PREVALENSI DISPEPSIA FUNGSIONAL PADA PASIEN DEWASA DI ...

15
1 PREVALENSI DISPEPSIA FUNGSIONAL PADA PASIEN DEWASA DI RUMAH SAKIT CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA PADA TAHUN 2010 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN Andy Omega a dan Muchtaruddin Mansyur b a Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan b Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ABSTRAK Penelitian ini membahas gambaran penyakit dispepsia fungsional dan faktor-faktor yang berhubungan. Dispepsia fungsional merupakan salah satu penyakit tidak menular yang sering ditemukan dalam praktik sehari-hari. Di Indonesia, dalam beberapa tahun terakhir, terjadi peningkatan kasusnya, sehingga berdampak negatif pada ekonomi dan produktivitas bangsa. Dispepsia fungsional dapat disebabkan oleh pelbagai faktor risiko, terutama sosioekonomi dan demografi, serta perilaku dan status kesehatan. Dengan diketahuinya hubungan antara faktor-faktor tersebut, diharapkan dapat membantu dalam pencegahan dan penatalaksanaannya. Penelitian dilaksanakan dengan metode cross sectional dengan menggunakan data sekunder dari rekam medik poli rawat jalan RSCM tahun 2010. Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan cara proportional random sampling. Analisis statistik dilakukan untuk mendapatkan prevalensi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan dispepsia fungsional. Didapatkan hasil prevalensi dispepsia fungsional menempati peringkat kelima penyakit terbanyak di poli rawat jalan RSCM (4,7%). Berdasarkan uji hipotesis, didapatkan faktor yang berperan pada terjadinya dispepsia fungsional adalah variabel pekerjaan (p=0,048), penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan (p=0,001), dan tingkat pendidikan (p=0,001). Sedangkan, variabel usia (p=0,070), jenis kelamin (p=0,376), status pernikahan (p=0,522), gaya hidup (p=0,587), status gizi (p=1,000), dan IMT (p=0,611), tidak menunjukkan hubungan yang bemakna secara statistik dengan terjadinya dispepsia fungsional. Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara dispepsia fungsional dengan sosioekonomi dan demografi, serta perilaku dan status kesehatan. Kata kunci: Dispepsia fungsional; sosioekonomi; demografi; perilaku kesehatan; status kesehatan ABSTRACT This study discussed the overview of functional dyspepsia disease and its related factors. Functional dyspepsia is one of the non-communicable diseases which is often found in daily practice. In the recent years, the increase of the diseases’ prevalence has impaired Indonesia in terms of economy and productivity. Functional dyspepsia can be due to various risk factors, especially socioeconomic and demographic, and behavioral and health status. By knowing the relationship between these factors, it is expected that this may increase the awareness of the disease, including its prevention and management. This research carried out by using a cross sectional method utilizing secondary data from outpatient medical records RSCM in 2010. Sampling method was done by using a proportional random sampling. Statistical analysis was done to obtain the prevalence of functional dyspepsia and its related factors. The result showed that the prevalence of functional dyspepsia ranked fifth most diseases in RSCM outpatients (4.7%). Based on a statistical hypothesis testing, factors that contribute to the occurance of functional dyspepsia are occupation (p=0.048), utilization of health care facilities (p=0.001), and level of education (p=0.001). Meanwhile, age variable (p=0.070), gender (p=0.376), marital status (p=0.522), lifestyle (p=0.587), nutritional status Prevalensi dispepsia fungsional..., Andy Omega, FK UI, 2013

Transcript of PREVALENSI DISPEPSIA FUNGSIONAL PADA PASIEN DEWASA DI ...

Page 1: PREVALENSI DISPEPSIA FUNGSIONAL PADA PASIEN DEWASA DI ...

1

 

PREVALENSI DISPEPSIA FUNGSIONAL PADA PASIEN DEWASA DI RUMAH SAKIT CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA PADA TAHUN

2010 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

Andy Omegaa dan Muchtaruddin Mansyurb

aProgram Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan bDepartemen Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

ABSTRAK

Penelitian ini membahas gambaran penyakit dispepsia fungsional dan faktor-faktor yang berhubungan. Dispepsia fungsional merupakan salah satu penyakit tidak menular yang sering ditemukan dalam praktik sehari-hari. Di Indonesia, dalam beberapa tahun terakhir, terjadi peningkatan kasusnya, sehingga berdampak negatif pada ekonomi dan produktivitas bangsa. Dispepsia fungsional dapat disebabkan oleh pelbagai faktor risiko, terutama sosioekonomi dan demografi, serta perilaku dan status kesehatan. Dengan diketahuinya hubungan antara faktor-faktor tersebut, diharapkan dapat membantu dalam pencegahan dan penatalaksanaannya. Penelitian dilaksanakan dengan metode cross sectional dengan menggunakan data sekunder dari rekam medik poli rawat jalan RSCM tahun 2010. Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan cara proportional random sampling. Analisis statistik dilakukan untuk mendapatkan prevalensi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan dispepsia fungsional. Didapatkan hasil prevalensi dispepsia fungsional menempati peringkat kelima penyakit terbanyak di poli rawat jalan RSCM (4,7%). Berdasarkan uji hipotesis, didapatkan faktor yang berperan pada terjadinya dispepsia fungsional adalah variabel pekerjaan (p=0,048), penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan (p=0,001), dan tingkat pendidikan (p=0,001). Sedangkan, variabel usia (p=0,070), jenis kelamin (p=0,376), status pernikahan (p=0,522), gaya hidup (p=0,587), status gizi (p=1,000), dan IMT (p=0,611), tidak menunjukkan hubungan yang bemakna secara statistik dengan terjadinya dispepsia fungsional. Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara dispepsia fungsional dengan sosioekonomi dan demografi, serta perilaku dan status kesehatan.

