PRESENTASI KASUS

27
PRESENTASI KASUS 1. Identitas Pasien Nama : Ny. S No RM : 98577 Jenis kelamin: Perempuan Umur : 32 tahun Alamat : Kandangan, Temanggung Masuk RS : 3 Mei 2011 2. Anamnesa Anamnesa pada pasien dilakukan pada tanggal 3 Mei 2011. Keluhan Utama Pasien mengeluhkan keluar cairan berwarna hijau kemerahan berbau dari lubang hidung kiri. RPS (Riwayat Penyakit Sekarang) Sejak 5 bulan yang lalu, pasien mengeluh mengeluarkan cairan dari hidung sebelah kiri yang berbau busuk. Pada awalnya cairan yang keluar 1

Transcript of PRESENTASI KASUS

Page 1: PRESENTASI KASUS

PRESENTASI KASUS

1. Identitas Pasien

Nama : Ny. S

No RM : 98577

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 32 tahun

Alamat : Kandangan, Temanggung

Masuk RS : 3 Mei 2011

2. Anamnesa

Anamnesa pada pasien dilakukan pada tanggal 3 Mei 2011.

Keluhan Utama

Pasien mengeluhkan keluar cairan berwarna hijau kemerahan berbau dari

lubang hidung kiri.

RPS (Riwayat Penyakit Sekarang)

Sejak 5 bulan yang lalu, pasien mengeluh mengeluarkan cairan dari

hidung sebelah kiri yang berbau busuk. Pada awalnya cairan yang keluar

berwarna bening kental kemudian lama-lama berubah menjadi hijau

kemerahan. Keluhan ini disertai dengan nyeri kepala sebelah kiri, hidung terasa

pegal dan nyeri saat ditekan. Dalam 5 bulan ini, sudah lebih dari sepuluh kali

pasien merasakan keluhan tersebut. Cairan biasanya keluarnya saat pagi atau

malam hari, terlebih saat pasien merasa kelelahan.

1

Page 2: PRESENTASI KASUS

RPD (Riwayat Penyakit Dahulu)

Sakit serupa : (-)

Alergi obat dan makanan : (-)

Asma : (-)

Hipertensi : (-)

Diabetes : (-)

RPK (Riwayat Penyakit Keluarga)

Asma : (-)

Hipertensi : (-)

Diabetes : (-)

3. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Fisik dilakukan pada tanggal 3 Mei 2011.

KU : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Vital sign

Tekanan Darah : 120/80 mmHg

Nadi : 84x/menit

Pernafasan : 24x/menit

Suhu :36,1 0C

Kepala

Mata : Sklera ikterik (-/-), conjungtiva anemis (-/-)

Bibir : Bibir kering (-), sianosis (-)

2

Page 3: PRESENTASI KASUS

Telinga : Kedua telinga bentuk normal, hiperemis(-), oedem(-),

nyeri tekan (-), otore (-).

Hidung : Meatus inferior: sekret (+/+); konka inferior: hiperemis

(-/+), edema (-/+); meatus media:polip (-/-), sekret (+/+);

konka media: normal (+/+), edema (-/-), hiperemis (-/-);

meatus superior: sekret (-/-), massa (-/-); deviasi septi (-/-);

nyeri tekan (+/+); deformitas (-/-); krepitasi (-/-); epistaksis

(-/-)

Tenggorokan : Tonsil Hiperemis (+), ukuran T1-T1.

Leher : perbesaran limfonodi leher (-)

Thorax :Inspeksi: Gerakan respirasi simetris

Palpasi : Simetris, ketinggalan gerak (-/-), krepitasi (-)

Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru

Auskultasi:Pulmo:Suara dasar vesikuler (+/+), suara

tambahan (-); Cor: S1-S2 reguler, bising (-)

Abdomen :Inspeksi : Flat, sikatrik (-)

Auskultasi : Peristaltik normal

Perkusi : Timpani

Palpasi : Nyeri tekan (-)

4. Pemeriksaan Penunjang

a) Pemeriksaan Radiologi Cranium Water’s, lateral view. Hasil:

Tampak penebalan mucosa cavum nasi.

