PRESUS Erick jadi

download PRESUS Erick jadi

of 29

Transcript of PRESUS Erick jadi

  • 8/4/2019 PRESUS Erick jadi

    1/29

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Pada haid yang teratur, persalinan preterm dapat didefinisikan sebagai persalinan

    yang terjadi antara usia kehamilan 20-37 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir.

    Persalinan preterm merupakan hal yang berbahaya karena potensial meningkatkan kematian

    perinatal sebesar 65%-75%, umumnya berkaitan dengan berat lahir rendah. Berat lahir

    rendah dapat disebabkan oleh kelahiran preterm dan pertumbuhan janin yang terhambat.

    Keduanya sebaiknya dicegah karena dampaknya yang negatif; tidak hanya kematian perinatal

    tetapi juga morbiditas, potensi generasi akan datang, kelainan mental dan beban

    sosioekonomi bagi keluarga dan bangsa secara keseluruhan.

    Pada kebanyakan kasus, penyebab pasti persalinan preterm tidak diketahui.

    Berbagai sebab dan faktor demografik diduga sebagai penyebab persalinan preterm, seperti:

    solusio plasenta, kehamilan ganda, kelainan uterus, polihidramnion, kelainan kongenital

    janin, ketuban pecah dini, dan lain-lain. Penyebab persalinan preterm bukan tunggal tetapi

    multikompleks, seperti disebabkan oleh infeksi. Infeksi pada kehamilan akan menyebabkan

    suatu respon imunologik spesifik melalui aktifasi sel limfosit B dan T dengan hasil akhir zat-

    zat yang menginisiasi kontraksi uterus. Terdapat makin banyak bukti yang menunjukkan

    bahwa mungkin sepertiga kasus persalinan preterm berkaitan dengan infeksi membran

    korioamnion. Dari penelitian Lettieri dkk.(1993), didapati 38% persalinan preterm

    disebabkan akibat infeksi korioamnion. Knox dan Hoerner (1950) telah mengetahui

    hubungan antara infeksi jalan lahir dengan kelahiran prematur. Bobbitt dan Ledger (1977)

    membuktikan infeksi amnion subklinis sebagai penyebab kelahiran preterm. Dengan

    1

  • 8/4/2019 PRESUS Erick jadi

    2/29

    amniosentesis didapati bakteri patogen pada + 20% ibu yang mengalami persalinan preterm

    dengan ketuban utuh dan tanpa gejala klinis infeksi (Cox dkk.,1996 ; Watts dkk., 1992).

    Pendekatan obstetrik yang baik terhadap persalinan preterm akan memberikan

    harapan terhadap ketahanan hidup dan kualitas bayi preterm. Di beberapa negara maju,

    Angka Kematian Neonatal pada persalinan preterm menunjukkan penurunan, yang umumnya

    disebabkan oleh meningkatnya peranan neonatal intensive care dan akses yang lebih baik. Di

    Amerika Serikat bahkan menunjukkan kemajuan yang lebih dramatis berkaitan dengan

    meningkatnya umur kehamilan, dengan 50% neonatus selamat pada persalinan usia

    kehamilan 25 minggu, dan lebih dari 90% pada usia 28 29 minggu. Hal ini menunjukkan

    bahwa teknologi dapat berperan banyak dalam keberhasilan bayi preterm.

    2

  • 8/4/2019 PRESUS Erick jadi

    3/29

    BAB II

    LAPORAN KASUS

    A. IDENTITAS PASIEN

    ISTRI

    Nama : Ny. N

    Umur : 24 tahun

    Pendidikan : D3

    Pangkat : -

    Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

    Suku : Sunda

    Agama : Islam

    Gol. Darah : O

    Alamat : Asrama Yonkav 9 No. H20, Serpong

    SUAMI

    Nama : Tn. E

    Umur : 25 tahun

    Pendidikan : SMA

    Pangkat : Pratu

    Pekerjaan : TNI AD

    Suku : Jawa

    Agama : Islam

    Gol. Darah : Belum tahu

    B. DATA DASAR

    3

  • 8/4/2019 PRESUS Erick jadi

    4/29

    Dilakukan autoanamnesa pada pasien pada tanggal 9 Juni 2011

    Keluhan Utama

    Keluar air air dari vagina sejak 8 jam SMRS

    Keluhan Tambahan

    Mules terasa sesaat setelah masuk rumah sakit

    Riwayat Penyakit Sekarang

    Pasien datang atas rujukan dari RS Daan Mogot dengan diagnosis KPD. Pasien datang ke

    RSPAD dengan keluhan keluar air air dari vagina sejak 8 jam SMRS. Cairan yang keluar

    berwarna jernih dan tidak berbau. Pasien juga merasakan mules sesaat setelah masuk rumah

    sakit. Tidak ada keluar darah dan lendir. Terdapat riwayat keputihan tidak berbau dan tidak gatal.

