Pres Orasi Ilmiah Stt Wk 19 Mei2008
-
Upload
tatang-taufik -
Category
Technology
-
view
1.745 -
download
3
description
Transcript of Pres Orasi Ilmiah Stt Wk 19 Mei2008
MENINGKATKAN PERAN PERGURUAN MENINGKATKAN PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM MEMPERKUAT SISTEM TINGGI DALAM MEMPERKUAT SISTEM INOVASIINOVASI
Dr. Tatang A. Taufik
Orasi IlmiahDisampaikan dalam Wisuda V
STT WASTUKANCANA
Purwakarta, 19 Mei 2008
2Majukan Pengembangan Pewirausaha Inovatif
PENDAHULUANPENDAHULUAN
Peningkatan daya saing dan kohesi sosial semakin disadari sebagai kunci dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang semakin tinggi dan semakin adil. Perjalanan sejarah semakin meyakinkan bahwa SDM dan pengetahuan/teknologi (dalam arti luas) sebagai salah satu faktor (walaupun bukan satu-satunya) yang semakin menentukan daya saing dan kohesi sosial. Pemanfaatan pengetahuan yang semakin baik, memungkinkan peningkatan daya saing yang semakin tinggi dan kohesi sosial yang semakin baik.
Membangun daya saing memerlukan landasan kuat dan kemampuan (kapasitas) mewujudkannya. Dalam kaitan inilah, sistem inovasi (baik pada tataran nasional maupun daerah) semakin menjadi fokus perhatian yang perlu dikembangkan/diperkuat di masa depan.
3Majukan Pengembangan Pewirausaha Inovatif
Discovery adalah penyingkapan tentang suatu sifat baru dari suatu material atau benda yang sudah dikenal atau sebelumnya sudah ada secara alami.
Invensi (Invention) adalah penemuan berupa ide yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan pemecahan masalah yang spesifik di bidang teknologi, yang dapat berupa proses atau hasil produksi atau penyempurnaan dan pengembangan proses atau hasil produksi. Invensi dapat dipatenkan, sedangkan discovery tidak.
Inovasi : “proses” dan/atau “hasil” pengembangan atau pemanfaatan/mobilisasi pengetahuan, keterampilan dan pengalaman untuk menciptakan (memperbaiki) produk (barang dan/atau jasa), proses, dan/atau sistem yang baru yang memberikan nilai (terutama ekonomi dan sosial) yang berarti (signifikan).
Pengertian Discovery , Invention & Innovation
PENGERTIAN SISTEM INOVASIPENGERTIAN SISTEM INOVASI
4Majukan Pengembangan Pewirausaha Inovatif
BEBERAPA DEFINISI INOVASIBEBERAPA DEFINISI INOVASI
Inovasi adalah aplikasi komersial yang pertama kali dari suatu produk atau proses yang baru (lihat misalnya Clark dan Guy, 2001);
Inovasi merupakan suatu proses kreatif dan interaktif yang melibatkan kelembagaan pasar dan non-pasar (OECD, 1999);
Innovation is a locally driven process, succeeding where organizational conditions foster the transformation of knowledge into products, processes, systems, and services. (Malecki, 1997; Dikutip dari Jelinek dan Hurt, 2001).
Inovasi adalah transformasi pengetahuan kepada produk, proses dan jasa baru; tindakan menggunakan sesuatu yang baru (Rosenfeld, 2002);
Inovasi merupakan eksploitasi yang berhasil dari suatu gagasan baru (the successful exploitation of a new idea; (Mitra, 2001 dan the British Council, 2000), atau dengan kata lain
Inovasi merupakan (“proses atau hasil”) mobilisasi pengetahuan, keterampilan teknologis dan pengalaman untuk menciptakan produk, proses dan jasa baru;
Inovasi adalah kegiatan penelitian, pengembangan, dan/atau perekayasaan yang bertujuan mengembangkan penerapan praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang baru, atau cara baru untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam produk atau proses produksi (UU No. 18 tahun 2002).
5Majukan Pengembangan Pewirausaha Inovatif
Technology Push:Technology Push:Rangkaian “Sekuensial Linier” Dorongan Kemampuan
1960an – 1970an
Technology Push:Technology Push:Rangkaian “Sekuensial Linier” Dorongan Kemampuan
1960an – 1970an
R & DPenelitian &
Pengembangan
E ( Perekayasaan ) Manufaktur/Produksi
O ( Operation) Penjualan/ Distribusi
Demand Pull:Demand Pull:Rangkaian “Sekuensial Linier” Tarikan Kebutuhan
1970an – 1980an
Demand Pull:Demand Pull:Rangkaian “Sekuensial Linier” Tarikan Kebutuhan
1970an – 1980an
“Permintaan”
Riset Terapan
Riset Dasar
Market Driven:Market Driven:Rangkaian Proses “Interaktif dan Iteratif” dan sebagai Proses Pembelajaran
1980an – . . . .
