presus presentasi kasus mata glaukoma akut

32
STATUS PEMERIKSAAN PASIEN DEPARTEMEN MATA RSPAD GATOT SUBROTO DITKESAD I. IDENTITAS Nama : Tn. D Umur : 53 tahun Agama : Islam Pekerjaan : Karyawan Alamat : Jakarta Timur II. ANAMNESIS Auto-anamnesis tanggal : 7 Oktober 2012, jam 11:00 WIB Keluhan utama : Mata kanan buram sejak 1 bulan SMRS Keluhan tambahan : Mata kanan merah dan nyeri kepala sebelah kanan Riwayat penyakit sekarang Sejak satu bulan SMRS pasien mengeluh nyeri kepala sebelah kanan yang terasa “cekot-cekot”. Tetapi nyeri tersebut menghilang setelah pasien tidur sebentar. Mata kanan terasa sedikit berair. Hal tersebut sudah berulang kali terjadi biasanya muncul terutama saat malam hari, tetapi pasien mengatakan masih dapat tidur setelah pasien minum pereda nyeri yang dibeli di warung. Dua minggu SMRS pasien mengatakan ia terkadang masih merasa nyeri kepala yang mengganggu yang terkadang menyebabkan ia tidak dapat tidur semalaman walaupun sudah 1

description

RSPAD GS

Transcript of presus presentasi kasus mata glaukoma akut

Page 1: presus presentasi kasus mata glaukoma akut

STATUS PEMERIKSAAN PASIEN DEPARTEMEN MATA

RSPAD GATOT SUBROTO DITKESAD

I. IDENTITAS

Nama : Tn. D

Umur : 53 tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Karyawan

Alamat : Jakarta Timur

II. ANAMNESIS

Auto-anamnesis tanggal : 7 Oktober 2012, jam 11:00 WIB

Keluhan utama : Mata kanan buram sejak 1 bulan SMRS

Keluhan tambahan : Mata kanan merah dan nyeri kepala sebelah kanan

Riwayat penyakit sekarang

Sejak satu bulan SMRS pasien mengeluh nyeri kepala sebelah kanan yang

terasa “cekot-cekot”. Tetapi nyeri tersebut menghilang setelah pasien tidur sebentar.

Mata kanan terasa sedikit berair. Hal tersebut sudah berulang kali terjadi biasanya

muncul terutama saat malam hari, tetapi pasien mengatakan masih dapat tidur

setelah pasien minum pereda nyeri yang dibeli di warung.

Dua minggu SMRS pasien mengatakan ia terkadang masih merasa nyeri kepala

yang mengganggu yang terkadang menyebabkan ia tidak dapat tidur semalaman

walaupun sudah minum obat pereda nyeri. Kemudian pasien merasa penglihatan

mata kanannya tiba-tiba buram. Hal tersebut terjadi berulang kali.

Satu hari SMRS pasien mengatakan tidak dapat tidur semalaman karena nyeri

kepala sebelah kanan yang tidak tertahankan, dan mata kanannya semakin buram,

merah, dan sedikit berair. Ia juga mengaku mual-mual tetapi tidak muntah. Melihat

pelangi disekitar cahaya disangkal. Ia sudah minum pereda nyeri tetapi tidak

berkurang. Karena keluhannya tersebut maka pasien memutuskan untuk berobat ke

Poliklinik Mata RSPAD.

1

Page 2: presus presentasi kasus mata glaukoma akut

Keluhan seperti mata silau, terasa seperti kelilipan, “belekan”, gatal dan panas,

demam disangkal.

Riwayat penyakit dahulu

Pasien mengaku tidak ada penyakit darah tinggi, tidak ada kencing manis. Tidak

terjadi trauma pada mata. operasi, alergi, penggunaan obat-obatan jangka panjang

seperti steroid dan obat paru, obat malaria. Pasien tidak pernah memakai kacamata

sebelumnya.

Riwayat penyakit keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit serupa seperti yang dialami

oleh pasien.