    Perangai Pasien

    Kooperatif

    Riwayat Haid

    Menarche usia 12 tahun. Siklus haid 28 hari, teratur, lamanya haid 6 - 7 hari, ganti

    pembalut 2 - 3 kali sehari jika sudah penuh. Dismenorea tidak ada. HPHT tanggal 13 Oktober

    2010

    Riwayat KB

    Tidak Pernah

    Riwayat Pernikahan

    Pernikahan pertama, usia saat menikah 23 tahun, usia suami 24 tahun

    Riwayat Obstetri

    4

  • 8/4/2019 PRESUS Erick jadi

    5/29

    Hamil ini

    Riwayat Penyakit Dahulu

    Riwayat hipertensi, diabetes mellitus, alergi, asma, penyakit jantung, dan penyakit paru

    disangkal

    Riwayat Penyakit Keluarga

    Riwayat hipertensi, diabetes mellitus, alergi, asma, penyakit jantung dan penyakit paru

    dalam keluarga disangkal

    Catatan Penting Selama Asuhan Antenatal

    Pasien melakukan ANC teratur di bidan

    C. PEMERIKSAAN FISIK

    Status generalis :

    Keadaan umum : baik

    Kesadaran : compos mentis

    Tinggi badan :150 cm

    BB : 60 kg

    Tekanan darah : 120/80 mmHg

    Nadi : 80x/menit, teratur

    Suhu tubuh : 36,5 C

    Pernapasan : 20 x / menit, teratur

    5

  • 8/4/2019 PRESUS Erick jadi

    6/29

    Mata : konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik

    Paru : bunyi napas vesikuler, ronki (-), wheezing (-)

    Jantung : BJ I-II murni, murmur (-), gallop (-)

    Abdomen : membuncit sesuai masa kehamilan

    Ekstremitas : akral hangat, edema -/-, CRT < 2 detik

    Status Obstetri

    1. Periksa luar

    TFU : 23 cm, puka, bagian terbawah janin kepala sudah masuk PAP 4/5

    Vulva / Uretra tenang

    2. Inspekulo :

    Portio livid, ostium uteri eksterna tertutup, fluor (-), fluxus (-)

    3. Periksa dalam :

    Portio kenyal, anterior, ketuban (-), kepala berada di bidang Hodge I- II

    Pelvimetri Klinik:

    Promontorium tidak teraba

    Linea inominata 1/3 1/3

    Dinding samping lurus

    Sakrum konkaf

    Spina tajam, distansia interspinarum > 9,5 cm

    6

  • 8/4/2019 PRESUS Erick jadi

    7/29

    Arkus pubis > 900

    D. PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK

    Pemeriksaan USG

    Tanggal 10 Juni 2011

    - Janin : Tunggal, hidup, intra uterin, presentasi kepala

    - Plasenta : Berimplantasi di fundus uteri

    - Amnion : Air ketuban habis (ICA 2)

    - Biometri : BPD 75 mm, HC 262 mm, AC 228 mm, FL 57 mm, HL 49 mm, EFW

    1250 gr

    - Jantung : FHR 148 bpm, regular

    - Anomali : Saat ini tak tampak anomali mayor

    - Dopler : SDAU 2,62

    - Aktivitas : Baik

    - Lain-lain : Tampak gambaran tali pusat di leher

    - Penilaian : Janin presentasi kepala tunggal hidup,

    Biometri sesuai hamil 29 - 30 minggu, oligohidramnion,

    Suspek lilitan tali pusat di leher

    Pemeriksaan Laboratorium (9 Juni 2011)

    7

  • 8/4/2019 PRESUS Erick jadi

    8/29

    Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

    Hematologi

    - Darah rutin:

    Hemoglobin 12,6 g/dL 12-16 g/dL

    Hematokrit 39% 37-47%

    Eritrosit 4,4 juta/uL 4,3-6,0 juta/uL

    Leukosit 11200/uL* 4800-10800/uL

    Trombosit 278000/uL 150000-400000/uL

    MCV 89 fl 80-96 fl

    MCH 29 pg 27-32 pg

    MCHC 33 g/dL 32-36 g/dL

    Kimia

    Glukosa sewaktu 117 mg/dL < 140 mg/dL

    DIAGNOSIS KERJA

    Ibu : G1 P0 A0 hamil 30 minggu

    Preterm PROM

    Janin : Janin presentasi kepala tunggal hidup

    PROGNOSIS

    Ibu : dubia

    8

  • 8/4/2019 PRESUS Erick jadi

    9/29

    Janin : dubia

    PENATALAKSANAAN AWAL

    Rencana Diagnostik :

    - Observasi tanda-tanda vital

    - Observasi HIS dan DJJ

    - Cek darah lengkap, glukosa darah sewaktu, bleeding time, clotting time

    - Observasi tanda tanda infeksi intra uterine dan kompresi tali pusat

    Rencana Terapi :

    Konservatif:

    - Tokolitik, Nifedipin 4 x 10 mg tiap 20 menit, dilanjutkan rumatan 4 x 10 mg / 24 jam

    - Pematangan paru, Dexamethasone 2 x 6 mg IV

    - Ceftriaxon 1 x 2 gr IV

    Rencana pendidikan :

    Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang keadaan pasien dan kehamilannya,

    risiko infeksi yang bisa terjadi, dan kemungkinan prognosis kehamilan terhadap janin

    (prematuritas).

