Presentasi Imunisasi

download Presentasi Imunisasi

of 49

description

child

Transcript of Presentasi Imunisasi

  • Pembimbing : Dr. Pulung M. Silalahi .Sp.AOleh : Hoerulli 1010221026

  • Imunisasi Definisi ImunisasiSuatu pemindahan atau transfer antibodi secara pasif.Definisi VaksinasiImunisasi aktif dengan pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsang pembentukan imunitas (antibodi) dari sistem imun di dalam tubuh.

  • Imunitas secara pasif dapat diperoleh dari pemberian dua macam imunoglobulin :1. Non spesifik (gammaglobulin) 2. Spesifik (plasma donor)Keuntungan vaksinasi :Pertahanan tubuh yang terbentuk oleh beberapa vaksin akan dibawa seumur hidupMurah dan efektifTidak berbahaya

  • Tujuan imunisasi1. Mencegah terjadinya penyakit2. Menghilangkan penyakit tersebut 3. Menghilangkannya dari duniaManfaat imunisasiAnak : mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit & kemungkinan cacat/ kematianKeluarga : menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatanNegara : memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan melanjutkan pembangunan

  • Tempat imunisasiPosyanduPuskesmas, RS, RSB, RSIAPraktek dokter/ bidan swasta

  • Jadwal imunisasi 2011-2012

  • BCGDiberikan umur 2 sampai 3 bulan. Dosis 0,05 ml untuk bayi kurang dari 1 tahun dan 0,1 ml untuk anak >1 tahun.Diberikan secara intrakutan pada insersio M. deltoideus Tidak dianjurkan pengulangan pada BCGVaksin BCG merupakan vaksin hidup, tidak diberikan kepada pasien imunokompromais (leukimia, penggunaan steroid jangka panjang, suspect HIV)Apabila diberikan setelah umur 3 bulan, lakukan uji tuberkulin terlebih dahulu.

  • Hepatitis BHarus diberikan setelah lahir, untuk mencegah penularan transmisi maternalHepB-1 diberikan 12 jam setelah lahirHepB-2 diberikan setelah 1 bulan dari imunisasi HepB-1HepB-3 2-5 bulan setelah pemberian HepB-2 (umur 3-6 bulan)

  • DTPDiberikan 3 kali sejak umur 2 bulan, dengan interval 4-8 minggu.Booster DTP diberikan satu tahun setelah DTP-3 pada umur 18-24 bulan dan DTP-5 pada usia 5 tahun.Dosis DTwp, Dtap, DT atau dT adalah 0,5 ml diberikan secara intramuskular

  • CampakDiberikan satu dosis 0,5 ml secara subkutan dalam pada umur 9 bulan.Disamping imunisasi umur 9 bulan, diberikan juga imunisasi campak kesempatan kedua pada umur 6-59 bulan dan SD kelas 1-6.Apabila telah mendapat imunisasi MMR pada usia 15-18 bulan dan ulangan umur 6 tahun, ulangan campak SD kelas 1 tidak diperlukan.

  • HibTerdiri dari dua jenis PRP-T dan PRP-OMPVaksin Hib yang berisi PRP-T diberikan pada umur 2,4 dan 6 bulanVaksin Hib yang berisi PRP-OMP diberikan pada umur 2 dan 4 bulan.Satu dosis vaksin Hib berisi 0,5 ml, diberikan secara intramuskularVaksin Hib baik PRP-T dan PRP-OMP perlu diulang pada umur 18 bulan.

  • PCVTerdapat dua jenis yang berisi polisakarida murni (PPV23) dan polisakarida konjugasi (PCV7)Diberikan sejak usia 2 bulan sampai 9 tahun.Dikemas dalam prefilled syringe 5 ml diberikan secara intramuskularDosis pertama tidak diberikan sebelum umur 6 mingguUntuk bayi BBLR (
  • Tabel 3. Jadwal dan dosis vaksin PCV

    Dosis pertama (bulan)Imunisasi dasarImunisasi ulangan2-63 dosis, interval 6-8 minggu1 dosis, 12-15 bulan7-112 dosis, interval 6-8 minggu1 dosis, 12-15 bulan12-232 dosis, interval 6-8 minggu>241 dosis

  • Kelompok resiko tinggiUntuk anak resiko tinggi umur 24-59 bulan, vaksin PCV diberikan bersama vaksin PPV23 karena rentan terhadap semua serotipe pneumokokkus.Contoh : asplenia kongenital/ didapat, disfungsi limpa, infeksi HIV, penyakit jantung bawaan.