Opasitas sinus maxilaris sinistra.

3

Page 4: PRESENTASI KASUS

Deviasi septi nasi (-)

Kesan:

Tanda-tanda rhinitis

Sinusitis maxilaris sinistra

b) Pemeriksaan Laboratorium

Darah Lengkap

Hb : 11,5 g/dl

Hematokrit : 36%

Leukosit : 10,6.103/ul

Eritrosit : 3,89.106/ul

Trombosit : 320.103/ul

MCV : 92,8 fl

MCH : 29,6 pg

MCHC : 31,9 g/dl

LED 1 jam : 30 mm

LED 2 jam : 50 mm

Fungsi hemostasis dan metabolisme

CT : 5’ 00”

BT : 1’ 30”

GDS : 86

Fungsi Ginjal

Ureum : 30,4

Kre atinin : 1,00

4

Page 5: PRESENTASI KASUS

5. Diagnosis

Rhinosinusitis maxilaris kronik sinistra.

6. Terapi

Dilakukan tindakan operasi Cadhwell-Luc.

Farmakoterapi

Injeksi Cefotaxime 1 gr/12 jam

Injeksi Kalmetason 1gr/8 jam

Injeksi Kalnex 500 mg/8 jam

Injeksi Ketorolac 30 mg/12 jam

Injeksi Piracetam 1 gr/8 jam

7. Pembahasan

Definisi

Sinusitis didefinisikan sebagai inflamasi mukosa sinus paranasal. Sinusitis

diberi nama sesuai dengan sinus yang terkena. Umumnya disertai atau dipicu

oleh rinitis sehingga sering disebut rinosinusitis. Penyebab utamanya ialah

selesma (common cold) yang merupakan infeksi virus, yang selanjutnya dapat

diikuti oleh infeksi bakteri. Sinus yang paling sering terkena adalah sinus

etmoid dan maksila, sedangkan sinus frontal lebih jarang dan sinus sfenoid

lebih jarang lagi. Patofisiologi dasar penyakit sinus ini suatu gangguan mukosa

di dan sekitar ostium di regio meatus medius. Baik fungsi silia terganggu atau

lapisan lendir yang tidak berfungsi normal dan faktor-faktor pertahanan lokal

5

Page 6: PRESENTASI KASUS

hospes berkurang. Hal-hal yang terjadi di hidung biasanya terjadi pula di sinus-

sinus, sehingga bakteri di hidung dapat masuk melalui ostium dan berkembang

biak di dalam sinus-sinus.

Sinusitis kronik adalah sinusitis yang terjadi lebih dari 12 minggu. Pada

sinusitis kronik, rongga di sekitar lubang hidung (sinus) menjadi meradang dan

bengkak. Ini mengganggu drainase yang menyebabkan lendir menumpuk.

Kondisi umum seperti ini disebut juga rinosinusitis kronik. Daerah sekitar mata

dan wajah mungkin akan terasa bengkak, sakit wajah atau sakit kepala.

Sinusitis kronik dapat disebabkan oleh infeksi, tetapi juga dapat disebabkan

oleh adanya polip hidung atau septum hidung yang bengkok (menyimpang).

Etiologi

Beberapa etiologi dan faktor predisposisi antara lain ISPA akibat virus,

bermacam rinitis terutama rinitis alergi, rinitis hormonal pada wanita hamil,

polip hidung, kelainan anatomi seperti deviasi septum atau hipertropi konka,

sumbatan kompleks ostio-meatal (KOM), infeksi tonsil, infeksi gigi, kelainan

imunologik, diskinesia silia seperti sindroma Kartagener, dan diluar negeri

adalah penyakit fibrosis kistik.

Pada anak, hipertrofi adenoid merupakan faktor penting penyebab sinusitis

sehingga perlu dilakukan adenoidektomi untuk menghilangkan sumbatan dan

menyembuhkan rinosinusitisnya. Hipertrofi adenoid dapat didiagnosa dengan

foto polos leher posisi lateral.

