Presentation sosiologi

76
Rancangan Penelitian Sosial

Transcript of Presentation sosiologi

PengantarPenelitian dapat disebut sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Ilmu pengantar berawal dari kekaguman manusia akan alam, baik alam besar (makrokosmos) maupun alam kec (mikrokosmos) dan hasrat ingin tahu manusia sebagai animal rational (hewan berpikir). Sifat ingin tahu manusia muncul sejak manusia masih anak-anak. Pertanyaan-pertanyaan seperti "Ini apa?", "Itu apa? sering terlontar dari mulut anak-anak. Kemudian timbul pertanyaan "Mengapa begini?", dan seterusnya berkembang menjadi pertanyaan "Bagaimana hal itu bisa terjadi?", "Bagaimana memecahkannya?", serta pertanyaan lainnya. Bentuk-bentuk pertanyaan di atas telah ada sepanjang sejarah manusia. Manusia berusaha mencari jawaban atas berbagai pertanyaan itu dan berusaha mendapatkan pengetahuan yang benar mengenai hal-hal yang dipertanyakannya tadi. Salah satu cara untuk mendapatkan pengetahuan yang benar itu, dapat dilakukan melalui suatu rangkaian penelitian untuk menjawab segala pertanyaan dan persoalan.

Pengertian PenelitianAda beberapa pengertian atau definisi yang dikemukakan oleh para ahli tentang pengertian penelitian (dalam Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Iqbal Hasan, 2002), antara lain sebagai berikut. 1. Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang dilandaskan pada analisis dan konstruksi yang dilakukan secara metodologis, sistematis, dan konsisten, serta bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran sebagai salah satu manifestasi hasrat manusia untuk mengetahui apa yang sedang dihadapinya (Soerjono Soekanto). 2. Penelitian adalah suatu pencarian fakta menurut metode objektif yang jelas untuk menemukan hubungan antara fakta sehingga menghasilkan dalil dan hukum Uhon). 3. Penelitian merupakan usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan yang dilakukan dengan menggunakan metode-metode ilmiah (Marzuki). 4. Penelitian merupakan aktivitas dalam menelaah suatu masalah dengan menggunakan metode ilmiah secara terancang dan sistematis untuk menemukan pengetahuan baru yang terandalkan kebenarannya (objektif dan sahih) mengenai dunia alam dan dunia sosial (Sanapiah Faisal).

KARAKTERISTIK PENELITIANDari pendapat para ahli di atas dapat diketahui karakteristik penelitian sebagai berikut : 1. Bersifat ilmiah, artinya melalui prosedur tertentu yang sistematis dengan menggunakan fakta yang diperoleh secara objektif. 2. Merupakan suatu proses yang berjalan terusmenerus sebab hasil suatu penelitian -elalu dapat disempurnakan lagi. Hasil tersebut dapat berlanjut atau dilanjutkan oleh penelitian lain.

JENIS PENELITIAN1. Penelitian Ditinjau dari Tujuan Penelitian memiliki tiga tujuan utama, yaitu mengungkapkan kebenaran sebagai manifestasi hasrat ingin tahu manusia, mengembangkan ilmu pengetahuan, dan sebagai sarana untuk memecahkan berbagai masalah dalam masyarakat. Seorang peneliti bertujuan ingin mengetahui/ menggali secara luas tentang sebab-sebab sesuatu hal. Misalnya, mengapa sekarang banyak anak usia sekolah yang menjadi anak jalanan yang mengamen di perempatan-perempatan jalan. Hal itu menarik untuk diteliti, maka dibentuklah oleh pemerintah kota tim peneliti untuk menemukan sebab-sebab terjadinya gejala sosial tersebut. Penelitian semacam ini dinamakan penelitian eksploratif. Jika seorang guru ingin meningkatkan hasil proses belajar-mengajar, kemudian ia melakukan penelitian dengan jalan mencoba beberapa metode/ teknik mengajar sehingga ditemukan metode/teknik yang lebih baik, maka kegiatan guru untuk menemukan teknik/metode yang relatif lebih baik ini termasuk penelitian pengembangan atau penelitian developmental. Jenis ketiga ditinjau dari tujuan adalah penelitian veri fikatif. Yang dimaksud dengan penelitian verifikatif adalah penelitian yang bertujuan mengecek kebenaran hasil penelitian yang telah dilakukan. Misalnya, hasil penelitian tentang sebab-sebab anak jalanan di atas diulang lagi oleh tim peneliti lain yang bertujuan untuk mengetahui atau mengecek kebenaran hasil penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya.

2. Penelitian Ditinjau dari Pendekatan a. Pendekapatan Bujur (Longitudinal) Contohnya: guru mencatat kemampuan berbahasa Inggris siswa sejak mereka (siswa yang dijadikan subjek penelitian) duduk di kelas X sampai mereka duduk di kelas XII. Perlu dicatat di sini bahwa pencatatan kemampuan berbahasa Inggris ini bila pertama kali dilakukan pada pertengahan tahun ajaran, maka pencatatan selanjutnya juga dilakukan pada pertengahan tahun ajaran ketika siswa duduk di kelas XI dan kelas XII. Jadi, perkembangan kemampuan berbahasa Inggris mereka diikuti dan dicatat selama tiga tahun. Tentu saja pendekatan ini ada kebaikan dan ada pula kelemahannya. Kebaikannya karena subjek yang diamati sama sehingga faktor-faktor intern individu tidak berpengaruh terhadap hasil. Kelemahannya yaitu waktu penelitian sangat lama dan dikhawatirkan dalam jangka waktu yang lama ini telah banyak perubahan kondisi karena perkembangan zaman. b. Pendekatan Silang (Cross-Sectional) Dalam penelitian ini tidak digunakan subjek yang sama. Dalam waktu yang bersamaan, peneliti mengadakan pencatatan tentang perkembangan kemampuan berbahasa Inggris siswa di jenjang SMA secara serentak, yaitu siswa yang duduk di kelas X, XI, dan XII. Jelas satu hal yang menguntungkan adalah bahwa data dapat dikumpulkan secara cepat. Akan tetapi, subjek yang berbeda-beda perlu juga mendapatkan perhatian dan pertimbangan karena perkembangan seseorang atau kelompok dalam satu tahun yang akan datang, mungkin ada perbedaan, atau bahkan sangat berlawanan dengan perkembangan kelompok yang satu tahun lebih tua.

3. Penelitian Ditinjau dari Bidang Ilmu a. Penelitian Bidang Alam Objek penelitian ilmu alam yaitu objek dunia yang riil materiil atau dunia objektif. Yang dicari di sini adalah fakta dan pembuktian-pembuktian dari kenyataan. Orang menggunakan rasio/pikiran guna menembus hakikat kenyataan tadi dan alat indra dipakai untuk mengadakan pengecekan serta verifikasi terhadap kebenaran. Penelitian bidang ilmu alam, contohnya mekanika, fisika, biologi, teknologi, botani, dan zoologi. b. Penelitian Bidang Ilmu Sosial Objek penelitian ilmu sosial adalah manusia dan fenomena fenomena/gejala - gejala sosial. Materi dari ilmu sosial, antara lain buah karya manusia, barang-barang peninggalan sejarah, tingkah laku, perbuatan manusia dalam macam-macam ekspresi, dan hasil kebudayaan yang seluruhnya dipikirkan secara sistematis, dan diciptakan oieh akal budi manusia. Contohnya, yaitu penelitian tentang kenakalan remaja, kemiskinan, lingkungan kumuh, dan penyimpangan seksual

4. Penelitian ditinjau dari tempatnya Jika ditinjau dari tempatnya, maka terdapat penelitian laboratorium. Penelitian laboratorium ini tidak hanya untuk bidang ilmu eksakta/IPA, tetapi sekarang ada juga penelitian di laboratorium dalam bidang bahasa dan ilmu-ilmu sosial. Penelitian dapat juga dilakukan di perpustakaan. Misalnya, penelitian tentang dokumen-dokumen sejarah yang telah dibukukan, penelitian dalam bidang kesastraan, dan masih banyak yang lain. Di samping itu, masih ada penelitian yang lain yang disebut penelitian kancah atau penelitian lapangan karena tempat penelitiannya di kancah/ lapangan. Misalnya, penelitian pendidikan yang tidak hanya dilakukan di sekolah saja, melainkan bisa di keluarga, di masyarakat, di kantor, di pabrik, atau di tempat/lapangan yang lain. Penelitian lapangan pada umumnya bertujuan untuk memecahkan masalahmasalah praktis dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini merupakan metode untuk menemukan secara khusus dan realistis mengenai apa yang tengah terjadi di masyarakat.