Kata kunci: Dispepsia fungsional; sosioekonomi; demografi; perilaku kesehatan; status kesehatan

ABSTRACT This study discussed the overview of functional dyspepsia disease and its related factors. Functional dyspepsia is one of the non-communicable diseases which is often found in daily practice. In the recent years, the increase of the diseases’ prevalence has impaired Indonesia in terms of economy and productivity. Functional dyspepsia can be due to various risk factors, especially socioeconomic and demographic, and behavioral and health status. By knowing the relationship between these factors, it is expected that this may increase the awareness of the disease, including its prevention and management. This research carried out by using a cross sectional method utilizing secondary data from outpatient medical records RSCM in 2010. Sampling method was done by using a proportional random sampling. Statistical analysis was done to obtain the prevalence of functional dyspepsia and its related factors. The result showed that the prevalence of functional dyspepsia ranked fifth most diseases in RSCM outpatients (4.7%). Based on a statistical hypothesis testing, factors that contribute to the occurance of functional dyspepsia are occupation (p=0.048), utilization of health care facilities (p=0.001), and level of education (p=0.001). Meanwhile, age variable (p=0.070), gender (p=0.376), marital status (p=0.522), lifestyle (p=0.587), nutritional status

Prevalensi dispepsia fungsional..., Andy Omega, FK UI, 2013

Page 2: PREVALENSI DISPEPSIA FUNGSIONAL PADA PASIEN DEWASA DI ...

2

 

(p=1.000), and BMI (p=0.611) showed no relationship with the occurance of functional dyspepsia. In conclusion, there was a relationship between functional dyspepsia with socioeconomic and demographic, and behavioral and health status. Keywords: Functional dyspepsia; socio-economics; demography; health behaviour; health status

PENDAHULUAN

Beberapa tahun terakhir, telah terjadi pergeseran penyebab kematian dari penyakit

menular menjadi penyakit tidak menular (PTM).1 Menurut WHO (2004), proporsi kematian

di dunia yang disebabkan oleh PTM sebesar 60% dan proporsi kesakitan sebesar 47% dan

diperkirakan pada tahun 2020 proporsi kematian akan meningkat menjadi 73% dan proporsi

kesakitan menjadi 60%.2 Di Indonesia, menurut Depkes, proporsi angka kematian akibat PTM

meningkat dari 41,7% pada tahun 1995 menjadi 49,9% pada tahun 2001 dan 59,5% pada

tahun 2007. Peningkatan PTM berdampak negatif pada ekonomi dan produktivitas bangsa.3

Salah satu PTM yang paling sering ditemukan dalam praktik sehari-hari adalah

dispepsia. Sekitar 25% populasi di seluruh dunia memiliki gejala dispepsia enam kali setiap

tahunnya. Dari populasi dengan dispepsia tersebut, sekitar 60% termasuk pada dispepsia

fungsional.4 Secara global, prevalensi dispepsia fungsional berkisar antara 11% hingga

29,2%.5

Di Indonesia, diperkirakan sekitar 15-40% populasi mengalami dispepsia. Menurut

data Depkes tahun 2004, dispepsia menempati urutan ke-15 dari daftar 50 penyakit pada

pasien rawat inap terbanyak di seluruh Indonesia dengan proporsi 1,3% dan menempati

urutan ke-35 dari daftar 50 penyakit penyebab kematian.6 Menurut data terakhir yang

diperoleh di RSCM tahun 1998, disebutkan dari 100 pasien dengan keluhan dispepsia, 80%

mengalami dispepsia fungsional.7

Dispepsia fungsional merupakan penyakit yang dapat disebabkan oleh pelbagai faktor

risiko, termasuk gaya hidup dan sosiodemografi. Dengan diketahuinya hubungan antara

faktor-faktor tersebut, diharapkan akan sangat membantu dalam pencegahan dan

penatalaksanaan dispepsia fungsional kedepannya dari segi modifikasi gaya hidup dan kondisi

sosiodemografi. Berdasarkan data-data dan kondisi di atas, pada studi ini akan dibahas

mengenai prevalensi dispepsia fungsional pada pasien dewasa di RSCM Jakarta pada tahun

2010 dan faktor-faktor yang berhubungan. Tujuan penelitian ini yaitu, untuk mengetahui

besarnya prevalensi dispepsia fungsional dan untuk mengetahui hubungan antara dispepsia

fungsional dengan faktor-faktor yang diteliti.

Prevalensi dispepsia fungsional..., Andy Omega, FK UI, 2013

Page 3: PREVALENSI DISPEPSIA FUNGSIONAL PADA PASIEN DEWASA DI ...