III. PEMERIKSAAN FISIK

a. Status generalis

Keadaan umum : Tampak sakit ringan

Tanda vital : TD = 120 / 80 mmHg Nadi = 76 kali/menit

RR = 20 kali/menit Suhu = Afebris

Tinggi badan : 165 cm

Berat badan : 70 kg

b. Status Ophtalmologis

VISUS

Keterangan OD OS

Tajam Penglihatan 1/300 20/25→PH maju

Koreksi Tidak dapat dikoreksi S+1,00

Addisi Tidak ada Tidak ada

2

Page 3: presus presentasi kasus mata glaukoma akut

Distansia pupil 62/60 mm

Kacamata lama Tidak ada Tidak ada

KEDUDUKAN BOLA MATA

Eksoltalmus Tidak ada Tidak ada

Enoftalmus Tidak ada Tidak ada

Deviasi Tidak ada Tidak ada

Gerakan bola mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah

SUPER SILIA

Warna Hitam Hitam

Letak Simetris Simetris

PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR

Edema Ada Tidak ada

Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada

Ektropion Tidak ada Tidak ada

Entropion Tidak ada Tidak ada

Blefarospasme Tidak ada Tidak ada

Trikiasis Tidak ada Tidak ada

Sikatriks Tidak ada Tidak ada

Fissura palpebra 10 mm 10 mm

Ptosis Tidak ada Tidak ada

3

Page 4: presus presentasi kasus mata glaukoma akut

Hordeolum Tidak ada Tidak ada

Kalazion Tidak ada Tidak ada

Pseudoptosis Tidak ada Tidak ada

KONJUNGTIVA TARSALIS SUPERIOR DAN INFERIOR

Hiperemis Tidak ada Tidak ada

Folikel Tidak ada Tidak ada

Papil Tidak ada Tidak ada

Sikatriks Tidak ada Tidak ada

Hordeolum Tidak ada Tidak ada

Kalazion Tidak ada Tidak ada

KONJUNGTIVA BULBI

Injeksi konjungtiva Ada Tidak ada

Injeksi siliar Ada Tidak ada

Perdarahan

subkonjungtiva

Tidak ada Tidak ada

Pteregium Tidak ada Tidak ada

Pinguekula Tidak ada Tidak ada

Nevus pigmentosus Tidak ada Tidak ada

Kista dermoid Tidak ada Tidak ada

4

Page 5: presus presentasi kasus mata glaukoma akut

SISTEM LAKRIMAL

Punctum lakrimalis Terbuka Terbuka

Tes anel Tidak dilakukan Tidak dilakukan

SKLERA

Warna Hiperemis Putih

Ikterik Tidak ada Tidak ada

KORNEA

Kejernihan Agak keruh di bagian

limbus

Jernih

Permukaan Licin Licin

Ukuran 12 mm 12 mm

Sensibilitas Kurang Baik Baik

Infiltrat Tidak ada Tidak ada

Keratik presipitat Tidak ada Tidak ada

Sikatriks Tidak ada Tidak ada

Ulkus Tidak ada Tidak ada

Perforasi Tidak ada Tidak ada

Arcus senilis Tidak ada Tidak ada

Edema Tidak ada Tidak ada

Test placid Tidak dilakukan Tidak dilakukan

5

Page 6: presus presentasi kasus mata glaukoma akut

BILIK MATA DEPAN (COA)

Kedalaman Dangkal Dalam

Kejernihan Jernih Jernih

Hifema Tidak ada Tidak ada

Hipopion Tidak ada Tidak ada

Efek tyndall Tidak ada Tidak ada

IRIS

Warna Coklat kehitaman Coklat kehitaman

Kripte Tidak jelas Jelas

Bentuk Bulat Bulat

Sinekia Tidak ada Tidak ada

Koloboma Tidak ada Tidak ada

PUPIL

Letak Tengah Tengah

Bentuk Agak oval Bulat

Ukuran 6 mm 3 mm

Refleks cahaya langsung Negatif Positif

Refleks cahaya tak

langsung

Negatif Positif

6

Page 7: presus presentasi kasus mata glaukoma akut

LENSA

Kejernihan Jernih Jernih

Letak Tengah Tengah

Test shadow Negatif Negatif

BADAN KACA

Kejernihan Jernih Jernih

FUNDUS OKULI

Refleks fundus Positif Positif

Papil

Bentuk

Warna

Batas

CD Ratio

Bulat

Kuning kemerahan

Tegas

0,7

Bulat

Kuning kemerahan

Tegas

0,3

Arteri/Vena 2/3 2/3

Retina

- Edema

- Perdarahan

- Exudat sikatrik

- Lain

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Makula lutea

- Refleks fovea Positif Positif

7

Page 8: presus presentasi kasus mata glaukoma akut

- Edema

- Pigmentosa

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

PALPASI

Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada

Massa tumor Tidak ada Tidak ada

Tensi okuli N+2 N

Tonometri Schiotz Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Kampus visi

Tes Konfrontasi Tidak sama dengan

pemeriksa

Sama dengan pemeriksa

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tonometri Schiotz OD : 4,5/10 = 40,2 mmHg

OS : 7/7,5 = 18,5 mmHg

V. RESUME

Pasien, Tn.D, 53 tahun datang ke Poliklinik Mata RSPAD dengan keluhan nyeri

kepala sebelah kanan yang terasa “cekot-cekot” sejak satu bulan SMRS. Mata

kanan terasa sedikit berair, penglihatan mata kanan buram. Mual (+). Pada

pemeriksaan fisik Oftalmologis Okuli Dekstra : Tajam Penglihatan 1/300; Palpebra

superior&inferior edema (+); Konjungtiva bulbi injeksi konjungtiva (+), injeksi

siliar (+), Sklera hiperemis (+); Kornea keruh (+) di bagian limbus, sensibilitas

kurang baik; Bilik mata depan dangkal; Iris kriptae tidak jelas; Pupil bentuk agak

oval, ukuran 6mm, refleks cahaya langsung (-), refleks cahaya tidak langsung (-);

8

Page 9: presus presentasi kasus mata glaukoma akut

Fundus okuli CD Ratio 0,7; Palpasi N+2; Tes Konfrontasi tidak sama dengan

pemeriksa. Tonometri Schiotz OD 42mmHg.

