PRESTâSI 101 "Bedol Masisir"

28
Wawancara * Kairo - Mesir * RESTâSI RESTâSI RESTâSI Media Silaturahmi, Informasi dan Analisa P P P RESTâSI P Sudah Saatnya Masisir di-Bedol (?) Opini Bedol Masisir; Komunitas dan Perubahan Teras bersama M. Yunus Masrukhin, MA. Masisir 'Melek' Mesir (?) Timur Tengah Edisi 101 Maret 2015 (Penulis Buku Biografi Ibn 'Arobi dan Kandidat Doktor Universitas al-Azhar) Menurut saya, sulit menerangkan makna ideal itu. karena saya adalah orang yang realistis, dan ideal itu artinya jauh di atas langit.

Transcript of PRESTâSI 101 "Bedol Masisir"

  • Wawancara

    * Kairo - Mesir *

    RESTSIRESTSIRESTSIMedia Silaturahmi, Informasi dan AnalisaPPPPRESTSIPPP

    Sudah Saatnya Masisir di-Bedol (?)

    Opini

    Bedol Masisir; Komunitas dan Perubahan

    Teras

    bersamaM. Yunus Masrukhin, MA.

    Masisir 'Melek' Mesir (?)

    Timur Tengah

    Edisi 101

    Edisi 101

    Maret 2015

    Maret 2015

    (Penulis Buku Biografi Ibn 'Arobi dan Kandidat Doktor Universitas al-Azhar)

    Menurut saya, sulit menerangkan makna ideal itu. karena saya adalah orang yangrealistis, dan ideal itu artinya jauh di atas langit.

  • Tim Redaksi

    DariRedaksi

    DaftarIsi

    Opini

    Serba-serbi

    Resensi

    CatatanPojok

    Oase Sastra

    OpiniII

    02

    10

    Wawancara 18

    26

    20

    28

    22 24

    Kajian 12

    04 06Teras AnalisaNusantara

    08TimurTengah

    RedaksiMenerimaTulisandanArtikel

    yangSesuaiDenganVisiMisiBuletin.

    SarandanKritikKirimkeFacebookKami:

    PrestsiKsw

    Assalamu'alaikum wa rahmatullah wa barakatuh. Alhamdulillah, sampai pada waktunya matahari terbit menyambut har i , tak habis -habisnya kami menyematkan rasa syukur kepada Tuhan semesta alam atas rahmat dan nikmat-Nya, karena tanpa rahmat dan nikmat-Nya, bisa dipastikan kami sebagai makhluk-Nya tak mungkin lagi dapat melihat matahari terbit kala menyambut hari. Shalawat beserta salam tak lupa kami haturkan kepangkuan junjungan nabi besar Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, yang kepadanya Tuhan menurunkan wahyu pertama-Nya; bacalah. Sehingga dengan keterbatasan pengetahuan, kami mencoba untuk membaca Masisir dari lingkungan-lingkungan sekitar, bermula dari ruang lingkup hubungan interaksi sesama mahasiswa, kinerja organisasi sampai komunitas-komunitas. Bejibunnya kegiatan yang terjadi di dinamika Masisir, membuatnya tak akan pernah selesai untuk dibaca. Oleh karenanya, Buletin PRESTSI Edisi Ke-101 ini lahir dari pembacaan yang tak pernah usai atas problem-problem baru yang akhir-akhir ini hadir dalam dinamika Masisir, kali ini kami akan membahas tema Bedol Masisir, sebuah problem baru yang lahir dari hasil pembacaan para kru, terhadap suatu kenyataan-kenyataan sosial yang sekarang ini sedang terjadi dalam dinamika Masisir. Problem yang berawal dari individu-individu Masisir yang kian hari mengalami penyusutan dengan menggandrungi hal-hal yang berbau praktis; kemudian organisasi-organisasi yang kini sedang mengalami penurunan dalam hal kinerjanya; lalu fenomena menumbuh-mekarnya komunitas-komunitas yang baru muncul di Masisir, memiliki permasalahan tersendiri untuk diurai. Dari permasalahan-permasalahan di atas, seolah memberi kesan bahwa ada suatu "musykil" pada diri Masisir, yang harus dicerabut. Masisir harus dibedol ke zona yang sesuai dengan orientasinya; sebagai mahasiswa, seorang yang bermukim di Mesir dan seorang manusia. Namun, bagaimanakah proses bedol ini, atau bahkan perlukah gerakan bedol semacam ini? Pertanyaan-pertanyaan inilah yang akan disinggung di edisi kali ini. Kemudian, selamat membaca! []

    Editorial 03

    LensaKSW 16

    RESTSIRESTSIRESTSIMedia Silaturahmi, Informasi dan AnalisaPPPPRESTSIPPP

    Dari Redaksi

    02 Prestsi Edisi 101 | Maret - 2015

    PELINDUNGKetua KSW

    DEWAN REDAKSIMuhammad Fardan Satrio Wibowo

    Landy T. AbdurrahmanMuhammad Fadhilah Rizqi

    Iis Is'anahPimpinan Umum Zulfah Nur AlimahPemimpin Redaksi

    Wais Al-QornySekretaris Redaksi

    Zuhal QobiliPimpinan UsahaMahfud Washim

    Redaktur PelaksanaRizqi Fitrianto

    Muhammad Samsul ArifinMuhammad Al Chudlori

    Fathimatuz ZahroLailatuz ZakiyahIzzatun NafsiyahZakiyah MurniaAminatuz Zahroh

    ReporterMuhamad Koirul Anas

    Saiful UmamIndira Rizqi Ardiani

    Izzatu DzihnyLaila Nur Hidaya

    DistributorHisyam Zainul MusthafaMuhammad Mahfudz

    LayouterMuhammad Amna Mushoffa

    Ahmad Muflikhul MunaEditor

    Nanang FahleviNashifudin Luthfi

    Choiriya Dina Safina

  • Editor

    03Prestsi Edisi 101 | Maret - 2015

    Kehidupan Mahasiswa Indonesia di Mesir (baca; Masisir) begitu beragam. B e r b a g a i k e g i a t a n a fi l i a f , kelembagaan, kajian, organisasi, kepaniaan hingga sekedar kegiatan nongkrong , semuanya ada di kehidupan Masisir. Warna kehidupan Masisir ini bisa kita rasakan dengan berbaur sesama Masisir sendiri, baik dari teman satu kamar, rumah, kekeluargaan, hingga kekeluargaan yang lain. Begitu pun, merasakan hiruk-pikuk kondisi Mesir yang serba-serbi. Al-Azhar, Universitas Islam tertua di dunia dan kiblat khazanah keislaman, serta memiliki nilai istemewa dalam pandangan masyarakat d i dunia , tak terkecual i masyarakat Indonesia. Namun sistem birokrasi al-Azhar yang masih menggunakan cara manual, membuat Mahasiswa harus lebih bekerja keras untuk mengurus studinya. D i s a m p i n g i t u , s i s t e m u j i a n y a n g menggunakan esai dan soalnya dak bisa diprediksi, serta jawabannya benar-benar membutuhkan pemahaman yang benar. Terkadang pula, materi ujian yang telah dipelajari dak menjamin keluar dalam ujian, sedangkan yang dak dipelajari bahkan keluar dalam ujian. Kalau sudah begini, mahasiswa hanya bisa pasrah dengan apa yang ada.

    Lantas, apa yang mus dilakukan Masisir? Apakah Masisir sudah buta Mesir, al-Azhar dan lain sebagainya? Ataukah Masisir hanya mampu berjalan stagnan?Munculnya komunitas baru di Masisir, adalah sebagai pendobrak dalam pembaharuan akvitas. Masisir bisa dikatakan memiliki inovasi baru yang terbuk telah mewarnai

    akvitas mahasiswa. Seiring berjalannya tahun ini , kei lmuan Masis ir, mampu menunjukkan peranan yang kuat dalam melahirkan komunitas baru itu. Di samping i tu , peran mahas i swa sen ior da lam menyeimbangkan kesadaran tradisi lama dan tradisi baru, dak bisa dipungkiri sebagai salah satu faktor juga yang bisa mendobrak pembaharuan ini. Mahasiswa senior di sini, paling dak mengayomi mahasiswa junior di dalam perkembangan yang terjadi saat ini.

    Wacana Gerakan Masisir dalam KesadaranKehidupan mahasiswa di Mesir adalah intensitas akvitas yang marak kita ketahui; dimulai dari bimbingan belajar, kegiatan diseap kekeluargaan dan organisasi, tahsinu al-Qur'an, kajian kitab dan keilmuan, pelahan dan seminar. Banyaknya kegiatan membuat para mahasiswa harus bisa me-manage diri dan waktu dengan baik, supaya tu juan utamamenuntut i lmu dak terlupakan. Selain kegiatan dan akvitas organisasi, barangkali mahasiswa lain ada yang berkecimpung mencari tambahan pemasukkan dengan berbisnis. Oleh karena itu, kita dituntut untuk me-manage diri dan waktu supaya dak melupakan tujuan utamanya; sebagai penuntut ilmu di bumi kinanah ini.

    Banyaknya mahasiswa Indonesia inilah yang bisa menjadikan sosio-kehidupan Masisir begitu berwarna. Bisa menciptakan rasa persaudaraan dan memupuk solidaritas keluarga yang erat. Seberapapun banyaknya rintangan hidup di negeri orang, dak melemahkan spirit kita untuk menambah keilmuan kita. Pada edisi kali ini, bulen Prestasi akan menyajikan tema Bedol Masisir. Yang akan memberikan wahana bagi Masisir ke depan dan lebih kompeten dalam hidup di arus global. Selamat membaca! []

    Ilustrasi (google.com)

    WACANA GERAKAN MASISIRMahfudz Putra At-Taufiqi

  • Teras

    04 Prestsi Edisi 101 | Maret - 2015

    Bedol Masisir; Komunitas dan Perubahan

    Wais al Qarni

    K u n c a r a n i n g n e g e r i g u m a n t u n g pangrukning budoyo lan seni, kurang lebih seper itu pepatah Jawa menyebutnya. Ungkapan yang lahir-dari rahim salah satu suku di Indonesia-ini bukan saja sebagai bentuk slogan atau kata-kata pemank, namun lebih kepada sebuah 'paham' dan 'pakem'. Paham yang pada proses setelahnya mewujud menjadi prinsip laku hidup, biasanya muncul dan terdengar dalam sebentuk nasihat yang kemudian ditularkan terhadap mereka, yang tetes keringatnya terkuras demi memajukan bangsa dengan upaya menjaga kemurnian produk lokal bangsanya agar tetap ada dan utuh, meski dak jarang, dalam perjalanannya gempuran-gempuran produk luar terl ihat lebih menantang, dalam bentuk kemasan yang sangat melenakan. Sehingga, ungkapan tadi selain menjadi paham juga dapat dimaknai sebagai pakem terhadap kenyataan sosial atas keadaan yang membuat produk dalam semakin kehilangan bentuk aslinya. Hadirnya pakem ini sebagai kompas bagi mereka yang kehilangan arah, dengan menjauhnya mereka dari nilai-nilai lokal yang tanpa mereka sadari dapat melenyapkan peradaban jadiri bangsanya. Karenanya, kemajuan dan tenggelamnya suatu bangsa ada di pundak mereka yang pada akhirnya, mereka ini biasa dikenal sebagai mahasiswa atau kaum terdidik.Lalu kemudian, bagaimana dengan Masisir sendiri yang di dalamnya kaum mahasiswa bisa dikatakan pal ing mendominasi? Memang, menyoal Masisir bisa dipaskan dak akan pernah lepas dengan mahasiswa (sekelompok kaum yang biasanya disebut-sebut keka suatu hal itu menyangkut masa depan bangsa), meski Masisir sendiri bukan hanya mahasiswa, namun kontribusi mereka (mahas iswa) da lam proses menolak kebodohan dan membuat bangsa dan tanah airnya agar lebih dipandang tetap menjadi

    suatu yang harus mendapat perhaan. Perhaan ini mungkin bisa terlihat dari beberapa pertemuan antara Atdik dan kawan-kawan mahasiswa dalam beberapa bulan terakhir. Pertemuan hangat yang bisa dikatakan sebagai perhaannya seorang bapak terhadap anaknya yang sedang menggelu dunia pendidikan agar dak melenceng dari gelarnya sebagai mahasiswa. Dalam pertemuan itu, kiranya bagi si bapak, mahasiswa haruslah menjadi patron bagi perubahan dan pembaharuan, dengan terus berada dalam iklim-iklim yang itu berayun kepada pelajaran kuliah dan dinamika kampus, yang secara otomas itu akan membuat kita, sebagai anak dan mahasiswa, akan cepat dalam menempuh masa-masa kuliah di Mesir.Komunitas, sebuah kumpulan yang di d a l a m n y a m e n j a d i t e m p a t d a l a m mengekspresikan sebuah ide, gagasan atau tujuan dari mahasiswa, barangkali dapat menjadi sebuah iklim atau jalan yang dimaksud oleh si bapak agar mahasiswa tetap dalam rencana awal sebagai mahasiswa d a l a m ko nt ra k nya d a l a m m i s i a n -kebodohan. Jika melihat kondisi komunitas di Masisir sekarang ini, maka bisa kita lihat betapa dorongan apas itu dak tampak mengambang di dalam diri mereka keka membicarakan masa depan, akhirnya di sini komunitas nampak meribu dan menjamur sehat. Banyaknya komunitas yang muncul dipermukaan-semisal Rumah Syariah, Kawaakib al-Fushaha, Rumah Tahfidz dll-b e l a ka n ga n i n i , m e r u p a ka n b e n t u k perwujudan mereka dalam mengembangkan pengetahuan yang posif dan juga sebagai reaksi terhadap kondisi-dinamika intelektual yang bernuansa religius-Masisir yang dapat dikatakan gering. Sehingga, satu sisi ada kewajaran di sini keka sebuah komunitas menggiring penghuninya agar tampil lebih reformis, di lain sisi aroma kedakwajaran

