PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun...

88
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a. bahwa Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban warga negara, karena itu perpajakan sebagai salah satu perwujudan kewajiban kenegaraan merupakan sarana peran serta dalam pembiayaan negara dan pembangunan nasional; b. bahwa sistem perpajakan yang merupakan dasar pelaksanaan pemungutan pajak negara yang selama ini berlaku, tidak sesuai lagi dengan tingkat pertumbuhan ekonomi dan kehidupan sosial masyarakat Indonesia, baik dalam segi kegotongroyongan nasional maupun dalam menunjang pembiayaan pembangunan; c. bahwa sistem perpajakan yang tertuang dalam ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang selama ini berlaku belum sepenuhnya dapat menggerakkan peran serta semua lapisan subyek pajak dalam peningkatan penerimaan negara yang sangat diperlukan guna mewujudkan kelangsungan dan peningkatan pembangunan dalam rangka memperkokoh ketahanan nasional: d. bahwa pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang harus berkembang dan meningkat, sesuai dengan perkembangan kemampuan riil rakyat dan laju pembangunan nasional; c. bahwa sistem dan peraturan perundang- undangan perpajakan yang merupakan landasan pelaksanaan pemungutan pajak negara yang selama ini berlaku perlu diperbaharui dan disesuaikan dengan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945; f. bahwa … f. bahwa oleh karena itu sistem dan peraturan perundang-undangan perpajakan pada umumnya, pajak perseroan, pajak pendapatan, dan pajak atas bunga, dividen din royalti yang berlaku dewasa ini pada khususnya perlu diperbaharui dan disesuaikan sehingga lebih memberikan kepastian hukum, sederhana,

Transcript of PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun...

Page 1: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR 7 TAHUN 1983

TENTANGPAJAK PENGHASILAN

DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Presiden Republik Indonesia,

Menimbang : a. bahwa Negara Republik Indonesia adalahnegara hukum berdasarkan Pancasila danUndang-Undang Dasar 1945 yang menjunjungtinggi hak dan kewajiban warga negara,karena itu perpajakan sebagai salah satuperwujudan kewajiban kenegaraan merupakansarana peran serta dalam pembiayaan negaradan pembangunan nasional;

b. bahwa sistem perpajakan yang merupakandasar pelaksanaan pemungutan pajak negarayang selama ini berlaku, tidak sesuai lagidengan tingkat pertumbuhan ekonomi dankehidupan sosial masyarakat Indonesia, baikdalam segi kegotongroyongan nasional maupundalam menunjang pembiayaan pembangunan;

c. bahwa sistem perpajakan yang tertuang dalamketentuan peraturan perundang-undanganperpajakan yang selama ini berlaku belumsepenuhnya dapat menggerakkan peran sertasemua lapisan subyek pajak dalampeningkatan penerimaan negara yang sangatdiperlukan guna mewujudkan kelangsungan danpeningkatan pembangunan dalam rangkamemperkokoh ketahanan nasional:

d. bahwa pajak merupakan salah satu sumberpenerimaan negara yang harus berkembang danmeningkat, sesuai dengan perkembangankemampuan riil rakyat dan laju pembangunannasional;

c. bahwa sistem dan peraturan perundang-undangan perpajakan yang merupakan landasanpelaksanaan pemungutan pajak negara yangselama ini berlaku perlu diperbaharui dandisesuaikan dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;

f. bahwa …f. bahwa oleh karena itu sistem dan peraturan

perundang-undangan perpajakan pada umumnya,pajak perseroan, pajak pendapatan, danpajak atas bunga, dividen din royalti yangberlaku dewasa ini pada khususnya perludiperbaharui dan disesuaikan sehingga lebihmemberikan kepastian hukum, sederhana,

Page 2: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 2 -

mudah pelaksanaannya, serta lebih adil danmerata;

g. bahwa untuk dapat mencapai maksud tersebutdi atas perlu disusun Undang-undang tentangPajak Penghasilan;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), danPasal 23 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945;

2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan RakyatRepublik Indonesia Nomor II/MPR/1983tentang Garis-garis Besar Haluan Negara;

3. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentangKetentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan(Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 49Tambahan Lembaran Negara Nomor 3262);

Dengan persetujuanDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

MEMUTUSKAN :

Dengan mencabut :

1. Pasal 15 ke 4 dan ke 5 dan Pasal 16 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang PenanamanModal Asing (Lembaran Negara Tahun 1967Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor2818) sebagaimana telah diubah, denganUndang-undang Nomor 11 Tahun 1970 tentangPerubahan dan Tambahan Undang-undang Nomor1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing(Lembaran Negara Tahun 1970 Nomor 46,Tambahan Lembaran Negara Nomor 2943);

2. Pasal 9, …2. Pasal 9, Pasal 12 ke 4 dan ke 5, Pasal 13,

dan Pasal 14 Undang- undang Nomor 6 Tahun1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri(Lembaran Negara Tahun 1968 Nomor 33,Tambahan Lembaran Negara Nomor 2853)sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1970 tentangPerubahan dan Tambahan Undang-undang Nomor6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal DalamNegeri (Lembaran Negara Tahun 1970 Nomor47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2944);

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PAJAK PENGHASILAN.

Page 3: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 3 -

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasa1 1

Pajak Penghasilan dikenakan terhadap orang pribadi atauperseorangan dan badan berkenaan dengan penghasilan yangditerima atau diperolehnya selama satu tahun pajak.

BAB IISUBYEK PAJAK

Pasal 2

(1) Yang menjadi Subyek Pajak adalah:a. 1) orang pribadi atau perseorangan;

2) warisan yang belum terbagi sebagai suatukesatuan, menggantikan yang berhak;

b. badan yang terdiri dari perseroan terbatas,perseroan komanditer, badan usaha milik negara dandaerah dengan nama dan dalam bentuk apapun,persekutuan, perseroan atau perkumpulan lainnya,firma, kongsi, perkumpulan koperasi, yayasan ataulembaga, dan bentuk usaha tetap.

(2) Subyek Pajak terdiri dari Subyek Pajak dalam negeri danSubyek Pajak luar negeri.

(3) Yang dimaksudkan dengan Subyek Pajak dalam negeriadalah:

a. orang …a. orang yang berada di Indonesia lebih dari 183

(seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktudua belas bulan atau orang yang dalam suatu tahunpajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untukbertempat tinggal di Indonesia;

b. badan yang didirikan atau bertempat kedudukan diIndonesia;

c. bentuk usaha tetap yaitu bentuk usaha, yangdipergunakan untuk menjalankan kegiatan usaha secarateratur di Indonesia, oleh badan atau perusahaanyang tidak didirikan atau tidak bertempat kedudukandi Indonesia, yang dapat berupa tempat kedudukanmanajemen, kantor cabang, kantor perwakilan, agen,gedung kantor, pabrik, bengkel, proyek konstruksi,pertambangan dan penggalian sumber alam, perikanan,tenaga ahli, pemberian jasa dalam bentuk apapun olehpegawai atau oleh orang lain, orang atau badan yangkedudukannya tidak bebas yang bertindak atas namabadan atau perusahaan yang tidak didirikan atautidak bertempat kedudukan di Indonesia danperusahaan asuransi yang tidak didirikan atau tidak

Page 4: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 4 -

bertempat kedudukan di Indonesia yang menerima premiasuransi atau menanggung risiko di Indonesia.

(4) Yang dimaksudkan dengan Subyek Pajak luar negeri adalahSubyek Pajak yang tidak bertempat tinggal, tidakdidirikan, atau tidak berkedudukan di Indonesia, yangdapat menerima atau memperoleh penghasilan dariIndonesia.

(5) Seseorang atau suatu badan berada, bertempat tinggal,atau berkedudukan di Indonesia ditentukan menurutkeadaan sebenarnya.

(6) Direktur Jenderal Pajak berwenang menetapkan seseorangatau suatu badan berada, bertempat tinggal ataubertempat kedudukan.

Pasal 3

Tidak termasuk Subyek Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal2 adalah :

a. pejabat- …a. pejabat-pejabat perwakilan diplomatik, konsulat dan

pejabat- pejabat lain dari negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerjapada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka, dengansyarat bukan warga negara Indonesia, dan di Indonesiatidak melakukan pekerjaan lain atau kegiatan usaha,serta negara yang bersangkutan memberikan perlakuantimbal balik;

b. pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasionalyang ditentukan oleh Menteri Keuangan;

c. Perusahaan Jawatan berdasarkan Keputusan MenteriKeuangan

BAB IIIOBYEK PAJAK

Pasal 4

(1) Yang menjadi Obyek Pajak adalah penghasilan yaitusetiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima ataudiperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesiamaupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untukkonsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yangbersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun,termasuk di dalamnya:a. gaji, upah, komisi, bonus, atau gratifikasi, uang

pensiun atau imbalan lainnya untuk pekerjaan yang

Page 5: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 5 -

dilakukan;b. honorarium, hadiah undian dan penghargaan;c. laba bruto usaha;d. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan

harta, termasuk keuntungan yang diperoleh olehperseroan, persekutuan, dan badan lainnya karenapengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu,anggota, serta karena likuidasi;

e. penerimaan kembali pembayaran pajak yang telahdiperhitungkan sebagai biaya;

f. bunga;g. dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, yang,

dibayarkan oleh perseroan, pembayaran dividen dariperusahaan asuransi kepada pemegang polis, pembagianSisa Hasil Usaha koperasi kepada pengurus danpengembalian Sisa Hasil Usaha koperasi kepadaanggota;

h. royalti; …h. royalti;i. sewa dari harta;j. penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;

(2) Pengenaan pajak atas bunga deposito berjangka dantabungan- tabungan lainnya diatur lebih lanjut dalamPeraturan Pemerintah.

(3) Tidak termasuk sebagai Obyek Pajak adalaha. harta hibahan atau bantuan yang, tidak ada

hubungannya dengan usaha atau pekerjaan dari pihakyang bersangkutan;

b. warisan;c. pembayaran dari perusahaan asuransi karena

kecelakaan, sakit atau karena meninggalnya orangyang tertanggung, dan pembayaran asuransi bea siswa;

d. penggantian berkenaan dengan pekerjaan atau jasa,yang dinikmati dalam bentuk natura, denganketentuan, bahwa yang memberikan penggantian adalahPemerintah atau Wajib Pajak menurut undang-undangini dan Wajib Pajak yang memberikan penggantiantersebut, sesuai ketentuan dalam Pasal 9 ayat (1)huruf d, tidak boleh mengurangkan penggantian itusebagai biaya;

e. keuntungan karena pengalihan harta orang pribadi,harta anggota firma, perseroan komanditer ataukongsi tersebut kepada perseroan terbatas di dalamnegeri sebagai pengganti sahamnya, dengan syarat :1) pihak yang mengalihkan atau pihak-pihak yang

mengalihkan secara bersama-sama memiliki palingsedikit 90% (sembilan puluh persen) dari jumlahmodal yang disetor;

2) pengalihan tersebut diberitahukan kepadaDirektur Jenderal Pajak;

3) pengenaan pajak dikemudian hari atas keuntungan

Page 6: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 6 -

tersebut dijamin.f. harta yang, diterima oleh perseroan, persekutuan

atau badan lainnya sebagai pengganti saham atausebagai pengganti penyertaan modal;

g. dividen yang diterima oleh perseroan dalam negeri,selain bank atau lembaga keuangan lainnya, dariperseroan lain di Indonesia dengan syarat, bahwaperseroan yang menerima dividen tersebut palingsedikit memiliki 25% (dua puluh lima persen) darinilai saham yang disetor dari badan yang membayardividen dan kedua badan tersebut mempunyai hubunganekonomis dalam jalur usahanya;

h. iuran …h. iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang

disetujui Menteri Keuangan, baik yang dibayar olehpemberi kerja maupun oleh karyawan, dan penghasilandana pensiun serupa dari modal yang ditanamkan dalambidang-bidang tertentu berdasarkan Keputusan MenteriKeuangan;

i. penghasilan yayasan dari usaha yang semata-mataditujukan untuk kepentingan umum;

j. penghasilan yayasan dari modal sepanjang penghasilanitu semata-mata digunakan untuk kepentingan umum;

k. pembagian keuntungan dari perseroan komanditer yangmodalnya tidak terbagi atas saham-saham, firma,kongsi dan persekutuan kepada para anggotanya,kecuali apabila ditetapkan lain oleh MenteriKeuangan, karena terdapat penyalahgunaan.

Pasal 5

(1) Yang menjadi Obyek Pajak bentuk usaha tetap adalah:a. penghasilan dari kegiatan usaha bentuk usaha tetap

tersebut dan dari harta yang dikuasai ataudimilikinya;

b. penghasilan induk perusahaan dan badan lain yangbukan Wajib Pajak dalam negeri yang mempunyaihubungan istimewa dengan induk perusahaan tersebut,dari kegiatan usaha atau penjualan barang-barangdan/atau pemberian jasa di Indonesia, yang sejenisdengan kegiatan usaha atau penjualan barang-barangdan/atau pemberian jasa yang dilakukan oleh bentukusaha tetap di Indonesia, kecuali penghasilansebagaimana dimaksud dalam ayat (2).

(2) Apabila induk perusahaan dari suatu bentuk usaha tetapdi Indonesia atau badan lain yang bukan Wajib Pajakdalam negeri yang mempunyai hubungan istimewa denganinduk perusahaan tersebut, menerima atau memperolehpenghasilan dari Indonesia berdasarkan Pasal 26, maka:a. penghasilan bentuk usaha tetap itu tidak boleh

dikurangi dengan biaya-biaya yang berkenaan denganpenghasilan induk perusahaan atau badan laintersebut;

b. pajak induk perusahaan atau badan lain itu tidak

Page 7: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 7 -

boleh dikreditkan dengan pajak bentuk usaha tetap.

Pasal 6 …Pasal 6

(1) Besarnya penghasilan kena pajak, ditentukan olehpenghasilan bruto dikurangi :a. biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara

penghasilan itu, meliputi biaya pembelian bahan,upah, dan gaji karyawan termasuk bonus ataugratifikasi, honorarium, bunga, sewa, royalti, biayaperjalanan, piutang yang tidak dapat ditagih, premiasuransi, biaya administrasi, dan pajak, kecualiPajak Penghasilan;

b. penyusutan atas biaya untuk memperoleh hartaberwujud perusahaan dan amortisasi atas biaya untukmemperoleh hak dan/atau biaya lain yang mempunyaimasa manfaat lebih dari satu tahun sebagaimanadimaksud dalam Pasal 11;

c. iuran kepada dana pensiun yang mendapat persetujuanMenteri Keuangan;

d. kerugian yang diderita karena penjualan ataupengalihan barang dan/atau hak yang dimiliki dandipergunakan dalam perusahaan atau yang dimilikiuntuk mendapatkan, menagih, dan memeliharapenghasilan itu;

e. Sisa Hasil Usaha koperasi sehubungan dengan kegiatanusahanya yang semata-mata dari dan untuk anggota.

(2) Kepada orang pribadi atau perseorangan sebagai WajibPajak- dalam negeri diberikan pengurangan berupapenghasilan tidak kena pajak sebagaimana dimaksud dalamPasal 7.

(3) Jika penghasilan bruto sesudah dikurangi biayasebagaimana dimaksud dalam ayat (1) didapat kerugian,maka kerugian tersebut dapat dikompensasikan denganpenghasilan dalam:a. 5 (lima) tahun, ataub. lebih dari 5 (lima) tahun tetapi tidak lebih dari 8

(delapan) tahun khusus untuk jenis-jenis usahatertentu, berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan.terhitung mulai tahun pertama sesudah kerugiantersebut diderita.

Pasal 7 …Pasal 7

Page 8: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 8 -

(1) Kepada orang pribadi atau perseorangan sebagai WajibPajak dalam negeri diberikan pengurangan berupapenghasilan tidak kena pajak yang besarnya:a. Rp 960.000,- (sembilan ratus enam puluh ribu rupiah)

untuk diri Wajib Pajak;b. Rp. 480.000,- (empat ratus delapan puluh ribu

rupiah) tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin;c. Rp 960.000,- (sembilan ratus enam puluh ribu rupiah)

tambahan untuk seorang isteri yang mempunyaipenghasilan dari usaha atau dari pekerjaan yangtidak ada hubungannya dengan usaha suami atauanggota keluarga lain:

d. Rp 480.000,- (empat ratus delapan puluh ribu rupiah)tambahan untuk setiap orang keluarga sedarah dansemenda dalam garis keturunan lurus, serta anakangkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, palingbanyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.

(2) Penerapan ayat (1) ditentukan oleh keadaan padapermulaan tahun pajak atau pada permulaan menjadiSubyek Pajak dalam negeri.

(3) Besarnya penghasilan tidak kena pajak tersebut dalamayat (1) akan disesuaikan dengan suatu faktorpenyesuaian yang ditetapkan dengan Keputusan MenteriKeuangan.

Pasal 8

(1) Penghasilan atau kerugian bagi wanita yang telah kawinpada awal tahun pajak, begitu pula kerugian dari tahun-tahun sebelumnya yang belum dikompensasikan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 6 ayat (3), dianggap sebagaipenghasilan atau kerugian suaminya, kecuali penghasilanisteri dari pekerjaan yang telah dipotong pajakberdasarkan Pasal 21 dan yang tidak ada hubungannyadengan usaha suami atau anggota keluarga lainnya.

(2) Penghasilan anak belum dewasa yang bukan dari pekerjaandan penghasilan dari pekerjaan yang ada hubungannyadengan usaha anggota keluarga lainnya, digabung denganpenghasilan orang tuanya.

Pasal 9 …Pasal 9

(1) Untuk menentukan besarnya penghasilan kena pajak tidakdiperbolehkan dikurangkan :a. pembayaran dividen atau pembagian laba lainnya dari

perseroan atau badan lainnya kepada pemegang saham,sekutu, atau anggota dengan nama dan dalam bentukapapun, termasuk pembagian Sisa Hasil Usaha dari

Page 9: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 9 -

koperasi yang bukan pengembalian Sisa Hasil Usahasehubungan dengan jasa anggota, dividen yangdibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegangpolis dan biaya yang dikeluarkan untuk kepentinganpemegang saham, sekutu atau anggota;

b. pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecualidalam hal-hal yang ditentukan dalam PeraturanPemerintah,

c. premi asuransi jiwa, asuransi kesehatan, asuransidwiguna, dan asuransi bea siswa, kecuali jikadibayarkan pihak pemberi kerja dan premi yangdemikian itu dianggap sebagai penghasilan bagi WajibPajak;

d. pemberian kenikmatan perjalanan cuti, kenikmatanrekreasi, dan kenikmatan lainnya yang diperuntukkanbagi keperluan pegawai dari Wajib Pajak, termasukkenikmatan pemakaian kendaraan bermotor perusahaandan kenikmatan perumahan, kecuali perumahan didaerah terpencil berdasarkan Keputusan MenteriKeuangan;

e. pembayaran yang melebihi kewajaran sebagai imbalanatas pekerjaan yang dilakukan, yang dibayarkankepada pemegang saham atau pihak yang mempunyaihubungan istimewa;

f. harta yang dihibahkan, bantuan, dan warisansebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf adan huruf b;

g. Pajak Penghasilan;h. biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pribadi Wajib

Pajak atau yang menjadi tanggungannya;i. sumbangan.

(2) Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memeliharapenghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih darisetahun tidak diperbolehkan dikurangkan sekaligus,melainkan dibebankan melalui amortisasi sebagaimanadimaksud dalam Pasal 11 ayat (10).

Pasal 10 …Pasal 10

(1) Dalam melakukan penyusutan dan amortisasi terhadapharta dan penghitungan keuntungan atau kerugian dalamhal penjualan yang tidak dipengaruhi hubungan istimewa.maka harga perolehannya adalah jumlah yang sesungguhnyadikeluarkan, sedangkan dalam ha] pengalihan harta nilaiperolehannya adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan,kecuali:a. dalam hal pengalihan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 4 ayat (3) huruf e, dasar penilaian saham ataupenyertaan lainnya yang diterima oleh pihak yangmelakukan pengalihan tersebut adalah sama dengannilai dari harta yang dialihkan menurut pembukuanpihak yang mengalihkan;

Page 10: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 10 -

b. dalam hal pengalihan harta sebagaimana dimaksuddalam Pasal 4 ayat (3) huruf f, dasar penilaianharta bagi yang menerima pengalihan adalah samadengan nilai dari harta yang dialihkan menurutpembukuan pihak yang mengalihkan;

c. dalam hal penyerahan harta hibahan, pemberianbantuan yang bebas pajak, dan warisan, dasarpenilaian yang dipergunakan oleh yang menerimapenyerahan adalah sama dengan dasar penilaian bagiyang melakukan penyerahan.

(2) Harta yang telah dipergunakan oleh Wajib Pajak untukmenerima atau memperoleh penghasilan, harga perolehanatau nilai perolehannya disesuaikan dengan penyusutandan/atau amortisasi, tambahan, perbaikan atau tambahanyang dilakukan.

(3) Penilaian persediaan hanya diperbolehkan menggunakanharga perolehan, yang didasarkan atas pemakaianpersediaan untuk penghitungan harga pokok yangdilakukan secara rata-rata ataupun yang dilakukandengan mendahulukan persediaan yang didapat pertama.

Pasal 11

(1) Harta yang dapat disusutkan adalah harta berwujud yangdimiliki dan dipergunakan dalam perusahaan atau yangdimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memeliharapenghasilan, dengan suatu masa manfaat yang lebih darisatu tahun, kecuali tanah.Keuntungan atau kerugian dari pengalihan harta yangdapat disusutkan harus dihitung dengan cara sebagaimanadimaksud dalam ayat (7) huruf b.

(2) Penyusutan …(2) Penyusutan yang dapat dilakukan, dalam suatu tahun

pajak adalah jumlah penyusutan dari setiap golonganharta sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) danpenyusutan untuk setiap golongan harta ditetapkandengan mengalihkan dasar penyusutan golongan itusebagaimana dimaksud dalam ayat (4) dengan tarifpenyusutan sebagaimana dimaksud dalam ayat (9).

(3) Untuk menghitung penyusutan, harta yang dapatdisusutkan dibagi menjadi golongan-golongan hartasebagai berikuta. Golongan 2 :

harta yang dapat disusutkan dan tidak termasukGolongan Bangunan, yang mempunyai masa manfaat tidaklebih dari 4 (empat) tahun;

b. Golongan 2:harta yang dapat disusutkan dan tidak termasukGolongan Bangunan, yang mempunyai masa manfaat lebihdari 4 (empat) tahun dan tidak lebih dari 8(delapan) tahun;

c. Golongan 3 :harta yang dapat disusutkan dan yang tidak termasuk

Page 11: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 11 -

Golongan Bangunan, yang mempunyai masa manfaat lebihdari 8 (delapan) tahun;

d. Golongan Bangunan:bangunan dan harta tak gerak lainnya, termasuktambahan, perbaikan atau perubahan yang dilakukan.

(4) Dasar penyusutan setiap golongan harta untuk suatutahun pajak sama dengan jumlah awal pada tahun pajakuntuk golongan harta itu ditambah dengan tambahan,perbaikan atau perubahan dan dikurangkan denganpengurangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (7).

(5) Jumlah awal dari masing-masing Golongan 1, Golongan 2,dan Golongan 3 untuk suatu tahun pajak adalah samadengan dasar penyusutan pada tahun pajak sebelumnya,dikurangi dengan penyusutan yang diperkenankan padatahun pajak sebelumnya.

(6) Jumlah awal dari Golongan Bangunan untuk suatu tahunpajak adalah sama dengan dasar penyusutan pada tahunpajak sebelumnya, yaitu sebesar harga atau nilaiperolehan.

(7) Apabila …(7) Apabila terjadi penarikan harta dari pemakaian :

a. karena sebab luar biasa sebagai akibat bencana ataukarena penghentian sebagian besar usaha, maka suatujumlah sebesar harga sisa buku dikurangi dari jumlahawal untuk memperoleh dasar penyusutan, dan jumlahsebesar harga sisa buku itu merupakan kerugian dalamtahun pajak yang bersangkutan, sedangkan hasilpenjualan atau penggantian asumsinya merupakanpenghasilan;

b. karena sebab biasa, yaitu lain dari yang tersebutpada huruf a, maka penerimaan netto dari harta yangbersangkutan dikurangkan dari jumlah awal untukmemperoleh dasar penyusutan.

