Prestise Makanan Cepat Saji ala Barat menurut Pandangan Anak · 2019-04-30 · pandang anak. Kedua,...

37
“Makan di McD yuk, Buk!” Prestise Makanan Cepat Saji ala Barat menurut Pandangan Anak Disusun oleh : Yogo Condro Wibowo 17/409937/SP/27728 Mochamad Rizqi Zakaria 17/409928/SP/27773 M. Nafis Hidayat 17/409929/SP/27774 Alfian Muntahanatul Ulya 17/413240/SP/27957 Novia Reviana Nuryadin 17/413260/SP/27977 DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS GADJAH MADA 2018

Transcript of Prestise Makanan Cepat Saji ala Barat menurut Pandangan Anak · 2019-04-30 · pandang anak. Kedua,...

Page 1: Prestise Makanan Cepat Saji ala Barat menurut Pandangan Anak · 2019-04-30 · pandang anak. Kedua, peneliti akan membahas mengenai latar belakang anak. Kemudian, peneliti akan memaparkan

“Makan di McD yuk, Buk!”

Prestise Makanan Cepat Saji ala Barat menurut Pandangan Anak

Disusun oleh :

Yogo Condro Wibowo 17/409937/SP/27728

Mochamad Rizqi Zakaria 17/409928/SP/27773

M. Nafis Hidayat 17/409929/SP/27774

Alfian Muntahanatul Ulya 17/413240/SP/27957

Novia Reviana Nuryadin 17/413260/SP/27977

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS GADJAH MADA

2018

Page 2: Prestise Makanan Cepat Saji ala Barat menurut Pandangan Anak · 2019-04-30 · pandang anak. Kedua, peneliti akan membahas mengenai latar belakang anak. Kemudian, peneliti akan memaparkan

BAB I

I. Pendahuluan

a. Latar Belakang

Fast food atau makanan cepat saji adalah makanan yang dapat diolah dan dihidangkan

atau disajikan dengan cepat oleh pengusaha jasa boga, rumah makan, restoran. Biasanya

makanan ini tinggi garam dan lemak serta rendah serat (Kemenkes RI, 2012). Secara umum

produk makanan cepat saji ala Barat bisa digambarkan seperti makanan yang disajikan secara

cepat dan umumnya berupa hamburger, ayam goreng tepung, kentang goreng, softdrink, dan

sejenisnya. Makanan cepat saji ala Barat sering juga disebut makanan praktis dan modern.

Kehadiran makanan cepat saji ala Barat dalam industri makanan di Indonesia juga bisa

memengaruhi pola makan anak ramaja di kota. Khususnya bagi anak dari keluarga dengan

status sosial ekonomi menengah ke atas, restoran makanan cepat saji merupakan tempat yang

tepat untuk bersantai.

Frekuensi konsumsi makanan cepat saji pada anak didorong oleh beberapa hal di

antaranya adalah status sosial ekonomi orangtua, media massa, pengetahuan, dan sikap anak

terhadap makanan cepat saji. Konsumen makanan cepat saji ala Barat di Indonesia sebagian

besar adalah orang dengan latar status sosial ekonomi menengah ke atas. Hal tersebut, secara

tidak langsung mengonstruksikan makanan cepat saji ala Barat merupakan gaya hidup yang

“ideal”. Kebiasaan mengonsumsi makanan cepat saji tersebut membuat tren gaya hidup baru

dikalangan masyarakat karena dianggap bisa mendongkrak status sosial ekonominya dalam

pergaulan di masa yang sudah modern ini.

Tren konsumsi makanan cepat saji sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat

modern (Fadhillawati, 2011). Makanan cepat saji dikonsumsi bukan hanya karena alasan

modernitas semata tetapi terdapat nilai tertentu yang terlekat di dalamnya. Nilai tersebut

mendorong seorang anak untuk mengonsumsi makanan cepat saji (Arief, 2011). Pola

konsumsi makanan cepat saji akan membentuk nilai tertentu di mana nila tersebut dapat

menentukan kedudukannya dalam suatu struktur sosial masyarakat. Seperti yang

diungkapkan oleh Alimuddin (1999) yang menyatakan bahwa adanya penilaian tertentu

terhadap orang-orang yang mengonsumsi makanan di restoran cepat saji dilihat memiliki

nilai sosial atau gengsi tersendiri yang mampu mengangkat kesan akan status dirinya.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, peneliti menemukan bahwa informan

dan objek observasi – yang dalam penelitian ini adalah anak – memberikan sudut pandang

yang berbeda mengenai makanan cepat saji ala Barat sebagai bagian dari prestige goods.

Meski makanan cepat saji ala Barat merupakan bagian dari prestige goods¸ mereka tidak

Page 3: Prestise Makanan Cepat Saji ala Barat menurut Pandangan Anak · 2019-04-30 · pandang anak. Kedua, peneliti akan membahas mengenai latar belakang anak. Kemudian, peneliti akan memaparkan

memiliki pola konsumsi tertentu yang mengindikasikan bahwa mereka mencoba dengan

keras untuk mendapatkan akses terhadap makanan cepat saji ala Barat. Hal tersebut, membuat

peneliti dapat melihat sisi lain dari arti makanan cepat saji ala Barat. Oleh karena itu, peneliti

ingin mengetahui bagaimana anak mengonstruksikan makanan cepat saji ala Barat sebagai

bagian dari prestige goods yang dalam realitanya telah menunjukkan sebuah pemahaman dari

sudut pandang yang berbeda.

b. Rumusan Masalah

Bagaimana anak mengonstruksikan makanan cepat saji ala Barat sebagai bagian dari prestige

goods?

II. Metodologi

a. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan analisis semiotik.

Semiotik merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari mengenai simbol dan

makna (Babbie, 2014) dimana – dalam penelitian ini – peneliti ingin melihat bagaimana

persepsi anak mengenai arti dan makna dari makanan cepat saji sebagai bagian dari prestige

goods.

Subjek penelitian ini adalah anak-anak di usia sekolah yang tinggal di Padukuhan

Nologaten, Desa Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta.

Peneliti mengumpulkan data dengan melakukan wawancara – baik wawancara individu

maupun focus group discussion – dan observasi di beberapa gerai makanan cepat saji ala

Barat di Yogyakarta. Wawancara direkam menggunakan alat perekam dari telepon genggam.

Hasil rekaman kemudian akan melalui proses verbatim transcript, indexing verbatim

transcript, dan coding. Kemudian, data yang dihasilkan dari proses coding akan ditampilkan

dalam bentuk data networking Setelah itu, peneliti akan menganalisa dengan pendekatan

semiotik untuk melihat bagaimana persepsi anak mengenai makanan cepat saji ala Barat

sebagai prestige goods dapat terbentuk.

Pengambilan data – berupa wawancara dan observasi – dilaksanakan pada tanggal 15-

22 April 2018. Wawancara tepatnya dilaksanakan pada tanggal 14-15 April 2018 di

Padukuhan Nologaten, Desa Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, DI

Yogyakarta. Kemudian, observasi dilaksanakan antara tanggal 17-22 April 2018 yang

bertempat di berbagai gerai makanan cepat saji ala Barat di Kota Yogyakarta.

Page 4: Prestise Makanan Cepat Saji ala Barat menurut Pandangan Anak · 2019-04-30 · pandang anak. Kedua, peneliti akan membahas mengenai latar belakang anak. Kemudian, peneliti akan memaparkan

b. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini :

1. Data primer : Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil

wawancara dan observasi langsung di Padukuhan Nologaten dan beberapa gerai

makanan cepat saji ala Barat di Yogyakarta.

c. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan untuk mendapatkan data primer dari penelitian ini adalah

melalui:

1. Wawancara Semi-terstruktur

Peneliti melakukan wawancara semi-terstruktur kepada beberapa informan yang ada

di Padukuhan Nologaten. Peneliti juga menggunakan interview guide sebagai

instrumen yang digunakan untuk mempermudah pelaksanaan wawancara semi-

terstruktur.

2. Observasi Langsung

Peneliti melakukan observasi langsung di Padukuhan Nologaten dan beberapa gerai

makanan cepat saji ala Barat di Kota Yogyakarta. Salah satu gerai yang digunakan

sebagai tempat observasi adalah gerai KFC Jl. Sudirman.

3. Dokumentasi

Peneliti juga mengumpulkan data dengan cara mendokumentasi momen-momen saat

wawancara dan observasi di Pedukuhan Nologaten dan beberapa gerai makanan cepat

saji ala Barat.

Page 5: Prestise Makanan Cepat Saji ala Barat menurut Pandangan Anak · 2019-04-30 · pandang anak. Kedua, peneliti akan membahas mengenai latar belakang anak. Kemudian, peneliti akan memaparkan

BAB II

LATAR SOSIAL

Penelitian yang berjudul “Makan di McD yuk, Buk!” : Prestise Makanan Cepat Saji

menurut Pandangan Anak dilaksanakan di Padukuhan Nologaten, Desa Caturtunggal,

Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta. Penelitian dilakukan pada tanggal 14-

17 April 2018. Padukuhan Nologaten merupakan lokasi yang dipenuhi oleh berbagai gerai

makanan baik itu makanan cepat saji maupun bukan. Gerai makanan cepat saji lokal yang

dapat ditemukan di daerah Padukuhan Nologaten diantaranya adalah gerai Olive, Popeye,

Rocket Chicken, dan D’Ayam Crispy. Gerai makanan lainnya yang dapat ditemukan di

Padukuhan Nologaten antara lain adalah rumah makan pecel lele, nasi uduk, dan warung

makan Indomie atau yang sering disebut sebagai burjo.

