PRESENTASI KASUS
-
Upload
fahriana-azmi -
Category
Documents
-
view
57 -
download
1
Transcript of PRESENTASI KASUS
PRESENTASI KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama :Tn TD
Umur : 74 tahun
Alamat : Purworejo
No film : 8286
Tgl : 19 september 2011
II. ANAMNESIS
Keluhan utama
Nyeri pada punggung belakang
Riwayat penyakit sekarang
Nyeri dirasa sejak beberapa bulan belakangan ini, nyeri tidak bisa ditunjuk 1jari, nyeri sering
kambuh bila os melakukan kegiatan berat, nyeri kadang bisa sembuh sendiri tanpa diobati,
tapi belakangan ini dirasa semakin sering kambuh dan dirasa mengganggu, nyeri berawal saat
os membawa barang berat, riwayat terjatuh disangkal
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit serupa disangkal
Riwayat trauma disangkal
Riwayat DM (-)
Riwayat HT (-)
Riwayat Jantung (-)
Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit serupa disangkal
Riwayat DM (-)
Riwayat HT (-)
Riwayat Jantung (-)
III. PEMERIKSAAN
Status Generalis
Keadaan umum : Cukup baik
Tanda vital : Tekanan darah = 140/100
Nadi = 72 x/menit
Pernapasan = 22 x/menit
Suhu = 37 C
Kepala : Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
Leher : Limfonodi tidak membesar
Thoraks : Retraksi dinding dada (-)
Pulmo : Ronkhi basah (-/-)
Cor : Dalam batas normal, SI-II reguler, bising (-)
Abdomen : Supel, massa (-), hepar dan lien tidak teraba pembesaran
Ekstremitas : Oedema (-)
Status Neurologis
Kesadaran : Kompos mentis
Sikap tubuh : Lurus
Gerakan abnormal : Tidak ada
Kepala : Pupil isokor ø 3mm, RC (+/+) RK (+/+)
Leher : KK (-) MS (-)
Badan : Tidak dilakukan pemeriksaan
Anggota gerak atas : Inspeksi = drop hand (-/-) kontraktur (-/-)
: Warna kulit = sawo matang
Anggota gerak bawah : Inpeksi = drop hand (-/-) kontaktur (-/-)
: Warna kulit = sawo matang
IV. HASIL RADIOLOGI
Kurvatura melurus tampak osteophyt anterior corpus vertebra lumbales
DIV (discus intervertebralis) Lumbal III-IV menyempit
FIV (foramen intervertebralis) tak menyempit
Pedikel intak
Tampak kalsifiaksi aorta abdominalis yang distanesi setinggi L III-IV
V. KESAN RADIOLOGI
Spondyloarthrosis Lumbal III-IV
Spondylosis lumbales
Aortosklerosis dengan susp aneurysma aorta abdominalis
VI. PEMBAHASAN
PENDAHULUAN
Spondilo berasal dari bahasa Yunani yang berarti tulang belakang. Spondilosis
lumbalis dapat diartikan perubahan pada sendi tulang belakang dengan ciri khas
bertambahnya degenerasi discus intervertebralis yang diikuti perubahan pada tulang dan
jaringan lunak, atau dapat berarti pertumbuhan berlebihan dari tulang (osteofit), yang
terutama terletak di aspek anterior, lateral, dan kadang-kadang posterior dari tepi superior dan
inferior vertebra centralis (corpus).
Rasio jenis kelamin pada keadaan ini bervariasi, namun hampir sama secara
bermakna. Spondilosis lumbalis ini sendiri muncul sebagai fenomena penuaan yang tidak
spesifik. Kebanyakan penelitian menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara spondilosis
dengan gaya hidup, berat badan, tinggi badan, massa tubuh, aktivitas fisik, merokok dan
konsumsi alkohol, atau riwayat reproduksi.
ANATOMI
Columna vertebralis merupakan poros tulang rangka tubuh yang memungkinkan
untuk bergerak. Terdapat 33 columna vertebralis, meliputi 7 columna vertebra cervical, 12
columna vertebra thoracal, 5 columna vertebra lumbal, 5 columna vertebra sacral dan 4
columna vertebra coccygeal. Vertebra sacral dan cocygeal menyatu menjadi sacrum-coccyx
pada umur 20 sampai 25 tahun. Columna vertebrales juga membentuk saluran untuk spinal
cord. Spinal cord merupakan struktur yang Sangat sensitif dan penting karena
menghubungkan otak dan sistem saraf perifer.
Canalis spinalis dibentuk di bagian anterior oleh discus intervertebralis atau corpus
vertebra, di lateral oleh pediculus, di posterolateral oleh facet joint dan di posterior oleh
lamina atau ligament kuning. Canalis spinalis mempunyai dua bagian yang terbuka di lateral
di tiap segmen, yaitu foramina intervertebralis.
