PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG ... - …jdih.babelprov.go.id/sites/default/files/produk-hukum/UU...

30
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2009 TENTANG POS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara menjamin hak setiap warga negara untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. bahwa pos merupakan sarana komunikasi dan informasi yang mempunyai peran penting dan strategis dalam mendukung pelaksanaan pembangunan, mendukung persatuan dan kesatuan, mencerdaskan kehidupan bangsa, mendukung kegiatan ekonomi, serta meningkatkan hubungan antarbangsa; c. bahwa Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1984 tentang Pos (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3276) tidak sesuai lagi dengan perkembangan kebutuhan masyarakat dan kemajuan teknologi di bidang pos; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Undang-Undang tentang Pos; Mengingat : Pasal 20, Pasal 20A ayat (1), Pasal 28F, Pasal 33 ayat (2) dan ayat (4), dan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN: Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG POS BAB I . . .

Transcript of PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG ... - …jdih.babelprov.go.id/sites/default/files/produk-hukum/UU...

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 38 TAHUN 2009

TENTANG

POS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa negara menjamin hak setiap warga negarauntuk berkomunikasi dan memperoleh informasisesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945;

b. bahwa pos merupakan sarana komunikasi daninformasi yang mempunyai peran penting dan strategisdalam mendukung pelaksanaan pembangunan,mendukung persatuan dan kesatuan, mencerdaskankehidupan bangsa, mendukung kegiatan ekonomi,serta meningkatkan hubungan antarbangsa;

c. bahwa Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1984 tentangPos (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 3276) tidak sesuai lagi denganperkembangan kebutuhan masyarakat dan kemajuanteknologi di bidang pos;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlumembentuk Undang-Undang tentang Pos;

Mengingat : Pasal 20, Pasal 20A ayat (1), Pasal 28F, Pasal 33 ayat (2)dan ayat (4), dan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945;

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG POS

BAB I . . .

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 2 -

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

1. Pos adalah layanan komunikasi tertulis dan/atausurat elektronik, layanan paket, layanan logistik,layanan transaksi keuangan, dan layanan keagenanpos untuk kepentingan umum.

2. Penyelenggara Pos adalah suatu badan usaha yangmenyelenggarakan pos.

3. Penyelenggaraan Pos adalah keseluruhan kegiatanpengelolaan dan penatausahaan layanan pos.

4. Jaringan Pos adalah rangkaian titik layanan yangterintegrasi baik fisik maupun nonfisik dalam cakupanwilayah layanan tertentu dalam penyelenggaraan pos.

5. Interkoneksi adalah keterhubungan jaringan posantarpenyelenggara pos.

6. Layanan Pos Universal adalah layanan pos jenistertentu yang wajib dijamin oleh pemerintah untukmenjangkau seluruh wilayah Negara KesatuanRepublik Indonesia yang memungkinkan masyarakatmengirim dan/atau menerima kiriman dari satutempat ke tempat lain di dunia.

7. Kode Pos adalah sederetan angka atau huruf ataugabungan angka dan huruf yang dituliskan dibelakang nama kota untuk memudahkan penyortiran,penyampaian kiriman, dan keperluan lain.

8. Kiriman adalah satuan komunikasi tertulis, suratelektronik, paket, logistik, atau uang yang dikirimmelalui penyelenggara pos.

9. Prangko adalah label atau carik, atau teraan di ataskertas dengan bentuk dan ukuran tertentu, baikbergambar maupun tidak bergambar, yang memuatnama negara penerbit atau tanda gambar yangmerupakan ciri khas negara penerbit, dan mempunyainilai nominal tertentu berupa angka dan/atau huruf.

10. Pemerintah . . .

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 3 -

10. Pemerintah Pusat, yang selanjutnya disebutPemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yangmemegang kekuasaan pemerintahan Negara RepublikIndonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945.

11. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati/walikota, dan perangkat daerah sebagai unsurpenyelenggara pemerintahan daerah.

12. Menteri adalah Menteri yang tugas dan tanggungjawabnya di bidang pos.

13. Orang adalah orang perseorangan ataupun badanhukum.

BAB IIASAS DAN TUJUAN

Pasal 2

Pos diselenggarakan berdasarkan asas:

a. kemanfaatan;

b. keadilan;

c. kepastian hukum;

d. persatuan;

e. kebangsaan;

f. kesejahteraan;

g. keamanan dan keselamatan;

h. kerahasiaan;

i. perlindungan;

j. kemandirian; dan

k. kemitraan.

Pasal 3

Pos diselenggarakan dengan tujuan untuk:

a. meningkatkan dan memperkukuh persatuan dankesatuan bangsa, mencerdaskan kehidupan bangsa,serta meningkatkan hubungan antarbangsa danantarnegara;

b. membuka . . .

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 4 -

b. membuka peluang usaha, memperlancarperekonomian nasional, dan mendukung kegiatanpemerintahan;

c. menjamin kualitas layanan komunikasi tertulis dansurat elektronik, layanan paket, layanan logistik,layanan transaksi keuangan, dan layanan keagenanpos; dan

d. menjamin terselenggaranya layanan pos yangmenjangkau seluruh wilayah Negara KesatuanRepublik Indonesia.

