Presentasi KEP

67
DISKUSI TOPIK ILMU KESEHATAN ANAK KEKURANGAN ENERGI PROTEIN Penyaji: Marleen (NIM: 07120110032) Pembimbing: dr. Azis, SpA

description

kep

Transcript of Presentasi KEP

Page 1: Presentasi KEP

DISKUSI TOPIK ILMU KESEHATAN ANAK

KEKURANGAN ENERGI PROTEIN

Penyaji: Marleen

(NIM: 07120110032) 

Pembimbing: dr. Azis, SpA

Page 2: Presentasi KEP

Malnutrisi adalah suatu keadaan defisiensi, kelebihan atau ketidakseimbangan protein energi dan nutrien lain yang dapat menyebabkan gangguan fungsi pada tubuh

Secara umum malnutrisi terbagi atas dua bagian yaitu undernutrisi dan overnutrisi. Undernutrisi atau keadaan defisiensi terdiri dari marasmus, kwashiorkor, serta marasmic – kwashiorkor overnutrisi atau kelebiahn nutrisi lebih dikenal dengan obesitas

Pendahuluan

Page 3: Presentasi KEP

Prevalensi balita yang mengalami gizi buruk di Indonesia masih tinggi

tahun 2005 terdapat 76.178 balita mengalami gizi buruk dan data Susenas tahun 2005 memperlihatkan prevalensi balita gizi buruk sebesar 8.8%

2005 telah terjadi peningkatan jumlah kasus gizi buruk di beberapa propinsi dan yang tertinggi terjadi di dua propinsi yaitu Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat

Epidemiologi

Page 4: Presentasi KEP

KEP dibedakan menjadi KEP primer dan KEP sekunder

KEP primer disebabkan oleh kurangnya konsumsi dan tidak tersedianya bahan makanan

KEP sekunder disebabkan oleh penyakit seperti ginjal, hati, jantung, paru, dll

penyakit KEP merupakan penyakit lingkungan. Oleh karena itu ada beberapa faktor lainnya selain yang telah disebutkan diatas yaitu:

Faktor sosial dan ekonomi Faktor Biologis Faktor Lingkungan Umur Host

Etiologi

Page 5: Presentasi KEP

Pemasukan kalori yang tidak cukup. Marasmus terjadi akibat masukan kalori yang sedikit, pemberian makanan yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan akibat dari ketidaktahuan orang tua si anak.

Kebiasaan makan yang tidak tepat. Seperti mereka yang mempunyai hubungan orang tua – anak terganggu.

Kelainan metabolik. Misalnya: renal asidosis, idiopathic hypercalcemia, galactosemia, lactose intolerance.

Malformasi kongenital. Misalnya: penyakit jantung bawaan, penyakit Hirschprung, deformitas palatum, palatoschizis, micrognathia, stenosis pilorus, hiatus hernia, hidrosefalus, cystic fibrosis pankreas

Etiologi Marasmus

Page 6: Presentasi KEP

Pola makan Protein (dan asam amino) adalah zat yang sangat

dibutuhkan anak untuk tumbuh dan berkembang. Meskipun intake makanan mengandung kalori yang cukup, tidak semua makanan mengandung protein/ asam amino yang memadai. Bayi yang masih menyusui umumnya mendapatkan protein dari ASI yang diberikan ibunya, namun bagi yang tidak memperoleh ASI protein dari sumber-sumber lain (susu, telur, keju, tahu dan lain-lain) sangatlah dibutuhkan.

Kurangnya pengetahuan ibu mengenai keseimbangan nutrisi anak berperan penting terhadap terjadi kwashiorkhor, terutama pada masa peralihan ASI ke makanan pengganti ASI.

Etiologi kwashiorkor

Page 7: Presentasi KEP

2. Faktor sosial Hidup di negara dengan tingkat kepadatan

penduduk yang tinggi, keadaan sosial dan politik tidak stabil  ataupun adanya pantangan untuk menggunakan makanan tertentu dan sudah berlangsung turun-turun dapat menjadi hal yang menyebabkan terjadinya kwashiorkor.

. Faktor ekonomi Kemiskinan keluarga/ penghasilan yang

rendah yang tidak dapat memenuhi kebutuhan berakibat pada keseimbangan nutrisi anak tidak terpenuhi, saat dimana ibunya pun tidak dapat mencukupi kebutuhan proteinnya.

Page 8: Presentasi KEP

4. Faktor infeksi dan penyakit lain Telah lama diketahui bahwa adanya interaksi

sinergis antara MEP dan infeksi. Infeksi derajat apapun dapat memperburuk keadaan gizi. Dan sebaliknya MEP, walaupun dalam derajat ringan akan menurunkan imunitas tubuh terhadap infeksi.

