Preskes Kondrosarkoma

download Preskes Kondrosarkoma

of 18

Transcript of Preskes Kondrosarkoma

  • 8/10/2019 Preskes Kondrosarkoma

    1/18

  • 8/10/2019 Preskes Kondrosarkoma

    2/18

    STATUS PASIEN

    I. ANAMNESIS

    A.

    Identitas Pasien

    Nama : Nn. D

    Umur : 26 tahun

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Agama : Islam

    Alamat : Cabean, Semarang

    No. RM : 01264848

    Masuk RS : 3 November 2014

    Pemeriksaan : 9 November 2014

    B. Keluhan Utama

    Benjolan di paha kanan bawah

    C. Riwayat Penyakit Sekarang

    Pasien mengeluhkan adanya benjolan di paha kanan 2 tahun sebelum

    masuk rumah sakit. Benjolan dirasakan semakin membesar terutama 3 bulan

    terkahir disertai rasa nyeri. Oleh karena dirasakan semakin tidak nyaman, pasien

    akhirnya berobat ke RSDM.

    D. Riwayat Penyakit Dahulu

    R. Asma : disangkal

    R. Alergi : disangkal

    R. Hipertensi : disangkal

    R. DM : disangkal

  • 8/10/2019 Preskes Kondrosarkoma

    3/18

    R. operasi : disangkal

    R. Penyakit Serupa : disangkal

    E.

    Riwayat Penyakit Keluarga

    R. Sakit jantung : disangkal

    R. Hipertensi : disangkal

    R. DM : disangkal

    R. Asma : disangkal

    R. Alergi : disangkal

    F. Anamnesa Sistemik

    Kepala : mesocephal, nyeri kepala (+)

    Mata : konjungtiva anemis (-/-) sklera ikterik (-/-),pandangan

    kabur (-), pandangan ganda (-)

    Hidung : pilek (-), mimisan (-), hidung tersumbat (-)

    Telinga : sekret (-/-), membran timpani (intak/intak), darah (-/-)

    Mulut : mulut kering (-), bibir biru (-), sariawan (-), gusi berdarah

    (-), bibir pecah- pecah (-)

    Tenggorokan : nyeri telan (-)

    Respirasi : sesak (-), batuk (-), dahak (-), batuk darah (-), mengi (-)

    Cardiovascular : nyeri dada (-), pingsan (-), kaki bengkak (-), keringat

    dingin (-), lemas (-)

    Gastrointestinal: mual (-) muntah (-),perut terasa panas (-) kembung (-),

    sebah (-), muntah darah (-), BAB warna hitam (-), BAB

    lendir darah (-), BAB sulit (-), hilangnya sensasi BAB (-)

    Genitourinaria : BAK warna kuning jernih, nyeri saat BAK (-)

    Ekstremitas :

  • 8/10/2019 Preskes Kondrosarkoma

    4/18

    Atas: pucat (-), kebiruan (-), bengkak (-), luka (-), terasa dingin (-),

    kesemutan (-)

    Bawah: pucat (-), kebiruan (-), bengkak (-/+), nyeri (-/+)luka (-),

    terasa dingin (-), kesemutan (-)

    II. PEMERIKSAAN FISIK

    Keadaan umum : baik, gizi kesan obese (TB 160cm BB 120 kg IMT 46.7)

    Vital Sign : Tekanan Darah : 120/80 mmHg

    Nadi : 88 x/menit

    Respiratory rate : 18 x/menit

    Suhu : 36.9o C

    Derajat kesadaran : Compos mentis (GCS : E4V5M6)

    Kulit : Warna sawo matang, pucat (-), ikterik (-), petechie

    (-), turgor baik (+)

    Kepala : Mesocephal, luka (-), rambut warna hitam, tidak

    mudah dicabut

    Mata : Cekung (-/-). Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik

    (-/-), reflek cahaya (+/+), pupil isokor (3mm/3mm),

    hematom palpebra (-/-), gerakan nola mata normal,

    diplopia (-)

