Presentasi etika profesi TIK

18
Welcome To My Project Cyber Crime

description

tugas presentasi Etika Profesi TIK

Transcript of Presentasi etika profesi TIK

Page 1: Presentasi etika profesi TIK

Welcome To MyProject

Cyber Crime

Page 2: Presentasi etika profesi TIK

Presentation

NAMA : EDI SAPUTRANIM : 18120829 Blogspot : cybercrime-indo.blogspot.com

ETIKA PROFESI TEKNOLOGI

INFORMASI DAN KOMUNIKASI

Page 3: Presentasi etika profesi TIK

1

3

4

6

Page 4: Presentasi etika profesi TIK

Jadi, Apa itu Cyber Crime ??CYBER CRIME dapat diartikan sebagai kejahatan siber atau kejahatan dunia maya yang didefinisikan sebagai:jenis kejahatan yang berkaitan dengan pemanfaatan sebuah teknologi informasi tanpa batas serta memiliki karakteristik yang kuat dengan sebuah rekayasa teknologi yang mengandalkan kepada tingkat keamanan yang tinggi dan kredibilitas dari sebuah informasi yang disampaikan dan diakses oleh pelanggan internet.Perkembangan teknologi jaringan komputer global atau Internet

telah menciptakan dunia baru yang dinamakan cyberspace, sebuah dunia komunikasi berbasis komputer yang menawarkan realitas yang baru, yaitu realitas virtual. Istilah cyberspace muncul pertama kali dari novel William Gibson berjudul Neuromancer pada tahun 1984. Istilah cyberspace pertama kali digunakan untuk menjelaskan dunia yang terhubung langsung (online) ke internet oleh Jhon Perry Barlow pada tahun 1990.

Page 5: Presentasi etika profesi TIK
Page 6: Presentasi etika profesi TIK
Page 7: Presentasi etika profesi TIK

3.Faktor Penyebab Timbulnya Cyber

CrimeBeberapa faktor yang menyebabkan kejahatan komputer (Cyber crime) kian marak dilakukan antara lain adalah:

1. Akses internet yang tidak terbatas.2. Kelalaian pengguna komputer.3. Mudah dilakukan dengan resiko keamanan yang

kecil dan tidak diperlukan peralatan yang super modern. Walaupun kejahatan komputer mudah untuk dilakukan tetapi akan sangat sulit untuk melacaknya, sehingga ini mendorong para pelaku kejahatan untuk terus melakukan hal ini.

4. Para pelaku merupakan irang yang pada umumnya cerdas, mempunyai rasa ingin tahu besar, dan fanatik akan teknologi komputer.

Pengetahuan pelaku kejahatan komputer tentang cara kerja sebuah komputer jauh diatas operator komputer.

5. Sistem keamanan jaringan yang lemah.6. Kurangnya perhatian masyarakat.

Page 8: Presentasi etika profesi TIK

4.Contoh Kasus  Cyber Crime di

IndonesiaSalah satu contoh kasus yang terjadi adalah pencurian dokumen terjadi saat utusan khusus Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang dipimpin Menko Perekonomian Hatta Rajasa berkunjung di Korea Selatan.

Perjudian online, pelaku menggunakan sarana internet untuk melakukan perjudian. Seperti yang terjadi di Semarang, Desember 2006 silam. Para pelaku melakukan praktiknya dengan menggunakan system member yang semua anggotanya mendaftar ke admin situs itu, atau menghubungi HP ke 0811XXXXXX dan 024-356XXXX. Pencurian dan penggunaan account Internet milik orang lain . Salah satu kesulitan dari sebuah ISP (Internet Service Provider) adalah adanya account pelanggan mereka yang “dicuri” dan digunakan secara tidak sah. Berbeda dengan pencurian yang dilakukan secara fisik, “pencurian” account cukup menangkap “userid” dan “password” saja.

Page 9: Presentasi etika profesi TIK

5.Kualifikasi Cyber

CrimeBerdasarkan bentuk-bentuk kejahatan

sebagaimana telah dikemukakan oleh beberapa penulis serta memperhatikan kasus-kasus cybercrime yang sering terjadi, maka kualifikasi cybercrime berdasarkan Tindak pidana yang berkaitan dengan kerahasiaan, integritas dan keberadaan data dan sistem computer yaitu: a .       Illegal Access (akses secara tidak sah terhadap

sistem komputer),    b.      Data Interference (mengganggu data komputer),

   c.       System Interference (mengganggu sistem komputer),

   d.      Illegal Interception in the computers, systems and computer networks operation (intersepsi secara tidak sah terhadap komputer, sistem, dan jaringan

operasional komputer), e .       Data Theft (mencuri data),

   f.       Data leakage and Espionage (membocorkan data dan memata-matai),

g.      Misuse of Devices (menyalahgunakan peralatan komputer),

Page 10: Presentasi etika profesi TIK

6.Pengaturan Cyber Crime undang-

undang Indonesia

Sistem perundang-undangan di Indonesia belum mengatur secara khusus mengenai kejahatan komputer termasuk cybercrime.

