Presentasi Kasus Dr Rita Almas Dkk

download Presentasi Kasus Dr Rita Almas Dkk

of 21

Transcript of Presentasi Kasus Dr Rita Almas Dkk

Tutorial Klinik

ILMU KESEHATAN MATA

Oleh: Adrian Arnasaputra (G9911112004) Almas Mirza Yoga Primadi (G9911112012) (G9911112145)

L. Bobby Nindra N. (G9911112087) Ratri Satya Pitrasti (G9911112119) Amanda Arta M. S. (G9911112014) Novian Yanuardi (G9911112107)

Pembimbing : dr. Rita Hendrawati, Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA 2012

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS Nama Umur Jenis Kelamin Agama Pekerjaan Alamat Tgl masuk rumah sakit Tgl Pemeriksaan No. RM : Ny. P : 56 tahun : Perempuan : Islam : Ibu rumah tangga : Joyontakan RT3/ 3 Joyontakan Serengan Surakarta : 7 Mei 2012 : 7 Mei 2012 : 01040562

II. ANAMNESIS A. Keluhan utama : Pandangan kabur

B. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengeluh pandangan kabur dengan bayangan hitam kecil. Pasien juga mengeluhkan mata terasa mengganjal, cekot-cekot, berair. dan perih pada mata kanan. Pasien tidak mengeluh adanya mata merah dan gatal. Pasien belum mengkonsumsi obat apa pun untuk mengatasi keluhan tersebut.

C. Riwayat Penyakit Dahulu 1. Riwayat darah tinggi 2. Riwayat kencing manis 3. Riwayat alergi obat dan makanan 4. Riwayat pakai kacamata 5. Riwayat pakai softlens 6. Riwayat trauma mata 7. Riwayat penyakit serupa : disangkal : disangkal : (+) ikan asin : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal

1

D. Riwayat Penyakit Keluarga 1. Riwayat darah tinggi 2. Riwayat kencing manis 3. Riwayat alergi 4. Riwayat penyakit serupa : disangkal : disangkal : (+) seafood : disangkal

E. Kesimpulan Anamnesis OD Proses Lokalisasi Sebab Perjalanan Komplikasi Degeneratif Lensa Usia lanjut Kronis Belum ditemukan OS Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan Belum ditemukan

III. PEMERIKSAAN FISIK A. Kesan umum Keadaan umum baik, compos mentis, gizi kesan cukup T : tidak dilakukan Rr t : 22x/menit : 36,50 C

N : 78x/menit

B. Pemeriksaan subyektif OD Visus Sentralis Jauh Pinhole Koreksi Refraksi : : : 1/60 tidak dilakukan tidak dilakukan tidak dilakukan OS 6/7 tidak dilakukan tidak dilakukan tidak dilakukan

Visus Sentralis Dekat Koreksi : tidak dilakukan tidak dilakukan

2

Visus Perifer a. b. c. Konfrontasi test : Proyeksi sinar : tidak dilakukan tidak dilakukan tidak dilakukan tidak dilakukan tidak dilakukan tidak dilakukan

Persepsi warna :

C. Pemeriksaan Obyektif 1. Sekitar mata Tanda radang Luka Parut Kelainan warna Kelainan bentuk : : : : : tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada

2.

Supercilium Warna Tumbuhnya Kulit Pasangannya Geraknya : : : : : hitam normal sawo matang dalam batas normal dalam batas normal hitam normal sawo matang dalam batas normal dalam batas normal

3.

Pasangan Bola Mata dalam Orbita Heteroforia Strabismus Pseudostrabismus Exophthalmus Enophthalmus Anophthalmus : : : : : : tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada

3

4.

Ukuran bola mata Mikrophthalmus Makrophthalmus Ptosis bulbi Atrofi bulbi Bufthalmus Megalokornea Mikrokornea : : : : : : : tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada

5.

Gerakan Bola Mata Temporal Superior Temporal Inferior Temporal Nasal Superior Nasal Inferior : : : : : dalam batas normal dalam batas normal dalam batas normal dalam batas normal dalam batas normal dalam batas normal dalam batas normal dalam batas normal dalam batas normal dalam batas normal

6.

Kelopak Mata Gerakan Oedem Hiperemis Lebar Rima Tepi Kelopak Mata Oedem Hiperemi Entropion Ekstropion : : : : tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada : : : : dalam batas normal tidak ada tidak ada 10 mm dalam batas normal tidak ada tidak ada 10 mm

7.