Page 9: Presentasi KEP

Pemantauan pertumbuhan anak menurut WHO

Page 10: Presentasi KEP
Page 11: Presentasi KEP

Klasifikasi malnutrisi menurut WHO

Page 12: Presentasi KEP

Pemantauan pertumbuhan anak menurut CDC

Page 13: Presentasi KEP
Page 14: Presentasi KEP

Sistem skoring untuk KEP menurut Mc. Laren

Page 15: Presentasi KEP

Kekurangan energi protein (KEP) adalah manifestasi dari kurangnya asupan  protein dan energi, dalam makanan sehari-hari yang tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG) biasanya juga diserta adanya kekurangan dari beberapa nutrisi lainnya

malnutrisi primer bila kejadian KEP akibat kekurangan asupan nutrisi, yang pada umumnya didasari oleh masalah sosial ekonomi, pendidikan serta rendahnya pengetahuan dibidang gizi

Patofisiologi

Page 16: Presentasi KEP

Malnutrisi sekunder bila kondisi masalah nutrisi seperti diatas disebabkan karena adanya penyakit utama, seperti kelainan bawaan, infeksi kronis ataupun kelainan pencernaan dan metabolik, yang mengakibatkan kebutuhan nutrisi meningkat, penyerapan nutrisi yang turun dan/meningkatnya kehilangan nutrisi

Makanan yang tidak adekuat, akan menyebabkan mobilisasi berbagai cadangan makanan untuk menghasilkan kalori demi penyelamatan hidup, dimulai dengan :

Page 17: Presentasi KEP

pembakaran cadangan karbohidrat kemudian cadangan lemak serta protein dengan melalui proses katabolik.

Kalau terjadi stres katabolik (infeksi) maka kebutuhan akan protein akan meningkat, sehingga dapat menyebabkan defisiensi protein yang relatif, kalau kondisi ini terjadi pada saat status gizi masih diatas -3 SD (-2SD--3SD), maka terjadilah kwashiorkor (malnutrisi akut/”decompensated malnutrition”)

Page 18: Presentasi KEP

Bila stres katabolik ini terjadi pada saat status gizi dibawah -3 SD, maka akan terjadilah marasmik-kwashiorkor. Kalau kondisi kekurangan ini terus dapat teradaptasi  sampai dibawah -3 SD maka akan terjadilah marasmik (malnutrisikronik/compensated malnutrition)

Dengan demikian pada malnutrisi dapat terjadi : gangguan pertumbuhan, atrofi otot, penurunan kadar albumin serum, penurunan hemoglobin, penurunan sistem kekebalan tubuh, penurunan berbagai sintesa enzim6

Page 19: Presentasi KEP

Pengaturan keseimbangan energi diperankan oleh hipotalamus melalui 3 proses fisiologis,  yaitu

1. pengendalian rasa lapar dan kenyang2. mempengaruhi laju pengeluaran energi3. regulasi sekresi hormon

Page 20: Presentasi KEP

Proses dalam pengaturan penyimpanan energi ini terjadi melalui sinyal-sinyal eferen (yang berpusat di hipotalamus) setelah mendapatkan sinyal aferen dari perifer (jaringan adipose,  usus dan jaringan otot).

Sinyal-sinyal tersebut bersifat anabolik (meningkatkan rasa lapar serta menurunkan pengeluaran energi) dan dapat pula bersifat katabolik (anoreksia, meningkatkan pengeluaran energi)

dibagi menjadi 2 kategori, yaitu sinyal pendek dan sinyal panjang.  Sinyal pendek mempengaruhi porsi makan dan waktu makan, serta berhubungan dengan faktor distensi lambung dan peptida gastrointestinal, yang diperankan oleh kolesistokinin (CCK) sebagai stimulator dalam peningkatan rasa lapar. Sinyal panjang diperankan oleh fat-derived hormon leptin dan insulin yang mengatur penyimpanan dan keseimbangan  energi

Page 21: Presentasi KEP

Apabila asupan energi melebihi dari yang dibutuhkan, maka jaringan adiposa meningkat disertai dengan peningkatan kadar leptin dalam peredaran darah. Leptin kemudian merangsang anorexigenic center di hipotalamus agar menurunkan produksi Neuro Peptide –Y (NPY), sehingga terjadi penurunan nafsu makan

Demikian pula sebaliknya bila kebutuhan energi lebih besar dari asupan energi, maka jaringan adiposa berkurang dan terjadi rangsangan pada orexigenic center di hipotalamus yang menyebabkan peningkatan nafsu makan. Pada sebagian besar penderita obesitas terjadi resistensi leptin, sehingga tingginya kadar leptin tidak menyebabkan penurunan nafsu makan

Page 22: Presentasi KEP

Kondisi puasa tanpa adanya infeksi menyebabkan deplesi dari cadangan lemak, diikuti cadangan glikogen, karena terjadi perubahan metabolisme dan hormon-hormon yang bertujuan untuk menjaga fungsi vital tubuh sehingga penderita dapat bertahan hidup sampai diet normal kembali dan kebutuhan energi dapat terpenuhi

Respons Metabolik terhadap Asupan Energi yang tidak Adekuat

Page 23: Presentasi KEP

diawali dengan pengurangan aktivitas metabolisme tubuh sehingga terjadi penghematan dalam pengeluaran energi. Pertumbuhan diperlambat, sebagai akibat pengurangan energi yang diperlukan untuk memelihara pertumbuhan dan perubahan juga terjadi pada komposisi tubuh.