Recessus lateralis adalah bagian lateral dari canalis spinalis. Dimulai di pinggir
processus articularis superior dari vertebra inferior, yang merupakan bagian dari facet joint.
Di bagian recessus inilah yang merupakan bagian tersempit. Setelah melengkung secara
lateral mengelilingi pediculus, lalu berakhir di caudal di bagian terbuka yang lebih lebar dari
canalis spinalis di lateral, yaitu foramen intervertebralis. Dinding anterior dari recessus
lateralis dibatasi oleh discus intervertebralis di bagian superior, dan corpus verterbralis di
bagian inferior.
Dinding lateral dibentuk oleh pediculus vertebralis. Dinding dorsal dibatasi oleh
processus articularis superior dari vertebra bagian bawah, sampai ke bagian kecil dari lamina
dan juga oleh ligamen kuning (lamina). Di bagian sempit recessus lateralis, dinding dorsalnya
hanya dibentuk oleh hanya processus lateralis, dan perubahan degeneratif di daerah inilah
mengakibatkan kebanyakan penekanan akar saraf pada stenosis spinalis lumbalis.
Akar saraf yang berhubungan dengan tiap segmen dipisahkan dari kantong dura
setinggi ruang intervertebra lalu melintasi recessus lateralis dan keluar dari canalis spinalis
satu tingkat dibawahnya melalui foramina intervertebralis. Di tiap-tiap titik ini dapat terjadi
penekanan.
Gambar 1. Columna Vertebralis
Gambar 2. Struktur Columna Vertebralis Lumbal
PATOGENESIS DAN KLASIFIKASI
Spondilosis muncul sebagai akibat pembentukan tulang baru di tempat dimana ligament
anular mengalami ketegangan.
Verbiest pada 1954, menganggap sebagai penyakit yang asalnya tidak diketahui, dengan
kelainan genetik, dimana efek patologis secara keseluruhan hanya muncul saat pertumbuhan sudah
lengkap dan vertebra sudah mencapai ukuran maksimal.
Kebanyakan ahli menerima teori yang menjelaskan stenosis spinalis lumbalis terjadi melalui
perubahan degeneratif yang menjadi instabilitas dan penekanan akar saraf yang menimbulkan masalah
jika anatomi canalis spinalis seseorang tidak baik.
Faktor perkembangan dan kongenital termasuk beberapa variasi anatomis yang memberikan
ruang lebih sempit untuk jalannya saraf, sehingga bahkan hanya dengan perubahan osseus minor
dapat berkembang menjadi penekanan akar saraf: canalis spinalis yang dangkal, canalis dengan
bentuk trefoil, atau anomali dari akar saraf.
Variasi anatomis facet joint dalam hal orientasi, bentuk, atau asimetrisitas membuat
degenerasi lebih mudah terjadi yang berkembang menjadi penekanan akar saraf. Degenerasi lebih
sering menyebabkan gejala penekanan akar saraf pada canalis spinalis yang sempit, dibandingkan
dengan yang lebar bahkan spondilosis atau spondiloartrosis yang berat tidak memberikan tanda-tanda
klinis. Bentuk trefoil dari canalis spinalis adalah variasi anatomis dari canalis spinalis, yang
disebabkan oleh orientasi dari lamina dan facet joint. Paling sering ditemukan setinggi L3 sampai L5.
Kondisi ini dianggap sebagai faktor predisposisi berkembangnya stenosis recessus lateralis melalui
perubahan degeneratif dari facet joint.
Kelainan-kelainan akar saraf (akar yang berhimpit, akar yang ukurannya melebihi normal,
akar yang melintang) juga dapat berperan dalam berkembangnya gejala. Disproporsi antara ukuran
recessus lateralis dan diameter akar yang di luar normal dapat menimbulkan gejala yang sesuai.
Facet joint yang asimetris dapat mempercepat degenerasi discus, facet joint dengan orentasi
ke frontal memungkinkan ruang yang lebih lebar untuk membengkok ke lateral dan oleh karena itu
juga mempunyai akibat negatif terhadap integritas discus. Pada saat yang sama, juga terdapat ruang
yang lebih sempit di recessus lateralis. Orientasi sendi ke sagital memungkinkan mudahnya
pergeseran ke sagital dari vertebra-yaitu berkembangnya spondilolistesis degeneratif. Faktor yang
didapat yaitu termasuk semua perubahan degeneratif yang berkembang menjadi penekanan akar saraf
baik osseus maupun non-osseus.