Gambar 1. Letak Padukuhan Nologaten yang cukup dekat dengan Plaza Ambarukmo

Lokasi Padukuhan Nologaten juga dekat dengan salah satu pusat perbelanjaan yaitu

Ambarukmo Plaza. Bahkan, RW 03 Padukuhan Nologaten terletak persis di belakang Plaza

Ambarukmo. Selain itu, di dalam Plaza Ambarukmo terdapat beberapa gerai makanan cepat

saji ala Barat seperti KFC, Burger King, dan Pizza Hut. Hal tersebut menunjukkan bahwa

Padukuhan Nologaten memiliki akses yang sangat mudah untuk mendapatkan makanan cepat

saji ala Barat. Padukuhan Nologaten yang dapat dilihat sebagai daerah yang sangat heterogen.

Bahkan, peneliti dapat melihat kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda

Page 6: Prestise Makanan Cepat Saji ala Barat menurut Pandangan Anak · 2019-04-30 · pandang anak. Kedua, peneliti akan membahas mengenai latar belakang anak. Kemudian, peneliti akan memaparkan

Gambar 2. KFC Jalan Jendral Sudirman, Terban, Kota Yogyakarta

Kemudian, peneliti juga melakukan observasi di berbagai gerai makanan cepat saji ala

Barat yang ada di Kota Yogyakarta pada tanggal 17 April 2018, salah satunya adalah di gerai

KFC yang terletak di Jl. Jendral Sudirman. Gerai KFC tersebut terletak di tengah Kota

Yogyakarta yang penuh dengan aktivitas perkantoran. Bahkan, KFC ini berada di lantai dasar

sebuah gedung pusat perkantoran. Selain itu, KFC yang terletak di Jl. Jendral Sudirman juga

dapat dengan mudah diakses oleh siswa dari SMA Negeri 6 Yogyakarta, SMP 8 Yogyakarta,

dan SMA Stella Duce 1 Yogyakarta. Namun, hal tersebut tidak mengurangi kemungkinan

bahwa siswa dari beberapa sekolah lain pun banyak yang mengunjungi gerai KFC di Jl.

Jendral Sudirman.

Su

mb

er:

yo

gyes

.co

m (

20

14

)

Page 7: Prestise Makanan Cepat Saji ala Barat menurut Pandangan Anak · 2019-04-30 · pandang anak. Kedua, peneliti akan membahas mengenai latar belakang anak. Kemudian, peneliti akan memaparkan

BAB III

ANALISIS

Pada bab ini, peneliti akan memaparkan dan menganalisis beberapa hal mengenai

bagaimana anak mengonstruksikan makanan cepat saji ala Barat sebagai bagian dari prestige

goods. Pertama, peneliti akan menjelaskan temuan lapangan mengenai prestise dari sudut

pandang anak. Kedua, peneliti akan membahas mengenai latar belakang anak. Kemudian,

peneliti akan memaparkan mengenai ekonomi sebagai salah satu dimensi sosial yang dapat

menentukan sudut pandang anak terhadap makanan cepat saji ala Barat. Selain latar belakang

anak dan ekonomi, peneliti akan menjelaskan tetang peer group anak dan bagaimana hal itu

dapat membentuk persepsi anak akan berbagai hal yang salah satunya adalah makanan cepat

saji ala Barat. Pada bagian akhir, peneliti akan membahas mengenai persepsi anak mengenai

makanan cepat saji ala Barat sebagai bagian dari prestige goods.

I. Prestie

Prestise dapat dikonstruksikan melalui berbagai macam dimensi sosial yang sangat

erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari anak (Ridgeway, 1991). Latar belakang anak –

seperti ekonomi dan peer group anak – merupakan beberapa dimensi sosial yang

mengonstruksi persepsi mereka mengenai prestise terhadap makanan cepat saji ala Barat.

Adapula yang dimaksud dengan makanan cepat saji ala Barat adalah gerai-gerai KFC,

McDonald’s, Burger King, Pizza Hut dan lainnya yang kini makin menjamur keberadaannya

di Indonesia, khususnya di DI Yogyakarta. Gerai-gerai KFC, McDonald’s, Burger King, dan

Pizza Hut menjual makanan – seperti ayam goreng renyah, french fries, burger, dan lainnya –

yang disukai oleh anak. Namun, tidak semua kalangan masyarakat dapat mengakses makanan

cepat saji ala Barat karena harganya yang dapat dikatakan cukup tinggi. Oleh karena itu,

peneliti ingin mengetahui bagaimana pandangan anak mengenai makanan cepat saji ala Barat

sebagai prestige goods.

Penelitian dengan judul “Makan di McD yuk, Buk!”: Prestise Makanan Cepat Saji

ala Barat menurut Pandangan Anak dilaksanakan di Padukuhan Nologaten, Desa

Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta pada tanggal 14-15

April 2018. Padukuhan Nologaten terletak sangat dekat dengan salah satu pusat perbelanjaan

di Yogyakarta yaitu Plaza Ambarukmo. Makanan cepat saji dari gerai KFC, Burger King, dan

Pizza Hut dapat dijumpai di Plaza Ambarukmo. Peneliti juga menemukan banyak sekali

tempat makan di sepanjang Jl. Nologaten seperti rumah makan ayam geprek, nasi uduk, burjo

– yang cukup banyak ditemukan di daerah Padukuhan Nologaten – Popeye, Rocket Chicken,

Page 8: Prestise Makanan Cepat Saji ala Barat menurut Pandangan Anak · 2019-04-30 · pandang anak. Kedua, peneliti akan membahas mengenai latar belakang anak. Kemudian, peneliti akan memaparkan

dan Olive. Padukuhan Nologaten yang terletak di dua bentuk kota yang berbeda akan

memberikan cerita uniknya tersendiri.

Gambar 1. Salah satu dari sekian banyak

burjo yang dapat ditemukan di Padukuhan

Nologaten

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

cara anak di Padukuhan Nologaten, Desa Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten

Sleman, DI Yogyakarta mengonstruksikan makanan cepat saji ala Barat sebagai bagian dari

prestige goods. Pada bagian ini, pertama-tama peneliti akan memaparkan hasil wawancara

dari beberapa informan di Padukuhan Nologaten dan hasil observasi di Padukuhan Nologaten

dan analisisnya. Kemudian, peneliti akan menjelaskan juga hasil observasi di salah satu gerai

KFC di Jl. Jendral Sudirman beserta analisisnya. Setelah itu, peneliti akan menjelaskan secara

singkat bagaimana sebuah benda – khususnya makanan cepat saji ala Barat – dapat menjadi

bagian dari prestige goods.

Wawancara kepada beberapa informan di Padukuhan Nologaten, Desa Caturtunggal,

Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta pada tanggal 15 April 2018

menyebutkan pernyataan dari sudut pandang yang berbeda dari penjelasan makanan cepat

saji ala Barat. Namun, mereka memberikan pernyataan yang hampir sama mengenai

pandangan mereka terhadap makanan cepat saji ala Barat. Pertama, ada Christine yang

mengatakan bahwa mengonsumsi makanan cepat saji adalah hal yang biasa. Hal yang sama

juga diungkapkan oleh Darma, seorang informan yang tengah duduk di bangku kelas 6 SD

Muhammadiyah Demangan. Kemudian, ada Adit yang mengatakan bahwa mengonsumsi

makanan ceoat saji itu hal yang biasa dan “tidak keren-keren banget”. Informan selanjutnya

adalah Aji, seorang anak kelas 3 SMP, mengatakan bahwa tidak ada rasa bangga yang

muncul dan merupakan hal yang biasa saja ketika ia mengonsumsi makanan cepat saji. Ia

juga mengatakan bahwa orang yang merasa bangga ketika mengonsumsi makanan cepat saji

Page 9: Prestise Makanan Cepat Saji ala Barat menurut Pandangan Anak · 2019-04-30 · pandang anak. Kedua, peneliti akan membahas mengenai latar belakang anak. Kemudian, peneliti akan memaparkan

adalah orang yang alay. Informan selanjutnya adalah Arbi, kakak dari Aji yang sedang

menempuh pendidikan SMK, mengatakan bahwa Ia tidak merasa lebih percaya diri ketika

mengonsumsi KFC atau McDonald’s. Ia juga mengatakan bahwa orang yang mengonsumsi

KFC atau McDonald’s dan membagikan momen itu dengan posting di snapgram adalah hal

yang Ia anggap sebagai tindakan alay. Setelah itu ada Vari, seorang siswa SMP yang juga

merupakan teman dari Aji dan Arbi, mengatakan bahwa mengonsumsi makanan cepat saji itu

hal yang biasa saja.

Gambar 2. Aji, Arbi, Vari, dan teman-temannya selesai wawancara pada tanggal 15 April 2018

Meski informan-informan mengatakan hal yang hampir sama, ada beberapa yang

menyatakan bahwa makanan cepat saji – seperti KFC, McDonald’s, Burger King, Pizza Hut,

dan lainnya – merupakan makanan “tingkat tinggi”. Selain “tingkat tinggi”, informan-

informan itu juga menyatakan bahwa makanan tersebut tidak “se-level” dengan mereka.

