preskes boyol bedah2

31
LAPORAN KASUS STASE BOYOLALI SEORANG PEREMPUAN USIA TAHUN 32 TAHUN DENGAN CF COLLUM FEMUR (S) Oleh : Anindita Ratna Gayatri (G99141032) Pembimbing : dr. Anang Ma’ruf, Sp.B, FInaCS

description

preskes boyol bedah

Transcript of preskes boyol bedah2

Page 1: preskes boyol bedah2

LAPORAN KASUS STASE BOYOLALI

SEORANG PEREMPUAN USIA TAHUN 32 TAHUN DENGAN CF

COLLUM FEMUR (S)

Oleh :

Anindita Ratna Gayatri (G99141032)

Pembimbing :

dr. Anang Ma’ruf, Sp.B, FInaCS

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD PANDAN ARANG

BOYOLALI

2015

Page 2: preskes boyol bedah2

STATUS PENDERITA

I. IDENTITAS

Nama : Ny S

Umur : 32 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Sudah menikah

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Sidorejo, Teras, Boyolali

No. Catatan Medis : 10498538

Tanggal Pemeriksaan : 16 September 2015

II. ANAMNESIS

Keluhan Utama

Nyeri di paha kiri post KLL

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengeluhkan nyeri di paha kiri post KLL. Kurang lebih 1 jam

sebelum masuk rumah sakit, pasien membonceng motor bersama 2 anaknya yang

dikendarai oleh suaminya. Pada saat akan menyeberang pasien ditabrak oleh

sebuah motor yang melaju kencang. Pasien tidak menggunakan helm standar.

Posisi jatuh pasien ke arah kanan dengan paha kiri berada di sisi yang tertabrak

motor. Pingsan (-), muntah (-), pusing (-), pandangan kabur (-).Pasien segera

dilarikan ke IGD RSUD Pandan Arang Boyolali dan mendapatkan pertolongan

pertama.

Page 3: preskes boyol bedah2

Riwayat Penyakit Dahulu

1. Riwayat DM/Hipertensi/Jantung/Asma : disangkal

2. Riwayat penyakit serupa : disangkal

3. Riwayat operasi : disangkal

4. Riwayat mondok : disangkal

5. Riwayat trauma : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga

1. Riwayat DM/Hipertensi/Jantung/Asma : disangkal

2. Riwayat penyakit serupa : disangkal

Riwayat Kebiasaan

1. Riwayat makan : 3 kali sehari, nafsu makan baik, jarang

mengkonsumsi daging.

2. Riwayat merokok : Disangkal

3. Riwayat olahraga : jarang

Riwayat Sosial Ekonomi

1. Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga

2. Pasien tidak memiliki asuransi (umum).

III. PEMERIKSAAN FISIK

Tanda-tanda Vital

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda Vital

o TD : 120/70 mmHg

o Nadi : 80 x/menit

o Respirasi : 20 x/menit

o Suhu : 36,5°C

Page 4: preskes boyol bedah2

Status Generalis

Kepala : Mesocephal

Mata : CA (-/-), SI (-/-)

Mulut : Tonsil TI – TI tenang, Faring hiperemis (-)

Leher : JVP tidak meningkat, KGB tidak teraba membesar, trakea

terletak ditengah.

Thorak : Bentuk dan Gerak simetris

Cor

Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : Iktus kordis teraba

Perkusi : Batas-batas jantung dalam batas normal

Auskultasi : BJ I – II murni reguler, murmur (-), Gallop (-)

Pulmo

Inspeksi : Simetris dalam keadaan statis dan dinamis

Palpasi : Fremitus taktil pada hemithoraks kanan dan kiri

simetris

Perkusi : Sonor pada hemithoraks kanan dan kiri

Auskultasi : SDV (+/+), Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)

Abdomen

Inspeksi : Dinding perut sejajar dinding dada

Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba membesar,

Ballotement -/-, nyeri ketok CVA -/-

Perkusi : Timpani diseluruh lapang abdomen

Auskultasi : BU (+) normal

Genitalia

Inspeksi : secret (-)

Palpasi : nyeri tekan (-)

Page 5: preskes boyol bedah2

Ekstremitas

Atas : Edema (-/-), Sianosis (-/-), CRT <2”, akral hangat

Bawah : Edema (-/-), Sianosis (-/-), CRT <2”, akral hangat

Status Lokalis:

Regio Femoralis Sinistra

Look : Tampak deformitas (+) pada regio femoralis sinistra

Feel : Krepitasi (+)

Movement : False movement (+)

IV. ASSESSMENT I

CF femur sinistra

V. PLAN I

1. Infus RL 20tpm

2. MRS Bangsal Bedah

3. Cek lab DL, elektrolit, PT/APTT

4. Imobilisasi sementara dengan bidai

5. Injeksi Ketorolac 1 ampul/8 jam

6. Injeksi Ranitidin 1 ampul/12 jam

7. Rontgen pelvis AP

8. Rontgen femur AP/lateral

II. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Lab darah 8 Agustus 2015

Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan

DARAH RUTIN

Hemoglobin 12.3 g/dL 14-18

Hematokrit 43,2 % 42-52

Page 6: preskes boyol bedah2

Leukosit 12.1 ribu/µl 4.8– 10.8

Trombosit 277 ribu/µl 150 – 450

Eritrosit 5.21 juta/µl 4.7 – 6.1

Golongan Darah O

HEMOSTASIS

PT 15.6 Detik 12.0 – 16.0

APTT 31.3 Detik 25.0 – 42.0

INR 0.94

SEROLOGI HEPATITIS

HbsAg Nonreactive Nonreactive

KIMIA KLINIK

Creatinine 1.0 mg/dl 0.9-1.3

Ureum 38 mg/dl 10 - 50

ELEKTROLIT

Natrium Darah 133 mmol/l 132-145

Kalium Darah 4.1 mmol/l 3.3-5.1

Chlorida Darah 101 mmol/l 98-106

Pemeriksaan Rontgen Pelvis AP tanggal 8 September 2015

Page 7: preskes boyol bedah2

Hasil : Tampak fraktur trochanter mayor femur sinistra

Pemeriksaan Rontgen Femur AP/Lateral

Hasil : Tampak fraktur femur sinistra par medialis

III. ASSESMENT II

Fraktur femur sinistra pars medialis

Page 8: preskes boyol bedah2

Fraktur trochanter mayor femur sinistra

IV. PLAN II

1. Awasi KU

2. Pro ORIF

V. PROGNOSIS

ad vitam : bonam

ad functionam : bonam

ad sanationam : bonam

TINJAUAN PUSTAKA

FRAKTUR FEMUR

1.1 Definisi

A. Definisi Fraktur

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang

ditentukan sesuai dengan jenis dan luasnya yang biasanya disebabkan oleh

rudapaksa atau tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap

oleh tulang4.

Kebanyakan fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanan

membengkok, memutar dan tarikan akibat trauma yang bersifat langsung

maupun tidak langsung. Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada

tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya

bersifat komunitif dan jaringan lunak ikut mengalami kerusakan sedangkan

trauma tidak langsung apabila trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari

daerah fraktur, misalnya jatuh dengan tangan extensi dapat menyebabkan fraktur

pada klavikula. Pada keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap utuh4.

Tekanan pada tulang dapat berupa: (1) tekanan berputar yang dapat

menyebabkan fraktur bersifat spiral atau oblik, (2) tekanan membengkok yang

Page 9: preskes boyol bedah2

menyebabkan fraktur transversal, (3) tekanan sepanjang aksis tulang yang dapat

menyebabkan fraktur impaksi, dislokasi, atau fraktur dislokasi, (4) kompresi

vertikal dapat menyebabkan fraktur komunitif atau memecah misalnya pada

vertebra, (5) trauma langsung disertai dengan resistensi pada satu jarak tertentu

akan menyebabkan fraktur oblik atau fraktur Z, (6) trauma karena tarikan pada

ligamen atau tendo akan menarik sebagian tulang5.

Tulang femur adalah tulang terkuat, terpanjang, dan terberat yang dimiliki

tubuh yang berfungsi penting untuk mobilisasi atau berjalan. Tulang femur terdiri

dari tiga bagian, yaitu corpus femoris atau diafisis, metafisis proksimal, dan

distal metafisis. Corpus femoris berbentuk tubular dengan sedikit lengkungan ke

arah anterior, yang membentang dari trochanter minor melebar ke arah condylus.

