Pr.Hb dan goL.daRah

download Pr.Hb dan goL.daRah

If you can't read please download the document

description

PERCOBAAN V PENENTUAN GOLONGAN DARAH DAN KADAR HEMOGLOBINTUJUAN Mengetahui cara menentukan golongan darah (cross matching) dan menentukan kadar hemoglobin dalam darah dengan metode kalorimeter salhi. LANDASAN TEORI Jenis-jenis sistem golongan darah Terdapat dua golongan antigen yang jauh lebih sering menimbulkan reaksi transfusi darah dari pada golongan lainnya. Golongan ini dinamakan sistem antigen O-A-B dan sistem Rh. Golongan darah O-A-B Dua antigen tipe A dan tipe B terdapat pada permukaan

Transcript of Pr.Hb dan goL.daRah

PERCOBAAN V PENENTUAN GOLONGAN DARAH DAN KADAR HEMOGLOBIN

TUJUAN Mengetahui cara menentukan golongan darah (cross matching) dan menentukan kadar hemoglobin dalam darah dengan metode kalorimeter salhi. LANDASAN TEORI Jenis-jenis sistem golongan darah Terdapat dua golongan antigen yang jauh lebih sering menimbulkan reaksi transfusi darah dari pada golongan lainnya. Golongan ini dinamakan sistem antigen O-A-B dan sistem Rh. Golongan darah O-A-B Dua antigen tipe A dan tipe B terdapat pada permukaan sel darah merah pada sejumlah besar manusia. Antigen-antigen inilah (yang disebut juga aglutinogen karena sering kali menyebabkan aglutinasi sel darah) yang menyebabkan reaksi transfusi. Karena aglutinogen tersebut diturunkan, orang dapat tidak mempunyai antigen tersebut di dalam selnya, atau hanya mempunyai satu, atau keduanya (Guyton, 2007). Tabel 1. a : Golongan darah dengan genotip dan unsur pokok aglutinogen serta aglutininnya Genotip OO OA atau AA OB atau BB AB Golongan darah O A B AB Aglutinogen A B A dan B Aglutinin Anti-A dan Anti-B Anti-B Anti-A (Guyton, 2007). Golongan darah O-A-B yang utama. Dalam mentrasfusi darah dari

1

orang ke orang, darah donor dan darah resipien normalnya diklasifikasikan ke dalam empat tipe golongan darah O-A-B yang utama seperti yang tampak pada tabel 1. a, bergantung pada ada atau tidaknya kedua aglutinogen, yaitu aglutinogen A dan B. Bila tidak terdapat aglutinogen A ataupun B, golongan darahnya adalah O. Bila hanya terdapat aglutinogen tipe A, darahnya adalah golongan A. Bila hanya terdapat aglutinogen tipe B, darahnya adalah B. Dan bila terdapat aglitinogen A dan B, darahnya adalah golongan AB (Guyton, 2007). Dalam sistem O-A-B, golongan darah dibagi menjadi 4 golongan: Golongan A B AB O Sel Darah Merah Antigen A Antigen B Antigen A & B Tidak ada antigen Plasma Antibodi A Antibodi B Tidak ada antibodi Antibodi Anti A & Anti B (Anonim, 2009). Golongan darah Rh Perbedaan utama antara sistem O-A-B dan sistem Rn adalah sebagai berikut : pada sistem O-A-B aglutinin plasma bertanggungjawab atas timbulnya reaksi trasfusi yang terjadi secara spontan, sedangkan pada sisten Rh, reaksi aglutinin sepontan hanpir tidah pernah terjadi. Terdapat enam tipe antigen Rh yang umum, setiap tipe disebut faktor Rh. Tipe-tipe ini ditandai dengan C, D, E, c, d, dan e. Orang yang memiliki antigen C tidak mempunyai antigen c, tetapi orang yang tidak memiliki antigen C selelu mempunya antigen c. Keadaan ini sama halnya untuk antigen D-d, dan E-e. Tipe antigen D dijumpai secara luas dalam populasi dan bersifat ebih antigenik daripada antigen Rh lain. Seseorang yang mempunyai tipe antigen D dikatakan mempunyai Rh positif sedangkan orang yang tidak

punya dikatakan Rh negatif (Guyton, 2007).