Adapula yang menyebutkan hal-hal di atas adalah Arbi, Vari dan teman-temannya yang pada

saat diwawancarai sedang berkumpul bersama. Arbi, Vari dan teman-temannya merupakan

warga Padukuhan Nologaten yang tinggal di RW 01, RW 02, dan ada satu anak yang berasal

dari RW 03. Menurut Arbi, Vari dan teman-temannya, makanan cepat saji dari KFC,

McDonald’s, Burger King, Pizza Hut dan lainnya merupakan makanan “tingkat tinggi”

karena harga yang ditetapkan oleh fanchise tersebut. Oleh karena itu juga, mereka

mengatakan bahwa makanan cepat saji dari merek tertentu itu tidak “se-level” dengan

mereka. Para informan ini merupakan bagian dari publik yang kemudian akan mengakui

Page 10: Prestise Makanan Cepat Saji ala Barat menurut Pandangan Anak · 2019-04-30 · pandang anak. Kedua, peneliti akan membahas mengenai latar belakang anak. Kemudian, peneliti akan memaparkan

prestise atau status sosial seseorang yang mengonsumsi makanan cepat saji ala Barat. Ketika

mereka mengatakan makanan cepat saji ala Barat sebagai makanan “tingkat tinggi”,

nampaknya beberapa kalangan masyarakat yang dapat mengakses makana cepat saji ala Barat

dengan mudah telah berhasil meraih prestise dan status sosial mereka di mata para informan.

Pengakuan prestise dan status sosial telah terjadi saat beberapa golongan masyarakat

melakukan suatu pola konsumsi (Berger, Rosenholtz dan Zelditch Jr, 1980).

Berdasarkan Story Box 01 di atas, Arbi, Vari, dan teman-temannya bukan merupakan

bagian dari conspicuous consumption yang dikatakan oleh Charles dkk. (2009) sebagaimana

ditekankan Palma, Ness & Anderson (2015) sebagai pola konsumsi seseorang untuk

memenuhi kebutuhannya dalam pengakuan kekayaan, prestise, dan status sosial. Conspicuous

consumption yang dilakukan seseorang untuk memuaskan rasa bangga, prestise, dan identitas

diri adalah dengan mengonsumsi prestige goods. Sebuah barang dapat dikatakan memiliki

fungsi simbolis ketika barang tersebut memiliki peran yang signifikan dalam kehidupan

seseorang (Khalil, 2000) yakni sebagai pemuas kebutuhan yang secara inheren melekat pada

diri individu, yaitu pengakuan atas prestise dan status sosial (Berger, Rosenholtz & Zelditch

Jr, 1980). Ketika status sosial telah diperoleh, seseorang akan menggunakannya untuk

menciptakan rasa nyaman dalam dirinya. Bahkan, persepsi mengenai rasa nyaman ini sangat

bergantung pada status sosial dimana status sosial tersebut akan memengaruhi seseorang

hingga pada sistem neurobiologisnya dan membuat seseorang merasa nyaman karena status

sosial yang dimilikinya (Plassmann dkk., 2008). Argumentasi tersebut dapat menjelaskan

alasan seseorang yang mengonsumsi makanan dengan harga yang lebih tinggi memberikan

penilaian yang lebih tinggi pula (Just, Sığırcı & Wansink, 2014). Seseorang yang dapat

membayar harga yang lebih tinggi untuk membeli makanan kemudia merasa nyaman karena

dapat menyandang status sosial tertentu.

Story Box 01

Selain makanan cepat saji ala Barat yang Arbi, Vari, dan teman-temannya sebutkan

sebagai makanan untuk orang-orang “tingkat tinggi”, mereka juga menyebutkan beberapa tempat

dan makanan yang dianggap setingkat. Tempat-tempat makan dan makanan tersebut adalah:

Popeye, Olive, Rocket Chicken, Burjo (tempat makan yang menjual berbagai jenis makanan dan

makanan utama yang disajikan adalah mie instan), nasi uduk, pecel lele, dan ayam geprek.

Tempat-tempat makan yang menjual makanan yang hampir sama jenisnya dengan gerai makanan

cepat saji ala Barat tersebut juga dapat dengan mudah ditemukan di daerah Nologaten. Tempat

makan – seperti Popeye, Olive, dan Rocket Chicken – memberikan harga yang sangat murah

apabila dibandingkan dengan makanan dari gerai makanan cepat saji ala Barat dengan pilihan makanan yang sama.

Page 11: Prestise Makanan Cepat Saji ala Barat menurut Pandangan Anak · 2019-04-30 · pandang anak. Kedua, peneliti akan membahas mengenai latar belakang anak. Kemudian, peneliti akan memaparkan

Setelah melakukan wawancara di Padukuhan Nologaten pada tanggal 15 April 2018,

peneliti melakukan obervasi di salah satu gerai KFC di Jl. Jendral Sudirman pada tanggal 17

April 2018. Observasi peneliti lakukan dari pukul 13.37-16.00 WIB. Meski ketika peneliti

datang sudah melewati jam makan siang, KFC Jl. Jendral Sudirman masih dipenuhi orang

yang sedang makan khususnya anak SMA. Pada hari itu, bertepatan dengan pengumuman

SNMPTN sehingga peneliti menemui beberapa objek observasi yang saat itu tengah

menunggu pengumuman sembari mengerjakan latihan soal SBMPTN. Objek observasi yang

peneliti temukan tidak pernah menggunakan pakaian lusuh. Mereka selalu mengenakan

pakaian yang rapi dan pasti membawa telepon genggam di tangannya. Pakaian yang mereka

kenakan bahkan dapat dilihat berasal dari high end brand. Barang-barang yang tersemat pada

diri objek observasi, menunjukkan bahwa objek obervasi berasal dari golongan tertentu

masyarakat yang dapat mengakses makanan cepat saji. Mereka rela mengeluarkan uang yang

lebih banyak dengan membeli makanan cepat saji di gerai KFC, padahal ada gerai Popeye,

Olive, dan Rocket Chicken yang memberikan harga yang lebih murah dengan jenis makanan

yang sama. Kerelaan seseorang untuk membayar lebih tinggi suatu barang – padahal ada

barang lain dengan kualitas yang sama dengan harga yang lebih murah – akan membuat

barang tersebut menjadi bagia dari prestige goods (Palma, Ness & Anderson, 2015).

Gambar 2. Observasi di salah satu gerai KFC di Jl. Jendral Sudirman

Kebutuhan akan prestise dan status sosial akan terlihat dalam pola konsumsi

seseorang (Berger, Rosenholtz dan Zelditch Jr, 1980) dan akan Ia tunjukkan dalam kehidupan

sehari-harinya. Kemudian, Veblen dalam karyanya pada tahun 2005 (Palma, Ness dan

Page 12: Prestise Makanan Cepat Saji ala Barat menurut Pandangan Anak · 2019-04-30 · pandang anak. Kedua, peneliti akan membahas mengenai latar belakang anak. Kemudian, peneliti akan memaparkan

Anderson, 2015) mengatakan bahwa dengan menunjukkan kekayaannya kepada orang lain,

seseorang dapat memperoleh utilitas. Namun, kekayaan tidak dapat ditunjukkan secara

langsung sehingga seseorang harus mengonsumsi barang tertentu untuk menunjukkan

kekayaannya (Palma, Ness dan Anderson, 2015). Barang yang dikonsumsi ini lah yang

kemudian menjadi bagian dari prestige goods.

Makanan cepat saji ala Barat – seperti makanan dari gerai McDonald’s, KFC, Burger

King, Pizza Hut, dan gerai-gerai lainnya – di Indonesia merupakan makanan yang sering kali

dianggap sebagai prestige goods. Prestige goods merupakan bagian dari utilitas simbolis

yang digunakan untuk memuaskan rasa bangga, prestise, dan identitas diri (Khalil, 2000).

Makanan cepat saji ala Barat merupakan bagian dari prestige goods karena harganya yang

dapat dikatakan cukup tinggi apabila dibandingkan dengan makanan dari gerai lokal dengan

jenis makanan yang sama dan hanya dapat diakses oleh beberapa kalangan masyarakat saja.

Akses yang terbatas untuk memperoleh makanan cepat saji ala Barat dapat menunjukkan

sebuah pola konsumsi masyarakat dan membentuk identitas makanan tersebut menjadi

sebuah prestige goods. Seseorang yang mengonsumsi prestige goods atau barang prestise –

dalam hal ini adalah makanan cepat saji ala Barat – mungkin telah mengeskpresikan self-

admiration dalam usahanya untuk menempatkan diri pada tatanan sosial tertentu (Khalil,

2000).

Konstruksi prestise makanan cepat saji ala Barat pada anak dapat dilihat dari

penempatan diri anak pada struktur sosial yang ada di dalam masyarakat. Penempatan diri

yang akan membingkai persepsi anak terhadap makana cepat saji ala Barat tidak terlepas dari

dimensi sosial yang melekat pada diri anak. Hal itu dapat dilihat dari hasil wawancara Aji,

Arbi, Vari dan teman-temannya yang pada saat peneliti wawancarai tengah berkumpul untuk

bermain bersama. Hasil wawancara menunjukkan bahwa, bahkan dalam lingkungan

pertemanannya sendiri mereka telah menempatkan diri mereka pada lapisan tertentu.

