Prevalensi Kejadian Nyeri Punggung Bawah

25
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri punggung bawah (Low Back Pain) adalah salah satu masalah kesehatan yang umum dijumpai dalam masyarakat industri. Kondisi yang tidak mengenakan atau nyeri kronik minimal keluhan 3 bulan disertai adanya keterbatasan aktivitas yang diakibatkan nyeri apabila melakukan pergerakan atau mobilisasi (Helmi, 2014). Menurut Charted Institute of Personal and Development pada tahun 2009, di Inggris salah satu alasan ketidakhadiran kerja adalah karna kejadian nyeri punggung bawah (Low Back Pain) pada karyawan di mana angka kejadiannya sekitar 3,5 juta hari kerja mengalami ketidakhadiran karyawan dengan alasan karna gangguan muskuloskletal terutama masalah nyeri punggung bawah (Low Back Pain) (Health and Safety Executive, 2009). Prevalensi nyeri Muskuloskletal termasuk Low Back Pain di deskripsikan sebagai sebuah epidemik. Sekitar 80 persen dari populasi pernah menderita nyeri punggung bawah paling tidak sekali dalam hidupnya. (Delitto et al., 2012). Prevalensi penyakit Muskuloskletal di Indonesia

description

hvgvhgjnkml

Transcript of Prevalensi Kejadian Nyeri Punggung Bawah

Page 1: Prevalensi Kejadian Nyeri Punggung Bawah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nyeri punggung bawah (Low Back Pain) adalah salah satu masalah

kesehatan yang umum dijumpai dalam masyarakat industri. Kondisi yang

tidak mengenakan atau nyeri kronik minimal keluhan 3 bulan disertai adanya

keterbatasan aktivitas yang diakibatkan nyeri apabila melakukan pergerakan

atau mobilisasi (Helmi, 2014).

Menurut Charted Institute of Personal and Development pada tahun

2009, di Inggris salah satu alasan ketidakhadiran kerja adalah karna kejadian

nyeri punggung bawah (Low Back Pain) pada karyawan di mana angka

kejadiannya sekitar 3,5 juta hari kerja mengalami ketidakhadiran karyawan

dengan alasan karna gangguan muskuloskletal terutama masalah nyeri

punggung bawah (Low Back Pain) (Health and Safety Executive, 2009).

Prevalensi nyeri Muskuloskletal termasuk Low Back Pain di

deskripsikan sebagai sebuah epidemik. Sekitar 80 persen dari populasi

pernah menderita nyeri punggung bawah paling tidak sekali dalam hidupnya.

(Delitto et al., 2012).

Prevalensi penyakit Muskuloskletal di Indonesia berdasarkan pernah di

diagnosis oleh tenaga kesehatan yaitu 11,9 persen dan berdasarkan diagnosis

atau gejala yaitu 24,7 persen (Riskesdas, 2013)

Prevalensi penyakit Muskuloskletal tertinggi berdasarkan pekerjaan

adalah pada petani, nelayan, dan buruh yaitu 31,2 persen (Riskesdas, 2013)

Nyeri punggung bawah (Low Back Pain) pada pekerja pada umumnya

dimulai pada usia dewasa muda dengan puncak prevalensi pada kelompok

usia 45-65 tahun dengan sedikit perbedaan berdasarkan jenis kelamin

(University of Michigan Health System, 2007).

Kebanyakan nyeri punggung bawah (Low Back Pain) disebabkan oleh

dua faktor yaitu: (1) faktor mekanik, itu di karenakan kelainan anatomi yang

berupa ketidaksamaan panjang tungkai, perubahan struktur tulang belakang,

Page 2: Prevalensi Kejadian Nyeri Punggung Bawah

spondilitis, fraktur vetebra, (2) faktor nonmekanik, itu di karenakan penyakit

yang didapat seperti syndrome neurologis, osteoporosis, neoplasma,

gangguan ginjal (Helmi, 2014).

Penyebab mekanik nyeri punggung bawah (Low Back Pain)

menyebabkan nyeri mendadak yang timbul setelah posisi mekanis yang

merugikan. Nyeri nonmekanik merupakan suatu peringatan karena mungkin

menunjukkan adanya suatu kondisi terselubung seperti adanya suatu

keganasan ataupun infeksi (Helmi, 2014).