Metode pengukuran darah sistem A-B-O Metode penggolongan darah A-B-O merupakan metode yang memiliki peranan penting untuk proses tansfusi darah. Darah digolongkan menjadi A, B, AB, dan O berdasarkan pada : Golongan darah A : memiliki antigen A pada permukaan eritrosit, antibodi anti B pada plasma. Golongan darah A memiliki genotip AA atau AO. Golongan darah B : memiliki antigen B pada permukaan eritrosit, antibodi anti A pada plasma. Golongan darah B memiliki genotip BB atau BO. Golongan darah AB : memiliki antigen A dan B pada permukaan eritrosit, namun tidak memiliki antibodi anti A ataupun B pada plasma. Golongan darah AB memiliki genotip hanya AB. Golongan darah O : tidak memiliki antigen A ataupun B pada permukaan eritrosit, namun memiliki antibodi anti A dan B pada plasma. Golongan darah O memiliki genotip hanya OO ( Kurniawan,2006). Definisi cross-matching dan kepentingannya Pemberian darah sebagai terapi bagi orang sakit, akan diuji kecocokannya antara darah donor dan darah penderita. Uji ini dimaksudkan agar tidak terjadi reaksi transfusi yang bisa membahayakan jiwa si penerima darah. Karena transfusi darah yang tidak cocok dengan resipien dapat berbahaya, maka darah yang disumbangkan, secara rutin digolongkan berdasarkan jenisnya; apakah golongan A, B, AB atau O dan Rh-positif atau Rh-negatif. Sebagai tindakan pencegahan berikutnya, sebelum memulai transfusi, pemeriksa mencampurkan setetes darah donor dengan darah resipien untuk memastikan keduanya cocok : teknik ini disebut cross-matching (Guyton, 1996). Cross-matching adalah kecocokan silang antara golongan darah donor dan resipien dalam suatu transfusi darah. Cross-matching negatif berarti darah

3

donatur atau resipien tercampur dengan baik, maka transfusi dapat dilaksanakan dengan baik, tetapi jika Cross-matching positif berarti darah donatur atau resipien tidak dapat tercampur dengan baik atau terjadi aglutinasi maka transfusi tidak dapat dilaksanakan (Anonim, 2009). Interpretasi penentuan golongan darah sisitem ABO Penggolongan darah dilakukan dengan cara berikut : sel darah merah diencerkan dengan salin. Satu bagian dicampur dengan aglutinin anti A sedangkan bagian yang lain dicampur dengan aglutinin anti B. Setelah beberapa menit, campuran tadi diperiksa di bawah mikroskop. Bila sel darah merah menggumpal artinya teraglutinasi . Sel darah merah golongan O tidak mempunyai aglutinogen dan oleh karena itu tidak bereaksi dengan serum anti A atau anti B. Golongan darah A mempunyai aglutinogen A dan karena itu beraglutinasi dengan aglutinin anti A. Golongan darah B mempunyai aglutinogen B dan beraglutinasi dengan serum anti B. Golongan darah AB mempunyai aglutinogen A dan B, beraglutinasi dengan kedua jenis serum (Guyton, 1996). Interaksi antibodi menyebabkan aglutinasi dengan antigen yang terikat eritrosit dapat (penggumpalan) atau hemolisis(rupture atau

pecahnya)sel darah merah yang bersangkutan.aglutinasi dan hemolisis sel darah merah donor oleh antibody di plasma resipien dapat menibulkan reaksi transfuse yang kadang-kadang fatal gumpalan-gumpalan eritrosit donor dapat menyumbat pembuluh darah halus.selain itu salah satu konsekuensi paling membahayakan dari ketidakcocokan transfusi adalah gagal ginjal akut akibat dikeluarkannya sebagian besar hemoglobin dari eritrosit donor yang rusak.apabila kadar hemoglobin bebas dalam plasma melebihi kadar kristis tertentu,terjadi pengendapan hemoglobin di ginjal dan penyumbatan strukturstruktur pembentuk urine sehingga timbul gagal ginjal akut (Shrewood, 2001). Fungsi darah dan kadar hemoglobin normal Fungsi utama sel darah merah (eritrosit) adalah mengangkut hemoglobin, seterusnya mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan. Sel

