PRESENTASI KASUS
-
Upload
taufan-wisesa -
Category
Documents
-
view
166 -
download
0
Transcript of PRESENTASI KASUS
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. M
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 62 Tahun
Alamat : Jalan Warakas II, Jakarta Utara
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status : Menikah
Suku Bangsa : Indonesia
MRS : 07 Juni 2012 pukul 12.04 WIB
II. ANAMNESIS
Autoanamnesis, tanggal 07 Juni 2012, pukul. 15.30 WIB
A. Keluhan utama : Timbul bisul di ketiak sejak 8 hari SMRS
B. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang dengan keluhan timbul bisul di ketiak kanan 8 hari
SMRS. Awalnya hanya sebesar jerawat dan makin hari bisul dirasakan makin
membesar sebesar telur puyuh. Pasien mengatakan bahwa bisulnya sangat
nyeri atau sakit bila tersentuh, dan berisi nanah bercampur darah, demam (-),
riwayat trauma sebelumnya (-), sesak(-), nyeri dada (-), mual (-), muntah (-),
nyeri ulu hati (-), BAB dan BAK normal tidak ada keluhan, bengkak di kedua
kaki (+).
Pasien mempunyai riwayat kencing manis sejak 10 tahun yang lalu,
dan selalu berobat rutin ke dokter 1x setiap bulan. Selama menderita kencing
manis berat badan pasien terus mengalami penurunan dan terkadang sering
sekali timbul gatal-gatal seperti eksim di kakinya, tetapi sembuh sendiri.
Awalnya pasien mengkonsumsi obat minum untuk kencing manisnya (pasien
tidak tahu nama obatnya), dan diganti menjadi suntik insulin dalam 3 tahun
terakhir, dalam setahun biasanya 4x suntik (semua 12 unit), pasien juga sudah
lama mengeluh mempunyai gangguan penglihatan (mata berkabut), gangguan
pendengaran (-), merasa kesemutan pada kedua kaki (+)
1
C. Riwayat penyakit dahulu :
Asma (-)
Alergi (-)
Penyakit ginjal (-)
Jantung (-)
TB (-)
D. Riwayat penyakit keluarga :
DM (-)
Hipertensi (-)
Jantung (-)
E. Riwayat Kebiasaan
Merokok (-)
Olahraga (-)
III. PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal 10 Juni 2012, pukul 15.00 WIB
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : E4M6V5/ Compos Mentis
Keadaan gizi : Normal
TB: 160 cm, BB: 55 kg
IMT = 21,5 kg/m2
Tanda vital : TD = 140/80 mmHg
Nadi = 88 x/menit, equal, isi cukup, reguler
Suhu Tubuh = 36,0 0C
RR = 20 x/menit, jenis thorakoabdominal, reguler.
Kulit : Warna sawo matang, tidak ikterik, furunkel (+) axilla
dextra, eritema(+), lunak, ukuran 4x2 cm
Kepala : Normocephal, rambut putih uban, distribusi merata,
tidak mudah dicabut.
Wajah : Simetris, ekspresi wajar
Mata : Edema palpebra -/-, conjungtiva anemis +/+, sklera
ikterik -/-, pupil bulat isokor +/+, katarak +/+.
2
Telinga : Bentuk normal, simetris, lubang lapang, serumen +/+
Hidung : Bentuk normal, tidak ada septum deviasi, sekret -/-.
Mulut : Mukosa bibir lembab, faring tidak hiperemis, Tonsil T1-
T1 tenang.
Leher : I: Simetris, tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid,
P: Tidak ada deviasi trakhea , tidak teraba pembesaran
KGB pada preauricularis, submandibulla, maupun
collilateralis dan supraclavicularis. JVP 5-2 cm
Thorak : Pulmo : I = simetris saat statis dan dinamis , retraksi -/-,
kelainan bentuk dada (-), deformitas (-).