    Telinga : Sekret (-/-), darah (-/-), nyeri tekan mastoid (-/-)

    Hidung : Napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), epistaksis (-/-)

    Mulut : Mulut kering (-), sianosis (-), stomatitis (-), mukosa pucat

    (-), gusi berdarah (-), lidah kotor (-), lidah hiperemis (-),

    lidah tremor (-), papil lidah atrofi (-), maloklusi (-)

    Tenggorokan : Tonsil hipertrofi (-) faring hiperemis (-)

    Leher : Simetris, trachea ditengah, JVP tidak meningkat,

    KGB servikal membesar (-), tiroid membesar (-), nyeri

    tekan (-), step off (-)

  • 8/10/2019 Preskes Kondrosarkoma

    5/18

    Thorax : normochest, simetris, retraksi suprasternal (-)

    Cor : Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

    Palpasi : Ictus cordis tidak kuat angkat

    Perkusi : Jantung kesan tidak melebar

    Auskultasi : Reguler BJ I-II murni, intensitas normal,

    bising (-)

    Pulmo : Inspeksi : pengembangan dada kanan = dengan kiri

    Palpasi : fremitus raba kanan = kiri, krepitasi (-),nyeri (-)

    Perkusi : redup/sonor

    Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/ + normal), suara

    tambahan (-/-)

    Abdomen : Inspeksi : distended (-), jejas (-)

    Auskultasi : bising usus (+) normal

    Perkusi : timpani

    Palpasi : supel, nyeri tekan (-), defance muscular (-)

    Ekstremitas :

    Superior Inferior

    Akral dingin (-/-) (-/-)

    Sianosis (-/-) (-/-)

    Edema (-/-) (-/-)

    CRT (< 2/< 2) (< 2/< 2)

    Motorik :

    Gerak

    Kekuatan

    (N/N)

    (N/N)

    (sde/sde)

    (sde/sde)

  • 8/10/2019 Preskes Kondrosarkoma

    6/18

    Tonus

    Sensibilitas

    (N/N)

    (N/N)

    (sde/sde)

    (N/N)

    III. Status Lokalis

    Regio Femur :

    Look : Oedem (+), deformitas (+) angulasi ke lateral

    Feel : teraba massa dengan konsistensi keras dan berbatas tegas, nyeritekan (+), krepitasi (-), akral dingin (-), pulsasi distal ekstremitas

    (+), NVD (-)

    Movement : ROM terbatas karena nyeri

    III. ASSESSMENT

    Chondrosarcoma r. femur dextra

    IV. PLANNING I

    Mondok bangsal

    Infus ringer laktat 20 tpm

    Pemeriksaan darah rutin, HBSAg, PT/APTT

    Rontgen femur AP/lateral

    V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Laboratorium Darah

    Hb 14,9 g/dl GDS 116 mg/dl

    Hct 43 % Ur/Cr 23 / 0.5

    AL 12.6 ribu/uL Natrium 143 mmol/L

  • 8/10/2019 Preskes Kondrosarkoma

    7/18

    AE 5,08 juta/uL Kalium 4,1 mmol/L

    AT 360 ribu/uL Klorida 108 mmol/L

    Gol. darah A HBsAg non reaktif (-)

    Pemeriksaan Radiologi

    Femur AP/Lateral :

    Tampak gambaran soap bubble appearance dengan zona transisi narrow, ekspansi

    di regio femur 1/3 tengah distal

    Trabekulasi tulang di luar lesi normal

    Sacroiliac joint dan hip joint normal

    Kesimpulan: Menyokong gambaran primary bone tumor dd/

    1. Suspect GCT

    2. Suspect Osteosarcoma

  • 8/10/2019 Preskes Kondrosarkoma

    8/18

    TINJAUAN PUSTAKA

    A.