Cedera punggung di karenakan kegiatan kerja yang dilakukan pekerja

yang bersifat statis, seperti duduk lama, berdiri, mendorong, menarik beban,

serta penggunan peralatan yang tidak sesuai dengan pekerjaan sangat

berpengaruh bagi kinerja (Bimariotejo, 2009)

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul prevalensi kejadian nyeri punggung bawah (Low Back Pain)

pada penjahit PT. Gimli di area Sewing.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas maka dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut: “Bagaimana angka kejadian nyeri punggung bawah

(Low Back Pain) pada penjahit PT. Gimli di area Sewing pada tahun 2015?”.

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui prevalensi nyeri punggung bawah (Low Back Pain)

pada penjahit PT. Gimli di area Sewing dengan menggunakan kuesioner.

D. Manfaat Penelitian

1. Peneliti

Untuk mengetahui pengetahuan penulis tentang prevalensi nyeri

punggung bawah (Low Back Pain) pada penjahit PT. Gimli di area

Sewing pada tahun 2015.

2. Institusi Peneliian

Page 3: Prevalensi Kejadian Nyeri Punggung Bawah

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai literatur ilmiah untuk

penelitian selanjutnya tentang prevalensi nyeri punggung bawah (Low

Back Pain) pada penjahit PT. Gimli di area Sewing pada tahun 2015.

3. Karyawan PT. Gimli di area Sewing

Peningkatan pengetahuan tentang prevalensi nyeri punggung bawah

(Low Back Pain) pada penjahit PT. Gimli di area Sewing.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ergonomi

Istiah ergonomi (ergonomics) berasal dari kata ergo (Yunani) yang

berarti kerja. Dalam hal ini pengertian yang dipakai cukup luas, termasuk

faktor lingkungan kerja dan metode kerja, sedangkan International

Labour (ILO) mendefinisikan ergonomi sebagai berikut : penerapan ilmu

biologi manusia sejalan dengan ilmu rekayasa untuk mencapai

penyesuaian bersama antara pekerjaan dan manusia secara optimal

dengan tujuan agar bermanfaat demi efisiensi dan kesejahteraan.

Ergonomi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah

manusia dalam kaitan dengan pekerjaannya. Atau, satu upaya dalam

bentuk ilmu, teknologi dan seni untuk menyerasikan peralatan, mesin,

pekerjaan, sistem, organisasi dan lingkungan dengan kemampuan,

keahlian dan keterbatasan manusia, sehingga tercapai satu kondisi dan

lingkungan yang sehat, aman dan nyaman, efisien dan produktif, melalui

pemanfaatan fungsional tubuh manusia secara optimal dan maksimal.

(Kroemer and Grandjean, 1997).

Dari beberapa pendapat tersebut, istilah ergonomi sesuai dengan

makna dasar, yaitu ergon atau kerja (work) dan nomos atau hukum-

hukum alam (natural laws). Oleh karena itu, dalam pendekatan ergonomi

memerlukan keselarasan antara kemampuan tubuh dan pekerjaan. Sikap

tubuh serta aktivitas tertentu terhadap alat kerja, berpotensi menimbulkan

sesuatu gangguan kesehatan, bahkan penyakit. Hal ini bukan berarti

Page 4: Prevalensi Kejadian Nyeri Punggung Bawah

pemacuan atau peningkatan kemampuan tubuh berpotensi menimbulkan

gangguan. Biasanya apabila menghendaki peningkatan kemampuan

tubuh, maka bebrapa hal sekitar lingkungan kerja, misalnya alat kerja,

lingkungan fisik, posisi gerak, perlu dimodifikasi atau di desain sesuai

dengan kemampuan tubuh tenaga kerja. Demikian pula sebaliknya, jika

alat kerja dan lingkungan fisik tidak sesuai dengan kemampuan alamiah

tenaga kerja, hasil erja tidak optimal, bahkan berpotensi mengakibatkan

penyakit akibat kerja (Anies)

