Presentasi Kasus scizofrenia
-
Upload
amandaprahastianti -
Category
Documents
-
view
215 -
download
1
description
Transcript of Presentasi Kasus scizofrenia
PORTOFOLIO
Internship Puskesmas Kecamatan Cilandak
Topik: Scizophrenia Paranoid
Tanggal (kasus): 27 April 2015. Presenter: dr. Tri Novia Maulani
Tanggal Presentasi: 26 Mei 2015 Pendamping: dr. Sri Hartati
Tempat Presentasi: Aula PKM Kecamatan Cilandak.
Objektif Presentasi:
□ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan Pustaka
□ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa
□ Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil
□ Deskripsi: Laki-laki, 40 tahun, kontrol rutin untuk mengambil obat dengan riwayat
scizophrenia paranoid sejak 5 tahun yang lalu
□ Tujuan pengobatan: mengontrol halusinasi dan waham pasien, meningkatkan kualitas
hidup pasien, mengontrol efek samping obat.
Bahan bahasan: □ Tinjauan Pustaka. □ Riset . □ Kasus. □ Audit.
Cara membahas: □ Diskusi. □ Presentasi dan diskusi. □ Email. □ Pos.
Data Pasien: Nama: Tn. C
Nama Klinik: PKM Kec. Cilandak Telp: 021-7694279. Terdaftar sejak: 2005.
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis/ Gambaran Klinis:
Scizophrenia Paranoid, mempunyai waham paranoid, halusinasi auditorik.
2. Riwayat Pengobatan:
Rutin konsumsi Haloperidol 5 mg dan THP 2 mg sejak 5 tahun yang lalu.
3. Riwayat kesehatan/ Penyakit:
Tidak ada riwayat penyakit sistemik lainnya.
4. Riwayat keluarga:
Tidak ada riwayat penyakit yang sama dalam keluarga.
5. Riwayat pekerjaan:
Sebelum sakit, bekerja sebagai karyawan. Setelah didiagnosis Scizophrenia Paranoid,
tidak bekerja lagi.
6. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif dan Alkohol:
Pasien tidak merokok, tidak suka minum alkohol, dan tidak pernah menggunakan obat –
obatan terlarang.
7. Lain-lain:
Peran serta keluarga, lingkungan, untuk mendampingi pasien meminum obat dan
mengingatkan kontrol.
Tinjauan Pustaka
DEFINISI
Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, “schizein”yang berarti “terpisah”atau
“pecah”, dan “phren” yang artinya “jiwa”. Pada skizofrenia terjadi pecahnya atau
ketidakserasian antara afeksi, kognitif dan perilaku. Secara umum, simptom skizofrenia dapat
dibagi menjadi tiga golongan: yaitu simptom positif, simptom negative, dan gangguan dalam
hubungan interpersonal.
EPIDEMIOLOGI
Sekitar satu persen penduduk dunia akan mengidap skizofrenia pada suatu waktu
dalam hidupnya. Di Indonesia diperkirakan satu sampai dua persen penduduk atau sekitar dua
sampai empat juta jiwa akan terkena penyakit ini. Bahkan sekitar sepertiga dari sekitar satu
sampai dua juta yang terjangkit penyakit skizofrenia ini atau sekitar 700 ribu hingga 1,4 juta
jiwa kini sedang mengidap skizofrenia. Perkiraan angka ini disampaikan Dr LS Chandra,
SpKJ dari Sanatorium Dharmawangsa Jakarta Selatan.
Tiga per empat dari jumlah pasien skizofrenia umumnya dimulai pada usia 16 sampai
25 tahun pada laki-laki. Pada kaum perempuan, skizofrenia biasanya mulai diidap pada usia
25 hingga 30 tahun. Penyakit yang satu ini cenderung menyebar di antara anggota keluarga
sedarah.
ETIOLOGI
Model diatesis stress
Faktor neurobiologi
Faktor genetika
Faktor psikososial
GEJALA KLINIS
Gejala-gejala khas yang meliputi berrbagai hal psikologis yaitu :
Ø Isi pikiran: gangguan utama isi pikiran adalah waham yang majemuk, terpecah atau
aneh, misalny berupa waham kejar dan waham yang menyangkut dirinya (delusion of
reference).
Ø Bentuk pikiran : adanya gangguan pikiran formal, berbentuk sebagai asosiasi longgar,
inkoherensi, kemiskinana pembicaraan, dll.