    Definisi

    Kondrosarkoma merupakan tumor tulang ganas yang terdiri atas kondrosit

    anaplastik yang dapat tumbuh sebagai tumor tulang perifer atau sentral.

    Kondrosarkoma berasal dari kartilago primitif yang membentuk mesenkim,

    memproduksi kartilago hialin dan menghasilkan pertumbuhan yang abnormal

    dari tulang atau kartilago.2,5

    Kondrosarkoma dapat dibagi menjadi kondrosarkoma primer dan sekunder.

    Untuk keganasan yang berasal dari kartilago itu sendiri (de novo) disebut

    kondrosarkoma primer. Sedangkan apabila merupakan bentuk degenerasi

    keganasan dari penyakit lain seperti enkondroma, osteokondroma dan

    kondroblastoma disebut kondrosarkoma sekunder. Kondrosarkoma sekunder

    kurang ganas dibandingkan kondrosarkoma primer. Berdasar lokasi

    kondrosarkoma dapat diklasifikasi menjadi tumor sentral atau perifer.6

    Sarkoma primer pada tulang pelvis dianggap mempunyai prognosis lebih jelek

    dibandingkan lokasi lain di tulang panjang.7

    B. Epidemiologi

    Kondrosarkoma bisa mengenai semua orang dengan berbagai umur, meskipun

    sering terjadi pada dekade 5 atau 6 dengan perbandingan laki-laki : perempuan

    (1,5-2:1). Kondrosaroma jarang terjadi pada anak, dan seandainya terjadi

    kejadiannya agresif. Meskipun semua tulang bisa terkena namun lokasi paling

    sering terkena adalah pelvis (40-50% dari semua kondrosarkoma),

    pergelangan bahu, tulang panjang bagian proksimal, iga, scapula, dan

    sternum.7 Kondrosarkoma primer jarang terjadi di tulang punggung (

  • 8/10/2019 Preskes Kondrosarkoma

    9/18

    proksimal merupakan tempat yang paling sering terjadi. Kerangka aksial juga

    paling sering terkena dengan kejadian pada tulang innominata 25% kasus dan

    kejadian pada tulang iga 8%. Lokasi yang jarang terjadi antara lain discapula

    (5%) dan di sternum (2%).3

    Pada tulang panjang lesi umumnya terletak di metafisis (49%) diikuti di

    diafisis (36%). Kondrosarkoma konvensional yang terpusat di diafisis tidak

    banyak terjadi, hanya 16% kasus.3

    C. Gejala klinis

    Gejala klinis kondrosarkoma tergantung derajat tumor. Pada kebanyakan

    kasus, gejalanya ringan dengan waktu yang lama, berkisar dari beberapa bulan

    sampai tahun, dan biasanya nyeri tumpul dengan teraba adanya masa. Pada

    derajat yang tinggi tumor dapat tumbuh cepat dengan nyeri yang menyiksa.6

    Fraktur patologis terkadang menjadi gejala yang tampak lebih dulu (3-17%

    kasus) pada pasien dengan kondrosaroma konvensional.3

    D. Klasifikasi

    Kondrosarkoma di klasifikasikan menjadi kondrosarkoma primer (90%) jika

    lesi de novo dan kondrosarkoma sekunder (10%) jika berasal dari defek

    kartilago jinak, seperti osteokondroma atau enkondroma. Selanjutnya

    diklasifikasikan sebagai kondrosarkoma sentral (jika letak lesi di kanal

    intramedular), kondrosarkoma perifer (jika letak lesi di permukaan tulang)

    dan kondrosarkoma jukstakortikal atau periosteal dengan kejadian jarang

    (2%). Secara patologi kondrosarkoma diklasifikasikan menjadi

    kondrosarkoma konvensional (80-85%), dan kondrosarkoma dengan subtipe

    tergantung lokasi, tampilan, terapi dan prognosis. Subtipe tersebut antara lain:

    6

    1. kondrosarkoma clear cell (1%-2%)

    2. kondrosarkoma miksoid (8%-10%),

    3.

    kondrosarkoma mesenkimal (3%-10%)

  • 8/10/2019 Preskes Kondrosarkoma

    10/18

    4.

    kondrosarkoma dedifferentiated (5%-10%)

    .Secara histologi berdasar ukuran lesi dan staining inti (hiperkromasia) dan

    seluleritasnya derajat kondrosarkoma dibagi dalam skala 1-3, dimana setiap

    derajat menunjukkan agresivitasnya. 6

    1.