  • Dosis sebelumnyaDosis PCV7 dan PCV234 dosis PCV7Umur 24 bulan : 1 dosis PPV23, min. 6-8 mng setelah PCV7 dosis terakhir. Ulangan PPV23 : 1 dosis PPV23, 3-5 th setelah PPV23 dosis pertama1-3 dosis PCV71 dosis vaksin PCV71 dosis vaksin PPV23, 6-8 mng setelah PCV7 dosis terakhir. Ulangan PPV23 : 1 dosis PPV23, 3-5 th setelah PPV23 dosis pertama1 dosis PPV232 dosis vaksin PCV7, interval 6-8mng, mulai minimal 6-8mng, setelah PPV23 dosis terakhir. Ulangan PPV23 : 1 dosis PPV23, 3-5 th setelah PPv23 dosis pertamaBelum pernah2 dosis vaksin PCV7 interval 6-8 mng, 1 dosis vaksin PPv23, 6-8 mng setelah vaksin PCV dosis terakhir. Ulangan PPV23 : 1 dosis PPV23, 3-5 th setelah PPv23 dosis pertama.

  • RotavirusTerdiri dari dua jenis, yaitu monovalen dan pentavalen.Monovalen diberikan pertama kali pada umur 6-14 minggu, dosis ke-2 diberikan dengan interval 4 minggu.Pentavalen diberikan pertama kali pada umur 6-12 minggu, interval dari ke-2 dan ke-3 adalah 4-10 minggu, dari ke-3 diberikan pad umur
  • InfluenzaTerdiri dari dua virus influenza subtipe A yaitu H3N2 dan H1N1, serta virus influenza tipe B.Diberikan pada anak umur 6-23 bulan, diberikan setiap tahun

  • VariselaDiberikan pada anak umur >1 thanUntuk anak yang mengalami kontak dengan pasien varisela, imunisasi dapat mencegah apabila diberikan dalam kurun waktu 72 jam setelah kontak.Dosis 0,5 ml, subkutan, satu kaliUntuk umur lebih dari 13 tahun atau dewasa, diberikan dua kali dengan jarak 4-8 minggu.

  • MMRDiberikan pada umur 15-18 bulan, minimal interval 6 bulan antara imunisasi campak (9 bulan) dan MMR.Dosis satu kali 0,5 ml, subkutan.MMR diberikan minimal 1 bulan sebelum atau setelah penyuntikan imunisasi lain.Ulangan MMR diberikan pada umur 6 tahun.

  • TifoidTersedia 2 jenis suntikan (polisakarida) dan oral (bakteri yang dilemahkan).Vaksin capsular vi polysacharide diberikan pada umur lebih dari 2 tahun, ulangan dilakukan setiap 3 tahun. Kemasan dalam prefilled syringe -,5 ml, pemberian secara intramuskular.Tifoid oral Ty21a diberikan pada umur >6 tahun, dikemas dalam kapsul, diberikan 3 dosis dengan interval selang sehari, ulangan dilakukan setiap 3-5 tahun.

  • Hepatitis ATersedia dalam kombinasi HepB/ HepAHepA diberikan pada umur >2 tahunKombinasi HepB/ HepA tidak diberikan pada bayi 12 bulan.Kemasan liquid 1 dosis/ vial prefilled syringe 0,5 ml.Dosis pediatrik 720 ELISA units diberikan dau kali dengan interval 6-12 bulan, Intramuskular di daerah deltoid.Kombinasi HepB/ HepA dalam kemasan prefilled syringe 0,5 ml intramuskular.

  • HPVTerdiri dari dua jenis, bivalen dan quadrivalen.Bivalen terdiri dari HPV serotipe 16 dan 18, quadrivalen terdiri dari HPV serotipe 6,11,16 dan 18.Diberikan pada umur 9-25 tahun dan 26-45 tahun.Bivalen dosis diberikan pada 0-1-6 bulanQuadrivalen dosis diberikan pada 0-2-6 bulanPemberian secara intramuskular

  • VaksinDefinisi suatu produk biologik yang terbuat dari komponen kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan yang berguna untuk merangsang timbulnya kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu.