VI. DIAGNOSIS KERJA

OD : Glaukoma primer sudut tertutup akut

VII. DIAGNOSIS BANDING

- Iridosiklitis akut

VIII. ANJURAN PEMERIKSAAN

Gonioskopi

IX. PENATALAKSANAAN

Topikal : Pilocarpin 2% 3 dd gtt 1 OD

Timolol 2 dd gtt 1 OD

Oral : Glaucon tablet 3 x 250 mg

Aspar-K tablet 1 x 300 mg

Operatif : Iridektomi perifer OD

X. PROGNOSIS Okulo dextra (OD) Okulo sinistra (OS)

- Ad vitam : bonam bonam

- Ad fungtionam : dubia ad bonam bonam

- Ad sanationam : dubia ad bonam bonam

9

Page 10: presus presentasi kasus mata glaukoma akut

ANALISA KASUS

Pada kasus ini, pasien didiagnosis glaukoma akut pada mata kanan berdasarkan anamnesis,

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Hasil anamnesis yang mendukung glaukoma

akut pada mata kanan yaitu :

Nyeri hebat pada mata kanan timbul mendadak sejak 1 hari SMRS

Mata kanan merah disertai penglihatan kabur

Nyeri kepala sebelah kanan

Sedangkan dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pada mata kanan didapatkan:

Penurunan tajam penglihatan = 1/300

Palpebra superior & inferior edema

Konjungtiva bulbi terdapat injeksi konjungtiva dan injeksi siliar

Sklera hiperemis

Kornea keruh di bagian limbus dan sensibilitas kurang baik

Bilik mata depan terlihat dangkal

Iris kriptae yang tidak jelas

Pupil bentuk agak oval berukuran 6mm dengan refleks cahaya langsung (-) dan refleks

cahaya tidak langsung (-)

Pemeriksaan Funduskopi, Fundus okuli dengan CD Ratio 0,7

Palpasi N+2 teraba keras

Tes Konfrontasi tidak sama dengan pemeriksa

Pemeriksaan penunjang dengan Tonometri Schiotz OD 42mmHg.

Berdasarkan etiologinya glaukoma terdiri dari glaukoma primer, sekunder, glaukoma

kongenital. Glaukoma primer adalah glaukoma yang tidak diketahui penyebabnya.

Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang disebabkan oleh kelainan penyakit di dalam

mata tersebut seperti kelainan pada kornea (seperti lekoma adherens), COA (seperti hifema,

hipopion), iris/pupil (sinekia posterior, tumor iris), dan lain-lain. Glaukoma kongenital adalah

glaukoma yang dibawa sejak lahir. Sedangkan berdasarkan mekanisme peningkatan tekanan

intraokular, glaukoma terbagi dalam glaukoma sudut terbuka) dan glaukoma sudut tertutup.

Pasien dalam kasus ini tergolong dalam glaukoma primer sudut tertutup.

Gejala dan tanda pada pasien ini sesuai dengan teori dimana pada glaukoma akut tertutup,

ditemukan mata merah dengan penglihatan turun mendadak, tekanan intraokuler 10

Page 11: presus presentasi kasus mata glaukoma akut

meningkat mendadak, nyeri yang hebat, melihat halo di sekitar lampu yang dilihat, terdapat

gejala gastrointestinal berupa mual dan muntah. Mata menunjukkan tanda-tanda

peradangan dengan kelopak mata bengkak, kornea suram dan edem, iris sembab meradang,

pupil melebar dengan reaksi terhadap sinar yang lambat, papil saraf optik hiperemis.

Gambar. . Gambaran klinis pada glaukoma akut (kornea yang edem, middilatasi

pupil, dan kongesti iris)

Ketika terjadi serangan glaukoma akut primer, terjadi sumbatan sudut kamera anterior oleh

iris perifer. Hal ini menyumbat aliran humor akuos dan tekanan intraokular meningkat

dengan cepat, menimbulkan nyeri hebat, kemerahan, dan kekaburan penglihatan. Serangan

akut biasanya terjadi pada pasien berusia tua seiring dengan pembesaran lensa kristalina

yang berkaitan dengan penuaan. Pada glaukoma akut, pupil berdilatasi sedang, disertai

sumbatan pupil. Hal ini biasanya terjadi pada malam hari saat tingkat pencahayaan

berkurang.

Rasa nyeri hebat pada mata yang menjalar sampai kepala merupakan tanda khas glaukoma

akut. Hal ini terjadi karena meningkatknya tekanan intraokular sehingga menekan simpul-

simpul saraf di daerah kornea yang merupakan cabang dari nervus trigeminus. Sehingga

daerah sekitar mata yang juga dipersarafi oleh nervus trigeminus ikut terasa nyeri. Pada

Glaukoma akut, tekanan okular sangat meningkat, sehingga terjadi kerusakan iskemik pada

iris yang disertai edem kornea, hal ini menyebabkan penghilatan pasien sangat kabur secara

tiba-tiba dan visus menjadi menurun.

Pada pasien ini ditemukan adanya penurunan visus pada mata kanan yaitu OD = 1/300. Hal

ini terjadi karena atrofi sel ganglion difus, yang menyebabkan penipisan lapisan serat saraf

dan inti bagian dalam retina dan berkurangnya akson di saraf optikus. Diskus optikus

11

Page 12: presus presentasi kasus mata glaukoma akut

menjadi atrofik, disertai pembesaran cekungan optikus. Iris dan korpus siliare juga menjadi

atrofik, dan prosesus siliaris memperlihatkan degenerasi hialin.

Camera occuli anterior (COA) yang dangkal terjadi karena sudut kamera anterior yang

sempit, sehingga ketika dilakukan penyinaran pada sisi temporal, iris pada bagian nasal tidak

tersinari sepenuhnya seperti pada mata normal. Pemeriksaan lapangan pandang pada

pasien ini menunjukkan terjadinya penyempitan lapangan pandang karena TIO meningkat

tinggi yaitu 40,2 mmHg.

Kelainan lapangan pandang pada glaukoma disebabkan karena adanya gangguan peredaran

darah pada papil nervus optikus. Pembuluh darah retina mempunyai tekanan sistolik 80

mmHg dan diastolik 40 mmHg, yang akan kolaps apabila tekanan intraokuler 40 mmHg.

