PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - PB Taxand | Home Nomor 157 Tahun 1998... · Keputusan Presiden ini...

39
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 157 TAHUN 1998 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH MONGOLIA MENGENAI PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA DAN PENCEGAHAN PENGELAKAN PAJAK ATAS PENGHASILAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa di Ulan Bator, Mongolia, pada tanggal 2 Juli 1996 Pemerintah Republik Indonesia telah menandatangani Persetujuan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Mongolia mengenai Penghindaran Pajak Berganda dan Pencegahan Pengelakan Pajak atas Penghasilan, sebagai hasil perundingan antara Delegasi-delagasi Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Mongolia; b. bahwa sehubungan dengan itu, dan sesuai dengan Amanat Presiden Republik Indonesia kepada Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Nomor 2826/HK/1960 tanggal 22 Agustus 1960 tentang Pembuatan Perjanjian-perjanjian dengan Negara Lain, dipandang perlu untuk mengesahkan Persetujuan tersebut dengan Keputusan Presiden; Mengingat : Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 11 Undang-Undang Dasar 1945; MEMUTUSKAN : Menetapkan : KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH MONGOLIA MENGENAI PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA DAN PENCEGAHAN PENGELAKAN PAJAK ATAS PENGHASILAN. Pasal 1 Mengesahkan Persetujuan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Mongolia mengenai Penghindaran Pajak Berganda dan Pencegahan Pengelakan Pajak atas Penghasilan, yang telah ditandatangani Pemerintah Republik Indonesia di Ulan Bator, Mongolia, pada tanggal 2 Juli 1996, sebagai hasil perundingan antara Delegasi-delegasi Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Mongolia yang salinan naskah aslinya dalam bahasa Indonesia, Mongolia dan Inggeris sebagaimana terlampir pada Keputusan Presiden ini. Pasal 2

Transcript of PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - PB Taxand | Home Nomor 157 Tahun 1998... · Keputusan Presiden ini...

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIANOMOR 157 TAHUN 1998

TENTANGPENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK

INDONESIA DAN PEMERINTAH MONGOLIA MENGENAIPENGHINDARAN PAJAK BERGANDA DAN

PENCEGAHAN PENGELAKAN PAJAKATAS PENGHASILAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa di Ulan Bator, Mongolia, pada tanggal 2 Juli 1996 PemerintahRepublik Indonesia telah menandatangani Persetujuan antaraPemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Mongolia mengenaiPenghindaran Pajak Berganda dan Pencegahan Pengelakan Pajakatas Penghasilan, sebagai hasil perundingan antara Delegasi-delagasiPemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Mongolia;

b. bahwa sehubungan dengan itu, dan sesuai dengan Amanat PresidenRepublik Indonesia kepada Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Nomor2826/HK/1960 tanggal 22 Agustus 1960 tentang PembuatanPerjanjian-perjanjian dengan Negara Lain, dipandang perlu untukmengesahkan Persetujuan tersebut dengan Keputusan Presiden;

Mengingat : Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 11 Undang-Undang Dasar 1945;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG PENGESAHANPERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIADAN PEMERINTAH MONGOLIA MENGENAI PENGHINDARANPAJAK BERGANDA DAN PENCEGAHAN PENGELAKAN PAJAKATAS PENGHASILAN.

Pasal 1

Mengesahkan Persetujuan antara Pemerintah Republik Indonesia danPemerintah Mongolia mengenai Penghindaran Pajak Berganda danPencegahan Pengelakan Pajak atas Penghasilan, yang telahditandatangani Pemerintah Republik Indonesia di Ulan Bator, Mongolia,pada tanggal 2 Juli 1996, sebagai hasil perundingan antaraDelegasi-delegasi Pemerintah Republik Indonesia dan PemerintahMongolia yang salinan naskah aslinya dalam bahasa Indonesia,Mongolia dan Inggeris sebagaimana terlampir pada Keputusan Presidenini.

Pasal 2

Keputusan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.Agar …

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 2 -

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundanganKeputusan Presiden ini dengan penempatannya dalam Lembaran NegaraRepublik Indonesia.

Ditetapkan di JakartaPada tanggal 18 September 1998PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE

Diundangkan di Jakartapada tanggal 18 September 1998MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARAREPUBLIK INDONESIA

ttd.

AKBAR TANDJUNG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1998 NOMOR 150

PERSETUJUANANTARA

PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIADAN

PEMERINTAH MONGOLIAMENGENAI

PENGHINDARAN PAJAK BERGANDADAN PENCEGAHAN PENGELAKAN PAJAK

ATAS PENGHASILAN

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah MongoliaBERHASRAT mengadakan suatu Persetujuan mengenai penghindaran pajak bergandadan pencegahan pengelakan pajak yang berhubungan dengan pajak atas penghasilan telahmenyetujui sebagai berikut :

Pasal 1ORANG ATAU BADAN YANG TERCAKUP DALAM PERSETUJUAN INI

Persetujuan ini berlaku terhadap orang atau badan yang menjadi penduduk salah satu ataukedua Negara pihak pada Persetujuan.

Pasal 2PAJAK-PAJAK YANG DICAKUP DALAM PERSETUJUAN INI

1. Persetujuan ini berlaku terhadap pajak-pajak atas penghasilan yang dikenakan olehmasing-masing Negara pihak pada Persetujuan atau bagian ketatanegaraannya ataupemerintah daerahnya, tanpa memperhatikan cara pemungutan pajak-pajaktersebut.

2. Dianggap sebagai pajak-pajak atas penghasilan adalah semua pajak yangdikenakan atas seluruh penghasilan, atau atas unsur-unsur penghasilan, termasukpajak-pajak atas keuntungan yang diperoleh dari pemindahtanganan harta gerakatau harta tak gerak, pajak atas jumlah keseluruhan upah atau gaji yang dibayaroleh perusahaan.

3. Persetujuan ini akan diterapkan terhadap pajak-pajak yang berlaku sekarang ini,adalah:

a) sepanjang mengenai Indonesia :

pajak penghasilan yang dikenakan berdasarkan Undang-Undang Nomor 7Tahun 1983 yang tetap diperbaharui;

(selanjutnya disebut sebagai "pajak Indonesia).

b) sepanjang mengenai Mongolia :

1) pajak pendapatan pribadi;

2) pajak pendapatan perseroan;

(selanjutnya disebut sebagai "pajak Mongolia)

4. Persetujuan ini akan berlaku pula terhadap setiap pajak yang serupa atau padahakekatnya sama yang dikenakan setelah tanggal penandatanganan Persetujuan inisebagai tambahan terhadap, atau sebagai pengganti dari, pajak-pajak yangsekarang berlaku yang disebut pada ayat 3. Pejabat-pejabat yang berwenang dari

kedua Negara pihak pada Persetujuan akan saling memberitahukan satu sama lainmengenai setiap perubahan penting yang terjadi dalam perundang-undanganperpajakan mereka dalam kurun waktu yang berkenaan setelah terjadi perubahan.

Pasal 3PENGERTIAN-PENGERTIAN UMUM

1. Kecuali jika dari hubungan kalimatnya harus diartikan lain, yang dimaksud dalamPersetujuan ini dengan :

a) Istilah Negara pihak pada Persetujuan dan Negara pihak lainnya padaPersetujuan berarti Republik Indonesia atau Mongolia tergantung padahubungan kalimatnya;

b) Istilah Indonesia meliputi wilayah Republik Indonesia sebagaimanaditentukan dalam perundang-undangan dan daerah yang berbatasan di manaRepublik Indonesia mempunyai hak-hak kedaulatan atau yurisdiksi menurutketentuan Konvensi PBB mengenai Hukum Laut Tahun 1982;

c) istilah Mongolia dalam pengertian geografis berarti wilayah dari Mongoliadan setiap daerah di mana perundang-undangan pajak Mongolia berlakusejauh Mongolia telah menerapkan di daerah-daerah tersebut, sesuai denganhukum internasional, hak-hak kedaulatan untuk mengelola kekayaanalamnya;

d) istilah orang atau badan meliputi orang pribadi, perseroan dan setiap badan;

e) istilah perseroan berarti setiap badan hukum atau setiap entitas yang untuktujuan pemungutan pajak diperlakukan sebagai suatu badan hukum;

f) istilah perusahaan dari suatu Negara pada Persetujuan dan perusahaan dariNegara pihak lainnya pada Persetujuan berarti berturut-turut suatuperusahaan yang dijalankan oleh penduduk dari suatu Negara pihak padaPersetujuan dan suatu perusahaan yang dijalankan oleh penduduk dariNegara pihak lainnya pada Persetujuan;

g) istilah warga negara berarti :

(i) setiap orang pribadi yang memiliki kewarganegaraan dari suatuNegara pihak pada Persetujuan;

(ii) setiap badan hukum, persekutuan dan asosiasi yang statusnya merekaperoleh berdasarkan hukum yang berlaku pada salah satu Negarapihak pada Persetujuan;

h) istilah lalu lintas internasional berarti setiap pengangkutan oleh kapal lautatau pesawat udara yang dilakukan oleh perusahaan dari suatu Negara pihakpada Persetujuan kecuali jika kapal atau pesawat udara itu semata-matadioperasikan antara tempat-tempat yang berada di Negara pihak lainnyapada Persetujuan;

(i) istilah pejabat yang berwenang berarti

(i) di Indonesia Menteri Keuangan atau wakilnya yang sah;

(ii) di Mongolia Menteri Keuangan atau wakilnya yang sah.

2. Sehubungan dengan penerapan Persetujuan ini oleh salah satu Negara pihak padaPersetujuan, setiap istilah yang tidak dirumuskan mempunyai arti menurutperundang-undangan Negara itu sepanjang mengenai pajak-pajak yang diatur

dalam Persetujuan ini, kecuali jika dari hubungan kalimatnya harus diartikan lain.

Pasal 4PENDUDUK

1. Untuk kepentingan Persetujuan ini, istilah penduduk suatu Negara pihak padaPersetujuan berarti setiap orang atau badan, yang menurut perundang-undanganNegara tersebut dapat dikenakan pajak di Negara itu berdasarkan domisilinyatempat kediamannya, tempat kedudukan kantor pusatnya, tempat kedudukanmanajemennya ataupun kriteria lainnya yang sifatnya serupa.

2. Jika seorang menurut ketentuan-ketentuan pada ayat 1 menjadi penduduk di keduaNegara pihak pada Persetujuan, maka statusnya akan ditentukan sebagai berikut :

a) ia akan dianggap sebagai penduduk Negara di mana ia mempunyai tempattinggal tetap yang tersedia baginya; apabila ia mempunyai tempat tinggaltetap yang tersedia di kedua Negara, ia akan dianggap sebagai pendudukNegara di mana terdapat hubungan-hubungan pribadi dan ekonomi yanglebih erat (pusat kepentingan-kepentingan pokok);

b) jika Negara di mana pusat kepentingan-kepentingan pokoknya tidak dapatditentukan, atau jika ia tidak mempunyai tempat tinggal tetap yang tersediabaginya di salah satu Negara, maka ia akan dianggap sebagai pendudukNegara di mana ia biasanya berdiam;

c) jika ia mempunyai tempat yang biasanya ditinggali di kedua Negara atausama sekali tidak mempunyainya di kedua Negara tersebut, makapejabat-pejabat yang berwenang dari kedua Negara pihak pada Persetujuanakan menyelesaikan masalah tersebut berdasarkan persetujuan bersama.

3. Apabila berdasarkan ketentuan-ketentuan ayat 1 orang atau badan mempunyaitempat kedudukan di kedua Negara pihak pada Persetujuan, maka ia akandianggap sebagai penduduk Negara dimana tempat manajemen efektif berada.

Pasal 5BENTUK USAHA TETAP

1. Untuk kepentingan Persetujuan ini istilah bentuk usaha tetap berarti suatu tempatusaha tetap di mana seluruh atau sebagian usaha dari suatu perusahaan dijalankan.

2. Istilah bentuk usaha tetap terutama meliputi :

a) suatu tempat kedudukan manajemen;

b) suatu cabang;

c) suatu kantor;

d) suatu pabrik;

e) suatu bengkel;

f) suatu gedung atau tempat penyimpanan barang sebagai tempat penjualan;

g) suatu pertanian atau perkebunan;

h) suatu tambang, suatu sumur minyak atau gas, suatu penggalian atau tempatpengambilan atau eksplorasi sumber daya alam lainnya rig untuk pemboran ataukapal yang digunakan untuk eksplorasi dan eksploitasi sumber-sumber daya alam.

3. Istilah bentuk usaha tetap juga meliputi :

a) suatu bangunan, suatu proyek konstruksi, suatu perakitan atau proyekinstalasi atau kegiatan pengawasan yang ada hubungan dengan proyek tersebut,tetapi hanya apabila bangunan, proyek atau kegiatan tersebut berjalan untuk masalebih dari enam bulan.

b) Pemberian jasa-jasa termasuk jasa-jasa konsultan oleh suatu perusahaanmelalui karyawannya atau orang lain yang dipekerjakan oleh perusahaan tersebut,sepanjang kegiatan-kegiatan seperti itu berlangsung (untuk proyek yang sama atauyang berhubungan) di suatu Negara selama suatu masa atau masa-masa yangmelebihi jumlah tiga bulan dalam waktu dua belas bulan.

4. Menyimpang dari ketentuan-ketentuan sebelumnya dari Pasal ini, istilah bentukusaha tetap dianggap tidak meliputi :

a) penggunaan fasilitas-fasilitas semata-mata dengan maksud untukmenyimpan atau memamerkan barang-barang atau barang dagangan milikperusahaan;

b) pengurusan suatu persediaan barang-barang atau barang dagangan milikperusahaan semata-mata dengan maksud untuk disimpan atau dipamerkan;

c) pengurusan suatu persediaan barang-barang atau barang dagangan milikperusahaan semata-mata dengan maksud untuk diolah oleh perusahaan lain;

d) pengurusan suatu tepat tertentu semata-mata dengan maksud untukpembelian barang-barang atau barang dagangan atau untuk mengumpulkanketerangan bagi keperluan perusahaan;

e) pengurusan suatu tempat usaha tertentu semata-mata dengan maksud untuktujuan periklanan, atau untuk memberikan keterangan-keterangan atas namaperusahaan;

f) pengurusan suatu tempat usaha tertentu semata-mata dengan maksud untuktujuan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang bersifat persiapan atau penunjangbagi perusahaan;

g) pengurusan suatu tempat usaha tertentu semata-mata ditujukan untukmelakukan gabungan kegiatan-kegiatan seperti disebutkan pada sub ayat (a)sampai dengan sub ayat (f), asalkan hasil penggabungan seluruh kegiatan-kegiatantersebut bersifat persiapan atau penunjang.