Selama menahan berat tubuh, lengkung anterior menghasilkan gaya kompresi

pada sisi medial dan gaya tarik pada sisi lateral. Struktur femur adalah struktur

tulang untuk berdiri dan berjalan, dan femur menumpu berbagai gaya selama

berjalan, termasuk beban aksial, membungkuk, dan gaya torsial. Selama

kontraksi, otot-otot besar mengelilingi femur dan menyerap sebagian besar gaya5.

B. Kategori fraktur femur

Fraktur femur dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori berdasarkan letak

frakturnya7:

a. Fraktur femur proksimal

Yang meliputi fraktur femur proksimal antara lain adalah sebagai berikut:

1. Intracapsular fraktur termasuk caput femoris dan collum femoris

2. Entracapsular fraktur termasuk trochanters

3.

Page 10: preskes boyol bedah2

Gambar 1. Fraktur capital, (b) fraktur subcapital, (c) fraktur transervical, (d) fraktur intertrochanteric, (e) fraktur subtrochanteric

b. Fraktur Collum Femoris

Fraktur collum femoris dibagi atas intra- (rusaknya suplai darah ke head

femur) dan extra- (suplai darah intak) capsular. Diklasifikasikan berdasarkan

anatominya. Intracapsular dibagi kedalam subcapital, transcervical dan basicervical.

Extracapsular tergantung dari fraktur pertrochanteric.

Fraktur collum femoris disebabkan oleh trauma yang biasanya terjadi karena

kecelakaan, jatuh dari ketinggian atau jatuh dari sepeda dan biasanya disertai trauma

pada tempat lain. Jatuh pada daerah trochanter baik karena kecelakaan lalu lintas atau

jatuh dari tempat yang tidak terlalu tinggi seperti terpeleset di kamar mandi di mana

panggul dalam keadaan fleksi dan rotasi dapat menyebabkan fraktur collum femoris5.

Berikut ini adalah klasifikasi fraktur collum femur berdasarkan Garden8,

yaitu: (a) stadium I adalah fraktur yang tak sepenuhnya terimpaksi; (b) stadium II

adalah fraktur lengkap tetapi tidak bergeser; (c) stadium III adalah fraktur lengkap

dengan pergeseran sedang; (d) stadium IV adalah fraktur yang bergeser secara hebat.

Gambar 2. Klasifikasi fraktur collum femoris menurut Garden

Fraktur collum femoris harus ditangani dengan cepat dan tepat sekalipun

merupakan fraktur collum femoris stadium I. Jika tidak, maka akan berkembang

dengan cepat menjadi fraktur collum femur stadium IV8. Selain Garden, Pauwel5 juga

membuat klasifikasi berdasarkan atas sudut inklinasi collum femoris sebagai berikut:

(a) tipe I, yaitu fraktur dengan garis fraktur 30; (b) tipe II, yaitu fraktur dengan garis

fraktur 50; dan (c) tipe III, yaitu fraktur dengan garis fraktur 70.

Page 11: preskes boyol bedah2

Anamnesis biasanya menunjukkan adanya riwayat jatuh dari ketinggian

disertai nyeri panggul terutama daerah inguinal depan. Tungkai pasien dalam posisi

rotasi lateral dan anggota gerak bawah tampak pendek. Pada foto polos penting

dinilai pergeseran melalui bentuk bayangan yang tulang yang abnormal dan tingkat

ketidakcocokan garis trabekular pada caput femoris dan ujung collum femoris.

Penilaian ini penting karena fraktur yang terimpaksi atau tak bergeser (stadium I dan

stadium II berdasarkan Garden) dapat membaik setelah fiksasi internal, sementara

fraktur yang bergeser sering mengalami non-union dan nekrosis avaskular8.

Pengobatan fraktur collum femoralis dapat berupa terpai konservatif dengan

indikasi yang sangat terbatas dan terapi operatif. Pengobatan operatif hampir selalu

dilakukan baik pada orang dewasa muda ataupun pada orang tua karena perlu reduksi

yang akurat dan stabil dan diperlukan mobilisasi yang cepat pada orang tua untuk

mencegah komplikasi. Jenis operasi yang dapat dilakukan, yaitu pemasangan pin,

pemasangan plate dan screw, dan artroplasti yang dilakukan pada penderita umur di

atas 55 tahun, berupa: eksisi artroplasti, herniartroplasti, dan artroplasti total9.