Laju metabolik terhadap tinggi badan atau lean body mass berkurang. Otak dan protein viseralis relatif dipertahankan, mengakibatkan komposisi tubuh yang tipikal untuk anak-anak marasmus. Terdapat juga peningkatan dalam jumlah total air tubuh, terutama cairan ekstraseluler namun dapat juga cairan intraseluler

Page 24: Presentasi KEP

Persediaan protein yang rendah akan menyebabkan otot-otot skeletal mengalami perombakan untuk sintesis enzim-enzim yang esensial untuk proses metabolisme yang penting bagi tubuh

Adaptasi menyebabkan penghematan dari protein tubuh dalam pemeliharaan fungsi yang tergantung protein esensial. Pada kondisi di bawah normal, hampir 75% dari asam amino bebas yang masuk tubuh dari makanan dan protein jaringan didaur atau digunakan kembali untuk pembentukan protein dan 25% dipecah untuk tujuan metabolik lainnya.

Adaptasi terhadap Penurunan Asupan Protein

Page 25: Presentasi KEP

Saat asupan protein dikurangi, tidak cukup banyak penurunan pada total nitrogen atau turnover asam amino. Ketika penurunan protein menjadi semakin berat, mekanisme adaptif gagal dan konsentrasi serum protein, terutama albumin, akan menurun. Terjadi penurunan pada tekanan onkotik intravaskular dan outflow cairan ke dalam ruang ekstravaskular yang berhubungan pada perkembangan edema dari kwashiorkor

Page 26: Presentasi KEP

1. Penurunan asupan makanan cenderung mengurangi konsentrasi glukosa plasma dan asam amino bebas, yang pada gilirannya mengurangi sekresi insulin dan meningkatkan pelepasan glukagon dan epinefrin

2. Rendahnya level asam amino plasma, terlihat terutama pada kwashiorkor yang juga mestimulasi sekresi hormon pertumbuhan dan mengurangi aktifitas somatomedin; produksi ini lebih jauh meningkatkan level hormon pertumbuhan karena tidak ada “feedback inhibition”; peningkatan hormon pertumbuhan dan epinefrin mempengaruhi reduksi sintesis urea, oleh karena itu dipilih daur asam amino

Perubahan endokrin

Page 27: Presentasi KEP

3. Stres ini disebabkan oleh asupan makanan yang rendah dan lebih jauh diperkuat oleh demam, dehidrasi, dan manifestasi lain dari infeksi yang sering menyertai KEP juga menstimulasi pelepasan epinefrin dan sekresi kortokosteroid; ini terjadi lebih sering pada marasmus daripada kwashiorkor, mungkin karena lebih besar defisit energi pada marasmus. Pada pertahanan perifer dari peningkatan insulin, mungkin berasal dari peningkatan konsentrasi plasma asam amino yang dihasilkan dari aktivitas lipolitik hormon pertumbuhan, glukokortikoid dan epinefrin

Page 28: Presentasi KEP

4. Level rendah dari insulin sirkulasi dan level tinggi dari kortisol sirkulasi lebih jauh mengurangi sekresi somatomedin.5. Penurunan aktivitas 5’-monodeidodinasi mengurangi produksi T3 dengan peningkatan bersamaan pada T3 reverse inaktif; level tiroksin juga dikurangi, mungkin oleh penurunan uptake iodium oleh thyroid. Pengurangan pada level hormon thyroid aktif menurunkan termogenesis dan konsumsi oksigen, sehingga menimbulkan konservasi energi

Page 29: Presentasi KEP

KEP Ringan dan Sedang kehilangan berat badan. Penurunan pada jaringan lemak subkutan menjadi jelas

terlihat Saat KEP kronis, anak-anak menunjukkan keterlambatan

pertumbuhan pada tinggi badan (saat kelaparan) Aktivitas fisik dan penggunaan energi anak-anak menurun.

Indikator fungsional lain adalah imunokompeten, fungsi sistem pencernaan (gastrointestinal), dan kebiasaan, namun penilaian ini belum praktis untuk tujuan diagnosis

Manifestasi nonspesifik termasuk sering diare, apatis, kurang kegiatan dan waktu perhatian menjadi lebih pendek.

MANIFESTASI KLINIS

Page 30: Presentasi KEP

Informasi biokimia berubah pada KEP ringan dan sedang. Data laboratorium berhubungan dengan asupan protein yang rendah, termasuk

ekskresi kreatinin urin yang rendah, sehingga menimbulkan indeks kreatinin-tinggi badan yang rendah pada anak-anak, urea nitrogen yang rendah pada urin dan ekskresi hidroksiprolin, perubahan pola plasma dari asam amino bebas dengan penurunan BCAA (Branched Chain Amino Acid), penurunan pada level transferrin dan albumin serum, dan pengurangan limfosit dalam sirkulasi.