BAB IIIPENYELENGGARAAN POS

Bagian KesatuPenyelenggaraan

Pasal 4

(1) Penyelenggaraan Pos dilakukan oleh badan usahayang berbadan hukum Indonesia.

(2) Badan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)terdiri atas:

a. badan usaha milik negara;

b. badan usaha milik daerah;

c. badan usaha milik swasta; dan

d. koperasi.

Pasal 5

(1) Badan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4ayat (1) dapat melakukan kegiatan:

a. layanan komunikasi tertulis dan/atau suratelektronik;

b. layanan paket;

c. layanan logistik;

d. layanan transaksi keuangan; dan

e. layanan keagenan pos.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata carapelaksanaan layanan sebagaimana dimaksud padaayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Pasal 6 . . .

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 5 -

Pasal 6

Ketentuan mengenai tata cara dan persyaratan layanantransaksi keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5ayat (1) huruf d dilakukan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

Pasal 7

(1) Penyelenggaraan Pos dilakukan dengan pelayananprima dan berpedoman pada standar pelayanan.

(2) Standar pelayanan dan pelaksanaannya sebagaimanadimaksud pada ayat (1) diatur dalam PeraturanPemerintah.

Pasal 8

(1) Penyelenggaraan Pos dinas militer diatur oleh Menteribersama-sama dengan menteri yang bertanggungjawab di bidang pertahanan.

(2) Ketentuan mengenai Penyelenggaraan Pos dinaslainnya diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Pasal 9

Penyelenggaraan Pos harus menggunakan perangkat yangmemenuhi standar teknis yang berlaku secara nasionaldan/atau internasional.

Bagian KeduaPerizinan

Pasal 10

(1) Badan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4ayat (1) wajib mendapat izin Penyelenggaraan Pos dariMenteri.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dantata cara pemberian izin diatur dalam PeraturanPemerintah.

Bagian KetigaKerja Sama

Pasal 11

(1) Penyelenggara Pos dapat melakukan kerja samadengan:

a. Penyelenggara Pos dalam negeri;

b. Penyelenggara . . .

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 6 -

b. Penyelenggara Pos asing;

c. badan usaha dalam negeri bukan PenyelenggaraPos; dan/atau

d. badan usaha asing bukan Penyelenggara Pos.

(2) Kerja sama Penyelenggara Pos dengan badan usahaasing bukan Penyelenggara Pos sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf d tidak termasukkepemilikan modal dan saham serta terbatas padawilayah operasional masing-masing.

Pasal 12

(1) Penyelenggara Pos asing dapat menyelenggarakan posdi Indonesia dengan syarat:

a. wajib bekerja sama dengan Penyelenggara Posdalam negeri;

b. melalui usaha patungan dengan mayoritas sahamdimiliki Penyelenggara Pos dalam negeri;

c. Penyelenggara Pos dalam negeri yang akan bekerjasama sahamnya tidak boleh dimiliki oleh warganegara atau badan usaha asing yang berafiliasidengan Penyelenggara Pos dalam negeri;

d. Penyelenggara Pos asing dan afiliasinya hanyadapat bekerja sama dengan satu Penyelenggara Posdalam negeri; dan

e. kerja sama Penyelenggara Pos asing denganPenyelenggara Pos dalam negeri dibatasi wilayahoperasinya pada ibukota provinsi yang telahmemiliki pelabuhan udara dan/atau pelabuhanlaut internasional.

(2) Pengiriman antarkota dilaksanakan oleh PenyelenggaraPos dalam negeri bukan usaha patungan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf b.

Pasal 13

(1) Kerja sama Penyelenggara Pos dengan PenyelenggaraPos asing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 danPasal 12 dilaksanakan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

(2) Penyelenggara pos dapat menjadi perusahaan publikatau perusahaan terbuka setelah mendapat izin dariMenteri.

Bagian . . .

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 7 -

Bagian KeempatInterkoneksi

Pasal 14

(1) Penyelenggara Pos wajib menyediakan Jaringan Possesuai dengan izin penyelenggaraannya.

(2) Penyelenggara Pos dapat melakukan Interkoneksidengan Penyelenggara Pos lain untuk menjaminlayanan pos di setiap daerah.

(3) Setiap Penyelenggara Pos wajib menyediakanInterkoneksi terhadap Penyelenggara Pos lainnyauntuk Layanan Pos Universal.

(4) Interkoneksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) danayat (3) dilakukan secara nondiskriminatif, transparan,bertanggung jawab, dan saling menguntungkan.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai Interkoneksisebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Bagian KelimaLayanan Pos Universal

Pasal 15

(1) Pemerintah wajib menjamin terselenggaranya LayananPos Universal di seluruh wilayah Negara KesatuanRepublik Indonesia.

(2) Dalam menyelenggarakan Layanan Pos Universalsebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintahmenugasi Penyelenggara Pos.

(3) Pemerintah memberikan kesempatan yang samakepada semua Penyelenggara Pos yang memenuhipersyaratan untuk menyelenggarakan Layanan PosUniversal.

(4) Penyelenggara Pos wajib memberikan kontribusi dalampembiayaan Layanan Pos Universal.