Market Driven:Market Driven:Rangkaian Proses “Interaktif dan Iteratif” dan sebagai Proses Pembelajaran
1980an – . . . .
EManufaktur/
ProduksiD
O Penjualan/Distribusi
EVOLUSI PERSPEKTIF TENTANG INOVASI EVOLUSI PERSPEKTIF TENTANG INOVASI
6Majukan Pengembangan Pewirausaha Inovatif
Penciptaan Pengetahuan (Knowledge Creation)
Kebutuhan Pasar
Analisis Persaingan
Invent
Pembuktian Konsep
Prototyping
Desain detail
Uji produk
Redesain
Produksi
Pasar
Distribusi
Dukungan klien
Siklus Pengembangan Produk
Proses Transfer (Beragam)
Sumber : Diadopsi dari Kline dan Rosenberg (1986).
R & D D & E E E & O
MODEL INOVASI CHAIN-LINKMODEL INOVASI CHAIN-LINK
7Majukan Pengembangan Pewirausaha Inovatif
BEBERAPA FENOMENA PENTINGBEBERAPA FENOMENA PENTING
Inovasi seringkali bukan technology push (driven) atau demand pull (driven) secara “hitam – putih” yang tegas, namun lebih merupakan proses di antaranya dan kombinasi keduanya.
Walaupun inovasi muncul sebagai kejadian (event) yang mengubah sesuatu secara signifikan, inovasi bukan merupakan kejadian sesaat dan/atau tidak terjadi/muncul dengan sendirinya. Inovasi merupakan suatu proses.
Inovasi lebih merupakan proses kompleks dan dinamis (dan adakalanya terkesan sporadis) yang sering menunjukkan paradoks. Walaupun inovasi didorong oleh kompetisi (persaingan), inovasi tidak berkembang tanpa kerjasama (co-operation), adakalanya bahkan antara perusahaan yang saling bersaing. Inovasi tak lagi semata hanya bergantung pada bagaimana perusahaan, perguruan tinggi dan para pembuat kebijakan bekerja, namun pada bagaimana mereka bekerjasama.
8Majukan Pengembangan Pewirausaha Inovatif
BEBERAPA FENOMENA PENTINGBEBERAPA FENOMENA PENTING
Inovasi merupakan proses pembelajaran sosial (social learning). Para inovator dan adopters (pengguna) sama-sama perlu melalui proses belajar, baik menyangkut isu teknis maupun kemanfaatan dan hal penting lain, serta membutuhkan “interaksi” yang efektif bagi keberhasilan inovasi.
Iklim persaingan yang sehat memberikan tekanan persaingan yang efektif dalam mendorong kebutuhan akan inovasi dan keberhasilannya akan semakin bergantung pada bagaimana berbagai elemen penting, baik pelaku usaha, lembaga litbang, perguruan tinggi dan pembuat kebijakan berkolaborasi. Di sisi lain, sifat inovasi (iptek atau litbang) yang mengandung “barang publik/public goods” (setidaknya “sebagian”) berpotensi membawa kepada “kegagalan pasar” (market failures). Karenanya, intervensi tertentu seringkali dipandang perlu untuk mendorongnya.
9Majukan Pengembangan Pewirausaha Inovatif
BEBERAPA FENOMENA PENTING (OECD, 1999)BEBERAPA FENOMENA PENTING (OECD, 1999)
Inovasi merupakan suatu proses kreatif dan interaktif yang melibatkan lembaga-lembaga pasar dan non-pasar.
Inovasi bergantung pada kemajuan saintifik. Inovasi membutuhkan lebih dari sekedar litbang. SDM
merupakan faktor yang sangat kunci. Produksi barang dan jasa semakin knowledge-intensive, tetapi tak selalu berarti lebih R&D intensive.
Perusahaan merupakan aktor utama, tetapi tidak bertindak sendiri.
Semakin penting untuk dipahami:
Inovasi pada dasarnya merupakan hasil dari KEWIRAUSAHAAN, KREATIVITAS INTELEKTUAL,
DAN UPAYA KOLEKTIF.
10Majukan Pengembangan Pewirausaha Inovatif
FAKTOR PENDORONG PENTING BAGI INOVASIFAKTOR PENDORONG PENTING BAGI INOVASI
Perkembangan/kemajuan teknologi (technical novelty).