Akibatnya pembuluh darah papil akan menciut dan vaskularisasi akan terganggu. Gejala

yang paling dini berupa skotoma relatif atau absolut pada daerah 30 derajat sentral. Pada

glaukoma lanjut, timbul kelainan lapangan pandang perifer di bagian nasal superior.

Kelainan ini dapat meluas ke tengah dan bergabung dengan kelainan lapangan pandang

yang di tengah sehingga menderita seolah melihat dalam teropong (tunnel vision).

Pupil midriasis pada mata kanan pasien disebabkan oleh atrofi dari iris dan pupil telah

terfiksasi. Persepsi terhadap cahaya telah menghilang sehingga refleks terhadap cahaya

menjadi negatif. Peningkatan tekanan intraokular yang tidak terlalu tinggi menyebabkan

bola mata teraba sedikit keras. Hasil tonometri menunjukkan nilai TIO yang meningkat pada

mata kanan. Nilai tekanan intraokular normal berkisar antara 10-21 mmHg (1). TIO pada

kasus ini yaitu 40,2 mmHg pada mata kanan .

Glaukoma akut merupakan salah satus kasus kegawatdaruratan pada penyakit mata

sehingga penatalaksanaan harus dilakukan segera di rumah sakit. Tujuan pengobatan pada

glaukoma akut adalah untuk menurunkan tekanan bola mata secepatnya kemudian apabila

tekanan bola mata normal dan mata tenang maka dapat dilakukan pembedahan.

Pengobatan pada glaukoma akut harus segera berupa kombinasi pengobatan sistemik dan

topikal.

Pada kasus ini, pasien diberikan obat topikal tetes mata Timolol 0.5% 2x1 tetes (OD) dan

Pilocarpine 3x1 tetes (OD) sedangkan untuk pengobatan sistemik diberikan Glaucon

(asetazolamid) tablet 3x250 mg dan K-Ɩ Aspartate tablet 1x300 mg.

12

Page 13: presus presentasi kasus mata glaukoma akut

Glaucon mengandung asetazolamid yang termasuk dalam golongan karbonik anhidrase

inhibitor. Efeknya dapat menurunkan tekanan dengan menghambat produksi humor akuos

sehingga sangat berguna untuk menurunkan tekanan intraokular secara cepat. Obat ini

dapat diberikan secara oral dengan dosis 250-1000 mg per hari. Pada kasus ini dosis glaucon

sudah diberikan secara tepat yaitu 3x250 mg per hari. Pada pasien dengan glaukoma akut

yang disertai mual muntah dapat diberikan Asetazolamid 500 mg IV, yang disusul dengan

250 mg tablet setiap 4 jam sesudah keluhan mual hilang. Pemberian obat ini memberikan

efek samping hilangnya kalium tubuh, parastesi, anoreksia, diarea, hipokalemia, batu ginjal

dan miopia sementara. Untuk mencegah efek samping tersebut, pada pasien ini diberikan

pemberian Aspar-K yang berisi kalium S-aspartat tablet 1 x300 mg.

Pilokarpin merupakan suatu miotika kuat yang bekerja dengan meningkatkan fasilitas

pengeluaran cairan mata dengan membuka sudut bilik mata dengan miosis. Pemberian

pilokarpin 2% atau 4% setiap 15 menit sampai 4 kali pemberian sebagai inisial terapi,

diindikasikan untuk mencoba menghambat serangan awal glaukoma akut. Pilokarpin

memberikan efek 4-6 jam sehingga pemberian pilokarpin 4x1 tetes pada kasus ini sudah

tepat.

Timolol merupakan beta bloker non selektif dengan aktivitas dan konsentrasi tertinggi pada

camera occuli posterior (COP) yang dicapai dalam waktu 30-60 menit setelah pemberian

topikal. Beta bloker dapat menurunkan tekanan intraokular dengan cara mengurangi

produksi humor aquos. Penggunan beta bloker non selektif sebagai inisiasi terapi dapat

diberikan 2 kali dengan interval setiap 20 menit dan dapat diulang dalam 4, 8, dan 12 jam

kemudian. Pemberian Timolol 0.5% 2x1 tetes (OD) sudah tepat. Timolol termasuk beta

bloker non selektif sehingga perlu diperhatikan pemberiannya pada pasien dengan asma,

PPOK, dan penyakit jantung.

13

Page 14: presus presentasi kasus mata glaukoma akut

TINJAUAN PUSTAKA

Pendahuluan

Glaukoma merupakan suatu keadaan yang disebabkan peningkatan tekanan intra

okuler (tekanan cairan bola mata) yang menyebabkan penurunan ketajaman penglihatan

baik secara gradual maupun mendadak. Bila penurunan ketajaman penglihatan ini terjadi

secara mendadak, maka disebut dengan glaukoma akut/sudut tertutup sedangkan bila

menurun secara gradual disebut glaukoma sudut terbuka/simpleks. Keadaan glaukoma

amatlah berbahaya, dikarenakan glaukoma dapat menyebabkan kebutaan yang permanen.

Hal ini dapat terjadi karena saat tekanan intra okuler meningkat yang biasanya disebabkan

tersumbatnya jalur irigasi humor akueus. Maka cairan tersebut akan tertumpuk dan

tertahan sehingga menekan saraf optikus, sehingga menyebabkan kematian serabut saraf.

