Presentation fgd ppt indo - re

25
Perkeretaapian Khusus Fase III Pendekatan yang diusulkan terhadap perubahan peraturan Jakarta 20 Mei 2011

Transcript of Presentation fgd ppt indo - re

Page 1: Presentation fgd ppt  indo - re

Perkeretaapian Khusus Fase III Pendekatan yang diusulkan terhadap perubahan peraturan

Jakarta 20 Mei 2011

Page 2: Presentation fgd ppt  indo - re

2

Gambaran Umum Program Perkeretaapian Khusus IndII

1. Mengidentifikasi kebutuhan untuk perubahan pada peraturan sektor perkeretaapian untuk mendorong investasi sektor swasta (Fase I – awal 2010)

2. Mengidentifikasi kebijakan khusus dan perubahan peraturan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan (Fase II – akhir 2010)

3. Membantu Pemerintah Indonesia untuk mengembangkan dan menerapkan reformasi peraturan (Fase III – April sampai Juni 2011).

Page 3: Presentation fgd ppt  indo - re

3

Tujuan Utama Fase III

1. Mengklarifikasi dan memperbaiki ketentuan Perkeretaapian Khusus saat ini melalui rancangan Peraturan Menteri (Permen)

2. Mengembangkan kesempatan investasi perkeretaapian melalui perubahan yang ditargetkan terhadap Peraturan Pemerintah yang ada saat ini (PP 56/2009 dan PP 72/2009)

Page 4: Presentation fgd ppt  indo - re

4

Pengaturan Waktu Fase III

1. Usulan rancangan awal diajukan pada tanggal 21 April 2011

2. Laporan awal diselesaikan pada tanggal 26 April 2011

3. Rancangan usulan peraturan diajukan pada tanggal 13 Mei 2011

4. Rancangan akhir usulan peraturan akan diajukan pada tanggal 15 Juni 2011

5. Laporan teknis akhir akan diajukan paling lambat akhir Juni

Page 5: Presentation fgd ppt  indo - re

5

Tantangan Utama

1. Kurangnya kejelasan mengenai siapa yang bisa menyelenggarakan perkeretaapian khusus

2. Pembatasan terhadap lingkup perkeretaapian khusus

3. Ketidakpastian mengenai interkoneksi

4. Perlunya mengikuti tenderumum berdasarkan proses Peraturan Infrastruktur

5. Kerumitan sistem perizinan

6. Kurangnya koordinasi antara perkeretaapian khusus dan skema perizinan peraturan lain

Page 6: Presentation fgd ppt  indo - re

6

Kendala Utama

1. Kurangnya kejelasan mengenai siapa yang bisa menyelenggarakan perkeretaapian khusus

Hal ini mempengaruhi niat investor untuk berinvestasi administrator untuk menerbitkan izin

Page 7: Presentation fgd ppt  indo - re

7

Kendala Utama

2. Keterbatasan lingkup perkeretaapian khusus

Peraturan ‘titik ke titik’ tampak membatasi perkeretaapian untuk menunjang pelanggan atau stasiun yang terletak di antara ‘titik ke titik’

Peraturan “satu pelanggan” menghalangi perkeretaapian khusus untuk melayani sekelompok industri yang sejenis

Page 8: Presentation fgd ppt  indo - re

8

Kendala Utama

3. Ketidakpastian mengenai interkoneksi

Terdapat kekhawatiran bahwa apabila perkeretaapian khusus terinterkoneksi dengan perkeretaapian khusus lainnya atau dengan perkeretaapian umum, akan berdampak pada hak para investor dapat dikompromikan. Hal ini menghambat pembuatan jaringan perkeretaapian yang efisien.

Page 9: Presentation fgd ppt  indo - re

9

Kendala Utama

4. Perlunya mengikuti tender umum berdasarkan proses Peraturan Infrastruktur

Keinginan sektor swasta untuk memajukan perkeretaapian terhambat keharusan mengikuti tender berdasarkan ketentuan Peraturan Infrastruktur.