(8) Jika pengurangan yang dimaksud dalam ayat (7) dalamsuatu tahun pajak menghasilkan dasar penyusutan dibawah not, maka dasar penyusutan itu harus dinaikkanmenjadi nol dan jumlah yang sama dengan kenaikan ituharus ditambahkan pada penghasilan pada tahun pajakyang bersangkutan.

(9) Tarif penyusutan tiap tahun pajak untuk:a. Golongan 1: 50% (lima puluh persen);b. Golongan 2: 25% (dua puluh lima persen);c. Golongan 3: 10% (sepuluh persen);d. Golongan Bangunan: 5% (lima persen).

(10) Harga perolehan dari harta tak berwujud yangdipergunakan dalam perusahaan untuk mendapatkan,

Page 12: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 12 -

menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk biayalain yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun,seperti penyewaan harta berwujud, diamortisasi dengantarif berdasarkan masa manfaatnya sebagaimana dimaksuddalam ayat (9) huruf a atau huruf b atau huruf c, ataudengan tingkat tarif Golongan I sebagaimana dimaksuddalam ayat (11), atau dengan mempergunakan metodesatuan produksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (12)atau ayat (13).

(11) Biaya pendirian dan biaya perluasan modal suatuperusahaan diamortisasi dengan tingkat tarif penyusutanGolongan 1, kecuali apabila Wajib Pajak menganggapnyasebagai biaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat(1) huruf a sesuai dengan pembukuannya.

(12) Biaya …(12) Biaya untuk memperoleh hak penambangan selain minyak

dan gas bumi, dan hak pengusahaan hutan, diamortisasidengan mempergunakan metode satuan produksi, setinggi-tingginya 20% (dua puluh persen) setahun.

(13) Biaya untuk memperoleh hak dan/atau biaya-biaya lainyang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun dibidang penambangan minyak dan gas bumi diamortisasidengan mempergunakan metode satuan produksi.

(14) Menteri Keuangan mengeluarkan keputusan untukmenentukan jenis-jenis harta yang termasuk dalammasing-masing golongan harta sebagaimana dimaksud dalamayat (3) dengan memperhatikan masa manfaat dari jenisharta yang bersangkutan.

Pasal 12

(1) Tahun Pajak adalah tahun takwim, kecuali bila WajibPajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengantahun takwim.

(2) Wajib Pajak tidak diperbolehkan mengubah tahun pajaktanpa mendapat persetujuan dari Direktur JenderalPajak.

Pasal 13

(1) Wajib Pajak dalam negeri yang menerima atau memperolehpenghasilan dari usaha dan/atau pekerjaan bebas, wajibmenyelenggarakan pembukuan di Indonesia, sehingga daripembukuan tersebut dapat dihitung besarnya penghasilankena pajak berdasarkan undang-undang ini.

(2) Pada setiap tahun pajak berakhir, Wajib Pajak menutuppembukuannya dengan membuat neraca dan perhitunganrugi-laba berdasarkan prinsip pembukuan yang taat asas

Page 13: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 13 -

(konsisten) dengan tahun sebelumnya.

Pasal 14

(1) Norma Penghitungan adalah pedoman yang dipakai untukmenentukan peredaran atau penerimaan bruto dan untukmenentukan penghasilan netto berdasarkan jenis usahaperusahaan atau jenis pekerjaan bebas, yang dibuat dandisempurnakan terus-menerus serta diterbitkan olehDirektur Jenderal Pajak, berdasarkan pegangan yangditetapkan oleh Menteri Keuangan.

(2) Wajib …(2) Wajib Pajak yang peredaran usahanya atau penerimaan

bruto dari pekerjaan bebasnya yang berjumlah kurangdari Rp 60.000.000,- (enam puluh juta rupiah) setahundapat menghitung penghasilan netto dengan menggunakanNorma Penghitungan, asal hal itu diberitahukan kepadaDirektur Jenderal Pajak dalam tenggang waktu 3 (tiga)bulan pertama dari tahun pajak yang bersangkutan.

(3) Jumlah Rp 60.000.000,- (enam puluh juta rupiah)disesuaikan dengan faktor penyesuaian yang ditetapkandengan Keputusan Menteri Keuangan.

(4) Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) yangtidak memberitahukan kepada Direktur Jenderal Pajakuntuk menghitung penghasilan netto dengan menggunakanNorma Penghitungan, dianggap memilih menyelenggarakanpembukuan, dan karenanya tidak diperbolehkan menghitungpenghasilan netto dengan Norma Penghitungan tanpakenaikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (7).

(5) Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) yangmenghitung penghasilan nettonya dengan menggunakanNorma Penghitungan, wajib menyelenggarakan pencatatantentang peredaran atau penerimaan brutonya.

(6) Wajib Pajak yang wajib menyelenggarakan pembukuan ataumenyelenggarakan pencatatan peredaran ataumenyelenggarakan pencatatan penerimaan bruto tetapitidak atau tidak sepenuhnya menyelenggarakannyasebagaimana ditetapkan oleh undang-undang ini, atautidak memperlihatkan buku dan catatan serta bukti lainyang diminta oleh Direktur Jenderal Pajak sehubungandengan kewajiban penyelenggaraan pembukuan ataupencatatan penghasilan nettonya dihitung denganmenggunakan Norma Penghitungan.

(7) Pajak yang dihasilkan dari penghitungan sebagaimanadimaksud dalam ayat (6), ditambah dengan sanksiadministrasi berupa kenaikan sebagaimana diatur dalamPasal 13 ayat (3) Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Page 14: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 14 -

Pasal 15 …Pasal 15

Menteri Keuangan dapat mengeluarkan keputusan untukmenetapkan Norma Penghitungan Khusus guna menghitungpenghasilan netto dari Wajib Pajak tertentu yang tidak dapatdihitung berdasarkan Pasal 16.

BAB IVCARA MENGHITUNG PAJAK

Pasal 16

(1) Penghasilan kena pajak, sebagai dasar penerapan tarifbagi Wajib Pajak dalam negeri dalam suatu tahun pajak,dihitung dengan cara mengurangkan penghasilansebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1), denganpengurangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat(1), Pasal 7 ayat (1), dan Pasal 9 ayat (1) huruf b,huruf c, dan huruf d.

(2) Penghasilan kena pajak bagi Wajib Pajak dalam negeritertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2),dihitung dengan menggunakan Norma Penghitungansebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1),

(3) Penghasilan kena pajak bagi Wajib Pajak luar negeriadalah jumlah penghasilan bruto yang diterima ataudiperoleh.

Pasal 17

(1) Tarif pajak yang diterapkan atas penghasilan kenapajak, kecuali atas penghasilan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 26, adalah sebagai berikut:

Penghasilan kena pajak Tarif pajaksampai dengan Rp 10.000.000,- 15%(sepuluh juta rupiah) (lima belas persen)di atas Rp 10.000.000,- (sepuluh 25%juta rupiah) sampai dengan (dua puluh lima persen)Rp. 50.000.000,- (lima puluh jutarupiah)di atas Rp 50.000.000,- (lima 35%puluh juta rupiah) (tiga puluh lima persen)

(2) Jumlah …(2) Jumlah penghasilan kena pajak sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1)tersebut akan disesuaikan dengan suatu

Page 15: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 15 -

faktor penyesuaian yang ditetapkan dengan KeputusanMenteri Keuangan.

(3) Untuk keperluan penerapan tarif sebagaimana dimaksuddalam ayat (1), penghasilan kena pajak dibulatkan kebawah hingga ribuan rupiah penuh.

(4) Bagi Wajib Pajak orang pribadi atau perseorangan yangkewajiban pajak subyektifnya sebagai Subyek Pajak dalamnegeri dimulai setelah permulaan tahun pajak atauberakhir dalam tahun pajak, maka pajak yang terhutangadalah sebanyak jumlah hari dari bagian tahun pajakdibagi 360 (tiga ratus enam puluh) dikalikan denganpajak yang terhutang untuk satu tahun pajak yangdihasilkan karena penerapan ayat (1) dan ayat (2).Penghasilan netto yang diperoleh selama bagian daritahun pajak dihitung terlebih dahulu menjadi jumlahsetahun.

(5) Untuk keperluan penghitungan pajak sebagaimana dimaksuddalam ayat (4) tiap bulan yang penuh dihitung 30 (tigapuluh) hari.

Pasal 18

(1) Menteri Keuangan berwenang mengeluarkan keputusanmengenai besarnya perbandingan antara hutang dan modalperusahaan untuk keperluan pemungutan pajak berdasarkanundang-undang ini.

(2) Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menentukankembali besarnya penghasilan dan/atau pengurangan, danmenentukan hutang sebagai modal untuk menghitungbesarnya penghasilan kena pajak bagi Wajib Pajak yangmempunyai hubungan istimewa dengan Wajib Pajak lainnya.

(3) Hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5ayat (1) dan ayat (2), Pasal 9 ayat (1) huruf e danayat (2) Pasal inia. dalam hal Wajib Pajak adalah badan :

1) hubungan antara dua atau lebih Wajib Pajak yangberada di bawah pemilikan atau penguasaan yangsama, baik langsung maupun tidak langsung;

2) hubungan …2) hubungan antara Wajib Pajak yang mempunyai

penyertaan 25% (dua puluh lima persen) ataulebih pada pihak yang lain, atau hubungan antaraWajib Pajak yang mempunyai penyertaan 25% (duapuluh lima persen) atau lebih pada dua pihakatau lebih, demikian pula hubungan antara duapihak atau lebih yang disebut terakhir;

b. dalam hal Wajib Pajak adalah orang pribadi atauperseorangan :

Page 16: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 16 -

keluarga sedarah dan semenda dalam garis keturunanlurus satu derajat atau keluarga sedarah dan semendadalam garis keturunan ke samping satu derajat.

(4) Dua pihak atau lebih yang masing-masing merupakanperseroan, persekutuan, atau perkumpulan lainnya yangmempunyai hubungan istimewa dengan penyertaan 50% (limapuluh persen) atau lebih, pengenaan pajaknya yangdihitung dengan menggunakan lapisan tarif terendahsebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, hanya diterapkansatu kali saja.

Pasal 19

Dengan Peraturan Pemerintah dapat ditetapkan faktorpenyesuaian dalam hal terjadi ketidakserasian antara unsur-unsur biaya dengan penghasilan yang disebabkan karenaperkembangan harga.

BAB VPELUNASAN PAJAK DALAM TAHUN BERJALAN

Pasal 20

(1) Pajak yang diperkirakan akan terhutang dalam suatutahun pajak, dilunasi oleh Wajib Pajak dalam tahunberjalan melalui pemotongan dan pemungutan pajak olehpihak lain, serta pembayaran pajak oleh Wajib Pajaksendiri.

(2) Pelunasan pajak melalui pemotongan dan pemungutan pajakoleh pihak lain serta pembayaran pajak oleh Wajib Pajaksendiri tersebut, merupakan angsuran pajak yang akandikreditkan terhadap Pajak Penghasilan yang terhutanguntuk seluruh tahun pajak yang bersangkutan.

(3) Masa …(3) Masa pajak dipergunakan sebagai jangka waktu untuk

menentukan besarnya Obyek Pajak dan besarnya pajak yangterhutang, yang harus dilunasi sebagai angsuran dalamtahun berjalan.

(4) Masa pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) adalah 1(satu) bulan atau selama jangka waktu lain yangditetapkan oleh Menteri Keuangan.

Pasal 21

(1) Pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan denganpekerjaan dan penyetorannya ke Kas Negara, wajibdilakukan oleh:a. pemberi kerja yang membayar gaji, upah, dan

honorarium dengan nama apapun, sebagai imbalan atas

Page 17: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 17 -

pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai atau oranglain yang dilakukan di Indonesia;

b. bendaharawan Pemerintah yang membayar gaji, upah,honorarium, tunjangan tetap, dan pembayaran lain,dengan nama apapun sehubungan dengan pekerjaan ataujabatan yang dibebankan kepada Keuangan Negara;

c. badan dana pensiun yang membayarkan uang pensiun;d. perusahaan dan badan-badan yang membayar honorarium

atau pembayaran lain sebagai imbalan atas jasa yangdilakukan di Indonesia oleh tenaga ahli dan/ataupersekutuan tenaga ahli sebagai Wajib Pajak dalamnegeri yang melakukan pekerjaan bebas.

(2) Bagian penghasilan yang dipotong pajak untuk setiapmasa pajak adalah bagian penghasilan yang melebihiseperdua belas dari penghasilan tidak kena pajaksebagaimana dimaksud dalam Pasal 7.

(3) Pada saat seseorang mulai bekerja atau mulai pensiun,untuk mendapat pengurangan sebagaimana dimaksud dalamPasal 7, ia harus menyerahkan surat pernyataan kepadapemberi kerja, bendaharawan Pemerintah atau badan danapensiun, yang menyatakan jumlah tanggungan keluarganya.

(4) Pernyataan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) akandigunakan oleh pemberi kerja, bendaharawan Pemerintahatau badan dana pensiun, untuk menetapkan besarnyapenghasilan kena pajak, kecuali apabila Wajib Pajakyang bersangkutan memasukkan surat pernyataan barutentang adanya perubahan.

(5) Tarif …(5) Tarif pemotongan pajak atas gaji, upah, dan honorarium

adalah sama dengan tarif penghasilan kena pajaksebagaimana dimaksud dalam Pasal 17.

(6) Jumlah pajak yang dipotong atas bagian upah setiap masapajak akan dimuat dalam Buku Petunjuk yang dikeluarkanoleh Direktur Jenderal Pajak sebagaimana dimaksud dalamayat (9).

(7) Setiap orang yang tidak mempunyai penghasilan lainkecuali penghasilan sehubungan dengan pekerjaan yangsecara benar dan tepat telah dipotong pajaknya, jumlahpajak yang telah dipotong sebagaimana dimaksud dalamayat (2) dan ayat (5) merupakan pelunasan pajak yangterhutang untuk tahun yang bersangkutan berdasarkanundang-undang ini.

(8) Setiap orang yang mempunyai penghasilan lain di luarpenghasilan sehubungan dengan pekerjaan dan setiaporang yang memperoleh penghasilan sehubungan denganpekerjaan lebih dari satu pemberi kerja diharuskanmenyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 30 dan Pasal 3 Undang-undang Nomor

Page 18: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 18 -

6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan.Pajak yang terhutang seluruhnya dikurangi dengan pajakyang telah dipotong sebagai kredit sebagaimana dimaksuddalam Pasal 28.

(9) Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Buku Petunjuktentang pemotongan pajak atas pembayaran gaji, upah,honorarium, dan lain-lain sehubungan dengan pekerjaanatau jasa lain yang diberikan.

Pasal 22

(1) Menteri Keuangan dapat menetapkan badan-badan tertentuuntuk memungut pajak dari Wajib Pajak yang melakukankegiatan usaha di bidang impor atau kegiatan usaha dibidang lain yang memperoleh pembayaran untuk barang danjasa dari Belanja Negara.

(2) Dasar pemungutan dan besarnya pungutan ditetapkandengan Keputusan Menteri Keuangan berdasarkanpertimbangan, bahwa jumlah pungutan itu diperkirakanmendekati jumlah pajak yang terhutang atas penghasilandari kegiatan usaha yang bersangkutan.

Pasal 23 …Pasal 23

(1) Atas penghasilan tersebut di bawah ini, dengan nama dandalam bentuk apapun, yang dibayarkan atau yangterhutang oleh badan Pemerintah, badan usaha miliknegara dan daerah dengan nama dan dalam bentuk apapunatau oleh Wajib Pajak badan dalam negeri lainnya kepadaWajib Pajak dalam negeri, selain bank atau lembagakeuangan lainnya, dipotong pajak sebesar 15% (limabelas persen) dari jumlah bruto, oleh pihak yang wajibmembayarkan:a. dividen dari perseroan dalam negeri;b. bunga, termasuk imbalan karena jaminan pengembalian

hutang;c. sewa, royalti, dan penghasilan lain sehubungan

dengan penggunaan harta;d. imbalan yang dibayarkan untuk jasa teknik dan jasa

manajemen yang dilakukan di Indonesia.

(2) Orang pribadi atau perseorangan sebagai Wajib Pajakdalam negeri dapat ditunjuk oleh Direktur JenderalPajak untuk memotong pajak sebagaimana dimaksud dalamayat (1).

(3) Bunga dan dividen tertentu yang tidak melampaui suatujumlah yang diatur lebih lanjut dengan PeraturanPemerintah, dikecualikan dari pemotongan pajaksebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

Pasal 24

Page 19: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 19 -

(1) Pajak yang dikenakan dalam suatu tahun pajak yangdihitung menurut ketentuan undang-undang inidikreditkan dengan pajak yang dibayar atau terhutang diluar negeri oleh Wajib Pajak dalam tahun pajak yangsama atas penghasilan yang diterima atau diperoleh diluar negeri.

(2) Kredit yang diperbolehkan berkenaan dengan penghasilanyang diterima atau diperoleh di luar negeri itu untuktahun pajak yang bersangkutan, terbatas pada jumlahpajak yang dihitung atas penghasilan luar negeri,berdasarkan undang-undang ini.

(3) Dalam …(3) Dalam menghitung batas jumlah pajak yang dapat

dikreditkan, penghasilan-penghasilan yang dimaksuddalam Pasal 26 dianggap berasal dari Indonesia, dandalam menentukan sumber penghasilan lainnyadipergunakan prinsip yang sama.

(4) Jika pajak penghasilan luar negeri yang diminta untukdikreditkan itu ternyata dikurangkan atau dikembalikan,maka pajak yang terhutang menurut undang-undang iniharus ditambah dengan jumlah tersebut pada tahunpengurangan atau pengembalian itu dilakukan.

Pasal 25

(1) Besarnya angsuran pajak dalam tahun berjalan yang harusdibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap masapajak, adalah sebesar pajak yang terhutang pada tahunpajak yang lalu dikurangi dengan pemotongan danpemungutan pajak serta pajak yang dibayar atauterhutang di luar negeri sebagaimana dimaksud masing-masing dalam Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23, dan Pasal24, dibagi dengan banyaknya masa pajak.

(2) Yang dimaksud dengan pajak yang terhutang dalam ayat(1) adalah pajak menurut Surat Pemberitahuan Tahunanterakhir, kecuali apabila pajak yang ditetapkanterakhir oleh Direktur Jenderal Pajak jumlahnya lebihbesar.

(3) Besarnya angsuran pajak dalam tahun berjalan yang harusdibayar sendiri oleh Wajib Pajak tertentu untuk setiapmasa pajak diatur lebih lanjut dengan PeraturanPemerintah.

Pasal 26

Atas penghasilan tersebut di bawah ini, dengan nama dan

Page 20: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 20 -

dalam bentuk apapun, yang dibayarkan atau yang terhutangoleh badan pemerintah, badan usaha milik negara dan daerahdengan nama dan dalam bentuk apapun atau oleh Wajib Pajakdalam negeri lainnya kepada Wajib Pajak luar negeri,dipotong pajak yang bersifat final sebesar 20% (dua puluhpersen) dari jumlah bruto oleh pihak yang wajib membayarkan:a. dividen dari perseroan dalam negeri;b. bunga, termasuk imbalan karena jaminan pengembalian

hutang;c. sewa, …

c. sewa, royalti, dan penghasilan lain karena penggunaanharta;

d. imbalan yang dibayarkan untuk jasa teknik, jasamanajemen dan jasa lainnya yang dilakukan di Indonesia;

e. keuntungan sesudah dikurangi pajak dari suatu bentukusaha tetap di Indonesia.

Pasal 27

Pengaturan lebih lanjut pemenuhan kewajiban pajaksebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, Pasal 23, dan Pasal 25ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

BAB VIKREDIT PAJAK, PELUNASAN KEKURANGAN PEMBAYARAN PAJAK,

SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN, DAN PENGEMBALIAN KELEBIHANPEMBAYARAN PAJAK

Pasal 28

Bagi Wajib Pajak dalam negeri, pajak yang terhutang untukseluruh tahun pajak menurut undang-undang ini, dikurangidengan kredit pajak berupa :a. pemotongan pajak atas penghasilan dari pekerjaan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21;b. pemungutan pajak atas penghasilan dari usaha

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22;c. pemotongan pajak atas penghasilan berupa bunga,

dividen, royalti sewa, dan imbalan lain sebagaimanadimaksud dalam Pasal 23;

d. pajak yang dibayar atau terhutang di luar negerisebagaimana dimaksud dalam Pasal 24;

e. pembayaran yang dilakukan oleh Wajib Pajak sendiriuntuk tahun pajak yang bersangkutan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 25.

Pasal 29

Apabila pajak yang terhutang untuk suatu tahun pajakternyata lebih besar daripada jumlah kredit pajaksebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, maka kekurangan pajakyang terhutang harus dilunasi selambat-lambatnya pada akhirbulan ketiga sesudah tahun pajak yang bersangkutan berakhir,sebelum Surat Pemberitahuan Tahunan disampaikan.

Page 21: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 21 -

Pasal 30 …Pasal 30

(1) Wajib Pajak dalam negeri diwajibkan untuk menyampaikanSurat Pemberitahuan Tahunan yang dilampiri denganLaporan Keuangan berupa neraca dan perhitunganrugilaba, sesuai dengan ketentuan yang dimuat dalamPasal 4 Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentangKetentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

(2) Surat Pemberitahuan Tahunan tersebut dalam ayat (1)sekurang-kurangnya memuat jumlah peredaran, jumlahpenghasilan, jumlah penghasilan kena pajak, jumlahpajak yang terhutang, jumlah pajak yang telah dilunasidalam tahun berjalan, dan jumlah kekurangan ataukelebihan pajak.

(3) Dikecualikan dari kewajiban sebagaimana dimaksud dalamayat (1) adalah orang pribadi atau perseorangan:a. yang tidak mempunyai penghasilan lain selain

penghasilan sehubungan dengan pekerjaan atau jabatandari satu pemberi kerja sebagaimana dimaksud dalamPasal 21;

b. yang memperoleh penghasilan netto yang tidakmelebihi jumlah penghasilan tidak kena pajaksebagaimana dimaksud dalam Pasal 7.

(4) Jumlah pajak yang terhutang menurut Surat PemberitahuanTahunan yang disampaikan oleh Wajib Pajak adalah jumlahpajak yang terhutang menurut undang-undang ini.

(5) Apabila Direktur Jenderal Pajak mendapatkan bukti,bahwa jumlah pajak yang terhutang menurut SuratPemberitahuan Tahunan itu tidak benar, maka DirekturJenderal Pajak menetapkan jumlah pajak terhutang yangsemestinya.

Pasal 31

(1) Apabila pajak yang terhutang untuk suatu tahun pajakternyata lebih kecil daripada jumlah kredit pajaksebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, maka kelebihanpembayaran pajak dikembalikan atau diperhitungkandengan hutang pajak lainnya.

(2) Sebelum …(2) Sebelum dilakukan pengembalian atau diperhitungkan

kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalamayat (1), Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk

Page 22: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 22 -

mengadakan pemeriksaan atas Laporan Keuangan, buku, dancatatan lainnya, serta atas hal lain yang dianggapnyaperlu untuk menetapkan besarnya pajak yang terhutangsesuai dengan ketentuan undang-undang ini.

BAB VIIKETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 32

Tata cara pengenaan pajak dan sanksi-sanksi berkenaan denganpelaksanaan undang-undang ini diatur dalam Undang-undangNomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan, kecuali apabila tata cara pengenaan pajakditentukan lain dalam undang-undang ini.

BAB VIIIKETENTUAN PERALIHAN

Pasal 33

(1) Wajib Pajak yang tahun bukunya berakhir pada tanggal 30Juni 1984 serta yang berakhir antara tanggal 30 Juni1984 dan tanggal 31 Desember 1984 dapat memilih caramenghitung pajaknya berdasarkan ketentuan dalamOrdonansi Pajak Perseroan 1925 atau Ordonansi PajakPendapatan 1944, atau berdasarkan ketentuan dalamundang-undang ini.