5. Menyimpang dari ketentuan-ketentuan ayat 1 dan 2, apabila orang atau badan,kecuali agen yang bertindak bebas sebagaimana berlaku ayat 7, bertindak di suatuNegara pihak pada Persetujuan atas nama perusahaan yang berkedudukan diNegara lainnya pada Persetujuan, maka perusahaan tersebut dianggap memilikibentuk usaha tetap di Negara pihak pada Persetujuan yang disebutkan pertama ataskegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh orang atau badan tersebut, jika ia :

a) mempunyai dan biasa di Negara yang disebutkan pertama melakukanwewenang untuk menutup kontrak-kontrak atas nama perusahaan tersebut,kecuali kegiatan itu hanya terbatas pada apa yang diatur dalam ayat 4 yangmeskipun dilakukan melalui suatu tempat usaha tetap, tempat tersebutbukan merupakan bentuk usaha tetap sesuai dengan ketentuan ayat tersebut;

atau

b) tidak mempunyai wewenang seperti itu, tetapi biasa melakukan pengurusanpersediaan barang-barang atau barang dagangan di Negara yang disebutkanpertama di mana secara teratur ia menyerahkan barang-barang atau barangdagangan atas nama perusahaan tersebut; atau

c) menghasilkan atau mengolah untuk perusahaan di Negara yang disebutpertama barang-barang atau barang dagangan milik perusahaan tersebut.

6. Menyimpang dari ketentuan-ketentuan sebelumnya dalam Artikel ini, suatuperusahaan asuransi dari Negara pihak pada Persetujuan, kecuali yang berkenaandengan reasuransi akan dianggap mempunyai suatu bentuk usaha tetap di Negarapihak lainnya pada Persetujuan jika perusahaan tersebut memungut premi diwilayah Negara lainnya itu atau menanggung resiko yang terjadi di sana melaluiseorang pegawai atau melalui suatu perwakilan yang bukan merupakan agen yangbertindak bebas sebagaimana dimaksud pada ayat 7.

7. Suatu perusahaan dari salah satu Negara pihak pada Persetujuan, tidak akandianggap mempunyai suatu bentuk usaha tetap di Negara pihak lainnya padaPersetujuan hanya semata-mata karena perusahaan itu menjalankan usaha diNegara pihak lainnya melalui makelar, komisioner umum, atau agen lainnya yangbertindak bebas, sepanjang orang atau badan tersebut bertindak dalam rangkakegiatan usahanya yang lazim. Walaupun demikian, bilamana kegiatan agendimaksud seluruhnya atau hampir seluruhnya untuk perusahaan itu, maka ia tidakdianggap sebagai agen yang bertindak bebas dalam pengertian ayat ini.

8. Jika suatu perseroan yang berkedudukan di suatu Negara pihak pada Persetujuanmenguasai atau dikuasai oleh perseroan yang berkedudukan di Negara pihaklainnya pada Persetujuan ataupun menjalankan usaha di Negara pihak lainnya itu(baik melalui suatu bentuk usaha tetap ataupun dengan suatu cara lain), maka halitu tidak dengan sendirinya akan berakibat bahwa salah satu dari perseroan itumerupakan bentuk usaha tetap dari yang lainnya.

Pasal 6PENGHASILAN DARI HARTA TAK GERAK

1. Penghasilan yang diperoleh seorang penduduk dari suatu Negara pihak padaPersetujuan dari harta tak gerak (termasuk penghasilan yang diperoleh daripertanian dan perhutanan) yang berada di Negara pihak lainnya pada Persetujuandapat dikenakan pajak di Negara pihak lainnya tersebut.

2. Istilah harta tak gerak akan mempunyai arti sesuai dengan perundang-undanganNegara pihak pada Persetujuan di mana harta yang bersangkutan berada. Istilahtersebut meliputi juga benda-benda ikutan dari harta tak gerak, ternak danperalatan yang dipergunakan dalam usaha pertanian dan perhutanan, hak-hakterhadap mana berlaku ketentuan-ketentuan dalam hukum perdata mengenaipemilikan atas lahan, hak memungut hasil atas harta tak gerak, serta hak ataspembayaran-pembayaran tetap atau variabel sebagai balas jasa untuk pengerjaan,atau hak untuk mengerjakan deposit bahan galian, sumber-sumber dansumber-sumber daya alam lainnya; kapal-kapal, perahu dan pesawat udara tidakdianggap sebagai harta tak gerak.

3. Ketentuan-ketentuan pada ayat 1 berlaku juga terhadap penghasilan yang diperoleh

dari penggunaan secara langsung, dari penyewaan, atau dari penggunaan dengancara lain atas harta tak gerak.

4. Ketentuan-ketentuan dalam ayat-ayat 1 dan 3 berlaku juga terhadap penghasilandari harta tak gerak suatu perusahaan dan terhadap penghasilan dari harta tak gerakyang digunakan dalam menjalankan pekerjaan bebas.

Pasal 7LABA USAHA

1. Laba suatu perusahaan yang berkedudukan di suatu Negara pihak pada Persetujuanhanya akan dikenakan pajak di Negara itu, kecuali jika perusahaan itu menjalankanusaha di Negara pihak pada Persetujuan lainnya melalui suatu bentuk usaha tetap.Apabila perusahaan itu menjalankan usaha seperti tersebut di atas maka labaperusahaan itu dapat dikenakan pajak di Negara lainnya tetapi hanya atas bagianlaba yang dianggap berasal dari

a) bentuk usaha tetap tersebut;

b) penjualan atas barang-barang atau barang dagangan yang sama atau serupajenisnya dengan yang dijual, atau kegiatan-kegiatan usaha lainnya yangsama atau serupa jenisnya dengan yang dilakukan melalui bentuk usahatetap itu.

c) kegiatan-kegiatan usaha lainnya, yang dijalankan di Negara lain itu yangsama atau serupa jenisnya dengan yang dilakukan melalui bentuk usahatetap itu.

2. Dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan ayat 3, jika suatu perusahaan darisuatu Negara pihak pada Persetujuan menjalankan usaha di Negara pihaklainnya pada Persetujuan melalui suatu bentuk usaha tetap yang berada di sana,maka yang akan diperhitungkan sebagai laba bentuk usaha tetap itu olehmasing-masing negara ialah laba yang diperoleh seandainya bentuk usaha tetaptersebut merupakan suatu perusahaan yang terpisah dan bertindak bebas yangmelakukan kegiatan-kegiatan yang sama atau serupa, dalam keadaan yang samaatau serupa, dan mengadakan hubungan yang sepenuhnya bebas denganperusahaan yang memiliki bentuk usaha tetap itu.

3. Dalam menentukan besarnya laba suatu bentuk usaha tetap, dapat dikurangkanbiaya-biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan usaha dari bentuk usaha tetap itutermasuk biaya-biaya pimpinan dan biaya-biaya administrasi umum baik yangdikeluarkan di Negara di mana bentuk usaha tetap itu berada di tempat lain.

4. Sepanjang merupakan kelaziman di salah satu Negara pihak pada Persetujuanuntuk menetapkan besarnya laba yang dapat dianggap berasal dari suatu bentukusaha tetap dengan cara membagi seluruh laba dari berbagai bagian perusahaantersebut berdasar suatu rumus tertentu, maka ketentuan-ketentuan ayat 2 tidak akanmenutup kemungkinan bagi Negara pihak pada Persetujuan tersebut untukmenentukan besarnya laba yang akan dikenakan pajak berdasarkan pembagian ituyang lazim dipakai; namun cara pembagiannya harus sedemikian rupa sehinggahasil akhirnya akan sesuai dengan prinsip-prinsip yang terkandung dalam Pasal ini.

5. Untuk penerapan ayat-ayat terdahulu, besarnya laba bentuk usaha tetap harusditentukan dengan cara yang sama dari tahun ke tahun, kecuali jika terdapat alasanyang kuat dan cukup untuk melakukan penyimpangan.

6. Jika dalam jumlah termasuk bagian-bagian penghasilan yang diatur secaratersendiri pada Pasal-pasal lain dalam Persetujuan ini, maka ketentuan Pasal-pasaltersebut tidak akan terpengaruh oleh ketentuan-ketentuan Pasal ini.

Pasal 8PERKAPALAN DAN PENGANGKUTAN UDARA

1. Laba yang berasal dari sumber di suatu Negara pihak pada Persetujuan dandiperoleh oleh perusahaan dari suatu Negara lainnya pada Persetujuan daripengoperasian kapal-kapal laut dan pesawat terbang dalam jalur internasionalhanya akan dikenakan pajak di Negara pihak pada Persetujuan di mana perusahaanyang berkedudukan.

2. Ketentuan-ketentuan ayat 1 akan berlaku pula terhadap laba yang diperoleh daripenyertaan dalam suatu gabungan perusahaan, suatu usaha bersama, atau dalamsuatu perwakilan untuk operasi internasional.

Pasal 9 …

Pasal 9PERUSAHAAN-PERUSAHAAN YANG MEMPUNYAI

HUBUNGAN ISTIMEWA

1. Apabila :a) suatu perusahaan dari suatu Negara pihak pada Persetujuan baik secaralangsung maupun tidak langsung turut serta dalam manajemen, pengawasan ataumodal suatu perusahaan di Negara pihak lainnya pada Persetujuan, ataub) orang atau badan yang sama baik secara langsung maupun tidak langsungturut serta dalam manajemen, pengawasan atau modal suatu perusahaan dari salahsatu Negara pihak pada Persetujuan dan suatu perusahaan dari Negara pihaklainnya pada Persetujuan, dan dalam kedua hal itu antara kedua perusahaandimaksud dalam hubungan usahanya atau hubungan keuangannya diadakan atauditerapkan syarat-syarat yang menyimpang dari yang lazimnya berlaku antaraperusahaan-perusahaan yang sama sekali bebas satu sama lain, maka setiap labayang seharusnya diterima oleh salah satu perusahaan jika syarat-syarat itu tidakada, namun tidak diterimanya karena adanya syarat-syarat tersebut, dapatditambahkan pada perusahaan itu dan dikenakan pajak.

2. Apabila suatu Negara pihak pada Persetujuan melakukan pembetulan atas labasuatu perusahaan di Negara itu dan dikenakan pajak, sedang bagian laba yangdibetulkan itu adalah juga merupakan laba perusahaan yang telah dikenakan pajakdi Negara pihak lainnya pada Persetujuan dan laba tersebut adalah laba yangmemang seharusnya diperoleh perusahaan di Negara yang disebut pertamaseandainya berdasarkan syarat-syarat yang dibuat antara kedua perusahaan yangsepenuhnya bebas, Negara pihak lainnya pada Persetujuan akan melakukanpenyesuaian-penyesuaian itu, diharuskan untuk memperhatikanketentuan-ketentuan lain dalam persetujuan ini dan apabila dianggap perlupejabat-pejabat yang berwenang dari kedua Negara saling berkonsultasi.

Pasal 10DIVIDEN

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

Pasal 11BUNGA

1. Bunga yang berasal dari suatu Negara pihak pada Persetujuan dan dibayarkankepada penduduk Negara pihak lainnya pada Persetujuan dapat dikenakan pajak diNegara pihak lainnya apabila penduduk tersebut adalah pemberi pinjaman daribunga tersebut.

2. Namun demikian, bunga tersebut dapat juga dikenakan pajak di Negara pihak padaPersetujuan tempat bunga itu berasal dan sesuai dengan perundang-undanganNegara tersebut, akan tetapi apabila penerima bunga adalah pemberi pinjamanyang menikmati bunga itu, maka pajak yang dikenakan tidak akan melebihi 10persen dari jumlah kotor bunga.

3. Menyimpang dari ketentuan-ketentuan ayat 2, bunga yang berasal di suatu Negarapihak pada Persetujuan dan diterima oleh Pemerintah Negara pihak lainnya padaPersetujuan termasuk pemerintah daerahnya, bagian ketatanegaraan, Bank Sentralatau setiap lembaga keuangan yang diawasi oleh Pemerintah, melalui persetujuanbersama dari waktu ke waktu di antara pejabat-pejabat yang berwenang dari keduaNegara pihak pada Persetujuan, akan dibebaskan dari pengenaan pajak di Negarayang disebut pertama.

4. Istilah bunga yang digunakan dalam Pasal ini berarti penghasilan dari semua jenistagihan hutang, baik yang dijamin dengan hipotik maupun tidak dan baik yangmempunyai hak atas pembagian laba maupun tidak dan khususnya penghasilandari surat-surat perbendaharaan negara dan surat-surat obligasi atau surat-surathutang, termasuk premi dan hadiah yang terikat pada surat-surat perbendaharaan,obligasi atau surat-surat hutang tersebut, demikian pula yang dipersamakan denganpenghasilan yang diperoleh dari uang yang dipinjamkan berdasarkanundang-undang perpajakan dari Negara dimana penghasilan itu berasal, termasukbunga atas pembayaran untuk penjualan dimuka. Denda yang dikenakan atasketerlambatan pembayaran tidak dianggap sebagai bunga yang dimaksud dalamPasal ini.

5. Ketentuan-ketentuan ayat 1 dan ayat 2 tidak akan berlaku apabila pemberipinjaman yang menikmati bunga yang berkedudukan di suatu Negara pihak padaPersetujuan, melakukan kegiatan usaha di Negara pihak lainnya pada Persetujuandi mana tempat bunga itu berasal melalui suatu bentuk usaha tetap yang berada disana atau menjalankan pekerjaan bebas di Negara lainnya melalui suatu tempattetap yang berada di sana, dan tagihan hutang yang menghasilkan bunga itumempunyai hubungan yang efektif dengan a) bentuk usaha tetap atau tempat tetapitu, atau dengan b) kegiatan-kegiatan usaha seperti dimaksud dalam Pasal 7 ayat 1huruf (c). Dalam hal demikian, tergantung pada masalahnya, berlakuketentuan-ketentuan Pasal 7 atau Pasal 14.

6. Bunga dianggap berasal dari suatu Negara pihak pada Persetujuan apabila yangmembayarkan bunga adalah Negara itu sendiri, bagian ketatanegaraannya,

pemerintah daerahnya, atau penduduk Negara tersebut. Namun demikian, apabilaorang atau badan yang membayar bunga itu, tanpa memandang apakah iapenduduk suatu Negara pihak pada Persetujuan atau tidak, mempunyai bentukusaha tetap atau tempat tetap di suatu Negara pihak pada Persetujuan dalamhubungan mana piutang yang menjadi pokok pembayaran bunga itu telah dibuat,dan bunga yang dibayarkan menjadi beban bentuk usaha tetap atau tempat tetaptersebut, maka bunga itu akan dianggap berasal dari Negara pihak padaPersetujuan di mana bentuk usaha tetap atau tempat tetap itu berada.