  • Penggolongan VaksinPada dasarnya, vaksin dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu :1. Live attenuated (bakteri/ virus yang dilemahkan)2. Inactivated (bakteri/ virus yang komponennya dibuat tidak aktif)

  • Vaksin Live attenuatedDibuat dari virus atau bakteri liar penyebab penyakit.Bersifat labil dan dapat mengalami kerusakan bila kena panas atau sinar.Berasal dari virus hidup : campak, parotitis, rubella, polio, rotavirus, yellow fever.Berasal dari bakteri hidup : BCG dan demam tifoid oral

  • Vaksin InactivatedDihasilkan dengan cara membiakkan bakteri/ virus dalam media pembiakan, kemudian dibuat tidak aktif dengan penanaman bahan kimia.Tidak dapat hidup, tumbuh, menyebabkan penyakit, mengalami mutasi menjadi bentuk patogen.Selalu membutuhkan dosis multipel Seluruh sel virus yang inactivated : influenza, polio injeksi, rabies, hepatitis ASeluruh bakteri yang inactivated : pertusis, tifoid, kolera, lepra.

  • Vaksin polisakaridaSub-unit yang inactivated dengan bentuknya yang unik terdiri atas rantai panjang molekul gula yang membentuk permukaan kapsul bakteri tertentu.Tersedia untuk 3 macam penyakit : pneumokokus, meningokokus dan Haemophillus influenza tipe b.

  • Vaksin rekombinanDihasilkan dengan cara teknik rekayasa genetik. Terdapat 3 jenis vaksin yang dihasilkan dengan rekayasa genetik : 1. Vaksin hepatitis B 2. Vaksin tifoid3. Vaksin rotavirus

  • Tata Cara Pemberian ImunisasiSebelum melakukan vaksinasi, dianjurkan mengikuti tata cara sebagai berikut : Memberitahukan tentang resiko bila dilakukan imunisasi atau tidakMelakukan tanya jawab dengan orang tuaJangan lupa mendapat persetujuan orang tuaPersiapan pelayanan secepatnya bila terjadai reaksi yang tidak diinginkanPastikan penerima vaksin dalam keadaan sehatPerhatikan indikasi dan kontra indikasiPeriksa jenis vaksin yang akan diberikan Berikan vaksin dengan teknik yang benar

  • Setelah pemberian vaksin, kerjakan hal - hal sebagai berikut :Berikan petunjuk apa bila terjadi reaksi yang tidak diinginkanCatat dalam rekam medis (nomer batch, jenis dan merk vaksin)Catatan imunisasi disampaikan kepada Dinas Kesehatan Bidang Pemberantasan Penyakit Menular)Periksa status imunisasi anggota keluarga lainnya

  • KIPIMenurut World Health Organisation (WHO), kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) atau adverse events following immunization (AEFI) adalah semua kejadian ikutan yang mengikuti imunisasi yang dipercaya sebagai akibat dari vaksinasi.

  • Epidemiologi KIPIKejadian ikutan pasca imunisasi akan timbul setelah pemberian vaksin dalam jumlah besar. Menurut National Childhood Vaccine Injury dari Committee of the Institute of Medicine (IOM) USA sangat sulit mendapatkan data KIPI oleh karena :mekanisme biologis gejala KIPI kurang dipahami,data KIPI yang dilaporkan kurang rinci dan akurat,surveilans KIPI belum luas dan menyeluruh,surveilans KIPI belum dilakukan untuk jangka panjang,publikasi KIPI dalam jumlah kasus yang besar masih kurang.Mengingat hal tersebut di atas maka sangat sulit menentukan jumlah kasus KIPI yang sebenarnya. Kejadian ikutan pasca imunisasi dapat ringan sampai berat, terutama pada imunisasi masal atau setelah penggunaan lebih dari 10.000 dosis.

  • Klasifikasi KIPITidak semua kejadian KIPI disebabkan oleh imunisasi karena sebagian besar ternyata tidak ada hubungannya dengan imunisasi. Oleh karena itu untuk menentukan KIPI diperlukan keterangan mengenai :besar frekuensi kejadian KIPI pada pemberian vaksin tertentu,sifat kelainan tersebut lokal atau sistemik,derajat sakit resipien, apakah memerlukan perawatan, menderita cacat, atau menyebabkan kematian, apakah penyebab dapat dipastikan, diduga, atau tidak terbukti, danapakah dapat disimpulkan bahwa KIPI berhubungan dengan vaksin, kesalahan produksi, atau kesalahan prosedur.