2.2 Prinsip Ergonomi

Ergonomi dapat digunaka dalam menelaah sistem manusia dan

produksi yang kompleks. Hal ini berlaku baik dalam industri maupun

sektor informal. Dengan mengetahui prinsip ergonomi tersebut dapat

ditentukan pekerjaan apa yang sesuai bagi tenaga kerja atau kontruksi

alat seperti apa yang layak digunakan agar mengurangi kemungkinan

keluhan dan menunjang produktivitas (Anies)

Banyak sekali prinsip ergonomi yang harus diterapkan, untuk

mencari keserasian antara tenaga kerja dan alat (Kroemer and Grandjean,

1997). Namun berikut ini dikemukakan contoh beberapa prinsip

ergonomi sebagai pegangan:

- Sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk ,

susunan, ukuran dan tata letak peralatan, penempatan alat-alat petunjuk,

cara-cara memperlakukan peralatan seperti macam gerak, arah dan

kekuatan

- Dalam hal normalisasi ukuran perlatan, harus diambil ukuran

terbesar sebagai dasar, untuk selanjutnya dapat di atur, misalnya ukuran

dibesarkan dan dikecilkan, atau dapat dinaik turunkan, disetel maju atau

mundur dan lain- lain

- Uuran-ukuran kerja dengan menganut prinsip antropometri harus

menjadi pertimbangan utama, misalnya:

*Pada pekerja tangan yang dilakukan dengan berdiri, tinggi kerja

sebaiknya 5-10 cm di bawah tinggi siku.

Page 5: Prevalensi Kejadian Nyeri Punggung Bawah

*Apabila bekerja sambil berdiri dengan pekerjaaan diatas meja dan

jika dataran tinggi siku disebut 0, hendaknya dataran kerja yang

memerlukan ketelitian harus 0 + (5-10) cm, sedangkan untuk pekerjaan

berat seperti mengangkat barang berat yang memerlukan kerja otot-otot

punggung adalah 0 - (10-20) cm

- Dari sudut otot, sikap duduk yang paling baik adalah sedikit

membungkuk. Namun dari sudut tulang lebih tegak, agar unggung tidak

bungkuk dan otot perut tidak lemas. Untuk itu di anjurkan memiliki sikap

duduk yang tegak, diselingi istirahat dengan sedikit membungkuk

- Arah penglihatan untuk pekerjaan yang berdiri adalah 23-37 derajat

ke bawah, sedangkan untuk pekerjaan duduk 32-44 derajat kebawah.

Arah penglihatan ini sesuai dengan sikap kepala yang istirhat, sehingga

tidak mudah lelah.

- Gerakan ritmis seperti memutar roda, mangayuh, mendayung,

memerlukan frekuensi optimal, yaitu 60 x/menit

- Batas kesanggupan kerja sudah tercapai, apabila bilangan nadi

kerja menjadi 30/menit diatas bilangan nadi istirahat. Sementara nadi

kerja tersebut tidak terus menanjak dan sehabis bekerja pulih kembali

pada nadi istirahat setelah kurang 15 menit

- Kemampuan seseorang bekerja sehari adalah 8-10 jam. Lebih dari

itu efisiensi dan kualitas kerja sangat menurun.

- Kondisi mental psikologis dipertahankan dengan motivasi, iklim

kerja yang baik dan lain-lain

2.3 Defini Nyeri Punggung

Bawah (Low Back Pain)

Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain) adalah nyeri pada daerah

punggung bawah yang berkaitan dengan masalah vertebra lumbar, diskus

intervetebralis, ligamentum di antara tulang belakang dengan diskus,

medula spinalis, dan saraf otot punggung bawah, organ internal pada

pelvis dan abdomen atau kulit yang menutupi area lumbar (Medicine

dictionary, 2012)

Page 6: Prevalensi Kejadian Nyeri Punggung Bawah

Nyeri punggung bawah (Low Back Pain) adalah salah satu masalah

kesehatan yang umum dijumpai dalam masyarakat industri. Kondisi yang

tidak mengenakan atau nyeri kronik minimal keluhan 3 bulan disertai

adanya keterbatasan aktivitas yang diakibatkan nyeri apabila melakukan

pergerakan atau mobilisasi (Helmi, 2014).