    Derajat 1 merupakan tumor derajat rendah

    2. Derajat 2 merupakan derajat sedang

    3. Derajat 3 merupakan derajat tinggi

    Tumor derajat 1 mempunyai kondrosit dengan inti tebal, meskipun beberapa

    inti membesar (ukuran > 8 mikro) dan sedikit sel dengan multinucleated

    (kebanyakan binucleated). Stroma lebih dominan dengan area miksoid sedikit

    atau bahkan tidak ada. Kondrosarkoma derajat 1 ini sulit dibedakan dengan

    enkondroma.

    Kondrosarkoma derajat 2 mempunyai matriks kondroid yang sedikit dan lebih

    banyak mengandung sel. Peningkatan sel lebih dominan di tumor perifer

    dengan matriks kondroit yang hampir tidak ada dan jarang ditemukan

    gambaran mitosis.

    Kondrosarkoma derajat 3, menampilkan sel-sel yang lebih besar dan inti lebih

    pleomorfisme dibandingkan derajat 2. Matriks kondroit jarang bahkan hampir

    tidak ada dengan material interseluler sedikit dan sering berupa mixoid.

    Selnya umumya bentuk stellat atau ireguler. Fokus nekrosis sering tampak dan

    sering meluas. Inti selsering berbentuk spindle dengan ukuran bisa lebih

    besar 5-10 kali dibandingkan dengan ukuran normal.3,8

    E. Etiologi

    Etiologi kondrosarkoma masih belum diketahui secara pasti. Informasi

    etiologi kondrosarkoma masih sangat minimal. Beberapa zat-zat fisika dan

    kimia, seperti radiasi, beryllium, dan isotop radioaktif, telah menunjukkan

    faktor resiko potensial terhadap perkembangan tumor kondroid. Namun

    berdasarkan penelitian yang terus berkembang didapatkan bahwa

  • 8/10/2019 Preskes Kondrosarkoma

    11/18

    kondrosarkoma berhubungan dengan tumor-tumor tulang jinak seperti

    enkondroma atau osteokondroma sangat besar kemungkinannya untuk

    berkembang menjadi kondrosarkoma. Tumor ini dapat juga terjadi akibat efek

    samping dari terapi radiasi untuk terapi kanker selain bentuk kanker primer.

    Selain itu, pasien dengan sindrom enkondromatosis seperti Ollier disease dan

    Maffucci syndrom, beresiko tinggi untuk terkena kondrosarkoma.9

    F. Patogenesis

    Patogenesis kondrosarkoma primer maupun sekunder adalah terbentuknya

    kartilago oleh sel-sel tumor tanpa disertai osteogenesis. Sel tumor hanya

    memproduksi kartilago hialin yang mengakibatkan abnormalitas pertumbuhan

    tulang dan kartilago. Secara fisiologis, kondrosit yang mati dibersihkan oleh

    osteoklas kemudian daerah yang kosong itu, diinvasi oleh osteoblas-osteoblas

    yang melakukan proses osifikasi. Proses osifikasi ini menyebabkan diafisis

    bertambah panjang dan lempeng epifisis kembali ke ketebalan semula.