P = Massa (-), nyeri tekan (-), Taktil fremitus
sinistra = dextra
P = Sonor pada kedua lapangan paru. Batas
paru hati pada linea midclvavicula dextra
ICS VI, peranjakan paru hati 5 cm.
A = Suara dasar vesikuler, Ronkhi -/-,
Wheezing -/-
Cor : I = Tidak tampak ictus cordis
P = Iktus cordis tidak teraba
P = Batas jantung bagian atas ICS III linea
parasternal sinistra
Batas jantung bagian kiri linea
midklavicula sinistra ICS V
Batas jantung bagian kanan ICS V linea
stemalis dextra
A = BJ I dan II reguler, Gallop -/-, Murmur -/-
Abdomen : I = Datar, simetris
A = Bising usus (+) normal
P = Supel, turgor < 2 detik
Nyeri tekan epigastrium (-).
Hepar dan lien tidak teraba membesar.
Ginjal : ballotemen (-), nyeri ketok
costovertebrae (-)
P = Timpani, Shifting dullness (-)
3
Ekstremitas : Akral hangat, edema kedua kaki (+),
kekuatan motorik 5 5 ,
5 5
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan 07/6/2012 08/6/201
2
09/6/2012 10/6/2012 Nilai
Rujukan
Darah rutin Saat ini
Hemoglobin 11,3 12,0 12-16 g/dl
Hematokrit 34 38 37-47 %
Eritrosit 4.3 4,6 4,3-6,0 juta/µL
Leukosit 7500 7680 4800-10800/µL
Trombosit 246000 217000 150.000-400.000/µL
MCV 78 79 80-96 fl
MCH 26 26 27-32 pg
MCHC 33 33 32-36 g/dl
Kimia Darah
Ureum 23 25 20 -50
mg/dL
Kreatinin 0,7 0,9 0.5 – 1.5
mg/dL
Natrium 134 139 135 - 145
mEq/L
Kalium 3,4 3,3 3.5 – 5.3
mEq/L
Klorida 101 101 97 – 107
mEq/L
Glukosa
Sewaktu
415 281 343 190 < 140 mg/dL
Aceton darah -/negatif -/negatif -/ negatif
4
Protein total 6,49 6-8,5 g/dl
Albumin 3,31 2,5-3,5 g/dl
Globulin 3,18 2,5-3,5 g/dl
Kolesterol 140 <200
Trigliserid 95 <160
HDL 25 >35
LDL 96 <100
Bilirubin total 0,43 <1,5 mg/dl
SGPT 10 < 40 u/l
SGOT 11 <35 u/l
Urinalisa
Urin lengkap
PH 7,0 4,8-8,0
Berat Jenis 1.020 1.010-1.030
Protein -/negatif Negatif
Glukosa +++/pos Negatif
Bilirubin -/negatif Negatif
Eritrosit 1-0-1 < 2 / LPB
Leukosit 2-2-2 < 5 / LBP
Torak -/negatif Negatif
Kristal -/negatif Negatif
Epitel +/positif Positif
Lain-lain -/negatif Negatif
V. RESUME
Pasien Wanita, 61 tahun, datang ke RSPAD karena terdapat bisul yang
tidak sembuh selama 8 hari SMRS. Bisul berisi nanah bercampur darah dan nyeri
bila ditekan. Pasien tidak ada demam, batuk (-), sesak (-), mual(-), muntah(-), nyeri
ulu hati(-), BAB dan BAK normal tidak ada keluhan. Pasien diketahui menderita
kencing manis sudah 10 tahun, dan 3 tahun belakangan sudah menggunakan suntik
insulin. Pasien sudah lama mempunyai gangguan penglihatan, dan sering kesemutan
pada kedua kakinya.
5
Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran:
Compos mentis, IMT 21,5 kg/m2 (normal), TD= 140/80 mmHg, nadi 88 x/menit,
equal, isi cukup, reguler, suhu = 36,0 0C, RR = 20 x/menit, jenis thorakoabdominal,
reguler. Kulit : furunkel (+) axilla dextra, nyeri (+), eritema(+), lunak, besar 4x2 cm.