Page 31: Presentasi KEP

KEP Berat/Gizi Buruk Diagnosis KEP berat prinsipnya didasari oleh riwayat

makanan dan segi klinik. Marasmus biasanya dihubungkan dengan

kekurangan makanan berat, semistarvasi jangka panjang, penyapihan dini, atau pemberian makanan yang tidak cukup pada bayi, sedangkan

kwashiorkor dihubungkan dengan penyapihan terlambat dan asupan protein rendah. Diare kronik atau rekuren dan infeksi merupakan ciri-ciri yang umum.

Page 32: Presentasi KEP
Page 33: Presentasi KEP

ANAMNESIS Keluhan berat badan tidak naik atau berat badan

kurang Keluhan anak tidak mau makan Sering menderita penyakit berulang atau timbul

bengkak pada kaki kadang sampai seluruh tubuh Pada marasmus: orang tua mengeluh kulit anak

keriput, penipisan lemak subkutan, atrofi otot (tampak semakin kurus)

Pada kwashiokor : orang tua mengeluh anak tampak letargis, apatis/ iritabel. Bisa terdapat bengkak, buncit, yang terkadang membuat berat badan tidak tampak turun pada awal terjadinya gizi buruk

DIAGNOSIS

Page 34: Presentasi KEP

PEMERIKSAAN FISIK Dilihat dari manifestasi klinis diatas

Page 35: Presentasi KEP

Diagnosis ditegakkan dengan berdasarkan tanda dan gejala klinis serta pengukuran antropometri. Anak didiagnosis gizi buruk apabila:

- BB/TB < -3 SD atau , 70 % dari median (marasmus)

- Edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh (kwashiorkor: BB/TB > - 3 SD atau marasmic kwashiorkor: BB/TB < -3SD).

Jika BB/TB tidak dapat diukur, gunakan tanda klinis berupa anak tampak sangat kurus (visible severe wasting) dan tidak mempunyai jaringan lemak bawah kulit terutama pada kedua bahu, lengan, pantat, paha, tulang iga terlihat jelas, dengan atau tanpa adanya edema.

Page 36: Presentasi KEP

Pemeriksaan penunjang kadar gula darah, darah tepi lengkap, urin

lengkap, feses lengkap, elektrolit serum, protein serum (albumin, globulin), feritin

test mantoux rontgen dada (AP lateral) pemeriksaan EKG  

Page 37: Presentasi KEP

Penanganan umum meliputi 10 langkah dan terbagi dalam 3 fase yaitu: fase stabilisasi, fase transisi, fase rehabilitasi dan fase tindak lanjut

Fase inisiasi (stabilisasi dan transisi)Bertujuan untuk mengidentifikasi dan menata laksana masalah yang mengancam nyawa di rumah sakit sehingga defisiensi spesfifik dan abnormalitas metabolic dapat dikembalikan dan pemberian makanan dimulai

Fase rehabilitasiPemberian makanan secara intensif bertujuan untuk mengembalikan berat badan yang hilang, dan meningkatkan stimulasi emosional dan fisis. Ibu sebagai pelaku rawat dilatih dan dipersiapkan untuk melanjutkan perawatan di rumah dan dilakukan persiapan keluar dari RS

Fase pemantauan Setelah keluar dari RS, dilakukan pemantauan pasien dan keluarganya untuk menghindari kejadian malnutrisi berulang dan memastikan perkembangan fisik, mental, emosional pasien tetap baik. 

PENATALAKSANAAN

Page 38: Presentasi KEP
Page 39: Presentasi KEP
Page 40: Presentasi KEP
Page 41: Presentasi KEP
Page 42: Presentasi KEP
Page 43: Presentasi KEP

Larutan Formula WHO 75 dan modifikasi Formula WHO 75

Campurkan susu skim, gula, minyak sayur, dan larutan elektrolit, diencerkan dengan air hangat sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai homogen dan volume menjadi 1000 ml. Larutan ini bisa langsung diminum.

Larutan modifikasi : Campurkan susu skim/full cream/susu segar, gula,

tepung, minyak. Tambahkan air sehingga mencapai 1 L (liter) dan didihkan hingga 5-7 menit.

Larutan Formula WHO 100 dan modifikasi Formula WHO 100

Cara seperti membuat larutan Formula WHO 75

CARA MEMBUATLarutan Formula WHO 75 dan modifikasi

Formula WHO 75

Page 44: Presentasi KEP

Larutan modifikasi : Tempe dikukus hingga matang kemudian dihaluskan dengan

ulekan (blender, dengan ditambah air). Selanjutnya tempe yang sudah halus disaring dengan air secukupnya. Tambahkan susu, gula, tepung beras, minyak, dan larutan elektrolit. Tambahkan air sampai 1000 ml, masak hingga mendidih selama 5-7 menit.

Larutan elektrolit Bahan untuk membuat 2500 ml larutan elektrolit mineral, terdiri

atas : KCl 224 g Tripotassium Citrat 81 g MgCl2.6H2O 76 g

Zn Asetat 2H2O 8,2 g

Cu SO4.5H2O 1,4 g Air sampai larutan menjadi 2500 ml (2,5 L)

Ambil 20 ml larutan elektrolit, untuk membuat 1000 ml Formula WHO 75, Formula WHO 100, atau Formula WHO 135. Bila bahan-bahan tersebut tidak tersedia, 1000 mg Kalium yang terkandung dalam 20 ml larutan elektrolit tersebut bisa didapat dari 2 gr KCl atau sumber buah-buahan antara lain sari buah tomat (400cc) / jeruk (500cc) / pisang (250 gr) / alpukat (175 gr) / melon (400 gr).