Page 10: Presentation fgd ppt  indo - re

10

Kendala Utama

5. Kerumitan sistem perizinan

Proses untuk mendapatkan seluruh izin yang diperlukan berbelit-belit dan memakan waktu

Page 11: Presentation fgd ppt  indo - re

11

Kendala Utama

6. Kurangnya koordinasi antara perkeretaapian khusus dan ketentuan perizinan peraturan lain

Hubungan yang layak antara perizinan perkeretaapian khusus dengan ketentuan perizinan peraturan lain (contoh, pertambangan, pertanian) harus diatur untuk menghindari keterlambatan atau hasil yang tidak konsisten

Page 12: Presentation fgd ppt  indo - re

12

Solusi yang Diusulkan Permen baru akan memperjelas Undang – Undang Perkeretaapian dan Peraturan Pemerintah yang ada saat ini (PP 56 and PP 72)

Beberapa perubahan kecil terhadap peraturan pemerintah yang ada saat ini juga sebaiknya dilakukan tetapi tidak sepenuhnya diperlukan untuk menerapkan Permen yang diusulkan

Tidak diperlukan perubahan terhadap Undang – Undang Perkeretaapian – seluruh peraturan yang diusulkan konsisten dengan Undang – Undang Perkeretaapian

Page 13: Presentation fgd ppt  indo - re

13

Permen untuk menjelaskan secara lebih akurat mengenai hubungan yang diperbolehkan antara penyelenggara dan usaha yang ditunjangnya

Diusulkan agar Permen mensyaratkan usaha pokok untuk memiliki kendali dalam, atau berada di bawah pengendalian bersama dengan, penyelenggara

Pengendalian dapat berarti kepemilikan atas mayoritas saham dengan hak suara atau kemampuan untuk menunjuk atau mengganti mayoritas direksi perseroan

1. Kurangnya kejelasan mengenai siapa yang dapat menyelenggarakan Perkeretaapian Khusus

Page 14: Presentation fgd ppt  indo - re

14

2. Pembatasan terkadap lingkup perkeretaapian

Kami mengusulkan tiga solusi terhadap masalah ini

Memberikan definisi terhadap ‘klien’ (pengguna jasa) untuk memperbolehkan beberapa pengguna tergabung dalam bentuk konsorsium

Menjelaskan peraturan interkoneksi

Melonggarkan peraturan titik-ke-titik

Page 15: Presentation fgd ppt  indo - re

15

Definisi klien

Memberikan definisi terhadap klien Perkeretaapian Khusus yang memuat konsorsium usaha, yang intinya memperbolehkan usaha-usaha tersebut untuk membentuk dan menyelenggarakan suatu perkeretaapian khusus bersama yang menunjang usaha mereka masing-masing.

Page 16: Presentation fgd ppt  indo - re

16

Menjelaskan peraturan interkoneksi

Menjelaskan peraturan intekoneksi berdasarkan Pasal 374 PP 56 untuk memungkinkan beberapa penyelenggara perkeretaapian khusus (masing-masing menunjang kliennya) untuk berbagi infrastruktur dan lokomotif, gerbong tanpa kehilangan status sebagai perkeretaapian khusus

Page 17: Presentation fgd ppt  indo - re

17

Mengubah peraturan titik ke titik

Merubah pasal 350 PP 56/2009 untuk melonggarkan batasan ‘titik ke titik’ yang ada saat ini sehingga beberapa titik stasiun dapat ditunjang (sepanjang pelayanan tersebut tetap berhubungan dengan usaha pokok klien)

Hal ini memerlukan pengubahan terhadap PP 56/2009

Page 18: Presentation fgd ppt  indo - re

18

3. Apa yang terjadi apabila perkeretaapian terinterkoneksi

Untuk sebagian besar, kita dapat menjelaskan apa yang terjadi di dalam Permen.

Interkoneksi tidak akan mempengaruhi status perkeretaapian khusus (lihat komentar sebelumnya terhadap Pasal 374 PP 56/2009). Namun, perubahan terhadap Pasal 161(3) PP 72/2009 juga akan berguna untuk menghilangkan keraguan pada hal ini.