(5) Wilayah Layanan Pos Universal yang disubsididitetapkan oleh Menteri.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai Layanan PosUniversal sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat(2), dan ayat (3) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Pasal 16 . . .

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 8 -

Pasal 16

(1) Setiap perusahaan angkutan darat, Iaut, dan udarawajib memprioritaskan pengangkutan kiriman LayananPos Universal yang diserahkan oleh Penyelenggara Possebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Kewajiban mengangkut sebagaimana dimaksud padaayat (1) berlaku bagi semua pihak yangmenyelenggarakan angkutan darat, laut, dan udaradengan menerima imbalan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

(3) Setiap perusahaan angkutan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) menyampaikan jadwal perjalanannyaatas permintaan Penyelenggara Pos.

Pasal 17

Setiap perusahaan angkutan sebagaimana dimaksud dalamPasal 16 bertanggung jawab atas keamanan dankeselamatan kiriman yang diserahkan kepadanya.

Bagian KeenamTarif

Pasal 18

(1) Penyelenggara Pos dalam melaksanakan kegiatanlayanan pos komersial berhak menentukan tarif.

(2) Besaran tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)ditetapkan oleh Penyelenggara Pos dengan formulaperhitungan berbasis biaya.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan tarifsebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkandengan Peraturan Menteri.

Pasal 19

(1) Pemerintah menetapkan tarif Layanan Pos Universal.

(2) Ketentuan mengenai tata cara penetapan tarif LayananPos Universal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Pasal 20 . . .

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 9 -

Pasal 20

Penyelenggara Pos harus memberikan pembebasan tarifsekogram dengan fasilitas pengiriman darat atau lautdengan tingkat berat tertentu.

Pasal 21

Penyelenggara Pos harus memberikan pembebasan tarifpokok bagi kiriman yang dikirimkan kepada atau olehtawanan perang, baik militer maupun sipil, langsung ataumelalui lembaga sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

BAB IVPRANGKO DAN KODE POS

Bagian KesatuPrangko

Pasal 22

(1) Prangko dapat berfungsi sebagai:

a. bukti pembayaran biaya pengiriman pos;

b. alat edukasi masyarakat;

c. alat penyebarluasan informasi publik; dan/atau

d. benda filateli.

(2) Menteri menetapkan dan melaksanakan penerbitanPrangko.

Pasal 23

Setiap orang dilarang:

a. meniru dan memalsukan Prangko;

b. memiliki, menjual, dan/atau menggunakan Prangkopalsu;

c. mencetak dan/atau mencetak ulang Prangko.

Pasal 24

(1) Setiap orang dapat menyalurkan kegemaranmengumpulkan, merawat, mempelajari Prangko, danbenda pos lainnya melalui filateli.

(2) Filateli . . .

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 10 -

(2) Filateli sebagaimana dimaksud pada ayat (1)diselenggarakan dengan dukungan dari unsurPemerintah, Pemerintah Daerah, Penyelenggara Pos,dan masyarakat.

(3) Benda filateli sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22ayat (1) huruf d dapat digunakan sebagai saranaperdagangan dan investasi.

Bagian KeduaKode Pos

Pasal 25

(1) Pemerintah menyusun dan mengembangkan sistemKode Pos wilayah layanan pos Negara KesatuanRepublik Indonesia.

(2) Penyelenggara dan pengguna layanan pos harusmencantumkan Kode Pos untuk mengidentifikasialamat atau wilayah.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem Kode Possebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)diatur dalam Peraturan Pemerintah.

BAB VHAK DAN KEWAJIBAN

Bagian KesatuHak

Pasal 26

Setiap Orang berhak mendapat layanan pos.

Pasal 27

(1) Hak milik atas kiriman tetap merupakan hak milikpengguna layanan pos selama belum diserahkankepada penerima.

(2) Pengguna layanan pos berhak atas jaminankerahasiaan, keamanan, dan keselamatan kiriman.

Pasal 28Pengguna layanan pos berhak mendapatkan ganti rugiapabila terjadi:

a. kehilangan kiriman;

b. kerusakan . . .

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 11 -

b. kerusakan isi paket;

c. keterlambatan kiriman; atau

d. ketidaksesuaian antara barang yang dikirim dan yangditerima.

Pasal 29

(1) Penyelenggara Pos berhak mendapatkan informasiyang benar dari pengguna layanan pos tentang kirimanyang dinyatakan pada dokumen pengiriman.

(2) Penyelenggara Pos berhak membuka dan/ataumemeriksa kiriman di hadapan pengguna layanan posuntuk mencocokkan kebenaran informasi kirimansebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Penyelenggara Pos tidak dapat dituntut apabilaterbukti isi kiriman tidak sesuai dengan yangdinyatakan secara tertulis oleh pengguna layanan pospada dokumen pengiriman dan tidak dibuka olehPenyelenggara Pos.

(4) Penyelenggara Pos sebagaimana dimaksud pada ayat(3) dapat dituntut apabila terbukti mengetahui isikiriman dan tetap mengirim barang yang dilarangsesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian KeduaKewajiban

Pasal 30

Penyelenggara Pos wajib menjaga kerahasiaan, keamanan,dan keselamatan kiriman.