  • dapat tercium, mengingat posisi komunitas-komunitas baru ini, jika diagendakan sebagai bentuk perlindungan bagi mahasiswa baru supaya terjaga dari iklim Masisir lama yang sudah kadung melestari.Bersamaan hadirnya komunitas-komunitas baru di tengah riuh rendahnya dinamika Masisir, dengan tampil reformis-religius dalam agenda dan program-programnya, hadir pula gelagat yang dak stabil dalam proses dinamika di Masisir itu sendiri. Alamat kedakstabilan itu sedaknya dapat terlihat dari sepinya komunitas-komunitas-non-kuliah-lain, semisal, sedikitnya mahasiswa yang ingin terjun dan ikut terlibat langsung ke dalam dunia pemikiran, sehingga di sini terlihat damai dan lengangnya ruang-ruang pemikiran dalam komunitas-komunitas kajian di Masisir; begitu juga dak hangatnya dinamika Masisir dari suara-suara mahasiswa yang lebih suka mengikat diri dengan memilih m e m b u j a n g d i k a m a r m e l a l u i c a ra menjauhkan diri dari pergolakan sosial, dari pada bebas dan meyuarakan semangat zaman melalui puisi, kuas, nta dan kord-kord nada, akhirnya betapa dinginnya teras-teras komunitas budaya (yang dibangun dari kesadaran emosional jiwa, perlawan bahkan rasa keterpojokan mereka terhadap hidup yang dielu-elukan sebagian orang), dari kaki-kaki para mahasiswa.Mengama kondisi yang seper ini dengan absennya para mahasiswa dalam menghidupi komunitas-komunitas non-kuliah, memang suatu keadaan yang nisyaca terjadi dan tentu saja tak mudah untuk di segarkan begitu saja. Ke a d a a n ta k m u d a h i n i m b u l d a r i kekhawaran-khawaran seorang bapak terhadap anaknya yang dak sedikit m e n ga l a m i l o n j a ka n d a l a m d u n i a kuliahnya, sehingga di sini munculnya permbangan: sejauh komunitas itu bersifat reformis dan mengantarkan kepada kesuksesan dalam dunia perkuliahan, maka dengan memilihnya merupakan langkah yang tepat untuk di ambil. Dari sudut ini bahwa keganjilan yang terjadi pada mahasiswa yang katakanlah datang

    lebih awal, dengan komunitas-komunitas yang bernuansa kesenian dan budaya atau dari komunitas yang berkecendrungan pemikiran, adalah lebih kepada problem perjalanan akademik mereka yang terlihat flat bahkan menukik kebawah. Mereka-m a h a s i s w a y a n g i k u t s e r t a d a l a m menghangatkan dunia seni budaya dan pemikiran-terlalu berkecimpung dalam iklim-iklim di luar kampus, yang kemudian sedikit banyak orientasi awal mereka sowan ke Al-Azhar semakin dak jelas dan terkesan berlarut- larut. Karenanya, terkadang ungkapan-ungkapan tentang mahasiswa sebagai kaum pendobrak yang terlanjur menempel akan terdengar sangat geli keka di sini mahasiswanya dak lagi mampu mendobrak nilai-nilai mereka sendiri dalam capaiannya minimal lancarnya dalam hal kuliah. Sehingga komunitas-komunitas yang konsen kepada dunia perkuliahan dan bernuansa religius, lebih memandang perlunya perubahan paradigma pada diri mahasiswa dalam hal perbaikan akademik, yang nannya proses itu akan besar pengaruhnya kepada perubahan bangsa.Ada keselarasan paham di sini, bahwa bentuk paling sederhana yang dilakukan mahasiswa paling dak adalah dengan dak memotong kompas, dalam pengerannya yang paling mudah dapat diarkan bahwa mahasiswa haruslah mulai serius kembali dengan kuliahnya dan sebagai bentuk tanggung jawabnya kepada orang tua, lebih-lebih kepada tanah airnya. Namun jika melihat pada sisi lainnya, keka kata sukses dikembalikan pada kontribusinya terhadap tanah air, maka keselarasan paham di sini daklah mudah untuk cepat dipahami, dan banyak hal yang mus dipermbangkan. Mungkin ini kiranya yang dilupakan oleh mereka, bahwa komunitas-komunitas yang lebih cenderung kepada seni dan budaya atau komunitas yang ber-genre olah pemikiran daklah sepenuhnya berbeda dengan komunitas-komunitas yang beraliran religius dengan bentuknya yang lebih islami, ...

    (Bersambung ke halaman 26)

    Teras

    05Prestsi Edisi 101 | Maret - 2015

  • Tabik. Mari, saya ajak kamu untuk meniriskan diri dari dunia konsep dan teori. Tak usah ribet-ribet. Pikiran dan logika banyak menciptakan dunia, tapi lebih banyak melenyapkan kehidupan. Saya hanya bermaksud memberi sebuah refleksi; dunia tak hanya diciptakan oleh otaknya kepala, tapi juga diciptakan oleh hanya dada.Seorang teman berkata pada saya: Dua jengkal paling jauh adalah otak dan ha. Sayangnya kalimat ini bukan doa, tapi sebuah afirmasi. Maka saya hanya bisa meng-iya-kan tanpa mengamini. Dua jengkal itu yang menentukan sebuah pilihan; tentu dengan dak mengatakan bahwa tak adanya banyak pilihan di antara dua jengkal yang jauh. Membaca apa saja, cukup dengan dua jengkal yang jangan-jangan belum pernah kau ukur itu. Saya akan mengajakmu untuk berjalan-jalan santai keliling Indonesia melalui dua jengkal yang jauh itu.***Indonesia kita adalah dua jengkal yang memang jauh. Pikiran menciptakan nalar-nalar, dan nalar, katanya memberikan banyak kemajuan. Indones ia d ikepung o leh kecemasan-kecemasan akan masa depan. Anak-anak kecil masih sekolah, meski banyak dari mereka yang dak sekolah (entah atas alasan tak ada biaya atau memang anaknya yang bandel). Yang masih sekolah, banyak yang dak bisa menjadi anak kecil dengan ar yang sesungguhnya. Anak kecil diciptakan oleh tayangan televisi dan drama-drama Korea. Imajinasi mereka mandeg daripada film-film romans dan film-film horor yang semurah kolor.I n d o n e s i a m e m a n g s e d a n g d a l a m kecemasan. Anak-anak kehilangan masa mereka. Media-media menghilangkan mereka ap harinya. Tiap yang merangkak di otak mereka, diciptakan oleh dunianya yang kini bias; bias antara dunia dewasa dan dunia anak kecil. Tak ada lagi kata sahabat. Anak kecillaki-laki dan perempuansekarang

    telah berani beradegan seper dalam film Korea. Inilah zaman di mana anak-anak dihilangkan. Rilke, seorang penyair itu, memekik keras lewat mulut Goenawan Mohamad:

    sebab telah kita balikkan arah anak-anak memandangHingga mereka menatap ke belakang, ke arah apa yang mapanB u ka n ke s a n a y a n g te r b u ka , y a n g tersembunyiDalam tatapan hewan: bebas dari kemaanDan hampir ap hari kita menyaksikan anak-anak yang dihilangkan

    Lain daripada itu, yang muda banyak yang keliru. Masa mereka mundur satu dekade, atau bahkan maju dua dekade. Banyak dari yang muda berlaku laiknya anak-anak. Dunia mereka diciptakan oleh kekonyolan yang berbahaya. Membunuh teman sebaya boleh jadi adalah hal yang lumrah dan sah dilakukan. Memperkosa teman perempuan sepermainan bukanlah suatu hal yang menakjubkan. Banyak dari mereka yang menjalani lelucon orang tua. Tentang permainan pu-menipu; tentang permainan suap-mensuap; tentang cuci-mencuci uang negara; tentang seabrek kebusukan akal orang-orang dewasa yang nakal.Inilah dia akal. Ia banyak menciptakan dunia tapi lebih banyak melenyapkan kehidupan. Belum lagi melihat kelakuan-kelakuan orang-orang dewasa. Dunia mereka mundur entah berapa dekade. Mereka inilah yang banyak menciptakan dunia generasi sebelumnya; banyak pula menghancurkan kehidupan generasi setelahnya. Mereka yang dewasa ini telah kehilangan kebijaksanaan hidup. Mereka enggan belajar dari 'Ajaran Hidup' seper yang dipekikkan oleh Sapardi Djoko Damono:

    jika ada jenazah lewat

    Analisa Nusantara

    06

    Dua Jengkal IndonesiaM.S. Arifin

    Prestsi Edisi 101 | Maret - 2015

  • hidup juga telah mengajarimu merapikanrambutmu yang sudah memuhmembetulkan letak kacamatamudan menggumamkan beberapa larik doajika ada jenazah lewatagar masih dianggap menghormalambang kekalahannya sendiri

    Mereka yang dewasa ini banyak melupakan batu nisan. Mereka alpa bahwa: hidup hanya menunda kekalahan. Mereka semakin lagi lupa bahwa mereka terlalu tergesa-gesa dan gegabah; dunia yang mereka ciptakan sendiri ternyata telah menghancurkan generasi sesudahnya. Jika mereka tetap tak menyadari: Dunia anak kecil dan dunia anak muda telah berubah menjadi dunia mereka. Dan sebaliknya; dunia mereka telah berubah menjadi dunia anak kecil dan dunia anak muda. Kita cukup prihan dengan hal ini. Tapi benarkah 'cukup' adalah jawaban?***Puncak dari semua kelampusan dunia kita adalah semakin banyaknya sesuatu yang tak bisa dijelaskan. Tak bisa dijelaskan; sebab antara tak patutnya kata-kata mewakili kegelisahan kita, atau kata-kata benar-benar tak mewakili apapun dari ha kita. Mari, saya ajak lagi kamu, kali ini bukan untuk keliling Indonesia. Tapi kali ini, mari keliling dua jengkal yang jauh itu. Mari kembali pada nurani, kembali pada ha. Tentu, tak bermaksud mewartakan kemaan otak. Tentu hanya bermaksud mengabarkan bahwa otak, tetaplah berada dalam ranah dan fungsinya. Biarkan ha, lagi dan lagi, bicara dalam hal ini.Jika otak tak mampu menjawab kegelisahan kita, serahkanlah pada ha. Jika otak kita tak menger kenapa semua kebusukan dunia kita bisa terjadi, pasrahkan pada ha. Biarkan, untuk kesekian kali, ha yang berkata. Serahkan pada ha, seper yang terwakili lewat puisi Sapardi Djoko damono ini:

    haku selembar daunmelayang jatuh di rumputnan dulu, biarkan aku sejenak terbaring di

    sini;ada yang masih ingin kupandangyang selama ini senanasa luput;sesaat adalah abadisebelum kausapu tamanmu seap pagi

    Ha, seper kata Al-Ghazali, adalah sebuah kelembutan yang berorientasi ketuhanan. Ia tak hanya memadang luas dunia, tapi juga memandang kebesaran ilahiyyah. Ia tak hanya mampu menentukan benar atau salah, tapi juga menuntun pada jalan pasrah. Serahkan semuanya pada ha. Tidak kebusukan yang kita saksikan di muka, dak pula kebusukan yang luput dari mata kita. Serahkan semuanya. Tak terkecuali. Tanpa kata 'tapi'. Serahkan. Serahkan. Serahkan.Masalah Indonesia kita sesungguhnya tak lain adalah masalah ha. Otak benar-benar mampu menciptakan dunia. Mampu. Tapi ha yang lebih mampu menjaga kehidupan. Otak yang berambisi menguasai dunia. Tapi ha yang dengan tulus mengurus kehidupan. Krisis mental. Ya, krisis ini yang tengah kita hadapi. Bukan rahasia. Sungguh bukan. Kita telah mengetahuinya. Lewat zaman yang bergerak cepat ini, lewat ap dek yang menjadi berita ini, semua semakin jelas. Bully-m e m b u l l y j a d i b u d a y a . Ya n g d a k sependapat, pantas mendapat cemooh. Yang baik, tak kalah pantas dilecehkan. Dunia jadi tumpang-ndih. Dunia jadi entah!, jika kata lain tak mampu mewakili kekacauan (chaos) itu.Tak perlu banyak teori dan konsep. Tak perlu, kegelisahan harus dioba dengan sebuah ketulusan yang mulai memudar dan digankan dengan kapitalisme di segala bidang. Kehidupan harus memulai langkah baru dan mengambil jejak yang juga baru. Sungguh, seper memulai-memulai hal yang lainnya, memulai dari yang pernah ada lebih sulit daripada memulai yang sebelumnya belum pernah ada. Inilah masa di mana, seper pekik penyair Masisir, Mochammad Mundir Ikhsan: duka ada lagi dikisahkan airmata dan kemaan memang takdir logika. Tabik. []

