Presentas i

23
R E F E R A T Triwahyuni Purwaningsih Basuki G 501 09 036

description

presentasi

Transcript of Presentas i

R E F E R A T

Triwahyuni Purwaningsih BasukiG 501 09 036

LATAR BELAKANG

TB paru merupakan salah satu program prioritas

termasuk pada tingkat dunia

TB paru masih merupakan penyebab utama kematian di dunia Kasus terbesar

• W

Besarnya masalah/ kerugian yang ditimbulkan (Medis,sosial maupun

ekonomi)

2012A S I A

(60 % dari global)

1. India2. Cina3. Afrika selatan4. Nigeria5. Indonesia (angka kejadian 0,35 juta – 0, 52 juta kasus)

Who,2010

Penyakit menular yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis).

Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.

Penyebab TB Paru : Mycobacterium tuberculosis dan Myocobacterium bovis.

TUBERKULOSIS

PATOGENESIS TB PARU

TB Saluran NapasBersarang di Jaringan

ParuSarang primer/

afek primer

Limfangitis

Limfadenitis

Limfe regional (Hilus)

Komplek Primer

Komplek Primer

Sembuh spontan

Menderita TB (TB Primer)

Terjadi infeksi,tapi tidak sakit (dormant)

Menyebar

Reaktivasi

imunitas

DIAGNOSIS TB

Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih.

Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu Dahak bercampur darah Batuk darah Sesak nafas Badan lemas Nafsu makan menurun Berat badan menurun Malaise Berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik Demam meriang lebih dari satu bulan.

Semua suspek TB, diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu - pagi - sewaktu (SPS)

Pada program TB nasional, penemuan Basil Tahan Asam (BTA) melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama.

Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya.

(Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis, 2011).

(Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis, 2011).

P E N G O B A T A N

OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan.

Jangan gunakan OAT tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.

Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.

Prinsip Obat Anti Tuberkulosis (OAT) :

Kategori-1 (2HRZE/ 4H3R3)Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:• Pasien baru TB paru BTA positif.• Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif• Pasien TB ekstra paru

Paduan OAT kategori-1 disediakan dalam bentuk paket berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT).

Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. (Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien).

Paduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu pasien.

Paket Kombipak.paket obat lepas yang terdiri dari Isoniasid, Rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol yang dikemas dalam bentuk blister. Untuk pasien yang mengalami efek samping OAT KDT. 

 Dosis untuk paduan OAT KDT untuk kategori 1

Dosis paduan OAT- Kombipak untuk kategori 1

LAPORAN KASUS

Identitas PasienNama: Tn. M Umur : 46 TahunPekerjaan : PetaniAlamat : PaloloPendidikan Terakhir : SDAgama : ProtestanTgl Pemeriksaan : 4/12/2013Ruangan : Bougenville

AnamnesisKeluhan Utama : Batuk berdarahRiwayat Penyakit Sekarang : Pasien masuk dengan keluhan batuk bercampur darah sejak 3 hari yang lalu. Batuk lendir telah lama pasien derita kurang lebih sudah 1 tahun. Batuk muncul hampir setiap hari dan dipicu oleh perubahan posisi tubuh. Keluhan utama disertai dengan demam, sakit dada, sesak nafas, keringat malam hari, berat badan menurun, lemah dan nafsu makan menurun. Merokok (-), Alkohol (-), Riwayat hipertensi (-), Riwayat DM(-), Mual (-), Muntah (-), BAB lancar konsistensi sedang. BAK lancar warna kuning. Riw.Trauma(+) sekitar 20 tahun yang lalu.

Riwayat Penyakit Terdahulu :- Hipertensi (-)- DM (-)- Post amputatikum pedis dextra --> akibat kecelakaan sekitar 20 tahun yang lalu

Riw.Keluarga : -

PEMFIS Keadaan umum:

SP : SS / AP / GK BB : 40 Kg TB : 160 cm IMT : 14,8 kg/m2

Tanda vital:

TD : 120/70 mmHg N : 88 x/menit R:22 x/m S:36,8 Kepala (DBN) Leher (DBN) Dada

Paru-paru : I: Ekspansi paru simetris kanan dan kiri

Retraksi otot intercostal ( +/+ )

Bentuk dada normal, frekuensi napas 19x/menit

Jenis pernapasan abdomino- thorakal, Pola pernapasan kesan normal

P: Ekspansi paru simetris

Vokal fremitus ⬇/ N

P: Bunyi Normal Normal (Sonor)

Redup Normal (Sonor)

Redup Normal (Sonor)

A: Suara napas vesikuler

Ronki - -

+ -

+ -

Dada

Jantung :