5. Penelitian ditinjau dari hadirnya variabel a.Penelitian Deskriptif Penelitian ini menggambarkan variabel masa lalu dan masa sekarang (jadi variabel yang diteliti sudah ada). Contoh penelitian deskriptif, misalnya tim peneliti ingin mengetahui kekayaan calon bupati.Variabel dalam penelitian ini adalah kekayaan yang dapat berupa apa saja. Jadi, variabel dalam penelitian ini sudah ada.Tim peneliti tinggal menggambarkan/mendeskripsikan kekayaan calon bupati tersebut. b.Penelitian Eksperimen Pada penelitian ini variabel yang diteliti belum ada, belum datang, dan belum terjadi, tetapi sengaja didatangkan atau diadakan oleh peneliti dalam bentuk perlakuan (treatment). Misalnya, penelitian tentang pengaruh susu sapi terhadap pertumbuhan badan/berat badan seseorang. Variabel dalam penelitian ini adalah pertumbuhan badan/berat badan. Ada dua kelompok yang dibandingkan, yaitu kelompok orang yang tidak diberi minuman susu sapi dan kelompok orang yang diberi minuman susu sapi (jadi, kelompok ini yang diberi perlakuan/treatment). Sebelum diadakan perlakuan (minum susu), kedua kelompok orang ini ditimbang berat badannya, kemudian setelah tiga bulan ditimbang lagi. Dari percobaan/eksperimen ini akan diketahui apakah susu sapi dapat menambah berat badan seseorang atau tidak.

6. Penelitian Dilihat dari Wujud Data a. Berdasarkan cara memperolehnya, ada data primer (data yang didapat dari sumber pertama, seperti wawancara atau kuesioner); data sekunder (data yang didapat bukan dari sumber pertama, seperti data dari Biro Pusat Statistik) b. Berdasarkan sifatnya, dibedakan menjadi data kuantitatif (data yang dinyatakan dalam bentuk angka); dan data kualitatif (data yang tidak dinyatakan dalam bentuk angka); dan c. Berdasarkan sumbernya, dibedakan menjadi data intern (data yang dikumpulkan oleh dan untuk keperluan sendiri) dan data ekstern (data yang dikumpulkan oleh orang lain).

7. Penelitian Ditinjau dari Cara Pembahasannya a. Penelitian Deskriptif Penelitian deskriptif melukiskan, memaparkan, menuliskan, dan memporkan suatu keadaan, objek, atau peristiwa secara apa adanya. b. Penelitian Inferensial Penelitian inferensial melukiskan peristiwa dan menarik kesimpulan umum dari masalah yang diteliti.

Penelitian SosialObjek penelitian sosial adalah manusia dan fenomena-fenomena/gejala-gejala sosial. Materi dari ilmu sosial, antara lain tingkah laku dan perbuatan manusia dalam berbagai macam ekspresi. Ilmu pengetahuan sosial tidak dapat melepaskan diri dari penentuan nilai sehingga dalam hal ini terdapat penentuan kualitas dan nilai-nilai yang bersifat normatif. Penelitian dalam ilmu sosial menurut M. Nasir (1999) dapat disebut sebagai suatu proses yang terus-menerus, kritis, dan terorganisasi untuk mengadakan analisis dan memberikan interpretasi terhadap fenomena sosial yang merniliki hubungan sating mengait. Penelitian ilmu sosial juga bersandar pada metode ilmiah yang didukung oleh kerangka analisis dan teori yang berbeda dengan ilmu alam. penelitian bidang sosial, antara lain penelitian tentang kenakalan remaja, anak jalanan, kemiskinan lingkungan kumuh, dan penyimpangan seksual. Dalam penelitian ilmu-ilmu sosial dikenal adanya penelitihan antropologis, ekonomis, psikologis, hukum, dan sosiologis. Menurut Soerjono Soekanto, penelitian sosiologis dapat dikatakan sebagai proses pengungkapan kebenaran berdasarkan penggunaan konsep-konsep dasar yang dikenal dalam sosiologi. Konsep-konsep dasar ini berfungsi sebagai sarana ilmiah untuk mengungkapkan kebenaran dalam masyarakat.

Konsep Konsep Dasar Penelitian Sosial

1. INTERAKSI SOSIAL; 2. KELOMPOK SOSIAL; 3. KEBUDAYAAN; 4. LEMBAGA SOSIAL;

5. LAPISAN SOSIAL; 6. KEKUASAAN DAN WEWENANG; 7. PERUBAHAN SOSIAL; DAN 8. MASALAH SOSIAL.

Rancangan PenelitianRancangan penelitian dalam bentuk langkah-langkah atau tahapan-tahapan dalam mengadakan penelitian, yaitu sebagai berikut. 1. Menentukan Masalah atau Topik Penelitian Penentuan fokus atau topik penelitian merupakan tahap paling awal dari sebuah penelitian. Permasalahan yang akan diteliti dapat bersumber dari gejala-gejala atau fenomena dalam kehidupan sehari-hari, bahan-bahan kepustakaan, atau informasi-informasi yang diberikan orang lain. Dalam menentukan masalah penelitian ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, yaitu: a. masalah penelitian harus menarik dan perlu diteliti; b. data dapat diperoleh; c. hasil penelitian itu bermanfaat; d. topik atau masalah yang akan diangkat merupakan sesuatu yang baru; dan e. segi subjektif peneliti itu sendiri, antara lain kesanggupan untuk meneliti, bekal kemampuan teoritis, penguasaan metode penelitian, tersedianya alat-alat dan perlengkapan, serta tersedianya waktu dan biaya.

2. Studi PendahuluanStudi pendahuluan bertujuan untuk mendalami permasalahan sehingga calon peneliti benarbenar dapat mempersiapkan perencanaan dengan matang. Studi pendahuluan ini memiliki beberapa tujuan antara lain: a. Peneliti tidak mengulangi hasil penelitian orang lain; b. Mengetahui dengan pasti apa yang akan diteliti; c. Mengetahui di mana/dari siapa informasi dapat diperoleh; d. Memahami bagaimana cara/teknik memperoleh data; e. Dapat menentukan metode yang tepat; dan f. Memahami bagaimana cara menarik kesimpulan dan cara memanfaatkan hasil penelitian.

3. Perumusan Latar Belakang Penelitian Seperti yang telah diuraikan di atas, langkah pertama dalam penelitian adalah memilih masalah atau topik penelitian. Dalam langkah pertama ini seorang peneliti harus memaparkan terlebih dahulu latar belakang mengapa masalah atau topik penelitian itu perlu diteliti. Di dalam latar belakang masalah ini dipaparkan secara ringkas tentang teori, hasil-hasil penelitian, kesimpulan seminar dan diskusi ilmiah, maupun pengalaman atau pengamatan pribadi yang terkait erat dengan pokok masalah yang diteliti. Dengan demikian, masalah yang dipilih untuk diteliti mendapat landasan berpijak yang lebih kokoh. Penulisan bagian latar belakang dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti di bawah ini. a. Dimulai dengan sesuatu yang diketahui bersama (pengetahuan umum) atau teori yang relevan dengan masalah atau topik yang akan diteliti, selanjutnya diikuti oleh paparan yang menunjukkan bahwa tidak selamanya hal tersebut dapat terjadi. b. Dimulai dengan suatu pertanyaan retoris yang diperkirakan dapat mengantarkan pembaca pada masalah atau topik yang akan diteliti. c. Dimulai dengan sebuah kutipan dari orang terkenal, ungkapan atau slogan, selanjutnya dihubungkan atau ditunjukkan relevansinya dengan masalah atau topik yang akan diteliti.

4. Merumuskan Asumsi/Anggapan Dasar dan Hipotesis Menurut Winarno Surakhmad, hipotesis merupakan sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyidik. Sebagai contoh, sebuah penelitian yang berjudul "Studi tentang Siswa yang Mengulang di Kelas XI Sekolah Menengah Atas di Kecamatan Depok, Kab. Sleman", maka anggapan dasar atau asumsi yang dapat diajukan antara lain : a. prestasi belajar siswa, termasuk siswa-siswa kelas XI dan kelas XII SMA bervariasi; b. latar belakang guru SMA berbeda-beda; dan c. latar belakang sosial siswa, seperti pendidikan dan pekerjaan orang tua berbeda-beda.

5. Pemilihan Metode Penelitian Metode penelitian berkaitan dengan cara pengumpulan data. Pada hakikatnya, metode penelitian itu ada dua, yaitu metode tes dan metode nontes. Adapun metode nontes masih dapat dirinci lagi seperti di bawah ini :

a. Metode Tes Metode tes sebagai instrumen pengumpul data adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, inteligensi, dan kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.

b. Metode Nontes 1) Wawancara atai Interview Wawancara disebut juga kuesioner lisan, yaitu suatu dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari responden. Wawancara digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang, misalnya untuk mencari data tentang variabel latar belakang kehidupan saudaranya, dan sikap terhadap sesuatu. Secara fisik wawancara dapat dibedakan menjadi dua, yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Perbedaannya terletak pada pedoman wawancaranya. Dalam wawancara terstruktur pedoman wawancara disusun secara rinci sehingga menyerupai checklist. Dengan demikian, pewawancara tinggal membubuhkan tanda check (V) pada nomor yang sesuai. Dalam wawancara tidak terstruktur, pedoman wawancara hanya memuat garis besar pertanyaan. Dengan demikian, pewancara dituntut untuk kreatif dan dapat menggali sedalamdalamnya data yang diperlukan. anak jalanan, orang tuanya, pendidikannya,

Ditinjau dari segi pelaksanaannya, wawancara dibagi menjadi tiga jenis. a) Wawancara Bebas Dalam wawancara bebas, pewawancara bebas menanyakan apa saja kepada responden, namun harus diperhatikan bahwa pertanyaan itu berhubungan dengan data-data yang diinginkan. Jika tidak hati-hati, kadang-kadang arah pertanyaan tidak terkendali. Hal terakhir ini merupakan kelemahan dari wawancara bebas. b) Wawancara Terpimpin Dalam wawancara terpimpin, pewawancara sudah dibekali dengan daftar pertanyaan yang lengkap dan terinci (sama dengan wawancara terstruktur). c) Wawancara Bebas terpimpin Dalam wawancara bebas terpimpin, pewawancara mengkombinasikan wawancara bebas dengan wawancara terpimpin, yang dalam pelaksanaannya pewawancara sudah membawa pedoman tentang apa-apa yang ditanyakan secara garis besar.