Komplikasi tergantung dari beberapa faktor, yaitu5: (a) komplikasi yang

bersifat umum: trombosis vena, emboli paru, pneumonia, dekubitus; (b) nekrosis

avaskuler caput femoris. Komplikasi ini biasanya terjadi pada 30% pasien fraktur

collum femoris dengan pergeseran dan 10% pada fraktur tanpa pergeseran. Apabila

lokasilisasi fraktur lebih ke proksimal maka kemungkinan untuk terjadi nekrosis

avaskuler menjadi lebih besar; (c) nonunion—lebih dari 1/3 pasien fraktur collum

femoris tidak dapat mengalami union terutama pada fraktur yang bergeser.

Komplikasi lebih sering pada fraktur dengan lokasi yang lebih ke proksimal. Ini

disebabkan karena vaskularisasi yang jelek, reduksi yang tidak akurat, fiksasi yang

tidak adekuat, dan lokasi fraktur adalah intraartikuler. Metode pengobatan tergantung

pada penyebab terjadinya nonunion dan umur penderita; (d) Osteoartritis sekunder

dapat terjadi karena kolaps caput femoris atau nekrosis avaskuler; (e) anggota gerak

memendek; (f) malunion; (g) malrotasi berupa rotasi eksterna.

c. Fraktur corpus femoris

Page 12: preskes boyol bedah2

Pada patah tulang diafisis femur biasanya mengalami pendarahan dalam yang

cukup luas dan besar sehingga dapat menimbulkan resiko syok. Secara klinis

penderita tidak dapat bangun, bukan saja karena nyeri, tetapi juga karena

ketidakstabilan fraktur. Biasanya seluruh tungkai bawah terotasi ke luar, terlihat lebih

pendek, dan bengkak pada bagian proksimal sebagai akibat pendarahan ke dalam

jaringan lunak dan adanya tarikan m. gluteus dan m. illiopsoas. Pertautan biasanya

diperoleh dengan penanganan secara tertutup, dan normalnya memerlukan waktu 20

minggu atau lebih10

Gambar 4. Fraktur 1/3 tengah corpus femoris; (b) Fraktur corpus femoris paska fiksasi internal

Berdasarkan klasifikasi Winguist-Hansen yang didasarkan pada pola dasar

fraktur dan derajat kestabilannya—meskipun sekarang lebih digunakan untuk

menentukan derajat kominutif dari fraktur, fraktur corpus femoris dapat

diklasifikasikan sebagai berikut11: (1) tipe 0—non kominutif—termasuk didalamnya

fraktur transfersal, oblik, dan spiral, (2) tipe I—kominutif non signifikan atau

fragmen kecil, (3) tipe II—fragmen besar dengan aposisi kortikal sampai dengan

50%, (4) tipe III—fragmen besar dengan aposisi kortikal kurang dari 50%, (5) tipe IV

—fraktur segmental, tidak ada kontak antara fragmen distal dan fragmen proksimal.

d. Fraktur femur distal

Page 13: preskes boyol bedah2

Yang meliputi fraktur femur distal adalah fraktur pada daerah supracondylar,

condylar, dan intercondylar10.

Gambar 5. Fraktur femur distalFraktur suprakondiler femur

Daerah suprakondiler adalah daerah antara batas proksimal kondilus femur

dan batas metafisis dengan diafisis femur. Fraktur terjadi karena tekanan varus atau

valgus disertai kekuatan aksial dan putaran. Klasifikasi fraktur suprakondiler femur

terbagi atas: tidak bergeser, impaksi, bergeser, dan komunitif5.

Gambar 6. Klasifikasi fraktur suprakondiler

Gambaran klinis pada pasien ditemukan riwayat trauma yang disertai

pembengkakan dan deformitas pada daerah suprakondiler. Krepitasi mungkin

ditemukan.

Pengobatan dapat dilakukan secara konservatif, berupa: traksi berimbang

dengan mempergunakan bidai Thomas dan penahan lutut Pearson, Cast-bracing, dan

spika panggul. Terapi operatif dapat dilakuan pada fraktur terbuka atau adanya

pergeseran fraktur yang tidak dapat direduksi secara konservatif. Terapi dilakukan

Page 14: preskes boyol bedah2

dengan mempergunakan nail-plate dan screw dengan macam-macam tipe yang

tersedia8.