2.4 Klasifikasi Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain)

Menurut Bimariotejo (2009), berdasarkan perjalanan kliniknya Low

Back Pain terbagi menjadi 2 jenis yaitu :

1. Acute Low Back Pain

Acute Low Back Pain ditandai dengan rasa nyeri yang menyerang secara

tiba-tiba dan rentang waktunya hanya sebentar, antara beberapa hari

sampai beberapa minggu. Acute Low Back Pain dapat disebabkan karena

luka traumatik seperti kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa nyeri dapat

hilang sesaat kemudian. Kejadian tersebut selain dapat merusak jaringan,

juga dapat melukai otot, ligamen, dan tendon. Pada kecelakaan yang lebih

serius, fraktur tulang pada daerah lumbal dan spinal dapat masih sembuh

sendiri. Sampai saat ini penatalaksanaan awal nyeri punggung akut

terfokus pada istirahat dan pemakaian analgesik.

2. Chronic Low Back Pain

Rasa nyeri pada Chronic Low Back Pain bisa menyerang lebih dari 3

bulan. Rasa nyeri ini dapat berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini

biasanya memiliki onset yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang

lama. Chronic Low Back Pain dapat terjadi karena Osteoarthritis,

Rhematoidarthritis,, proses degenerasi Discus Intervertebralis dan Tumor.

2.5 Epidemiologi Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain)

Di Jerman, sekitar 30% populasi menderita nyeri punggung, dan 125

diantaranya dialami setiap hari. Nyeri punggung menempati posisi

pertama dalam menimbulkan hari cuti kerja (80 juta hari cuti kerja/tahun)

dan ikut berperan sebagaian besar angka rawat inap di rumah sakit (5 juta

hari rawat inap/tahun). Setiap 5 orang yang mengalami pensiun dini, bila

ditelusuri, akan menjadikan nyeri punggung sebagai alasan mereka

Page 7: Prevalensi Kejadian Nyeri Punggung Bawah

pensiun. Biaya yang harus dikeluarkan karena keadaan tersebut sangat

cepat meningkat (peningkatan biaya tersebut di Amerika Serikat sejak

1970 dengan faktor kelipatan sebesar 2000!)

(L. Tarau & M. Burst, 2009)

Data epidemiologik mengenai nyeri punggung bawah di Indonesia belum

ada. Diperkirakan 40% penduduk Jawa Tengah berusia diatas 65 tahun

pernah menderita nyeri pinggang dan prevalensinya pada laki-laki 18,2%

dan pada wanita 13,6%. Prevalensi ini meningkat sesuai dengan

meningkatnya usia (Sadeli dkk, 2001).

2.5 Faktor-faktor Risiko terjadinya nyeri punggung bawah

Beberapa pekerjaan / aktifitas berikut ini merupakan faktor risiko yang

menyebabkan nyeri punggung bawah.

- Umur

- jenis kelamin

- Indeks Masa Tubuh (IMT)

- Pekerjaan

- Mengangkat benda berat dan getaran yang terus menerus

- Mengemudi kendaraan bermotor tertentu.

- Sering hamil

- Kecemasan dan Depresi

2.6 Etiologi Nyeri Punggung Bawah

Etiologi Low Back Pain menurut Adelia Risma (2007) dapat berupa :

1. Proses Degeneratif, seperti Spondilosis, Stenosis Spinalis, dan

Osteoarthritis.perubahan degeneratif juga dapat menyerang anulus

fibrosus dari diskus intervetebralis.

2. Penyakit Inflamasi, seperti Rhematoid Arthritis yang sering timbul

sebagian penyakit akut dengan ciri persendian ke empat gerak terkena

secara serentak atau spondilitis ankilopoetika dengan keluhan sakit

punggung dan pinggang yang bersifat pegal,kaku.

3. Osteoporosis, pada orang tua dan jumpo terutama menyerang kaum

wanita. Sakit bersifat pegal,tajam dan radikuler.