Penempatan itu merujuk pada salah satu anak yang merupakan salah satu warga dari RW 3

dan menganggap bahwa anak tersebut adalah bagian dari “tingkat atas”. Selain disebut

sebagai bagian dari “tingkat atas”, anak tersebut juga dilihat sebagai “anak orang kaya”.

Pendapat yang Aji, Arbi, Vari, dan teman-temannya – selain anak dari RW 3 – nyatakan

kembali mendefinisikan lapisan mana mereka dalam struktur sosial masyarakat.

Page 13: Prestise Makanan Cepat Saji ala Barat menurut Pandangan Anak · 2019-04-30 · pandang anak. Kedua, peneliti akan membahas mengenai latar belakang anak. Kemudian, peneliti akan memaparkan

II. Latar Belakang Anak

Banyak faktor yang melatar belakangi seseorang dalam masyarakat khususnya anak-

anak dan remaja yang mudah terdorong dari dorongan secara eksternal maupun internal untuk

mengonsumsi makanan cepat saji ala Barat. Dari berbagai faktor pendorong ada kalanya

mereka terdorong untuk mengonsumsi makanan cepat saji ala Barat lebih dari sekedar

konsumsi normal melainkan mulai merujuk pada konsumsi simbol, gengsi dan prestis. Latar

belakang yang akan dibedah dibawah ini adalah faktor pendidikan dan lingkungannya yang

mempengaruhi kepribadian informan bisa beranggapan seperti itu.

Dalam penelitian yang peneliti lakukan dengan mengangkat tema mengenai prestis

yang kami lakukan di Desa Nologaten yang letaknya di belakang mall Ambarukmo Plaza

yang secara tidak langsung menunjukkan setting sosial yang lokasi dan juga akses sangat

dekat dengan letak persebaran gerai makanan cepat saji ala Barat yang mudah dijangkau

secara transportasi, ekonomi, dan waktu. Namun dalam fakta yang hadir dalam data

menunjukkan banyak faktor lainnya yang mendorong konsumsi makanan cepat saji dan

konstruksi mengenai nilai prestis yang mengikuti sebagai konsumsi simbol (seperti di

pendahuluan).

Banyak faktor yang mengonstruksi anggapan dan pemikiran masyarakat untuk

meilihat makanan cepat saji sebagai prestis atau tidak, salah satunya adalah latar belakang

pendidikan yang merujuk pada pengetahuan makanan cepat saji ala Barat, uang saku salah

satu dari banyak faktor yang merupakan pembangun anggapan maupun pikiran masyarakat

untuk melihat konsumsi terhadap makanan cepat saji ala Barat itu masuk dalam kategori

prestis atau tidak yang bisa diidentikkan dengan keren, semakin percaya diri ketika telah

mengonsumsi makanan cepat saji ala Barat, maupun gengsi dan status sosial yang menonjol

atau dari tingkat kelas sosial yang mana.

Jumlah restoran makanan cepat saji ala Barat yang meningkat, membuat semakin

banyak remaja mengkonsumsi makanan cepat saji. Hal ini dikarenakan makan cepat saji

bersifat cepat, mudah, menarik untuk remaja serta faktor kenyamanan yang mendukung.1.2

Hal ini tentu sejalan dengan kondisi sosial masyarakat yang sekarang sudah dekat dengan

lokasi gerai makanan cepat saji ala Barat karena menjamurnya gerai makanan cepat saji ala

Barat.

Kondisi masyarakat Nologaten yang termasuk daerah sub-urban dimana daerah yang

sudah mulai menuju kota dan juga kecepatan perkembangannya dengan adanya mall

Ambarukmo Plaza. Konsumsi makanan cepat saji sudah menjadi bagian dari gaya hidup pada

masyarakat kota.3 Gaya hidup yang menunjukkan prestis dapat dilihat dari sisi ini yang bisa

Page 14: Prestise Makanan Cepat Saji ala Barat menurut Pandangan Anak · 2019-04-30 · pandang anak. Kedua, peneliti akan membahas mengenai latar belakang anak. Kemudian, peneliti akan memaparkan

menjadi salah satu faktor pengetahuan makanan cepat saji ala Barat. Dalam perihal ini fokus

padagaya hidup remaja pada masyarakatnya yng seringkali sering mengonsumsi makanan

cepat saji ala Barat.

Frekuensi makanan cepat saji yang tinggi justru biasanya justru pada hari-hari

sekolah. Tentu itu merujuk pada konsumsi makanan cepat saji di gerai makanan cepat saji

lebih ramai konsumen pada hari sekolah yang tentu saja juga karena banyaknya jumlah anak

sekolah yang memilih gerai makanan cepat saji ala Barat karena enak dan cepat. Ramaja

sekolah tentu tidak semua bisa mengakses secara mudah untuk mengakses hal itu karena

anggapan mereka sendiri dan juga uang saku mereka yang tidak hanya digunakan untuk uang

makan saja.

”Jadi yaa yang cepat disajiin, jadi tuh apa yo udah siap tinggal ngangetin gitu terus

dikasih”... (analisis)

“Iya menang praktis”... (analisis)

Bla bla bla ...

Dari jawaban informan tersebut dapat disimpulkan bahwa mereka tertarik karena

memang prktis yang dalam arti penyajiannya cepat tidak memakan waktu yang lama

sehingga mereka tidak perlu menunggu lama dan membuang waktu yang lama untuk

mendapatkan makanan, dan itu merupakan alasan yang membuat mereka memilih makanan

cepat saji sebagai alternatif pilihan makan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan makanan meliputi faktor internal, seperti

: rasa lapar, nafsu makan, pantangan, kesukaan, emosi, dan tipe kepribadian dan faktor

eksternal, seperti: budaya, agama, keputusan etis, ekonomi, norma sosial, pendidikan dan

informasi yang diperoleh.5 Pendidikan dan pergaulan sebagai faktor eksternal dan uang saku,

kesukaan akan rasa yang bisa diklasifikasikan dalam faktor internal merupakan penyebab

mereka memilih untuk mengkonsumsi makanan cepat saji ala Barat dan bukan karena rasa

gengsi, prestis, maupun status sosial yang mereka junjung .

“Kalo enak iya, kalo keren biasa aja”... (analisis)

“Berarti faktor yang mempengaruhi itu apa aja? Pingin? Kantong?”... (analisis)

“Iyaa”... (analisis)

“Iyo enak sate kuwi” (translasi dari basa jawa = iya enak sate begitu) wawancara

pada Jaka 15 April 2018. (analisis)

Page 15: Prestise Makanan Cepat Saji ala Barat menurut Pandangan Anak · 2019-04-30 · pandang anak. Kedua, peneliti akan membahas mengenai latar belakang anak. Kemudian, peneliti akan memaparkan

Dari banyak jawaban mereka sebagai informan sudah jelas menunjukkan bahwa latar

belakang yang mendorong mereka untuk memilih mengonsumsi makanan cepat saji ala Barat

karena konstruksi pikiran mereka. Konstruksi pikiran mereka menganggap bahwa mereka

memilih mengonsumsi makanan cepat saji ala Barat adalah bukan karena rasa dan nilai

prestis yang identik dengan keren, justru mereka menganggap bahwa ketika mereka bisa

mendapatkan akses untuk bisa mengkonsumsi makanan cepat saji ala Barat tidak ada rasa

prestis maupun gengsi yang mengekori mereka bahkan mereka merasa biasa saja. Tidak

hanya itu saja faktor uang saku juga mendapat peran sebagai faktor pengaruh seseorang untuk

mengonsumsi makanan cepat saji ala Barat. Tapi data dari informan menunjukkan bahwa

mereka mengonsumsi makanan cepat saji ala Barat karena harga yang ditawarkan oleh gerai

makanan cepat saji mahal bagi mereka dengan uang saku yang mereka miliki. Sehingga bisa

didapati bahwa mereka mengonsumsi makanan cepat saji karena ukuran kantong mereka

yang dirasa kurang ramah dengan harga yang ditawarkan oleh gerai makanan cepat saji ala

Barat yang beredar di lingkungan sekitar mereka.

Dari pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa latar belakang mereka

memilih makanan cepat saji sebagai alternatif konsumsi mereka, pertama adalah karena

konstruksi pikiran mereka yang dibentuk dan dibangun karena pendidikan mereka yang

merujuk pada pengetahuan mereka mengenai makanan cepat saji ala Barat. Kedua karena

uang saku mereka yang dikantong merasa tidak ramah dengan harga yang ditawarkan oleh

gerai makanan cepat saji ala Barat. Ketiga, mereka memilih karena cepatnya pelayanan yang

diberikan oleh gerai makanan cepat saji sehingga tidak membuang waktu mereka sebagai

remaja yang masih pelajar dan menempuh pendidikan formal.