7. Jika karena alasan adanya hubungan istimewa antara pembayar bunga denganpemberi pinjaman yang menikmati bunga atau antara keduanya dengan orang ataubadan lain dengan memperhatikan besarnya tagihan hutang yang menghasilkanbunga itu, jumlah bunga yang dibayarkan yang melebihi jumlah yang seharusnyadisetujui antara pembayar dan pemberi pinjaman yang menikmati bungaseandainya hubungan istimewa itu tidak ada, maka ketentuan-ketentuan Pasal iniakan berlaku hanya atas jumlah yang disebut terakhir. Dalam hal demikian, jumlahkelebihan pembayaran tersebut akan tetap dikenakan pajak sesuai denganperundang-undangan masing-masing Negara pihak pada Persetujuan, denganmemperhatikan ketentuan-ketentuan lainnya dalam Persetujuan ini.

Pasal 12ROYALTI

1. Royalti yang berasal dari Negara pihak pada Persetujuan dan dibayarkan kepadapenduduk dari suatu Negara pihak lainnya pada Persetujuan dapat dikenakan pajakdi Negara pihak lainnya tersebut.

2. Namun demikian royalti tersebut dapat juga dikenakan pajak di Negara pihak padaPersetujuan dimana royalti itu berasal dan sesuai dengan perundang-undanganNegara itu, tetapi apabila penerima royalti adalah pemilik hak yang menikmatiroyalti, maka pajak yang dikenakan tidak akan melebihi 10 persen dari jumlahkotor royalti tersebut.

3. Istilah royalti sebagaimana digunakan dalam Pasal ini berarti segala jenispembayaran-pembayaran dengan bentuk apapun yang merupakan imbalan untukpenggunaan, atau hak untuk menggunakan, setiap hak cipta atas karya tulis, karyaseni atau karya di bidang ilmu (termasuk film bioskop, film atau tape untuk siaranradio atau televisi), paten, merek dagang, pola atau model, rancangan, rumus ataucara pengolahan yang dirahasiakan, penggunaan atau hak untuk menggunakanalat-alat perlengkapan industri, perdagangan atau ilmu pengetahuan, atau informasidi bidang industri, atau perlengkapan penelitian perdagangan, atau informasi untukpenelitian industri, perdagangan atau penelitian ilmu pengetahuan.

4. Ketentuan-ketentuan ayat 1 dan ayat 2 tidak berlaku, apabila pihak yang memilikihak menikmati royalti, yang merupakan penduduk suatu Negara pihak padaPersetujuan, menjalankan usaha di Negara pihak lainnya pada Persetujuan di manaroyalti berasal, melalui suatu bentuk usaha tetap yang berada di sana, ataumelakukan suatu pekerjaan bebas di Negara pihak lainnya itu melalui suatu tempattetap yang berada di sana, dan hak atau milik yang menghasilkan royalti itumempunyai hubungan yang efektif dengan : a) bentuk usaha tetap atau tempattetap itu, atau dengan b) kegiatan-kegiatan usaha yang disebut sebelumnya padaPasal 7 ayat 1 huruf c). Dalam hal demikian ketentuan Pasal 7 atau Pasal 14 akan

berlaku tergantung pada masalahnya.

5. Royalti dapat dianggap berasal dari Negara pihak pada Persetujuan apabilapembayarnya adalah Negara itu sendiri, bagian ketatanegaraan, pemerintah daerah,atau penduduk dari Negara tersebut. Namun demikian, apabila orang atau badanyang membayarkan royalti itu, tanpa memandang apakah ia penduduk suatuNegara pihak pada Persetujuan atau bukan, memiliki bentuk usaha tetap atautempat tetap di suatu Negara pihak pada Persetujuan di mana kewajiban membayaritu timbul, dan pembayaran tersebut menjadi beban bentuk usaha tetap atau tempattetap tersebut, maka royalti itu dianggap berasal dari Negara di mana bentuk usahatetap atau tempat tetap itu berada.

6. Jika karena alasan adanya hubungan istimewa antara pembayar dengan pemilikhak yang menikmati atau antara kedua-duanya dengan orang atau badan lain,dengan memperhatikan penggunaan hak, atau informasi yang menimbulkanpembayar royalti itu, jumlah royalti yang dibayar melebihi dari jumlah yangseharusnya disepakati oleh pembayar dan pemilik hak seandainya tidak hubunganistimewa semacam itu, maka ketentuan-ketentuan Pasal ini hanya akan berlakuterhadap jumlah yang disebut terakhir. Dalam hal demikian, jumlah kelebihanpembayaran tersebut akan tetap dikenakan pajak sesuai denganperundang-undangan masing-masing Negara pihak pada Persetujuan denganmemperhatikan ketentuan-ketentuan lainnya dalam Persetujuan ini.

Pasal 13KEUNTUNGAN DARI PEMINDAHTANGANAN HARTA

1. Keuntungan yang diperoleh penduduk suatu Negara pihak pada Persetujuan daripemindahtanganan harta tak gerak, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 danterletak di Negara pihak pada Persetujuan, dapat dikenakan pajak di Negara pihaklainnya tersebut.

2. Keuntungan dari pemindahtanganan harta gerak yang merupakan bagian kekayaansuatu bentuk usaha tetap yang dimiliki oleh perusahaan dari suatu Negara pihakpada Persetujuan di Negara pihak lainnya pada Persetujuan atau dari harta gerakyang merupakan bagian dari suatu tempat tetap yang tersedia bagi penduduk suatuNegara pihak pada Persetujuan di Negara pihak lainnya pada Persetujuan untukmaksud melakukan pekerjaan bebas, termasuk keuntungan dari pemindahtangananbentuk usaha tetap itu (tersendiri atau beserta keseluruhan perusahaan) atau tempattetap, dapat dikenakan pajak di Negara pihak lainnya tersebut.

3. Keuntungan yang diperoleh pemindahtanganan kapal atau pesawat udara yangdioperasikan di jalur lalu lintas internasional, atau harta gerak yang berkaitandengan operasi kapal atau pesawat udara itu hanya akan dikenakan pajak di Negaratersebut.

4. Keuntungan dari pemindahtanganan harta lainnya, kecuali yang disebutkan padaayat-ayat 1 dan 3, hanya akan dikenakan pajak di Negara pihak pada Persetujuan dimana orang atau badan yang memindahkan harta itu berkedudukan.

Pasal 14PEKERJAAN BEBAS

1. Penghasilan yang diperoleh penduduk dari suatu Negara pihak pada Persetujuansehubungan dengan jasa-jasa profesional atau pekerjaan bebas lainnya hanya akandikenakan pajak di Negara itu kecuali dalam beberapa kondisi, yaitu di manapendapatan tersebut dapat juga dikenakan pajak di Negara pihak lainnya; atau

a) apabila ia mempunyai tempat tetap di Negara pihak lainnya untukmenjalankan kegiatan-kegiatannya; maka penghasilan tersebut dapatdikenakan pajak di Negara pihak lainnya sepanjang penghasilan itudianggap berasal dari tempat tetap tersebut.

b) apabila ia mempunyai suatu tempat tetap yang tersedia secara teraturbaginya untuk menjalankan kegiatan-kegiatan di Negara pihak lainnya ituselama suatu masa atau masa-masa yang jumlahnya 91 hari dalam suatutahun takwim; maka penghasilan yang diperoleh tersebut dapat dikenakanpajak di Negara pihak lainnya.

2. Istilah jasa-jasa profesional terutama meliputi pekerjaan-pekerjaan bebas di bidangilmu pengetahuan, kesusasteraan, kesenian, pendidikan atau pengajaran demikianjuga pekerjaan-pekerjaan bebas yang dilakukan oleh para dokter, ahli teknik, ahlihukum, arsitek, dokter gigi dan akuntan.

Pasal 15PEKERJAAN DALAM HUBUNGAN KERJA

1. Dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan Pasal-pasal 16, 18 dan 19, gaji, upahdan imbalan lainnya yang serupa yang diperoleh penduduk suatu Negara pihakpada Persetujuan karena pekerjaan yang dilakukan dalam hubungan kerja, hanyaakan dikenakan pajak di Negara itu, kecuali pekerjaan tersebut dilakukan diNegara pihak pada Persetujuan. Dalam hal demikian, maka imbalan yang diterimadari pekerjaan dimaksud dapat dikenakan pajak di Negara pihak lainnya itu.

2. Menyimpang dari ketentuan-ketentuan ayat 1, imbalan yang diperoleh pendudukdari suatu Negara pihak pada Persetujuan dari pekerjaan yang dilakukan di Negarapihak pada Persetujuan, hanya akan dikenakan pajak di Negara yang disebutpertama apabila :a) penerima imbalan berada di Negara pihak lainnya itu dalam suatu masa atau

masa-masa yang jumlahnya tidak melebihi 91 hari dalam tahun takwim; danb) imbalan itu dibayarkan oleh, atau atas nama dari, pemberi kerja yang bukan

merupakan penduduk Negara pihak lainnya tersebut; danc) imbalan itu tidak menjadi beban bentuk usaha tetap atau tempat tetap yang

dimiliki oleh pemberi kerja di Negara pihak lain tersebut.3. Menyimpang dari ketentuan-ketentuan sebelumnya dalam Pasal ini, imbalan

diperoleh karena pekerjaan yang dilakukan di atas kapal laut atau pesawat udarayang dioperasikan dalam jalur lalu lintas internasional oleh perusahaan dari salahsatu Negara pihak pada Persetujuan hanya akan dikenakan pajak di Negaratersebut.

Pasal 16IMBALAN PARA DIREKTUR

1. Imbalan para direktur dan pembayaran-pembayaran serupa lainnya yang diperolehpenduduk Negara pihak pada Persetujuan dalam kedudukannya sebagai anggotadewan direktur suatu perseroan atau setiap badan lain yang serupa dari perusahaanyang berkedudukan di suatu Negara pihak lainnya pada Persetujuan dapatdikenakan pajak di Negara pihak lainnya tersebut.

2. Imbalan yang diterima atau diperoleh orang sebagaimana dimaksud pada ayat 1dari perusahaan dalam hubungan dengan melakukan fungsi sehari-hari sebagaipimpinan atau teknisi dapat dikenakan pajak sesuai dengan ketentuan pada Pasal15.

Pasal 17PARA SENIMAN DAN OLAHRAGAWAN

1. Menyimpang dari ketentuan-ketentuan Pasal 14 dan 15, penghasilan yangdiperoleh penduduk dari Negara pihak pada Persetujuan sebagai seniman sepertiartis teater, film, radio atau televisi atau pemain musik atau sebagai olahragawan,dari kegiatan-kegiatan perseorangan mereka yang dilakukan di Negara pihaklainnya pada Persetujuan, dapat dikenakan pajak di Negara pihak lainnya padaPersetujuan tersebut.

2. Apabila penghasilan sehubungan dengan kegiatan-kegiatan perseorangan yangdilakukan oleh seniman atau olahragawan itu sendiri tetapi oleh orang atau badanlain, menyimpang dari ketentuan-ketentuan Pasal 7, 14 dan 15, maka penghasilantersebut dapat dikenakan pajak di Negara pihak pada Persetujuan di manakegiatan-kegiatan hiburan atau olahraga itu dilakukan.

3. Menyimpang dari ketentuan-ketentuan ayat 1 dan 2, penghasilan yang diperolehdari kegiatan-kegiatan yang disebut dalam ayat 1 yang dilakukan di bawahpersetujuan atau pengaturan kebudayaan antara para Negara pihak padaPersetujuan akan dibebaskan dari pajak di Negara pihak pada Persetujuan tempatdilakukannya kegiatan itu apabila kunjungan ke Negara tersebut sepenuhnya atausebagian besar dibiayai oleh salah satu Negara pihak pada Persetujuan ataukedua-duanya, pemerintah daerahnya atau lembaga-lembaga pemerintahnya.

Pasal 18PENSIUN

1. Dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan Pasal 19 ayat 2, pensiun dan imbalansejenis lainnya yang dibayarkan kepada penduduk dari suatu Negara pihak padaPersetujuan yang bersumber dari Negara pihak pada Persetujuan sehubungandengan pekerjaan atau jasa-jasa dalam hubungan kerja di Negara pihak lainnyapada Persetujuan di masa lampau dan tunjangan hari tua yang dibayarkan kepadapenduduk dari sumber di atas hanya akan dikenakan pajak di Negara pihak lainnyatersebut.

2. Istilah tunjangan hari tua berarti suatu jumlah tertentu yang dibayar secara berkalapada waktu-waktu tertentu selama hidup atau selama suatu periode tertentu ataumasa waktu yang dapat diketahui dengan kewajiban untuk melakukanpembayaran-pembayaran sebagai imbalan yang memadai dan penuh dalam bentukuang atau yang dapat dinilai dengan uang.

Pasal 19JABATAN PEMERINTAH

1. a) Imbalan, selain dari Pensiun, yang dibayarkan oleh Negara pihak padaPersetujuan atau suatu bagian ketatanegaraannya atau pemerintah daerahnyakepada seseorang sehubungan dengan jasa-jasa yang diberikan kepada

Negara tersebut atau kepada suatu bagian ketatanegaraan atau pemerintahdaerahnya, hanya akan dikenakan pajak di Negara tersebut.

b) Namun demikian, imbalan tersebut hanya akan dikenakan pajak di Negarapihak lainnya pada Persetujuan apabila jasa-jasa tersebut diberikan diNegara pihak lainnya pada Persetujuan dan orang tersebut adalah pendudukNegara pihak lainnya pada Persetujuan itu yang :(1) merupakan warganegara Negara itu; atau(2) tidak menjadi penduduk Negara itu semata-mata hanya untuk

maksud memberikan jasa-jasa tersebut.2. (a) Pensiun yang dibayarkan oleh, atau dari dana yang dibentuk oleh suatu

Negara pihak pada Persetujuan atau suatu bagian ketatanegaraannya ataupemerintah daerahnya kepada seseorang sehubungan dengan jasa-jasa yangdiberikannya kepada Negara itu atau suatu bagian ketatanegaraannya ataupemerintah daerahnya hanya akan dikenakan pajak di Negara itu.

(b) Namun demikian, pensiun tersebut hanya akan dikenakan pajak di Negarapihak lainnya pada Persetujuan bilamana orang tersebut adalah pendudukdan warga negara dari Negara pihak lainnya tersebut.

3. Ketentuan-ketentuan dalam Pasal 15, 16 dan 18 akan berlaku terhadap imbalan danpensiun dari jasa-jasa yang diberikan sehubungan dengan kegiatan yang dijalankanoleh suatu Negara pihak pada Persetujuan atau suatu bagian ketatanegaraannyaatau pemerintah daerahnya.