    Analisa Nusantara

    07Prestsi Edisi 101 | Maret - 2015

  • elek adalah suatu keadaan di Mmana kedua mata terbuka, melihat apa yang ada di depan kedua mata dan juga sekitarnya. Melek sering kali digunakan dalam konteks kesadaran, di mana seorang yang 'melek' adalah seorang yang dak hanya mel ihat , tapi juga mengetahui, menyadari dan memahami. Dari sini, kita dapat mengatakan bahwa 'melek' memiliki beberapa tahap fase. Dan melihat adalah fase paling awal, yang mana seseorang h a r u s m e n u j u ke f a s e b e r i k u t n y a ; mengetahui, menyadari dan memahami, sehingga ia dapat dikatakan benar-benar 'melek'. Tapi terkadang dan tak jarang, kita temui orang yang mencukupkan dirinya pada fase awal dan berhen di situ. Dan menjadi sebuah pertanyaan menarik; apakah Masisir 'melek' Mesir? Pertanyaan di atas bukanlah pertanyaan yang bersifat jusce ataupun vonis, tapi ia tak lain merupakan pertanyaan reflekf. Biar masing-masing kita, sebagai Masisir, yang menilai bagaimana pertanyaan tersebut harus dijawab, apakah dengan kata 'iya' atau 'dak'. Baik, kita akan mengawali dengan isu paling hangat yang ada di Mesir: laku ekstrimisme dan terorisme di utara Sinai. Pada awal bulan ini, presiden Mesir, Abdul Faah Al-Sisi, membentuk pasukan khusus yang terdiri dari

    anggota militer dan kepolisian, untuk menghadapi kaum takfiriyyah yang gencar melancarkan serangan pengeboman di utara Sinai. Kelompok ini disebut-sebut sebagai anshr al-bait al-muqaddas, yang menginduk pada gerakan Al-Qaeda. Dikabarkan juga bahwa kelompok ini telah membaiat Abu Bakar Al-Bagdhadi sebagai pemimpin mereka. Ia adalah pemimpin gerakan ISIS, dan mereka bergabung pada gerakan yang telah diancam oleh hampir seluruh negara. Apakah kita tahu?Laku ekstrim dan terorisme dak hanya terjadi di utara Sinai. Beberapa waktu lalu, tepatnya pada tanggal 6 Februari, terjadi sebuah pengeboman di sebuah taman b e r n a m a K h a l i d i n , d i I s k a n d a r i a h . Sebelumnya, tepat pada tanggal revolusi Mesir, di mana rezim Mubarak runtuh, 25 Januari lalu, terjadi sebuah kerusuhan antara aparat kepolisian dan kaum ekstrimis di depan Carrefour. Kelompok ini juga membuat ke r u s u h a n d i M at h a r i y ya h , d e n ga n mengepung sebuah bus biru yang merupakan transportasi umum milik negara, merusaknya dan menghancurkan kaca bus tersebut. Laku onar semacam ini tentu meresahkan berbagai pihak maupun kalangan tertentu, termasuk pemerintah Mesir dan mendorong mereka untuk melakukan sesuatu untuk langkah yang

    Timur Tengah

    08

    Masisir 'Melek' Mesir (?)Zulfah Nur Alimah

    Prestsi Edisi 101 | Maret - 2015

  • soluf. Sebagai permisalan, presiden Mesir m e ny e r u ka n p e m b a h a r u a n w a c a n a keagamaan dan memandatkannya kepada syeikh Al-Azhar, Ahmad Thayyib. Begitu juga Mui Mesir, Syauqi 'Allam, bekerja sama d e n g a n A l - M i s y r i A l - Ya u m u n t u k menerangkan kepada publik ajaran Islam yang moderat, penuh toleran dan cinta perdamaian. Apakah kita tahu?Bagaimana otoritas Mesir dalam menghadapi konflik Mesir-Ethiopia yang dilakukan dengan cara diplomasi merupakan hal yang patut diacungi jempol. Sang presiden ditemani oleh uskup Thowadros, diibaratkan layaknya seorang syeikh bagi para penganut kopk ortodoks di Mesir, menyambut kedatangan para uskup dari Ethiopia untuk membahas sengketa sungai Nil antara dua negara tersebut. Sungai Nil bagi Ethiopia adalah sumber pengembangan negara, sedangkan bagi Mesir, Nil adalah sumber kehidupan. Tapi kedua negara berhasil memendam egoitas masing-masing dan dapat berbagi. Karena sungai Nil adalah anugrah yang Tuhan berikan untuk seluruh makhluknya. Dan juga, pada abad sebelum Masehi, kaum ortodoks Ethiopia sudah menjalin hugungan yang erat dengan kaum ortodoks Mesir. Apakah kita tahu?Pemadaman listrik bergilir yang dilakukan oleh pemerintah pada musim panas lalu, dak akan terulang pada musim panas yang akan datang. Pemerintah telah berjanji bahwa tak akan ada gelap pada musim panas. Salah satu upaya ini dilakukan dengan menambah daya Megawa di beberapa stasiun pemasok listrik. Dan jika harga-harga naik, kita tak perlu kaget. Hal ini dikarenakan krisis, di mana mata uang Mesir anjlok dan nilai mata uang dolar naik. Apakah kita tahu?Pemaparan di atas adalah beberapa potret gambar dari beberapa fenomena yang ada di Mesir. Sebagaimana kita jelaskan di awal, agar masing-masing dari kita yang menjawab 'apakah kita tahu?' Yang jelas adalah bahwa kita, terlepas apapun statusnya; pelajar ataupun pekerja, sedang berada di Mesir, baik ruhani maupun jasmani. Sebagai pelajar,

    kita dak hanya datang untuk bertemu dan menimba ilmu dari para ulama Mesir, tapi kita, mau tak mau, akan bersinggungan dengan masyarakat lokalnya, peraturan negaranya dan juga konfliknya. Sangat disayangkan, jika ilmu tentang kehidupan yang berserak di depan kedua mata kita, hanya menjadi tontonan yang kita lihat, tanpa kita ketahui dan pahami lebih jauh. Barangkali, ilmu tersebut dapat kita jadikan sebagai bahan perbandingan ataupun referensi saat kita pulang ke tanah air suatu saat nan. Adalah hal yang wajar, keka para kerabat ataupun kawan bertanya kepada kita tentang keadaan ataupun periswa yang terjadi di Mesir. Karena menurut mereka bahkan siapapun itu, termasuk diri kita sendiri, keberadaan jasmani di suatu tempat adalah dalil meleknya seseorang tentang tempat itu. Dan akan terdengar lucu, keka jawaban yang kita lontarkan adalah gelengan kepala alias dak tahu. Tentu saja, hal ini bukan menjadi alasan dasar 'mengapa kita harus tahu', lebih dari itu, karena kedaktahuan kita bisa berakibat fatal untuk keselamatan diri kita sendiri. Katakanlah misalnya, keka kita sedang pergi ke suatu tempat, dan kebetulan kita dak 'melek' bahwa tempat itu sedang rawan terjadi kerusuhan ataupun bentrokan, bisa-bisa kita menjadi korban dengan dua kemungkinan; terluka ataupun tewas. Nama dan foto kita akan terpampang di lembaran berita Koran, di mana di situ tertulis 'seorang warga asing menjadi korban; 'saya dak tahu'.Untuk menjadi 'melek', kita bisa melakukan beberapa hal. Di antaranya, berkomunikasi dan bertanya langsung dengan warga lokal Mesir, membeli koran yang hanya berharga satu setengah pound, ataupun membuka situs berita yang sudah banyak tersedia link-nya di internet. Di zaman modern yang ditandai dengan kemajuan pengetahuan dan teknologi, rasanya, daklah sulit untuk menjadi 'melek'. Dari sini, sudahkah Masisir 'melek' Mesir? Jika sudah, sudah sampai tahap mana Masisir 'melek'? Hanya kita yang bisa menjawab. []

    Timur Tengah

    09Prestsi Edisi 101 | Maret - 2015

  • esir dikenal dengan negeri seribu Mmenara yang memiliki berbagai macam keindahan alam dan monumen termegah di dunia dengan piramid dan peradaban kunonya. Secara geografis terletak di kawasan Timur Tengah dan merupakan salah satu negara berkembang di benua Afrika. Terlepas dari keindahan negeri seribu menara tersebut, rasanya kurang lengkap kalau kita melupakan yang satu ini, Al-Azhar. Ya Al-Azhar adalah universitas yang terkenal sebagai universitas pertama kali di dunia, walaupun ada yang mengatakan bahwa Al Azhar merupakan universitas kedua setelah Al-Karaouine University. Akan tetapi orang banyak mengira bahwa Al-Azhar lah universitas yang pertama kali berdiri. Terlepas dari yang mana yang lebih dulu berdiri, di situ teramat banyak pendapat, sehingga kawan-kawan bisa menelaahnya lebih dalam. Universitas yang satu ini telah diisi dengan berbagai mahasiswa dari berbagai negara, bermacam adat dari berbagai suku, begitu pula dengan sifat manusianya yang berbeda-beda. Mereka berkumpul di salah satu perguruan nggi yang masih menjaga sistem kunonya dan selalu menjaga ke-wasathiyah-annya, yang merupakan manhaj Azhar itu sendiri.Berbicara mengenai mahasiswanya yang pada umumnya merupakan anak muda yang masih semangat untuk mengetahui banyak hal, yang masih memiliki ghiroh untuk merubah dunia dan yang selalu berambisi untuk dak kalah dari siapapun dan selalu merasa bahwa diri tersebut selalu kurang dan kurang. Kata mahasiswa itu sendiri berasal dari 2 kata maha yang berar besar, sedangkan siswa yang berar murid. Sehingga ar dari mahasiswa itu sendiri murid yang besar. Nah kata besar bisa diarkan dengan besar ingin tahunya dalam h a l a p a p u n , b i s a j u ga b e s a r d a l a m emosionalnya, atau lain sebagainya. Nah kata muda bisa kita sandarkan ke-mahasiswa pada umumnya, karna rata-rata dari

    mahasiswa pada umumnya adalah anak-anak muda, meskipun dak dipungkiri sebagian dari mereka ada yang sudah berumur.Masisir sebuah kata yang dak asing lagi didengar oleh telinga kita semua atau mahasiswa Indonesia yang berada di Mesir. Akhir-akhir ini kita banyak mendengar, bahwa Masisir yang dahulu atau bisa disebut Masisir yang sudah lama berada di Mesir, bisa juga disebut mereka adalah orang-orang turots. Dalam aran orang-orang lama itu berbeda dengan Masisir saat ini atau sebut saja dengan Masisir baru. Dan hal ini dak bisa dipungkiri, bahwa sebagian dari realita kehidupan Masisir lama dengan Masisir baru tersebut bergeser, meskipun ada kesamaan antara Masisir lama dengan Masisir baru. Terlebih atas semua hal tersebut, Masisir lama maupun baru memiliki segi posif maupun negaf. Nah dari sini muncul sebuah pernyataan perlukah bedol Masisir itu di lakukan?Sebelum menelaah lebih dalam lagi, harus dipahami terlebih dahulu apa ar kata bedol tersebut. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), ar kata bedol itu sendiri yaitu cabut, adapun untuk ar bedol desa, yaitu pemindahan suatu desa ke tempat lain, atau disebut juga transmigrasi. Kata bedol di sini bukan bera apa yang ada di atas, akan tetapi yang dimaksud bedol Masisir di sini yaitu, perlukah diadakannya pemindahan dari Masisir yang lama ke Masisir yang baru, dari segi kehidupannya atau pendidikannya dan lain sebagainya yang sekiranya hal tersebut perlu untuk dirubah. Kalapun hal tersebut dianggap perlu, apakah merubah semua hal posif maupun negaf yang sudah Masisir lama perjuangkan untuk generasi berikutnya? Atau sebagian dari segi negafnya saja?Tentu merubah dari sisi negafnya saja, kalaupun hanya memahami untuk merubah dari Masisir yang lama ke-dalam Masisir yang baru, pernyataan tersebut, seolah-olah Masisir lama terkesan kurang baik dan perlu untuk diadakannya pembedolan. Dan hal ini

    Opini

    10

    Rizki FitriantoSudah Saatnya Masisir di-Bedol (?)