Sampai sekarang glaukoma masih merupakan penyakit nomor 2 tersering penyebab

kebutaan.2

Epidemiologi Glaukoma

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa glaukoma amat berbahaya karena

dapat berakhir kepada kebutaan. Menurut John F. Salmon, ada 60 juta orang yang

menderita glaukoma dan 3 juta diantaranya adalah orang-orang Amerika, dimana hampir

50% tidak terdiagnosa. Sekitar 6 juta orang buta disebabkan oleh karena glaukoma. Risiko

terkena glaukoma juga akan meningkat bila orang tersebut berjenis kelamin perempuan,

berusia lebih dari 60 tahun, keturunan ras Asia, memiliki emosi yang tidak stabil, berkulit

gelap, menderita hipermetropia, mengkonsumsi obat-obat midriatika, dan memiliki riwayat

keturunan glaukoma. Karena angka insidens yang cukup besar, maka sekarang ini bila

seseorang memiliki riwayat keluarga yang glaukoma dan memenuhi faktor-faktor diatas,

disarankan untuk melakukan pemeriksaan skrining setiap 2 tahun sekali dari usia 35 tahun

dan tiap 1 tahun sejak umur 50 tahun.3

14

Page 15: presus presentasi kasus mata glaukoma akut

Klasifikasi Glaukoma

Glaukoma dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan etiologi penyebabnya, yaitu:

Glaukoma primer,

Jika penyebab glaukoma bukan berasal dari penyakit sistemik, kelainan bawaan,

trauma, dan induksi oleh penggunaan obat-obatan.

Glaukoma congenital,

Jika glaukoma terjadi dari saat lahir, kelainan perkembangan bola mata, dan adanya

kelainan bawaan lainnya.

Glaukoma sekunder,

Jika glaukoma terjadi oleh karena penyakit sistemik, trauma, dan induksi oleh

penggunaan obat-obatan.

Glaukoma absolute.

Merupakan tahapan akhir dari semua jenis glaukoma.3

Dapat juga dibagi 2 jenis berdasarkan proses peningkatan tekanan intra okular (TIO), yaitu:

Glaukoma sudut terbuka

Terjadi bukan karena tertutupnya kanalis Schlemm, namun dapat terjadi karena

kelainan membran trabekula (dapat menyebabkan glaukoma sudut tertutup), struktur

trabekula, dan juga peningkatan tekanan vena episklera yang menimbulkan kongesti.

Glaukoma sudut tertutup

Terjadi karena tertutupnya kanalis Schlemm sehingga TIO menjadi meningkat karena

irigasi humor akueus yang tidak lancar. Bisa disebabkan blockade pupil-lensa, dislokasi

lensa ke depan (subluksatio lensa), pemadatan organ-organ sekitar kanalis (mis:

midriasis karena obat), dan adanya sinekia organ-organ segmen anterior.

Hal ini dilakukan karena kedua jenis glaukoma ini memiliki penyebab dan cara penanganan

masing-masing. Misalnya, pada glaukoma sudut terbuka penanganan dapat dilakukan hanya

dengan penetesan obat-obat anti glaukoma, namun bila tidak mendapatkan pengobatan

secara gradual dapat berkembang pada glaukoma sudut tertutup. Pada glaukoma sudut

tertutup, penanganan haruslah cepat dikarenakan keadaan ini merupakan darurat untuk

15

Page 16: presus presentasi kasus mata glaukoma akut

kasus mata, bahkan tidak jarang harus dilakukan pembedahan secara cepat untuk

menghindari kebutaan yang permanen.

Anamnesis

Ketepatan diagnosa glaukoma bergantung pada anamnesis dan pemeriksaan fisik. Hal-hal

yang perlu ditanyakan adalah:

1) riwayat glaukoma pada anggota keluarga,

2) riwayat kesehatan pasien sebelum mengalami glaukoma (lihat apakah ada penyakit

sistemik),

3) ada/tidaknya konsumsi obat-obatan sebelum terjadi glaukoma (obat2 midriatikum),

4) ada/tidaknya gangguan refraksi sebelum glaukoma,

5) ada/tidaknya penurunan ketajaman penglihatan saat serangan,

6) letak lokasi serangan terjadi (unilateral atau bilateral),

7) onset atau waktu terjadinya glaukoma,

8) lama terjadinya serangan glaukoma,

9) ada/tidak nyeri bola mata/kepala saat serangan,

10) ada/tidak kemerahan pada mata saat serangan

11) ada/tidak tahanan pada bola mata (konsistensi),

12) ada/tidak faktor pemicu terjadinya serangan,

13) ada/tidak pengobatan yang telah dijalani untuk serangan sebelumnya,

14) perhatikan faktor2 risiko yang ada.1

Pertanyaan diatas harus diajukan guna membedakan jenis glaukoma yang terjadi serta

tindakan-tindakan yang selanjutnya akan atau harus dilakukan.

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada kasus gangguan penglihatan sangat banyak, namun jika pemeriksaan

dan anamnesis dilakukan dengan baik maka hanya dibutuhkan beberapa pemeriksaan untuk

menegakan diagnosis. Berikut beberapa pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakan

diagnosis kelainan/gangguan penglihatan:

Pemeriksaan ketajaman penglihatan/visus

Pemeriksaan visus secara umum menggunakan Snellen chart, dimana sudah ada

ketetapan yang menentukan bahwa jarak pasien dengan chart ialah 6 meter. 16

Page 17: presus presentasi kasus mata glaukoma akut

Kemudian pasien akan diminta untuk membaca chart tersebut semampunya. Bila

mampu sampai 6/6 maka visus orang tersebut adalah normal, jika hanya mampu

membaca hingga 6/18 maka lakukan uji pin hole untuk melihat ada/tidaknya

gangguan media refraksi. Jika tidak ada gangguan media refraksi, pembacaan visus

dapat sampai 6/6.