(2) Fasilitas perpajakan yang telah diberikan sampai dengantanggal 31 Desember 1983, yang:a. jangka waktunya terbatas, dapat dinikmati oleh Wajib

Pajak yang bersangkutan sampai selesai;`b. jangka waktunya tidak ditentukan, dapat dinikmati

sampai dengan tahun pajak sebelum tahun pajak 1984.

(3) Penghasilan kena pajak yang diterima atau diperolehdalam bidang penambangan minyak dan gas bumi sertadalam bidang penambangan lainnya sehubungan denganKontrak Karya dan Kontrak Bagi Hasil, yang masihberlaku pada saat berlakunya undang-undang ini,dikenakan pajak berdasarkan ketentuan- ketentuanOrdonansi Pajak Perseroan 1925 dan Undang-undang Pajakatas Bunga, Dividen dan Royalti 1970 beserta semuaperaturan pelaksanaannya.

Pasal 34 …Pasal 34

Dengan berlakunya undang-undang ini, peraturan pelaksanaandi bidang pengenaan Pajak Perseroan 1925, Pajak Pendapatan1944 dan Pajak atas Bunga, Dividen dan Royalti 1970 tetapberlaku, sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undangini dan sepanjang belum diganti dengan peraturan pelaksanaanyang baru.

BAB IX

Page 23: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 23 -

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 35

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam undang-undang inidiatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 36

(1) Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari1984.

(2) Undang-undang ini dapat disebut Undang-undang PajakPenghasilan 1984.

Agar supaya setiap orang mengetahuinya, memerintahkanpengundangan undang-undang ini dengan penempatannya dalamLembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakartapada tanggal 31 Desember 1983PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,TTDSOEHARTO

Diundangkan di Jakartapada tanggal 31 Desember 1983MENTERI/SEKRETARIS NEGARAREPUBLIK INDONESIA,TTDSUDHARMONO, S.H.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1983 NOMOR 50

Page 24: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

PENJELASANATAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR 7 TAHUN 1983

TENTANGPAJAK PENGHASILAN

UMUM

1. Berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945Pasal 23 ayat(2) sistem dan peraturan perundang-undangan perpajakan yang merupakan landasan pelaksanaanpemungutan pajak negara, termasuk tentang PajakPenghasilan, harus ditetapkan dengan undang-undang.

2. Pelaksanaan pembangunan sebagai pengamalan Pancasiladiarahkan agar Negara dan Bangsa mampu membiayaipembangunan Nasional dari sumber-sumber dalam negeridengan membagi beban pembangunan antara golonganberpendapatan tinggi dan golongan berpendapatan rendah,sesuai dengan rasa keadilan, untuk mendorong pemerataanPembangunan Nasional dalam rangka memperkokoh KetahananNasional.

3. Pajak Penghasilan yang merupakan salah satu sumberpenerimaan Negara yang berasal dari pendapatan Rakyat,perlu diatur dengan undang-undang yang dapat memberikankepastian hukum sesuai dengan kehidupan dalam NegaraDemokrasi Pancasila.

4. Undang-undang Pajak Penghasilan ini mengatur materipengenaan pajak yang pada dasarnya menyangkut SubyekPajak (siapa yang dikenakan), Obyek Pajak (penyebabpengenaan), dan Tarip Pajak (cara menghitung jumlahpajak) dengan pengenaan yang merata serta pembebananyang adil. Sedangkan tata cara pemungutannya diaturdalam undang-undang tersendiri dalam rangka mewujudkankeseragaman, sehingga mempermudah masyarakat untukmempelajari, memahami, serta mematuhinya.

5. Dalam sistem peraturan perundang-undangan perpajakanyang lama, pengenaan pajak atas penghasilan diaturdalam berbagai undang-undang, yaitu :a. Ordonansi Pajak Perseroan 1925, yang mengatur

mengenai materi pengenaan dan tata cara pengenaanpajak atas penghasilan dari badan-badan.

b. Ordonansi …b. Ordonansi Pajak Pendapatan 1944, yang mengatur

mengenai materi pengenaan dan tata cara pengenaanpajak atas penghasilan dari orang-orang pribadi.Dalam Ordonansi ini juga diatur pemotongan pajakoleh pemberi kerja atas penghasilan dari pegawaiatau karyawan dari pemberi kerja tersebut.

c. Undang-undang Pajak atas Bunga, Dividen Royalti

Page 25: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 2 -

1970, yang mengatur mengenai materi pengenaan dantata cara pengenaan pajak atas penghasilan berupabunga, dividen, dan royalti, yang wajib dipotongoleh orang-orang dan badan-badan yang membayarkanbunga, dividen, dan royalti yang bersangkutan.

d. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1967 juncto PeraturanPemerintah Nomor 11 Tahun 1967, yang mengaturmengenai tata cara pengenaan pajak atas penghasilan,terutama berupa laba usaha, sepanjang mengenai tatacara pemungutan oleh pihak lain (MPO) dan pembayaranoleh Wajib Pajak sendiri (MPS-Masa) dalam tahunberjalan serta perhitungan pada akhir tahun(MPS-Akhir).

6. Dalam sistem peraturan perundang-undangan perpajakanyang baru, diatur:a. semua ketentuan yang berkenaan dengan materi

pengenaan pajak atas penghasilan yang diperolehorang pribadi atau perseorangan dan badan-badan,diatur dalam undang-undang ini

b. ketentuan-ketentuan mengenai tata cara pengenaanpajak baik berkenaan dengan Pajak Penghasilan,maupun berkenaan dengan pajak-pajak lain yangpengenaannya dilakukan oleh Direktorat JenderalPajak, diatur dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Tujuan dari penyederhanaan ini sebagaimana telahdikemukakan sebelumnya, adalah untuk mempermudahmasyarakat mempelajari, memahami, dan mematuhinya.

Undang-undang ini menyederhanakan struktur pajak,seperti jenis-jenis pajak, tarif dan cara pemenuhankewajiban pajak. Tarif pajak ditetapkan secara wajarberdasarkan prinsip-prinsip pemerataan dalam pemungutanpajak dan keadilan dalam pembebanan pajak. Strukturtarif disederhanakan dan bersifat progresif, artinyasemakin tinggi penghasilan semakin tinggi persentasetarif pajak.

Tarif …Tarif untuk orang pribadi atau perseorangan sama dengantarif untuk badan, dengan tingkat tarif maksimal yanglebih rendah dari pada tarif lama, sehingga akandicapai kebaikan-kebaikan sebagai berikut:a. sederhana, artinya bagi Wajib Pajak mudah untuk

menghitung, bagi administrasi pajak mudah mengujipenghitungan pajak yang dilakukan oleh Wajib Pajak;juga bagi Wajib Pajak badan tidak ada lagi tarifyang berbeda-beda, sehingga lebih mendukung lagikesederhanaan dan kemudahan seperti disebutkan diatas.

b. keadilan dan pemerataan beban, berlakunya tarif yangsama saja bagi tingkat penghasilan yang sama darimanapun diterima atau diperoleh.

Page 26: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 3 -

c. meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak, oleh karenatarif marginal tertinggi hanya 35%(tiga puluh limapersen), maka kerelaan Wajib Pajak untuk membayarakan meningkat; meningkatnya kerelaan membayar danbertambah mudahnya bagi administrasi pajak untukmenguji akan lebih meningkatkan kepatuhan WajibPajak.

d. mengurangi pengalihan penghasilan dari badan kepadaperseorangan atau sebaliknya, sebab pengalihansemacam itu tidak memberikan manfaat kepada WajibPajak.

PASAL DEMI PASAL

Pasal 1Undang-undang ini mengatur pengenaan pajak ataspenghasilan, baik penghasilan yang diterima ataudiperoleh orang pribadi atau perseorangan maupunbadan yang terhutang selama satu tahun pajak.

Pasal 2Ayat (1)

Pengertian Subyek Pajak mencakup, baik orangpribadi atau perseorangan dan warisan yang belumterbagi maupun badan.

Huruf a1) Orang pribadi atau perseorangan adalah Subyek

Pajak, baik apabila mereka bertempat tinggal diIndonesia maupun apabila mereka bertempattinggal di luar Indonesia. Mereka yangbertempat tinggal di Indonesia mulai menjadi

Subyek Pajak …Subyek Pajak pada saat lahir di Indonesia, ataubila seseorang berada di Indonesia lebih dari183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalamjangka waktu 12(dua belas)bulan, maka iamenjadi Subyek Pajak pada saat pertama kaliberada di Indonesia. Jumlah 183 (seratusdelapan puluh tiga) hari tersebut tidaklahharus berturut-turut.Orang pribadi yang bertempat tinggal atauberada di Indonesia tidak lagi menjadi SubyekPajak pada saat meninggal dunia ataumeninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya.Bagi mereka yang bertempat tinggal di luarIndonesia, baru menjadi Subyek Pajak diIndonesia apabila mereka dapat menerima ataumemperoleh penghasilan dari Indonesia. Merekatidak lagi menjadi Subyek Pajak di Indonesiapada saat tidak-mungkin lagi menerima ataumemperoleh penghasilan di Indonesia, yaitupenghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal26.

Page 27: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 4 -

2) Warisan yang belum terbagi merupakan SubyekPajak pengganti, yaitu menggantikan yangberhak.Bagi warisan yang belum terbagi mulaimenjadi Subyek Pajak pada saat timbulnyawarisan termaksud(sejak saat meninggalnyapewaris), dan berakhir pada saat warisantersebut dibagi kepada mereka yang berhak(ahliwaris).Warisan baru menjadi Wajib Pajak apabilawarisan yang belum terbagi itu memberikanpenghasilan.

Huruf bBadan-badan seperti perseroan terbatas,perseroan komanditer, badan usaha milik negara,dan badan usaha milik daerah dengan nama dandalam bentuk apapun, persekutuan, perseroanatau perkumpulan lainnya, firma, kongsi,perkumpulan koperasi, yayasan atau lembagamerupakan Subyek Pajak pada saat didirikannyabadan usaha atau organisasi tersebut, atau padawaktu memperoleh penghasilan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 26 bagi badan yangdidirikan atau bertempat kedudukan di luarIndonesia.

Bagi …Bagi badan yang didirikan atau bertempatkedudukan di Indonesia tidak lagi menjadiSubyek Pajak setelah penyelesaian likuidasi,dan bagi badan yang didirikan atau bertempatkedudukan diluar Indonesia, tidak lagi menjadiSubyek Pajak Indonesia pada saat terputusnyahubungan ekonomis dengan Indonesia yaitu sejaktidak mungkin lagi menerima atau memperolehpenghasilan dari Indonesia.

Perlu diperhatikan, bahwa setiap unit tertentudari badan pemerintah yang melakukan kegiatanusaha secara teratur di bidang sosial ekonomimerupakan Subyek Pajak sebagai badan usahamilik negara.

Sudah barang tentu, badan usaha milik negaraakan benar-benar dikenakan pajak, apabilaterdapat Obyek Pajak, yaitu mendapatkanpenghasilan. Demikian pula halnya dengan badanusaha milik daerah.

Suatu badan di luar Indonesia yang mempunyaibentuk usaha tetap di Indonesia mulai menjadiSubyek Pajak di Indonesia, sejak adanya bentukusaha tetap itu.

Ayat (2)

Page 28: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 5 -

Cukup jelas

Ayat (3)Huruf a

Cukup jelas.

Huruf bCukup jelas.

Huruf cBentuk usaha tetap di Indonesia dari badan atauperusahaan luar negeri digolongkan sebagaiSubyek Pajak dalam negeri. Pada prinsipnyaSubyek Pajak dalam negeri akan dikenakan pajakatas seluruh penghasilannya dimanapundiperoleh, baik di Indonesia maupun di luarIndonesia.

Penghasilan …Penghasilan dari bentuk usaha tetap sebagaiWajib Pajak dalam negeri dirumuskan tersendiridalam Pasal 5. Yang dapat mempunyai bentukusaha tetap di Indonesia bukan saja setiapbadan, tetapi juga setiap perusahaan termasukperusahaan perseorangan di luar Indonesia.

Yang dimaksud dengan bentuk usaha tetap adalahwujud tertentu atau sesuatu yang kurang lebihmempunyai sifat tetap, yang dijadikan pusatkegiatan sebagian atau seluruh usaha diIndonesia dari suatu badan atau perusahaan yangdidirikan, bertempat kedudukan atau berada diluar Indonesia.

Yang dimaksud dengan menjalankan usaha secarateratur ialah melakukan kegiatan usaha yangmenunjukkan adanya maksud untuk dilakukan terusmenerus. Misalnya dalam hal pemberian jasa-jasa(furnishing of services), yang di dalamnyatermasuk pemberian jasa konsultasi(consultancyservices), apabila diberikan satu kali olehseorang asing yang datang di Indonesia sebagaituris, karena kebetulan diminta oleh seorangtemannya di Indonesia, maka pemberian jasasemacam itu belum termasuk kegiatan usaha yangdilakukan secara teratur, dan oleh karena itubelum dapat dianggap adanya bentuk usaha tetapdi Indonesia.

Namun apabila turis tersebut datang lagi keIndonesia Untuk memberikan jasa konsultasi atasnama suatu perusahaan luar negeri karenamisalnya direkomendasikan oleh temannyatersebut diatas, kepada suatu perusahaan di

Page 29: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 6 -

Indonesia, maka telah terdapat suatu petunjuktentang adanya maksud untuk memberikan jasakonsultasi di Indonesia secara terus menerusdan oleh karena itu dalam hal ini telahterdapat bentuk usaha tetap di Indonesia.Perusahaan asuransi luar negeri mempunyaibentuk usaha tetap di Indonesia, apabilaperusahaan tersebut menerima pembayaran premiasuransi di Indonesia atau menanggung risiko diIndonesia, melalui karyawannya atau perwakilanlain, yang bukan merupakan agen yang mempunyaikedudukan bebas (independent).

Sebuah …Sebuah perusahaan luar negeri tidak dianggapmempunyai bentuk usaha tetap di Indonesiaapabila dalam melakukan kegiatannya diIndonesia, dipergunakan perantara atau brokeratau agen lain yang sifatnya bebas, asalkanperantara atau agen tersebut bertindak dalamrangka perusahaannya sendiri.

Oleh karena itu, bila agen tersebut bertindaksepenuhnya atau hampir sepenuhnya atas namaperusahaan luar negeri itu, maka perantara atauagen tersebut tidak memenuhi syarat sebagaiagen yang mempunyai kedudukan yang bebas,dengan perkataan lain, perantara atau agentersebut merupakan bentuk usaha tetap dariperusahaan luar negeri tersebut.

Ayat (4)Subyek pajak luar negeri adalah Subyek Pajak yangbertempat tinggal atau berkedudukan di luarIndonesia yang dapat menerima atau memperolehpenghasilan dari Indonesia. Subyek Pajak yangbenar-benar memperoleh penghasilan dan oleh karenaitu berkewajiban untuk membayar pajak, disebutdalam undang- undang ini sebagai Wajib Pajak.

Dengan perkataan lain, Wajib Pajak adalahseseorang atau suatu badan yang telah memenuhisyarat-syarat kewajiban subyektif dan obyektif.

Perbedaan yang penting dari kewajiban Wajib Pajakdalam negeri dibandingkan dengan kewajiban WajibPajak luar negeri adalah bahwa Wajib Pajak dalamnegeri, setelah tahun pajak berakhir, berkewajibanuntuk menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan.

Dalam Surat Pemberitahuan Tahunan itu Wajib Pajakmelaporkan tentang semua penghasilan yang diterimaatau diperoleh, penghitungan penghasilan kenapajak, dan pajak yang terhutang.

Dalam Surat Pemberitahuan Tahunan itu Wajib Pajak

Page 30: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 7 -

juga melaporkan tentang semua pelunasan atas pajakyang terhutang. Apabila Surat PemberitahuanTahunan itu telah diisi dengan benar dan pajak

yang …yang terhutang telah dilunasi sebagaimanamestinya, maka kepada Wajib Pajak yangbersangkutan tidak perlu diberikan Surat KetetapanPajak. Surat Ketetapan Pajak hanya perludikeluarkan, dalam hal Wajib Pajak tidakmenyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan ataudalam hal Surat Pemberitahuan Tahunan tidak benardan/atau tidak lengkap, sehingga pajak yang,kurang dibayar perlu ditagih dengan SuratKetetapan Pajak, ditambah dengan sanksiadministrasi yang berkenaan. Sedangkan atas WajibPajak luar negeri tidak diwajibkan menyampaikanSurat Pemberitahuan Tahunan.

Ayat (5)Untuk menentukan seseorang atau suatu badanberada, bertempat tinggal atau bertempat kedudukandi Indonesia adalah berdasarkan keadaan ataukenyataan yang sebenarnya, sehingga dengandemikian tidak ditentukan berdasarkan hal-hal yangsifatnya formal.

Ayat (6)Dalam hal tertentu, Direktur Jenderal Pajakberwenang menetapkan seseorang atau suatu badanberada bertempat tinggal atau berkedudukan. Halini berdasarkan pertimbangan praktis untukmemberikan kepastian hukum.

Pasal 3Huruf a dan huruf b

Sesuai dengan kelaziman internasional, anggotaperwakilan diplomatik, konsuler dan pejabat-pejabatlainnya, dikecualikan sebagai Subyek Pajak di negaratempat mereka mewakili negaranya. Demikian jugahalnya dengan anggota Angkatan Bersenjata negaraasing dan wakil-wakil organisasi internasionalseperti World Health Organization (WHO),International Monetary Fund(IMF)dan sebagainya.Syarat timbal balik adalah merupakan kelazimaninternasional.

Jika mereka mempunyai pekerjaan lain atau usaha, makapengecualian itu gugur dan akan dikenakan pajak ataspenghasilan yang diterima atau diperoleh daripekerjaan lain atau kegiatan usahanya.

Huruf c …Huruf c

Page 31: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 8 -

Berdasarkan tujuan dan sifat dari Perusahaan Jawatan,maka Perusahaan Jawatan dapat dikecualikan sebagaiSubyek Pajak, berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan.

Pasal 4Dalam undang-undang ini dianut pengertian penghasilanyang luas, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis.Tambahan kemampuan ekonomis yang diterima ataudiperoleh seseorang atau badan merupakan ukuran yangterbaik mengenai kemampuan seseorang atau badan untukikut bersama-sama memikul biaya yang diperlukanPemerintah guna membiayai kegiatan-kegiatannya baikyang rutin, maupun untuk pembangunan.

Ini merupakan salah satu sifat dari sistem PajakPenghasilan ini yang bertujuan untuk memeratakanbeban pembangunan. Setiap tambahan kemampuanekonomis, dari manapun datangnya, merupakan tambahankemampuan untuk ikut memikul biaya kegiatanPemerintah.Pengertian penghasilan dalam undang-undang ini tidakterikat lagi pada ada tidaknya sumber-sumberpenghasilan tertentu seperti yang dianut oleh undang-undang lama. Penghasilan itu dilihat dari mengalirnyatambahan kemampuan ekonomis kepada Wajib Pajak, dapatdikelompokkan menjadi:- penghasilan dari pekerjaan, yaitu pekerjaan dalamhubungan kerja dan pekerjaan bebas sepertipenghasilan dari praktek dokter, notaris, akuntanpublik, aktuaris (ahli matematika asuransi jiwa),pengacara, dan sebagainya;

- penghasilan dari kegiatan usaha, yaitu kegiatanmelalui sarana perusahaan;

- penghasilan dari modal, baik penghasilan dari modalberupa harta gerak, seperti bunga, dividen,royalti, maupun penghasilan dari modal berupa hartatak gerak, sewa rumah, dan sebagainya; jugatermasuk dalam kelompok penghasilan dari modal iniadalah penghasilan dari harta yang dikerjakansendiri, misalnya penghasilan yang diperoleh daripengerjaan sebidang, tanah, keuntungan penjualanharta atau hak yang, tidak dipakai dalam melakukankegiatan usaha;

- penghasilan lain-lain, seperti menang lotere,pembebasan hutang, dan lain-lain penghasilan yangtidak termasuk dalam kelompok lain.

Dilihat …Dilihat dari penggunaannya, penghasilan dapat dipakaiuntuk konsumsi dan dapat pula ditabung, yangselanjutnya dipakai untuk memperoleh harta yang tidakterpakai habis sebagai konsumsi dalam satu tahun.Walaupun penghasilan itu dapat dikelompokkan, namunpengertian penghasilan tidak terbatas pada yangdiperoleh dari sumber-sumber penghasilan tertentu.Contoh-contoh yang disebut dalam undang-undang ini

Page 32: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 9 -

sekedar untuk memperjelas tentang pengertianpenghasilan yang luas, dan tidak terbatas pada apayang disebutkan oleh undang-undang ini.

Ayat (1)Huruf a

Semua imbalan atau pembayaran dari pekerjaandalam hubungan kerja yang dapat berupa upah,gaji, dan sebagainya, termasuk Premi asuransijiwa dan asuransi kesehatan yang dibayar olehpemberi kerja.Pemberian gaji dalam bentuk natura tidakdimasukkan dalam pengertian penghasilan bagipenerima, seperti misalnya perumahan(kecuali didaerah terpencil, yang tidak tersedia rumahyang disewakan), kendaraan bermotor, dansebagainya.Bagi pihak pemberi kerja, pengeluaran tersebuttidak boleh dikurangkan sebagai biayasebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat(1)huruf d.

Huruf bHonorarium yang dibayarkan kepada artis,olahragawan, pemberi ceramah seperti padaseminar-seminar internasional. Hadiah undianmencakup juga pengertian hadiah yang diberikantanpa diundi.

Huruf cYang dimaksud dengan laba bruto usaha adalahpenghasilan bruto yang diperoleh dari usaha.Laba bruto usaha ditambah penghasilan brutolainnya sama dengan jumlah penghasilan brutoseluruhnya.Dalam Surat Pemberitahuan Tahunan perludilaporkan laba bruto usaha dan penguranganyang diperbolehkan oleh undang-undang ini.

Jadi …Jadi tidak dimaksudkan, bahwa dalam SuratPemberitahuan Tahunan hanya dilaporkanpenghasilan kena pajak. Penambahan penghasilanlain-lain dan pengurangan biaya lain-lainterhadap laba netto dari usaha mencerminkanadanya apa yang disebut dalam dunia perpajakansebagai kompensasi horizontal. Baik laba nettousaha maupun penghasilan lain-lain setelah dikurangi biaya yang bersangkutan dapat menjadinegatif. Kompensasi horizontal semacam itudiperbolehkan dalam menghitung penghasilan kenapajak.

Huruf dApabila seorang Wajib Pajak menjual harta lebih

Page 33: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 10 -

dari harga sisa buku atau harga/nilai perolehanpada saat penjualan, maka selisih hargatersebut merupakan penghasilan. Jika harta yangdijual itu bukan merupakan harta perusahaan dantelah dimiliki sebelum berlakunya undang-undangini, penghasilan yang diperoleh adalah selisihantara harga penjualan dengan nilai jual padasaat undang-undang ini berlaku.Demikian pula apabila sebuah badan usahamenjual kekayaan kepada pemegang saham misalnyaberupa mobil dengan harga sebesar harga sisabuku Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah)sedangkandi pasar harganya Rp 5.000.000,- (lima jutarupiah), maka selisih sebesar Rp 4.000.000,-(empat juta rupiah) merupakan penghasilan bagibadan usaha tersebut dan bagi pemegang sahamyang membeli itu, Rp 4.000.000,- (empat jutarupiah) merupakan penghasilan.

Huruf ePengembalian pajak yang telah diperhitungkansebagai biaya pada saat menghitung penghasilankena pajak, misalnya Pajak Pertambahan NilaiBarang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas BarangMewah, yang setelah ditetapkan kembali ternyatakelebihan bayar, maka kelebihan bayar tersebutadalah penghasilan.

Huruf f …Huruf f

Dalam pengertian bunga termasuk pula imbalanlain sehubungan dengan jaminan pengembalianhutang, baik yang dijanjikan maupun tidak.