6

Page 7: PRESENTASI KASUS

Faktor lain yang juga berpengaruh adalah lingkungan berpolusi, udara

dingin dan kering serta kebiasaan merokok. Keadaan ini lama-lama

menyebabkan perubahan mukosa dan merusak silia

Sinusitis secara umum sebagai akibat dari salah satu infeksi bakteri primer

atau sekunder. Sinus paranasal dilapisi oleh mukosa dan beresiko menjadi

tempat berkembangnya penyakit yang mempengaruhi saluran pernafasan.

Sinus empyema, akumulasi dari nanah di dalam suatu rongga sinus, yang dapat

diakibatkan oleh infeksi bakteri atau virus.

Sinusitis primer sebagai hasil infeksi bakteri atau virus pada saluran

pernafasan bagian atas frekuensi terjadinya lebih sedikit. Sinusitis primer pada

umumnya disebabkan oleh Streptococcus sp. dan mungkin adalah suatu

manifestasi akut atau yang kronis yang berhubungan dengan penyakit saluran

pernapasan bagian atas.

Sinusitis sekunder dapat diakibatkan oleh infeksi akar gigi, retak, atau

sinus cysts. Sinus maksilaris paling sering terjadi karena infeksi sekunder dari

penyakit pada gigi sebagai akibat dekatnya sinus maksilaris dan akar gigi

(terutama pada Caninus, Premolar 1 dan 2, Molar 1, 2, dan 3). Alveolar

periostitis, pattent infundibula, dan gigi yang retak atau pisah adalah penyebab

umum sinus maksilaris empyema. Cacat gigi ini membuat jalan untuk bakteri

atau material makanan ke rongga sinus dan akar gigi. Perluasan sinusitis

maksilaris ke sinus frontal dapat terjadi melalui frontomaxillary yang

membuka.

7

Page 8: PRESENTASI KASUS

Klasifikasi

Berdasarkan penyebabnya sinusitis dibagi menjadi:

Rhinogenik (penyebab kelainan atau masalah di hidung), Segala sesuatu

yang menyebabkan sumbatan pada hidung dapat menyebabkan sinusitis.

Dentogenik/Odontogenik (penyebabnya kelainan gigi), yang sering

menyebabkan sinusitis infeksi pada gigi geraham atas (pre molar dan

molar).

Patofisiologi

Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan

lancarnya klirens mukosiliar (mucociliary clearance) di dalam KOM. Mukus

juga mengandung substansi antimicrobial dan zat-zat yang berfungsi sebagai

mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman yang masuk bersama udara

pernapasan.

Organ-organ yang membentuk KOM letaknya berdekatan dan bila terjadi

edema, mukosa yang berhadapan akan saling bertemu sehingga silia tidak

dapat bergerak dan ostium tersumbat. Akibatnya terjadi tekanan negatif di

dalam rongga sinus yang menyebabkan terjadinya transudasi, mula-mula

serous. Kondisi ini bisa dianggap sebagai rinosinusitis non-bacterial dan

biasanya sembuh beberapa hari tanpa pengobatan.

Bila kondisi ini menetap, sekret yang terkumpul di dalam sinus merupakan

media yang baik untuk tumbuhnya dan multiplikasi bakteri. Sekret menjadi

purulen. Keadaan ini disebut sebagai rinosinusitis akut bacterial dan

memerlukan terapi antibiotik.

8

Page 9: PRESENTASI KASUS

Jika terapi tidak berhasil (misalnya karena ada faktor predisposisi),

inflamasi berlanjut, terjadi hipoksia dan bakteri anaerob berkembang. Mukosa

makin membengkak dan ini merupakan rantai siklus yang terus berputar

sampai akhirnya perubahan mukosa menjadi kronik yaitu hipertrofi, polipoid

atau pembentukan polip dan kista. Pada keadaan ini mungkin diperlukan

tindakan operasi.