Page 8: Prevalensi Kejadian Nyeri Punggung Bawah

4. Kelainan Kongenital yang diperlihatka foto Rontgen polos dari Vetebra

Lubosakralis sering di anggap sebagai penyebab low back pain.

5. Gangguan Sirkulasi, seperti Aneurisma Aorta Abdominalis dapat

menyebabkan Low Back Pain yang hebat. Gangguan Sirkulasi lain seperti

Trombosis Aorta Terminalis, dengan gejala nyeri yang menjalar sampai

bokong, belakang paha dan tungkai kedua sisi.

6. Tumor, dapat berupa Tumor jinak seperti Osteoma,

Osteoblastoma,Hemangioma, atau Tumor ganas seperti Mieloma Multipel,

maupun sekunder.

7. Infeksi Akut, yang disebabkan oleh kuman piogenik seperti Spondilitis

Tuberkolosis, dan Osteomielitis.

8. Psikoneuritik, seperti Histeria,Depresi, dan Malingering.

2.7 Patofisiologi Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain)

Ada beberapa mekanisme yang telah di ajukan mengenai proses

perkembangan nyeri punggung dan kelumpuhan yang bisa digunakan

untuk menentukan apakah proses patologis yang terlihat pada gambaran

radiologis berhubungan dengan gejala yang dialami pasien.nyeri pada

bagian apapun memerlukan perlepasan dari agen-agen inflamasi yang

menstimulasi reseptor nyeri dan menyebabkan sensasi nyeri pada jaringan,

tulang belakang merupakan struktur yang unik karena memiliki banyak

jaringan di sekitarnya yang dapat memicu nyeri. Inflamasi pada sendi

tulang belakang, intervetebral diskus,ligamen, dan otot, meninges dan akar

saraf dapat menyebabkan nyeri punggung bawah. Jaringan-jaringan ini

memberikan respon terhadap nyeri dengan melepaskan beberapa agen

kimia seperti bradikinin,prostagladin, dan leukotrin.agen-agen kimia ini

mengaktifkan ujung saraf dan menyebabkan impuls yang menjalar ke

korda spinalis.saraf-saraf nosiseptif yang teraktivasi akan melepaskan

neuropeptida, dimana yang paling banyak adalah substansi P.

Neuropeptida ini bekerja pada pembulu darah,menyebabkan

ekstravasai,dan menstimulasi sel mast untuk melepas histamin dan

melebarkan pembuluh darah. Sel mast juga melepaskan leukotrin dan

Page 9: Prevalensi Kejadian Nyeri Punggung Bawah

agen-agen inflamasi lainnya yang menarik leukosit dan onosit. Pproses

tersebut menghasilkan gejala-gejala inflamasi sepertii pembengkakan

jaringan ,kongesti vaskular dan stimulasi ujung-ujung saraf bebas.impuls

nyeri tersebut dihasilkan oleh jaringan tulang belakang yang mengalami

inflamasi.korda sinalis dan otak memiliki mekanisme khusus dalam

memodifikasi nyeri yang berasal di daerah jaringan spinal.korda

spinalis,impuls nyeri terkonversi pada neuron yang juga menjadi resptor

sensoris. Hal ini menyebabkan perubahan derajat sensasi nyeri yang di

transmisikan ke otak melalui proses yang disebut Gate Control

System.impuls nyeri selanjutnya akan masuk ke proses yang kompleks

dan berlangsung pada berbagai tingkatan saraf pusat.otak akan

mengeluarkan substansi kimiawi yang merespon nyeri yang disebut

Endorfin.endorfin merupakan analgesik alami yang dapat menghambat

respon terhadap nyeri melalui serotonorgic pathway. (Haldeman,2002).