    PENATALAKSANAAN LANJUTAN (S.O.A.P)

    Tanggal 9 Juni 2011 pukul 16.00 WIB

    9

  • 8/4/2019 PRESUS Erick jadi

    10/29

    S : mules-mules (-) sejak 2 jam, gerakan janin (+)

    O : KU / Kes : Baik / CM,

    Tekanan darah: 110/70 mmHg, Nadi: 88x/menit, Pernapasan: 20x/menit, Suhu: 36,5 C

    Status generalis : dalam batas normal

    Status obstetri : Kontraksi (-), gerak janin (+)

    I : v/u tenang

    A : G1 hamil 30 minggu, ketuban pecah 10 jam, air ketuban habis

    P : Rencana diagnosis : - Observasi tanda - tanda vital

    - Observasi HIS, DJJ

    - Observasi tanda tanda infeksi intra uterine

    - Observasi tanda tanda kompresi tali pusat

    Rencana terapi

    Konservatif:

    - Nifedipin 4 x 10 mg

    - Pematangan paru, dexamethasone 2 x 6 mg IV

    - Ceftriaxone 1 x 2 gr IV

    - Tirah baring dan hidrasi cukup

    Tanggal 10 Juni 2011 pukul 06.00 WIB

    S : mules-mules (-), gerakan janin (+)

    O : KU / Kes : Baik / CM,

    10

  • 8/4/2019 PRESUS Erick jadi

    11/29

    Tekanan darah: 120/80 mmHg, Nadi: 80x/menit, Pernapasan: 14x/menit, Suhu: afebris

    Status generalis : dalam batas normal

    Status obstetri : Kontraksi (-), gerak janin (+)

    I : v/u tenang

    A : G1 hamil 30 minggu, ketuban pecah 1 hari, air ketuban habis

    P : Rencana diagnosis : - Observasi tanda - tanda vital

    - Observasi HIS, DJJ

    - Observasi tanda tanda infeksi intra uterine

    - Observasi tanda tanda kompresi tali pusat

    - CTG dan DPL

    Rencana terapi

    Konservatif:

    - Nifedipin 4 x 10 mg

    - Pematangan paru, dexamethasone 2 x 6 mg IV

    - Ceftriaxone 1 x 2 gr IV

    - Tirah baring dan hidrasi cukup 2000 3000 cc / 24 jam

    Tanggal 11 Juni 2011 pukul 03.00 WIB

    S : mules-mules (+), gerakan janin (+)

    O : KU / Kes : Baik / CM,

    11

  • 8/4/2019 PRESUS Erick jadi

    12/29

    Tekanan darah: 120/80 mmHg, Nadi: 92x/menit, Pernapasan: 18x/menit, Suhu: afebris

    Status generalis : dalam batas normal

    Status obstetri : Kontraksi 3x/10/45, gerak janin (+), DJJ 140 bpm

    I : v/u tenang

    VT : portio tipis, diameter 6 cm, ketuban (-), kepala H II

    A : PK I aktif, G1 hamil 30 minggu, ketuban pecah 1 hari, air ketuban habis

    P : Rencana awal partus pervaginam

    - Observasi tanda - tanda vital

    - Observasi HIS, DJJ

    - Observasi tanda tanda infeksi intra uterine

    - Observasi tanda tanda kompresi tali pusat

    Tanggal 11 Juni 2011 pukul 05.20 WIB

    S : ibu ingin meneran, gerakan janin (+)

    O : KU / Kes : Baik / CM,

    Tekanan darah: 120/80 mmHg, Nadi: 96x/menit, Pernapasan: 20x/menit, Suhu: afebris

    Status generalis : dalam batas normal

    Status obstetri : Kontraksi 4x/10/45, gerak janin (+), DJJ 130 bpm

    VT : Pembukaan lengkap, ketuban (-), kepala H III-IV

    A : PK II, G1 hamil 30 minggu, ketuban pecah 1 hari, air ketuban habis

    P : Ibu dipimpin meneran

    12

  • 8/4/2019 PRESUS Erick jadi

    13/29

    Tanggal 11 Juni 2011 pukul 05.30 WIB

    - Lahir bayi spontan, perempuan, BBL 1500 gram, PB 40 cm, Apgar Score 8/9, air ketuban

    jernih

    - Plasenta lahir spontan dan lengkap

    - Perdarahan 100 cc

    - Observasi 2 jam postpartum (partograf)