Sekitar saccus lakrimalis Oedem Hiperemi : : tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada

4

8.

Sekitar Glandula lakrimalis Oedem Hiperemis : : tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada

9.

Tekanan Intra Okuler Palpasi Tonometer Schiotz : : tidak dilakukan tidak dilakukan tidak dilakukan tidak dilakukan

10.

Konjungtiva Konjungtiva palpebra superior Oedem Hiperemis Sekret : : : tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada

Konjungtiva palpebra inferior Oedem Hiperemis Sikatrik Konjungtiva Fornix Oedem Hiperemis Sekret Konjungtiva Bulbi Oedem Hiperemis Sekret Injeksi Konjungtiva Injeksi Siliar Pterigium Subkonjungtiva Hematom : tidak ada tidak ada : : : : : : tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada : : : tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada : : : tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada

5

11.

Sklera Warna Penonjolan : : putih tidak ada putih tidak ada

12.

Kornea Ukuran Limbus Permukaan Sensibilitas Keratoskop Flourescin Test Arcus Senilis : : : : : : : 12 mm normal rata tidak dilakukan tidak dilakukan tidak dilakukan ada 12 mm normal rata tidak dilakukan tidak dlakukan tidak dlakukan ada

13.

Kamera Okuli Anterior Isi Kedalaman : : jernih dalam jernih dalam

14.

Iris Warna Bentuk Sinekia anterior Sinekia posterior : : : : hitam bulat tidak ada tidak ada hitam bulat tidak ada tidak ada

15.

Pupil Ukuran Letak Bentuk Reaksi terhadap Cahaya Langsung : (+) (+) tidak dilakukan (+) (+) tidak dilakukan : : : 3 mm sentral bulat 3 mm sentral bulat

Cahaya tak langsung : Konvergensi :

6

16.

Lensa Ada/tidak Kejernihan Letak Shadow test : : : : ada keruh sentral (+) ada jernih sentral (-)

17.

Corpus vitreum Kejernihan : tidak dilakukan tidak dilakukan

IV. KESIMPULAN PEMERIKSAAN OD Visus sentralis jauh Sekitar mata Ukuran bola mata Gerakan bola mata Kelopak mata Kornea Camera oculi anterior Iris Pupil Lensa 1/60 dalam batas normal dalam batas normal dalam batas normal lebar rima 10 mm arcus senilis dalam batas normal dalam batas normal dalam batas normal keruh OS 6/7 dalam batas normal dalam batas normal dalam batas normal lebar rima 10 mm arcus senilis dalam batas normal dalam batas normal dalam batas normal jernih

7

V. GAMBAR

VI. DIAGNOSIS BANDING 1. Katarak senilis imatur 2. Katarak senilis matur 3. Kekeruhan kornea 4. Kelainan refraksi 5. Glaukoma simpleks

VII. DIAGNOSIS OD Katarak imatur

VIII. TERAPI OD Phacoemulsifikasi + IOL

IX. PLANNING a. Pemeriksaan slit lamp b. Pemeriksaan biometri c. Pemeriksaan lab darah d. Konsultasi ke bagian jantung

8

X. PROGNOSIS OD Ad vitam Ad sanam Ad fungsionam Ad cosmeticum Bonam dubia et bonam dubia et bonam dubia et bonam OS Bonam dubia et bonam dubia et bonam dubia et bonam

9

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi Mata Mata adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang dibungkus oleh tiga lapisan. Dari luar ke dalam, lapisanlapisan tersebut adalah : sklera/kornea, koroid/badan siliaris/iris, dan retina. Sebagian besar mata dilapisi oleh jaringan ikat yang protektif dan kuat di sebelah luar, sklera, yang membentuk bagian putih mata. Di anterior (ke arah depan), lapisan luar kornea transparan tempat lewatnya berkasberkas cahaya ke interior mata. Lapisan tengah dibawah sklera adalah koroid, sangat berpigmen dan mengandung pembuluhpembuluh darah untuk memberi makan retina. Lapisan paling dalam adalah retina, yang terdiri atas lapisan yang sangat berpigmen di sebelah luar dan sebuah lapisan syaraf di dalam. Retina mengandung sel batang dan sel kerucut, fotoreseptor yang mengubah energi cahaya menjadi impuls syaraf. Lensa mata merupakan bagian jernih dari mata yang berfungsi untuk menangkap cahayadan gambar. Pada keadaan normal, cahaya atau gambar yang masuk akan diterima oleh lensamata, kemudian akan diteruskan ke retina, selanjutnya rangsangan cahaya atau gambar tadi akan diubah menjadi sinyal atau impuls yang akan diteruskan ke otak melalui saraf penglihatan dan akhirnya akan diterjemahkan sehingga dapat dipahami. Dalam keadaan normal transparansi lensa terjadi karena adanya keseimbangan antara protein. Apabila terjadi peningkatan jumlah protein, protein dalam lensa melebihi jumlah protein dalam bagian yang lain sehingga membentuk suatu kapsul yang dikenal dengan nama katarak.