Pasal 20GURU DAN PENELITI

Seseorang yang atau sesaat sebelum mengunjungi Negara pihak lainnya pada Persetujuan,menjadi penduduk dari suatu negara pihak pada Persetujuan, dengan maksud untukmengajar, pemberian kuliah atau melakukan penelitian sebuah universitas, perguruantinggi, sekolah atau lembaga pendidikan, atau lembaga penelitian ilmiah yang diakui olehPemerintah Negara pihak pada Persetujuan yang disebut pertama, akan dibebaskan daripajak di Negara pihak pada Persetujuan yang disebut pertama, untuk masa dua tahun daritanggal kedatangannya di Negara pihak pada Persetujuan yang disebut pertama, ataspembayaran yang diterima dari kegiatan mengajar, pemberian kuliah atau penelitiantersebut.

Pasal 21PELAJAR DAN PESERTA LATIHAN

1. Pelajar, pengusaha yang magang atau peserta latihan yang menjadi penduduk atausesaat sebelum mengunjungi suatu Negara pihak pada Persetujuan merupakanpenduduk Negara pihak lainnya pada Persetujuan dan berada di Negara pihak yangdisebutkan pertama semata-mata untuk mengikuti pendidikan, latihan tidak akandikenakan pajak di Negara pihak yang disebutkan pertama ataspembayaran-pembayaran atau penghasilan yang diterima atau diperoleh untukkeperluan biaya hidup, pendidikan atau latihannya sebagai berikut :a) pembayaran yang berasal dari sumber-sumber diluar Negara pihak pada

Persetujuan yang digunakan untuk biaya hidup, pendidikan, pelajaran,penelitian atau latihan; dan

b) hibah, bea siswa atau penghargaan yang diberikan oleh Negara, atauorganisasi ilmiah, pendidikan, kebudayaan, atau organisasi bebas pajaklainnya; dan

c) pembayaran yang diperoleh dari pemberian jasa pribadi yang dilakukan diNegara pihak lainnya pada Persetujuan tersebut menurut peraturan yangberlaku.

Pasal 22PENGHASILAN LAINNYA

Jenis-jenis penghasilan lainnya yang diperoleh suatu Negara pihak pada Persetujuan yangtidak disebutkan dalam pasal-pasal terdahulu dalam Persetujuan ini, hanya akandikenakan pajak di Negara tersebut, kecuali jika penghasilan tersebut diperoleh darisumber-sumber didalam Negara pihak lainnya pada Persetujuan, maka penghasilan itudapat juga dikenakan pajak di Negara pihak lainnya tersebut.

Pasal 23CARA-CARA PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA

Pajak berganda akan dihindarkan sebagai berikut :a. Bila seorang Penduduk suatu Negara pihak pada Persetujuan memperoleh

penghasilan dari Negara pihak lainnya pada Persetujuan maka jumlah pajak yangdibayar di Negara pihak lainnya pada Persetujuan itu sesuai denganketentuan-ketentuan Persetujuan akan dikurangi terhadap pajak yang dikenakanoleh Negara pihak pada Persetujuan yang disebut pertama atas penduduk tersebut.Namun demikian pajak yang dikurangi itu tidak akan melebihi jumlah pajak yangdikenakan di Negara pihak pada Persetujuan yang disebut pertama ataspenghasilan tersebut yang dihitung berdasarkan perundang-undangan danperaturan-peraturan perpajakan di Negara pihak pada Persetujuan yang disebutpertama.

b. 1. Dalam rangka pemberian kelonggaran sebagai suatu pengurangan pajak disuatu Negara pihak pada persetujuan maka pajak yang dibayar di Negarapihak lainnya pada Persetujuan akan dianggap termasuk pajak yangseharusnya dibayar di Negara pihak lainnya akan tetapi dikurangkan ataudihapuskan oleh Negara pihak tersebut sesuai dengan ketentuan hukummengenai pemberian perangsang pajak.

2. Ketentuan ini akan berlaku untuk lima tahun pertama Persetujuan iniberlaku efektif dan pejabat-pejabat yang berwenang akan salingberkonsultasi satu sama lain untuk merumuskan ketentuan perangsang pajakkhusus sehubungan dengan penerapan ketentuan ini.

Pasal 24NON DISKRIMINASI

1. Warganegara dari suatu Negara pihak pada Persetujuan tidak akan dikenakan pajakatau kewajiban apapun sehubungan dengan pengenaan pajak di Negara pihaklainnya pada Persetujuan, yang berlainan atau lebih memberatkan daripadapengenaan pajak dan kewajiban-kewajiban yang dikenakan atau dapat dikenakanterhadap warganegara dari Negara pihak lainnya tersebut dalam keadaan yangsama.

2. Pengenaan pajak atas bentuk usaha tetap yang dimiliki oleh suatu perusahaan darisalah satu Negara pihak pada Persetujuan di Negara pihak lainnya padaPersetujuan, tidak akan dilakukan dengan cara yang kurang menguntungkandibandingkan dengan pengenaan pajak atas perusahaan-perusahaan yang

menjalankan kegiatan-kegiatan yang sama di Negara pihak lainnya tersebut.Ketentuan ini tidak dapat ditafsirkan sebagai mewajibkan suatu Negara pihak padaPersetujuan untuk memberikan kepada penduduk Negara pihak lainnya padaPersetujuan suatu potongan keluarga, keringanan-keringanan danpengurangan-pengurangan apapun berdasarkan status sipil atau beban keluargauntuk tujuan pengenaan pajak seperti yang diberikan kepada penduduknya sendiri.

3. Kecuali apabila berlaku ketentuan-ketentuan Pasal 9 ayat 1, Pasal 11 ayat 7 atauPasal 12 ayat 6, bunga, royalti dan pengeluaran lainnya yang dibayarkan olehperusahaan suatu Negara pada pihak Persetujuan kepada penduduk suatu Negarapihak lainnya pada Persetujuan, dalam rangka menghitung penghasilan kena pajakdari perusahaan tersebut, akan dikurangkan dengan persyaratan yang sama sepertikalau dibayarkan kepada penduduk Negara yang disebut pertama.

4. Perusahaan di suatu Negara pihak pada Persetujuan, yang modalnya sebagian atauseluruhnya dimiliki atau dikuasai baik langsung atau tidak langsung oleh pendudukdari Negara pihak lainnya pada Persetujuan, tidak akan dikenakan pajak ataukewajiban apapun yang berkaitan dengan pengenaan pajak di Negara yang disebutpertama yang berlainan atau lebih memberatkan daripada pengenaan pajak dankewajiban-kewajiban dimaksud yang dikenakan atau dapat dikenakan terhadapperusahaan-perusahaan lainnya yang serupa di Negara yang disebut pertama.

5. Dalam Pasal ini yang dimaksud dengan pajak adalah pajak-pajak yang dicakupdalam Persetujuan ini.

Pasal 25TATA CARA PERSETUJUAN BERSAMA

1. Apabila seseorang menganggap bahwa tindakan-tindakan salah satu atau keduaNegara pihak pada Persetujuan mengakibatkan atau akan mengakibatkanpengenaan pajak yang tidak sesuai dengan Persetujuan ini, maka terlepas daricara-cara penyelesaian yang diatur oleh perundang-undangan nasional darimasing-masing Negara, maka ia dapat mengajukan masalahnya kepada pejabatyang berwenang di Negara pihak pada Persetujuan di mana ia berkedudukan, atauapabila masalah yang timbul menyangkut Pasal 24 ayat 1 kepada pejabat yangberwenang di Negara pihak pada Persetujuan di mana ia menjadi warganegara.Masalah tersebut harus diajukan dalam waktu tiga tahun sejak pemberitahuanpertama dari tindakan yang mengakibatkan pengenaan pajak yang tidak sesuaidengan ketentuan-ketentuan Persetujuan ini.

2. Apabila keberatan yang diajukan itu beralasan dan apabila ia tidak dapatmenemukan suatu penyelesaian yang memuaskan, pejabat yang berwenang akanberusaha menyelesaikan masalah itu melalui persetujuan bersama dengan pejabatyang berwenang dari Negara pihak lainnya pada Persetujuan, dengan semangatuntuk menghindarkan pengenaan pajak yang tidak sesuai dengan Persetujuan ini.

3. Pejabat-pejabat yang berwenang dari kedua Negara pihak pada Persetujuan akanberusaha untuk menyelesaikan melalui suatu persetujuan bersama atas setiapkesulitan atau keragu-raguan yang timbul dalam penafsiran atau penerapanPersetujuan ini.Mereka dapat juga berkonsultasi bersama untuk mencegah pengenaan pajakberganda dalam hal tidak diatur dalam Persetujuan ini.

3. Pejabat-pejabat yang berwenang dari kedua Negara pihak pada Persetujuan dapatberhubungan langsung satu sama lain untuk mencapai persetujuan sebagaimanadimaksud pada ayat-ayat sebelumnya.

Pasal 26PERTUKARAN INFORMASI

1. Pejabat-pejabat yang berwenang dari kedua Negara pihak pada Persetujuan akanmelakukan tukar menukar informasi yang diperlukan untuk melaksanakanketentuan-ketentuan dalam Persetujuan ini atau untuk melaksanakanundang-undang nasional Negara masing-masing mengenai pajak-pajak yangdicakup dalam Persetujuan, sepanjang pengenaan pajak menurut undang-undangNegara yang bersangkutan tidak bertentangan dengan Persetujuan ini. Pertukaraninformasi tidak dibatasi oleh ketentuan Pasal 1. Setiap informasi yang diterimaoleh suatu Negara pihak pada Persetujuan akan dijaga kerahasiaannya dengan carayang sama seperti apabila informasi itu diperoleh berdasarkanperundang-undangan nasional Negara pihak pada Persetujuan itu dan hanya dapatdiungkapkan kepada orang atau badan atau pejabat-pejabat (termasuk pengadilandan badan-badan administratif) yang berkepentingan dalam penetapan ataupenagihan pajak, pelaksanaan undang-undang atau penuntutan, atau dalammemutuskan keberatan berkenaan dengan pajak-pajak yang dicakup dalamPersetujuan ini. Orang atau badan atau para pejabat tersebut hanya bolehmemberikan informasi itu untuk maksud tersebut di atas. Mereka dapatmengungkapkan informasi itu dalam pengadilan umum atau dalam pembuatankeputusan-keputusan pengadilan.

2. Bagaimanapun juga ketentuan-ketentuan ayat (1) sama sekali tidak dapatditafsirkan sedemikian rupa sehingga membebankan kepada salah satu Negarapihak pada Persetujuan kewajiban untuk :a) melaksanakan tindakan-tindakan administratif yang bertentangan denganperundang-undangan atau praktek administrasi yang berlaku di Negara itu atau diNegara pihak lainnya pada Persetujuan;b) memberikan informasi yang tidak mungkin diperoleh berdasarkanperundang-undangan atau dalam praktek administrasi yang lazim di Negaratersebut atau di Negara pihak lainnya pada Persetujuan;c) memberikan informasi yang mengungkapkan setiap rahasia dibidangperdagangan, usaha, industri, perniagaan atau keahlian, atau tata cara perdaganganatau informasi lainnya yang pengungkapannya bertentangan dengan kebijaksanaanumum (ordre public).

Pasal 27PEJABAT DIPLOMATIK DAN KONSULER

Persetujuan ini tidak akan mempengaruhi hak-hak istimewa di bidang fiskal daripejabat-pejabat diplomatik dan konsuler berdasarkan peraturan-peraturan umum hukuminternasional atau berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam suatu persetujuan khusus.

Pasal 28BERLAKUNYA PERSETUJUAN

1. Persetujuan ini akan berlaku pada hari berikutnya setelah tanggal dimanamasing-masing Pemerintah saling memberitahu secara tertulis bahwa formalitasresmi yang diperlukan di masing-masing Negara telah dipenuhi.

2. Ketentuan-ketentuan ini akan berlaku :a) mengenai pajak yang dipotong pada sumber penghasilan, untuk penghasilan

yang diperoleh pada atau setelah tanggal 1 Januari tahun takwim berikutnya

sesudah berlakunya Persetujuan ini;b) mengenai pajak lainnya, tahun pajak dimulai pada atau setelah tanggal 1

Januari tahun takwim berikutnya sesudah tahun berlakunya Persetujuan ini.

Pasal 29BERAKHIRNYA PERSETUJUAN

Persetujuan ini akan tetap berlaku sampai diakhiri oleh salah satu Negara pihak padaPersetujuan. Masing-masing Negara pihak pada Persetujuan dapat mengakhiri berlakunyaPersetujuan ini, melalui saluran-saluran diplomatik, dengan menyampaikanpemberitahuan tertulis tentang berakhirnya Persetujuan paling tidak 6 bulan sebelumberakhir setiap tahun takwim berikutnya setelah jangka waktu 5 (lima) tahun sejakberlakunya Persetujuan.Dalam hal demikian, Persetujuan ini tidak berlaku lagi :a) mengenai pajak yang dipotong pada sumber penghasilan, atas jumlah penghasilan,

atas jumlah penghasilan yang dibayarkan atau dikreditkan pada atau setelahtanggal 1 Januari tahun takwim berikutnya setelah tahun pemberitahuanberakhirnya Persetujuan diberikan;

b) mengenai pajak-pajak lainnya atas penghasilan, untuk tahun-tahun pajak yangdimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari tahun takwim berikutnya setelah tahunpemberitahuan berakhirnya Persetujuan diberikan.

SEBAGAI BUKTI yang bertandatangan di bawah ini, yang telah memperoleh kuasa yangsah telah menandatangani Persetujuan ini.

DIBUAT dalam rangkap dua di Ulan Bator, pada tanggal 2 Juli 1996, dalam bahasaIndonesia, Mongolia, dan Inggris, ketiga naskah tersebut berkedudukan sama. Dalam halterjadi perbedaan dalam menafsirkan, maka yang berlaku adalah naskah bahasa Inggris.

UNTUK PEMERINTAH UNTUK PEMERINTAHREPUBLIK INDONESIA MONGOLIA

ttd. ttd.

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIANOMOR 151 TAHUN 1998

TENTANGPENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA

PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAHKERAJAAN YORDANIA HASHIMIAH TENTANG PENGHIDARAN PAJAK

BERGANDA DANPENCEGAHAN PENGELAKANPAJAK ATAS PENGHASILAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa di Amman, Yordania, pada tanggal 12 Nopember 1996 PemerintahRepublik Indonesia telah menandatangani Persetujuan antara PemerintahRepublik Indonesia dan Pemerintah Kerajaan Yordania Hashimiah tentangPenghindaran Pajak Berganda dan Pencegahan Pengelakan Pajak atasPenghasilan, sebagai hasil perundingan antara Delegasi-delegasiPemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Kerajaan YordaniaHashimiah;

b. bahwa sehubungan dengan itu, dan sesuai dengan Amanat PresidenRepublik Indonesia kepada Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Nomor2826/HK/1960 tangggal 22 Agustus 1960 tentang PembuatanPerjanjian-perjanjian dengan Negara Lain, dipandang perlu untukmengesahkan Persetujuan tersebut dengan Keputusan Presiden;

Mengingat : Pasal 4 (1) dan Pasal 11 Undang-Undang Dasar 1945;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUANANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAHKERAJAAN YORDANIA HASHIMIAH TENTANG PENGHIDARANPAJAK BERGANDA DAN PENCEGAHAN PENGELAKAN PAJAKATAS PENGHASILAN.