3

 

TINJAUAN TEORITIS

Berdasarkan Konsensus di Roma pada tahun 1999, dispepsia didefinisikan sebagai

rasa sakit atau ketidaknyamanan yang berpusat pada perut bagian atas.8 Dispepsia merupakan

kumpulan gejala berupa keluhan nyeri, perasaan tidak enak perut bagian atas yang menetap

atau episodik disertai dengan keluhan seperti rasa penuh saat makan, cepat kenyang,

kembung, sendawa, anoreksia, mual, muntah, nyeri belakang sternum (heart burn), dan

regurgitasi, yang berlangsung lebih dari tiga bulan.4

Berdasarkan etiologinya, dispepsia diklasifikasikan menjadi dispepsia organik dan

dispepsia fungsional. Dispepsia organik adalah dispepsia yang penyebabnya merupakan

kelainan organik yang telah diketahui melalui berbagai pemeriksaan.9 Sedangkan, dispepsia

fungsional adalah dispepsia yang tidak diketahui dengan jelas penyebabnya, tidak terdapat

kelainan atau gangguan pada struktur organ berdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium,

radiologi, dan endoskopi. 9, 10

Pada dispepsia fungsional, proses patofisiologi yang paling sering terjadi adalah

adanya hipersekresi asam lambung, infeksi bakteri Helicobacter pylori, dismotilitas

gastrointestinal, disfungsi persarafan vagal, dan hipersensitivitas viseral.4, 11 Faktor yang telah

diketahui melalui berbagai penelitian dan survey merupakan faktor risiko pada dispepsia

fungsional adalah stres psikologis.5 Faktor pekerjaan, berdasarkan penelitian, ternyata

memiliki hubungan bermakna dengan dispepsia fungsional dan diduga berhubungan dengan

stres psikologis.5 Faktor lain yang diduga berhubungan dengan dispepsia fungsional yaitu

usia, jenis kelamin, status gizi, dan indeks massa tubuh, berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan ternyata tidak menunjukkan hubungan yang bermakna.5, 12, 13, 14, 15, 16 Sedangkan,

terhadap hubungan antara faktor status pernikahan, penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan,

dan tingkat pendidikan dengan dispepsia fungsional, belum ada publikasi dari literatur mana

pun.17

METODE

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari rekam

medik pasien dewasa yang datang ke poli rawat jalan di RSCM pada tahun 2010 sejumlah

904 sampel. Desain penelitian yang dilakukan yaitu analisis potong lintang (cross-sectional).

Sampel penelitian ini diambil dari seluruh departemen di RSCM, kecuali Departemen Ilmu

Kesehatan Anak dan Departemen Obstetri dan Ginekologi.

Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan cara proportional random sampling,

yaitu dengan terlebih dahulu menghitung jumlah sampel yang akan diambil dari rekam medis

Prevalensi dispepsia fungsional..., Andy Omega, FK UI, 2013

Page 4: PREVALENSI DISPEPSIA FUNGSIONAL PADA PASIEN DEWASA DI ...

4

 

tiap poli rawat jalan di RSCM secara proporsional dengan cara melihat perbandingan jumlah

kunjungan pada departemen tersebut dengan jumlah kunjungan total ke RSCM selama tahun

2010. Kemudian, dari tiap departemen dipilih dengan menggunakan suatu teknik randomisasi

yang dikerjakan oleh pegawai Unit Rekam Medis RSCM. Data-data rekam medis pada Unit

Rekam Medis RSCM tersusun dalam program BES3 yang tersusun berdasarkan tanggal

terakhir masuknya rekam medis ke unit rekam medis. Kemudian, data dipisahkan tiap

departemen. Dari data tiap departemen, kemudian data diurutkan berdasarkan dua nomor

terakhir dalam nomor rekam medis. Dua angka terakhir pada rekam medis mewakili nomor

rak penyimpanan berkas rekam medis pada unit rekam medik. Dalam satu nomor rak, terdapat

rekam medik dari berbagai departemen. Setelah data diurutkan berdasarkan dua angka

terakhir nomor rekam medik, lalu data juga diurutkan berdasarkan tanggal jika ditemukan dua

angka terakhir tersebut sama. Kemudian data yang telah diurutkan berdasarkan dua angka

terakhir tersebut, diambil dari urutan pertama sejumlah data yang diperlukan.

Pada analisis statistik data faktor risiko yang merupakan jenis data nominal, maka

dilihat terlebih dahulu bentuk tabel uji hipotesisnya. Jika bentuk tabelnya adalah 2x2 maka uji

yang dilakukan adalah uji chi-square dan apabila tidak memenuhi syarat maka dilakukan uji

Fisher. Jika bentuk tabelnya adalah 2x3 maka uji yang dilakukan adalah uji chi-square dan

apabila tidak memenuhi syarat maka dilakukan uji Kolmogorov-Smirnov. Apabila bentuk

tabel bukan 2x2 maupun 2x3, maka dilakukan modifikasi terhadap klasifikasi faktor risiko

agar dapat memenuhi kedua bentuk tabel di atas. Selain dilakukan analisis hubungan penyakit

dan faktornya, dilakukan juga penilaian rasio prevalens faktor risiko yang didapatkan dari

tabel estimasi risiko.

Definisi operasional diagnosis dispepsia fungsional pada penelitian ini adalah pasien

yang didiagnosis dispepsia fungsional atau berkode penyakit K30 sesuai ICD 10 pada rekam

medik RSCM. Pasien yang menjadi sampel adalah pasien dengan rentang usia 18-65 tahun.

Variabel bebas yang dianalisis pada penelitian ini dibagi dalam dua kelompok, yaitu

kelompok variabel sosioekonomi dan demografi (usia, jenis kelamin, status pernikahan,

pekerjaan, penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan, dan tingkat pendidikan), dan kelompok

variabel perilaku dan status kesehatan (gaya hidup berisiko, status gizi, dan indeks massa

tubuh).

Prevalensi dispepsia fungsional..., Andy Omega, FK UI, 2013

Page 5: PREVALENSI DISPEPSIA FUNGSIONAL PADA PASIEN DEWASA DI ...

5

 

HASIL

Sesuai kriteria penelitian, didapatkan data rekam medis pasien sejumlah 904 data yang

berasal dari pasien yang berkunjung ke RSCM sejak bulan Januari 2010 sampai dengan

Desember 2010.