Page 45: Presentasi KEP

1. Mencegah dan mengatasi hipoglikemi Semua anak dengan gizi buruk berisiko

hipoglikemia (kadar gula darah < 3 mmol/L atau < 54 mg/dl) sehingga setiap anak gizi buruk harus diberi makan atau larutan glukosa/gula pasir 10% segera setelah masuk rumah sakit.

Jika fasilitas setempat tidak memungkinkan untuk memeriksa kadar gula darah, maka semua anak gizi buruk harus dianggap menderita hipoglikemia dan segera ditangani sesuai panduan.

10 penanganan

Page 46: Presentasi KEP

Tatalaksana Segera beri F-75 pertama atau modifikasinya bila penyediaannya

memungkinkan. Bila F-75 pertama tidak dapat disediakan dengan cepat, berikan 50 ml

larutan glukosa atau gula 10% (1 sendok teh gula dalam 50 ml air) secara oral atau melalui NGT.

Lanjutkan pemberian F-75 setiap 2–3 jam, siang dan malam selama minimal dua hari.

Bila masih mendapat ASI teruskan pemberian ASI di luar jadwal pemberian F-75.

Jika anak tidak sadar (letargis), berikan larutan glukosa 10% secara intravena (bolus) sebanyak 5 ml/kg BB, atau larutan glukosa/larutan gula pasir 50 ml dengan NGT.

Beri antibiotik.

Page 47: Presentasi KEP

Pemantauan Jika kadar gula darah awal rendah, ulangi pengukuran kadar gula

darah setelah 30 menit. Jika kadar gula darah di bawah 3 mmol/L (< 54 mg/dl), ulangi

pemberian larutan glukosa atau gula 10%. Jika suhu rektal < 35.5° C atau bila kesadaran memburuk,

mungkin hipoglikemia disebabkan oleh hipotermia, ulangi pengukuran kadar gula darah dan tangani sesuai keadaan (hipotermia dan hipoglikemia).

Pencegahan Beri makanan awal (F-75) setiap 2 jam, mulai sesegera mungkin

atau jika perlu, lakukan rehidrasi lebih dulu. Pemberian makan harus teratur setiap 2-3 jam siang malam.

Page 48: Presentasi KEP

Diagnosis Suhu aksilar < 35.5° C Tatalaksana

Segera beri makan F-75 (jika perlu, lakukan rehidrasi lebih dulu). Pastikan bahwa anak berpakaian (termasuk kepalanya). Tutup

dengan selimut hangat dan letakkan pemanas (tidak mengarah langsung kepada anak) atau lampu di dekatnya, atau letakkan anak langsung pada dada atau perut ibunya (dari kulit ke kulit: metode kanguru). Bila menggunakan lampu listrik, letakkan lampu pijar 60 W dengan jarak 60 cm dari tubuh anak.

Beri antibiotik sesuai pedoman. Pemantauan

Ukur suhu aksilar anak setiap 2 jam sampai suhu meningkat menjadi 36.5° C atau lebih. Jika digunakan pemanas, ukur suhu tiap setengah jam. Hentikan pemanasan bila suhu mencapai 36.5° C

Pastikan bahwa anak selalu tertutup pakaian atau selimut, terutama pada malam hari

Periksa kadar gula darah bila ditemukan hipotermia

2. Mencegah dan mengatasi hipotermia

Page 49: Presentasi KEP

Pencegahan Letakkan tempat tidur di area yang hangat, di

bagian bangsal yang bebas angin dan pastikan anak selalu tertutup pakaian/selimut

Ganti pakaian dan seprai yang basah, jaga agar anak dan tempat tidur tetap kering

Hindarkan anak dari suasana dingin (misalnya: sewaktu dan setelah mandi, atau selama pemeriksaan medis)

Biarkan anak tidur dengan dipeluk orang tuanya agar tetap hangat, terutama di malam hari

Beri makan F-75 atau modifikasinya setiap 2 jam, mulai sesegera mungkin, sepanjang hari, siang dan malam.

Page 50: Presentasi KEP

Diagnosis Cenderung terjadi diagnosis berlebihan dari dehidrasi dan estimasi yang

berlebihan mengenai derajat keparahannya pada anak dengan gizi buruk. Hal ini disebabkan oleh sulitnya menentukan status dehidrasi secara tepat pada anak dengan gizi buruk, hanya dengan menggunakan gejala klinis saja. Anak gizi buruk dengan diare cair, bila gejala dehidrasi tidak jelas, anggap dehidrasi ringan.