Pasal 31

(1) Penyelenggara Pos wajib memberikan ganti rugi ataskerugian yang dialami oleh pengguna layanan posakibat kelalaian dan/atau kesalahan PenyelenggaraPos.

(2) Tuntutan ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat(1) tidak berlaku jika kehilangan atau kerusakanterjadi karena bencana alam, keadaan darurat, atauhal lain di luar kemampuan manusia.

(3) Ganti . . .

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 12 -

(3) Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)diberikan oleh Penyelenggara Pos sesuai kesepakatanantara pengguna layanan pos dan Penyelenggara Pos.

(4) Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidakditanggung oleh Penyelenggara Pos apabila:

a. kerusakan terjadi karena sifat atau keadaanbarang yang dikirim; atau

b. kerusakan terjadi karena kesalahan atau kelalaianpengguna layanan pos.

(5) Tenggang waktu dan persyaratan yang harus dipenuhiuntuk memperoleh ganti rugi sebagaimana dimaksudpada ayat (1) ditetapkan berdasarkan kesepakatanantara Penyelenggara Pos dan pengguna layanan pos.

(6) Barang yang hilang dan ditemukan kembalidiselesaikan berdasarkan kesepakatan antaraPenyelenggara Pos dan pengguna layanan pos.

Pasal 32

(1) Pengguna layanan pos dilarang mengirimkan barangyang dapat membahayakan barang kiriman lainnya,lingkungan, atau keselamatan orang.

(2) Barang terlarang yang dapat membahayakan kirimanatau keselamatan orang sebagaimana dimaksud padaayat (1) meliputi:

a. narkotika, psikotropika, dan obat-obat terlaranglainnya;

b. barang yang mudah meledak;

c. barang yang mudah terbakar;

d. barang yang mudah rusak dan dapat mencemarilingkungan;

e. barang yang melanggar kesusilaan; dan/atau

f. barang lainnya yang menurut peraturanperundang-undangan dinyatakan terlarang.

(3) Pengiriman barang terlarang sebagaimana dimaksudpada ayat (2) dilakukan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

BAB VI . . .

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 13 -

BAB VIPEMERIKSAAN KIRIMAN

Pasal 33

(1) Barang kiriman pos baik berupa barang pos universalmaupun barang pos lainnya dari dan ke luar negeridiperlakukan sebagai barang impor dan ekspor sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan dibidang kepabeanan dan/atau karantina.

(2) Pemeriksaan kiriman pos dalam rangka kepabeanandan/atau karantina wajib didahulukan daripadapemeriksaan lainnya.

(3) Dalam hal terjadi pelanggaran kepabeanan dan/ataukarantina terhadap pengiriman barang possebagaimana dimaksud pada ayat (1), berlakuketentuan perundang-undangan di bidang kepabeanandan/atau karantina.

Pasal 34

(1) Penyelenggara Pos bertanggung jawab atas kewajibanmembayar bea masuk, bea keluar, cukai, dan pajakterkait dengan layanan pos yang diselenggarakannya.

(2) Kewajiban untuk membayar bea masuk, bea keluar,cukai, dan pajak terkait dengan Layanan Pos Universaldiatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 35

Penyelenggara Pos sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31tidak dapat diminta pertanggungjawaban atas kehilanganatau kerusakan kiriman yang dibuka, diperiksa, dan/ataudisita oleh pejabat yang berwenang.

BAB VIIPENINGKATAN DAN PENGEMBANGAN PENYELENGGARAAN POS

Pasal 36

(1) Peningkatan dan pengembangan Penyelenggaraan Posdilakukan untuk mengoptimalkan pelayanan pos.

(2) Pemerintah . . .

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 14 -

(2) Pemerintah wajib melakukan upaya peningkatan danpengembangan Penyelenggaraan Pos.

(3) Dalam rangka peningkatan dan pengembanganPenyelenggaraan Pos sebagaimana dimaksud pada ayat(1), Menteri melakukan penetapan kebijakan,pengaturan, pengendalian, dan fasilitasi.

(4) Penetapan kebijakan, pengaturan, pengendalian, danfasilitasi di bidang pos sebagaimana dimaksud padaayat (3) dilakukan secara menyeluruh dan terpadudengan memperhatikan pemikiran dan pandanganyang berkembang dalam masyarakat.

(5) Dalam rangka memperhatikan pemikiran danpandangan yang berkembang dalam masyarakatsebagaimana dimaksud pada ayat (4), Menterimelaksanakan pertemuan secara berkala dengan wakilpemangku kepentingan.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai peningkatan danpengembangan Penyelenggaraan Pos sebagaimanadimaksud pada ayat (1) diatur dalam PeraturanPemerintah.

BAB VIIIPENYIDIKAN

Pasal 37

(1) Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan instansiyang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidangpos diberi wewenang khusus sebagai penyidik tindakpidana sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undangini.

(2) Dalam melaksanakan tugasnya, Penyidik PegawaiNegeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)berada di bawah koordinasi dan pengawasan PejabatPenyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Pasal 38 . . .