Infeksi bakteri atau virus pada saluran pernafasan bagian atas

Mikroorganisme (radang alveol gigi/karies gigi) masuk kedalam sinus

Abnormalitas pada saluran nasal Obstruksi Sekresi terbentuk dan

tertahan mendorong perkembangan bakteri

berkoloni, merusak permukaan sinus , mucosa sinus inflamasi sekresi mucus ↑

(ada post nasal drip berlebih ada aliran di belakang tenggorokan)

sinus terisi cairan eksudat (purulen/mukopurulen), berbau menusuk (nekrosis)

eksudat mengalir di sela-sela gigi /menembus gusi, sebaliknya partikel makanan

dapat masuk ke sinus

eksudat juga akan melimpah ke dalam rongga hidung, mengalir keluar pada waktu

kepala ditundukkan.

9

Page 10: PRESENTASI KASUS

Apabila Lubang penghubung sinus dan rongga mulut tertutup → sinus penuh

dengan eksudat bernanah

Dinding sinus yang meradang,tipis,tekanan yang meningkat sinus menggembung

terjadi nyeri kepala

Ke arah nasal → menyempitnya rongga hidung

Ke arah lateral → bengkaknya pipi. (asimetri muka penderita)

Perluasan

Perluasan di daerah kantong air mata lakrimasi (purulen atau mukopurulen)

Gejala dan Tanda

Sinusitis Akut

Sinusitis maksillaris

Demam, malaise

Nyeri kepala yang tak jelas yang biasanya reda dengan pemberian aspirin.

Sakit dirasa mulai dari pipi ( di bawah kelopak mata ) dan menjalar ke dahi

atau gigi. Sakit bertambah saat menunduk.

Wajah terasa bengkak dan penuh

Nyeri pipi yang khas : tumpul dan menusuk, serta sakit pada palpasi dan

perkusi.

Kadang ada batuk iritatif non-produktif

10

Page 11: PRESENTASI KASUS

Sekret mukopurulen yang dapat keluar dari hidung dan kadang berbau

busuk

Adanya pus atau sekret mukopurulen di dalam hidung, yang berasal dari

metus media, dan nasofaring.

Sinusitis ethmoidalis

Sering bersama dengan sinusitis maksillaris dan sinusitis frontalis

Nyeri dan nyeri tekan di antara kedua mata dan di atas jembatan hidung

menjalar ke arah temporal

Nyeri sering dirasakan di belakang bola mata dan bertambah apabila mata

digerakkan

Sumbatan pada hidung

Pada anak sering bermanifestasi sebagai selulitis orbita karena lamina

papiracea anak seringkali merekah

Mukosa hidung hiperemis dan udem

Adanya pus dalam rongga hidung yang berasal dari meatus media

Sinusitis frontalis

Hampir selalu bersamaan dengan sinusitis ethmoidalis anterior

Nyeri kepala yang khas di atas alis mata. Nyeri biasanya pada pagi hari,

memburuk pada tengah hari dan berangsur angsur hilang pada malam hari.

Pembengkakan derah supraorbita

Nyeri hebat pada palpasi atau perkusi daerah sinus yang terinfeksi

Sinusitis sphenoidalis

Nyeri kepala dan retro orbita yang menjalar ke verteks atau oksipital

11

Page 12: PRESENTASI KASUS

Sinusitis Kronis

Postnasal drip

Rasa tidak nyaman dan gatal di tenggorok

Pendengaran terganggu karena oklusi tuba eustachii

Nyeri atau sakit kepala

Infeksi pada mata yang menjalar dari duktus nasolakrimalis

Gastroenteritis ringan pada anak akibat mukopus yang tertelan

Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdarsarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan penunjang.

Pemeriksaan fisik:

Inspeksi : tampak adanya leleran yang keluar dari lubang hidung yang

bersifat mukopurulen dengan bau tidak sedap.

Palpasi : nyeri pipi khas, ada pembengkakan konjungtiva, pembengkakan

gusi.

Rinoskopi anterior: akan tampak mukosa edem, basah, berwarna pucat atu

livid disertai adanya sekret encer yang banyak.

Rinoskopi posterior: polip koana, hipertrofi konka, sekret purulen.

Naso-endoskopi sangat dianjurkan untuk diagnosis yang lebih tepat dan

dini. Tanda khas ialah adanya pus di meatus medius (pada sinusitis maksila

12

Page 13: PRESENTASI KASUS

dan etmoid anterior dan frontal) atau di meatus superior (pada sinusitis

etmoid posterior dan sfenoid.