Tatalaksana Jangan gunakan infus untuk rehidrasi, kecuali pada kasus dehidrasi berat dengan

syok. Beri ReSoMal, secara oral atau melalui NGT, lakukan lebih lambat disbanding jika

melakukan rehidrasi pada anak dengan gizi baik. - Beri 5 ml/kgBB setiap 30 menit untuk 2 jam pertama - Setelah 2 jam, berikan ReSoMal 5–10 ml/kgBB/jam berselang-seling

dengan F-75 dengan jumlah yang sama, setiap jam selama 10 jam. Jumlah yang pasti tergantung seberapa banyak anak mau, volume tinja yang

keluar dan apakah anak muntah. Selanjutnya berikan F-75 secara teratur setiap 2 jam Jika masih diare, beri ReSoMal setiap kali diare. Untuk usia < 1 th: 50-100ml

setiap buang air besar, usia ≥ 1 th: 100-200 ml setiap buang air besar.

3. Mencegah dan mengatasi dehidrasi

Page 51: Presentasi KEP

Pemantauan Pantau kemajuan proses rehidrasi dan perbaikan keadaan klinis setiap setengah jam

selama 2 jam pertama, kemudian tiap jam sampai 10 jam berikutnya. Waspada terhadap gejala kelebihan cairan, yang sangat berbahaya dan bisa mengakibatkan gagal jantung dan kematian.

Periksalah: frekuensi napas frekuensi nadi frekuensi miksi dan jumlah produksi urin frekuensi buang air besar dan muntah

Selama proses rehidrasi, frekuensi napas dan nadi akan berkurang dan mulai ada diuresis. Kembalinya air mata, mulut basah cekung mata dan fontanel berkurang serta turgor kulit membaik merupakan tanda membaiknya hidrasi, tetapi anak gizi buruk seringkali tidak memperlihatkan tanda tersebut walaupun rehidrasi penuh telah terjadi, sehingga sangat penting untuk memantau berat badan.

Jika ditemukan tanda kelebihan cairan (frekuensi napas meningkat 5x/menit dan frekuensi nadi 15x/menit), hentikan pemberian cairan/ReSoMal segera dan lakukan penilaian ulang setelah 1 jam.

4. Memperbaiki gangguan keseimbangan elektrolit

Page 52: Presentasi KEP

Pencegahan Cara mencegah dehidrasi akibat diare yang berkelanjutan

sama dengan pada anak dengan gizi baik, kecuali penggunaan cairan ReSoMal sebagai pengganti larutan oralit standar.

Jika anak masih mendapat ASI, lanjutkan pemberian ASI Pemberian F-75 sesegera mungkin Beri ReSoMal sebanyak 50-100 ml setiap buang air besar cair. Tatalaksana Untuk mengatasi gangguan elektrolit diberikan Kalium dan

Magnesium, yang sudah terkandung di dalam larutan Mineral-Mix yang ditambahkan ke dalam F-75, F-100 atau ReSoMal

Gunakan larutan ReSoMal untuk rehidrasi Siapkan makanan tanpa menambahkan garam (NaCl).

Page 53: Presentasi KEP

Pada gizi buruk, gejala infeksi yang biasa ditemukan seperti demam, seringkali tidak ada, padahal infeksi ganda merupakan hal yang sering terjadi. Oleh karena itu, anggaplah semua anak dengan gizi buruk mengalami infeksi saat mereka datang ke rumah sakit dan segera tangani dengan antibiotik. Hipoglikemia dan hipotermia merupakan tanda infeksi berat.

Tatalaksana Berikan pada semua anak dengan gizi buruk: Antibiotik spektrum luas Vaksin campak jika anak berumur ≥ 6 bulan dan belum pernah

mendapatkannya, atau jika anak berumur > 9 bulan dan sudah pernah diberi vaksin sebelum berumur 9 bulan.

Tunda imunisasi jika anak syok.

5. Mengobati infeksi

Page 54: Presentasi KEP

Pilihan antibiotik spektrum luas Jika tidak ada komplikasi atau tidak ada infeksi nyata, beri Kotrimoksazol

per oral (25 mg SMZ + 5 mg TMP/kgBB setiap 12 jam selama 5 hari Jika ada komplikasi (hipoglikemia, hipotermia, atau anak terlihat letargis

atau tampak sakit berat), atau jelas ada infeksi, beri: Ampisilin (50 mg/kgBB IM/IV setiap 6 jam selama 2 hari), dilanjutkan dengan

Amoksisilin oral (15 mg/kgBB setiap 8 jam selama 5 hari) ATAU, jika tidak tersedia amoksisilin, beri Ampisilin per oral (50 mg/kgBB setiap 6 jam selama 5 hari) sehingga total selama 7 hari

DITAMBAH: Gentamisin (7.5 mg/kgBB/hari IM/IV) setiap hari selama 7 hari.

Jika diduga meningitis, lakukan pungsi lumbal untuk memastikan dan obati dengan Kloramfenikol (25 mg/kg setiap 6 jam) selama 10 hari

Jika ditemukan infeksi spesifik lainnya (seperti pneumonia, tuberkulosis, malaria, disentri, infeksi kulit atau jaringan lunak), beri antibiotik yang sesuai.

Beri obat antimalaria bila pada apusan darah tepi ditemukan parasit malaria.

Walaupun tuberkulosis merupakan penyakit yang umum terdapat, obat anti tuberkulosis hanya diberikan bila anak terbukti atau sangat diduga menderita tuberkulosis.