    Prestsi Edisi 101 | Maret - 2015

  • akan memberikan kesan negaf terhadap Masisir lama. Akan sangat naif, jikalau rasanya melupakan peran orang-orang terdahulu (Masisir lama), bahkan merekalah yang berjuang ma-maan untuk regenerasi Masisir di masa mendatang. Contoh saja mereka yang selalu memberikan arahan-arahan kepada anak-anak baru, mereka yang isqomah membimbing untuk selalu belajar dan talaqi, begitu juga bimbingan muqoror dan juga masih banyak hal yang seharusnya mahasiswa lakukan pada umumnya.Peran mahasiswa pada umumnya, mereka yang dak keluar dari koridor kemahasiswaan dan selalu sadar benar bahwa dirinya (Masisir) sadar sebagai mahasiswa. Atau mungkin kita sadar bahwa diri ini sebagai mahasiswa, akan tetapi kalah dengan keadaan yang terkadang keadanlah yang memaksa untuk lupa bahwa diri ini sebagai m a h a s i s w a . At a u m e m a n g s e n g a j a melupakan peran dari mahasiswa yang seharusnya dilakukan. Kalau yang seper ini harus bahkan wajib dilakukannya bedol Masisir karena sudah melenceng dari tujuan yang seharusnya dilakukan.Di sinilah peran penng Masisir baru untuk melengkapi sesuatu yang dianggap kurang dari Masisir lama dan juga meluruskan dari sesuatu yang melenceng. Bukan bera hanya memberikan laqob kepada Masisir lama dengan suatu yang negaf. Sering dijumpai bahwa Masisir baru atau yang sekarang pada umumnya lebih bersifat individualis. Hal seper ini bisa dilihat dari keka suatu lembaga atau kekeluargaan mengadakan suatu acara, dak sedikit dari mereka yang dak hadir. Entah hal tersebut dikarenakan padatnya jadwal yang dimiliki oleh mahasiswa tersebut atau sebenarnya mereka yang kurang minat dengan acara yang sudah diselenggarakan oleh lembaga tertentu. Ada pu la mereka yang dak menghadir i dikarenakan berbenturan dengan jadwal lain. Maka hal yang demikian dak begitu dipermasalahkan jika masih dalam ruang lingkup yang posif. Sedang yang sedikit dipermasalahkan adalah

    mereka yang dak mau ikut andil dalam memajukan kualitas Masisir saat ini. Sedangkan Masisir baru, maukah diajak untuk ikut andil dalam meningkatkan kualitas Masisir? Atau malah menghambat dalam peningkatan kualitas? Di sinilah peran Masisir baru untuk merubah yang sudah saatnya untuk dirubah dan mau memberikan kontribusi untuk Masisir yang lebih baik.Sedangkan mereka yang sudah lama atau mereka yang sudah melupakan orientasi sebagai mahasiswa yang sebenarnya, maka a l a n g ka h b a i k nya m e re ka m e n co b a kehidupan baru. Supaya mahasiswa baru dak terkontaminasi dari hal negaf yang masih mengakar pada kehidupan Masisir. S e h i n g g a p e r a n M a s i s i r b a r u b i s a mensterilkannya. Dengan cara, Masisir baru bisa melakukan akfitas yang mendukung dengan keilmuannya atau hal-hal lain yang pas masih layak disebut sebagai mahasiswa, bukan mahasiswa yang perlu dibedol.Sebagai mahasiswa Al-Azhar -entah mau menyadari peranya atau malah melupakan- seyogyanya kita sadar dan benar-benar memahami bahwa kita berada dalam rotasi sebagai mahasiswa. Perlu menyadari bahwa yang membuat kita masih berada di Mesir, dak lain kecuali hanya Al Azhar. Mereka yang mau berpuluh-puluh tahun berada di Mesir, entah mau apa kegiatannya, asal hal tersebut masih mendukung untuk memajukan kualitas Masisir saat ini dan yang akan datang, dan juga membantu generasi muda untuk melangkah yang berujung kepada kesuksesan dan membimbing kepada kebaikan, maka dirasa yang seper ini dak perlu diadakanya pembedolan. Masisir baru, yang mungkin sudah ser ing mendengar ka idah a l mufadzatu 'ala al qadm al shli wa al akhdzu bi al jadd al ashla maka keka sudah paham dengan kaidah tersebut, dak perlu khawar untuk tantangan yang akan datang, yang pas, sudah mempersiapkan bagaimana menanggulanginya. Selanjutnya tantangan yang paling besar adalah yang datang dari diri masing-masing seap individu. []

    Opini

    11Prestsi Edisi 101 | Maret - 2015

  • PrologMasisir, sejak adanya sampai sekarang memang tak pernah habis untuk dibahas, dikaji, diperbincangkan sampai dijadikan bahan penelian. Sebut saja sebagai miniatur masyarakat Indonesia. Dinamika perubahan yang cukup pesat bersamaan dengan perkembangan zaman yang ada, menjadikan Masisir selalu menarik untuk dibahas. Masisir d e n ga n s e j u t a w a r n a ka ra k t e r d a n kompleksitas kehidupannya, dari seap masa y a n g b e r b e d a s e l a l u m e n a w a r k a n pergeseran-pergeseran sosial yang perlu untuk diselami agar pada akhirnya dak menimbulkan kesenjangan sosial di Masisir.

    Masisir dan organisasinya, sebut saja PPMI ( Pe rs a t u a n Pe l a j a r d a n M a h a s i s w a Indonesia), adalah organisasi ternggi yang m e n a u n g i b e b e ra p a o rga n i s a s i d a n komunitas d i Mas is i r . Bermula dar i serentetan kegiatan PPMI yang ditujukan kepada anak baru kedatangan tahun 2014: dari bimbingan, pembekalan dan pengajian hingga dauroh, kesemuanya mengarah pada pengembangan akademik pelajar. Salah satu yang cukup menonjol adalah kegiatan dauroh yang dilaksanakan bertepatan dengan masa ujian mahasiswa Al Azhar. Dauroh ini bertempat di Alexandria dan Kairo. Maba (mahasiswa baru) diberikan pilihan untuk mengiku dauroh di salah satunya: di Alexadaria dan di Kairo. Inilah kegiatan maba yang dak ditemui di periode-periode PPMI sebelumnya. Sebagai lembaga ternggi mahasiswa, kesan PPMI ingin membenahi generasi Masisir pun tak terelakkan. Wacana ini hadir begitu saja dari beberapa Masisir. Kemudian, jika hal ini merupakan upaya

    perubahan, pembenahan karakterisk untuk Masisir yang lebih baik, lebih bermartabat dengan merubah sejak sedini mungkin pada diri generasi baru yang siap berbaur atau m e m b a u r ka n d i r i d i te n ga h - te n ga h kehidupan Masisir yang telah ada. Dengan islah yang lebih sarkasme, bedol Masisir, mengindikasikan keinginan besar dari PPMI dalam melakukan perubahan karakter generasi untuk Masisir baru dari Masisir lama. Masisir lama vs Masisir baru. Maka sedaknya perlu diulas dan dinjau lebih dalam 'Masisir' itu, berikut beberapa capaian yang telah dihadirkan Masisir lama.

    IIslah bedol Masisir yang diangkat, mengadopsi dari islah bedol desa. Dalam KBBI, bedol desa berar pemindahan seluruh penduduk desa ke tempat lain. Dan bedol desa ini biasanya dilakukan karena ada bencana alam besar atau dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan memberikan kesempatan untuk merubah nasib. Maka makna bedol dikaitkan dengan Masisir menjadi suatu bentuk upaya pembenahan, perbaikan yang dilakukan oleh pihak tertentu untuk Masisir dari segala kebiasaan yang kurang baik bahkan sudah masuk kategori sangat buruk. Termasuk hal yang sudah mengakar dalam diri seap individu Masisir pada khususnya dan kehidupan Masisir pada umumnya. Sehingga terwujudlah Masisir yang sadar akan tanggungjawab kemahasiswaannya.

    IIMasisir dengan segala kompleksitasnya, memiliki ga orientasi paling mendasar, yaitu:

    Kajian

    12

    Bedol Masisir; Polemik Integrasi Perubahan Tradisi ke Arah BaruChoiriya Safina

    Prestsi Edisi 101 | Maret - 2015

  • study oriented, organizaon oriented dan business oriented. Pertama, study oriented; adalah Masisir yang fokus dengan dunia perkuliahan dan keilmuan lainnya yang dapat mendukung kemajuan keilmuannya serta menunjang dunia perkuliahannya. Biasanya mereka mencari kesibukan di luar bangku kuliah yang masih berbau keilmuan. Seper mengiku talaqi yang diampu oleh beberapa syeikh Azhar atau mengiku kajian keilmuan dan mengiku dauroh tahsin atau tahfidz. Kedua, organizaon oriented; adalah Masisir yang sibuk atau menyibukkan diri di dunia organisasi atau kepaniaan, baik dari kekeluargaan, ormas, almamater atau PPMI. Kega, business oriented; adalah Masisir yang berorientasi atau mengorientasikan dirinya dalam dunia bisnis. Biasanya mereka adalah mahasiswa yang hidup dengan keterbatasan biaya, sehingga perlu kuliah sambil bekerja untuk mencukupi kebutuhannya di sini. Atau ada juga yang memang berlama-lama di sini dengan menanam saham di beberapa tempat untuk dunia bisnisnya. Kelompok yang seper ini bisa diasumsikan, bahwa mereka di sini dak lain adalah bekerja untuk masa depan kehidupannya atau untuk mencukupi kebutuhan keluarganya karena tuntutan peran sebagai kepala keluarga yang diembannya.

    Sebelum melangkah lebih jauh tentang pembahasan antara Masisir lama dan Masisir baru, perlu adanya penjernihan antara keduanya. Penjernihan baik dari segi kebiasaan atau tatanan sosial yang ada dan kurun waktunya. Agar apa yang diwacanakan yang kemudian dijadikan pembahasan yang panjang lebar ini, mempunyai pijakan yang pas. Bukan sekedar tentang sebuah sebutan atau islah yang digunakan (Masisir lama dan baru), melainkan tentang bagaimana kedua islah itu diislahkan. Pertama, wacana yang diislahkan dengan 'bedol Masisir' hadir dari akhir tahun 2014 sampai sekarang. Lebih tepatnya, sekitar sebulan setelah kedatangan mahasiswa baru, sejak diadakannya beberapa kegiatan yang bersifat akademis selagi maba

    menunggu kepasan dauroh lughoh. Maka sebut saja, Masisir baru adalah mereka mahasiswa baru kedatangan tahun 2014. Selanjutnya yang kedua, Masisir lama adalah mereka mahasiswa yang telah ada dan menghiasi kancah dunia Masisir sejak sebelum tahun 2014. Kurun waktu Masisir lama memang menjadi lebih dak bisa dipaskan daripada Masisir baru, karena anggap saja Masisir dan kompleksitas di dalamnya merupakan hasil daya cipta dan prakarsa orang-orang lama/Masisir lama. Sehingga terwujudlah tatanan sosial Masisir yang sekarang bisa dinikma bersama. Terkesan dak setara memang, perihal penjernihan kurun waktu antara keduanya dengan pembahasan atau data yang akan menjadi pembanding, tapi inilah adanya.

    Jika yang menjadi permasalahan bedol Masisir adalah bermula dari kebiasaaan buruk Masisir lama yang telah menjamur dan mengakar sebagai sebuah kelaziman, meski d a r i b e b e ra p a i n d i v i d u nya , b a nya k menyelesaikan strata satu/S1 dalam jangka waktu lebih dari standar, tetap dianggap problem dalam islah bedol Masisir. Sehingga kesan yang didapat adalah memberikan pengaruh buruk kepada generasi baru dalam proses regenerasinya dan menelurkan lulusan Timur Tengah Mesir yang kurang kompeten dalam bidang akademik. Maka, kembali kita perlu menyelami lebih dalam realita Masisir lama agar dak melulu mendapatkan sambutan negaf. Karena bedol Masisir sendiri berkaca dari realita Masisir lama.

    Dua objek yang menjadi fokus pembahasan kaj ian adalah perihal organisasi dan akademis. Pertama, organisasi; menurut hasil riset tentang Akfitas Kampus Dan Luar Kampus Mahasiswa/i Indonesia Di Mesir yang dilakukan pada 25-30 Maret 2014, Masisir akf di organisasi dengan hasil prosentase 45% dan kadang-kadang akf dengan prosentase 37%, selebihnya dak akf dalam organisasi. Maka dari hasil riset ini, sedaknya 82% Masisir berorganisasi, melipu yang

    Kajian

    13Prestsi Edisi 101 | Maret - 2015

    1

  • akf, terkadang akf dan 18% lainnya dak. Dari sini cukup memberi gambaran bahwa sedaknya kebanyakan Masisir tetap mempunyai kegiatan dalam organisasinya atau komunitasnya. Sedaknya mereka tetap punya kes ibukan se la in untuk dak menghadiri muhadhoroh yang dak wajib. Terbuk banyak ditemukan organisasi yang mas ih bertahan keberadaannya dan ditemukan pula komunitas-komunitas independen yang hadir atas prakarsa Masisir lama. Sedangkan Masisir baru nggal menikma dan meneruskan apa yang telah diwujudkan dan dipertahankan orang lama.

    Kedua, yang bersifat akademis; poin ini melipu perkuliahan dan lebih mengarah pada gairah kepenulisan di Masisir yang mencangkup keikut-sertaan dalam dunia kepenulisan baik di forum kajian maupun media cetak. Untuk perkuliahan, masih dari divisi riset yang sama, Masisir yang akf kuliah mencapai prosentase 37%, sedangkan yang kadang-kadang kuliah sebanyak 46% dan s isanya dak akf kul iah. Walaupun prosentase akf kuliah lebih rendah daripada yang hanya kadang-kadang kuliah, tapi prestasi yang diraih Masisir dalam bangku pekuliahan masih terus mengalir dan melaju cukup pesat. Contohnya, di tahun 2014-2015 ini, Masisir yang diwakili orang-orang lama, akan menelurkan lebih dari ga doktor lulusan Al Azhar. Mereka adalah Masisir lama yang akan menyelesaikan pendidikan strata ga/S3. Selain itu, semakin banyak Masisir yang meraih nilai jayyid, jayyid jiddan dan mumtaz di bangku perkuliahannya.

