Preskas Efusi Pleura
description
Transcript of Preskas Efusi Pleura
![Page 1: Preskas Efusi Pleura](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022061617/563dbb67550346aa9aacdca9/html5/thumbnails/1.jpg)
EFUSI PLEURA
Makalah ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk menjalani pendidikan klinik
stase paru Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati
OLEH :
Nur Rohimah Fuad
(NIM : 1111103000021)
Pembimbing : dr. Muhardi Djabang, Sp.P
KEPANITERAAN KLINIK PULMONOLOGI
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI UIN SYARIF HIDATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M
i
![Page 2: Preskas Efusi Pleura](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022061617/563dbb67550346aa9aacdca9/html5/thumbnails/2.jpg)
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan
nikmat islam, iman, dan ikhsan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Shalawat serta salam selalu kita curahkan kepada baginda besar Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita ke zaman yang terang benderang ini.
Pertama-tama saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
dokter-dokter konsulen paru yang telah mengajarkan saya, terutama kepada dr
Muhardi Djabang Sp.P sebagai pembimbing sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan. Kritik dan saran yang bangun sangat kami harapkan dari semua pihak
demi kesempurnaan makalah ini yang diharapkan dapat bermanfaat di masa yang
akan datang.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah “Efusi Pleura”
dapat bermanfaat umumnya bagi khalayak dan khususnya bagi kami yang sedang
menemuh pendidikan dokter di Rumah Sakit Fatmawati. Terima kasih banyak
atas perhatiannya.
Jakarta, 19 Desember 2014
Penyusun
ii
![Page 3: Preskas Efusi Pleura](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022061617/563dbb67550346aa9aacdca9/html5/thumbnails/3.jpg)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB 1 ILUSTRASI KASUS.............................................................................................1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................9
2.1 Efusi Pleura........................................................................................................9
2.2 Tuberkulosis Paru..............................................................................................16
2.3 Hipoalbuminemia...............................................................................................20
BAB 3 PEMBAHASAN.....................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................23
iii
![Page 4: Preskas Efusi Pleura](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022061617/563dbb67550346aa9aacdca9/html5/thumbnails/4.jpg)
BAB I
ILUSTRASI KASUS
1.1 IDENTITAS PASIEN
No. RM : 01337202
Nama : Ny. AA
Usia : 29 tahun 4 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Kp. Sawah Poncol Parung Bogor
1.2 ANAMNESIS
Pasien masuk ke IGD Fatmawati pada tanggal 9/12/2014 pada jam 01.30
pagi.
Keluhan Utama
Pasien mengeluh sesak nafas sejak 4 hari SMRS.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RS Fatmawati karena sesak napas sejak 4 hari yang
lalu. Sesak memberat terutama saat berbaring sehingga mengganggu pola
tidur. Saat ini batuk tidak berdahak sudah tidak ada. Keluhan batuk darah
tidak ada. Keluhan demam tidak ada. Keringat malam tidak ada.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah mengalami penyakit serupa sebelumnya. Pasien belum
pernah menjalani pengobatan OAT. Tidak ada riwayat alergi. Tidak ada
riwayat asma. Riwayat penyakit jantung (-), hipertensi (-), DM (-).
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada yang memiliki keluhan yang sama.
Ibu pasien menderita hipertensi (+).
1
![Page 5: Preskas Efusi Pleura](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022061617/563dbb67550346aa9aacdca9/html5/thumbnails/5.jpg)
Riwayat Sosial dan Kebiasaan
Merokok (-), minum alkohol (-), narkoba (-). Pasien tinggal di lingkungan
padat penduduk, tinggal bersama suami dan 1 orang anak, ventilasi cukup,
serta pencahayaan cukup.
1.3 PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal 17/12/2014
Keadaan umum : Tampak sakit ringanKesadaran : Compos mentis, GCS 15 : E4M6V5
BB = 40 kg TB= 155 cm IMT = 16 (underwight)
Tanda vital
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Nadi : 88x / menit
Suhu : 35,7oC
Pernapasan : 18x / menit
Kepala : Normocephali
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil
isokor, diameter 3 mm/3 mm, RCL (+/+), RCTL (+/+)
Telinga : Normotia, liang telinga lapang (+/+), nyeri (-)
Hidung : Massa (-/-), sekret (-/-)
Mulut dan tenggorok : Pergerakan lidah simetris, massa (-), ulkus (-),
mukosa pipi hiperemis (-), palatume molle dan
uvula semetris saat diam dan bergerak, arkus
faring simetris, faring hiperemis (-), tonsil T1/T1.