Komplikasi dini yang dapat terjadi berupa: penetrasi fragmen fraktur ke kulit

yang menyebabkan fraktur menjadi terbuka, trauma pembuluh darah besar, dan

trauma saraf. Komplikasi lanjut dapat berupa malunion dan kekakuan sendi

C. Pemeriksaan Fraktur Femur

Diagnosis fraktur femur dapat ditegakkan dengan anamnesis yang lengkap

mengenai kejadian trauma meliputi waktu, tempat, dan mekanisme trauma;

pemeriksaan fisik yang lengkap dan menyeluruh, serta pemeriksaan imejing

menggunakan foto polos sinar-x.

1. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan awal penderita, perlu diperhatikan adanya tanda-tanda

syok, anemia atau pendarahan, kerusakan pada organ-organ lain, misalnya otak,

sumsum tulang belakang atau organ-organ dalam rongga toraks, panggul dan

abdomen. Apabila kondisi jiwa pasien terancam, lakukan resusitasi untuk

menstabilkan kondisi pasien.

Setelah kondisi pasien stabil, perlu diperhatikan faktor predisposisi lain,

misalnya pada fraktur patologis5 sebagai salah satu penyebab terjadinya fraktur.

Pemeriksaan status lokalis dilakukan setelah pemeriksaan skrining awal

dilakukan. Berikut adalah langkah pemeriksaan status lokalis:

a. Inspeksi (Look)

- Bandingkan dengan bagian yang sehat

- Perhatikan posisi anggota gerak

- Keadaan umum penderita secara keseluruhan

- Ekspresi wajah karena nyeri

- Lidah kering atau basah

Page 15: preskes boyol bedah2

- Adanya tanda-tanda anemia karena pendarahan, Lakukan

survei pada seluruh tubuh apakah ada trauma pada organ-organ

lain

- Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak untuk

membedakan fraktur tertutup atau terbuka

- Ekstravasasi darah subkutan dalam beberapa jam sampai

beberapa hari

- Perhatikan adanya deformitas berupa angulasi, rotasi dan

kependekan

- Perhatikan kondisi mental penderita

- Keadaan vaskularisasi5

b. Palpasi/Raba (Feel)

Palpasi dilakukan secara hati-hati oleh karena penderita biasanya

mengeluh sangat nyeri. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan palpasi

adalah sebagai berikut:

- Temperatur setempat yang meningkat

- Nyeri tekan; nyeri tekan yang bersifat superfisial biasanya disebabkan oleh

kerusakan jaringan lunak yang dalam akibat fraktur pada tulang

- Krepitasi; dapat diketahui dengan perabaan dan harus dilakukan secara hati-hati

- Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa palpasi arteri femoralis,

arteri dorsalis pedis, arteri tibialis posterior sesuai dengan anggota gerak yang

terkena Refilling (pengisian) arteri pada kuku, warna kulit pada bagian distal

daerah trauma, temperatur kulit.

- Pengukuran panjang tungkai untuk mengetahui adanya perbedaan panjang

tungkai5

c. Pergerakan (Move)

Page 16: preskes boyol bedah2

Pergerakan dengan mengajak penderita untuk menggerakkan secara aktif dan

pasif sendi proksimal dan distal dari daerah yang mengalami trauma. Pada penderita

dengan fraktur, setiap gerakan akan menyebabkan nyeri hebat sehingga uji

pergerakan tidak boleh dilakukan secara kasar, disamping itu juga dapat

menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak seperti pembuluh darah dan saraf5.

2. Pemeriksaan neurologis

Pemeriksaan neurologis berupa pemeriksaan saraf secara sensoris dan motoris

serta gradasi kelainan neurologis yaitu neuropraksia, aksonotmesis atau neurotmesis.

Kelainan saraf yang didapatkan harus dicatat dengan baik karena dapat menimbulkan

masalah asuransi dan tuntutan (klaim) penderita serta merupakan patokan untuk

pengobatan selanjutnya5.

3. Pemeriksaan radiologi

Dengan pemeriksaan klinik kita sudah dapat kecurigaan akan

adanya fraktur sudah dapat ditegakkan. Walaupun demikian pemeriksaan

radiologis diperlukan sebagai konfirmasi adanya fraktur, menentukan

keadaan, lokasi serta ekstensi fraktur, untuk melihat adakah kecurigaan

keadaan patologis pada tulang, untuk melihat benda asing—misalnya

peluru, dan tentunya untuk menentukan teknik pengobatan atau terapi

yang tepat5.