    Kemudian mengenai gairah kepenulisan di Masisir, bisa dilik dari penerbitan media cetak di Masisir, keakfan dalam forum kajian dan karya yang dihasilkan. Dari hasil riset yang dilakukan oleh SMW (Sekolah Menulis Walisongo) tentang media cetak dari kurun waktu tahun 2008-2012 kepada tujuh media di Masisir, di antaranya, Aar, Sinar, Citra, Suara PPMI, Informaka, Terobosan dan Sinai, paling nggi jumlah penerbitan ada

    pada tahun 2008. Sampai pada tahun 2012, tujuh sampel media mengalami pasang surut penerbitan dan kebanyakan lebih cenderung menurun. Contoh, terobosan pada tahun 2008 menerbitkan 9, 2009/6, 2010/5, 2011/3 dan 2012/5. Selanjutnya dari tahun 2013-2014 terobosan menerbitkan 10. Berikutnya forum-forum kajian di Masisir seper di antaranya, Al-Mizan Study Club, SASC, Lakpesdam, Pakeis, dan Fordian pun juga mengalami pasang surut gairah kepenulisan. Hal ini dapat dilihat dari regenerasi anggotanya. Sampai saat ini, dari beberapa forum kajian tersebut mempunyai kendala regenerasi karena minimnya mahasiswa yang mau benar-benar akf mengiku kajian (berkomitmen). Jumlah yang semakin sedikit dari beberapa tahun terakhir ini, cukup memberikan gambaran bahwa gairah kepenulisan di Masisir cukup menurun. Ditambah dengan perbincangan dari insan media dalam acara memperinga edisi ke-100 bulen Prestasi beberapa waktu lalu yang dilaksanakan di Aula Griya Jateng, mereka, perwakilan Prestasi, Terobosan, Informaka dan Sinar menyatakan bahwa regenerasi selalu menjadi PR berat dan tantangan tersendiri. Perekrutan anggota selalu dilakukan dengan mengangkat beberapa anggota baru untuk menjadi kru, namun tak jarang pula hanya beberapa yang mampu bertahan.

    Meskipun kebiasaan Masisir lama yang dak akf kuliah atau hanya bermalas-malasan dengan menghabiskan waktu di dunia maya atau main game sering dielu-elukan sebagai faktor terbesar dalam penurunan kualitas akademis Masisir. Apalagi untuk Maba yang sudah berbaur dan menyelam dalam kehidupan Masisir lama, akibatnya untuk b e b e r a p a k e g i a t a n y a n g b e r b a u pengembangan akademik/kognif, Masisir cenderung dak begitu tertarik untuk mengikunya. Lebih daripada itu, kita dak boleh melupakan karya-karya yang lahir dari rahim Masisir lama. Seper belum lama ini,

    14

    Kajian

    Prestsi Edisi 101 | Maret - 2015

  • dua karya Mohammad Yunus Masrukhin telah hadir mewarnai kancah dunia Masisir yaitu, Al-wujd wa az-Zamn fi al-Khithb as-Sh 'inda Muhyiddn Ibn Arab yang diterbitkan oleh Mansyurat al-Jamal, Beirut, Lebanon dan Biografi Ibn Arabi yang diterbitkan oleh Keira Publishing, Indonesia. Selain itu salah satu karya Kamaludin Nuruddin Marjuni Al Bugisi yang berjudul al-Aqdah al-Islmiyah wa al-Qadhy al-Khilfiyah 'inda 'Ulama' al-Kalm yang diterbitkan oleh Dar Al-Kotob Al-Ilmiyah, Beirut, Lebanon.

    Keduanya adalah sosok yang mewakili Masisir lama namun mampu untuk tetap berprestasi. Keduanya mampu membuahkan karya besar di tengah kompleksitas kehidupan Masisir, di tengah segala kebiasaan buruk yang mengakar yang berulang kali dijadikan kambing hitam untuk suatu kedak-berkembangan Masisir. Dari ulasan ini ditemukan satu k penemuan. Bahwa sebenarnya problem permasalahan bukan terletak pada suatu tatanan sosial yang telah ada melainkan ada pada diri individu.

    Bukan pernyataan bijak untuk kembali menyalahkan suatu tatanan sosial. Karena tatanan sosial ini yang pada akhirnya mewujud menjadi suatu miniatur masyarakat Indonesia di Mesir hadir atau dibangun bukan dalam waktu sekejap, melainkan melalui proses panjang sejak manusia Indonesia pertama menginjakkan kaki untuk menuntut ilmu di bumi kinanah ini. Kesalahan terdapat dalam diri individu bagaimana menyikapi dan menghadapi suatu tatanan sosial yang telah ada. Merubah tatanan itu bukan perkara yang mudah, bukan dengan hanya menggerakkan satu generasi kemudian dapat merubah segalanya.

    Epilog Agent of change sebagai slogan mahasiswa bukan hanya berar, kita sebagai mahasiswa adalah penerus estafet bangsa atau tonggak penerus kepemimpinan di tanah air, tapi juga mahasiswa yang mampu berubah dan

    memberi perubahan dengan menghadirkan karya-karya atau prakarsa yang dapat memberi kemanfaatan. Mahasiswa bukan lagi pelajar sekolah dasar, sekolah menengah atau menegah ke-atas, melainkan mahasiswa adalah manusia yang dalam tatarannya sudah mentas dari dunia remaja yang sarat akan pencarian ja diri dan kedak-pasan sikap, dak lagi mewujud dengan mengiku arus tren yang ada tanpa memegang prinsip-prinsip pakem. Akan tetapi mentas bermakna bisa lebih stabil dan seimbang sehingga perubahan ke arah posif bisa dicapai dengan sebaik-baiknya.

    Masalahnya untuk saat ini adalah bagaimana kita sebagai mahasiswa sekaligus Masisir membaca lingkungan sekitar kemudian mencernanya dan mengambil sikap tegas atas diri kita. Mau menjadi apa atau seper apa? Itu adalah pilihan kita masing-masing. Jikalau kita mau mengaca pada ayat al-Qur'an, tentunya kita harus selalu intropeksi diri dan selalu cerdas membaca situasi untuk belajar lebih baik. Seper sejarah dan cerita dari ayat al-Qur'an pertama yang turun berbunyi Iqra', bacalah. Pesan ini, tentu menjadi p i j a k a n m e n d a s a r k i t a u n t u k mengembangkan pribadi lebih baik untuk tetap belajar dan membaca keadaan. Dari sini, pertanyaan penegas untuk kita adalah bukankah menjadi mahasiswa berar belajar menjadi dewasa? Yakni dewasa segala hal. Akan tetapi, jikalau saat menjadi mahasiswa masih terbawa arus suasana, mengalir mengiku trend, nampaknya masih perlu berkaca siapa diri ini sebenarnya. Karena tanpa berkaca, kita dak bisa menembus proses pencarian ja diri sesungguhnya. [_enbe]

    __________________1. Riset ini dilaksanakan oleh PCINU Mesir Reseach

    Center Periode 2012-2014 dan telah dibedah pada

    22 September 2014 di Aula Griya Jateng.

    2. Penulis hanya mengambil dua sosok ini sebagai

    contoh, meskipun masih banyak sosok Masisir

    lama yang juga berprestasi dengan karya-karyanya.

    15

    Kajian

    Prestsi Edisi 101 | Maret - 2015

    2

  • KSW Mesir merupakan salah satu organisasi kekeluargaan di bawah naungan PPMI, dan PPMI sendiri adalah induk dari seluruh organisasi yang ada di Masisir. Secara de jure, KSW adalah sebuah organisasi kekeluargaan yang menaungi seluruh mahasiswa yang berasal dari Jawa Tengah dan DIY, namun secara de facto masih ada mahasiswa yang berasal dari luar Jawa tengah dan DIY. Karena memang pada awal mulanya anggota KSW memang bukan hanya orang Jawa Tengah dan DIY saja, tapi KSW pada waktu itu merupakan sebuah kelompok kajian yang anggotanya berasal dari berbagai s e l u r u h p e n j u r u n u s a n t a r a . P a d a perkembangannya, KSW kini menjadi sebuah organisasi kedaerahan yang di dalamnya bukan hanya menggelu sebuah kajian saja, tapi juga sebagai wadah untuk menyalurkan minat dan bakat dari berbagai cabang keahlian, baik di dunia intelektual, kesenian, olahraga, IT maupun yang lainnya. Sampai saat ini KSW masih menjadi sebuah organisasi yang mempunyai anggota terbanyak. Terbuk dengan jumlah data lapor pendidikan dari KBRI pada tahun 2015 mencapai 333 orang, itu mencakup seluruh anggota baik yang masih dauroh lughoh, s1 bahkan yang pasca sarjana.Untuk meneruskan ide kelompok kajian di atas, KSW mempunyai wadah kajian yang bernama Walisongo Studi Club (WSC). WSC dibentuk pada tahun 2013. Kajian ini dibentuk untuk mewadahi kawan-kawan yang mempunyai kecenderungan di dalam dunia kajian dan pemikiran. Adanya WSC ini sebagai wujud eksistensi dan relevansi dari kata KSW yaitu Kelompok Studi Walisongo dari lanjuan ide di atas. Karena KSW terdapat kata studi, yang bisa merepresentasikan kata studi

    sebagai figure intelektual. Untuk acara kajian WSC ini, proses pertama yang diajarkan adalah meresensi sebuah buku. Di dalam WSC kawan-kawan akan diperkenalkan dan diajari tentang bagaimana memahami sebuah tulisan dari sebuah buku yang kemudian ditulis dan dipresentasikan ke dalam forum kajian. Kemudian seap anggota kajian diwajibkan untuk menulis kajian intrakf sebagai tahap lanjutan dari menulis resensi, dan tahap selanjutnya adalah menulis makalah grand tema besar. Untuk pelaksanaannya, Kajian WSC berjalan selama dwi mingguan yang waktunya seap hari senin. Namun, jika seandainya hari senin semua berhalangan untuk hadir, bisa dilaksanakan di hari lainnya sesuai situasi dan kondisi.Selain WSC, KSW juga mempunyai wadah di bidang kepenulisan yang bernama Sekolah Menulis Walisongo (SMW). Di dalam SMW dibentuk seper halnya sekolah pada umumnya, ada kepala sekolah, guru, ketua kelas dan juga murid tentunya. Sekolah Menulis Walisongo sudah berdiri sejak tahun 2012. Munculnya SMW ini diharapkan m a m p u m e m b a n t u m e n o p a n g perkembangan dan kemajuan bulen Prestsi serta web kswmesir.org. Kalau kita lihat secara seksama, SMW sekarang ini bisa dikatakan sukses dalam programnya, yaitu mencetak peserta didik yang mumpuni dan berkualitas dalam dunia tulis menulis. Terbuk dengan meningkatnya penerbitan bulen Prestsi dan juga web kswmesir.org. Bulen Prestsi sendiri pada tahun kemarin mampu menjadi bulen kekeluargaan terbaik mengalahkan seluruh bulen kekeluargaan yang ada di Masisir. Begitu juga dengan web kswmesir.org, sampai saat ini masih terus

    Lensa KSW

    16

    Peran KSW dalam Dinamika Masisir

    Ahmad Ulinnuha

    Prestsi Edisi 101 | Maret - 2015

  • menyebarkan tulisan-tulisan, baik berupa berita, opini atau yang lainnya. SMW, dalam p e r j a l a n a n n y a s e n d i r i j u g a s u d a h menerbitkan buku. Sekolah ini bersifat santai dan fleksibel dan tentunya dak formal seper sekolah pada umumnya. SMW sendiri dalam pelaksanaannya juga sama dengan WSC yaitu dilaksanakan seap dua minggu sekali atau dwi mingguan, namun di sini yang membedakan hanya harinya pertemuannya saja. Namun yang menarik dari SMW ini kegiatannya bukan hanya di ruangan tertutup, terkadang juga dilakukan di luar ruangan atau bisa disebut out bound.Selain komunitas tulis-menulis dan kajian (dunia Intelektual), KSW juga mewadahi dan m e m f a s i l i t a s i m i n a t - b a k a t s e m u a anggotanya. Seper Seni. KSW mempunyai berbagai kelompok seni, seni musik, seni pantomime dan lain sebagainya. Dalam seni music, KSW mampu mengorbitkan tunas-tunas baru untuk masa depan, terbuk dengan adanya beberapa band yang tampil pada acara atau event-event tertentu seper acara bulanan Khatuliswa Monthly Cafe (KMC). Sebuah event baru atau wadah bagi Masis i r untuk menampi lkan se luruh kreafitas seninya tanpa terkecuali. Yang mana acara ini dilaksanankan hari kamis malam seap akhir bulan. Untuk bidang seni yang la innya, K S W mempunyai seni pantomim yang bernama Koepadja. Koepadja sendiri sering mendapatkan undangan di berbagai event acara KBRI, selain Koepadja sebagai seni pantomim yang unik dan menghibur Koepadja juga merupakan satu-satunya pantomim yang ada di Masisir. Hampir diberbagai ajang pertunjukan seni, KSW hampir selalu turut akf dalam berparsipasi. Dalam wadah minat dan bakat yang lain, di KSW juga ada departemen Olahraga yang mana departemen tersebut menfasilitasi berbagai olahraga yang populer di Masisir. Semisal sepak bola, futsal, bulu tangkis, basket, voli dll. Di bidang olahraga KSW bisa di bilang mempunyai m yang di perhitungkan dan disegani. Contoh di sepakbola, dari

    sepuluh ajang Jawa Cup (ajang sepak bola yang diiku seluruh kekeluargaan yang ada di pulau jawa), KSW mampu menggondol sembilan kali trophy juara. Di bidang Voli, dalam beberapa tahun terakhir di ajang voli antar kekeluargaan, KSW mampu membawa pulang piala yang di selenggarakan oleh kekeluargaan tertentu. Begitu juga dengan bulu tangkis, m KSW hampir jadi langganan juara di pentas olahraga ini.Dalam semua cabang minat dan bakat yang ada, baik dari bidang intelektual maupun yang lainnya, semua program dan kegiatan yang ada di KSW, SMW dan WSC, misalnya, kedua wadah ini, hadir kepada kawan-kawan semua, sebagai wujud dedikasi dan perjuangan KSW untuk seluruh warganya secara khusus dan juga untuk Masisir dan Indonesia secara umum. Bagi siapa saja yang ingin ikut bergabung untuk belajar di dalam dunia intelektual maupun dunia tulis menulis, KSW membuka pintu selebar-lebarnya, karena KSW ingin kita maju bersama-sama, bukan sendirisendiri demi kamajuan kita bersama, kemajuan Masisir kita tercinta dan juga demi kemajuan Bangsa Indonesia. []