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan : HB :11,3, HT : 34, MCV :78,
MCH :26, natrium :134, kalium :3,4, GDS : 415, aseton :-/negatif
VI. DAFTAR MASALAH
1. DM tipe 2 gula darah tidak terkontrol
2. Abses Axilla Dextra
3. Anemia Mikrositik Hipokrom
4. Gangguan Penglihatan e.c katarak sinilis dd/ retinopati diabetikum
VII. PENGKAJIAN
1. DM tipe 2 gula darah tidak terkontrol
Ditegakkan atas dasar dari anamnesis pasien yang sudah menderita DM
sejak 10 tahun yang lalu, dan sudah menggunakan insulin selama 3 tahun,
terdapat kesemutan, gangguan penglihatan, kedua kaki bengkak, sering timbul
gatal-gatal seperti eksim yang lama sembuh, BAB dan BAK normal.
Dari Pemeriksaan Fisik didapatkan keadaan pasien tampak sakit sedang,
kesadaran: compos mentis, IMT = 21,5 kg/m2 (normal). TD 140/80 mmHg,
Nadi= 88 x/menit, equal, isi cukup, reguler, Suhu= 36,0 0C, RR = 20 x/menit,
jenis thorakoabdominal, reguler. Dari pemeriksaan penunjang laboratorium darah
didapatkan GDS: 415 mg/dl, aseton :-/negatif.
Dipikirkan DM tipe 2 gula darah tidak terkontrol dengan komplikasi
neuropati, susp. Retinopati.
Rencana Diagnosis : KGDH tiap hari, Urinalisa urin 24 jam, HbA1C, albumin,
globulin, SGOT/SGPT, RO Thorax, EKG
BB ideal: 90% x (TB dalam cm – 100) x 1 kg
: 90% x (150-100) x 1 kg
: 45 kg
Kebutuhan kalori basal pada wanita : 25 kal/kgBB ideal
: 25 kal x 45 kg: 1125 kal
6
Kebutuhan untuk aktivitas sedang : + 20% = 225
Stres Metabolik (infeksi) : + 10% = 112,5
Usia 60-69 tahun : - 5% = 56,3
Total kebutuhan : 1518,8 kal = 1500 kal
Rencana terapi :
Levemir 1x12 unit
Neurapid 1x12 unit
2. Abses Axilla Dextra
Ditegakkan atas dasar dari anamnesis, pasien mengeluh timbul bisul di
ketiak kanan sejak 8 hari SMRS, nyeri (+), nanah (+), darah (+), ukuran 4x2 cm,
lunak, demam (-), mual (-), muntah (-).
Dari pemeriksaan fisik didapatkan terdapat abses axilla dextra, dengan
ukuran 4x2 cm, teraba lunak, nyeri (+) berisi nanah bercampur darah. Dari hasil
laboratorium didapatkan jumlah leukosit 7500, GDS : 415. Dipikirkan Abses DM
Axilla Dextra.
Rencana diagnose : kultur pus, ulang DL dan Diff Count
Rencana terapi :
Ceftriaxon 1x2 gr
Metronidazole 3x5oo mg
IVFD Nacl 0,9 % / 2 jam
Perawatan luka tiap hari
3. Anemia Mikrositik Hipokrom
Dari anamnesis didapatkan lemas (-), perdarahan (-), nafsu makan baik.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva anemis +/+, kulit tekapak tangan
tampak pucat. Hasil laboratorium didapatkan HB :11,3, MCV :78. MCH :26.
Dipikirkan anemia mikrositik hipokrom e.c defisiensi besi.
Rencana diagnosis : feritin, darah samar
Rencana terapi : observasi
4. Gangguan penglihatan e.c katarak sinilis dd/ retinopati diabetikum
7
Ditegakkan atas dasar dari anamnesis pasien merasa penglihatannya
berkabut sejak menderita DM 10 tahun yang lalu. Pemeriksaan fisik didapat :
katarak (+/+).