Story Box 02

Sore itu (15 April 2018) saya melihat Dharma dalam kerumunan bersama temen-teman

sekampungnya yang berkumpul di tanah lapang. Kedekatan mereka di kerumunan yang sangat

dekat itu terbentuk karena kegiatan mereka tiap sore hari sehingga solidaritas mereka dibentuk

berdasarkan solidaritas mekanik. Dari sini dapat membentuk pandangan Dharma dalam melihat

makanan cepat saji ala barat, pandangan yang juga mirip dengan pandangan kelompoknya, dimana

Dharma memandang tidak sebagai simbol prestis maupun ajang untuk menunjukkan status sosial

ekonomi yang tinggi, bagi Dharma biasa saja bahkan dia memandang sate lebih enak dari

mengonsumsi makanan cepat saji ala Barat. Bahkan Dharma pun juga beranggapan kalau lebih

enak mengonsumsi makanan lokal seperti sate.

Page 16: Prestise Makanan Cepat Saji ala Barat menurut Pandangan Anak · 2019-04-30 · pandang anak. Kedua, peneliti akan membahas mengenai latar belakang anak. Kemudian, peneliti akan memaparkan

III. Ekonomi

Dalam penelitian kualitatif yang berjudul “Makan di McD yuk, Buk!” yang di

dalamnya kami ingin meneliti tentang studi prestise makanan cepat saji ala Barat menurut

pandangan anak, kami menemukan salah satu faktor yang mempengaruhi pola konsumsi anak

dalam mengkonsumsi makanan cepat saji ala Barat tersebut yaitu faktor ekonomi. Seperti

yang sudah dijelaskan pada latarbelakang proposal penelitian ini bahwa konsumen makanan

cepat saji ala Barat di Indonesia sebagian besar adalah orang dengan status ekonomi kelas

menengah keatas yang mendorong munculnya persepsi bahwa mengkonsumsi makanan cepat

saji ala Barat merupakan gaya hidup yang dianggap bisa mendongkrak status ekonomi dalam

pergaulan di masa ini.

Dalam penelitian mengenai studi prestise makanan cepat saji ala Barat juga

didasarkan pada fenomena makanan cepat saji ala Barat yang digunakan sebagai penanda

bahwa siapa saja yang mengkonsumsinya adalah bagian dari kelas sosial yang memiliki

pengetahuan tentang modernitas yang beriringan dengan menjamurnya rumah makan

makanan cepat saji ala Barat di berbagai daerah, termasuk di Desa Nologaten yang mana

menjadi tempat kami dalam melakukan penelitian ini.

Desa Nologaten sendiri terletak tepat di belakang Plaza Ambarukmo dimana terdapat

makanan cepat saji ala Barat yang beranekaragam. Selain itu juga terdapat banyak sekali

rumah makan makanan cepat saji yang bukan ala Barat di sekitar Desa Nologaten itu sendiri,

dan juga terdapat banyak sekali burjo/warmindo yang ada di Desa Nologaten. Hal tersebut

menjadi sesuatu hal yang menarik dalam penelitian kami terutama keterkaitannya dengan

faktor ekonomi yang mempengaruhi pola konsumsi yang menghasilkan prestise itu sendiri.

Pada saat turun ke lapangan pada tanggal 15 April 2018 lalu, dari masing – masing

anggota kelompok kami telah melakukan wawancara dengan masing – masing informan yang

merupakan warga Desa Nologaten yang masih duduk di bangku sekolah. Dari masing –

masing informan yang telah kami wawancara pun hampir semua mempunyai persepsi yang

sama mengenai makanan cepat saji ala Barat itu sendiri. Berikut adalah persepsi dari masing

– masing informan yang telah diwawancara mengenai bagaimana faktor ekonomi juga

mempengaruhi pola konsumsi makanan cepat saji ala Barat.

Informan yang pertama bernama Dharma dan Christie, yang merupakan seorang

siswa SD kelas 6 dan seorang siswi SMK kelas 11. Dari hasil wawancara yang telah

dilakukan waktu lalu, diperoleh informasi bahwa uang saku sekolahnya perhari sebesar

Rp10.000,00 – Rp20.000,00 dan juga mereka jarang mengkonsumsi makanan cepat saji ala

Barat karena menurut persepsi mereka, makanan cepat saji/ fastfood ala Barat seperti KFC,

Page 17: Prestise Makanan Cepat Saji ala Barat menurut Pandangan Anak · 2019-04-30 · pandang anak. Kedua, peneliti akan membahas mengenai latar belakang anak. Kemudian, peneliti akan memaparkan

McD harganya mahal dan kurang ekonomis. Selain itu juga mereka tertarik untuk membeli

makanan cepat saji ala Barat jika ada promo dari makanan cepat saji tersebut.

Informan selanjutnya bernama Adit, yang berusia 17 tahun namun putus sekolah, dan

sekarang berprofesi sebagai tukang parkir di Plaza Ambarukmo dengan penghasilan

perbulannya sebesar Rp900.000,00 Semasa ia sekolah sampai sekarang belum pernah

mengkonsumsi makanan cepat saji ala Barat seperti KFC, McD. Namun pernah

mengkonsumsi makanan cepat saji yang memang banyak terdapat di Desa Nologaten seperti

Popeye, Olive yang harganya relatif murah dibandingkan dengan KFC dan McD.

Informan selanjutnya bernama Arbi, yang merupakan seorang siswa SMK. Dari hasil

wawancara yang telah dilakukan, diperoleh informasi bahwa uang sekolahnya perhari sebesar

Rp10.000,00 belum termasuk uang bensin. Ia juga tidak mempunyai pekerjaan

sampingan/paruh waktu/parttime dengan alasan karena ingin focus ke sekolah saja. Ia juga

berpendapat bahwa makanan cepat saji ala Barat seperti KFC, McD, Burger King harganya

mahal. Oleh karena itu, karena keterbatasan uang saku yang diberikan, membuat ia jarang

makan di gerai makanan cepat saji ala Barat. Ia berkata bahwa jika ingin makan di KFC/McD

harus menyisihkan uang sakunya terlebih dulu, jadi ia lebih memilih untuk makan makanan

cepat saji seperti Popeye yang harganya lebih murah dibandingkan dengan KFC/McD.

Informan selanjutnya bernama Vari, yang merupakan siswa SMK kelas 12. Dari hasil

wawancara dengan informan tersebut diperoleh informasi bahwa uang sakunya perhari

sebesar Rp10.000,00 Ia berpendapat bahwa makanan cepat saji ala Barat harganya mahal.

Informan yang terakhir bernama Aji, yang merupakan seorang siswa SMP kelas 9.

Dari hasil wawancara dengan informan tersebut diperoleh informasi bahwa Sang Ayah

berprofesi sebagai Go-jek dan buruh harian lepas, sedangkan Sang Ibu berprofesi sebagai ibu

rumah tangga. Uang saku sekolahnya perhari sebesar Rp. 10.000 (jika les) dan sebesar Rp.

5.000 (jika tidak les). Ia jarang sekali makan di KFC/McD, ia lebih sering makan di burjo

bersama teman – temannya. Sedangkan waktu makan bersama orangtuanya, ia lebih memilih

makan di warung – warung pinggir jalan seperti Pecel Lele. Ia juga berpendapat bahwa

makanan cepat saji ala Barat harganya mahal.

Dari beberapa hasil wawancara dengan masing – masing informan diatas dapat ditarik

kesimpulan bahwa faktor ekonomi juga mempengaruhi pola konsumsi anak terhadap

makanan cepat saji ala Barat. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan adanya salah satu

informan yang menyebutkan bahwa jika ingin makan makanan cepat saji ala Barat seperti

KFC/Mcd ia harus rela menyisihkan uang sakunya terlebih dahulu. Pekerjaan orangtua juga

menjadi faktor sering/tidaknya anak mengkonsumsi makanan cepat saji ala Barat yang

Page 18: Prestise Makanan Cepat Saji ala Barat menurut Pandangan Anak · 2019-04-30 · pandang anak. Kedua, peneliti akan membahas mengenai latar belakang anak. Kemudian, peneliti akan memaparkan

harganya relatif mahal tersebut. Dari hasil wawancara diatas juga diperoleh informasi bahwa

masing – masing informan lebih sering ke gerai Popeye/Olive dibandingkan ke gerai

KFC/McD dengan alasan harganya lebih murah dan terjangkau.

IV. Peer Group Anak

Konsumsi makanan cepat saji ala Barat tidak menjadi bagian dari gaya hidup atau

kebiasaan informan yang menjadi subjek penelitian kami. Informan yang kami teliti,

memiliki kebiasaan makan bersama peer groupnya di gerai makanan cepat saji ala Barat

namun yang sudah dilokalisasi seperti Popeye dan Rocket Chicken. Selain itu, beberapa

infoman yang kami teliti, memiliki kebiasaan makan bersama peer groupnya di Warmindo

atau burjonan. Keputusan pemilihan makanan cepat saji cukup didorong oleh kebiasaan yang

dilakukan peer groupnya, sehingga penelitian kami bertentangan dengan hasil penelitian yang

dilakukan Imtihani, 2012 yang membuktikan bahwa pemilihan makanan cepat saji pada

remaja tidak dipengaruhi oleh peer groupnya.