2) Observasi Observasi merupakan aktivitas penelitian dalam rangka mengumpulkan data yang berkaitan dengan masalah penelitian melalui proses pengamatan langsung di lapangan. Dalam kegiatan observasi ini, pengamatan yang dilakukan bukan sekadar mengamati sesuatu, seperti mengamati bulan, mengamati pemandangan yang indah, atau mengamati deburan ombak di laut. Namun, pengamatan dalam penelitian harus berada dalam lingkup kegiatan ilmiah. Berdasarkan keberadaan pengamat di lapangan, observasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut :

a) Pengamatan terlibat (observasi partisipasi), yaitu observasi yang dilakukan pengamat dengan cara melibatkan diri ke dalam lingkungan objek pengamatan. Misalnya, seorang peneliti ingin meneliti tentang pola hidup masyarakat Tengger, maka untuk mengetahui hal ini peneliti dapat melakukan observasi partisipasi, yaitu hidup bersama dengan masyarakat Tengger selama jangka waktu tertentu sehingga peneliti bisa lebih mendalami budaya dan pola hidup yang dianut oleh masyarakat Tengger tadi, termasuk lingkup pola pikir mereka. Observasi partisipasi ini dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu (a) partisipasi sebagian, maksudnya peneliti tidak terlibat secara penuh dalam objek pengamatannya, tetapi hanya terlibat pada waktu-waktu tertentu sesuai dengan kebutuhan pengambilan data, dan (b) partisipasi penuh, maksudnya adalah peneliti melibatkan diri secara penuh ke dalam objek pengamatan.

b)Observasi tak terlibat (observasi nonpartisipasi), yaitu peneliti tidak melibatkan diri secara langsung ke dalam objek pengamatan,tapi tetap bisa memperoleh gambaran mengenai objeknya, misalnya seorang peneliti ingin mengamati tentang pola perilaku pengamen anak-anak di sebuah terminal. Dalam proses pengamatan objeknya, peneliti tidak harus berperilaku atau menjadi bagian dari pengamen tersebut, tetapi cukup dengan cara mengamati pola perilaku, kegiatan, atau kesibukan mereka dari jarak tertentu. Dalam melakukan observasi, peneliti dibantu oleh pedoman observasi (yang merupakan instrumen dalam pengambilan data) yang berisi daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati. Dalam daftar tersebut peneliti atau pengamat tinggal memberikan tanda pada kolom peristiwa. Proses observasi seperti ini disebut proses observasi sistem tanda (sign system).

3) Angket atau Kuesioner Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Kuesioner dapat disebut sebagai wawancara tertulis karena isi kuesioner merupakan satu rangkaian pertanyaan tertulis yang ditujukan kepada responden dan diisi sendiri oleh responden, sedangkan wawancara lisan dilakukan dengan tatap muka dan pewawancara bertanya langsung pada responden dengan bantuan daftar pertanyaan. Seluruh jawaban yang diberikan oleh responden dicatat sendiri oleh pewawancara. Kuesioner dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, tergantung pada sudut pandangnya : a. Dipandang dari Cara Menjawab b. Dipandang dari Jawaban yang Diberikan c. Dipandang dari Bentuknya

a. Dipandang cara menjawab Kuesioner terbuka, artinya memberi kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri. Kuesioner tertutup, artinya responden tinggal memilih jawaban yang sudah disediakan b. Dipandang dari Jawaban yang Diberikan Kuesioner langsung, yaitu jika responden memberikan informasi tentang dirinya. Kuesioner tidak langsung, yaitu jika responden memberikan informasi tentang orang lain. c. Dipandang dari Bentuknya Kuesioner pilihan ganda (sama dengan kuesioner tertutup), yaitu responden memilih jawaban yang tersedia yang sesuai dengan pendapatnya. Kuesioner isian (sama dengan kuesioner terbuka), yaitu responden diberi kesempatan menjawab menurut pendapatnya. Check-list, yaitu sebuah daftar dan responden tinggal membubuhkan tanda check () pada kolom yang sesuai. Rating-scale (skala bertingkat), yaitu sebuah pernyataan diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkat-tingkatan, misalnya mulai dari sangat setuju sampai ke sangat tidak setuju.

4) Dokumentasi Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis, seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peratuan, notulen rapat, dan catatan harian. 5) Studi Kepustakaan Studi kepustakaan merupakan suatu kegiatan penelusuran dan penelaahan literatur. Kegiatan ini sangat diperlukan dalam melakukan penelitian dan dianggap sebagai suatu bentuk survei terhadap data yang telah ada, tanpa memandang jenis metode penelitian yang dipilih. Studi kepustakaan juga dapat dilakukan pada saat sebelum atau sesudah pemilihan masalah penelitian. Bila dilakukan sebelum pemilihan masalah penelitian, maka studi kepustakaan berguna untuk mendapatkan ide-ide terbaru untuk diangkat menjadi bahan atau masalah penelitian. Selain itu, juga dapat digunakan sebagai sumber untuk mencari data sekunder yang mendukung penelitian. 6) Analisis Isi Media Massa Sumber data dalam penelitian dapat diperoleh juga melalui media massa, seperti surat kabar, majalah, tabloid, radio, dan televisi. Pengumpulan data melalui media massa ini dapat dilakukan dengan merekam bila data berasal dari media elektronik, dan menulis atau mencatat kembali jika data berasal dari media cetak.

Pemilihan Metode PenelitianSecara garis besar pemilihan metode penelitian dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain seperti di bawah ini. 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini sekaligus menentukan jenis dan macam variabel. 2. Sampel Penelitian Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi (keseluruhan subjek penelitian) yang mewakili. Jika sampelnya besar lebih baik dipakai metode angket daripada wawancara. 3. Lokasi Apabila lokasi penelitian meliputi daerah yang luas,akan lebih efektif jika digunakan metode kuesioner. 4. Pelaksana Apabila pelaksana penelitian cukup banyak, sedangkan responden atau sampel penelitian relatif sedikit, dapat dipilih atau dipakai metode wawancara. Sebaliknya, jika pelaksananya sedikit, sedangkan sampelnya cukup besar, maka metode angket atau kuesioner lebih efektif dibandingkan dengan metode wawancara. 5. Biaya dan Waktu Walaupun hasilnya akan lebih baik jika peneliti menggunakan metode observasi, tetapi jika biaya dan waktunya terbatas, maka peneliti harus puas hanya menggunakan metode kuesioner. 6. Data Jika kita menginginkan pendapat responden yang lebih dalam, maka wawancara lebih baik daripada kuesioner. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pemilihan metode penelitian, jenis penelitian apapun, termasuk penelitian sosial harus mempertimbangkan keenam faktor di atas.

6. Menentukan Variabel dan Sumber Dataa. Menentukan Variabel Variabel merupakan objek penelitian yang bervariasi atau yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Variabel dapat dibedakan menjadi: 1) Variabel kuantitatif, contohnya luas kota, umur, atau banyaknya jam, dan 2) Variabel kualitatif, contohnya persepsi atau pandangan, atau motivasi. Memahami variabel sangatlah penting karena ini akan sangat berguna dalam proses pemecahan variabel ke dalam subvariabel. Untuk lebih jelasnya perhatikanlah contoh berikut ini. Judul Variabel bebas Variabel terikat : Pengaruh kualitas guru terhadap prestasi belajar murid : Kualitas guru : Prestasi belajar murid

b. Menentukan Sumber Data Sumber data ditentukan berdasarkan rumusan masalah dan hipotesis yang telah dibuat. Sumber data dalam penelitian merupakan sumber subjek data yang dapat diperoleh secara langsung dari masyarakat maupun bahan-bahan kepustakaan, antara lain: responden, benda mati, benda hidup, dan catatan. Dalam penelitian juga dikenal subjek penelitian yang merupakan sasaran dalam penelitian atau sumber data dalam penelitian. Bila cakupan subjek penelitian itu sangat luas, maka perlu ditetapkan dulu jumlah populasinya, kemudian dipilih sampel yang akan mewakili populasi tersebut. 1. Populasi Populasi merupakan sekumpulan unit-unit elementer, atau hal yang menjadi sumber pengambilan sampel yang memenuhi syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Seluruh anggota populasi dapat dijadikan subjek penelitian jika jumlah anggotanya sedikit sehingga tidak perlu penarikan atau penentuan sampel lagi. 2. Sampel Sampel merupakan bagian dari populasi yang diambil dan dipergunakan untuk penelitian yang sifat dan karakteristiknya dapat mewakili populasi sebagai subjek penelitian. Sampel mewakili karakteristik populasi. Sampel yang terlalu besar tidak efisien, sementara itu sampel yang terlalu kecil tidak mewakili informasi sebenarnya. Dengan memahami metode sampling diharapkan peneliti dapat menentukan sampel yang tepat agar menghasilkan penelitian yang benar, akurat, dan bermanfaat.