10

B. Lensa Mata Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular tak berwarna dan transparan. Tebal sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Di belakang iris lensa digantung oleh zonula (zonula Zinnii) yang menghubungkannya dengan korpus siliare. Di sebelah anterior lensa terdapat humor aquaeus dan di sebelah posterior terdapat vitreus. Kapsul lensa adalah suatu membran semipermeabel yang dapat dilewati air dan elektrolit. Di sebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia,serat-serat lamelar subepitel terus diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan menjadi kurang elastik. Lensa terdiri dari 65% air, 35% protein, dan sedikit sekali mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di kebanyakan jaringanlain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah atau pun saraf di lensa. Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi, menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukurannya yang terkecil, daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya paralel atau terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahayadari benda dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa yang elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh peningkatan daya biasnya. Kerjasama fisiologik tersebut antara korpus siliaris, zonula, dan lensa untuk memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi. Seiring dengan pertambahan usia, kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan berkurang. Selain itu juga terdapat fungsi refraksi, yang mana sebagai bagian optik bola mata untuk memfokuskan sinar ke bintik kuning, lensa menyumbang +18.0 Dioptri.

11

Secara fisiologik, lensa memiliki sifat tertentu: 1. Kenyal atau lentur karena memegang peranan penting dalam akomodasi untuk menjadi cembung 2. Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan 3. Terletak di tempatnya Keadaan patologik lensa dapat berupa: 1. Kekenyalan berkurang pada orang tua sehingga mengakibatkan presbiopi 2. Keruh atau disebut katarak 3. Tidak berada di tempatnya atau subluksasi atau luksasi

C. Katarak Katarak adalah suatu kekeruhan yang terjadi pada lensa mata sehingga terjadi penurunan kualitas penglihatan. Katarak berasal dari bahasa yunani (katarrhakies) dan bahasa latin (cataracta) yang berarti air terjun. Saat air mengalir dengan cepat (turbulensi), saat itu air dapat berubah dari jernih menjadi keruh atau berawan. Katarak adalah keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di dalam kapsul lensa atau juga suatu keadaan patologik lensa di mana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa. Katarak pada umumnya menyerang kedua mata, namun salah satu mata dapat mengalami percepatan dibanding yang lainnya. Katarak merupakan penyebab utama (52%) kebutaan. Beberapa gejala umum katarak adalah pandangan yang kabur dan tidak dapat dikoreksi dengan lensa, warna-warna tampak kusam, kesulitan melihat di tempat terang, dan kesulitan membaca atau mengemudi di malam hari. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina.

12

D. Katarak Senilis Katarak senilis ini adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun. Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara pasti. Katarak senile ini sering ditemukan dengan gejala: a. Distorsi penglihatan yang semakin kabur pada stadium insipiens pembentukkan katarak, disertai penglihatan jauh makin kabur. b. Penglihatan dekat mungkin sedikit membaik, sehingga pasien dapat membaca lebih baik tanpa kaca mata (second sight). c. Miopia artificial. Disebabkan oleh peningkatan indeks refraksi lensa pada stadium insipient. Katarak senile biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun dan dapat disebabkan antara lain: Faktor biologi, yaitu karena usia tua dan pengaruh genetic Faktor fungsional, yaitu akibat akomodasi yang sangat kuat mempunyai efek buruk terhadap serabu-serabut lensa. Faktor imunologik Gangguan yang bersifat lokal pada lensa, seperti gangguan nutrisi, gangguan permeabilitas kapsul lensa, efek radiasi cahaya matahari.