Pasal 1Mengesahkan Persetujuan antara Pemerintah Republik Indonesia danPemerintah Kerajaan Yordania Hashimiah tentang Penghindaran PajakBerganda dan Pencegahan Pengelakan Pajak atas Penghasilan, yang telahditandatangani Pemerintah Republik Indonesia di Amman, Yordania, padatanggal 12 Nopember 1996, sebagai hasil perundingan antara Delegasi-delegasiPemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Kerajaan Yordania Hashimiahyang salinan naskah aslinya dalam bahasa Indonesia, Arab dan Inggrissebagaimana terlampir pada Keputusan Presiden ini.

Pasal 2

Keputusan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.Agar …

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 2 -

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundanganKeputusan Presiden ini dengan penempatannya dalam Lembaran NegaraRepublik Indonesia.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 18 September 1998PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ttd.

BACHARUDDIN JUSUF HABIBIEDiundangkan di Jakartapaa tanggal 18 September 1998MENTERI NEGARA SEKRETARIAT NEGARAREPUBLIK INDONESIA

ttd.

AKBAR TANDJUNG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1998 NOMOR 144

PERSETUJUANANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

DANPEMERINTAH KERAJAAN YORDANIA HASHIMIAH

TENTANGPENGHINDARAN PAJAK BERGANDA

DAN PENCEGAHAN PENGELAKAN PAJAK ATAS PENGHASILAN

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Kerajaan Yordania Hashimiah,

BERHASRAT mengadakan suatu Persetujuan mengenai penghindaran pajak bergandadan pencegahan pengelakan pajak yang berhubungan dengan pajak atas penghasilan,

TELAH MENYETUJUI SEBAGAI BERIKUT :

Pasal 1

ORANG DAN BADAN YANG TERCAKUP DALAM PERSETUJUAN

Persetujuan ini berlaku terhadap orang dan badan yang menjadi penduduk salah satu ataukedua Negara pihak pada Persetujuan.

Pasal 2

PAJAK-PAJAK YANG TERCAKUP DALAM PERSETUJUAN INI

1 Persetujuan ini berlaku terhadap pajak-pajak atas penghasilan yang dikenakan olehsetiap Negara pihak pada Persetujuan, bagian ketatenegaraan atau pemerintahdaerahnya tanpa memperhatikan cara pemungutan pajak-pajak tersebut.

2. Dianggap sebagai pajak-pajak atas penghasilan adalah semua pajak yangdikenakan atas seluruh penghasilan atau bagian-bagian penghasilan, termasukpajak-pajak atas keuntungan yang diperoleh dari pemindahan harta gerak atauharta tidak gerak.

3. Persetujuan ini diterapkan terhadap pajak-pajak yang berlaku sekarang ini,yakni(a) di Indonesia:

pajak penghasilan yang dikenakan berdasarkan Undang-undang PajakPenghasilan 1984 (Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telahdiubah), (selanjutnya disebut pajak Indonesia).(b) di Yordania

- pajak atas penghasilan;- pajak distribusi;- pajak jasa sosial;(selanjutnya disebut sebagai pajak Yordania).

4. Persetujuan ini berlaku pula terhadap setiap pajak yang serupa atau padahakekatnya sama yang dikenakan setelah tanggal penandatanganan Persetujuan inisebagai tambahan terhadap, atau sebagai pengganti dari pajak-pajak yang sekarangberlaku. Pejabat-pejabat yang berwenang dari kedua Negara pihak padaPersetujuan harus saling memberitahukan satu sama lain mengenai setiapperubahan-perubahan penting yang terjadi dalam perundang-undangan perpajakan

mereka.

Pasal 3

PENGERTIAN-PENGERTIAN UMUM

1. Kecuali jika dari hubungan kalimat harus diartikan lain, maka yang dimaksuddalam persetujuan ini dengan(a) (i) Istilah Indonesia berarti wilayah Republik Indonesia sebagaimanaditentukan dalam perundang-undangannya;

(ii) istilah Yordania berarti wilayah Kerajaan Yordania, wilayah perairanYordania, dasar laut dan lapisan tanah di bawah wilayah perairan, dan termasuksetiap wilayah yang berbentang dibawah batas wilayah perairan Yordania, dandasar laut dan lapisan tanah dibawah wilayah tersebut, yang sudah atau selanjutnyadimaksudkan, dibawah Undang-undang Yordania, dan menurut hukumInternasional sebagai wilayah dimana Yordania mempunyai hak kedaulatan untukmaksud-maksud eksplarasi dan eksploitasi sumber daya alam, baik yang hidup ataumati;(b) istilah orang/badan meliputi orang pribadi, perseroan dan setiap kumpulandari orang-orang dan/atau badan-badan;(c) istilah perseroan berarti setiap badan hukum atau setiap entitas yang untuktujuan pemungutan pajak diperlakukan sebagai suatu badan hukum;(d) istilah perusahaan dari suatu Negara pihak pada Persetujuan dan perusahaandari Negara pihak lainnya pada Persetujuan masing-masing berarti suatuperusahaan yang dijalankan oleh penduduk dari suatu Negara pihak padaPersetujuan dan suatu perusahaan yang dijalankan oleh penduduk dari Negarapihak lainnya pada Persetujuan;(e) istilah lalu lintas internasional berarti setiap pengangkutan oleh kapal lautatau pesawat udara yang digunakan oleh suatu perusahaan dari suatu Negara pihakpada Persetujuan, kecuali jika kapal laut dan pesawat udara itu semata-matadioperasikan antara tempat-tempat di Negara pihak lainnya pada Persetujuan.(f) Istilah pejabat yang berwenang berarti :

- di Indonesia - Menteri Keuangan atau wakilnya yang sah;- di Yordania - Menteri Keuangan atau wakilnya yang sah.

(g) Istilah warga negara berarti :(i) setiap orang pribadi yang memiliki kewarganegaraan dari suatu

Negara pihak pada Persetujuan;(ii) setiap badan hukum, usaha bersama dan persekutuan yang statusnya

mereka peroleh berdasarkan hukum yang berlaku pada salah satu Negara pihakpada Persetujuan.(h) istilah tempat tetap berarti satu tempat yang permanen dimanakegiatan-kegiatan profesional dilakukan.

2. Sehubungan dengan penerapan Persetujuan oleh salah satu Negara pihak padaPersetujuan setiap istilah yang tidak dirumuskan dalam Persetujuan ini mempunyaiarti menurut perundang-undangan Negara itu sepanjang mengenai pajak-pajakyang diatur dalam Persetujuan ini.

Pasal 4

PENDUDUK

1 Untuk kepentingan Persetujuan ini, isitilah penduduk suatu Negara pihak padaPersetujuan berarti setiap orang dan badan, yang menurut perundang-undanganNegara tersebut dapat dikenakan pajak di Negara itu berdasarkan domisilinya,tempat kediamannya, tempat kedudukan manajemennya, tempat pendaftarannya,ataupun atas dasar lainnya yang sifatnya serupa. Tetapi istilah ini tidak termasukorang dan badan yang terutang pajak di Negara tersebut hanya karena memperolehpenghasilan dari sumber-sumber di Negara itu.

2 Jika seseorang menurut ketentuan-ketentuan ayat 1 menjadi penduduk di keduaNegara pihak pada Persetujuan, maka statusnya akan ditentukan sebagai berikut :(a) ia akan dianggap sebagai penduduk Negara di mana ia mempunyai tempattinggal tetap yang tersedia baginya; apabila ia mempunyai tempat tinggal tetapyang tersedia di kedua Negara, ia akan dianggap sebagai penduduk Negara dimana terdapat hubungan-hubungan pribadi dan ekonomi yang lebih erat (pusatkepentingan-kepentingan pokok);(b) jika Negara di mana pusat kepentingan-kepentingan pokoknya tidak dapatditentukan, atau jika ia tidak mempunyai tempat tinggal tetap yang tersediabaginya di salah satu Negara, maka ia hanya akan dianggap sebagai pendudukNegara di mana ia menurut biasanya berdiam;(c) jika ia mempunyai tempat kebiasaan berdiam di kedua Negara pihak padaPersetujuan, atau sama sekali tidak mempunyainya di salah satu Negara tersebutmaka ia akan dianggap sebagai penduduk Negara pihak pada Persetujuan dimanaia menjadi warga negara;(d) Jika status penduduk tidak dapat ditentukan sesuai dengan ayat a - c makapihak yang berwenang dari Negara pihak pada Persetujuan akan menyelesaikanmasalahnya berdasarkan persetujuan bersama.

3 Apabila berdasarkan ketentuan-ketentuan ayat 1, suatu badan selain orangmerupakan penduduk kedua Negara pihak pada persetujuan, maka pihak yangberwenang Negara-negara tersebut akan menyelesaikan masalahnya berdasarkanpersetujuan bersama.

Pasal 5

BENTUK USAHA TETAP

1. Untuk kepentingan Persetujuan ini, istilah bentuk usaha tetap berarti suatu tempatusaha tetap di mana seluruh atau sebagian usaha suatu perusahaan dijalankan.

2. Istilah bentuk usaha tetap terutama meliputi :(a) suatu tempat kedudukan manajemen;(b) suatu cabang;(c) suatu kantor;(d) suatu pabrik;(e) suatu bengkel;(f) suatu gudang atau tempat penyimpanan barang sebagai tempat penjualan;(g) suatu pertanian atau perkebunan;(h) suatu tambang, suatu sumur minyak atau gas, tempat penggalian atautempat eksploitasi sumber daya alam, rig untuk pengeboran atau kapal yangdigunakan untuk eksploitasi dan eksplorasi sumber daya alam.

3 Istilah bentuk usaha tetap juga meliputi :(a) Suatu bangunan, suatu konstruksi, proyek perakitan atau proyek instalasiatau kegiatan pengawasan yang ada hubungan dengan proyek tersebut daneksplorasi sumber daya alam, tetapi hanya apabila bangunan, proyek atau kegiatan

dan eksplorasi sumber daya alam tersebut berlangsung untuk masa lebih dari 6bulan;(b) Pemberian jasa, termasuk jasa konsultasi yang dilakukan oleh suatuperusahaan melalui Karyawannya atau orang lain yang dipekerjakan olehperusahaan itu untuk tujuan tersebut, tetapi hanya apabila kegiatan-kegiatantersebut berlangsung (untuk poryek yang sama atau ada kaitannya) di suatu Negaradalam masa atau masa-masa yang berjumlah lebih dari 1 bulan dalam jangkawaktu dua belas bulan.

4. Menyimpang dari ketentuan-ketentuan sebelumnya dari Pasal ini istilah bentukusaha tetap tidak dianggap meliputi :(a) penggunaan fasilitas-fasilitas semata-mata dengan maksud untukmenyimpan atau memamerkan barang-barang atau barang dagangan milikperusahaan;(b) pengurusan suatu persediaan barang-barang atau barang dagangan milikperusahaan semata-mata dengan maksud untuk disimpan atau dipamerkan.(c) pengurusan suatu persediaan barang-barang atau barang dagangan milikperusahaan semata-mata dengan maksud untuk diolah oleh perusahaan lain;(d) pengurusan suatu tempat usaha tetap semata-mata dengan maksud untukpembelian barang-barang atau barang dagangan atau untuk mengumpulakaninformasi bagi kepentingan perusahaan;(e) pengurusan suatu tempat usaha tetap semata-mata dengan maksud untuktujuan periklanan atau untuk memberikan ketentuan-ketentuan bagi keperluanperusahaan;(f) pengurusan suatu tempat usaha tetap semata-mata dengan maksudmenjalankan setiap kegiatan lainnya yang bersifat persiapan atau penunjang bagiperusahaan;(g) pengurusan suatu tempat usaha tetap semata-mata dengan maksud untukmelakukan gabungan kegiatan-kegiatan seperti disebutkan pada sub ayat (a)sampai dengan sub ayat (f), sepanjang hasil penggabungan semuakegiatan-kegiatan tersebut bersifat persiapan atau penunjang.

5. Menyimpang dari ketentuan-ketentuan ayat 1 dan 2 jika orang dan badan, kecualiagen yang bertindak bebas sebagaimana berlaku ayat 7 bertindak di suatu Negarapihak pada persetujuan atas nama perusahaan yang berkedudukan di Negara pihaklainnya pada Persetujuan, maka perusahaan tersebut dianggap memiliki suatubentuk usaha tetap di Negara yang disebutkan pertama atas kegiatan-kegiatan yangdilakukan oleh orang atau badan untuk tersebut jika ia :(a) mempunyai dan biasa melakukan wewenang untuk berunding dan menutupkontrak-kontrak atas nama perusahaan tersebut kecuali kegiatan itu hanya terbataspada kegiatan sebagaimana diatur dalam ayat 4, yang meskipun dilakukan melaluisuatu tempat usaha tetap, tempat tersebut bukan merupakan bentuk usaha tetapsesuai dengan ketentuan ayat tersebut; atau(b) tidak mempunyai wewenang seperti itu, tetapi biasa melakukan pengurusanpersediaan barang-barang atau barang dagangan di Negara yang disebut pertama dimana secara teratur ia menyerahkan barang-barang atau barang dagangan atasnama perusahaan tersebut; atau(c) membuat atau mengolah di negara tersebut untuk keperluan barang-barangperusahaan atau barang dagangan milik perusahaan.

6. Suatu perusahaan asuransi dari Negara pihak pada Persetujuan, kecuali yangberkenaan dengan re-asuransi akan dianggap mempunyai bentuk usaha tetap diNegara pihak lainnya pada Persetujuan jika perusahaan tersebut memungut premidi wilayah Negara lainnya dan menanggung resiko yang terjadi di sana melalui

seorang pegawai atau melalui suatu perwakilan yang bukan merupakan agen yangbertindak bebas sebagaimana dimaksud pada ayat (7).

7. Suatu perusahaan dari suatu Negara pihak pada Persetujuan tidak akan dianggapmempunyai bentuk usaha tetap di Negara pihak lainnya pada Persetujuan hanyasemata-mata karena perusahaan itu menjalankan usaha di Negara lainnya padaPersetujuan melalui makelar, agen komisioner umum, atau agen lainnya yangbertindak bebas, sepanjang orang atau badan tersebut bertindak dalam rangkakegiatan usahanya yang lazim. Namun demikian, bilamana kegiatan agendimaksud seluruhnya atau hampir seluruhnya dilakukan untuk perusahaan itu atausekutu perusahaannya, maka ia tidak akan dianggap sebagai agen yang bertindakbebas dalam pengertian ayat ini.