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 15 -

Pasal 38

(1) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksuddalam Pasal 37 berwenang:

a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan,pengaduan, dan/atau keterangan tentangterjadinya tindak pidana di bidang pos;

b. memanggil orang untuk didengar keterangannyasebagai saksi dan/atau tersangka tindak pidana dibidang pos;

c. melakukan penggeledahan, penyegelan, dan/ataupenyitaan alat yang digunakan untuk melakukantindak pidana di bidang pos;

d. melakukan pemeriksaan tempat terjadinya tindakpidana dan tempat lain yang diduga terdapatbarang bukti tindak pidana di bidang pos;

e. melakukan penyitaan barang bukti tindak pidanadi bidang pos;

f. meminta keterangan dan barang bukti dari orangdan/atau badan hukum atas terjadinya tindakpidana di bidang pos;

g. mendatangkan ahli yang diperlukan untukpenyidikan tindak pidana di bidang pos;

h. membuat dan menandatangani berita acarapemeriksaan perkara tindak pidana di bidang pos;dan

i. menghentikan penyidikan apabila tidak terdapatcukup bukti terjadinya tindak pidana di bidangpos.

(2) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksudpada ayat (1) menyampaikan hasil penyidikan kepadaPenuntut Umum melalui Pejabat Penyidik KepolisianNegara Republik Indonesia.

BAB IXSANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 39

(1) Menteri berwenang menjatuhkan sanksi administratifatas pelanggaran Pasal 14 ayat (1) dan ayat (3), danPasal 15 ayat (4).

(2) Sanksi . . .

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 16 -

(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dapat berupa:

a. teguran tertulis;

b. denda; dan/atau

c. pencabutan izin.

(3) Tata cara penjatuhan sanksi sebagaimana dimaksudpada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 40

Penyelenggara Pos yang dengan sengaja dan tanpa haktidak menjaga keamanan dan keselamatan kirimansebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 dikenakan sanksiadministratif.

Pasal 41

Ketentuan lebih lanjut mengenai sanksi administratifsebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 diatur dalamPeraturan Pemerintah.

BAB XKETENTUAN PIDANA

Pasal 42

Setiap Penyelenggara Pos yang melanggar ketentuansebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) dipidanadengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun ataudenda paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliarrupiah).

Pasal 43

Setiap Orang yang meniru dan/atau memalsukan Prangkosebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf (a) dipidanadengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun ataudenda paling banyak Rp1.750.000.000,00 (satu miliar tujuhratus lima puluh juta rupiah).

Pasal 44 . . .

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 17 -

Pasal 44

Setiap Orang yang dengan sengaja memiliki, menjual,dan/atau menggunakan Prangko palsu sebagaimanadimaksud dalam Pasal 23 huruf (b) dipidana dengan pidanapenjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda palingbanyak Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus jutarupiah).

Pasal 45

Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak mencetakdan/atau mencetak ulang Prangko sebagaimana dimaksuddalam Pasal 23 huruf (c) dipidana dengan pidana penjarapaling lama 7 (tujuh) tahun atau denda paling banyakRp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).

Pasal 46

Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak tidakmenjaga kerahasiaan kiriman sebagaimana dimaksuddalam Pasal 30 dipidana dengan pidana penjara paling lama3 (tiga) tahun atau denda paling banyak Rp500.000.000,00(lima ratus juta rupiah).

Pasal 47

Setiap Orang yang dengan sengaja mengirimkan barangyang dilarang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat(1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama5 (lima) tahun atau denda paling banyakRp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

BAB XIKETENTUAN PERALIHAN

Pasal 48

Pada saat berlakunya Undang-Undang ini, badan atauperusahaan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1984 tentang Pos (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 28,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor3276), tetap dapat menjalankan kegiatannya denganketentuan dalam waktu paling lambat 2 (dua) tahun sejakUndang-Undang ini berlaku wajib menyesuaikan denganUndang-Undang ini.

Pasal 49 . . .

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 18 -

Pasal 49

Pada saat Undang-Undang ini berlaku, semua peraturanpelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1984 tentangPos (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 3276) tetap berlaku sepanjang tidak bertentangandan/atau belum diganti dengan peraturan baruberdasarkan Undang-Undang ini.

BAB XIIKETENTUAN PENUTUP

Pasal 50

Untuk menjamin kesinambungan Layanan Pos Universal,penugasan pelaksana Layanan Pos Universal tetapdilakukan oleh badan usaha milik negara yang telahditugaskan oleh Pemerintah saat ini sampai jangka waktupaling lama 5 (lima) tahun.

Pasal 51

Untuk mempersiapkan badan usaha milik negara dalammenghadapi pembukaan akses pasar, perlu dilakukanupaya penyehatan yang harus diselesaikan dalam jangkawaktu paling lama 5 (lima) tahun.

Pasal 52

(1) Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1984 tentang Pos (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 28,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 3276) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

(2) Peraturan Pemerintah dan peraturan pelaksanaanlainnya dari Undang-Undang ini harus telahditetapkan paling lama 2 (dua) tahun sejak Undang-Undang ini diundangkan.

Pasal 53

Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggaldiundangkan.

Agar . . .