Secara morfologis, bentuk-bentuk perlekatan struktur saraf berikut ini dapat muncul secara
tunggal atau kombinasi dapat digolongkan sebagai stenosis spinalis lumbalis :
- stenosis spinalis centralis
- stenosis recessus lateralis
- penyempitan foramen intervertebralis
- penekanan akar saraf osseus
PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
- X-ray, CT scan, dan MRI digunakan hanya pada keadaan dengan komplikasi.
- Pemeriksaan densitas tulang (misalnya dual-energy absorptiometry scan [DEXA])
memastikan tidak ada osteofit yang terdapat di daerah yang digunakan untuk
pengukuran densitas untuk pemeriksaan tulang belakang. Osteofit menghasilkan
gambaran massa tulang yang bertambah, sehingga membuat hasil uji densitas tulang
tidak valid dan menutupi adanya osteoporosis.
Foto X-ray polos dengan arah anteroposterior, lateral dan oblique berguna untuk
menunjukkan lumbalisasi atau sakralisasi, menentukan bentuk foramina intervertebralis dan
facet joint, menunjukkan spondilosis, spondiloarthrosis, retrolistesis, spondilolisis, dan
spondilolistesis. Stenosis spinalis centralis atau stenosis recessus lateralis tidak dapat
ditentukan dengan metode ini.
Mielografi (tidak dilakukan lagi) bermanfaat dalam menentukan derajat dan kemiringan
besarnya stenosis karena lebih dari sati titik penekanan tidak cukup.
CT adalah metode terbaik untuk mengevaluasi penekanan osseus dan pada saat yang
sama juga nampak struktur yang lainnya. Dengan potongan setebal 3 mm, ukuran dan bentuk
canalis spinalis, recessus lateralis, facet joint, lamina, dan juga morfologi discuss
intervertebralis, lemak epidural dan ligamentum clavum juga terlihat.
MRI dengan jelas lebih canggih daripada CT dalam visualisasi struktur non osseus dan
saat ini merupakan metode terbaik untuk mengevaluasi isi canalis spinalis. Disamping itu, di
luar dari penampakan degradasi diskus pada T2 weighted image, biasanya tidak dilengkapi
informasi penting untuk diagnosis stenosis spinalis lumbalis. Bagaimanapun juga, dengan
adanya perkembangan pemakaian MRI yang cepat yang merupakan metode non invasif,
peranan MRI dalam diagnosis penyakit ini akan bertambah. Khususnya kemungkinan untuk
melakukan rangkaian fungsional spinal lumbalis akan sangat bermanfaat.
Sangat penting bahwa semua gambaran radiologis berhubungan dengan gejala-gejala,
karena penyempitan asimptomatik yang terlihat pada MRI atau CT sering ditemukan baik
stenosis dari segmen yang asimptomatik atau pasien yang sama sekali asimptomatik dan
seharusnya tidak diperhitungkan.
PENGOBATAN
Pengobatan harus disesuaikan dengan pasien, usia dan tujuan. Pada kebanyakan pasien
dapa dicapai perbaikan yang nyata atau berkurangnya gejala-gejala. Gejala-gejala radikuler
dan claudicatio intermitten neurogenik lebih mudah berkurang dengan pengobatan daripada
nyeri punggung, yang menetap sampai pada 1/3 pasien.2
Pengobatan konservatif
Pengobatan ini terdiri dari analgesik dan memakai korset lumbal yang mana dengan
mengurangi lordosis lumbalis dapat memperbaiki gejala dan meningkatkan jarak saat
berjalan. Pada beberapa kelompok pasien, perbaikan yang mereka rasakan cukup memuaskan
dan jarak saat berjalan cukup untuk kegiatan sehari-hari.
Percobaan dalam 3 bulan direkomendasikan sebagai bentuk pengobatan awal kecuali
terdapat defisit motorik atau defisit neurologis yang progresif. Terapi konservatif untuk
stenosis spinalis lumbalis dengan gejala-gejala permanen jarang sekali berhasil untuk waktu
yang lama, berbeda dengan terapi konservatif untuk herniasi diskus.
Terapi medis dipergunakan untuk mencari penyebab sebenarnya dari gejala nyeri
punggung dan nyeri skiatika.
- Jangan menyimpulkan bahwa gejala pada pasien berhubungan dengan osteofitosis.
Carilah penyebab sebenarnya dari gejala pada pasien.
- Jika muncul gejala terkenanya akar saraf, maka diindikasikan untuk bed rest total
selama dua hari. Jika hal tersebut tidak mengatasi keluhan, maka diindikasikan untuk
bedah eksisi.
- Pengobatan tidak diindikasikan pada keadaan tanpa komplikasi.