Penarikan sampel dari populasi dapat dilakukan dengan beberapa cara. a) Sampel acak sederhana, maksudnya tiap unitlanggota populasi diberi nomor kemudian ditarik secara acak (random), masing-masing unit dalam sampel memiliki peluang yang sama untuk dipilih. b) Sampel sistematik, yang ditarik dengan cara membuat daftar anggota-anggota populasi secara berurutan. Kemudian ditentukan satu nomor patokan sebagai titik awal menarik sampel, nomor selanjutnya ditentukan secara sistematik menurut interval tertentu. c) Sampel bertingkat (berstrata), yang diambil dengan cara membagi populasi atas kelas-kelas atau tingkat, misalnya strata umur, pendidikan, dan ekonomi. Anggota-anggota setiap sampel diambil dari setiap kelas tersebut sehingga setiap kelas trwakili dalam sampel. Sampel bertingkat ini digunakan apabila anggota populasi memiliki perbedaan karakteristik yang dapat memengaruhi variabel dalam penelitian. d) Sampe1 cluster, yaitu populasi dibagi atas kelompok menurut area atau cluster, dengan anggota-anggota yang tidak perlu homogen. Kemudian dari sampel cluster ini dipilih lagi anggota-anggota unit yang bisa diambil dari seluruh elemen cluster tersebut. Pengacakan dalam penarikan sampel biasanya dilakukan hanya pada saat memilih cluster, bukan pada waktu memilih anggota unit. Pada umumnya, sampel cluster hanya digunakan untuk populasi yang cukup besar. e) Sampel kuota, dilakukan dengan cara menentukan stratanya (kelas atau golongan yang berupa tingkat atau lapisan) terlebih dahulu menurut sifat-sifat yang dianggap memiliki pengaruh paling dominan terhadap variabel yang sering diteliti, kemudian jumlah anggota setiap strata (lapisan) tersebut ditentukan berdasarkan kuota (jarak) tertentu. f) Sampel sebanding (proportional sampling), hampir sama dengan sampel kuota. Sampel ini diperoleh dengan cara mengambil anggota-anggota strata sedemikian rupa sehingga tiap strata tersebut diwakili oleh sejumlah anggota yang sebanding dengan besarnya strata itu. g)Sampel bertujuan (purposive sampling), merupakan cara pengambilan sampel dengan tujuan tertentu.

7. Menentukan Instrumen/Alat Penelitian Alat untuk mengumpulkan data penelitian disebut instrumen penelitian. Jadi, harus dibedakan antara metode penelitian dan instrumen penelitian. Adakalanya nama untuk metode penelitian dan instrumen memang sama. Misalnya, metode untuk mengumpulkan data adalah tes, instrumen untuk mengumpulkan data juga bernama tes. Begitu juga metode angket, instrumennya berupa angket. Akan tetapi, dalam metode observasi digunakan instrumen berupa check-list, metode dokumentasi digunakan instrumen pedoman dokumentasi.

8. Mengumpulkan Data Penelitian Seperti telah diuraikan di atas, pengumpulan data penelitian berhubungan dengan instrumen penelitian. Pemilihan instrumen penelitian ini harus mempertimbangkan tujuan penelitian, besarnya sampel penelitian, lokasi penelitian, jumlah peneliti, biaya dan waktu penelitian, serta keakuratan data yang diinginkan, jadi sama persis dengan pemilihan metode penelitian.

9. Pengolahan/Analisis Data Penelitian Jika data penelitian sudah diperoleh, langkah berikutnya adalah pengolahan data atau analisis data. Pada dasarnya, pengolahan data penelitian ini tergantung pada jenis datanya. Jika data itu berupa angka-angka, maka data itu dianalisis dengan statistik dan penelitian ini disebut penelitian kuantitatif Akan tetapi, jika data penelitian itu bukan berupa angka-angka, melainkan pernyataan dengan kata-kata atau tindakan, maka analisisnya tidak perlu menggunakan statistik, dan penelitian ini termasuk penelitian kualitatif. Tahapan dalam pengolahan data meliputi: (1) editing, (2) pengkodean data (koding), (3) tabulasi data, (4) mencari korelasi data, (5) analisis dan interpretasi data, dan (6) generalisasi dan kesimpulan.

a. Editing Pada tahapan editing, data yang telah terkumpul melalui daftar pertanyaan (kuesioner) ataupun pada interview guide perlu dibaca kembali untuk melihat apakah ada hal-hal yang masih meragukan dari jawaban responden. Jadi, editing bertujuan untuk memperbaiki kualitas data dan menghilangkan keraguan-keraguan data. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengeditan data, antara lain sebagai berikut. 1) Kelengkapan dan Kesempurnaan Data Kelengkapan dan kesempurnaan data, seperti kelengkapan identitas pengisi/responden, kelengkapan lembaran, kelengkapan jawaban responden, apakah sesuai dengan maksud pertanyaan, atau ada jawaban yang kosong. 2) Kejelasan Tulisan Tulisan yang tertera pada kuesioner ataupun alat pengumpul data lain harus jelas terbaca. Coretancoretan yang berkaitan dengan data harus diperjelas, kata-kata atau kalimat harus diperterang. Hal ini perlu dilakukan agar tidak menimbulkan kesalahan atau keraguan dalam pengolahan data. 3) Pemahaman Catatan Catatan-catatan yang dibuat harus mudah dipahami. Oleh karena itu, segala kalimat atau kata-kata Lang dipendekkan atau disingkat harus diubah menjadi kalimat atau kata-kata yang utuh agar pada saat pengkodean data tidak mengalami kesulitan dan mudah dimengerti. 4) Kondisi Data Data harus tetap tenaga konsistensinya. Jadi jika ditemukan kesalahan penjumlahan atau kesaahan dan pemberian jawaban, maka peduli dari penyebab kesalahannya ataukah karena kesalahan pencacacan atau responden salah paham dalam menjawab pertanyaan. Selain itu, konsistens responden dalam memberikan jawaban perlu diperhadkan juga karena dapat berpengaruh dalam pengolahan data yang akan dilakukan. Misalnya, jika dalam kuesioner terdapat pertanyaan - pertanyaan yang saling berhubungan. 5) Keseragaman satuan yang Digunakan dalam Data (Uniformitas Data) Data-data yang menggunakan ukuran satuan harus dicatat seragam. Misalnya, jika data tenting dinyatakan dalam satuan meter, maka untuk seterusnya harus tetap menggunakan satuan meter jangan diubah menjadi sentimeter. 6) Kesesuaian Jawaban Hal lain yang pedudhelhjdalam editing adaah kesesuaian ancara pertanyaan-percanyaan dan jawaban yang dibehkan. Hal ini juga menyangkut kelogisan jawaban. Namun perlu diperhatikan, jika ditemukan ketidaksesuaian jawaban, maka jangan sekali-kali mengganti jawaban tersebut agar sesuai karena peneliti dapat dianggap tidak jujur Bila dalam proses editing ditemukan data-data yang cacat atau salah dan dapat memengaruhi hasil penelitian, maka perlu dilakukan observasi ataupun dapat dipercaya.

b. Pengkodean Data Setelah tahap editing selesai, maka data-data yang berupa jawaban-jawaban responden perlu diberi kode untuk memudahkan dalan penganalisisan data. Hal ini sangat penting artinya, apalagi jika proses pengolahan data dilakukan dengan komputer. Pemberian kode pada data dapat dilakukan dengan rnelihat jawaban dari jenis pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner. Pengkodean data dapat dibedakan atas berikut ini 1) Pengkodean terhadap Jawaban yang Berupa Angka Jawaban-jawaban responden yang berupa angka dapat diperoleh dari pertanyaan-pertanyaan tentang usia, penghasilan per bulan, tinggi dan berat badan, jumlah anak, dan sebagainya. Pengkodean pada jawabanjawaban dalam bentuk angka lebih mudah dilakukan karena angka-angka jawaban tersebut sudah dapat dijadikan sebagai kode.