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 19 -

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkanpengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannyadalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakartapada tanggal 14 Oktober 2009

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di Jakartapada tanggal 14 Oktober 2009

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIAREPUBLIK INDONESIA,

ttd

ANDI MATTALATTA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2009 NOMOR 146

Salinan sesuai dengan aslinya

SEKRETARIAT NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Kepala Biro Peraturan Perundang-undanganBidang Perekonomian dan Industri,

ttd

Setio Sapto Nugroho

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN

ATAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 38 TAHUN 2009

TENTANG

POS

I. UMUM

Sejak diundangkannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1984 tentang Pos,Penyelenggara Pos telah menunjukkan peran yang penting dan strategisdalam menunjang kegiatan perekonomian, memantapkan pertahanankeamanan, mencerdaskan kehidupan bangsa, memperlancar kegiatanpemerintahan, memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa dalamkerangka wawasan nusantara dan memantapkan serta meningkatkanhubungan antarbangsa.

Untuk kelancaran Penyelenggaraan Pos yang dilakukan olehPenyelenggara Pos perlu didukung sarana angkutan yang meliputiangkutan laut, darat, dan udara untuk umum.

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pengertiansurat saat ini beraneka ragam, selain surat tradisional (fisik) juga suratelektronik, faksimile, surat hibrida, dan pelayanan jasa internet. Dalamusaha mendayagunakan layanan pos di seluruh wilayah Indonesia,peluasan Penyelenggaraan Pos akan membuka kesempatan kerja,membantu meningkatkan taraf hidup masyarakat, mendorong majupesatnya sektor pembangunan serta menyebarnya kegiatan usaha diseluruh wilayah tanah air. Dalam kaitan ini, Penyelenggaraan Posmerupakan kegiatan yang penting dan strategis untuk melakukanpengiriman berita, barang, dan transaksi keuangan.

Untuk mempererat hubungan kerja sama antarbangsa dan antarnegaradalam Penyelenggaraan Pos perlu pula dipertimbangkan kesepakatan yangdilakukan oleh Perhimpunan Pos Sedunia (Universal Postal Union/UPU).

Dengan tetap berpijak pada arah dan kebijakan pembangunan nasionalserta dengan perkembangan yang berlangsung baik secara nasionalmaupun internasional, utamanya di bidang pos, norma hukum bagipembinaan dan penyelenggaraan yang diatur di dalam Undang-UndangNomor 6 Tahun 1984 tentang Pos perlu diganti.

II. PASAL . . .

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 2 -

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1Cukup jelas.

Pasal 2Huruf a

Yang dimaksud dengan "kemanfaatan" adalah pembangunan poskhususnya Penyelenggaraan Pos akan lebih berdaya guna danberhasil guna baik sebagai infrastruktur pembangunan, saranapenyelenggaraan pemerintahan, sarana pendidikan, saranaperhubungan, maupun berbagai komoditas ekonomi yang dapatlebih meningkatkan kesejahteraan masyarakat lahir batin.

Huruf bYang dimaksud dengan "keadilan" adalah Penyelenggaraan Posmemberi kesempatan dan perlakuan yang sama kepada semuapihak dan yang hasil-hasilnya dinikmati oleh masyarakat secarasama dan semua pihak.

Huruf cYang dimaksud dengan "kepastian hukum" adalah bahwapembangunan pos khususnya Penyelenggaraan Pos harusdidasarkan pada peraturan perundang-undangan yang menjaminkepastian hukum, memberikan perlindungan hukum bagiinvestor, Penyelenggaraan Pos maupun kepada masyarakatpengguna jasa.

Huruf dYang dimaksud dengan "persatuan" adalah bahwaPenyelenggaraan Pos dilakukan sebagai upaya menjaminpersatuan dan kesatuan bangsa.

Huruf eYang dimaksud dengan "kebangsaan" adalah PenyelenggaraanPos harus mencerminkan sifat dan watak bangsa Indonesia yangpluralistik (kebhinekaan) dengan tetap menjaga prinsip NegaraKesatuan Republik Indonesia.

Huruf fYang dimaksud dengan “kesejahteraan” adalah bahwaPenyelenggaraan Pos harus dapat meningkatkan kualitaskehidupan perekonomian masyarakat.

Huruf gYang dimaksud dengan “keamanan dan keselamatan” adalahagar Penyelenggaraan Pos memperhatikan faktor keamanan dankeselamatan baik dalam hal perencanaan, pembangunan,maupun pengoperasiannya.

Huruf h . . .

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 3 -

Huruf hYang dimaksud dengan “kerahasiaan” adalah isi kiriman postidak boleh diketahui oleh orang lain, dan Penyelenggara Posmenjaga kerahasiaan atas kiriman pos yang dijamin berdasarkanundang-undang.

Huruf iYang dimaksud dengan “perlindungan” adalah bahwaPenyelenggaraan Pos dilakukan untuk dapat menjaminterpenuhinya hak pengguna layanan pos maupun PenyelenggaraPos.

Huruf jYang dimaksud dengan ”kemandirian” adalah PenyelenggaraanPos dilaksanakan dengan memanfaatkan secara maksimalpotensi sumber daya nasional secara efisien dalam rangkamenghadapi persaingan global.

Huruf kYang dimaksud dengan “kemitraan” adalah pos diselenggarakanmelalui kerja sama antara para Penyelenggara Pos, baik melaluiinterkoneksi dengan Penyelenggara Pos dalam negeri maupunkerjasama dengan pihak asing, dan kerja sama dengan pengirimmaupun penerima.