Perubahan kebutuhan/keinginan atau “selera” konsumen.
Perubahan dalam segmen pasar atau kemunculan segmen pasar yang baru.
Tekanan persaingan yang semakin ketat. Perubahan atas faktor produksi (kelangkaan relatif)
dan faktor ekonomi tertentu (misalnya nilai tukar mata uang).
Peraturan/kebijakan pemerintah.
11Majukan Pengembangan Pewirausaha Inovatif
PENGERTIAN SISTEM INOVASI DAN KEBIJAKAN PENGERTIAN SISTEM INOVASI DAN KEBIJAKAN INOVASIINOVASI
Sistem Inovasi : suatu kesatuan dari sehimpunan aktor, kelembagaan, jaringan, hubungan, interaksi dan proses produktif yang mempengaruhi arah perkembangan dan kecepatan inovasi dan difusinya (termasuk teknologi dan praktik baik/terbaik), serta proses pembelajaran.
Kebijakan inovasi (innovation policy) merupakan kelompok kebijakan yang mempengaruhi kemajuan-kemajuan teknis dan bentuk inovasi lainnya, yang pada dasarnya bertujuan : Membangun/mengembangkan kapasitas inovatif setiap
“simpul” (fungsi/kegiatan/proses) dalam sistem inovasi; Meningkatkan/memperlancar aliran pengetahuan dalam dan
antarfungsi/kegiatan/proses dalam sistem inovasi (ini juga berarti meningkatkan proses pembelajaran dalam sistem); dan
Memperkuat hubungan dan keterkaitan rantai nilai vertikal dan horisontal antar- fungsi/kegiatan/proses produksi, litbang, adopsi dan difusi (termasuk komersialisasi) dan fungsi/kegiatan/proses penunjang dalam sistem inovasi.
12Majukan Pengembangan Pewirausaha Inovatif
Sistem Pendidikan dan Litbang
Pendidikan dan Pelatihan Profesi
Pendidikan Tinggi dan Litbang
Litbang Pemerintah
IntermediariesLembaga Riset
Brokers
Konsumen (permintaan akhir)Produsen (permintaan antara)
Permintaan (Demand)
PerbankanModal Ventura
Supra- dan Infrastruktur KhususHKI danInformasi
Dukungan Inovasi dan Bisnis
Standar danNorma
Sistem Industri
Perusahaan Besar
UKM “Matang/ Mapan”
PPBT
Sistem Politik
Pemerintah
Penadbiran (Governance)
Kebijakan RPT
SISTEM INOVASI: BERBAGAI ELEMEN PENTINGSISTEM INOVASI: BERBAGAI ELEMEN PENTING
RPT = Riset dan Pengembangan Teknologi PPBT = Perusahaan Pemula (Baru) Berbasis Teknologi.
Framework ConditionsKondisi Umum dan Lingkungan Kebijakan pada Tataran Internasional, Pemerintah Nasional, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah
Kabupaten/Kota
AlamiahSDA (Natural Endowment)
Budaya• Sikap dan nilai• Keterbukaan terhadap
pembelajaran dan perubahan• Kecenderungan terhadap
Inovasi dan kewirausahaan• Mobilitas
Kebijakan Ekonomi• Kebijakan ekonomi makro• Kebijakan moneter• Kebijakan fiskal• Kebijakan pajak• Kebijakan perdagangan• Kebijakan persaingan
Kebijakan Industri/ Sektoral Kebijakan Keuangan
Kebijakan Promosi & Investasi
Infrastruktur Umum/ Dasar
Sumber : Taufik (2005).
13Majukan Pengembangan Pewirausaha Inovatif
Pemerintah Bisnis
Litbang & PT
Sistem Inovasi
Pengetahuandan
InovasiInteraksi
PembelajaranKeterkaitan
danJaringan
Daerah
Sistem Sistem Inovasi Inovasi Daerah Daerah (SID)(SID)
SISTEM INOVASI: DINAMIKA INTERAKSISISTEM INOVASI: DINAMIKA INTERAKSI
Sumber : Taufik (2005).