    Tanggal 11 Juni 2011 pukul 08.00 WIB

    S : perdarahan aktif (-), BAK spontan

    O : KU / Kes : Baik / CM,

    Tekanan darah: 110/70 mmHg, Nadi: 80x/menit, Pernapasan: 14x/menit, Suhu: afebris

    Status generalis : dalam batas normal

    Status obstetri : TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi baik

    I : v/u tenang, perdarahan (-)

    A : P1 post partum spontan prematurus

    P : - Mobilisasi aktif

    - Diet TKTP

    - Hygiene

    13

  • 8/4/2019 PRESUS Erick jadi

    14/29

    - Motivasi ASI dan KB

    - Amoxicilin 3 x 500 mg

    - Asam mefenamat 3 x 500 mg

    - Sangobiad 1 x 1

    Tanggal 12 Juni 2011 pukul 07.00 WIB

    S : ASI (-), bengkak (-), keluar cairan berwarna merah dari vagina tidak berbau, BAB dan BAK

    (+) normal

    O : KU / Kes : Baik / CM,

    Tekanan darah: 110/70 mmHg, Nadi: 80x/menit, Pernapasan: 18x/menit, Suhu: afebris

    Status generalis : dalam batas normal

    Status obstetri : TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi baik, lokia rubra (+)

    I : v/u tenang, perdarahan (-)

    A : NH1 P1 post partum spontan prematurus

    P : - Mobilisasi aktif

    - Diet TKTP

    - Hygiene

    - Motivasi ASI dan KB

    - Amoxicilin 3 x 500 mg

    - Asam mefenamat 3 x 500 mg

    - Sangobiad 1 x 1

    14

  • 8/4/2019 PRESUS Erick jadi

    15/29

    Tanggal 13 Juni 2011 pukul 06.30 WIB

    S : ASI (-), payudara terasa kencang, bengkak (-), keluar cairan berwarna merah dari vagina

    tidak berbau, BAB dan BAK (+) normal

    O : KU / Kes : Baik / CM,

    Tekanan darah: 110/70 mmHg, Nadi: 80x/menit, Pernapasan: 18x/menit, Suhu: afebris

    Status generalis : dalam batas normal

    Status obstetri : TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi baik, lokia rubra (+)

    I : v/u tenang, perdarahan (-)

    A : NH2 P1 post partum spontan prematurus

    P : - Mobilisasi aktif

    - Diet TKTP

    - Hygiene

    - Motivasi ASI dan KB

    - Amoxicilin 3 x 500 mg

    - Asam mefenamat 3 x 500 mg

    - Sangobiad 1 x 1

    - Boleh pulang

    15

  • 8/4/2019 PRESUS Erick jadi

    16/29

    BAB III

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. DEFINISI

    Persalinan preterm adalah persalinan yang berlangsung pada kehamilan antara 20-

    37 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Badan Kesehatan Dunia (WHO)

    menyatakan bahwa bayi prematur adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang dari

    37 minggu. Angka kejadian persalinan preterm 10 15% kehamilan dan merupakan

    penyebab utama morbiditas dan mortalitas neonatal.

    B. FAKTOR RISIKO

    Untuk memprediksi kemungkinan terjadinya persalinan prematur harus dicermati

    beberapa kondisi yang berisiko terjadinya persalinan preterm

    a. Janin dan Plasenta1. Perdarahan trimester awal

    2. Perdarahan anterpartum3. Ketuban pecah dini

    4. Pertumbuhan janin terhambat

    5. Cacat bawaan janin

    6. Kehamilan ganda / gemeli

    7. Polihidramnion

    b. Ibu

    1. Penyakit berat pada ibu2. Diabetes Melitus

    3. Infeksi Saluran Kemih

    4. Preeklamsia / hipertensi

    5. Penyakit infeksi dengan demam

    16

  • 8/4/2019 PRESUS Erick jadi

    17/29

    6. Stress Psikologik

    7. Kelainan bentuk uterus / serviks

    8. Riwayat persalinan preterm berulang

    9. Inkompetensi serviks

    10. Pemakaian obat narkotik

    11. Trauma

    12. Perokok berat

    13. Kelainan imunologi / kelainan rhesus

    C. ETIOLOGI

    1. KOMPLIKASI MEDIS DAN OBSTETRIK

    28% persalinan preterm kehamilan tunggal disebabkan oleh beberapa hal :

    50% akibat pre eklampsia

    25% akibat gawat janin

    25% akibat IUGR, solusio plasenta atau kematian janin

    72% persalinan preterm kehamilan tunggal sisanya adalah persalinan spontan preterm

    dengan atau tanpa disertai KPD

    2. ABORTUS IMINENS

    Perdarahan pervaginam pada awal kehamilan seringkali berkait dengan meningkatnya

    perubahan pada outcome kehamilan.