Pasal 3Cukup jelas.

Pasal 4Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Huruf a

Cukup jelas.

Huruf bCukup jelas.

Huruf cYang dimaksud dengan “badan usaha milik swasta” adalahbadan usaha yang didirikan oleh Warga Negara Indonesiabaik perseorangan maupun persekutuan orang.

Huruf dCukup jelas.

Pasal 5 . . .

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 4 -

Pasal 5Ayat (1)

Huruf aLayanan komunikasi tertulis dan/atau surat elektronikmerupakan kegiatan pengumpulan, pemrosesan,pengangkutan, dan penyampaian informasi berupa surat,warkat pos, kartu pos, barang cetakan, dokumen dan/atausekogram.

Surat ialah bagian dari komunikasi tertulis dengan atautanpa sampul yang ditujukan kepada individu atau badandengan alamat tertentu, yang dalam prosespenyampaiannya dilakukan seluruhnya secara fisik.

Surat elektronik (electronic mail) ialah layanan surat yangproses penyampaiannya kepada Penyelenggara Pos melaluielektronik atau berupa soft copy untuk disampaikan secarafisik kepada individu atau badan dengan alamat tertentu.

Warkat pos ialah bentuk komunikasi tertulis yang ditulispada selembar kertas yang sekaligus berfungsi sebagaisampul.

Kartu pos ialah bentuk komunikasi tertulis di atas kartubergambar dan/atau tidak bergambar.

Barang cetakan ialah segala jenis publikasi yang dicetakpada kertas atau bahan lain termasuk tetapi tidak terbataspada buku, brosur, katalog, surat kabar, dan majalah.

Dokumen ialah data, catatan, dan/atau keterangan baiktertulis di atas kertas atau sarana lain maupun terekamdalam bentuk corak apa pun yang dapat dilihat, dibaca,atau didengar dan mempunyai nilai komersial atauberharga.

Sekogram ialah tulisan, cetakan, atau rekaman untukkeperluan tunanetra.

Huruf bLayanan paket berupa kegiatan layanan pengambilan,penerimaan, dan/atau pengantaran barang.

Huruf cLayanan logistik berupa kegiatan perencanaan, penanganan,dan pengendalian terhadap pengiriman dan penyimpananbarang, termasuk informasi, jasa pengurusan, danadministrasi terkait yang dilaksanakan oleh PenyelenggaraPos.

Huruf d . . .

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 5 -

Huruf dLayanan transaksi keuangan berupa kegiatan penyetoran,penyimpanan, pemindahbukuan, pendistribusian, danpembayaran uang dari dan/atau untuk pengguna jasasesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Huruf eLayanan keagenan pos berupa penyediaan sarana danprasarana untuk layanan pos.

Ayat (2)Cukup jelas.

Pasal 6Cukup jelas.

Pasal 7Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “pelayanan prima” adalah pelayananyang memberikan kepastian waktu, kepastian biaya, dankejelasan prosedur.

Ayat (2)Cukup jelas.

Pasal 8Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “Penyelenggaraan Pos dinas militer”adalah Penyelenggaraan Pos yang bersifat nonkomersial untukkeperluan militer.

Ayat (2)Yang dimaksud dengan “Penyelenggaraan Pos dinas lainnya”adalah Penyelenggaraan Pos yang bersifat kedinasan dannonkomersial untuk kepentingan negara.

Pasal 9Yang dimaksud dengan “menggunakan perangkat yang memenuhistandar teknis secara nasional dan/atau internasional” dilakukanberdasarkan prinsip:

a. pemanfaatan sumber daya secara efisien;

b. keserasian sistem dan perangkat;

c. peningkatan mutu pelayanan; dan

d. persaingan yang sehat.

Pasal 10Cukup jelas.

Pasal 11 . . .

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 6 -

Pasal 11Ayat (1)

Huruf aPenyelenggara Pos dalam negeri ialah Penyelenggara Posyang telah memiliki izin Penyelenggaraan Pos yang seluruhdan/atau mayoritas sahamnya dimiliki oleh warga negaraIndonesia dan/atau badan usaha Indonesia.

Huruf bPenyelenggara Pos asing ialah badan usaha asing yangmenyelenggarakan layanan pos di luar Indonesia.

Huruf cBadan usaha dalam negeri bukan Penyelenggara Pos ialahbadan usaha yang berbadan hukum Indonesia.

Huruf dBadan usaha asing bukan Penyelenggara Pos ialah badanusaha yang berbadan hukum asing.

Ayat (2)Cukup jelas.

Pasal 12Cukup jelas.

Pasal 13Cukup jelas.

Pasal 14Cukup jelas.

Pasal 15Ayat (1)

Layanan Pos Universal mencakup:

a. surat, kartupos, barang cetakan, dan bungkusan kecil (suratberisi barang) sampai dengan 2 kilogram;

b. sekogram sampai dengan 7 kilogram;c. barang cetakan yang dikirim dalam kantong khusus yang

ditujukan untuk penerima dengan alamat yang sama denganberat sampai dengan 30 kilogram (M-bag); dan

d. paket pos dengan berat sampai dengan 20 kilogram.