Huruf gKetentuan ini mengatur tentang pengertianpenghasilan berupa dividen, yaitu bagiankeuntungan yang diterima oleh para pemegangsaham atau pemegang polis asuransi.Nama apapun yang diberikan atau dalam bentukapa bagian keuntungan itu diterima tidakmenjadi pertimbangan. Termasuk dalam pengertiandividen adalah :

1) pembagian laba baik secara langsung maupuntidak langsung, dengan nama dan dalambentuk apapun;

2) pembayaran kembali karena likuidasi yangmelebihi jumlah modal yang disetorkan;

3) pemberian saham bonus yang dilakukan tanpapenyetoran yang tidak berasal dari

Page 34: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 11 -

penilaian kembali harta perusahaan;4) pencatatan tambahan modal yang dilakukan

tanpa penyetoran yang tidak berasal daripenilaian kembali harta perusahaan;

5) apa yang diterima atau diperoleh karenapembelian kembali saham-saham olehperseroan yang bersangkutan, yang melebihijumlah setoran sahamnya;

6) pembayaran kembali seluruhnya atau sebagiandari modal yang telah disetorkan, jikadalam tahun-tahun yang lampau diperolehkeuntungan, kecuali jika pembayaran kembaliitu adalah akibat dari pengecilan modaldasar (statuter) yang dilakukan secara sah;

7) pembayaran atas tanda-tanda laba, termasukapa yang diterima sebagai penebusan tanda-tanda tersebut;

8) laba dari obligasi yang ikut serta dalampembagian laba;

9) pengeluaran perusahaan untuk keperluanpribadi pemegang saham yang dibebankansebagai biaya perusahaan.

Perlu …Perlu ditegaskan disini, bahwa dari apa yangdisebut pada angka 1 sampai dengan angka 9 diatas dapat disimpulkan, bahwa pengertiandividen atau pembagian keuntungan perusahaanmencakup pengertian yang luas, yaitu setiappembagian keuntungan perusahaan dengan nama dandalam bentuk apapun, Dalam praktek seringdijumpai pembagian/pembayaran dividen secaraterselubung, misalnya dengan pengalihan hartaperusahaan kepada pemegang saham atau pesertadengan penggantian harga di bawah harga pasar.

Selisih antara harga pasar dengan harga yangdibayar oleh pemegang saham adalah merupakanpembayaran dividen secara terselubung (lihatpenjelasan ayat (1) huruf d).

Contoh :Suatu harta PT A berupa mobil yang mempunyaiharga sisa buku sebesar Rp. 1.000.000,-sedangkan harga pasar sebesar Rp. 5.000.000,-.Mobil tersebut dialihkan kepada pemegang sahamB dengan penggantian sebesar harga sisa buku,yaitu Rp. 1.000.000,-.Di sini terdapat pembayaran dividen secaraterselubung sebesar Rp. 4.000.000,-.Berdasarkanketentuan ini PT A harus memotong PajakPenghasilan sebesar 15% x Rp. 4.000.000,- = Rp.600.000,-.

Page 35: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 12 -

Dalam pengertian dividen ini termasuk pulabagian keuntungan yang diterima oleh pengurusdari anggota koperasi.Pada tingkat koperasi,Sisa Hasil Usaha koperasi yang semata-mataberasal dari kegiatan yang dilakukan oleh danuntuk kepentingan anggota tidak termasuk dalampengertian penghasilan yang dikenakan PajakPenghasilan. Oleh karena itu, bagi pengurusdari anggota koperasi, pembagian danpengembalian Sisa Hasil Usaha koperasi yangditerimanya merupakan penghasilan yangdikenakan pajak. Apabila pembayaran daripengembalian Sisa Hasil Usaha yang diterimaoleh masing-masing pengurus dan anggotakoperasi tidak melebihi penghasilan tidak kenapajak maka pembagian dan pengembalian SisaHasil Usaha koperasi tersebut tidak terkenapajak.

Huruf h …Huruf h

Yang dimaksud disini adalah pembayaran royaltiatau apapun namanya sehubungan denganpenggunaan hak seperti: hak paten/oktroi,lisensi, merek dagang, pola atau model,rencana, rahasia perusahaan, cara pengerjaan,hak pengarang dan hak cipta mengenai sesuatukarya dibidang kesenian atau ilmiah, termasukkarya film sinematografi.Pada dasarnya pembayaran royalti terdiri daritiga kelompok, yaitu pembayaran ataspenggunaan:1) hak atas harta tak berwujud: hak

pengarang, paten merek dagang, formulaatau rahasia perusahaan;

2) hak atas harta berwujud: hak atas alat-alat industri, komersial dan ilmupengetahuan:

3) jasa: pemberian informasi yang diperlukanmengenai usaha dan investasi padaumumnya, pengalaman di bidang industri,perniagaan dan ilmu pengetahuan padakhususnya; yang dimaksudkan denganinformasi di sini adalah informasi yangbelum diungkapkan secara terbuka.

Huruf iKetentuan ini mengatur penghasilan uang sewayang diterima atau diperoleh sehubungan denganpenggunaan harta, baik harta gerak misalnyasewa pemakaian mobil dan sebagainya maupunpenggunaan harta tak gerak, misalnya sewarumah.

Huruf jContoh :

Page 36: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 13 -

Tunjangan seumur hidup yang dibayar secaraberkala.

Huruf kPembebasan hutang oleh pihak yang berpiutang-merupakan penghasilan bagi pihak yang semulaberhutang.

Ayat (2) …Ayat (2)

Sesuai dengan ketentuan dalam ayat (1) huruf fpasal ini bunga merupakan Obyek Pajak.Tabungan masyarakat merupakan pula sumber danabagi pelaksanaan pembangunan.Dengan Peraturan Pemerintah, terhadap bungadeposito berjangka dan tabungan lainnya dapatdibebaskan dari pengenaan pajak denganmemperhatikan perkembangan moneter sertapelaksanaan pembangunan.

Ayat (3)Huruf a

Harta hibahan atau bantuan yang diterima yangtidak ada hubungannya dengan usaha ataupekerjaan dari pihak-pihak yang bersangkutan,tidak termasuk penghasilan. Ini sebagaiimbangan dari Pasal 9 ayat (1) huruf f yangmengatur bahwa harta hibahan atau bantuan tidakboleh dikurangkan dari penghasilan pihakpemberi.

Huruf bWarisan sebagai tambahan kemampuan ekonomisyang diterima ahli waris tidak merupakan ObyekPajak, walaupun warisan itu jumlahnya besar.Warisan sebagai Subyek Pajak, baru dikenakanpajak apabila warisan tersebut memberikanpenghasilan, misalnya sewa yang diterima darirumah warisan.

Huruf cPembayaran oleh perusahaan asuransi kepadapemegang polis misalnya karena kecelakaan,kerugian atau karena meninggalnya tertanggung,demikian juga penerimaan pembayaran bea siswadari perusahaan asuransi tidak merupakanpenghasilan. Dalam Pasal 9 ayat (1) huruf cditentukan, bahwa premi asuransi jiwa,kesehatan, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa, tidak boleh dikurangkan daripenghasilan, kecuali premi tersebut di tanggungoleh pemberi kerja.

Page 37: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 14 -

Huruf d …Huruf d

Bila seorang pemberi kerja yang merupakan WajibPajak menurut pengertian undang-undang inimemberi kenikmatan berupa natura kepadakaryawan atau orang lain yang ada hubunganpekerjaan, maka kenikmatan tersebut tidakdianggap sebagai penghasilan bagi pihakpenerima.Yang dimaksud dengan kenikmatan dalambentuk natura ialah suatu tambahan kemampuanekonomis yang diterima atau diperoleh tidakdalam bentuk uang seperti kenikmatanmempergunakan mobil perusahaan dengan cuma-cuma, kenikmatan mendiami rumah yang disewaoleh perusahaan atau rumah milik perusahaan,pemberian beras dengan cuma-cuma, dansebagainya.

Bagi pihak pemberi kerja jumlah tersebut tidakboleh dikurangkan sebagai biaya. Kenikmatanpemakaian rumah yang diberikan oleh Pemerintahkepada pegawai Pemerintah, Pejabat Negara danPejabat Lembaga Pemerintah non Departemenlainnya, tidak merupakan penghasilan bagi pihakyang bersangkutan.Dalam pengertian Pemerintah termasuk PerusahaanJawatan. Apabila yang memberi kenikmatantersebut bukan Wajib Pajak menurut pengertianundang-undang ini, maka kenikmatan tersebutmerupakan penghasilan bagi pihak yang menerima.

Contoh:Seorang pegawai bangsa Indonesia yang bekerjadi salah satu perwakilan diplomatik, memperolehkenikmatan menempati rumah yang disewa olehperwakilan Diplomatik tersebut atau kenikmatan-kenikmatan lainnya, maka kenikmatan-kenikmatantersebut harus dimasukkan sebagai penghasilanbagi pegawai tersebut, sebab perwakilandiplomatik yang bersangkutan tidak merupakanSubyek Pajak. Ketentuan ini dimaksudkan untukmendorong pembayaran oleh pemberi kerja kepadapegawai atau karyawannya dilakukan dalam bentukuang, sehingga dengan demikian mempermudahpengenaan pajaknya.

Huruf e …Huruf e

Seseorang yang mengalihkan harta atau anggota

Page 38: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 15 -

persekutuan firma, perseroan komanditer, kongsiyang mengalihkan harta persekutuan untukmendirikan Perseroan Terbatas dengan pembayaranberupa saham (inbreng). maka keuntungan berupaselisih antara harga sisa buku dengan nilaijual harta tersebut, tidak merupakanpenghasilan, apabila setelah terjadinyapengalihan, pihak yang mengalihkan harta ataupihak-pihak yang mengalihkan harta secarabersama-sama, memiliki paling sedikit 90%(sembilan puluh persen) dari seluruh nilaisaham disetor dari Perseroan Terbatas yangmenerima pengalihan.Syarat 90% (Sembilan puluh persen) tersebutharus dipenuhi pada saat terjadinya pengalihanyang bersangkutan.

Huruf fHarta yang dialihkan kepada perseroan,persekutuan atau badan-badan lainnya sebagaipengganti saham atau sebagai penggantipenyertaan modal tidak dikenakan pajak padasaat pengalihan kepada perseroan itu, melainkandi kemudian hari, apabila harta itu dijual ataudialihkan lagi:Oleh karena itu penilaian harta tersebut ketikaperseroan menerima pengalihan harus sama denganharga sisa buku pada saat pengalihan.

Huruf gDividen yang diperoleh atau diterima olehperseroan dalam negeri dari perseroan lain,tidak dianggap sebagai penghasilan, apabilaperseroan yang menerima tersebut tidak sekedarmembungakan uang yang sedang tidak dipakai,melainkan pada dasarnya bersifat kekal dankedua perseroan tersebut sebenarnya merupakansatu kesatuan jalur usaha. Dividen sebagaihasil pembungaan uang, sementara uang itu tidakterpakai, dikenakan pajak.

Contoh : …Contoh :PT A pabrik tekstil, PT B pabrik benang tenun.Antara PT A dan PT B ada hubungan ekonomisdalam jalur usahanya. PT A memiliki 25%(duapuluh lima persen) dari saham yang disetor PTB, maka dividen yang diterima atau diperoleh PTA dari PT B tidak termasuk dalam pengertianpenghasilan.Apabila badan yang menerima atau memperoleh

Page 39: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 16 -

dividen memiliki saham 25% (dua puluh limapersen) atau lebih dari nilai saham yangdisetor, sedangkan kedua badan tersebut tidakmempunyai hubungan ekonomis dalam jalurusahanya, maka dividen yang, diterima ataudiperoleh tidak termasuk dalam pengecualiansebagai Obyek Pajak sebagaimana dimaksud dalamketentuan ini.

Contoh :PT X pabrik tekstil. PT Y pabrik minuman. PT Xmemiliki 25% (dua puluh lima persen)dari sahamyang disetor dari PT Y. Antara PT X dan PT Ytidak terdapat hubungan ekonomis dalam jalurusahanya.Oleh karena itu, dividen yang diterima ataudiperoleh PT X dari PT Y tidak dikecualikansebagai Obyek Pajak.Dengan perkataan lain, dividen yang diterimaatau diperoleh PT X dari PT Y merupakan ObyekPajak.

Huruf hIuran yang diterima oleh dana pensiun yangpembentukannya telah mendapat persetujuan dariMenteri Keuangan, baik yang dibayar secaraberkala dan yang dibayar sekaligus oleh pemberikerja maupun oleh Wajib Pajak sendiri tidaktermasuk penghasilan yang dikenakan pajak.

Huruf iPengertian usaha yang semata-mata ditujukanuntuk kepentingan umum adalah kegiatan usahayang harus memenuhi syarat-syarat sebagaiberikut :

1) kegiatan …1) kegiatan usaha harus semata-mata bersifat

sosial dalam bidang keagamaan,pendidikan, kesehatan, dan kebudayaan;

2) kegiatan usaha harus semata-matabertujuan membantu meningkatkankesejahteraan masyarakat umum;

3) kegiatan usaha ini tidak mempunyai tujuanmencari laba.

Laba yayasan yang tidak termasuk pengertianpenghasilan adalah tidak lain daripadakelebihan hasil usaha yang terjadi karenarealisasi penerimaan melebihi realisasi biayayang dikeluarkan dalam tahun pajak yangbersangkutan.Laba ini tidak termasuk dalam pengertian Obyek

Page 40: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 17 -

Pajak menurut undang-undang ini, sepanjang labatersebut semata-mata merupakan kelebihan hasilusaha sebagai diuraikan di atas, yang telahdiperhitungkan untuk melakukan kegiatan sosialyayasan atau perkumpulan tersebut. Apabilapembayaran balas jasa yang diterima cukuptinggi sehingga kelebihan itu dibagikan kepadapengurus yayasan maka kegiatan yayasan itutidak lagi semata-mata untuk kepentingan umumdan kelebihan tersebut merupakan bagianpenghasilan yang dikenakan pajak.

Huruf jPenghasilan yayasan dari modal yang ditanam diluar kegiatan yang semata-mata untukkepentingan umum yang digunakan untuk membiayaikegiatan sosial yayasan, tidak merupakan ObyekPajak. Misalnya suatu yayasan atau wakaf dalammembiayai kegiatan sosialnya menerimasumbangan.

Kelebihan sumbangan yang diterima darikeperluan biaya kegiatan tersebut ditanam diluar kegiatan sosialnya. Hasil yang diperolehdari penanaman modal ini sepanjang dipergunakanuntuk membiayai kegiatan sosialnya, tidakmerupakan Obyek Pajak.

Huruf k …Huruf k

Pembagian keuntungan yang diterima ataudiperoleh anggota perseroan komanditer yangmodalnya tidak terbagi atas saham-saham, firma,kongsi, dan persekutuan, tidak merupakan ObyekPajak. Namun, undang-undang memberikan wewenangkepada Menteri Keuangan untuk mengenakan PajakPenghasilan atas pembagian keuntungan tersebutdi atas jika ketentuan ini disalahgunakan,sehingga dapat merugikan Keuangan Negara.

Pasal 5Ayat (1)

Penghasilan yang menjadi Obyek Pajak bentuk usahatetap adalah sebagai berikut :

Huruf aYang dikenakan Pajak Penghasilan adalahpenghasilan dari kegiatan usaha yang dilakukanbentuk usaha tetap itu atau dari harta yangdikuasai atau dimiliki oleh bentuk usaha tetaptersebut. Jadi semua penghasilan yang berkenaan

Page 41: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 18 -

dengan kegiatan usaha atau harta bentuk usahatetap yang bersangkutan, baik yang diperoleh diIndonesia maupun yang diperoleh dari luarIndonesia merupakan penghasilan yang dikenakanpajak berdasarkan ketentuan ini, misalnyapenghasilan dari pemilikan saham-saham di luarnegeri oleh bentuk usaha tetap di Indonesiamerupakan penghasilan yang dikenakan pajak diIndonesia.

Huruf bBila induk perusahaan atau badan lain diluarnegeri yang mempunyai hubungan istimewa,melakukan kegiatan yang sejenis dengan yangdilakukan oleh bentuk usaha tetapnya diIndonesia, maka penghasilan dari kegiatantersebut harus dikenakan Pajak Penghasilan diIndonesia. Hal ini dimaksudkan, agar supayapenghasilan kegiatan-kegiatan tertentu yangpada hakekatnya termasuk kegiatan bentuk usahatetap, dapat dikenakan pajak kepada bentukusaha tetap tersebut untuk mencegah adanya

alasan, …alasan, bahwa kegiatan-kegiatan tertentu tidaktermasuk kegiatan-kegiatan bentuk usaha tetap,padahal Pajak Penghasilan atas kegiatan-kegiatan itu seharusnya menjadi tanggung jawabbentuk usaha tetap itu.

Ayat (2)Undang-undang ini tidak bermaksud untuk mengenakanpajak atas bentuk usaha tetap, apabila diperolehpenghasilan oleh induk perusahaan yang tidak adahubungannya dengan bentuk usaha tetap itu,sedangkan atas penghasilan itu telah dilakukanpemotongan pajak berdasarkan Pasal 26.Biaya-biaya untuk mendapatkan, mempertahankan danmenagih penghasilan induk perusahaan tersebut jugatidak dapat dibebankan kepada bentuk usaha tetapdi Indonesia.

Pasal 6Termasuk dalam biaya usaha (biaya untuk mendapatkan,menagih, dan memelihara penghasilan) sehari-hariadalah biaya pembelian bahan baku, bahan penolong danpembungkus, sewa dan royalti, biaya perjalanan untukmelakukan pekerjaan, pajak-pajak tidak langsungmisalnya Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa danPajak Penjualan atas Barang Mewah. Biaya yangdikeluarkan untuk memperoleh harta yang mempunyaimasa manfaat lebih dari satu tahun hanya bolehmengurangi penghasilan kena pajak melalui penyusutanatau amortisasi.

Page 42: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 19 -

Apabila dana pensiun yang dibentuk oleh perusahaanatau dana pensiun lain, mendapat persetujuan MenteriKeuangan, maka iuran yang dibayarkan kepada danapensiun tersebut dapat dikurangkan dari penghasilan.

Ayat (1)Huruf a

Penghasilan kena pajak diperoleh dengan jalanmenjumlahkan semua penghasilan yang diterimaatau diperoleh dalam suatu tahun pajak danmenguranginya dengan biaya-biaya ataupengurangan yang diperbolehkan oleh pasal ini.Biaya untuk mendapatkan, menagih, danmemelihara penghasilan adalah biaya ataupengeluaran yang ada hubungan langsung dengan

penghasilan …penghasilan yang diterima atau diperoleh WajibPajak. Dalam biaya untuk mendapatkan, menagih,dan memelihara penghasilan dari usaha (yangdapat disebut sebagai biaya usaha sehari-hari),termasuk pembayaran gaji kepada pegawaiperusahaan yang bersangkutan, kecualipembayaran yang diberikan dalam bentuk naturaatau kenikmatan (kenikmatan mendiami rumahdengan cuma-cuma). Pembayaran premi olehpemberi kerja untuk pegawai dapat dikurangkansebagai biaya perusahaan sedangkan bagi pegawaiyang bersangkutan premi tersebut merupakanpenghasilan. Gaji kepada pegawai yang jugamerupakan pemegang saham, apabila berlebih-lebihan yaitu melampaui gaji pegawai lain yangbukan pemegang saham, yang melakukan pekerjaan,tugas atau jabatan yang kurang lebih samadengan pemegang saham itu, maka kelebihannyaitu tidak diperbolehkan mengurangi penghasilan.Dalam biaya ini termasuk pula bunga yangdibayarkan sehubungan dengan hutang perusahaan,kecuali apabila jumlahnya melampaui jumlah yangditetapkan oleh Menteri Keuangan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 18 ayat (1).

Bunga yang dibayarkan sehubungan dengan bungahutang pribadi tidak boleh mengurangipenghasilan, sebab bunga semacam ini merupakanpenggunaan dari penghasilan.Pembayaran bunga yang dilakukan untukmenyelundupkan pajak yang dapat terjadi dalamhal ada hubungan istimewa juga tidak bolehmengurangi penghasilan kena pajak.

Huruf bIstilah penyusutan untuk harta berwujud danamortisasi untuk harta tak berwujud atau hak

Page 43: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 20 -

sudah lazim dipergunakan dalam bidangakuntansi.

Huruf cCukup jelas.

Huruf d …Huruf d

Penggunaan penghasilan tidak dapat dipakaisebagai faktor pengurang dalam menghitungpenghasilan kena pajak. Pembelian barang untukdipakai sendiri dan bukan untuk dipergunakandalam kegiatan usaha atau bukan untuk dipakaiguna mendapatkan penghasilan tidakdiperkenankan untuk disusutkan. Apabila barangyang dipakai sendiri itu dijual dengan rugi,maka kerugian itu juga tidak dapat mengurangipenghasilan kena pajak. Perlu ditegaskan bahwabarang yang kerugian penjualannya dapatmengurangi penghasilan kena pajak adalah barangyang dipergunakan untuk melakukan kegiatanusaha (juga yang dipakai untuk mendapatkanpenghasilannya), maka kerugian penjualan tanahyang termasuk kekayaan perusahaan dapatmengurangi penghasilan kena pajak.Hal ini perlu ditegaskan karena berdasarkanPasal 11 ayat (1),tanah tidak termasuk hartayang dapat disusutkan.

Huruf eSisa Hasil Usaha koperasi sehubungan dengankegiatan yang semata-mata dari dan untukanggota, tidak dikenakan pajak pada tingkatkoperasi.

Ayat (2)Kepada orang pribadi atau perseorangan sebagaiWajib Pajak dalam negeri, untuk menghitungpenghasilan kena pajak, masih diberikanpengurangan berupa penghasilan tidak kena pajaksebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 (lihatpenjelasan lebih lanjut mengenai Pasal 7).

Ayat (3)Jika setelah penghasilan bruto dikurangkan beban-beban yang diperbolehkan berdasarkan ayat (1)menghasilkan kerugian, maka kerugian tersebutdapat dikompensasikan selama 5 (lima) tahundihitung sejak tahun yang berikut sesudah tahundideritanya kerugian itu.

Page 44: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 21 -

Berdasarkan …Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan, bagijenis-jenis usaha tertentu, yang menurutpertimbangan obyektif tidak menghasilkan labadalam lima tahun, kerugian yang dideritanya dapatdikompensasikan dalam jangka waktu paling lama8(delapan)tahun.

Pasal 7Ayat (1)

Kepada orang pribadi atau perseorangan sebagaiWajib Pajak dalam negeri untuk sampai kepadapenghasilan kena pajak diberikan pengurangan yangdinamakan penghasilan tidak kena pajak. UntukWajib Pajak sendiri jumlah penghasilan tidak kenapajak sebesar Rp. 960.000,-(Sembilan ratus enampuluh ribu rupiah).Apabila Wajib Pajak kawin, maka jumlah ituditambah dengan Rp. 480.000,-(empat ratus delapanpuluh ribu rupiah). Dalam hal isteri memperolehpenghasilan dari pekerjaan yang telah dipotongpajak berdasarkan Pasal 21, maka penghasilan tidakkena pajak untuk isteri Rp. 960.000,-(sembilanratus enam puluh ribu rupiah) sedangkan untukmenghitung pajak atas penghasilan suami diberikanpengurangan sebesar Rp. 960.000,-(sembilan ratusenam puluh ribu rupiah)ditambah Rp. 480.000,-(empat ratus delapan puluh ribu rupiah). Dalam haldemikian, ketika pemberi kerja menghitungpenghasilan kena pajak untuk memotong pajak daripenghasilan isteri, telah dikurangkan sejumlah Rp.960.000,-(Sembilan ratus enam puluh ribu rupiah),tetapi tidak lagi diberikan tambahan pengurangansebesar Rp. 480.000,-(empat ratus delapan puluhribu rupiah). Dalam hal isteri menerima ataumemperoleh penghasilan dari usaha, besarnyapenghasilan tidak kena pajak ditambah dengan Rp.960.000,-(sembilan ratus enam puluh ribu rupiah).Tambahan penghasilan tidak kena pajak sebesar Rp960.000, -(sembilan ratus enam puluh ribu rupiah)tersebut di atas tidak diberikan lagi dalam halisteri juga menerima atau memperoleh penghasilan,dari pekerjaan yang telah diberikan potonganpenghasilan tidak kena pajak sebesar Rp. 960.000,-(sembilan ratus enam puluh ribu rupiah.