    Weiss dkk (2002) melaporkan adanya kaitan antara perdarahan pervaginam pada

    kehamilan 6 13 minggu dengan kejadian meningkatnya persalinan sebelum kehamilan

    24 minggu, persalinan preterm dan solusio plasenta.

    3. GAYA HIDUP

    17

  • 8/4/2019 PRESUS Erick jadi

    18/29

    Merokok, kenaikan BB selama kehamilan yang tidak memadai serta penggunaan obat-

    obatan tertentu memiliki peranan penting dalam angka kejadian dan outcome BBLR.

    Casaenuva 2005 menyimpulkan bahwa faktor maternal lain yang berkaitan dengan

    persalinan preterm adalah :

    - Kehamilan remaja atau pada usia tua

    - Tubuh pendek

    - Kemiskinan

    - Defisiensi vitamin C

    - Faktor pekerjaan (berjalan jauh , berdiri lama, pekerjaan berat, jam kerja yang terlalu

    lama)

    4. FAKTOR GENETIK

    Perkiraan bahwa terdapat hubungan antara faktor genetik denga persalinan preterm

    adalah sifat persalinan preterm yang berulang, menurun dalam keluarga dan banyak pada

    ras tertentu.

    5. CHORIOAMNIONITIS

    Infeksi selaput ketuban dan cairan amnion yang disebabkan oleh berbagai jenismikroorganisme dapat menjelaskan peristiwa KPD dan atau persalinan preterm.

    Jalan masuk mikroorganisme kedalam cairan amnion pada kondisi selaput ketuban yang

    masih utuh tidak jelas.

    Endotoksin sebagai produk dari bakteri dapat merangsang monosit desidua untuk

    menghasilkan cytokine yang selanjutnya dapat merangsang asam arachidonat dan

    produksi prostaglandine. Prostaglandine E2 dan F2bekerja dengan modus parakrin untuk

    merangsang terjadinya kontraksi miometrium.

    6. VAGINOSIS BAKTERIAL

    18

  • 8/4/2019 PRESUS Erick jadi

    19/29

    Vaginosis bakterial adalah bukan keadaan infeksi namun adalah satu keadaan dimana

    flora vagina normal ( laktobasiluspenghasil hidrogen peroksida) diganti dengan kuman-

    kuman anerobik (Gardnerella vaginalis, spesies Mobiluncus dan Mycoplasmahominis)

    Vaginosis bakterial sering dikaitkan dengan abortus spontan, persalinan preterm, KPD ,chorioamnionitis dan infeksi cairan amnion.

    Vaginosis bakterial menyebabkan terjadinya persalinan preterm melalui mekanisme yang

    sama dengan yang terjadi akibat infeksi dalam cairan amnion.

    Dari penelitian yang ada, tak ada keraguan bahwa perubahan flora vagina yang normal

    seperti vaginosis bakterial memiliki kaitan erat dengan persalinan preterm spontan.

    Namun demikian, sampai saat ini skrining maupun terapi dari kondisi tersebut terbukti

    tidak dapat mencegah terjadinya persalinan preterm.

    7. INFEKSI TRAKTUS GENITALIS BAGIAN BAWAH

    Infeksi chlamydia trachomatis nampaknya tidak berperan dalam proses persalinan

    preterm. Goepfert dkk (2002) angka kejadian pada pasien dengan atau tanpa infeksi

    chlamydia atau trichomonas adalah sama.

    Ramsey dkk ( 2003), hapusan vagina dengan pengecatan gram pada trimester kedua yang

    menghasilkan peningkatan rasio polimorfonuclear dengan sel epitel adalah prediktif

    untuk terjadinya persalinan preterm sebelum minggu ke 35.

    Knudtson dkk (2003), wanita tidak hamil yang menderita endometritis kronis diluar

    kehamilan yang ditandai dengan sel plasma, resiko terjadinya persalinan preterm

    meningkat 2.5 kali lipat.

    8. PENYAKIT PERIODONTAL

    Pasien hamil yang menderita periodontitis memiliki resiko mengalami persalinan preterm

    7.5 kali lipat

    19

  • 8/4/2019 PRESUS Erick jadi

    20/29

    Goepfert dkk (2003), persalinan preterm sebelum usia kehamilan 32 minggu seringkali

    disertai dengan periodontitis berat.

    D. DIAGNOSIS

    Beberapa kriteria dapat dipakai sebagai diagnosis ancaman persalinan preterm

    yaitu:

    1. Usia kehamilan antara 20 dan 37 minggu lengkap atau antara 140 dan 259 hari

    2. Kontraksi uterus (his) teratur, pastikan dengan pemeriksaan inspekulo adanya

    pembukaan

    3. Pemeriksaan dalam menunjukkan bahwa serviks telah mendatar 50-80%, atau

    sedikitnya 2 cm

    4. Selaput ketuban seringkali telah pecah

    5. Merasakan gejala seperti rasa kaku di perut menyerupai kaku menstruasi, rasa

    tekanan intrapelvik dan nyeri bagian belakang

    6. Mengeluarkan lendir pervaginam, mungkin bercampur darah

    7. Presentasi janin rendah sampai mencapai spina isciadika

    E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    1).Laboratorium

    Pemeriksaan kultur urine

    Pemeriksaan gas dan pH darah janin

    Pemeriksaan darah tepi ibu:

    Jumlah lekosit

    C-reactive protein . CRP ada pada serum penderita yang menderita infeksi akut dan

    dideteksi berdasarkan kemampuannya untuk mempresipitasi fraksi polisakarida

    somatik nonspesifik kuman Pneumococcus yang disebut fraksi C. CRP dibentuk

    di hepatosit sebagai reaksi terhadap IL-1, IL-6, TNF.