a.       Illegal Access (akses secara tidak sah terhadap sistem komputer) Perbuatan melakukan akses secara tidak sah terhadap sistem komputer belum ada diatur

secara jelas di dalam sistem perundang-undangan di Indonesia. Untuk sementara waktu, Pasal 22 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi dapat diterapkan. Pasal 22 Undang-Undang Telekomunikasi menyatakan

·         Akses ke jaringan telekomunikasi, ·         Akses ke jasa telekomunikasi, ·         Akses ke jaringan telekomunikasi khusus. Pasal 50 Undang-Undang Telekomunikasi memberikan ancaman pidana terhadap barang siapa yang melanggar

ketentuan Pasal 22 Undang-Undang Telekomunikasi dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).

b.      Data Interference (mengganggu data komputer) dan System interference (mengganggu sistem komputer) Pasal 38 Undang-Undang Telekomunikasi belum dapat menjangkau perbuatan data interference maupun

system interference yang dikenal di dalam Cybercrime. Jika perbuatan data interference dan system interference tersebut mengakibatkan kerusakan pada komputer, maka Pasal 406 ayat (1) KUHP dapat diterapkan terhadap perbuatan tersebut.

c.       Illegal Interception in the computers, systems and computer networks operation (intersepsi secara tidak sah terhadap operasional komputer, sistem, dan jaringan komputer)

Pasal 40 Undang-Undang Telekomunikasi dapat diterapkan terhadap jenis perbuatan intersepsi ini. Pasal 56 Undang-Undang Telekomunikasi memberikan ancaman pidana terhadap barang siapa yang melanggar ketentuan Pasal 40 tersebut dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun.

d.      Data Theft (mencuri data) Perbuatan melakukan pencurian data sampai saat ini tidak ada diatur secara khusus, bahkan di Amerika

Serikat sekalipun. Pada kenyataannya, perbuatan Illegal access yang mendahului perbuatan data theft yang dilarang

. Jika para ahli hukum sepakat menganggap bahwa perbuatan ini dapat dimasukkan sebagai perbuatan pidana, maka untuk sementara waktu Pasal 362 KUHP dapat diterapkan.

Page 11: Presentasi etika profesi TIK

e.       Data leakage and Espionage (membocorkan data dan memata-matai) Perbuatan membocorkan dan memata-matai data atau informasi yang berisi tentang

rahasia negara diatur di dalam Pasal 112, 113, 114, 115 dan 116 KUHP. Pasal 323 KUHP mengatur tentang pembukaan rahasia perusahaan yang dilakukan oleh

orang dalam (insider). Sedangkan perbuatan membocorkan data rahasia perusahaan dan memata-matai yang dilakukan oleh orang luar perusahaan dapat dikenakan Pasal 50 jo. Pasal 22, Pasal 51 jo. Pasal 29 ayat (1), dan Pasal 57 jo. Pasal 42 ayat (1) Undang-Undang

Telekomunikasi. f.       Misuse of Devices (menyalahgunakan peralatan komputer), Perbuatan Misuse of devices pada dasarnya bukanlah merupakan suatu perbuatan yang

berdiri sendiri, sebab biasanya perbuatan ini akan diikuti dengan perbuatan melawan hukum lainnya. Sistem perundang-undangan di Indonesia belum ada secara khusus mengatur dan mengancam perbuatan ini dengan pidana. Hal ini tidak menjadi persoalan, sebab yang perlu

. Ketentuan yang dikenakan bisa berupa penyertaan (Pasal 55 KUHP), pembantuan (Pasal 56 KUHP) ataupun langsung diancam dengan ketentuan yang mengatur tentang perbuatan melawan hukum yang menyertainya.

g.      Credit card fraud (penipuan kartu kredit) Penipuan kartu kredit merupakan perbuatan penipuan biasa yang menggunakan komputer

dan kartu kredit yang tidak sah sebagai alat dalam melakukan kejahatannya sehingga perbuatan tersebut dapat diancam dengan Pasal 378 KUHP.

h.      Bank fraud (penipuan bank) Penipuan bank dengan menggunakan komputer sebagai alat melakukan kejahatan dapat

diancam dengan Pasal 362 KUHP atau Pasal 378 KUHP, tergantung dari modus operandi perbuatan yang dilakukannya.

i.        Service Offered fraud (penipuan melalui penawaran suatu jasa) Penipuan melalui penawaran jasa merupakan perbuatan penipuan biasa yang

menggunakan komputer sebagai salah satu alat dalam melakukan kejahatannya sehingga dapat diancam dengan Pasal 378 KUHP.

j.        Identity Theft and fraud (pencurian identitas dan penipuan) Pencurian identitas yang diikuti dengan melakukan kejahatan penipuan dapat diancam

dengan Pasal 362 KUHP atau Pasal 378 KUHP, tergantung dari modus operandi perbuatan yang dilakukannya.

k.      Computer-related betting (perjudian melalui komputer) Perjudian melalui komputer merupakan perbuatan melakukan perjudian biasa yang

menggunakan komputer sebagai alat dalam operasinalisasinya sehingga perbuatan tersebut dapat diancam dengan Pasal 303 KUHP.