Leher : KGB colli membesar (-/-)
Toraks : pergerakan dada simetris saat statis dan dinamis,
Jantung :Inspeksi: iktus kordis tidak dapat dinilai
Palpasi : iktus kordis tidak teraba, thrill (-)
Perkusi : batas jantung kanan di ICS 4 parasternal
line dextra, batas jantung kiri di ICS 5 midclavicula
line sinistra.
Auskultasi : BJ 1-2 reguler, murmur (-), gallop (-)
2
![Page 6: Preskas Efusi Pleura](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022061617/563dbb67550346aa9aacdca9/html5/thumbnails/6.jpg)
Paru : Inspeksi : simetris (saat statis dan dinamis)
Palpasi : benjolan (-), emfisema subkutis (-), pelebaran dan
penyempitan sela iga (-), vokal fremitus kiri bawah
melemah.
Perkusi : redup pada lapang bawah paru kiri.
Auskultasi : vesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-).
Abdomen : Datar, benjolan (-), BU (+) normal,
Ekstremitas : Akral hangat (+), CRT < 2 detik, edema (-)
1.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal : 12/12/2014
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI
RUJUKAN
Hematologi
Hemoglobin 11,6 g/dL 11,7 – 15,5
Hematokrit 35 % 33-45
Leukosit 7,7 Ribu/ul 5.0-10.0
Trombosit 242 Ribu/ul 150-440
Eritrosit 4,65 Juta/ul 3,80 – 5,20
LED 83 mm 0,0-20
VER/HER/KHER/RDW
VER 74,5 Fl 80,0-100,0
HER 24,9 Pg 26,0-34,0
KHER 33,4 g/dl 32,0-36,0
RDW 13,6 % 11,5-14,5
HEMOSTATIS
APTT 36,7 Detik 27,4-39,3
Kontrol APTT 31,5 Detik -
PT 15,1 Detik 11,3-14,7
Kontrol PT 13,5 Detik -
INR 1,15
Fungsi Hati
SGOT 48 U/l 0-34
3
![Page 7: Preskas Efusi Pleura](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022061617/563dbb67550346aa9aacdca9/html5/thumbnails/7.jpg)
SGPT 36 U/l 0-40
Protein total 6,40 g/dL 6-8
Albumin 2,80 g/dL 3,40-4,80
Globulin 3,60 g/dL 2,50-3,00
Fungsi Ginjal
Ureum darah 21 mg/dl 20-40
Kreatinin Darah 0,5 mg/dl 0,6-1,5
Diabetes
Glukosa darah
Sewaktu 96 mg/dl 70-140
Analisis gas darah
pH 7,630 7,37-7,44
PCO2 32,2 mmHg 35-45
PO2 94,8 mmHg 83-108
HCO3 37,4 mmol/L 21-28
O2 Saturasi 98,5 % 95-99
Base Excess 16,6 mmol/L -2,5 s/d 2,5
Total CO2 38,4 mmol/L 19-24
Elektrolit Darah
Natrium Darah 137 mmol/l 135-147
Kalium Darah 3,76 mmol/l 3,10-5,10
Klorida Darah 98 mmol/l 95-108
Ro Toraks (9/12/2014)
4
![Page 8: Preskas Efusi Pleura](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022061617/563dbb67550346aa9aacdca9/html5/thumbnails/8.jpg)
Kekerasan cukup, posisi simetris, tulang dan jaringan lunak normal, sudut
kostofrenikus kanan dan kiri tidak dapat dinilai, hemidiafragma kanan dan
kiri tidak dapat dinilai, corakan bronkovaskular meningkat, hilus tidak
menebal. Pada paru kanan tampak perselubungan homogan di lapang
bawah, pada paru kiri tampak perselubungan homogan dilapang atas
sampai bawah. Tampak ellis line di kedua paru. Pada jantung CTR tidak
dapat dinilai, aorta normal, dan tampak trakea terdorong ke kanan.
V. RESUME
Ny. AA, 29 tahun datang dengan keluhan sesak napas sejak 4 hari SMRS,
Sesak memberat terutama saat berbaring sehingga mengganggu pola tidur.
5
![Page 9: Preskas Efusi Pleura](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022061617/563dbb67550346aa9aacdca9/html5/thumbnails/9.jpg)
Saat ini batuk tidak berdahak sudah tidak ada. Keluhan batuk darah tidak
ada. Keluhan demam tidak ada.