Dipikirkan gangguan penglihatan e.c katarak sinilis dd/ retinopati
diabetikum.
Rencana terapi;
Observasi
Konsul ke bagian mata
VIII. KESAN UMUM
- Deskripsi
Wanita, 62 th, dengan Diabetes Melitus tipe 2 tidak terkontrol, terdapat
abses axilla dextra berisi nanah bercampur adarah sejak 8 hari SMRS,
mengalami gangguan penglihatan berupa penglihatan berkabut, sering
kesemutan dan bengkak pada kedua kaki.
- Diagnosis kerja
DM tipe 2 gula darah tidak terkontrol dan abses axilla dextra
IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam = ad bonam
Quo ad functionam = ad bonam
Quo ad sanationam = ad bonam
FOLLOW UP
Senin/ 11-06-2012
S : bisul diketiak sudah mengecil, demam (-), sesak(-), pusing(-), BAB dan BAK normal
O : Ku/Kes : sakit sedang/ CM TTV : TD : 140/90 mmHg, N :72x/m, RR : 20x/m, s :36,3C
Mata : Konjungtiva anemis : +/+, Sklera ikterik-/-Leher : JVP 5-2cm
8
Paru : Sn vesikuler +/+, Ronkhi-/-, Wheezing-/-Jantung : BJ1-II regular, mur-mur (-), gallop(-)Abdomen : Cembung, Supel, Bu(+)N, Nt(-)Ekstremitas: akral hangat, CRT<2”, Edema (-)
A : DM tipe 2 GD tak terkontrol Abses axilla dextra perbaikan
P : Ceftriaxone 1x2 gr Metronisazole 3x100 Levemir 1x12 unit Neurapid 1x12 unit Perwatan Luka tiap hari
TINJAUAN PUSTAKA
9
DIABETES MELITUS TIPE 2
a. LATAR BELAKANG
Saat ini diabetes melitus sudah merupakan penyakit global. Banyak penelitian
dilakukan untuk mencoba mengatasinya. Ada berbagai penelitian yang bertujuan
untuk memperbaiki kehidupan orang dengan diabetes, ada yang berusaha untuk
mencari obat untuk menyembuhkannya dan ada pula yang mempelajari dampak
diabetes pada beberapa populasi dunia.1
b. EPIDEMIOLOGI
Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan
peningkatan angka insiden dan prevalensi DM tipe 2 di berbagai penjuru dunia.
Berdasarkan data badan pusat statistik Indonesia (2003) diperkirakan penduduk
Indonesia yang berusia diatas 20 tahun sebesar 133 juta jiwa. Dengan prevalensi DM
pada daerah urban sebesar 14,7% dan daerah rural 7,2% maka diperkirakan pada
tahun 2003 terdapat diabetisi sejumlah 8,2 juta di daerah urban dan 5,5juta di daerah
rural. Selanjutnya berdasarkan pola pertambahan penduduk, diperkirakan pada tahun
2030 nanti akan ada 194 juta yang berusia diatas 20 tahun dan dengan asumsi
prevalensi DM pada urban (14,7%) dan rural (7,2%) maka diperkirakan terdapat 12
juta diabetisi didaerah urban dan 8,1 juta di daerah rural. Suatu jumlah yang sangat
besar,dan merupakan beban yang sangat berat untuk dapat ditangani sendiri oleh
dokter spesialis/subspesialis bahkan oleh semua tenaga kesehatan yang ada.