14Majukan Pengembangan Pewirausaha Inovatif
Menko Ekonomi
DPR
Depkeh & HAM
DRN
10 BUMNIS (dulu) :1. PT. DI2. PT. PAL3. PT. PINDAD4. PT. K. STEEL5. PT. INKA6. Perum Dahana7. PT. INTI8. PT. BHARATA9. PT. BBI10. PT. LEN
BUMN Keuangan
BUMN lain
Dep/ Kementerian
Lain
Lembaga Litbang Departemen
Balitbang Industri
Balitbangtan
LPND Ristek
BPPT
LAPAN
BSN
BAKOSURTANAL
LIPI
BATAN
BAPETEN
Pusat, Balai/ UPT
BPTP, Balai/UPT
Pusat, Balai/ UPT
Depkeu
AIPI
Perguruan Tinggi
Swasta
Lembaga Litbang Swasta
Depdiknas
Balitbang Diknas
Perg. Tinggi Negeri
Lemlitbang Departemen
Lain
Pusat, Balai/ UPT
PRESIDEN
PUSPIPTEK
Menko & Dep./ Kementerian Lain
KPP/ BAPPENAS
Kementerian BUMN D
ep/
Kem
ente
ria
n L
ain
KNRT
KELEMBAGAAN DALAM SISTEM INOVASI NASIONAL DI KELEMBAGAAN DALAM SISTEM INOVASI NASIONAL DI INDONESIAINDONESIA
15Majukan Pengembangan Pewirausaha Inovatif
FUNGSI UTAMA SISTEM INOVASIFUNGSI UTAMA SISTEM INOVASI
1. Menciptakan pengetahuan baru.
2. Memandu arah proses pencarian penyedia dan pengguna teknologi, yaitu mempengaruhi arah agar para pelaku mengelola dan memanfaatkan sumber dayanya.
3. Memasok/menyediakan sumber daya, yaitu modal, kompetensi dan sumber daya lainnya.
4. Memfasilitasi penciptaan ekonomi eksternal yang positif (dalam bentuk pertukaran informasi, pengetahuan dan visi).
5. Memfasilitasi formasi pasar.
Fungsi Sistem (Johnson dan Jacobson, 2001)
16Majukan Pengembangan Pewirausaha Inovatif
AKTIVITAS DALAM SISTEM INOVASI (AKTIVITAS DALAM SISTEM INOVASI (Liu dan White, Liu dan White, 2001)2001)
Beberapa aktivitas mendasar adalah:
1. Riset (dasar, pengembangan, dan rekayasa);
2. Implementasi (manufaktur);
3. Penggunaan akhir/end-use (pelanggan dari produk atau output proses);
4. Keterkaitan/linkage (menyatukan pengetahuan yang saling komplementatif); dan
5. Pendidikan.
17Majukan Pengembangan Pewirausaha Inovatif
BEBERAPA ISU POKOK DALAM PENGUATAN BEBERAPA ISU POKOK DALAM PENGUATAN SISTEM INOVASISISTEM INOVASI DI INDONESIADI INDONESIA
1. Kelemahan kerangka umum.
2. Kelemahan kelembagaan dan daya dukung iptek/litbang serta rendahnya kemampuan absorpsi UKM.
3. Kelemahan keterkaitan, interaksi dan kerjasama difusi inovasi (termasuk praktik baik/terbaik dan/atau hasil litbang).
4. Persoalan budaya inovasi.
5. Kelemahan fokus, rantai nilai, kompetensi dan sumber pembaruan ekonomi dan sosial.
6. Tantangan global.
18Majukan Pengembangan Pewirausaha Inovatif
AGENDA PRIORITAS KE DEPAN : HEKSAGON AGENDA PRIORITAS KE DEPAN : HEKSAGON KEBIJAKAN INOVASIKEBIJAKAN INOVASI
1. Mengembangkan kerangka umum yang kondusif bagi inovasi dan bisnis.
2. Memperkuat kelembagaan dan daya dukung iptek/litbang dan mengembangkan kemampuan absorpsi UKM.
3. Menumbuhkembangkan kolaborasi bagi inovasi dan meningkatkan difusi inovasi, praktik baik/terbaik dan/atau hasil litbang.
4. Mendorong budaya inovasi.5. Menumbuhkembangkan dan memperkuat keterpaduan
pemajuan sistem inovasi dan klaster industri nasional dan daerah.
6. Penyelarasan dengan perkembangan global.
4
5
1
62
3
19Majukan Pengembangan Pewirausaha Inovatif
PERAN PENTING PERGURUAN TINGGI DALAM SISTEM PERAN PENTING PERGURUAN TINGGI DALAM SISTEM INOVASIINOVASI
Membentuk SDM berpengetahuan, berketerampilan dan terspesialisasi.
Menghasilkan karya yang menjadi akumulasi aset/kekayaan intelektual yang berpotensi manfaat besar.