Variabel-variabel yang ada pada karakteristik sampel penelitian terdiri dari variabel

numerikal dan kategorikal. Variabel data numerikal antara lain variabel usia, tinggi badan,

dan berat badan. Dari 904 rekam medis yang diambil, hanya data usia yang terisi lengkap,

sedangkan data tinggi badan dan berat badan tidak terisi lengkap. Pada data tinggi dan berat

badan, masing-masing terdapat 846 data kosong (93,2%) dan 827 data kosong (90,7%).

Berdasarkan hasil uji normalitas, dapat diketahui bahwa data berat badan memiliki persebaran

normal (p=0,198), sedangkan data usia dan tinggi badan memiliki persebaran tidak normal

(secara berturut-turut yaitu p=0,01 dan p<0,001). Data berat badan disajikan dengan mean ±

simpang baku, yaitu 60,03 ± 13,38. Sedangkan data usia dan tinggi badan disajikan dalam

bentuk median ± min-max, secara berturut-turut yaitu 44 ± 18-65 dan 160 ± 145-175.

Variabel kategorikal dikategorikan berdasarkan sosioekonomi dan demografi, serta

perilaku dan status kesehatan. Data-data tersebut disajikan pada tabel 1 dan 2.

Tabel 1. Karakteristik Sampel Berdasarkan Sosioekonomi dan Demografi

n %

Jenis Kelamin

Perempuan

Laki-laki

438

466

48,5

51,5

Status Pernikahan

Menikah

Belum Menikah atau Cerai

Tidak ada data

288

114

502

31,9

12,6

55,5

Pekerjaan

PNS

Swasta

Pelajar

Tidak Bekerja

Tidak ada data

97

175

43

133

456

10,7

19,4

4,8

14,7

50,4

Prevalensi dispepsia fungsional..., Andy Omega, FK UI, 2013

Page 6: PREVALENSI DISPEPSIA FUNGSIONAL PADA PASIEN DEWASA DI ...

6

 

Tabel 1. (sambungan)

Jenis Pembiayaan

Asuransi

Umum

Tidak ada data

209

251

444

23,1

27,8

49,1

Tingkat Pendidikan

Rendah

Tinggi

Tidak ada data

240

129

535

26,6

14,2

59,2

Tabel 2. Karakteristik Sampel Berdasarkan Perilaku dan Status Kesehatan  

n %

Gaya Hidup

Tidak ada gaya hidup berisiko

Ada gaya hidup berisiko

Tidak ada data

Status Gizi

Baik

Kurang

Tidak ada data

Indeks Massa Tubuh

Normal atau di bawah normal

Di atas normal

Tidak ada data

72

9

823

80

50

774

29

28

847

8,0

1,0

91,0

8,9

5,5

85,6

3,2

3,1

93,7

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Penyakit pada Pasien Dewasa RSCM Tahun 2010

Berdasarkan Sepuluh Penyakit Terbanyak

No Semua Data n (%) Laki-laki n (%) Perempuan n (%)

1 Katarak Senilis 93 10,3 Katarak Senilis 42 9,0 Katarak Senilis 51 11,6

2 Hipertensi 74 8,2 Diabetes

Mellitus Tipe 2

39 8,4 Hipertensi 36 8,2

Prevalensi dispepsia fungsional..., Andy Omega, FK UI, 2013

Page 7: PREVALENSI DISPEPSIA FUNGSIONAL PADA PASIEN DEWASA DI ...

7

 

Tabel 3. (sambungan)

3 Diabetes

Mellitus Tipe 2

61 6,7 Hipertensi 38 8,1 Diabetes

Mellitus Tipe 2

22 5,0

4 Penyakit tak

teridentifikasi

51 5,6 Dispepsia

fungsional

35 7,5 Penyakit tak

teridentifikasi

21 4,8

5 Dispepsia

fungsional

43 4,7 Penyakit tak

teridentifikasi

30 6,4 Dispepsia

fungsional

18 4,1

6 Tuberkulosis 38 4,2 Tuberkulosis 22 4,7 Pemakaian

lensa

intraokuler

18 4,1

7 Pemeriksaan

penyakit atau

kondisi

35 3,9 Lipid storage

disorders

22 4,7 Jerawat 17 3,8

8 Lipid storage

disorders

34 3,8 Pemeriksaan

penyakit atau

kondisi

20 4,3 Nyeri dada 17 3,8

9 Pemakaian

lensa

intraokuler

29 3,2 Hipertensi

penyakit ginjal

kronik

16 3,4 Tuberkulosis 16 3,6

10 Sindrom

Nefritik Kronik

27 3,0 Penyakit jantung

iskemik

13 2,8 Astigmatisma 15 3,4

Tabel 4. Hubungan Variabel Sosioekonomi dan Demografi dengan Dispepsia Fungsional

Dispepsia Fungsional

p

Rasio prevalens

(95% CI: min –

max)

(+) (-)

n % n %

Usia

> 40 tahun

< 40 tahun

30

13

5,9

3,3

480

381

94,1

96,7

0,070

1,8 (0,9-3,4)

1 (ref)

Jenis Kelamin

Laki-laki

Perempuan

25

18

5,4

4,1

441

420

94,6

95,9

0,376

1,3 (0,7-2,4)

1 (ref)

Prevalensi dispepsia fungsional..., Andy Omega, FK UI, 2013

Page 8: PREVALENSI DISPEPSIA FUNGSIONAL PADA PASIEN DEWASA DI ...