Riwayat asma tidak ada. Belum pernah menjalani pengobatan OAT
sebelumnya. Riwayat penyakit jantung tidak ada.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 100/60 mmHg, nadi
88x/ menit, frekuensi nafas 18x/menit dan suhu 35,7 oC, Perkusi
didapatkan redup pada lapang bawah paru kiri. Auskultasi didapatkan
vesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-).
Pemeriksaan penunjang didapatkan Hb 11,6 g/dL, LED 83 mm, VER 74,5
fl, HER 24,9 pg, PT 15,1 detik, SGOT 48 U/l, albumin 2,80 g/dL, globulin
3,60 g/dL, kreatinin darah 0,5 mg/dL. Analisa gas darah didapatkan pH
7,63, pCO2 32 mmHg, HCO3 37 mmol/L, BE 16 mmol/L, Total CO2 38
mmol/L.
Pada foto toraks didapatkan sudut kostofrenikus kanan dan kiri tidak dapat
dinilai, hemidiafragma kanan dan kiri tidak dapat dinilai, corakan
bronkovaskular meningkat, hilus tidak menebal. Pada paru kanan tampak
perselubungan homogan di lapang bawah, pada paru kiri tampak
perselubungan homogan dilapang atas sampai bawah, tampak ellis line di
kedua paru. Pada jantung CTR tidak dapat dinilai, aorta normal, dan
tampak trakea terdorong ke kanan.
VI. DIAGNOSIS
1. Efusi pleura ec. Suspect TB Paru DD/ Hipoalbuminemia
Atas dasar :
- Anamnesis : Sesak sejak 4 hari SMRS dan mengganggu tidur.
Batuk tidak berdahak.
- Pemeriksaan fisik : pada perkusi ditemukan redup di lapang bawah
paru kiri.
- Pemeriksaan penunjang :
6
![Page 10: Preskas Efusi Pleura](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022061617/563dbb67550346aa9aacdca9/html5/thumbnails/10.jpg)
Hematologi : LED meningkat, albumin menurun, alkalosis respiratorik.
Radiologi : tampak perselubungan perselubungan homogan di lapang
bawah, pada paru kiri tampak perselubungan homogan dilapang atas
sampai bawah, tampak ellis line di kedua paru.
VII. DAFTAR MASALAH
1. Sesak nafas
2. Hipoalbumin
3. Alkalosis respiratorik
VIII. TATALAKSANA
Awal :
1. Oksigenasi 2 L/m
2. Infus RL/24 jam
3. Tindakan WSD
4. RHZE : 450/300/500/500
5. Metilprednisolon 3x1
6. Ciprofloxacin 2x1
Lanjutan (di ruang rawat):
1. RHZE : 450/300/1000/1000
2. Fujimin 2x2 caps
IX. ANJURAN PEMERIKSAAN
1. Pemeriksaan cairan pleura :
Analisa cairan pleura
Tes ADA (Adenosin Deaminase)
Kultur bakteri
BTA langsung
2. Foto toraks ulang
3. Pemeriksaan darah lengkap dan fungsi hati
7
![Page 11: Preskas Efusi Pleura](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022061617/563dbb67550346aa9aacdca9/html5/thumbnails/11.jpg)
X. PROGNOSIS
- Ad Vitam : Dubia ad bonam
- Ad Fungsionam : Dubia ad bonam
- Ad Sanationam : Dubia ad bonam
8
![Page 12: Preskas Efusi Pleura](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022061617/563dbb67550346aa9aacdca9/html5/thumbnails/12.jpg)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Efusi Pleura
A. Anatomi Pleura
Pleura terdiri dari dua lapisan jaringan tipis yaitu pleura viseral
sebelah dalam yang membungkus jaringan paru dan pleura parietl
sebelah luar yang melapisi bagian dalam dinding dada. Rongga pleura
dibentuk dari lapisan pleura parietal dan viseral. Rongga ini merupakan
rongga potensial yang terletak diantara paru dan dinding dada. Tebal
rongga pleura antara kedua lapisan pleura berkisar 10-20 mikron.
Dalam keadaan normal mengandung sedikit cairan berupa lapisan tipis
antara kedua lapisan permukaan pleura, dimana lapisan tipis tersebut
mengandung cairan yang rendah protein dan berfungsi sebagai pelicin
sehingga sewaktu bernapas paru dapat bergerak leluasa dari dinding
dada.