8. Jika suatu perseroan yang berkedudukan di suatu Negara pihak pada Persetujuanmenguasai atau dikuasai oleh perseroan yang berkedudukan di Negara pihaklainnya pada Persetujuan ataupun menjalankan usaha di Negara pihak lainnya itu(baik melalui suatu bentuk usaha tetap ataupun dengan suatu cara lain), maka halitu tidak dengan sendirinya akan berakibat bahwa salah satu dari perseroan itumerupakan bentuk usaha tetap dari yang lainnya.

Pasal 6

PENGHASILAN DARI HARTA TAK GERAK

1. Penghasilan yang diperoleh seorang penduduk dari suatu Negara pihak padaPersetujuan dari harta tak gerak (termasuk penghasilan yang diperoleh daripertanian atau kehutanan) yang berada di Negara pihak lainnya pada Persetujuandapat dikenakan pajak di Negara lain tersebut.

2. Istilah harta tak gerak akan mempunyai arti sesuai dengan perundang-undanganNegara pihak pada Persetujuan di mana harta yang bersangkutan berada. Istilahtersebut meliputi juga benda-benda yang menyertai harta tak gerak, ternak danperalatan yang dipergunakan dalam usaha pertanian dan kehutanan, hak-hakterhadap mana berlaku ketentuan-ketentuan dalam hukum umum mengenaipemilikan atas lahan, hak memungut hasil atas harta tak gerak, serta hak ataspembayaran-pembayaran tetap atau tak tetap sebagai balas jasa untuk pekerjaan,atau hak untuk mengerjakan kandungan mineral, sumber-sumber dansumber-sumber kekayaan alam lainnya; kapal laut, perahu dan pesawat udara tidakdianggap sebagai harta tak gerak.

3. Ketentuan-ketentuan ayat 1 berlaku juga terhadap penghasilan yang diperoleh daripenggunaan secara langsung, dari penyewaan, atau dari penggunaan harta takgerak dalam bentuk apapun.

4. Ketentuan-ketentuan dalam ayat 1 dan 3 berlaku juga terhadap penghasilan yangdiperoleh dari harta tak gerak suatu perusahaan dan terhadap penghasilan dariharta tak gerak yang digunakan untuk menjalankan pekerjaan bebas.

Pasal 7

LABA USAHA

1. Laba suatu perusahaan dari Negara pihak pada Persetujuan hanya akan dikenakanpajak di Negara itu kecuali jika perusahaan itu menjalankan usaha di Negara pihaklainnya pada Persetujuan melalui suatu bentuk usaha tetap. Apabila perusahaantersebut menjalankan usahanya sebagai dimaksud di atas, maka laba perusahaan itu

dapat dikenakan pajak di negara lainnya tetapi hanya atas bagian laba yangdianggap berasal dari (a) bentuk usaha tetap; (b) penjualan yang dfilakukan diNegara lainnya atas barang-barang atau barang dagangan yang sama atau serupajenisnya seperti dengan yang dijual melalui bentuk usaha tetap itu; atau (c)kegiatan-kegiatan usaha lainnya yang dijalankan di Negara lain itu yang sama atauserupa jenisnya dengan yang dilakukan melalui bentuk usaha tetap itu.

2. Dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan ayat 3, jika suatu perusahaan dariNegara pihak pada Persetujuan menjalankan usaha di Negara pihak lainnya padaPersetujuan melalui suatu bentuk usaha tetap yang berada di sana, maka yang akandiperhitungkan sebagai laba bentuk usaha tetap itu oleh masing-masing negaraialah laba yang diperoleh seandainya bentuk usaha tetap tersebut merupakan suatuperusahaan yang terpisah dan bertindak bebas yang melakukan kegiatan-kegiatanyang sama atau serupa, dalam keadaan yang sama atau serupa, dan mengadakanhubungan yang sepenuhnya bebas dengan perusahaan yang memiliki bentuk usahatetap itu.

3. Dalam menentukan besarnya laba suatu bentuk usaha tetap, dapat dikurangkanbiaya-biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan usaha dari bentuk usaha tetap itutermasuk biaya-biaya pimpinan dan biaya-biaya administrasi umum baik yangdikeluarkan di Negara di mana bentuk usaha tetap itu berada ataupun di tempatlain. Namun demikian tidak diperkenankan untuk dikurangkan ialahpembayaran-pembayaran yang dilakukan oleh bentuk usaha tetap kepada kantorpusatnya atau kantor-kantor lain milik kantor pusatnya (selain dari penggantianbiaya yang benar-benar dikeluarkan) berupa royalti, biaya ataupembayaran-pembayaran serupa lainnya karena penggunaan paten atau hak-haklain atau berupa komisi, untuk jasa-jasa tertentu yang dilakukan atau untukmanajemen atau, kecuali dalam usaha perbankan, berupa bunga atas pinjamanyang diberikan kepada bentuk usaha tetap. Sebaliknya tidak akan diperhitungkansebagai laba bentuk usaha tetap adalah jumlah-jumlah yang dibebankan olehbentuk usaha tetap terhadap Kantor pusat atau kantor-kantor lain milik KantorPusatnya (selain penggantian biaya yang benar-benar dikeluarkan) berupa royalti,komisi atau pembayaran serupa lainnya karena penggunaan paten atau hak-haklain, atau berupa komisi untuk jasa-jasa tertentu yang dilaksanakan atau untukmanagemen, atau kecuali dalam hal usaha perusahan perbankan berupa bunga ataspinjaman uang kepada kantor pusat atau kantor-kantor lain milik kantor pusatnya.

4. Demi penerapan ayat-ayat terdahulu, besarnya laba yang dianggap berasal daribentuk usaha tetap akan ditentukan dengan cara yang sama dari tahun ke tahunkecuali jika terdapat alasan yang kuat dan cukup untuk melakukan penyimpangan.

5. Jika dalam jumlah laba termasuk bagian-bagian penghasilan yang diatur secaratersendiri pada Pasal-Pasal lain dalam Persetujuan ini, maka ketentuan Pasal-Pasaltersebut tidak akan terpengaruh oleh ketentuan-ketentuan Pasal ini.

6. Laba yang semata-mata berasal dari pembegian barang atau barang dagangan yangdilakukan oleh suatu bentuk usaha tetap untuk perusahaan, tidak dihitung sebagailaba dari bentuk usaha tetap.

Pasal 8

PENGANGKUTAN LAUT DAN UDARA

1. Laba yang diperoleh oleh penduduk suatu Negara pihak pada Persetujuan daripengoperasian kapal-kapal laut atau pewasat udara di jalur lalu lintas internasionalhanya akan dikenakan pajak di Negara tersebut.

2. Ketentuan-ketentuan ayat 1 berlaku pula terhadap laba dari penyertaan dalam suatugabungan perusahaan, suatu usaha bersama atau dari suatu perwakilan untukoperasi internasional.

Pasal 9

PERUSAHAAN-PERUSAHAAN YANG MEMPUNYAIHUBUNGAN ISTIMEWA

1. Apabila(a) suatu perusahaan dari suatu Negara pihak pada Persetujuan baiksecara langsung maupun tidak langsung turut serta dalam manajemen, pengawasanatau modal suatu perusahaan di Negara pihak lainnya, atau(b) orang dan badan yang sama baik secara langsung ataupun tidak langsungturut serta dalam manajemen, pengawasan atau modal suatu perusahaan dariNegara pihak pada Persetujuan dan suatu perusahaan dari Negara pihak lainnyapada Persetujuan.

dan dalam kedua hal itu antara kedua perusahaan dimaksud dalamhubungan dagangnya atau hubungan keuangannya diadakan atau diterapkansyarat-syarat yang menyimpang dari yang lazimnya berlaku antaraperusahaan-perusahaan yang sama sekali bebas satu sama lain, maka setiapkeuntungan yang sama sekali bebas satu sama lain, maka setiap laba yangseharusnya diterima oleh salah satu perusahaan jika syarat-syarat itu tidak ada,namun tidak diterimanya karena adanya syarat-syarat tersebut, dapat ditambahkanpada laba perusahaan itu dan dikenakan pajak.

2. Apabila suatu Negara pihak pada Persetujuan melakukan pembetulan atas labasuatu perusahaan di Negara itu - dan dikenakan pajak - dan bagian laba yangdibetulkan itu adalah juga merupakan laba perusahaan yang telah dikenakan pajakdi Negara pihak lainnya pada Persetujuan dan laba tersebut adalah laba yangmemang seharusnya diperoleh perusahaan di Negara yang disebut pertamaseandainya berdasarkan syarat-syarat yang dibuat antara kedua perusahaan yangsepenuhnya bebas, Negara pihak lainnya pada Persetujuan akan melakukanpenyesuaian-penyesuaian atas jumlah laba yang dikenakan pajak dari perusahaandi Negara pihak lainnya pada Persetujuan tersebut. Dalam melakukanpenyesuaian-penyesuaian itu, diharuskan untuk memperhatikanketentuan-ketentuan lain dalam persetujuan ini dan apabila dianggap perlupejabat-pejabat yang berwenang dari kedua Negara saling berkonsultasi.

3. Negara pihak pada Persetujuan tidak akan melakukan pembetulan laba perusahaansebagaimana dimaksud pada ayat (2) apabila batas waktu diberikan olehundang-undang masing-masing Negara telah dilampaui.

4. Ketentuan sebagaimana pada ayat 2 akan berlaku dalam hal tindak pidana fiskal.

Pasal 10

DIVIDEN

1. Dividen yang dibayarkan oleh suatu perseroan yang berkedudukan di suatu Negarapihak pada Persetujuan kepada penduduk Negara pihak lainnya pada Persetujuandapat dikenakan pajak di Negara lain tersebut.

2. Namun demikian, apabila pemilik daham yang menikmati dividen merupakanpenduduk Negara pihak lainnya pada Persetujuan maka pajak yang dikenakan oleh

Negara yang disebut pertama tidak boleh melebihi 10 persen dari jumlah kotordividen yang dibagikan. Ayat ini tidak akan mempengaruhi pengenaan pajak ataslaba perusahaan dari mana dividen berasal.

3. Istilah dividen sebagaimana digunakan dalam Pasal ini berarti penghasilan darisaham-saham, atau hak-hak lainnya yang bukan merupakan surat-surat piutang,yang berhak atas pembagian laba, maupun penghasilan lainnya dari hak-hakperseroan yang oleh undang-undang perpajakan Negara di mana perseroan yangmembagikan dividen itu berkedudukan, dalam pengenaan pajaknya diperlakukansama dengan penghasilan dari saham-saham.

4. Ketentuan-ketentuan ayat 1 dan 2 tidak akan berlaku apabila pemilik saham yangmenikmati dividen,yang berkedudukan dari suatu Negara pihak pada Persetujuan,melakukan kegiatan usaha di Negara pihak lainnya pada Persetujuan, dimanaperseroan yang membayarkan dividen itu berkedudukan, melalui suatu bentukusaha tetap yang berada di sana, atau menjalankan pekerjaan bebas dengan suatutempat usaha tetap yang berada di sana dan pemilikan saham-saham yangmenghasilkan dividen itu mempunyai hubungan yang efektif dengan bentuk usahatetap atau tempat usaha tetap itu. Dalam hal demikian, tergantung pada masalahnyaberlaku ketentuan-ketentuan Pasal 7 atau Pasal 14.

Pasal 11

BUNGA

1. Bunga yang berasal dari suatu Negara pihak pada Persetujuan dan dibayarkankepada penduduk Negara pihak lainnya pada Persetujuan dapat dikenakan pajak diNegara pihak lainnya pada Persetujuan tersebut apabila penduduk tersebut adalahpemberi pinjaman yang menikmati bunga itu.

2. Tarif pajak yang dikenakan oleh suatu Negara pihak pada Persetujuan atas bungayang berasal dari sumber di Negara pihak pada Persetujuan yang dimiliki olehpenduduk yang menikmati bunga di Negara pihak lain paa Persetujuan tidak akanmelebihi 10 persen dari jumlah bruto bunga.

3. Menyimpang dari ketentuan ayat (2), bunga yang timbul di Negara pihak padaPersetujuan dan berasal dari pemerintah Negara pihak lainnya pada Persetujuantermasuk, pemerintah daerah ketatanegaraannya, Bank Sentral, atau setiap institusikeuangan yang dikuasai oleh pemerintah, yang modalnya secara keseluruhandimiliki oleh Pemerintah Negara pihak lainnya pada Persetujuan, seperti yang telahdisetujui dari waktu ke waktu diantara pejabat yang berwenang Negara pihak padaPersetujuan akan dibebaskan dari pengenaan pajak di Negara yang disebutpertama.

4. Istilah bunga yang digunakan dalam Pasal ini berarti penghasilan dari semua jenistagihan hutang, baik yang dijamin dengan hipotik maupun yang tidak dan baikyang mempunyai hak atas pembagian laba maupun yang tidak dan khususnyapenghasilan dari surat-surat perbendaharaan Negara dan surat-surat obligasi atausurat-surat hutang, termasuk premi dan hadiah yang terikat pada surat-suratberharga, obligasi atau surat-surat hutang tersebut, demikian pula semuapenghasilan yang dianggap sebagai penghasilan yang diperoleh dari uang yangdipinjamkan.

5. Ketentuan-ketentuan ayat 1 sampai ayat 2 tidak akan berlaku apabila pemberipinjaman yang menikmati bunga tadi berkedudukan di suatu Negara pihak padaPersetujuan di mana tempat bunga itu berasal melalui suatu bentuk usaha tetapyang berada di sana, atau menjalankan pekerjaan bebas di Negara lainnya melalui

suatu tempat usaha tetap yang berada di sana, dan tagihan hutang yangmenghasilkan bunga itu mempunyai hubungan yang efektif dengan a) bentukusaha tetap atau tempat usaha tetap itu atau dengan b) kegiatan-kegiatan usahaseperti dimaksud dalam Pasal 7 ayat 1 huruf c. Dalam hal demikian, tergantungpada masalahnya, berlaku ketentuan-ketentuan Pasal 7 atau Pasal 14.

6. Bunga dianggap berasal di suatu Negara pihak pada Persetujuan apabila yangmembayarkan bungan adalah Negara itu sendiri, bagian ketatanegaraannya,pemerintah daerahnya, atau penduduk Negara tersebut. Namun demikian, apabilaorang atau badan yang membayar bunga itu, tanpa memandang apakah iapenduduk suatu Negara pihak pada Persetujuan atau tidak, mempunyai bentukusaha tetap atau tempat usaha di suatu Negara pihak pada Persetujuan di manabunga yang dibayarkan menjadi beban bentuk usaha tetap atau tempat usaha tetaptersebut, maka bunga itu akan dianggap berasal dari Negara pihak padaPersetujuan di mana bentuk usaha tetap atau tempat usaha tetap itu berada.