Katarak Senilis dapat dibagi atas stadium: 1. Stadium insipiens Stadium yang paling dini, yang belum menimbulkan gangguan visus. Kekeruhan terutama terdapat pada bagian perifer berupa bercak-bercak, terutama mengenai korteks anterior. Gambaran ini disebut spokes of a wheel yang nyata bila pupil dilebarkan. 2. Stadium imatur Kekeruhan belum mengenai seluruh lapisan lensa. Kekeruhan terutama terdapat di bagian posterior dan bagian belakang nukleus lensa. Kalau tidak ada kekeruhan di lensa, maka sinar dapat masuk ke dalam mata tanpa ada yang dipantulkan. Oleh karena kekeruhan dibagian posterior lensa, maka sinar oblik yang mengenai bagian

13

yang keruh ini akan dipantulkan lagi, sehingga pada pemeriksaan, terlihat di pupil ada daerah yang terang sebagai refleks pemantulan cahaya pada daerah lensa yang keruh dan daerah yang gelap, akibat bayangan iris pada lensa yang keruh. Keadaan ini disebut shadow test (+). 3. Stadium matur Pada stadium ini lensa telah menjadi keruh seluruhnya, sehingga semua sinar yang melalui pupil dipantulkan kembali di permukaan anterior lensa. Tak ada bayangan iris. Shadow test (-). Di pupil tampak lensa yang seperti mutiara. Shadow test membedakan stadium matur dari imatur, dengan syarat harus diperiksa lebih lanjut dengan midriatikum, oleh karena pada katarak polaris anterior juga terdapat shadow test (-), karena kekeruhan terletak di daerah pupil. Dengan melebarkan pupil, akan tampak bahwa kekeruhan hanya terdapat pada daerah pupil saja. Kadang walaupun masih stadium imatur, dengan koreksi, visus tetap buruk, hanya dapat menghitung jari, bahkan dapat lebih buruk lagi 1/300 atau satu per tak hingga, hanya ada persepsi cahaya, walaupun lensanya belum keruh seluruhnya. 4. Stadium hipermatur Korteks lensa yang konsistensinya seperti bubur telah mencair, sehingga nukleus lensa turun oleh karena daya beratnya ke bawah. Melalui pupil, pada daerah yang keruh, nukleus ini terbayang sebagai setengah lingkaran di bagian bawah, dengan warna yang lain daripada bagian yang diatasnya, yaitu kecoklatan. Pada stadium ini juga terjadi kerusakan kapsul lensa, yang menjadi lebih permeabel, sehingga isi korteks yang cair dapat keluar dan lensa menjadi kempis. Keadaan ini disebut katarak Morgagni. Pada perjalanan dari stadium I ke stadium IV, dapat timbul suatu keadaan yang disebut intumesensi yaitu penyerapan cairan bilik mata depan oleh lensa sehingga lensa menjadi cembung dan iris

14

terdorong ke depan, bilik mata depan menjadi dangkal. Hal ini tidak selalu terjadi, pada umumnya terjadi pada stadium II. Perbedaan stadium katarak senil Insipien Kekeruhan Ringan Imatur Sebagian Bertambah Matur Seluruh Normal Hipermatur Masif Berkurang Normal

Cairan lensa Normal Iris Normal

Terdorong ke Normal depan

COA Sudut bilik mata Shadow test Penyulit

Normal Normal

Dangkal Sempit

Normal Normal

Dalam Terbuka

(-) Tidak ada

(+) Glaukoma fakotopik fakomorfik /

(-) Tidak ada

(-) Glaukoma fakolitik, uveitis fakotoksik

E. Penatalaksanaan Terapi definitif untuk katarak senilis adalah ekstrasi lensa. Berdasarkan integritas dari kapsula posterior lensa, 2 tipe utama bedah lensa adalah Ekstraksi Katarak Intra Kapsular (EKIK) dan Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular (EKEK), dan 1 tipe operasi modifikasi, yaitu Fakoemulsifikasi. a. Operasi katarak ekstra kapsular atau Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular (EKEK) Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa denganmemecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan korteks lensa dapatkeluar melalui robekan tersebut. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasiendengan kelainan endotel, bersamasama keratoplasti, implantasi lensa intra okular, kemungkinanakan dilakukan bedah gloukoma, mata dengan presdiposisi untuk terjadinya prolaps badan

15

kaca,sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid makular edema, pasca bedahablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badankaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadi katarak sekunder.