Informan yang menjadi subjek penelitian kami memiliki peer group yang tergolong

dalam usia remaja. Remaja merupakan golongan yang paling mudah terkena pengaruh

budaya dari luar karena mereka sedang mengalami masa pencarian identitas diri akibat

periode transisi yang dilalui. Pengaruh yang terjadi bukan hanya tampak pada penampilan

fisik, tetapi juga pada perubahan pola konsumsi makan. Robert dan Williams (2000),

mengatakan kebiasaan makan dan pilihan makanan di kalangan remaja ternyata lebih

komlpeks dan dipengaruhi banyak faktor seperti fisik, sosial, lingkungan budaya, pengaruh

lingkungan sekitar (teman, keluarga dan media) seeerta faktor psikososial. Kehadiran

makanan cepat saji ala Barat dalam industri makanan di Indonesia juga bisa mempengaruhi

pola makan kaum remaja di kota. Khususnya bagi remaja tingkat menengah keatas, restoran

makanan cepat saji merupakan tempat yang tepat untuk bersantai. Makanan yang ditawarkan

pada restoran cepat saji ala Barat mempunyai harga yang bervariasi, pelayanannya cepat dan

jenis makanannya memenuhi selera.

Secara garis besar, aktivitas yang dilakukan oleh peer group seperti tingginya

frekuensi makan dan nongkrong di Popeye dan Warmindo mengakibatkan persepsi anak di

Padukuhan Nologaten Caturtunggal Depok Sleman terhadap prestise mengkonsumsi

makanan cepat saji ala Barat menjadi biasa saja dan tidak memberikan kebanggan tersendiri.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Susanti (2008) yang

menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan atau aktivitas yang

dilakukan dengan kebiasaan konsumsi makanan cepat saji.

Page 19: Prestise Makanan Cepat Saji ala Barat menurut Pandangan Anak · 2019-04-30 · pandang anak. Kedua, peneliti akan membahas mengenai latar belakang anak. Kemudian, peneliti akan memaparkan

Lingkungan sosial memberikan gambaran yang jelas tentang perbedaan-perbedaan

kebiasaan makan. Lingkungan di Nologaten yang tergolong sub-urban menggambarkan

bahwa peer group yang menjadi informan kami sudah mengetahui dan pernah mengkonsumsi

makanan cepat saji ala Barat namun tidak menjadikannya suatu hal yang istimewa. Nilai-nilai

masyarakat rural masih dapat terlihat jelas pada informan kami yang mana lebih menyukai

tempat makan yang sederhana namun tetap dapat menjalin suasana keakraban bersama

teman-teman.

Informan kami yang bernama Arbi Setia Budi menegaskan bahwa peer groupnya

lebih senang dan nyaman apabila makan bersama di Warmindo atau burjonan dan di Popeye.

Hal ini diungkapkan oleh Arbi karena apabila makan di gerai makanan cepat saji ala Barat

seperti McD, KFC, dan Pizza Hut harus mengeluarkan banyak uang. Frekuensi nongkrong

bersama peer group di Warmindo atau burjonan dan di Popeye lebih tinggi dibandingkan

nongkrong di gerai makanan cepat saji ala Barat. Arbi juga menambahkan bahwa orang yang

makan di McD, KFC, dan Pizza Hut biasanya memiliki sedikit teman, berbeda dengan orang

yang makan di Warmindo atau burjonan dan di Popeye. Berdasarkan keterangan yang

diutarakan oleh informan kami, maka dapat diartikan bahwa peer group yang lebih senang

makan di Warmindo atau burjonan dan di Popeye memiliki rasa solidaritas yang lebih tinggi

daripada peer group yang senang makan di gerai makanan cepat saji ala Barat. Selain

nongkrong bersama peer group di Warmindo atau burjonan dan di Popeye, Arbi dan peer

groupnya memiliki aktivitas lain yaitu bermain sepak bola di lapangan pinggir sawah.

Informan kami yang bernama Aji pun juga menuturkan hal yang serupa dengan

informan kami yang pertama. Aji bersama peer groupnya sangat jarang makan di gerai

makanan cepat saji ala Barat. Aji dan peer groupnya lebih sering makan di burjonan karena

memang harganya yang terjangkau dan lokasinya banyak tersebar di wilayah Nologaten. Aji

menambahkan bahwa ia makan makanan cepat saji, namun bukan yang ala Barat, contohnya

ia makan di Popeye yang terletak di RT 07 RW 02 Nologaten Caturtunggal Depok Sleman.

Popeye menjadi alternatif jika ia dan peer groupnya ingin makan makanan cepat saji dengan

harga yang cukup terjangkau.

Informan kami yang bernama Dharma dan Christie menjelasan bahwa aktivitas yang

sering dilakukan bersama peer groupnya adalah nongkrong. Hampir sama dengan informan

kami yang pertama dan kedua, Dharma dan Christie mengemukakan bahwa mereka jarang

nongkrong di gerai makanan cepat saji ala Barat seperti McD, KFC, dan Pizza Hut. Mereka

lebih sering nongkrong di kafe sekadar untuk mencari wifi dan mencari tempat yang nyaman.

Untuk tempat makan, Dharma dan Christie lebih suka makan di PREKSU (Geprek dan Susu)

Page 20: Prestise Makanan Cepat Saji ala Barat menurut Pandangan Anak · 2019-04-30 · pandang anak. Kedua, peneliti akan membahas mengenai latar belakang anak. Kemudian, peneliti akan memaparkan

dan di Warung Mas Kobis, karena kalau makan di PREKSU bisa mengambil nasi sepuasnya.

Informan kami yang keempat, bernama Adit sedikit berbeda dengan beberapa

informan kami sebelumnya karena ia tidak punya peer group. Adit bekerja sebagai tukang

parkir yang berlokasi di belakang Amplaz. Sehingga ia menghabisan waktu setiap harinya

dengan orang yang relatif berusia lebih tua darinya. Sehingga Adit pun tidak pernah

nongkrong di gerai makanan cepat saji ala Barat seperti McD, KFC, dan Pizza Hut bersama

peer group.

Informan kami yang terakhir bernama Vari Dwi Marwanto. Vari menjelasakan bahwa

ia dan peer groupnya kalau makan paling sering sering di burjonan, dan beberapa tempat

makan lain seperti Rocket Chicken, nasi uduk, pecel lele, ayam geprek, Olive, dan Popeye,

sehingga jarang makan di di gerai makanan cepat saji ala Barat seperti McD, KFC, dan Pizza

Hut. Aktivitas lain yang dilakukan Vari bersama peer groupnya adalah bermain di Amplaz

dan Lippo, namun hanya sekadat jalan-jalan saja dan tidak membeli apa-apa. Vari juga

menambahkan bahwa ia dan peer groupnya lebih sering bermain dengan anak-anak yang ada

di RW 1 dan RW 2, dan jarang bermain dengan RW 3 karena mayoritas tinggal di perumahan

sehingga minim interaksi.

Berdasarkan uraian di atas, keberadaan burjonan di Padukuhan Nologaten memang

sangat banyak dan tersebar di empat RW yang berbeda. Kami mengamati ada sembilan

burjonan dan beberapa bentuk lokalisasi makanan cepat saji ala Barat yang menjadi tempat

untuk nongkrong peer group informan kami. Berikut adalah dokumentasi tentang keberadaan

burjonan di Padukuhan Nologaten dan beberapa bentuk lokalisasi makanan cepat saji ala

Barat.

1

2

Page 21: Prestise Makanan Cepat Saji ala Barat menurut Pandangan Anak · 2019-04-30 · pandang anak. Kedua, peneliti akan membahas mengenai latar belakang anak. Kemudian, peneliti akan memaparkan

5

6

7

8

3

4

Page 22: Prestise Makanan Cepat Saji ala Barat menurut Pandangan Anak · 2019-04-30 · pandang anak. Kedua, peneliti akan membahas mengenai latar belakang anak. Kemudian, peneliti akan memaparkan

Keterangan :

Gambar 1 : Warmindo Mawar Bodas 1

Gambar 2 : Warmindo SKM

Gambar 3 : Warmindo Kamalayan

Gambar 4 : Warmindo Moro Kaboga

Gambar 5 : Warmindo Kayungyun

Gambar 6 : Warmindo Mang Uuk

Gambar 7 : Warmindo Poernomo Putra

Gambar 8 : Warmindo Maharasa Group

Gambar 9 : Popeye

Gambar 10 : D Ayam Crispy

Berdasarkan persebaran Warmindo di Padukuhan Nologaten, informan kami bersama

peer groupnya memiliki kebiasaan berpindah-pindah Warmindo karena memang jumlahnya

yang banyak, sehingga tidak tepusat pada salah satu Warmindo saja. Informan kami

mengungkapkan bahwa Warmindo merupakan tempat makan yang nyaman untuk nongkrong

bersama peer groupnya dan harganya terjangkau, sehingga bisa kapan pun makan dan

nongkrong di Warmindo bersama peer groupnya.

V. Persepsi Anak

Persepsi dalam arti umum adalah pandangan seseorang terhadap sesuatu yang akan

membuat respon bagaimana dan dengan apa seseorang akan bertindak. Persepsi seseorang

terhadap makanan yaitu pikiran apa yang mendasari seseorang untuk nantinya digunakan

dalam memilih dan menggunakan atau mengkonsumsi jenis makanan apa yang diinginkan

oleh konsumen itu sendiri. Persepsi seseorang merupakan proses aktif yang memegang

peranan, bukan hanya stimulus yang mengenainya tetapi juga individu sebagai satu kesatuan

9

10

Page 23: Prestise Makanan Cepat Saji ala Barat menurut Pandangan Anak · 2019-04-30 · pandang anak. Kedua, peneliti akan membahas mengenai latar belakang anak. Kemudian, peneliti akan memaparkan

dengan pengalaman -pengalamannya,motivasi serta sikapnya yang relevan dalam

menanggapi stimulus (Walgito, 2002).