    Seharusnya kartilago yang diganti oleh tulang di ujung diafisis lempeng

    memiliki ketebalan yang setara dengan pertumbuhan kartilago baru di ujung

    epifisis lempeng. Namun pada kondrosarkoma proses osteogenesis tidak

    terjadi, sel-sel kartilago menjadi ganas dan menyebabkan abnormalitas

    penonjolan tulang, dengan berbagai variasi ukuran dan lokasi.5

    Proses keganasan kondrosit dapat berasal dari perifer atau sentral. Apabila lesi

    awal dari kanalis intramedular, di dalam tulang itu sendiri dinamakan

    kondrosarkoma sentral sedangkan kondrosarkoma perifer apabila lesi dari

    permukaan tulang seperti kortikal dan periosteal. Tumor kemudian tumbuh

    membesar dan mengikis korteks sehingga menimbulkan reaksi periosteal pada

    formasi tulang baru dan soft tissue.Penelitian baru-baru ini berkesimpulan

    patogenesis dari kondrosarkoma bisa melibatkan inaktifasi mutasional dari

    gen supresor tumor terdahulu. Telah dilaporkan terjadinya inaktifasi

    mutasional tumor supresor p16, Rb, dan p53 kondrosarkoma. Lebih lanjut

  • 8/10/2019 Preskes Kondrosarkoma

    12/18

    lagi, inaktifasi p53 berhubungan dengan tumor tingkat yang lebih tinggi dan

    prognosis yang lebih jelek.10

    G. Diagnosis

    Diagnosis kondrosarkoma dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan

    fisik dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang antara lain

    pemeriksaan radiologi dan patologi anatomi. Pemeriksaan radiologi meliputi

    pemeriksaan foto polos, CT scan, MRI dan PET scan. Foto polos atau foto

    konvensional merupakan pemeriksaan penting yang dilakukan untuk diagnosis

    awal kondrosarkoma. Foto polos bisa menggambaran lokasi lesi,

    identifikasi sifat kartilago dan agresifitasnya. Tampilan khas dari lesi tulang

    rawan pada radiografi polos adalah kalsifikasi diskrit. Lesi dapat berupa

    radiolusen atau sklerotik pada foto polos, dengan disertai adanya

    kalsifikasi. Tampilan lesi tergantung jumlah mineralisasi yang terjadi.

    Kondrosarkoma dimulai di metafisis dan meluas ke diafisis.10

    Baik kondrosarkoma primer atau sentral memberikan gambaran radiolusenpada area dekstruksi korteks dan muncul scallop erosion pada kortex