8

 

Tabel 4. (sambungan)

Status Pernikahan

Menikah

Belum Menikah atau cerai

10

2

3,5

1,8

278

112

96,5

98,2

0,522

2,0 (0,4-8,9)

1 (ref)

Pekerjaan

Tidak bekerja

Bekerja

15

11

8,5

4,0

161

261

91,5

96,0

0,048

2,1 (1,0-4,5)

1 (ref)

Jenis Pembiayaan

Asuransi

Umum

14

2

6,7

0,8

195

249

93,3

99,2

0,001

8,4 (2,0-36,6)

1 (ref)

Tingkat Pendidikan

Tinggi

Rendah

8

1

6,2

0,4

121

239

93,8

99,6

0,001

14,9 (2,0-117,7)

1 (ref)

Tabel 5. Hubungan Variabel Perilaku dan Status Kesehatan dengan Dispepsia

Fungsional

Dispepsia Fungsional

p

Rasio prevalens

(95% CI: min –

max)

(+) (-)

n % n %

Gaya Hidup

Tidak ada gaya hidup berisiko

Ada gaya hidup berisiko

9

0

12,5

0,0

63

9

87,5

100,0

0,587

1,1 (1,0-1,3)

1 (ref)

Status Gizi

Baik

Kurang

5

3

6,2

6,0

75

47

93,8

94,0

1,000

1,0 (0,2-4,6)

1 (ref)

Indeks Massa Tubuh

Normal atau di bawah normal

Di atas normal

3

1

10,3

3,6

26

27

89,7

96,4

0,611

3,1 (0,3-31,9)

1 (ref)

Dari tabel 3, terlihat bahwa dispepsia fungsional menempati peringkat kelima penyakit

terbanyak dari keseluruhan sampel, dengan persentase 4,7%. Pada sampel laki-laki, dispepsia

fungsional menempati peringkat keempat dengan persentase 7,5%, sedangkan pada sampel

perempuan, dispepsia fungsional menempati peringkat kelima dengan persentase 4,1%. Pada

Prevalensi dispepsia fungsional..., Andy Omega, FK UI, 2013

Page 9: PREVALENSI DISPEPSIA FUNGSIONAL PADA PASIEN DEWASA DI ...

9

 

tabel 4, dapat dilihat hasil uji hipotesis serta risiko relatif pada kelompok variabel

sosioekonomi dan demografi, sedangkan di tabel 5, dapat dilihat berdasarkan kelompok

variabel perilaku dan status kesehatan.

DISKUSI

Penelitian ini memiliki keterbatasan berupa minimnya data mengenai variabel faktor-

faktor yang diduga berhubungan dengan terjadinya dispepsia fungsional. Minimnya data yang

didapatkan terjadi akibat kekosongan data pada rekam medik pasien, yaitu hanya variabel

faktor usia dan jenis kelamin saja yang terisi lengkap, sedangkan variabel-variabel lainnya

banyak yang tidak terisi pada rekam medis. Dengan adanya keterbatasan pada kelengkapan

data, maka analisis statistik bivariat yang dilakukan adalah berdasarkan kelengkapan data

masing-masing. Sehingga, hanya hasil analisis statistik pada variabel usia dan jenis kelamin

yang dapat menggambarkan hasil sebenarnya pada populasi terjangkau, sedangkan hasil

analisis statistik pada variabel selain usia dan jenis kelamin kurang dapat menggambarkan

hasil sebenarnya pada populasi terjangkau. Selain itu, dengan adanya keterbatasan pada

kelengkapan data, penyingkiran faktor perancu melalui analisis statistik multivariat tidak

dapat dilakukan. Pada rekam medis juga didapatkan keterbatasan tidak dicatatnya stres atau

depresi sebagai gaya hidup pada rekam medis selain dari rekam medis Departemen Psikiatri

RSCM. Dari berbagai literatur, stres atau depresi merupakan faktor risiko yang penting pada

dispepsia fungsional.18

Dispepsia fungsional menduduki peringkat kelima penyakit terbanyak yang

didiagnosis di RSCM pada tahun 2010 dengan prevalensi sebesar 4,7%. Persentase pasien

laki-laki dewasa dengan dispepsia adalah 7,5% dan perempuan dewasa 4,1%. Prevalensi

dispepsia secara global diperkirakan berkisar antara 11% hingga 29,2% dari total seluruh

penduduk dunia.5 Persentase dispepsia fungsional di RSCM yang lebih rendah dibandingkan

prevalensi dispepsia fungsional global terjadi karena terdapat perbedaan pada populasi yang

menjadi sampel. Pada penelitian ini, populasi sampel adalah populasi orang sakit yang

berkunjung ke poli rawat jalan, sedangkan pada penelitian secara global, populasi yang

menjadi sampel adalah populasi umum masyarakat.

Berdasarkan faktor usia, proporsi sampel berusia >40 tahun yang mengalami dispepsia

fungsional lebih banyak daripada sampel berusia <40 tahun dengan risiko 1,8 kali lebih besar.

Namun, secara statistik, perbedaan ini tidak bermakna (p=0,070). Hasil ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Shaib dan Serag (2004)12, yang didapatkan data bahwa

dispepsia fungsional lebih banyak muncul pada kelompok usia yang lebih tua, tetapi tidak

Prevalensi dispepsia fungsional..., Andy Omega, FK UI, 2013

Page 10: PREVALENSI DISPEPSIA FUNGSIONAL PADA PASIEN DEWASA DI ...