Pemantauan Jika terdapat anoreksia setelah pemberian antibiotik di atas, lanjutkan

pengobatan sampai seluruhnya 10 hari penuh. Jika nafsu makan belum membaik, lakukan penilaian ulang menyeluruh pada anak.

Page 55: Presentasi KEP

Semua anak gizi buruk mengalami defisiensi vitamin dan mineral. Meskipun sering ditemukan anemia, jangan beri zat besi pada fase awal, tetapi tunggu sampai anak mempunyai nafsu makan yang baik dan mulai bertambah berat adannya (biasanya pada minggu kedua, mulai fase rehabilitasi), karena zat besi dapat memperparah infeksi.

Tatalaksana Berikan setiap hari paling sedikit dalam 2 minggu: Multivitamin Asam folat (5 mg pada hari 1, dan selanjutnya 1 mg/hari) Seng (2 mg Zn elemental/kgBB/hari) Tembaga (0.3 mg Cu/kgBB/hari) Ferosulfat 3 mg/kgBB/hari setelah berat badan naik (mulai fase

rehabilitasi) Vitamin A: diberikan secara oral pada hari ke 1 (kecuali bila telah

diberikan sebelum dirujuk), dengan dosis seperti di bawah ini :

6. Memperbaiki kekurangan zat gizi mikro

Page 56: Presentasi KEP

Jika ada gejala defisiensi vitamin A, atau pernah sakit campak dalam 3 bulan terakhir, beri vitamin A dengan dosis sesuai umur pada hari ke 1, 2, dan 15.

Page 57: Presentasi KEP

Pada fase awal, pemberian makan (formula) harus diberikan secara hati-hati sebab keadaan fisiologis anak masih rapuh.

Tatalaksana Sifat utama yang menonjol dari pemberian makan awal adalah:

Makanan dalam jumlah sedikit tetapi sering dan rendah osmolaritas maupun rendah laktosa

Berikan secara oral atau melalui NGT, hindari penggunaan parenteral Energi: 100 kkal/kgBB/hari Protein: 1-1.5 g/kgBB/hari Cairan: 130 ml/kgBB/hari (bila ada edema berat beri 100 ml/kgBB/hari) Jika anak masih mendapat ASI, lanjutkan, tetapi pastikan bahwa jumlah F-75 yang ditentukan harus dipenuhi seperti di bawah ini:

7. Memberikan makanan untuk stabilisasi dan transisi

Page 58: Presentasi KEP
Page 59: Presentasi KEP

Pada anak dengan nafsu makan baik dan tanpa edema, jadwal di atas dapatdipercepat menjadi 2-3 hari. Jika jumlah petugas terbatas, beri prioritas untuk pemberian makan setiap 2 jam hanya pada kasus yang keadaan klinisnya paling berat, dan bila terpaksa upayakan paling tidak tiap 3 jam pada fase permulaan. Libatkan dan ajari orang tua atau penunggu pasien.

Pemberian makan sepanjang malam hari sangat penting agar anak tidak terlalu lama tanpa pemberian makan (puasa dapat meningkatkan risiko kematian). Apabila pemberian makanan per oral pada fase awal tidak mencapai kebutuhan minimal (80 kkal/kgBB/hari), berikan sisanya melalui NGT. Jangan melebihi 100 kkal/kgBB/hari pada fase awal ini.

Pada cuaca yang sangat panas dan anak berkeringat banyak maka anak perlu mendapat ekstra air/cairan.

Pemantauan Pantau dan catat setiap hari:

Jumlah makanan yang diberikan dan dihabiskan Muntah Frekuensi defekasi dan konsistensi feses Berat badan.

Page 60: Presentasi KEP

Tanda yang menunjukkan bahwa anak telah mencapai fase ini adalah:• Kembalinya nafsu makan• Edema minimal atau hilang. Tatalaksana Lakukan transisi secara bertahap dari formula awal (F-75) ke formula

tumbuh-kejar (F-100) (fase transisi): Ganti F 75 dengan F 100. Beri F-100 sejumlah yang sama dengan F-75

selama 2 hari berturutan. Selanjutnya naikkan jumlah F-100 sebanyak 10 ml setiap kali pemberian

sampai anak tidak mampu menghabiskan atau tersisa sedikit. Biasanya hal ini terjadi ketika pemberian formula mencapai 200 ml/kgBB/hari.

Dapat pula digunakan bubur atau makanan pendamping ASI yang dimodifikasi sehingga kandungan energi dan proteinnya sebanding dengan F-100.

Setelah transisi bertahap, beri anak: pemberian makan yang sering dengan jumlah tidak terbatas (sesuai

kemampuan anak) energi: 150-220 kkal/kgBB/hari protein: 4-6 g/kgBB/hari.

8. Memberikan makanan untuk tumbuh kejar

Page 61: Presentasi KEP

Bila anak masih mendapat ASI, lanjutkan pemberian ASI tetapi pastikan anak sudah mendapat F-100 sesuai kebutuhan karena ASI tidak mengandung cukup energi untuk menunjang tumbuh-kejar. Makanan-terapeutik-siap-saji (ready to use therapeutic food = RUTF) yang mengandung energi sebanyak 500 kkal/sachet 92g dapat digunakan pada fase rehabilitasi.