Persepsi dalam konsumsi makanan cepat saji ala Barat pada anak di Padukuhan

Nologaten Caturtunggal Depok Sleman adalah Aktivitas atau kegiatan yang dilakukan oleh

beberapa mempengaruhi kebiasaan anak dalam pola konsumsi makanan cepat saji ala Barat

sehingga mempengaruhi pandangan anak terkait prestige dalam mengkonsumsi makanan

cepat saji ala Barat. Berdasarkan lima informan yang menjadi subjek penelitian kami, pola

aktivitas yang ada pada masyarakat padukuhan nologaten memberikan konstruksi bahwa

menganggap adalah hal yang biasa saja dan mengkonsumsi makanan cepat saji ala Barat

tidak memberikan kebanggan tersendiri. Dan menambah kepercayaan diri.

Informan yang menjadi subjek penelitian kami memiliki persepsi yang berbeda beda

tapi sebenarnya satu arti dari keseluruhan persepsinya dalam usia remaja. Remaja merupakan

golongan yang paling mudah terkena pengaruh budaya dari luar karena mereka sedang

mengalami masa pencarian identitas diri akibat periode transisi yang dilalui. Pengaruh yang

terjadi bukan hanya tampak pada penampilan fisik, tetapi juga pada perubahan pola konsumsi

makan (Robert dan Williams, 2000).

mengatakan kebiasaan makan dan pilihan makanan di kalangan remaja ternyata lebih

komlpeks dan dipengaruhi banyak faktor seperti fisik, sosial, lingkungan budaya, pengaruh

lingkungan sekitar (teman, keluarga dan media) seeerta faktor psikososial. Kehadiran

makanan cepat saji ala Barat dalam industri makanan di Indonesia juga bisa mempengaruhi

pola makan kaum remaja di kota. Khususnya bagi remaja tingkat menengah keatas, restoran

makanan cepat saji merupakan tempat yang tepat untuk bersantai. Makanan yang ditawarkan

pada restoran cepat saji ala Barat mempunyai harga yang bervariasi, pelayanannya cepat dan

jenis makanannya memenuhi selera.

Secara garis besar, frekuensi makan dan nongkrong di Popeye dan Warmindo

mengakibatkan persepsi anak di Padukuhan Nologaten Caturtunggal Depok Sleman terhadap

prestige mengkonsumsi makanan cepat saji ala Barat menjadi biasa saja dan tidak

memberikan kebanggan tersendiri. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Susanti (2008) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna

antara kebiasaan atau aktivitas yang dilakukan dengan kebiasaan konsumsi makanan cepat

saji.

Lingkungan sosial memberikan gambaran yang jelas tentang perbedaan-perbedaan

kebiasaan makan. Lingkungan di Nologaten yang tergolong sub-urban menggambarkan

bahwa persepsi yang menjadi informan kami sudah mengetahui dan pernah mengkonsumsi

Page 24: Prestise Makanan Cepat Saji ala Barat menurut Pandangan Anak · 2019-04-30 · pandang anak. Kedua, peneliti akan membahas mengenai latar belakang anak. Kemudian, peneliti akan memaparkan

makanan cepat saji ala Barat namun tidak menjadikannya suatu hal yang istimewa. Nilai-nilai

masyarakat rural masih dapat terlihat jelas pada informan kami yang mana lebih menyukai

tempat makan yang sederhana namun tetap dapat menjalin suasana keakraban bersama

teman-teman.

Persepsi informan pertama kami yang bernama Arbi Setia Budi menegaskan bahwa

makan di KFC, McD itu boros dan merugikan dan tidak sehat ,tidak bermanfaat dan sama

saja yang penting ayam, yang makan di McD/ KFC biasanya temannya sedikit serta

harganya mahal . lebih senang dan nyaman apabila makan bersama di Warmindo atau

burjonan dan di Popeye. Hal ini diungkapkan oleh Arbi karena apabila makan di gerai

makanan cepat saji ala Barat seperti McD, KFC, dan Pizza Hut harus mengeluarkan banyak

uang.

Persepsi Informan kami yang kedua bernama Aji pun juga mengutarakan hal yang

serupa dengan informan kami yang pertama.menurut Aji makanan cepat saji ala Barat tidak

sehat bikin kolesterol, Aji juga menambahkan harganya mahal dan lebih enak dan murah

makan di burjo dan warung “ pinggir jalan. Lebih enak makan rumah. Di rumah makan cepat

saji ala Barat itu tidak steril tetapi memiliki nilai praktis yang lebih daripada rumah makan

non-cepat saji.

Persepsi Informan kami yang ketiga bernama Dharma dan Christie menjelasan bahwa

persepsi tentang makanan cepat saji ala Barat seperti cepat di sajikan, enak, praktis,

tempatnya bagus, dan nyaman. Makanan cepat saji ala Barat seperti KFC dan McDonald’s

cuman unggul nama saja.

Persepsi Informan kami yang keempat, bernama Adit sedikit berbeda dengan

beberapa informan kami sebelumnya karena dia mempunyai pandangan yang biasa-biasa

saja prihal makanan cepat saji ala Barat ini sudut pandang adit hanya sama saja, kelihatannya

bagus di KFC atau McD adit juga menambahkan bahwa makanan cepat saji ala Barat itu

biasa aja tidak menambah percaya diri. Adit bekerja sebagai tukang parkir yang berlokasi di

belakang Amplaz. Sehingga ia menghabisan waktu setiap harinya dengan orang yang relatif

berusia lebih tua darinya. Sehingga Adit pun tidak pernah nongkrong di gerai makanan cepat

saji ala Barat seperti McD dan KFC.

Persepsi Informan kami yang terakhir bernama Vari Dwi Marwanto. Vari

menjelasakan bahwa KFC enak tetapi tinggi kalorinyaa nggak bagus buat kesehatan. Serta

makanan cepat saji ala Barat itu mahal. Dan makanan rumahan lebih enak. Vari Dwi

Mewanti juga menambahkan bahwa makanan cepat saji ala Barat merupakan makanan untuk

orang-orang tingkat tinggi. kalau makan paling sering sering di burjonan, dan beberapa

Page 25: Prestise Makanan Cepat Saji ala Barat menurut Pandangan Anak · 2019-04-30 · pandang anak. Kedua, peneliti akan membahas mengenai latar belakang anak. Kemudian, peneliti akan memaparkan

tempat makan lain seperti Rocket Chicken, nasi uduk, pecel lele, ayam geprek, Olive, dan

Popeye, sehingga jarang makan di di gerai makanan cepat saji ala Barat seperti McD, KFC,

dan Pizza Hut.

Page 26: Prestise Makanan Cepat Saji ala Barat menurut Pandangan Anak · 2019-04-30 · pandang anak. Kedua, peneliti akan membahas mengenai latar belakang anak. Kemudian, peneliti akan memaparkan

BAB IV

KESIMPULAN

Makanan cepat saji yang berasal dari gerai-gerai KFC, McDonald’s, Burger King, dan

Pizza Hut tidak dapat diakses dengan mudah oleh setiap kalangan masyarakat. Salah satu hal

yang menyebabkan makanan cepat saji ala Barat tersebut tidak dapat diakses dengan mudah

adalah karena harganya yang cukup tinggi apabila dibandingkan dengan gerai lokal dengan

jenis makanan yang sama. Keterbatasan akses bagi beberapa kalangan itu lah yang kemudian

menjadi alasan mengapa makanan cepat saji ala Barat menjadi bagian dari prestige goods.

Prestige goods dilihat sebagai benda pemuas rasa bangga, prestise, dan status sosial yang

dalam penelitian ini merupakan makanan cepat saji ala Barat.

Dalam penelitian ini, peneliti tidak menemukan aktor yang menggunakan prestige

goods – makanan cepat saji ala Barat – sebagai alat pemuas rasa bangga, prestise, dan status

sosial itu. Namun, peneliti menemukan subjek penelitian yang memiliki peran sebagai bagian

dari masyarakat yang persepsinya turut membentuk makanan cepat saji ala Barat sebagai

bagian dari prestige goods. Persepsi mereka yang turut membantu pengonstruksian makanan

cepat saji ala Barat tersebut tidak terlepas dari berbagai dimensi sosial yang inheren dalam

diri mereka. Dimensi sosial tersebut adalah latar belakang anak yang di dalamnya terdapat

dimensi ekonomi dan peer group.

Latar belakang anak yang memiliki dimensi sosial ekonomi dan peer group di

dalamnya sangat menentukan persepsi anak mengenai makanan cepat saji. Ketika anak

memiliki latar belakang ekonomi yang berada di atas atau di bawah rata-rata, tentu

persepsinya mengenai harga makanan cepat saji ala Barat akan berbeda dan sangat

menentukan tingkat aksesibilitas mereka terhadap makanan cepat saji ala Barat tersebut. Oleh

karena itu, definisi kata “mahal” akan berbeda di mata mereka. Persepsi anak juga sangat

dipengaruhi persepsi dari peer group anak itu miliki. Ketika peer group anak memiliki

persepsi tertentu, anak akan cenderung akan mengikuti kemana arah mayoritas persepsi

dalam peer group itu bergerak.