Pemeriksaan radiologis dilakukan dengan beberapa prinsip rule of

two, yaitu: dua posisi proyeksi, dilakukan sekurang-kurangnya yaitu pada

antero-posterior dan lateral; dua sendi pada anggota gerak dan tungkai

harus difoto, di atas dan di bawah sendi yang mengalami fraktur; dua

anggota gerak. Pada anak-anak sebaiknya dilakukan foto pada ke dua

anggota gerak terutama pada fraktur epifisis; dua kali dilakukan foto,

sebelum dan sesudah reposisi5.

Page 17: preskes boyol bedah2

D. Penatalaksanaan

Tujuan terapi penderita fraktur adalah mencapai union tanpa

deformitas dan pengembalian (restoration) fungsi sehingga penderita dapat

kembali pada pekerjaan atau kegiatan seperti semula. Tujuan ini tidak selalu

tercapai secara utuh yang diharapkan dan setiap tindakan untuk mencapai hal

tersebut mempunyai resiko komplikasi. Sebagai contoh operasi pemasangan

fiksasi dalam maka resiko terjadi infeksi dan lain sebagainya dapat terjadi.

Oleh karena itu banyak variasi terjadi pada pengobatan fraktur akibat

perbedaan interpretasi terhadap kondisi penderita.

Opsi terapi untuk fraktur femur sangat bergantung terhadap

keparahan dari cidera yang terjadi. Namun. secara garis besar terdapat dua

jenis kategori terapi yaitu terapi konservatif/non operatif dan terapi operatif.

Baik terapi konservatif dan operatif, keduanya mengikuti prinsip

dasar pengobatan penyakit lain yang berpedoman kepada hukum

penyembuhan (law of nature), sifat penyembuhan, serta sifat manusia pada

umumnya. Disamping pemahaman tentang prinsip dasar pengobatan yang

rasional, metode pengobatan disesuaikan pula secara individu terhadap setiap

penderita. Pengobatan yang diberikan juga harus berdasarkan alasan mengapa

tindakan ini dilakukan serta kemungkinan prognosisnya5. Secara umum

prinsip tata laksana fraktur adalah sebagai berikut: (1) Jangan membuat

keadaan lebih buruk bagi penderita (Iatrogenik); (2) Pengobatan berdasarkan

pada diagnosis dan prognosis yang tepat; (3) Pilih jenis pengobatan yang

sesuai dengan keadaan penyakit penderita; (4) Ciptakan kerja sama yang baik

tanpa melupakan hukum penyembuhan alami; (5) Pengobatan yang praktis

dan logis; (6) Pilih pengobatan secara individu; (7) Jangan melakukan

pengobatan yang tidak perlu5.

Life saving dan life limb adalah tindakan prioritas utama pada

penderita trauma multipel, mungkin keadaan pasien tidak menguntungkan

untuk dilakukan pembiusan tapi demi kehidupan penderita tindakan operasi

Page 18: preskes boyol bedah2

tetapi dijalankan demi life saving seperti perdarahan intra abdominal massive

karena ruptur lien dan sebagainya. Tindakan pembebasan jalan nafas seperti

yang diterangkan sebelumnya perlu dilakukan terhadap gangguan jalan nafas.

Demikian juga penanganan sok karena perdarahan dengan mengontrol

perdarahan secara balut menekan dan resusitasi cairan kristalloid maupun

tranfusi.

Setelah tindakan life saving dan life limb diatasi, tindakan awal

untuk menangani fraktur dapat dilakukan. Tindakan awal yang dapat

dilakukan adalah dengan memberikan pembidaian sementara untuk

imobilisasi fraktur, selain itu dapat mengurangi rasa nyeri dan mengurangi

perdarahan. Adanya deformitas yang hebat perlu dikoreksi secara perlahan-

lahan dengan menarik bagian distal secara lembut. Pada fraktur femur

terbuka, perlu dilakukan debridement dan irigasi cairan fisiologis kemudian

luka ditutup dengan kasa steril untuk kemudian dilakukan pemeriksaan foto

rongent.

1. Terapi konservatif

Terapi konservatif fraktur femur antara lain meliputi tindakan

imobilisasi dengan bidai eksterna tanpa reduksi dan reduksi tertutup dan

imobilisasi dengan fiksasi kutaneus. Tindakan ini biasanya dilakukan jika

fraktur terjadi pada daerah proksimal, suprakondilar, dan corpus femoris

dengan menggunakan, Buck Extension, Weber Extensionsapparat, Well-

leg traction, atau traksi 90/90 femoral.