Cairan pleura dihasilkan oleh proses filtrasi pembuluh kapiler
pleura parietal dan diserap kembali oleh pembuluh kapiler pleura
viseral serta pembuluh getah bening.
Gambar 1. Anatomi pleura
9
![Page 13: Preskas Efusi Pleura](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022061617/563dbb67550346aa9aacdca9/html5/thumbnails/13.jpg)
B. Definisi
Efusi pleural adalah penumpukan cairan yang berlebihan di
dalam rongga pleura berupa transudat atau eksudat. Efusi pleura bukan
merupakan suatu diagnosis, melainkan suatu tanda kelainan penyakit.
Efusi pleura jenis transudat terbentuk bila ada peninggian
tekanan kapiler sirkulasi sistemik atau penurunan tekanan onkotik
plasma. Transudat sering terbentuk bilateral. Efusi pleura transudat
ditemukan pada kelainan ekstrapulmonal, yaitu dimana selaput pleura
masih utuh dan kurang permeabel terhadap protein, misal pada gagal
jantung kongestif, hipoproteinemia pada penyakit hati dan ginjal.
Gambar 2. Efusi pleura
Efusi pleura jenis eksudat terbentuk karena bertambahnya
permeabilitas lapisan pleura terhadap protein. Selain itu dapat
disebabkan oleh peradangan atau keganasan pleura, serta adanya
gangguan absoprsi getah bening. Pada efusi jenis eksudat bisa lebih dari
10 gram protein masuk ke dalam rongga pleura tiap 24 jam, sehingga
tekanan onkotik transpleura menurun. Proses ini berlangsung terus
sampai penyerapan kembali protein melalui saluran getah bening sama
dengan protein yang masuk ke dalam rongga pleura. Efusi pleura jenis
eksudat mengandung lebih banyak protein dibanding transudat. Eksudat
sering ditemukan unilateral.
10
![Page 14: Preskas Efusi Pleura](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022061617/563dbb67550346aa9aacdca9/html5/thumbnails/14.jpg)
Tabel 1. Perbedaan transudat dan eksudat
No Transudat Eksudat
1 Uji Rivalta (-) (+)
2 Protein < 30 gram % >30 gram %
Protein plasma < 0,5 >0,5
3 Berat jenis < 1,016 >1,016
4 LDH < 200 iu >200 iu
Ratio LDH plasma < 0,6 >0,6
5 Leukosit < 1000/m3 >1000/m3
Hitung jenis leukosit > 50% limfosit/MN >50% limfosit (TB,
keganasan)
>50%PMN (radang
akut)
6 pH < 7,3 < 7,3
7 Glukosa = plasma ↓ pada infeksi
↓↓ pada reumatik,
-tumor > 500 u/ml
-pankreatitis
-tumor
-infeksi
C. Patogenesis
Mekanisme terjadinya penumpukan cairan di dalam rongga pleura
disebabkan oleh:1
1. Meningkatnya tekanan hidrostatik di dalam sirkulasi
mikrovaskular
Tekanan hidrostatik yang meningkat pada sirkulasi
sistemik maupun pulmonal akan meningkatkan filtrasi
cairan sehingga cairan yang difiltrasi lebih banyak.
Peningkatan tekanan hidrostatik sirkulasi sistemik paling
sering menimbulkan efusi pleura daripada peningkatan
11
![Page 15: Preskas Efusi Pleura](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022061617/563dbb67550346aa9aacdca9/html5/thumbnails/15.jpg)
tekanan hidrostatik sirkulasi pulmoner. Cairan pleura
yang terbentuk berupa transudat. Peningkatan tekanan
hidrostatik ini terutama berhubungan dengan penyakit
gagal jantung. Pada gagal jantung kanan akan meninggi
tekanan hidrostatik di kapiler pleura parietal, dan pada
gagal jantung kiri akan meningkatkan tekanan hidrostatik
di kapiler pleural viseral. Terjadinya efusi pleura pada
gagal jantung kiri diduga karena:
Peningkatan tekanan v. pulmonalis dan
tekanan mikrovaskular akan meningkatkan
filtrasi cairan di dalam paru dimana cairan
yang difiltrasi sebagian akan menembus
pleura viseral masuk ke dalam rongga
pleura.
Peningkatan tekanan v.pulmonalis akan
meningkatkan tekanan hidrostatik di dalam
mikrovaskular pleura viseral sehingga secara
langsung cairan masuk ke dalam rongga
pleura.