  • Komnas PP-KIPI mengelompokkan KIPI dalam 2 klasifikasi, yaitu klasifikasi lapangan menurut WHO Western Pacific (1999) untuk petugas kesehatan di lapangan dan klasifikasi kausalitas menurut IOM 1991 dan 1994 untuk telaah Komnas PP KIPI.Klasifikasi lapangan ini dapat dipakai untuk pencatatan dan pelaporan KIPI. Klasifikasi lapangan memilah KIPI dalam 5 kelompok penyebab, yaitu :

    Kesalahan program / teknik pelaksanaan (programmatic errors)kejadian yang disebabkan oleh kesalahan dalam persiapan vaksin, penanganan atau administrasi. Sebagianbesar kasus KIPI berhubungan dengan masalah program dan teknik pelaksanaan imunisasi yang meliputikesalahan program penyimpanan, pengelolaan, dan tata laksana pemberian vaksin. Kesalahan tersebutdapat terjadi pada berbagai tingkatan prosedur imunisasi, misalnya :dosis antigen (terlalu banyak),lokasi dan cara menyuntik,

  • sterilisasi semprit dan jarum suntik,jarum bekas pakai,tindakan aseptik dan antiseptik,kontaminasi vaksin dan peralatan suntik,penyimpanan vaksin,pemakaian sisa vaksin,jenis dan jumlah pelarut vaksin,tidak memperhatikan petunjuk produsen (petunjuk pemakaian, indikasi kontra, dll.)

  • Reaksi suntikankejadian sebagai hasil dari kecemasan atau nyeri dari injeksi itu sendiri, bukan dari vaksin. Induksi vaksin (reaksi vaksin)kejadian yang disebabkan atau dipresipitasi oleh komponen aktif atau komponen lain dari vaksin,misal reaksi anafilaksis karena vaksin campak. Gejala KIPI yang disebabkan induksi vaksin umumnya sudah dapat diprediksi terlebih dahulu karena merupakan reaksi simpang vaksin dan secara klinis biasanya ringan. Walaupun demikian dapat saja terjadi gejala klinis hebat seperti reaksi anafilaktik sistemik dengan risiko kematian.

  • Faktor kebetulan (koinsiden)kejadian yang terjadi setelah imunisasi tetapi tidak disebabkan oleh vaksin. Kejadian yang timbul ini terjadi secara kebetulan saja setelah imunisasi. Salah satu indikator faktor kebetulan ini ditandai dengan ditemukannya kejadian yang sama di saat bersamaan pada kelompok populasi setempat dengan karakteristik serupa tetapi tidak mendapat imunisasi.

    Penyebab tidak diketahuiBila kejadian atau masalah yang dilaporkan belum dapat dikelompokkan ke dalam salah satu penyebab, maka untuk sementara dimasukkan ke dalam kelompok ini sambil menunggu informasi lebih lanjut.

  • Yang dimaksud dengan kelompok risiko adalah :Anak yang mendapat reaksi simpang pada imunisasi terdahuluBayi berat lahir rendahPada dasarnya jadwal imunisasi bayi kurang bulan sama dengan bayi cukup bulan. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada bayi kurang bulan adalah:titer imunitas pasif melalui transmisi maternal lebih rendah daripada bayi cukup bulan,apabila berat badan bayi sangat kecil (
  • Pasien imunokompromaisKeadaan imunokompromais dapat terjadi sebagai akibat penyakit dasar atau sebagai akibat pengobatan imunosupresan (kemoterapi, kortikosteroid jangan panjang). Pada resipien yang mendapatkan human immunoglobulinImunisasi virus hidup diberikan setelah 3 bulan pengobatan untuk menghindarkan hambatan pembentukan respons imun.

  • Pasien HIV mempunyai risiko lebih besar untuk mendapatkan infeksi.Walaupun responnya terhadap imunisasi tidak optimal atau kurang, penderita HIV memerlukan imunisasi. Apabila diberikan terlambat mungkin tidak akan berguna karena penyakit sudah lanjut dan efek imunisasi tidak ada atau kurang, namun apabila diberikan dini, vaksin hidup akan mengaktifkan sistim imun yang dapat meningkatkan replikasi virus HIV sehingga memperberat penyakit HIV. Pasien HIV dapat diimunisasi dengan mikroorganisme yang dilemahkan atau yang mati.

  • KIPIGejalaTindakanReaksi lokal ringanNyeri, eritema, bengkak di daerah bekas suntikan < 1 cmTimbul < 48 jam setelah imunisasiKompres hangatnyeri menganggu berikan pct,10 mg/kgBB/kali pemberian; , 6 bln : 60 mg/kali pemberian; 6-12 bln : 90 mg/kali pemberian; 1-3 thn : 120 mg/kali pemberian.Reaksi lokal berat (jarang terjadi)Eritema/indurasi > 8 cmNyeri, bengkak Kompres hangatParasetamolReaksi ArthusNyeri, bengkak, indurasi dan edemaakibat reimunisasi pada pasien dengan kadar antibodi yang masih tinggiTimbul beberapa jam dengan puncaknya 12-36 jam setelah imunisasiKompres hangatParasetamolDirujuk dan dirawat di RS

  • Terima Kasih

    *******************