Contoh : 3.2 Pengkodeaan Jawaban berupa angkaPertanyaan Jawaban Kode

Berapakah usia Anda sekarang? Berapakah penghasilan Anda per bulan? Berapakah jumlah anak Anda?pengkodean tesendiri.Pertanyaan

28 tahun Rp 500.000,00 2 orang

28 500.000 2

Bila Jawaban berupa Angka tersebut terdapat dalam bentuk interval kelas, maka perlu dilakukan

Jawaban

Kode

Berapakah pengeluaran Anda per bulan?

a. < 50.000 b. 50.000 100.000 > 100.000

1 2 3

3) Pengkodean terhadap Jawaban dari Pertanyaan Tertutup Pertanyaan tertutup merupakan bentuk pertanyaan yang sudah memiliki beberapa alternatif jawaban sehingga responden hanya tinggal memilih salah satu jawaban yang tersedia, sesuai dengan instruksi yang diberikan. Jenis pertanyaan ini memiliki alternatif jawaban seperti YA atau TIDAK, SETUJU atau TIDAK SETUJU. Pengkodean atas jawaban yang diberikan tersebut bisa langsung dilakukan sesuai dengan indeks atau skala yang dipakai. jawaban berdasarkan indeks atau skala ini menggunakan angka tertinggi hingga terendah. Biasanya untuk jawaban yang baik diberikan kode angka tertinggi, sedangkan yang terburuk diberikan angka terendah, atau misalnya untuk tingkatan terendah diberikan angka terendah dan tingkatan tertinggi diberi angka tertinggi.

Contoh : 3.4 Pengkodeaan Jawaban pertanyaan tertutupPertanyaan Jawaban Kode

Apakah Anda setuju dengan program a. ya pemberantasan obat-obatan terlarang? b. tidak

1 0

Sedangkan jawaban yang menunjukkan tirigkata.n terenclah hingga tertinggi seperti tingkatan pendidikan, pengkodean dapat dilakukan sebagai berikut.Pertanyaan Jawaban Kode

Sebutkan tingkat pendidikan terakhir Anda!

a. SD b. SMP c. SMA d. Diploma e. S1 f. S2 g. S3

1 2 3 4 5 6 7

3) Pengkodean terhadap Jawaban dari Pertanyaan Semiterbuka Pertanyaan semiterbuka adalah pertanyaan yang memiliki beberapa alternative jawaban yang sudah ditentukan, tetapi responden masih tetap diberi alternative jawaban lain yang dianggap cocok dengan pendapatnya sendiri. Pemberian kode untuk jawaban seperti ini bisa langsung dilakukan.Pertanyaan Jawaban Kode

Apakah yang sering Anda

a. membaca b. memasak c. olahraga d. nonton TV e. dengar music f. Lain - lain (sebutkan)

1 2 3 4 5 6

Jika jawaban yang diberikan adalah jalan-jalan, maka kode tambahan untuk jalanjalan adalah 6. Pada jawaban pertanyaan semiterbuka ini biasanya jawaban yang diberikan oleh responden sendiri sudah mencakup sebagian besar alternative jawaban seperti contoh di atas. Namun, terkadang ada jawaban yang diberikan oleh para responden tersebut tidak bisa diberi satu kode karena terdiri dari jawaban-jawaban yang berbeda, maka pemberian kode dapat dilakukan sebagai berikut.

Tabel 3.7 pengkodean Jawaban Pertanyaan yang BerbedaPertanyaan Jawaban Kode

Jenis olahraga apakah yang paling Anda senangi?

a. sepak bola b. bola basket c. tinju d. bulu tangkis e. tenis meja f. lain-lain (sebutkan) Misalnya jawaban yang diberikan responden terdiri dari: renang, tenis lapangan, lari, bola, volley, dan senam, maka kode tambahan tersebut adalah: renang tenis lapangan bola volley lari senam

1 2 3 4 5 6

7 8 9 10 11

4) Pengkodean terhadap jawaban dari Pertanyaan Terbuka Pertanyaan terbuka merupakan pertanyaan yang tidak memiliki alternatif jawaban sehingga responden bebas menjawab pertanyaanpertanyaan yang diajukan. Akan tetapi, sebelum dilakukan pengkodean terhadap jawaban-jawaban dari pertanyaan terbuka ini, perlu dibuat kategorisasi atas jawaban-jawaban tersebut karena variasi jawaban yang diperoleh barang kali cukup banyak. Untuk membuat kategori jawaban dan kodenya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu: a) perbedaan kategori jawaban harus tegas, agar tidak tumpang tindih (overlapping) antara tiap jawaban, b) jika terdapat jawaban yang tidak sesuai dengan kategori yang sudah disusun, maka jawaban tersebut bisa dikelompokkan dalam kategori "lain-lain". Namun, perlu diketahui bahwa persentase jawaban untuk "lain-lain" harus kecil karena jika terlampau tinggi banyak informasi yang terbuang. Untuk menghindari hal ini, maka perlu dibentuk kategori tambahan sehingga persentase jawaban "lain-lain" tersebut bisa ditekan serendah mungkin. Jawaban-jawaban yang dikelompokkan dalam satu kategori merupakan jawaban-jawaban yang lebih kurang sejenis. Contoh:

Bagaimanakah tanggapan Anda tentang kegiatan ekstrakurikuler di sekolah ini? Jawaban yang diterima dari para responden sangat beragam, yaitu: - sangat baik, karena banyak pilihan kegiatan - cukup banyak - kurang banyak - kurang beragam - tidak tahu - dibanding tahun lalu, kegiatan ekstrakurikuler tahun ini sedikit meningkat - kegiatan ekstrakurikuler terlalu sedikit sehingga agak monoton dan membosankan - perlu penambahan ekstrakurikuler yang bisa meningkatkan prestasi belajar siswa - percuma, karena kegiatan ekstrakurikuler terlalu sedikit - saya tidak bisa memberi tanggapan

Jawaban yang beraneka ragam demikian belum dapat diberi kode karena jawaban yang diberikan masih bervariasi. Oleh karena itu, harus dikelompokkan ke dalam kategori-kategori tertentu. Untuk jawaban-jawaban di atas pengkategorian dan pengkodean dapat dilakukan seperti dalam tabel di samping.

Tabel 3.8 Pengkodean Jawaban Pertanyaan TerbukaKategori Jawaban sangat banyak banyak cukup banyak kurang banyak tidak ada tanggapan Kode 1 2 3 4 5

c. Tabulasi Data Tabulasi merupakan proses pengolahan data yang dilakukan dengan cara memasukkan data ke dalam tabel. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tabulasi adalah penyajian data dalam bentuk tabel atau daftar untuk memudahkan dalam pengamatan dan evaluasi. Hasil tabulasi data ini dapat menjadi gambaran tentang hasil penelitian karena data-data yang diperoleh dari lapangan sudah tersusun dan terangkum dalam tabel-tabel yang mudah dipahami maknanya. Tabulasi data dapat dilakukan dengan beberapa cara berikut.

1) Tabulasi Langsung Tabulasi langsung maksudnya data langsung ditabulasi dari kuesioner ke dalam table yang sudah dipersiapkan tanpa perantara lainnya. Cara ini biasanya dilakukan untuk data yang jumlah responden dan variabelnya sangat sedikit. Proses penabulasian data secara langsung ini dikerjakan dengan system tally (melidi) dengan memberi tanda coret atau garis tally (lidi). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada contoh berikut ini. Tabel 3.9 Frekuensi Kunjungan Siswa SMA Kelas XII Sekolah An ke Perpustakaan Sekolah Selama Seminggu TerakhirKategori Sangat sering sering cukup sering jarang Jumlah Tally IIIII IIIII IIIII I IIIII IIIII IIII IIIII IIIII I IIIII IIII 16 14 11 9 50 Frekuensi

Berdasarkan table di atas, maka dapat disimpulkan bahwa siswa SMA Kelas XII Sekolah A sangat sering mengunjungi perpustakaan sekolah selama seminggu terakhir.2) Melalui Lembaran Kode (Code Sheet) Tabulasi data dengan menggunakan lembaran kode dapat dikerjakan menggunakan computer. Biasanya penabulasian dengan cara ini hanya efisien bila variable dan responden yang diteliti sangat banyak. Akan tetapi, adakalanya seorang peneliti menggunakan lembaran kode untuk pengolahan data ataupun penabulasian secara manual karena ketiadaan fasilitas computer. Hal ini dapat dilakukan sebab format lembaran kode dapat dibaca secara manual. Pada dasarnya, penggunaan computer hanya untuk mengefisienkan proses kerja penabulasian data jika responden dan variable yang diteliti berjumlah banyak. 3) Tabel Frekuensi Tabulasi data ke dalam table frekuensi dilakukan sebelum analisis data, table frekuensi disusun untuk semua variable penelitian yang disusun tersendiri. Table-tabel ini dijadikan bahan dasar untuk analisis, baik bagi peneliti sendiri maupun orang lain yang ingin memanfaatkan data penelitian tersebut. Tabel frekuensi berguna untuk mengelompokkan data bagi penyusunan table silang.