    2).Amniosentesis

    Hitung leukosit

    20

  • 8/4/2019 PRESUS Erick jadi

    21/29

    Pewarnaan Gram bakteri (+) pasti amnionitis

    Kultur

    Kadar IL-1, IL-6

    Kadar glukosa cairan amnion

    3).Pemeriksaan ultrasonografi

    Oligohidramnion : Goulk dkk. (1985) mendapati hubungan antara oligohidramnion

    dengan korioamnionitis klinis antepartum. Vintzileos dkk. (1986) mendapati hubungan

    antara oligohidramnion dengan koloni bakteri pada amnion.

    Penipisan serviks: Iams dkk. (1994) mendapati bila ketebalan seviks < 3 cm

    (USG) , dapat dipastikan akan terjadi persalinan preterm. Sonografi serviks transperineal

    lebih disukai karena dapat menghindari manipulasi intravagina terutama pada kasus-

    kasus KPD dan plasenta previa.

    FETAL FIBRONECTIN

    Adalah glikoprotein yang dihasilkan dalam 20 bentuk molekul dari berbagai jenis sel

    antara lain hepatosit, fibroblas , sel endothel serta amnion janin.

    Kadar yang tinggi dalam darah maternal serta dalam cairan amnion diperkirakan berperan

    dalam adhesi interseluler selama implantasi dan dalam mempertahankan adhesi plasenta

    pada desidua.

    Deteksi fibronectin dalam cairan servikovaginal sebelum adanya ketuban pecah adalah

    marker adanya partus prematurus iminen.

    Nilai > 50 ng/mL adalah positif (pemeriksaan dengan metode ELISA dan harus

    menghindari kontaminasi dengan darah dan cairan ketuban)

    PENATALAKSANAAN

    Ibu hamil yang diidentifikasi memiliki risiko persalinan preterm dan yang

    mengalami gejala persalinan preterm membakat harus ditangani seksama untuk

    meningkatkan keselamatan neonatal.

    21

  • 8/4/2019 PRESUS Erick jadi

    22/29

    Pada kasus-kasus yang tidak mungkin ditangani ekspektatif, harus dilakukan

    intervensi, yaitu dengan:

    1).Akselerasi pematangan fungsi paru

    Terapi glukokortikoid, misalnya dengan betamethasone 12 mg im. 2 x selang 24 jam.

    Atau dexamethasone 5 mg tiap 12 jam (im) sampai 4 dosis.

    Thyrotropin releasing hormone 400 ug iv, akan meningkatkan kadar tri-iodothyronine

    yang dapat meningkatkan produksi surfaktan.

    Suplemen inositol, karena inositol merupakan komponen membran fosfolipid yang

    berperan dalam pembentukan surfaktan.

    2).Pemberian antibiotika

    Mercer dan Arheart (1995) menunjukkan bahwa pemberian antibiotika yang tepat

    dapat menurunkan angka kejadian korioamnionitis dan sepsis neonatorum. Diberikan 2

    gram ampicillin (iv) tiap 6 jam sampai persalinan selesai (ACOG).

    Peneliti lain memberikan antibiotika kombinasi untuk kuman aerob maupun

    anaerob. Yang terbaik bila sesuai dengan kultur dan tes sensitivitas.

    Setelah itu dilakukan deteksi dan penanganan terhadap faktor risiko persalinan

    preterm, bila tidak ada kontra indikasi, diberi tokolitik.

    3).Pemberian tokolitik

    a.Nifedipin 10 mg diulang tiap 30 menit, maksimum 40 mg/6 jam. Umumnya hanya

    diperlukan 20 mg dan dosis perawatan 3 x 10 mg.

    b. Golongan beta-mimetik

    Salbutamol Perinfus : 20-50 g/menit Per oral : 4 mg, 2-4 kali/hari ( maintenance)

    atau :

    Terbutalin Per infuse : 10-15 g/menit, Subkutan: 250 g setiap 6 jam. Per oral : 5-

    7.5 mg setiap 8 jam (maintenance)

    Efek samping : Hiperglikemia, hipokalemia, hipotensi, takikardia,

    iskemi miokardial, edema paru

    c. Magnesium sulfat

    22

  • 8/4/2019 PRESUS Erick jadi

    23/29

    Parenteral : 4-6 gr/iv pemberian bolus selama 20-30 menit, infus 2-

    4gr/jam (maintenance)

    Efek samping : Edema paru, letargi, nyeri dada, depresi pernafasan (pada

    ibu dan bayi).