Namun bila pada 6/60 sudah tidak terlihat maka dilakukan pemeriksaan ‘Hitung Jari’

dari jarak 5 meter dimana visus akan ditulis 5/60 jika pasien dapat menghitung jari

tersebut. Bila hingga jarak 1 meter masih tidak terhitung, dilakukanlah uji ‘Hand

Movement’ bila pasien dapat melihat maka visusnya 1/300 jika tidak maka

dilanjutkan pemeriksaan ‘Light Perception’. Tes ini menggunakan senter yang

diarahkan ke mata dari arah tertentu dan pasien diminta menjawab arah datangnya

sinar tersebut. Bila pasien dapat melihat sinar maka 1/~, jika tidak maka disebut ‘No

Light Perception’ atau visus = 0 (buta total).

Inspeksi terhadap palpebra, konjungtiva, kornea, COA, iris, pupil, dan lensa

Inspeksi dilakukan dengan bantuan senter/slit lamp dimulai dari bagian mata yang

terluar untuk memperhatikan ada/tidaknya kelainan anatomis dari kelopak maupun

bola mata. Setelah pemeriksaan terhadap palpebra, pemeriksaan dilanjutkan ke

konjungtiva, untuk memperhatikan ada/tidaknya kemerahan pada mata,

ada/tidaknya tanda-tanda injeksi, ada/tidak secret mata, dll. Dilanjutkan ke kornea,

memperhatikan ada/tidak lesi/ulkus pada kornea, konsistensi dan kejernihan kornea,

serta kelengkungan kornea dengan menggunakan slit lamp. Kamera okuli anterior

diperiksa dengan melihat dalam/tidaknya ruang COA dilihat dari bayangan iris

dengan kornea. Pemeriksaan pupil ialah dengan memakai reflex cahaya langsung dan

tidak langsung. Pemeriksaan lensa yang diperhatikan adalah konsistensi lensa,

ada/tidaknya katarak, pengeruhan lensa, dll.

Pemeriksaan funduskopi untuk melihat macula lutea, papil nervus optikus, dan

retina. Funduskopi digunakan untuk melihat arteri & vena sentralis, cup & discus

papil nervus, kualitas retina dan vaskularisasinya.

Tonometri, yaitu pengukuran tekanan bola mata. Pengukuran TIO adalah salah satu

pemeriksaan khas dan wajib untuk pasien glaukoma untuk melihat seberapa besar

tekanan cairan intra okuler. Tekanan normal berkisar 10-20 mmHg.

17

Page 18: presus presentasi kasus mata glaukoma akut

Pemeriksaan lapang pandang mata

Untuk melihat ada/tidak penyempitan lapang pandang dan pemeriksaan terhadap

warna. Menggunakan Goldman Campimetri.

Pemeriksaan uji konfrontasi

Untuk melihat konvergensi dari bola mata pasien. Bila tidak konvergensi, akan

dikoreksi dengan lensa prisma.

Inspeksi pergerakan bola mata

Inspeksi ini terlihat sederhana namun cukup kompleks. Karena ini untuk memeriksa

fungsi nervus 3,4,6.

Masih banyak pemeriksaan lainnya seperti uji kopi, uji minum air, uji steroid, uji

variasi diurnal, uji kamar gelap, dll.

Pemeriksaan Penunjang

Corneal topography

Untuk melihat morfologi kornea

Corneal pachymetry

Menggunakan ultrasound untuk melihat ketebalan kornea, berfungsi sebagai standar

deviasi dalam pengukuran tonometri aplanasi

Retinal tomography

Untuk melihat pencitraan retina

Optical computed tomography, MRI

Untuk melihat struktur intra okuler secara lebih baik.

Uji obat-obat midriatikum

Kisi-kisi Armsler

Gonioskopi

Untuk melihat sudut COA dengan menggunakan lensa binocular khusus.

Angiografi Fluoresein

Untuk melihat kondisi vaskularisasi dengan bantuan zat fluoresen

18

Page 19: presus presentasi kasus mata glaukoma akut

Diagnosis & Gejala Klinis

Untuk mendiagnosa glaukoma akut cukup mudah selama pengetahuan akan gejala klinisnya

diketahui secara jelas. Gejala klinis glaukoma ialah muncul mendadak, penurunan visus tiba-

tiba, penglihatan terdapat halo/cincin pelangi di sekitar benda (karena TIO naik sehingga

cahaya yang masuk semakin tersebar), kenaikan TIO (N 10-20 mmHg), bola mata keras

seperti batu, konjungtiva hiperemis, injeksi kornea, edema kornea, kornea keruh (karena

TIO naik membuat epitel rusak, berakibat pompa eletrolit rusak sehingga muncul

kekeruhan), nyeri periorbital hebat, pusing ipsilateral, mual, muntah, tidak terdapat secret,

lakrimasi mungkin terjadi, palpebra terangkat, tidak dapat difundus jika dalam masa akut,

pupil mid-dilatasi, dan tidak ada rasa gatal.

Namun dari berbagai gejala yang ada, biasanya pasien mengeluhkan penurunan

ketajaman penglihatan, nyeri hebat, mual, muntah, konjunctiva hiperemis, dan penglihatan

halo di sekitar benda. Bila sudah menemukan gejala-gejala yang disebutkan diatas, segera

lakukan terapi dan penanganan cepat sebab glaukoma merupakan kasus darurat untuk

bagian mata.