2. Menurunnya tekanan onkotik di dalam sirkulasi
mikrovaskular
Tekanan onkotik ditentukan oleh kadar protein.
Penurunan kadar albumin akan menurunkan tekanan
onkotik intrafaskular. Tekanan onkotik akan menurun
pula dalam cairan interstisial dan dalam rongga pleura.
Tekanan filtrasi dan ekstravasasi meningkat disemua
sirkulasi sistemik. Keadaan ini akan meningkatkan
terbentuknya cairan interstisial yang nantinya
meningkatkan masuknya cairan yang rendah protein ini
ke dalam rongga pleura. Hal ini jarang menimbulkan
efusi pleura yang banyak. Disamping itu jika pleura
viseral ikut terganggu atau pengaliran getah bening lemah
12
![Page 16: Preskas Efusi Pleura](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022061617/563dbb67550346aa9aacdca9/html5/thumbnails/16.jpg)
akan mengakibatkan jumlah cairan banyak. Efusi pleura
karena tekanan osmosis koloid yang menurun terdapat
pada keadaan hipoproteinemia seperti sindroma nefrotik,
sirosis hepatis, anemia berat. Cairan efusi pleura yang
terbentuk adalah transudat.
3. Menurunnya tekanan negatif di dalam rongga pleura
Tekanan normal didalam rongga pleura adalah
negatif (-5 cm H2O). Penurunan tekanan menjadi lebih
negatif daripada biasa serta adanya tekanan hidrostatik di
pleura parietal akan meningkatkan pembentukan cairan
pleura. Pada atelektasis yang luas, paru dengan dinding
dada akan terpisah jauh, dan di daerah tersebut tekanan
pleura menjadi lebih negatif sehingga mengakibatkan
cairan masuk ke dalam rongga pleura yang diduga berasal
dari permukaan pleura parietal. Cairan efusi pleura pada
atelektasis akut karena obstruksi bronkus utama
berbentuk transudat.
4. Bertambahnya permeabilitas dinding pembuluh
darah
Peradangan pleura akan menyebabkan permeabilitas
dinding kapiler meningkat sehingga cairan dan protein
yang melewati dinding itu meningkat maka terbentuk
efusi pleura. Pada radang akut terjadi vasodilatasi,
eksudasi dan perpindahan leukosit ke daerah radang
terutama netrofil. Histamin dan kinin yang dikeluarkan
oleh proses radang dapat meningkatkan permeabilitas
kapiler sehingga akan meningkatkan eksudasi plasma.
Efusi pleura pada keganasan dapat disebabkan karena
lapisan pleura yang terinfiltrasi sel tumor akan
meningkatkan permeabilitas dinding kapiler pleura, tumor
13
![Page 17: Preskas Efusi Pleura](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022061617/563dbb67550346aa9aacdca9/html5/thumbnails/17.jpg)
yang menyumbat aliran getah bening dan pembuluh darah
rongga pleura, tumor di dalam bronkus yang menyumbat
total bronkus menyebabkan atelektasis sehingga
menurunkan tekanan intrapleura menjadi lebih negatif
dari biasanya, terjadinya pneumonitis di bagian distal
obstruksi parsial bronkus yang mengakibatkan terjadinya
efusi parapneumonia. Pada penderita tumor sering terjadi
hipoproteinemia akibat keganasan, sehingga
mengakibatkan tekanan osmosis koloid menurun. Dan
pada tuberkulosis, efusi pleura timbul karena reaksi
hipersensitivitas terhadap tuberkuloprotein sehingga
meningkatkan permeabilitas dinding pembuluh darah
pleura. Selain itu, kompleks imun yang terjadi pada
tuberkulosis juga dapat menimbulkan efusi pleura.
5. Terganggunya penyerapan kembali cairan pleura ke
pembuluh getah bening
Adanya blok yang ditimbulkan oleh tumor maupun
fibrosis di sepanjang aliran getah bening mulai dari stoma
sampai ke kelenjar getah bening mediastinum dapat
mengganggu proses penyerapan kembali cairan pleura ke
pembuluh getah bening sehingga mengakibatkan
terjadinya penumpukan cairan pleura.