Pemeriksaan penunjang:

Foto polos atau CT scan. Foto polos posisi waters, PA, dan lateral,

umumnya hanya mampu menilai kondisi sinus-sinus besar seperti sinus

maksila dan frontal. Kelaianan akan terlihat perselubungan, opasitas sinus

(berkurangnya pneumatisasi), batas udara-cairan (air fluid level) yang khas

akibat akumulasi pus atau penebalan mukosa.

CT scan sinus merupakan gold standard diagnosis sinusitis karena mampu

menilai anatomi hidung dan sinus, adanya penyakit dalam hidung dan sinus

secara keseluruhan dan perluasannya. CT scan diindikasikan untuk evaluasi

sinusitis kronik yang tidak membaik dengan terapi, evaluasi preoperative,

dan jika ada dugaan keganasan. Namum karena mahal hanya dikerjakan

sebagai penunjang diagnosis sinusitis kronik yang tidak membaik dengan

pengobatan atau pra-operasi sebagai panduan operator saat melakukan

operasi sinus.

- Transluminasi sinus yang sakit akan menjadi suram atau gelap.

Transluminasi menggunakan angka sebagai parameternya. Transluminasi

akan menunjukkan angka 0 atau 1 apabila terjadi sinusitis (sinus penuh

dengan cairan).

13

Page 14: PRESENTASI KASUS

- Mikrobiologik dan tes resistensi dilakukan dengan mengambil sekret dari

meatus medius atau superior, untuk mendapat antibiotik yang tepat guna.

Lebih baik lagi bila diambil sekret yang keluar dari pungsi sinus maksila.

- Sinuskopi merupakan satu-satunya cara yang memberikan informasi akurat

tentang perubahan mukosa sinus, jumlah sekret yang ada dalam sinus, dan

letak serta keadaan dari ostium sinus. Pemeriksaan dilakukan dengan pungsi

menembus dinding medial sinus maksila melalui meatus inferior, dengan

alat endoskop bias dilihat kondisi sinus maksila yang sebenarnya,

selanjutnya dapat dilakukan irigasi sinus untuk terapi.

Terapi

 Prinsip pengobatan ialah membuka sumbatan di KOM sehingga drainase

dan ventilasi sinus-sinus pulih secara alami. Tujuan terapi sinusitis adalah:

 1) Mempercepat penyembuhan

2) Mencegah komplikasi

 3) Mencegah perubahan menjadi kronik.

Pada sinusitis akut berikan antibiotik dan dekongestan merupakan terapi

pilihan pada sinusitis akut bakterial, untuk menghilangkan infeksi dan

pembengkakan mukosa serta membuka sumbatan ostium sinus. Antibiotik

yang dipilih adalah golongan penisilin seperti amoksisiln. Jika diperkirakan

kuman telah resisten atau memproduksi beta-laktamase, maka dapat diberikan

amoksisilin-klavulanat, atau jenis sefalosforin generasi ke-2. Pada sinusitis

antibiotik diberikan selama 10-14 hari meskipun gejala klinik sudah hilang.

14

Page 15: PRESENTASI KASUS

Pemberian dekongestan seperti pseudoefedrin dan tetes hidung poten seperti

fenilefrin dan oksimetazolin cukup bermanfaat dalam mengurangi edema

sehingga terjadi drainase sinus. Analgetik dapat diberikan untuk mengurangi

rasa sakit yang disebabkan oleh sinusitis dengan pemberian aspirin atau

preparat codein.

Pada sinusitis kronis diberikan antibiotik yang sesuai untuk kuman negatif

gram dan anaerob.

Selain dekongestan oral dan topikal, terapi lain dapat diberikan jika

diperlukan, seperti mukolitik dan steroid oral atau topikal. Sinusitis kronik

biasanya menghasilkan sekret yang kental. Terapi dengan mukolitik biasanya

diberikan pada penderita rinosinusitis. Sekret yang encer akan lebih mudah

dikeluarkan dibanding sekret yang kental.