Diagnosis Banding

Iritis and Uveitis

Disebabkan infeksi, autoimun. Gejala unilateral, terkadang nyeri, penglihatan kabur,

mata merah, fotofobia, dan lakrimasi. Bisa berkembang menjadi glaukoma.6

Acute Orbital Compartment Syndrome

Disebabkan trauma orbita, hematom retrobulbar, emfisema, dan tumor.

Menimbulkan penurunan penglihatan, peningkatan TIO, nyeri mata, proptosis,

berkurangnya gerakan bola mata, kemosis, dll. Prognosis buruk.7

Endophthalmitis

Disebabkan infeksi dan inflamasi intrabulbar, bila tidak ada riwayat trauma, berarti

berasal dari penyakit sistemik, konsumsi obat imunosupresan, dan post operasi

katarak. Gejalanya kemerahan, rasa mengganjal, nyeri, penglihatan kabur, fotofobia,

lakrimasi, hipopion, secret purulen, dan demam. Prognosis buruk.5

19

Page 20: presus presentasi kasus mata glaukoma akut

Etiologi & Faktor Risiko

Glaukoma sebenarnya hanyalah sebuah sebutan untuk peningkatan TIO dan

menurunnya ketajaman penglihatan. Sebelumnya telah dijelaskan beberapa klasifikasi

glaukoma dan penyebabnya. Risiko terkena glaukoma akan meningkat bila orang tersebut:

1) berjenis kelamin perempuan,

Pada wanita ruang kamera okuli anterior cenderung lebih sempit

2) berusia lebih dari 60 tahun,

3) keturunan ras Asia,

4) memiliki emosi yang tidak stabil,

5) berkulit gelap,

6) menderita hipermetropia,

Pada orang hipermetropia, kornea akan cenderung lebih datar dan pipih sehingga

ruang kamera okuli anterior cenderung lebih sempit.

7) mengkonsumsi obat-obatan,

Konsumsi obat-obat midriatika dapat membuat sempit ruang kamera okuli anterior

karena penebalan iris ketika midriasis. Kortikosteroid jangka panjang juga memiliki

peran terjadinya glaukoma.

8) memiliki penyakit sistemik,

Diabetes dan hipertensi meningkatkan prevalensi risiko menderita glaukoma karena

pada diabetes cairan akuos lebih pekat, sedangkan pada hipertensi seringkali

tekanan v. episklera meningkat.

9) memiliki riwayat keturunan glaukoma3

Jika seseorang memiliki faktor-faktor risiko diatas, disarankan untuk menjalani skrining

glaukoma dini, yaitu 2 tahun sekali sejak umur 35 tahun dan 1 tahun sekali ketika berumur

diatas 50 tahun. Untuk diketahui, ternyata katarak dapat menyebabkan glaukoma pula, hal

ini dikarenakan peradangan lensa mata sehingga menekan iris ke depan dan menyebabkan

sumbatan di kamera okuli anterior.

20

Page 21: presus presentasi kasus mata glaukoma akut

Patofisiologi

Pada keadaan normal tekanan bola mata adalah berkisar 10-20 mmHg, namun pada

keadaan glaukoma akut tekanan bola mata bisa mencapai 60-80 mmHg, dimana mata

teraba sangat keras seperti batu. Hal ini diakibatkan adanya sumbatan pada jalur irigasi

humor akuos yang menimbulkan kenaikan tekanan bola mata.

Humor akuos adalah cairan bola mata yang berada pada segmen anterior bola mata, yang

mengisi ruang antara kornea hingga lensa mata. Cairan ini memiliki zat penyusun yang

hampir sama dengan plasma berfungsi untuk memberikan nutrisi, media difusi oksigen,

media refraksi, dan menjaga konsistensi bentuk bola mata. Cairan ini diproduksi oleh korpus

siliaris, yang kemudian akan dialirkan melalui kamera okuli posterior menuju pupil dan

melewati lensa mata. Setelah melewati lensa mata, cairan tersebut akan masuk ke dalam

ruang kamera okuli anterior dan memasuki jaringan trabekula di sudut ruang kamera okuli

anterior. Di jaringan inilah komposisi cairan akuos diganti dan kontak dengan cairan plasma

pembuluh darah iris. Akhir dari jaringan trabekula terdapat kanalis Schlemm, kanal ini akan

menyalurkan cairan akuos tersebut ke vena episklera dan masuk ke dalam sirkulasi jantung.

Bila salah satu dari sistem irigasi ini mengalami penyempitan atau sumbatan maka akan

mengakibatkan peningkatan TIO.2,4

Glaukoma akut biasanya terjadi karena tertutupnya sudut ruang kamera okuli anterior

sehingga membuat cairan akuos tidak dapat keluar melalui kanalis Schlemm. Tertutupnya

sudut ini bisa disebabkan berbagai macam hal, seperti subluksasio lensa ke anterior, sinekia

pupil, penggunaan obat midriatika, oklusi vena episklera, hifema, dll. Bila keadaan glaukoma

akut dibiarkan tanpa mendapatkan penanganan yang cepat, dapat menyebabkan kebutaan

yang disebabkan iskemia akut iris, udema kornea, dan kerusakan nervus optikus.

