuhan dan

meningkatkan inflamasi paru

maksimal.

Kolaborasi

Meningkatkan konsentrasi

oksigen alveolar, yang

dapat

Page 34: Prin Gagal Jantung Kongestif

43

Berikan obat

bronkodilator sesuai

indikasi

memperbaiki/menurunkan

hipoksemia jaringan

Meningkatkan aliran

oksigen dengan

mendilatasi jalan napas

kecil dan mengeluarkan

efek diuretik ringan untuk

menurunkan kongesti paru

5. Dx : Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit b/d tirah baring

lama, edema, penurunan perfusi jaringan.

Tujuan :

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam di

harapkan klien dapat mempertahankan integritas kulit,

mendemonstrasikan tekhnik atau perilaku mencegah

kerusakan kulit.

Kriteria hasil:

Dapat mempertahankan integritas kulit

Dapat mendemonstrasikan tekhnik atau perilaku mencegah

kerusakan kulit.

Intervensi RasionalLihat kulit, catat

penonjolan tulang, adanya

edema, area sirkulasinya

kulit beresiko karena ganguan

sirkulasi, imobiltas fisik, dan

ganguan status nutrisi.

Page 35: Prin Gagal Jantung Kongestif

43

terganggu/pigmentasi,

atau kegemukan/kurus.

Pijat area kemerahan atau

yang memutih

Ubah posisi dengan sering

ditempat tidur/kursi, bantu

latihan rentang gerak

aktif/pasif

Berikan perawatan kulit

sering, meminimalkan

dengan kelembaban /

ekskresi

Kolaborasi    

Berikan tekanan

alternatif/ kasur,

perlindungan siku atau

tumit.

Meningkatkan aliran darah,

meminimalkan hipoksia

jaringan

Memperbaiki

sirkulasi/menurunkan waktu

satu area yang mengganggu

aliran darah

Terlalu kering atau lembab

merusak kulit dan

mempercepat kerusakan

Kolaborasi    

Menurunkan tekanan pada

kulit, dapat memperbaiki

sirkulasi.

6. Dx : Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai kondisi,

program pengobatan b/d kurang pemahaman/ kesalahan persepsi

tentang hubungan fungsi jantung/penyakit.

Tujuan :

Page 36: Prin Gagal Jantung Kongestif

43

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam di

harapkan klien dapat mengidentifikasi hubungan terapi,

untuk menurunkan episode berulang dan mencegah

komplikasi, mengidentifikasi stres pribadi dan tekhnik untuk

menangani, melakukan perubahan pola hidup/perilaku yang

perlu

Kriteria hasil:

Komplikasi dapat dicegah dan diatasi

Dapat mengidentifikasi stres pribadi dan tekhnik untuk

menangani

Dapat melakukan perubahan pola hidup/perilaku yang perlu

Intervensi RasionalDiskusikan fungsi jantung

normal, jelaskan

perbedaan antara

serangan jantung dengan

gagal jantung kongestif

Kuatkan rasional

pengobatan

Diskusikan pentingnya

menjadi seaktif mungkin

tanpa kelelahan dan

istirahat diantara aktivitas.

Diskusikan obat dan efek

samping, berikan instruksi

secara verbal atau tertulis.

Pengetahuan proses penyakit

dan harapan dapat

memudahkan ketaatan dalam

program pengobatan.

Pemahaman program, obat

dan pembahasan dapat

meningkatkan kerja sama

untuk mengontrol gejala

Aktivitas fisik berlebihan

dapat berlanjut menjadi

kelemahan jantung,

eksaserbasi kegagalan.

Pemahaman kebutuhan

terapeutik, dan pentingnya

upaya pelaporan efek

samping dapat mencegah

Page 37: Prin Gagal Jantung Kongestif

43

Berikan kesempatan

pasien atau orang

terdekat untuk

menanyakan,

mendiskusikan masalah,

dan membuat perubahan

pola hidup yang perlu.

Jelaskan dan diskusikan

peran pasien dalam

mengontrol factor resiko

(misalnya, merokok) dan

factor pencetus atau

pemberat (diet tinggi

garam, tidak aktif/terlalu

aktif, terpajan pada suhu

ekstrem)

terjadinya komplikasi obat.

Kondisi kronis/berulang gagal

jantung kongestif sering

melemahkan kemapuan

koping.

Menambahkan pada

kerangka pengetahuan dan

memungkinkan pasien untuk

membuat keputusan

berdasarkan informasi

sehubungan dengan control

kondisi dan mencegah

berulang atau komplikasi.

2.4. Implementasi

Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai

tujuan yang spesifik, tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan

Page 38: Prin Gagal Jantung Kongestif

43

disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien

mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang

spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang

mempengaruhi masalah kesehatan klien (Nursalam, 2001).

Tindakan keperawatan dibedakan berdasarkan kewenangan dan

tanggung jawab perawat secara professional sebagaimana terdapat

dalam standar praktek keperawatan yaitu :

1. Independen

Adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh perawat tanpa perintah

dan petunjuk dari dokter, atau tenaga kesehatan lainya.

2. Interdependen

Adalah tindakan keperawatan yang menjelaskan suatu kegiatan

yang memerlukan kerja sama dengan tenaga kesehatan lainya,

misalnya tenaga social, ahli gizi, fisioterapi dan dokter.