Tambahan …Tambahan Pengurangan sebesar Rp. 480.000,-(empatratus delapan puluh ribu rupiah) diberikan kepadaisteri, apabila isteri menerima atau memperoleh

Page 45: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 22 -

penghasilan semata-mata dari pekerjaan, sedangkansuami tidak menerima atau memperoleh penghasilanapapun. Dalam hal demikian, tambahan, penguranganuntuk tanggungan keluarga diberikan kepada isteritersebut.Dengan pengurangan yang demikian kepada pemberikerja diberikan kemudahan dalam melaksanakanpemotongan pajak atas penghasilan pegawai ataukaryawannya, sebab pemberi kerja tidak dibebanikewajiban terlalu banyak untuk meneliti lebih jauhtentang isteri bekerja atau tidak, penghasilanisteri telah kena pajak atau tidak, dansebagainya.Untuk setiap orang keluarga sedarah dari semendadalam garis keturunan lurus, misalnya orang tua,mertua, anak kandung, anak tiri, cucu, dansebagainya yang menjadi tanggungan sepenuhnya,Wajib Pajak diberikan pengurangan sebesar Rp.480.600,-(empat ratus delapan puluh ribu rupiah)dengan paling banyak untuk 3 (tiga) orang.Kepada orang pribadi sebagai Wajib Pajak luarnegeri, yaitu Wajib Pajak orang pribadi yangberada di Indonesia kurang dari 183(seratusdelapan puluh tiga) hari dalam 12(dua belas)bulanberturut-turut dari suatu tahun pajak, tidakdiberikan potongan berupa penghasilan tidak kenapajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). Bagiorang pribadi sebagai Wajib Pajak luar negeri,penghasilan kena pajak, adalah jumlah penghasilanbruto sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat(3).

Ayat (2)Untuk menghitung jumlah pengurangan berupapenghasilan tidak kena pajak, ditentukan menurutkeadaan pada awal tahun pajak atau pada saatmenjadi Subyek Pajak dalam negeri. Misalnya pada 1Januari seorang Wajib Pajak kawin dengantanggungan 1 (satu) orang anak. Jika padapertengahan tahun lahir anak-kedua, maka untuktahun pajak ketika anak kedua lahir dihitung kawindengan 1(satu) orang anak.

Ayat (3) …Ayat (3)

Menteri Keuangan diberi wewenang untuk melakukanpenyesuaian besarnya penghasilan tidak kena pajak,dengan memperhatikan perubahan-perubahan di bidangperekonomian dan moneter.

Pasal 8Ayat (1)

Berdasarkan ayat ini, penghasilan begitu pulakerugian seorang wanita, yang telah kawin pada

Page 46: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 23 -

awal tahun pajak, dianggap penghasilan ataukerugian suaminya.Ketentuan ini lebih menekankan pada segi-segikemampuan ekonomis, yaitu bahwa suami dan isterimerupakan suatu kesatuan dan dengan adanyaketentuan tersebut, pengenaan pajak tidakkehilangan unsur progresif dalam penerapan tarif.Penggabungan penghasilan tidak dilakukan dalam halpenghasilan isteri diperoleh dari pekerjaansebagai karyawati, atau suami memperolehpenghasilan semata-mata dari pekerjaan sebagaikaryawan, dan atas penghasilan dimaksud telahdipotong pajak berdasarkan Pasal 21, kecualiapabila penghasilan isteri tersebut berasal daripekerjaan yang ada hubungannya dengan usaha suamiatau anggota keluarga lainnya. Yang dimaksuddengan anggota keluarga lainnya adalah anggotakeluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya darisuami sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7ayat(1)huruf d.Ini berarti, bahwa terhadap mereka (yangmemperoleh penghasilan dari pekerjaan sebagaikaryawan/karyawati) dalam pengenaan pajakdiberikan jumlah pengurangan penghasilan tidakkena pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7untuk dirinya masing-masing sebesar Rp. 960.000,-(sembilan ratus enam puluh ribu rupah).Untuk lebih jelasnya, di bawah ini diberikanbeberapa contoh sebagai berikut :

a. Saat …a. Saat yang menentukan :

1)Seorang wanita yang kawin sesudah tanggal 1Januari (dalam hal tahun pajak sama dengantahun takwim, maka secara fiskal ia padatahun tersebut belum dianggap kawin sehinggapengenaan pajaknya masih dikenakan pada dirimasing-masing suami dan isteri. Penghasilanatau kerugian wanita tersebut baru dianggapsebagai penghasilan atau kerugian suaminyadimulai pada tahun pajak berikutnya.

2)Suami-isteri yang telah kawin sejak menetapdi Indonesia, maka sejak mereka menetap diIndonesia penghasilan atau kerugian isteridianggap sebagai penghasilan atau kerugiansuaminya.

Page 47: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 24 -

b. Penghasilan isteri sebagai karyawati:

1)Isteri dan suami kedua-duanya memperolehpenghasilan semata-mata sebagai karyawati/karyawan dan masing-masing telah dipotongpajak berdasarkan Pasal 21. Dalam haldemikian tidak ada penghasilan isteri yangdianggap sebagai penghasilan suaminya. Pajakmereka sebagai karyawan/karyawati yang telahdipotong pajak berdasarkan Pasal 21 adalahfinal. Terhadap mereka tidak diwajibkanmenyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunansebagaimana dimaksud dalam Pasal 30.

2)Isteri memperoleh penghasilan sebagaikaryawati yang telah dipotong pajakberdasarkan Pasal 21. Selain itu ia jugamemperoleh penghasilan lain di luarpenghasilan sebagai karyawati, misalnyapenghasilan dari usahanya membuka salonkecantikan. Suaminya memperoleh penghasilansemata-mata sebagai karyawan yang telahdipotong pajak berdasarkan Pasal 21.

Dalam …Dalam hal ini, penghasilan isteri yangdianggap sebagai penghasilan suaminya ialahhanya penghasilan dari usahanya membuka salonkecantikan. Pajak penghasilan ataspenghasilan isteri sebagai karyawati yangtelah dipotong pajak berdasarkan Pasal 21adalah final. Dengan demikian PajakPenghasilan yang terhutang, yang perludipertanggungjawabkan melalui penyampaianSurat Pemberitahuan Tahunan, hanya didasarkanatas besarnya penghasilan suami ditambahpenghasilan isteri dari usaha salonkecantikan saja.Dalam penghitungan penghasilan kena pajakdalam Surat Pemberitahuan Tahunan, merekamasih diperbolehkan melakukan pengurangansebesar Rp. 480.000,- (empat ratus delapanpuluh ribu rupiah) sebagaimana dimaksud dalamPasal 7 ayat (1) huruf b, disamping jumlahsebesar Rp. 960.000,-(sembilan ratus enampuluh ribu rupiah). Pajak yang telah dipotongatas penghasilan suami dari pekerjaandiperhitungkan sebagai kredit.

Page 48: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 25 -

3)Isteri memperoleh penghasilan semata-matadari pekerjaan sebagai karyawati yang telahdipotong pajak berdasarkan Pasal 21.Suaminya di samping memperoleh penghasilansebagai karyawan yang telah dipotong pajakberdasarkan Pasal 21, juga memperolehpenghasilan lain di luar penghasilan sebagaikaryawan misalnya penghasilan dari usahataksi. Dalam hal ini penghasilan isteri tidakdianggap sebagai penghasilan suaminya danpajaknya yang telah dipotong berdasarkanPasal 21 adalah final. Dengan demikian PajakPenghasilan yang terhutang didasarkan atasjumlah penghasilan suami yang berasal daripekerjaan sebagai karyawan dan dari hasilusaha taksi. Dalam penghitungan pajak atasnama suami tersebut, pengurangan sebagaipenghasilan tidak kena pajak sebagaimanadimaksud dalam Pasal 7 diberikan untuk suamisebesar Rp. 960.000,-(sembilan ratus enampuluh ribu rupiah)ditambah Rp. 480.000,-(empat ratus delapan puluh ribu rupiah) sebabdalam status kawin.

Pajak …Pajak yang telah dipotong atas penghasilansuami sebagai karyawan diperhitungkan sebagaikredit dari pajak yang terhutang.

4)Isteri memperoleh penghasilan selain sebagaikaryawati yang telah dipotong pajakberdasarkan Pasal 21, juga memperolehpenghasilan dari usaha salon kecantikan.Demikian pula suami selain memperolehpenghasilan dari pekerjaan sebagai karyawanyang telah dipotong pajak berdasarkan Pasal21, juga memperoleh penghasilan dari usahataksi. Dalam hal demikian penghasilan isteriyang dianggap penghasilan suami ialah hanyapenghasilan dari usaha salon kecantikan.Pajak penghasilan atas penghasilan isteridari pekerjaan sebagai karyawati yang telahdipotong pajak berdasarkan Pasal 21 adalahfinal.Dengan demikian Pajak Penghasilan yangterhutang yang harus dimasukkan dalam SuratPemberitahuan Tahunan adalah sebesar pajakyang terhutang atas jumlah penghasilan suamidari pekerjaan dan dari usaha taksi, sertapenghasilan isteri dari usaha salonkecantikan.Dalam penghitungan pajak diluar pajak yangtelah dipotong dan dibayar oleh pemberi kerjaisteri, pengurangan penghasilan tidak kenapajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7diberikan sebesar Rp. 960.000,- (sembilan

Page 49: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 26 -

ratus enam puluh ribu rupiah) ditambah Rp.480.000,-(empat ratus delapan puluh riburupiah)sebab berada dalam status kawin.Tambahan penghasilan tidak kena pajak sebesarRp. 960.000,-(sembilan ratus enam puluh riburupiah)tidak lagi diberikan karena telahdiperhitungkan pada waktu pemotongan PajakPenghasilan sebagai karyawati.

Ayat (2)Penghasilan anak, termasuk anak angkat, yang belumdewasa juga digabungkan dengan penghasilan orangtuanya.

Sesuai …Sesuai dengan tujuan pengenaan pajak bagi WajibPajak yang belum dewasa, maka pengertian belumdewasa dalam ketentuan perpajakan, seyogyanyamemperhatikan pula ketentuan mengenai hal yangsama dalam undang-undang lain, termasuk pulaketentuan dalam bidang ketenagakerjaan, bahwaorang dewasa ialah orang laki-laki maupunperempuan yang berumur 18(delapan belas)tahun keatas, dengan catatan bahwa anak laki-laki maupunanak perempuan yang telah kawin meskipun umurnyakurang dari 18 (delapan belas) tahun, dianggaptelah dewasa. Bagi anak laki-laki maupun perempuanyang telah berumur 18(delapan belas) tahun ataubagi anak yang telah kawin, di masyarakatdinyatakan sebagai orang yang telah mampumelakukan tindakan hukum sendiri dan dianggaptelah mampu bahkan wajib untuk mencari nafkahnyasendiri. Berdasarkan atas pertimbangan tersebutmaka pengertian dewasa dalam undang-undang ini,ialah laki-laki maupun perempuan yang berumur18(delapan belas)tahun ke atas atau telah kawinwalaupun umurnya kurang dari 18(delapanbelas)tahun.

Pasal 9Ayat (1)

Huruf aDividen tidak boleh dikurangkan daripenghasilan badan yang membagikannya, karenadividen adalah bagian dari penghasilan badantersebut yang dimaksudkan untuk dikenakan pajakoleh undang-undang ini, sehingga apabiladividen diperkenankan untuk dikurangkan, makaakan mengurangi jumlah penghasilan kena pajakdari badan yang memberikan.Atas dividen yang dibagikan oleh badan tersebutdikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan

Page 50: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 27 -

ketentuan Pasal 23 atau Pasal 26.

Huruf b …Huruf b

Pembentukan atau pemupukan dana cadangan padaumumnya dimaksudkan untuk perluasan perusahaandan untuk menjamin kelangsungan perusahaan.Pembentukan atau pemupukan dana cadangansedemikian, tidak dapat dibebankan sebagaipengurangan dalam menghitung, penghasilan kenapajak. Dalam hubungan ini perlu diadakanpembedaan antara cadangan dengan penyisihan.Penyisihan dimaksudkan untuk beban ataukewajiban yang sudah pasti ada, akan tetapijumlahnya belum diketahui secara tepat,misalnya penyisihan untuk Iuran PembangunanDaerah (Ipeda), tambahan pajak, dan lain-lain.Bagi jenis-jenis usaha tertentu, secaraekonomis memang diperlukan adanya cadanganuntuk menutup beban atau kerugian yang mungkinakan terjadi, misalnya usaha bank dan asuransi.Mengenai hal ini, undang-undang ini menunjukPeraturan Pemerintah untuk mengatur lebihlanjut pelaksanaannya.

Huruf cPremi asuransi yang dibayar sendiri oleh WajibPajak tidak boleh dikurangkan dari penghasilan.Pada saat pemegang polis menerima pembayaran,pembayaran ini bukan merupakan penghasilansebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat(3)hurufc.

Huruf dSemua kenikmatan yang diberikan kepadakaryawan/ karyawati, tidak boleh dikurangkandari penghasilan pemberi kerja, sebab pemberiankenikmatan tersebut bukan sebagai penghasilanbagi penerima(karyawan-karyawati), sesuaidengan ketentuan Pasal 4 ayat (3) huruf d.Berkenaan dengan daerah terpencil, maka MenteriKeuangan berwenang mengeluarkan keputusantentang pengertian daerah terpencil, yaitudaerah yang tidak terdapat tempat tinggal yangbisa disewa, sehingga oleh karena ituperusahaan harus menyediakan tempat tinggaluntuk pegawai atau karyawan/karyawati. Dengandemikian hanya pengeluaran untuk itu boleh

Page 51: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 28 -

dikurangkan.

Huruf e …Huruf e

Sebagai contoh misalnya seorang ahli yangkebetulan juga pemegang saham dari suatu badan,memberikan jasa sebagai seorang ahli untukbadan tersebut.Untuk jasa tersebut ia memperoleh bayaran Rp.500.000,- (lima ratus ribu rupiah), padahaluntuk hal yang sama oleh ahli lain hanya harusdibayar Rp. 100.000,-(seratus riburupiah)Karena adanya hubungan istimewatersebut, maka Rp 400.000,- (empat ratus riburupiah) tidak boleh dikurangkan karena sudahmelebihi kewajaran.Bagi ahli yang juga pemegang saham tersebutpembayaran itu dikenakan pajak sebagai dividen.

Huruf fHarta yang dihibahkan, warisan, dan pembayaranbantuan tidak boleh dikurangkan karena bagipihak penerima bukan merupakan penghasilanbagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) hurufa dan huruf b.

Huruf gPajak penghasilan tidak boleh dikurangkan,karena bukan biaya untuk memperoleh ataumenagih penghasilan, dan jumlah pajak yangterhutang itu dihitung atas penghasilan kenapajak sebagai hasil perhitungan setelahdilakukan pengurangan yang diperbolehkan.

Huruf hBiaya untuk keperluan pribadi Wajib Pajak atauorang yang menjadi tanggungannya tidakmerupakan biaya perusahaan, melainkanpenggunaan dari penghasilan, oleh karena itupengeluaran demikian tidak boleh mengurangipenghasilan kena pajak.

Huruf iSumbangan dalam bentuk apapun juga tidak bolehdikurangkan dari penghasilan.

Ayat (2) …Ayat (2)

Biaya ini misalnya biaya iklan besar-besaransehubungan dengan diperkenalkannya produk baru danyang tidak akan dikeluarkan lagi dalam beberapa

Page 52: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 29 -

tahun mendatang, maka biaya tersebut tidak bolehlangsung dikurangkan dari penghasilan, melainkanharus melalui amortisasi.

Pasal 10Ayat (1)

Dalam hal pembelian biasa, maka dasar penilaianadalah harga perolehan.Dalam hal tukar menukar atau dalam hal dibeli dariWajib Pajak lain yang mempunyai hubungan istimewa,maka dipakai nilai perolehan yaitu harga yangharus dibayar berdasarkan harga pasar yang wajar.Contoh dari pertukaran adalah :

PT A PT Bharta X harta Y

Harga sisa buku Rp. 10.000.000,-Rp. 12.000.000,-Harga pasar Rp. 20.000.000,-Rp. 20.000.000,-Antara PT A dan PT B terjadi pertukaran harta.Walaupun tidak terdapat realisasi pembayaranantara pihak-pihak yang bersangkutan, namun karenaharga pasar harta yang dipertukarkan adalahsebesar Rp.20.000.000,- (dua puluh juta rupiah),maka jumlah sebesar Rp. 20.000.000,-(dua puluhjuta rupiah)ini merupakan nilai perolehan yangseharusnya dikeluarkan. Nilai perolehan ini jugamenjadi penerimaan netto untuk keperluan penerapanPasal 11 ayat (7) huruf b.Sedangkan selisih antara harga pasar dengan hargasisa buku harta yang dipertukarkan merupakankeuntungan yang dikenakan pajak.

Bagi PT A terdapat keuntungan sebesar Rp.20.000.000,- dikurangi Rp. 10.000.000,- = Rp.10.000.000,- sedangkan bagi PT B terdapatkeuntungan sebesar Rp. 20.000.000,- dikurangi Rp.12.000.000,- = Rp. 8.000.000,-Pengecualian dari ketentuan tentang penerapanharga perolehan atau nilai perolehan tersebutadalah dalam hal-hal :

Huruf a …Huruf a

Terdapat pertukaran saham dari suatu badandengan harta orang pribadi sebagaimana dimaksuddalam Pasal 4 ayat (3) huruf e, maka dasarpenilaian saham atau penyertaan lainnya adalahsama dengan nilai harta yang dialihkan(perubahan bentuk dari perseorangan menjadibadan tidak mengakibatkan terhutangnya pajak,dan apabila saham-saham tersebut dialihkandengan memperoleh laba, maka laba ini barudikenakan pajak;

Page 53: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 30 -

Huruf bBagi badan atau perseroan yang menerima hartasebagai pertukaran atas saham-sahamnya, dasarpenilaian harta adalah nilai harta atau hargasisa buku harta yang dipertukarkan;

Huruf cSeseorang yang menerima warisan suatu harta,maka nilai perolehannya adalah harga perolehanbagi pewaris dalam hal harta tersebut tidakboleh disusutkan, atau harga sisa buku hartatersebut pada saat dialihkan dalam hal hartatersebut boleh disusutkan. Dalam hal iniberlaku juga asas yang sama dengan huruf a danhuruf b, yaitu apabila harta warisan tersebutdijual, keuntungan penjualan itu dikenakanpajak.Contoh yang sama berlaku juga untuk hartahibahan dan pemberian bantuan yang bebas pajak.

Ayat (2)Dalam hal ada tambahan, perbaikan, dan pengeluaranlain yang secara wajar telah dikeluarkan untukmeningkatkan kapasitas dari harta yangbersangkutan, maka harga perolehan harusdisesuaikan dengan pengeluaran tersebut.

Tambahan dapat berarti pengeluaran untukmemperoleh suatu aktiva tambahan, dan dapat pulaseperti dimaksudkan dalam ayat ini, yaitupengeluaran untuk menambah kapasitas dari suatuaktiva tertentu.Yang dimaksudkan dengan penyesuaian atas hargaperolehan suatu harta adalah :

- pengurangan …- pengurangan nilai karena penyusutan;- penambahan nilai karena adanya tambahan

pengeluaran untuk tambahan, perbaikan atauperubahan untuk meningkatkan kapasitas hartayang bersangkutan.

Misalnya suatu harta mempunyai jumlah awal Rp.100.000.000,-(seratus juta rupiah). Dalam tahunberjalan telah dilakukan tambahan atau perbaikansebesar Rp. 25.000.000,-(.dua puluh lima jutarupiah), maka jumlah awal tahun berikutnya adalahRp. 100.000.000,- ditambah Rp. 25.000.000,-dikurangi penyusutan.Pembebanan pengeluaran sehubungan dengan perkiraanharta pada dasarnya terdiri dari 2 (dua) kelompok,yaitu :a. pengeluaran yang dapat dianggap sebagai biaya

sehari-hari, misalnya biaya pemeliharaan danreparasi yang biasanya dilakukan secara

Page 54: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 31 -

berkala, yang dilakukan untuk memeliharamanfaat teknis dari harta yang bersangkutan;

b. pengeluaran yang dilakukan, yang tidak dapatdianggap sebagai biaya sehari-hari, misalnyabiaya rehabilitasi, biaya reparasi besar, yangbiasanya dilakukan untuk meningkatkan kembalikapasitas atau menambah kapasitas harta yangbersangkutan.Pengeluaran yang termasuk kelompok b, yang masamanfaatnya tidak hanya dinikmati pada tahunpengeluaran itu saja, melainkan untuk beberapajangka waktu tertentu, maka wajar apabilapengeluaran tersebut dibebankan kepadaperkiraan harta (dikapitalisasi) danselanjutnya dilakukan penyusutan sesuai masamanfaat dari harta yang bersangkutan.

Ayat (3)Pada umumnya terdapat 3 (tiga) golongan persediaanbarang yaitua. barang jadi;b. barang dalam proses produksi;c. bahan baku dan bahan pelengkap.

Ketentuan dalam ayat ini mengatur bahwa penilaianpersediaan barang hanya diperbolehkan menggunakanharga perolehan. Sedangkan penilaian pemakaianpersediaan untuk penghitungan harga pokok hanyaboleh dilakukan dengan cara rata-rata ataupun

dengan …dengan cara mendahulukan persediaan yang didapatpertama (dengan menggunakan metode first in firstout atau disingkat FIFO).

Contoh :1) persediaan awal 100 satuan @ Rp 9,002) pembelian/didapat 100 satuan @ Rp 12,003) pembelian/didapat 100 satuan @ Rp 11,254) penjualan/dipakai 100 satuan5) penjualan/dipakai 100 satuan

Persediaan akhir 100 satuan

- penilaian pemakaian persediaan untukpenghitungan harga pokok dengan cara rata-rata :

No. Didapat Dipakai Sisa/persediaan1. 100 s.a Rp 9,00 =

Rp 900,002. 100 s.a Rp 12,00 = Rp

1.200,00200 s.a Rp 10,50= Rp 2.100,00

3. 100 s.a Rp 11,25 = Rp1.125,00

300 s.a Rp 10,75= Rp 3.225,00

4. 100 s.a Rp 10,75 = Rp1.075,00

200 s.a Rp 10,75= Rp 2.150,00

5. 100 s.a Rp 10,75 = Rp1.075,00

100 s.a Rp 10,75= Rp 1.075,00

Page 55: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 32 -

- penilaian pemakaian persediaan untukpenghitungan harga pokok dengan caramendahulukan persediaan yang didapat pertama

No. Didapat Dipakai Sisa/persediaan1. 100 s.a Rp 9,00 =

Rp 900,002. 100 s.a Rp 12,00 = Rp

1.200,00100 s.a Rp 9,00 =Rp 900,00100 s.a Rp 12,00= Rp 1.200,00

3. 100 s.a Rp 11,25 = Rp1.125,00

100 s.a Rp 9,00 =Rp 900,00100 s.a Rp 12,00= Rp 1.200,00100 s.a Rp 11,25= Rp 1.125,00

4. 100 s.a Rp 9,00 = Rp900,00

100 s.a Rp 12,00= Rp 1.200,00100 s.a Rp 11,25= Rp 1.125,00

5. 100 s.a Rp 12,00 = Rp1.200,00

100 s.a Rp 11,25= Rp 1.125,00

Sekali …Sekali Wajib Pajak memilih salah satu carapenilaian pemakaian persediaan untuk penghitunganharga pokok tersebut, maka untuk tahun-tahunselanjutnya harus digunakan cara yang sama.

Pasal 11Pembebanan biaya untuk menghasilkan(mendapatkan,menagih, dan memelihara penghasilan)yang mempunyaimasa manfaat lebih dari satu tahun, berdasarkanundang-undang ini dilakukan melaluipenyusutan(apabila mengenai harta berwujud) danamortisasi (jika berkenaan dengan harta tak berwujudatau biaya lain), yang untuk keduanya berlakuprinsip-prinsip yang sama.Dalam sistem penyusutan menurut ketentuan ini, semuaaktiva dikelompokkan menjadi empat golongan harta,sesuai dengan masa manfaatnya. Untuk masing-masinggolongan harta ditentukan persentase penyusutannyadan persentase tersebut diterapkan atas suatu jumlahyang menjadi dasar penyusutan.Apabila dalam suatu tahun pajak tidak ada tambahanaktiva dan tidak ada aktiva yang ditarik daripemakaian, maka jumlah harga sisa buku tahun yanglalu, yang menjadi jumlah awal tahun ini langsungdapat dikalikan dengan persentase tarif penyusutan.