7. Jika karena alasan adanya hubungan istimewa antara pembayar bunga denganpemilik yang menikmati bunga atau antara keduanya dengan orang atau badan laindengan memperhatikan besarnya tagihan hutang Apabila dikarenakan adanyahubungan istimewa antara pembayar dan penerima bunaga atau antarakedua-duanya dan orang dan badan lainnya, dengan memperhatikan tagihan ataspiutang yang menjadi dasar pembayaran bunga itu, jumlah bunga yang dibayarkanyang melebihi jumlah yang seharusnya disepakati oleh pembayar dan penerimaseandainya tidak ada hubungan istimewa semacam itu, maka ketentuan-ketentuandalam Pasal ini hanya berlaku terhadap jumlah bunga yang disebut terakhir. Dalamhal demikian, jumlahh kelebihan pembayarannya itu akan tetap dikenakan pajakberdasarkan perundang-undangan di masing-masing negara denganmemperhatikan ketentuan-ketentuan lainnya dalam Persetujuan ini.

Pasal 12

ROYALTI

1. Royalti yang berasal dari suatu Negara pihak pada Persetujuan dan dibayarkankepada penduduk dari suatu Negara pihak lainnya pada Persetujuan dapatdikenakan pajak di Negara lain tersebut.

2. Tarif pajak yang dikenakan oleh satu Negara pihak pada Persetujuan atas royaltiyang diperoleh dari sumber di Negara pihak pada Persetujuan tersebut danpenerimaanya adalah pemilik hak yang menikmati royalti itu adalah penduduk dariNegara pihak lainnya pada Persetujuan, tidak akan melebihi 10 persen dari jumlahbruto royalti sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

3. Istilah royalti yang digunakan dalam Pasal ini berarti pembayaran-pembayaranbaik secara periodik atau tidak, dan dengan nama atau bentuk atau nama apapunyang mencakup imbalan untuk :(a) penggunaan, atau hak untuk menggunakan, setiap hak cipta kesusasteraan,kesenian atau karya ilmiah, patent, pola atau model, rumus atau cara pengolahanyang dirahasiakan, merk dagang ataupun harta atau hak sejenis lainnya; atau(b) penggunaan, atau hak untuk menggunakan alat-alat perlengkapan industri,perdagangan atau ilmu pengetahuan; atau(c) pemberian ilmu atau informasi dibidang ilmu pengetahuan, teknik, industriatau perdagangan, atau(d) pemberian berbagai bantuan yang merupakan pelengkap dan tambahan darisetiap harta tak berwujud tersebut atau hak seperti yang disebut sub ayat (a), setiap

perlengkapan seperti dalam sub ayat (b) atau setiap pengetahuan atau informasiseperti disebutkan pada sub ayat (c), atau.(e) penggunaan, atau hak untuk menggunakan :

(i) film-film bioskop; atau(ii) film-film atau video yang digunakan dalam hubungannya dengan

televisi; atau(iii) pita yang digunakan dalam hubungannya dengan siaran radio; atau

(f) menahan seluruh atau sebagian pembayaran oleh karena adanyapenggunaan atau penyediaan penawaran atau sesuatu kekayaan atau hak yangditunjuk dalam ayat ini.

4. Ketentuan-ketentuan ayat 1 dan ayat 2 tidak berlaku, apabila pihak yang memilikihak menikmati, yang merupakan penduduk suatu Negara pihak pada Persetujuan,menjalankan usaha di Negara pihak lainnya pada Persetujuan dimana royaltiberasal, melalui suatu bentuk usaha tetap yang berada disana, atau melakukansuatu pekerjaan bebas di Negara lainnya itu melalui suatu tempat usaha tetap, danhak atau harta yang menghasilkan royalti itu mempunyai hubungan yang efektifdengan a) bentuk hak usaha tetap atau usaha tetap itu atau dengan b)kegiatan-kegiatan usaha seperti dimaksud dalam Pasal 7 ayat 1 huruf c. Dalam haldemikian ketentuan Pasal 7 atau Pasal 14 akan berlaku.

5. Royalti dapat dianggap berasal dari Negara pihak pada Persetujuan apabilapembayaran adalah Negara itu sendiri, pemerintah daerah, atau penduduk dariNegara tersebut. Namun demikian apabila orang atau badan yang membayarkanroyalti itu, tanpa memandang apakah ia penduduk suatu Negara pihak padaPersetujuan atau bukan, memiliki bentuk usaha tetap atau tempat usaha tetap disuatu Negara pihak pada Persetujuan di mana kewajiban membayar royalti timbul,dan royalti tersebut menjadi beban bentuk usaha tetap atau tempat usaha tetaptersebut, maka royalti itu dianggap berasal dari Negara di mana bentuk usaha tetapatau tempat usaha tetap itu berada.

6. Jika karena alasan adanya hubungan istimewa antara pembayar dengan pemilikhak yang menikmati atau antara kedua-duanya dengan orang/badan lain, berkenaandengan penggunaan hak atau keterangan yang mengakibatkan pembayaran itu,jumlah royalti yang dibayarkan itu melebihi jumlah yang seharusnya disepakatioleh pembayar dan pemilik hak seandainya tidak ada hubungan istimewa, makaketentuan-ketentuan Pasal ini hanya akan berlaku terhadap jumlah yang disebutterakhir. Dalam hal demikian, jumlah kelebihan pembayaran tersebut akan tetapdikenakan pajak sesuai dengan perundang-undangan masing-masing Negara pihakpada Persetujuan dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan lainnya dalamPersetujuan ini.

Pasal 13

KEUNTUNGAN DARI PEMINDAHTANGANAN HARTA

1 Keuntungan yang diperoleh penduduk suatu Negara pihak pada Persetujuan daripemindahtanganan harta tak gerak, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 danterletak di Negara pihak lainnya pada Persetujuan, dapat dikenakan pajak diNegara pihak lainnya tersebut.

2 Keuntungan dari pemindahtangan harta gerak yang merupakan bagian kekayaansuatu bentuk usaha tetap yang dimiliki oleh perusahaan dari suatu Negara pihakpada Persetujuan di Negara pihak lainnya pada Persetujuan atau dari harta gerakyang merupakan bagian dari suatu tempat usaha tetap yang tersedia bagi penduduk

suatu Negara pihak pada Persetujuan di Negara pihak lainnya pada Persetujuanuntuk maksud melakukan pekerjaan bebas, termasuk keuntungan daripemindahtanganan bentuk usaha tetap itu (tersendiri atau beserta keseluruhanperusahaan) atau tempat usaha tetap, dapat dikenakan pajak di Negara pihaklainnya tersebut.

3 Keuntungan yang diperoleh Perusahaan suatu Negara pihak pada Persetujuan daripemindahtanganan kapal-kapal laut atau pesawat udara yang beroperasi di jalurlalu lintas internasional atau harta gerak yang menjadi bagian dari operasi kapallaut atau pesawat udara hanya akan dikenakan pajak di Negara tersebut.

4 Penghasilan dari pemindahtanganan harta lainnya, kecuali yang disebut padaayat-ayat terdahulu, hanya akan dikenakan pajak di Negara pihak pada Persetujuantempat timbulnya penghasilan tersebut.

Pasal 14

PEKERJAAN BEBAS

1. Penghasilan yang diperoleh penduduk dari suatu Negara pihak pada Persetujuansehubungan dengan jasa-jasa profesional atau pekerjaan bebas lainnya hanya akandikenakan pajak di Negara itu kecuali apabila ia mempunyai suatu tempat usahatetap yang tersedia secara teratur baginya di Negara pihak lainnya itu selama satumasa atau masa-masa yang melebihi 90 hari dalam masa dua belas bulan. Apabilaia mempunyai tempat usaha tetap tersebut atau berada di Negara pihak lainnya ituselama masa atau masa-masa tersebut di atas, maka penghasilan tersebut dapatdikenakan pajak di Negara pihak lainnya itu tetapi hanya sepanjang penghasilan itudianggap berasal dari tempat usaha tetap tersebut atau diperoleh di Negara lain ituselama masa atau masa-masa tersebut di atas.

2. Istilah jasa-jasa profesional terutama meliputi kegiatan-kegiatan di bidang ilmupengetahuan, kesusasteraan, kesenian, pendidikan atau pengajaran yang dilakukansecara independen, demikian juga pekerjaan-pekerjaan bebas yang dilakukan olehpara dokter, ahli teknik, ahli hukum, dokter gigi, arsitek dan para akuntan.

Pasal 15

PEKERJAAN DALAM HUBUNGAN KERJA

1. Dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan Pasal 16, 18, 19, dan 20 gaji, upahdan imbalan lainnya yang serupa yang diperoleh penduduk suatu Negara pihakpada Persetujuan karena pekerjaan dalam hubungan kerja, hanya akan dikenakanpajak di Negara itu, kecuali pekerjaan tersebut dilakukan di Negara pihak lainnyapada Persetujuan. Dalam hal demikian, maka imbalan yang diterima dari pekerjaandimaksud dapat dikenakan pajak di Negara pihak lainnya itu.

2. Menyimpang dari ketentuan-ketentuan ayat 1, imbalan yang diterima ataudiperoleh penduduk dari suatu Negara pihak pada Persetujuan dari pekerjaan yangdilakukan di Negara pihak lainnya pada Persetujuan, hanya akan dikenakan pajakdi Negara yang disebut pertama apabila :(a) penerima imbalan berada di Negara lainnya itu dalam suatu masa ataumasa-masa yang jumlahnya melebihi 183 hari dalam jangka waktu dua belasbulan; dan(b) imbalan itu dibayarkan oleh, atau atas nama pemberi kerja yang bukanpenduduk Negara pihak lainnya tersebut; dan

(c) imbalan itu tidak menjadi beban bentuk usaha tetap atau tempat tetap yangdimiliki oleh pemberi kerja di Negara pihak lainnya tersebut.

3. Menyimpang dari ketentuan-ketntuan sebelumnya dalam Pasal ini, imbalan yangdiperoleh karena pekerjaan yang dilakukan di atas kapal laut atau pesawat udarayang dioperasikan dalam jalur lalu lintas internasional oleh suatu perusahaan darisatu Negara pihak pada Persetujuan dapat dikenakan pajak di Negara tersebut.

Pasal 16

IMBALAN PARA DIREKTUR

Imbalan para direktur dan pembayaran-pembayaran serupa lainnya yang diperolehpenduduk Negara pihak pada Persetujuan dalam kedudukannya sebagai anggota dewandirektur suatu perseroan atau setiap organ lain yang serupa dari perusahaan yangberkedudukan di suatu Negara pihak lainnya pada Persetujuan dapat dikenakan pajak diNegara pihak lainnya tersebut.

Pasal 17

PARA ARTIS DAN ATLIT

1. Menyimpang dari ketentuan-ketentuan dari Pasal 14 dan 15, penghasilan yangdiperoleh panduduk dari Negara pihak pada Persetujuan sebagai penghibur sepertiartis teater, film, radio atau televisi atau pemain musik atau sebagai olahragawan,dari kegiatan-kegiatan pribadinya yang dilakukan di Negara pihak lainnya padaPersetujuan dapat dikenakan pajak di Negara pihak lainnya tersebut.

2. Apabila penghasilan sehubungan dengan kegiatan-kegiatan pribadi yang dilakukanoleh penghibur atau olahragawan tersebut diterima bukan oleh penghibur atauolahragawan itu sendiri tetapi oleh orang atau badan lain, menyimpang dariketentuan-ketentuan Pasal 7, 14 dan 15, maka penghasilan tersebut dapatdikenakan pajak di Negara pihak pada Persetujuan dimana kegiatan-kegiatanpenghibur atau olahragawan itu dilakukan.

3. Menyimpang dari ketentuan-ketentuan ayat 1 dan 2, penghasilan yang diperolehdari kegiatan-kegiatan yang disebut dalam ayat 1 yang dilakukan dibawahpengaturan atau persetujuan kebudayaan antara kedua Negara pihak padaPersetujuan tempat dilakukannya kegiatan itu apabila kunjungan ke Negaratersebut sepenuhnya atau sebagian dibiayai oleh salah satu Negara pihak padaPersetujuan atau kedua-duanya, pemerintah daerah atau lembaga-lembagakemasyarakatan.

Pasal 18

PENSIUN DAN PEMBAYARAN BERKALA

1. Dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan ayat 2 dari Pasal 19, pensiun danimbalan sejenis lainnya yang dibayarkan kepada penduduk dari suatu Negara pihakpada Persetujuan yang bersumber dari Negara pihak lainnya pada Persetujuansehubungan dengan pekerjaan atau jasa-jasa dalam hubungan kerja di Negarapihak lainnya pada Persetujuan di masa lampau dan pembayaran berkala yangdibayarkan kepada penduduk dari sumber di atas hanya akan dikenakan pajak diNegara pihak lainnya itu.

2. Istilah pembayaran berkala berarti suatu jumlah tertentu yang dibayarkan secaraberkala pada waktu tertentu selama hidup atau selama jangka waktu tertentu ataumasa waktu yang dapat ditentukan karena adanya kewajiban untuk melakukanpembayaran-pembayaran sebagai imbalan yang memadai dalam bentuk uang atauyang dapat dinilai dengan uang.

Pasal 19

PEJABAT PEMERINTAH

1. (a) Imbalan, selain dari pensiun, yang dibayarkan oleh Negara pihak padaPersetujuan atau bagian ketatanegaraannya atau pemerintah daerahnya kepadaseseorang sehubungan dengan jasa-jasa yang diberikan kepada Negara tersebutatau bagian ketatanegaraan atau pemerintah daerahnya, hanya dikenakan pajak diNegara itu(b) Namun demikian, imbalan tersebut hanya dikenakan pajak di Negara pihaklainnya pada Persetujuan apabila jasa-jasa tersebut diberikan di Negara pihaklainnya itu dan orang tersebut adalah penduduk Negara itu yang :

(i) merupakan warganegara dari Negara itu; atau(ii) tidak menjadi penduduk Negara itu semata-mata hanya untuk

maksud memberikan jasa-jasa tersebut2. (a) Pensiun yang dibayarkan oleh, atau dari dana yang dibentuk oleh suatu

Negara pihak pada Persetujuan atau bagian ketatanegaraan atau pemerintahdaerahnya kepada seseorang sehubungan dengan jasa-jasa yang diberikannyahanya akan dikenakan pajak di Negara itu.(b) Namun demikian, pensiun tersebut hanya akan dikenakan pajak di Negarapihak lainnya pada Persetujuan bilamana orang tersebut adalah penduduk danwarga negara dari Negara pihak lainnya itu.