Mengembangkan fungsi (yang menurut UU N0. 18/2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi adalah mengorganisasikan pembentukan sumber daya manusia, penelitian, pengembangan, perekayasaan, inovasi, dan difusi teknologi; dan membentuk iklim dan memberikan dukungan yang diperlukan bagi penyelenggaraan penguasaan, pemanfaatan, dan pemajuan iptek;) dan aktivitas secara dinamis dalam pengembangan/pemajuan sistem untuk dapat berkinerja unggul secara berkelanjutan. Ini juga mempunyai implikasi pergeseran-pergeseran dalam paradigma bagaimana perguruan tinggi mengimplementasikan filosofi Tri Dharma Perguruan Tinggi. Menghadapi dinamika perubahan dan tantangan ke depan, peran perguruan tinggi semakin dituntut ke arah research and entrepreneurial university, tanpa mengabaikan segi ”pendidikan.”
20Majukan Pengembangan Pewirausaha Inovatif
PERAN PENTING PERGURUAN TINGGI DALAM SISTEM PERAN PENTING PERGURUAN TINGGI DALAM SISTEM INOVASIINOVASI
Memberikan pelayanan berbasis pengetahuan/ teknologi kepada masyarakat (termasuk misalnya keahlian/expertise, tenaga terampil, pemanfaatan fasilitas, alih dan difusi iptek, litbang, dan sejenisnya).
Mengembangkan jaringan kemitraan berbasis pengetahuan/teknologi (inovasi).
Menjadi aktor penting bagi perkembangan budaya inovatif (termasuk pengembangan kreatifitas dan kewirausahaan, serta pengembangan perusahaan baru/pemula yang inovatif).
21Majukan Pengembangan Pewirausaha Inovatif
LEMLITNAG / PTLEMLITNAG / PT
Dasar+
Terapandi
Perguruan Tinggidan
LembagaLitbang
Dasar+
Terapandi
Perguruan Tinggidan
LembagaLitbang
Tenaga TerampilTenaga Terampil
‘Layanan BerbasisPengetahuan/
Knowledge Services’
‘Layanan BerbasisPengetahuan/
Knowledge Services’
FasilitasFasilitas
Lisensi TeknologiLisensi Teknologi
Perusahaan PemulaPerusahaan Pemula
Kerjasama LitbangIndustri
Kerjasama LitbangIndustri
KebutuhanTeknologi
KebutuhanTeknologi
PendanaanPendanaan
Kerjasama LitbangKerjasama Litbang
PengetahuanPasar/Industri
PengetahuanPasar/Industri
• Produk • Barang• Jasa
• Proses
yang baruatau yangdiperbaiki
• Produk • Barang• Jasa
• Proses
yang baruatau yangdiperbaiki
PendanaanPendanaan LayananLayananFasilitasFasilitas
Organisasi spesifik industri / daerah
Organisasi spesifik industri / daerah
INDUSTRI / MASYARAKAT
INDUSTRI / MASYARAKAT
Sumber : McCarthy (2002).
SIMPLIFIKASI PEMANFAATAN PERGURUAN TINGGI SIMPLIFIKASI PEMANFAATAN PERGURUAN TINGGI OLEH DUNIA USAHA DAN MASYARAKATOLEH DUNIA USAHA DAN MASYARAKAT
22Majukan Pengembangan Pewirausaha Inovatif
PengembanganBisnis Baru
PerbaikanBisnis yang Ada
(Existing)
InvestasiDari Luar
Faktor keunggulanlokalitas
Keterkaitan
Investasi (& perdagangan
)Ke Luar
INOVASI,INOVASI, TECHNOPRENEURSHIP TECHNOPRENEURSHIP DAN MODERNISASI DAN MODERNISASI “SUMBER” PERKEMBANGAN EKONOMI“SUMBER” PERKEMBANGAN EKONOMI
RantaiNilai
Inovasi & Difusi
Pengetahuan &Kompetensi
Penyediaan pengetahuan/ teknologi
Pembelajaran, termasuk
Litbangyasa
Daya Saing yang Lebih
Tinggi
Investasi untuk Inovasi
ROI yang Lebih Tinggi
RantaiNilai
Produksi
Interaksi & Keterkaitan
Siklus yang Makin Menguat(Dari vicious cycle menjadi
virtuous cycle)
23Majukan Pengembangan Pewirausaha Inovatif
PENTINGNYA PERUSAHAAN PEMULA YANG INOVATIF PENTINGNYA PERUSAHAAN PEMULA YANG INOVATIF (PPBT)(PPBT)
Sekitar 81,5% kesempatan kerja baru di AS pada periode 1969 – 1976 terletak pada perusahaan-perusahaan kecil dengan tenaga kerja kurang dari 100 orang (66% kesempatan kerja baru berasal dari perusahaan dengan tenaga kerja kurang dari 20 orang) (David Birch, 1980, dikutip dari Case, 1989).