b. Operasi katarak intra kapsular atau Ekstraksi Katarak Intra Kapsular (EKIK) Pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Dapat dilakukan pada zonulazinn telah rapuh atau berdegenerasi dan mudah diputus. Pada tindakan ini tidak akan terjadikatarak sekunder. Penderita yang telah menjalani pembedahan katarak biasanya akanmendapatkan lensa buatan sebagai pengganti lensa yang telah diangkat. Lensa buatan inimerupakan lempengan plastik yang disebut lensa intraokular, biasanya lensa intraokular dimasukkan ke dalam kapsul lensa di dalam mata. Operasi katarak sering dilakukan dan biasanyaaman. Setelah pembedahan jarang sekali terjadi infeksi atau perdarahan pada mata yang bisamenyebabkan gangguan penglihatan yang serius.Untuk mencegah infeksi, mengurangi peradangan dan mempercepat penyembuhan, selama beberapa minggu setelah pembedahan diberikan tetes mata atau salep. Untuk melindungi matadari cedera, penderita sebaiknya menggunakan kaca mata atau pelindung mata yang terbuat darilogam sampai luka pembedahan benar-benar sembuh.

16

c. Fakoemulsifikasi Merupakan bentuk ECCE yang terbaru dimana menggunakan getaran ultrasonic untuk menghancurkan nucleus sehingga material nucleus dan kortek dapat diaspirasi melalui insisi 3 mm. Teknik operasi ini menggunakan gelombang ultrasonik dan hanya perlu membuat lukairisan sekitar 1,8 2,75 milimeter saja.. Dengan alat ini lensa dipecah dalam beberapa

bagianselanjutnya dihisap. Kemudian diteruskan dengan pemasangan lensa tanam lipat ( Foldable IntraOculer Lens). Keuntungan dari teknik ini adalah luka irisan minimal, resiko infeksi kecil, tanpa jahitan, penyembuhan lebih cepat dan rehabilitasi visus/penglihatan lebih cepat sehingga pasienlebih puas. Dengan teknik ini seberapapun derajat ketipisan katarak operasi dapat dilakukantanpa menunggu matang.

17

F. Komplikasi Berikut ini adalah komplikasi besar intraoperatif yang ditemukan selama operasi katarak, yaitu : a. Kamera okuli anterior dangkal atau datar b. Ruptur kapsul c. Edem kornea d. Perdarahan atau efusi suprakoroid e. Perdarahan koroid yang ekspulsif f. Tertahannya material lensa g. Gangguan vitreous dan inkarserasi ke dalam luka h. Iridodialisis

Berikut ini merupakan komplikasi besar post operatif yang ditemukan segera selama operasi katarak, yang sering terlihat dalam beberapa hari atau minggu setelah operasi, yaitu : a. Kamera okuli anterior datar atau dangkal karena luka robek b. Terlepasnya koroid c. Hambatan pupil d. Hambatan korpus siliar e. Perdarahan suprakoroid f. Edem stroma dan epitel g. Hipotoni h. Sindrom Brown-Mc. Lean (edem kornea perifer dengan kornea sentral jernih sangat sering terlihat mengikuti ICCE) i. Perlekatan vitreokornea dan edem kornea yang persisten j. Perdarahan koroid yang lambat k. Hifema l. Tekanan intraokuler yang meningkat (sering karena tertahannya viskoelastis) m. Edem makular kistoid n. Terlepasnya retina

18

o. Endoptalmitis akut p. Sindrom uveitis-glaukoma-hifema (UGH)

Berikut ini adalah komplikasi besar post operatif yang lambat, terlihat dalam beberapa minggu atau bulan setelah operasi katarak : a. Jahitan yang menginduksi astigmatismus b. Desentrasi dan dislokasi IOL c. Edem kornea dan keratopati bullous pseudopakia d. Uveitis kronis e. Endoptalmitis kronis f. Kesalahan penggunaan kekuatan IOL

19

DAFTAR PUSTAKA

Ilyas, S., Mailangkay, HHB., Taim, H., Saman, R., Simarwata, M., Widodo, PS. (eds). 2010. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: Sagung Seto.

Ilyas, Sidarta. 2008. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

National Eye Institute. 2003. Cataract : What you should know. U.S. Department of Health and Human Services : National Institute of Health; p.1-6.

Pusat

Informasi

Penyakit.

Medicastore.

Katarak.

2011.

Diunduh

dari

http://medicastore.com/penyakit/65/Katarak.html

Razi

Maulana.

2011.

Katarak

Senilis.

Diunduh

dari

http://razimaulana.wordpress.com/2011/03/24/katarak-senilis/

Suhardjo dan Hartono. 2007. Ilmu Kesehatan Mata. Bagian Ilmu Mata Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada. Hal : 85 102.

Voughan, D.G. Asbury, T. 2000. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Penerbit Widya Medika. Jakarta. Hal : 175-81.

20