    Lensa KSW

    17Prestsi Edisi 101 | Maret - 2015

    Senyaman Rumah Sendiri

    HOTEL - AUDITORIUM - PACKAGE TOUR & TRAVEL

    EGYPT

    Facilities :- Cool & Warm Airconditioner- Wi- Breakfast- Hot & Drink- Kitchen

    Strategic Location :- 15 Minutes From Cairo Airport- Near Shopping Center7/1 Ahmed El-zumr St. 10th District, Block 21, Nasr City, Cairo, Egypt

    For More Information And Reservation :Mobile : +201158890081Email : [email protected] : www.griyajateng.com

  • Bagaimana sejarah terbentuknya islah Masisir?Sebelumnya, saya ingin mengatakan, bahwa saya hanya seorang yang melihat fenomena Masisir dari ruang yang aman, bukan pelaku sejarah. Islah Masisir sendiri muncul dari islah kebahasaan, dari sebuah singkatan, yang secara kebahasaan cocok untuk diucapkan dan meruyak menjadi islah yang populer. Islah Masisir sendiri juga dak mempunyai rumusan ideologis dan rumusan ilmiah, kecuali kekuatannya berasal dari aspek bahasa i tu sendir i . Batas in i memberikan pemaknaan kepada islah M a s i s i r b a h w a s e l a m a m e m p u n y a i keterkaitan sebagai mahasiswa maka dia akan dianggap sebagai Masisir. S e d a n g k a n m e n g e n a i a s a l - m u l a kemunculannya, saya dak yakin, ada seseorang yang mampu untuk menelusuri pencetus islah Masisir pertama kali. Karena islah Masisir lahir dengan sifat linguisknya; dak mempunyai muatan ilmiah dan ideologi, kecuali singkatan dari kata Masisir itu sendiri. Sehingga ada semacam epistemologi break retakan unsur sejarah.Bagaimana dinamika Masisir dari masa ke masa?Menurut saya, dinamika sifatnya itu fluktuaf. Dalam ilmu sosiologi, masyarakat selalu bergerak seap harinya meskipun pelaku s o s i a l nya s e n d i r i d a k m e ra s a a d a perubahan. Berbeda dengan para pengamat sosial, baginya, terdapat perubahan-perubahan dalam dinamika sosial, baik yang bersifat progress dan regress. Dan perubahan ini berlaku juga untuk komunitas di Masisir: terjadi perubahan dinamika sosial di dalamnya.Mengama dinamika Masisir dari masa ke masa, bagi saya sulit untuk mengurutkannya

    secara konkrit. Contoh saja paling sederhana adalah melacak dinamika masisir pada zaman gus Mus saja, untuk saat ini sulit untuk dilakukan, apalagi tempo dulu. Tapi kita bisa melihat struktur Masisir itu dalam bentuk saat ini secara topografis dari seap karakter lapisan yang ada di Masisir.Dalam bayangan saya, Jika Masisir itu semakin heterogen, semakin kompleks dan beragam, maka akfitasnya juga semakin beragam beserta dengan kecendrungannya, semakin beragam pula. Perihal ini bisa dibandingkan dengan mahasiswa yang non-Masisir, meskipun jumlah mereka banyak tetapi cenderung dak kompleks dan beragam. Maka kecenderungan mereka pula pun relaf monoton. Semisal, masyarakat Malaysia, mereka sangat banyak, tetapi kita bisa menpologikan mereka hanya dalam berbagai corak. Berbeda dengan Masisir. Misalnya, seseorang ingin belajar ilmu agama, tetapi kualitas niatnya mempunyai intensitas yang berbeda-beda, ada yang serius, islahnya bondo nekat, ada juga yang datar-datar saja karena merasa sudah cukup mapan.Bagaimanapun ragam kompleksnya Masisir, tetaplah ada yang bersifat ilmiah, tetapi permasalahannya, apakah ragam yang bersifat ilmiah ini mampu mempengaruhi dinamika Masisir secara makro? Hal ini bisa dilihat dari 7-10 tahun-an ke belakang, bisa dikatakan akfitas ilmiah dan organisatoris Masisir sangat menonjol. Tetapi dengan membludaknya kebutuhan anak baru dan kecenderungan seseorang untuk berlah mandiri serta maraknya inisiaf-inisiaf yang bersifat ekonomis, memunculkan gejolak-gejolak baru dan membentuk gejala kebudayaan baru dalam membentuk

    Wawancara

    18 Prestsi Edisi 101 | Maret - 2015

    Wawancara dengan Bapak Yunus Masruhin, MA.(Penulis Buku Biografi Ibn 'Arobi dan Kandidat Doktor Universitas al-Azhar)

  • dinamika di Masisir. Sehingga muncul kegiatan bersifat kebudayaan, bisnis dan hal-hal baru di Masisir. Apakah hal ini posif atau n e g a f , t e r g a n t u n g d a r i m a n a memandangnya. Secara keseluruhan dalam tubuh dewasa Masisir, apakah ada kesalahan (rendahnya minat keilmuan) dalam dinamika keilmuan baik di Masisir lama ataupun Maba?Ada sebuah islah yang dinamakan syndrom golden age bahwa seap generasi yang lebih tua pas mempunyai penilaian terhadap generasinya lebih baik dari generasi setelahnya. Tapi menurut saya, nilai dari seap generasi adalah sama, baik dalam kesempatan dan kualitasnya. Hanya saja yang membedakan adalah kemampuan dalam mengekspos kesalahan itu. Misalnya, dahulu seseorang dak pernah masuk kuliah maka kesalahan ini hanya dijadikan masalah pribadi atau jadi bahan obrolan, dak lebih. Sedangkan sekarang, media sosial begitu cepat dan masif mengekspos perihal itu. Seolah Masisir hidup di rumah kaca sehingga a p a p u n b i s a d i b a c a . S e h i n g g a kedakberhasilannya dalam melibatkan diri dalam akademik secara akf ataupun di dalam keorganisasian makro di Masisir, akan menjadikannya sebagai tokoh Masisir yang dur atau komunitas yang dak terbaca. Dan fenomena ini terjadi pada Masisir lama dan baru. Dalam dunia keilmuan, perkembangan t e k n o l o g i m e m u d a h k a n s e s e o ra n g mendapatkan informasi, dan terkadang, seseorang menjadikannya (teknologi) sebagai rujukan. Seberapa penngkah kegiatan intelektual bagi Masisir? Media sosial selain memberikan fasilitas komunikasi juga memberikan dampak signifikan dalam proses komunikaf dan i nte l e k t u a l p a d a ko m u n i ta s . Ya k n i , berdampak dalam membentuk pengetahuan praks yang mandul. Dahulu, semua informasi dan pengetahuan dak begitu mudah diperoleh, kecuali dengan usaha-usaha penalaran yang komprehensif. Sehingga apa yang didapatkan akan benar-

    benar merasuk dalam dirinya dan menjadi suatu bagian dari cara hidupnya, misalnya akdemik menjadi tradisi cara hidup sekarang ini. Karenanya, sangatlah penng mengadakan kegiatan-kegiatan bersifat akademis yang l e b i h d a r i s e k e d a r p r a k s , u n t u k mengembalikan kecenderungan akademis sebagai sebuah cara hidup, bukan sebagai penyelesaian temporer atau darurat. Untuk mengansipasi efek kemajuan teknologi: maraknya plagiat yang dak mudah untuk dideteksi, maka harus diimbangi dengan kegiatan yang bersifat serius, ilmiah, agar membentuk intelektual yang berkarakter. Kalau dia adalah seorang intelektual, maka akan membentuk pribadi intelektual yang bertanggungjawab secara ilmiah. Berbeda apabila dia adalah budayawan, maka akan memperluas pengalamannya dan keorisinilan miliknya. Dan hal itu, semakin sulit di cari di era saat ini.Apabila demikian bagaimana kiat-kiat untuk menjadi Masisir yang ideal?Menurut saya, sulit menerangkan makna ideal itu. Karena saya adalah orang yang realiss, yaitu bagaimana kita melihat kemungkinan orang itu dan keadaan yang ada. Ideal itu arnya jauh di atas langit. Jadi yang menurut saya, orang ideal (bagus) adalah orang yang berhasil melalui proses yang disadari. Orisinil di dalam berkarakter dan mendapatkan hasil maksimal secara maksimal pula. Oleh karena itu, saya mempunyai semacam keyakinan dalam hal apapun, keka seseorang dak mengalami proses, dia akan cepat oleng. Maka oleh sebab itu, laku berproses ini harus dilalui oleh seseorang untuk bisa mencapai karakter dirinya sehingga itu bisa dianggap sebagai ideal. Mungkin itu ideal tapi saya dak menggunakan kata itu. Dan terpenng sekarang ini adalah membudidayakan laku berproses untuk mencapai kesadaran mendasar sebagai Masisir. Sehingga Masisir m e m p u nya i ka ra k te r p r i b a d i u nt u k dipertanggungjawabkan pada komunitas.

    (Bersambung ke halaman 26)

    Wawancara

    19Prestsi Edisi 101 | Maret - 2015

  • "Jika aku melakukan pekerjaanku (dengan baik), mereka pas mengantri di depan kelasku", begitulah yang dikatakan Erin Gruwell dalam film Freedom Writers, seorang guru baru di SMA Wilson di kota Long Beach, Amerika Serikat, keka para guru sudah terlalu pesimis dengan para murid kelas 203 yang benar-benar dak menginginkan pendidikan. Alkisah, sekitar tahun 1992, kekerasan geng dan ketegangan rasial memuncak nggi di kota Long Beach, Amerika Serikat. Kondisi ini telah menyebabkan lebih d a r i 1 2 0 o ra n g t e r b u n u h d a n j u ga menyebabkan tatanan masyarakat yang terkotak-kotak sesuai suku dan ras . Ketegangan ini pun terbawa sampai ke sekolah. Anak-anak geng yang tak ingin bersekolah, terpaksa bersekolah, karena pemerintah distrik ini menetapkan suatu peraturan; bersekolah atau dipenjara. Freedom Writers yang berdurasi 123 menit adalah film yang diambil dari sebuah kisah nyata inspiraf yang didasarkan pada The Freedom Writers Diary, kumpulan diari murid-murid kelas 203 SMA Wilson yang diterbitkan pertama kali pada tahun 1999. Film yang diliris 5 Januari 2007 ini, berkisah tentang seorang guru muda bernama Erin Gruwell (Hilary Swank), yang mendapatkan kelas 203 di SMA Wilson untuk awal pengalaman mengajarnya. Kelas 203 dak seper kelas yang dibayangkannya. Murid-murid kelas ini kebanyakan adalah anak-anak geng yang sudah akrab dengan kekerasan, perkelahian, (bahkan) senjata api dan pembunuhan di usia muda. Mereka dak respect kepada peraturan sekolah, pelajaran, guru dan juga pendidikan. Di dalam kelas, Erin dapat begitu merasakan nuansa ketegangan

    r a s i a l . P a r a m u r i d terkotak-kotak; Orang-orang Lan, Kamboja (Orang Asia), kulit hitam dan puh. Erin Gruwell adalah pe guru yang dak mudah berputus asa dan pesimis terhadap para murid yang tak sesuai bayangannya ini. Salah satu usaha unik yang dilakukan Erin untuk menghapus sensi fanasme ras adalah membuat sebuah permainan dalam kelas yang disebutnya sebagai line game. Siapa saja yang pernah mengalami atau melakukan seap yang ditanyakan Erin harus maju ke garis, maka akan mereka sadari baik kulit puh, coklat maupun hitam pas pernah mengalami berbagai kebahagiaan dan kesedihan yang sama. Erin memposisikan diri dak hanya sebagai guru yang menyampaikan dan menjelaskan apa yang ada dalam buku dan selesai. Lebih dari itu, ia berusaha menjadi sahabat untuk para muridnya; mendengar jeritan ha dan memahami segala lara yang mereka derita. Ia membagikan buku tulis kosong dan meminta para muridnya untuk menuliskan apapun dalam buku itu seap hari. Kemudian, jika mereka ingin Erin membacanya, mereka dapat menaruh buku mereka di dalam lemari kelas yang akan selalu terbuka pada saat jam sekolah. Pendekatan secara psikologis ini, berhasil mengubah kelas 203 menjadi kelas tanpa batas. Semuanya menyatu tanpa tesekat warna kulit. Seap orang saling mengenal dan menyapa. Dan yang lebih dramas, kelas menjadi rumah, di mana seap orang merasa aman dan nyaman berada di dalamnya. Sebagai seorang guru, sosok Erin menyenl