High-potential entrepreneurial firms (atau disebut juga gazelles) berkontribusi atas lebih dari 70% pertumbuhan kesempatan kerja di AS dalam periode 1992 – 1996, walaupun hanya sekitar 3% dari keseluruhan populasi bisnis di AS (Autio, 2003).
7 dari 10 kesempatan kerja baru di Swedia dalam periode 1985 – 1989 diciptakan oleh usaha kecil dan menengah (Davidsson, et al., 1995 ).
4% dari perusahaan baru (the high-potential entrepreneurs atau PPBT) muncul setiap tahun dan berkontribusi atas sekitar 50% kesempatan kerja dalam perusahaan yang bertahan selama 10 tahun berikutnya (Studi oleh Storey [Autio, 2003]).
Global Entrepreneurship Monitor (Neck, et al., 2003) mengungkapkan bahwa tingkat aktivitas kewirausahaan menjelaskan 70% perbedaan dalam pertumbuhan ekonomi antar negara.
24Majukan Pengembangan Pewirausaha Inovatif
Studi GEM juga mengungkapkan antara lain berikut ini: Negara dengan tingkat kewirausahaan di atas rata-rata
cenderung mengalami pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Dukungan keuangan sangat terkait erat dengan tingkat
aktivitas kewirausahaan. Pendidikan (menengah atas) memiliki peran sangat
penting bagi kewirausahaan (menjelaskan 40% perbedaan aktivitas kewirausahaan di antara negara-negara GEM) dan pendidikan kewirausahaan khususnya dinilai sebagai prioritas.
Selain itu, pandangan legitimasi sosial tentang kewirausahaan merupakan faktor yang juga sangat penting.
25Majukan Pengembangan Pewirausaha Inovatif
BEBERAPA PRAKARSA YANG DISARANKAN BEBERAPA PRAKARSA YANG DISARANKAN
1. Meningkatkan kemampuan penyesuaian diri (adaptabilitas) dengan dinamika kecenderungan perubahan.
• Semakin luasnya misi jangkauan (outreach mission) dari perguruan tinggi dan/atau lembaga litbang.
• Meningkatnya penggunaan (utilisasi) sumber daya pengembangan dari luar oleh industri (strategic outsourcing).
• Jumlah entrepreneurial faculty akan meningkat.• Sumber pembiayaan riset akan terus berubah, di mana
peran industri akan semakin besar
26Majukan Pengembangan Pewirausaha Inovatif
PETA PERGESERAN DALAM PENGEMBANGAN PETA PERGESERAN DALAM PENGEMBANGAN INOVASIINOVASI
Pengembangan Pengembangan ProdukProduk
Riset DasarRiset Dasar Riset TerapanRiset Terapan
Sistem SekarangSistem Sekarang
Pengembangan Pengembangan BisnisBisnis
InvestasiInvestasiKomersialisasiKomersialisasi
Per
an P
emer
inta
h
Arah Pergeseran
Ketidakpastian dan “Jarak” terhadap Pasar Meningkat
Per
an S
was
ta/In
du
stri
Men
ing
katPerguruan
Tinggi
Pembiayaan untuk Mendorong Komersialisasi (Mengatasi ”Kesenjangan
Komersial”)
Lembaga Litbang
EkspansiEkspansi
Sumber : Taufik (2005).
27Majukan Pengembangan Pewirausaha Inovatif
BEBERAPA PRAKARSA YANG DISARANKAN BEBERAPA PRAKARSA YANG DISARANKAN (lanjutan)
2. Memperkuat kelembagaan dan mengembangkan kebijakan internal serta program/aktivitas.
• Lingkungan kondusif di perguruan tinggi bagi aktivitas wirausaha (entrepreneurial activities) dan perkembangan kultur inovasi (innovation culture);
• Lebih mendorong perkembangan diri menjadi solution provider bagi klien luar (masyarakat), tanpa mengabaikan aspek lain dari Tri-Dharma PT;
• Individu dan organisasi yang termotivasi, lebih accessible, partner-friendly, dan interaktif
28Majukan Pengembangan Pewirausaha Inovatif
BEBERAPA PRAKARSA YANG DISARANKAN BEBERAPA PRAKARSA YANG DISARANKAN (lanjutan)
3. Mengembangkan secara progresif kemampuan alih dan difusi pengetahuan/ teknologi.
a. Kapasitas (supply side): kompetensi dan tingkat kesiapan teknologi/TKT (technology readiness level/TRL) dari “muatan teknologi” yang dikembangkan serta manajemen aset intelektual (termasuk perlindungan hak kekayaan intelektual/HKI). “Ketidaksiapan” perguruan tinggi atau lembaga litbang dalam behubungan dengan calon pengguna adakalanya karena memang tingkat kesiapan teknologi itu sendiri atau juga karena tidak jelasnya informasi tentang tingkat kesiapan teknologi tersebut, sehingga sering menimbulkan “ketidaksepahaman” antara penyedia dan penggunanya. Oleh karena itu, upaya yang lebih sistematis dalam peningkatan kesiapan teknologi perlu dilakukan terus-menerus (lihat ilustrasi Gambar 6).