Komplikasi

Bila terapi terlambat, maka akan menyebabkan perlekatan iris bagian perifer ke jaringan

trabekula (sinekia anterior) yang menyebabkan oklusi permanen yang disebut glaukoma

kongestif akut, dan hanya bisa diperbaiki lewat pembedahan. Selain itu glaukoma akut juga

sering menimbulkan berkurangnya visus, lapang pandang, kerusakan nervus optikus, dan

berakhir dengan kebutaan (jika tidak mendapat terapi hingga 24 jam).4

Penatalaksanaan21

Page 22: presus presentasi kasus mata glaukoma akut

Penanganan kasus glaukoma akut haruslah cepat dan tepat untuk mendapatkan hasil yang

baik, walaupun tetap ada faktor-faktor lain yang mungkin akan mempersulit pengobatan.

Tujuan dan sasaran pengobatan glaukoma adalah menurunkan TIO, menekan reaksi radang,

dan mengembalikan/membuka jalur irigasi humor akuos.

Tahap awal penanganan adalah pemeriksaan visus pasien, dimana akan ditemukan visus

pasien telah turun, pada tahap ini pasien harus dirawat. Kemudian dari gejala-gejala yang

ada, diagnosa dapat ditegakan. Selama menunggu persiapan, posisikan pasien tertidur

terlentang, karena ketika di posisikan supinasi akan mendorong lensa untuk turun ke

belakang sehingga dapat mengurangi tekanan pada sumbatan kanal Schlemm. Jika alat

sudah siap, berikanlah timolol 0.5% 2x2 tetes.

Bila sudah terjadi penurunan TIO hingga sekitar 40mmHg atau 1 jam setelah terapi dimulai,

berikan pilocarpine 2% (sebagai miotika) 4x2 tetes pada kedua mata. Pemberian pilocarpin

harus memperhatikan tekanan bola mata, bila dari awal pasien datang langsung diberikan,

belum tentu obat ini akan bekerja, karena saat serangan biasanya terjadi paralisis iskemia

pada otot siliar iris, sehingga iris tetap tidak miosis. Pemakaian pilocarpin pun harus berhati-

hati dikarenakan secara teoritis, zat ini merangsang ketebalan aksial lensa mata yang akan

memperparah kongesti.

Jika setelah dosis kedua pilocarpin masih tidak menurunkan TIO <35 mmHG maka lakukan

infuse manitol 20% dengan kadar 5mg/kgBB. Tujuan pemberian zat osmotic adlah untuk

meningkatkan pembuangan cairan lewat diuresis dan menurunkan volume total cairan

tubuh. Namun infuse ini tidak boleh dilakukan pada pasien dengan gangguan

kardiovaskuler.

Kemudian dilanjutkan pemberian asetazolamide 500mg iv dilanjutkan dengan dosis

3x500mg. Dari pengobatan yang awal ini pada hakekatnya sudah menurunkan TIO, bila

masih tinggi boleh ditambahkan alfa-agonis. Pemberian kortikosteroid topikal berfungsi

untuk meredakan peradangan dan mengurangi efek kerusakan pada nervus optikus.

Pemberian steroid tetes ini dibarengi dengan antibiotika 6x2 tetes. Bila ada nyeri yang amat

hebat boleh menggunakan obat analgetik topical. Setelah semua tahap sudah dilakukan dan

belum menunjukan perkembangan yang signifikan maka pasien harus dirujuk ke dokter

spesialis.

22

Page 23: presus presentasi kasus mata glaukoma akut

Bila cara-cara diatas masih tidak dapat menurunkan TIO secara maksimal dapat dilakukan

iridektomi laser atau paracentesis kamera okuli anterior, namun cara ini hanya dilakukan

ketika TIO sudah mulai stabil. Jangka waktu pengobatan glaukoma akut dari awal hingga

akhir harus terjadi kurang dari 24 jam, dikarenakan bila lebih dari demikian akan

menyebabkan kebutaan permanen. Biasanya pasien-pasien yang berasal dari Asia memiliki

glaukoma yang cukup berat dan bersifat refrakter terhadap obat-obatnya.2-4

Tindakan Preventif

Ada beberapa cara untuk menghindari glaukoma:

Hindari sikap emosional

Kontrol tekanan darah secara teratur

Perbanyak aktivitas olahraga

Hindari meminum air dalam jumlah banyak sekaligus

Hindari meminum kopi

Mengikuti tes skrining secara rutin bila memiliki beberapa faktor risiko.2

Prognosis

Prognosis baik. Bila diberikan pertolongan yang cepat dan tepat, maka kerusakan mata

dapat di minimalisir.

DAFTAR PUSTAKA23

Page 24: presus presentasi kasus mata glaukoma akut

1. Chang DF. Pemeriksaan Oftalmologik. In: Vaughan, Asbury. Oftalmologi Umum. 17th

ed. Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2008. 28-58.

2. Ilyas HS. Ilmu Penyakit Mata. 3rd ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2010. 47-51; 167-71.

3. Salmon JF. Glaucoma. In: Vaughan, Asbury. General Ophthalmology. 17th ed. United

States of America: McGrawHill Companies. 2008. 212-27.

4. Aherne A. Acute Angle Closure Glaucoma. Diunduh dari

http://emedicine.medscape.com/article/798811-overview. Diunduh tanggal 19 Maret

2011.

5. Egan DJ. Endophthalmitis. Diunduh dari

http://emedicine.medscape.com/article/799431-overview. Diunduh tanggal 19 Maret

2011.

6. Gordorn K. Iritis and Uveitis. Diunduh dari

http://emedicine.medscape.com/article/798323-overview. Diunduh tanggal 19 Maret

2011.

7. Peak DA. Acute Orbital Compartment Syndrome. Diunduh dari

http://emedicine.medscape.com/article/799528-overview. Diunduh tanggal 19 Maret

2011.

24