Page 19: Presentation fgd ppt  indo - re

19

Apa yang terjadi apabila perkeretaapian terinterkoneksi

Kami mengusulkan agar perjanjian interkoneksi memperbolehkan penyelenggara pertama untuk :

– memiliki akses terhadap infrastruktur penyelenggara lain dengan tujuan untuk menyediakan layanan dalam menunjang klien penyelenggara pertama

– Mengatur penyelenggara lain (apabila penyelenggara umum) untuk menyediakan layanan yang menunjang klien penyelenggara pertama

– Memberikan akses terhadap penyelenggara lainuntuk menggunakan infrastruktur dan penyelenggara pertama untuk tujuan apapun yang konsisten dengan usaha penyelenggara lain

Page 20: Presentation fgd ppt  indo - re

20

4. Perlunya mengikuti ternder berdasarkan proses Peraturan Infrastruktur

Kekhawatiran mengenai perlunya menggunakan proses Peraturan Infrastruktur (dengan persyaratannya agar konsesi perkeretaapian ditenderkan) timbul karena hal ini dilihat sebagai satu-satunya cara untuk melayani lebih dari satu pelanggan

Pembatasan ini dapat diperlonggar dengan memperbolehkan perkeretaapian khusus untuk memiliki interkoneksi dan dengan memperbolehkan suatu perkeretaapian khusus untuk melayani beberapa usaha yang tergabung dalam suatu konsorsium

Page 21: Presentation fgd ppt  indo - re

21

5. Kerumitan sistem perizinan

Prosedur untuk mendapatkan izin terlalu berbelit-belit

Kami berpendapat bahwa proses tersebut dapat disederhanakan dan dipersingkat tanpa mengurangi efektifitas atau membatasi otonomi daerah

Banyak dari penyederhanaan ini dapat dilakukan melalui Permen, walaupun perubahan kecil terhadap PP 56/2009 juga diinginkan.

Page 22: Presentation fgd ppt  indo - re

22

Usulan untuk menyederhanakan sistem perizinan

Masalah perencanaan harus dibahas dan diselesaikan pada tahap persetujuan prinsip (bukan pada tahap selanjutnya)

Pemeriksaan dari berbagai tingkat pemerintahan harus dikoordinasikan dan dilakukan secara bersamaan untuk menghindari keterlambatan dan keputusan yang tidak konsisten

Penyelenggara harus dapat melakukan ‘pre-kualifikasi’ sendiri selama tahap pembangunan untuk memastikan bahwa izin operasi akan diterbitkan kemudian, apabila telah memenuhi persyaratan yang jelas

Page 23: Presentation fgd ppt  indo - re

23

6. Koordinasi antara perkeretaapian khusus dan ketentuan perizinan peraturan lain

Pilihan untuk pengguna perkeretaapian untuk menggunakan afiliasi sebagai penyelenggara (untuk mempermudah pembiayaan)Larangan untuk transaksi terafiliasi dalam industri tertentu (contoh, pertambangan) harus dipertimbangkanApabila pemegang izin perkeretaapian khusus juga harus mendapatkan izin lain, koordinasi yang layak antar institusi terkait harus dipastikan untuk menghindari keterlambatan dan keputusan yang tidak konsisten

Page 24: Presentation fgd ppt  indo - re

24

Kesimpulan

Tujuan meningkatkan keterlibatan sektor swasta belum dapat dicapai karena sejumlah kendala

Kami berpendapat bahwa kendala-kendala ini dapat secara efektif diatasi melalui pembuatan ketentuan peraturan-peraturan yang didasarkan pada Undang – Undang Perkeretaapian yang berlaku saat ini

Sebagian besar dapat dicapai melalui Permen baru, walaupun beberapa perubahan terhadap PP 56/2009 dan PP 72/2009 yang berlaku saat ini juga sebaiknya dilakukan.

Page 25: Presentation fgd ppt  indo - re

25

Langkah selanjutnya

Usulan rancangan– menyatakan prinsip-prinsip yang umum dalam menyusun Permen dan perubahan terhadap PP 56/2009 danPP 72/2009

Rancangan Permen dan Perubahan terhadap kedua PP – usulan awal dari team adalah, didasarkan pada usulan rancangan dan diskusi awal dengan Kementerian Perhubungan

Kelompok kerja– dibentuk untuk mengkoordinasikan masukan pemerintah terhadap proses dan mencapai kesepakatan

Pembahasan yang terus menerus– antara team hukum kami dengan Kementerian Perhubungan