29Majukan Pengembangan Pewirausaha Inovatif
Sumber : Taufik (2004) Disesuaikan seperlunya dari Whalen dan Capuano (2002), dan Dokumen NASA (2001).
Prinsip dasar dari teknologi diteliti dan dilaporkan
Sistem telah lengkap dan memenuhi syarat (qualified) melalui pengujian dan demonstrasi dalam lingkungan/ aplikasi sebenarnya
Demonstrasi prototipe sistem dalam lingkungan/aplikasi nyata (sebenarnya)
Demonstrasi model atau prototype sistem/subsistem dalam suatu lingkungan yang relevan
Sistem benar-benar teruji/terbukti melalui keberhasilan pengoperasian
Validasi kode, komponen dan/atau breadboard validation dalam suatu lingkungan
Validasi kode, komponen dan/atau breadboard validation dalam lingkungan laboratorium
Pembuktian konsep (proof-of-concept) fungsi dan/atau karakteristik penting secara analitis dan eksperimental
Formulasi konsep dan/atau aplikasi teknologi
Kelayakan Teknis(Technical Feasibility)
Kelayakan Enjiniring(Engineering Feasibility)
Teruji dalam Layanan(Proven in Service)
9
8
7
6
5
4
3
2
1
Perlu Memastikan bahwa Tingkat Kematangan Teknologi (Technology Maturity Level)Sesuai dengan Kebutuhan/Persyaratan Komersialisasi
Perlu Memastikan bahwa Tingkat Kematangan Teknologi (Technology Maturity Level)Sesuai dengan Kebutuhan/Persyaratan Komersialisasi
Lingkup UpayaPrototyping ?
Sejauh ManaPrototyping yang Akan
Dilakukan
TINGKAT KESIAPAN TEKNOLOGI TINGKAT KESIAPAN TEKNOLOGI (TECHNOLOGY READINESS (TECHNOLOGY READINESS LEVEL/TRL)LEVEL/TRL)
30Majukan Pengembangan Pewirausaha Inovatif
BEBERAPA PRAKARSA YANG DISARANKAN BEBERAPA PRAKARSA YANG DISARANKAN (lanjutan)
b. Peningkatan pemahaman “kebutuhan” (demand side) : kesiapan teknologi pengguna potensial (technology readiness of the potential adopters). “Kegagalan” penyediaan teknologi juga dapat disebabkan oleh terbatasnya pemahaman pihak penyedia atas karakteristik calon penggunanya, terutama tingkat kesiapannya dalam “mengadopsi” teknologi tertentu. Karena itu, upaya-upaya untuk lebih memahami calon pengguna dan interaksi dengannya perlu ditingkatkan (ilustrasi Gambar 7).
31Majukan Pengembangan Pewirausaha Inovatif
Early Market
Mass Market/Followers
End of Life
Kelompok Adopter
Uku
ran
Dem
and
(P
ote
nsi
al)
Early Followers Late Followers LaggardsEarly AdoptersInnovators
34% 34%13,5%2,5% 16%
Techies: Try it!
Visionaries: Get ahead of the herd!
Pragmatists: Stick with the herd!
Conservatives: Hold on!
Skeptics: No way!
Profil psikografik setiap kelompok akan berbedaSumber : Diadopsi dari model Rogers (1995) dan Geoffrey A Moore. Crossing the Chasm. Harper
Business. http://www.chasmgroup.com
MEMAHAMI SEGMEN PASAR DAN SIAPA MEMAHAMI SEGMEN PASAR DAN SIAPA ADOPTERADOPTER POTENSIAL POTENSIAL
32Majukan Pengembangan Pewirausaha Inovatif
BEBERAPA PRAKARSA YANG DISARANKAN BEBERAPA PRAKARSA YANG DISARANKAN (lanjutan)
4. Meningkatkan kerjasama/kemitraan dengan dunia usaha dan pemerintah dalam mengembangkan PPBT.
33Majukan Pengembangan Pewirausaha Inovatif
BEBERAPA PRAKARSA YANG DISARANKAN BEBERAPA PRAKARSA YANG DISARANKAN (lanjutan)
5. Membangun reputasi (sebagai research and entrepreneurial university) dan spesialisasi kompetensi. Penerjemahan dari visi dan motivasi perguruan
tinggi dalam mendorong perkembangan kewirausahaan teknologi disarankan dipertegas dengan penetapan sasaran-sasaran tertentu.