Ayat (1)Yang dapat disusutkan adalah semua harta yangberwujud yang dimiliki dan dipergunakan dalamperusahaan atau yang dimiliki untuk memperoleh

Page 56: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 33 -

penghasilan.Tanah tidak dapat disusutkan kecuali apabila tanahtersebut dipergunakan dalam perusahaan ataudimiliki untuk memperoleh penghasilan dengansyarat nilai tanah tersebut berkurang karenapenggunaannya untuk memperoleh penghasilan,misalnya tanah yang dipergunakan oleh perusahaangenteng.Dengan demikian, yang boleh disusutkan bukan hanyaharta perusahaan, tetapi juga harta yang dipakaiuntuk memperoleh penghasilan, misalnya biaya untukmembangun rumah, yang dipakai untuk memperolehsewa.

Ayat (2) …Ayat (2)

Setiap macam harta digolongkan ke dalam golonganharta menurut umur ekonomisnya. Untuk setiapgolongan harta ditentukan berapa tarif ataupersentase penyusutannya.

Penggolongan harta diatur dalam ayat(3), misalnyauntuk mesin yang termasuk dalam Golongan 2, tarifatau persentase penyusutannya adalah 25% (duapuluh lima persen), yang diterapkan atas jumlahawal tahun dari golongan harta itu ditambahpembelian atau tambahan, dikurangi penerimaannetto harta yang dijual.

Ayat (3)Ayat ini membagi harta menjadi 4(empat)golongan.Masing-masing golongan harta dapat terdiri daribermacam jenis harta dengan masa manfaat yanghampir sama.Agar Wajib Pajak mudah mengikuti perkembanganharta, baik berupa pengurangan ataupun penambahan,maka harus dibuat catatan atau daftar harta untuksetiap golongan harta, yang berisi antara laintahun perolehan/pembelian, harga perolehan,golongan harta, dan tarif penyusutan sehinggasewaktu-waktu dapat diketahui jumlah penyusutanyang telah dilakukan terhadap masing-masing hartatersebut. Hal ini penting bagi Wajib Pajak,terutama bila terjadi penarikan karena sebab yangluar biasa, lihat penjelasan ayat (7).Bagi Golongan Bangunan dan harta tak gerak lainnyaharus dibuat perkiraan sendiri secara terpisahuntuk masing-masing bangunan dan harta tak geraklainnya.

Ayat (4)Penghitungan dasar penyusutan adalah jumlah awal

Page 57: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 34 -

dari tahun pajak, ditambah dengan tambahan-tambahan, baik tambahan berupa harta baru maupuntambahan atas harta yang dilakukan untukmeningkatkan kapasitas harta yang bersangkutan,perbaikan-perbaikan atau perubahan-perubahan dandikurangi dengan pengurangan-pengurangansebagaimana dimaksud dalam ayat (7).

Ayat (5) …Ayat (5)

Untuk golongan bukan bangunan, yaitu Golongan 1,Golongan 2, dan Golongan 3 jumlah awal darigolongan itu adalah harga sisa buku tahunsebelumnya yang tetap terbuka untuk penambahanharta baru dan pengurangan dengan penerimaan nettoharta yang dijual, lalu diterapkan tarifpenyusutan. Bila dalam tahun berjalan terjaditambahan pengeluaran untuk memperoleh hartaperusahaan yang menurut undang-undang ini dapatdisusutkan, maka jumlah awal ditambah denganpengeluaran untuk memperoleh harta baru tersebut.Bila salah satu jenis harta tidak dipakai lagi dandijual(karena sebab biasa), maka penerimaan nettodari penjualan tersebut dikurangkan dari jumlahawal golongan harta yang bersangkutan. Ayat (6)Untuk Golongan Bangunan, penyusutan dihitung dariharta perolehan.

Ayat (7)Huruf a

Beberapa macam harta ada kemungkinan tidakdapat dipakai lagi, misalnya karena terkenabencana. Dapat juga karena perusahaanmenghentikan sebagian besar produksinya, karenasebab-sebab di luar kekuasaan perusahaan.Penarikan harta tersebut disebut penarikan daripemakaian karena sebab luar biasa. Jumlahsebesar harga sisa buku harta tersebutdikurangkan dari jumlah awal golongan hartayang bersangkutan, dan jumlah tersebutdibebankan pada perkiraan rugi laba dalam tahunpajak yang bersangkutan.Apabila harta tersebut dijual atau mendapatpenggantian asuransi, maka harga penjualan ataupenggantian asuransi tersebut merupakanpenghasilan dalam tahun pajak yangbersangkutan.

CONTOH PENYUSUTAN GOLONGAN 1

1984: Jumlah awal per 1-1-1984...........=Rp. 0,00Tambahan:mobil "A" = Rp. 1.500,00

mobil "B" = Rp. 2.500,00

Page 58: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 35 -

mobil "C" = Rp. 1.200,00= Rp. 5.200,00Pengurangan........................ =Rp. 0,00

Penghitungan …Penghitungan penyusutanJumlah awal(1-1-1984)...........= Rp. 0,00Tambahan("A","B","C")...........= Rp. 5.200,00Pengurangan.....................= (Rp. 0,00)Dasar penyusutan................= Rp. 5.200,00Penyusutan (50%)................= (Rp. 2.600,00)Jumlah awal per 1-1-1985........= Rp. 2.600,00

1985: Tambahan: mobil"D".................=Rp. 3.000,00Pengurangan: mobil "C" terbakar(karena sebab luar biasa)harga perolehan (1984) = Rp. 1.200,00telah disusut (1984) = Rp. 600,00harga sisa buku (1985) = Rp. 600,00penggantian asuransi = Rp. 800,00Penghitungan PenyusutanJumlah awal(1-1-1985) .....= Rp. 2.600,00Tambahan("D").............. = Rp. 3.000,00

(Rugi) Pengurangan(harga sisa buku"C") = (Rp. 600,00)Dasar penyusutan................= Rp. 5.000,00Penyusutan(50%).................= (Rp. 2.500,00)Jumlah awal per 1-1-1986........= Rp. 2.500,00

(Laba) Penghasilan penggantian asuransimobil "(C)......................= Rp. 800,00

Huruf bPenarikan yang lain dari yang disebut di atas,disebut penarikan dari pemakaian karena sebabbiasa, misalnya karena harta tersebut dijual.Penerimaan netto dari penjualan harta tersebut,yaitu selisih antara harga penjualan denganbiaya yang seharusnya dan benar-benardikeluarkan berkenaan dengan penjualantersebut, dikurangkan dari jumlah awal golonganharta yang bersangkutan.

Contoh (lanjutan penghitungan pada Huruf a)

Jumlah awal per 1-1-1986........Rp. 2.500,001986: Tambahan = Rp. 0,00

Pengurangan: mobil "B" dijual(karena sebab biasa)harga perolehan (1984) = Rp. 2.500,00telah disusut (1984 & 1985)... = Rp. 1.875,00harga sisa buku (1986) = Rp. 625,00harga penjualan = Rp. 1.000,00

Penghitungan …Penghitungan Penyusutan

Jumlah awal(1-1-1986).........= Rp. 2.500,00

Page 59: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 36 -

Tambahan......................= Rp. 0,00Pengurangan(harga jual "B")...= (Rp. 1.000,00)Dasar penyusutan..............= Rp. 1.500,00Penyusutan(50 %)..............= (Rp. 750,00)Jumlah awal per 1 1-1987......= Rp. 750,00Catatan: harga sisa buku sebesar Rp.625,00

tidak dihiraukan.

Ayat (8)Dasar penyusutan tidak boleh negatif; bilanegatif, maka jumlah yang menyebabkan negatifditambahkan sebagai penghasilan, Apabila jumlahyang menjadi dasar penyusutan itu negatif, makaberarti, bahwa penerimaan netto dari harta yangtidak dipakai lagi dalam kegiatan usaha lebihbesar dari (melebihi) jumlah awal tahun yangmenjadi dasar penyusutan. Dengan perkataan lain,hasil penjualan lebih besar dari harga sisa bukugolongan harta yang bersangkutan, oleh karena ituselisih tersebut merupakan laba penjualan aktivayang berdasarkan undang-undang ini dikenakan pajakpada saat keuntungan tersebut diterima ataudiperoleh.

Contoh:

Harga sisa buku harta Golongan Iper 1-1-1984 Rp. 1.000.000,-Penarikan dari pemakaian dalam tahun 1984Harga penjualan Rp. 1.500.000,-Biaya penjualan Rp. 200.000,-Penerimaan nettopenjualan harta Rp. 1.300.000,-Selisih negatif Rp. 300.000,-Maka dasar penyusutan untuk tahun 1984 Rp. nihilSelisih sebesar Rp. 300.000,- merupakan penghasilantahun pajak 1984.

Ayat (9)Tarif penyusutan ditentukan oleh masa manfaat dariharta yang dapat disusutkan.

Ayat (10) …Ayat (10)

Dalam Pasal 9 ayat (2) disebutkan bahwa biayauntuk memperoleh penghasilan kena pajak yangmempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun tidakboleh dikurangkan sekaligus dari penghasilan.Harga perolehan dari harta tak berwujud dan biaya-biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih darisatu tahun, diamortisasi dengan tarif yang berlakubagi Golongan 1 atau Golongan 2 atau Golongan 3,atau diamortisasi dengan mempergunakan metode

Page 60: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 37 -

satuan produksi sebagaimana dimaksud dalam ayat(12) dan ayat (13).

Ayat (11)Biaya pendirian dan perluasan modal dapatdiamortisasi sebagai Golongan 1 atau dibebankansebagai biaya menurut Pasal 6 ayat (1) huruf a.Wajib Pajak dapat memilih untuk mengamortisasiatau membebankan sebagai biaya. Apabila WajibPajak memilih pembebanan sekaligus, hal itu harussesuai dengan pembukuannya, artinya akandibebankan dalam tahun buku yang dipilihnya.

Ayat (12)Biaya untuk memperoleh hak penambangan selainminyak dan gas bumi dan hak pengusahaan hutandapat dikurangkan sebagai amortisasi denganmempergunakan metode satuan produksi.Artinya adalah bahwa persentase amortisasi daribiaya tersebut setiap tahun pajak harus samadengan persentase penambangan atau penebangansetiap tahunnya dari taksiran jumlah seluruhproduksinya.Sebagai contoh dalam hal konsesi pertambangan yangditaksir mempunyai deposit 100.000 ton, dan dalamsatu tahun diproduksi sebanyak 10.000 ton.Dengan demikian hak penambangan tersebut dalamtahun pajak itu diamortisasi 10% (sepuluh persen).Namun demikian, tidak boleh dilakukan amortisasilebih dari 20% (dua puluh persen) dalam satu tahunpajak.

Ayat (13) …Ayat (13)

Khusus mengenai bidang penambangan minyak dan gasbumi, biaya memperoleh hak dan/atau biaya lainyang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahundiamortisasi dengan metode satuan produksi tanpapembatasan persentase tertentu.

Ayat (14)Menteri Keuangan berwenang mengeluarkan keputusantentang penggolongan harta yang dapat disusutkan.Dalam keputusan tersebut, penggolongan jenis hartake dalam golongan harta didasarkan pada masamanfaat dari jenis harta tersebut serta jenisusaha yang bersangkutan.

Pasal 12Ayat (1)

Page 61: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 38 -

Pada dasarnya tahun pajak adalah tahun takwim(tahun kalender). Wajib Pajak dapat menggunakantahun pajak yang tidak sama dengan tahun takwim,yaitu tahun buku yang meliputi periode selama 12(dua belas) bulan. Apabila pembukuan Wajib Pajakmeliputi periode yang kurang atau lebih dari 12(dua belas) bulan, maka penghitungan pajakdidasarkan atas tahun takwim yang bersangkutan,dengan memperhatikan bulan-bulan takwim dari tahuntersebut.Apabila Wajib Pajak menggunakan tahun buku, makahal ini harus diberitahukan pada waktumenyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan kepadaDirektur Jenderal Pajak Penyebutan tahun pajak:Tahun pajak yang sama dengan tahun takwim,penyebutan tahun pajak tersebut adalah tahuntakwim itu.Apabila tahun pajak tidak sama dengan tahuntakwim, maka penyebutan tahun pajak yangbersangkutan mempergunakan tahun yang didalamnyatermasuk enam bulan pertama atau lebih dari enambulan dari tahun pajak itu.Contoh :a. Tahun pajak sama dengan tahun takwim:

Pembukuan 1 Januari sampai dengan 31 Desember1985.Tahun pajak ialah tahun 1985.

b. Tahun …b. Tahun pajak tidak sama dengan tahun takwim:

1) Pembukuan 1 Juli 1985 sampai dengan 30 Juni1986. Tahun pajak ialah tahun 1985, karenatahun 1985 mempunyai enam bulan pertama daritahun pajak.

2) Pembukuan 1 April 1985 sampai dengan 31Maret 1986. Tahun pajak ialah tahun 1985,karena tahun 1985 mempunyai lebih dari enambulan dari tahun pajak itu.

3) Pembukuan 1 Oktober 1985 sampai dengan 30September 1986.Tahun pajak ialah tahun 1986, karena tahun1986 mempunyai lebih dari enam bulan daritahun pajak itu.

Ayat (2)Pemakaian tahun pajak, baik berdasarkan tahuntakwim atau tahun buku harus taat asas(konsisten). Hal ini terutama untuk mencegahkemungkinan adanya penggeseran laba atau rugi,apabila Wajib Pajak diberi kebebasan untuk setiapsaat berganti tahun pajaknya.

Page 62: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 39 -

Oleh karena itu, apabila Wajib Pajak inginmengadakan perubahan tahun pajak, maka kepadanyadiwajibkan untuk terlebih dahulu memintapersetujuan dari Direktur Jenderal Pajak.

Pasal 13Ayat (1)

Setiap Wajib Pajak yang memperoleh penghasilandari usaha dan/atau pekerjaan bebas wajibmenyelenggarakan Pembukuan di Indonesia. Pembukuantersebut harus terdapat dan diselenggarakan diIndonesia, sebab pembukuan itu adalah dasar untukmenghitung besarnya penghasilan kena pajak, yangdicantumkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan,sehingga harus dapat diperiksa di Indonesia, untukmengetahui bahwa pembukuan itu telah dilakukandengan benar, sesuai dengan ketentuan undang-undang ini. Dari pembukuan harus dapat diketahuilaba netto dari usaha atau penghasilan netto.

Dari …Dari laba netto atau dari penghasilan nettotersebut selanjutnya akan dihitung penghasilankena pajak Wajib Pajak tersebut. Karena pembukuanyang dipakai oleh Wajib Pajak menjadi titik tolakuntuk menghitung penghasilan kena pajak, makapembukuan harus berdasarkan suatu cara atau sistemyang lazim dipakai di Indonesia, misalnyaberdasarkan Prinsip-prinsip Akuntansi Indonesiayang disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia.Pembukuan dapat diselenggarakan dengan Stelsel Kasmaupun Stelsel Akrual. Stelsel Kas ialah suatumetode penghitungan yang didasarkan ataspenghasilan yang diterima dan biaya yang dibayarsecara tunai. Menurut metode ini, penghasilan barudianggap sebagai penghasilan, bila benar-benartelah diterima tunai dalam suatu periode tertentu,serta biaya baru dianggap sebagai biaya, bilabenar-benar telah dibayar tunai dalam suatuperiode tertentu. Yang dimaksud dengan StelselAkrual ialah suatu metode penghitungan penghasilandan biaya, yaitu penghasilan tersebut ditetapkanpada waktu diperoleh, dan biaya ditetapkan padawaktu terhutang.Jadi tidak tergantung kapan penghasilan ituditerima dan kapan biaya itu dibayar tunai.

Contoh.

a. Penghasilan :1) Penjualan

Jumlah penyerahan = Rp. 10.500,00

Page 63: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 40 -

Terdiri dari :- penyerahan yang telah diterima

pembayarannya = Rp. 10.000,00- penyerahan yang belum diterima

pembayarannya Rp. 500,00.Stelsel Akrual:penghasilan (penjualan) Rp.10.500,00Stelsel Kas penghasilan (penjualan)Rp.10.000,00Yang Rp.500,00 ditetapkan sebagaipenghasilan pada periode berikutnyaapabila telah diterima tunai.

2) Penghasilan berupa bungaPinjaman selama 6 bulan (1 September 1984 s/d28 Pebruari 1985).

Jumlah …Jumlah pinjaman Rp.10.000,00 dengan bungasebesar 12% per tahun dan dibayar pada akhirmasa pinjaman.

Penghitungan bunga :

1-9-1984 s/d 31-12-1984= 4 bulan = Rp.400,001-1-1985 s/d 2-2-1985 = 2 bulan = Rp.200,00

Stelsel Akrual :Penghasilan bunga tahun 1984 = Rp. 400,00

1985 = Rp. 200,00

Stelsel KasPenghasilan bunga tahun 1984 = Rp. 0,00(belum diterima tunai) 1985 = Rp. 600,00(saat diterima tunai)

b. Biaya (dalam hal ini diberi contoh sewa) Sewamobil selama 4 bulan (1 Oktober 1984 s/d 31Januari 1985).Harga sewa sebesar Rp.4.000,00 dibayar pada

awal masa sewa.

Penghitungan sewa:

1-10-1984s/d31-12-1984 = 3 bulan = Rp. 3.000,001-1-1985s/d31-1-1985 = 1 bulan = Rp. 1.000,00Stelsel akrual:biaya sewa tahun 1984 = Rp. 3.000,00

1985 = Rp. 1.000,00

Stelsel kas :biaya sewa tahun 1984 = Rp. 4.000,00(saat dibayar tunai) 1985 = Rp. 0,00

Stelsel Kas biasanya digunakan oleh perusahaanPerorangan yang kecil atau perusahaan jasa

Page 64: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 41 -

misalnya transportasi, hiburan, restoran, yangtenggang waktu antara penyerahan jasa danpenerimaan pembayarannya tidak berlangsung lama.

Dalam stelsel kas murni, penghasilau daripenyerahan barang/jasa ditetapkan pada saatditerimanya pembayaran dari langganan, dan biaya-biaya ditetapkan pada saat dibayarnya barang,jasa, dan biaya operasi lainnya.

Dengan …Dengan cara ini, pemakaian stelsel kas dapat

mengakibatkan penghitungan yang mengaburkanterhadap penghasilan, yaitu besarnya penghasilandari tahun ke tahun dapat disesuaikan denganmengatur penerimaan kas dan pengeluaran kas.

Oleh karena itu untuk keperluan penghitunganPajak Penghasilan, dalam memakai stelsel kas harusdiperhatikan hal-hal antara lain sebagai berikut :

1) Penghitungan jumlah penjualan dalam suatuperiode harus meliputi seluruh penjualan, baikyang tunai maupun bukan.Dalam menghitung harga pokok penjualan harusdiperhitungkan pula seluruh pembelian danpersediaannya.

2) Dalam memperoleh harta yang dapat disusutkandan hak-hak yang dapat diamortisasi, biaya-biaya yang dikurangkan dari penghasilan hanyadapat dilakukan melalui penyusutan danamortisasi.

3) Pemakaian stelsel kas harus dilakukan secarataat asas (konsisten).

Ayat (2)Ketentuan pada ayat ini untuk memberikan penegasantentang penggunaan sistem dan prinsip pembukuanyang harus dilakukan secara taat asas (konsisten).

Pasal 14Ayat (1) dan ayat (2)

Pada hakekatnya untuk dapat memenuhi kewajibanpajak atas penghasilan dari usaha dan pekerjaanbebas dengan sebaik-baiknya diperlukan adanyapembukuan, Undang-undang bermaksud mendorong semuaWajib Pajak untuk menyelenggarakan pembukuan,namun disadari pula bahwa tidak semua Wajib Pajakmampu menyelenggarakan pembukuan itu. Wajib Pajakyang diizinkan untuk tidak menyelenggarakanpembukuan, lengkap meliputi Wajib Pajak yangperedaran usahanya atau penerimaan brutonyaberjumlah kurang dari Rp. 60.000.000,- setahun.Untuk mereka ini perlu adanya suatu cara yangterbuka dan adil, disamping perlunya pembinaanagar supaya mereka kemudian dapat dan mampumenyelenggarakan pembukuan.

Page 65: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 42 -

Norma …Norma Penghitungan adalah suatu pedoman yang dapatdipakai sebagai cara untuk menentukan peredaranbruto atau penerimaan bruto dan yang pada akhirnyauntuk menentukan penghasilan netto.Pada dasarnya Norma Penghitungan ini hanyadipergunakan untuk penghitungan atau penentuanpenghasilan netto dalam hal :- tidak adanya dasar penghitungan lain yang lebih

baik, yaitu pembukuan,- pembukuan Wajib Pajak ternyata diselenggarakan

tidak benar.

Adapun wujud Norma Penghitungan itu ialah suatupersentase atau angka perbandingan lainnya yangdisusun sedemikian rupa berdasarkan hasilpenelitian yaug cermat sehingga- sederhana,- terperinci menurut kelompok jenis usaha,- dibedakan dalam beberapa klasifikasi

kota/tempat,- dibedakan untuk Wajib Pajak yang jumlah

peredaran usahanya atau penerimaan brutonyakurang dari Rp. 60.000.000,- dengan yang lebihdari Rp. 60.000.000,-,

- tingkat persentase atau angka perbandingan yangtidak jauh dari kewajaran, namun dapatmendorong Wajib Pajak menyelenggarakanpembukuan.

Dengan demikian Norma Penghitungan adalahmerupakan alat yang dipergunakan dalam keadaanterpaksa, karena tidak adanya pegangan lain, namunmasih tetap dapat dipertanggungjawabkankesederhanaan, keterbukaan, dan kewajarannya.Norma Penghitungan sangat membantu wajib Pajakyang belum mampu menyelenggarakan pembukuan, untukmenghitung penghasilan netto yang harusdicantumkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan.Oleh karena Wajib Pajak akan menetapkan sendiripajaknya, maka adanya patokan untuk menghitungberapa penghasilan yang diumumkan terlebih dahulu,akan sangat berguna. Hanya apabila terbukti bahwaSurat Pemberitahuan Tahunan tidak benar, makaDirektur Jenderal Pajak berwenang menetapkan pajakberdasarkan data yang benar, dengan menerapkanNorma Penghitungan ditambah sanksi administrasi

berupa …berupa kenaikan. Norma Penghitungan yang bersifatterbuka itu selain untuk memudahkan pelaksanaanpemenuhan kewajiban bagi Wajib Pajak, jugasekaligus untuk mencegah timbulnya tindakan

Page 66: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 43 -

sewenang-wenang Administrasi Perpajakan denganmenaksir besarnya penghasilan yang kurangberdasar.Norma Penghitungan dimaksud dibuat dandisempurnakan terus menerus serta diterbitkan olehDirektur Jenderal Pajak dengan berpedoman padasuatu pegangan yang ditetapkan oleh MenteriKeuangan.Pegangan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan ituharus memuat:a. kaitan-kaitan yang harus dipergunakan untuk

menentukan besarnya :- peredaran (jumlah karyawan, jumlah meja bagi

usaha rumah makan, jumlah mesin bagi usahaindustri, jumlah kamar bagi usaha hotel danlain-lain);

- penghasilan bruto jumlah pembelian bahan,jumlah gaji karyawan, dan lain-lain);

- penghasilan netto jumlah pengeluaran nyataatau tingkat biaya hidup dan lain-lain);

b. pokok-pokok cara yang harus diperhatikan dalammenyusun Norma Penghitungan;

c. cara-cara menyempurnakan Norma Penghitungan.

Ayat (3)Cukup jelas.