    endosteal atau disebut endosteal scalloping, dan penipisan atau penebalan

    korteks. Endosteal scalloping terjadi akibat pertumbuhan tumor yang lambat

    dan permukaan tumor yang licin. Pada kondrosarkoma, endosteal scalloping

    kedalamannya lebih dari 2/3 korteks, hal ini dapat membedakan

    kondrosarkoma dengan enkondroma.9

    Ketika tumor meluas ke jaringan lunak massa sering besar dan teraba. Bentuk

    destruksi biasanya berupa pengikisan dan reaksi eksternal periosteal pada

    formasi tulang baru. Karena ekspansi tumor, terjadi penipisan korteks di

    sekitar tumor yang dapat mengakibatkan fraktur patologis. Gambaran

    kondrosarkoma lebih agresif disertai destruksi tulang, erosi korteks dan reaksi

    periosteal, jika dibandingkan dengan enkondroma.9

    Tumor high grade menunjukkan tepi yang tidak teratur. Kalsifikasi dari

    matriks tumor bisa berupa stippled, punctata, flocculent, atau ring and arc

  • 8/10/2019 Preskes Kondrosarkoma

    13/18

    like pattern. Kalsifikasi bisa kecil, tersebar, padat maupun halus. Tidak ada

    kriteria absolut untuk penentuan malignansi. Namun, pada lesi maligna,

    terdapat kecenderungan penetrasi korteks tampak lebih jelas dan tampak

    massa jaringan dengan kalsifikasi yang ireguler. Namun, sering pula tampak

    area yang luas dengan sedikit kalsifikasi bahkan tanpa kalsifikasi sama

    sekali.3,10,11,12

    Destruksi korteks dan soft tissue di sekitarnya juga menunjukkan tanda

    malignansi tumor. Jika terjadi destruksi dari kalsifikasi matriks yang

    sebelumnya terlihat sebagai enkondroma, hal tersebut menunjukkan telah

    terjadi perubahan ke arah keganasan menjadi kondrosarkoma.10

    Komponen radiolusen dari kondrosarkoma biasanya menunjukkan adanya

    lisis tulang tipe geografik dan lesi multilobulated berhubungan langsung

    dengan pola pertumbuhan lesi kartilago hialin. Pola lisis tulang yang lebih

    agresif (moth eaten dan permeative) bisa terlihat pada kondrosarkoma derajat

    tinggi tetapi lebih sering berhubungan dengan kondrosarkoma tipe

    mesenkimal, miksoid, dan dedifferentiated.3

    CT scan memiliki peran diagnostik untuk menunjukkan destruksi tulang,

    kalsifikasi kecil, dan batas intra dan ekstra tulang. Pada CT scan, 90% kasus

    ditemukan gambaran radiolusen yang berisi kalsifikasi matriks kartilago.