darah merah banyak mengandung karbonik anhidrase, yang mengkatalisis reaksi antara karbondioksida dan air, sehingga meningkatkan kecepatan reaksi bolak balik beberapa ribu kali lipat. Hemoglobin yang terdapat dalam sel juga merupakan dapar asam-basa, sehingga sel darah merah bertanggung jawab untuk sebagian besar daya pendaparan seluruh darah. Sel darah merah normal berbentuk lempeng bikonkaf berdiameter 7,8 mikrometer, dengan tebal bagian paling tebal 2,5 mikrometer, bagian tengah 1 mikrometer. Volume rata-rata sel darah merah adalah 90-95 mikrometer kubik (Guyton,1996). Kandungan hemoglobin normal rata-rata dalam darah adalah 16g/dL pada pria dan 14g/dL pada wanita dan semuanya berada di dalam sel darah merah. Pada tubuh seorang pria 70kg, ada sekitar 900g hemoglobin; 0,3 g hemoglobin dihancurkan dan 0,3g disintesis setiap jam (Ganong, 2003). Sebab terjadinya anemia Kekurangan sel darah merah (anemia) disebabkan oleh hilangnya darah yang terlalu cepat atau karena lambatnya produksi sel darah merah. Beberapa tipe anemia dan penyebab fisiologisnya : Anemia Akibat Kehilangan Darah Setelah mengalami perdarahan cepat, tubuh mengganti cairan plasma dalam waktu 1-3 hari, ini menyebabkan konsentrasi sel darah merah menjadi rendah. Bila tidak terjadi perdarahan kedua, maka konsentrasi sel darah merah kembali normal dalam waktu 3-6 minggu. Pada kehilangan darah yang kronis, penderita tak dapat mengabsorpsi cukup besi dari usus halus untuk membentuk hemoglobin secepat darah yang hilang. Kemudian terbentuk sel darah merah yang mengandung sedikit hemoglobin, sehingga menimbulkan anemia hipokromik. Anemia Aplastik Aplasia sumsum tulang berarti tidak berfungsinya sumsum tulang. Ini dapat disebabkan karena radiasi sinar gamma akibat ledakan bom atom, dan terapi yang menggunakan sinar-x secara berlebihan.

5

Anemia Megaloblastik Vitamin B12, asam fosfat, dan faktor intrinsik yang berasal dari mukosa lambung yang apabila kekurangan salah satu faktor tersebut dapat memperlambat produksi eritoblas dalam sumsum tulang. Akibatnya sel ini tumbuh terlalu besar dan bentuk yang aneh, disebut megaloblas. Jadi atrofi mukosa lambung, seperti pada anemia pernisiosa, atau bila seluruh lambung diangkat melalui gastrektomi total, menyebabkan terjadinya anemia megaloblastik. Anemia Hemolitik Ada bermacam sel darah merah yang abnormal, kebanyakan didapat secara keturunan. Bersifat rapuh, sehingga mudah robek saat melewati kapiler, terutama saat melewati limpa. Walaupun sel darah merah yang terbentuk jumlahnya normal, ternyata masa hidupnya sangat singkat sehingga mengakibatkan anemia yang parah. Beberapa tipe anemia ini adalah : Sferositosis herediter. Sel darah merah berukuran sangat kecil dan berbentuk sferis, tidak berbentuk normal. Saat melewati pulpa lienalis mudah robek walaupun hanya sedikit tekanan. Anemia sel sabit. Selnya mengandung tipe hemoglobin yang abnormal (hemoglobin S), yang disebabkan oleh rantai beta abnormal pada molekul hemoglobin. Disebabkan rendahnya tekanan oksigen yang menghasilkan bentuk sabit, menyebabkan sel darah merah robek hingga menyebabkan penghancuran sel darah merah. Eritroblastosis fetalis. Sel darah merah dengan Rh-positif pada janin diserang oleh antibodi dari darah ibu dengan Rh-negatif. Antibodi ini menyebabkan sel menjadi rapuh, dengan cepat menimbulkan robekan dan menyebabkan anak lahir dengan anemia berat.

Hemolosis dapat disebabkan oleh reaksi transfuse, malaria, dan reaksi terhadap obat-obatan tertentu (Guyton,1996).

Mekanisme pembentukan hemoglobin Sintesis hemoglobin di mulai dalam proerotroblas, dilanjutkan sedikit dalam stadium retikulosit, karena ketika retikulosit meninggalkan sumsum tulang dan masuk ke aliran darah, maka retikulosit tetap membentuk sedikit hemoglobin. Tahap dasar kimiawi pembentukan hemoglobin : Suksinil koAyang dibentuk dalam siklus krebs berikatan dengan glisisn untuk membentuk molekul pirol. Empat pirol bergabung membentuk protoporfirin IX Protoporfin IX bergabung dengan besi membentuk molekul heme Setiap molekul heme bergabung dengan rantai polipeptida panjang, yang

disebut globin, disintesis oleh ribosom membentuk subunit hemoglobin yang disebut rantai hemoglobin. Tiap rantai ini mempunya berat molekul 16.000; empat dari molekul ini berikatan satu sama lain secara longgar untuk membentuk molekulhemoglobin yang lengkap (Guyton,1996). Terdapat variasi kecil pada rantai subunit hemoglobin, bergantung pada susunan asam amino dibagian polipeptida. Tipe rantai itu disebut rantai alfa, rantai beta, rantai gamma, dan rantai delta. Bentuk hemoglobin yang umum pada orang dewasa, yaitu hemoglobin A, kombiasi dari rantai alfa dan rantai beta. Sifat rantai hemoglobin menentukan afinitas ikatan hemoglobin terhadap oksigen. Abnormalitas rantai ini dapat mengubah sifat fisik molekul hemoglobin (Guyton,1996). Proses fisiologi yang menjaga kadar Hb tetap normal Karena setiap rantai mempunyai sekelompok prostetik heme, maka