2.8 Penatalaksanaan nyeri punggung bawah (Low Back Pain)

Penatalaksanaan nyeri punggung didsarkan pada empat pilar:

- Terapi Medikamentosa

- Intervensi Operatif

- Terapi Perilaku

- Rehabilitasi Fungsional

Farmakologi

Penatalaksanaan Medikamentosa mencakup berbagai golongan obat:

- antirheumatik non-steroid (NSAID)

- kortikoid

- relaksans/pelemas otot

- antidepresan dan antikonvulsan

- opioid

- anastesi lokal

- fitofarmaka

Terapi medikamentosa harus ditentukan secara individual dan menurut

rencana bertahap yang sesuai dengan lama keluhan (terapi kombinasi,

Page 10: Prevalensi Kejadian Nyeri Punggung Bawah

pemberian obat-obatan yang disusun berdasarkan prioritas)

Minggu ke-1 (Nyeri punggung akut)

- NSAID

- Flupirtin

- anastesi lokal terapeutik

- relaksans/pelemas otot (contohnya,Mydocalm,Tetrazzepam; harus

diberikan dengan sangat hati-hati karena dapat menimbulkan

ketergantungan!)

Dengan lama keluhan yang mencapai 3 bulan:

- Flupirtin

- NSAID

- Opioid ( opioid lemah dianjurkan, opioid kuat diberikan pada indikasi

yang kritis)

- anestesi lokal

- pelemas otot

Pada lama keluhan yang melampaui 3 bulan:

- antidepresan (golongan antidepresan trisiklik,dengan dosis

rendah,contohnya amitriptilin 5-10 mg atau doksepin 5mg)

- opioid

- flupiritin

- NSAID

Hal yang dapat dilihat dari rencana terapi bertahap diatas adalah bahwa

nilai terapeutik NSAID makin berkurang pada terapi nyeri punggung

dengan bertambahnya keadaan kronik, dan opioid serta flupirtin semakin

mendapatkan prioritas utama.kenyataan ini berasal dari kebutuhan untuk

menentukan suatu obat yang digunakan sebagai terapi jangka

panjang.analgetik yang baik dapat ditoleransi dengan baik dalam jangka

panjang,menimbulkan sedikit toksisitas pada organ,bentuk penggunaan

yang bervariasi,tidak memiliki potensi untuk menimbulkan

ketergantungan, memiliki efek melemaskan otot, dan memiiki sifat

mengmenghambat timbulnya keadaan kronik.analgetik yang ideal belum

Page 11: Prevalensi Kejadian Nyeri Punggung Bawah

tersedia,tetapi opioid dan flupirtin paling mendekati dalam memenuhi

kebutuhan tersebut sehingga paling sesuai digunakan untuk

penatalaksanaan jangka panjang.

Antirheumatik non-steroid (NSAID) (Non-Steroid Anti-inflammatory

Drug)

- Ibuprofen: 3 x 600 mg

- Diklofenak: 2 x 100 mg

NSAID tetap merupakan golongan obat yang paling sering diberikan

dengan jumlah 100 juta kali peresepan per tahunnya di seluruh dunia

meskipun obat ini menimbulkan penyakit yang bermakna, yang di

timbulkan obat tersebut pada terapi jangka panjang: 10% pasien

mengalami ulkus; hingga 30000 upaya pengobatan dengan NSAID

berujung pada kematian dan terapi kombinasi dengan kortikoid juga

menimbulkan kematian hingga pada 1000 pengobatan jangka panjang.

Coxibe (Coc-2-inhibitor)

- Celecoxib: 2 x 400 mg/hari

- etoricoxib: 1 x 60-90 mg/hari

Inhibitor siklooksigenase 2 selektif tampaknya menjadi jalan keluar dari

dilema tersebut. Berbeda dengan NSAID yang konvensional, inhibitor

Cox-2 menunjukan keunggulan karena kurang menimbulkan toksisitas

saluran cerna. Meskipun begitu,relevansi terapeutik efek tersebut relatif

kecil pada beberapa kelompok pasien, yang berlawanan dengan harapan

(contohnya, penggunaan tambahan asam asetil salisilat untuk profilaksis

infark jantung). Efek samping kardiovaskular yang dapat timbul

membatasi penggunaan inhibitor Cox-2.

Kortikoid

Rute pembberian yang dipilih adalah periradikular atau peridural pada

gejala radikular, yang kebanyakan dikombinasi dengan anestesi lokal.