Page 27: Prestise Makanan Cepat Saji ala Barat menurut Pandangan Anak · 2019-04-30 · pandang anak. Kedua, peneliti akan membahas mengenai latar belakang anak. Kemudian, peneliti akan memaparkan

Daftar Pustaka

Alimuddin, R. 1999. Mencermati Bisnis Makanan Non-Tradisional. Jurnal Bisnis dan

Ekonomi STIE Stikubang, http://id.portalgaruda.org/ diakses tanggal 7 Maret 2018

Arief, Syam Djunaedi. 2011. Konsumsi Fast Food Remaja di Restoran Fast Food, Makassar

Town Square, Jurnal Media Gizi Masyarakat Indonesia, http://id.portalgaruda.org/

diakses tanggal 7 Maret 2018

Azanza, MPV. Food Consumption and Buying Patterns of Students from a Philippine

University Fastfood Mall. International Journal of Food Sciences and Nutrition

2001;52: 20-515

Babbie, E. 2014. The Basic of Social Research. 6th Edition. Wadsworth: Cengage Learning,

pp. 406-408.

Barasi, M.E. 2007. At A Glance: Ilmu Gizi. Erlangga, Jakarta.

Berger, J., Rosenholtz, S. J. and Zelditch Jr, M. (1980) ‘Status organizing processes’, Annual

review of sociology. Annual Reviews 4139 El Camino Way, PO Box 10139, Palo

Alto, CA 94303-0139, USA, 6(1), pp. 479–508.

Bowman SA, Vinyard BT. Fast Food Consumption of U.S. Adults: Impact on Energy and

Nutrient Intakes and Overweight Status. Journal of the American College of Nutrition

2004;23: 8-163

Eri Susanti, 2008, Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Kebiasaan Konsumsi

Makanan Cepat Saji (Fast Food) Siswa SMA N 2 Jember, Jember: FKM Universitas

Jember, repository.unej.ac.id diakses tanggal 4 Mei 2018

Fadhillawati, E. 2011. Subjektivitas dan Identitas Kebudayaan Indonesia : FastFood sebagai

Identitas Baru di Kalangan Kaum Muda. Jurnal Fakultas Ilmu Sosial. Universitas

Negeri Jakarta,

http://www.academia.edu/5490651/Subjektivitas_Dan_Identitas_Kebudayaan_Indone

sia_Fastfood_Sebagai_Identitas_Baru_Di_Kalangan_Kaum_Muda, diakses tanggal 7

Maret 2018

Just, D. R., Sığırcı, Ö. and Wansink, B. (2014) ‘Lower buffet prices lead to less taste

satisfaction’, Journal of sensory studies. Wiley Online Library, 29(5), pp. 362–370.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Pedoman Pencegahan dan

Penanggulangan Kegemukan dan Obesitas pada Anak Sekolah. Jakarta. Kementrian

Kesehatan RI.

Khalil, E. L. (2000a) ‘Symbolic products: prestige, pride and identity goods’, Theory and

Decision, 49(1), pp. 53–77. doi: 10.1023/a:1005223607947.

Palma, M., Ness, M. and Anderson, D. (2015) ‘Prestige as a Determining Factor of Food

Purchases’, in 2015 Annual Meeting, January 31-February 3, 2015, Atlanta, Georgia.

Page 28: Prestise Makanan Cepat Saji ala Barat menurut Pandangan Anak · 2019-04-30 · pandang anak. Kedua, peneliti akan membahas mengenai latar belakang anak. Kemudian, peneliti akan memaparkan

Southern Agricultural Economics Association.

Plassmann, H. et al. (2008) ‘Marketing actions can modulate neural representations of

experienced pleasantness’, Proceedings of the National Academy of Sciences, 105(3),

p. 1050 LP-1054. Available at: http://www.pnas.org/content/105/3/1050.abstract.

Ridgeway, C. (1991) ‘The Social Construction of Status Value: Gender and Other Nominal

Characteristics*’, Social Forces, 70(2), pp. 367–386. Available at:

http://dx.doi.org/10.1093/sf/70.2.367.

Robert, B.S.W., Williams, S.R. 2000, Nutrition Throughout The Life Cycle. 4th Edition. The

McGraw-Hill Book Companies, Inc. Singapore,

http://www.mhee.com/hper/nutrition/worthington diakses tanggal 4 Mei 2018

Schmidt M, et al. Fast-Food Intake and Diet Quality in Black and White Girls. Arch Pediats

Adolesc Med. 2005 Juli, 159: 31-626

Tarigan, EF. Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara Tentang Konsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food). Medan: FKM

USU; 2012.

Yogyes (2014) KFC Jl. Jendral Sudirman, Kota Yogyakarta. [Gambar daring] Tersedia dari:

https://www.yogyes.com/id/places/jogja/kfc-sudirman/ [Diakses 26/05/18]

Page 29: Prestise Makanan Cepat Saji ala Barat menurut Pandangan Anak · 2019-04-30 · pandang anak. Kedua, peneliti akan membahas mengenai latar belakang anak. Kemudian, peneliti akan memaparkan

Lampiran

I. Daftar Informan

Adit diwawancarai oleh Yogo Condro Wibowo pada tanggal 15 April 2018

Aji diwawancarai oleh Alfian Muntahanatul Ulya pada tanggal 15 April 2018

Arbi Setia Budi (Arbi) diwawancarai oleh M. Nafis Hidayat pada tanggal 15

April 2018

Christie diwawancarai oleh Mochamad Rizqi Zakaria pada tanggal 15 April

2018

Dharma diwawancarai oleh Mochamad Rizqi Zakaria pada tanggal 15 April

2018

Vari Dwi Marwanto (Vari) dan tujuh orang temannya diwawancarai oleh

Novia Reviana Nuryadin pada tanggal 15 April 2018

Page 30: Prestise Makanan Cepat Saji ala Barat menurut Pandangan Anak · 2019-04-30 · pandang anak. Kedua, peneliti akan membahas mengenai latar belakang anak. Kemudian, peneliti akan memaparkan

II. Data Networking Kelompok 11

Page 31: Prestise Makanan Cepat Saji ala Barat menurut Pandangan Anak · 2019-04-30 · pandang anak. Kedua, peneliti akan membahas mengenai latar belakang anak. Kemudian, peneliti akan memaparkan

III. Data Networking Individu

a. Yogo Condro Wibowo (17/409937/SP/27728)

Page 32: Prestise Makanan Cepat Saji ala Barat menurut Pandangan Anak · 2019-04-30 · pandang anak. Kedua, peneliti akan membahas mengenai latar belakang anak. Kemudian, peneliti akan memaparkan

b. Mochamad Rizqi Zakaria (17/409928/SP/27773)

Page 33: Prestise Makanan Cepat Saji ala Barat menurut Pandangan Anak · 2019-04-30 · pandang anak. Kedua, peneliti akan membahas mengenai latar belakang anak. Kemudian, peneliti akan memaparkan

c. M. Nafis Hidayat (17/409929/SP/27774)

Page 34: Prestise Makanan Cepat Saji ala Barat menurut Pandangan Anak · 2019-04-30 · pandang anak. Kedua, peneliti akan membahas mengenai latar belakang anak. Kemudian, peneliti akan memaparkan

d. Alfian Muntahanatul Ulya (17/413240/SP/27957)

Page 35: Prestise Makanan Cepat Saji ala Barat menurut Pandangan Anak · 2019-04-30 · pandang anak. Kedua, peneliti akan membahas mengenai latar belakang anak. Kemudian, peneliti akan memaparkan

e. Novia Reviana Nuryadin (17/413260/SP/27977)

Page 36: Prestise Makanan Cepat Saji ala Barat menurut Pandangan Anak · 2019-04-30 · pandang anak. Kedua, peneliti akan membahas mengenai latar belakang anak. Kemudian, peneliti akan memaparkan

IV. Daftar Data Kompilasi Tugas Individu

No. Nama Verbatim

Transcript Indexing Coding

Data

Networking

Reflection

Diary

1. Yogo Condro W. ✓ ✓ ✓ ✓ ✓

2. Muhamad Rizqi

Z. ✓ ✓ ✓ ✓ ✓

3. M. Nafis Hidayat ✓ ✓ ✓ ✓ ✓

4. Alfian M. U. ✓ ✓ ✓ ✓ ✓

5. Novia Reviana N. ✓ ✓ ✓ ✓ ✓

V. Daftar Nama Penulis BAB II

Prestise oleh Novia Reviana Nuryadin (17/413260/SP/27977)

Latar Belakang Anak oleh Mochamad Rizqi Zakaria (17/409928/SP/27773)

Ekonomi oleh Alfian Muntahanatul Ulya (17/413240/SP/27957)

Peer Group oleh M. Nafis Hidayat (17/409929/SP/27774)

Persepsi Anak oleh Yogo Condro Wibowo (17/409937/SP/27728)

Page 37: Prestise Makanan Cepat Saji ala Barat menurut Pandangan Anak · 2019-04-30 · pandang anak. Kedua, peneliti akan membahas mengenai latar belakang anak. Kemudian, peneliti akan memaparkan