    PERANAN PROGESTERON DALAM MEMPERTAHANKAN KEHAMILAN

    Pada hewan percobaan, pemberian medroxyprogesteron dapat mencegah

    terjadinya persalinan dan memiliki aktivitas anti-inflamasi in vivo.

    Dalam kaitan ini, terjadi penekananan pada aktivasi jalur cytokine TH1 dan TH2

    uterus dan servik. Cytokine ini berperan dalam mempertahankan kehamilan dan

    mengawali proses persalinan.

    Progstin yang paling sering digunakan adalah 17 hydroxyprogesteron caproate.

    Pemberian tiap minggu secara intramuskuler pada pasien resiko tinggi da[at menurunkan

    kejadian persalinan preterm.

    Da Fonseca dkk (2003) menunjukkan efektivitas pemberian suppositoria vagina

    100 mg progesteron natural dalam mencegah terjadinya persalinan preterm

    KONTRAINDIKASI PENUNDAAN PERSALINAN

    MUTLAK

    Gawat janin, korioamnionitis, perdarahan antepartum yang banyak.

    RELATIF

    Gestosis; diabetes melitus (beta-mimetik), pertumbuhan janin terhambat,

    pembukaan serviks lebih dari 4 cm.

    CARA PERSALINAN

    Janin presentasi kepala : pervaginam dengan episiotomi lebar dan

    perlindungan forseps terutama pada bayi < 35 minggu.

    Indikasi seksio sesarea :

    a. Janin sungsang

    23

  • 8/4/2019 PRESUS Erick jadi

    24/29

    b. Taksiran berat badan janin kurang dari 1500 gram (masih kontroversial)

    c. Gawat janin, bila syarat pervaginam tidak terpenuhi

    d. Infeksi intrapartum dengan takikardi janin, gerakan janin melemah,

    oligohidramnion, dan cairan amnion berbau. bila syarat pervaginam tidak terpenuhi

    e.Kontraindikasi partus pervaginam lain (letak lintang, plasenta previa, dan

    sebagainya).

    Lindungi bayi dengan handuk hangat, usahakan suhu 36-37 0C ( rawat intensif di

    bagian NICU ), perlu dibahas dengan dokter bagian anak.

    Bila bayi ternyata tidak mempunyai kesulitan ( minum, nafas, tanpa cacat) maka

    perawatan cara kangguru dapat diberikan agar lama perawatan di rumah sakit berkurang.

    I. PENYULIT

    1. Sindroma gawat nafas (RDS)

    2. Perdarahan intrakranial

    3. Trauma persalinan

    4. Paten duktus arteriosus

    5. Sepsis

    6. Gangguan neurologi

    J. KOMPLIKASI

    Pada ibu, setelah persalinan preterm, infeksi endometrium lebih sering terjadi

    mengakibatkan sepsis dan lambatnya penyembuhan luka episiotomi. Bayi-bayi preterm

    memiliki risiko infeksi neonatal lebih tinggi. Morales (1987) menyatakan bahwa bayi

    yang lahir dari ibu yang menderita anmionitis memiliki risiko mortalitas 4 kali lebih

    besar, dan risiko distres pernafasan, sepsis neonatal, necrotizing enterocolitis dan

    perdarahan intraventrikuler 3 kali lebih besar.

    24

  • 8/4/2019 PRESUS Erick jadi

    25/29

    BAB IV

    ANALISA KASUS

    Pasien seorang wanita berusia 24 tahun datang dengan diagnosis awal G1P0A0.

    Kemudian dalam perjalanannya pasien didiagnosis mengalami persalinan preterm. Hal tersebut

    dikarenakan dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang didapatkan:

    1. Anamnesa

    - Pasien telah mengalami ketuban pecah dini 8 jam SMRS, hal ini merupakan salah

    satu faktor risiko terjadinya persalinan preterm.

    - Pasien telah merasakan mulas saat masuk rumah sakit.

    - HPHT pasien tanggal 13 Oktober 2010, jika dilakukan perhitungan maka usia

    kehamilan pasien saat melakukan persalinan adalah 34 minggu.