Mengingat bahwa DM akan memberikan dampak terhadap kualitas sumberdaya
manusia dan peningkatan biaya kesehatan yang cukup besar, semua pihak, baik
masyarakat maupun pemerintah sebaiknya ikut serta dalam usaha penaggulangan DM,
khususnya dalam upaya pencegahan.2
c. DEFINISI
10
Menurut American Diabetes Association ( ADA ) 2003, diabetes melitus
merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya.1
d. KLASIFIKASI ETIOLOGI
1. Diabetes melitus tipe 1
Terjadi destruksi sel β, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut. Terjadi
melalui proses imunologik atau idiopatik. Gambaran klinik biasanya timbul pada
masa kanak-kanak dan puncaknya pada masa akil balig. Tetapi ada juga yang
timbul pada masa dewasa.
2. Diabetes melitus tipe 2
Bervariasi mulai yang terutama dominan resistensi insulin disertai defisiensi
insulin sampai yang terutama defek sekresi insulin disertai resistensi insulin. Jenis
yang paling banyak ditemukan (lebih dari 90%). Timbul makin sering setelah
umur 40 tahun.
3. Diabetes melitus tipe lain
- Defek genetik fungsi sel β,
- Defek genetik kerja insulin,
- Penyakit eksokrin pankreas,
- Endokrinopati,
- Karena obat atau zat kimia,
- Infeksi,
- Sebab imunologi yang jarang,
- Sindroma genetik lain yang berkaitan dengan DM (Sindrom Down, Sindrom
Klinefelter, chorea Hungtinton, porfiria, dan lain-lain).
4. Diabetes melitus gestasional
Diabetes yang mulai timbul atau mulai diketahui selama kehamilan.3
e. ETIOLOGI
11
DM tipe 2 disebut juga Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)
disebabkan karena kegagalan relatif sel β dan resistensi insulin. Resistensi insulin
adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh
jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel β tidak
mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi relatif
insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada
rangsangan glukosa, maupun pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang
sekresi insulin lain. Berarti sel β pankreas mengalami desensitisasi terhadap glukosa.4
f. PATOFISIOLOGI
Pada DM tipe 2 jumlah insulin normal, malah mungkin lebih banyak. Tetapi
jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang. Reseptor
insulin ini dapat diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk ke dalam sel. Pada
keadaan tadi jumlah lubang kuncinya yang kurang, hingga meskipun anak kuncinya
(insulin) banyak, tetapi karena lubang kuncinya (reseptor) kurang, maka glukosa yang
masuk sel akan sedikit, sehingga sel akan kekurangan bahan bakar (glukora) dan
glukosa di dalam pembuluh darah meningkat.5
g. GEJALA KLINIS
Keluhan Klasik :
- Banyak makan (polifagia)
- Sering merasa haus (polidipsia)
- Sering kencing (poliuria) terutama malam hari
- Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya
Keluhan lain :
- Lemah badan
- Kesemutan pada jari tangan dan kaki
- Gatal-gatal
- Penglihatan kabur
- Disfungsi ereksi pada pria
- Pruritus vulvae pada wanita
12
- Luka sukar sembuh
- Melahirkan bayi dengan berat badan > 4 kg. 3
h. FAKTOR RISIKO DM
Faktor risiko yang tidak bisa dimodifikasi :
- Riwayat keluarga dengan DM
- Umur. Risiko untuk menderita prediabetes meningkat seiring dengan
meningkatnya usia.
- Riwayat pernah menderita DM gestasional
- Riwayat lahir dengan BB rendah, kurang dari 2,5 kg. Bayi yang lahir dengan
BB rendah mempunyai risiko yang lebih tinggi dibanding bayi yang lahir
dengan BB normal.
Faktor risiko yang bisa dimodifikasi :
- Berat badan lebih
- Kurang aktifitas fisik
- Hipertensi
- Dislipidemia
- Diet tak sehat. Diet dengan tinggi gula dan rendah serat akan meningkatkan risiko
menderita prediabetes dan DM tipe 2.
Faktor lain yang terkait dengan risiko diabetes :
- Penderita polycictic ovary syndrome (PCOS)
- Penderita sindroma metabolik. 3
i. DIAGNOSIS
Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah.
Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria. Guna penentuan
diagnosis DM, pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan
glukosa secara enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Penggunaan bahan darah
utuh (whole blood) vena ataupun kapiler tetap dapat dipergunakan dengan
memperhatikan angka-angka kriteria diagnostik yang berbeda sesuai pembakuan oleh
WHO. Sedangkan untuk tujuan pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan
menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler.
13
Diagnosis DM dapat ditegakkan melalui 3 cara, yaitu :
1. Jika keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan glukosa darah sewaktu
≥200 mg/dL sudah cukup untuk menegakkan DM.
2. Dengan TTGO. Meskipun TTGO dengan beban 75 g glukosa lebih sensitif
dan spesifik dibandingkan dengan pemeriksaan darah puasa, namun memiliki
keterbatasan tersendiri. TTGO sulit untuk dilakukan berulang – ulang. Cara
pelaksanaan TTGO :
3 hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan sehari-hari
(dengan karbohidrat yang cukup) dan tetap melakukan kegiatan
jasmani seperti biasa.
Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum
pemeriksaan, minum air putih tanpa gula tetap diperbolehkan.
Diperiksa kadar glukosa darah puasa.
Diberikan glukosa 75 gr (orang dewasa), atau 1,75 gr/kgBB (anak-
anak), dilarutkan dalam air 250 ml dan diminum dalam waktu 5 menit.
Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk
pemeriksaan 2 jam setelah minum larutan glukosa selesai.
Selama proses pemeriksaan, subyek yang diperiksa tetap istirahat dan
tidak merokok.
3.Dengan pemeriksaan glukosa darah puasa.2
Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM
(mg/dL) :
Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar glukosa
darah sewaktu
(mg/dL)
Plasma vena
Darah kapiler
< 100
< 90
100 – 199
90 – 199
≥ 200
≥ 200
Kadar glukosa
darah puasa
(mg/dL)
Plasma vena
Darah kapiler
< 100
< 90
100 – 125
90 – 99
≥ 126
≥ 100
14
j. PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatnya kualitas hidup diabetisi.
Tujuan penatalaksanaan
A. Jangka pendek : hilangnya keluhan dan tanda DM, mempertahankan rasa
nyaman dan tercapainya target pengendalian glukosa darah.
B. Jangka panjang : tercegah dan terhambatnya progresivitas penyulit
mikroaniopati, makroangiopati, dan neuropati. Tujuan akhir pengelolaan
adalah turunnya morbiditas dan maortalitas dini DM.
Pilar penatalaksanaan DM
1. Edukasi
2. Terapi gizi medis
3. Latihan jasmani
4. Intervensi farmakologis
Pengelolaan DM dimulai dengan terapi gizi medis dan latihan jasmani selama
beberapa waktu ( 2 – 4 minggu). Apabila kadar glukosa darah belum mencapai
sasaran, dilakukan intervensi farmakologis dengan obat hipoglikemik oral (OHO)
dan atau suntikan insulin. Pada keadaan tertentu, OHO dapat segera diberikan
secara tunggal atau langsung kombinasi, sesuai indikasi. Dalam keadaan
dekompensasi metabolik berat, misalnya ketoasidosis berat, stres berat, berat
badan yang menurun dengan cepat, adanya ketonuria, insulin dapat segera
diberikan. Pengetahuan tentang pemantauan mandiri tanda dan gejala
hipoglikemia dan cara mengatasinya harus diberikan pada pasien, sedangkan
pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan secara mandiri, setelah
mendapat pelatihan khusus.
1. Edukasi
Edukasi yang diberikan kepada pasien meliputi pemahaman tentang :
- Perjalanan penyakit DM
- Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM
- Penyulit DM dan risikonya
- Intervensi farmakologis dan non-farmakologis serta target perawatan.
15
- Interaksi antara asupan makanan, aktifitas fisik, dan obat hipoglikemik oral
atau -insulin serta obat-obatan lain.
- Cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil glukosa darah atau urin
mandiri (hanya jika pemantauan glukosa darah mandiri tidak tersedia).