Pemantauan Hindari terjadinya gagal jantung. Amati gejala dini gagal jantung (nadi cepat dan napas cepat). Jika nadi maupun

frekuensi napas meningkat (pernapasan naik 5x/menit dan nadi naik 25x/menit), dan kenaikan ini menetap selama 2 kali pemeriksaan dengan jarak 4 jam berturut-turut, maka hal ini merupakan tanda bahaya (cari penyebabnya).

Lakukan segera: kurangi volume makanan menjadi 100 ml/kgBB/hari selama 24 jam kemudian, tingkatkan perlahan-lahan sebagai berikut: 115 ml/kgBB/hari selama 24 jam berikutnya 130 ml/kgBB/hari selama 48 jam berikutnya selanjutnya, tingkatkan setiap kali makan dengan 10 ml sebagaimana dijelaskan

sebelumnya. atasi penyebab Penilaian kemajuan Kemajuan terapi dinilai dari kecepatan kenaikan berat badan setelah taha

ptransisi dan mendapat F-100: Timbang dan catat berat badan setiap pagi sebelum diberi makan Hitung dan catat kenaikan berat badan setiap 3 hari dalam gram/kgBB/hari Jika kenaikan berat badan: kurang (< 5 g/kgBB/hari), anak membutuhkan penilaian ulang lengkap sedang (5-10 g/kgBB/hari), periksa apakah target asupan terpenuhi, atau

mungkin ada infeksi yang tidak terdeteksi. baik (> 10 g/kgBB/hari).

Page 62: Presentasi KEP

ungkapan kasih sayang lingkungan yang ceria terapi bermain terstruktur selama 15–30

menit per hari aktivitas fisik segera setelah anak cukup

sehat keterlibatan ibu sesering mungkin (misalnya

menghibur, memberi makan, memandikan, bermain)

9. Memberikan stimulasi untuk tumbuh kembang

Page 63: Presentasi KEP

Bila telah tercapai BB/TB > -2 SD (setara dengan >80%) dapat dianggap anak telah sembuh. Anak mungkin masih mempunyai BB/U rendah karena anak berperawakan pendek. Pola pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap dilanjutkan di rumah.

Berikan contoh kepada orang tua: Menu dan cara membuat makanan kaya energi dan padat gizi

serta frekuensi pemberian makan yang sering. Terapi bermain yang terstruktur Sarankan: Melengkapi imunisasi dasar dan/atau ulangan Mengikuti program pemberian vitamin A (Februari dan Agustus)

10. Mempersiapkan untuk tindak lanjut di rumah

Page 64: Presentasi KEP

Pemulangan sebelum sembuh total Anak yang belum sembuh total mempunyai risiko

tinggi untuk kambuh. Waktu untuk pemulangan harus mempertimbangkan manfaat dan faktor risiko. Faktor sosial juga harus dipertimbangkan. Anak membutuhkan perawatan lanjutan melalui rawat jalan untuk menyelesaikan fase rehabilitasi serta untuk mencegah kekambuhan.

Beberapa pertimbangan agar perawatan di rumah berhasil

Page 65: Presentasi KEP

Anak seharusnya: • telah menyelesaikan pengobatan antibiotik • mempunyai nafsu makan baik • menunjukkan kenaikan berat badan yang baik • edema sudah hilang atau setidaknya sudah berkurang. Ibu atau pengasuh seharusnya: • mempunyai waktu untuk mengasuh anak • memperoleh pelatihan mengenai pemberian makan yang

tepat (jenis, jumlah dan frekuensi) • mempunyai sumber daya untuk memberi makan anak. Jika

tidak mungkin, nasihati tentang dukungan yang tersedia.

Page 66: Presentasi KEP

Tindak lanjut bagi anak yang pulang sebelum sembuh Jika anak dipulangkan lebih awal, buatlah rencana

untuk tindak lanjut sampai anak sembuh: • Hubungi unit rawat jalan, pusat rehabilitasi gizi,

klinik kesehatan local untuk melakukan supervisi dan pendampingan.

• Anak harus ditimbang secara teratur setiap minggu. Jika ada kegagalan kenaikan berat badan dalam waktu 2 minggu berturut-turut atau terjadi penurunan berat badan, anak harus dirujuk kembali ke rumah sakit.

Page 67: Presentasi KEP

Malnutrisi yang hebat mempunyai angka kematian yang tinggi, kematian sering disebabkan oleh karena infeksi, sering tidak dapat dibedakan antara kematian karena infeksi atau karena malnutrisi sendiri. Prognosis tergantung dari stadium saat pengobatan mulai dilaksanakan. Dalam beberapa hal walaupun kelihatannya pengobatan adekuat, bila penyakitnya progesif kematian tidak dapat dihindari, mungkin disebabkan perubahan yang irrever-sibel dari set-sel tubuh akibat under nutrition maupun overnutrition.

PROGNOSIS