6. Perembesan cairan dari rongga peritoneum ke dalam
rongga pleura
Cairan asites dapat merembes masuk ke dalam
rongga pleura melalui pembuluh getah bening ataupun
melalui defek pada diafragma. Cairan itu berpindah ke
rongga pleura karena terdapat perbedaan tekanan antara
rongga pleura dengan rongga peritoneum. Peningkatan
tekanan abdomen juga dapat menimbulkan hernia
14
![Page 18: Preskas Efusi Pleura](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022061617/563dbb67550346aa9aacdca9/html5/thumbnails/18.jpg)
peritoneum melalui defek diafragma yang kemudian
terjadi ruptur tiba-tiba pada peritoneum (sudden bleb)
sehingga terjadi curahan cairan masuk ke dalam rongga
pleura dan timbul efusi pleura akut. Perembesan cairan
dapat terjadi karena eksudasi abdomen bagian atas karena
proses infeksi seperti abses subdiafragma, abses
perinefrik dan karena proses operasi abdomen. Proses
radang di abdomen bagian atas menjalar ke pleura
parietal dan terbentuk efusi pleura.
D. Manifestasi Klinis
- Sesak nafas, bersifat mendadak dan terus menerus
- Wheezing (-)
- Batuk (+)
- Demam dan keringat malam (-)
- Nafsu makan menurun
Pada pemeriksaan fisik didapatkan:
Dinding dada asimetris, lebih cembung dan gerakan tertinggal
pada yang sakit
Vokal fremitus menurun
Perkusi redup
Suara vesikuler menurun sampai menghilang
X. TATALAKSANA
1. Torakosintesis (Aspirasi cairan pleura)
Evakuasi cairan plasma sebanyak 600 cc yang digunakan
sebagai terapi terapeutik dan diagnostik.
2. Water Sealed Drainage (WSD)
Suatu sistem drainase yang menggunakan water seal untuk
mengalirkan udara atau cairan dari kavum pleura. Indikasi
pemasangan WSD adalah terjadinya efusi pleura yang masif.
15
![Page 19: Preskas Efusi Pleura](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022061617/563dbb67550346aa9aacdca9/html5/thumbnails/19.jpg)
3. Pleurodesis
Pleurodesis adalah membuat peradangan steril pada kedua
pleura dengan menggunakan zat sklerotik. Tujuannya adalah
untuk melengketkan pleura viseralis dengan pleura parietalis,
dan diharapkan tidak terbentuk lagi cairan pleura sehingga
kualitas hidup pasien lebih baik.
2.2 Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi jaringan paru yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan dapat menular langsung
melalui droplet nuclei.
A. Klasifikasi Tuberkulosis Paru
Berdasarkan hasil pemeriksaan sputum (BTA)
a. TB Paru BTA (+)
Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukan
hasil BTA positif
Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukan
gambaran tuberculosis aktif
Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukan BTA
positif dan biakan positif
b. TB Paru BTA (-)
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukan BTA negatif
Berdasarkan tipe pasien
Kasus Baru
Adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan
dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu
bulan.
Kasus Kambuh (relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan tuberculosis dan telah dinyatakan sembuh atau
16
![Page 20: Preskas Efusi Pleura](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022061617/563dbb67550346aa9aacdca9/html5/thumbnails/20.jpg)
pengobatan lengkap, kemudian kembali berobat dengan hasil
BTA positif atau biakan positif.
Kasus drop out
Adalah pasien yang telah menjalani pengobatan > 1 bulan dan
tidak mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum
masa pengobatannya selesai.
Kasus gagal
Adalah pasien BTA positif yang masih positif atau kembali
positif pada akhir bulan ke-5 atau akhir pengobatan.
Kasus kronik
Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif
setelah selesai pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2
dengan pengawasan yang baik.
Kasus bekas TB
- Hasil pemeriksaan BTA negatif dan gambaran radiologi
paru menunjukan lesi TB yang tidak aktif, atau foto serial
menunjukan gambaran yang menetap. Riwayat
pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung.
- Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan
telah mendapat pengobatan OAT 2 bulan serta pada foto
toraks uang tidak ada perubaham gambaran radiologi.