Teknik terapi nyeri secara invasif harus dilaksanakan oleh rekan sejawat

spesialis yang berpengalaman.

Pelemas otot

Page 12: Prevalensi Kejadian Nyeri Punggung Bawah

Ketegangan otot yang timbul akibat refleks merupakan gejala yang sering

timbul pada nyeri punggung. Obat lain adalah dengan sifat pelumas otot

yang perlu dipertimbangkan adalah benzodiazepin (potensi yang tinggi

dalam menimbulkan ketergantungan, risiko untuk terjatuh, waktu paruh

yang lama):

- Flupirtin: mengendalikan tonus otot

- Tolperison: penyekat kanal natrium dengan cara menstabilkan membran

di perifer (penyekat kanal natrium juga bekerja dengan menghambat

proses kronik nyeri)

- Metokarbamol (Ortoton)

Flupirtin (contohnya, katalodon) merupakan pembuka kanal kalium

selektif dan bekerja seperti antagonis reseptor NMDA fungsional,yang

menunjukan efek analgetik, pelemas otot dan neuroprotektif. Mekanisme

kerja obat tersebut di tingkat saraf pusat (katalodon mensupresi fenomena

wind-up) menjelaskan pentingnya peran obat ini dalam mencegah

timbulnya keadaan nyeri kronik. Flupirtin juga cocok digunakan dalam

jangkau panjang. Kombinasi flupirtin dengan suatu NSAID yang tidak

selektif atau suatu inhibitor Cox-2 yang selektif juga cukup sesuai

sehingga banyak faktor patogenik yang dapat ditangani secara terapeutik:

peradangan, ketegangan otot, komponen neurobiologis, dan nyeri.

Antidepresan dan Antikonvulsen

Indikasi pemberian pada nyeri punggung dengan komponen neuropatik

(radikulopati, gangguan sensibilitas.)

Opioid

Ketergantungan opioid merupakan nyeri, yang tidak dapat diredakan

dengan analgetik yang biasa, dengan kronik yang beresiko timbul atau

sudah terjadi atau tidak dapat ditoleransi pada penggunaan NSAID akibat

efek samping yang ditimbulkan. Keuntungan opioid terletak pada

kemampuannya ditoleransi dengan baik dalam jangka panjang karena

jarang menimbulkan toksisitas organ, bentuk pemberian yang bervariasi,

rentang dosis obat yang lebar, banyaknya kemungkinan kombinasi terapi

Page 13: Prevalensi Kejadian Nyeri Punggung Bawah

dan akhirnya, adanya bentuk sediaan lepas lambat yang alami. Indikasi

pemberian opioid harus ditentukan dan disesuaikan secara individual.

Peningkatan dosis obat secara bertahap pada opioid lemah (tilidin,

tramadol) dalam bentuk sediaan lepas-lambat juga dianjurkan. Bentuk

sediaan alami obat dengan masa kerja singkat hanya diindikasikan sebagai

penyelamat untuk nyeri yang sangat menyiksa.

Indikasinya adalah nyeri punggung dengan derajat kronisitas yang tinggi:

- Osteoporosis

- Nyeri radikular kronik tanpa indikasi operasi

- Stenosis canalis spinalis

- Nyeri punggung yang tidak spesifik (pengecualian absolut!)

Anestesi lokal untuk injeksi terapeutik

Anestesi lokal dengan atau tanpa steroid pada struktur yang terasa nyeri

(radiks saraf, ruang epidural, sendi antar vertebra, ligamen) akan memutus

lingkaran setan nyeri memungkinkan rehabilitas fisik dengan lebih cepat.

Penatalaksanaannya harus dilakukan dengan pertimbangan yang sangat

cermat dan mengikuti implementasi pada konsep penatalaksanaan secara

keseluruhan. Monoterapi dengan serangkaian injeksi sudah ditingalkan

(Madl et al. 2007; Karppinen 2001)

Fitofarmaka

Tersedia fitoformika untuk nyeri punggung yang ringan sampai yang

cukup bersifat tidak spesifik, yang memberi hasil yang memuaskan karena

ditoleransi dengan baik dan menimbulkan efektivitas yang relavan secara

klinis:

- Ekstrak Harpagophytum (devil`s claw, Rivoltan)

memengaruhikemampuan reaksi sensorik dan vaskular otot serta resistensi

otot sehingga menunjukan efek analgetik dan pelemas otot. Dosis yang di

anjurkan: 2 x 480 mg/hari, lama terapi 4 minggu atau lebih lama.