    Pemeriksaan CT scan memberikan hasil lebih sensitif untuk penilaian

    distribusi kalsifikasi matriks dan integritas korteks. Endosteal scalloping

    pada tumor intramedullar juga terlihat lebih jelas pada CT scan dibandingkan

    dengan foto konvensional. CT scan ini juga dapat digunakan untuk memandu

    biopsi perkutan dan melihat adanya proses metastase di tempat lain.9,12

    MRI dapat menunjukkan lesi lobulated dengan sinyal rendah atau menengah

    pada T1W1 dan intensitas sinyal tinggi pada T2W1. MRI bisa menunjukkan

    staging yang tepat terhadap adanya keterlibatan meduler dan massa jaringan

    lunak. Kondrosarkoma derajat rendah menunjukkan lesi dengan pola lobulated

    dan adanya peningkatan septasi setelah dilakukan injeksi media kontras

  • 8/10/2019 Preskes Kondrosarkoma

    14/18

    intravena. Tumor derajat tinggi tidak memiliki septasi dan menunjukkan

    peningkatan penyangatan heterogen yang difus. Tumor jinak dan

    kondrosakoma derajat rendah tidak dapat dibedakan dengan MRI dari matriks

    saja.10

    Kondrosarkoma secara khas menunjukkan peningkatan penyerapan

    radioisotop pada bone scan, namun belum bisa digunakan untuk membedakan

    antara osteokondroma dan enkondroma. Peningkatan penyerapan

    menunjukkan adanya aktifitas metabolik pada kondroma atau pada

    tranformasi ke ganas. Namun demikian tidak adanya peningkatan penyerapan,

    curiga keganasan bisa disingkirkan.6

    H. Diagnosis Banding

    1. Enkondroma

    Enkondroma merupakan tumor intrameduler yang dikarakteristikkan oleh

    adanya bentukan kartilago hialin yang berbatas tegas. Enkondrama

    sebagai diagnosis banding terutama jika dibandingkan dengan

    kondrosarkoma derajat rendah.9,13

    Enkondroma biasanya mempunyai gejala berupa nyeri ringan karena

    pertumbuhan yang lambat. Terdapat reaksi peritumoral minimal, dan

    avaskuler. Tumor ini sering ditemukan eksidental karena fraktur

    patologis. Pada foto polos, enkondroma tampak lesi bentuk panjang atau

    oval dengan tepi yang berbatas tegas. Pada lesi yang besar, tampak defek

    lusen yang merupakan endosteal scalloping dan korteks yang meluas dan

    tipis. Kalsifikasi pada lesi bisa berupa bercak atau cincin. CT berguna

    untuk mendeteksi mineralisasi matriks dan integritas korteks. MRI

    membantu mendeskripsikan bagian non mineral dari lesi dan dapat

    memvisualisasikan agresifitas dan destruksi di sekitar lesi. Gambaran

    radiologi enkondroma perlu di waspadai karena mempunyai potensial

    menjadi ganas diantaranya ukuran yang besar, komponen bukan mineral

    yang besar, korteks menipis secara signifikan, dan jika pada bone scan

    aktifitas lesi lebih besar dibanding spina iliaca anterior superior. Gambaran

  • 8/10/2019 Preskes Kondrosarkoma

    15/18

    enkondroma yang sangat kuat mengarah ke transformasi ganas antara lain

    adanya destruksi yang progresif dari matriks kondroit, komponen non

    mineralisasi, dan lesi yang membesar yang menyebabkan nyeri atau massa

    jaringan lunak yang ekspansil.13

    2. Osteosarkoma

    Osteosarkoma merupakan tumor tulang primer paling banyak dengan

    kejadian sekitar 25% dari semua tumor tulang primer. Osteosarkoma

    mempunyai karakteristik histologi pleomorfik, namun ada dua ciri untuk

    penegakan diagnostik secara histologiyaitu adanya kemampuan

    menghasilkan jaringan osteoid tanpa adanya perkembangan dari kartilago

    dan adanya alkalin phospatase didalam sel tumor. Berdasar derajat

    ossifikasi jaringan osteoid, osteosarkoma dibagi menjadi beberapa jenis:

    osteoblastik, kondroblastik, fibroblastik, anaplastik atau telangiektasis.

    Masing-masing tipe ini mempunyai sedikit perbedaan secara

    radiologis.11,14

    Diferensial diagnosis dari kondrosarkoma adalah osteosarkoma tipe

    kondroblastik. Insiden terjadinya osteosarkoma pada umur 10-25 tahun

    dengan predileksi di sekitar lutut. Biasanya mengenai metadiafisis dari

    bagian distal tulang femur dan bagian proksimal dari tulang tibia.

    Osteosarkoma jarang terjadi di pelvis, tulang belakang, clavicula, scapula,

    iga, dan tulang-tulang kecil. Sepuluh persen terjadi di diafisis. Terlibatnya

    epifisis biasanya terjadi pada kasus yang sangat kronis. Kartilago di

    metafisis berlaku sebagai barrier sementara bagi perluasan tumor.11

    Gambaran khas foto polos osteosarkoma adalah adanya area eksentrik

    dengan destruksi tulang tipe permeatif di metadiafisis sekitar lutut

    disertai adanya erosi korteks dan adanya massa jaringan lunak yang

    berbatas tegas. Tampak adanya elevasi periosteum yang disebabkan

    adanya bentukan baru dari tulang yang dikenal sebagai codmans

    triangle. Epifisis biasanya tampak normal. Tampak adanya kalsifikasi

    bentuk spikula amorf di massa jaringan lunak. Sklerosis dan destruksi

  • 8/10/2019 Preskes Kondrosarkoma

    16/18

    tulang biasanya tampak didalam lesi tulang, namun kadang-kadang lesi

    berupa lesi litik.11

    3.

    Fibrous Displasia

    Fibrous displasia adalah lesi jinak di skeletal yang sering terjadi dengan

    melibatkan satu tulang (monostotic) atau banyak tulang (polyostotic)

    dengan predileksi di tulang panjang, tulang iga, dan tulang kraniofasial,

    tulang belakang, pelvis dan biasanya unilateral. Bentuk monoostotik kira-

    kira 70-80% dari kasus fibrous displasia, selebihnya adalah tipe

    poliostotik. Derajat deformitas tulang relatif lebih banyak pada tipe

    poliostotik. Tipe poliostotik paling banyak mengenai kepala, tulang fasial,

    pelvis dan tulang belakang dan biasanya mempunyai sifat unilateral.