    2. Pemeriksaan Fisik

    - Pada pemeriksaan fisik awal tanggal 9 Juni 2011 didapatkan:

    o Periksa luar

    TFU : 23 cm, puka, bagian terbawah janin kepala sudah masuk PAP 4/5

    Vulva / Uretra tenang

    o Inspekulo :

    Portio livid, ostium uteri eksterna tertutup, fluor (-), fluxus (-)

    o Periksa dalam :

    Portio kenyal, anterior, ketuban (-), kepala berada di bidang Hodge I- II

    25

  • 8/4/2019 PRESUS Erick jadi

    26/29

    - Pada pemeriksaan fisik tanggal 11 Juni 2011 sesaat sebelum persalinan didapatkan:

    o Status obstetri : Kontraksi 4x/10/45, gerak janin (+), DJJ 130 bpm

    VT : Pembukaan lengkap, ketuban (-), kepala H III-IV

    3. Pemeriksaan Penunjang

    - USG: Janin presentasi kepala tunggal hidup, biometri sesuai hamil 29 - 30 minggu,

    oligohidramnion, suspek lilitan tali pusat di leher.

    Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien ini adalah:

    - Nifedipin 4 x 10 mg tiap 20 menit, dilanjutkan rumatan 4 x 10 mg / 24 jam, sebagai

    tokolitik untuk mencegah kontraksi uterus.

    - Dexamethasone 2 x 6 mg IV, bertujuan untuk pematangan paru janin bila terjadi persalinan

    preterm.

    - Ceftriaxon 1 x 2 gr IV, sebagai antibiotik untuk mencegah infeksi lebih lanjut seperti

    chorioamnionitis dan infeksi neonatorum.

    Pada pasien dilakukan persalinan pervaginam, dikarenakan dari hasil pemeriksaan

    pelvimetri klinis didapatkan kesan panggul normal sedang. Juga tidak didapatkan indikasi untuk

    dilakukan sectio caesarea, yaitu:

    - Janin sungsang.

    26

  • 8/4/2019 PRESUS Erick jadi

    27/29

    - Taksiran berat badan janin kurang dari 1500 gram (masih kontroversial).

    - Gawat janin, bila syarat pervaginam tidak terpenuhi.

    - Infeksi intrapartum dengan takikardi janin, gerakan janin melemah,

    oligohidramnion, dan cairan amnion berbau. bila syarat pervaginam tidak terpenuhi.

    - Kontraindikasi partus pervaginam lain (letak lintang, plasenta previa, dan

    sebagainya).

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. KESIMPULAN

    Berdasarkan analisis dan tinjauan pustaka yang telah dipaparkan, maka penulis

    dapat menyimpulkan, antara lain:

    1. Diagnosis pasien pada kasus ini adalah G1P0A0 hamil 30 minggu.

    27

  • 8/4/2019 PRESUS Erick jadi

    28/29

    2. Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien berupa nifedipin sebagai

    tokolisis, dexamethasone untuk pematangan paru pada janin, dan antibiotik

    ceftriaxone untuk mencegah infeksi lanjut pada ibu dan janin.

    3. Pasien mengalami partus per vaginam pada usia kehamilan 30 minggu

    menurut USG, dan usia kehamilan 34 minggu menurut HPHT pasien.

    4. Dilahirkan bayi perempuan, berat badan lahir 1500 gram, panjang badan 40

    cm, Apgar score 8/9, dan air ketuban jernih.

    B. SARAN

    Bagi ibu hamil sangat perlu dilakukan kontrol rutin dalam kehamilan untuk

    mengetahui gejala dan tanda, juga faktor risiko terjadinya persalinan preterm. Begitu juga

    bagi para klinisi perlu untuk melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan

    penunjang yang tepat agar dapat menentukan faktor risiko persalinan preterm dari ibu

    hamil dan mencegah komplikasi yang terjadi pada persalinan preterm.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Prawirohardjo S, Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan. Edisi ketiga. Jakarta : Yayasan Bina

    Pustaka; 2006.

    2. American College of Obstetricans and Gynecologist: Use progesteron to reduce preterm

    birth. Comitte Opinion No.291, November 2003.

    28

  • 8/4/2019 PRESUS Erick jadi

    29/29

    3. Andrews WW, Sibai BM,Thom EA,et al: Ranodomized clinical trial of metronidazole plus

    erythromycin to prevent spontaneous preterm delivery in fibronectine-positive women.

    Obstet Gynecol 101:847,2003

    4. Bloom SL, Yost NP, McIntire DD,et al: Recurrence of preterm birth in singleton and twinpregnancies Obstet Gynecol 98:379, 2001b

    5. Cunningham FG et al : Preterm Labor in Williams Obstetrics , 22nd ed, McGraw-Hill,

    2005

    6. King JF, Flenady V,Papatsonis D, et al: Calcium channel blocker for inhibiting preterm

    labor: A systematic review of the evidence and protocol for adminstration of nifedipine.

    Aust NZJ Obstet Gyncol 43:192, 2003

    7. Lowe MP, Zimmerman B, Hansen W: Prospective randomized controlled trial of fetal

    fibronectin on preterm labor management in a tertiary care center. Am J Obstet Gynecol

    190:358,2004

    8. Weiss JL, Malone FD, Vidayer J, et al: Threatened abortion: A risk factor for poor

    pregnancy out come, a population-based screening study. Am J Obstet Gynecol

    190:745,2004

    29