Page 12: Presentasi etika profesi TIK

7.Permasalahan Dalam Penyidikan Terhadap

CybercrimeBerdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, hambatan-hambatan yang ditemukan di dalam proses penyidikan antara lain adalah sebagai berikut:

a)      Kemampuan penyidik Secara umum penyidik Polri masih sangat

minim dalam penguasaan operasional komputer dan pemahaman terhadap hacking komputer serta kemampuan melakukan penyidikan terhadap kasus-kasus itu.

Dalam hal menangani kasus cybercrime diperlukan penyidik yang cukup berpengalaman (bukan penyidik pemula)

Alat BuktiPersoalan alat bukti yang dihadapi di dalam

penyidikan terhadap Cybercrime antara lain berkaitan dengan karakteristik kejahatan cybercrime itu sendiri, yaitu:

·         Sasaran atau media cybercrime adalah data dan atau sistem komputer atau sistem internet yang sifatnya mudah diubah, dihapus, atau disembunyikan oleh pelakunya.

·         Kedudukan saksi korban dalam cybercrime sangat penting disebabkan cybercrime seringkali dilakukan hampir-hampir tanpa saksi.

Page 13: Presentasi etika profesi TIK

Cyber Crime adalah masalah dalam dunia internet yang harus ditangani secara serius. Sebagai kejahatan, penanganan terhadap cybercrime dapat dianalogikan sama dengan dunia nyata, harus dengan hukum legal yang mengatur. Berikut ini ada beberapa Cara Penanganan Cybercrime :#Dengan Upaya Non HukumAdalah segala upaya yang lebih bersifat preventif dan persuasif terhadap para pelaku, korban dan semua pihak yang berpotensi terkait dengan kejahatan dunia maya.#Dengan  Upaya  Hukum Adalah segala upaya yang bersifat mengikat, lebih banyak memberikan informasi mengenai hukuman dan jenis pelanggaran/ kejahatan dunia maya secara spesifik.

Page 14: Presentasi etika profesi TIK

Kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan di atas terdapat tiga masalah pokok yang dibahas di dalam makalah ini antara lain : 1.      Opini umum yang terbentuk bagi para pemakai jasa internet adalah bahwa cybercrime merupakan perbuatan yang merugikan. Para korban menganggap atau memberi stigma bahwa pelaku cybercrime adalah penjahat. 2.      Sistem perundang-undangan di Indonesia belum mengatur secara khusus mengenai kejahatan komputer melalui media internet. Beberapa peraturan yang ada baik yang terdapat di dalam KUHP maupun di luar KUHP untuk sementara dapat diterapkan terhadap beberapa kejahatan, tetapi ada juga kejahatan yang tidak dapat diantisipasi oleh undang-undang yang saat ini berlaku. 3.      Hambatan-hambatan yang ditemukan dalam upaya melakukan penyidikan terhadap cybercrime antara lain berkaitan dengan masalah perangkat hukum, kemampuan penyidik, alat bukti, dan fasilitas komputer forensik.

Page 15: Presentasi etika profesi TIK

http://mi851wolter.blogspot.com/2012/11/makalah-kejahatan-di-dunia-maya.html

http://pojokkomunika.blogspot.com/2012/02/normal-0-false-false-false.html

http://heruiw86.blogspot.com/2013/03/makalah-cyber-crime-serta-beberapa.html

 http://pengetahuanteknologikomputer.blogspot.com Agus Raharjo, 2002,Cybercrime, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

Andi Hamzah, 1990, Aspek-aspek Pidana di Bidang Komputer, Sinar Grafika, Jakarta.

David I. Bainbridge, 1993, Komputer dan Hukum, Sinar Grafika, Jakarta.

Undang-Undang Telekomunikasi 1999, 2000, cetakan pertama, Sinar Grafika, Jakarta.

Niniek Suparni, 2001, Masalah Cyberspace , Fortun Mandiri Karya, Jakarta.

Suheimi, 1995, Kejahatan Komputer , Andi Offset, Yogyakarta. Widyopramono, 1994, Kejahatan di Bidang Komputer ,  Pustaka Sinar

Harapan

Page 16: Presentasi etika profesi TIK
Page 17: Presentasi etika profesi TIK
Page 18: Presentasi etika profesi TIK