- Mengatasi sementara keadaan gawat darurat seperti rasa sakit, atau
hipoglikemia.
- Pentingnya latihan jasmani yang teratur.
- Masalah khusus yang dihadapi (misalnya : hiperglikemia pada kehamilan).
- Pentingnya perawatan diri.
- Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan.
2. Terapi gizi medis (TGM)
Setiap diabetisi sebaiknya mendapat TGM sesuai dengan
kebutuhannya guna mencapai target terapi.
Prinsip pengaturan makan pada diabetisi hampir sama dengan anjuran
makan untuk masyarakat umum, yaitu makanan yang seimbang dan sesuai
dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Pada diabetisi
perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis
dan jumlah makanan, terutama pada mereka yang menggunakan obat penurun
glukosa darah atau insulin.
3. Latihan Jasmani
Manfaat
a. Menurunkan kadar glukosa darah (mengurangi
resistensi insulin, meningkatkan sensitivitas insulin).
b. Menurunkan berat badan.
c. Mencegah kegemukan.
d. Mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi aterogenik, gangguan
lipid darah, peningkatan tekanan darah, hiperkoagulasi darah.
Prinsip : Continuous, Rhytmitic, Interval, Progressive, Endurance (CRIPE).
a. Continuous
16
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali
seminggu selama + 30 menit).
b. Rythmical
Latihan olah raga dipilih yang berirama, yaitu otot-otot berkontraksi dan
relaksasi secara teratur.
c. Interval
Latihan dilakukan selang-seling antara gerak cepat dan lambat.
d. Progressive
Latihan dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan dari intensitas
ringan sampai sedang hingga mencapai 30-60 menit.
Sasaran Heart Rate = 75-85 % dari Maximum Heart Rate
Maximum Heart rate = 220 – umur
e. Endurance
Latihan daya tahan untuk meningkatkan kemampuan kardiorespirasi,
seperti jalan santai, bersepeda, jogging, dan berenang.
4. Intervensi Farmakologis
Intervensi farmakologis ditambahkan jika sasaran glukosa darah belum
tercapai dengan TGM dan latihan jasmani.
Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 4 golongan :
1. Pemicu sekresi insulin (insuline secretagogue) : sulfonilurea dan
glinid.
2. Penambah sensitifitas terhadap insulin : metformin, tiaolidindon.
3. Penghambat glukoneogenesis : metformin
4. Penghambat absorpsi glukosa : penghambat glukosidase α.
Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan :
- Penurunan berat badan yang cepat
- Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
- Ketoasidosis diabetik
- Hiperglikemia hiperosmolar nonketotik
17
- Hiperglikemia dengan asidos laktat.
- Gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal.
- Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke)
- Diabetes melitus gestasional yang tidak terkendali dengan TGM.
- Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.
- Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO.2
k. PENYULIT DM
Dalam perjalanan penyakit DM, dapat terjadi penyulit akut dan menahun.
I. Penyulit akut
1. Ketoasidosis diabetik
2. Hiperosmoral nonketotik
3. Hipoglikemia
II. Penyulit menahun
1. Makroangiopati :
Pembuluh darah jantung
Pembuluh darah tepi
Pembuluh darah otak
2. Mikroangiopati :
Retinopati diabetik
Nefropati diabetik
3. Neuropati diabetik
4. Ulkus diabetikum. 2
DAFTAR PUSTAKA
1. Gustaviani R. dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, Edisi ke IV, 2006, Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI.
18
2. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Petunjuk Praktis Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2. PB. PERKENI, Jakarta 2011
3. Rani,Aziz dkk. Panduan Pelayanan Medik, PB PAPDI,Jakarta, Balai Penerbit FK UI, 2006
4. Mansjoer,Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I, Edisi III, Jakarta, Media Aesculapius, 2001
5. Price,S. dan Lorraine MW. Patofisiologi, Konsep klinis Proses-Proses Penyakit, edisi 6, EGC, 2006
19