7

terdapat 4 atom besi dalam setiap molekul hemoglobin : masing-masing dapat berikatan dengan 1 molekul oksigen, total membentuk 4 molekul oksigen (atau 8 atom oksigen) yang dapat diangkut oleh setiap molekul hemoglobin. Hemoglobin A mempunyai berat molekul 64.458 (Guyton, 1996). Sifat rantai hemoglobin menentukan afinitas ikatan hemoglobin terhadap oksigen. Abnormalitas rantai ini dapat mengubah sifat-sifat fisik molekul hemoglobin. Contohnya, pada anemia sel sabit, asam amino valin akan digantikan oleh asam glutamat pada satu tempat dalam setiap dua rantai beta. Hemoglobin yang dilepaskan dari sel sewaktu sel darah merah pecah akan segera difagosit oleh sel-sel makrofag hampir di seluruh tubuh terutama di hati, limpa dan sum sum tulang. Selama beberapa jam atau beberapa hari sesudahnya, makrifag akan melepaskan besi yang didapat dari hemoglobin yang masuk kembali ke darah dan diangkut oleh transferin untuk membentuk sel darah merah baru atau menuju ke hati dan jaringan lainnya untuk disimpan dalam bentuk fernitin ( Guyton, 1996). Contoh penyakit/gangguan abnormalitas Hb dan gol.darah Ada dua tipe utama gangguan herediter hemoglobin pada manusia; hemoglobinopati yang diproduksi rantai polipeptida abnormal dan thalasemia serta gangguan sejenis, yang struktur rantainya normal tetapi dihasilkan dalam jumlah sedikit atau tidak diproduksi karena cacat pada bagian pengendalian gen globin. Thalasemia dan masing masing ditetapkan oleh kurang atau tidak adanya polipeptida dan . Gen mutan yang menyebabkan hemoglobin abnormal banyak sekali, dan banyak hemoglobin abnormal yang telah dilaporkan pada manusia. Gen ini diidentifikasi dengan huruf hemoglobin C, E, I, J, S dll (Ganong, 2003). Hemoglobin abnormal banyak yang tidak berbahaya namun beberapa jenis mempunyai keseimbangan O2 yang abnormal. Jenis lain menyebabkan anemia. Hemoglobin F mempunyai terdeoksi, kemampuan dan hidroksi untuk urea menurunkan menyebabkan polimerisasi hemoglobin

Gelas obyek di tandai dengan pensil daerah A dan B

hemoglobin F diproduksi pada anak dan dewasa ( Ganong, 2003).

ALAT DAN BAHAN Gelas obyek. Lidi pengaduk. Satu set larutan anti sera. Jarum francke/ jarum suntik Satu set hemometer sahli Pipet Kapas alkohol Larutan HCL 0,1 N Aquadest

CARA KERJA Penentuan golongan darah

9

Darah diamati

Pada Bila pada daerah di ada A dan berarti golongan teteskan daerah tersebut A teteskan satu tetes darah dari jari tengah di teteskan satu tetes serum anti agresi pada daerah B di darah A. satu tetes serum anti B. Bila pada daerah B ada agresi berarti golongan darah B. Bila pada daerah A&B ada agresi berarti golongan darah AB. Bila tidak ada agresi pada daerah A&B berarti golongan darah O

Penentuan kadar hemoglobin

DAFTAR PUSTAKA Fitry, 2009, Manfaat Mengetahui Golongan Darah, http://www.wikimu.com, diakses 7 Desember 2009 Ganong, WF., 2003. Review Fisiologi Kedokteran, Bagian 6 : Jakarta Guyton, Arthur C., 1996, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta Lisawati, Yovita, 2009, Penetapan Golongan Darah, Hb Darah dari Donor dan Cross Matching terhadap Donatur dan Resipien yang Dipersiapkan untuk 11 Sirkulasi, EGC,

Transfusi,http://www.kalbe.co.id/, diakses 7 Desember 2009 Sherwood, Lauralee, 2001, Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, EGC, Jakarta

Yogyakarta 10 Desember 2009 Mengetahui Asisten, Praktikan,