3. Dependen

Tindakan dependen berhubungan dengan pelaksanaan rencana

tindakan medis. Tindakan tersebut menandakan suatu cara dimana

tindakan medis dilaksanakan. (Nursalam, 2001).

2.5. Evaluasi

Page 39: Prin Gagal Jantung Kongestif

43

a. Curah jantung stabil (kontraktilitas, perubahan frekuensi, irama,

perubahan structural).

b. Intoleransi aktivitas seimbangan baik suplai oksigen atau

kebutuhan, kelemahan umum, tirah baring lama atau imobilisasi.

c. Volume cairan stabil antara laju filtrasi glomerulus dan retensi

natrium atau air.

d. Resiko tinggi kerusakan pertukaran gas dapat dicegah

e. Tidak terjadi kerusakan integritas kulit

f. Tercukupi pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai kondisi,

program pengobatan persepsi tentang hubungan fungsi

jantung/penyakit.

BAB III

PENUTUP

Page 40: Prin Gagal Jantung Kongestif

43

1. Kesimpulan

Gagal jantung terbagi menjadi dua, yaitu gagal jantung kiri

disebabkan oleh penyakit jantung koroner,penyakit katup aorta dan mitral

serta hipertensi. Gagal jantung kiri berdampak pada paru, ginjal, dan otak.

Dan gagal jantung kanan penyebab gagal jantung kanan harus juga

termasuk semua yang dapat menyebabkan gagal jantung kiri, seharusnya

stenosis mitral yang menyebabkan peningkatan tekanan dalam sirkulasi

paru. Gagal jantung kanan dapat berdampak pada hati, ginjal, jaringan

subkutis, otak, dan sistem aliran aorta.

Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk

memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan

jaringan terhadap oksigen dan nutrien. (Diane C. Baughman dan Jo Ann

C. Hockley, 2000). Suatu keadaan patofisiologi adanya kelainan fungsi

jantung berakibat jantung gagal memompakan darah untuk memenuhi

kebutuhan metabolisme jaringan dan atau kemampuannya hanya ada

kalau disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri (Braundwald ).

Kegagalan jantung kongestif adalah suatu kondisi dimana kardiak output

tidak mencukupi kebutuhan metabolik tubuh. (Depkes,1993 dikutip oleh

Arif Mutaqqin, 2009).

Gagal jantung ditangani dengan tindakan umum untuk mengurangi

beban kerja jantung dan manipulasi selektif terhadap ketiga penentu

utama dari fungsi miokardium, baik secara sendiri-sendiri maupun

gabungan dari : beban awal, kontraktilitas dan beban akhir. Pembatasan

aktivitas fisik yang ketat merupakan tindakan awal yang sederhan namun

sangat tepat dalam pennganan gagal jantung. Tetapi harus diperhatikan

jangan sampai memaksakan larangan yng tak perlu untuk menghindari

kelemahan otot-otot rangka.

2. Saran

Page 41: Prin Gagal Jantung Kongestif

43

Kami yakin dalam penyusunan makalah dan askep (asuhan

keperawatan) ini belum begitu sempurna karena kami dalam tahap

belajar, maka dari itu kami berharap bagi kawan-kawan semua bias

memberi saran dan usul serta kritikan yang baik dan membangun

sehingga, makalah ini menjadi sederhana dan bermanfaat. Dan apabila

ada kesalahan dan kejanggalan kami mohon maaf karena kami hanyalah

memiliki ilmu dan kemampuan yang terbatas. Semoga askep ini dapat

pula menambah wawasan bagi mahasiswa lain.

DAFTAR PUSTAKA

Page 42: Prin Gagal Jantung Kongestif

43

http://nandarnurse.blogspot.com/2013/03/10/asuhan-keperawatan-

askep-gagal-jantung.html

Nanda Nurse. 2013. Asuhan Keperawatan Askep Gagal Jantung.

diakses at blogspot, 10 maret 2013

http://keperawatanners.wordpress.com/2012/09/21/askep-gagal-

jantung-kongestif-chf/

Keperawatan Ners. 2013. Askep Gagal Jantung Kongestif. diakses

at wordpress, 21 september 2012

http://macrofag.blogspot.com/2013/03/07/askep-congestive-heart-

failure-gagal_9232.html

Macrofag. 2013. Asuhan Keperawatan Askep Congestive Heart

Failure Gagal. diakses at blogspot, 07 maret 2013

http://yayannerz.blogspot.com/2013/02/26/askep-kasus-gagal-

jantung-kogestif.html

Yayannerz. 2013. Askep Gagal Jantung Kongestif. diakses at

blogspot, 26 februari 2013

Page 43: Prin Gagal Jantung Kongestif

43

http://makalahkedokteran.wordpress.com/2010/12/07/asuhan-

keperawatan-gagal-jantung-kongestif/

Makalah Kedokteran. 2013. Asuhan Keperawatan Gagal Jantung

Kongestif. diakses at wordpress, 07 desember 2010

Robbins, Kumar. 1995. Patologi II Edisi 4, EGC; Jakarta

http://eprints.undip.ac.id/22675/1/Desta.pdf