10

 

perbedaan tersebut tidak bermakna (p=0,1). Hasil ini juga sesuai dengan penelitian yang

sudah dilakukan di Indonesia. Harahap (2010)14, mempublikasikan bahwa tidak ada hubungan

bermakna antara usia dengan dispepsia fungsional (p=0,251). Masih belum diketahui secara

jelas mekanisme yang mendasari hubungan antara bertambahnya usia dengan dispepsia

fungsional.

Berdasarkan faktor jenis kelamin, proporsi laki-laki dengan dispepsia fungsional lebih

banyak daripada perempuan, dengan risiko 1,3 kali lebih besar. Namun, secara statistik

perbedaan ini tidak bermakna (p=0,376). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian-

penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya. Pada survey yang dilakukan di Australia,

jumlah kasus dispepsia pada perempuan dewasa secara signifikan melebihi laki-laki pada

kebanyakan kasus kelainan pencernaan fungsional, termasuk dispepsia fungsional, tetapi

perbedaan ini tidak bermakna.5 Di Indonesia, belum ada literatur yang mempublikasikan

adanya hubungan antara perbedaan jenis kelamin dengan dispepsia fungsional.

Berdasarkan status pernikahan, proporsi sampel dengan dispepsia fungsional yang

berstatus menikah lebih banyak daripada proporsi sampel dengan dispepsia fungsional yang

belum menikah atau cerai, dengan risiko 2,0 kali lebih besar. Dari uji statistik didapatkan

hasil bahwa perbedaan ini tidak bermakna (p=0,522). Kondisi status pernikahan diduga

berkaitan terhadap stress. Akan tetapi, penelitian mengenai hubungan pernikahan dengan

tingkat stress masih sangat minim jumlahnya, sehingga masih sulit untuk dibuktikan adanya

hubungan yang kuat antara status pernikahan dengan tingkat stress.17 Namun, tidak ada

literatur yang mendukung hasil penelitian ini karena hingga saat ini belum ada literatur yang

mempublikasikan mengenai hubungan antara status pernikahan dengan dispepsia fungsional.

Dari data pekerjaan, proporsi sampel dengan dispepsia fungsional yang tidak bekerja

lebih besar daripada sampel yang memiliki pekerjaan, dengan risiko 2,1 kali lebih besar.

Secara analisis, perbedaan ini bermakna (p=0,048). Stress dapat ditimbulkan karena

rendahnya pendapatan dalam keluarga yang disebabkan karena pekerjaan dengan pendapatan

yang rendah atau karena tidak bekerja. Kelompok yang tidak bekerja merupakan kelompok

dengan pendapatan terendah. Pada penelitian di Amerika Serikat, didapatkan kesimpulan

bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara rendahnya pendapatan dalam keluarga

dengan peningkatan kejadian dispepsia fungsional.5 Dengan demikian, hasil penelitian ini

sesuai dengan penelitian di Amerika Serikat yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan

bermakna antara pekerjaan dengan dispepsia fungsional.5 Di Indonesia, belum ada literatur

yang mempublikasikan adanya hubungan antara pekerjaan dengan dispepsia fungsional.

Prevalensi dispepsia fungsional..., Andy Omega, FK UI, 2013

Page 11: PREVALENSI DISPEPSIA FUNGSIONAL PADA PASIEN DEWASA DI ...

11

 

Berdasarkan dari segi jenis pembiayaan, proporsi sampel dengan dispepsia fungsional

yang membayar menggunakan asuransi lebih banyak daripada proporsi sampel yang

membayar dengan pembayaran umum, dengan risiko 8,4 kali lebih besar. Secara statistik,

perbedaan ini bermakna (p=0,001). Terjangkaunya biaya untuk menggunakan pelayanan

kesehatan dapat mempengaruhi tingkat penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan. Semakin

terjangkau biaya kesehatan, semakin tinggi pula tingkat penggunaan fasilitas pelayanan

kesehatan. Hal ini didukung oleh data dari penelitian yang dilakukan oleh Mushtaq, et al.

(2011)19, yang menyimpulkan bahwa masalah utama pada penggunaan atau kunjungan ke

pelayanan kesehatan yang rendah adalah biaya yang mahal yang tidak mampu dijangkau

(p<0,001). Asuransi kesehatan adalah salah satu cara pasien untuk dapat menjangkau biaya

kesehatan. Dapat disimpulkan, jenis pembiayaan sampel pada penelitian ini secara tidak

langsung menggambarkan tingkat penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan, sehingga

terdapat hubungan yang bermakna antara penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan dengan

dispepsia fungsional. Belum ada literatur yang mendukung hasil penelitian ini karena belum

ada literatur yang mempublikasikan adanya hubungan antara penggunaan fasilitas pelayanan

kesehatan, khususnya jenis pembiayaan kesehatan dengan dispepsia fungsional.

Berdasarkan variabel tingkat pendidikan, proporsi sampel dengan dispepsia fungsional

yang memiliki tingkat pendidikan tinggi lebih banyak daripada proporsi sampel

berpendidikan rendah, dengan risiko 14,9 kali lebih besar. Secara statistik, perbedaan ini

bermakna (p=0,001). Tingkat pendidikan seseorang berhubungan dengan tingkat pengetahuan

orang tersebut. Dengan tingkat pengetahuan yang baik tentang kesehatan dirinya, orang

tersebut akan semakin sadar untuk berperilaku mencegah penyakit, serta tidak akan menunda

kunjungan ke pelayanan kesehatan saat dirinya sakit.14 Hal ini didukung oleh penelitian yang

dilakukan oleh Mushtaq, et al. (2011)19, didapatkan data bahwa proporsi terbanyak sampel

yang berkunjung ke pelayanan kesehatan milik pemerintah atau swasta adalah sampel yang

memiliki tingkat pendidikan tinggi (p=0,433). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Mahadeva, et al. (2010)20, disimpulkan bahwa proporsi sampel dispepsia dengan tingkat

pendidikan tinggi lebih besar daripada tingkat pendidikan rendah dan berbeda bermakna

(p=0,008). Secara tidak langsung, hal ini menggambarkan hubungan tingkat pendidikan

dengan dispepsia fungsional karena dari populasi dengan dispepsia tersebut, sekitar 60%

termasuk pada dispepsia fungsional.4 Namun, tidak ada literatur yang mendukung hasil

penelitian ini secara langsung karena hingga saat ini belum ada literatur yang

mempublikasikan mengenai hubungan antara tingkat pendidikan dengan dispepsia fungsional.