Tabel 3.10 Jenis Kelamin RespondenJenis Kelamin laki-laki perempuan Jumlah Frekuensi (f) 28 22 50 56 44 100 Presentase (%)

Tabel 3.11 Kegiatan yang Dilakukan Selama Berada dalam perpustakaanKegiatan membaca bercakap-cakap istirahat lain-lain Jumlah 41 3 6 0 50 Frekuensi (f) 82 6 12 0 100 Presentase (%)

4) Tabel Silang Tabel ini dibuat untuk mengetahui hubungan antar variable dan disusun berdasarkan variabel yang mempunyai hubungan tertentu satu sama lain. Peneliti menggunakan distribusi presentase sebagai dasar untuk menyimpulkan hubungan antara variable-variabel penelitian. Oleh karena itu, perhitungan presentase sangat menentukan validitas interpretasi peneliti. Perhatikan contoh table silang berikut! Table 3.12 Frekuensi Kunjungan Siswa SMA Kelas XII ke Perpustakaan Selama Seminggu Terakhir berdasarkan Jenis Kelaminlaki-Laki Kategori f sangat sering sering cukup sering jarang Jumlah 10 12 4 2 28 % 20 24 8 4 56 f 12 7 3 0 22 % 24 14 6 0 44 f 22 19 7 2 50 % 44 38 14 4 100 Perempuan Total

Dari table silang di atas, peneliti dapat mengetahui dengan mudah mengenai gambaran data yang didasarkan pada dua variable, yaitu variable jenis kelamin dan variable frekuensi kunjungan ke perpustakaan. Hal ini juga menunjukkan hubungan antara jenis kelamin dengan frekuensi kunjungan ke perpustakaan. Kegunaan Statistik Pada dasarnya, pengolahan dan analisis data dalam penelitian sosial tidak lepas dari penggunaan metode statistik tertentu. Statistik sangat berperan dalam penelitian, baik dalam penyusunan model, perumusan hipotesis, pengembangan alat dan instrumen pengumpulan data, penyusunan desain penelitian, penentuan sampel, maupun dalam analisis data. Kegunaan statistik dalam penelitian antara lain:

1) alat untuk mengetahui hubungan kausalitas (sebab-akibat) antara dua atau lebih variabel sehingga dapat diketahui apakah suatu hubungan benarbenar terkait dalam kausalitas atau tidak; 2) memberikan teknik-teknik sederhana dalam mengklasifikasikan data dan menyajikan data secara lebih mudah sehingga bisa dimengerti dengan lebih mudah pula; 3) membantu peneliti dalam menyimpulkan suatu perbedaan yang diperoleh apakah benar-benar berbeda secara signifikan (berarti);

4) secara teknik dapat digunakan untuk menguji hipotesis sehingga bisa menolong peneliti dalam mengambil keputusan apakah menerima atau menolak suatu hipotesis; 5) meningkatkan kecermatan peneliti dalam mengambil keputusan terhadap kesimpulan-kesimpulan yang akan ditarik; dan 6) mernungkinkan penelitian untuk melakukan kegiatan ilmiah secara lebih ekonomis.

Pengolahan Data Statistik Pengolahan data secara statistik pada dasarnya suatu cara merigolah data kuantitatif sedemikian rupa sehingga data penelitian tersebut mempunyai arti. Pengolahan data melalui teknik statistik dapat dilakukan dengan berbagai cara. 1) Distribusi Frekuensi Biasanya data yang diperoleh peneliti dari lapangan, masih berupa data mentah. Untuk itu, perlu diatur dalam kategori atau kelas tertentu agar data tersebut mudah dipahami. Pengaturan data yang demikian bisa dilakukan melalui tabel distribusi frekuensi. Contoh kita rnerrperoleh data mengenai nilai bidang studi sosiologi untuk 50 orang siswa.

7 4 3 7 6

9 6 8 6 4

5 5 9 8 5

7 6 5 5 6

5 6 8 4 3

5 6 3 9 6

4 7 7 6 2

7 7 8 6 6

6 2 6 7 3

7 7 7 7 5

Data tersebut susunannya masih belum beraturan sehingga sulit untuk dipahami agar data tersebut bisa dipahami, maka perlu disusun secara berurutan menurut distribusi frekuensinya. Perhatikan tabel 3.13 berikut. Tabel 3.13 Distribusi Frekuensi Mutlak, relative, dan Kumulatif Nilai Bidang Studi Sosiologi 50 Orang Siswa (n = 50)Nilai 2 3 4 5 6 7 8 9 2 4 4 8 13 12 4 3 f 2 6 10 18 31 43 47 50 f. kumulatif 4 8 8 16 26 24 8 6 % 4 12 20 36 62 86 94 100 % kumulatif

Dari table di atas, kita dapat dengan mudah mengetahui berapa banyak siswa yang yang mempunyai nilai 5 ke bawah, yaitu 18 orang atau 36% dari keseluruhan. Untuk data yang sangat banyak jumlahnya, sebelum disajikan ke dalam table distribusi frekuensi, perlu dikelompokkan dalam interval yang sudah ditentukan terlebih dahulu. Interval kelas ini berguna untuk menyederhanakan kategorikategori data agar tidak terlalu panjang sajiannya dan lebih ringkas serta tidak memakan tempat. Contoh: Tabel di bawah ini merupakan data mentah tentang nilai matematika 50 siswa kelas XII sebuah SMA.25 75 60 73 80 95 45 54 77 43 30 35 60 75 80 85 81 83 66 76 61 65 66 43 27 90 93 88 51 62 42 55 67 78 71 92 45 35 39 44 70 89 30 50 70 63 94 78 65 55

Pada data di atas, nilai tertinggi adalah 95 dan terendah adalah 25, maka range (R) = 95 25 = 70. Bila interval kelas ditentukan sebesar 9, maka jumlah interval kelas (k) adalah 70 : 9 = 7,77 (dibulatkan menjadi 8). Frekuensi kumulatif dan persentase kumulatifnya, yaitu: Tabel 3.14 Frekuensi Kumulatif dan Persentase KumulatifNilai 25 33 34 42 43 51 52 60 61 69 70 78 79 87 88 96 f 4 4 7 5 8 10 5 7 f. kumulatif 4 8 15 20 28 38 43 50 % 8 8 14 10 16 20 10 14 % kumulatif 8 16 30 40 56 76 86 100

2) Ukuran pemusatan (Tendensi Sentral) Penyusunan dan penyajian data mentah yang berbentuk distribusi frekuensi (termasuk grafik) hanya memberikan gambaran umum. Untuk mendapat cirri khas dalam bentuk sebuah nilai bilangan, peneliti dapat menggunakan ukuran pemusatan (tendensi sentral) berikut ini. a) Modus Modus merupakan ukuran pemusatan yang menunjukkan frekuensi terbesar pada suatu perangkat data. Data yang berskala nominal hanya bisa menggunakan modus, misalnya kita ingin mendeskripsikan jenis SMA asal mahasiswa di suatu perguruan tinggi, di mana distribusi frekuensinya dapat dilihat pada table di bawah. Tabel 3.15 Distribusi Data NominalJenis SMA Asal Mahsiswa SMA Negeri SMA Swasta SMK Negeri SMK Swasta MA Negeri MA Swasta MA Pondok Pesantren Frekuensi 485 74 15 74 21 19 6

Dari data di atas, frekuensi terbesarnya berasal dari SMA, maka modusnya adalah berasal dari SMA. Untuk data kelompok (grouped data), yaitu data yang masing-masing satuannya merupakan suatu kelompok, titik modusnya terletak pada interval kelas yang frekuensinya terbesar. Rumus yang digunakan untuk mencari modus satuan kelompok sebagai berikut.

(1 M 0 ! L ( ( 1 2

i

2 atau M 0 ! U ( ( 1 2

(

i

M0 = modus L = tepi bawah kelas modus U1 = selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas sebelumnya U2 = selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas sesudahnya i = besarnya kelas interval U = tepi atas kelas modus Contoh mencari modus dari data kelompok

Tabel 3.16 Distribusi Data kelompokNilai 20 24 25 29 Frekuensi 1 3 6 10 18 21 29 28 40 31 32 19 14 10 4 Mo

30 34 35 39

40 44 45 49 50 54 55 59 60 64 65 69 70 75 74 79

80 84 85 89

90 94

Data di atas modusnya terdapat pada interval kelas 60 64. Dalam mencari titik M0, perlu mempertimbangkan frekuensi interval kelas di atas dan di bawah interval kelas M0 (31:28). Perhitungan titik modus rumus 1: (1 M0 ! L ( ( 2 1 60 12 i ! 59,5 ! 59,5 2,86 ! 62,36 5 ! 59,5 21 12 9

Perhitungan titik modus rumus 2: (2 M0 ! L ( ( 1 2 45 9 i ! 64,5 ! 64,5 2,14 ! 62,36 5 ! 64,5 21 9 12

b) Median Median adalah nilai tengah dalam sebuah kelompok nilai yang sudah diurutkan. Diurutkan maksudnya kelompok nilai tersebut disusun berdasarkan urutan nilai terkecil hingga terbesar atau sebaliknya. Cara mencari median adalah sebagai berikut.