    Resensi

    20

    google.com

    'Bedol' Mentalitas Para Penulis Kebebasan; Mendidik Lebih Dekat

    Judul Film : Freedom WritersSutradara : Richard LaGravenesePemain : Hilary Swank, Imelda Staunton, Sco Glenn, Patrick

    Dempsey dan lain-lainTahun Rilis : 2007Durasi : 123 menit

    Prestsi Edisi 101 | Maret - 2015

  • kesadaran sementara orang , bahwa kegagalan murid adalah karena kebodohan atau kedaksiapannya. Sebaliknya, justru semuanya kembali pada sang guru itu sendiri. Seorang guru pantang untuk menyerah kepada para muridnya dan memberikan tatapan sinis seolah mereka adalah murid-murid yang tak berguna dan tak memiliki masa depan. Sebaliknya, seorang guru adalah yang selalu mengajarkan tentang harapan, opmisme dan rasa percaya diri. Dan hal inilah yang dilakukan oleh Erin Gruwell. Ia berhasil mengubah cara pandang para muridnya, bahwa membela geng ras sampai ma adalah bukanlah suatu kehormatan dan dak akan ada yang mengenang karena hanya kerusakan dari keresahan yang ternggal. Erin berusaha memperluas cakrawala pemikiran mereka dengan buku-buku yang dibelinya dari biaya kantong sendiri, karena pihak sekolah -khususnya Kepala Staf Guru Margaret Campbell (Imelda Staunton- dak mau memberikan fasilitas. Ia dak percaya pada kemampuan membaca murid-murid berandal itu dan ia dak percaya pada mereka karena yang sudah-sudah mereka selalu merusak -mencoret hingga merobek- buku-buku milik sekolah.Murid-murid kelas 203 begitu antusias dengan kisah Holocaust, pembantaian orang-orang Yahudi oleh Nazi. Mereka membaca buku Diary of Anne Frank, buku harian yang ditulis oleh Anne Frank, seorang perempuan Yahudi, yang dipublikasikan oleh ayahnya yang selamat dari pembantaian setelah kemaan Anne. Keka membaca sosok Anne Frank yang mengalami dan merasakan pedihnya penindasan, mereka seakan sedang membaca diri mereka masing-masing. Melihat antusiasme ini, selain mengajak para muridnya untuk bertemu dan mengobrol dengan para korban Holocoast yang masih hidup, Erin berhasil mengundang Miep Gies yang nggal di Amsterdam, wanita yang berani mempertaruhkan nyawanya demi menyembunyikan keluarga Anne Frank. Film ini memenuhi kriteria standar untuk dijadikan list film yang wajib ditonton,

    terlebih melihat realita profesi favorit di Indonesia adalah guru. Para guru, calon guru atau pengamat pendidikan di Indonesia dapat belajar dari film ini bahwa seorang guru dak hanya harus pandai dalam pelajaran, tapi juga harus pandai membaca situasi dan kondisi para murid. Ia harus kreaf dalam proses mengajar dan berdialog dengan para muridnya. Kemudian kisah Erin Gruwell ini juga memberi sebuah pelajaran penng, bahwa manusia secara tabiat, sulit membagi kefokusan untuk dua hal secara bersamaan. P a d a a k h i r n y a s e o r a n g h a r u s r e l a mengorbankan salah satu dari dua hal tersebut. Dalam kasus Erin, meski ia berhasil mengarahkan murid-muridnya, ia harus menelan ludah menerima kenyataan kandasnya hubungan rumah tangganya dengan Sco (Patrick Dempsey), suami yang dicintainya. Dengan penataan lighng dan seng yang profesional, film yang disutradarai sekaligus ditulis oleh Richard LaGravenese ini, mampu membawa penonton kembali pada tahun 90-an. Misalnya saja dari gaya berpakaian yang jadul, kendaraan jadul ataupun komputer jadul. Dan tentu saja, hal ini menambah nilai apik dari film ini, terlebih sang sutradara berhasil mengajak para korban Holocaust yang masih hidup dan juga Miep Gies untuk bermain dalam film yang diliris tahun 2007 ini.Mungkin menonton Freedom Writers ini, akan mengingatkan kita kembali pada The Ron Clark Story (2006) ataupun Dead Poet Society (1989), yang juga berkisah tentang seorang guru kreaf dan inspiraf. Walaupun kebanyakan pemain dalam film ini adalah wajah-wajah baru dan masih terlihat sedikit kaku, hal ini ter-cover oleh peran Hilary Swank, yang telah memenangkan Piala Oscar 1999, Sco Glenn yang berperan sebagai ayah Erin Gruwell, seorang aktor senior yang telah berkarir di Hollywod sejak 1972 dan juga Imelda Staunton yang juga pernah meraih beberapa penghargaan. Dalam film ini, penonton akan mendapatkan serpihan-serpihan pelajaran kehidupan.

    (Bersambung ke halaman 26)

    Resensi

    21Prestsi Edisi 101 | Maret - 2015

  • Seseorang yang melanggar aturan itu seper sampah, tapi seseorang yang meninggalkan temannya lebih buruk dari sampah.

    Semilir udara dingin semakin larut menjadi badai debu selama kurang lebih dua hari. Debu-debu secara perlahan nan halus mendarat kedalam flat-flat di Kairo. Hal yang mungkin membuat sebagian akfitas masisir dak berjalan seper biasanya. Begitupun denganku, yang baru beberapa hari kemarin melakukan pindahan rumah dari Quamea ke kawasan Hay Sabi'. Yah, pindahan itu memang sangat melelahkan, apalagi di saat musim dingin kembali menuju derajat rendah setelah sebelumnya Kairo menampakkan sengatan m e nta r i h a n gat nya . Ta p i s e m u a i t u memberikan sedikit banyak pelajaran bagiku, sebagaimana kata bijak seap hal yang kita lakukan pas ada hikmahnya.Seper sebagian masisir seper umumnya yang kurang lebih melakukan suatu akfitas secara terb. Tiba-ba berkat dari cuaca dan kondisi tadi membuatku melakukan hal yang dak biasa. Untuk itu i j inkanlah aku mengambil kata-kata dari seseorang yang mungkin terdengar basi di kalangan masisir, Seseorang yang melanggar aturan itu seper sampah, tapi seseorang yang meninggalkan temannya lebih buruk dari sampah. Dari perkataan ini, menghadirkan makna bahwa ikatan pertemanan, persahabatan, apalagi keluarga adalah harga mutlak terutama bagi seseorang yang merantau jauh ke luar negeri. Mungkin agak sedikit sulit jika kita memahami kalimat diatas, karena kandungan kalimat di atas juga seandainya teman kita melanggar aturan. Di sini yang agak menarik, apakah kita tetap membantu teman kita yang melanggar aturan atau kita biarkan teman kita menerima konsekuensi dari apa yang telah dia lakukan.

    Mungkin dalam hal in i mengandung pandangan antara posif dan negaf, karena seap hal bisa dipaskan memendarkan dua pandangan tersebut. Sebuah pandangan yang berlaku di kehidupan ini, khususnya di jagat masisir.Membicarakan secuil tentang masisir, sangat menarik jika kita mencoba mengobrolkan tentang ke luarga -bukan organ isas i kekeluargaan- di rumah masisir. Mungkin banyak hal-hal yang dianggap aneh oleh orang-orang yang baru datang ke Mesir. Keka seseorang yang baru datang ke Mesir dan menjadi bagian dari keluarga baru di suatu rumah, pada mulanya seseorang tadi akan merasa agak canggung serta butuh waktu untuk beradaptasi dengan lingkungan keluarganya. Hal itu sesuai dengan perilaku dan karakter pribadi masing-masing di Indonesia dulu. Biasanya orang yang baru datang masih terbawa euforia dan kebiasaan-kebiasaan dari sekolah masing-masing dimana mereka belajar sebelumnya. Sehingga suatu kesadaran yang cenderung dilupakan adalah bahwa dirinya bukan lagi seorang siswa. Belum sadar sepenuhnya bahwa dirinya sudah naik ngkat yaitu sebagai mahasiswa. Maka dalam ngkatan ini, kesadaran untuk memahami orang lain terutama orang yang lebih dewasa darinya harus dilakukan. Jika dak, maka yang akan terjadi adalah kedakharmonisan dalam keluarga. Seper, makan sendiri, masak sendiri dan jarang menyempatkan waktu untuk sekedar berbicang santai dengan anggota rumah. Yang terpenng bagi dirinya, urusan yang berkenaan dengan dirinya selesai, tanpa memikirkan kebersamaan dalam keluarganya.Seyogjanya tanpa menjudge orang baru, keka seseorang sudah masuk dalam keluarga, berpikir untuk dirinya sendiri

    Oase

    22

    Keluarga MasisirMahfud Washim

    Prestsi Edisi 101 | Maret - 2015

  • sebaiknya d inomor-dua-kan. Karena keutuhan serta keharmonisan keluarga menjadi hal urgen untuk didahulukan, walaupun sampai mengorbankan kewajiban kita sendiri. Namun sebagaimana kalimat yang telah disebutkan di atas, seap hal yang kita lakukan pas ada hikmahnya.Apalagi akhir-akhir in i jagat masis ir digemparkan dengan munculnya komunitas-komunitas baru yang sangat menarik simpa buat anak baru. Memang, komunitas baru itu daklah buruk buat anak baru, tapi sebagai seorang mahasiswa yang baik tentunya harus pandai memilah waktu dan dak lupa dengan urusan yang ada dalam keluarga rumahnya. Tak lain agar seseorang dak lebih buruk dari sampah, serta lancar dalam studi di Al Azhar; khususnya. Cukup memprihankan, keka aku dapat wejangan dari mas-mas yang pernah serumah denganku mengenai betapa mister iusnya uj ian Al Azhar. Banyak mahasiswa yang rajin kuliah, giat belajar, bahkan yakin nan nilainya mumtaz, namun yang terjadi saat pengumuman justru di luar prediksi; rasib (dak naik kelas). Sebab dari kejadian tersebut adalah kedakharmonisan dalam keluarga mereka sendiri, ucap salah satu mas yang memberi wejangan.Yah, mungkin tadi hanya salah satu cerita yang pernah aku dengar. Terlepas benar daknya sebab dari kisah tersebut, hanya saja, dak ada salahnya selain menyibukkan diri dengan segudang akfitas, kita tetap dak melupakan hal-hal yang bisa mempererat keharmonisan

    keluarga kita sendiri, walaupun harus mengorbankan akvitas run kita. Sebab dengan mereka lah keluarga rumah di masisir- kita menjalani kehidupan ini bersama sebagai mahasiswa perantauan. Karena keluarga, kita bisa menjalani hidup dengan nyaman penuh dengan kasih sayang. Coba bayangkan, seandainya kita dak punya keluarga, betapa hampanya kehidupan kita, hidup terasa sepi, dak ada tempat buat menuangkan cerita keluh kesah kita keka termpa masalah.Dan dak dipungkiri lagi, bahwa seap insan menginginkan keluarga yang damai nan harmonis. Terlebih di masisir, keluarga yang seper itu bisa terwujud apabila seap dari anggota keluarga saling menghargai dan m e n g e r s a t u s a m a l a i n . M e n j a g a kepercayaan dan komunikasi juga sangat penng. Agar dak terjadi perselisihan atau salah pengeran. Terkadang bagi seseorang yang baru masuk dalam keluarga agak sulit untuk memahami apa yang sedang diinginkan oleh orang yang lebih dewasa dalam k e l u a r g a n y a . J a n g a n j u g a m u d a h berprasangka buruk terhadap anggota keluarga sendiri. Itu semua dak lain agar selalu terjaga keharmonisan keluarga. Percayalah, semua orang dalam keluarga adalah orang yang paling baik buat kita di saat kita jauh dari keluarga asli kita. Akhirnya, kalau boleh memberikan kata manis buat keluarga masisir, ijinkanlah aku menulis kalau keluarga adalah tempat dimana kita kembali.