Terapi sinusitis dapat juga dilakukan irigasi antrum dengan indikasi bila

pengobatan medikamentosa gagal dan ostium sinus sedemikian edematosa

sehingga terbentuk abses sejati. Irigasi antrum maxilaris dilakukan dengan

mengalirkan larutan salin hangat melalui fossa incisivus ke dalam antrum

maksilaris. Cairan ini kemudian akan mendorong pus untuk keluar mellaui

ostium normal. Terapi lain adalah dengan pemanasan (diatermi) gelombang

pendek. Antihistamin tidak rutin diberikan, karena sifat antikolinergiknya dapat

menyebabkan sekret menjadi lebih kental. Bila ada alergi berat sebaiknya

diberikan antihistamin generasi ke-2. Irigasi sinus maksila atau Proetz

displacement therapy juga merupakan terapi tambahan yang dapat bermanfaat.

15

Page 16: PRESENTASI KASUS

Imunoterapi dapat dipertimbangkan jika pasien menderita kelainan alergi

yang berat. Pada anak pemberian antibiotik jangka lama, dekongestan sistemik

atau topikal, serta imunoterapi yang tepat merupakan dasar pengobatan

sinusitis kronik.

Terapi radikal dilakukan dengan mengangkat mukosa yang patologik dan

membuat drainase sinus yang terkena. Untuk sinus maksila dilakukan operasi

Caldwell-Luc.

Bedah sinus endoskopi fungsional (BSEF/FES) merupakan opersi terkini

untuk sinusitis kronik yang memerlukan operasi. Tindakan ini telah

menggantikan hampir semua jenis bedah sinus terdahulu karena memberikan

hasil yang lebih memuaskan dan tindakan lebih ringan dan tidak radikal.

Prinsipnya membuka dan membersihkan daerah KOM yang menjadi sumber

penyumbatan infeksi, sehingga mukosa sinus kembali normal. Indikasinya

berupa sinusitis kronik yang tidak membaik setelah terapi adekuat; sinusitis

kronik disertai kista atau kelainan yang ireversibel, polip ekstensif, adanya

komplikasi sinusitis serta sinusitis jamur.

Komplikasi

Komplikasi yang mungkin terjadi adalah

1. Kelainan pada orbita

Terutama disebabkan oleh sinusitis ethmoidalis karena letaknya yang

berdekatan dengan mata .

Penyebaran infeksi melalui tromboflebitis dan perkontinuitatum

16

Page 17: PRESENTASI KASUS

Edema palpebra

Preseptal selulitis

Selulitis orbita tanpa abses

Selulitis orbita dengan sub atau extraperiostel abses

Selulitis orbita dengan intraperiosteal abses

Trombosis sinus cavernosus

2. Kelainan intrakranial

Abses extradural, subdural, dan intracerebral

Meningitis

Komplikasi sinusitis yang terberat dari infeksi sinus paranasal yang

menyebar sepanjang saluran vena atau langsung dari sinus yang

berdekatan, seperti lewat dinding posterior sinus frontalis atau melalui

lamina kribriformis di dekat sistem sel udara ethmoidalis.

Encephalitis

Trombosis sinus cavernosus atau sagital

3. Kelainan pada tulang

Osteitis

Osteomielitis

Penyebab tersering adalah infeksi sinus frntalis.

4. Kelainan pada paru

Bronkitis kronik

Bronkhiektasis

5. Otitis media

17

Page 18: PRESENTASI KASUS

6. Toxic shock syndrome

7. Mukokel

Kista yang mengandung mukus yang timbul dalam sinus, paling sering

ditemukan pada sinus maksilaris, sering disebut kista retensi mukus dan

biasanya tidak berbahaya.

8. Pyococele

Merupakan mukokel yang terinfeksi.

18

Page 19: PRESENTASI KASUS

Daftar Pustaka

Becker W, at all. 1994. Clinical Aspects of Desease of the Nose and Throat

Desease. A Pocket Reference, second Edition. New York: Thieme

Mansjoer, A, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi V. Jakarta: Media

Aesculapius

Soepardi, E, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok

Kepala dan Leher. Edisi VI. Jakarta: FK UI

19