3. Ketentuan-ketentuan dalam Pasal-Pasal 15, 16 dan 18 akan berlaku terhadapimbalan dan pensiun dari jasa-jasa yang diberikan sehubungan dengan usaha yangdijalankan oleh suatu Negara pihak pada Persetujuan, bagian ketatanegaraannyaatau pemerintah daerahnya.

Pasal 20

GURU DAN PENELITI

Seseorang yang sebelum kunjungan ke suatu Negara pihak pada Persetujuan adalahpenduduk Negara pihak lainnya pada Persetujuan yang atas undangan dari PemerintahNegara pihak pada Persetujuan yang disebut pertama atau Universitas, akademi, sekolah,musium atau lembaga kebudayaan lainnya dari Negara pihak pada Persetujuan yangdisebut pertama atau melakukan pertukaran kebudayaan resmi, yang berada di Negarapihak pada Persetujuan itu untuk masa tidak lebih dari dua tahun berturut-turut untuktujuan mengajar, memberikan kuliah atau melakukan penelitian di lembaga dimaksudakan dibebaskan dari pengenaan pajak di Negara pihak pada Persetujuan itu ataspembangunan untuk kegiatan tersebut, asalkan pembayaran yang diperolehnya berasaldari Luar Negara pihak pada Persetujuan itu.

Pasal 21

SISWA DAN PEMAGANG

1. Pembayaran-pembayaran yang diterima oleh siswa atau pemagang yangmerupakan penduduk atau segera sebelum mengunjungi suatu Negara pihak padaPersetujuan merupakan penduduk suatu Negara pihak lainnya pada Persetujuandan berada di Negara yang disebutkan pertama semata-mata untuk mengikutipendidikan atau latihan, yang diterima semata-mata untuk keperluan hidup,pendidikan atau latihan tidak dikenakan pajak di Negara yang disebutkan pertama,sepanjang pembayaran-pembayaran tersebut berasal dari sumber di luar Negaratersebut.

2. Sehubungan dengan hibah-hibah, bea-bea siswa dan imbalan dari pekerjaan yangtidak dicakup dalam ayat 1, seorang siswa atau pemagang yang disebutkan dalamayat 1, sebagai tambahan, berhak selama masa pendidikan atau pelatihan semacamitu diberikan pengecualian-pengecualian yang sama keringanan atau penguranganyang menyangkut pajak-pajak yang dikenakan terhadap penduduk-penduduk dariNegara pihak pada Persetujuan yang ia kunjungi.

Pasal 22

PENGHASILAN LAINNYA

Jenis-jenis penghasilan dari penduduk Negara pihak pada Persetujuan, dimanapunsumbernya, yang tidak diatur dalam pasal-pasal pada Persetujuan, selain penghasilandalam bentuk lotere, hadiah akan dikenakan pajak di Negara tersebut.

Pasal 23

PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA

Bila seorang penduduk Negara pihak pada Persetujuan memperoleh penghasilan dariNegara pihak lainnya pada Persetujuan yang menurut ketentuan-ketentuan Persetujuanini, jumlah pajak atas penghasilan tersebut yang dibayarkan di Negara pihak lainnya padapersetujuan dapat dikreditkan terhadap pajak di Negara pihak paa Persetujuan yangdikenakan terhadap penduduk itu. Namun demikian, jumlahh kredit itu tidak bolehmelebihi bagian pajak di Negara pihak pada Persetujuan atas penghasilan tersebut yangdihitung sesuai dengan Undang-undang dan peraturan perpajakannya.

Pasal 24

NON-DISKRIMINASI

1. Warganegara dari suatu Negara pihak pada Persetujuan tidak akan dikenakan pajakatau kewajiban apapun sehubungan dengan pengenaan pajak di Negara pihaklainnya pada Persetujuan yang berlainan atau lebih memberatkan daripadapengenaan pajak dan kewajiban-kewajiban pihak yang dikenakan atau dapatdikenakan terhadap warganegara dari Negara pihak lainnya dalam keadaan yangsama.

2. Pengenaan pajak atas bentuk usaha tetap dimiliki oleh suatu perusahaan dariNegara pihak pada Persetujuan di Negara pihak lainnya pada Persetujuan, tidakakan dilakukan dengan cara yang kurang menguntungkan dibandingkan denganpengenaan pajak atas perusahaan-perusahaan yang menjalankan kegiatan-kegiatanyang sama di Negara pihak lainnya itu. Ketentuan ini tidak dapat ditafsirkan

sebagai mewajibkan suatu Negara pihak pada Persetujuan untuk memberikankepada penduduk Negara pihak lainnya pada Persetujuan suatu potongan pribadi,keringanan-keringanan dan pengurangan-negurangan untuk kepentinganpengenaan pajak berdasarkan status sipil atau tanggung jawab keluarga sepertiyang diberikan kepada penduduknya sendiri.

3. Perusahaan di suatu Negara pihak pada Persetujuan, yang modalnya sebagian atauseluruhnya dimiliki atau dikuasai baik langsung atau tidak langsung oleh pendudukdari Negara pihak lainnya pada Persetujuan, tidak akan dikenakan pajak ataukewajiban apapun yang berkaitan dengan pengenaan pajak di Negara yang disebutpertama yang barlainan atau lebih memberatkan daripada pengenaan pajak dankewajiban-kewajiban dimaksud yang dikenakan atau dapat dikenakan terhadapperusahaan-perusahaan lainnya yang serua di Negara yang disebut pertama.

4. Kecuali dimana ketentuan Pasal 9 ayat 1, Pasal 11 ayat 7 atau Pasal 12 ayat 6berlaku, bunga, royalti dan pembayaran-pembayaran lain yang dibayarkan olehperusahaan dari Negara pihak pada Persetujuan kepada penduduk Negara pihaklainnya pada Persetujuan dalam menentukan laba yang dapat dikenakan pajak atasperusahaan semacam itu akan dapat dikurangkan dibawahh kondisi yang samaapabila hal itu dibayarkan kepada penduduk dari Negara yang disebut pertama.

5. Ketentuan-ketentuan dari Pasal ini istilah pajak-pajak yang dicakup dalamPersetujuan ini.

Pasal 25

TATACARA PERSETUJUAN BERSAMA

1. Apabila seseorang atau suatu badan menganggap bahwa tindakan-tindakan salahsatu atau kedua Negara pihak pada Persetujuan mengakibatkan atau akanmengakibatkan pengenaan pajak yang tidak sesuai dengan Persetujuan ini, makaterlepas dari cara-cara penyelesaian yang diatur oleh perundang-undangan nasionaldari masing-masing Negara, maka ia dapat mengajukan masalahnya kepadapejabat yang berwenang di Negara pihak pada Persetujuan di mana iaberkedudukan, atau apabia masalah yang timbul menyangkut ayat 1 Pasal 24kepada pejabat yang berwenang di Negara pihak pada Persetujuan dimana iamenjadi penduduk. Masalah tersebut harus diajukan dalam waktu dua tahun sejakpemberitahuan pertama dari tindakan yang mengakibatkan pengenaan pajak yangtidak sesuai dengan ketentuan-ketentuan Persetujuan ini.

2. Apabila keberatan yang diajukan itu cukup beralasan untuk diselesaikan danapabila atas masalah itu tidak dapat ditemukan suatu penyelesaian yangmemuaskan, pejabat yang berwenang harus berusaha menyelesaikan masalah itumelalui persetujuan bersama dengan pejabat yang berwenang dari Negara pihaklainnya pada Persetujuan, dengan tujuan untuk menghindarkan pengenaan pajakyang tidak sesuai dengan Persetujuan ini.

3. Pejabat-pejabat yang berwenang dari kedua Negara pihak pada Persetujuan melaluisuatu persetujuan bersama harus berusaha untuk menyelesaiakn setiap kesulitanatau keragu-raguan yang timbul dalam penafsiran atau penerapan Persetujuan ini.Mereka dapat juga berkonsultasi bersama untuk mencegah pengenaan pajakberganda dalam hal tidak dalam Persetujuan.

4. Pejabat-pejabat yang berwenang dari kedua Negara pihak pada Persetujuan dapatberhubungan langsung satu sama lainnya untuk mencapai persetujuan sebagaimanadimaksud pada ayat-ayat sebelumnya. Pejabat-pejabat yang berwenang, melaluikonsultasi akan mengembangkan prosedur-prosedur, kondisi-kondisi, cara-cara

dan teknis yang bersifat bilateral guna pencapaian prosedur persetujuan yangdimaksud dalam Pasal ini.

Pasal 26

PERTUKARAN INFORMASI

1. Pejabat-pejabat yang berwenang dari kedua Negara pihak pada Persetujuan akanmelakukan tukar-menukar informasi yang diperlukan untuk melaksanakanketentuan-ketentuan dalam Persetujuan ini atau untuk melaksanakanundang-undang nasional Negara masing-masing mengenai pajak-pajak yangdicakup dalam Persetujuan, sepanjang pengenaan pajak menurut undang-undangNegara yang bersangkutan tidak bertentangan dengan Persetujuan ini, khususnyauntuk mencegah terjadinya penggelapan atau penyelundupan pajak. Pertukaraninformasi tidak dibatasi oleh ketentuan Pasal 1. Setiap informasi yang diterimaoleh suatu Negara pihak pada Persetujuan harus dijaga kerahasiaannya dengan carayang sama seperti apabila informasi itu dianggap rahasia itu hanya dapatdiungkapkan kepada orang atau badan atau pejabat-pejabat (termasuk pengadilandan badan-badan administratif) yang berkepentingan dalam penetapan ataupenagihan pajak, pelaksanaan undang-undang atau penuntutan, atau dalammemutuskan keberatan berkenaan dengan pajak-pajak yang dicakup dalamPersetujuan ini. Orang atau badan atau para pejabat tersebut hanya bolehmemberikan informasi itu untuk maksud tersebut di atas, namun demikian dapatjuga mengungkapkan informasi itu dalam pengadilan umum atau dalam pembuatankeputusan-keputusan pengadilan.

2. Bagaimana juga Ketentuan-ketentuan ayat (1) sama sekali tidak dapat ditafsirkansedemikian rupa sehingga membebankan kepada Negara pihak pada Persetujuankewajiban untuk :(a) melaksanakan tindakan-tindakan administratif yang bertentangan denganperundang-undangan dan praktek administrasi yang berlaku di Negara itu atau diNegara pihak lainnya pada Persetujuan.(b) memberikan informasi yang tidak mungkin diperoleh berdasarkanperundang-undangan atau dalam praktek administrasi yang lazim di Negaratersebut atau di Negara pihak lainnya pada Persetujuan;(c) memberikan informasi yang mengungkapkan rahasia apapundibidang perdagangan, usaha, industri, perniagaan atau keahlian, atau tata caraperdagangan, atau informasi lainnya yang pengungkapannya bertentangan dengankebijaksanaan Negara.

Pasal 27

PEJABAT DIPLOMATIK DAN KONSULER

Persetujuan ini tidak akan mempengaruhi hak-hak istimewa di bidang fiskal darianggota-anggota misi diplomatik dan konsuler berdasarkan peraturan-peraturan umumhukum internasional atau berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam suatu persetujuankhusus.

Pasal 28

BANTUAN PEMUNGUTAN

1. Masing-masing Negara pihak pada Persetujuan akan berupaya untuk memungutpajak atas nama Negara pihak lain pada Persetujuan, terhadap pajak-pajak yangdikenakan oleh Negara lain tersebut, hingga memastikan bahwa setiap pembebasanatau pengurangan tarif pajak yang diberikan atas dasar Persetujuan ini oleh Negarapihak lain pada Persetujuan tidak akan dapat dinikmati oleh orang-orang yangtidak berhak atas kemudahan-kemudahan tersebut. Pihak yang berwenang dariNegara pihak pada Persetujuan dapat berkonsultasi bersama demi tercapainyatujuan Pasal ini.

2. Bagaimana juga ketentuan Pasal ini tidak boleh ditafsirkan sedemikian sehinggameletakkan kewajiban kepada Negara pihak pada Persetujuan untuk melaksanakantindakan-tindakan administrasi yang berlawanan dengan ketentuan-ketentuan dankeadaan-keadaan kedua Negara pihak pada Persetujuan atau yang akan berlawanandengan kedaulatan keamanan atau kebijakan umum Negara pihak pada Persetujuanyang disebut pertama.

Pasal 29

BERLAKUNYA PERSETUJUAN

1. Persetujuan ini akan berlaku pada hari berikutnya setelah tanggal saatmasing-masing Pemerintah saling memberikan secara tertulis bahwa formalitassebagaimana disyaratkan dalam konstitusi masing-masing Negara telah dipenuhi.

2. Ketentuan-ketentuan dari Persetujuan ini akan berlaku.(a) mengenai pajak yang dipotong pada sumber penghasilan, untuk penghasilanyang diperoleh pada atau setelah tanggal 1 Januari tahun takwim berikutnyasesudah berlakunya Persetujuan ini.(b) mengenai pajak lainnya atas penghasilan untuk tahun-tahun pajak yangmulai pada atau setelah tanggal 1 Januari tahun berikutnya sesudah tahunberlakunya Persetujuan ini.

Pasal 30

BERAKHIRNYA PERSETUJUAN

Persetujuan ini akan tetap berlaku sampai diakhiri oleh salah satu Negara pihak padaPersetujuan. Masing-masing Negara pihak pada Persetujuan dapat mengakhiri berlakunyaPersetujuan ini, melalui saluran-saluran dipomatik, dengan menyampaikan pemberitahuantertulis tentang berakhirnya Persetujuan pada atau sebelum tanggal tigapuluh bulan Junisetiap tahun takwim berikutnya setelah jangka waktu 5 (lima) tahun sejak berlakunyaPersetujuan.

Dalam hal demikian, Persetujuan ini akan tidak berlaku lagi :(a) mengenai pajak yang dipotong pada sumber penghasilan, untuk penghasilan yang

diperoleh pada atau setelah tanggal 1 Januari tahun takwim berikutnya setelahtahun pemberitahuan berakhirnya Persetujuan diberikan.

(b) mengenai pajak-pajak lainnya atas penghasilan, untuk tahun-tahun pajak yangdimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari tahun takwim berikutnya setelah tahunpemberitahuan berakhirnya Persetujuan diberikan.

Dengan kesaksian para penandatangan di bawah ini, yang telah memperoleh kuasa yangsah telah menandatangani Persetujuan ini.

DIBUAT dalam rangkap dua di Amman pada tanggal 12 nopember 1996 dalam bahasaIndonesia, bahasa Arab dan bahasa Inggris. Dalam hal terjadi perbedaan penafsiran,naskah Persetujuan dalam bahasa Inggris yang akan dipergunakan.

Untuk Pemerintah Untuk PemerintahRepublik Indonesia Kerajaan Yordania Hashimiah

ttd ttd