1) Apabila banyaknya anggota kelompok nilai itu ganjil, maka nilai mediannya adalah nilai yang terletak di tengah-tengah urutan tersebut. Contoh. Skor prestasi limaorang mahasiswa adalah: 4, 5, 6, 7, 8, maka mediannya (nilai tengah adalah 6. 2) Bila banyaknya anggota kelompok nilai itu genap, maka mediannya adalah jumlah dua anggota yang terletak di tengah-tengah urutan nilai tersebut dibagi dua. Contoh. Skor prestasi 6 orang mahasiswa adalah 6, 9, 8, 5, 7, 4 diurutkan menjadi 4, 5, 6, 7, 8, 9, maka mediannya adalah: 6 7 13 ! ! 6,5 2 2 Untuk memperoleh nilai median dari sebuah daftar distribusi frekuensi yang memiliki data-data tunggal dengan frekuensi lebih dari 1 (satu), dapat dilakukan seperti contoh berikut.

Table 3.17 Distribusi Frekuensi Nilai SiswaNilai 2 3 4 5 6 7 8 9 Frekuensi (f) 2 4 4 8 13 12 4 3 Frekuensi Kumulatif Lebih dari 50 48 44 40 32 19 7 3 Frekuensi Kumulatif Kurang dari 2 6 10 18 31 43 47 50

Dalam daftar distribusi frekuensi tersebut banyaknya data adalah n = 50 (genap) sehingga median data tersebut merupakan jumlah nilai data ke-25 dan ke-26 dibagi 2. Dari daftar distribusi frekuensi nilai data ke-25 dan ke-26 berturut-turut adalah 6 dan 6 sehingga nilai mediannya adalah. Me

!

66 !6 2

4) Adapun untuk mendapatkan nilai median dari daftar distribusi frekuensi yang menggunakan data kelompok interval kelas bisa diperoleh dari rumus:1 n f cb Me ! L 2 f me Me L n fcb fme U fca i

.i atau Me

1 n f ca !U 2 f me

.i

= median = tepi bawah kelas median = banyaknya data = frekuensi kumulatif kelas sebelumnya median = frekuensi kelas median = tepi atas kelas median = frekuensi kumulatif kelassetelah median = besarnya kelas interval

Tabel 3.18 distribusi Data kelompokNilai 20 24 25 29 Frekuensi (f ) 1 3 6 10 18 21 29 28 40 31 32 19 14 10 4 Frekuensi Kumulatif Lebih dari 266 265 262 256 246 228 207 178 150 110 79 47 28 14 4 Frekuensi Kumulatif Kurang dari 1 4 10 20 38 59 88 116 156 187 219 238 252 262 266

30 34 35 39

40 44 45 49 50 54 55 59 60 64 65 69 70 75 74 79

80 84 85 89

90 94

Berdasarkan data di atas banyaknya data adalah n = 266. Jadi, nilai 266 mediannya berada pada nilai yang ke 133 (hasil bagi 2 atau n), yaitu pada kelompok interval kelas 60 64 dengan frekuensi 40, maka tepi bawah kelas mediannya adalah 59,5 dan tepi atas kelas mediannya adalah 64,5 sehingga:

1 .266 116 .5 ! 59,5 17 ! 61,625, Me ! 59,5 2 40 8

atau Me

1 .266 110 .5 ! 64,5 23 ! 61,625 ! 64,5 2 40 8

c) Rerata/mean Rerata/mean adalah nilai bilangan yang berasal dari jumlah keseluruhan nilai bilangan dibagi dengan banyaknya unit atau bilangan. Seorang siswa mempunyai nilai mata pelajaran; IPA = 7, PKN = 8, Matematika = 6, IPS = 7, maka nilai reratanya

7 8 6 7 28 ! ! !7 4 4

x x 2 x3 x 4 x! 1 atau x ! nx x 7x n = mean = besarnya bilangan berturut-turut = jumlah keseluruhan dari nilai bilangan = banyaknya unit bilangan

xn

Perhitungan rerata untuk data tunggal yang nilai -f-nya lebih dari satu adalah sebagai berikut.

Tabel 3.19 Data Nilai Sosiologi Siswa Kelas XII IPSx 3 4 5 6 7 Jumlah f 1 3 4 4 5 17 f.x 3 12 20 24 35 94

fx ! 94 ! 5,53 x!n 17Perhitungan rerata untuk data berkelompok, dihitung mulai dari nilai titik tengah interval kelas. Sebagai contoh, perhatikan table berikut ini!

Tabel 3.20 Data Nilai Sosiologi Siswa SMA Kelas XII IPSNilai 40 44 45 49 50 54 55 59 60 64 65 69 70 74 75 79 80 84 85 89 90 94 Jumlah x 42 47 42 57 62 67 72 77 82 87 92 f 2 4 4 4 6 6 6 7 5 4 2 50 fx 84 188 208 228 372 402 432 539 410 348 184 3395

x!

fx ! 3395 ! 67,9n 50

d) Mencari Korelasi Data Setelah data diolah, langkah selanjutnya adalah mencari korelasi data. Pada intinya, penelitian ilmiah adalah mencari hubungan antarvariabel, sedangkan data-data yang diperoleh dari lapangan merupakan unsur-unsur yang akan menentukan apakah variabel-variabel tersebut memiliki hubungan atau tidak. Hubungan yang paling dasar antara dua variabel, yakni variabel pengaruh (variabel independen) dengan variabel terpengaruh (variabel dependen), atau disebut juga dengan istilah variabel bebas dan variabel terikat (tergantung). Dalam hubungan antarvariabel ini, ada beberapa jenis hubungan yang perlu diketahui, yaitu sebagai berikut. 1. Hubungan Simetris Hubungan antara variabel disebut memiliki hubungan simetris apabila variabel yang satu tidak disebabkan atau dipengaruhi oleh yang lainnya. 2. Hubungan Timbal Balik Hubungan timbal balik merupakan hubungan antara dua variabel yang saling timbal balik, maksudnya adalah satu variabel dapat menjadi sebab dan juga akibat terhadap variabel lainnya, demikian pula sebaliknya sehingga tidak dapat ditentukan variabel mana yang menjadi sebab ataupun variabel mana yang menjadi akibat. Misalnya, dalam suatu waktu variabel x memengaruhi y, dan sebaliknya dalam waktu lain variabel y dapat memengaruhi x.

3. Hubungan Asimetris Hubungan asimetris adalah hubungan antara variabel, yakni satu variabel memengaruhi variabel lain, tetapi sifatnya tidak timbal balik. Pada dasarnya, inti pokok analisis-analisis sosial terletak pada hubungan asimetris ini. Misalnya. hubungan antara keamanan suatu negara dengan penanaman modal asing. Keamanan suatu negara akan memengaruhi tingkat penanaman modal (investasi) asing di negara tersebut. Tingginya angka pengangguran dapat mempengaruhi tingkat kriminalitas di masyarakat;tingkat pendidikan mempengaruhi pola hidup sehat; tingkat pendapatan mempengaruhi pola konsumsi masyarakat. e) Analisis dan Interpretasi Data Tujuan utama penelitian sosial adalah mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitiar dalam rangka mengungkap fenomena sosial. Agar hal ini tercapai, peneliti perlu melakukan tahapan-tahapan berupa perumusan hipotesis, mengumpulkan data, memproses data, serta analisis dan interpretas data. Dalam analisis data, data disederhanakan ke dalam bentuk yang lebih sederhana agar mudah dibaca dan diinterpretasikan. Proses analisis data sering kali menggunakan statistik dengan tujuar untuk menyederhanakan data penelitian yang jumlahnya besar menjadi lebih sederhana dan bisa dimengerti. Selain itu, statistik dapat membantu peneliti dalam menguji hubungan antara variabel yang diteliti.

Banyak sekali metode statistik yang dapat dipakai dalam analisis data. Salah satunya adalah analisis korelasi, yaitu suatu teknik untuk menentukan sampai sejauh mana terdapat hubungan antara dua variabel. Rumus yang digunakan adalah: n xy x y rxy ! 2 2 n x 2 x n y 2 y

_: : : : :

a _

a

Keterangan xy x y n

koefisien korelasi x dan y variabel bebas variabel terikat jumlah subjek

Besarnya angka koefisien korelasi itu bervariasi mulai dari 1 sampai dengan +1. Jika 1 berarti ada korelasi negatif yang sempurna. Sedangkan +1 artinya ada korelasi positif yang sempurna. Apabila koefisien korelasi 0 berarti tidak ada korelasi sama sekali antara dua hal yang kita hubungkan.