B. Patogenesis4
Tuberkulosis primer
Bila kuman menetap di alveoli paru, ia akan ditelan oleh
makrofag dan akan berkembang biak. Kemudian kuman akan
terbawa masuk ke organ lain. Kuman yang bersarang di jaringan
paru akan membentuk sarang tuberkulosis kecil (sarang primer
atau efek primer). Sarang ini dapat terjadi di bagian manapun di
paru. Peristiwa ini dapat menimbulkan proses peradangan pada
saluran getah bening menuju hilus (limfangitis lokal) kemudian
17
![Page 21: Preskas Efusi Pleura](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022061617/563dbb67550346aa9aacdca9/html5/thumbnails/21.jpg)
diikuti oleh pembesaran kelenjar getah bening hilus (limfadenitis
regional). Sarang primer dengan limfangitis lokal dan limfadenitis
regional disebut kompleks primer. Selanjutnya kompleks ini
dapat menjadi:
- Sembuh tanpa meninggalkan cacat
- Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-
garis fibrotik, kalsifikasi di hilus atau kompleks Ghon
- Berkomplikasi dan menyebar secara perkontinuitatum,
limfogen, bronkogen (pada proses ini bisa saja kuman tertelan dan
menyebar ke usus), maupun hematogen.
Tuberkulosis post-primer
Kuman yang dorman pada TB primer akan muncul bertahun-
tahun kemudian muncul infeksi endogen menjadi TB post primer.
Dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru dan
mengadakan invasi ke parenkim dan tidak ke hilus paru. Sarang
ini dapat menjadi:
-Teresorpsi dan sembuh tanpa cacat
-Meluas tetapi segera menyembuh dengan serbukan jaringan
fibrosis, kemudian menjadi kalsifikasi
-Meluas dan granuloma berkembang menghancurkan jaringan
disekitarnya membentuk kaseosa. Bila dibatukkan akan menjadi
kavitas.
18
![Page 22: Preskas Efusi Pleura](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022061617/563dbb67550346aa9aacdca9/html5/thumbnails/22.jpg)
C. Alur Diagnosis TB Paru
D. Panduan Terapi OAT4
Panduan pemberian OAT di Indonesia ada dua kategori
1. Kategori 1
Pasien baru dengan BTA positif
Pasien TB paru BTA (-), gambaran radiologi (+)
Pasien TB extra paru
Pada kategori 1, regimen yang digunakan :
2RHZE/4RH, 2 RHZE/6HE, atau 2HRZE/4R3H3
2. Kategori 2
Panduan ini untuk pasien BTA (+) dan telah diobati
sebelumnya :
Pasien kambuh
Pasien gagal
Pasien drop out
19
![Page 23: Preskas Efusi Pleura](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022061617/563dbb67550346aa9aacdca9/html5/thumbnails/23.jpg)
Pada pasien kategori II, regimen yang digunakan
2RHZES/1RHZE untuk fase intensif. Bila tidak ada
multi drug resistance, maka dilanjutkan 5RHE.
2.3 Hipoalbuminemia5
Albumin adalah protein yang disintesis oleh hati dan beredar di sirkulasi
sistemik. Albumin merupakan penentu utama tekanan onkotik plasma
darah. Penurunan kadar albumin atau hipoalbuminemia dapat
20
![Page 24: Preskas Efusi Pleura](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022061617/563dbb67550346aa9aacdca9/html5/thumbnails/24.jpg)
menyebabkan pergeseran cairan dari ruang intravaskular ke ruang
ekstravaskular.
Bahan pembentuk albumin berasal dari asupan protein makanan dan
zat-zat gizi esensial lainnya. Selain berperan dalam mengatur tekanan
onkotik, albumin juga memiliki fungsi sebagai cadangan asam amino.
Sehingga albumin dapat dijadikan indikator status gizi.
Penyebab terjadinya albuminemia, diantaranya adalah:5
1. Penurunan sintesis albumin
a. Malnutrisi
b. Sindrom malabsorpsi
c. Penyakit inflamasi kronis
d. Hepatitis akut
e. Penyakit hati kronis
f. Kelainan genetik
2. Peningkatan pengeluran albumin
a. sindrom nefrotik
b. luka bakar luas
c. protein-losing enteropathy
3. Peningkatan katabolisme albumin
a. Luka bakar luas
b. Keganasan
4. Multifaktorial
a. Sirosis
b. Gagal jantung kongestif
c. Kehamilan
21
![Page 25: Preskas Efusi Pleura](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022061617/563dbb67550346aa9aacdca9/html5/thumbnails/25.jpg)
BAB III
PEMBAHASAN
Pasien Ny.AA, 29 tahun, datang ke IGD Fatmawati pada tanggal 9
Desember 2014 dengan keluhan sesak nafas sejak 4 hari sebelum masuk
RS. Sesak nafas memberat jika berbaring sehingga mengganggu pola
tidur. Sesak nafas disertai batuk tanpa dahak, tidak ada batuk berdarah,
demam, ataupun keringat malam. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 88x/ menit, frekuensi nafas 18x/menit
dan suhu 35,7 oC, Perkusi didapatkan redup pada lapang bawah paru kiri.