Ayat (4)Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)yang tidak memberitahukan untuk memilihmenghitung, penghasilan netto dengan menggunakanNorma Penghitungan, dianggap menyelenggarakanpembukuan.Dalam hal Wajib Pajak tersebut ternyata tidakmenyelenggarakan pembukuan, maka penghasilan nettodihitung dengan Norma Penghitungan dan pajak yangdihasilkan dari penghitungan tersebut ditambahdengan sanksi administrasi berupa kenaikan,sebagaimana diatur dalam ayat (7).

Dengan …Dengan ketentuan ini, Wajib Pajak dirangsang untukmenyelenggarakan pembukuan yang baik, benar, danlengkap. Oleh karena itu Norma Penghitungan perludisusun sebaik-baiknya dengan memperhatikanperusahaan atau pekerjaan bebas yang baik danefisien. Bagi Wajib Pajak yang jujur yang dalamusahanya tidak berhasil memperoleh penghasilanseperti perusahaan atau pekerjaan bebas yang baikdan efisien, penggunaan Norma Penghitungan dapatmerugikannya.Untuk menghindari diterapkan Norma Penghitungan

Page 67: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 44 -

yang dapat merugikannya tersebut, Wajib Pajakdapat memilih untuk menyelenggarakan pembukuanyang baik, benar, dan lengkap, sehinggapenghitungan pajaknya didasarkan atas keadaan yangsebenarnya sesuai dengan pembukuannya.

Ayat (5)Wajib Pajak yang memilih untuk menghitungpenghasilan nettonya dengan menggunakan NormaPenghitungan, dengan sendirinya harus dapatmenunjukkan bahwa jumlah peredaran dari usahanyaatau penerimaan bruto dari pekerjaan bebasnyadalam setahun kurang dari Rp.60.000.000,- (enampuluh juta rupiah)yang dapat dibuktikan daricatatan tentang peredaran atau penerimaan bruto,yang diselenggarakannya.

Ayat (6)Menurut ketentuan ini, penghasilan netto dihitungberdasarkan Norma Penghitungan terhadap WajibPajak yang :

a. mempunyai kewajiban menyelenggarakan pembukuan,akan tetapi tidak menyelenggarakan pembukuansebagaimana ditetapkan oleh undang-undang;

b. mempunyai kewajiban menyelenggarakan pencatatantentang peredaran bruto atau penerimaanbrutonya, akan tetapi tidak menyelenggarakanpencatatan sebagaimana diwajibkan;

c. tidak bersedia memperlihatkan buku, catatanserta bukti lain yang diminta oleh DirekturJenderal Pajak.

Perlu …Perlu ditegaskan, yang mempunyai kewajibanmenyelenggarakan pembukuan adalah Wajib Pajak yangperedaran usahanya atau penerimaan brutonyaberjumlah Rp.60.000.000,- (enam puluh juta rupiah)setahun dan Wajib Pajak yang peredaran usahanyaatau penerimaan brutonya kurang dariRp.60.000.000,- (enam puluh juta rupiah) setahunakan tetapi memilih atau dianggap memilihmenyelenggarakan pembukuan.

Ayat (7)Pajak penghasilan yang dihasilkan dari penghasilannetto yang dihitung dengan menerapkan NormaPenghitungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (6),ditambah dengan sanksi administrasi berupakenaikan seperti yang diatur dalam Pasal 13 ayat(3) Undang-undang Nomor 6 Tahun. 1983 tentangKetentuan umum dan Tata Cara Perpajakan.

Page 68: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 45 -

Pasal 15Ketentuan dalam pasal ini mengatur tentang Normapenghitungan Khusus untuk golongan-golongan WajibPajak tertentu berdasarkan Keputusan MenteriKeuangan.Dalam praktek sering dijumpai kesukaran dalammenghitung besarnya penghasilan dan penghasilan kenapajak bagi golongan Wajib Pajak tertentu, sehinggaberdasarkan pertimbangan praktis, oleh undang-undangini, Menteri Keuangan diberi wewenang untukmengeluarkan Keputusan untuk menentukan NormaPenghitungan Khusus guna menghitung besarnyapenghasilan netto, yang dengan sendirinya akanmenjadi dasar penghitungan penghasilan kena pajakbagi golongan Wajib Pajak tertentu tersebut.

Pasal 16Penghasilan kena pajak merupakan dasar penghitunganuntuk menentukan besarnya Pajak Penghasilan yangterhutang.Seperti tercantum dalam Pasal 2 ayat(2) dikenal 2(dua) golongan Wajib Pajak, yaitu:Wajib Pajak dalam negeri danWajib Pajak luar negeri.Bagi Wajib Pajak dalam negeri pada dasarnya terdapat2 (dua) cara untuk menentukan besarnya penghasilankena pajak:

- cara …- cara penghitungan biasa,- cara penghitungan dengan mempergunakan Norma

Penghitungan.

Ayat (1)Cara penghitungan biasaContoh :- Penghasilan yang diperoleh dalam suatu tahun

pajak menurut Pasal 4 Rp. 50.000.000,-ayat (1)

- Biaya-biaya menurut Pasal 6 ayat (1):biaya untuk mendapatkan, menagih, danmemelihara penghasilan

Rp. 30.000.000,-penyusutan dan amortisasi Rp. 6.000.000,-iuran kepada dana pensiun Rp. 1.000.000,-.

Rp. 37.000.000,-- Penghasilan netto..............Rp. 13.000.000,-- Kompensasi kerugian tahun-tahun yang lalu

Rp. 2.000.000,-- Penghasilan kena pajak (bagi badan,

selain badan koperasi)........Rp. 11.000.000,-- Bagi badan koperasi diperbolehkan untuk

mengurangkan pengembalian Sisa Hasil Usaha yangdiperoleh dari kegiatan dari dan untuk anggota

Page 69: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 46 -

- Pengurangan untuk Wajib Pajak pribadi Pasal 7ayat (1), misalnya WajibPajak kawin dengan tanggungan 2(dua) orang anak...............Rp. 2.400.000,-

- Penghasilan kena pajak..........Rp. 8.600.000,-

Ayat (2)Penggunaan Norma Penghitungan dilakukan terhadapWajib Pajak tertentu, yaitu Wajib Pajak yangjumlah peredaran usahanya atau penerimaan brutodari pekerjaan bebasnya dalam setahun kurang dariRp.60.000.000,- (enam puluh juta rupiah).Bagi Wajib Pajak yang jumlah peredaran usahanyaatau penerimaan bruto dari pekerjaan bebasnyadalam setahun kurang dari Rp.60.000.000,- (enampuluh juta rupiah), menurut ketentuan undang-undang ini tidak diwajibkan menyelenggarakanpembukuan. Terhadap mereka penghitunganpenghasilan kena pajak dilakukan denganmempergunakan Norma Penghitungan.

Akan tetapi, …Akan tetapi, bila diinginkan oleh Wajib Pajak,penghitungan penghasilan kena pajak dapatdilakukan dengan cara penghitungan biasasebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dengan syaratmereka menyelenggarakan pembukuan seperti diaturdalam undang-undang ini.(Lihat penjelasan mengenai Pasal 14).

Ayat (3)Cukup jelas.

Pasal 17Ayat (1)

Bagi Wajib Pajak dalam negeri tarif PajakPenghasilan diterapkan terhadap seluruhpenghasilan yang diterima atau diperoleh dalamsuatu tahun pajak, dengan sistem yang sangatsederhana.

Contoh :Jumlah penghasilan kena pajakRp. 80.000.000,-Pajak penghasilan yang terhutang :15% X Rp. 10.000.000,- =Rp. 1.500.000,-25% X Rp. 40.000.000,- =Rp. 10.000.000,-35% X Rp. 30.000.000,- =Rp. 10.500.000,-

Jumlah penghasilan kena pajak Rp.80.000.000,-Pajak = Rp. 22.000.000,-

Ayat (2) .Batas lapisan penghasilan kena pajak sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) tersebut akan disesuaikandengan faktor penyesuaian, antara lain tingkat

Page 70: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 47 -

inflasi.Menteri Keuangan diberi wewenang mengeluarkankeputusan yang mengatur tentang faktor penyesuaiantersebut.

Ayat (3)Misalnya Penghasilan kena pajak sebesar Rp.1.050.650,- (satu juta lima puluh ribu enam ratuslima puluh rupiah), maka untuk penerapan tarif,penghasilan kena pajak dibulatkan menjadiRp.1.050.000,- (satu juta lima puluh ribu rupiah).

Ayat (4) …Ayat (4)

Misalnya seorang pribadi tidak kawin yangkewajiban pajak subyektifnya sebagai Subyek Pajakdalam negeri adalah 3 (tiga) bulan, dan dalamjangka waktu tersebut memperoleh penghasilansebesar Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah) makapenghitungan Pajak Penghasilan adalah sebagaiberikut:

Penghasilan selama 3 (tiga) bulanRp. 1.000.000,-Penghasilan setahun sebesar :360 X Rp. 1.000.000,- Rp. 4,000.000,-3 x 30Penghasilan tidak kena pajak Rp. 960.000,-Penghasilan kena pajak Rp. 3.040.000,-Pajak Penghasilan yangterhutang (setahun)15% X Rp. 3.040.000,- Rp. 456.000,-

Jadi Pajak Penghasilan yang terhutang selamabagian dari tahun Pajak, yaitu selama 3 (tiga)bulan adalah 3 X 30 XRp. 456.000,

360 = Rp. 114.000,-

Ayat (5)Cukup jelas.

Pasal 18Ayat (1)

Undang-undang ini memberi wewenang kepada MenteriKeuangan untuk mengeluarkan Keputusan tentangbesarnya perbandingan antara hutang dan modalperusahaan yang dapat dibenarkan untuk keperluanpenghitungan pajak.Dalam dunia usaha terdapat tingkat perbandingantertentu yang wajar mengenai besarnya perbandinganantara hutang dan modal (debt equity ratio).Apabila perbandingan antara hutang dan modalsangat besar (di atas batas-batas kewajaran) maka

Page 71: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 48 -

sebenarnya perusahan tersebut dalam keadaan tidaksehat. Dalam hal demikian undang-undang menentukanadanya modal terselubung.

Ayat 2 …Ayat 2

Maksud diadakannya ketentuan ini adalah untukmencegah terjadinya penyelundupan pajak, yangdapat terjadi karena adanya hubungan istimewa.Dalam hal terdapat hubungan istimewa, kemungkinandapat terjadi penghasilan dilaporkan di bawahsemestinya ataupun pembebanan biaya melebihi yangseharusnya, bila terjadi transaksi antara pihak-pihak yang bersangkutan. Demikian pula kemungkinandapat terjadi adanya penyertaan modal secaraterselubung, dengan menyatakan penyertaan modaltersebut sebagai hutang.Dalam hal demikian Direktur Jenderal Pajakberwenang menentukan kembali besarnya penghasilandan/atau biaya yang seharusnya akan terjadiapabila di antara pihak-pihak tersebut tidakterdapat hubungan istimewa.Begitu juga, apabila berdasarkan penelitian yangdilakukan ternyata terdapat penyertaan atau modalterselubung seolah-olah merupakan hutang, makaDirektur Jenderal Pajak berwenang untuk menentukanhutang tersebut sebagai modal perusahaan.

Dengan demikian bunga yang dibayarkan sehubungandengan hutang yang sebenarnya merupakan penyertaanmodal itu tidak diperbolehkan untuk dikurangkan,sedangkan kepada pemegang saham yang menerima ataumemperolehnya merupakan penghasilan yang dikenakanpajak.Dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a, bunga merupakanbiaya yang boleh dikurangkan dari penghasilan,tetapi sebaliknya dividen yang dibayarkan kepadapemegang saham tidak boleh dikurangkan.

Ayat (3)Huruf a

Hubungan istimewa dianggap ada bila dua ataulebih Wajib Pajak berada di bawah pemilikanatau penguasaan yang sama.

Yang dimaksud dengan pemilikan atau penguasaanini adalah bila yang memiliki perusahaan-perusahaan tersebut memegang saham mayoritasyang dapat mempengaruhi jalannya perusahaan.Hubungan istimewa juga dapat dirumuskan sebagaiberikut:

Page 72: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 49 -

- Badan AA …- Badan AA mempunyai penyertaan pada

perusahaan BB sebesar 25% (dua puluh limapersen), maka AA dan BB mempunyai hubunganistimewa.

- Seseorang YY mempunyai 25% (dua puluh limapersen) penyertaan pada perusahaan AA danjuga 25% (dua puluh lima persen) penyertaanpada perusahaaa BB, maka antara YY, AA, danBB mempunyai hubungan istimewa.

Huruf bYang dimaksud dengan hubungan keluarga sedarahdalam garis keturunan lurus satu derajat adalahayah, ibu, dan anak, sedangkan hubungankeluarga sedarah dalam garis keturunan kesamping satu derajat adalah saudara.Yang dimaksud dengan keluarga semenda dalamgaris keturunan lurus satu derajat adalahmertua dan anak tiri, sedangkan hubungankeluarga semenda dalam garis keturunan kesamping satu derajat adalah ipar.

Ayat (4)Dalam hal terdapat beberapa pihak yang mempunyaihubungan istimewa dengan penyertaan 50% (limapuluh persen) atau lebih, maka tarif terendah 15%(lima belas persen) hanya dapat diberlakukan satukali saja.Dalam hal salah satu pihak menderita kerugian,kerugian tersebut tidak dapat dikompensasikanterhadap penghasilan pihak lainnya, akan tetapiberlaku kompensasi vertikal sebagaimana dimaksuddalam Pasal 6 ayat (3).

Pasal 19Dalam hal terjadi ketidakserasian antara unsur-unsurbiaya dengan penghasilan yang disebabkan oleh karenaperkembangan harga yang menyolok, maka Pemerintahdapat melakukan penyesuaian-penyesuaian misalnyadengan menerapkan indeksasi.

Pasal 20Ayat (1)

Pelunasan pajak dalam tahun berjalan, agar padaakhir tahun mendekati jumlah pajak yang terhutang,dilakukan melalui :

a. pemotongan …a. pemotongan dan pemungutan pajak oleh pihak lain

dalam hal diperoleh penghasilan oleh WajibPajak dari pekerjaan (pekerjaan dalam hubungankerja dan pekerjaan bebas) sebagaimana dimaksuddalam Pasal 21, pemungutan pajak atas

Page 73: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 50 -

penghasilan dari usaha sebagaimana dimaksuddalam Pasal 22, dan pemotongan pajak ataspenghasilan dari modal dan jasa-jasa tertentusebagaimana dimaksud dalam Pasal 23.

b. di samping pelunasan pajak melalui pemotonganatau pemungutan pajak oleh pihak lain, WajibPajak sendiri juga diwajibkan untuk melakukanpembayaran dalam tahun berjalan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 25.

Ayat (2)Pelunasan pajak dalam tahun berjalan merupakancicilan atau angsuran pembayaran pajak yangnantinya dapat diperhitungkan dengan caramengkreditkan terhadap Pajak Penghasilan yangterhutang mengenai seluruh tahun pajak yangbersangkutan.

Ayat (3)Cukup jelas.

Ayat (4)Cukup jelas.

Pasal 21Ayat (1)

Yang wajib memotong Pajak Penghasilan atau disebutpemotong pajak menurut ketentuan ini ialah :a. perusahaan orang pribadi atau badan yang

merupakan induk atau cabang perusahaan yangmembayar gaji, upah, honorarium, dan imbalanlainnya kepada karyawan atau orang lain, dengansyarat,bahwa pekerjaan itu dilakukan diIndonesia.Dalam pengertian pemberi kerja tidak harusSubyek Pajak menurut undang-undang ini, tetapidapat juga setiap orang atau badan yang dalamhubungan kerja membayarkan gaji upah, dansebagainya;

b. misalnya …b. misalnya gaji yang dibayarkan kepada pegawai

Kedutaan Besar Republik Indonesia di luarnegeri, karena dibebankan kepada KeuanganNegara, maka harus dipotong Pajak Penghasilan.Dalam pengertian Keuangan Negara termasukKeuangan Pemerintah Daerah;

c. badan dana pensiun yang membayarkan uangpensiun, baik uang pensiun yang dibayarkankepada pensiunan pegawai atau karyawan maupunkepada ahli warisnya. Dalam pengertian pensiun,termasuk tunjangan-tunjangan baik yang dibayarsecara berkala maupun tidak;

Page 74: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 51 -

d. perusahaan atau badan-badan, dalam hal terdapatpembayaran kepada tenaga ahli atau persekutuantenaga ahli sebagai Wajib Pajak dalam negeriatas jasa yang dilakukan di Indonesia. Dalampengertian perusahaan, termasuk PerusahaanJawatan, dan dalam pengertian badan termasukbadan perwakilan negara asing dan badaninternasional.

Ayat (2)Yang dipotong pajak adalah bagian penghasilansetiap bulan yang melebihi seperdua belas daripenghasilan tidak kena pajak sebagaimana dimaksuddalam Pasal 7. Misalnya seorang karyawan kawindengan tanggungan 3 (tiga), orang penghasilantidak kena pajak adalah sebesar Rp.2.880.000,-(duajuta delapan ratus delapan puluh ribu rupiah) atausetiap bulan Rp. 240.000,-(dua ratus empat puluhribu rupiah). Apabila penghasilan karyawan itusebesar Rp. 250.000,- (dua ratus lima puluh riburupiah) tiap bulan, maka penghasilan yang dipotongpajak adalah sebesar Rp. 10.000,-(sepuluh riburupiah).

Ayat (3)Sesuai dengan sifat Pajak Penghasilan sebagaipajak perorangan dan bukan pajak kebendaan,artinya keluarga Wajib Pajak yang menjaditanggungan penuh turut menentukan besarnya PajakPenghasilan yang terhutang, maka kebenaran SuratPernyataan Wajib Pajak mengenai susunankeluarganya mutlak perlu.

Sebagai …Sebagai alat pembanding dapat juga dipergunakanKartu Keluarga Wajib Pajak yang dikeluarkan olehPemerintah Daerah setempat.

Ayat (4)Cukup jelas.

Ayat (5)Cukup jelas.

Ayat (6)Dalam Buku Petunjuk Direktur Jenderal Pajak dimuattabel yang dapat dipakai pemberi kerja untukmemotong besarnya Pajak Penghasilan yang harusdisetorkannya ke Kas Negara.

Ayat (7)Jika pemberi kerja telah melakukan pemotongan danpenyetoran Pajak Penghasilan dengan benar, maka

Page 75: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 52 -

pada akhir tahun pajak terhadap karyawan atauorang-orang yang Pajak Penghasilannya telahdipotong tersebut, tidak lagi diwajibkanmenyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan.Dengan perkataan lain, Pajak Penghasilan yangtelah dipotong dengan benar dinyatakan finalberdasarkan ketentuan undang- undang ini.

Ayat (8)Bagi karyawan yang mempunyai penghasilan lain disamping upah/gajinya, maka mereka diwajibkanmengisi dan menyampaikan Surat PemberitahuanTahunan.Kewajiban menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunanjuga diberlakukan terhadap mereka yang menerimaatau memperoleh penghasilan dari pekerjaan lebihdari satu pemberi kerja.

Ayat (9)Untuk mempermudah pelaksanaan pemotongan PajakPenghasilan oleh pihak yang membayarkan, DirekturJenderal Pajak menerbitkan Buku PetunjukPemotongan Pajak Penghasilan.

Pasal 22 …Pasal 22

Ayat (1)Ketentuan ini mengatur wewenang Menteri Keuanganuntuk menetapkan badan tertentu, baik swastamaupun pemerintah sebagai pemungut PajakPenghasilan, yang telah sangat dibatasi untukmengurangi pungutan-pungutan pendahuluan yangberlebihan. Pajak Penghasilan, dipungut atas WajibPajak yang melakukan kegiatan usaha dengan ataumelalui pemungut pajak tersebut.Undang-undang ini dengan tegas menentukan, bahwahanya dari kegiatan usaha di bidang impor dankegiatan usaha di bidang lain yang memperolehpembayaran barang dan jasa dari AnggaranPendapatan dan Belanja Negara/Anggaran Pendapatandan Belanja Daerah yang dilakukan dengan ataumelalui pemungut pajak yang ditunjuk itu saja yangdapat dipungut Pajak Penghasilan.Dengan pembayaran barang dan jasa dari belanjanegara dimaksudkan ialah, pembayaran pembelianbarang dan pembayaran penggantian jasa denganmenggunakan Keuangan Negara baik Pusat maupunDaerah.

Ayat (2)Besarnya Pajak Penghasilan yang dipungut tersebut

Page 76: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 53 -

dengan sendirinya harus ditentukan sedemikianrupa, sehingga mendekati jumlah Pajak Penghasilanyang terhutang atas Wajib Pajak bersangkutan.Untuk itu Menteri Keuangan diberi wewenangmenetapkan dasar dan besarnya pungutan, yangdisesuaikan dengan besarnya Pajak Penghasilan yangakan terhutang untuk seluruh tahun pajak yangdihitung berdasarkan undang-undang ini.

Pasal 23Ayat (1)

Pembayaran dividen, bunga, sewa, royalti, imbalanatas jasa teknik dan jasa manajemen yang merupakanpenghasilan, harus dilunasi Pajak Penghasilannyaselama tahun berjalan melalui pemotongan olehWajib Pajak badan dalam negeri di Indonesia ataubadan pemerintah yang melakukan pembayaran itu.Pembayaran bunga dan imbalan lain sehubungandengan peminjaman uang dari bank atau lembagakeuangan lainnya, tidak dipotong Pajak Penghasilanoleh pihak yang membayarkan.

Tarif …Tarif yang diterapkan di sini adalah tarifterendah, yaitu 15%(lima belas persen), karenaWajib Pajak yang Pajak Penghasilannya dipotong,masih wajib menyampaikan Surat PemberitahuanTahunan untuk melakukan penghitungan pajak yangterhutang untuk seluruh penghasilannya dalam satutahun pajak.

Ayat (2)Di samping badan, baik swasta maupun pemerintah,orang pribadi sebagai Wajib Pajak dalam negeridapat juga ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajakuntuk memotong Pajak Penghasilan dari pembayaran-pembayaran tersebut di atas.Wewenang menunjuk orang pribadi untuk menjadipemotong pajak atas penghasilan dari modal ini adapada Direktur Jenderal Pajak.Orang pribadi berkewajiban memotong pajak sejakditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak.

Ayat (3)Yang dimaksud dengan bunga dan dividen tertentudalam ayat ini adalah :a. bunga yang dibayarkan oleh bank atau Kantor Pos

atas tabungan dari penabung kecil,b. dividen yang diterima atau diperoleh pemegang

sertifikat saham PT Danareksa, yang jumlahnyatidak melebihi satu jumlah yang ditetapkandalam Peraturan Pemerintah.

Ketentuan ini dimaksudkan agar terhadap penabungkecil atau pemegang sertifikat saham PT Danareksayang pada umum penghasilan yang diterima ataudiperolehnya dalam setahun tidak melampaui jumlah

Page 77: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 54 -

penghasilan tidak kena pajak, tidak dilakukanpemotongan pajak oleh pihak yang membayarkan.Apabila terhadap penabung kecil atau pemegangsertifikat saham tersebut dilakukan pemotonganpajak, maka hal tersebut menjadi beban bagi merekauntuk mengurus pengembaliannya.Pembebasan pemotongan pajak atas bunga dan dividentersebut tidak berarti bahwa bunga dan dividen itudikecualikan sebagai Obyek Pajak, tetapi dikenakanpajak apabila bunga atau dividen jumlahnyamelampaui penghasilan tidak kena pajak.

Pasal 24 …Pasal 24

Ayat (1)Pajak Penghasilan luar negeri adalah pajak yangdipungut di luar negeri atas penghasilan yangditerima atau diperoleh di sana, yang merupakanbagian dari seluruh penghasilan yang dikenakanPajak Penghasilan di Indonesia.Pajak Penghasilan luar negeri yang dapatdikreditkan adalah Pajak Penghasilan yangdikenakan atas penghasilan luar negeri dari WajibPajak dalam negeri.Dengan demikian, maka Pajak Penghasilan luarnegeri yang dikenakan atas badan luar negeri yangmembayarkan dividen tidak dapat dikreditkan ataspajak dari Wajib Pajak Indonesia yang menerimadividen itu. Dengan perkataan lain PajakPenghasilan yang dikreditkan dari pajak yangterhutang di Indonesia hanya Pajak Penghasilanyang langsung dikenakan atas penghasilan yangditerima atau diperoleh oleh Wajib Pajak dalamnegeri yang bersangkutan.