2. Terapi Operatif

Terapi operatif dilakukan bila terapi konservatif gagal, maupun

karena kondisi tertentu, misalnya pada fraktur terbuka, fraktur multipel,

adanya interposisi jaringan di antara fragmen, fraktur pada collum femoris

yang membutuhkan fiksasi yang rigit dan beresiko terjadinya nekrosis

avaskuler, dan adanya kontraindikasi pada imobilisasi eksterna sedangkan

diperlukan mobilisasi yang cepat, misalnya fraktur femur pada lansia.

Page 19: preskes boyol bedah2

Untuk kasus-kasus tertentu, misalnya pada fraktur collum femoris

pada orang tua karena terjadi nekrosis avaskuler dari fragmen, maupun

non union, dilakukan pemasangan protesis, yaitu alat dengan komposisi

metal tertentu untuk menggantikan jaringan tulang yang nekrosis.

E. Komplikasi

Komplikasi dari fraktur femur cukup beragam tergantung lokasi dan

tingkat keparahan fraktur. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi antara

lain9:

1. Infeksi

Pada kasus fraktur terbuka, dimana tulang merobek jaringan kulit, ada

kemungkinan resiko infeksi. Resiko infeksi ini dapat berkurang dengan

pemberian antibiotik.

2. Permasalahan dalam penyembuhan tulang

Jika pada proses penyembuhan angulasi tulang tidak baik serta timbul

iritasi pada bagian tulang yang patah akibat terjadinya infeksi, proses

penyembuhan tulang dapat terhambat bahkan membutuhkan terapi

operatif lebih lanjut.

3. Kerusakan saraf

Kerusakan saraf paska fraktur femur terbilang jarang, namun

kerusakan saraf pada fraktur femur dapat menyebabkan mati rasa serta

kelemahan yang persisten.

4. Sindrom kompartemen

Sindrom kompartemen jarang terjadi pada fraktur femur, namun ini

dapat terjadi sehingga resiko terjadinya sindrom kompartemen harus

selalu diantisipasi. Sindrom kompartemen teradi akibat kompresi nervus,

pembuluh darah, dan otot di dalam spatium tertutup atau kompartemen di

dalam tubuh. Sindrom kompartemen terjadi pada tungkai yang mengalami

inflamasi dan perdarahan selama trauma yang sering diasosiasikan dengan

Page 20: preskes boyol bedah2

fraktur. Jika sindrom kompartemen terjadi, maka dibutuhkan tindakan

bedah segera9.

Berikut adalah hal yang perlu diperhatikan untuk identifikasi dini

terjadinya sindrom kompartemen:

a. Sindroma kompartemen dapat timbul perlahan dan berakibat berat

b. Dapat timbul pada ekstremitas karena kompresi atau remuk dan

tanpa cedera luar atau fraktur yang jelas

c. Reevaluasi yang sering sangat penting

d. Penderita dengan hipotensi atau tidak sadar meningkatkan resiko

terjadinya kejadian sindrom kompartemen

e. Nyeri merupakan tanda awal dimulainya iskemia kompartemen,

terutama nyeri pada tarikan otot pasif

f. Hilangnya pulsasi dan tanda iskemia lain merupakan gejala lanjut,

setelah kerusakan yang menetap terjadi

5. Komplikasi operatif

Komplikasi operatif biasanya terjadi karena kegagalan plate atau

piranti keras untuk menstabilisasi tulang, atau bagian piranti keras yang

menonjol mengakibatkan iritasi dan nyeri9.

F. Prognosis

Penyembuhan fraktur merupakan suatu proses biologis yang

menakjubkan. Tidak seperti jaringan lainnya, tulang yang mengalami fraktur

dapat sembuh tanpa jaringan parut. Pengertian tentang reaksi tulang yang

hidup dan periosteum pada penyembuhan fraktur mulai terjadi segera setelah

tulang mengalami kerusakan apabila lingkungan untuk penyembuhan

memadai smapai terjadi konsolidasi. Faktor mekanis yang penting seperti

imobilisasi fragmen tulang secara fisik sangat penting dalam penyembuhan,

selain faktor biologis yang juga merupakan suatu faktor yang sangat esensial

dalam penyembuhan fraktur5.

Page 21: preskes boyol bedah2