Prevalensi dispepsia fungsional..., Andy Omega, FK UI, 2013

Page 12: PREVALENSI DISPEPSIA FUNGSIONAL PADA PASIEN DEWASA DI ...

12

 

Berdasarkan gaya hidup, proporsi sampel dengan dispepsia fungsional yang tidak

memiliki gaya hidup berisiko lebih banyak daripada proporsi pasien yang memiliki gaya

hidup berisiko, dengan risiko 1,1 kali lebih besar. Secara statistik, perbedaan ini tidak

bermakna (p=0,587). Namun, terdapat keterbatasan lain selain kurang lengkapnya data, yaitu

tidak pernah dicatat ada atau tidaknya stres pada rekam medis selain rekam medis yang

berasal dari Departemen Psikiatri, sehingga hasil analisis statistik ini kurang menggambarkan

hasil pada populasi terjangkau. Pada hampir semua survey yang dilakukan untuk mempelajari

gangguan psikologis sebagai faktor risiko, didapatkan kesimpulan bahwa stres merupakan

faktor risiko pada gangguan gastrointestinal, khususnya dispepsia fungsional.5 Beberapa

mekanisme sudah dibuktikan tentang pengaruh stres dengan reaksi tubuh yang merugikan,

khususnya berkaitan dengan sistem hormonal. Proses ini memicu terjadinya penyakit

psikosomatik dengan gejala dispepsia seperti mual, muntah, diare, pusing, sakit otot dan

sendi.11, 18 Di Indonesia, belum ada literatur yang mempublikasikan adanya hubungan antara

gaya hidup dengan dispepsia fungsional.

Berdasarkan status gizi, proporsi sampel dengan dispepsia fungsional yang memiliki

status gizi baik lebih banyak daripada proporsi sampel berstatus gizi kurang, dengan risiko

sama besar (1,0 kali). Akan tetapi, secara statistik, perbedaan ini tidak bermakna (p=1,000).

Semakin baik status gizi seseorang maka tingkat kesehatannya akan semakin baik. Untuk

dapat menentukan status gizi seseorang, dibutuhkan suatu pengukuran objektif, yaitu IMT.21

Status gizi yang baik adalah yang memiliki IMT normal. Hasil penelitian ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Oijen, et al. (2006)16, yang menyimpulkan bahwa tidak ada

hubungan bermakna antara IMT dengan munculnya gejala gastrointestinal, khususnya

dispepsia fungsional (p=0,540). Di Indonesia, belum ada literatur yang mempublikasikan

adanya hubungan antara status gizi dengan dispepsia fungsional.

Berdasarkan IMT, proporsi sampel dengan dispepsia fungsional yang memiliki IMT

normal atau di bawah normal lebih banyak daripada sampel yang memiliki IMT di atas

normal, dengan risiko 3,1 kali lebih besar. Secara statistik, perbedaan ini tidak bermakna

(p=0,611). IMT merupakan ukuran objektif dari status gizi seseorang dan dapat menyatakan

ukuran kondisi tubuh secara objektif.21 Penelitian yang dilakukan oleh Oijen, et al. (2006)16,

menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara IMT dengan munculnya gejala

gastrointestinal, khususnya dispepsia fungsional (p=0,540). Di Indonesia, belum ada literatur

yang mempublikasikan adanya hubungan antara IMT dengan dispepsia fungsional.

Prevalensi dispepsia fungsional..., Andy Omega, FK UI, 2013

Page 13: PREVALENSI DISPEPSIA FUNGSIONAL PADA PASIEN DEWASA DI ...

13

 

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil yang didapatkan dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa dari

904 rekam medik yang terpilih sebagai sampel, hanya terdapat 2 variabel dari 8 variabel yang

terisi penuh pada semua sampel, yaitu variabel usia dan jenis kelamin. Prevalensi dispepsia

fungsional selama tahun 2010 di RSCM adalah sebesar 4,7% dari 904 sampel (menduduki

peringkat kelima penyakit terbanyak), dengan perincian 7,5% pada pasien laki-laki dewasa,

dan 4,1% pada pasien perempuan dewasa. Berdasarkan analisis statistik, terdapat hubungan

bermakna antara dispepsia fungsional dengan variabel pekerjaan, pelayanan kesehatan, dan

tingkat pendidikan. Akan tetapi, analisis statistik yang paling menggambarkan populasi

terjangkau hanya terdapat pada analisis variabel usia dan jenis kelamin karena hanya kedua

variabel tersebut yang terisi lengkap pada rekam medis.