Ø Persepsi : Gangguan utama adalah berbagai jenis halusinasi, tetapi yang paling sering
adalah halusinasi dengar.
Ø Afek : Sering kali berupa afek datar atau tidak serasi.
Ø Rasa kesadaran diri : Sering bermanifestasi sebagai rasa perpleksitas yang parah
tentang identitas dirinya dan makna eksistensinya.
Ø Dorongan kehendak(“volition “) : Gangguan dapat berupa minat atau dorongan yang
tidak adekuat.
Ø Hubungan dengan dunia luar : sering terjadi kecenderungan untuk menarik diri dari
dunia luar, berpreokupasi pad aide dan egosentrik dan apabila keadaanya parah maka
jatuh kedalam autisme.
Ø Tingkah laku psikomotor : Gangguan tingkah laku psikomotor bisa beraneka ragam,
dapat berupa berkurangnya gerakan dan aktivitas spontan atau dapat pula berupa
gerakan motorik yang berlebihan.
Ø Gambaran penyerta : Hampir semua gejala dapat timbul sebagai gambaran penyerta,
misalnya : individu tampak kehilangan akal (perplexed), berpakaian atau berdandan
eksentrik, aktivitas motorik yang tidak wajar, afek yang tidak menyenangkan,
depersonalisasi, derealisasi dan gagasan yang mirip waham yang menyangkut dirinya.
DIAGNOSIS
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas dan biasanya dua gejala
atau lebih bila gejala-gejala itu kurang jelas :
(a) – “Thought echo” : isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya
sama, namun kulitasnya berbeda; atau
– “Thought insertion or withdrawal”: isi pikiran yang asing dari luar masuk
kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh
sesuatu dari luar (withdrawal); dan
– “Thought broadcasting”: isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau
umum mengetahuinya;
(b) – “delusion of control” : waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dati luar; atau
– “delusion of influence”: waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan
tertentu dari luar; atau
– “delusion of passivity”: waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah
terhadap suatu kekuatan dari luar;
(tentang ‘dirinya”: secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau
ke pikiran, tindakan atau penginderaan khusus);
– “delusional perception”: pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna
sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;
(c) Halusinasi auditorik :
– Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku
pasien, atau
– Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai suara
yang berbicara), atau
– Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
(d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal
keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan
diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau
berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).
Ø Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas :
(e) Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang mauupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai ole ide-ide berlebihan (over-
valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus;
(f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisispan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme;
(g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh
tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan
stupor;
(h) Gejala-gejala “negative” seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan
respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan social dan menurunnya kinerja
social; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh
depresi atau medikasi neuroleptika;
Ø Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu
satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal).
Ø Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadai (personal behaviour),
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat
sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan penarikan diri
secara sosial.
PROGNOSIS
Secara umum prognosis skizofrenia tergantung pada:
1. Usia pertama kali timbul ( onset): makin muda makin buruk.
2. Mula timbulnya akut atau kronik: bila akut lebih baik.
3. Tipe skizofrenia: episode skizofrenia akut dan katatonik lebih baik.
4. Cepat, tepat serta teraturnya pengobatan yang didapat.
5. Ada atau tidaknya faktor pencetusnya: jika ada lebih baik.
6. Ada atau tidaknya faktor keturunan: jika ada lebih jelek.
7. Kepribadian prepsikotik: jika skizoid, skizotim atau introvert lebih jelek.
8. Keadaan sosial ekonomi: bila rendah lebih jelek.
Daftar Pustaka
1. Kaplan & Sadock: ”Skizofrenia” dalam Sinopsis Psikiatri Jilid 1, edisi 7, Penerbit
Bina Rupa Aksara, Jakarta, 1997, halaman 685-729.
2. Maslim. R: Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia, edisi
3, Direktorat Kesehatan Jiwa Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 2002, hal 46-51.
3. W.F. Maramis, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Universitas Airlangga,1980, hal: 215-
35
4. Maslim. R: Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik, edisi 3, Penerbit
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa, FK Unika Atma Jaya, Jakarta, 2001, hal 14-23.
5. Hawari, Dadang:Skizofrenia dalam Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa,
Penerbit FKUI, Jakarta, 2003.