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3) . . .

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 7 -

Ayat (3)Cukup jelas.

Ayat (4)Cukup jelas.

Ayat (5)Cukup jelas.

Ayat (6)Cukup jelas.

Pasal 16Ayat (1)

Yang dimaksud “wajib memprioritaskan pengangkutan kirimanLayanan Pos Universal” adalah merujuk pada undang-undang dibidang transportasi bahwa perusahaan angkutan wajibmemprioritaskan kiriman layanan pos.

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3)Yang dimaksud dengan “jadwal perjalanan” adalah waktukeberangkatan dan kedatangan serta tujuan perjalanan.

Pasal 17Yang dimaksud dengan “keamanan dan keselamatan kiriman olehperusahaan angkutan” adalah menjaga kiriman secara utuh dantidak rusak sampai ke tujuan sesuai dengan kondisi pada saatkiriman diserahkan kepada perusahaan pengangkut.

Pasal 18Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “layanan pos komersial” adalah layananyang besaran tarif dan standar layanannya tidak ditetapkan olehPemerintah.

Ayat (2)Yang dimaksud dengan “formula perhitungan berbasis biaya”adalah metode perhitungan yang mempertimbangkan biayapenyelenggaraan yang dikeluarkan oleh Penyelenggara Pos danuntuk mencegah terjadinya persaingan usaha tidak sehat, antaralain melalui predatory pricing.

Ayat (3)Cukup jelas.

Pasal 19 . . .

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 8 -

Pasal 19Cukup jelas.

Pasal 20Yang dimaksud dengan “tingkat berat tertentu” adalah maksimum 7(tujuh) kilogram.

Pasal 21Cukup jelas.

Pasal 22Ayat (1)

Huruf aCukup jelas.

Huruf bYang dimaksud dengan ’’alat edukasi masyarakat’’ adalahprangko dapat dijadikan sebagai sarana untukmeningkatkan pengetahuan dan pembelajaranmasyarakat.

Huruf cYang dimaksud dengan ”alat penyebarluasan informasipublik” antara lain berupa informasi dalam bentukgambar dan/atau tulisan yang terdapat dalam prangko,misalnya flora fauna, pahlawan, dan produk budaya.

Huruf dYang termasuk ”benda filateli” ialah prangko dan bendapos yang terkait dengan pemrangkoan.

Ayat (2)Cukup jelas.

Pasal 23Cukup jelas.

Pasal 24Cukup jelas.

Pasal 25Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Kode Pos berfungsi sebagai petunjuk alamat untukmempermudah proses penyampaian kiriman dan dapat jugadigunakan oleh pihak lain sesuai dengan kepentingan, bersifatdinamis, dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan.

Ayat (3) . . .

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 9 -

Ayat (3)Cukup jelas.

Pasal 26Cukup jelas.

Pasal 27Cukup jelas.

Pasal 28Huruf a

Cukup jelas.

Huruf bCukup jelas.

Huruf cCukup jelas.

Huruf dYang dimaksud dengan ”ketidaksesuaian antara barang yangdikirim dan yang diterima” adalah tidak sesuainya kondisi ataujumlah barang yang dikirim dengan kondisi atau jumlah barangyang diterima.

Pasal 29Cukup jelas.

Pasal 30Cukup jelas.

Pasal 31Cukup jelas.

Pasal 32Cukup jelas.

Pasal 33Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Salah satu tugas pokok kepabeanan dan karantina adalahsebagai Instansi Penjaga Perbatasan (Border Protection Agencies)yang berwenang menetapkan suatu barang untuk diimpor ataudiekspor berdasarkan undang-undang. Oleh karena itu,pemeriksaan kepabeanan dan karantina wajib didahulukanuntuk menetapkan status barang yang bersangkutan.

Ayat (3) . . .

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 10 -

Ayat (3)Cukup jelas.

Pasal 34Cukup jelas.

Pasal 35Cukup jelas.

Pasal 36Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “mengoptimalkan pelayanan pos”adalah menjamin keterjangkauan layanan, tersedianya kualitas,dan pengamanan yang memadai.

Ayat (2)Peningkatan dan pengembangan layanan pos selain ditujukanuntuk mengoptimalkan layanan pos juga ditujukan untukmeningkatkan daya saing industri pos nasional.

Ayat (3)Cukup jelas.

Ayat (4)Cukup jelas.

Ayat (5)Yang dimaksud dengan ”pemangku kepentingan” antara lainpelaku industri dan konsumen.

Ayat (6)Cukup jelas.

Pasal 37Cukup jelas.

Pasal 38Cukup jelas.

Pasal 39Cukup jelas.

Pasal 40Cukup jelas.

Pasal 41Cukup jelas.

Pasal 42 . . .

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 11 -

Pasal 42Cukup jelas.

Pasal 43Cukup jelas.

Pasal 44Cukup jelas.

Pasal 45Cukup jelas.

Pasal 46Cukup jelas.

Pasal 47Cukup jelas.

Pasal 48Cukup jelas.

Pasal 49Cukup jelas.

Pasal 50Cukup jelas.

Pasal 51Cukup jelas.

Pasal 52Cukup jelas.

Pasal 53Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5065