Pulsasi di apex cordis terlihat

Pulsasi Ictus cordis teraba

Abdomen (DBN)

NT : Epigastrium

Ekstremitas

Atas : Edem (- /- )

Kekuatan otot (4/4)

Bawah : Edem (- / -)

Kekuatan otot (4/4)

Kaki kanan dan kiri tidak simetris (Regio pedis dextra tidak ada)

Pemeriksaan Khusus : - Diagnosis Kerja : Hemoptisis + Dispnea Diagnosis Banding : -Suspek TBC -Bronkitis Kronik

-Bronkiektasis -Ca.Paru

RESUME

OS 46 tahun, masuk dengan keluhan hemoptisis sejak 3 hari yang lalu. Riw.batuk lama selama 1 tahun. Muncul tiap hari dan dipicu oleh perubahan posisi (aktivitas). Dispnea (+), Penurunan BB(+), Keringat malam (+), OAT (-), Riw.Febris (+), Sakit dada (+), Penurunan nafsu makan (+), merokok (-), alkohol (-).

Pemfis :

Thoraks (Paru-paru) I : Retraksi intercosta (+/+)

P : Vocal Fremitus ⬇ / N

P : N/N A : N/N

R/N Rh/N

R/N Rh/N

Jantung I: Pulsasi IC terlihat

P:Pulsasi IC teraba

Ekstremitas : Regio pedis dextra (-)

RENCANA TERAPI

Non Medikamentosa :Tirah baringMakanan bergizi (nutrisi)

MedikamentosaTerapi cairanTerapi oksigenMukolitik : Ambroxol 30 mg 3x1OAT : Setelah ada hasil pemeriksaan penunjang dan diagnosis TB dapat ditegakkan. Sputum BTA (+++/++) atau BTA (+/-)disertai foto thoraks paru menunjukkan TB paru aktif dan atas pertimbangan dokter.

HASIL

PEM.PENUNJANG.DOCX

PEMBAHASAN

Berdasarkan pedoman, OAT diberikan berdasarkan BB.

Dimana pasien ini memiliki BB 40 kg, sehingga pasien mendapat 3 tablet 4 KDT (4 Kombinasi Dosis Tetap/KDT yang terdiri dari Isoniazid, Rifampisin, Pyrazinamide, dan Ethambutol) selama 2 bulan pertama.

Setelah itu dilanjutkan minum obat 3 tablet 2 KDT (2 kombinasi dosis tetap yakni isoniazid dan rifampisin) selama 4 bulan berikutnya.

Isoniazid mempunyai kemampuan bakterisidal TB yang terkuat dimana mencapai hampir semua populasi kuman(menghambat cell wall biosynthesis pathway/ biosintesis asam mikolat (mycolic acid) yang merupakan unsur penting dinding sel mikobakterium)

Rifampisin mempunyai aktifitas sterilisasi atau membunuh kuman yang pertumbuhannya lambat dengan baik. Rifampisin bekerja dengan cara menghambat polimerase DNA-dependent ribonucleic acid (RNA) M.tuberculosis / suatu enzim bakteri RNA polymerase, sehingga sintesa RNA terganggu.

Rifampisin efektif pada populasi kuman semi dorman ( kuman yang dalam keadaan dorman tidak ada aktivitas metabolisme hampir sepanjang waktu dan hanya kadang-kadang saja mengadakan metabolisme secara aktif dalam waktu yang singkat) karena rifampisin dapat segera bekerja bila kontak dengan kuman selama 20 menit.

Pyrazinamid bekerja pada lingkungan asam, sehingga efektif pada populasi kuman TB yang tumbuh sangat lambat dan berada dalam lingkungan asam (pH rendah).

Pyrazinamid bersifat bakterisidal untuk organisme intraseluler dan basil yang terdapat dalam lokasi perkijuan yang merupakan basil yang tumbuh dalam lingkungan asam. Dalam lingkungan asam, Pyrazinamid dikonversi ke dalam bentuk aktifnya yakni asam pyrazinoic oleh pyrazinamidase mycobacterial. Target dan mekanisme aksi obat belum diketahui.

Etambutol hanya bersifat bakteriostasis yakni menghambat pertumbuhan mycobacterium TB. Etambutol bekerja dengan cara menghambat arabinosyl transferases mycobacterium, dimana reaksi polimerase arabinoglikan merupakan komponen esensial dinding sel M.Tuberkulosis. Untuk itu dapat dikatakan bahwa pengobatan TB fase intensif merupakan fase bakterisidal/membunuh kuman yang metabolisme aktif sedangkan fase lanjutan merupakan fase sterilisasi /membunuh kuman yang pertumbuhannya lambat/kurang aktif.