Pencapaian suatu sasaran kuantitatif 30-40% dari lulusannya yang berhasil menjadi pewirausaha baru/pemula (”FORMULA WB 30”) akan merupakan prestasi dan prestise tinggi bagi perguruan tinggi atau suatu program pendidikan bidang teknik (engineering) dan manajemen/bisnis.
34Majukan Pengembangan Pewirausaha Inovatif
PENUTUPPENUTUP
Pada dasarnya, kelemahan-kelemahan dalam akses, penciptaan/pengembangan, pemanfaatan dan penyebarluasan (difusi) pengetahuan/inovasi serta penguatan proses pembelajaran dan perubahan budaya inovasi merupakan di antara persoalan urgen yang perlu diatasi oleh Indonesia, khususnya dalam konteks peningkatan daya saing dan kohesi sosial. Perguruan tinggi berperan penting dalam pemajuan sistem inovasi, baik pada tataran nasional maupun daerah. Peran ini semakin sentral dalam pengembangan SDM dan kemampuan teknologi di era ekonomi pengetahuan yang mulai berkembang dewasa ini.
35Majukan Pengembangan Pewirausaha Inovatif
PENUTUPPENUTUP
Orasi ini menyampaikan beberapa pokok pemikiran tentang pengembangan SDM dan kemampuan teknologi di era ekonomi pengetahuan dan bagaimana peningkatan peran perguruan tinggi dari suatu perspektif pendekatan sistem dalam kerangka pengembangan/penguatan sistem inovasi. Perguruan tinggi sebagai bagian dari knowledge pool yang penting dalam sistem inovasi kini memegang peran yang semakin menentukan terutama dalam menumbuhkembangkan budaya inovasi.
Perguruan tinggi perlu menjadi aktor sentral yang secara proaktif mengembangkan kewirausahaan teknologi (technopreneurship), baik yang bermuara pada alih (komersialisasi) teknologi untuk dimanfaatkan oleh pihak lain (pengguna), maupun dalam peningkatan perusahaan pemula yang inovatif. Ini tentu akan berkembang hanya jika perguruan tinggi semakin dekat dengan dinamika aktivitas sosial-ekonomi dunia usaha (masyarakat). Artinya, hubungan dan interaksi dengan dunia usaha perlu semakin terbuka dan mendorong berkembangnya proses produktif yang timbal-balik.
36Majukan Pengembangan Pewirausaha Inovatif
PENUTUPPENUTUP
Perguruan tinggi perlu semakin berorientasi pada pemanfaatan teknologi dan aset intelektual lainnya dalam memperkuat proses dan rantai peningkatan nilai, bukan sekedar pada peningkatan kemampuan riset, litbang atau litbangyasa.
Mengingat ”pelisensian” sebenarnya merupakan salah satu moda/pola dari alih teknologi yang umumnya untuk keberhasilannya tidak mudah untuk dilakukan sebagai satu-satunya moda (pola) alih teknologi dan dilakukan secara terpisah dari pola alih teknologi lainnya di perguruan tinggi, maka pola ini sebaiknya merupakan salah satu bagian integral dari kerangka strategi komersialisasi teknologi di perguruan tinggi.
37Majukan Pengembangan Pewirausaha Inovatif
PENUTUPPENUTUP
Perguruan tinggi perlu mengembangkan model terpadu alih/komersialisasi teknologi yang dinilai paling sesuai. Yang sangat penting adalah bahwa setiap lembaga litbang atau perguruan tinggi perlu mengembangkan keterpaduan alih/komersialisasi teknologi masing-masing. Hal ini juga berarti bahwa lembaga tersebut perlu mengembangkan pengorganisasian yang tepat bagi strategi alih/komersialisasi teknologi, termasuk kebijakan/aturan internal mengenai pembagian royalti.
Perbaikan struktur organisasi dan/atau penguatan fungsi utama yang penting bagi alih/komersialisasi teknologi, perlu menjadi salah satu agenda prioritas reformasi kelembagaan di lingkungan perguruan tinggi.
38Majukan Pengembangan Pewirausaha Inovatif
Terimakasih