- Ekstrak berkonsentrasi tinggi dari kulit tanaman willow ungu: bekerja

dengan menimbulkan efek antiinflamasi, analgetik dan antipiretik karena

kandungan salisin yang terdapat di dalamnya. Fitoanalgetik dapat

Page 14: Prevalensi Kejadian Nyeri Punggung Bawah

diberikan pada nyeri punggung yang tidak spesifik dengan intesitas nyeri

yang lemah dan dapat - seperti halnya NSAID - dikombinasi dengan agen

terapeutik lainnya. Dosis yang dianjurkan: 800 mg/hari.

Operasi

Meskipun operasi biasanya dianggap sebagai `harapan terakhir`, pilihan

terapi ini perlu dipikirkan secara kritis dan penggunaannya dibatasi

(Bogduk, Barnsley 1999).

Indikasi operasi dibatasi pada:

- Keadaan peringatan (red flag situation)

- Sindrom cauda

- Paresis yang parah dan progresif

- Stenosis canalis spinalis dengan claudicatio spinalis yang bermanifestasi

secara klinis

- Keadaan instabilitas

- Sedikitnya kumpulan gejala lain

Nyeri persisten maupun perubahan yang terdiagnosis dari pemeriksaan

radiologis tidak menjadi indikasi operasi. Risiko penempatan indikasi

operasi yang tidak dilakukan secara kritis akan menyebabkan keadaan

nyeri kronik yang tidak dapat dihindari (contohnya sindrom

pascanukleotomi).

Terapi perilaku

Pendekatan terapi perilaku dengan penerapan strategi penanganan untuk

mengurangi perilaku menghindar-gerakan dan pengkondisian ulang (linton

2002).

Rehabilitasi Fungsional

Rehabilitasi dalam arti senam terarah pada pasien berdasarkan sudut

pandang neurofisiologis atau terapeutik manual secara `aktivasi` dan

motivasi pasien untuk melakukan latihan dalam jangka panjang. Melalui

program terapi berintensitas tinggi (`restorasi fungsional`), sekitar 60-80%

pasien nyeri punggung dengan derajat keadaan kronik yang rendah dapat

di integrasikan kembali ke lingkungan kerja.keberhasilan terapi ini

Page 15: Prevalensi Kejadian Nyeri Punggung Bawah

dibatasi oleh beberapa faktor:

- Keadaan nyeri kronik yang sudah timbul (nyeri yang timbul dalam

jangka lama dan ketidakmampuan bekerja, operasi berulang kali, berbagai

sesi terapi yang melelahkan)

- Inaktivasi

- Usia lanjut

- Tingkat pendidikan yang rendah

- Gejala depresi hebat

- gangguan somatisasi

Hal yang menentukan pada keberhasilan terapi: pengenalan tanda-tanda

keadaan kronik sejak dini dan terapi dengan konsep multimodalitas,

dengan titik berat yang terletak pada penggunaan berbagai metode terapi

secara bersamaan. Karena itu, pasien perlu dirujuk secepat mungkin dan

perlunya kerjasama antar disiplin.

Ergonomi

Sikap tubuh serta aktifitas tertentu terhadap alat kerja

Dapat menimbulkan gangguan kesehatan bahkan penyakit

Faktor Resiko

Umur Jenis Kelamin Indeks Massa Tubuh Mengangkat benda

berat dan getaran terus menerus

Mengemudi kendaraan bermotor tertentu

Sering hamil Kecemasan dan depresi

Prinsip Ergonomi

Mengetahui dapatnya ditentuntakan pekerjaan apa yang sesuai bagi tenaga kerja

Mengurangi kemungkinan keluhan dan menunjang produktivitas kerja

Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain)

Page 16: Prevalensi Kejadian Nyeri Punggung Bawah