SARAN

Saran yang dapat peneliti berikan untuk RSCM adalah untuk meningkatkan kualitas

pengisian rekam medik agar tidak ditemukan lagi banyak data yang kosong pada rekam

medis. Diperlukan adanya quality control untuk meningkatkan kualitas kelengkapan

pengisian rekam medis. Dengan pengisian rekam medis yang baik diharapkan dapat

meningkatkan kualitas pelayanan melalui pendekatan yang holistik dan berkesinambungan

dengan ditunjang catatan medik yang lengkap. Selain itu, mutu penelitian juga dapat

meningkat dengan cara membuat atau mengisi rekam medis dengan baik. Untuk dokter dan

praktisi kesehatan, disarankan untuk lebih memerhatikan permasalahan dispepsia fungsional

yang berdasarkan hasil penelitian ini merupakan peringkat kelima terbanyak di poli rawat

jalan RSCM, baik dari segi kuratif, maupun preventif. Untuk peneliti selanjutnya disarankan

dilakukan penelitian lanjutan dalam model penelitian lain untuk menganalisa lebih dalam

mengenai variabel-variabel yang diduga memiliki hubungan pada penelitian ini.

Prevalensi dispepsia fungsional..., Andy Omega, FK UI, 2013

Page 14: PREVALENSI DISPEPSIA FUNGSIONAL PADA PASIEN DEWASA DI ...

14

 

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar 2007 [internet]. Jakarta: Departemen Kesehatan; 2007 [cited 2012 Sep 30]. Available from: http://www.depkes.go.id.

2. WHO. Scaling Up Prevention and Control of Non-Communicable Disease [internet]. Thailand: WHO; 2007 [cited 2012 Sep 30]. Available from: http://www.searo.who.int.

3. Departemen Kesehatan RI. Profil Kesehatan RI tahun 2007 [internet]. Departemen Kesehatan; 2008 [cited 2012 Sep 30]. Available from: http://www.depkes.go.id.

4. Longo DL, Fauci AS. Harrison’s: Gastroenterology and Hepatology. New York: McGraw Hill Companies; 2010. p. 35.

5. Mahadeva S, Goh LK. Epidemiology of functional dyspepsia: A global perspective. World Journal of Gastroenterology. 2006 May 7; 12(17): 2661-2666.

6. Harahap Y. Karakteristik penderita dispepsia rawat inap di RS Martha Friska Medan tahun 2007. Skripsi; 2010. p. 3 [cited 2012 Sep 30]. Available from: http://library.usu.ac.id.

7. Ambarwati S. Gambaran trait kepribadian, kecemasan, dan stres, serta strategi coping pada penderita dispepsia fungsional. Tesis; 2007 [cited 2012 Nov 15]. Available from: http://www.digilib.ui.ac.id/.

8. Bazaldua OV, David S. Evaluation and management of dyspepsia. American Family Phisician. 1999; 60:6.

9. Tack J, Nicholas J, Talley, Camilleri M, Holtmann G, Hu P, et al. Functional Gastroduodenal. Gastroenterology. 2006;130:1466-1479.

10. Talley N, Vakil NB, Moayyedi P. American Gastroenterological Association technical review: evaluation of dyspepsia. Gastroenterology. 2005;129: 1754.

11. Djojoningrat D. Dispepsia fungsional. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam Edisi V. Jakarta: Interna Publishing; 2009. p. 354-6.

12. Shaib Y, Serag HB. The prevalence and risk factors of functional dyspepsia in a multiethnic population in the United States. Am J Gastroenterol. 2004; 99: 2210-2216.

13. Nakao H, Konishi H, Mitsufuji S, Yamauchi J, Yasu T, Taniguchi J, Wakabayashi N, Kataoka K. Comparison of clinical features and patient background in functional dyspepsia and peptic ulcer. Dig Dis Sci. 2007; 52: 2152–2158.

14. Harahap Y. Karakteristik penderita dispepsia rawat inap di RS Martha Friska Medan tahun 2007. Skripsi; 2010. p. 40 [cited 2012 Sep 30]. Available from: http://library.usu.ac.id.

15. Flier SN, Rose S. Is functional dyspepsia of particular concern in women? A review of gender differences in epidemiology, pathophysiologic mechanisms, clinical presentation, and management. American Journal of Gastroenterology. 2006;101: S644–S653.

Prevalensi dispepsia fungsional..., Andy Omega, FK UI, 2013

Page 15: PREVALENSI DISPEPSIA FUNGSIONAL PADA PASIEN DEWASA DI ...

15

 

16. Oijen MGH, Josemanders DFGM, Laheij RJF, Rossum LGM, Jansen JBMJ. Gastrointestinal disorder and symptoms: does body mass index matter?. Netherlands The Journal of Medicine. 2006; 3(64): 2.

17. Lillard LA, Panis CWA. Marital status and mortality: the role of health. Demography Journal. 1996 Aug; 33(33): 313-27.

18. Greenburger NJ. Dyspepsia. In: Merck Manuals Online Medical Library [internet]. Whitehouse Station (NJ): Merck; 2009 [last modified 2008 Mar; cited 2012 July]. Available from: http://www.merck.com/ mmpe/sec02/ch007/ch007c.html.

19. Mushtaq MU, Gull S, Shad MA, Akram J. Socio-demographic correlates of the health-seeking behaviours in two districts of Pakistan's Punjab province. JPMA. 2011; 4(61): 1205.

20. Mahadeva S, Yadav H, Rampal S, Goh KL. Risk factors associated with dyspepsia in a rural Asian population and its impact on quality of life. Am J Gastroenterol. 2010; 105(26): 904-912.

21. Robert Johnson Foundation. Work and health issue: work matters for health. New Jersey: Robert Johnson Foundation; 2008. p.1-18.

Prevalensi dispepsia fungsional..., Andy Omega, FK UI, 2013