Auskultasi didapatkan vesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-).
Pemeriksaan penunjang : Hematologi : LED meningkat, hipoalbuminemia,
dan alkalosis respiratorik. Radiologi : tampak perselubungan homogan di
lapang bawah paru kanan, pada paru kiri tampak perselubungan homogan
dilapang atas sampai bawah, tampak ellis line di kedua paru. Sehingga di
diagnosis sebagai efusi pleura sinistra masif.
Pada tanggal 10 Desember 2014 dilakukan tindakan pemasangan WSD
(water sealed drainage). Dari cairan pleura dapat dilakukan pemeriksaan
analisa cairan, tes ADA, kultur bakteri dan BTA langsung untuk
menegakkan diagnosis TB Paru.
Pemberikan terapi OAT dengan RHZE 450/300/500/500 pada pasien
ini kurang tepat karena terapi OAT boleh diberikan jika hasil pemeriksaan
cairan pleura menunjukkan BTA positif, kultur positif M.tuberculosis dan
kadar ADA di cairan pleura mencapai 45 IU/l.
Efusi pleura yang timbul dapat disebabkan oleh banyak hal. Jika
infeksi disebabkan oleh M.tuberculosis, maka adanya reaksi
hipersensitivitas terhadap tuberkuloprotein dapat meningkatkan
permeabilitas dinding pembuluh darah pleura sehingga cairan dan protein
berpindah ke rongga pleura. Histamin dan kinin yang dikeluarkan oleh
proses peradangan juga berperan dalam meningkatkan permeabilitas
kapiler sehingga eksudasi plasma semakin meningkat.
22
![Page 26: Preskas Efusi Pleura](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022061617/563dbb67550346aa9aacdca9/html5/thumbnails/26.jpg)
Selain itu, hipoalbuminemia juga dapat berperan dalam terjadinya
efusi pleura melalui penurunan tekanan onkotik di dalam sirkulasi
mikrovaskular, sehingga tekanan onkotik dalam cairan interstisial dan
rongga pleura juga menurun. Tekanan filtrasi dan ekstravasasi meningkat
disemua sirkulasi sistemik. Keadaan ini akan meningkatkan terbentuknya
cairan interstisial yang nantinya meningkatkan masuknya cairan yang
rendah protein ke dalam rongga pleura. Tetapi hal ini jarang menimbulkan
efusi pleura masif.
Hipoalbuminemia pada pasien kemungkinan terjadi karena kurangnya
asupan protein makanan. Hal ini ditunjukan oleh IMT pasien yang
tergolong underwight yaitu 16.
Peningkatan SGOT pada pemeriksaan laboratorium pasien ini kurang
berpengaruh, karena SGOT merupakan enzim yang tidak hanya terdapat di
hati. SGOT dapat ditemukan pada otot jantung, otak, ginjal, dan otot-otot
rangka. Sehingga adanya peningkatan kadar SGOT dapat disebabkan oleh
adanya inflamasi di organ lain. Kadar SGOT dianggap abnormal jika nilai
yang didapat 2-3 kali lebih besar dari nilai normalnya.
Pemberian metilprednisolon bertujuan untuk mencegah dan
mengurangi proses peradangan yang terjadi dan siprofloksasin sebagai
antibiotik spektrum luas.
Rencana selanjutnya pada pasien ini adalah tetap dirawat inap
sambil diobservasi untuk melihat adanya perbaikan klinis dan menegakkan
diagnosis penyebab terjadinya efusi pleura.
23
![Page 27: Preskas Efusi Pleura](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022061617/563dbb67550346aa9aacdca9/html5/thumbnails/27.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
1. Kumpulan Makalah Kuliah Ilmu Penyakit Paru
2. Pratomo, Irandi P. Anatomi dan fisiologi pleura. FKUI-RSUP
Persahabatan
2. Price, Sylvia. Patofisiologi Klinis. Jakarta: EGC. 2012
3. Dewi, Putu Bayu DT. Efusi Pleura Masif. Bali : FK Udayana
4. Kemenkes. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. 2011
5. Sacher, Ronald A. Dan Richard A. McPherson. Pemeriksaan
Laboratorium Edisi 11. EGC
24