Wajib Pajak dalam negeri dikenakan pajak atassemua penghasilan dari manapun diperoleh, termasukpenghasilan yang diperoleh dari sumber penghasilandi luar negeri.Atas penghasilan yang diperoleh dari luar negeritersebut, dengan sendirinya telah dikenakan pajakoleh negara asal penghasilan tersebut. PajakPenghasilan yang telah dibayar di negara asingtersebut dapat dikreditkan terhadap seluruh PajakPenghasilan yang terhutang, sepanjang mengenaitahun pajak yang sama.Dengan perkataan lain, Pajak Penghasilan yangdibayar di luar negeri atas penghasilan yangditerima atau diperoleh di sana dapat dikurangkandari Pajak Penghasilan yang terhutang, untuk tahunpajak yang sama.

Contoh :

Page 78: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 55 -

a. Seorang konsultan Indonesia A bekerja selamasetahun di Philipina dan memperoleh imbalan(fee)dari jasa yang dilakukan di sana sebesar X.

Pajak …Pajak yang dikenakan di Philipina atas feetersebut misalnya 50% x X.Maka jumlah sebesar 50% x X tersebut dapatdikreditkan terhadap seluruh Pajak Penghasilanyang terhutang atas A.

b. Seorang pribadi B mendepositokan uangnya disalah satu bank di Inggris.Bunga deposito yang diterima sebesar Y.Tarif pajak atas bunga deposito di sana,misalnya sebesar 30%.Maka jumlah sebesar 30% x Y tersebut dapatdikreditkan terhadap seluruh Pajak Penghasilanyang terhutang atas B.

c. PT AB di Indonesia merupakan pemegang sahamtunggal dari Z, Incorporated di Amerika.Misalnya Z, Incorporated memperoleh keuntungansebesar……………........................... US $. 100.000,-Pajak Penghasilan atas Z, Incorporated(Corporate income tax) : 48% (US $. 48.000,-)

US $. 52.000,-Pajak atas dividen misalnya 38%(US$. 19.760,-)Dividen yang dikirimkan ke Indonesia US$.32.240,-Pajak Penghasilan yang dapat dikreditkanterhadap seluruh Pajak Penghasilan yangterhutang atas PT AB adalah pajak yang langsungdikenakan atas penghasilan yang diterima ataudiperoleh di luar negeri, dalam contoh di atasyaitu jumlah sebesar US $.19.760,-Pajak Penghasilan (Corporate income tax) atasZ, Incorporated sebesar US $.48.000,- tidakdapat dikreditkan terhadap Pajak Penghasilanyang terhutang atas PT AB, karena pajak sebesarUS $. 48.000,- tersebut tidak dikenakan ataspenghasilan yang diterima atau diperoleh PT ABdari luar negeri, melainkan pajak yangdikenakan atas keuntungan Z, Incorporated diAmerika.

Ayat (2)Pajak Penghasilan luar negeri yang dapatdikreditkan terhadap Pajak Penghasilan yangterhutang adalah sebesar Pajak Penghasilan yangsebenarnya terhutang (untuk Wajib Pajak yangmemakai Stelsel Akrual) dan telah dibayar (untuk

Page 79: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 56 -

Wajib Pajak …Wajib Pajak yang memakai Stelsel Kas) di luarnegeri, akan tetapi paling banyak sebesar hasilpenerapan tarif pajak Indonesia, terhadappenghasilan luar negeri tersebut yang dihitungmenurut undang-undang ini.

Ayat (3)Ini merupakan penegasan bahwa penghasilansebagaimana dimaksud dalam Pasal 26, berasal darisumber penghasilan di Indonesia (ketentuan tentangsumber penghasilan).Ketentuan tentang sumber penghasilan ini berlakujuga bagi beberapa jenis penghasilan lainnya yangada kaitannya dengan penghasilan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 26,misalnya dalam halpenghasilan yang berkenaan dengan harta (berupasewa), menurut ketentuan tentang sumber yangdianut oleh Pasal 26, penghasilan diperoleh dinegara tempat harta itu dipergunakan. Jenispenghasilan lainnya berkenaan dengan hartatersebut misalnya dalam hal harta tersebut dijual,keuntungan dari penjualan harta tersebut merupakanpenghasilan yang diperoleh di negara tempat hartaitu berada atau dipergunakan, sebab di negaratersebut sewa itu dikenakan Pajak Penghasilan,jadi sumbernya berada di negara tempatmenghasilkan sewa yang bersangkutan.

Ayat (4)Misalnya apabila ternyata dalam tahun 1985terdapat pengurangan atau pengembalian PajakPenghasilan luar negeri mengenai Pajak Penghasilanluar negeri tahun 1984 sebesar Rp. 2.000.000,-(dua juta rupiah), maka pengurangan ataupengembalian pajak sebesar Rp.2.000.000,00 (duajuta rupiah) tersebut ditambahkan pada PajakPenghasilan yang terhutang tahun pajak 1985.

Pasal 25Ketentuan dalam pasal ini mengatur tentang pembayaranangsuran pajak oleh Wajib Pajak sendiri dalam tahunberjalan, yang mengandung pengertian-pengertiana. berapa besarnya angsuran;b. dasar penghitungan besarnya angsuran.

Ayat (1) …Ayat (1)

Untuk mempermudah pengertian, diberikan contohpenghitungan angsuran pembayaran pajak untuk tahun1985 sebagai berikut Pajak Penghasilan yangterhutang tahun

Page 80: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 57 -

pajak 1984.............. Rp. 10.000.000,-Dikurangi:a. Pajak Penghasilan

yang dipotong olehpemberi kerja Rp. 3.000.000,-

b. Pajak Penghasilanyang dipungut olehpihak lain darikegiatan usaha Rp. 2.000.000,-

c. Pajak Penghasilanyang dipotong olehpihak lain ataspenghasilan darimodal (sewa,bunga, dsb.) Rp. 500.000,-

d. Kredit PajakPenghasilan luarnegeri Rp. 1.500.000,-

Rp. 7.000.000,-Selisih Rp. 3.000.000,-

Selisih sebesar Rp. 3.000.000,- ini dibagi denganbanyaknya masa pajak dalam tahun 1985. Apabilamasa pajak yang dipakai untuk melunasi pajak dalamtahun berjalan adalah satu bulan, maka dalam satutahun pajak ada dua belas masa pajak, maka jumlahangsuran setiap masa pajak Rp. 3.000.000,- = Rp.250.000,-

Ayat (2)Dengan dilakukannya pembaharuan undang-undangperpajakan ini, maka apabila Surat PemberitahuanTahunan Wajib Pajak telah diisi sebagaimanamestinya, dan penghitungan pajak yang terhutangtelah dilakukan dengan benar serta jumlah pajakyang terhutang itu telah dibayar lunas, maka tidakakan ada lagi ketetapan pajak yang akandikeluarkan oleh Direktur Jenderal Pajak.

Apabila …Apabila ada ketetapan pajak yang diterbitkan olehDirektur Jenderal Pajak, maka itu berarti,bahwapajak yang terhutang menurut Surat PemberitahuanTahunan dan yang telah dibayar atau dilunasi olehWajib Pajak, ternyata kurang daripada yangseharusnya menurut undang-undang.Oleh karena itu,apabila ada ketetapan pajak, makapengertian, Pajak Penghasilan yang terhutang padadasarnya adalah berdasarkan ketetapan pajak itu.Kecuali apabila dalam tahun berikutnya penghasilanWajib Pajak bertambah besar dan penghitungan pajakdilakukan dengan benar, maka Pajak Penghasilanyang terhutang menurut Surat Pemberitahuan Tahunan

Page 81: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 58 -

tahun yang berikutnya akan lebih besar.Jumlah angsuran pajak dalam tahun berjalan sesudahitu yang dilunasi oleh Wajib Pajak sendiri adalahpajak menurut Surat Pemberitahuan. Tahunan tahunberikutnya itu dibagi dua belas. Padaprinsipnya, dengan demikian,Pajak Penghasilan yang terhutang adalah jumlahPajak Penghasilan yang diketahui dari tahun pajakyang terakhir.Jika Pajak Penghasilan yang terhutang menurutSurat Pemberitahuan Tahunan yang disampaikan lebihkecil daripada pajak yang telah disetor selamatahun pajak yang bersangkutan dan oleh karena ituWajib Pajak mengajukan permohonan pengembaliankelebihan pembayaran pajak atau permohonan untukmemperhitungkan dengan hutang pajak lain, sebelumdiputus oleh Direktur Jenderal Pajak mengenaipengembalian atau perhitungan kelebihan tersebut,besarnya angsuran bulanan sama besar dengan bulan-bulan sebelum Surat Pemberitahuan Tahunan itudisampaikan. Setelah adanya keputusan DirekturJenderal Pajak, maka angsuran dari bulan yangberikutnya, setelah tanggal keputusan itu,didasarkan atas jumlah pajak yang terhutangmenurut keputusan tersebut. Apabila pajak yangterhutang menurut ketetapan atau SuratPemberitahuan Tahunan terakhir mengandungkompensasi kerugian dari tahun-tahun sebelumnya,maka pajak yang menjadi dasar untuk menentukanbesarnya angsuran dalam tahun berjalan, dihitungkembali berdasarkan pajak yang terhutang sebelum

dilakukan …dilakukan kompensasi kerugian. Dalam hal ketetapanatau Surat Pemberitahuan Tahunan tidak ada, karenaWajib Pajak merupakan Wajib Pajak baru, makapengaturan tentang besarnya angsuran sebagaiperkiraan jumlah pajak yang akan terhutang, diaturdalam Peraturan Pemerintah berdasarkan ketentuanPasal 27.

Ayat (3)Besarnya angsuran pajak dalam tahun berjalan yangharus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuksetiap masa pajak sedapat mungkin diusahakansesuai dengan besarnya pajak yang terhutang untukmasa pajak yang bersangkutan. Untuk Wajib Pajaklembaga keuangan misalnya, besarnya angsuran iniadalah lebih sesuai jika didasarkan pada LaporanKeuangan terakhir, sedang Badan Usaha Milik Negaradan Badan Usaha Milik Daerah di dasarkan padaRencana Anggaran Pendapatan dan Belanja perusahaantahun pajak yang bersangkutan.

Page 82: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 59 -

Jenis usaha apa saja yang dapat menghitungbesarnya angsuran pajak untuk setiap masa pajakdengan menggunakan dasar lain daripada SuratPemberitahuan Tahunan atau Surat Ketetapan Pajakterakhir akan ditetapkan dengan PeraturanPemerintah.

Pasal 26Pasal ini mengatur tentang pemotongan pajak bagiWajib Pajak luar negeri, yang memuat hal-hal sebagaiberikut:a. dasar pemotongan pajak,adalah jumlah bruto dari

pembayaran-pembayaran tersebut kepada Wajib Pajakluar negeri;

b. tarif pajak,adalah 20% (dua puluh persen);c. sifat pemotongan, yaitu bahwa Pajak Penghasilan

yang dipotong tersebut bersifat final.Yang diwajibkan oleh undang-undang ini untukmemotong pajak adalah juga Wajib Pajak orangpribadi yang membayar atau terhutang bunga,dividen, dan sebagainya.Final berarti Wajib Pajak tidak lagi diwajibkanmenyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan hal manaberbeda dengan istilah rampung dalam sistem baru,yang berarti bahwa Wajib Pajak masih wajibmenyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan.

Pasal 27 …Pasal 27

Dengan Peraturan Pemerintah diatur lebih lanjutpemenuhan kewajiban pajak sebagaimana dimaksud dalamPasal 21, Pasal 23, dan Pasal 25, termasuk penerapantarif rata-rata atas penghasilan berupa uang pesangondan uang tebusan pensiun yang diterima atau diperolehsekaligus.

Pasal 28Pajak Penghasilan yang telah dilunaskan dalam tahunberjalan baik yang dibayar oleh Wajib Pajak sendirimaupun yang dipungut atau dipotong oleh pihak lain,jumlah keseluruhannya dapat dikreditkan terhadapPajak Penghasilan yang terhutang.

Contoh :Pajak Penghasilan yang terhutang Rp. 10.000.000,-Kredit-kredit pajak :- pemotongan pajak

dari pekerjaan berdasarkanPasal 21 Rp. 1.000.000,-

- pungutan pajak olehpihak lain ataspenghasilan dariasaha berdasarkanPasal 22 Rp. 2.000.000,-

- pemotongan pajak

Page 83: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 60 -

oleh pihak lain ataspenghasilan darimodal berdasarkanPasal 23 Rp. 1.000.000,-

- Kredit pajak penghasilanluar negeri berdasarkanPasal 24 Rp. 3.000.000,-

- Pembayaran sendirioleh Wajib Pajakdalam tahun berjalanberdasarkan Pasal 25 Rp. 2.000.000,-

Jumlah Pajak Penghasilan yang dapatdikreditkan Rp. 9.000.000,-Pajak Penghasilan yang masih harusdibayar Rp. 1.000.000,-

Pasal 29 …Pasal 29

Dalam contoh seperti dikemukakan pada PenjelasanPasal 28, maka kekurangan Pajak Penghasilan yangterhutang sebesar Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah)harus dilunasi terlebih dahulu sebelum disampaikannyaSurat Pemberitahuan Tahunan, selambat-lambatnya padaakhir bulan ketiga sesudah tahun pajak yangbersangkutan berakhir.

Pasal 30Ayat (1)

Setiap Surat Pemberitahuan Tahunan yangdisampaikan oleh Wajib Pajak yang melakukankegiatan usaha atau pekerjaan bebas denganperedaran atau penerimaan bruto Rp.60.000.000,-(enam puluh juta rupiah)atau lebih, harusdilampiri dengan Laporan Keuangan.

Ayat (2)Kewajiban menyampaikan Surat PemberitahuanTahunan, merupakan kewajiban untuk mewujudkanketentuan-ketentuan tentang materi pengenaan pajakmenjadi pembayaran uang pajak ke Kas Negara. Olehsebab itu undang-undang ini menetapkan bahwa SuratPemberitahuan Tahunan harus memuat data-data yangdapat dipakai sebagai dasar untuk menentukanbesarnya Pajak Penghasilan yang terhutang, sertakekurangan atau kelebihan pembayaran pajak.

Ayat (3)Pada prinsipnya setiap Wajib Pajak diwajibkanmenyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan.Kewajiban ini tidak berlaku bagi Wajib Pajak orangpribadi :

Page 84: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 61 -

a. yang tidak mempunyai penghasilan lain daripekerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21,kecuali Wajib Pajak orang pribadi yangmemperoleh penghasilan dari pekerjaan lebihdari satu pemberi kerja.

b. yang …b. yang menerima atau memperoleh penghasilan netto

yang tidak melebihi jumlah penghasilan tidakkena pajak, misalnya:seorang, Wajib Pajak kawindengan tanggungan keluarga 3(tiga)orang sedangisterinya tidak memperoleh penghasilan daripekerjaan atau dari usaha, maka penghasilantidak kena pajak adalah sebesar Rp. 2.880.000,-(dua juta delapan ratus delapan puluh riburupiah).

Apabila penghasilan netto sebesar Rp. 2.880.000,-(dua juta delapan ratus delapan puluh ribu rupiah)atau kurang, maka ia tidak diwajibkan menyampaikanSurat Pemberitahuan Tahunan.

Ayat (4)Dengan ketentuan ini dimaksudkan, bahwa WajibPajak yang telah menghitung dan membayar besarnyapajak yang terhutang secara benar berdasarkanketentuan undang-undang ini, serta melaporkandalam Surat Pemberitahuan Tahunan, kepadanya tidakperlu lagi diberikan Surat Ketetapan Pajak ataupunsurat keputusan dari administrasi perpajakan.

Ayat (5)Apabila diketahui kemudian, berdasarkan hasilpemeriksaan atau berdasarkan keterangan yangdiperoleh lain daripada pemeriksaan, bahwa pajakyang dihitung dan dilaporkan dalam SuratPemberitahuan Tahunan yang bersangkutan tidakbenar, misalnya pembebanan biaya ternyata melebihiyang sebenarnya, maka Direktur Jenderal Pajakmenetapkan besarnya pajak yang terhutangsebagaimana mestinya menurut undang-undang.

Pasal 31Ayat (1)

Kelebihan pembayaran pajak dapat dikembalikan ataudiperhitungkan dengan hutang pajak lainnya.

Contoh :

Page 85: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 62 -

Pajak penghasilan yang terhutangRp. 10.000.000,-Kredit-kredit pajak :- Pemotongan pajak

dari pekerjaan berdasarkanPasal 21 Rp. 1.000.000,-

- Pemungutan pajak …- Pemungutan pajak

oleh pihak lain ataspenghasilan dariusaha berdasarkanPasal 22 Rp. 4.000.000,-

- Pemotongan pajakoleh pihak lainatas penghasilan darimodal berdasarkanPasal 23 Rp. 1.000.000,-

- Pembayaran sendirioleh Wajib Pajak dalam tahun berjalanberdasarkanPasal 25 Rp. 6.000.000,-

Jumlah PajakPenghasilan yang dapatdikreditkan Rp. 12.000.000,Kelebihan pembayaranpajak Rp. 2.000.000,-

Kelebihan pembayaran pajak sebesar Rp. 2.000.000,-ini dapat dikembalikan atau diperhitungkan denganhutang pajak lainnya.

Ayat (2)Direktur Jenderal Pajak atau pejabat yang ditunjukberwenang untuk mengadakan pemeriksaan atasLaporan Keuangan dan sebagainya dari Wajib Pajak,sebelum dilakukan pengembalian atau perhitungankelebihan pajak.Hal-hal yang harus menjadi pertimbangan sebelumdilakukan pengembalian atau perhitungan kelebihanpajak adalah :a. kebenaran materiil tentang besarnya Pajak

Penghasilan yang terhutang;b. keabsahan bukti-bukti pungutan dan bukti-bukti

potongan pajak serta bukti pembayaran pajakoleh Wajib Pajak sendiri selama dan untuk tahunpajak yang bersangkutan.

Oleh karena itu, untuk kepentingan penelitian danpemeriksaan, Direktur Jenderal Pajak atau pejabatlain yang ditunjuk diberi wewenang untukmengadakan pemeriksaan atas Laporan Keuangan,buku-buku dan catatan lainnya serta pemeriksaanlain yang berkaitan dengan penentuan besarnya

Pajak …

Page 86: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 63 -

Pajak Penghasilan yang terhutang, kebenaran jumlahpajak yang telah dikreditkan dan untuk menentukanbesarnya kelebihan pembayaran pajak yang harusdikembalikan. Maksud pemeriksaan ini adalah untukmemastikan, bahwa uang yang akan dibayarkankembali kepada Wajib Pajak sebagai restitusi ituadalah benar merupakan hak Wajib Pajak.Yang dimaksud dengan pemeriksaan lain-laintermasuk pemeriksaan setempat, melakukanpencocokan terhadap pihak lain yang mempunyaihubungan dengan Wajib Pajak, dan sebagainya.

Pasal 32Sebagaimana telah diuraikan dalam bagian Umum daripenjelasan ini, ketentuan-ketentuan yang berkenaandengan tata cara pengenaan pajak diatur dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum danTata Cara Perpajakan yang mengatur tentang tata carapemungutan, sanksi-sanksi berkenaan dengan kesalahan,ketidakpatuhan, pelanggaran, dan kejahatan, kecualiapabila tata cara pengenaan pajak ditentukan laindalam undang-undang ini.

Pasal 33Ayat (1)

Bagi Wajib Pajak yang tahun pajaknya merupakantahun buku, maka ada kemungkinan bahwa sebagiandari tahun pajak itu termasuk di dalam tahuntakwim 1984. Menurut ketentuan ayat ini, makaapabila 6 (enam) bulan dari tahun pajak itutermasuk dalam tahun takwim 1984 Wajib Pajakdiperkenankan untuk memilih apakah maumempergunakan Ordonansi Pajak Perseroan 1925 atauOrdonansi Pajak Pendapatan 1944, ataupun memilihpenerapan ketentuan-ketentuan yang termuat dalamundang- undang ini. Kesempatan memilih semacam ituberlaku pula bagi Wajib Pajak yang lebih dari 6(enam) bulan dari tahun pajaknya termasuk di dalamtahun takwim 1984.

Ayat (2)Huruf aFasilitas perpajakan yang jangka waktunyaterbatas misalnya fasilitas perpajakanberdasarkan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967tentang Penanaman Modal Asing dan Undang-undang

Nomor 6 …Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman ModalDalam Negeri yang sudah diberikan sampai dengantanggal 31 Desember 1983 masih tetap dapatdinikmati sampai dengan habisnya fasilitasperpajakan tersebut.

Huruf b

Page 87: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 64 -

Fasilitas perpajakan yang jangka waktunya tidakditentukan, tidak dapat dinikmati lagiterhitung mulai tanggal berlakunya undang-undang ini, misalnya:- fasilitas perpajakan yang diberikan kepada

PT Danareksa, berupa pembebasan PajakPerseroan atas laba usaha dan pembebasanBea Meterai Modal atas penempatan danpenyetoran modal saham, berdasarkan SuratKeputusan Menteri Keuangan No. KEP-1680/MK/II/12/1976 tanggal 28 Desember1976;

- fasilitas perpajakan yang diberikan kepadaperusahaan Perseroan Terbatas yang menjualsaham-sahamnya melalui Pasar Modal, berupakeringanan tarif Pajak Perseroan,berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No.112/KMK.04/1979 tanggal 27 Maret 1979.

Ayat (3)Ordonansi Pajak Perseroan 1925, dan Undang-undangPajak atas Bunga, Dividen dan Royalti 1970 besertasemua peraturan pelaksanaannya tetap berlakuterhadap penghasilan kena pajak yang diterima ataudiperoleh dalam bidang penambangan minyak dan gasbumi dan dalam bidang penambangan lainnya yangdilakukan dalam rangka perjanjian Kontrak Karyadan Kontrak Bagi Hasil, sepanjang perjanjianKontrak Karya dan Kontrak Bagi Hasil tersebutmasih berlaku pada saat berlakunya Undang-undangini.Ketentuan undang-undang ini baru berlaku terhadappenghasilan kena pajak yang diterima ataudiperoleh dalam bidang penambangan minyak dan gasbumi yang dilakukan dalam bentuk perjanjianKontrak Karya dan Kontrak Bagi Hasil, apabilaperjanjian Kontrak Karya dan Kontrak Bagi Hasiltersebut dibuat setelah berlakunya undang-undangitu.

Pasal 34 …Pasal 34

Cukup jelas.

Pasal 35Dengan Peraturan Pemerintah diatur lebih lanjut hal-hal yang belum cukup diatur dalam Undang-undang ini.

Peraturan Pemerintah dimaksud antara lain mengenai :a. Penerapan faktor penyesuaian untuk menghitung

penghasilan yang berawal dari keuntungan karenapenjualan harta sebagai mana dimaksud dalam Pasal4 ayat (1) huruf d dan penerapan tarif efektifrata-rata atas keuntungan tersebut;

b. Pedoman penyusutan dan amortisasi;

Page 88: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - pajak.go.idpajak.go.id/sites/default/files/2019-07/UU 7 Tahun 1983.pdf · diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 65 -

c. Semua peraturan yang diperlukan, agar undang-undang ini dapat dilaksanakan sebaik-baiknya,termasuk pula peraturan peralihan.

Pasal 36Ayat (1)

Ayat ini menegaskan bahwa Undang-undang PajakPenghasilan 1984 mulai berlaku pada tanggal 1Januari 1984.Bagi Wajib Pajak yang tahun pajaknya sama dengantahun takwim, maka undang-undang ini berlaku bagimereka itu sejak tahun pajak 1984. Untuk WajibPajak yang mempergunakan tahun buku yang berlainandengan tahun takwim,maka undang-undang ini akanberlaku untuk tahun buku yang dimulai sesudah 1Januari 1984.

Ayat (2)Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIATAHUN 1983 NOMOR 3263