Dalam proses analisis data nonstatistik (data kualitati f) terdapat 3 (tiga) komponen penting, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Reduksi data merupakan proses mengategorikan data-data hasil wawancara, observasi, atau catatan lapangan ke dalam beberapa pola atau kategori. Kemudian data disajikan dalam matriks sesuai dengan pola atau kategori yang telah ditentukan sebelumnya. Misalnya, kategori jenis kelamin dan jenis pekerjaan. Setelah data dikategorikan dan disajikan dalam bentuk matriks, peneliti dapat menarik kesimpulan. Interpretasi atau inferensi dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, interpretasi yang dilakukan secara terbatas, peneliti hanya melakukan interpretasi atas data dan hubungan yang ada dalam penelitian sehingga secara otomatis interpretasi dibuat ketika menganalisis data. Hal ini menunjukkan bahwa analisis dan interpretasi erat hubungannya karena keduanya dilakukan hampir bersamaan. Cara interpretasi ini paling sering dilakukan dalam penelitian. Kedua, interpretasi dilakukan dengan cara mencari pengertian yang lebih luas tentang hasil-hasil penelitian yang diperoleh dari analisis, hal ini dilakukan peneliti dengan cara membandingkan hasil analisisnya terhadap kesimpulan peneliti lain dengan menghubungkan kembali interpretasinya dengan teori. Pada dasarnya tahap ini amat penting, tetapi sering tidak dilakukan oleh banyak peneliti sosial.

Jadi, secara umum interpretasi merupakan penjelasan terperinci tentang arti yang sebenarnya dari materi yang dipaparkan, selain itu juga dapat memberikan arti yang lebih luas dari penemuan penelitian. Interpretasi memiliki dua aspek, yaitu: 1) untuk menegakkan keseimbangan suatu penelitian, maksudnya menghubungkan hasil suatu penelitian dengan penemuan penelitian lainnya, dan 2) untuk membuat atau menghasilkan suatu konsep yang bersifat menjelaskan. Biasanya terdapat dua kecenderungan dalam menyajikan interpretasi atas tabel-tabel yang telah disusun. Pertama, penulis menyerahkan interpretasi tabel seluruhnya kepada pembaca dengan kalimat pendek, yaitu "Hubungan tersebut dapat dilihat dari tabel x" tanpa penjelasan apa pun. Kecenderungan kedua adalah menerangkan seluruh isi tabel dalam teks. Kedudukan interpretasi dalam rangkaian proses analisis data penelitian sangat penting. Oleh karena itu, interpretasi harus dilakukan dengan hatihati sebab kualitas analisis sangat tergantung dari kualitas interpretasi yang dibuat peneliti terhadap data.

f) Generalisasi dan Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data, peneliti dapat membuat generalisasi dan kesimpulan dari hasil penelitian. Generalisasi dapat disebut sebagai suatu hal yang berkaitan dengan pembentukan gagasan atau simpulan umum dari suatu kejadian, hal, dan sebagainya. Dalam penelitian, generalisasi harus mempunyai kaitan dengan teori yang mendasari penelitian. Generalisasi ini kemudian diikuti oleh proses penarikan kesimpulan dari hasil penelitian. Dalam membuat kesimpulan penelitian harus dilakukan dengan hati-hati karena adakalanya bias pribadi dapat memengaruhi kesimpulan. 10. Penyusunan laporan penelitian Tahap akhir dari suatu kegiatan penelitian adalah menulis atau menyusun laporan penelitian. Penulisan laporan penelitian merupakan bagian yang sangat penting karena melalui laporan tersebut suatu hasil penelitian dapat dibaca oleh orang lain, mudah dipahami, dan dapat dijadikan sebagai alat dokumentasi untuk pengujian dan pengembangan penelitian lebih lanjut. Laporan penelitian disusun berdasarkan kriteriakriteria atau syarat-syarat tertentu sehingga menggambarkan satu bentuk laporan yang ilmiah. Perbedaan-perbedaan memang sering ditemukan antara satu laporan penelitian dengan laporan penelitian lain, tetapi perbedaan tersebut sangat kecil karena pola yang diambil merupakan pola yang sudah berlaku umum dalam teknik penulisan laporan penelitian.

a. Syarat-Syarat Penulisan laporan Di dalam menulis laporan, kita seperti bercerita. Agar apa yang kita ceritakan dapat dipahami oleh pembaca, maka harus diperhatikan persyaratan-persyaratan sebagai berikut. 1) Penulis laporan harus tahu betul kepada siapa laporan itu ditujukan, misalnya buletin, majalah, sebuah buku, atau surat kabar. 2) Penulis laporan harus menyadari bahwa pembaca laporan tidak terlibat dalam kegiatan penelitian. Dengan demikian, pelapor mengajak orang lain untuk mengikuti apa yang telah dilakukan pelapor. Oleh karena itu, langkah demi langkah dalam penulisan laporan harus dikemukakan secara jelas. 3) Penulis laporan menyadari bahwa latar belakang pendidikan, pengetahuan, pengalaman, dan minat pembaca laporan tidak sama. Dengan demikian, laporan hasil penelitian harus diusahakan mudah dicerna oleh siapa pun. 4) Laporan penelitian merupakan elemen yang pokok dalam proses perkembangan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, laporan penelitian ilmiah harus jelas dan meyakinkan. b. Format Laporan Penelitian Banyak sekali model format penelitian yang dapat digunakan. Perbedaan model format penelitian dalam penulisan laporan tidak menjadi masalah karena yang berbeda hanya urutan penyajiannya, sedangkan isi yang dicakup sama.

Menurut Borg dan Gall, salah satu format laporan penelitian adalah seperti disebutkan berikut ini. 1) Bahan/Bagian Pendahuluan (Preliminary Materials) a) Halaman judul b) Kata pengantar c) Daftar isi d) Daftar tabel (jika ada) e) Daftar gambar/diagram (jika ada) 2) Gambaran laporan/Bagian Inti (Body of the Paper) BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan B. Rumusan masalah C. Tujuan penelitian BAB II PENELAAHAN KEPUSTAKAAN A. Penemuan yang lalu B. Teori yang mendasari C. Ringkasan dan kerangka pikir peneliti D. Hipotesis BAB III METODOLOGI A. Pemilihan subjek (populasi, sampel, dan teknik sampling) B. Desain dan pendekatan penelitian C. Pengumpulan data

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN A. Validasi instrumen B. Pengumpulan dan penyajian data C. Analisis data D. Hasil analisis BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian B. Pembahasan C. Diskusi 3) Bahan-Bahan/bagian Penunjang a) Kepustakaan b) Lampiran c) Indeks

Secara singkat bagian-bagian laporan penelitian tersebut akan dipaparkan di bawah ini. 1) Bahan/bagian pendahuluan Di dalam bagian ini peneliti menjelaskan kepada pembaca terutama tentang sistematika tulisan agar pembaca dapat mengikutinya dengan mudah dan diajak menjelajahi garis besar isi laporan. Apabila pembaca hanya ingin membaca bagian yang menarik perhatiannya, maka dengan mudah dapat menemukan halamannya.

2) Bab Pendahuluan Mulai bab ini peneliti sudah memaparkan tentang permasalahan, apa sebab atau apa alasan penelitian itu dilakukan, di mana pentingnya, dan seberapa jauh memberikan sumbangan terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan pembaruan. Selanjutnya, dicoba memberikan jawaban terhadap masalah yang akan diteliti dalam bentuk hipotesis. Jadi, hipotesis adalah jawaban sementara yang perlu dibuktikan kebenarannya melalui penelitian. 3) Bab Penelaahan Bagian ini memaparkan kepada pembaca mengenai hal yang telah dirintis oleh peneliti lain untuk memberikan penekanan pentingnya permasalahan dan memberikan petunjuk kepada pembaca ke mana mereka dapat mempelajari masalah tersebut lebih Ianjut .Selanjutnya, peneliti mengemukakan alur pikirannya dengan cara merangkum penemuan dan membuat jembatan dengan apa yang akan dilakukan. 4) Bab Metodologi Bagian ini menerangkan kepada pembaca tentang subjek, objek, ruang lingkup penelitian, pendekatan yang diambil sampai dengan teknik pengumpulan datanya. Bagian ini semua harus dikemukakan dengan jelas. Demikian juga celah-celah kelemahan serta usaha untuk mengatasinya.

5) Bab Penemuan Bagian inilah yang sebenarnya merupakan inti laporan penelitian. Oleh karena itu, bagian ini harus dikemukakan dengan jelas dan mendapatkan porsi yang paling banyak karena bagian inilah yang ditunggu dan ingin diketahui oleh pembaca. Bagianbagian terdahulu memang penting,tetapi bukan murni penemuan. Masih banyakorang berpendapat bahwa bobot penemuan suatu penelitian ditandai oleh tebal tipisnya laporan. Anggapan inilah yang menyebabkan orang lalu berusaha mempertebal laporannya dengan kutipan-kutipan dari buku atau bercerita tentang hal-hal yang sebenarnya kurang perlu. 6) Kesimpulan dan Diskusi Bagi pembaca yang hanya memiliki waktu sedikit, biasanya yang dibaca hanya tujuan 'hipotesis' dan hasil penelitian (kesimpulan penelitian). Oleh karena itu, kesimpulan penelitian harus dibuat jelas, singkat, dan padat. Diskusi dimaksudkan untuk mengemukakan hal-hal yang sangat perlu yang dikemukakan di luar kesimpulan. Misalnya: a) apa sebab hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan harapan, apa sebab terjadi penyimpangan itu; dan b) saran kepada pembaca yang ingin mengadakan penelitian ulang (replikasi) atau memperluas penelitiannya.