    Kejadian fibrous displasia ini mirip proses kongenital. Fibrous displasia

    banyak mengenai anak dan dewasa muda, 75 % pasien berumur kurang

    dari 30 tahun dengan insiden tertinggi pada usia 3-15 tahun. Gejala awal

    fibrous displasia adalah nyeri disekitar lesi diikuti pincang dan fraktur

    spontan. Lesi pada pelvis sering menunjukkan tanda sheperds crook

    deformity dan deformitas coxa vara jika kasusnya sudah berat.14,15.

    Secara klasik fibrous displasia berupa lesi di intrameduler, ekspansil, dan

    berbatas tegas. Meskipun terdapat endosteal scalloping, namun masih

    tampak kontur korteks yag halus. Lesi menunjukkan berbagai macam

    derajat densitas opasitas dengan tampak gambaran ground glass

    appearance, meskipun beberapa kasus hanya tampak hanya rodiolusen

    atau sklerotik. Lesi biasa menunjukkan peningkatan yang tidak spesifik

    terhadap radiotracer pada bone scan. CT dan MRI berguna membantu

    mengevaluasi komponen jaringan lunak dan perluasan lesi.14

  • 8/10/2019 Preskes Kondrosarkoma

    17/18

    DAFTAR PUSTAKA

    1.

    Schrage YM, Bovee JVMG, Hogendoorn PCW. Towards new therapeuticstrategies in chondrosarcoma. Netherlands Organisation for Scientific

    Research; 2009.

    2. Kundu S, Mousumi P, Ranjan R, Paul. Clinicopathologic correlation of

    chondrosarcoma of mandible with a case report. Contemporary Clinical

    Dentistry. Oct-Dec 2011;2: 390-93.

    3. Murphey MD, Walker EA, Wilson AJ, Kransdorf MJ, Temple TH, Gannon

    4.

    FH. Imaging of primary chondrosaroma : Radiologic-pathologic correlation.

    Radiographics. 2003; 23: 1245-78.5. Solomon L, editor, Apleys system of orthopedics and fractures. 8 th ed. New

    York. Oxford University Press Inc; 2011.

    6. Wijaya C, editor. Patofisiologi : Konsep klinis proses-proses penyakit. Ed. 4.

    Jakarta EGC; 1995

    7. Mavrogenis AF, Gambarotti M, Angelini A, Palmerini E, Staals EL, Ruggieri

    P, et al. Chondrosarcomas Revisited. Orthopedics; 2012 March (35);2.

    Available from http://www.ORTHOSuperSite.com.Search:20120222-30

    8.

    Wirbel RJ, Schulte M, Maier B, Koschnik M, Mutschler W. Chondrosarcomaof the pelvis: oncologic and functional outcome. Sarcoma. 2000; 4: 161-68.

    9. Ryan S, McNicholas M, Eustace S. Anatomy for diagnostic imaging. 2nd ed.

    Elsivier limited; 2004.

    10.Murphey MD, Flemming DJ, Boyea SR, Bojescul JA, Sweet D, Temple

    HT. Enchondroma versus chondrosarcoma in the appendicular skeleton:

    differentiating feature. Radiographics. 1998; 18:1213-37.

    11.

    Ollivier L, Vanel D, Lecl`ere J. Imaging of chondrosarcomas. Cancer

    imaging. Paris; International Cancer Imaging Society; 2003; 4. Available

    from: http://www.e-med.org.uk

    12.

    Sutton D, editor. Text book of radiology and imaging. 7th ed. Churchill

    livingstones. Elsevier science Ltd; 2003.

    13.Riddle NMD, Yamauchi H, Caracciolo JT, Johnson D, Letson GD, Hakam A,

    et al. Dedifferentiated chondrosarcoma arising in fibrous dysplasia: A case

    report and re iew of the current literature. Pathology and Laboratory Medicine

    International 2009; (1):16.

    14.Muller PE, Durr HR, Nerlich A, Pellengahr C, Maier M, Jansson V. Malignant

    transformation of benign enchondroma of the hand to secondary

  • 8/10/2019 Preskes Kondrosarkoma

    18/18