Hasil Pembelajaran
1. Diagnosis Scizophrenia Paranoid
2. Pilihan terapi pada Scizophrenia Paranoid
3. Pencegahan efek samping obat-obat anti psikotik.
4. KIE pada kasus Scizophrenia Paranoid.
6. Prognosis dari Scizophrenia Paranoid.
Rangkuman hasil pembelajaran portofolio
1. Subjektif :
Pasien saat ini tidak ada keluhan. Terkadang, pasien masih mendengar suara suara
yang menakuti pasien dan menyuruh pasien agar jangan tidur bila malam. Pasien masih
merasa yakin bahwa ada orang yang akan menyakiti dia. Pasien sulit tertidur di malam
hari karena kadang-kadang muncul suara suara yang mengganggu pasien.
2. Objektif:
Hasil anamnesis mendukung untuk diagnosis Scizophrenia Paranoid, berdasarkan:
Gejala klinis: adanya gangguan persepsi, yaitu terdapat halusinasi auditorik bersifat
perintah dan berisi menakuti pasien. juga terdapat gangguan pada isi pikir, yaitu
waham paranoid, dimana pasien yakin bahwa ada seseorang yang ingin menyakiti
pasien.
Pemeriksaan fisik: dalam batas normal
Riwayat pengobatan anti psikotik sejak 5 tahun yang lalu.
3. “Assessment”(penalaran klinis):
Patofisiologi skizofrenia melibatkan sistem dopaminergik dan serotonergik.
Skizofrenia terjadi akibat dari peningkatan aktivitas neurotransmitter dopaminergik.
Peningkatan ini mungkin merupakan akibat dari meningkatnya pelepasan dopamine,
terlalu banyaknya reseptor dopamine, turunnya nilai ambang, atau hipersentivitas reseptor
dopamine, atau kombinasi dari faktor-faktor tersebut.
Hipotesis/teori tentang patofisiologi skizofrenia :
a. Pada pasien skizofrenia terjadi hiperaktivitas sistem dopaminergik
b. Hiperdopaminegia pada sistem meso limbikà berkaitan dengan gejala positif
c. Hipodopaminergia pada sistem meso kortis dan nigrostriatalà bertanggungjawab
terhadap gejala negatif dan gejala ekstrapiramidal.
Pada pasien terdapat adanya waham, yaitu keyakinan yang tidak masuk akal. Terdapat
berbagai macam waham, pad apasien terdapat waham paranoid, yaitu keyakinan bahwa
ada seseorang yang ingin mnyakitinya. Pada pasien juga terdapat halusinasi, yaitu
mendengar, melihat, merasakan, mencium sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Sebagian
penderita, mendengar suara/ bisikan bersifat menghibur atau tidak menakutkan.
Sedangkan yanng lainnya mungkin menganggap suara/bisikan tersebut bersifat negatif/
buruk atau memberikan perintah tertentu. Pada pasien, terdapat halusinasi auditorik
menetap yang berisfat “perintah”yang khas untuk schizofrenia paranoid.
4. “Plan”:
Diagnosis: berdasarkan anamnesis dan riwayat sebelumnya, dapat ditegakkan diagnosis
Scizophrenia Paranoid.
Pengobatan: dilanjutkan pengobatan yaitu Haloperidol 5 mg dan THP 2mg.
Pendidikan: edukasi merupakan bagian yang paling penting pada kasus psikotik, seperi
Scizophrenia Paranoid. Penjelasan tentang penyakit yang sedang terjadi pada pasien secara
lengkap serta kemungkinan efek samping yang terjadi dari pengobatan yang sedang
dijalani oleh pasien.
Konsultasi: dijelaskan secara holistik mengenai perjalanan penyakit pasien, gejala klinis
yang mungkin timbul akibat penyakit tersebut, pentingnya minum obat secara teratur,
kontrol ke dokter bila obat habis atau ada keluhan, efek samping yang mungkin
ditimbulkan dengan mengkonsumsi obat tersebut, dan pentingnya motivasi dari keluarga
untuk memperingan keluhan yang dialami pasien.
Kegiatan Periode Hasil yang diharapkan
Kepatuhan minum obat dan
pemantauan efek samping
2 minggu kemudian mengetahui keberhasilan
pengobatan dan efek
samping obat.
Konseling Setiap kali kunjungan Pasien termotivasi dan
meningkatkan kepercayaan
diri pasien, agar dapat
meningkatkan kualitas
hidupnya.