    Oase

    23Prestsi Edisi 101 | Maret - 2015

    Fotocopy

    ExpressMenerima Segala Jenis Fotocopy

    Mahatthah Mutsallats,Hay Asyir

    Building 102 Sweesry.Hp. 01001726484

  • Belajarlah di waktu kecil dan amalkanlah di waktu besar.Kata mutiara ini yang pertama aku baca dari lembaran kusam di perpustakaan sekolah. Buku ini ternyata kumpulan kata mutiara entah milik siapa, buku tipis bersampul coklat itu baru aku buka beberapa lembar. Aku membukanya karena penasaran dengan bentuknya yang kusam dan tak berdaya. Tiba-tiba suara serak memanggilku, aku cari suara itu di setiap sudut perpustakaan. Nihil. Tidak ada siapa-siapa.Dor! Dari belakang Melna menepuk pundakku. Tiba-tiba.Huu, ngagetin aku aja kamu Mel, untung Aku nggak jantungan. Kataku kesal. Melna langsung mengajakku bertemu Bu Tuti di kantor. Bentar, Mel! Teriakku, sayang Melna menarikku cepat sekali, tanganku tak sempat menggapai buku kusam itu, buku itu terjatuh dibawah meja perpustakaan.Sampai di kantor Bu Tuti menyuruh kami membagikan buku ulangan minggu lalu. Kebiasaanku dan Melna mengintip nilai milik Bayu, anak paling pintar di kelas kami. Ternyata benar nilainya sempurna. Belum sempat ngintip punya yang lain, Bu Tuti keluar kantor seraya berkata Eh, kalian ngapain ngintip-ngintip? Cepat bagikan! Kami langsung berlari menuju kelas dan membagikan hasil ulangan itu di atas meja masing masing.Setelah selesai membagikan buku ulangan aku teringat dengan buku kusam tadi, aku berlari menuju perpustakaan tanpa menghiraukan Melna. Kamu mau kemana, Dina? Tungguin! Teriak Melna dan kemudian mengejarku ke perpustakaan. Kamu nyari apa sih, Din? Tanya Melna penasaran.Buku kusam yang tadi, Mel. Jawabku.Melna hanya melongo. Bantu cari dong, Mel! Nadaku agak tinggi. Sayang buku kusam itu sudah dirapihkan penjaga perpustakaan. Aku mencarinya di setiap rak yang tersusun panjang disana, namun aku dan Melna tak menemukannya. Aku tanyakan kepada penjaga perpustakaan, namun bel nyaring bernyunyi tanda istirahat selesai. Akhirnya, aku kembali ke kelas tanpa hasil.Di kelas, teman-teman sudah ramai dengan buku ulangan mereka. Bu Tuti masuk dan memberi selamat kepada Bayu karena mendapat nilai sempurna, begitu juga teman-teman sekelas. Nilaiku hanya kurang satu poin dari dia, tapi selalu saja Bayu yang jadi pertama.Di sela pelajaran bersama Bu Tuti aku terpikirkan lagi oleh buku kusam itu, aku merasa ada 'ibrah yang bisa aku ambil darinya.

    ***Sepulang sekolah aku diajak Mamak ke masjid Baiturohman di kampung sebelah. Kata Mamak, di sana banyak remaja sepertiku dan juga teman-teman

    sekelasku. Sebenarnya aku malas ikut ajakan Mamak tapi karena ada teman-teman sekelasku jadi aku ikuti saja ajakan beliau.Setelah ashar aku dan Mamak pergi ke masjid itu, ternyata benar aku bertemu Melna disana. Dan kami duduk berdampingan di dalam masjid itu untuk mendengarkan ceramah Kyai Abdullah, beliau adalah guru spiritual terkemuka di kampung ini. Aku dan Melna mempersiapkan note kami untuk mencatat singkat ceramah Kyai. Eh, itu Bayu, Din. Melna menunjuk Bayu yang baru datang dan duduk di barisan remaja laki-laki. Melna memang sedang mengabsen teman-teman yang ikut menghadiri ceramah Kyai Abdullah. Melna juga menunjuk Bu Tuti yang hendak duduk di barisan ibu-ibu. Tak lama kemudian Kyai membuka ceramahnya dengan salam yang menggugah semangat hadirin, tak tertinggal pantun sapaan yang membuat hadirin antusias mendengarkannya, sepertinya hadirin tidak mau ketinggalan sedikitpun kata-kata beliau yang baru saja melesat. Kyai Abdullah memang terkenal dengan kedermawaan ilmu dan murah senyumnya serta tidak membosankan dalam menyampaikan materi. Setelah itu Kyai menyambungnya dengan puji-pujian kepada Tuhan dan shalawat untuk Nabi. Kyai baru mulai masuk pada isi ceramah setelah panjang lebar menceritakan perjuangan penuntut ilmu seorang ulama besar, Ibnu Hajar, yang mendapatkan hidayah dari sebuah batu besar dan keras. Batu yang keras seperti itu saja bisa di berlubang hanya karena tetesan air, singkat isi cerita Kyai. Lalu beliau masuk pada isi ceramah.Yang aku dengar pertama setelah cerita itu adalah kata mutiara yang indah: Ilmu pengetahuan di waktu kecil bagaikan ukiran diatas batu. Aku cepat-cepat menulisnya di note merah jambuku. Aku semakin antusias dengan tema ceramah Kyai. Kembali aku ingat buku kusam itu, rasanya tak jauh berbeda dengan kata mutiara yang pernah aku baca waktu itu, penuh makna. Aku mencoba membandingkannya dengan peribahasa yang selama ini aku pelajari di pelajaran Bahasa Indonesia, tapi sekarang aku sudah memperoleh versi Bahasa Arab-nya. Yah, bahasa yang hanya aku pelajari saat masih duduk di bangku Madrasah Ibtidaiyah empat tahun lalu. Dari kata mutiara itu, aku memahami satu hal bahwa ilmu pengetahuan yang kita dapatkan di waktu kecil tak akan mudah hilang. Selesai mengikuti ceramah itu aku langsung pulang bersama Mamak, Melna juga pulang bersama ibunya, namun aku lihat Bayu pulang bersama Bu Tuti. Keesokan harinya aku kembali lagi ke perpustakaan untuk mencari buku kusam itu. Lagi-lagi Melna mengejutkanku dari belakang. Dan lalu kuceritakan tentang kata mutiara yang ada di buku itu.Aku dan Melna memang sehati. Setelah aku ceritakan

    Sastra

    24

    Aku dan Buku Kusam ItuLela Fidella

    Prestsi Edisi 101 | Maret - 2015

  • Sastra

    25

    tentang buku itu, Melna juga antusias ingin mengetahui isi buku itu. Akhirnya kami mencari bersama sampai waktu istirahat habis ditelan waktu. Entah kenapa begitu sulit mencari satu buku itu, justru kami menemukan foto jadul bertuliskan kata mutiara: Tuntutlah ilmu sejak dari buaian hingga liang lahat. Lagi-lagi aku menemukan kata mutiara tentang ilmu. Foto itu sekilas mirip Bu Tuti semasa remaja, tampak lebih muda dan cantik. Lalu kami bawa foto itu ke kelas.Sayang sekali, kali ini pelajaran fisika oleh Bu Tuti digantikan Pak Anto. Kalau saja Bu Tuti tidak berhalangan mengajar, aku berniat akan menanyakan foto itu pada beliau. Kebetulan Bayu duduk didepanku, Aku menanyakan tentang Bu Tuti padanya. Bay, kamu tahu Bu Tuti kemana? Bu Tuti ada rapat diluar kota. Katanya. Kok kamu tahu? Tanyaku lagi, penasaran.Kemarin beliau bilang kepadaku. Jawabnya singkat. Begitu dekatnya Bayu dengan Bu Tuti, seperti kemarin seusai pengajian Kyai Abdullah mereka pulang bersama, pantaslah ia menjadi murid kesayangannya. Pulang sekolah aku dan Melna menanyakan kembali soal Bu Tuti pada bayu. Bayu, Bu Tuti kok deket banget sama kamu? Tanya Melna polos. Minggu ini aku menginap di rumahnya karena orang tuaku harus ke luar kota, dia tanteku. Jawabnya santai. Oh! Kami tertegun. Kami melanjutkan perjalanan pulang ke rumah kami masing-masing. Sampai rumah aku tanyakan tiga kata mutiara yang sempat aku dapatkan dengan kebetulan kepada Mamak, Mak, Mamak pernah belajar kata mutiara Bahasa Arab? Tanyaku. Apa itu, Nak? Beliau malah tanya balik. Aku sodorkan note merah jambuku dan foto kusam itu. Oh, ini tanyakan saja sama Mbak Yuli. Pasti dia tahu bahasa arab. Usul Mamak dan membuatku teringat. Aku lalu cepat-cepat ke rumah Mbak Yuli yang lulusan pondok pesantren satu tahun lalu itu. Aku mengetuk pintu rumahnya tiga kali, tak lama kemudian Mbak Yuli keluar. Eh, Dik Dina, ayo masuk! Sapanya ramah kepadaku. Aku langsung saja menanyakan tiga kata mutiara itu dan sekaligus meminta versi Bahasa Arab-nya. Mbak Yuli tertawa melihat tingkah lakuku kemudian masuk ke dalam rumah dan kembali lagi keruang tamu dengan buku coklatnya.Ini yang kamu maksud, Din? Tanya Mbak Yuli sembari menyodorkan buku catatannya. Aku tertegun tengelam dalam halaman demi halaman buku catatan Mbak Yuli, hatiku mengiyakan tak percaya. Akhirnya aku menemukan buku yang isinya sama seperti buku kusam itu. Mbak Yuli memberitahu bahwa itu adalah buku Mahfuzhat-nya saat ia duduk di bangku Madrasah Tsanawiyah di pesantren dulu. Seperti sebuah pesta mulai dirayakan dalam hatiku. 'Hore! Yes! Yes! Yes!' Kemudian akupun meminta izin padanya untuk meminjam buku itu.

    Pagi harinya, aku memperlihatkan buku itu pada Melna di halaman sekolah sebelum bel masuk berbunyi. Mel, kesini! Lihat! Aku membukakan buku itu untuk Melna. Ini yang kamu maksud buku kata mutiara itu, Din? Tanya Melna dengan senyum khasnya.Iya, Mel. Ini namanya Mahfuzhat, hanya ada di pesantren loh! Jawabku layaknya salesman yang sedang promosi.Tiba-tiba Bu Tuti lewat, reflek kami langsung menyapa beliau sekaligus menanyakan foto kusam kemarin. Dan ternyata benar, foto kusam itu milik Bu Tuti. Ibu dulu pernah belajar Mahfuzhat, ya? Tanyaku penasaran.Iya, dulu waktu masih SMA, Din. Jawabnya singkat. Aku bertanya lagi, Berarti Ibu dulu tinggal di pesantren?Tidak juga. Dulu Ibu belajarnya di masjid kampung bersama Kyai Sulaiman. Jawab Bu Tuti sambil menyodorkan sebuah buku kusam, yang tampaknya merupakan buku yang kucari-cari beberapa hari ini. Seperti ini pelajarannya, Nak. Terangnya. Teryata buku kusam itu sudah berada di tangan pemiliknya. Beliau bercerita bahwa ia mengambilnya dari meja penjaga perpustakaan. Waktu itu para petugas sedang membereskan buku-buku yang terlantar. Aku lega sekarang. Aku sudah tahu keberadaan buku kusam itu. Aku baru belajar dari tiga Mahfuzhat yang tertuang dalam buku itu. Maknanya yang sangat luas dan dalam, padahal baru membahas satu tema yaitu ilmu, membuatku terheran-heran sekaligus terkagum-kagum. Maka aku putuskan untuk tinggal di pesantren secepatnya.

    ***Dua tahun kemudian aku bersama Melna diperkenalkan dengan dunia pesantren, belajar ilmu agama lebih mendalam, teman-teman perempuan yang mengenakan jilbab dan yang paling aku tunggu-tunggu adalah pelajaran Mahfuzhat-nya. Alhamdulillah, di pesantren An-Najah ini aku memperoleh pelajaran Mahfuzhat setiap sore seusai sholat ashar, tepat setelah aku pulang kuliah. Dua tahun aku menunggu untuk belajar Mahfuzhat di pesantren setelah terinspirasi buku kusam milik Bu Tuti. Kata-kata mutiara sederhana yang mengantarkanku ke gerbang pendalaman agama dan mengajarkanku hakikat ilmu yang sebenarnya.Kini aku siap melangkah lebih jauh, naik lebih tinggi dan belajar lebih banyak. Mungkin dengan prolog yang lebih tepat untuk pelajaran Mahfuzhat ini; beliau mengangkat tangan kanannya tinggi-tinggi, mengepalkannya dengan sedikit berlebihan. Aku terkikik pelan bersama Melna sebelum terkejut oleh gema suara yang lantang.Ulangi, anak-anak! Man jadda wajada! []

    Prestsi Edisi 101 | Maret - 2015

  • Serba-serbi

    26

    (Sambungan halaman 05, Bedol Masisir; Komunitas dan Perubahan)dalam peranannya menolak kebodohan. Mereka yang terjun dalam tradisi pemikiran dan mereka yang menghidupkan kembali budaya kesenian, merupakan komunitas yang lahir dari rahim Masisir. Dengan lingkungan kajiannya, seorang mahasiswa dididik untuk dak praks dalam membaca dan mendapatkan informasi; pun juga dengan mahasiswa yang ada dalam komunitas seni dan budaya, bagaimana seni itu bukanlah sekedar kesenangan dan hiburan tapi lebih kepada medium religiusitasnya, dan yang paling penng ia adalah identas sebuah bangsa, seper ungkapan Kuncaraning negeri gumantung pangrukning budoyo lan seni, bahwa harumnya negeri tergantung bagaimana negeri itu memelihara atau melestarikan budaya luhur dan seni adiluhung. []

    (Sambungan halaman 21, Bedol Mentalitas Para Penulis...)Menyaksikan bagaimana harapan bisa tumbuh di ruang bawah sadar para murid yang terpinggirkan dan masih menjalani dunia damai ini sebagai medan perang yang penuh kekerasan, bagaimana dedikasi gurunya yang luar biasa menggiring mereka untuk mengabadik